37
LESI INFLAMASI PADA RAHANG Lesi inflamasi adalah keadaan patologis yang biasa terjadi pada rahang. Rahang mempunyai keadaan yang unik dibandingkan dengan tulang yang lain pada tubuh karena kehadiran gigi yang merupakan jalan masuk langsung bagi infeksi dan agen inflamasi untuk menyerang tulang melalui karies dan penyakit periodontal. Reaksi tubuh terhadap bahan kimia, fisik, atau mikrobiologi adalah dengan reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi menghambat perjalanan stimulus yang membahayakan dan mempersiapkan lingkungan untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Pada keadaan normal, metabolisme tulang menunjukkan keseimbangan dari resorpsi osteoklas dan produksi osteoblas. Mediator inflamasi (cytokines, prostaglandin, dan beberapa faktor pertumbuhan) menunjukkan kondisi keseimbangan yang baik antara resorpsi tulang dengan pembentukan tulang. Jika sumber awal inflamasi adalah pulpa yang nekrosis dan lesi pada tulang dan terbatas pada daerah sekitar gigi, maka kondisi tersebut disebut lesi inflamasi periapikal, jika infeksi menyebar pada sumsum tulang dan tidak lagi terkontaminasi pada daerah sekitar ujung (apeks) akar gigi disebut osteomyelitis. Sumber lesi inflamasi lain pada tulang antara lain adalah perluasan inflamasi pada tulang melalui jaringan lunak, tipe lesi ini disebut sebagai lesi periodontal. Perikoronitis, inflamasi yang timbul pada jaringan sekitar mahkota gigi yang belum erupsi sempurna. Hal ini menegaskan bahwa nama dari jenis inflamasi cenderung menjelaskan keadaan klinis dan radiologis, walapun semua jenis tersebut memiliki mekanisme penjalaran penyakit yang sama. GAMBARAN KLINIS Empat tanda inflamasi – rubor, tumor, kalor, dan dolor – terlihat dengan berbagai derajat keparahan pada inflamasi rahang. Lesi akut terjadi pada onset cepat. Tipe onset dari lesi akut adalah cepat, dan lesi ini menyebabkan sakit, kadang disertai dengan demam dan pembengkakan. Lesi kronis terjadi pada onset yang lama dan tidak menyebabkan sakit. Demam biasanya terjadi sesekali pada derajat

Lesi Inflamasi Pada Rahang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lesi Inflamasi Pada Rahang

LESI INFLAMASI PADA RAHANG

Lesi inflamasi adalah keadaan patologis yang biasa terjadi pada rahang. Rahang mempunyai keadaan yang unik dibandingkan dengan tulang yang lain pada tubuh karena kehadiran gigi yang merupakan jalan masuk langsung bagi infeksi dan agen inflamasi untuk menyerang tulang melalui karies dan penyakit periodontal. Reaksi tubuh terhadap bahan kimia, fisik, atau mikrobiologi adalah dengan reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi menghambat perjalanan stimulus yang membahayakan dan mempersiapkan lingkungan untuk memperbaiki jaringan yang rusak.

Pada keadaan normal, metabolisme tulang menunjukkan keseimbangan dari resorpsi osteoklas dan produksi osteoblas. Mediator inflamasi (cytokines, prostaglandin, dan beberapa faktor pertumbuhan) menunjukkan kondisi keseimbangan yang baik antara resorpsi tulang dengan pembentukan tulang.

Jika sumber awal inflamasi adalah pulpa yang nekrosis dan lesi pada tulang dan terbatas pada daerah sekitar gigi, maka kondisi tersebut disebut lesi inflamasi periapikal, jika infeksi menyebar pada sumsum tulang dan tidak lagi terkontaminasi pada daerah sekitar ujung (apeks) akar gigi disebut osteomyelitis. Sumber lesi inflamasi lain pada tulang antara lain adalah perluasan inflamasi pada tulang melalui jaringan lunak, tipe lesi ini disebut sebagai lesi periodontal. Perikoronitis, inflamasi yang timbul pada jaringan sekitar mahkota gigi yang belum erupsi sempurna. Hal ini menegaskan bahwa nama dari jenis inflamasi cenderung menjelaskan keadaan klinis dan radiologis, walapun semua jenis tersebut memiliki mekanisme penjalaran penyakit yang sama.

GAMBARAN KLINIS

Empat tanda inflamasi – rubor, tumor, kalor, dan dolor – terlihat dengan berbagai derajat keparahan pada inflamasi rahang. Lesi akut terjadi pada onset cepat. Tipe onset dari lesi akut adalah cepat, dan lesi ini menyebabkan sakit, kadang disertai dengan demam dan pembengkakan. Lesi kronis terjadi pada onset yang lama dan tidak menyebabkan sakit. Demam biasanya terjadi sesekali pada derajat keparahan yang rendah, dan pembengkakan terjadi secara bertahap. Keadaan kronis, infeksi dengan derajat keparahan rendah tidak akan menunjukkan gejala klinis yang signifikan.

GAMBARAN RADIOGRAFIS

Lokasi

Lesi inflamasi periapikal, dimana kondisi patologis terjadi pada pulpa,biasanya terjadi di daerah apeks gigi. Lesi yang berasal dari pulpa juga dapat terjadi dimanapun di sepanjang permukaan karena terbukanya akses saluran akar (accessory canals) atau perforasi sebagai akibat dari terapi saluran akar atau fraktur akar. Lesi periodontal terjadi pada alveolar crest. Jika kehilangan tulang berat, inflamasi tulang dapat meluas hingga furkasi akar atau bahkan hingga apeks akar. Osteomyelitis biasa terjadi pada posterior mandibula, jarang terjadi pada maksila.

Peripheral

Page 2: Lesi Inflamasi Pada Rahang

Sebagian besar kondisi pada peripheral menyebabkan sakit secara bertahap dari pola trabekular yang normal ke pola sklerotik, atau pada pola trabekular normal dapat secara bertahap berangsur menjadi daerah radiolusen dari kehilangan tulang.

Struktur Internal

Struktur internal dari lesi inflamasi memperlihatkan gambaran spektrum. Tulang cancellous dapat memberikan respon tipping pada keseimbangan metabolik tulang disetiap resorpsi (resorpsi tulang memberikan gambaran radiolusen) dan pembentukan tulang memberikan gambaran radioopak. Biasanya terdapat kombinasi dari kedua reaksi tersebut. Daerah radiolusen tidak menunjukkan dengan jelas kondisi trabekulasi atau menunjukkan pola yang kabur dari trabekulasi. Penambahan derajat radioopak disebabkan bertambahnya pembentukan tulang pada trabekula. Secararadiografis, trabekula ini terlihat solid dan lebih banyak, menggantikan ruangan pada sum-sum. Pada kondisi akut, gambaran resorpsi terlihat lebih dominan. Pada kondisi kronis, gambaran radioopak terlihat pada pembentukan tulang. Pada kondisi osteomyelitis, pemeriksaan x-ray yang hati-hati dapat memberikan gambaran sequestra yang menggambarkan area radiolusen yang berisi daerah radioopak pada tulang nonvital.

Efek Pada Struktur Sekitar

Efek yang terjadi termasuk stimulasi pembentukan tulang, menghasilkan pola sklerotik, atau resorpsi tulang, memberikan gambaran radiolusen. Ligamen periodontal pada lesi terlihat lebih lebar, pelebaran ini juga terlihat pada kondisi inflamasi. Sebagai contoh, lesi periapikal menggambarkan pelebaran di daerah apical sedangkan penyakit periodontal memperlihatkan gambaran pelebaran di daerah alveolar crest. Pada infeksi kronis, resorpsi akar dapat saja terjadi. Komponen periosteal dari tulang, pada daerah permukaan tulang rahang atau pada dasar sinus maksilaris juga dapat merespon reaksi inflamasi.

