100
TESIS EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius R.) 10% DAPAT MENURUNKAN IMMOBILITY TIME DAN KADAR KORTISOL TIKUS JANTAN GALUR WISTAR YANG DEPRESI LIA PUSPITASARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

lia puspitasari

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: lia puspitasari

TESIS

EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI

(Pandanus amaryllifolius R.) 10% DAPAT

MENURUNKAN IMMOBILITY TIME

DAN KADAR KORTISOL TIKUS JANTAN GALUR

WISTAR YANG DEPRESI

LIA PUSPITASARI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

Page 2: lia puspitasari

i

TESIS

EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI

(Pandanus amaryllifolius R.) 10% DAPAT

MENURUNKAN IMMOBILITY TIME DAN

KADAR KORTISOL TIKUS JANTAN GALUR

WISTAR YANG DEPRESI

LIA PUSPITASARI

1490761043

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

Page 3: lia puspitasari

ii

EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI

(Pandanus amaryllifolius R.) 10% DAPAT

MENURUNKAN IMMOBILITY TIME DAN

KADAR KORTISOL TIKUS JANTAN GALUR

WISTAR YANG DEPRESI

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Biomedik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

LIA PUSPITASARI

1490761043

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

Page 4: lia puspitasari

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 30 JUNI 2016

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. dr. I Made Jawi, M. Kes Dr. dr. Wayan Putu Sutirta Yasa, M.Si

NIP. 195812311986011006 NIP. 195705131986011001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik

Program Pascasarjana

Universitas Udayana

Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, Sp.GK

NIP. 195805211985031002

Direktur

Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)

NIP. 195902151985102001

Page 5: lia puspitasari

iv

PENETAPAN PENGUJI

Tesis ini Telah Diuji pada

Tanggal 30 Juni 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,

No: 2940/UN14/4/HK/2016, Tanggal 23 Juni 2016

Ketua : Dr. dr. I Made Jawi, M. Kes

Anggota :

1. Dr. dr. Wayan Putu Sutirta Yasa, M.Si

2. Prof. Dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK

3. Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M. Repro

4. dr. I Gusti Ayu Artini, S.Ked., M.Sc

Page 6: lia puspitasari

v

Page 7: lia puspitasari

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widi Wasa / Tuhan

Yang Maha Esa, atas rahmat dan anugrah-Nya sehingga tesis yang berjudul

“Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius R.) 10%

dapat Menurunkan Immobility Time dan Kadar Kortisol Tikus Jantan Galur

Wistar yang Depresi” dapat diselesaikan dan diajukan sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Magister Biomedik (M.Biomed) di Program Studi Biomedik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Penyusunan tesis ini tidaklah terlepas dari dukungan, saran, dan bimbingan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang tersedia ini sudah

sepantasnya penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Prof. Dr. dr. Ketut

Suastika, Sp. PD, KEMD, sebagai Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A.

Raka Sudewi, Sp. S (K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Udayana, dan Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc., Sp.GK selaku Ketua

Program Studi Ilmu Biomedik atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister di Universitas

Udayana.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr. dr. I Made Jawi,

M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Dr. dr. Wayan Putu Sutirta Yasa, M.Si

selaku pembimbing II yang telah memberikan penulis bimbingan, saran, serta

dorongan dalam penyusunan tesis ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih

kepada para penguji diantaranya Prof. dr. IGM. Aman, Sp.FK, Dr.dr. Bagus

Page 8: lia puspitasari

vii

Komang Satriyasa, M.Repro, dan dr. I Gusti Ayu Artini, M.Sc yang telah banyak

memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tesis ini.

Terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen dan staf pegawai

di Magister Biomedik yang telah memberikan bantuan selama penyusunan usulan

penel itian ini; serta keluarga penulis, Ayah Dr. Ir. I Nyoman Arthanegara, Msi.

dan Ibu Ni Ketut Yasmari, kakak dan adik penulis Diah Ariyantini,S.S serta Alita

Ayuningtyas yang dengan sabar memberikan ruang dan waktu dalam penulisan

tesis ini; seluruh rekan-rekan farmakologi Legis, Rani, Citra, dan para sahabat

Darpita, Widi, Dharmesti, Clarissa, Edy yang telah memberikan kritikan

konstruktif terhadap penulis dalam penyusunan tesis ini; dan semua pihak yang

telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, sehingga

dapat menjadi lebih baik lagi dimasa depan. Penulis berharap semoga tesis ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Denpasar, Juni 2016

Penulis

Page 9: lia puspitasari

viii

ABSTRAK

EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus

amaryllifolius R.) 10% DAPAT MENURUNKAN IMMOBILITY TIME DAN

KADAR KORTISOL TIKUS JANTAN GALUR WISTAR YANG DEPRESI

Depresi merupakan gangguan emosional dan jiwa yang terjadi akibat

ketidaknormalan pada kadar serotonin, norepinefrin, dopamin, dan kortisol pada

darah, urin, serta cairan serebrospinalis. Tanaman yang diduga memiliki aktivitas

antidepresan dan mampu menormalkan abnormalitas yang terjadi yaitu daun

pandan wangi yang mengandung berbagai metabolit sekunder. Penelitian ini

bertujuan untuk membuktikan efek pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi

(Pandanus amaryllifolius R.) 10% terhadap penurunan immobility time dan kadar

kortisol tikus jantan galur wistar yang depresi.

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental laboratorik

menggunakan pretest-postest control group design, dengan jumlah sampel

sebanyak 24 ekor yang dibagi kedalam 4 kelompok perlakuan. Induksi depresi

dilakukan dengan metode tail suspention test selama 3 menit setiap hari dalam 10

hari. Aktivitas antidepresan dinilai melalui pengukuran durasi immobility time

dengan metode forced swimming test dan melalui pengukuran kadar kortisol

dengan metode ELISA.

Berdasarkan hasil pengukuran immobility time pada hewan uji, ekstrak etanol

daun pandan wangi 10% mampu menurunkan durasi immobility time sebesar

45,26% (p<0,05) dan menurunkan kadar kortisol sebesar 33,24% (p<0,05). Dapat

dilihat juga pengaruh perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol daun pandan

wangi 10% pada pretest dan posttest pengukuran immobility time dan kadar

kortisol dengan p<0.05 pada analisis t-paired test. Penurunan immobility time dan

penurunan kadar kortisol pada pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi 10%

belum mampu memberikan penurunan yang sama atau lebih baik dibandingkan

dengan kontrol positif (pemberian amitriptilin) dengan nilai p<0,05.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak

daun pandan wangi 10% dapat menurunkan durasi immobility time dan kadar

kortisol tikus jantan galur wistar yang depresi.

Kata Kunci: depresi, ekstrak pandan wangi, immobility time, kortisol

Page 10: lia puspitasari

ix

ABSTRACT

ETHANOL EXTRACT 10% OF PANDANUS AMARYLLIFOLIUS R.

LEAVES DECREASED IMMOBILITY TIME AND CORTISOL LEVELS

IN DEPRESSION MALE WISTAR RATS

Depression is an emotional and soul disorders that occurs due to abnormality

of serotonine, norepinephrine, dopamine and cortisol levels in blood, urine and

cerebrospinal fluid. Herb that assumed have antidepresant activity and able to

normalise this abnormality condition is pandan leaf (Pandanus amaryllifolius R)

with some secondary metabolites. The purpose of this reseach is to investigate the

effect of pandan leaf extract in decreasing immobility time and cortisol levels in

male wistar induced depression.

This research used experimental laboratory pretest and posttest control group

design, with 24 sample that divided into four group. Depression was inducted with

tail suspention test method for 3 minutes a day in 10 days. Antidepressant activity

observed by measurement of immobility time in forced swimming test method

and analysis of cortisol levels with ELISA method.

Based on the results of this research, ethanol extract of pandan leaves 10%

able decreased immobility time for 45,26% (p<0,05) and decreased cortisol level

for 33,24% (p<0,05). In t-paired test analysis, extract ethanol of pandan leaves

10% showed that there was an influence with this treatment in immobility time

and cortisol level pretest and posttest data (p<0,05). Another result from this

research showed that ethanol extract of pandan leaves 10% did not decrease

immobility time and cortisol levels more better than positive control (amitriptilin

treatment) p<0,005.

It can be concluded that administration of extract ethanol pandan leaves 10%

decreased immobility time and cortisol levels in depression male wistar rats.

Key Words : depression, extract ethanol of pandan leaves, immobility time,

cortisol

Page 11: lia puspitasari

x

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM....................................................................................... i

PRASYARAT GELAR ................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii

PENETAPAN PENGUJI................ ............................................................... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................................... v

UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................... viii

ABSTRACT ................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

DAFTAR ARTI, LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH .................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4

1.3.1 Tujuan umum ..................................................................... 4

1.3.2 Tujuan khusus .................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

1.4.1 Manfaat ilmiah ................................................................... 4

1.4.2 Manfaat praktis .................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6

2.1 Depresi ........................................................................................ 6

2.1.1 Patofisiologi depresi............................................................ 6

2.1.2 Terapi depresi ..................................................................... 8

2.1.3 Amitriptilin ......................................................................... 12

Page 12: lia puspitasari

xi

2.2 Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius R.) .............................. 14

2.2.1 Taksonomi tanaman ............................................................ 14

2.2.2 Morfologi tanaman ............................................................. 14

2.2.3 Kandungan kimia dan aktivitas farmakologi........................ 15

2.2.4 Mekanisme zat aktif daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius L.) sebagai antidepresan .............................. 16

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN ................................................................................. 18

3.1 Kerangka berpikir ........................................................................ 18

3.2 Konsep penelitian ........................................................................ 20

3.3 Hipotesis ...................................................................................... 20

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................ 21

4.1 Rancangan penelitian ................................................................... 21

4.2 Lokasi dan waktu penelitian ........................................................ 22

4.2.1 Tempat penelitian............................................................... 22

4.2.2 Waktu penelitian ................................................................ 22

4.3 Penentuan Sumber Data ............................................................... 23

4.3.1 Besar sampel ...................................................................... 23

4.3.2 Kriteria sampel ................................................................... 23

4.4 Variabel Penelitian ...................................................................... 24

4.4.1 Variabel bebas ................................................................... 24

4.4.2 Variabel terikat .................................................................. 24

4.4.3 Variabel terkendali ............................................................ 24

4.5 Definisi Operasional .................................................................... 24

4.6 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................ 25

4.6.1 Alat penelitian ................................................................... 25

4.6.2 Bahan penelitian ................................................................ 25

4.7 Prosedur Penelitian ...................................................................... 25

Page 13: lia puspitasari

xii

4.7.1 Determinasi tanaman ......................................................... 25

4.7.2 Pengumpulan dan preparasi sampel ................................... 26

4.7.3 Pembuatan ekstrak etanol daun pandan wangi ................... 26

4.7.4 Skrining fitokimia ekstrak etanol daun pandan wangi ......... 26

4.7.5 Uji aktivitas antidepresan ekstrak etanol daun pandan

wangi ................................................................................. 28

4.8 Analisis Data ............................................................................... 33

4.9 Alur Penelitian............................................................................. 35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 36

5.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 36

5.1.1 Hasil skrining fitokimia ...................................................... 36

5.1.2 Analisis deskriptif .............................................................. 36

5.1.3 Uji normalitas data ............................................................. 37

5.1.4 Uji homogenitas data antar kelompok ................................ 38

5.1.5 Hasil analisis one way anova ............................................. 38

5.1.6 Uji komparabilitas ............................................................. 38

5.2 Pembahasan ................................................................................. 43

5.2.1 Uji aktivitas antidepresan ................................................... 43

5.2.1.1 Pengaruh ekstrak etanol daun pandan wangi

terhadap immobility time ...................................... 45

5.2.1.2 Pengaruh ekstrak etanol daun pandan wangi

terhadap kadar kortisol serum .............................. 52

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 57

6.1 Simpulan ..................................................................................... 57

6.2 Saran ........................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 58

LAMPIRAN ................................................................................................. 62

Page 14: lia puspitasari

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1

Tabel 5.2

Tabel 5.3

Tabel 5.4

Tabel 5.5

Tabel 5.6

Tabel 5.7

Tabel 5.8

Tabel 5.9

Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 96% Daun Pandan

Wangi ...................................................................................

Data Immobility Time Pretest dan Posttest..........................

Data Kadar Kortisol Pretest dan Posttest.............................

Hasil Uji Normalitas Data Immobility Time..........................

Hasil Uji Normalitas Data Kadar Kortisol............................

Hasil Uji Homogenitas Data Immobility Time dan Kadar

Kortisol..................................................................................

Hasil Uji One-way Anova Data Immobility Time dan

Kadar Kortisol.......................................................................

Hasil Uji Least Significant Difference (LSD) antar

Kelompok Pretest...................................................................

Hasil Uji Least Significant Difference (LSD) antar

Kelompok Posttest.................................................................

36

36

37

37

37

38

38

39

40

Page 15: lia puspitasari

xiv

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 5.1

Gambar 5.2

Foto Tanaman Pandan Wangi................................................

Rancangan Penelitian............................................................

Skema Kerja Penelitian.........................................................

Perbandingan Durasi Immobility Time Data Pretest dan

Posttest..................................................................................

Perbandingan Kadar Kortisol Pretest dan Posttest...............

14

21

35

40

42

Page 16: lia puspitasari

xv

DAFTAR ARTI, LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH

5-HT = Serotonin,

ACPY = 2-acetyl-1-pyrroline

ACTH = Adrenocorticotropic Hormone

ALU = Animal Laboratorium Unit

BDNF = Brain-Derived Neurotrophic Factor

CMC-Na = Carboxymethyle Cellulose-Natrium

CRH = Cortikotropin Releasing Hormon

DA = Dopamine

ELISA = Enzyme Linked Immunosorbent Assay

ERK = Ekstraselular Signal Regulated Kinase

FST = Forced Swim Test

GABA = Gamma Amino Butiric Acid

HPA = Hipotalamus-Pituitari-Adrenal

IL- 6 = Interleukin-6

MAO = Monoamine Oksidase

MAOI = Monoamine Oksidase Inhibitor

NE = Norepinefrin

NET = Norepinefrin Transporter

PC12 = Pheochromocytoma Cell

SD = Standar Deviasi

SERT = Serotonine Reuptake Transpoter

SNRI = Serotonine Norepinephrine Reuptake Inhibitor

t ½ = Waktu paruh

TCA = Trycyclic Antidepressant

TNF-α = Tumor Nekrosis Factor-alfa

Page 17: lia puspitasari

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Surat Keterangan Kelaikan Etik Penelitian...........................

Surat Keterangan Determinasi Tanaman Pandan Wangi

(Pandanus amaryllifolius R.).................................................

Hasil Statistik Data Immobility Time.....................................

Hasil Statistik Data Kadar Kortisol Serum............................

Dokumentasi Penelitian.........................................................

62

63

65

73

80

Page 18: lia puspitasari

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Depresi merupakan gangguan emosional dan jiwa yang terjadi akibat adanya

gangguan keseimbangan neurotransmiter di otak, serta dapat disebabkan oleh

faktor keturunan. Dampak yang ditimbulkan akibat depresi cukup besar, mulai

dari menurunnya produktivitas kerja, ketergantungan narkotika dan psikotropika,

gangguan dalam hubungan interpersonal seseorang, berbagai penyakit, serta yang

paling berbahaya yaitu kasus bunuh diri yang terus bertambah dari tahun ke tahun.

Hal ini tentunya akan dapat dihindari jika penderita depresi memperoleh terapi

yang tepat.

Terapi bagi penderita depresi adalah obat yang dapat meningkatkan mood

atau yang dikenal sebagai obat antidepresan. Dalam terapi depresi, penggunaan

antidepresan biasanya dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama terutama

sebagai terapi pemeliharaan jangka panjang. Terlebih lagi hanya sebagian obat

antidepresan yang bekerja selektif, sehingga tidak jarang pada penggunaannya

menimbulkan berbagai efek samping seperti efek pada jantung, penglihatan kabur,

obstipasi, mulut kering, retensi urin, sedasi, peningkatan nafsu makan, hipotensi

ortostatis, serta kelainan darah (Gunawan, 2009; Syarif et al., 2011). Berdasarkan

hal tersebut, sangat penting untuk menemukan obat alternatif yang tidak hanya

efektif menurunkan prevalensi, morbiditas, mortalitas dari gangguan depresi

namun sekaligus mampu memperbaiki kemampuan obat sebelumnya dengan efek

Page 19: lia puspitasari

2

samping yang lebih kecil dari obat-obat antidepresan yang selama ini telah banyak

digunakan.

