Li Abi Litas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

free for all

Citation preview

  • MAKALAH

    KEWAJIBAN LANCAR

    Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah I

    Dosen Pengampu :

    Rr. Indah Mustikawati, M.Si.,Ak.

    Adeng Pustikaningsih, M.Si.

    Disusun oleh :

    1. Nur Rohmah Fithriyaningsih 09403241010

    2. Retno Ekosari S. 09403241020

    3. Erna Sulistyaningsih 09403241041

    4. Iqbal Wahyu Perdana 09403241052

    PENDIDIKAN AKUNTANSI REGULER (A)

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI

    UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

    2010

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat

    rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kewajiban Lancar. Makalah

    ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah.

    Makalah ini kami buat dengan tujuan agar dapat menambah wawasan dan ilmu

    pengetahuan bagi kami maupun mahasiswa yang lain yang akan membaca atau mempelajari

    makalah ini. Serta memberi penjelasan yang lebih mendalam mengenai kewajiban lancar.

    Tidak lupa pula, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

    sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari

    sempurna oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

    kesempurnaan makalah ini.

    Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masayarakat dan mahasiswa/mahasisiwi

    dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

    Yogyakarta, Desember 2010

    Penyusun

  • DAFTAR ISI

    Halaman Judul..i

    Kata Pengantar......ii

    Daftar Isi...iii

    Bab I Pendahuluan

    A. Latar Belakang ........1

    B. Rumusan Masalah...2

    C. Tujuan......2

    Bab II Pembahasan

    A. Definisi dan Klasifikasi Utang....3

    B. Macam-macam Hutang Jangka Pendek

    1. Hutang Usaha/Hutang Dagang .4

    2. Hutang Usaha dengan Wesel ...4

    3. Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang.7

    4. Kewajiban jangka Pendek yang Diharapkan

    Didanai Kembali 8

    5. Hutang Deviden..9

    6. Uang Muka dari Jaminan dari Pelanggan.10

    7. Pendapatan Belum Terhimpun 11

    8. Hutang PPN ...11

    9. Hutang PPh 13

    Bab III Penutup....16

    Daftar Pustaka ..iv

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pemeriksaan pada sisi kewajiban neraca sebuah perusahaan Jerman Beru AG

    Corporation, tanggal 31 Maret 2003, memperlihatkan bahwa standar internasional telah

    mangubah pelaporan informasi keuangan.

    Antisipasi kerugian berarti bahwa kerugian itu belum terjadi, transaksi yang

    ditangguhkan berarti bahwa kondisi yang mungkin akan menyebabkan kerugian itu juga

    belum terjadi.

    GAAP di Amerika Serikat memberikan panduan mengenai subjek ini. Sebuah

    perusahaan dapat mengakrualkan sebuah kewajiban untuk sebuah kontijensi hanya jika

    terjadi kewajiban yang timbul dari kejadian dimasa lalu, jika dimungkinkan terjadi

    pembayaran, dan jika perusahaan dapat dengan layak mengestimasi kewajiban itu.

    Singkatnya, di bawah GAAP AS, perusahaan tidak dapat mengakrualkan antisipasi kerugian

    dimasa depan pada saat ini.

    Karena IFRS mirip dengan GAAP AS, kewajiban seperti Antisipasi kerugian dari

    transaksi yang ditangguhkan tidak ada lagi. Jadi ketika kita memeriksa laporan keuangan

    Beru tahun 2005, kita akan menemukan catatan bahwa perusahaan hanya melaporkan

    kewajiban yang timbul dari transaksi masa lalu yang dapat diperkirakan dengan layak.

    Karena itu dalam makalah ini penyusun akan membahas mengenai masalahmasalah

    yang terjadi dalam pelaporan keuangan serta cara-cara menghadapi permasalahan itu , dan

    juga tidak lupa penyusun membahas mengenai prinsip-prinsip prinsip-prinsip dasar tentang

    akuntansi dan pelaporan kewajiban lancar.

    Yang diharapkan dari pembahasan ini semua akan terciptanya sebuah pelaporan yang

    baik sesuai dengan prinsip-prinsip pelaporan kewajiban lancar.

