198
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT AVENTIS PHARMA JL. JEND. A. YANI, PULOMAS JAKARTA PERIODE 5 MARET 30 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VERIKA ASTRIANA KARTIKA, S. Farm 1306344362 ANGKATAN LXXVIII PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2014 Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PT AVENTIS PHARMA

JL. JEND. A. YANI, PULOMAS JAKARTA

PERIODE 5 MARET – 30 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

VERIKA ASTRIANA KARTIKA, S. Farm

1306344362

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 2: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PT AVENTIS PHARMA

JL. JEND. A. YANI, PULOMAS JAKARTA

PERIODE 5 MARET – 30 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

VERIKA ASTRIANA KARTIKA, S. Farm

1306344362

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 3: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

iii Universitas Indonesia

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

skripsi yang saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang

berlaku di Universitas Indonesia.

Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme,saya akan bertanggung

jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas

Indonesia kepada saya.

Depok, 3 Juli 2014

Verika Astriana Kartika

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 4: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

iv Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri, dan

semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Verika Astriana Kartika

NPM : 1306344362

Tanda Tangan :

Tanggal : 3 Juli 2014

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 5: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

v Universitas Indonesia

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 6: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

vi Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

anugerah-Nya sehingga saya dapat melaksanakan dan menyelesaikan Praktek

Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT Aventis Pharma periode 5 Maret – 30 April

2014. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

saya sangat sulit untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya hendak

mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan

membimbing, yaitu kepada :

1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt, sebagai Dekan Fakultas Farmasi atas

izin dankesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan

Praktek Kerja Profesi Apoteker.

2. Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt, sebagai Ketua Program Profesi Apoteker

dan dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan

bantuan selama penulis menempuh pendidikan Apoteker di Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia serta kesempatan untuk melakukan Praktek

Kerja Profesi Apoteker.

3. Kurnia Sari Setio Putri M. Farm., Apt. selaku pembimbing yang telah

dengan tulus dan sabar dalam membimbing, memberikan dukungan,

memberikan perhatian, selama PKPA dan selama penulisan laporan

Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.

4. Bapak Rajesh Kamat, sebagai Head of Industrial Affais PT Aventis

Pharma atas izin dan kesempatan yang telah diberikan sehingga

terlaksananya Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma.

5. Ibu Dra. Yeni Suciani, Apt, sebagai Head of Industrial Quality and

Compliance (IQC) atas bimbingan, kesempatan, dan fasilitas yang telah

diberikan untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT

Aventis Pharma.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 7: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

vii Universitas Indonesia

6. Seluruh karyawan di bagian Quality Assurance dan Quality Control (Kak

Resty, Ibu Nurikah, Mba Asih, Mba Dyah, Kak Viden, Mba Wiwin, Mba

Rosi, Pak Makmurani, Kak Dasep, Kak Hafid, Pak Yusuf, Yogi, Mas

Bambang, Kak Syandi, Kak Cory) atas ilmu, arahan, bantuan, kerja sama,

dan bimbingan yang telah diberikan selama pelaksanaan Praktek Kerja

Profesi Apoteker ini.

7. Seluruh staff dan karyawan PT Aventis Pharma Jakarta (IQC, TSD, HSE,

Produksi, Warehouse) yang telah memberikan informasi yang sangat

berguna sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

8. Seluruh staff pengajar dan Tata Usaha Program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi yang telah diberikan selama penulis menjalani pendidikan di

Program Profesi Apoteker.

9. Keluarga penulis dan Steven Sastradi yang selalu memberikan dukungan,

perhatian, doa, kasih sayang yang tak ternilai.

10. Seluruh rekan-rekan Apoteker Universitas Indonesia angkatan LXXVIII

yang saling mendukung dan bekerjasama selama perkuliahan dan

pelaksanaan PKPA.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atassegala

bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsungkepadapenulis

selama Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan laporan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala

kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Tidak ada yang penulis

harapkan selain sebuah keinginan agar laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada

khususnya.

Penulis

2014

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 8: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

viii Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Verika Astriana Kartika

NPM : 1306344362

Program Studi : Apoteker

Fakultas : Farmasi

Jenis Karya : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Free

Right) atas laporan saya yang berjudul:

Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di PT. Aventis Pharma,

Jl. Jend. A. Yani Pulo Mas, Jakarta Periode 5 Maret – 30 April 2014

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih

media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,

dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemiliki Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 3 Juli 2014

Yang menyatakan

(Verika Astriana Kartika)

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 9: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

ix Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Verika Astriana Kartika

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Jl.

Jend. A. Yani, Pulomas JakartaPeriode 5 Maret – 30 April 2014

Hidup layak dan sehat merupakan salah satu hak seluruh warga Negara Indonesia.

Untuk memenuhi kebutuhan sehat tersebut maka diselenggarakan berbagai

macam pelayanan kesehatan dengan cara memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan

masyarakat (Presiden Republik Indonesia, 2009). Semua obat-obatan yang

beredar harus dapat dijamin keamanan, khasiat, kualitas dan harga yang

terjangkau oleh masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan suatu pedoman yang

meliputi seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu sehingga setiap obat yang

dihasilkan selalu memenuhi ketentuan mutu yang telah ditetapkan yaitu Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Salah satu aspek dalam CPOB yaitu

personalia, yang merupakan sumber daya manusia sangat penting dalam

pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan

pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab

untuk menyediakan personil yang terkualifikasi, memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di

industri farmasi. Farmasis sebagai personil yang profesional harus memahami

penerapan CPOB disamping adanya pengetahuan dan keterampilan, baik yang

berhubungan dengan kefarmasian ataupun kepemimpinan. Dilatar belakangi oleh

hal tersebut, maka seorang calon Apoteker harus memahami tanggung jawab

profesinya serta dapat mengimplementasikan secara nyata. Oleh karena itu,

Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia mengadakan

kerjasama dengan PT Aventis Pharma dalam menyelenggarakan Praktek Kerja

Profesi Apoteker (PKPA) agar dapat menjadi sarana pembelajaran di industri

farmasi bagi para calon Apoteker. Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dijalankan

dari periode 5 Maret – 30 April 2014. PT Aventis Pharma Indonesia secara umum

telah menerapkan CPOB dengan baik dan mengacu pada Aventis Global Standard

untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan

Kata Kunci : Apoteker, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), Praktik

Kerja Profesi Apoteker, PT. Aventis Pharma.

Halaman : xiv + 179 halaman (13 tables, 10 appendices)

Daftar pustaka : 55 (2002-2014)

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 10: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

x Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Verika Astriana Kartika

Study Program: Apothecary Profession

Title : Apothecary Profession Internship at PT Aventis Pharma JL. Jend.

A. Yani, Pulomas Jakarta on 5 March - 30 April 2014

Decent and healthy life is one of the rights of all citizens of Indonesia. To meet

the health needs of the wide range of health services organized in a way to

maintain and promote health, prevent and cure diseases, and restore the health of

the community (the President of the Republic of Indonesia, 2009). All the drugs in

circulation should be guaranteed safety, efficacy, quality and affordable price by

the community. Therefore, we need a guideline that covers all aspects of

production and quality control so that each drug produced always complied with

the established quality of Good Manufacturing Practice (GMP). One of the

aspects of the GMP is personnel, which is the human resource is very important in

the formation and implementation of the quality assurance system that is

satisfactory and correct drug manufacturing. Therefore, the pharmaceutical

industry is responsible for providing qualified personnel, has sufficient knowledge

and skills to carry out their duties and responsibilities in the pharmaceutical

industry. Pharmacists as professional personnel must understand the application of

GMP in addition to the knowledge and skills, both associated with the pharmacy

or leadership. Background by this, then a candidate for Pharmacists must

understand the responsibility of the profession as well as to implement in practice.

Therefore, Pharmacist Professional Program, Faculty of Pharmacy, University of

Indonesia entered into a collaboration with PT Aventis Pharma in organizing

Practice Pharmacist in order to be a learning tool in the pharmaceutical industry

for the prospective pharmacist. Pharmacist Professional Practice is run from the

period March 5th to April 30

th 2014 Indonesia PT Aventis Pharma has

implemented GMP generally well and refer to Aventis Global Standard to ensure

the quality of products produced

Key words : Apothecary, Apothecary Profession Internship, Good

Manufacturing Practice (GMP), PT. Aventis Pharma.