Salah satu tanaman potensial yang memiliki beberapa aktivitas sebagai

antidepresan yaitu tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius R). Secara

empiris tanaman pandan wangi digunakan sebagai tonikum, penambah nafsu

makan, pewangi dan penenang (Dalimartha, 2009). Di daerah Bali, pandan wangi

merupakan salah satu tanaman yang mudah ditemui di pekarangan rumah, karena

biasa digunakan sebagai salah satu sarana upakara. Tanaman ini juga belum

banyak diketahui mengandung berbagai metabolit seperti alkaloid, flavonoid,

saponin, tanin, polifenol, terpenoid, steroid, essensial oil, karotenoid, tokoferol,

dan kuersetin (Lopez dan Nonato 2005; Prameswari dan Widjanarko, 2014).

Pada penelitian terhadap beberapa tanaman lain diketahui bahwa metabolit

tanaman yang terkandung pada pandan wangi tersebut memiliki aktivitas sebagai

antidepresan (Bahramsoltani et al., 2015). Alkaloid dari tanaman Piper longum

memperlihatkan efek antidepresan dengan menurunkan hormon

adrenokortikotropik, menghambat enzim monoamine oksidase (MAO),

meningkatkan serotonin (5-HT) otak, dan kadar Brain-Derived Neurotrophic Factor

(BDNF) (Bahramsoltani et al., 2015).

Flavonoid narigenin dari tanaman anggur bekerja melalui peningkatan

serotonin (5-HT), norepinefrin (NE), dan kadar BDNF serta menurunkan aktivitas

MAO. Tanin dari tanaman Terminalia chebula memberikan efek neuroprotektif

serta meningkatkan ketersediaan monoamine di otak. Saponin dari tanaman

ginseng menunjukkan efek antidepresan dengan mempengaruhi jalur signaling

Page 20: lia puspitasari

3

BDNF, HPA axis, dan neurogenesis hipokampus, serta meningkatkan kadar

monoamin. Terpenoid dari tanaman Origanum majorana memberikan efek

antidepresan dengan melibatkan reseptor dopamine serta dengan meningkatkan

kadar NE dan 5-HT di otak (Shekar et al. 2012; Bahramsoltani et al., 2015).

Kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan terpenoid yang terdapat

dalam daun pandan wangi membuat ekstrak dari tanaman ini memiliki mekanisme

kerja yang hampir sama dengan salah satu obat antidepresan golongan trisiklik

yaitu amitriptilin. Saat ini amitriptilin menjadi salah satu pilihan terapi yang

banyak digunakan dalam pengobatan depresi. Ekstrak etanol daun pandan wangi

dalam penelitian ini diharapkan mampu membuktikan kebenaran khasiat yang

dimiliki sebagai antidepresan. Berdasarkan uraian tersebut, maka akan dilakukan

penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi pada

hewan uji sebagai antidepresan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius

R.) 10% dapat menurunkan immobility time tikus jantan galur wistar yang

depresi?

2. Apakah pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius

R.) 10% dapat menurunkan kadar kortisol tikus jantan galur wistar yang

depresi?

Page 21: lia puspitasari

4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Membuktikan aktivitas ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius R.) sebagai antidepresan melalui penurunan immobility time dan

penurunan kadar kortisol.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Membuktikan pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius R.) 10% dapat menurunkan immobility time tikus jantan galur

wistar depresi.

2. Membuktikan pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius R.) 10% dapat menurunkan kadar kortisol tikus jantan galur

wistar depresi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan terutama mengenai tanaman herbal yang dapat memberikan efek

sama atau hampir sama sebagai antidepresan, serta memiliki efek samping yang

lebih rendah dibandingkan obat antidepresan yang telah ada.

1.4.2 Manfaat praktis

Pada penelitian ini diharapkan dapat diketahui pengaruh dari pemberian

ekstrak etanol daun pandan wangi sebagai antidepresan. Serta diharapkan juga

dapat diketahui salah satu mekanisme kerja daun pandan wangi sebagai

Page 22: lia puspitasari

5

antidepresan melalui pengaruhnya terhadap kadar kortisol tikus jantan galur

Wistar yang depresi.

Page 23: lia puspitasari

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Depresi

Depresi merupakan gangguan yang heterogen akibat terganggunya satu masa

fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala

penyertanya, termasuk gangguan tidur dan nafsu makan, defisit dalam kognisi dan

energi, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, timbul rasa putus asa, rasa bersalah

dan tidak berdaya, tidak berharga, serta bunuh diri (Katzung et al., 2014). Depresi

diakibatkan karena terjadinya gangguan keseimbangan antara neurotransmiter di

otak, karena berkurangnya serotonin (5-HT) atau adrenalin di saraf-saraf otak

(Tjad dan Rahardja, 2010).

2.1.1 Patofisiologi depresi

Hingga saat ini, depresi masih dikaitkan dengan defisit dari fungsi atau

jumlah monoamin (hipotesis monoamin). Faktor neurotropik (hipotesis

neurotropik) dan endokrin (hipotesis endokrin) juga diketahui memiliki peranan

penting dalam mencetuskan terjadinya depresi (Katzung et al., 2014).

A. Hipotesis neurotrofik

Faktor pertumbuhan saraf, Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF)

memiliki peran penting dalam regulasi plastisitas, ketahanan, dan pembentukan

saraf (neurogenesis). Brain-derived neurotrophic factor (BDNF) diperkirakan

memberi pengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan neuron melalui

pengaktivan reseptor tirosin kinase B di neuron dan sel glia (Katzung et al., 2014).

Page 24: lia puspitasari

7

Stres memiliki kaitan dengan penurunan kadar BDNF dan berkurangnya

dukungan neurotrofik. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan struktural

atrofik di hipokampus dan bagian lain seperti korteks frontalis medialis dan

singulatus anterior. Hipokampus berperan penting dalam ingatan kontekstual dan

regulasi sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal (PHA), sedangkan singulatus

anterior berperan dalam integrasi rangsang emosi, sementara korteks frontalis

orbital medialis juga diduga berperan dalam ingatan, belajar dan emosi.

Terjadinya depresi berkaitan dengan hilangnya aktivitas neurotrofik, dimana pada

depresi mayor terjadi pengurangan 5-10% volume hipokampus dan pengurangan

substansial volume di singulus anterior dan korteks frontalis orbital medialis.

Berkurangnya volume pada struktur hipokampus akan bertambah sesuai lama

sakit dan jumlah waktu ketika depresi yang terjadi tidak diobati (Katzung et al.,

2014).

B. Hipotesis monoamin dan neurotransmiter lain.

Pada hipotesis monoamin, dijelaskan bahwa depresi yang terjadi dikaitkan

dengan dengan terjadinya defisiensi pada jumlah atau fungsi serotonin (5-HT),

norepinefrin (NE), dan dopamin (DA) dalam korteks dan limbus (Katzung et al.,

2014).

C. Hipotesis neuroendokrin

Hipotesis neuroendokrin menjelaskan keterkaitan kelainan hormon dengan

terjadinya depresi. Terjadinya depresi dilaporkan berhubungan dengan

peningkatan kadar kortisol. Pada hipotesis ini disebutkan bahwa glukokortikoid

eksogen dan peningkatan kortisol endogen diketahui berkaitan dengan gejala-

Page 25: lia puspitasari

8

gejala mood dan defisit kognitif serupa dengan peningkatan yang terjadi pada

depresi (Katzung et al., 2014).

Peningkatan Kortisol Pada Depresi

Seluruh respon umum dari proses adaptasi tubuh seperti menerima stresor

fisik dan psikologis dikendalikan oleh hipotalamus. Setelah menerima stresor,

hipotalamus akan segera mengaktifkan saraf simpatis, dan mengeluarkan

Cortikotropin Releasing Hormon (CRH). Cortikotropin Releasing Hormon (CRH)

ini kemudian akan merangsang sekresi dari (Adrenocorticotropic Hormone)

ACTH, dimana ACTH kemudian akan menimbulkan rangsangan terhadap sekresi

kortisol serta merangsang pengeluaran vasopresin (Sherwood, 2001). Stresor yang

bersifat konstan akan mengakibatkan kenaikan kadar kortisol dan berpengaruh

secara signifikan pada sistem homeostasis tubuh. Tingginya kadar kortisol ini

dapat digunakan sebagai salah satu indikator gangguan psikologis (Silverthorne,

2001).

2.1.2 Terapi depresi

Obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan depresi dikenal sebagai obat

antidepresan. Berdasarkan mekanisme kerjanya obat-obat antidepresan dapat

dibedakan menjadi beberapa golongan besar seperti Selective Serotonin Reuptake

Inhibitors (SSRI), Serotonine Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI),

Inhibitor Monoamin Oksidase, Antagonis 5-HT2, Antidepresan Tetrasiklik dan

Unisiklik.

Page 26: lia puspitasari

9

A. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI)

Golongan obat SSRI bekerja secara spesifik menghambat ambilan serotonin

oleh pengangkut serotonin. Pengangkut serotonin merupakan suatu glikoprotein

transmembran yang terbenam di membran ujung akson dan badan sel neuron yang

melakukan pelepasan serotonin di dalam sel (Syarif et al., 2011). Selektive

Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) secara alosteris menghambat pengangkutan

dengan mengikat reseptor di luar tempat pengikatan aktif untuk serotonin.

Selektive Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) memiliki efek paling ringan pada

neurotransmiter lain (Syarif et al., 2011). Obat ini memiliki afinitas tinggi

terhadap reseptor monoamin tetapi tidak memiliki afinitas terhadap

adrenoreseptor α, histamin, muskarinik atau asetilkolin yang dijumpai pada

antidepresan trisiklik (TCA) (Tjad dan Rahadja, 2010; Syarif et al., 2011;

Katzung et al., 2014).

Beberapa obat yang termasuk kedalam golongan SSRI adalah fluoksetin,

paroksetin, sertralin, fluvoksamin, sitalopram dan esitalopram. SSRI memiliki

masa kerja yang panjang antara 15-24 jam, karena memiliki waktu paruh

eliminasi yang lebih panjang (Syarif et al., 2011). Efek samping yang sering

ditimbulkan akibat penggunaan golongan obat ini yaitu mual, penurunan libido

dan gangguan fungsi seksual lainnya (Syarif et al., 2011).

B. Serotonine Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI)

Serotonine Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI) bekerja dengan

melakukan pengikatan pada pengangkut serotonin dan pengangkut norepinefrin

(Tjad dan Rahadja, 2010). Pengangkut norepinefrine secara struktur sangat mirip

Page 27: lia puspitasari

10

dengan pengangkut serotonin. Pengangkut norepinefrine adalah suatu kompleks

transmembran yang secara alosteris mengikat norepinefrin. Pengangkut

norepinefrin juga memiliki afinitas ringan terhadap dopamin. Afinitas sebagian

besar SNRI cenderung lebih besar untuk pengangkut serotonine daripada untuk

pengangkut norepinefrine. Serotonine Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI)

tidak memiliki efek antihistamin, menghambat adrenergik-α, dan antikolinergik

poten seperti yang dimiliki oleh obat antidepresan trisiklik (Tjad dan Rahadja,

2010).

C. Inhibitor monoamin oksidase.

Golongan obat inhibitor monoamin-oksidase (MAOI) telah digunakan

sebagai antidepresan sejak 15 tahun lalu, akan tetapi kini jarang digunakan karena

toksisitas dan besarnya kemungkinan interaksi obat dan makanan yang fatal.

Pemakaian utamanya saat ini adalah untuk mengobati depresi yang tidak responsif

terhadap antidepresan lain (Katzung et al., 2014).

Obat golongan MAOI bekerja dengan mengurangi kerja monoamin oksidase

di neuron dan meningkatkan kandungan monoamin. (Katzung et al., 2014).

Monoamin oksidase dalam tubuh berfungsi dalam proses deaminasi oksidatif

katekolamin di mitokondria. Proses ini dihambat oleh MAOI karena terbentuk

suatu kompleks antara MAOI dan MAO yang mengakibatkan terjadinya

peningkatan kadar epinefrin, norepinefrin, dan serotonin (Syarif et al., 2011).

Inhibitor monoamine oksidase (MAOI) tidak hanya menghambat MAO, tetapi

juga menghambat enzim-enzim lain yang mengakibatkan terganggunya

metabolisme banyak obat di hati, dimana penghambatan enzim ini sifatnya

Page 28: lia puspitasari

11

ireversibel. Penghambatan akan mencapai puncaknya dalam beberapa hari, tetapi

efek antidepresinya baru terlihat setelah 2-3 minggu, sedangkan pemulihan

metabolisme katekolamin baru terjadi setelah obat dihentikan 1-2 minggu (Syarif

et al., 2011).

Penggunaan obat golongan MAOI sebagai antidrepresan kini sudah sangat

terbatas karena diketahui memiliki efek toksik, dan banyak keadaan depresi yang

tidak dapat diubah sama sekali. Efek samping yang sering terjadi pada

penggunaan obat ini yaitu terjadinya hipotensi dan hipertensi. Hipertensi dapat

disebabkan oleh tertimbunnya katekolamin di dekat reseptor. Hipotensi mungkin

terjadi karena menghambat MAO mencegah pelepasan norepinefrin dari ujung

saraf. Efek samping MAOI yang lain yaitu berupa gejala tremor, insomnia, dan

konvulsi. Adapun beberapa contoh obat golongan ini yaitu moclobemida dan

nialamid (Tjad dan Rahadja, 2010; Syarif et al., 2011).

D. Antagonis 5-HT2

Dua antidepresan yang diduga bekerja sebagai antagonis di reseptor 5-HT2

yaitu trazodon dan nefazodon. Struktur trazodon mencakup sebuah gugus

triazolon yang diduga berperan menghasilkan efek antidepresan. Trazodon

menimbulkan kantuk berat serta tidak menyebabkan toleransi atau

ketergantungan. Nefazodon sendiri sudah jarang digunakan karena diketahui

bersifat hepatotoksik. Trazodon dan nefazodon cepat diserap dan mengalami

metabolisme ekstensif di hati. Kedua obat ini banyak terikat ke protein dan

memiliki ketersediaan hayati terbatas karena metabolismenya yang ekstensif, serta

memiliki waktu paruh yang singkat (Katzung et al., 2014).

Page 29: lia puspitasari

12

E. Antidepresan tetrasiklik dan unisiklik

Beberapa antridepresan tidak benar-benar pas untuk dimasukkan ke dalam

penggolongan obat-obat antidepresan lain, seperti bupropion, mirtazapin,

amoksapin, dan maprotilin. Bupoprion memiliki sebuah struktur aminoketon

unisiklik yang menyebabkan profil efek sampingnya berbeda dibandingkan

kebanyakan obat antidepresan. Bupropion memiliki struktur kimiawi yang agak

mirip dengan amfetamin dan bekerja sebagai stimulan karena berefek pada

pengaktifkan susunan saraf pusat (SSP). Mirtazapin, amoksapin, dan maprotilin

memiliki struktur tetrasiklik. Amoksapin dan maprotilin memiliki kemiripan

struktur dan efek samping yang setara dengan antidepresan trisiklik (Katzung et

al., 2014).

2.1.3 Amitriptilin

Amitriptilin derivat dibenzosikloheptadin merupakan antidepresan klasik

yang karena struktur kimianya disebut sebagai antidepresan trisiklik. Obat ini

termasuk salah satu obat yang paling banyak digunakan sebagai terapi depresi dan

digunakan sebagai pengganti MAO-Inhibitor yang tidak banyak digunakan lagi

(Syarif et al., 2011).

Obat ini berkerja dengan menghambat ambilan kembali neurotransmiter di

otak, dimana terjadi hambatan re-uptake dari noradrenalin dan serotonin diotak..