  • B. Rumusan Masalah

    1. Apa definisi dan klasifikasi utang usaha dan non usaha?

    2. Apa deskripsi utang usaha non wesel dan utang usaha dengan wesel?

    3. Apa deskripsi bagian lancar utang jangka panjang?

    4. Apa saja masalah klasifikasi hutang jangka pendek yang diharapkan akan didanai kembali?

    4. Apa definisi utang deviden?

    5. Apa deskripsi uang muka dari jaminan dari pelanggan?

    6. Apa deskripsi pendapatan belum terhimpun?

    7. Apa deskripsi utang PPN?

    8. Apa deskripsi dari PPh?

    C. Tujuan

    1. Untuk mengetahui definisi dan klasifikasi utang usaha dan non usaha.

    2. Untuk mengetahui utang usaha non wesel dan utang usaha dengan wesel.

    3. Untuk mengetahui bagian lancer utang jangka pendek.

    4. Untuk mengkaji masalah klasifikasi hutang jangka pendek yang diharapkan akan didanai

    kembali.

    5. Untuk mengetahui definisi utang deviden.

    6. Untuk menganalisis pendapatan belum terhimpun.

    7. Untuk menganalisis utang PPN.

    8. Untuk mengetahui deskripsi dari PPh.

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Definisi dan Klasifikasi Utang

    Utang (liabilities) menurut FASB didefinisikan sebagai kemungkinan pengorbanan masa

    depan atas manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban saat ini entitas tertentu untuk

    mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya dimasa depan sebagai hasil

    dari transaksi atau kejadian masa lalu.

    Kewajiban memiliki tiga karakteristik utama:

    1. Merupakan kewajiban saat ini yang memerlukan penyelesaian dengan kemungkinan

    transfer masa depan atau penggunaan kas, barang, atau jasa.

    2. Merupakan kewajiban yang tidak dapat dihindari.

    3. Transaksi atau kejadian lainnnya yang menciptakan kewajiban itu harus telah terjadi.

    Kewajiban dibagi menjadi kewajiban lancar dan hutang jangka panjang.

    Utang Usaha

    Utang usaha (accounts payable), atau hutang dagang (trade accounts payable),

    merupakan saldo yang terhutang kepada pihak lain atas barang, perlengkapan, atau jasa yang

    dibeli dengan akun terbuka atau secara kredit. Hutang usaha muncul karena adanya

    kesenjangan waktu antara penerimaan jasa atau akuisisi hak aktiva dan pembayaran atasnya.

    Periode perluasan kredit ini biasanya ditemukan dalam persyaratan penjualan (misalnya,

    2/10, n /30 atau 1 /10, E.O.M) dan biasanya adalah 30 hingga 60 hari.

    Utang Non Usaha

    Utang non usaha adalah utang yang timbul bukan untuk kepentingan operasional

    perusahaan.

    Kewajiban Lancar

    `Kewajiban lancar (current liabilities) adalah kewajiban yang likuidasinya diperkirakan

    secara layak memerlukan penggunaan sumber daya yang ada yang diklasifikasikan sebagai

    aktiva lancar, atau penciptaan kewajiban lancar lain.

  • B. Macam-Macam Hutang Jangka Pendek

    1. Hutang Usaha atau Hutang Dagang

    Hutang usaha (accounts payable) atau hutang dagang (trade accounts payable),

    merupakan saldo yang terhutang kepada pihak lain atas barang, perlengkapan atau jasa

    yang dibeli secara akun terbuka atau secara kredit. Hutang usaha muncul karena adanya

    kesenjangan waktu antara penerima jasa atau akuisi hak aktiva dan pembayaran atasnya.

    Periode pelunasan kredit dapat ditemukan dalam persyaratan penjualan.

    Contoh soal:

    Pada tanggal 10 Januari 2007, PT Sejahtera membeli barang dagang secara kredit sebesar

    $500 dengan syarat 2/10, n/30.

    Pada tanggal 15 Januari 2007, PT Sejahtera membayar utang sebesar $300.

    Pada tanggal 9 Februari 2007, PT Sejahtera membayar sisa utangnya.