Periosteum terdiri dari lapisan sel-sel, dan pada kondisi yang baik, dapat dibedakan sebagai osteoblas dan tulang baru. Eksudat inflamasi dari infeksi pada tulang dapat masuk ke cortex, mengangkat periosteum dari permukaan tulang, dan menstimulasi periosteum untuk memproduksi tulang baru. Karena eksudat inflamasi berupa cairan, periosteum diangkat dari permukaan tulang hingga posisi periosteum hampir paralel dengan permukaan tulang. Oleh karena itu, lapisan dari tulang baru berada hampir paralel dengan permukaan tulang.

B.KLASIFIKASI LESI INFLAMASI PADA RAHANG

LESI INFLAMASI PERIAPIKAL

Sinonim

Page 3: Lesi Inflamasi Pada Rahang

Lesi inflamasi periapikal biasa disebut dengan periodontitis apikalis akut, periodontitis apikalis kronis, abses periapikal, dan granuloma periapikal. Gambaran radiolusen disebut dengan rarefying osteitis, dan gambaran radioopak disebut dengan sclerosing osteitis, condensing osteitis, dan focal sclerosing osteitis.

Definisi

Lesi inflamasi periapikal didefinisikan sebagai respon lokal tulang di sekitar apeks gigi dimana terjadinya merupakan akibat dari nekrosis pulpa atau akibat dari kerusakan jaringan periapikal yang merupakan perluasan dari penyakit periodontal. Nekrosis pulpa terjadi sebagai akibat dari masuknya bakteri ke pulpa melalui karies atau trauma. Pada bagian di bawah terlihat, lesi inflamasi periapikal dikarakteristikkan sebagai periodontitis apikalis, proses inflamasi yang secara histologist dapat terlihat berupa abses periapikal atau granuloma periapikal. Agen infeksi dari pulpa yang nekrosis keluar melalui apeks akar yang menyebabkan reaksi inflamasi pada ligament periodontal periapikal dan daerah sekitar tulang (periodontitis apikalis).

Reaksi ini secara histologist dikarakteristikkan sebagai inflamasi yang sebagian besar disebabkan oleh infiltrasi campuran limfosit dan polymorphonuclear neutrophils. Berdasarkan beberapa kondisi respon, neutrophil menghasilkan pus pada abses apikal. Hasil ini dikategorikan sebagai inflamasi akut.karies abses periapikal osteomyelitis pulpa nekrosis periodontitis apikalis trauma granuloma periapikal kista periapikal Jika daerah di sekitar sumsum tulang terjadi reaksi inflamasi, abses periapikal lokal dapat menjadi osteomyelitis. Penjelasan yang tepat untuk proses berubahnya lesi inflamasi periapikal menjadi osteomyelitis tidak mudah untuk didefinisikan. Ukuran area inflamasi tidak begitu penting dibandingkan dengan kecepatan reaksi. Jika dilihat berdasarkan ukuran, lesi inflamasi periapikal biasanya terjadi lokal pada daerah apeks gigi, sedangkan osteomyelitis melebar ke arah tulang. Lesi periapikal dapat saja terlihat luas, namun biasanya lesi bersumber dari daerah apeks gigi. Jika lesi periapikal terlihat meluas dan tidak terpusat pada daerah apeks gigi, maka osteomyelitis menjadi diagnosa yang dapat dikemukakan. Perbedaan antara lesi inflamasi periapikal dan osteomyelitis dapat menjadi jelas jika sequestra dapat dilihat dengan baik pada gambaran radiografi. Proses berubahnya lesi inflamasi periapikal menjadi osteomyelitis relatif jarang terjadi. Faktor yang dapat menyebabkannya antara lain berkurangnya pertahanan dari host dan meningkatnya virulensi dari mikroorganisme pathogen.

Gambaran klinis

Gejala dari inflamasi periapikal mulai dari asimtomatik hingga sakit berat dengan atau tanpa pembengkakan, demam, dan lymphadenophaty. Abses periapikal biasanya ditunjukkan dengan sakit yang berat, kegoyangan, dan kadang perubahan posisi gigi, pembengkakan, dan sakit ketika diperkusi. Palpasi pada daerah apikal menimbulkan rasa sakit. Pada beberapa kasus, abses pada gigi ditunjukkan melalui gejala sistemik (demam, pembengkakan pada daerah wajah, lymphadenophaty). Lesi akut dapat berkembang menjadi lesi kronis (granuloma periapikal atau kista), dimana awalnya asimtomatik kecuali pada sakit gigi yang intermitten yang menandai eksaserbasi akut dari lesi kronis. Pasien biasanya mengeluh sakit yang intermitten. Gigi yang bersangkutan dapat saja asimtomatik, atau sensitif oleh

Page 4: Lesi Inflamasi Pada Rahang

perkusi dan kegoyangan. Penting untuk mengetahui bahwa gambaran klinis tidak selalu berkolerasi sempurna dengan gambaran histologis dan radiografis.

Gambaran Radiografi

Gambaran radiografi dari lesi inflamasi periapikal sangat bergantung pada lama terjadinya lesi. Sebab, lesi yang baru saja terjadi tidak akan memberikan perubahan pada gambaran radiografi, diagnosis jenis lesi ini biasanya hanya ditegakkan melalui gejala klinis. Beberapa lesi kronis menunjukkan keadaan lisis

(radiolusen) atau sklerotik (radioopak) atau keduanya.

Lokasi

Pada banyak kasus, lokasi pusat dari lesi inflamasi periapikal ditemukan dibagian apeks gigi. Lesi ini biasanya dimulai dari bagian apikal dari celah ligamen periodontal. Pada sebagian kasus lain, beberapa lesi terjadi di daerah lain pada akar gigi. Hal ini terjadi karena eksponasi saluran pulpa, perforasi struktur akar gigi akibat instrumentasi pada saluran pulpa dan fraktur akar.

Peripheral

Pada banyak contoh inflamasi periapikal dapat menimbulkan rasa sakit, menunjukkan perkembangan bertahap dari pola trabekula normal hingga pola abnormal dari lesi.

Struktur Internal

Lesi inflamasi periapikal akut tidak menunjukkan perubahan gambaran radiografi pada pola tulang normal. Perubahan yang dapat dideteksi dini adalah kehilangan kepadatan tulang, yang biasanya menggambarkan pelebaran celah ligamen periodontal di daerah apeks gigi dan kemudian menyebabkan pelebaran diameter pada jaringan tulang sekitar. Pada tahap awal ini, tidak ada gambaran yang dapat menunjukkan reaksi sklerotik tulang.

Pada tahap selanjutnya, campuran dari sklerotik dan rarefaction (kehilangan tulang memberikan gambaran radiolusen) dari tulang normal. Persentase dari dua jenis reaksi tulang ini bervariasi. Jika lesi merupakan pembentukan tulang, gambaran yang terlihat adalah periapical sclerosing osteitis, dan jika lesi yang terjadi merupakan resorpsi tulang, gambaran yang terjadi adalah periapical rarefying osteitis. Area yang mengalami destruksi paling besar biasanya terjadi di daerah apeks gigi dengan gambaran pola slerotik yang terjadi pada daerah peripheral. Daerah radiolusen dapat terjadi pada berbagai struktur tulang atau tergambar tidak jelas di daerah outline tulang trabekula. Inspeksi pada daerah sklerotik menunjukkan daerah yang lebih tebal dibandingkan dengan dengan trabekula normal dan kadang mengurangi jumlah trabekula per unit area. Pada kasus kronis, pembentukan tulang baru menunjukkan gambaran daerah sklerotik yang padat, dan gambaran tulang trabekula yang tidak jelas. Kadang-kadang lesi menunjukkan secara keseluruhan gambaran sklerotik (sclerosing osteitis), tetapi kadang beberapa gambaran menunjukkan pelebaran membran periodontal di daerah apikal.