Pages : xiv + 179 pages (13 tables, 10 appendices)

Bibliography : 55 (2002-2014)

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 11: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

xi Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. viii

ABSTRAK ........................................................................................................ ix

ABSTRACT ....................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................................. 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3

2.1 Industri Farmasi ..................................................................................... 3

2.1.1 Persyaratan Usaha Industri Farmasi ................................................. 4

2.1.2 Kewajiban Industri Farmasi yang Mendapatkan Izin Usaha

Industri .......................................................................................... 4

2.1.3 Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi ......................................... 5

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ............................................. 5

2.2.1 Manajemen Mutu ........................................................................... 7

2.2.2 Personalia ...................................................................................... 8

2.2.3 Bangunan dan Fasilitas .................................................................. 9

2.2.4 Peralatan ...................................................................................... 10

2.2.5 Sanitasi dan Higiene .................................................................... 11

2.2.6 Produksi ...................................................................................... 12

2.2.7 Pengawasan Mutu ........................................................................ 16

2.2.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit dan Persetujuan

Pemasok ...................................................................................... 16

2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Obat dan Penarikan Kembali

Produk ......................................................................................... 17

2.2.10 Dokumentasi ............................................................................... 17

2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ............................ 18

2.2.12 Kualifikasi dan Validasi .............................................................. 19

BAB 3. TINJAUAN UMUM PT AVENTIS PHARMA ................................. 21 3.1 Sejarah PT Aventis Pharma ................................................................. 21

3.2 Visi dan Misi PT Aventis Pharma ....................................................... 22

3.2.1 Visi PT Aventis Pharma ............................................................... 22

3.2.2 Misi PT Aventis Pharma .............................................................. 22

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 12: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

xii Universitas Indonesia

3.3 Lokasi dan Sarana Produksi ................................................................ 22

3.4 Karyawan Sanofi Group Indonesia ...................................................... 23

3.5 Struktur Sanofi Group Indonesia ......................................................... 24

3.6 Produk PT Aventis Pharma ................................................................. 24

BAB 4. TINJAUAN KHUSUS DIVISI INDUSTRIAL AFFAIRS ................. 27 4.1 Industrial Quality and Compliance Department .................................... 27

4.2 Production Department ....................................................................... 62

4.3 Technical Services Department ........................................................... 71

4.4 Health, Safety, and Environment Department ...................................... 79

4.5 Plant Logistics Department ................................................................. 90

4.6 Procurement Department .................................................................. 103

BAB 5. PEMBAHASAN ............................................................................... 105

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 126

6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 126

6.2 Saran .................................................................................................. 127

DAFTAR ACUAN ........................................................................................ 128

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 13: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi ruangan PT Aventis Pharma ........................................... 131

Tabel 2. Spesifikasi pemeriksaan portable water, purified water dan

purified water MilliQ plus ................................................................. 132

Tabel 3. Jenis – jenis Air Handling Unit ......................................................... 133

Tabel 4. Tingkatan Occupational Exposure Band (OEB) ............................... 134

Tabel 5. Kategori produk PT Aventis Pharma berdasarkan OEB ................... 134

Tabel 6. Parameter baku mutu air kategori D................................................. 135

Tabel 7. Karakteristik yang berlaku untuk identifikasi, pengujian

terhadap impuritas dan prosedur penetapan kadar ............................ 135

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 14: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

xiv Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur organisasi Sanofi Group Indonesia ............................... 136

Lampiran 2. Struktur organisasi Industrial Affairs .......................................... 137

Lampiran 3. Struktur organisasi Departemen Industrial Quality and

Compliance ............................................................................... 138

Lampiran 4. Diagram pengambilan keputusan terhadap hasil di luar

spesifikasi .................................................................................. 139

Lampiran 5. Alur pemeriksaan bahan baku .................................................... 140

Lampiran 6. Persyaratan jumlah bakteri, total koliform, dan koliform tinja

pada masing – masing jenis air .................................................. 141

Lampiran 7. Denah warehouse ....................................................................... 142

Lampiran 8. Perbedaan antara CPOB dengan implementasi di PT Aventis

Pharma ...................................................................................... 143

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 15: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hidup layak dan sehat merupakan salah satu hak seluruh warga Negara

Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan sehat tersebut maka diselenggarakan

berbagai macam pelayanan kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan

dilakukan dengan memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan masyarakat (Presiden

Republik Indonesia, 2009). Penyediaan obat adalah kewajiban Pemerintah,

institusi pelayanan kesehatan baik publik dan swasta.

Semua obat-obatan yang beredar harus dapat dijamin keamanan, khasiat,

kualitas dan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan

suatu pedoman yang meliputi seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu

sehingga setiap obat yang dihasilkan selalu memenuhi ketentuan mutu yang telah

ditetapkan. Pedoman dalam pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia

yang bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya adalah

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). CPOB menyangkut keseluruhan aspek

produksi dan pengendalian mutu. Semua industri farmasi harus menerapkan

CPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat

(BadanPengawas ObatdanMakanan, 2012).

Salah satu aspek dalam CPOB yaitu personalia, yang merupakan sumber

daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian

mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu, industri

farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi,

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk melaksanakan tugas

dan tanggung jawabnya di industri farmasi. Farmasis sebagai personil yang

profesional harus memahami penerapan CPOB disamping adanya pengetahuan

dan keterampilan, baik yang berhubungan dengan kefarmasian ataupun

kepemimpinan.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 16: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

2

Universitas Indonesia

Seorang apoteke rmerupakan kunci dalam penerapan segala aspek yang

tercantum dalam CPOB. Berdasarkan CPOB, seorang Apoteker dibutuhkan dalam

bidang produksi dan penjaminan mutu. Apoteker tidak hanya membutuhkan

pengetahuan teoritis, tetapi juga pengalaman langsung di lapangan. Untuk

mewujudkan hal tersebut dijalin kerjasama dengan industri farmasi untuk

menyelenggarakan praktek kerja apoteker dengan perguruan tinggi dengan

harapan lulusan apoteker memiliki pengalaman dan ketrampilan dasar di bidang

industri farmasi.

Dilatar belakangi oleh hal tersebut, maka seorang calon Apoteker harus

memahami tanggung jawab profesinya serta dapat mengimplementasikan secara

nyata. Pemahaman awal yang didapatkan dari teori sebelumnya dapat diperoleh

melalui sebuah praktek kerja profesi di industri farmasi. Oleh karena itu, Program

Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia mengadakan

kerjasama dengan PT Aventis Pharma dalam menyelenggarakan Praktek Kerja

Profesi Apoteker (PKPA) agar dapat menjadi sarana pembelajaran di industri

farmasi bagi para calon Apoteker. Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dijalankan

dari periode 5 Maret – 30 April 2014.

1.2. Tujuan

Tujuan dilaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT

Aventis Pharma sebagai berikut :

a. Membandingkan penerapan ketentuan CPOB dengan implementasi di

Industri Farmasi, khususnyapada PT Aventis Pharma.

b. Membekali calon apoteker dengan wawasan, pengetahuan dan

keterampilan, serta memahami tugas dan tanggung jawab apoteker di

industri Farmasi mengenai seluruh aspek yang berhubungan dengan

produksi, pemastian mutu dan pengawasan mutu sesuai pedoman CPOB,

sehingga dapat menghasilkan calon-calon apoteker yang siap memasuki

dunia kerja profesinya.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 17: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri farmasi

Berdasarkan Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, yang

tercantum pada peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 tahun 2012, industri farmasi adalah

badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan

kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Obat didefinisikan sebagai bahan atau

paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk memengaruhi atau

menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan

kontrasepsi untuk manusia, sedangkan bahan obat adalah bahan baik yang

berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat

dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi (Badan Pengawas Obat dan

Makanan, 2012).

Industri farmasi yang akan memproduksi obat wajib memiliki izin usaha

dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Izin usaha industri farmasi diberikan

kepada pemohon yang telah siap berproduksi sesuai dengan persyaratan CPOB

(Cara Pembuatan Obat yang Baik). Sebelum mendapatkan izin usaha industri

farmasi, pemohon harus melalui tahap persetujuan prinsipyang diajukan kepada

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan tembusan

kepada Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan dan Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi, jika pemohon izin industri farmasi dengan status Penanaman

Modal Asing (PMA) atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang telah

mendapatkan surat persetujuan penanaman modal dari instansi yang

menyelenggarakan urusan penanaman modal, wajib mengajukan permohonan

persetujuan prinsip sesuai dengan ketentuan. Persetujuan prinsip ini diberikan

paling lama dalam waktu 14 hari kerja setelah permohonan. Persetujuan prinsip

ini diberikan kepada industri farmasi untuk melakukan persiapan-persiapan dan

usaha pembangunan, pengadaan, dan pemasangan instalasi peralatan. Persetujuan

prinsip tersebut berlaku selama jangka waktu 3 tahun dan setiap tahun perusahaan

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 18: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

4

Universitas Indonesia

yang bersangkutan menyampaikan informasi kemajuan pembangunan proyeknya

kepada Kepala Badan pengawas Obat dan Makanan. Bagi industri farmasi yang

melakukan penambahan kapasitas produksi atau penambahan bentuk sediaan tidak

memerlukan izin perluasan (Daris, A., 2012).

