69
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia. Oleh sebab itu pembangunan kesehatan sangat terkait dengan keadaan demografi, kondisi ekonomi masyarakat dan pendidikan mereka. Meskipun tujuan akhir dari upaya pembangunan kesehatan adalah seluruh lapisan masyarakat, secara operasional dipilih golongan sasaran secara bertahap. Hal ini dilakukan mengingat kepentingan yang mendesak dan keterbatasan dana, sarana dan prasarana maka diadakan urutan prioritas. Prioritas utama yang dipilih adalah kesehatan anak, karena kesehatan anak merupakan salah satu modal bagi keberhasilan pembangunan bangsa, yang pada akhirnya akan menghasilkan bangsa dan negara yang sehat sentosa. (Supraptini, dkk, 2001). Beberapa indikator derajat kesehatan penduduk yang mencerminkan derajat kesehatan masyarakat antara lain adalah Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Kasar (CDR), status gizi dan umur harapan hidup. Besarnya indikator tersebut berkaitan erat dengan tingkat pendidikan keluarga, sistem nilai dan adat istiadat, 1

Leppi - ASI Ekslusif

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Leppi - ASI Ekslusif

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

pembangunan nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir semua aspek

kehidupan manusia. Oleh sebab itu pembangunan kesehatan sangat terkait dengan

keadaan demografi, kondisi ekonomi masyarakat dan pendidikan mereka. Meskipun

tujuan akhir dari upaya pembangunan kesehatan adalah seluruh lapisan masyarakat,

secara operasional dipilih golongan sasaran secara bertahap. Hal ini dilakukan

mengingat kepentingan yang mendesak dan keterbatasan dana, sarana dan prasarana

maka diadakan urutan prioritas. Prioritas utama yang dipilih adalah kesehatan anak,

karena kesehatan anak merupakan salah satu modal bagi keberhasilan pembangunan

bangsa, yang pada akhirnya akan menghasilkan bangsa dan negara yang sehat

sentosa. (Supraptini, dkk, 2001).

Beberapa indikator derajat kesehatan penduduk yang mencerminkan derajat

kesehatan masyarakat antara lain adalah Angka Kematian Bayi (AKB), Angka

Kematian Kasar (CDR), status gizi dan umur harapan hidup. Besarnya indikator

tersebut berkaitan erat dengan tingkat pendidikan keluarga, sistem nilai dan adat

istiadat, kebersihan dan kesehatan Iingkungan serta pelayanan kesehatan yang

tersedia. Untuk kesehatan balita erat kaitannya dengan pemberian ASI waktu bayi,

pemberian imunisasi dan status gizi mereka. (Supraptini, dkk, 2001).

World Health Organisation (WHO), United Nations Children’s Found

(UNICEF) dan lembaga kesehatan dunia lainnya, seperti juga WABA (World

Alliance for Breastfeeding Action) berpendapat bahwa untuk sebagian besar bayi

pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sangat penting, kemudian

menyusui dilanjutkan dengan bersama dengan makanan pendamping ASI yang

bergizi, sampai umur bayi 2 tahun atau lebih, proses ini merupakan kunci bagi

tumbuh – kembang sehat optimal bagi anak. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).

Pemberian ASI eksklusif adalah langkah awal bagi bayi untuk tumbuh sehat

dan terciptanya sumber daya manusia yang tangguh, karena bayi tidak saja akan

1

Page 2: Leppi - ASI Ekslusif

lebih sehat & cerdas, tetapi juga akan memiliki emotional quotion (EQ) dan social

quotion (SQ) yang lebih baik. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).

Di negara berkembang, lebih dari 10 juta balita meninggal dunia pertahun,

2/3 dari kematian tersebut terkait dengan masalah gizi yang sebenarnya dapat

dihindarkan. Penelitian di 42 negara berkembang menunjukkan bahwa pemberian

ASI secara eksklusif selama 6 bulan merupakan intervensi kesehatan masyarakat

yang mempunyai dampak positif terbesar untuk menurunkan angka kematian balita,

yaitu sekitar 13%. Pemberian makanan pendamping ASI yang benar dapat

menurunkan angka kematian balita sebesar 6%. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut, perilaku memberikan ASI secara eksklusif pada bayi sejak lahir hingga usia

6 bulan dapat menurunkan angka 30.000 kematian bayi di Indonesia tiap tahunnya.

(Sentra Laktasi Indonesia, 2007).

Perlindungan ASI akan semakin meningkat sejalan dengan makin mudanya

usia bayi. Hasil penelitian yang dilakukan di 6 negara berkembang oleh WHO

menunjukkan resiko kematian bayi yang tidak disusui meningkat hingga 40% untuk

golongan umur 9-12 bulan, 300% untuk umur 2 – 3 bulan, dan 480% untuk umur

kurang dari 2 bulan. Inisiasi menyusu dini dalam 1 jam pertama akan

menyelamatkan 22% kematian balita pertahun dari kematian. (Sentra Laktasi

Indonesia, 2007).

Para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan 22,73% susu

formula (dari 22 sampel) dan 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) yang

dipasarkan antara bulan April hingga Juni 2006 telah terkontaminasi "Enterobacter

sakazakii". Berdasar pengujian pada bayi mencit (tikus percobaan), kontaminasi oleh

E. Sakazakii yang menghasilkan enterotoksin tahan panas dapat menyebabkan

enteritis (peradangan saluran pencernaan), sepsis (infeksi peredaran darah) dan

meningitis (infeksi pada lapisan urat saraf tulang belakang dan otak). (Sentra Laktasi

Indonesia, 2007).

Hasil berbagai penelitian diatas menyimpulkan bahwa promosi dan dukungan

menyusui tidak saja akan mengurangi jumlah balita yang sakit, tapi juga akan

menyelamatkan jiwa bayi. Mengacu pada hasil penelitian itu, maka diperkirakan

program “Inisiasi Menyusui Dini” dapat menyelamatkan sekurangnya 30.000 bayi

Indonesia yang meninggal dalam bulan pertama kelahiran. Pemberian ASI dalam 1

jam pertama pada bayi baru lahir, dapat memenuhi kebutuhan bayi akan zat-zat gizi

2

Page 3: Leppi - ASI Ekslusif

yang penting dan dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit berbahaya pada masa

yang paling rentan dalan kehidupannya. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).

WHO dan UNICEF membuat deklarasi yang disebut innocent declaration

yang bertujuan untuk melindungi, mempromosikan dan memberi dukungan pada

pemberian ASI. Pada deklarasi ini Indonesia juga merupakan salah satu negara yang

mendukung dan menandatangani deklarasi tersebut sebagai salah satu acuan dalam

meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).

Sebagai perwujudan komitmen terhadap innocent declaration, Depkes RI

mengeluarkan sejumlah peraturan untuk menjamin pemberian ASI pada bayi.

Peraturan itu diantaranya Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 450

tahun 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu secara eksklusif pada bayi di Indonesia.

Untuk pengawasan dan evaluasi peraturan ini, pemerintah menyerahkan sepenuhnya

kepada Dinas Kesehatan Provinsi serta Kabupaten atau Kota. (Sentra Laktasi

Indonesia, 2007).

Dalam upaya pengawasan dan evaluasi pemberian ASI Eksklusif, pemerintah

Kabupaten Magelang memasukkan program ASI Eksklusif ke dalam Standar

Pelayanan Minimal (SPM). Dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang

menargetkan pemberian ASI Eksklusif sebesar 80%. Namun permasalahan yang ada

di Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Rawat Inap Salaman I pada periode

Januari – Mei 2010 adalah cakupan hasil kegiatan pemberian ASI eksklusif belum

tercapai yaitu 35,19%

Data Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Salaman I didapatkan dari

penjumlahan pencatatan dari posyandu – posyandu yang berada di bawah binaan

puskesmas tersebut. Jika sistem pencatatan dan penerapan tersebut tidak berjalan

maka standar pelayanan puskesmas tidak akan tercapai.