Page 5: Lesi Inflamasi Pada Rahang

Efek pada struktur sekitar

Seperti yang disebutkan sebelumnya, lesi inflamasi periapikal dapat menstimulasi resorpsi tulang atau pembentukan tulang. Lamina dura di sekitas apeks gigi biasanya menghilang. Reaksi sklerotik dari tulang biasanya terbatas pada daerah apeks gigi atau pada beberapa kasus dapat terlihat meluas. Pada beberapa contoh yang jarang terjadi, reaksi sklerotik pada mandibula meluas ke daerah inferior korteks. Pada kasus kronis, resorpsi eksternal pada daerah apikal pada akar dapat terjadi. Apabila lesi berlangsung lama, saluran pulpa terlihat lebih lebar daripada saluran pulpa pada gigi yang berdekatan. Hal ini adalah hasil dari kematian odontoblas dan penghentian pembentukan dentin sekunder, dimana terjadi secara natural dan mengurangi ukuran kamar pulpa sedikit demi sedikit. Batas tulang kortikal dapat rusak, contohnya pada daerah dasar pada antrum maksila, dasar nasal fossa, atau bukal dan lingual prosesus alveolaris yang berdekatan dengan apeks. Lesi ini mampu memproduksi reaksi inflamasi periosteal, banyak terlihat pada dasar antrum maksila. Biasanya terlihat lapisan tipis dari produksi tulang baru dan inflamasi periosteum sepanjang antrum maksila, dan terkadang terlihat sebagai gambaran “halo shadow”. Reaksi periosteal biasanya juga terjadi badan permukaan bukal dan lingual dari prosesus alvolaris dan pada beberapa kasus terjadi pada inferior mandibula.

Differential Diagnosa

Dua tipe lesi yang sering terjadi yang harus dibedakan dari lesi inflamasi periapikal adalah periapical cemental dysplasia (PCD) dan enostosis (kepadatan tulang, osteosclerosis) pada daerah apeks gigi. Pada fase radiolusen awal dari PCD, gambaran radiografi tidak dapat dibedakan dengan lesi inflamasi periapikal. Diagnosa didukung oleh gejala klinis, termasuk tes vitalitas gigi. Pada lesi inflamasi periapikal, kamar pulpa melebar dibandingkan dengan kamar pulpa pada gigi yang berdekatan. Lesi PCD menunjukkan kepadatan, lesi PCD berhubungan dengan daerah apikal pada gigi anterior mandibula. Resorpsi akar eksternal lebih sering terjadi dibandingkan dengan PCD. Jika enostosis berada tepat pada apeks, dapat mengakibatkan lesi inflamasi pada celah ligament periodontal.

Kecil, lesi periapikal radiolusen dengan pinggiran yang terdefinisi dengan baik mensimulasikan korteks mungkin berupa granuloma periapikal atau kista (kista radikuler). Diferensiasi tidak mungkin kecuali karakteristik lain dari kista, seperti perpindahan dari struktur yang berdekatan dan perluasan batas-batas kortikal luar rahang terjadi. Lesi lebih besar dari 1 cm biasanya kista radikuler. Jika pasien memiliki perawatan endodontik atau operasi apikal, sebuah radiolusensi periapikal mungkin tetap yang mungkin terlihat seperti osteitis rarefying periapikal. (gbr. 20-9). Dalam setiap kasus tulang hancur tidak dapat digantikan dengan keadaan normal tulang tetapi dengan jaringan parut fibrosa padat. Diagnosis diferensial tidak dapat dibuat atas dasar radiologis saja; maka tanda-tanda dan gejala klinis harus didahulukan.

Dalam kasus yang jarang terjadi lesi metastasis dan keganasan seperti leukemia dapat tumbuh di segmen periapikal tulang sekitarnya dapat mengungkapkan daerah kecil lainnya perusakan tulang ganas.

Page 6: Lesi Inflamasi Pada Rahang

Penanganan

Perawatan dental standar dari lesi periapikal meliputi perawatan saluran akar atau ekstraksi dengan tujuan menghilangkan jaringan nekrosis di saluran akar karena itu sumber inflamasi. Jika tidak dirawat, gigi bisa menjadi asimtomatis karena saluran akar kering sampai lesi busuk atau parulis. Bagaimanapun, kemungkinan selalu muncul, lesi akan meluas meliputi daerah tulang yang lebih luas, menghasilkan osteomyelitis atau masuk ke jaringan lunak sekitar, yang dapat mengakibatkan daerah infeksi atau cellulitis.

PERICORONITIS

Sinonim: operculitis

Definisi: istilah pericoronitis artinya inflamasi jaringan di sekitar mahkota gigi yang erupsi sebagian. Ini sering terjadi pada gigi molar ketiga pada usia muda. Gingiva sekitar mahkota yang erupsi menjadi terinflamasi ketika makanan atau sisa makanan menjadi terperangkap di bawah jaringan lunak. Gingiva kemudian menjadi bengkak dan trauma karena oklusi dengan gigi lawan. Inflamasi ini meluas ke dalam tulang sekitar mahkota gigi.

Gambaran Klinis

Pasien dengan pericoronitis ditandai dengan keluhan nyeri dan bengkak. Trismus merupakan gambaran umum ketika gigi erupsi sebagian berada di bawah molar ketiga, dan biasanya nyeri terasa ketika mengunyah. Biasanya ulserasi operkulum merupakan sumber nyeri. Pericoronitis bisa terjadi pada pasien usia berapapun, laki-laki maupun perempuan, tetapi umumnya terjadi ketika erupsi molar ketiga pada usia muda.

Gambaran radiografi

Page 7: Lesi Inflamasi Pada Rahang

Tanda radiologi pericoronitis dapat berkisar dari tidak adanya perubahan ketika lesi inflamasi dibatasi sampai ke jaringan lunak sampai terjadi penipisan yang

terlokalisasi dan sklerosis sampai osteomyelitis pada kasus yang parah.

Lokasi

Ketika perubahan tulang berhubungan dengan pericoronitis, perubahan tulang

dipusatkan pada daerah rongga folikular atau bagian mahkota yang masih tertanam di tulang atau dekat dengan tulang. Lokasi yang paling sering terjadi adalah pada gigi M3 rahang bawah.

Perifer

Daerah sekitar pericoronitis terasa sakit, dengan kemajuan bertahap dari pola

normal trabekular sampai daerah sklerotik.

Page 8: Lesi Inflamasi Pada Rahang

Struktur internal

Sturktur internal tulang yang berdekatan dengan pericoronitis sering sklerotic dengan trabekula yang tebal. Daerah kehilangan tulang atau radiolusen dekat mahkota meluas sehingga daerah folikular terlihat. Jika lesi meluas dengan jelas, pola internal menjadi konsisten dengan osteomyelitis.

Efek pada Struktur Sekitar

Seperti lesi inflamasi periapikal, pericoronitis dapat menyebabkan tipe perubahan sklerosis dan penipisan tulang sekitar. Dalam kasus yang lebih luas, menunjukkan formasi tulang periosteal baru terlihat pada korteks inferior, batas posterior ramus, dan memanjang ke coronoid notch mandibula.