Izinusaha industri farmasi yang diberikan dapat berlaku untuk seterusnya

selama perusahaan industri farmasi yang bersangkutan berproduksi dan memenuhi

ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan dalam surat

keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/MENKES/SK/V/1990.

2.1.1 Persyaratan Usaha Industri Farmasi

Usaha industri farmasi wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Berbadan usaha berupa Perseroan Terbatas (PT),

b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat,

c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),

d. Memiliki secara tetap paling sedikit tiga orang apoteker warga negara

Indonesia (WNI) masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian

mutu,produksi, dan pengawasan mutu,

e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun tidak

langsungdalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang

kefarmasian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

2.1.2 Kewajiban Industri Farmasi yang Mendapatkan Izin Usaha Industri

Industri farmasi yang telah mendapat izin usaha industri wajib :

a. Menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan usahanya

yaitu sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi setiap obat

atau bahan obat yang dihasilkan serta sekali dalam satu tahun. Laporan

industri farmasi disampaikan kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI dengan tembusan kepada Kepala

Badan. Laporan dapat dilaporkan secara elektronik.

b. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta

pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup

akibat kegiatan industri farmasi yang dilakukannya.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 19: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

5

Universitas Indonesia

c. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat, bahan

baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk

pengangkutannya dan keselamatan kerja.

d. Melakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang berlaku

bagi jenis-jenis industri yang telah ditetapkan dan kewajiban untuk

melakukannya setelah memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi.

2.1.3 Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi

Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dengan alasan:

a. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri

Farmasimelakukan pemindahtanganan hak milik Izin Usaha Industri Farmasi;

dan atau

b. Perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan

Menteri Kesehatan; dan atau

c. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi

tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturut-turut tigakali

atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar; dan atau

d. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi

melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis terlebih

dahulu dari Menteri Kesehatan; dan atau

e. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi

dengan sengaja memproduksi obat jadi atau bahan baku obat yang tidak

memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku atau obat palsu; dan atau

f. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang

ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan.

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (Badan Pengawas Obat dan

Makanan, 2012)

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah cara pembuatan obat

yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan

persyaratan dan tujuan penggunaan. CPOB dibuat bertujuan untuk menjamin obat

dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 20: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

6

Universitas Indonesia

tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan

pengendalian mutu. CPOB merupakan pedoman yang bertujuan untuk

memastikan agar sifat dan mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan yang

dikehendaki. Bila perlu dapat dilakukan penyesuaian dengan syarat bahwa

standar mutu obat yang telah ditentukan tetap dicapai. Selain itu, CPOB

merupakan bagian dari sistem pemastian mutu yang mengatur dan memastikan

obat diproduksi dan mutunya dikendalikan secara konsisten sehingga produk

yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai tujuan

penggunaan poduk disamping persyaratan lainnya. Industri Farmasi perlu

menerapkan CPOB karena CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang

memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk

mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya dan

dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produksi.

Mutu merupakan hal yang terpenting dalam proses pembuatan obat. Mutu

obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, prosesproduksi, dan

pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai, dan personilyang terlibat

dalam proses pembuatan obat. Pemastian mutu suatu obat tidak hanya

mengandalkan pada pelaksanaan pengujian tertentu saja, tetapi obat dibuat dalam

kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara cermat.

Ruang lingkup CPOB 2012 meliputi :

1. Manajemen mutu

2. Personalia

3. Bangunan dan Fasilitas

4. Peralatan

5. Sanitasi dan Higiene

6. Produksi

7. Pengawasan Mutu

8. Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit dan Persetujuan Pemasok

9. Penanganan Keluhan Terhadap Obat dan Penarikan Kembali Produk

10. Dokumentasi

11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

12. Kualifikasi dan Validasi

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 21: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

7

Universitas Indonesia

2.2.1 Manajemen Mutu

Manajemen mutu (Quality Management) merupakan suatu upaya yang

dilakukan oleh industri farmasi untuk memastikan bahwa seluruh aspek yang

berkenaan dengan produksi obat memenuhi pedoman yang berlaku, yaitu Cara

Pembuatan Obat yang Baik agar produk obat yang dihasilkannya memenuhi

persyaratan keamanan, mutu, dan efikasi secara reprodusibel dan konsisten.

Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dibentuknya “Kebijakan Mutu” (Quality

Policy) yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari seluruh jajaran di semua

departemen dalam perusahaan, pemasok dan distributor. Untuk mencapai tujuan

mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu

yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta

menginkorporasi CPOB termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Resiko

Mutu (MRM).

Unsur dasar manajemen mutu adalah:

a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,

prosedur, proses dan sumber daya; dan

b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan

tingkat kepercayaan yang tinggi sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang

dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.

Pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik

secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat

yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat

dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai

dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu pemastian mutu mencakup CPOB

ditambah dengan faktor lain di luar pedoman ini, seperti desain dan

pengembangan produk. CPOB merupakan bagian dari pemastian mutu yang

memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai

standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam

izin edar dan spesifikasi produk. Sedangkan pengawasan mutu merupakan bagian

dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan

pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 22: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

8

Universitas Indonesia

memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan

bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan, serta produk yang belum

diluluskan tidak dijual atau dipasok, sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan

memenuhi syarat. Selain itu dalam manajemen mutu juga dijelaskan mengenai

manajemen risiko mutu yang merupakan suatu proses sistematis untuk melakukan

penilaian, pengendalian, dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal

ini dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektif (Badan Pengawas

Obat dan Makanan, 2012).

2.2.2 Personalia

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan

sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh

sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang

terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap

personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.

Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan

awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higieneyang berkaitan

dengan pekerjaannya.

Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan

berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah

tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindarkan risiko

terhadap mutu obat.Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas

spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah

dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan

kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang

memadai.Hendaklah aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun

tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas.

Personil kunci dalam industri farmasi terdiri dari kepala bagian

produksi,kepala bagian pengawas mutu, dan kepala bagian pemastian mutu. Posisi

personil kunci dalam industri farmasi dirancang sedemikian rupa sehingga bagian

produksi, bagian pengawasan mutu, maupun bagian pemastian mutu dipimpin

oleh orang yang berlainan dan tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 23: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

9

Universitas Indonesia

lain (independen). Masing-masing personil kunci hendaklah diberi wewenang

penuh dan sarana cukup yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya

secara efektif. Personil kunci tidak boleh mempunyai kepentingan lain di luar

organisasi pabrikyang dapat menghambat atau membatasi tanggung jawabnya

atau yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan pribadi atau finansial.

Kepala bagian produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutu

hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh

pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang

tersebut (produksi / pengawasan mutu / pemastian mutu), dan keterampilan

manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara

profesional.Masing-masing kepala bagian produksi, pengawasan mutu, dan

pemastian mutu memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua

aspek yang berkaitan dengan mutu, yang berdasarkan peraturan Badan POM

mencakup:

a. Otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen.

b. Pemantauan dan pengendalian lingkungan pembuatan obat.

c. Higiene pabrik.

d. Validasi proses.

e. Pelatihan.

f. Persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan.

g. Persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan kontrak.

h. Penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk.

i. Penyimpanan catatan.

j. Pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB.

k. Inspeksi, penyelidikan, dan pengambilan sampeluntukpemantauan faktor

yang mungkin berdampak terhadap mutu produk (Badan Pengawas Obat dan

Makanan, 2012).

2.2.3 Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki

desain,konstruksi, dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan

dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 24: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

10

Universitas Indonesia

letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko

terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan

pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan

pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat

menurunkan mutu obat.

Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan

pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah

dan air, serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan

tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap

pencemaran tersebut.

Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi, dan

dirawat sedemikian rupa agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap

pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah, serta masuk dan bersarang serangga,

burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur

untuk pengendalian binatang pengerat dan hama (pest control).

Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area

penyimpanan, koridor, dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat

dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur

dan diperbaiki bila perlu. Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas

hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu

obat pasokan.

Adapun kegiatan-kegiatan yang hendaknya dilakukan di area yang

ditentukan antara lain penerimaan bahan, karantina barang masuk, penyimpanan

bahan awal dan bahan pengemas, penimbangan dan penyerahan bahan atau

produk, pengolahan, pencucian peralatan, penyimpanan peralatan, penyimpanan

produk ruahan, pengemasan, karantina produk jadi sebelum memperoleh

pelulusan akhir, pengiriman produk, dan laboratorium pengawasan mutu (Badan

Pengawas Obat dan Makanan 2012).

2.2.4 Peralatan

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi

yang tepat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 25: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

11

Universitas Indonesia

tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari betskebets, dan

untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah

kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran, dan hal-hal yang umumnya

berdampak buruk pada mutu produk.

Pada prinsipnya pengadaan peralatan harus mempertimbangkan apakah

sesuai dengan penggunaan di produksi atau pengujian obat dan apakah terbuat

dari material yang memenuhi syarat dan aman dalam penggunaannya.

Permukaanperalatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara, atau

produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi, atau absorbsi yang dapat

mempengaruhi identitas, mutu, atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.

Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.

Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta

disimpan dalam keadaan bersih dan kering. Peralatan pencucian dan pembersihan

hendaklah dipilih dan digunakan agar tidak menjadi sumber pencemaran.

Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat, dan mengendalikan

hendaklah dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode

yang ditetapkan. Catatan yang memadai dari pengujian tersebut hendaklah

disimpan.

Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak

melepaskan serat ke dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh

digunakan walaupun sesudahnya disaring kembali menggunakan filter khusus

yang tidak melepaskan serat.

Pipa air suling, air deionisasi, dan bila perlu pipa air lain untuk produksi

hendaklah disanitasi sesuai prosedur tertulis. Prosedur tersebut hendaklah berisi

rincian batas cemaran mikroba dan tindakan yang harus dilakukan (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.2.5 Sanitasi dan higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap

aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,

bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan

pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 26: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

12

Universitas Indonesia

pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui

suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.

Program higiene yang rinci hendaklah dibuat dan diadaptasikan terhadap

berbagai kebutuhan di dalam area pembuatan. Program tersebut hendaklah

mencakup prosedur yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene, dan

pakaian pelindung personil. Prosedur hendaklah dipahami dan dipatuhi secara

ketat oleh setiap personil yang bertugas di area produksi dan pengawasan.

Program higiene hendaklah dipromosikan oleh manajemen dan dibahas secara

luas selama sesi pelatihan.

Semua personil hendaklah menerapkan higiene perorangan yang baik.

Hendaklah mereka dilatih mengenai penerapan higiene perorangan. Semua

personil yang berhubungan dengan proses pembuatan hendaklah memerhatikan

tingkat higiene perorangan yang tinggi.

Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan

dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik.Hendaklah ada

prosedur tertulis yang menunjukkan penanggung jawab untuk sanitasi serta

menguraikan dengan cukup rinci mengenai jadwal, metode, peralatan dan bahan

pembersih yang harus digunakan untuk pembersihan sarana dan bangunan.

Prosedur tertulis terkait hendaklah dipatuhi. Segala praktek tidak higienis di area

pembuatan atau area lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu

produk, hendaklah dilarang.Prosedur sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi

dan dievaluasi secara berkalaagar cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan

(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.2.6 Produksi

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah

ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yangsenantiasa menjamin produk

yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan

izin edar. Adapun aspek produksi yang diatur pada CPOB meliputi:

a. Bahan awal

Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui

dan memenuhi spesifikasi yang relevan dan bila memungkinkan, langsung dari

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 27: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

13

Universitas Indonesia

produsen. Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang

kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran, dan kemungkinan adanya

kerusakan bahan dan tentang kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari

pemasok. Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan

diluluskan untuk pemakaian oleh kepala bagian pengawasan mutu.Label yang

menunjukkan status bahan awal hendaklah ditempelkan hanya oleh personil yang

ditunjuk oleh kepala bagian pengawasan mutu.

b. Validasi proses

Perubahan signifikan terhadap proses pembuatan termasuk perubahan

peralatan atau bahan yang dapat memengaruhi mutu produk dan atau

reprodusibilitas proses hendaklah divalidasi.

c. Pencegahan pencemaran silang

Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu,

gas, uap, percikan, atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses,

dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Tingkat risiko

pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar dan produk yang tercemar. Di

antara pencemar yang paling berbahaya adalah bahan yang dapat menimbulkan

sensitisasi kuat, preparat biologis yang mengandung mikroba hidup, hormon

tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain berpotensi tinggi. Produk yang paling

terpengaruh oleh pencemaran adalah sediaan parenteral, sediaan yangdiberikan

dalam dosis besar dan/atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang

panjang.

d. Sistem penomoran bets/lot

Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran

bets/lot dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara,

produk ruahan, atau produk jadi dapat diidentifikasi.

e. Penimbangan dan penyerahan

Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan

pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus

produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 28: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

14

Universitas Indonesia

f. Pengembalian

Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara, dan produk ruahan

yang dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan

benar dan direkonsiliasi.

g. Operasi pengolahanproduk antara dan produk ruahan

Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur

tertulis. Tiap penyimpangan hendaklah dipertanggungjawabkan dan dilaporkan.

h. Bahan dan produk kering

Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang

terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus

hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan, serta penggunaan sarana dan

peralatan. Apabila layak, hendaklah dipakai sistem pembuatan tertutup atau

metode lain yang sesuai.

i. Produk cair, krim, dan salep (nonsteril)

Produk cair, krim, dan salep mudah terkena kontaminasi terutama terhadap

mikroba atau cemaran lain selama proses pembuatan. Oleh karena itu, tindakan

khusus harus diambil untuk mencegah kontaminasi. Untuk melindungi produk

terhadap kontaminasi disarankan memakai sistem tertutup untuk pengolahan dan

transfer.

j. Bahan pengemas

Pengadaan, penanganan, dan pengawasan bahan pengemas primer dan

bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yangsama

seperti terhadap bahan awal. Tiap penerimaan atau tiap bets bahan pengemas

primer hendaklah diberi nomor yang spesifik atau penandaan yang menunjukkan

identitasnya.

k. Kegiatan pengemasan

Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan

menjadi produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian

yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan, dan mutu produk akhir yang

dikemas.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 29: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

15

Universitas Indonesia

l. Pengawasan selama proses

Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis

yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian, atau pemeriksaan yang harus

dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai

dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian pemastian mutu

(manajemen mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk

memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin

menjadi penyebab variasi karakteristik produk dalamproses.

m. Bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan, dan dikembalikan

Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan

disimpan terpisah di “area terlarang” (restricted area). Bahan atau produk tersebut

hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau bila dianggap perlu, diolah

ulang atau dimusnahkan. Langkah apa pun yang diambil hendaklah lebih dulu

disetujui oleh kepala bagian pemastian mutu dan dicatat.

n. Karantina dan penyerahan produk jadi

Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum

penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan untuk

diserahkan ke gudang, pengawasan yang ketat hendaklah dilaksanakan untuk

memastikan produk dan catatan pengemasan bets memenuhi semua spesifikasi

yang ditentukan.

o. Catatan pengendalian pengiriman obat

Sistem distribusi hendaklah didesain sedemikian rupa untuk memastikan

produk yang pertama masuk didistribusikan lebih dahulu.Penyimpangan terhadap

konsep first-in first-out (FIFO) atau first-expire first-out (FEFO) hendaklah hanya

diperbolehkan untuk jangka waktu yang pendek dan hanya atas persetujuan

manajemen yang bertanggung jawab.

p. Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan,

dan produk jadi

Semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk

mencegah risiko kecampurbauran atau pencemaran serta memudahkan

pemeriksaan dan pemeliharaan. Bahan dan produk hendaklah disimpan dengan

kondisi lingkungan yang sesuai. Penyimpanan yang memerlukan kondisi khusus

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 30: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

16

Universitas Indonesia

hendaklah disediakan.Kondisi penyimpanan obat dan bahan hendaklah sesuai

dengan yang tertera pada penandaan berdasarkan hasil uji stabilitas (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.2.7 Pengawasan mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk

memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang

sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan mutu tidak terbatas pada

kegiatan laboratorium, tetapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang

terkait dengan mutu produk. Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua

kegiatan analisis yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel,

pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk

jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji stabilitas, program pemantauan lingkungan,

pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi, menyusun dan

memperbaharuispesifikasi bahan dan produk, serta metode pengujiannya (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.2.8 Inspeksi diri, audit mutu dan audit & persetujuan pemasok

Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek

produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.

Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam

pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.

Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas

yangkompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara

objektif.

Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin. Di samping itu, pada situasi

khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi

penolakan yang berulang, semua saran untuk tindakan perbaikan supaya

dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan

dibuat program tindak lanjut yang efektif.

Audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi

pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 31: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

17

Universitas Indonesia

dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya

dilaksanakan oleh spesialis dari luar, independen, atau suatu tim yang dibentuk

khusus, untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.

Kepala bagian pemastian mutu (manajemen mutu) hendaklah bertanggung

jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang

dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi

spesifikasi yang telah ditentukan. Jika audit diperlukan, audit tersebut hendaklah

menetapkan kemampuan pemasok dalam pemenuhan standar CPOB (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.2.9 Penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk

Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan

terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti, sesuai dengan prosedur tertulis.

Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,

bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat

dari peredaran secara cepat dan efektif.

Semua keluhan dan laporan keluhan hendaklah diteliti dan

dievaluasidengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan

dibuatkan laporan. Tindakan penarikan kembali dilakukan segera setelah

diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang

merugikan.Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian

dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, daluwarsa, masalah

keabsahan, atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah, atau kemasan

sehinggamenimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu, dan jumlah obat

yang bersangkutan. Pabrik hendaklah membuat prosedur untuk menahan,

menyelidiki, dan menganalisis obat yang dikembalikan serta menetapkan apakah

obat tersebut dapat diproses kembali atau harus dimusnahkan (Badan Pengawas

Obat dan Makanan, 2012).

2.2.10 Dokumentasi

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan

dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 32: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

18

Universitas Indonesia

Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap

personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga

memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena

hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi

Induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, serta laporan dan

catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan

dokumen adalah sangat penting. Dokumen hendaklah didesain, disiapkan, dikaji,

dan didistribusikan dengan cermat. Dokumen hendaklah disetujui, ditandatangani,

dan diberi tanggal oleh personil yang sesuai dan diberi wewenang. Dokumen

hendaklah dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu mutakhir. Bila suatu

dokumen direvisi, hendaklah dijalankansuatu sistem untuk menghindarkan

penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku secara tidak sengaja (Badan

Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

2.2.11 Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,

disetujui, dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat

menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.

Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara

jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak.

Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk

diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian pemastian mutu

(manajemen mutu).

Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak

termasuk usul perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah

sesuai dengan izin edar untuk produk bersangkutan. Kontrak yang dibuat

hendaknya mengizinkan pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari

penerimakontrak. Dalam hal analisis berdasarkan kontrak, pelulusan akhir harus

diberikanoleh kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) pemberi kontrak

(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012).

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 33: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

19

Universitas Indonesia

2.2.12 Kualifikasi dan validasi

CPOB menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan

di industri farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi

validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis

dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan

dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk divalidasi. Pendekatan dengan

kajian risiko digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.

Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program

validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana

Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV hendaklah merupakan dokumen

yang singkat, tepat dan jelas. RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data

sebagai berikut: kebijakan validasi; struktur organisasi kegiatan validasi;

ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format

dokumen; format protokol dan laporan validasi; perencanaan dan jadwal

pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan.

Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan.

Laporan harus dibuat mengacu pada protokol kualifikasi dan/atau protokol

validasi dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap

penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Tiap

perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protokol hendaklah

didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai.Kualifikasi terdiri dari

kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi

kinerja. Sedangkan validasi terdiri dari validasi proses, validasi pembersihan,

validasi metode analisis, dan validasi ulang (Badan Pengawas Obat dan Makanan,

2012).

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 34: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

21 Universitas Indonesia

BAB III

TINJAUAN UMUM PT AVENTIS PHARMA

3.1 Sejarah PT Aventis Pharma

Sebagai suatu perusahaan farmasi bertaraf global, PT Aventis Pharma

terbentuk karena hasil penggabungan/merger antara dua perusahaan besar kimia-

farmasi yaitu PT Rhone Poulenc dengan PT Hoechst Marion Roussel Indonesia.

PT Hoechst Marion Roussel Indonesia berasal dari Hoechst Indonesia yang

berdiri pada tahun 1956 dan merupakan pendahulu dari PT Aventis Pharma.

Kemudian, PT Hoechst Indonesia melakukan pengembangan menjadi PT

Hoechst Pharmaceutical Indonesia pada tahun 1969. Kemudian tahun 1972,

dilakukan produksi tablet Novalgin untuk pertama kalinya.

Pada tahun 1996 Hoechst Pharmaceutical Indonesia mengakuisisi Marion

Merrel Dow, yaitu suatu perusahaan farmasi Amerika Serikat dan bersamaan

dengan itu Hoechst AG mendirikan perusahaan divisi farmasinya, yaitu Hoechst

Marion Roussel Indonesia. Oleh karena perubahan tersebut, setahun kemudian

PT HPI melakukan perubahan nama menjadi PT Hoechst Marion Roussel

Indonesia. Akhir tahun1999, PT Hoechst Marion Roussel Indonesia bergabung

dengan PT Rhone-Poulenc Rorer, suatu perusahaan kimia-farmasi asal Perancis,

membentuk Aventis SA (Holdingcompany) yang berkedudukan di Strassbourg,

Perancis. Aventis SA mempunyai anak-anak perusahaan baru, antara lain Aventis

Pharma AG yang berkedudukan di Frankfrut, Jerman. Di Indonesia,

penggabungan antara PT Hoechst Marion Roussel Indonesia dengan PT Rhone-

Poulenc Rorer diresmikan pada tahun 2001dengan nama PT Aventis Pharma.

Pada bulan Mei tahun 2007, PT Aventis Pharma mendapatkan sertifikat ISO

14000 dan OHSAS 18001. Pada tahun 2007 dari bulan Januari sampai Maret

2010, PT Aventis Pharma mendapatkan sertifikasi TGA. Setelah bergabung

dengan Sanofi Synthelabo di tahun 2004, nama perusahaan berubah menjadi

Sanofi-Aventis, untuk kemudian berubah lagi menjadi Sanofi di tahun 2011.

Sanofi Group Indonesia terdiri atas 2 (dua) badan hukum yaitu : PT Aventis

Pharma dan PT Sanofi Indonesia.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 35: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

22

Universitas Indonesia

3.2 Visi danMisiPT Aventis Pharma (Sanofi Aventis, 2012)

3.2.1 Visi PT Aventis Pharma

Visi PT Aventis Pharma adalah menjadi perusahaan terkemuka yang

didorong oleh inovasi, mampun memanfaatkan kesempatan-kesempatan dalam

bidang ilmu kehidupan (LifeSciences) yang tengah berkembang pesat saat ini,

bertekad untuk berperan utama dalam peningkatan kualitas kehidupan manusia

dan turut bersumbangsih kepada pembangunan dunia, khususnya dengan

mengatasi dan menangani berbagai penyakit melalui teknik diagnosa, terapi

vaksin, dan cara pengobatan yang inovatif.

3.2.2 Misi PT Aventis Pharma

Misi PT Aventis Pharma yaitu menjadi perusahaan farmasi global yang

memiliki tekad untuk memberi arti bagi para pasien, pemilik saham, karyawan,

dan masyarakat luas dengan menemukan, mengembangkan, dan memasarkan

produk-produk farmasi inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan medis yang

belum teratasi serta menuju pelayanan kesehatan dengan biaya lebih rendah.

Perusahaan juga mempunyai tekad untuk menjadi pemimpin dalam era ketika

perubahan-perubahan terjadi dengan cepat diindustri ini.