Hasil wawancara dengan bidan dan kader memperlihatkan bahwa pada

kenyataannya, pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang ASI eksklusif masih

kurang. Masih banyak ibu yang masih memberikan susu formula atau bubur merah

kepada bayinya, namun sudah tidak ada ibu yang memberikan makanan padat

kepada bayinya. Kadang- kadang ibu mengatakan air susunya tidak keluar atau

keluarnya hanya sedikit pada hari-hari pertama kelahiran bayinya, kemudian

membuang ASI-nya tersebut dan menggantikannya dengan madu, gula, mentega, air

atau makanan lain. (Siregar A, 2004)

3

Page 4: Leppi - ASI Ekslusif

I.2. BATASAN JUDUL

Laporan dengan judul ‘Tinjauan Kegiatan Cakupan ASI Ekskulusif di Desa

Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Januari-Mei 2010, memiliki

batasan-batasan sebagai berikut :

1. Tinjauan adalah suatu pemantauan kegiatan

2. Cakupan adalah merupakan suatu total hasil kegiatan yang dilakukan perbulan

yang kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah di tetapkan.

3. ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja

kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman

tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih, pisang, pepaya,

bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim kecuali sirup obat

4. Desa Sidomulyo adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Sidomulyo berdasarkan

asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam system pemerintahan

nasional dan berada dibawah kabupaten Magelang

5. Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang merupakan kecamatan dan kabupaten

dari desa Sidomulyo

6. Januari-Mei 2010, merupakan periode yang sedang berlangsung dalam kegiatan

puskesmas yang terdapat pada Laporan Standar Pelayanan Minimal.

1.3 BATASAN OPERASIONAL

1. ASI Eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja

kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman

tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih, pisang, pepaya,

bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim kecuali sirup obat

2. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja

sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

4

Page 5: Leppi - ASI Ekslusif

I.4. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut di atas, permasalahan yang

akan dibahas dalam penelitian ini adalah penerapan program pemberian ASI

Eksklusif di Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang belum

berjalan dengan baik dimana di dapatkan hasil cakupannya yaitu 7,18%

I.5. TUJUAN

Penulisan laporan kegiatan yang berjudul Laporan Evaluasi Cakupan Bayi

Dengan ASI Eksklusif di Desa Sidomulyo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang

ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus.

I.5.1. Tujuan Umum

Mengetahui, mengidentifikasi, menganalisis serta melakukan evaluasi

pemecahan masalah penerapan ASI Ekslusif Desa Sidomulyo, Kecamatan

Salaman, Kabupaten Magelang.

I.5.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui cakupan ASI Ekslusif di Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman,

Kabupaten Magelang.

2. Mampu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan ASI

eksklusif di Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang

3. Mampu menganalisis masalah ASI Eksklusif di Desa Sidomulyo, Kecamatan

Salaman, Kabupaten Magelang.

4. Mampu menyelesaikan masalah ASI Eksklusif di Desa Sidomulyo,

Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.

I.6. MANFAAT KEGIATAN

I.6.1. Bagi Mahasiswa

1. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan

Masyarakat.

2. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang

ditemukan di dalam survei yang dilaksanakan.

3. Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.

5

Page 6: Leppi - ASI Ekslusif

I.6.2. Bagi Puskesmas

1. Mengetahui masalah atau upaya Puskesmas mengenai penerapan ASI

Eksklusif.

2. Membantu puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya

puskesmas dalam hal penerapan ASI Eksklusif yang tidak berjalan dengan

maksimal.

3. Membantu puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap

masalah penerapan ASI Eksklusif yang tidak berjalan dengan maksimal.

4. Membantu puskesmas dalam mewujudkan program Indonesia Sehat 2010.

I.6.3. Bagi Masyarakat

1. Menambah pengetahuan, khususnya bagi para ibu mengenai pentingnya

manfaat pemberian ASI eksklusif pada bayinya.

2. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan ketrampilan masyarakat dengan

mensosialisasikan program ASI Eksklusif.

3. Membentuk kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI sebagai satu-satunya

makanan yang diperlukan oleh bayi usia 0-6 bulan atau Menyusui Eksklusif.

Tetap memberi ASI setelah 6 bulan ditambah makanan pendamping ASI dari

makanan keluarga yang tepat waktu serta kualitas dan kuantitasnya.

I.7. METODE PENELITIAN

Jenis data yang diambil adalah data yang didapatkan dengan cara wawancara

kepada bidan dan kader, Serta pengisian kuesioner terhadap 10 responden yang

merupakan ibu yang mempunyai anak usia 0-12 bulan di Desa Sidomulyo,

Kecamatan Salaman, Kabupaten magelang.

Data yang didapatkan diolah dengan metode pendekatan sistem, untuk

selanjutnya dilakukan analisis masalah dengan mencari kemungkinan penyebab

melalui pendekatan sistem dan menggunakan metode fishbone. Selanjutnya dapat

ditentukan alternatif pemecahan masalah secara sistematis yang paling mungkin

dilaksanakan dengan Kriteria Matriks. (Hartoyo,2010)

6

Page 7: Leppi - ASI Ekslusif

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. PENGERTIAN AIR SUSU IBU

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

dan garam – garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna

sebagai makanan bagi bayinya, dan merupakan makanan yang ideal untuk bayi

terutama pada bulan – bulan pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan

bayi untuk membangun dan menyediakan energy. (Siregar A, 2004).

Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air

Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan tanpa makanan dan

ataupun minuman tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih,

pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim kecuali sirup obat. (Siregar

A, 2004).

ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat

memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan

alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh

kembang yang optimal. (Afifah D.N, 2007).

II.2. MANFAAT ASI dan MENYUSUI

Pemberian ASI mempunyai manfaat yang besar, baik bagi ibu, bagi bayi,

bagi negara hingga bagi lingkungan;

II.2.1. Manfaat Pemberian ASI Pada Bayi

1. ASI sebagai nutrisi yaitu merupakan sumber gizi yang sangat ideal komposisi

yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.

2. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,

mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.

3. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan.

Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat, yang

bermanfaat untuk:

7

Page 8: Leppi - ASI Ekslusif

a. Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.

b. Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan

asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.

c. Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.

d. Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium,

magnesium.

4. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi

selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen

C3 dan C4, Anti-stafiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Laktoferin.

5. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi

pada bayi.

6. ASI adalah makanan yang sempurna baik kualitas maupun kwantitasnya.

7. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi yaitu merupakan cairan hidup yang

mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai

penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur. Zat kekebalan yang terdapat

pada ASI akan melindungi bayi dari penyakit diare , juga akan menurunkan

kemungkinan bayi terkena infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi

lainnya.

8. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan karena dalam ASI terkandung

nutrien- nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada

atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi, antara lain; Taurin yaitu suatu

bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI. Laktosa merupakan

hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat dalam susu

sapi. Asam Lemak ikatan panjang (DHA, AA, Omega 3, Omega 6),

merupakan asam lemak utama dari ASI yang terdapat sedikit dalam susu

sapi.

9. ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang karena bayi yang sering

berada dalam dekapan ibu akan merasa kasih sayang ibunya. Ia juga akan

merasa aman dan tenteram yang akan menjadi dasar perkembangan emosi

bayi dan membentuk kepribadian dan percaya diri dan dasar spiritual yang

baik. (Siregar A, 2004).