Diferensial Diagnosis

Diferensial Diagnosis meliputi gabungan densitas atau lesi sklerotik yang dapat muncul di dekat mahkota gigi molar ketiga yang erupsi sebagian. Ini meliputi enostosis dan fibrous dysplasia. Tanda klinis yang mengindikasikan lesi inflamasi biasanya di luar kondisi ini. Neoplasma yang jelas meliputi bentuk sklerotik dari sarcoma dan pada pasien yang lebih tua, squamous cell carcinoma. Terjadinya squamous cell carcinoma pada pertengahan lesi inflamasi sebelum muncul sulit untuk diidentifikasi. Tanda-tanda gambaran neoplasia malignant, yaitu ditemukannya invasi dan kerusakan tulang kortikal yang besar, dapat membantu diagnosis.

Page 9: Lesi Inflamasi Pada Rahang

Penanganan

Tujuan penanganan pericoronitis adalah dengan mencabut gigi erupsi sebagian. Karena, pada fase akut, trismus dapat menyulitkan akses yang adekuat, perawatan antibiotik, dan pengurangan oklusi gigi lawan dapat mengurangi gejala, sampai perawatan yang pasti dilakukan.

OSTEOMYELITIS

Definisi

Osteomyelitis adalah inflamasi pada tulang. Proses inflamasi dapat meluas ke tulang meliputi sumsum tulang, korteks, bagian cancelous, dan periosteum. Pada rahang, organisme pyogenik yang mencapai sumsum tulang dari gigi yang abses atau infeksi postoperasi biasanya menyebakan osteomyelitis. Karena, pada beberapa contoh, tidak ada sumber infeksi teridentifikasi dan hematogenous tersebar dari sumbernya. Pada beberapa pasien tidak ada organisme infeksius yang bisa teridentifikasi, kemungkinan karena perawatan antibiotik sebelumnya atau metode isolasi bekteri yang adequat. Koloni bakteri juga dapat terlihat sedikit, poket tulang yang terisolasi dapat hilang selama sampling.

Pada beberapa pasien osteomyelitis, bakteri dan produk bakteri menstimulasi reaksi inflamasi pada tulang, menyebabkan kerusakan permukaan endosteal pada

tulang kortikal. Kerusakan ini dapat berlanjut melalui tulang kortikal sampai perisoteum luar. Pada pasien muda, di mana periosteum lebih sedikit terikat pada bagian luar korteks tulang daripada pada pasien dewasa, periosteum terangkat oleh eksudat inflamasi, dan tulang baru menjadi turun. Reaksi periosteal ini adalah karakteristiknya tetapi bukan gambaran patognomonik dari osteomyelitis. Tanda inti osteomyelitis adalah perkembangan sequestra. Sequestrum adalah bagian tulang yang menjadi nekrotis karena injuri iskemi dikarenakan proses inflamasi.

Macam-macam bentuk osteomyelitis telah dijelaskan. Untuk kemudahan, kami mengelompokkan osteomyelitis menjadi dua fase utama, akut dan kronis, disusun berdasarkan kedua gambaran akhir continuum tanpa definite separating boundary pada proses inflamasi tulang. Bentuk lain osteomyelitis telah dijelaskan sebagai entitas klinikopatologis yang terpisah dan berbeda, juga dengan gambaran radiografi yang unik. Garre’s Osteomyelitis dan diffuse sclerosing osteomyelitis. Kami

Page 10: Lesi Inflamasi Pada Rahang

menjelaskannya menjadi bagian continuum yang sama. Garre’s osteomyelitis merupakan respon periosteum yang banyak terhadap inflamasi. Diffuse sclerosing osteomyelitis adalah bentuk kronis osteomyelitis dengan respon sklerotik yang jelas. Ini penting untuk dipahami bahwa semua variasi osteomyelitis mempunyai proses respon utama tulang yang sama. Gambaran ini diperlihatkan dengan masing-masing subtipe yang hanya menampilkan variasi pada tipe dan derajat reaksi tulang.

Osteomyelitis dapat muncul secara spontan atau dengan pemberian antibiotik yang sesuai. Karena, jika kondisi ini tidak dirawat atau dirawat dengan tidak adekuat, infeksi dapat menetap dan berlanjut menyebar dan menjadi kronis, pada kurang lebih

20% pasien. Beberapa penyakit sistemik kronis, terdapat immunosupresif, dan kelainan berupa berkurangnya peredaran darah dapat mempengaruhi individu pada perkembangan osteomyelitis. Sebagai contoh, osteopetrosis, anemia sickle cell, dan sindrom imunodefisiensi telah tercatat sebagai faktor lain pada perkembangan osteomyelitis.

Fase Akut

Sinonim

Acute suppurative osteomyelitis, pyogenic osteomyelitis, subacute supurative osteomyelitis, Garre’s osteomyelitis, proliferative periostitis, dan periostitis ossificans yang sinonim dengan fase akut osteomyelitis.

Definisi

Fase akut osteomyelitis disebabkan oleh infeksi yang menyebar ke sumsum tulang. Karena kondisi ini, ruang medullar tulang mengandung infiltrat inflamasi yang terutama terdiri dari netrofil, pada persebaran yang lebih kecil, sel mononuklear. Pada rahang, sumber infeksi umumnya adalah lesi

Page 11: Lesi Inflamasi Pada Rahang

periapikal dari gigi nonvital. Infeksi juga bisa terjadi sebagai akibat trauma atau sebaran hematogenous.

Dijelaskan oleh Garre bahwa perubahan dapat disertai osteomyelitis akut. Diperkirakan bahwa eksudat inflamasi menyebar secara subperiosteal, meningkatkan periosteum dan menstimulasi pembentukan tulang baru. Kondisi ini lebih banyak terjadi pada orang lebih muda karena individu ini memiliki periosteum yang terikat secara longgar (loosely attached) pada permukaan tulang dan mempunyai potensial osteogenik yang lebih besar.

Gambaran Klinis

Fase akut ostemomyelitis dapat terjadi pada semua usia, pada laki-laki biasa lebih banyak. Umumnya lebih sering terjadi pada rahang bawah daripada rahang atas, hal ini kemungkinan karena suplai vaskular (peredaran darah) lebih sedikit pada rahang bawah. Gejala dan tanda klinis akut osteomyelitis terasa lebih cepat, nyeri, bengkak pada jaringan lunak sekitar, demam, limfadenopati, dan leukositis. Gigi yang berhubungan dapat menjadi bergerak dan sensitif ketika dilakukan perkusi. Drainase purulen juga dapat terjadi. Parestesi pada bibir bawah yang merupakan divisi ketiga distribusi nervus kranialis adalah hal yang umum.

Pemeriksaan radiologi

Selain itu, pemeriksaan lebih lengkap dengan film (panoramik, periapikal intraoral, dan film oklusal) juga dapat dilakukan. Dua fase studi pengobatan nuklir terdiri dari foto scan tulang technetium dilanjutkan dengan foto scan gallium citrate dapat membantu dalam menentukan diagnosis. Karena lesi inflamasi, hasil positif pada foto scan technetium mengindikasikan peningkatan aktivitas metabolik tulang, dan hasil positif pada foto scan gallium pada lokasi yang sama mengindikasikan sel inflamasi yang masuk. Computed tomography (CT) merupakan pilihan metode imaging. CT memperlihatkan lebih banyak permukaan tulang untuk mendeteksi tulang baru periosteal dan metode imaging ini paling baik

Page 12: Lesi Inflamasi Pada Rahang

untuk mendeteksi sequestra. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat digunakan untuk memudahkan terlihatnya gambaran abnormal sumsum tulang yang edema.