Perbaikan berwujud sebagai perbaikan suasana perasaan (mood), bertambahnya

aktivitas fisik, kewaspadaan mental, perbaikan nafsu makan, dan pola tidur yang

lebih baik (Syarif et al., 2011). Amitriptilin memiliki efek antihistamin dan

antikolinergis, juga sedatif kuat, sehingga baik diberikan pada pasien agresif. Pada

Page 30: lia puspitasari

13

manusia normal amitriptilin menimbulkan rasa lelah, obat tidak meningkatkan

alam perasaan (elevation of mood), dan meningkatnya rasa cemas disertai gejala

yang menyerupai efek atropin. Pemberian berulang selama beberapa hari akan

memperberat gejala ini dan menimbulkan kesukaran konsentrasi dan berpikir.

Sebaliknya bila obat diberikan untuk jangka lama pada pasien depresi, terjadi

peningkatan alam perasaan. Amitriptilin mempengaruhi saraf otonom dimana

memperlihatkan efek antimuskarinik, sehingga dapat mengakibatkan penglihatan

kabur, mulut kering, obstipasi, dan retensi urin. Selain itu amitriptilin juga sering

menimbulkan hipotensi ortostatik (Syarif et al., 2011).

Resorpsi amtriptilin dari usus cepat dengan bioavailabilitas 40% dan

persentase pengikatan protein diatas 90%, plasma t1/2nya rata-rata 15 jam. Dalam

hati sebagian besar zat didemetilasi menjadi metabolit aktif nortriptilin dengan

daya sedatif lebih ringan, yang memiliki waktu paruh (t1/2) rata-rata 36 jam.

Ekskresinya berlangsung terutama lewat saluran kemih. Dosis yang biasa

diberikan pada depresi yaitu 3 kali sehari 25 mg, bila perlu dinaikkan berangsur-

angsur sampai 150-300 mg. Intramuscular/intravena 4 kali sehari 20-30 mg

(Syarif et al., 2011).

Page 31: lia puspitasari

14

2.2 Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius R.)

2.2.1 Taksonomi tanaman

Gambar 2.1

Foto Tanaman Pandan wangi (Dalimartha, 2009)

Taksonomi tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius R.) adalah sebagai

berikut :

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Pandanales

Familia : Pandanaceae

Genus : Pandanus

Spesies : Pandanus amaryllifolius

(Rohmawati, 1995)

2.2.2 Morfologi tanaman

Pandan wangi merupakan tumbuhan berupa semak atau pohon yang tegak

dengan tinggi 3-7 meter, kadang memiliki cabang, dengan batang berduri, dan

Page 32: lia puspitasari

15

memiliki akar tunjang disekitar pangkal batang. Daun pandan wangi dewasa

umumnya memiliki panjang 2-3 meter, lebar 8-12 cm; daun tunggal, duduk,

dengan pangkal memeluk batang; helai daun berbentuk pita, bertulang sejajar,

memiliki ujung daun berbentuk segitiga lancip, tepi daun dan ibu tulang daun

bagian bawah berduri, berwarna hijau muda-hijau tua dengan tekstur daun

berlilin. Bunga pandan wangi jantan dan betina terdapat pada tumbuhan yang

berbeda, memiliki buah yang letaknya terminal atau lateral, soliter atau berbentuk

bulir atau malai yang besar (Rahayu dan Handayani,2008).

2.2.3 Kandungan kimia dan aktivitas farmakologi

Daun pandan wangi memiliki berbagai kandungan kimia dengan aktivitas

farmakologi yang beragam. Bagian daun dari tanaman pandan wangi memiliki

aroma khas, yang diketahui berasal dari kandungan senyawa 2-acetyl-1-pyrroline

(ACPY). Senyawa ini juga terdapat pada tanaman melati, hanya saja memiliki

konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan pada tanaman pandan wangi

(Cheetangdee dan Sinee, 2006).

Daun pandan wangi mengandung senyawa kimia seperti alkaloid saponin,

polifenol, flavonoid, kumarin, terpen dan terpenoid, essential oils, karotenoids,

kuercetin (Lee et al., 2004; Lopez dan Nonato, 2005). Beberapa golongan alkaloid

yang ditemukan pada ekstrak daun pandan wangi yaitu norpandamarilactonine-

A,-B, pandamarilactam, pandamarilacton-1, pandamarine, pandanamine,

pandamarilactonine, serta piperidin. Berdasarkan penelitian Agustiningsih et al.,

(2010) disebutkan bahwa daun pandan wangi memiliki kandungan flavonoid yang

cukup tinggi dimana hasil maserasi daun pandan wangi dengan etanol 96%

Page 33: lia puspitasari

16

mengandung kadar fenolik total sebesar 478,762 mg/g dan kadar flavonoid total

99,408 mg/g.

Daun pandan wangi sebelumnya telah banyak digunakan dalam pengobatan

tradisional antara lain untuk menyegarkan tubuh, menurunkan demam, mengatasi

kerontokan, dan sebagai penenang. Kandungan minyak atsiri dari daun pandan

wangi diketahui memiliki aktivitas sebagai stimulan, serta efektif untuk

mengurangi sakit kepala, dan epilepsi (Cheeptham dan Towers, 2002).

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan diketahui juga bahwa

daun pandan wangi memiliki efek sedatif hipnotik. Efek sedatif hipnotik

ditunjukkan pada pemberian ekstrak daun pandan wangi 6 mg/g BB yang terbukti

memperpanjang lama waktu tidur mencit Balb/c. Efek ini diduga karena

kandungan senyawa alkaloid pada ekstrak pandan wangi yang berpengaruh pada

reseptor gamma-aminobutyric acid (GABA), dimana reseptor GABA merupakan

target penting untuk komponen sedatif-hipnotik (Dewi, 2009).

2.2.4 Mekanisme zat aktif daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius L.)

sebagai antidepresan.

Daun pandan wangi memiliki beberapa komponen zat aktif yang pada

tanaman lain memiliki mekanisme tersendiri sebagai antidepresan. Beberapa

komponen zat aktif tersebut antara lain yaitu alkaloid, flavonoid, glikosida,

saponin, dan terpenoid (Lopez dan Nonato, 2005).

Senyawa aktif golongan alkaloid telah lama diketahui memiliki salah satu

khasiat sebagai stimulansia, dapat meningkatkan kesadaran dengan menstimulasi

neuron (khususnya kolinergik) yang bertanggung jawab meningkatkan kesadaran.

Page 34: lia puspitasari

17

Alkaloid memperlihatkan efek antidepresan sebagai invers agonis dari reseptor

benzodiazepine, menurunkan kadar hormon adrenokortikotropic, menghambat

enzim MAO, berperan dalam peningkatan dari kadar serotonin dan BDNF level

diotak (Lee et al., 2005; Fortunato et al., 2010; Mao et al., 2011).

Beberapa derivat flavon pada daun pandan wangi dapat bertindak sebagai

ligan pada reseptor GABA dalam susunan saraf pusat dan berikatan dengan

benzodiazepin binding site sehingga menghasilkan efek antidepresan pada hewan

uji (Marder dan Paladini, 2002). Flavonoid sendiri telah diteliti secara luas

memiliki efek antidepresan. Flavonoid berperan dalam peningkatan kadar

serotonin, norepinefrin dengan menurunkan aktivitas monoamine oksidase dan

meningkatkan kadar BDNF seperti reseptor glukokortikoid serta dapat

meningkatkan diferensiasi neuronal dan plasticity.

Tanin memberikan aktivitas antidepresan dengan meningkatkan kadar

monoamine diotak serta memberikan efek neuroprotektif. Saponin menunjukkan

efek antidepresan dengan meningkatkan kadar monoamine dan mempengaruhi

mekanisme melalui jalur signaling BDNF, HPA axis, dan neurogenesis

hipokampus (Shekar et al. 2012; Bahramsoltani et al., 2015).

Terpenoid memberikan efek antidepresan dengan melibatkan reseptor DA,

D1 dan D2, tetapi tidak memiliki interaksi dengan reseptor noradrenergik atau

jalur sintesis 5-HT. Terpenoid juga bekerja dengan meningkatkan kadar NE dan

5-HT di otak (Bahramsoltani et al., 2015).

Page 35: lia puspitasari

18

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Depresi merupakan gangguan heterogen yang berkaitan dengan alam

perasaan, emosional dan jiwa. Pengobatan depresi hingga kini menggunakan obat-

obatan antidepresan dengan berbagai efek samping yang cukup mengganggu

pasien terutama dalam pemakaian jangka panjang.

Pada depresi terjadi ketidaknormalan pada kadar serotonin, norepinefrin, dan

dopamin pada darah, urin, serta cairan serebrospinalis, dan perubahan hormon

seperti peningkatan kadar kortisol. Tujuan utama dari terapi pada depresi yaitu

untuk mengembalikan abnormalitas yang terjadi, dengan meningkatkan

ketersediaan monoamine melalui inhibisi aktivitas serotonin transporter (SERT),

norepinefrin transpoter (NET), atau kedua pengangkut monoamin, serta dengan

inhibisi penguraian enzimatik monoamin oksidase.

Salah satu bahan alami yang diduga memiliki aktivitas antidepresan yaitu

ekstrak etanol daun pandan wangi. Ekstrak daun pandan wangi diketahui

mengandung berbagai metabolit sekunder yang pada tanaman lain telah

dibuktikan memiliki aktivitas antidepresan. Berbagai metabolit sekunder tersebut

antara lain yaitu alkaloid, flavonoid, glikosida, lignan, saponin dan terpenoid,

dengan mekanisme kerja yang hampir menyerupai efek pada pemberian

amitriptilin.

Alkaloid diketahui melakukan penghambatan terhadap enzim monoamine

oksidase, meningkatkan kadar serotonin, kadar BDNF, serta modulasi dari HPA

Page 36: lia puspitasari

19

axis. Flavonoid bekerja dengan mempengaruhi peningkatan serotonin,

norepinefrin, dan kadar BDNF, serta menurunkan aktivitas monoamine oxidase.

Kuersetin bekerja dengan menurunkan biomarker dari inflamasi, seperti TNF-α

dan IL-6, serta menunjukkan efek neuroprotektif. Tanin mampu meningkatkan

kadar monoamine di otak dan memberikan efek neuroprotektif. Saponin diketahui

mempengaruhi jalur signaling BDNF, HPA axis, serta meningkatkan kadar

monoamin. Terpenoid bekerja dengan melibatkan reseptor dopamin, serta

meningkatkan kadar norepinefrine otak dan kandungan serotonine.

Berdasarkan aktivitas farmakologi dari beberapa metabolit sekunder yang

terdapat pada ekstrak daun pandan wangi tesebut, diduga ekstrak daun pandan

wangi dapat memberikan aktivitas antidepresan yang cukup baik.

Page 37: lia puspitasari

20

3.2 Konsep Penelitian

Keterangan:

: tidak diteliti

: diteliti

3.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini antara lain:

1. Ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius R.) 10%

dapat menurunkan immobility time tikus jantan galur wistar yang depresi.

2. Ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius R.) 10%

dapat menurunkan kadar kortisol tikus jantan galur wistar yang depresi.

Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi

(Pandanus amaryllifolius (R.)

Faktor Internal:

- Genetik

- Biologi

- Psikososial

Faktor Eksternal

- Obat

- Herbal

Tikus Depresi

- Immobility time

- Kadar Kortisol

Page 38: lia puspitasari

21

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental laboratorik dengan

menggunakan pretest-postest control group design. Secara garis besar rancangan

penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1

Rancangan Penelitian

Keterangan:

P : Populasi

R : Random

S : Sampel

Ra : Ramdom alokasi

TST : Metode induksi depresi dengan Tail Suspention Test

O1 : Observasi pretest immobility time dan kadar kortisol kelompok P1

O3 : Observasi pretest immobility time dan kadar kortisol kelompok P2

O5 : Observasi pretest immobility time dan kadar kortisol kelompok P3

P S

O 1

O 3

O 5

O 7

O 2

O 4

O 6

O 8

TST

TST

TST

P1

P2

P3

P4

R Ra

Page 39: lia puspitasari

22

O7 : Observasi pretest immobility time dan kadar kortisol kelompok P4

O2 : Observasi posttest immobility time dan kadar kortisol kelompok P1

O4 : Observasi posttest immobility time dan kadar kortisol kelompok P2

O6 : Observasi posttest immobility time dan kadar kortisol kelompok P3

O8 : Observasi posttest immobility time dan kadar kortisol kelompok P4

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat seperti berikut :

1. Determinasi tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius R.): di UPT

Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali.

2. Pembuatan ekstrak etanol 96% daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius R.): di Laboratorium Farmakognosi dan Fitofarmasi Jurusan

Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana.

3. Uji aktivitas antidepresan ekstrak etanol 96% daun pandan wangi

(Pandanus amaryllifolius R.): di Animal Laboratorium Unit Jurusan

Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana.

4. Analisis kadar kortisol: Di Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana.

4.2.2 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada Bulan September 2015-Mei 2016.

Page 40: lia puspitasari

23

4.3 Penentuan Sumber Data

4.3.1 Besar sampel

Perhitungan besar sampel dihitung berdasarkan rumus Frederer (Hanafiah,

2004).

Rumus:

(n-1) (r-1) ≥ 15

(n-1) (4-1) ≥ 15

(n-1) ≥ 5

n ≥ 6

Keterangan :

n : jumlah ulangan (replikasi)

r : jumlah perlakuan

Berdasarkan perhitungan diatas, besar sampel yang digunakan pada penelitian

ini adalah 6 per kelompok. Untuk menghindari drop out pada sampel ditambahkan

20% sehingga jumlah sampel menjadi 7. Jadi jumlah sampel seluruhnya adalah 28

ekor.

4.3.2 Kriteria sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus galur Wistar yang

memenuhi kriteria sebagai berikut:

Kriteria Inklusi:

a. Tikus putih jantan depresi

b. Memiliki umur 2-3 bulan

c. Berat badan tikus berkisar 150-250 gram

Page 41: lia puspitasari

24

Kriteria drop out subjek penelitian

a. Tikus mati/sakit saat penelitian

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel bebas

Pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius R.)

10%.

4.4.2 Variabel terikat

Immobility time, kadar kortisol.

4.4.3 Variabel terkendali

Tikus (galur, jenis kelamin, umur, berat badan, sehat), asal tanaman, bagian

tanaman yang digunakan.

4.5 Definisi Operasional

1. Ekstrak etanol daun pandan wangi adalah ekstrak kental yang dibuat dari

hasil maserasi daun pandan wangi menggunakan pelarut etanol 96%, pada

suhu kamar, dengan konsentrasi ekstrak 10%.

2. Tikus depresi merupakan tikus jantan galur wistar sehat yang mengalami

peningkatan immobility time dan kadar kortisol setelah diinduksi depresi

dengan metode tail suspetion test, dimana ekor tikus digantung pada tiang

dengan ketinggian 50 cm selama 3 menit setiap hari dalam 10 hari.

3. Immobility time merupakan waktu putus asa tikus yang diukur

menggunakan metode force swimming test saat hewan tidak bergerak

didalam air, dengan satuan detik diukur pada hari ke-10 (pretest) dan hari

ke-25 (posttest).

Page 42: lia puspitasari

25

4. Kadar kortisol adalah kadar kortisol darah tikus yang diukur pada pagi

hari, pada hari ke-10 (pretest) dan hari ke-25 (posttest) dengan metode

enzyme immune assay (ELISA) dalam satuan ng/ml.

4.6 Alat dan Bahan Penelitian

4.6.1 Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pipet tetes, batang pengaduk,

sendok tanduk, cawan porselen, gelas ukur, gelas beker, termometer, timbangan

elektrik (ADAM AFP-360L), vacum rotary evaporator, toples tanpa tutup,

stopwatch, kandang plastik, ember, tiang penggantung, tabung transparan, ELISA

reader.

4.6.2 Bahan penelitian

Bahan tanaman yang digunakan yaitu daun pandan wangi yang berasal dari

wilayah Abiansemal, Bali. Pelarut yang digunakan dalam proses maserasi daun

pandan wangi adalah etanol 96% (teknis, Brataco). Bahan yang digunakan dalam

proses pengujian aktivitas antidepresan yaitu amitriptilin tablet 25 mg, ektrak

etanol daun pandan wangi, aquadest, CMC-Na, ELISA Sigma Aldrich Kortisol

Kitt.

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Determinasi tanaman

Determinasi daun pandan wangi dilakukan di Balai Konservasi Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia Kebun Raya Eka Karya Bedugul, Bali.