3.3 Lokasi dan Sarana Produksi (Sanofi Aventis, 2012)

PT Aventis Pharma Site berlokasi di Jalan Jendral Ahmad Yani, Pulo Mas

Jakarta, berdiri di atas tanah seluas 37.500 m2 atau 150 x 250 m, dan berupa

lapangan rumput seluas 24.000 m2. Di kawasan ini terdapat beberapa gedung

utama:

1. Factory buildingyang terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian produksi

(processing dan packaging) dan warehouse, seluas 3160 m2. Perluasan

warehouse dibangun dan diperbaiki mengukuti synergi project factory

upgrade (SPFU). Factory building terdiri dari dua lantai, yaitu:

a. Ground flooryang digunakan untuk warehouse, solid processing, cream

and ointment processing, primary and secondary packaging, dan aktivitas

penunjang lainnya. Warehouse memiliki satu incoming airlock dan satu

outgoing airlock. Antara warehouse dan area processing terdapat dua

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 36: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

23

Universitas Indonesia

airlock untuk transfer material. Di antara warehouse dan secondary

packaging terdapat dua airlock, yaitu airlock untuk mentransfer

secondarypackaging material dari warehouse ke secondary packaging

area dan untuk mentransfer finished goods dari secondary packaging area

ke warehouse. Layout dan design di ground floor diatur sedemikian rupa

untuk myediakan alur kerja dan urutan lalu lintas bahan satu arah untuk

menghindari resiko mixed up.

b. First floor terutama digunakan untuk fasilitas-fasilitas seprti loker, ruang

ganti pakaian, dan technical area.

2. Office building 1, seluas 540 m2

3. Office building 2, seluas 540 m2

4. Multi purpose building, digunakan untuk office, bagian quality operation

seluas 450 m2

5. Energy building and workshop, seluas 485 m2

3.4 KaryawanSanofi Group Indonesia

PT Aventis Pharma mempekerjakan lebih dari 110.000 pegawai karyawan

di 100 negara, serta lebih dari 700 orang karyawannya bekerja di PT Aventis

Pharma Indonesia. Seluruh karyawan saling berprestasi, bersama mendukung dan

membentuk PT Aventis Pharma menjadi salah satu perusahaan farmasi terkemuka

di dunia. PT Aventis Pharma mengangkat calon-calon karyawan dari lulusan-

lulusan terbaik dan berbakat dari berbagai universitas terkemuka dan institusi

pendidikan lain di Indonesia. Para pegawai kemudian mendapat kesempatan untuk

memperoleh pelatihan mengenai berbagai disiplin industri, seperti teknik,

kesehatan, keuangan, pemasaran, dan teknologi informasi. Perusahaan juga

mendorong budaya kewirausahawan yang berorientasi pada pasar serta terinspirasi

oleh fleksibilitas, kerjasama, dan pembuatan keputusan berdasarkan data, bukan

tradisi.

Kelangsungan kegiatan operasi merupakan hal utama di PT Aventis

Pharma. Demikian juga dengan pengakuan terhadap kepentingan yang sejajar

antara pelanggan dan kesejahteraan karyawan. Disamping mempertahankan

hubungan yang baik dengan serikat pekerja, kesejahteraan karyawan juga dijamin

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 37: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

24

Universitas Indonesia

dengan berbagai program menarik, seperti penggantian biaya kesehatan karyawan,

kompensasi yang kompetitif, bonus, serta paket tunjangan hari tua. Penghargaan

diberikan berdasarkan keberhasilan individu dan tim. Semua ini menciptakan

lingkungan kerja yang menyajikan tantangan sekaligus produktif dan

membanggakan.

3.5 Struktur Organisasi Sanofi Group Indonesia (Sanofi Aventis, 2013)

PT Aventis Pharma dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang

membawahi 13 Divisi,yaitu:

a. National Sales

b. Marketing

c. Strategy Development and Diabetes

d. Oncology Unit

e. Communication and Public Affairs

f. Finance and Accounting

g. Business Development

h. Human Resources

i. Medical and Regulatory

j. Senior Legal

k. Industrial Affairs

l. Vaccine

m. Country Compliance

Bagan struktur organisasi Sanofi Group Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.6 Produk PT Aventis Pharma

PT Aventis Pharma dikenal sebagai perusahaan farmasi yang

menghasilkan obat-obat sesuai dengan kebutuhan bidang kesehatan di Indonesia.

Aventis Pharma Global akan mendukung dan mempertahankan predikat tersebut

melalui penerapan teknologi tinggi dalam pengembangan solusi untuk

menghadapi berbagai penyakit yang diderita oleh masyarakat Indonesia. Melalui

penelitian di bidang kardiovaskuler, penyakit infeksi, asma, alergi, diabetes,

radang sendi, kanker, serta dibidang vaksin dan protein terapetik (therapeutic

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 38: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

25

Universitas Indonesia

proteins), Aventis Pharma yakin bahwa produk-produk yang dihasilkan akan

memainkan peranan penting dalam membantu masyarakat Indonesia mengatasi

masalah kesehatan diIndonesia.

Produk PT Aventis Pharma diperoleh dengan berbagai cara, antara lain

dengan memproduksi obat tersebut menggunakan fasilitas produksi yang tersedia,

kontrak dengan perusahaan farmasi lain (toll manufacturing), dan mengimpor

baik produk ruahan untuk dikemas akhir (repack) maupun produk jadi yang telah

dikemas tetapi masih memerlukan pelabelan (penempelan stiker). Produk PT

Aventis Pharma secara garis besar dapat dibagi menjadi enam,yaitu:

1. Produk yang diproduksi sendiri di pabrik (Jakarta site) untuk keperluan

lokal (dalam negeri) dan ekspor (luar negeri).

2. Produk impor dari Aventis Global yang dikemas ulang (repackaging) di

pabrik (Jakarta site)

3. Produk impor yang berupa finished goods.

4. Produk yang bulk-nya diimpor dan dikemas dipabrik (Jakarta site) untuk

keperluan lokal dan ekspor.

5. Produk toll manufacturing yang dibuat oleh PT Boehringer-Ingelheim

Indonesia untuk PT Aventis Pharma.

PT Aventis Pharma telah menghasilkan serangkaian obat-obat inovatif

untuk pengobatan pasien yang menderita beranekaragam penyakit serius. Hal ini

terlaksana berkat dukungan dari sumber daya yang profesional, manajemen dan

pimpinan perusahaan yang penuh komitmen, serta dengan research and

development dimana merupakan anggaran terbesar di industri farmasi. Upaya

riset Aventis Pharma difokuskan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan medis

yang belum teratasi dan diarahkan pada7 bidang utama,yaitu:

1. Antiinfeksi, dengan pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan

jamur.

2. Radang sendi/tulang, dengan pengobatan untuk radang sendi,dan

osteoporosis.

3. Kardiologi/trombosis, untuk pengobatan infark jantung, penyakit jantung

koroner, dan kelainan jantung lainnya.

4. Sistem saraf pusat, untuk pengobatan berbagai penyakit degeneratif otak dan

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 39: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

26

Universitas Indonesia

tulang belakang .

5. Metabolisme, untuk pengobatan diabetes dan penyakit metabolisme lainnya.

6. Onkologi, untuk pengobatan tumor ganas.

7. Respiratori, untuk pengobatan asma dan alergi.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 40: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

27 Universitas Indonesia

BAB 4

TINJAUAN KHUSUSDIVISI INDUSTRIAL AFFAIRS

Berdasarkan struktur organisasi, Divisi Industrial Affairs (Industrial

Affairs/IA Division) berada langsung dibawah Presiden Direktur PT Aventis

Pharma, yang dikepalai oleh Head of Industrial Affairs Division. Berikut adalah

departemen yang dibawahi oleh IA Division :

a. Industrial Quality and Compliance Department

b. Production Department

c. Technical Services Department (TSD)

d. Health, Safety, and Environment Department (HSE Dept.)

e. Plant Logistic Department

f. Procurement Department

Struktur organisasi Industrial Affairs Division dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.1 Industrial Quality and Compliance Department (Aventis Pharma, 2013)

Industrial Quality and Compliance (IQC) Department adalah salah satu

bagian dari IA Division yang bertanggungjawab dalam mengatur dan

mengkoordinasikan pengembangan, penerbitan dan pemeliharaan panduan mutu.