    Jurnal:

    10/1/2007 Pembelian 500

    Utang Dagang 500

    15/1/2007 Utang Dagang 300

    Kas 294

    Potongan Pembelian 6

    9/2/2007 Utang Dagang 200

    Kas 200

    Pelaporan dalam laporan laba/rugi:

    Pembelian 500

    Potongan Pembelian 6

    Pembelian Netto 494

    2. Utang usaha dengan wesel

    Wesel bayar (notes payable) adalah janji tertulis utuk membayar sejumlah uang

    tertentu pada suatu tanggal tertentu di masa depan dan dapat berasal dari pembelian,

    pembiayaan, atau transaksi lainnya. Dibeberapa industri, wesel diperlukan sebagai bagian

    dari tranaksi pembelian/penjualan sebagai pengganti perluasan kredit yang normal atau

    kredit lisan. Wesel dapat diklasifikasikan menjadi wesel jangka pendek atau jangka

    panjang. Wesel juga dapat diklasifikasikan menjadi wesel dengan bunga atau wesel tanpa

  • bunga. Wesel bayar yang berbunga secara eksplisit menyatakan suatu suku bunga yang

    disebut suku bunga ditetapkan. Wesel tanpa bunga tidak menyatakan suatu suku bunga

    eksplisit, tetapi secara implisit mencerminkan suku bunga yang disebut suku bunga efektf

    atau hasil. Suku bunga efektif adalah suku bunga pasar yang didasarkan atas kas akrual

    atau ekuivalen kas yang sebenarnya terhutang. Suku bunga efektif digunakan untuk

    mendiskontokan pembayaran kas masa depan atas suatu hutang menjadi ekuivalen kas

    yang dipinjam.

    a. Wesel dengan Bunga

    Wesel berbunga menetapkan suatu suku bunga. Debitor akan menerima kas, aktiva

    lain, atau jasa dan membayar kembali jumlah nomial dari wesel tersebut ditambah

    bunga pada suku bunga ditetapkan atas satu atau lebih tanggal bunga.

    Contoh:

    Castle National Bank setuju untuk meminjamkan uang $100.000 kepada Lanscape

    Co. pada tanggal 1 Maret 2007, jika Lanscape Co. menandatangani sebuah wesel 4

    bulan senilai $100.000 dengan bunga 6%. Jurnal penerimaan kas pada tanggal 1 Maret

    adalah:

    I Maret

    Kas 100.000

    Wesel Bayar 100.000

    (untuk mencatat penerbitan wesel 4 bulan dengan bunga 6% kepada Castle

    National Bank)

    Jika laporan keuangan disusun setengah tahunan, maka jurnal penyesuaian akan

    diperlukan untuk mengakui beban bunga dan hutang bunga sebesar $2000

    ($100.000x6%x4/12) pada tanggal 30 Juni. Jurnal penyesuaiannya:

    30 Juni

    Beban bunga 2000

    Hutang Bunga 2.000

    (Untuk mengakrualkan bunga selama 4 bulan weel Castle National Bank)

    Jika Landscape menyusun laporan keuangannya secara bulanan,maka ayat jurnal

    penyesuaian pada akhir setiap bulan akan menjadi $500($100.000x6%x1/12).

  • Pada tanggal jatuh tempo (1Jjuli),Lanscape Co.harus membayar nominal wesel

    ($100.000) ditambah nilai bunga sebesar $2000 ($100.000x6%x4/12).

    Ayat jurnal untuk mencatat pembayaran wesel dan bunga akrual adalah sebagai

    berikut:

    3. 1 Juli

    Wesel bayar 100.000

    Hutang bunga 2.000

    Kas 102.000

    (untuk mencatat pembayaran wesel berbunga Castle national Bank dan bunga

    akrual pada saat jatuh tempo)

    b. Wesel Tanpa Bunga

    Dalam wesel tanpa bunga, bunga tetap dibebankan. Pada saat jatuh tempo

    peminjam diharuskan untuk membayar kembali suatu jumlah yang lebih besar dari kas

    yang diterima pada tanggal penerbitan. Peminjam menerima kas sebesar nilai

    sekarang wesel. Nilai sekarang sama dengan nilai nominal wesel pada saat jatuh tempo

    dikurangi bunga atau diskonto yang dibebankan oleh pemberi pinjaman sesuai dengan

    persaraan wesel. Bank mengambil honor jasanya dimuka.