Gambaran Radiografi

Pada awal penyakit, tidak terdapat perubahan radiografi. Tulang dapat terisi eksudat inflamasi dan sel inflamasi, dan dapat juga tidak menunjukkan perubahan radiografi.

Lokasi

Lokasi yang umum adalah badan mandibula bagian posterior. Jarang terjadi

pada maksila.

Peripheral

Osteomyelitis akut paling sering ditandai dengan nyeri di daerah sekitar dengan perubahan kemajuan bertahap menuju trabekula normal.

Struktur Internal

Page 13: Lesi Inflamasi Pada Rahang

Gambaran radiografi osteomyelitis akut adalah berkurangnya sedikit kepadatan tulang yang meliputinya, dan kurangnya ketajaman pada trabekula sekitarnya. Pada saat destruksi tulang terjadi lebih dalam, menghasilkan daerah

radiolusen pada satu daerah fokal atau daerah yang luas menyeluruh meliputi tulang yang terlibat (gambar 20-12). Kemudian, munculnya daerah sklerotik menjadi jelas. Sequestra dapat terlihat tetapi biasanya lebih jelas dan besar pada bentuk kronis (gambar 20-13). Sequestra dapat diidentifikasi dengan memeriksa daerah kerusakan tulang (radiolusen) karena merupakan kumpulan tulang. Kumpulan tulang nonvital memiliki beberapa ukuran dari titik kecil (sequestra yang lebih kecil terlihat pada pasien muda) sampai bagian yang lebih besar pada tulang radioopak.

Efek pada struktur sekitarnya.

Osteomyelitis akut bisa merangsang baik resorpsi tulang atau pembentukan tulang. Bagian tulang kortikal dapat diserap kembali. Sebuah eksudat inflamasi menyebabkan periosteum terangkat dan merangsang pembentukan tulang. Secara radiografis, ini muncul sebagai garis, tipis samar, radiopak berdampingan dan hampir sejajar atau sedikit cembung ke permukaan tulang. Sebuah band radiolusen memisahkan tulang periosteal baru dari permukaan tulang. Lesi ini berkembang menjadi tahap yang lebih kronis, siklik dan eksaserbasi akut periodik bisa menghasilkan lebih banyak eksudat inflamasi, yang sekali lagi mengangkat periosteum dari permukaan tulang dan merangsang periosteum membentuk lapisan kedua tulang. Hal ini terdeteksi radiografi sebagai garis radiopak kedua hampir sejajar dengan yang pertama dan dipisahkan oleh sebuah band radiolusen. Proses ini dapat terus dan dapat mengakibatkan beberapa baris (gambaran kulit-bawang), dan akhirnya sejumlah besar tulang baru dapat dibentuk. Hal ini disebut periostitis sebagai proliferasi dan terlihat lebih sering pada anak-anak. (Gambar 20-15). Dampak pada gigi dan lamina dura mungkin sama seperti yang dijelaskan untuk lesi inflamasi periapikal.

Page 14: Lesi Inflamasi Pada Rahang

Diferensial Diagnosis

Diferensial diagnosis dari fase akut osteomyelitis yang termasuk didalamnya fibrous dysplasia, terutama pada anak-anak. Disamping dari tanda-tanda klinis infeksi akut, karakteristik radiografis yang paling berguna untuk membedakan osteomyelitis dari fibrous dysplasia adalah keadaan pembesaran yang terjadi pada tulang. Tulang baru yang membesar pada rahang dalam osteomyelitis terletak di dekat periosteum dan oleh karena itu letaknya berada pada bagian luar dari cortical plate. Pada fibrous dysplasia tulang baru ini dibuat didalam mandibula; hingga bagian luar cortex, yang mana dapat berbentuk tipis, pada bagian luarnya dan mengandung lesi. Inti dari perbedaan ini sangatlah penting karena wujud histologis dari biopsi pada tulang periosteal yang baru pada osteomyelitis dapatlah sangat mirip dengan fibrous dysplasia, dan kondisinya dapat dilaporkan begitu saja.

Malignant Neoplasia (contohnya: osteosarcoma, squamous cell carcinoma) yang menginvasi mandibula dapatlah sangat sulit untuk dibedakan dengan fase akut osteomyelitis, terutama pada keganasan yang telah terinfeksi sekunder melalui ulser oral; hal ini dapat menghasilkan gabungan inflamasi dan karakteristik keganasan radiografis. Apabila bagian tulang periosteal yang terinflamasi telah rusak, kemungkinan malignant neoplasma harus dipertimbangkan.

Diferensial diagnosis dapat termasuk didalamnya lesi lain yang dapat menyebabkan kerusakan tulang dan dapat menstimulasi reaksi periosteal yang mirip dengan apa yang dilihat dalam lesi inflamasi. Sel Langerhans Histiocytosis menyebabkan kerusakan tulang lytic-ill defined dan kadang menghasilkan bentuk reaktif periosteal tulang baru. Pada lesi ini kadang menstimulasi reaksi tulang sklerotik seperti yang terlihat dalam osteomyelitis. Leukemia dan lymphoma dapat menstimulasi reaksi periosteal yang sama.

Penanganan

Ketika lesi inflamasi pada rahang terjadi, pemindahan sumber dari inflamasi merupakan tujuan utama dari terapi. Perawatan antimicrobial merupakan perawatan

Page 15: Lesi Inflamasi Pada Rahang

andalan osteomyelitis akut, sepanjang melakukan drainase. Hal ini memerlukan pencabutan gigi, perawatan saluran akar, atau insisi bedah dan drainase.

FASE KRONIS Sinonim

Chronic diffuse sclerosing osteomyelitis, chronic nonsuppurative osteomyelitis, chronic osteomyelitis kronis with proliferative periostitis, dan Garre’s chronic nonsuppurative sclerosing osteitis.

Definisi

Fase kronis dari osteomyelitis dapat berupa sequela dari perawatan osteomyelitis akut yang tidak adekuat, atau dapat terbentuk de novo. Diffuse Sclerosing Osteomyelitis mengarah pada osteomyelitis kronis yang mana keseimbangan metabolisme pada tulang mengarah pada peningkatan formasi tulang, menghasilkan gambaran radiografis sklerotik. Gejala dari bentuk kronis pada umumnya kurang ganas dan memiliki sejarah yang lebih lama dibandingkan dengan bentuk akut. Termasuk didalamnya intermittent, rekurensi pembengkakan, sakit, dan lymphadenopathy. Sebagaimana bentuk akut, paresthesia dan drainase pada bentuk sinus juga dapat terjadi. Pada beberapa kasus sakit dapat terbatas pada bagian depan osteomyelitis, atau pasien memiliki sedikit atau bahkan tidak adanya sakit. Secara histologis, infiltrasi inflamasi kronis dapat terlihat pada medullary space pada tulang; bagaimanapun juga, hal ini agak jarang terjadi, hanya pada sumsum yang terlihat mengalami fibrosis dengan regio inflamasi yang tersebar. Pada tahapan penyakit ini, etiologinya jarang ditemukan karena hasil dari kultur

Page 16: Lesi Inflamasi Pada Rahang

biasanya negatif. Apabila dalam perawatan ada yang tertinggal, osteomyelitis dapat menyebar dan melibatkan kedua sisi mandibula. Penyebaran lebih lanjut menuju temporomandibular joint dapat

menyebabkan septic arthritis, dan infeksi pada kuping dan infeksi mastoid air cells juga dapat berkembang.