8

Page 9: Leppi - ASI Ekslusif

II.2.2. Manfaat ASI Bagi Ibu

1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan, apabila bayi segera disusui

setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadi perdarahan setelah melahirkan

akan berkurang, karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan oksitosin

yang berguna untuk menutup pembuluh darah sehingga perdarahan akan

cepat berhenti.

2. Mengurangi terjadinya anemia karena kekurangan zat besi akibat perdarahan.

3. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan alat kontrasepsi yang

aman, mudah dan cukup berhasil.

4. Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat

akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil.

5. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui memerlukan energi maka

tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil, sehingga

berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan

sebelum hamil.

6. Mengurangi kemungkinan menderita kanker pada ibu yang memberikan ASI

eksklusif.

7. Lebih ekonomis dan mudah karena menghemat pengeluaran untuk susu

formula, perlengkapan untuk menyusui dan persiapan untuk pembuatan susu

formula.

8. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan”

kepada bayinya.

9. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.

(Siregar A, 2004).

II.2.3. Manfaat ASI bagi Negara

1. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui

serta biaya menyiapkan susu.

2. Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah, mencret, dan sakit

saluran nafas.

3. Penghematan obat- obat, tenaga dan sarana kesehatan.

4. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk

membangun Negara. (Siregar A, 2004).

9

Page 10: Leppi - ASI Ekslusif

II.2.4. Manfaat ASI bagi Lingkungan

1. ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di udara. Dengan

hanya memberi ASI manusia tidak memerlukan kaleng susu, karton dan

kertas pembungkus, botol plastik dan karet.

2. ASI tidak menambah polusi udara karena untuk membuatnya tidak

memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap dan tidak memerlukan alat

transportasi. (Siregar A, 2004).

II.3. PRODUKSI ASI

Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan

mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pituitary

Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan

pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down

Reflex, dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pituitary Posterior untuk

menghasilkan hormon oksitosin, yang dapat merangsang serabut otot halus di dalam

dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar. (Siregar A,

2004).

Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk

menampung air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan

tenunan aktif yang tersusun seperti “pohon tumbuh” di dalam putting dengan cabang

yang menjadi “ranting” semakin mengecil. (Afifah D.N, 2007).

Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang

besar menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di gambarkan

sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mensekresi dimana

setiap selnya mampu memproduksi susu. Bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding

alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam

ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan

bertemu di dalam areola dan membentuk sinus lactiferous. Pusat dari areola (bagan

yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah

dihisap (masuk kedalam) mulut bayi. (Afifah D.N, 2007).

10

Page 11: Leppi - ASI Ekslusif

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

A. Kolostrum, merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar

mamae yang mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat

dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah

melahirkan anak.

Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau

keempat, dari masa laktasi.

Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah.

Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan,

lebih kuning dibandingkan ASI Mature.

Merupakan suatu laxatif yang ideal untuk membersihkan meconium usus

bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk

menerima makanan selanjutnya.

Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi

berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah kasein

pada kolostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat

memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.

Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang

dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.

Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI

Mature.

Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100

ml kolostrum.

Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air

dapat lebih tinggi atau lebih rendah.

Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.

PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.

Lemaknya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin di

bandingkan ASI Mature.

Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi

menjadi kurang sempurna, yang akan menambah kadar antibodi pada

bayi.

Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam. (Siregar A, 2004).

11

Page 12: Leppi - ASI Ekslusif

B. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature.

Disekresi dari hari ke 4 sampai hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada

pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu

ke 3 hingga ke 5.

Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat

semakin tinggi.

Volume semakin meningkat.

C. Air Susu Mature

ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan

komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa

minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.

Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, merupakan

makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.

ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap

diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur

yang sesuai untuk bayi.

Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung

kaseinat, riboflavin dan karoten.

Tidak menggumpal bila dipanaskan.

Volume: 300 – 850 ml/24 jam

Terdapat anti microbaterial factor, yaitu:

Antibodi terhadap bakteri dan virus.

Cell (phagocyte, granulocyte, macrophag, lymhocycte type T)

Enzim (lysozime, lactoperoxidase)

Protein (laktoferin, B12 Binding Protein)

Faktor resisten terhadap staphylococcus.

Komplemen (C3 dan C4)

12

Page 13: Leppi - ASI Ekslusif

II.4. VOLUME PRODUKSI ASI

Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai

menghasilkan ASI. Apabila tidak ada skelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir

akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah

sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu

kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menysusui bayinya selama 4 – 6 bulan

pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan

gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak

saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat

makanan tambahan. Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu

terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan

oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit. Selama beberapa bulan

berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari.

Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberpa kelompok ibu dan bayi

menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi

sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan

kecepatan yang sama. (Siregar A, 2004).

Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari

penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air

susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil,

terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi

sejumlah kecil ASI. (Siregar A, 2004).

Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam

sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua,

dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat

ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak

memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan

digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama

menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi

konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya.

13

Page 14: Leppi - ASI Ekslusif

Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya

dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda.

Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi seringkali ditemukan

“marasmus” pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang hanya diberi ASI.

(Depkes RI, 2001).

II.5. KOMPOSISI ASI

Kandungan kolostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena

kolostrum hanya sekitar 1% dalam air susu mature, dan lebih banyak mengandung

imunoglobin A (Iga), laktoferin dan sel-sel darah putih, yang kesemuanya sangat

penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan penyakit (Infeksi). Lebih

sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak mengandung vitamin dan

mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn). (Siregar A, 2004).

Berdasarkan sumber dari food and Nutrition Boart, National research Council

Washington tahun 1990 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum ASI dan susu sapi

untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 1. Komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml

Zat-zat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi

Energi (K Cal)

Protein (g)

- Kasein/whey

- Kasein (mg)

- Laktamil bumil (mg)

- Laktoferin (mg)

- Ig A (mg)

Laktosa (g)

Lemak (g)

Vitamin

- Vit A (mg)

- Vit B1 (mg)

- Vit B2 (mg)

58

2,3

140

218

330

364

5,3

2,9

151

1,9

30

70

0,9

1 : 1,5

187

161

167

142

7,3

4,2

75

14

40

65

3,4

1 : 1,2

-

-

-

-

4,8

3,9

41

43

145

14

Page 15: Leppi - ASI Ekslusif

- Asam Nikotinmik (mg)

- Vit B6 (mg)

- Asam pantotenik

- Biotin

- Asam folat

- Vit B12

- Vit C

- Vit D (mg)

- Vit Z

- Vit K (mg)

Mineral

- Kalsium (mg)

- Klorin (mg)

- Tembaga (mg)

- Zat besi (ferrum) (mg)

- Magnesium (mg)

- Fosfor (mg)

- Potassium (mg)

- Sodium (mg)

- Sulfur (mg)

75

-

183

0,06

0,05

0,05

5,9

-

1,5

-

39

85

40

70

4

14

74

48

22

160

12-15

246

0,6

0,1

0,1

5

0,04

0,25

1,5

35

40

40

100

4

15

57

15

14

82

64

340

2,8

,13

0,6

1,1

0,02

0,07

6

130

108

14

70

12

120

145

58

30

Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada

tabel 1. Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein

daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa

protein whey yang larut. ASI mengandung whey lebih banyak. Komposisi ini

menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi

mempunyai kandungan whey yang lebih sedikit, sehingga tidak mudah diserap.

(Siregar A, 2004).

Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak,

yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu

sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase).

Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase

lakatasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 – 2% lemak

15

Page 16: Leppi - ASI Ekslusif

dan terlihat encer. Air susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus

bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut “Hand milk”, mengandung

sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan

sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar

bayi, banyak memperoleh air susu ini. (Siregar A, 2004).

Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam

air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat lebih banyak

dibandingkan dengan susu sapi. Disamping fungsinya sebagai sumber energi, juga

didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Didalam usus asam

laktat tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan

juga membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain. (Siregar A, 2004).

ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah

diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan pertama

kehidupannya ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan chlor

dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan

bayi. Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang

diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat

diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi

penyakit polio jarang terjadi pada aanak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena

sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam

susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap vitamin D yang

terlarut lemak. (Siregar A, 2004).

Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI

Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang

berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel

otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat

terjadinya gangguan pada retina mata.

Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak

tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk

pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat

mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.

16

Page 17: Leppi - ASI Ekslusif

Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari

substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam

linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).

II.6. MANAJEMEN ASI EKSKLUSIF

WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah – langkah berikut untuk

memulai dan mencapai program ASI Eksklusif, yaitu :

Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran.

Menyusui secara eksklusif : hanya ASI, artinya, tidak ditambah makanan atau

minuman lain, bahkan air putih sekalipun.

Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau,

siang dan malam

Tidak menggunakan botol susu maupun empeng

Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, disaat

tidak bersama anak

Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang. (DepKes RI, 2001).

17

Page 18: Leppi - ASI Ekslusif

BAB III

DATA UMUM DESA SIDOMULYO

III. 1. Keadaan Geografis

PETA DESA SIDOMULYO

Gambar 1. Peta Wilayah Desa Sidomulyo

III. 1. 1. Letak wilayah

Desa Sidomulyo terletak di wilayah Kecamatan Salaman, Kabupaten

Magelang, Jawa Tengah. Terdapat 8 dusun di desa Sidomulyo, yaitu dusun

Sojomerto Kidul, Sojomerto Lor, Kembaran, Sumberan, Kalangan,

Ngadikromo, Drojogan, Kedung Kepis.

18

Page 19: Leppi - ASI Ekslusif

III. 1. 2. Batas wilayah

Wilayah desa Sidomulyo dibatasi oleh :

a. Sebelah utara : Desa Tanggulrejo Kecamatan Tempuran

b. Sebelah selatan : Desa Ringin Anom Kecamatan Tempuran

c. Sebelah timur : Desa Ngadirejo Kecamatan Salaman

d. Sebelah barat : Desa Kebon Rejo Kecamatan Salaman

III. 1. 3. Luas Wilayah

Luas wilayah Desa Sidomulyo berdasarkan data statistik tahun 2010

adalah 214.560 Ha.

III. 2. Keadaan Demografi

III. 2. 1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk desa Sidomulyo pada tahun 2010 berdasarkan data

statistik kantor desa Sidomulyo adalah 4066 jiwa dari 1163 KK.

III. 2. 2. Data Penduduk

Tabel 2. Jumlah penduduk Desa Sidomulyo menurut Jenis Kelamin

pada tahun 2010

PENDUDUK TOTAL

Laki-laki Perempuan

2069 1997 4066

(Sumber : data statistik kantor desa Sidomulyo, 2010)

Berdasarkan tabel di atas, warga laki – laki di Desa

Sidomulyo lebih banyak jumlahnya dibandingkan perempuan

meskipun perbedaan ini tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 72 jiwa.

Kelompok umur terbanyak adalah kelompok umur > 58 tahun,

yaitu 895 orang. Sedangkan tingkat pendidikan terbanyak adalah

tamat SD yaitu 2049 orang.Dengan mata pencaharian utama sebagai

petani sebanyak 2432 dari seluruh warga yang memiliki mata

pencaharian.

19

Page 20: Leppi - ASI Ekslusif

Data yang di dapatkan dari bidan desa Sidomulyo diketahui

bahwa terdapat 40 kader posyandu aktif. Tiap posyandu masing-

masing dibantu oleh 5 orang kader. Dan terdapat 1 orang bidan,

dimana 1 bidan menangani 8 posyandu. Terdapat 8 posyandu di desa

Sidomulyo. Dengan jumlah balita 364 balita dimana jumlah balita

yang ditimbang terdapat 314 balita, dan balita yang mengalami BGM

sebanyak 8 balita.

III.2.3.Data Kesehatan

Tabel 3.Data Kesehatan Masyarakat Desa Sidomulyo (Mei 2010)

Jumlah

Ibu Hamil 42

Ibu Bersalin 32

Balita 364

Bayi 87

BGM 8

Kematian Bayi -

Kematian Ibu melahirkan -

JUmlah neonatus 32

III.3. KOMPONEN DESA SIAGA

A. Sarana Prasarana

1. Sarana : PKD 1 tempat

2. SDM : Dokter : Umum : belum ada

Gigi : belum ada

Perawat : belum ada

Bidan : 1 orang

Dukun bayi : 3 orang

Kader Posyandu aktif : 40 orang aktif

B. Forum Kesehatan Desa : Belum terbentuk

20

Page 21: Leppi - ASI Ekslusif

C. Kegiatan Gotong Royong Masyarakat

1. KPKIA : Belum ada

2. Ambulan Desa : Belum ada yang ditunjuk

3. Donor darah : Belum ada

4. Pemanfaatan upaya kesehatan

- Posyandu balita : 8 tempat

5. Gerakan Pengendalian fakor resiko penyakit : Belum ada

D. Upaya Kesehatan

1. Promotif, prevenif oleh kader : Dilakukan secara berkala

2. Promotif, preventif oleh bidan : Melalui posyandu

3. Pemantauan kesehatan bumil, balita dan pengendalianresiko

melalui posyandu.

E. Pengamatan dan Pemantauan Kesehatan

1. Buku KIA : ada

2. Buku SIP : ada di tiap posyandu

3. Buku catatan kasus/ rujukan kader : belum ada

4. Buku catatan keluarga miskin : ada

5. Buku catatan kelahiran dan kematian : ada

F. Pembiayaan Kesehatan

1. Tabulin/ dasolin : Belum berjalan

2. Pokmair : Belum ada

3. Dana Posyandu : ada

4. Dana Sehat : belum ada

5. Dana kematian : belum ada

III.4. DATA IBU YANG MELAKUKAN ASI EKSKLUSIF PERIODE

JANUARI - MEI 2010

Di desa Sidomulyo didapatkan adanya 87 bayi , dan yang melakukan

ASI Eksklusif adalah sebanyak 12 bayi pada periode Januari – Mei 2010. Dari

hasil data SPM didapatkan hasil cakupan hasil kegiatan pemberian ASI

eksklusif belum tercapai yaitu 35,19% dan pencapaian 43,98%. Hal tersebut

menjadi suatu masalah karena target SPM yang diharapkan adalah 80%.

21

Page 22: Leppi - ASI Ekslusif

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Data Cakupan Bayi Yang Mendapatkan ASI Ekslusif

Hasil rekapitulasi data yang terdapat pada laporan PROMKES di Puskesmas

Salaman I, didapatkan angka cakupan Bayi yang dapat ASI Ekslusif pada periode

Januari – Mei 2010 adalah cakupan hasil kegiatan pemberian ASI eksklusif belum

tercapai yaitu 35,19%, sedangkan di Desa Sidomulyo selama periode Januari-Mei

2010 sebanyak 7,18% dengan angka pencapaiannya 8,97% dari target 80%.