    Contoh:

    Tanggal 1 Oktober 2009, Lite Company menandatangani sebuah wesel $11.200

    tanpa bunga, satu tahun, tetapi hanya menerima tunai $10.000.

    Jurnal:

    1 Oktober 2009

    Kas 10.000

    Diskonto atas wesel bayar 1.200

    Wesel bayar 11.200

    (untuk mncatat wesel bayar tanpa bunga1 tahun)

    Neraca pada tanggal 1 Oktober 2009

    Kewajiban lancar

    Wesel bayar 11.200

    Dikurangi: Diskonto atas wesel bayar 1200

  • 10.000

    3. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

    Seluruh atau bagian dari utang obligasi dan utang-utang jangka panjang lainnya yang

    akan dilunasi kurang dari satu tahun dilaporkan sebagai utang jangka pendek.

    Utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode tersebut tetap diakui sebagai

    utang jangka panjang apabila:

    a. Ditarik atau dilunasi dengan aktiva yang terakumulasi untuk tujuan tersebut secara

    layak tidak ditunjukkan sebagai aktiva lancar

    b. Didanai kembali atau dilunasi dari hasil penerbitan hutang baru, atau

    c. Dikonversi menjadi modal saham.

    Dalam hal ini, penggunaan aktiva lancar atau penciptaan kewajiban lancar lainnya

    tidak terjadi. Oleh karena itu, diklasifikasikan menjadi hutang jangka panjang. Rencana

    untuk melikuidasi hutang semacam ini harus diungkapkan baik dalam tanda kurung

    maupun dengan catatan atas laporan keuangan. Jika sebagian dari hutang jangka panjang

    yang dibayarkan dalam 12 bulan ke depan, perusahaan melaporkan bagian jatuh tempo

    dari hutang jangka panjang sebagai kewajiban lancar dan sisanya merupakan kewajiban

    jangka panjang.

    Kewajiban yang jatuh tempo karena permintaan (ditagih oleh kreditor) atau akan jatuh

    tempo atas permintaan dalam jangka satu tahun atau siklus operasi harus diklasifikasikan

    menjadi kewajiban lancar. Kewajiban sering kali dapat ditagih oleh kreditor apabila

    terdapat pelanggaran atas perjanjian hutang. Jika pelanggaran tersebut dapat diperbaiki

    (dilunasi) dalam periode tenggang yang biasanya diberikan dalam perjanjian, hutang

    tersebut dapat diklasifikasikan menjadi hutang tidak lancar.

    Contoh soal:

    Perusahaan Maju menerima kredit 3 tahun sebesar Rp 20.000.000,00. Dari jumlah

    tersebut, Rp 5.000.000,00 diantaranya harus dilunasi dalam masa tempo 12 bulan. Info

    tersebut tersaji di neraca perusahaan seperti berikut:

    Kewajiban jangka pendek

    Bagian yang lancar dari utang jangka panjang Rp 5.000.000,00

    Kewajiban jangka panjang

  • Utang kredit Rp 20.000.000,00

    Kurang: Saldo yang jatuh tempo tahun ini (Rp 5.000.000,00) Rp 15.000.000,00

    4. Kewajiban Jangka Pendek yang Diharapkan untuk Didanai Kembali

    Beberapa kewajiban jangka pendek diharapkan akan didanai kembali atas dasar jangka

    panjang dan karena itu, diperkirakan tidak memerlukan penggunaan modal kerja selama

    tahun berikutnya (atau siklus operasi). SFAS No. 6, Klasifikasi kewajiban jangka pendek

    yang diperkirakan akan didanai kembali , menetapkan pedoman yang dimaksudkan

    untuk mencegah penyalahgunaan. Hal itu menyatakan bahwa kewajiban lancar yang

    diperkirakan akan didanai kembali dapat direfleksikan sebagai kewajiban jangka panjang

    hanya jika debitor benar-benar bermaksud mendanai kembali hal itu atas dasar kewajiban

    jangka pendek tertentu dan menunjukkan kemampuan melakukan hal itu baik dengan

    benar-benar mandanakan kembali atas dasar jangka panjang sebelum laporan keuangan

    dikeluarkan, maupun memasukannya, dengan niat baik, ke dalam perjanjian pendanaan

    kembali jangka panjang yang tidak dapat dibatalkan yang didukung oleh pemberi

    pinjaman yang mampu. Pendanaan kembali juga dapat dicapai dengan mengeluarkan

    instrumen ekuitas.