Osteomyelitis kronis diilustrasikan serupa dengan lesi pada tulang yang telah dideskripsikan pada chronic recurrent multifocal osteomyelitis (CRMO) dan osteomyelitis pada SAPHO syndrome (synovitis [inflammatory arthritis], acne [pustulosa], pustulosis [psoriasis, palmoplantar pustulosis], hyperostosis [acquired], dan osteitis [osteomyelitis]) dengan memperhatikan pada temuan radiografis, kurangnya temuan microbiologis, dan temuan klinis seperti rekurensi sakit yang intermiten dan pembengkakan pada tulang yang terlibat. CRMO merupakan kondisi yang kadang terjadi secara simetris sepanjang tulang pada anak-anak. Hal ini telah dideskripsikan sebagai nonpurulent osteomyelitis dengan kultur mikrobiologis yang negatif. Gambaran radiografis identik pada osteomyelitis kronis yang telah dideskripsikan disini. Perawatannya terdiri dari steroid sistemik, nonsteroidal anti- inflammatory drugs (NSAIDs), dan terapi biphosphonate karena antibiotic dan terapi bedah tidak merupakan perawatan yang efektif. Osteomyelitis kronis pada rahang anak-anak merupakan jenis unifokal dari CRMO.

Gambaran radiografis pada lesi tulang dari SAPHO sangatlah mirip apabila tidak identik dengan osteomyelitis kronis, dan lesi ini sulit disembuhkan dengan terapi antibiotik, dan merespon pada agen anti inflamasi seperti steroid dan NSAIDs.

Hal ini memungkinkan apabila gambaran pathofisiologis dari lesi rahang osteomyelitis kronis identik dengan kedua kondisi ini.

Pemeriksaan Radiologis

Page 17: Lesi Inflamasi Pada Rahang

Apabila dicurigai adanya osteomyelitis kronis dari pemeriksaan klinis, sebagai tambahan untuk menyelesaikan seri dari plain film, CT merupakan metode pilihan. CT sangatlah penting untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dengan kemampuan

untuk menunjukkan sequestra dan tulang periosteal yang baru dan memperlihatkan tahapan penyakit yang akurat, yang mana sangat penting pada penaksiran penyembuhan kedepannya. MRI tidak begitu berguna karena kurangnya sumsum tulang edema pada fase kronis; bagaimanapun juga, hal ini dapat digunakan saat eksaserbasi akut pada penyakit ini. Scintigraphy dengan penggunaan bone scans, gallium, atau sel darah putih yang telah diberi label tidak berguna dalam diferensial diagnosis ini. Bone scans mengindikasikan adanya peningkatan formasi tulang, yang tidak spesifik, dan kadang gallium scans (yang memperlihatkan sel yang inflamasi) tidaklah positif karena memiliki populasi yang rendah dalam sel inflamasi. Jumlah aktifitas tulang dinilai dengan bone scans dengan SPECT (single-photon emission CT) yang telah digunakan pada monitor healing. Telah dilaporkan bahwa penggunaan positron emission tomography untuk mendeteksi tingkat metabolic sel yang tinggi, tetapi tipe penggambaran ini tidak spesifik.

Gambaran Radiografis

Page 18: Lesi Inflamasi Pada Rahang

Lokasi

Pada fase akut dari osteomyelitis, daerah yang umum terjadi pada bagian

posterior mandibula.

Perifer

Bagian perifer dapat lebih dibatasi dibandingkan pada fase akut, tetapi tetap

sulit untuk ditetapkan perluasan yang sebenarnya dari osteomyelitis kronis. Umumnya transisi yang bertahap terlihat diantara sekeliling pola trabekular normal dan pola kepadatan granular yang merupakan karakteristik dari penyakit ini. Saat penyakit ini aktif dan menyebar melalui tulang, bagian perifer dapat lebih radiolusen dan memiliki batasan yang sedikit.

Struktur internal

Struktur internal terdiri dari bagian terbesar dan memiliki radioopak paling sedikit dibandingkan dengan sekeliling tulang normal. Lesi yang paling banyak pada umumnya terdiri dari bagian yang lebih radioopak dan pola tulang sklerotik. Pada yang lebih tua, lebih banyak lesi kronik pada densitas internal tulang dapat sangat radioopak dan sama tulang kortikal. Dalam kasus ini tidak ada bagian radiolusen yang jelas

Page 19: Lesi Inflamasi Pada Rahang

terlihat. Pada kasus lainnya, bagian yang kecil dari radiolusen dapat terhambur sepanjang bagian radioopak dari tulang. Melalui pemeriksaan yang lebih jelas dari bagian radiolusen dapat memperlihatkan pulau dari tulang atau sequestrum di tengahnya. Kadang sequestrum terlihat lebih radioopak dibandingkan sekeliling tulang lainnya. Deteksi akan dibutuhkan pencahayaan dari bagian radiolusen pada film dengan sumber cahaya yang kuat. CT merupakan yang paling unggul dalam menampakkan struktur internal dan sequestra, terutama pada kasus dengan tulang sklerotik yang padat. Pola tulang pada umumnya sangat granular, membuat kabur trabekula tulang individual.

Efek pada struktur sekitarnya

Osteomyelitis kronis kadang menstimulasi bentuk dari tulang periosteal yang baru, yang terlihat secara radiografis sebagai garis radioopak tunggal atau rangkaian dari garis radioopak (mirip dengan lapisan kulit bawang bombay) parallel melalui permukaan tuang kortikal. Garis radiolusen yang memisahkan tulang baru dengan bagian luar permukaan tulang kortikal yang dapat diisi dengan tulang granular sklerotik. Apabila hal ini terjadi, tidak mungkin untuk mengidentifikasi bagian original korteks, sulit untuk menentukan apakah tulang baru berasal dari periosteum. Setelah sejumlah waktu, bagian luar dari kontur mandibula dapat mengalami perubahan, dengan menganggap bentuk yang abnormal, dan ukuran mandibula lebih besar dibandingkan dengan bagian yang tidak terinfeksi. Akar pada gigi dapat mengalami resorbsi eksternal, dan lamina dura dapat menjadi sedikit terlihat dan bersatu dengan sekeliling tulang granular sklerotik. Apabila giginya telah nonvital,

ligamen periodontal pada umumnya melebar pada bagian apikal. Pasien dengan osteomyelitis kronis yang luas, penyakit dapat menyebar secara lambat menuju ke kondilus mandibula dan sendi rahang, menghasilkan septic arthritis. Penyebaran lebih lanjut dapat melibatkan bagian dalam telinga dan mastoid air cells. Lesi kronis dapat berkembang fistula yang mengering, yang akan terlihat sebagai batas jelas yang merusak bagian luar korteks atau pada tulang periosteal yang baru.

Diferensial Diagnosis

Page 20: Lesi Inflamasi Pada Rahang

Sangat sklerotik, radioopak dari lesi kronis osteomyelitis dapat sulit untuk dibedakan dengan fibrous dysplasia, Paget’s disease, dan osteosarcoma. Pada anak- anak, osteomyelitis dengan respon proliferasi periosteal dapat diinterpretasikan secara salah sebagai fibrous dysplasia. Perbedaan dari bentuk kronis osteomyelitis dapat lebih sulit apabila terjadi remodeling dan kehilangan original korteks yang nyata telah terjadi. Pada kasus ini, pemeriksaan pada permukaan tulang pada bagian paling perifer dari lesi akan memperlihatkan bukti yang hampir tidak ketara dari susunan periosteal tulang yang baru. Kehadiran sequestra mengindikasikan osteomyelitis. Paget’s disease mempengaruhi seluruh mandibula, yang sangat jarang dalam osteomyelitis. Formasi tulang periosteal yang baru dan sequestra tidak terlihat dalam Paget’s disease. Kepadatan, tulang granular dapat terlihat dalam beberapa bentuk osteosarcoma, tetapi pada umumnya terdapat adanya kerusakan tulang. Karakteristik spiculated (sunraylike) respon periosteal dapat terlihat. Seperti yang dijelaskan sebelumnya pada osteomyelitis akut, kesatuan yang lain seperti sel Langerhans histiocytosis, leukemia, dan lymphoma dapat menstimulasi respon periosteal yang sama, tetapi hal ini biasanya menghasilkan adanya kerusakan tulang yang merupakan karakteristik dari tumor ganas.