IV.2. Hasil Survei

Pada hari Sabtu, tanggal 19 Juni 2010 pukul 14.00 – 16.00, telah

dilaksanakan wawancara dengan bidan desa, dan kader. Serta pengisian

kuesioner terhadap 10 responden yang merupakan ibu yang mempunyai anak

usia 0-12 bulan di Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten magelang

IV.2.1. Hasil Wawancara Bidan

Hasil wawancara Bidan desa yang terdapat di Desa Sidomulyo hanya 1

bidan. Bidan desa ini harus menangani dan bertanggung jawab atas 8

Posyandu yang berada di Desa Sidomulyo. Dikatakan oleh bidan, bahwa

dirinya telah sering mengingatkan pada ibu yang baru melahirkan untuk

memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Tetapi sebagian besar dari para ibu

tersebut tidak menghiraukan nasehatnya, karena mereka beranggapan bahwa

anaknya tidak cukup dengan hanya menerima ASI saja dan mengatakan

menjadi sering rewel jika hanya diberi ASI saja. Menurut bidan, sebagian besar

masyarakat Desa Sidomulyo masih memiliki kebiasaan untuk memberi

makanan tambahan secepat mungkin supaya anak gemuk, sehat dan cepat

besar. Pola pemikiran seperti diatas, menurut bidan sudah menjadi tradisi bagi

masyarakat desa Sidomulyo. Selain itu, meskipun sebagian besar dari para ibu

tersebut sudah mengerti mengenai pentingnya Asi eksklusif tapi mereka tidak

mampu menjalankannya dikarenakan terbentur dengan kegiatan mereka sehari-

hari sehingga tidak bisa sepenuhnya menjalankan asi eksklusif.

22

Page 23: Leppi - ASI Ekslusif

Penyuluhan mengenai ASI eksklusif secara berkala, dikatakan oleh

bidan setempat memang jarang dilakukan, karena tidak adanya jadwal kegiatan

yang tetap untuk penyuluhan ASI eksklusif, sehingga pemberian informasi dan

sosialisasi mengenai ASI dan manajemennya menjadi terhambat. Pemberian

informasi dan sosialisasi ASI selama ini hanya diberikan jika ibu datang ke

Posyandu untuk memeriksakan anaknya yang sakit atau jika ibu melakukan

kontrol setelah melahirkan.

Dalam wawancara yang dilakukan, bidan desa juga mengatakan bahwa

kendala lainnya yang didapati dalam usaha penerapan ASI eksklusif adalah

rendahnya sumber daya manusia (SDM) dihubungkan dengan tingkat

pendidikan yang masih rendah, sehingga tidak tercapai pola pikir yang sama

antara bidan, kader dan masyarakat. Menurut bidan, hal tersebut menyebabkan

tidak tercapainya tujuan penerapan ASI eksklusif, karena apa yang

disampaikan oleh bidan, dipersepsikan berbeda oleh masyarakat setempat.

Terlebih lagi masyarakat setempat masih mempertahankan pola tradisi yang

ada, seperti tersebut di atas.

Bidan juga mengatakan diseluruh Posyandu Desa Sidomulyo, sudah

dilakukan pendataan dan pencatatan mengenai jumlah ibu yang memberikan

ASI eksklusif yaitu pada tahun 2010 ada 12 orang yang melakukan ASI

eksklusif di bulan januari-Mei

IV.2.2. Hasil Wawancara Kader

Kader di Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang

berjumlah 40 orang. Wawancara yang dilakukan pada kader adalah dengan

mengajukan pertanyaan mengenai ASI dan program ASI eksklusif. Dari hasil

wawancara didapatkan hasil bahwa kader, mengenal definisi ASI eksklusif

namun tidak memahami secara menyeluruh dan mendalam mengenai ASI

eksklusif. Kader hanya mengetahui bahwa ASI eksklusif adalah pemberian Air

Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan tanpa makanan

dan ataupun minuman tambahan lain. Bahkan ada kader yang mengetahui

bahwa ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sampai usia bayi 4 bulan.

23

Page 24: Leppi - ASI Ekslusif

Para kader mengatakan bahwa di Desa Sidomulyo jarang sekali

dilakukan penyuluhan. Selama ini penyuluhan yang dilakukan hanya

didasarkan atas permasalahan yang ada, dan tidak secara mendalam hanya

sebatas berbincang – bincang saja. Penyuluhan mengenai ASI eksklusif

sendiri, secara khusus tidak pernah dilakukan. Kader juga tidak pernah

mendapatkan pelatihan mengenai manajemen Laktasi dan pengetahuan ASI

eksklusif, sehingga pengetahuan kader mengenai ASI eksklusif sangat minim.

IV.2.3. Hasil Kuesioner Terhadap Ibu Yang Mempunyai Anak 0-12 bulan

Berdasarkan hasil Kuesioner dengan ibu yang mempunyai anak usia 0-

12 bulan, kebanyakan para ibu tidak tahu akan manfaat ASI ekslusif secara

umum. Ibu menyusui hanya tau, bahwa ASI merupakan asupan yang paling

baik saat bayi berumur sampai 4 bulan. Setelah itu, bayi diberikan susu

formula atau bubur saring, supaya bayi dapat tumbuh lebih gemuk dan cepat

besar. Ibu biasanya tidak puas hanya dengan memberikan asi mereka, karena

jika hanya memberikan ASI saja, bayi mereka akan lebih sering menangis

karena kelaparan. Disamping itu tradisi mereka yang pantang melihat anak

menangis membuat meraka makin sering memberikan susu formula dan bubur

saring setiap bayi mereka menangis.

24

Page 25: Leppi - ASI Ekslusif

BAB V

ANALISA MASALAH

V.1. UPAYA KESEHATAN PUSKESMAS

Menurut Hartoyo (2010), secara garis besar program kesehatan puskesmas

dibagi menjadi 3 macam, yaitu; upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan

pengembangan dan upaya kesehatan inovasi. Upaya kesehatan wajib ditetapkan

berdasarkan komitmen nasional, regional dan global dan mempunyai daya ungkit

tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas Rawat Inap

Salaman I sudah melakukan upaya pelayanan kesehatan yang sesuai dengan 6 pokok

program kesehatan dasar (upaya kesehatan wajib) yaitu:

1. Upaya promosi kesehatan

2. Upaya kesehatan lingkungan

3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

4. Upaya perbaikan gizi masyarakat

5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

6. Upaya pengobatan

V.2. INDIKATOR PROGRAM PUSKESMAS YANG BERMASALAH

Indikator merupakan alat yang paling efektif untuk melakukan monitoring

dan evaluasi. Indikator adalah variable yang menunjukkan atau menggambarkan

keadaan dan dapat digunakan untuk mengukur terjadinya perubahan. (Depkes RI,

2004).

Dalam pelaksanaan kegiatan programnya, Puskesmas Rawat Inap salaman I

masih memiliki beberapa cakupan kegiatan yang masih belum mencapai target Dinas

Kesehatan Kabupaten Magelang. Hal ini tentu masih menjadi masalah yang harus

dicari penyebab dan upaya penyelesaiannya.

25

Page 26: Leppi - ASI Ekslusif

V.3. KERANGKA PIKIR PEMECAHAN MASALAH

Masalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang diharapkan, yang

ingin dicapai, yang menimbulkan rasa tidak puas, dan keinginan untuk

memecahkannya.

Dengan demikian didapatkan ciri-ciri masalah :

Menyatakan hubungan dua atau lebih variabel

Dapat diukur

Dapat diatasi (Hartoyo,2010)

Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:

1. Masalah

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,

menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian

mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil

pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang

terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu

yang sudah ditetapkan.