Page 43: lia puspitasari

26

4.7.2 Pengumpulan dan preparasi sampel

Sampel yang digunakan merupakan daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius R.) yang dipanen dari kawasan Abiansemal, Badung Bali. Daun

pandan yang dipilih yaitu daun segar yang memiliki warna hijau tua dan ukuran

yang relatif sama.

4.7.3 Pembuatan ekstrak etanol daun pandan wangi

Daun pandan wangi segar yang telah dikumpulkan, dibersihkan terlebih

dahulu dan dipilih daun yang memenuhi persyaratan sebagai simplisia. Daun

pandan wangi selanjutnya diiris tipis, dan dirajang hingga menyerupai serbuk.

Serbuk simplisia segar dari daun pandan wangi kemudian ditimbang sebanyak

100 gram untuk dilakukan proses maserasi dengan 300 mL etanol 96%. Ekstrak

yang diperoleh kemudian diuapkan menggunakan vacum rotary evaporator pada

suhu 40°C hingga diperoleh ekstrak kental (Agustiningsih, 2010).

4.7.4 Skrining fitokimia ekstrak etanol daun pandan wangi

Uji fitokimia pada ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius R.) meliputi pemeriksaan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin,

polifenol, steroid dan triterpenoid.

A. Pembuatan larutan uji fitokimia

Pembuatan larutan uji untuk skrining fitokimia dilakukan dengan melarutkan

500 mg ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius R.) dalam 50

mL etanol 96%.

Page 44: lia puspitasari

27

B. Pemeriksaan alkaloid

Sebanyak 2 mL larutan ekstrak uji diuapkan diatas cawan porselin hingga

diperoleh residu. Residu kemudian dilarutkan dengan 5 mL HCL 2N. Larutan

yang didapat kemudian di bagi ke dalam 3 tabung reaksi. Tabung pertama

ditambahkan dengan asam encer yang berfungsi sebagai blanko. Tabung kedua

ditambahkan pereaksi Dragendroff sebanyak 3 tetes dan tabung ketiga

ditambahkan pereaksi Mayer sebanyak 3 tetes. Terbentuknya endapan jingga pada

tabung kedua dan endapan kuning pada tabung ketiga menunjukkan adanya

alkaloid (Tiwari et al., 2011).

C. Pemeriksaan flavonoid

Sebanyak 1 mL larutan ekstrak uji, basahkan sisanya dengan aseton P,

tambahkan sedikit serbuk halus asam borat P dan serbuk halus asam oksalat P,

panaskan hati-hati diatas tangas air dan hindari pemanasan berlebihan. Campur

sisa yang diperoleh dengan 10 mL eter P. Amati dengan sinar UV 366 nm; larutan

berfluoresensi kuning intensif, menunjukkan adanya flavonoid (Tiwari et al.,

2011).

D. Pemeriksaan saponin

Sebanyak 10 mL larutan ekstrak uji dalam tabung reaksi dikocok vertikal

selama 10 detik kemudian dibiarkan selama 10 detik. Pembentukan busa setinggi

1-10 cm yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit, menunjukkan adanya

saponin. Pada penambahan 1 tetes HCL 2N, busa tidak hilang (Tiwari et al.,

2011).

Page 45: lia puspitasari

28

E. Pemeriksaan tanin dan polifenol

Sebanyak 3 mL larutan ekstrak uji dibagi kedalam 3 bagian yaitu tabung A,

tabung B, tabung C. Tabung A digunakan sebagai blanko, tabung B direaksikan

dengan larutan besi (III) klorida 10%, warna biru tua atau hitam kehijauan

menunjukkan adanya tanin dan polifenol, sedangkan pada tabung C hanya

ditambahkan garam gelatin. Apabila terbentuk endapan pada tabung C maka

larutan ekstrak positif mengandung tanin (Marliana et al., 2005; Tiwari et al.,

2011).

F. Pemeriksaan steroid dan triterpenoid

Pemeriksaan steroid dan triterpenoid dilakukan dengan reaksi

Lieberman-Burchard. Sebanyak 2 mL larutan uji diuapkan dalam cawan penguap.

Residu dilarutkan dengan 0,5 mL kloroform, tambahkan 0,5 mL asam asetat

anhidrat. Selanjutnya ditambahkan 2 mL asam sulfat pekat melalui dinding

tabung. Terbentuknya cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan

menunjukkan adanya triterpenoid, sedangkan bila muncul cincin biru kehijauan

menunjukkan adanya steroid (Tiwari et al., 2011).

4.7.5 Uji aktivitas antidepresan ekstrak etanol daun pandan wangi

Uji aktivitas antidepresan dilakukan dengan menggunakan metode tail

suspension test dan force swimming test. Hewan yang telah diadaptasi selama 1

minggu dibuat stress dengan cara menggantung ekor tikus (tail suspension test)

selama 3 menit dalam 10 hari, kemudian ekstrak etanol daun pandan wangi

diberikan selama 14 hari pada hari ke 11 sampai hari ke 25 dan selanjutnya diukur

immobility time seluruh kelompok dengan metode force swimming test.

Page 46: lia puspitasari

29

Pemeriksaan juga dilakukan terhadap kadar kortisol dari hewan uji dengan metode

Enzyme-Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA).

A. Pengelompokan subjek uji

Pada penelitian ini digunakan 28 ekor hewan uji yang dibagi menjadi 4

kelompok masing-masing kelompok terdiri atas 7 ekor tikus.

a. Kelompok perlakuan 1 (P1) : kelompok tikus normal yang tidak

memperoleh induksi depresi dan tidak memperoleh perlakuan.

b. Kelompok perlakuan 2 (P2) : kelompok tikus depresi yang memperoleh

pemberian placebo CMC-Na 1%.

c. Kelompok perlakuan 3 (P3) : kelompok tikus depresi yang memperoleh

pemberian amitriptilin dalam pelarut CMC-Na 1%.

d. Kelompok perlakuan 4 (P4) : kelompok tikus depresi yang memperoleh

pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius R.)

10% dalam pelarut CMC-Na 1%.

B. Perlakuan hewan uji

Tikus putih jantan galur Wistar yang digunakan diadaptasi terlebih dahulu

selama satu minggu dalam kandang plastik dengan ukuran ±1200 cm2 dengan alas

berupa sekam yang bagian atasnya diberi kawat sebagai penutup. Hewan uji diberi

pakan berupa pellet dengan memperhatikan kadar protein 20-25%, lemak 5%, pati

40-45%, serat kasar 5%, vitamin serta mineral. Setiap harinya tikus yang

digunakan dalam penelitian diberi makan antara 12-20 gram serta diberikan air ad

libitum (Smith dan Mangkoewidjojo, 2000). Adapun metode euthanasia yang

digunakan pada penelitian ini yaitu dengan metode kimia, dimana hewan uji

Page 47: lia puspitasari

30

diberikan ketamine dengan dosis tiga kali dosis untuk mencapai efek anestesi atau

dua kali dosis LD50.

C. Penentuan dosis

a. Penentuan dosis ekstrak etanol daun pandan wangi

Ekstrak daun pandan wangi diberikan secara peroral satu kali sehari pada

hewan uji. Ekstrak daun pandan wangi yang diberikan yaitu dengan

konsentrasi 10% dalam pensuspensi CMC-Na 1%

Perhitungan pembuatan ekstrak daun pandan wangi:

Pembuatan larutan CMC Na 1% sebagai pelarut: 1 𝑔 𝐶𝑀𝐶 𝑁𝑎

100 𝑚𝐿 𝑎𝑖𝑟

Pembuatan larutan stok ekstrak konsentrasi 10% : 10 𝑔 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘

100 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐶𝑀𝐶 𝑁𝑎 1%

Volume cairan maksimal yang dapat diberikan pada tikus putih yaitu 5mL/200

g BB (Ngatidjan, 2006).

b. Penentuan dosis amitriptilin

Pada penelitian ini obat antidepresan yang digunakan yaitu amitriprilin

sebagai kontrol positif. Dosis lazim yang digunakan untuk manusia dewasa

yaitu 25 mg. Faktor konversi dari manusia (70 kg) ke tikus (200 g) adalah

0,018, maka dosis yang diberikan kepada tikus yaitu :

70

50× 25 mg × 0,018 = 0,63 mg/200 gBB

Berdasarkan perhitungan tersebut maka dosis amitriptilin yang diberikan pada

tikus uji yaitu 0,63 mg/ 200 gBB.

Page 48: lia puspitasari

31

D. Tail suspention test

Uji penggantungan ekor (tail suspension test) dilakukan pada hewan uji yang

digunakan dengan cara menggantung ekor tikus pada tiang setinggi 50 cm selama

3 menit setiap hari, dimana perlakuan ini dilakukan selama 10 hari (Swati et al.,

2013).

E. Uji berenang paksa (Force Swimming Test)

Force swimming test merupakan salah satu metode yang biasa digunakan

untuk mengukur efek suatu obat antidepresan pada hewan uji. Khasiat dari suatu

obat antidepresan diukur melalui lama immobility time yang lebih singkat

dibandingkan dengan kelompok uji yang tidak diberikan obat antidepresan atau

ekstrak yang berfungsi sebagai antidepresan (Swati et al., 2013).

Hewan coba yang telah diinduksi depresi dimasukkan ke dalam tabung

terbuka (diameter 10 cm, tinggi 25 cm) yang berisi air dengan ketinggian 15 cm.

Tes ini berdurasi selama 8 menit dan dilakukan pengukuran immobility time pada

6 menit terakhir (Swati et al., 2013).

Pengukuran immobility time dinilai pada saat hewan uji tidak bergerak di

dalam air. Setiap hewan uji itu dinilai tidak bergerak ketika berhenti berjuang dan

tetap mengambang bergerak di dalam air, hanya membuat gerakan-gerakan

diperlukan untuk menjaga kepala diatas air. Penurunan durasi immobility time

selama forced swimming test (FST) dapat diambil sebagai tanda ukuran

antidepresan (Zomkowski et al., 2004).

Page 49: lia puspitasari

32

F. Pengukuran kadar kortisol

Konsentrasi kortisol dari serum darah hewan uji diukur dengan metode

Enzyme-Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA). Hewan uji dianestesi terlebih

dahulu menggunakan ketamine dengan dosis 50 mg/kg BB secara intramuscular

(Santoso, 2011). Pengambilan darah dilakukan melalui jantung pada pagi hari

sebanyak ± 1 mL, pada hari ke 10 setelah induksi depresi dilakukan dan hari ke 25

setelah perlakuan uji selesai.

a. Preparasi sampel

Darah yang telah diambil dari hewan uji dimasukkan kedalam tabung

eppendorf dan dilakukan pemusingan (sentrifugasi) selama 15 menit dengan

kecepatan 6000 rpm. Dilakukan pemisahan, dan diambil bagian yang berada di

lapisan atas (serum) untuk analisis pemeriksaan kortisol. Serum disimpan sebelum

dianalisis pada suhu -20˚ dalam lemari pendingin.

b. Pengukuran kuantitatif dengan metode ELISA

Serum yang telah diperoleh dilakukan pengukuran dengan metode ELISA.

Persiapan awal dalam pengukuran ini yaitu memastikan semua reagen berada

pada temperatur 2-8˚C sebelum digunakan. Didalam mikroplate yang digunakan

telah dilakukan coated antibodi monoklonal yang spesifik terhadap kortisol.

Sampel, kortisol standar, dan kontrol sebanyak 25 µL kemudian dimasukkan

kedalam well, dilakukan penambahan kortisol enzim konjugat 100µL ke dalam

masing-masing well, dan dilakukan inkubasi selama 60 menit pada suhu ruangan

(18-26˚C). Proses selanjutnya yaitu pencucian sebanyak 3 kali, dengan larutan

pencuci buffer sebanyak 300 µL untuk tiap 1 kali proses pencucian. Ditambahkan

Page 50: lia puspitasari

33

100 µL antibody biotinylated (TMB) pada seluruh well dan diinkubasi kembali

selama 15 menit pada suhu ruangan (18-26˚C) pada temperatur ruangan. Tahapan

selanjutnya yaitu dilakukan pengeringan dengan kertas pengering khusus, dan

ditambahkan larutan stop solution pada seluruh well sebanyak 50 µL, dilakukan

pengocokan perlahan pada plate agar larutan tercampur, dan didiamkan selama 20

menit. Pada tahapan akhir dilakukan pembacaan dengan ELISA reader pada

panjang gelombang 450 nm.

4.8 Analisis Data

Pada penelitian ini dilakukan analisis data secara statistik menggunakan

aplikasi SPSS 16 for Windows. Data yang diperoleh seperti immobility time dan

kadar kortisol dianalisis dengan langkah sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif

Berdasarkan analisis deskriptif diperoleh nilai rerata dan standar deviasi (SD)

tiap variabel dari masing-masing kelompok perlakuan.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan uji Shapiro Wilk karena sampel yang

digunakan < 30. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi

normal atau tidak. Data ini berdistribusi normal dengan nilai p > 0,05.

3. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan Levene’s test yang bertujuan untuk

mengetahui homogenitas atau varian data yang diperoleh. Varian data ini

homogen dengan nilai p > 0,05.

Page 51: lia puspitasari

34

4. Uji Komparasi

a. One-way analysis of variance

Analisis Anova dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar

kelompok uji, dimana α=0,05. Pada penelitian ini dilakukan analisis Anova

karena data yang diperoleh memenuhi syarat terdistribusi normal dan

homogen.

b. Uji Least Significant Difference (LSD).

Uji ini dilakukan untuk mengetahui pada kelompok mana yang memiliki

perbedaan rerata durasi immobility time dan kadar kortisol.

c. T-paired test

Pada data pretest dan posttest yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji

komparasi pada tiap kelompok perlakuan, untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan.

Page 52: lia puspitasari

35

4.9 Alur Penelitian

Gambar 4.2.

Skema Kerja Penelitian

28 Ekor Tikus Jantan Galur Wistar

Tumbuhaapoteken

Tikus diadaptasi selama 7 hari

P1

(Kontrol

Normal)

P2

(Kontrol

Negatif)

P3

(Kontrol

Positif)

P4

(Kelompok

Pandan

Wangi)

Induksi Depresi dengan Tail Suspention Test

Pretest Immobility Time dan Kadar Kortisol

Analisis data

Perlakuan selama 14 hari:

P1 : tidak diberi perlakuan

P2 : CMC-Na

P3 : amitriprilin

P4 : ekstrak etanol daun pandan wangi 10%

Posttest Immobility Time dan Kadar Kortisol

Page 53: lia puspitasari

36

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Hasil skrining fitokimia

Tabel 5.1

Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 96% Daun Pandan Wangi

(aTiwari et al., 2011)

Keterangan: (+) = mengandung senyawa yang dimaksud; (-) = tidak mengandung

senyawa yang dimaksud

5.1.2 Analisis desktiptif

Tabel 5.2

Data Immobility Time Pretest dan Posttest

Pretest

Kontrol normal

Kontrol negatif

Kontrol positif

n Rerata (detik) Standar Deviasi

6 88,17 0,47

6 130,67 0,61

6 131,67 0,67

6 130,33 0,71

Posttest Kontrol normal 6 82,67 0,42

Kontrol negatif 6 128,16 0,60

Kontrol positif 6 48,67 0,33

Kelompok pandan wangi 6 71,33 0,49

No Uji Fitokimia Pustaka Hasil Kesimpulan

1. Alkaloid aTerbentuk endapan jingga (pereaksi Dragendroff)

Terbentuk endapan jingga

(+)

aTerbentuk endapan kuning

(pereaksi Mayer)

Terbentuk endapan

kuning

(-)

2 Flavonoid aFluoresensi kuning intensif pada UV 366 nm

fluoresensi kuning intensif

(+)

3 Saponin aAdanya busa yang bertahan <10 menin setinggi 1-10 cm dan busa tidak hilang setelah penambahan 1 tetes HCL 2N

Terbentuk busa setinggi 3 cm

(+)

4. Tanin dan Polifenol

Tanin aBiru tua/ hitam kehijauan

Hitam kehijauan (+)

Polifenol aBiru tua/hitam kehijauan

Hitam Kehijauan (+)

5. Steroid dan triterpenoid

Steroid aTerbentuk cincin biru kehijauan

Terbentuk cincin biu kehijauan

(+)