Memberikan dukungan yang sesuai kepada seluruh departemen yang terkait

dengan panduan mutu atas interpretasi, implementasi dan pemenuhan panduan

mutu. Pengendalian mutu menyeluruh dalam arti pengendalian mutu terhadap

produk yang dihasilkan sejak bahan awal, produk setengah jadi (termasuk In

Process Control/IPC), sampai dengan produk jadi yang siap digunakan, termasuk

didalamnya penilaian terhadap pemasok dan distributor menjadi tanggung jawab

IQC Department untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan serta menjamin

ketelitian pemeriksaan perlu dilakukan pengecekan, validasi, dan kalibrasi dari

alat dan ruangan yang digunakan untuk memeriksa produk. IQC Department juga

perlu melakukan pemeriksaan stabilitas untuk memonitor secara tidak langsung

mutu obat yang telah beredar.

Departemen ini dipimpin oleh seorang Head of IQC yang membawahi dua

unit kerja, yaitu Quality Assurance Unit (QA Unit) dan Quality Control Unit (QC

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 41: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

28

Universitas Indonesia

Unit). Struktur organisasi dari IQC Department dapat dilihat pada Lampiran 3.

Berikut ini penjelasan mengenai QA Unit dan QC Unit.

4.1.1. Quality AssuranceUnit (Unit Pemastian Mutu)

Unit ini bertanggungjawab dalam menjamin mutu suatu produk mulai dari

pemesanan bahan baku dan kemasan obat sampai obat siap dikonsumsi konsumen,

termasuk didalamnya pemilihan pemasok dan distributor. Sistem mutu di PT

Aventis Pharma ditetapkan berdasarkan CPOB, Aventis Global Quality Standard,

dan Global IQC Directive. Pengendalian mutu dilakukan terhadap semua faktor

yang dapat mempengaruhi mutu obat yaitu mulai dari bahan awal, bahan

pengemas, proses pembuatan, bangunan, peralatan, dan personalia. Unit ini

dipimpin oleh seorang QA Manager yang bertanggung jawab kepada Head of

IQC. Aspek-aspek yang ditangani oleh unit ini adalah:

4.1.1.1 Penanganan personel

Unit Pemastian Mutu bertanggungjawab terhadap koordinasi perencanaan

dan penyelenggaraan pelatihan karyawan bidang operasional. Menurut CPOB,

seluruh karyawan yang langsung ikut serta dalam kegiatan obat dan yang karena

tugasnya mengharuskan mereka masuk ke daerah pembuatan obat hendaklah

dilatih mengenai kegiatan tertentu yang sesuai dengan tugasnya maupun mengenai

prinsip CPOB. Sejalan dengan hal itu, standar Health, Safety, and Environment

juga mensyaratkan pelatihan yang memadai bagi seluruh karyawan di bidang HSE

(HSE Department). Secara garis besar pelatihan dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Pelatihan dasar, meliputi teori dan praktek CPOB, pengenalan

mikroorganisme, keselamatan kerja, dan lain-lain.

b. Pelatihan tambahan, misalnya keluar masuk di cold storage room yang ada di

warehouse, pelatihan khusus tentang pengoperasian suatu alat/mesin.

Tanggung jawab lain QA adalah memastikan bahwa program pelatihan

yang disiapkan sesuai dengan aturan-aturan pemerintah maupun Global HSE

Standard serta memonitor pelaksanaannya. Pelatihan dilakukan secara kontinu

untuk menjamin personel terbiasa dengan persyaratan CPOB yang berkaitan

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 42: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

29

Universitas Indonesia

dengan tugasnya dan untuk menjaga agar sistem yang telah ditetapkan berjalan

sesuai dengan yang diharapkan.

Setiap awal tahun masing-masing departemen harus merencanakan

program pelatihan untuk satu tahun mendatang untuk departemennya yang

mencakup topik pelatihan, waktu pelaksanaan, peserta, serta instrukturnya.

Pelatihan yang dilakukan diutamakan untuk prosedur tetap (protap) baru atau

protap yang diubah atau direvisi karena suatu temuan pada saat inspeksi diri atau

temuan pada suatu failure investigation (penyelidikan terhadap kegagalan),

kecelakaan kerja, dan sebagainya. Khusus untuk karyawan baru selain mengikuti

pelatihan dasar mengenai teori dan praktek dari CPOB atau HSE, mereka juga

harus menerima pelatihan yang sesuai atau berkaitan dengan tugasnya baik umum

maupun khusus. Untuk mengevaluasi efektifitas dari pelatihan, dilakukan dengan

pelatihan pemahaman karyawan terhadap materi pelatihan dengan menggunakan

metode scoring (berdasarkan hasil tertulis) maupun dengan pengamatan langsung

terhadap karyawan dalam melaksanakan prosedur tetap tersebut. Contohnya: pada

saat pelatihan pengunaan alat tertentu, karyawan langsung diminta untuk

mendemonstrasikan cara menggunakan alat. Hal ini kemudian dinilai oleh pelatih.

4.1.1.2 Penanganan dan pengaturan sistem dokumentasi

Sistem dokumentasi merupakan bagian dari aspek CPOB yang sangat

penting dalam sistem penjaminan mutu. Dokumentasi dirancang dan digunakan

untuk menentukan, memantau dan mencatat mutu dari seluruh aspek produksi dan

pengendalian mutu. Setiap proses produksi dilakukan terhadap bahan awal sampai

diperoleh obat jadi, termasuk proses pengolahan, pengemasan dan pemeriksaan

harus didokumentasikan dengan baik. Setiap dokumen yang ada harus disimpan

sesuai dengan persyaratan CPOB serta peraturan di Sanofi Aventis Directives.

Tugas QA Unit adalah menangani dokumen yang berlaku, baik dalam hal

penyimpanannya, fotokopi dokumen induk, serta penanganan dokumen yang

sudah tidak berlaku. Dokumen adalah segala sesuatu berupa catatan tertulis atau

tercetak, seperti instruksi, raw data, formulir, panduan dan kebijakan yang

berhubungan dengan proses pengembangan, pembuatan, pemeriksaan, distribusi

obat, yang diperlukan untuk pemenuhan persyaratan CPOB, Sanofi Aventis

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 43: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

30

Universitas Indonesia

directives, dan peraturan pemerintah yang berhubungan yang digunakan di PT

Aventis Pharma. Dokumennya antara lain adalah General Manufacturing

Instruction, Test method (produk, bahan baku dan bahan pengemas), Test Method

Validation, Stability Study, Global IQC Directive, Global HSE, Drug Surveillance

Action Plan (DSAP), dan dokumen registrasi. Termasuk di dalamnya pula adalah

dokumen pembuatan obat yang merupakan bagian manajemen sistem informasi

yang meliputi spesifikasi, prosedur pembuatan, metode pemeriksaan, serta laporan

lain yang diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi

seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat atau seluruh dokumen yang

dipersyaratkan dalam CPOB. Dokumen yang termasuk mencakup dokumen dalam

bentuk hard copy dan dokumen elektronik, daftar, sistem database, email,

mikrofilm, microfiche dan termasuk rekaman audio dan atau visual dan segala

informasi yang dibuat, diterima dan digunakan dalam kegiatan Sanofi Aventis.

Jenis dokumen ada 2 macam, yaitu:

a. Batch related document

Contohnya: PPI (Prosedur pengolahan atau pengemasan induk); catatan

pengolahan/pengemasan bets; Spesifikasi dan catatan hasil pemeriksaan bahan

baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, obat jadi (termasuk

kromatogramnya); raw data; test method, protap, catatan distribusi obat.

b. Non batch related document

Contohnya: kualifikasi dan validasi, penelitian terhadap kegagalan (Failure

Investigation Report/ FIR), catatan pembersihan dan sanitasi, program

stabilitas, pengendalian hama, audit, registrasi, change control, gambar

tekhnik, pemeriksaan dan kalibrasi alat, penanganan keluhan dan obat

kembalian, pemantauan lingkungan, log book, pelatihan pegawai, technical

agreement, dan dokumen lainnya.