    Menurut SFAS No. 6, kriteria suatu perjanjian pendanaan yang dapat diandalkan untuk

    mendukung klasifikasi kewajiban jangka pendek sebagai hutang jangka panjang adalah:

    1. Perjanjian itu tidak dapat dibatalkan oleh semua pihak (kecuali pelanggaran oleh

    debitor) dan jangka lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca atau dari awal

    siklus operasi, mana yang lebih lama.

    2. Pada tanggal neraca dan tanggal penerbitan, perusahaan tidak boleh melanggar

    perjanjian itu (kecuali diperoleh suatu pembebasan hutang)

    3. Pemberi pinjaman secara keuangan harus mampu menepati perjanjian itu.

    Kewajiban jangka pendek tidak dapat diklasifikasikan sebagai jangka panjang jika

    kreditor mampu membatalkan kewajiban keuangan yang mendasarinya.

    Jika kewajiban jangka pendek harus dikeluarkan dari kewajiban lancar menurut

    perjanjian, maka pengungkapan catatan kaki akan disyaratkan dan harus mencakup :

    a. Uraian umum tentang perjanjian keuangan

    b. Syarat dari kewajiban baru yang akan terjadi.

  • c. Syarat dari setiap sekuritas ekuitas yang akan dikeluarkan.

    Contoh: Pada tanggal 31 Desember 2010, Alexander Company mempunyai

    $1.200.000 hutang jangka pendek atas wesel bayar yang seharusnya tanggal 2 Februari

    2011. Pada 21 Januari 2011, perusahaan menerbitkan 25.000 saham , itu saham biasa

    senilai $36 per saham, menerima $900.000 pendapatan sesudah perantara mengeluarkan

    uang dan harga lainnya . Pada tanggal 2 Februari 2011, pendapatan dari penjual saham,

    ditambah dari kas ekstra $300.000, digunakan untuk menghapuskan hutang $1.200.000 .

    Pada tanggal 31 Desember 2010 neraca terbit atas tanggal 23 Februari 2011.

    Pembahasan: Menunjukkan bagaimana $1.200.000 dari hutang jangka pendek harus

    dipresentasikan pada 31 Des 2010, menunjukkan catatan pengungkapan.

    Bagian Neraca

    Hutang Lancar:

    Wesel bayar $300.000

    Long-term debt: Kewajiban jangka panjang :

    Wesel bayar yang dibiayai kembali $900.000

    Total kewajiban $1.200.000

    5. Utang Deviden

    Utang dividen yang termasuk dalam utang jangka pendek adalah:

    a. Dividen yang dibagikan dalam bentuk kas atau aktiva (jika belum dibayar) yang segera

    akan dilunasi

    b. Utang dividen skrip yang segera akan dilunasi

    Contoh soal:

    Pada tanggal 31 Desember 2010 PT SGM mengumunkan pembagian deviden tunai

    sebesar Rp 10,00 untuk per lembar saham. Deviden akan dibayar tanggal 15 Januari 2011.

    Dengan anggapan bahwa jumlah saham yang beredar adalah 150.000 lembar, maka

    deviden terutang adalah Rp 1.500.000,00.

    Jurnal:

    31 Desember 2010

    Laba ditahan Rp 1.500.000,00

    Utang deviden Rp 1.500.000,00

  • (mencatat pengumunan deviden tunai)

    15 Januari 2011

    Utang deviden Rp 1.500.000,00

    Kas Rp 1.500.000,00

    (mencatat pembayaran deviden tunai)

    Dividen untuk saham prioritas, walaupun jumlahnya sudah pasti, tetapi sebelum

    tanggal pengumuman belum merupakan kewajiban karena deviden saham preveren yang

    tertunggak (prefered dividens in arrears) bukan merupakan kewajiban hingga tindakan

    normal diambil dewan direksi yang mengotorisasi pembagian laba. Namun, jumlah

    deviden kumulatif yang belum dibayarkan harus diungkapkan dalam suatu catatan atau

    diugkapkan dalam tanda kurung pada kelompok modal saham.