Triterpenoid aTerbentuk cincin kecoklatan atau violet

Terbentuk cincin kecoklatan/violet

(+)

Page 54: lia puspitasari

37

Tabel 5.3

Data Kadar Kortisol Pretest dan Posttest

Pretest

Kontrol normal

n Rerata (ng/mL) Standar Deviasi

6 15,36 0,16

Kontrol negatif 6 20,44 0,15

Kontrol positif 6 20,49 0,22

Kelompok pandan wangi 6 21,00 0,24

Posttest Kontrol normal 6 15,00 0,27

Kontrol negatif 6 20,60 0,11 Kontrol positif 6 12,64 0,27

Kelompok pandan wangi 6 13,74 0,25

5.1.3 Uji normalitas data

Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan uji Shapiro Wilk karena

sampel yang digunakan kurang dari 30. Data immobility time dan kadar kortisol

sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest) diuji normalitasnya,

dan diperoleh data berdistribusi normal dengan p>0,05. Hasil uji normalitas data

immobility time dapat dilihat pada Tabel 5.4 dan hasil uji normalitas data kadar

kortisol dapat dihat pada Tabel 5.5

Tabel 5.4

Hasil Uji Normalitas Data Immobility Time

Parameter n p Keterangan

Immobility Time Kelompok normal (pretest) 6 0,421 Normal

Immobility Time Kelompok normal (posttest) 6 0,473 Normal

Immobility Time Kontrol negatif (pretest) 6 0,212 Normal

Immobility Time Kontrol negatif (posttest) 6 0,804 Normal

Immobility Time Kontrol positif (pretest) 6 0,505 Normal Immobility Time Kontrol positif (posttest) 6 0,091 Normal

Immobility Time Perlakuan pandan wangi (pretest) 6 0,918 Normal

Immobility Time Perlakuan pandan wangi (posttest) 6 0,415 Normal

Tabel 5.5

Hasil Uji Normalitas Data Kadar Kortisol

Parameter n p Keterangan

Kadar Kortisol Kelompok normal (pretest) 6 0,186 Normal

Kadar Kortisol Kelompok normal (posttest) 6 0,942 Normal

Kadar Kortisol Kontrol negatif (pretest) 6 0,411 Normal

Kadar Kortisol Kontrol negatif (posttest) 6 0,200 Normal

Kadar Kortisol Kontrol positif (pretest) 6 0,069 Normal Kadar Kortisol Kontrol positif (posttest) 6 0,066 Normal

Kadar Kortisol Perlakuan pandan wangi (pretest) 6 0,958 Normal

Kadar Kortisol Perlakuan pandan wangi (posttest) 6 0,213 Normal

Page 55: lia puspitasari

38

5.1.4 Uji homogenitas data antar kelompok

Uji homogenitas pada data immobility time dan kadar kortisol dilakukan

dengan Levene’s Test. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 5.6 dapat

dikatakan bahwa data yang diperoleh homogen dengan p>0,05.

Tabel 5.6

Hasil Uji Homogenitas Data Immobility Time dan Kadar Kortisol

p Keterangan

Immobility Time (pretest) 0,750 Homogen

Kadar Kortisol (pretest) 0,703 Homogen

Immobility Time (posttest) 0,438 Homogen

Kadar Kortisol (posttest) 0,115 Homogen

5.1.5 Hasil analisis one way anova

Berdasarkan hasil analisis dengan one-way anova pada Tabel 5.7 diperoleh

nilai p=0,000 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna pada durasi immobility time dan kadar kortisol pada seluruh kelompok

uji.

Tabel 5.7

Hasil Uji One-Way Anova Data Immobility Time dan Kadar Kortisol

Parameter p Keterangan

Immobility Time (pretest) 0,000 Berbeda Bermakna

Kadar Kortisol (pretest) 0,000 Berbeda Bermakna

Immobility Time (posttest) 0,000 Berbeda Bermakna

Kadar Kortisol (posttest) 0,000 Berbeda Bermakna

5.1.6 Uji komparabilitas

Uji komparabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui ada tidaknya perbedaan antar kelompok uji dan untuk

membandingkan rerata immobility time dan kadar kortisol hewan uji sebelum

dilakukan perlakuan (pretest) dan setelah diberi perlakuan (posttest).

Page 56: lia puspitasari

39

Tabel 5.8

Hasil Uji Least Significant Difference (LSD) antar Kelompok Pretest

Immobility

Time

Beda Rerata p Interpretasi

Kontrol normal dan kontrol negatif 42,50 detik 0,000 Berbeda bermakna

Kontrol normal dan kontrol positif 43,50 detik 0,000 Berbeda bermakna

Kontrol normal dan ekstrak pandan wangi 10% 42,16 detik 0,000 Berbeda bermakna

Kontrol negatif dan kontrol positif 1,00 detik 0,271 Tidak berbeda bermakna

Kontrol negatif dan ekstrak pandan wangi 10% 0,33 detik 0,710 Tidak berbeda bermakna

Kontrol positif dan ekstrak pandan wangi 10% 1,33 detik 0,147 Tidak berbeda bermakna

Kortisol

Kontrol normal dan kontrol negatif 5,077 ng/ml 0,000 Berbeda bermakna

Kontrol normal dan kontrol positif 5,124 ng/ml 0,000 Berbeda bermakna

Kontrol normal dan ekstrak pandan wangi 10% 5,634 ng/ml 0,000 Berbeda bermakna

Kontrol negatif dan kontrol positif 0,047 ng/ml 0,870 Tidak berbeda bermakna

Kontrol negatif dan ekstrak pandan wangi 10% 0,557 ng/ml 0,064 Tidak berbeda bermakna

Kontrol positif dan ekstrak pandan wangi 10% 0,510 ng/ml 0,088 Tidak berbeda bermakna

Berdasarkan hasil analisis uji Least Significant Difference (LSD) pada data

pretest immobility time dan kadar kortisol pretest, diperoleh hasil bahwa terdapat

perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol normal dengan seluruh

kelompok uji yang lain (kontrol negatif, kontrol, positif, kelompok perlakuan

pandan wangi). Dapat dilihat juga bahwa kelompok kontrol negatif, kelompok

kontrol positif, dan kelompok perlakuan daun pandan wangi tidak memiliki

perbedaan yang bermakna satu sama lain dengan p>0,005. Dari data ini dapat

dilihat bahwa induksi depresi yang dilakukan pada seluruh kelompok uji dapat

meningkatkan immobility time dan kadar kortisol yang berbeda bermakna secara

signifikan dengan kelompok normal. Peningkatan yang terjadi pada ketiga

kelompok yang diinduksi depresi memiliki besar yang tidak berbeda bermakna

satu sama lain, sehingga dapat diberikan perlakuan untuk pengujian selanjutnya.

Page 57: lia puspitasari

40

0

20

40

60

80

100

120

140

K1 K2 K3 K4

Wak

tu (d

etik

)

Durasi Immobility Time Pada Pretest dan Posttest

Series1

Series2

P1 : Kontrol Normal P3 : Kontrol Positif (Amitriptilin) P2 : Kontrol Negatif P4 : Kelompok ekstrak pandan wangi 10%

Tabel 5.9

Hasil Uji Least Significant Difference (LSD) Antar Kelompok Posttest

Immobility

Time

Beda Rerata p Interpretasi

Kontrol normal dan kontrol negatif 45,50 0,000 Berbeda bermakna

Kontrol normal dan kontrol positif 34,00 0,000 Berbeda bermakna

Kontrol normal dan ekstrak pandan wangi 10% 11,33 0,000 Berbeda bermakna

Kontrol negatif dan kontrol positif 79,50 0,000 Berbeda bermakna

Kontrol negatif dan ekstrak pandan wangi 10% 56,83 0,000 Berbeda bermakna

Kontrol positif dan ekstrak pandan wangi 10% 22,67 0,000 Berbeda bermakna

Kortisol

Kontrol normal dan kontrol negatif 5,595 0,000 Berbeda bermakna

Kontrol normal dan kontrol positif 2,361 0,000 Berbeda bermakna

Kontrol normal dan ekstrak pandan wangi 10% 1,264 0,001 Berbeda bermakna

Kontrol negatif dan kontrol positif 7,957 0,000 Berbeda bermakna

Kontrol negatif dan ekstrak pandan wangi 10% 6,86 0,000 Berbeda bermakna

Kontrol positif dan ekstrak pandan wangi 10% 1,096 0,004 Berbeda bermakna

Berdasarkan Tabel 5.9 dapat dilihat pada data immobility time dan kadar

kortisol posttest terdapat perbedaan yang bermakna antara seluruh kelompok uji

satu sama lain dengan p<0,05. Dari data ini dapat dilihat bahwa setiap perlakuan

yang diberikan memberikan hasil yang berbeda dengan perlakuan lainnya.

Gambar 5.1

Perbandingan Durasi Immobility Time Data Pretest dan Posttest

Keterangan:

Hasil analisis t-paired test data immobility time pretest dan posttest

Imobility Time P1 pre-P1 post p=0,001 (berbeda bermakna)

Imobility Time P2 pre-P2 post p=0,053 (tidak berbeda)

Imobility Time P3 pre-P3 post p=0,000 (berbeda bermakna)

Imobility Time P4 pre-P4 post p=0,000 (berbeda bermakna)

Pretest Posttest

45,26%

71,33

130,33

48,67

63,03%

131,67 128,17 1,91%

130,67

82,67 88,17 6,23%

P1 P2 P3 P4

Page 58: lia puspitasari

41

Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dilihat terjadi penurunan immobility time pada

seluruh kelompok uji setelah diberi perlakuan (posttest). Persentase penurunan

immobility time tertinggi dapat dilihat terjadi pada kelompok kontrol positif (P3)

dengan penurunan durasi immobility time sebesar 63,03%. Diikuti oleh penurunan

sebesar 45,26% pada kelompok dengan pemberian ekstrak etanol daun pandan

wangi 10% (P4), penurunan sebesar 6,23% pada kelompok kontrol normal dan

penurunan sebesar 1,91% pada kelompok kontrol negatif.

Hasil uji komparabilitas dengan t-paired test pada data immobility time

pretest dan posttest menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perlakuan pada

kelompok kontrol normal (P1), kontrol positif (P3), dan kelompok perlakuan daun

pandan wangi (P4) dengan p<0,05. Data immobility time pada kelompok kontrol

negatif menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh selama pretest dan

posttest dengan p=0,053 (p>0,05).

Pada Gambar 5.2 berikut ini dapat dilihat bahwa terjadi perubahan kadar

kortisol sebelum perlakuan pretest dan setelah perlakuan posttest pada seluruh

kelompok uji. Persentase penurunan tertinggi terjadi pada kelompok kontrol

positif dimana kadar kortisol menurun sebesar 38,54%. Pemberian ekstrak etanol

daun pandan wangi 10% pada kelompok P4 juga memberikan penurunan terhadap

kadar kortisol yaitu sebesar 33,24%. Pada kelompok normal yang tidak diberikan

perlakuan apapun diperoleh penurunan kadar kortisol sebesar 3,92%, sedangkan

pada kelompok kontrol negatif terjadi peningkatan kadar kortisol sebesar 0,76%.

Page 59: lia puspitasari

42

P1 : Kontrol Normal P3 : Kontrol Positif (Amitriptilin) P2 : Kontrol Negatif P4 : Kelompok ekstrak pandan wangi 10%

0

5

10

15

20

25

K1 K2 K3 K4

Kad

ar (n

g/m

l)

Kadar Kortisol Pada Pretest dan Posttest

Series1

Series2

Gambar 5.2

Perbandingan Kadar Kortisol Pretest dan Posttest

Keterangan:

Hasil Analisis T-Paired test data immobility time pretest dan posttest

Kadar Kortisol P1 pre-P1 post p=0,071 (tidak berbeda)

Kadar Kortisol P2 pre-P2 post p=0,077 (tidak berbeda)

Kadar Kortisol P3 pre-P3 post p=0,000 (berbeda bermakna)

Kadar Kortisol P4 pre-P4 post p=0,000 (berbeda bermakna)

Sama seperti hasil analisis data pada immobility time hewan uji, analisis yang

dilakukan terhadap kadar kortisol posttest juga menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang bermakna antara seluruh kelompok uji satu sama lain dengan

p<0,05. Hasil analisis t-paired test menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh

perlakuan terhadap kadar kortisol selama pretest dan posttest pada kelompok

kontrol normal dan kelompok kontrol negatif dengan p>0,05. Pengaruh perlakuan

terhadap kadar kortisol dapat dilihat pada kelompok kontrol positif dan kelompok

dengan perlakuan ekstrak etanol daun pandan wangi 10% yang memberikan

perbedaan signifikan dengan p<0,05, dimana terjadi penurunan kadar kortisol

pada kedua kelompok perlakuan ini.

15,16 15,36 1,33%

20,60 20,44%

0,76%

12,64

38,54%

20,49

13,74

34,56%

21

P1 P2 P3 P4

Pretest Posttest

Page 60: lia puspitasari

43

5.2 Pembahasan

Pada penelitian ini digunakan subjek uji yaitu tikus jantan galur wistar

dengan umur 2-3 bulan dan berat badan 150-250 gram. Jumlah tikus yang

digunakan dalam penelitian ini sebanyak 28 ekor, yang dibagi menjadi 4

kelompok perlakuan antara lain yaitu kelompok kontrol normal (P1), kelompok

kontrol negatif (P2), kelompok kontrol positif (P3), dan kelompok ekstrak etanol

daun pandan wangi 10% (P4). Dalam proses pengambilan darah, 1 ekor hewan uji

pada kelompok kontrol mati, sehingga hanya digunakan data dari 6 ekor tikus

pada tiap-tiap kelompok uji. Tikus putih dipilih sebagai hewan uji karena

memiliki beberapa kemiripin secara fisiologis dengan tubuh manusia, murah, serta

lebih mudah dalam pemeliharaan dan penanganannya. Pemilihan umur dan jenis

kelamin tikus yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan untuk menghindari

serta meminimalisir pengaruh hormonal yang mungkin terjadi pada hewan coba.

5.2.1 Uji aktivitas antidepresan

Pada penelitian ini aktivitas antidepresan diukur melalui penurunan

immobility time serta penurunan kadar kortisol hewan uji, yang dilakukan

sebanyak dua kali yaitu setelah induksi depresi (pretest) dan setelah hewan uji

diberikan perlakuan (posttest). Kelompok perlakuan dibagi menjadi empat

kelompok yaitu kelompok kontrol normal, kelompok kontrol negatif, kelompok

kontrol positif, dan kelompok dengan pemberian ekstrak pandan wangi 10%.

Kelompok normal yang tidak diberi induksi apapun dan tidak diberikan

perlakuan, bertujuan agar dapat diketahui efek yang ditimbulkan ketika dilakukan

induksi depresi terhadap immobility time dan kadar kortisol pada hewan uji pada

pengambilan data pretest. Hasil data pretest dari kelompok normal, dapat

Page 61: lia puspitasari

44

dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan kelompok

pandan wangi yang diberikan induksi depresi. Hasil yang diperoleh dari

pengukuran pretest ini digunakan untuk mengetahui kondisi immobility time dan

kadar kortisol hewan uji setelah dinduksi depresi, serta mengetahui kondisi

immobility time dan kadar kortisol kontrol normal yang tidak diberikan induksi

apapun.

Berdasarkan hasil analisis data pretest pada immobility time dan kadar

kortisol, kelompok uji P2, P3, dan P4 diperoleh hasil yang tidak berbeda

bermakna satu sama lain p>0,05, sehingga kondisi awal sebelum dilakukan

perlakuan telah sama. Pada kontrol normal yang tidak dilakukan induksi depresi

memiliki nilai immobility time dan kadar kortisol yang berbeda bermakna secara

signifikan dengan kelompok P2, P3, dan P4 yang diinduksi depresi. Hasil yang

diperoleh ini menunjukkan bahwa induksi yang dilakukan dengan tail suspention

test mampu menimbulkan efek depresi dengan peningkatan nilai immobility time

dan juga peningkatan kadar hormon kortisol.

Kelompok kontrol negatif, atau kelompok yang diberi induksi depresi dengan

pemberian perlakuan placebo berupa CMC-Na bertujuan untuk mengetahui

perubahan yang terjadi pada immobility time dan kadar kortisol setelah hewan uji

diberikan perlakuan pada kelompok kontrol positif, dan kelompok pandan wangi.