Metode imaging yang dipilih dalam membantu dalam diferensial diagnosis adalah CT dikarenakan kemampuan untuk memperlihatkan sequestra dan periosteal tulang yang baru.

Penanganan

Osteomyelitis kronis menjadi lebih sulit untuk dibasmi dibandingkan dengan bentuk akut. Pada kasus yang melibatkan respon osteoblastik yang ekstrim (mandibula yang sangat sklerotik), kemudian kurangnya persediaan darah yang baik dapat bekerja melawan kesembuhan. Terapi oksigen hyperbaric dan cara yang kreatif dalam pemberian antibiotik jangka panjang telah digunakan dalam keberhasilan yang terbatas. Adanya intervensi pembedahan, termasuk didalamnya sequestrectomy, decortications, sangat unggul dalam 2 dekade pertama. Apabila kultur negatif, terapi antibiotik tidaklah efektif. Respon inflamasi dapat menjadi proses utama dalam penyakit dan agen anti inflamasi seperti steroid dan NSAIDs lebih efektif. Baru-baru ini penggunaan terapi bisphosphonate menghasilkan pengobatan yang berhasil.

Page 21: Lesi Inflamasi Pada Rahang

GAMBARAN DIAGNOSTIK PADA INFEKSI JARINGAN LUNAK

Gambaran diagnostik dapat digunakan untuk memperkuat kehadiran dan perluasan infeksi jaringan lunak. MRI dan CT dapat digunakan untuk membedakan neoplasia jaringan lunak dari lesi inflamasi. MRI dapat digunakan pada T2 atau T1 dengan gadolinium dan cara penekanan lemak untuk mendeteksi adanya edema jaringan lunak. CT biasanya digunakan dengan memperlihatkan kontras intravena. Karakteristik gambar pada CT yang memperlihatkan adanya inflamasi jaringan lunak termasuk didalamnya abnormal bidang fasial, penebalan dari kulit dan otot yang berdekatan, lapisan dari lemak, dan kumpulan dari gas yang abnormal pada jaringan lunak. Kontras diantara bidang jaringan lunak akan menghilang, dan kehadiran adanya abses akan menjadi bukti bagian yang telah dibatasi dengan jelas dari densitas yang rendah yang dikelilingi oleh batasan yang luas dari kontras (sangat radioopak) jaringan. Lymphadenopati dihasilkan dari infeksi tuberculosis pada kepala dan kaki yang dapat divisualisasikan pada resonansi magnetic dan gambaran CT.

RADIASI YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN PADA TULANG

Terapi radiasi yang merusak elemen seluler dari jaringan tulang oleh kematian sel yang cepat atau perlahan, atau tertunda, cedera seluler dengan pemulihan, ditahan oleh divisi selular, atau perbaikan yang abnormal dengan neoplasia. Kematangan, jenis tulang dan dosis radiasi merupakan faktor yang mempengaruhi bagaimana tulang merespon cedera atau radiasi ini. Ketika tulang yang belum sempurna tersebut disinari, pertumbuhannya menjadi selambat karena berkaitan dengan jumlah dosis radiasi, dan tahap awal petumbuhan tulang efeknya akan semakin besar. Radiasi yang mengenai tulang dewasa mempengaruhi osteoblast, dan mengakibatkan penurunan pada pembentukan matriks tulang dan menyebabkan kerusakan pembuluh darah.

Seperti osteomyelitis, terdapat spektrum gambaran radiografis yang menunjukkan kerusakan tulang akibat radiasi. Kerusakan berkembang dari sclerosis dengan radiolusensi yang merata menjadi osteoradionecrosis. Ketika radiasi merusak pertumbuhan tulang dan menyebabkan osteoradionecrosis, ini seringkali didiagnosa sebagai sequestrum tulang yang terpapar radiasi pada rongga mulut sebelum adanya perubahan radiografis yang signifikan.

Page 22: Lesi Inflamasi Pada Rahang

OSTEORADIONECROSIS

Definisi

Kondisi peradangan pada tulang (osteomyelitis) yang terjadi setelah tulang terpapar oleh dosis terapi radiasi yang biasanya diberikan untuk keganasan/kanker pada wilayah kepala dan leher. Hal ini ditandai oleh adanya tulang yang terpapar untuk jangka waktu paling sedikit 3 bulan setelah terapi radiasi. Dosis yang melebihi 50 Gy biasanya dibutuhkan untuk kerusakan yang irreversibel. Tulang yang tidak teradiasi adalah hipovaskular dan hiposelular. Kurangnya vaskularisasi yang cukup dalam keadaan hipoksia, masih memadai untuk penyembuhan tulang. Walaupun infeksi kemungkinan merupakan faktor yang berkontribusi, hal tersebut belum tentu menjadi faktor utama yang menyebabkan kerusakan setelah terjadinya radiasi. Dalam banyak kasus ekstraksi gigi dan trauma gigi tiruan setelah terapi radiasi, dikategorikan

sebagai faktor etiologi. Infeksi lanjut adalah hal yang biasa, dan menstimulasi terjadinya reaksi inflamasi. Karena hal-hal tersebut di atas, komplikasi yang parah dari terapi radiasi menyebabkan tingkat rasa sakit yang tinggi.

Gambaran Klinis

Page 23: Lesi Inflamasi Pada Rahang

Rahang bawah jauh lebih sering terkena daripada rahang atas. Ini mungkin disebabkan microanatomy dan pembuluh darah relatif lebih sedikit pada tulang ini. Rahang bawah posterior lebih sering terkena daripada bagian anterior. Bagian posterior mandibula lebih sering terkena secara langsung oleh terapi radiasi karena tumor primer dan lesi metastasis pada kelenjar getah bening yang diobati biasanya berdekatan dengan rahang bawah. Hilangnya mukosa yang melindungi dan tulang yang terpapar adalah ciri khas osteoradionecrosis. fraktur patologis juga dapat terjadi. tulang yang terpapar menjadi nekrosis (mati) sebagai akibat dari hilangnya vaskularisasi mulai dari periosteum hingga sequestra, sering menimbulkan paparan yang berlebih pada tulang. rasa sakit mungkin ada atau tidak. Rasa sakit dapat terjadi, dengan pembengkakan dan drainase pada ekstraoral. Namun, banyak pasien merasa tidak sakit dengan paparan radiasi pada tulang.

Pemeriksaan radiologi

Petunjuk pada gambaran diagnostik akan serupa dengan yang digunakan pada fase osteomyelitis kronis dengan CT sebagai cara penggambaran yang dipilih.