    Dividen yang dibagi dalam bentuk saham merupakan elemen modal.

    6. Uang Muka dari Jaminan dari Pelanggan

    Kewajiban lancar perusahaan dapat mencakup deposito kas yang dapat

    dikembalikan (returnable cash deposits) yang diterima dari pelanggan dan karyawan.

    Perusahaan dapat menerima deposit dari pelanggan untuk menjamin pelaksanaan kontrak

    atau jasa atau sebagai jaminan untuk menutup pembayaran kewajiban yang diharapkan di

    masa depan. Sebagai contoh,perusahaan seperti Alltel Corp. Sering kali mensyaratkan

    deposito pada peralatan yang digunakan pelanggan untuk menghubungkan internet atau

    untuk mengakses jasa lainnya. Alltel juga menerima deposito dari pelanggan sebagi

    jaminan untuk kemungkinan kerusakan atas properti yang ada ditangan pelanggan.

    Beberapa perusahan mensyaratkan pada karyawan untuk melakukan deposito atas

    pengembalian kunci atau properti perusahaan lainnya.

    Deposito juga dapat dilakukan sebagai jaminan dalam kasus ketidaktertagihan

    atau kemungkinan kerusakan properti. Misalnya,deposito yang diwajibkan oleh

    perusahaan gas,air,listrik dan prasarana umum lainnya merupakan kewajiban

    perusahaan tersebut kepada pelanggannya. Karyawan juga dapat melakukan deposito

    yang dapat dikembalikan untuk meyakinan pengembalian kunci dan properti perusahaan

  • lainnya,atas hak istimewa loker,dan atas keanggotaan klub. Deposito tersebut harus

    dilaporkan sebagai kewajiban lancar atau jangka panjang tergantung pada waktu yang

    terlipat antara tanggal deposito dan pengakhiran yang diharapkan dari hubungan itu.

    Jika uang muka atau deposito itu terkena bunga,suatu ayat jurnal penyesuaian tahunan

    akan diperlukan untuk mengakrualkan beban bunga dan meninkatkan kewajiban yang

    berkaitan.

    7. Pendapatan Belum Terhimpun (Unlearned Revenue) (Retno)

    Perusahaan memperhitungkan pendapatan diterima di muka yang diterima sebelum

    barang dikirimkan atau jasa dilakukan sebagai berikut :

    1. Ketika uang muka diterima, Kas didebet dan akun Kewajiban Lancar yang

    mengidentifikasi sumber pendapatan diterima di muka dikredit

    2. Ketika pendapatan diterima, akun Pendapatan Diterima di Muka didebet dan akun

    Pendapatan yang Diterima dikredit

    Untuk mencatat penjualan 10.000 tiket bola @ $ 50 untuk 5 jadwal pertandingan

    Kas 500.000

    Pendapatan Tiket Bola Diterima di Muka 500.000

    Segera setelah setiap pertandingan selesai dicatat sebagai berikut :

    Pendapatan Tiket Bola Diterima di Muka 100.000

    Pendapatan Tiket Bola 100.000

    Pendapatan Tiket Bola Diterima di Muka merupakan pendapatan diterima di muka

    dan dilaporkan sebagai kewajiban lancar dalam neraca. Ketika pendapatan diterima, terjadi

    transfer dari pendapatan diterima di muka ke pendapatan yang telah diterima.

    8. Utang PPN

    Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas :

    a) Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

    Pengusaha;

    b) Impor Barang Kena Pajak;

    c) Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

  • d) Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam

    Daerah Pabean;

    e) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; atau

    f) Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

    g) Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

    h) Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

    Siapapun yang membeli barang kena pajak harus membayar PPN yang disebut PPN

    masukan (persekot pajak/pajak dibayar dimuka) dan pengusaha kena pajak adalah pihak

    yang wajib memungut PPN. Dari sudut Pengusaha kena pajak, jumlah yang dipungutnya

    dinamai PPN keluaran yang merupakan titipan pihak ketiga yang harus dibayar ke negara.