Kelompok ini juga digunakan untuk mengetahui efek yang mungkin ditimbulkan

dari pemberian CMC-Na sebagai pembawa. CMC-Na diharapkan tidak

memberikan efek yang signifikan sebagai pelarut ketika digunakan pada

pemberian amitriptilin sebagai kontrol positif dan ekstrak pandan wangi sebagai

kelompok perlakuan.

Page 62: lia puspitasari

45

Kelompok kontrol positif dengan pemberian amitriptilin digunakan dalam

penelitian ini untuk membandingkan efek yang mampu diberikan oleh kelompok

dengan pemberian ekstrak pandan wangi terhadap efek yang ditimbulkan dengan

pemberian amitriptilin sebagai salah satu sediaan obat yang telah ada dan menjadi

pilihan terapi yang banyak digunakan pada pengobatan depresi.

5.2.1.1 Pengaruh ekstrak etanol daun pandan wangi terhadap immobility

time

Hasil pengukuran durasi immobility time setelah perlakuan (posttest) pada

keempat kelompok uji menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang cukup

signifikan jika dibandingkan dengan durasi immobility time sebelum perlakuan

(pretest). Persentase penurunan durasi immobility time tertinggi yaitu pada

kelompok kontrol positif (P3) sebesar 63,03%. Kelompok perlakuan dengan

pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi 10% memberikan persentase

penurunan yaitu sebesar 45,26%. Kelompok kontrol normal dan kontrol negatif

berturut-turut memiliki persentase penurunan sebesar 6,23% dan 1,91%.

Berdasarkan hasil statistik one-way ANOVA dan uji Least Significant

Difference (LSD) diperoleh hasil yaitu terdapat perbedaan bermakna antara

kelompok ekstrak pandan wangi 10% dengan seluruh kelompok uji (P1, P2, dan

P3) dengan p<0,05. Kelompok perlakuan ekstrak daun pandan wangi 10% (P4)

juga diketahui memiliki pengaruh yang signifikan dari perlakuan yang diberikan

p<0,05 pada analisis t-paired test. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak

etanol daun pandan wangi 10% yang digunakan pada penelitian ini terbukti dapat

menurunkan durasi immobility time pada hewan uji yang dinduksi depresi.

Page 63: lia puspitasari

46

Ekstrak etanol daun pandan wangi yang digunakan dalam penelitian ini

positif mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, polifenol, steroid, dan

triterpenoid. Senyawa alkaloid menunjukkan aktivitas antidepresan dengan

menurunkan kadar hormon adrenokortikotropik, menghambat enzim monoamine

oksidase (MAO), berperan dalam peningkatan dari kadar serotonin dan BDNF

level diotak (Fortunato et al., 2010; Lee at al., 2005; Mao et al., 2011). Polifenol

dan flavonoid secara luas telah diketahui memiliki aktivitas sebagai antidepresan,

yang bekerja dengan meningkatkan serotonin (5-HT), norepinefrin (NE), dan

kadar BDNF otak (Yi et al., 2010, 2012, 2014). Flavonoid juga bekerja dengan

menurunkan aktivitas monoamine oksidase (MAO). Steroid dan triterpenoid

bekerja sebagai antidepresan dengan meningkatkan kadar norepineprin (NE) dan

serotonin (5-HT) diotak, triterpernoid juga bekerja dengan meningkatkan

monoamine pada otak (Tian et al., 2010; Machado et al., 2012).

Beberapa senyawa yang terkandung dalam pandan wangi tersebut

kemungkinan bekerja dengan menghambat kerja dari enzim monoamine oksidase.

Hambatan ini mengakibatkan terjadinya peningkatan monoamine yang kemudian

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar epinefrin, norepinefrin, dan serotonin.

Efek yang ditimbulkan pada peningkatan kadar serotonin dan norepineprin diotak

kemudian akan berimplikasi pada perbaikan suasana perasaan (mood),

bertambahnya aktivitas fisik, peningkatan nafsu makan dan waktu tidur yang lebih

baik (Syarif et al., 2011). Perbaikan ini pada kelompok ekstrak daun pandan

wangi 10% dapat dilihat dari peningkatan aktivitas fisik, melalui penurunan

immobility time yang diukur.

Page 64: lia puspitasari

47

Immobility time merupakan salah satu tanda ukur antidepresan, dimana hewan

uji dinilai pada saat tidak bergerak di dalam air. Setiap hewan uji dinilai tidak

bergerak ketika hewan tersebut telah berhenti berjuang, tetap mengambang

bergerak di dalam air, dan hanya membuat gerakan-gerakan yang diperlukan

untuk menjaga kepala diatas air (Zomkowski et al., 2004). Aktivitas antidepresan

diukur ketika terjadi penurunan durasi immobility time atau penurunan durasi

hewan uji ketika dalam keadaan pasrah/berhenti berjuang. Semakin rendah nilai

immobility time dari hewan uji dapat diindikasikan bahwa hewan uji tidak sedang

dalam kondisi depresi, sedangkan ketika dalam kondisi depresi akan terjadi

peningkatan durasi immobility time/ keadaan putus asa pada hewan uji.

Beberapa penelitian juga telah membuktikan efek antidepresan yang

ditimbulkan dari penurunan immobility time yang dilakukan pada hewan uji

dengan metode forced swimming test. Senyawa alkaloid, flavonoid, tanin,

polifenol, steroid, dan triterpenoid disebutkan berperan terhadap penurunan

immobility time melalui beberapa mekanisme yang berbeda (Bahramsoltani et al,

2015)

Ginkgo Biloba pada hewan uji tikus jantan, menunjukkan bahwa terdapat

efek antidepresan melalui penurunan durasi immobility time pada metode forced

swimming test yang dihasilkan pada pemberian ekstrak. Kandungan kimia yang

dianggap bertanggung jawab terhadap efek ini yaitu kandungan flavonoid yang

mencakup quercetin glikosida dan kaemferol glikosida. Beberapa studi

menyebutkan bahwa efek antidepresan dari flavonoid ini menimbulkan efek

positif pada forced swimming test. Flavonoid glikosida diperkirakan muncul

dalam bentuk terkonjugasinya dalam aliran darah seperti glikosida kuercetin.

Page 65: lia puspitasari

48

Metabolit kuercetin sebelumnya juga ditemukan pada jaringan otak dari rodensia

setelah pemberian oral. Flavonoid glikosida yang terkandung dalam ginkgo biloba

bekerja dengan mencapai jaringan otak, dan kemudian memproteksi fungsi otak

dari gangguan sistem saraf pusat (SSP), sehingga memberikan efek antidepresan.

Kandungan lain yang terdapat dalam ginkgo biloba dan diduga memiliki efek

antidepresan adalah terpenoid, seperti bilobalide dan ginkgolida yang diketahui

memiliki efikasi pada susunan saraf pusat. Teori Porsolt menjelaskan bahwa kadar

monoamine di otak, seperti dopamine, norepinefrine merupakan faktor yang

penting untuk menurunkan immobility time pada force swimming test (Sakakibara

et al., 2006).

Pada penelitian lain yang melakukan uji antidepresan dengan ekstrak etanol

bunga cengkeh diketahui bahwa terdapat efek antidepresan yang ditunjukkan

dengan penurunan immobility time yang diperoleh. Ekstrak etanol bunga cengkeh

mengandung flavonoid yang dinilai bertanggung jawab terhadap aktivitas yang

diberikan melalui beberapa aktivitas farmakologi pada susunan saraf pusat, seperti

menghambat reuptake dari monoamine neurotransmiter. Dilaporkan juga bahwa

flavonoid menunjukkan efek penghambatan dari enzim monoamine-oxidase pada

penelitian invitro (Mathiazhagan et al., 2013).

Beberapa jenis alkaloid pada tanaman Aconitum baicalense terbukti memiliki

aktivitas antidepresan dengan durasi immobility time yang lebih rendah

dibandingkan dengan kelompok kontrol tanpa pemberian apapun. Alkaloid pada

tanaman ini dianggap memiliki aktivitas antidepresan dengan mengubah

sensitivitas dari serotonin (Nesterova et al., 2011). Alkaloid lain yang diperoleh

dari tanaman Piper longum juga dapat menurunkan durasi immobility time pada

Page 66: lia puspitasari

49

hewan uji pada force swimming test, dimana alkaloid piperine terbukti mampu

meningkatkan kadar serotonin pada hipokampus dan juga frontal cortex pada

tikus yang kemudian menimbulkan efek antidepresan (Mao et al., 2011).

Salah satu jenis terpenoid seperti genidipin yang merupakan moneterpen dari

tanaman Gardenia jasminoides terbukti dapat menurunkan durasi immobility time

pada forced swimming test yang dilakukan. Pemberian genidipin pada dosis 50,

100, dan 200 mg/kg selama 7 hari mampu meningkatkan kadar norepinefrine dan

serotonin pada hipokampus tikus secara signifikan (Tian et al., 2010). Terpenoid

lain yaitu ursolic acid yang merupakan salah satu isolasi triterpenoid dari tanaman

Rosmarinus officinalis L. mampu secara signifikan menurunkan immobility time

pada force swimming test yang dilakukan pada tikus jantan. Hasil ini diperkirakan

karena ursolic mampu mengaktivasi reseptor dopamine (Machado et al., 2012).

Tanin yang diperoleh dari ekstrak air Teminalia chebula memberikan

aktivitas antidepresan pada metode force swimming test. Tanin terbukti mampu

memberikan durasi penurunan immobility time yang lebih baik dibandingan

pemberian imipramine sebagai kontrol positif. Tanin menunjukkan efek seperti

non selektif inhibitor monoamine-oksidase dengan meningkatkan kadar

neutransmiter monoaminergic di otak, serta mampu menurunkan stres oksidatif

yang diproduksi selama depresi (Shekar et al., 2012)

Saponin juga diketahui memiliki efek antidepresan, dimana ginsenosides

pada dosis 10 mg/kg dari tanaman Panax notoginseng diketahui dapat

menurunkan immobility time pada force swimming test secara signifikan.

Disebutkan juga bahwa ginsenoside mampu meningkatkan kadar serotonin,

norepinefin, dan dopamine pada frontal cortex dan hipokampus otak. Berdasarkan

Page 67: lia puspitasari

50

hasil ini dapat disimpulkan bahwa efek antidepresan dari saponin yang

terkandung dari tanaman Panax ginseng dihubungkan dengan peningkatan kadar

serotonin dan norepinefrin pada susunan saraf pusat, dan mempengaruhi sintesis

dan metabolisme dari dopamine (Yao et al., 2012).

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dijelaskan diatas, dapat dikatakan

bahwa efek antidepresan yang ditimbulkan diakibatkan karena beberapa

kandungan metabolit (alkaloid, flavonoid, tanin, steroid, dan triterpenoid) yang

terdapat pada ekstrak etanol daun pandan wangi dengan konsentrasi 10%. Efek

yang ditimbulkan ini memberikan hasil yang cukup baik walaupun belum mampu

memberikan persentase penurunan immobility time yang lebih besar dibandingkan

kontrol positif (amitriptilin).

Kelompok kontrol positif yang diberikan treatment amitriptilin memiliki

persentase penurunan immobility time tertinggi. Amitriptilin bekerja dengan

menghambat ambilan kembali neurotransmiter di otak, dimana terjadi hambatan

re-uptake dari noradrenalin dan serotonin di otak (Syarif et al., 2011). Perbaikan

mood atau suasana hati yang dialami juga akan disertai dengan bertambahnya

aktivitas fisik pada kondisi depresi. Pada hewan uji, perbaikan ini mengakibatkan

terjadinya peningkatan aktivitas dari hewan uji ketika dilakukan force swimming

test, dimana hewan uji cenderung bergerak lebih aktif didalam air untuk

menyelamatkan diri dan tidak berada lama dalam kondisi diam/putus asa.

Pada kelompok normal yang tidak diberikan induksi apapun pada penelitian

ini, juga diperoleh penurunan immobility time yang signifikan. Hal ini

kemungkinan diakibatkan oleh kemampuan adaptasi dari hewan uji ketika posttest

dilakukan, dimana perlakuan berupa forced swimming test telah dilakukan juga

Page 68: lia puspitasari

51

pada saat pengambilan data pretest. Hewan uji yang tidak diberikan stressor

induksi depresi pada kontrol normal, akan memiliki sel-sel dentat gyrus yang

lebih baik jika dibandingkan dengan hewan uji yang diberi stressor. Sel dentat

gyrus disini bertanggung jawab terhadap pembentukan memori, sehingga

kemungkinan hewan uji dapat melakukan adaptasi dengan lebih baik terhadap

perlakuan forced swimming test yang dilakukan.

Penurunan immobility time yang terjadi juga kemungkinan diakibatkan karena

hewan uji telah lebih lama beradaptasi pada tempat tinggalnya yang baru ketika

pengambilan data posttest, dibandingkan ketika pengambilan data pretest.

Ketersediaan makanan dan minuman dengan akses yang tidak terbatas juga dapat

mempengaruhi kenyamanan hewan uji selama penelitian. Beberapa faktor ini

yang mungkin mengakibatkan terjadinya peningkatan semangat bertahan hidup

dan tidak putus asa dari hewan uji, yang diukur melalui penurunan durasi

immobility time (Scharfman, 2007).

Berbeda halnya dengan kontrol normal, kelompok kontrol negatif

memberikan durasi immobility time tertinggi, dengan persentase penurunan

immobility time yang rendah dan tidak terdapat pengaruh perlakuan antara pretest

dan posttest dengan p>0,05. Hasil ini mungkin diakibatkan karena induksi stress

yang dilakukan tidak bersifat persisten dalam waktu yang lama sehingga

kerusakan yang terjadi masih bersifat reversible. Secara normal tubuh memiliki

mekanisme perbaikan sendiri untuk mengatasi induksi stres (Guyton dan Hall

2011) yang kemudian mengakibatkan terjadinya penurunan durasi immobility time

pada kelompok kontrol negatif walaupun tidak berbeda bermakna dengan

immobility time saat pretest dilakukan.

Page 69: lia puspitasari

52

5.2.1.2 Pengaruh ekstrak etanol daun pandan wangi terhadap kadar kortisol

Hasil pengukuran kadar kortisol setelah perlakuan (posttest) pada keempat

kelompok uji menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup signifikan dari

perlakuan yang diberikan. Persentase penurunan kadar kortisol tertinggi yaitu

pada kelompok kontrol positif (P3) sebesar 38,54%. Kelompok perlakuan dengan

pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi 10% memberikan persentase

penurunan yaitu sebesar 33,24%. Kelompok kontrol normal memiliki persentase

penurunan sebesar 3,92% sedangkan kontrol negatif mengalami peningkatan

kadar kortisol sebesar 0,76%.

Berdasarkan hasil statistik one-way ANOVA dan uji Least Significant

Difference (LSD) diperoleh hasil yaitu terdapat perbedaan bermakna antara

kelompok perlakuan ekstrak pandan wangi 10% dengan seluruh kelompok uji (P1,

P2, dan P3) dengan p<0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak

daun pandan wangi 10% mampu menurunkan kadar kortisol secara signifikan

dibandingkan dengan kontrol negatif, walaupun belum dapat memberikan

persentase penurunan sebesar kontrol positif.

Pada analisis komparabilitas dengan t-paired test diperoleh nilai p>0,05 pada

kelompok kontrol normal dan kelompok kontrol negatif yang menunjukkan

bahwa tidak terdapat pengaruh yang berarti pada pengambilan data pretest dan

posttest terhadap kadar kortisol. Berbeda halnya dengan kelompok uji yang lain,

pada kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan ekstrak pandan wangi

10%, diperoleh nilai p=0,000 atau p<0,05 yang membandingkan kadar kortisol

pretest dan posttest. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan pada

Page 70: lia puspitasari

53

kelompok uji tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan

kadar kortisol yang terjadi.

Kortisol atau sering disebut sebagai hormon stres merupakan hormon yang

dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Secara normal hormon ini akan dilepaskan

perlahan-lahan dalam jumlah yang sedikit sepanjang hari, dan akan meningkat

jumlahnya secara signifikan apabila terpapar rangsangan stres (Stocker, 2012).