GAMBARAN RADIOGRAFIK

Gambaran radiografi dari osteoradionecrosis memiliki banyak kesamaan dengan osteomyelitis kronis. berikut ini adalah deskripsi dari perubahan radiografi terlihat pada tulang yang telah menerima cukup banyak terapi radiasi. perubahan

Page 24: Lesi Inflamasi Pada Rahang

karakteristik awal adalah pada area jelas dari resorpsi tulang di bagian luar lempeng kortikal rahang bawah (20-21). Selanjutnya perubahan yang cukup bervariasi dan mungkin didominasi oleh litik atau sklerotik atau campuran keduanya. (20-22). Meskipun demikian keberadaan osteoradionekrosis tidak selalu didiagnosa secara radiografi dan seringkali secara klinis sebagai tanda-tanda yang jelas pada tulang yg

nekrosis (mati) yang tidak disertai perubahan radiologis yang signifikan.

Lokasi

Mandibula terutama posterior mandibula, adalah lokasi yang paling umum

untuk osteoradionecrosis. Rahang atas mungkin terlibat dalam beberapa kasus.

Perifer

Pinggiran (bagian perifer) tidak jelas dan mirip dengan yang di osteomyelitis.

Jika lesi mencapai batas inferior rahang bawah, resorpsi irregular pada korteks tulang seringkali terjadi.

Page 25: Lesi Inflamasi Pada Rahang

Struktur internal

Dari mulai pembentukan tulang hingga kerusakan tulang terjadi (lebih sering ke arah pembentukan tulang), memberikan penampakan sklerotik atau radiopak pada tulang secara keseluruhan. Hal ini sangat menyerupai osteomyelitis kronis. Pola tulang adalah granular. Radiolusen dapat terlihat secara acak , dengan atau tanpa sequestra pusat. Tulang rahang atas yang terkena mungkin juga sangat sklerotik dan memiliki bidang resorpsi tulang (20-22).

Efek pada struktur sekitarnya

Pembentukan tulang inflamasi periosteal baru adalah hal yang jarang, mungkin karena efek merusak dari radiasi terhadap osteoblas potensial dalam periosteum ini. Pada kasus tertentu periosteum dapat juga dirangsang untuk membentuk tulang, menghasilkan pembentukan tulang baru pada koterks luar dalam bentuk yang tidak biasa. Paparan radiasi juga dapat merangsang resorpsi tulang,

terutama di rahang atas, yang mungkin menyerupai kerusakan tulang yang disebabkan oleh neoplasma ganas. Efek yang paling umum pada area sekitar tulang adalah stimulasi sclerosis. Pada prosessus alveolaris dari rahang atas dan rahang bawah, mungkin ada pelebaran yang tidak teratur dari ruang membran periodontal yang sama dengan yang terlihat di neoplasia ganas atau mungkin simulasi osteitis rarefying periapikal. Juga mungkin ada resorpsi tulang, sangat mirip dengan penyakit periodontal (20-23).

DIAGNOSA BANDING

Resorpsi tulang, dirangsang oleh tingginya tingkat radiasi, dapat mensimulasikan perusakan tulang dari neoplasma ganas, terutama di rahang atas. Untuk alasan ini, pendeteksian untuk neoplasma ganas yang terlihat berkali-kali (biasanya sel carcinoma squamos) dengan keberadaan osteonecrosis mungkin sangat sulit. Jika pengulangan terjadi, suatu pengulangan terjadi CT dan MRI

Page 26: Lesi Inflamasi Pada Rahang

digunakan untuk mendeteksi sesuatu massa jaringan lunak. Perbedaan dari lesi sclerotic lainnya sebagai osteomyelitis kronis tidak terlalu sulit karena adanya riwayat terapi radiasi. Penanganan

Pengobatan osteoradionecrosis hinga saat ini tidak memuaskan. Dekortikasi tulang dengan sequestrectomy dan hiperbarik oksigen dengan antibiotik telah digunakan dengan tingkat kesuksesan yang rendah karena proses pengobatannya yang buruk setelah proses operasi. Pendekatan konservatif dengan tujuan terapi untuk menjaga integritas pada batas bawah mandibula, menjaga ruangan agar tetap bebas dari infeksi, serta pasien tidak merasa sakit dalam jangka waktu yang lama terbukti lebih sukses. Terjadinya Osteoradionecrosis berkurang karena terapi pencegahan yang telah terbukti efektif. Pencabutan gigi yang mempunyai penyakit periodontal yang signifikan, atau memiliki prognosa yang buruk sebelum terapi radiasi dan kebersihan gigi tiruan dan mulut yang sangat baik adalah pengobatan pencegahan yang paling utama.

BIPHOSPHONATE YANG BERKAITAN DENGAN OSTEONEKROSIS

RAHANG

Definisi

Bisfosfonat adalah analog sintetis pyrophosphates ampuh yang bertindak

Page 27: Lesi Inflamasi Pada Rahang

untuk menghambat osteoklas dan mengurangi metabolisme tulang. Obat-obatan ini menjadi pengobatan penting dalam lesi multiple myeloma, hypercalcemia of malignancy, metastasis tumor tulang, dan osteoporosis. Dalam beberapa tahun terakhir komplikasi dari paparan intraoral pada tulang nekrosis telah diperkenlkan pada pasien-pasien yang menerima pengobatan ini. Tulang-tulang terpapar sering terjadi pada pasien-pasien yang biasanya menerima jumlah yg lebih pada aminobisphosphonates intravena dan setelah operasi gigi infasif seperti ekstraksi, periodontal atau operasi endodontik, atau penempatan implan. Bisphosphonat yang berhubungan dengan osteonecrosis sekarang telah terdokumentasi dengan baik meskipun patogenesinsnya belum jelas.

Gambaran klinis

Secara klinis, pasien biasanya memiliki tulang yang terpapar luas setelah prosedur pembedahan invasif gigi. Namun, trauma gigi tiruan dan kasus-kasus spontan diketahui telah terjadi. Ulserasi pada palatal tori menghasilkan paparan tulang yg paling mungkin disebabkan oleh trauma. Area yg paling sering terkena adalah mandibula post 60%, maxilla 40% dan keduanya 9%. Kejadian paparan pada tulang adalah lebih sulit untuk ditentukan tetapi studi terakhir menjelaskan bahwa kira-kira sekitar 3% pasien menerima obat tersebut tulangnya telah terpapar radiasi. Area-area tersebut kemungkinan asimptomatik atau disertai dengan rasa sakit dan bengkak.

Gambaran radiografi

Adanya spektrum temuan radiografi yang mungkin atau tidak mungkin berkorelasi dengan gejala klinis. Lebih sering terjadi daripada tidak. Tidak ada temuan radiografis yg spesifik dengan paparan tulang secara klinis. Pada kasus lainnya perubahan radiografi tidak sama dengan osteoradionecrosis atau osteomyelitis kronis dengan disertai dengan sequestra (20-24). Laporan lainnya menunjukkan bahwa peningkatan sklerosis tulang (20-25), melebarnya ruang membran periodontal serta penebalan lamina dura (20-26).

Page 28: Lesi Inflamasi Pada Rahang

Perawatan

Sangat disayangkan pengobatan bisphosphonat yang berhubungan dengan paparan tulang tidak memuaskan. Pembedahan intervensi dan terapi oksigen hiperbarik tidak sukses secra konsisten. Terapi yang paling utama adalah mencegahnya secara alamiah. Pasien-pasien yang diberikan aminobisphosphonat sebaiknya menjalani pemeriksaan gigi untuk menghindari potensi dan sumber infeksi untuk mencegah prosedur dental infasif di masa yang akan datang. Komplikasi lanjut terlihat pada kenyatan bahwa setengah umur obat ini pada tulang dapat cukup panjang (perkiraan berkisar 12 tahun). Sekali tulang terpapar, pengobatan ditujukan untuk mengontrol gejala sakit dan infeksi dengan antbiotik (obat kumur) dan terapi antibitiotik secara sistemik.