    Jumlah yang harus disetor ke negara adalah selisih PPN Keluaran dan PPN masukan.

    Dan saat belum dibayarkan, maka jumlah tersebut merupakan utang.

    Contoh :

    Pada tanggal 10 November 2010, PT Melati membeli tunai barang kena pajak dengan

    harga beli $90.000 belum termasuk PPN masukan. Tarif PPN adalah 10% dari harga beli.

    Jadi, jumlah yang harus dibayar PT. Melati adalah sebagai berikut:

    Harga ................... .......... $90.000

    PPN 10% x $90.000 ............ ..... $9.000

    Jumlah yang harus dibayar $99.000

    Jurnal:

    10/11/2010 Pembelian 90.000

    PPN Masukan 9.000

    Kas 99.000

    Pada tanggal 20 November 2010 PT Melati menjual barang tersebut dengan harga jual

    belum termasuk PPN $135.000. Tarif PPN 10 % dari harga jual sebelum diperhitunghkan

    dengan PPN. Jadi harga termasuk PPN adalah $135.000 + (10% x $135.000)= $148.500.

    Jurnal:

    20/11/2010 Kas 148.500

  • PPN Keluaran 13.500

    Penjualan 135.000

    Jumlah yang harus disetor ke Negara :

    PPN Keluaran 13.500

    PPN Masukan 9.000

    Jumlah disetor 4.500

    Pada akhr bulan, PT Melati akan mengkui utang kepada negara dengan menjurnal:

    30/11/2010 PPN Keluaran 13.500

    PPN Masukan 9.000

    Utang PPN 4.500

    Pada tanggal 10 Desember, PPN disetor ke kas negara.

    Jurnal:

    10/12/2010 Utang PPN 4.500

    Kas 4.500

    9. Utang PPh

    a. Utang PPH Badan

    Perusahaan berkewajiban membayar membayar pajak penghasilan badan.

    Mudahnya, yang dikenakan pajak adalah laba perusahaan selama satu tahun.

    Perhitungan yang dilakukan selalu dilakukan atas dasar laba menurut undang-undang

    perpajakan, bukan atas dasar laba akuntansi.

    Perbedaan antara laba kena pajak menurut peraturan pajak dan laba akuntansi

    menurut prinsip-prinsip akuntansi yang di terima umum kadang-kadang terjadi. Karena

    perbedaan tersebut maka jumlah utang pajak penghasilan kepada pemerintah dalam

    tahun tertentu dapat sangat berbeda dari beban pajak penghasilan seperti yang di

    laporkan pada laporan keuangan. Peraturan pajak dan prinsip akuntansi yang berlaku

    umum yang di terapkan perusahaan tidak selalu sama dalam mengakui pendapatan dan

    biaya. Perbedaan pengakuan pendapatan dan biaya tersebut berupa perbedaan yang

    bersifat sementara dan perbedaan yang bersifat permanen.

    Perbedaan sementara adalah pendapatan dan biaya yang di akui oleh peraturan

    pajak pada suatu periode tetapi diakui oleh prinsip akuntansi pada periode yang lain.

  • Misalnya depresiasi aktiva tetap menurut peraturan pajak harus di perhitungkan untuk

    jangka waktu 2 tahun tetapi menurut prinsip akuntansi yang diterapkan perusahaan yang

    bersangkutan diperhitungkan untuk jangka waktu 4 tahun. Perbedaan pengakuan biaya

    depresiasi ini mengakibatkan adanya perbedaan yang bersifat sementara, yaitu pada dua

    tahun pertama biaya menurut peraturan pajak lebih besar, sehingga laba menurut

    peraturan pajak lebih rendah. Sebaliknya untuk dua periode terakhir, biaya menurut

    pajak lebih rendah dan laba menurut pajak lebih tinggi. Perbedaan ini mengakibatkan

    perlunya alokasi beban pajak antar periodr untuk menyasuaikan biaya pajak yang di

    akuai dengan jumlah yang di bayar.