Peningkatan kadar kortisol yang terjadi terus menerus, akan mengakibatkan

tingginya kadar kortisol sehingga seringkali dapat dijadikan sebagai indikator

gangguan psikologis (Silverthorne, 2001).

Dalam penelitian ini kadar kortisol hewan uji diukur dengan teknik ELISA

melalui serum darah yang diambil pada pretest dan posttest. Aktivitas

antidepresan yang dimiliki dinilai ketika terjadi penurunan kadar kortisol pada

hewan uji yang telah diinduksi depresi dengan metode tail suspention test.

Semakin tinggi kadar kortisol dapat diartikan sebagai suatu keadaan depresi pada

hewan uji, dan semakin rendah kadar kortisol maka dapat dikatakan telah terjadi

perbaikan psikologis pada hewan uji tersebut.

Kelompok kontrol negatif dalam penelitian ini mengalami kenaikan kadar

kortisol pada posttest akan tetapi dengan persentase yang rendah dan tidak

memberikan pengaruh yang signifikan. Yau et al (2002) menjelaskan bahwa

induksi stres yang dilakukan dan mengakibatkan peningkatan terhadap sekresi

kadar kortisol, akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengembalikan

kadar kortisol tersebut dalam kadar yang normal. Peningkatan kadar kortisol pada

posttest juga dapat meningkat kemungkinan karena diakibatkan stres ulangan

Page 71: lia puspitasari

54

yang terjadi ketika pengukuran immobility time dengan metode force swimming

test (berenang paksa) sebelum dilakukan pengambilan darah pada hewan uji.

Kelompok kontrol positif yang diberikan treatment amitriptilin memiliki

persentase penurunan kadar kortisol tertinggi dibandingkan dengan kelompok uji

lainnya. Pemberian amitriptilin dalam jangka waktu yang cukup lama dapat

menurunkan sirkulasi glukokortikoid dalam darah, sehingga dapat mengakibatkan

penurunan kadar dari hormon kortisol, yang merupakan salah satu dari hormon

glukokortikoid (Yau et al., 2002). Hal inilah yang kemudian menyebabkan

terjadinya penurunan kadar kortisol yang signifikan ketika kelompok kontrol

positif diberikan amitriptilin selama perlakuan.

Pada kelompok perlakuan dengan ekstrak etanol daun pandan wangi 10%,

dapat dilihat bahwa pemberian ekstrak tanaman ini mampu memberikan efek

penurunan kadar kortisol yang cukup signifikan, walaupun masih lebih rendah

dibandingkan penurunan yang diperoleh pada kelompok kontrol positif.

Penurunan kadar kortisol kemungkinan diakibatkan karena kandungan alkaloid

yang terdapat dalam ekstrak etanol daun pandan wangi 10% yang digunakan pada

penelitian ini. Salah satu senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol daun

pandan wangi berdasarkan skrining fitokimia yaitu senyawa alkaloid. Berdasarkan

hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa alkaloid harmine yang diisolasi dari

biji tanaman Peganum harmala memiliki efek antidepresan yang bekerja dengan

menurunkan sekresi hormon adrenokortikotropik (ACTH) (Fortunato et al.,

2010), dimana hormon ACTH ini sendiri memiliki pengaruh langsung terhadap

sekresi hormon kortisol.

Page 72: lia puspitasari

55

Secara alami, tubuh yang mengalami induksi stresor, akan mengaktifkan saraf

simpatis untuk mensekresikan Cortikotropin Releasing Hormon (CRH) yang akan

merangsang keluarnya hormon adrenokortikotropik (ACTH) (Stocker, 2012).

Sekresi dari hormon adrenokortikotropik (ACTH) ini akan memberikan sinyal

kepada kelenjar adrenal untuk meningkatkan produksi dan sekresi dari hormon

kortisol, yang mengakibatkan terjadi peningkatan kadar kortisol dalam darah yang

cukup signifikan dibandingkan kondisi normal (Sherwood, 2001; Stocker, 2012).

Senyawa alkaloid yang terkandung dalam ekstrak daun pandan wangi diduga akan

melakukan penghambatan produksi kortisol dengan menurunkan sekresi dari

hormon adrenokortikotropik (ACTH), akibatnya ACTH tidak akan memberikan

signaling yang besar untuk perangsangan produksi dan sekresi dari hormon

kortisol.

Alkaloid yang terkandung dalam ekstrak etanol daun pandan wangi

kemungkinan bekerja dengan efek yang serupa dengan alkaloid harmine dari

tanaman Peganum harmala. Penurunan kadar kortisol yang terjadi juga dapat

diakibatkan oleh berbagai senyawa kompleks lainnya yang terdapat dalam ekstrak

daun pandan wangi yang digunakan, yang belum dapat dibuktikan secara ilmiah.

Efek antidepresan ekstrak etanol daun pandan wangi yang diamati pada

penelitian ini, telah terbukti mampu menurunkan immobility time dan kadar

kortisol secara signifikan sehingga dapat dijadikan sebagai agen baru dalam

pengobatan depresi. Beberapa kelemahan dalam penelitian ini yaitu analisis

kandungan kimia ekstrak pandan wangi yang digunakan pada penelitian ini hanya

dilakukan dengan menggunakan metode skrining fitokimia secara kualitatif,

sehingga belum mampu menunjukkan besar kadar masing-masing komponen

Page 73: lia puspitasari

56

yang paling berpengaruh. Peneliti juga belum dapat melakukan analisis atau

pengamatan terhadap kandungan kimia yang mampu masuk kedalam otak dari

hewan uji, dimana obat antidepresan bekerja dengan mempengaruhi susunan saraf

pusat.

Page 74: lia puspitasari

57

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Ekstrak etanol daun pandan wangi 10% dapat menurunkan immobility time

tikus jantan galur wistar yang depresi.

2. Ekstrak etanol daun pandan wangi 10% dapat menurunkan kadar kortisol

tikus jantan galur wistar yang depresi.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap variasi konsentrasi ekstrak

etanol daun pandan wangi yang mampu menurunkan immobility time dan

kadar kortisol tikus jantan galur wistar yang depresi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan isolasi komponen

aktif dari ekstrak pandan wangi dengan pelarut yang spesifik, serta penetapan

kadar secara kuantitatif untuk mengetahui komponen kimia yang memiliki

efek paling besar dalam menurunkan immobility time dan kadar kortisol tikus

jantan galur wistar yang depresi.

Page 75: lia puspitasari

58

DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih., Wildan, A., Mindaningsih. 2010. Optimasi Cairan Penyari pada

Pembuatan Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)

secara Maserasi terhadap Kadar Fenolik dan Flavonoid Total.

Momentum,6(2):36-41

Bahramsoltani, R., Farzaei, M.H., Farahani, M.S., Rahimi, R. 2015.

Phytochemical constituents as future antidepressants: a comprehensive

review. Rev. Neurosci, 9: 1-21

Cheeptham,N., Towers, G.H.N. 2002. Light-mediated activities of some Thai

medicinal plant teas. Fototerapia, 73: 651–662.

Cheetangdee, V and Siree, C. 2006. Free Amino Acid and Reducing Sugar

Composition of Pandan (Pandanus amaryllifolius) Leaves. Thailand:

Departement of Food Science and Technology University of Thailand.

Crowther, J.R. 2001. Methods in Molecular Biology The ELISA Guidebook.

Volume 149. New Jersey: Huwana Press Inc.

Dalimartha, S. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Dewi, E.W.A. 2009. “Pengaruh Ekstrak Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius

Roxb.) 6 mg/grBB Terhadap Waktu Induksi Tidur dan Lama Waktu Tidur

Mencit Balb/c yang diinduksi thiopental 0,546 mg/20mgBB” (Skripsi).

Semarang: Universitas Diponegoro.

Fortunato,J.J., Reus, G.Z., Kirsc, T.R., Stringari, B.B., Fries,G.R., Kapczinski,F.,

Hallak, J.E., Zuardi, A.W., Crippa, J.A., Quevedo, J. 2010. Effect of beta-

carboline harmine on behavioral and physiological parameters observed in the

chronic mild stress model: further evidence of antidepressant properties.

Brain Res Bull, 81 (4-5): 491-496

Gunawan, 2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran UI.

Guyton, A.C. and Hall, J.E. 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.

Singapura: Elsevier. p.583

Hanafiah, K.A. 2004. Rancangan Percobaan: teori dan aplikasi. Edisi 9. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada. p. 9

Katzung, B.G., Masters.S.B., Trevor. A.J. 2014. Farmakologi Dasar dan Klinik.

Edisi-12. Jakarta: Penerbit EGC.

Page 76: lia puspitasari

59

Lee, B.L., Su, J., Ong, S.C. 2004. Monomeric C18 chromatographic method for

the liquid chromatographic determination of lipophilic antioxidants plants. J.

Chromatogr, 1048: 263-267.

Lee, S.A., Hong, S.S., Han, X.H., Hwang, J.S., Oh, G.J., Lee, K.S., Lee, M.K.,

Hwang, B.Y., and Ro, J.S. 2005. Piperine from the fruits of Piper longum

with inhibitory effect on monoamine oxidase and antidepressant-like activity.

Chem. Pharm. Bull, 53: 832-835

Lopez, D.C. and Nonato, M.G. 2005. Alkaloids from Pandanus amaryllifolius

collected from Marikina, Philippines. Philjournalsci, 134(1): 39-44.

Machado, D.G., Neis, V.B., Balen, G.O., Colla, A., Cunha, M.P., Dalmarco, J.B.,

Pizzolatti, M.G., Prediger, R.D., Rodrigues, A.L. 2012. Antidepressant-

like effect of ursolic acid isolated from Rosmarinus officinalis L. in mice:

evidence for the involvement of the dopaminergic system. Pharmacol

Biochem Behav,103(2):204-211.

Mao, Q.Q., Xian, Y.F., Ip,S.P., and Che, C.T. 2011. Involvement of serotonergic

system in the antidepressant-like effect of piperine. Prog

Neuropsychopharmacol Biol Psychiatry, 35:1144-1147

Marder and Paladini. 2002. GABA(A)-receptor ligands of flavonoid structure.

Bentham Science, 2(8):853-867

Marliana, S.D., V. Suryanti., Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis

Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule

Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi. 3(1): 26-31.

Mathiazhagan, S., Anand, S., Parthiban, R., Sankaranarayanan, B., Suresh, S.

2013. Antidepressant-like effect of ethanolic extract from Caryophyllus

aromaticus in albino rats. IOSR-JDMS, 4(2):37-40

Nesterova, Y.V., Povetieva, T.N., Suslov, N.I., Semenov,A.A., Pushkarskiy, S.V.

2011. Antidepressant Activity of Diterpene Alkaloids of Aconitum baicalense

Turcz. Experimental Biology and Medicine, 151(4): 425-428

Ngatidjan, 2006. Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Yogyakarta: PAU

Bioteknologi UGM.p.86

Prameswari, O.K dan Widjanarko, S.M. 2014. Uji Efek Ekstrak Air Daun Pandan

Wangi Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah dan Histopatologi Tikus

Diabetes Mellitus. JPA, 2(2): 16-27.

Rahayu, S.E dan Handayani, S. 2008. Keanekaragaman Morfologi dan Anatomi

Pandanus (Pandanaceae) di Jawa Barat. Vis Vitalis, 1(2): 29-44

Page 77: lia puspitasari

60

Rohmawati, E. 1995. “Skrining Kandungan Kimia Daun Pandan Serta Isolasi dan

Identifikasi Alkaloidnya” (tesis). Yogyakarta:Universitas Gajah Mada.

Sakakibara, H., Ishida. K., Grundmann, O., Nakajima, J., Seo.S., Butterweck, V.,

Minami, Y., Sarro, S., Kawai, Y., Nakaya, Y., Terao, J. 2006. Antidepressant

Effect od Extracts from Ginkgo biloba Leaves in Behavioral Models. Biol.

Pharm. Bull, 29(8):1767-1770.

Santoso, M.I.E. 2011. Buku Ajar Etik Penelitian Kesehatan. Malang:Universitas

Brawijaya Press.

Scharfman, H.E. 2007. The Dentate Gyrus: A comprehensive guide to structure,

function, and clinical implications. Amsterdam: Elsevier.

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-2. Jakarta:

Penerbit EGC.

Shekar, C., Manovar, R., Rao, S.N. Antidepressant Activity of Aquesous Extract

of Fruits of Terminalia chebula in Rats. 2012. Int J Pharmn Pharm Sci, 4(4):

449-451.

Silverthorne. 2001. Human Physiology an Inntegrated Approach. 2th Edition. San

Francisco: Pearson Education, Inc.

Smith, J.B dan Mangkoewidjojo, S. 2000. Pemeliharaan, Pembiakan dan

Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Departement of

Education and Culture Directorate General of Higher Education.

Stocker, S. 2012. Studies Link Stress and Drug Addiction. NIDA Reseach Fiding,

14: 1-4

Sudjadi. 2008. Bioteknologi Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Swati, M., Monalisa, J., Abhisek, P. 2013. Evaluation of Antidepressant Activity

of Eclipta Alba Using Animal Models. Asian J Pharm Clin res, 6(3):118-120

Syarif, A., Estuningtyas, A., Setiawati, A., Muchtar, A., Arif, A. 2011.

Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan

Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Tian, J.S., Cui, Y., Hu,L., Gao,S., Chi, W., Dong, T., Liu, L.P. 2010.

Antidepressant-like Effect of Genipin in Mice. Neurosci. Lett, 479: 236-239.

Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G., Kaur, H. 2011. Phytochemical

screening and Extraction: A Review. Ipharmsciencia,1(1): 98-106

Tjad, T.H., Raharja, K. 2010. Obat-obat Penting. Edisi ke-6, Jakarta: PT Elex

Media Komputindo Kelompok Kompas – Gramedia.

Page 78: lia puspitasari

61

Yao, Y., Wei., Sang., Xiu-sh, Y., Mei-jing, Z., Li-li, W., Pei-you, Q., Li, W.,

Xian-rong, Z., Li-Jun, W., Jin-yan, L., Zhi-hua, Z., Gui-xing, R. 2012.

Antidepressant effects of Ginsenoside from Panax notoginseng.

J.Integr.Agric, 11(3): 483-488

Yau, J.L.W., Noble. J., Hibberd, C., Rrowe, W.B., Meaney, M.J., Morris, R.G.M.,

Seckl, J.R. 2002. Chronic Treatment with the Antidepressant Amitriptyline

Prevents Impairments in Water Maze Learning in Aging Rats. J.Neurosci,

22(4):1430-1442

Yi, L.T., Li, C.F., Zhan, X., Cui,C,C., Xiao,F., Zhou, L.P., Xie, Y. 2010.

Involvement of Monoaminergic system in the antidepressant-like behavioral

and neurochemical effects of the citrus-associated chemical apigenin. Life

Sci,82:741-751

Yi, L.T., Li, J., Li,H.C., Su, D.X., Quan, X.., He, X.C., Wang, X.H. 2012.

Antidepressant-like behavioral, neurochemical and neuroendocrine effects of

naringenin in the mouse repeated tail suspension test. Prog.

Neuorpsychopharmacol. Biol. Psychiatry, 39:175-181

Yi, L.T., Liu, B.B., Li, J., Luo, L., Liu, W., Geng, d., Tang, Y., Xia, Y., Wu, D.

2014. BDNF signaling is necessary for the antidepressant-like effect of

naringenin. Prog. Neuropsychopharmacol.Biol. Phychiatry, 48:135-141

Zomkowski, A.D.E., Rosa, A.O., Lin, J., Santos, A.R.S., Calixto, J.B., Rodrigues,

A.L.S. 2004. Evidence for Serotonine Subtypes Involvement in Agmatine

Antidepressant like Effect in the Mouse Forced Swimming Test. Brain Res,

1023:253-263.

Page 79: lia puspitasari

62

Lampiran 1. Surat Keterangan Kelaikan Etik

Page 80: lia puspitasari

63

Lampiran 2. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Pandan Wangi

(Pandanus amaryllifolius R.)