2. Penentuan penyebab masalah

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan

dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah hendaknya jangan

menyimpang dari masalah tersebut.

3. Memilih penyebab yang paling mungkin

Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang

didukung oleh data atau konfirmasi.

4. Menentukan alternatif pemecahan masalah

Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari

penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat

langsung pada alternatif pemecahan masalah.

5. Penetapan pemecahan masalah terpilih

Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan

pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka

digunakan Kriteria Matrik untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik.

26

Page 27: Leppi - ASI Ekslusif

6. Penyusunan rencana penerapan

Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of

Action atau Rencana Kegiatan)

7. Monitoring dan evaluasi

Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan

masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan

menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat

dipecahkan.

Setelah melalui berbagai proses dalam menentukan masalah – masalah yang

telah teridentifikasi tersebut, maka berdasarkan penyebab masalah dapat ditentukan

alternatif pemecahan masalah dan dari hasil pemecahan masalah akan dibuat rencana

untuk pelatalaksanaannya secara rinci dalam bentuk Plan of Action.

Berdasarkan gambaran kasus yang dibahas pada bab sebelumnya, maka

ditemukan beberapa masalah yang akan dibahas dengan menggunakan bahan

pendekatan pemecahan masalah sebagai berikut :

Gambar 2. Kerangka Pemecahan Masalah

27

Page 28: Leppi - ASI Ekslusif

INPUT PROSES OUT PUT

LINGKUNGAN

BAB VI

ANALISIS PENYEBAB MASALAH

VI.1. ANALISIS PENYEBAB MASALAH

Upaya penyelesaian dari masalah hasil cakupan kegiatan puskesmas yang

belum memenuhi target tersebut dapat dilaksanakan melalui proses pengkajian

masalah berdasarkan metode pendekatan sistem sebagai berikut:

Gambar 3. Analisis Penyebab Masalah

Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan system seperti

tersebut di atas, untuk mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan –

pendekatan masalah. Dari pendekatan system ini dapat ditelusuri hal – hal yang

mungkin menyebabkan munculnya permsalahan di Desa Sidomulyo, Kecamatan

Salaman, Kabupaten Magelang.

28

Page 29: Leppi - ASI Ekslusif

Tabel.4. Kemungkinan penyebab masalah berdasarkan manajemen pendekatan

system.

INPUT Kelebihan Kekurangan

Man Jumlah dokter, bidan dan

kader sudah cukup.

Tingkat pengetahuan dokter

dan bidan tentang ASI dan

manajemennya sudah baik

Tingkat pengetahuan kader tentang manfaat ASI

ekslusif dan manajemennya masih kurang

Money Tersedianya dana asi ekslusif

Method Dokter dan bidan sudah

melakukan IMD sesuai

prosedur

Dokter dan bidan telah

memberitahukan cara

memberikan ASI

Data didapatkan dari kohort

bidan posyandu

Belum semua bidan mensosialisasikan prosedur

tetap ANC ( ASI Ekslusif ).

Material PKD dan Posyandu telah

memberikan penyuluhan

tentang pentingnya ASI kepada

masyarakat

Media promosi masih kurang

Machine Terdapat buku tersendiri untuk

pencatatan bayi dengan ASI

eksklusif

29

Page 30: Leppi - ASI Ekslusif

Kelebihan Kekurangan

LINGKUNGAN Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai

pentingnya pemberian ASI Eksklusif

Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai

akibat pemberian makanan tambahan pada bayi yang

berusia kurang dari 6 bulan

Kebiasaan, tradisi dan pola pikir masyarakat dengan

memberikan makanan tambahan mulai pada usia kurang

dari 6 bulan.

Masih banyak ibu yang bekerja sehingga tidak dapat

melaksanankan Asi eksklusif secara optimal

PROSES Kelebihan Kekurangan

P1 Tersedianya jadwal

pelayanan di puskesmas

dan posyandu

Tidak adanya penjadwalan kunjungan rumah

terhadap bayi yang tidak ASI ekslusif

P2 Sudah ada jadwal

pelayanan di puskesmas

dan posyandu

Belum ada kunjungan rumah secara rutin terhadap

bayi yang tidak ASI ekslusif

Adanya program dari Puskesmas atau Posyandu

setempat untuk mengadakan penyuluhan dan

pelatihan kepada petugas kesehatan mengenai

pengetahuan dan manajemen ASI namun kurang

berjalan dengan optimal

Cara penyampaian informasi yang dilakukan oleh

bidan atau kader kurang menarik

30

Page 31: Leppi - ASI Ekslusif

P3 Adanya pengawasan

dan penilaian dalam

pendataan dan

pencatatan bayi

yang mendapat ASI

Eksklusif

Adanya laporan

bulanan bayi yang

mendapat ASI

eksklusif

Tindak lanjut hasil

evaluasi dari

kegiatan Posyandu

berjalan dengan

baik.

Adanya pendataan

dan pencatatan

mengenai bayi yang

mendapat ASI

eksklusif

31

Page 32: Leppi - ASI Ekslusif

32

Page 33: Leppi - ASI Ekslusif

VI.4. KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH

1. Tingkat pengetahuan kader tentang ASI dan manajemennya masih kurang

2. Tidak adanya penjadwalan kunjungan rumah terhadap bayi yang tidak ASI

ekslusif

3. Adanya program dari Puskesmas atau Posyandu setempat untuk mengadakan

penyuluhan dan pelatihan kepada petugas kesehatan mengenai pengetahuan

dan manajemen ASI namun kurang berjalan dengan optimal

4. Cara penyampaian informasi baik yang dilakukan oleh kader ataupun petugas

kesehatan kurang menarik

5. Tidak adanya penjadwalan untuk kegiatan penyuluhan mengenai bayi yang

mendapat ASI eksklusif

6. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai pentingnya pemberian

ASI Eksklusif

7. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai akibat pemberian

makanan tambahan pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan

8. Kebiasaan, tradisi dan pola pikir masyarakat dengan memberikan makanan

tambahan mulai pada usia kurang dari 6 bulan.

9. Masih banyak ibu yang bekerja sehingga tidak dapat melaksanankan Asi

eksklusif secara optimal yaitu dengan memberikan susu formula serta bubur

tim.

33

Page 34: Leppi - ASI Ekslusif

VI.5. PENYEBAB YANG PALING MUNGKIN

Setelah dilakukan konfirmasi kepada Bidan desa dan Kader desa di

Puskesmas Rawat Inap Salaman I, maka didapatkan masalah yang paling mungkin,

yaitu :

1. Tingkat pengetahuan kader tentang ASI dan manajemennya masih kurang

2. Tidak adanya penjadwalan untuk kegiatan penyuluhan mengenai bayi yang

mendapat ASI eksklusif

3. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai pentingnya pemberian

ASI Eksklusif

4. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai akibat pemberian

makanan tambahan pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan

5. Masih banyak ibu yang bekerja sehingga tidak dapat melaksanankan Asi

eksklusif secara optimal sehingga tidak dapat melaksanankan Asi eksklusif

secara optimal yaitu dengan memberikan susu formula serta bubur tim.

34

Page 35: Leppi - ASI Ekslusif

BAB VII

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

VII.1. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Setelah diperoleh daftar masalah, maka dapat dilakukan langkah selanjutnya

yaitu dibuat alternatif pemecahan penyebab masalah.

Berikut ini adalah alternatif pemecahan penyebab masalah yang ada :

Tabel 5. Alternatif Pemecahan Masalah

No

.

Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah

1. Tingkat pengetahuan kader tentang ASI

dan manajemennya masih rendah

Memberikan pelatihan serta penyuluhan

kepada kader Posyandu mengenai ASI

eksklusif dan manajemen laktasi

2. Tidak adanya penjadwalan untuk

kegiatan penyuluhan, pendataan dan

pencatatan mengenai bayi yang

mendapat ASI eksklusif

Dilakukan penjadwalan untuk kegiatan

penyuluhan, sesuai jadwal yang

disepakati dan dilakukan pendataan dan

pencatatan bayi yang mendapat ASI

eksklusif setiap kali diadakan Posyandu

3. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran

ibu mengenai pentingnya pemberian ASI

Eksklusif

Memberikan penyuluhan atau booklet

kepada ibu yang memiliki bayi, mengenai

pentingnya pemberian ASI secara

eksklusif

4. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran

ibu mengenai akibat pemberian makanan

tambahan pada bayi yang berusia kurang

dari 6 bulan

Memberikan penyuluhan kepada ibu yang

memiliki bayi, mengenai bahaya dan

akibat pemberian makanan tambahan

dibawah usia 6 bulan

5. Masih banyak ibu yang bekerja sehingga

tidak dapat melaksanankan Asi eksklusif

secara optimal yaitu dengan memberikan

susu formula serta bubur tim

Dukungan keluarga ibu sehingga ibu

melaksanakan program ASI eksklusif

dengan optimal, dan penyuluhan tentang

cara pengeluaran ASI dan penyimpanan

35

Page 36: Leppi - ASI Ekslusif

ASI

VII.2. PENGGABUNGAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

a. Memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi, mengenai

pentingnya pemberian ASI secara eksklusif dan memberi pengertian akan

bahaya dan akibat pemberian makanan tambahan dibawah usia 6 bulan

b. Memberikan pelatihan serta penyuluhan kepada kader Posyandu

mengenai peranan ASI eksklusif dan manajemen laktasi

c. Dilakukan penjadwalan untuk kegiatan penyuluhan, sesuai jadwal yang

disepakati dan dilakukan pendataan dan pencatatan bayi yang mendapat

ASI eksklusif setiap diadakannya Posyandu

d. Dukungan keluarga mendukung ibu sehingga ibu dapat melaksanakan

program ASI eksklusif dengan optimal

VII.3. PENENTUAN PRIORITAS ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Setelah menemukan alternative pemecahan masalah, maka selanjutnya

dilakukan penentuan prioritas alternative pemecahan masalah. Penentuan prioritas

alternative pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode

Hanlon kualitatif. Berikut ini proses penentuan prioritas alternative pemecahan

masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks :

a. Magnitude (m) = besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang

dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat

diselesaikan dengan pemecahan masalah makin efektif

b. Importancy (i) = pentingnya cara pemecahan masalah. Maka pentingnya

carqa penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah makin efektif

c. Vulnerability (v) = sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitive

bantuk penyelesaian masalah makin efektif

d. Cost (c) = perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan

pemecahan masalah

Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5. Cara memberi nilai

yaitu nilai yang mendekati nilai 1, bila biaya yang digunakan makin kecil

sebaliknya mendekati nilai 5 biaya perkiraan makin besar

36

Page 37: Leppi - ASI Ekslusif

Rumus Kriteria Matriks :

m x i x v

c

Tabel 6. kriteria m (magnitude)

A B C D Horizontal

A + + + 5

B + + 4

C + 3

D 2

Tot Ver 0 0 0 0 0

Tot Hor 5 4 3 2

TOTAL 5 4 3 2

Table 7. kriteria I (importency)

A B C D Horizontal

A + + + 5

B - + 3

C + 3

D 2

Tot Ver 0 0 1 0

Tot Hor 5 3 3 2

TOTAL 5 3 4 2

37

Page 38: Leppi - ASI Ekslusif

Tabel 8. kriteria V (vunerability)

A B C D Horizontal

A + + + 5

B + + 4

C - 2

D 2

Tot Ver 0 0 0 1

Tot Hor 5 4 2 2

TOTAL 5 4 2 3

Table 9. kriteria C (cost)

No Penyelesaian masalah Cost

1 Memberikan penyuluhan atau booklet kepada ibu yang

memiliki bayi, mengenai pentingnya pemberian ASI secara

eksklusif dan memberi pengertian akan bahaya dan akibat

pemberian makanan tambahan dibawah usia 6 bulan

5

2 Memberikan pelatihan serta penyuluhan ataupun booklet

kepada kader Posyandu mengenai peranan ASI eksklusif dan

manajemen laktasi

4

3 Dilakukan penjadwalan untuk kegiatan penyuluhan, sesuai

jadwal yang disepakati dan dilakukan pendataan dan

pencatatan bayi yang mendapat ASI eksklusif setiap

diadakannya Posyandu

3

4 Peran serta suami serta keluarga mendukung ibu sehingga ibu

dapat melaksanakan program ASI eksklusif dengan optimal

1

38

Page 39: Leppi - ASI Ekslusif

Dari hasil magnitude, importency dan vulnerability dan cost diatas dengan

menggunakan kriteria matriks, maka dapat diurutkan prioritas masalah sebagai

berikut :

Table 10. Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

NO Alternative pemecahan

masalah

Nilai Kriteria Hasil

(m x I x v)/c

Prioritas

M I V C

1. Memberikan penyuluhan

atau booklet kepada ibu

yang memiliki bayi,

mengenai pentingnya

pemberian ASI secara

eksklusif dan memberi

pengertian akan bahaya dan

akibat pemberian makanan

tambahan dibawah usia 6

bulan

5 5 5 5 25 I

2. Memberikan pelatihan serta

penyuluhan ataupun booklet

kepada kader Posyandu

mengenai peranan ASI

eksklusif dan manajemen

laktasi

4 3 4 4 12 II

3. Dilakukan penjadwalan

untuk kegiatan penyuluhan,

sesuai jadwal yang

disepakati dan dilakukan

pendataan dan pencatatan

bayi yang mendapat ASI

eksklusif setiap diadakannya

Posyandu

3 4 2 3 8 III

39

Page 40: Leppi - ASI Ekslusif

4. Peran serta suami serta

keluarga sehingga ibu

melaksanakan program ASI

eksklusif dengan optimal

1 1 1 1 1 V

Setelah melakukan penentuan prioritas alternative pemecahan penyebab

masalah dengan menggunakan maka didapatkan urutan prioritas alternative

pemecahan masalah mengenai rendahnya cakupan ASI eksklusif di Desa Sidomulyo,

Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Adapun prioritas alternative masalah

yang didapatkan adalah sebagai berikut :

1. Memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi, mengenai pentingnya

pemberian ASI secara eksklusif dan memberi pengertian akan bahaya dan akibat

pemberian makanan tambahan dibawah usia 6 bulan

2. Memberikan pelatihan serta penyuluhan ataupun booklet kepada kader Posyandu

mengenai peranan ASI eksklusif dan manajemen laktasi

3. Dilakukan penjadwalan untuk kegiatan penyuluhan, sesuai jadwal yang disepakati

dan dilakukan pendataan dan pencatatan bayi yang mendapat ASI eksklusif setiap

diadakannya Posyandu

4. Peran serta suami serta keluarga sehingga ibu melaksanakan program ASI

eksklusif dengan optimal

40

Page 41: Leppi - ASI Ekslusif

VII.4. Plan Of Action (POA)

Tabel 11. Rencana Kegiatan Pemecahan Masalah Dalam Meningkatkan Cakupan Penerapan ASI Eksklusif