    Beberapa contoh perbedaan sementara antara lain adalah:

    1. Pengakuan biaya depresiasi aktiva tetap

    2. Amortisasi biaya pendirian yang di tangguhkan pembebananya

    3. Penilaian harga pokok persediaan barang

    Perbedaan permanen adalah perbedaan yang bersifat permanen, yaitu pendapatan

    dan biaya yang diakui oleh prinsip akuntansi, tetapi tidak diakui oleh peraturan pajak.

    Misalnya sumbangan yang melebihi jumlah tertentu yang tidak diperbolehkan oleh

    peraturan pajak untuk dikurangkan pada pendapatan, mengakibatkan jumlah laba suatu

    periode menurut akuntansi lebih besar daripada jumlah laba menurut pajak. Perbedaan

    ini bersifat permanen, yang berarti tidak akan tereliminasi pada periode yang akan

    datang. Sehingga menimbulkan perlunya alokasi beban pajak pada periode yang

    bersangkutan.

    Beberapa contoh perbedaan permanen adalah :

    1. Sumbangan yang dilakukan perusahaan sampai jumlah tertentu

    2. Ganti rugi asuransi kecelakaan

    3. Pendapatan yang diperoleh dalam bentuk natura

    Contoh soal:

    Pada akhir tahun 2010 PT 507, melaporkan laba sebelum PPH Rp 500.000. tariff

    PPH adalah 15%, maka pajaknya Rp 75.000. Jurnal yang dibuat perusahan pada akhir

    h\tahun adalah:

    31/12/2010 PPH 75.000

    Utang PPH 75.000

  • (Mencatat taksiran utang PPH)

    Pada tanggal 25 Maret 2010, utang PPH dibayar perusahaan.

    Jurnal :

    25/03/2010 Utang PPH 75.000

    Kas 75.000

    (Mencatat penyetoran PPH ke kas negara)

  • BAB III

    PENUTUP

    Kewajiban lancar adalah kewajiban yang likuidasinya diperkirakan secara layak

    memerlukan penggunaan aktiva lancar atau penciptaan kewajiban lancar lainnya. Secara

    teoritis, kewajiban harus diukur oleh nilai sekarang pengeluaran kas masa depan yang

    diperlukan untuk melikuidasinya. Dalam praktek, kewajiban lancar biasanya dicatat

    dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada nilai penuh jatuh

    temponya. Terdapat beberapa jenis kewajiban lancar (1) hutang usaha, (2) wesel bayar,

    (3) jatuh tempo berjalan hutang jangka panjang, (4) hutang dividen, (5) deposito yang

    dapat dikembalikan, (6) pendapatan diterima di muka, (7) hutang pajak, dan (8)

    kewajiban yang berhubungan dengan karyawan.

    Kewajiban jangka pendek dikeluarkan dari kewajiban lancar jika kedua kondisi

    berikut dipenuhi: (1) perusahaan harus bermaksud untuk mendanai kembali kewajiban

    atas dasar jangka panjang, dan (2) perusahaan harus menunjukkan kemampuan untuk

    melaksanakan pendanaan kembali itu.

    Kewajiban yang berhubungan dengan karyawan adalah: (1) pemotongan gaji; (2)

    absensi yang dikompensasi; dan (3) perjanjian bonus.

    Akun kewajiban lancar umumnya disajikan sebagai klasifikasi pertama dalam

    kelompok kewajiban dan ekuitas pemegang saham pada neraca. Dalam kelompok

    kewajiban lancar akun-akun itu dapat dicatat menurut jatuh temponya, dalam jumlah

    yang menurun, atau menurut preferensi likuidasinya. Informasi yang terinci dan bersifat

    tambahan mengenai kewajiban lancar harus memadai untuk memenuhi persyaratan

    pengungkapan penuh.

    Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok

    bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,

    karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada

    hubungannya dengan judul makalah ini.

  • Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan

    saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan

    makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis

    pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Baridwan, Zaki. 2004. Intermediete Accounting.BPFE. Yogyakarta

    Kieso, Donald E., dkk.2007. Akuntansi Intermediate jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

    Na`im, Ainun. 1992. Akuntansi Keuangan II. BPFE. Yogyakarta

    Sugiri, Slamet. 2009. Akuntansi Pengantar II. Unit Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi

    Ilmu Manajemen YKPN.Yogyakarta