Page 81: lia puspitasari

64

Page 82: lia puspitasari

65

Lampiran 3. Hasil Statistik Data Immobility Time

a. Hasil Analisis Deskriptif

Kelompok Statistic Std. Error

Pre-Immobility Time

Kelompok Normal

Mean 88.1667 .47726

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 86.9398

Upper Bound 89.3935

5% Trimmed Mean 88.1296

Median 88.0000

Variance 1.367

Std. Deviation 1.16905

Minimum 87.00

Maximum 90.00

Range 3.00

Interquartile Range 2.25

Skewness .668 .845

Kurtosis -.446 1.741

Kontrol Negatif Mean 1.3067E2 .61464

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.2909E2

Upper Bound 1.3225E2

5% Trimmed Mean 1.3074E2

Median 1.3100E2

Variance 2.267

Std. Deviation 1.50555

Minimum 128.00

Maximum 132.00

Range 4.00

Interquartile Range 2.50

Skewness -1.270 .845

Kurtosis 1.531 1.741

Kontrol Positif Mean 1.3167E2 .66667

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.2995E2

Upper Bound 1.3338E2

5% Trimmed Mean 1.3163E2

Median 1.3150E2

Variance 2.667

Page 83: lia puspitasari

66

Std. Deviation 1.63299

Minimum 130.00

Maximum 134.00

Range 4.00

Interquartile Range 3.25

Skewness .383 .845

Kurtosis -1.481 1.741

Ekstrak 10% Mean 1.3033E2 .71492

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.2850E2

Upper Bound 1.3217E2

5% Trimmed Mean 1.3031E2

Median 1.3050E2

Variance 3.067

Std. Deviation 1.75119

Minimum 128.00

Maximum 133.00

Range 5.00

Interquartile Range 2.75

Skewness .248 .845

Kurtosis -.014 1.741

Post-Immobility Time

Kelompok Normal

Mean 82.667 .4216

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 81.583

Upper Bound 83.751

5% Trimmed Mean 82.685

Median 83.000

Variance 1.067

Std. Deviation 1.0328

Minimum 81.0

Maximum 84.0

Range 3.0

Interquartile Range 1.5

Skewness -.666 .845

Kurtosis .586 1.741

Kontrol Negatif Mean 128.167 .6009

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 126.622

Upper Bound 129.711

5% Trimmed Mean 128.185

Median 128.500

Page 84: lia puspitasari

67

Variance 2.167

Std. Deviation 1.4720

Minimum 126.0

Maximum 130.0

Range 4.0

Interquartile Range 2.5

Skewness -.418 .845

Kurtosis -.859 1.741

Kontrol Positif Mean 48.667 .3333

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 47.810

Upper Bound 49.524

5% Trimmed Mean 48.630

Median 48.500

Variance .667

Std. Deviation .8165

Minimum 48.0

Maximum 50.0

Range 2.0

Interquartile Range 1.2

Skewness .857 .845

Kurtosis -.300 1.741

Ekstrak 10% Mean 71.333 .4944

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 70.062

Upper Bound 72.604

5% Trimmed Mean 71.315

Median 71.500

Variance 1.467

Std. Deviation 1.2111

Minimum 70.0

Maximum 73.0

Range 3.0

Interquartile Range 2.2

Skewness .075 .845

Kurtosis -1.550 1.741

Page 85: lia puspitasari

68

b. Uji Normalitas

Kelompok

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

Pre-Immobility Time Kelompok Normal .908 6 .421

Kontrol Negatif .866 6 .212

Kontrol Positif .920 6 .505

Ekstrak 10% .974 6 .918

Post-Immobility Time Kelompok Normal .915 6 .473

Kontrol Negatif .958 6 .804

Kontrol Positif .822 6 .091

Ekstrak 10% .907 6 .415

c. Uji Homogenitas Levene Test

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Pre-Immobility Time .407 3 20 .750

Post-Immobility Time .945 3 20 .438

d. Uji ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Pre-Immobility Time

Between Groups 8219.125 3 2739.708 1.170E3 .000

Within Groups 46.833 20 2.342

Total 8265.958 23

Post-Immobility Time

Between Groups 20128.125 3 6709.375 5.001E3 .000

Within Groups 26.833 20 1.342

Total 20154.958 23

Page 86: lia puspitasari

69

e. Uji LSD

Dependent Variable

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Pre-Immobility Time

Kelompok Normal

Kontrol Negatif -42.50000* .88349 .000 -44.3429 -40.6571

Kontrol Positif -43.50000* .88349 .000 -45.3429 -41.6571

Ekstrak 10% -42.16667* .88349 .000 -44.0096 -40.3237

Kontrol Negatif

Kelompok Normal 42.50000* .88349 .000 40.6571 44.3429

Kontrol Positif -1.00000 .88349 .271 -2.8429 .8429

Ekstrak 10% .33333 .88349 .710 -1.5096 2.1763

Kontrol Positif

Kelompok Normal 43.50000* .88349 .000 41.6571 45.3429

Kontrol Negatif 1.00000 .88349 .271 -.8429 2.8429

Ekstrak 10% 1.33333 .88349 .147 -.5096 3.1763

Ekstrak 10%

Kelompok Normal 42.16667* .88349 .000 40.3237 44.0096

Kontrol Negatif -.33333 .88349 .710 -2.1763 1.5096

Kontrol Positif -1.33333 .88349 .147 -3.1763 .5096

Post-Immobility Time

Kelompok Normal

Kontrol Negatif -45.5000* .6687 .000 -46.895 -44.105

Kontrol Positif 34.0000* .6687 .000 32.605 35.395

Ekstrak 10% 11.3333* .6687 .000 9.938 12.728

Kontrol Negatif

Kelompok Normal 45.5000* .6687 .000 44.105 46.895

Kontrol Positif 79.5000* .6687 .000 78.105 80.895

Ekstrak 10% 56.8333* .6687 .000 55.438 58.228

Kontrol Positif

Kelompok Normal -34.0000* .6687 .000 -35.395 -32.605

Kontrol Negatif -79.5000* .6687 .000 -80.895 -78.105

Ekstrak 10% -22.6667* .6687 .000 -24.062 -21.272

Ekstrak 10%

Kelompok Normal -11.3333* .6687 .000 -12.728 -9.938

Kontrol Negatif -56.8333* .6687 .000 -58.228 -55.438

Kontrol Positif 22.6667* .6687 .000 21.272 24.062

f. Uji T-Paired Test

K1

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre-Immobility Time (K1) 88.1667 6 1.16905 .47726

Post-Immobility Time (K1)

82.667 6 1.0328 .4216

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre-Immobility Time (K1) & Post-Immobility Time (K1)

6 -.607 .201

Page 87: lia puspitasari

70

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre-Immobility Time (K1) - Post-Immobility Time (K1)

5.50000 1.97484 .80623 3.42753 7.57247 6.822 5 .001

K2

Paired Samples Statistics

Mean N

Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre-Immobility Time 1.3067E2 6 1.50555 .61464

Post (K2)-Immobility Time (K2)

128.167 6 1.4720 .6009

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre-Immobility Time (K2) & Post-Immobility Time (K2)

6 -.331 .522

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre-Immobility Time (K2) - Post-Immobility Time (K2)

2.50000 2.42899 .99163 -.04907 5.04907 2.521 5 .053

Page 88: lia puspitasari

71

K3

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre-Immobility Time (K3) 1.3167E2 6 1.63299 .66667

Post-Immobility Time (K3) 48.667 6 .8165 .3333

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre-Immobility Time (K3) & Post-Immobility Time (K3)

6 .500 .312

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre-Immobility Time (K3) - Post-Immobility Time (K3)

8.30000E1 1.41421 .57735 81.51587 84.48413 143.760 5 .000

K4

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre-Immobility Time 1.3033E2 6 1.75119 .71492

Post-Immobility Time 71.333 6 1.2111 .4944

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre-Immobility Time & Post-Immobility Time

6 -.157 .766

Page 89: lia puspitasari

72

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre-Immobility Time - Post-Immobility Time

5.90000E1 2.28035 .93095 56.60692 61.39308 63.376 5 .000

Page 90: lia puspitasari

73

Lampiran 4. Hasil Statistik Data Kadar Kortisol Serum

a. Hasil Analisis Deskriptif Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

Pre-Kortisol

Kelompok Normal

Mean 15.3685 .16389

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 14.9472

Upper Bound 15.7898

5% Trimmed Mean 15.3493

Median 15.2700

Variance .161

Std. Deviation .40145

Minimum 15.02

Maximum 16.06

Range 1.04

Interquartile Range .61

Skewness 1.145 .845

Kurtosis .832 1.741

Kontrol Negatif

Mean 20.4457 .15923

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 20.0364

Upper Bound 20.8550

5% Trimmed Mean 20.4584

Median 20.5805

Variance .152

Std. Deviation .39002

Minimum 19.82

Maximum 20.84

Range 1.02

Interquartile Range .67

Skewness -.885 .845

Kurtosis -.456 1.741

Kontrol Positif

Mean 20.4928 .22473

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 19.9151

Upper Bound 21.0705

5% Trimmed Mean 20.4823

Median 20.2995

Variance .303

Std. Deviation .55048

Page 91: lia puspitasari

74

Minimum 20.00

Maximum 21.18

Range 1.18

Interquartile Range 1.13

Skewness .562 .845

Kurtosis -2.201 1.741

Ekstrak 10%

Mean 21.0030 .24351

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 20.3770

Upper Bound 21.6290

5% Trimmed Mean 21.0067

Median 21.0070

Variance .356

Std. Deviation .59647

Minimum 20.12

Maximum 21.82

Range 1.70

Interquartile Range 1.03

Skewness -.163 .845

Kurtosis -.072 1.741

Post-Kortisol

Kelompok Normal

Mean 15.007 .2701

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 14.312

Upper Bound 15.701

5% Trimmed Mean 15.008

Median 14.955

Variance .438

Std. Deviation .6615

Minimum 14.0

Maximum 16.0

Range 2.0

Interquartile Range .9

Skewness -.038 .845

Kurtosis .997 1.741

Kontrol Negatif

Mean 20.602 .1172

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 20.301

Upper Bound 20.904

5% Trimmed Mean 20.609

Median 20.720

Variance .082

Page 92: lia puspitasari

75

Std. Deviation .2870

Minimum 20.2

Maximum 20.9

Range .7

Interquartile Range .5

Skewness -.786 .845

Kurtosis -1.431 1.741

Kontrol Positif

Mean 12.646 .2703

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 11.951

Upper Bound 13.340

5% Trimmed Mean 12.632

Median 12.575

Variance .438

Std. Deviation .6621

Minimum 12.0

Maximum 13.5

Range 1.5

Interquartile Range 1.2

Skewness .205 .845

Kurtosis -2.670 1.741

Ekstrak 10%

Mean 13.742 .2578

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 13.080

Upper Bound 14.405

5% Trimmed Mean 13.727

Median 13.676

Variance .399

Std. Deviation .6314

Minimum 13.1

Maximum 14.7

Range 1.5

Interquartile Range 1.1

Skewness .409 .845

Kurtosis -1.838 1.741

Page 93: lia puspitasari

76

b. Uji Normalitas

Kelompok

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

Pre-Kortisol Kelompok Normal .859 6 .186

Kontrol Negatif .906 6 .411

Kontrol Positif .808 6 .069

Ekstrak 10% .981 6 .958

Post-Kortisol Kelompok Normal .978 6 .942

Kontrol Negatif .863 6 .200

Kontrol Positif .806 6 .066

Ekstrak 10% .867 6 .213

c. Uji Homogenitas Levene Test

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Pre-Kortisol .475 3 20 .703

Post-Kortisol 2.242 3 20 .115

d. Uji ANOVA

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Pre-Kortisol Between Groups 126.536 3 42.179 173.558 .000

Within Groups 4.860 20 .243

Total 131.396 23

Post-Kortisol Between Groups 225.099 3 75.033 221.167 .000

Within Groups 6.785 20 .339

Total 231.884 23

Page 94: lia puspitasari

77

e. Uji LSD

Dependent Variable

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Pre-Kortisol Kelompok Normal

Kontrol Negatif -5.07717* .28462 .000 -5.6709 -4.4835

Kontrol Positif -5.12433* .28462 .000 -5.7180 -4.5306

Ekstrak 10% -5.63450* .28462 .000 -6.2282 -5.0408

Kontrol Negatif

Kelompok Normal 5.07717* .28462 .000 4.4835 5.6709

Kontrol Positif -.04717 .28462 .870 -.6409 .5465

Ekstrak 10% -.55733 .28462 .064 -1.1510 .0364

Kontrol Positif

Kelompok Normal 5.12433* .28462 .000 4.5306 5.7180

Kontrol Negatif .04717 .28462 .870 -.5465 .6409

Ekstrak 10% -.51017 .28462 .088 -1.1039 .0835

Ekstrak 10%

Kelompok Normal 5.63450* .28462 .000 5.0408 6.2282

Kontrol Negatif .55733 .28462 .064 -.0364 1.1510

Kontrol Positif .51017 .28462 .088 -.0835 1.1039

Post-Kortisol Kelompok Normal

Kontrol Negatif -5.5958* .3363 .000 -6.297 -4.894

Kontrol Positif 2.3612* .3363 .000 1.660 3.063

Ekstrak 10% 1.2643* .3363 .001 .563 1.966

Kontrol Negatif

Kelompok Normal 5.5958* .3363 .000 4.894 6.297

Kontrol Positif 7.9570* .3363 .000 7.256 8.658

Ekstrak 10% 6.8602* .3363 .000 6.159 7.562

Kontrol Positif

Kelompok Normal -2.3612* .3363 .000 -3.063 -1.660

Kontrol Negatif -7.9570* .3363 .000 -8.658 -7.256

Ekstrak 10% -1.0968* .3363 .004 -1.798 -.395

Ekstrak 10%

Kelompok Normal -1.2643* .3363 .001 -1.966 -.563

Kontrol Negatif -6.8602* .3363 .000 -7.562 -6.159

Kontrol Positif 1.0968* .3363 .004 .395 1.798

f. Uji T-Paired

K1

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre-Kortisol (K1) 15.3685 6 .40145 .16389

Post-Kortisol (K1)

15.007 6 .6615 .2701

Page 95: lia puspitasari

78

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre-Kortisol (K1) & Post-Kortisol (K1)

6 .845 .034

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre-Kortisol

(K1) - Post-Kortisol (K1)

.36183 .38711 .15804 -.04441 .76808 2.290 5 .071

K2

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre-Kortisol (K2) 20.4457 6 .39002 .15923

Post-Kortisol

(K2) 20.602 6 .2870 .1172

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre-Kortisol

(K2) & Post-Kortisol (K2) 6 .913 .011

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre-Kortisol (K2) - Post-Kortisol (K2)

-.15683 .17330 .07075 -.33870 .02503 -2.217 5 .077

Page 96: lia puspitasari

79

K3

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre-Kortisol (K3) 20.4928 6 .55048 .22473

Post-Kortisol (K3)

12.645 6 .6621 .2703

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre-Kortisol (K3) & Post-Kortisol (K3)

6 -.240 .647

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre-Kortisol (K3) - Post-Kortisol (K3)

7.84733 .95720 .39077 6.84281 8.85185 20.081 5 .000

K4

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre-Kortisol (K4) 21.0030 6 .59647 .24351

Post-Kortisol (K4)

13.742 6 .6314 .2578

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre-Kortisol (K4)& Post-Kortisol (K4)

6 .399 .434

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre-Kortisol (K4) - Post-Kortisol (K4)

7.26067 .67394 .27513 6.55341 7.96792 26.390 5 .000

Page 97: lia puspitasari

80

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Tanaman Pandan wangi yang digunakan

Pemilihan daun pandan wangi

Ekstraksi Penguapan ekstrak dengan rotary evaporator

Page 98: lia puspitasari

81

Kandang hewan uji

Metode tail suspention test Metode Forced Swimming

Test

Pemberian obat dan ekstrak

Page 99: lia puspitasari

82

Keterangan:

a. Anestesi hewan uji dengan ketamine secara intraperitoneal

b. Pengambilan darah hewan uji melalui jantung

c. Pemindahan darah kedalam tabung efendrof

d Darah hewan uji dalam tabung efendrof

e. Mesin sentrifugasi

f. hasil sentrifugasi

a b

c

d e

f

e

Page 100: lia puspitasari

83

Keterangan:

a. Reagen Kit ELISA-cortisol

b. Proses pengerjaan ELISA

c. Proses pembacaan dengan ELISA reader

a b

c