No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana Metode Tolak ukur

1. Memberikan penyuluhan

atau booklet kepada ibu

yang memiliki bayi,

mengenai pentingnya

pemberian ASI secara

eksklusif dan memberi

pengertian akan bahaya

dan akibat pemberian

makanan tambahan

dibawah usia 6 bulan

Meningkatkan

pengetahuan ibu

yang mempunyai

bayi akan

pentingnya ASI

ekslusif

Ibu yang

memiliki

bayi

Posyandu Bidan dan

Kader

Posyandu

Satu bulan

sekali

Dana

operasional

Puskesmas

Salaman I,

Diskusi

tatap

muka dan

tanya

jawab

serta

pembagian

booklet

Meningkatnya

pengetahuan

ibu tentang

ASI dan

berkurangnya

pemberian

makanan

tambahan pada

bayi kurang

dari 6 bulan

41

Page 42: Leppi - ASI Ekslusif

2. Memberikan pelatihan

kepada kader Posyandu

mengenai peranan ASI

eksklusif dan manajemen

laktasi

Meningkatkan

pengetahuan kader

mengenai ASI

eksklusif dan

manajemen laktasi

Bidan dan

kader

Posyandu

Posyandu

setempat

/balai

desa/aula

puskesmas

Dokter,

bidan dan

kader

Posyandu

Setiap satu

tahun

Dana

operasional

Puskesmas,

Swadaya

masyarakat,

Promkes

Seminar,

Pelatihan

dan

diskusi

Meningkatnya

pengetahuan

bayi yang

mendapat ASI

Eksklusif

3. Dilakukan penjadwalan

terhadap penyuluhan

kelompok Ibu hamil dan

menyusui setiap

diadakannya Posyandu

Meningkatkan

pengetahuan kader

dan mendapatkan

data jumlah bayi

yang mendapat ASI

Eksklusif

Bidan dan

Kader

Posyandu Bidan dan

kader

Setiap kali

kegiatan

Posyandu

Swadaya

masyarakat

Diskusi

dan

pencatatan

Adanya data

bayi yang

mendapatkan

ASI eksklusif

42

Page 43: Leppi - ASI Ekslusif

4. Peran serta suami serta

keluarga mendukung ibu

sehingga ibu dapat

melaksanakan program

ASI eksklusif dengan

optimal

Mendukung ibu

sehingga dapat

melaksanakan ASI

eksklusif secara

dapat

melaksanakannya

dengan optimal

Suami serta

keluarga

dari ibu

yang

mempunyai

bayi usia 0-

6 bulan

Rumah ibu

yang

mempunyai

bayi usia 0-

6 bulan

Kader

posyandu

Setiap

kegiatan

posyandu

(satu bulan

sekali

Swadaya

masyarakat

Diskusi

dan Tanya

jawab

Ibu

melaksanakaka

n kegiatan ASI

eksklusif

dengan

optimal

43

Page 44: Leppi - ASI Ekslusif

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

VIII.1. KESIMPULAN

Sebagai perwujudan komitmen terhadap innocent declaration, Depkes RI

mengeluarkan sejumlah peraturan untuk menjamin pemberian ASI pada bayi.

Peraturan itu diantaranya Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 450

tahun 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu secara eksklusif pada bayi di Indonesia.

Untuk pengawasan dan evaluasi peraturan ini, pemerintah menyerahkan sepenuhnya

kepada Dinas Kesehatan Provinsi serta Kabupaten atau Kota.

Dalam upaya pengawasan dan evaluasi pemberian ASI eksklusif, pemerintah

Kabupaten Magelang memasukkan program ASI eksklusif ke dalam Stamdar

Pelayanan Minimal (SPM). Dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang

menargetkan pemberian ASI eksklusif sebesar 80%. Namun permasalahan yang ada

dalam Standar Pelayanan minimal Puskesmas Rawat Inap Salaman I periode

Januari-Mei 2010 adalah tidak tercapainya cakupan ASI eksklusif pada periode

tersebut yaitu 35,19%.

Bayi yang mendapatkan ASI Esklusif di Desa Sidomulyo, Kecamatan

Salaman, kabupaten Magelang periode Januari-Mei 2010 yaitu 7,18%,

Dari hasil wawancara dengan bidan dan kader desa maka dapat diketahui

bahwa masih ada bayi yang umur kurang dari 4 (empat) bulan yang telah diberi MP-

ASI, Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai

akibat pemberian makanan tambahan pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan

Maka perlu ditingkatkan penyuluhan kepada ibu – ibu tentang pentingnya

pemberian ASI esklusif dan makanan pendamping ASI pada usia anak yang tepat

dalam masa pertumbuhan anak mereka.

44

Page 45: Leppi - ASI Ekslusif

VIII.2. SARAN

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis, antara lain :

A. Bagi Ibu yang Memiliki Bayi

Bagi ibu- ibu yang belum memberikan ASI Eksklusif pada bayinya,

diharapkan dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

B. Bagi Puskesmas

Perlunya dilakukan penyuluhan dan pembinaan kepada ibu- ibu di

Desa Sidomulyo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang,

mengenai manfaat memberikan ASI eksklusif, cara memberikan ASI

yang membantu produksi kelancaran ASI sejak lahir terutama bagi

ibu- ibu yang akan melahirkan pertama kali untuk meningkatkan

pengetahuan ibu tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif.

Perlunya peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya

tentang ASI dan menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu

hamil tentang gizi dan perawatan payudara selama masa kehamilan,

sehingga produksi ASI cukup.

Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di Puskesmas,

Poliklinik Desa, ataupun Posyandu di dalam memberikan penyuluhan

atau petunjuk kepada ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu

menyusui tentang ASI dan menyusui.

45

Page 46: Leppi - ASI Ekslusif

DAFTAR PUSTAKA

1. Supraptini, Lubis A, Irianto J. Cakupan Imunisasi Balita Dan ASI Eksklusif

Di Indonesia, Hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001. Jakarta :

2001, 249-54.

2. Sentra Laktasi Indonesia. Pelatihan Konseling Menyusui Modul 40 Jam

WHO dan UNICEF. Jakarta : 2007.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Indonesia Sehat 2010. Jakarta :

2004.

4. Hartoyo, 2009. Handout Pengelolaan Pelayanan Puskesmas dan

Permasalahannya. Magelang.

5. Siregar A. Pemberian ASI Ekslusif Dan Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhinya. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan 2004.

6. Siregar A. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Oleh Ibu

Melahirkan. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan 2004.

7. Hartoyo, 2009. Handout Proses Pemecahan Masalah Penentuan Prioritas

Masalah dan Pengambilan Keputusan. Magelang.

8. Depkes RI. Panduan Manajemen Laktasi : Dit. Gizi Masyarakat. Jakarta,

2001.

9. Afifah D. N. 2007. Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik

Pemberian ASI Eksklusif. Semarang.

46

Page 47: Leppi - ASI Ekslusif

Tabel Gannt Chart

No.

Kegiatan

Jul Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.

A

2.

B

3.

C

4.

D

Keterangan :A = Memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki bayi, mengenai pentingnya pemberian ASI secara eksklusif dan memberi pengertian

akan bahaya dan akibat pemberian makanan tambahan dibawah usia 6 bulan

B = Memberikan pelatihan serta penyuluhan ataupun booklet kepada kader Posyandu mengenai peranan ASI eksklusif dan manajemen

laktasi

C = Dilakukan penjadwalan untuk kegiatan penyuluhan, sesuai jadwal yang disepakati dan dilakukan pendataan dan pencatatan bayi yang

mendapat ASI eksklusif setiap diadakannya Posyandu

D = Peran serta suami serta keluarga sehingga ibu melaksanakan program ASI eksklusif dengan optimal

47