4.1.1.3 Menyusun dan mengendalikan prosedur tetap (protap)

Menurut CPOB dan ketentuan dari Global IQCDirectives maupun Global

Health Safety and Environment (HSE) untuk setiap kegiatan yang dilakukan

hendaklah disiapkan suatu prosedur tertulis berupa Protap. Prosedur Tetap

(Protap), atau yang juga dikenal sebagai Standard Operating Procedure (SOP),

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 44: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

31

Universitas Indonesia

adalah prosedur tertulis yang telah disahkan oleh pejabat berwenang dan berisi

instruksi untuk pelaksanaan tugas yang tidak khusus berkaitan dengan suatu

produk atau bahan tertentu, tetapi lebih bersifat umum, misalnya pengoperasian,

pemeliharaan dan pembersihan mesin, kalibrasi, validasi, pembersihan gudang

dan pengendalian kondisi lingkungan, pengambilan contoh (sampling), dan

inspeksi diri. Protap dimaksudkan untuk:

a. Memastikan bahwa semua proses setiap kali dilakukan dengan cara yang sama

oleh petugas

b. Memastikan bahwa proses dilakukan sesuai dengan ketentuan CPOB dan HSE

c. Memudahkan pengendalian proses baru atau perubahan dari proses yang telah

berlaku

d. Membantu melatih karyawan baru

Pada dasarnya tiap protap dibuat oleh departemen atau unit yang

bersangkutan dengan bekerjasama dan berkonsultasi dengan IQC Department atau

QA Unit dan departemen lain yang berhubungan. Personel yang membuat dan

mengkaji protap haruslah menguasai bidang / kegiatan yang dijelaskan dalam

protap tersebut dan dapat melatihkan pelaksanaannya dalam rangka memenuhi

standar CPOB.

IQC Department bertanggung jawab mengkoordinir penyiapan,

penerbitan, dan implementasi semua protap yang ada. Protap dikaji ulang minimal

setiap tiga tahun sekali atau bila ada perubahan. Secara umum protap harus

diperiksa dan ditandatangani oleh Department Head pemilik protap dan atau

departeman terkait oleh QA Supervisor serta disetujui oleh IQC Manager.

Protap diperiksa oleh QA Manager, Department Manager yang

bersangkutan, dan Department Manager yang berkaitan, serta disetujui oleh Head

of IQC. Bila penerbitan protap dimaksudkan untuk mengganti protap yang telah

ada, maka Department yang bersangkutan yang dapat menggantikan sedangkan

penarikan dokumen lama dan salinannya dengan Formulir Penarikan Salinan

Protap harus dilakukan dan disimpan oleh Quality Assurance Unit. Salinan protap

kemudian dimusnahkan seluruhnya dengan membuat Berita Acara Pemusnahan

Protap, sedangkan protap asli disimpan dalam dokumen khusus. Protap yang

berhubungan dengan produk disimpan selama sepuluh tahun dan protap yang

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 45: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

32

Universitas Indonesia

tidak berhubungan dengan produk selama enam tahun atau dua edisi sebelumnya

dan dimusnahkan setelah habis masa simpannya oleh QA Unit. Formulir

Penarikan Salinan Protap dan Berita Acara Pemusnahan Protap dilampirkan pada

protap asli yang berlaku.

4.1.1.4 Validasi

CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang

perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan

yang dilakukan. Menurut CPOB, validasi berarti suatu tindakan pembuktian

dengan cara yang sesuai bahwa setiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem,

perlengkapan, atau mekanisme yang digunakan dalam produksi, dan pengawasan

akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Perubahan signifikan terhadap

fasilitas, peralatan, dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah

divalidasi.

a. Validasi proses

Menurut Aventis Pharma, validasi proses adalah cara pemastian dan

memberi pembuktian terdokumentasi bahwa proses berlangsung dalam parameter

desain yang telah ditentukan mampu dan dapat dipercaya menghasilkan produk

sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki tingkat keterulangan yang

tinggi. Setiap proses pembuatan dan pengemasan selalu melibatkan rangkaian

faktor yang dapat mempengaruhi kualitas suatu produk. Dengan melakukan

validasi pada proses tersebut maka faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kualitas produk dapat diramalkan. Validasi proses dilakukan dengan cara yang

berbeda tergantung pada status produk, yaitu dapat dilakukan dengan cara:

1) Prospective

Validasi yang dilakukan terhadap produk baru sebelum dipasarkan atau bila

ada perubahan (pada pabrik atau proses pembuatan) yang akan

mempengaruhi kualitas produk. Untuk validasi ini, minimal dilakukan

terhadap 3 bets sebelum produk tersebut dipasarkan (bila memungkinkan).

Biarpun produk baru, tetapi bila dalam 1 tahun jumlah bets kurang dari 3,

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 46: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

33

Universitas Indonesia

dapat dilakukan secara concurent, asalkan disertai dengan dokumen

pengkajian resiko.

2) Concurrent

Validasi ini hampir sama dengan validasi prospective kecuali pemasaran

produk tidak menunggu proses validasi hingga selesai, validasi dilanjutkan

selama produksi secara rutin. Validasi ini dilakukan bila terdapat perubahan

yang direncanakan yang sedikit berpengaruh terhadap produk. Validasi

concurent ini diperbolehkan jika jumlah bets yang diproduksi sedikit.

3) Retrospective

Validasi yang didasarkan pada pengumpulan data yang diperoleh dalam

proses produksi dan pemeriksaan pada produk yang sudah dipasarkan/dibuat.

Validasi dari proses ini tetap memerlukan protokol yang memanfaatkan data

historis sehingga bukti terdokumentasi. Jenis validasi ini tidak dianjurkan

untuk digunakan.

4) Revalidasi

Validasi yang dilakukan secara internal dalam bentuk evaluasi kembali (Re-

evaluation), unit produksi / pabrik, proses dan data pengujian dan data produk

yang spesifik untuk suatu proses pembuatan yang tervalidasi, diperiksa untuk

menilai kesesuaian terhadap persyaratan dan atau revalidasi aktif setelah

terjadi suatu modifikasi. Revalidasi dapat dilakukan jika terjadi perubahan.

Perubahan yang dimaksudkan adalah perubahan kecil dan perubahan besar.

Protokol validasi lama dapat digunakan sebagai acuan untuk penyusunan

protokol baru. Hasil kaji PQR (Product Quality Review) yang terdokumentasi

dengan kesimpulan tertentu dapat digunakan sebagai pengganti validasi

Retrospective dan baik seluruh parameter pada Protokol Validasi awal atau

hanya parameter kiritisnya saja dapat dipakai sebagai acuan pada revalidasi.

Perubahan kecil (minor changes) adalah perubahan yang tidak

memberikan dampak yang berarti pada kestabilan obat. Termasuk dalam

perubahan kecil diantaranya :

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 47: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

34

Universitas Indonesia

a) Perubahan kecil pada sintesa bahan aktif.

b) Perubahan junlah excipient (bahan penolong) sesuai dengan range yang telah

dipersyaratkan.

c) Perubahan supplierexcipient.

d) Pengurangan “Colouring Agent” atau “Flavouring Agent”

e) Pengurangan bahan penyalut atau perubahan dari berat kapsul kosong.

f) Perubahan prosedur pemeriksaan tanpa mengubah spesifikasi. Perubahan besar

wadah atau bentuk dasarnya.

g) Perubahan dimensi tablet, kapsul, suppositoria dan sebagainya tanpa mengubah

komposisi secara kuantitatif maupun berat masanya ( kecuali : perubahan

bentuk dari sustained release product, termasuk perubahan besar)

h) Perubahan besar batch, sampai sebesar 10 kali besar batch sebelumnya.

i) Perubahan fasilitas produksi (tanpa mengubah batchrecord, peralatan dan

protap)

j) Perubahan peralatan yang sejenis baik design maupun cara kerjanya.

Perubahan besar (Major changes) adalah perubahan yang secara potensial

dapat memberikan dampak terhadap kestabilan obat. Yang termasuk kedalam

perubahan besar antara lain :

a) Setiap perubahan baik kualitatif maupun kuantitatif dari setiap excipient yang

sedikit mengubah sifat efek obat.

b) Perubahan Techical grade dari excipient.

c) Perubahan supplier dari bahan aktif

d) Perubahan besar terhadap sintesa bahan aktif

e) Perubahan jumlah excipientrange dari obat yang mempunyai solubilitas dan

permeabilitas rendah.

f) Perubahan secara kualitatif dari bahan pengemas primer dan perubahan

pemakaian bahan pengemas primer.

g) Perubahan kondisi penyimpanan.

h) Perubahan spesifikasi produk.

i) Perubahan metode pemeriksaan yang berhubungan dengan perubahan

spesifikasi

j) Perubahan dimensi dari substained release produk / formulation.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 48: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

35

Universitas Indonesia

k) Perubahan cara dari pembuatan obat.

l) Perubahan metode dari granulasi basah ke “cetak langsung” atau granulasi

kering.

m) Perubahan ruangan produksi pada pabrik atau berpindah pabrik

n) Perubahan basar batch lebih besar dari 10 kali batch asal

o) Perubahan peralatan yang mempunyai design dan cara pengoperasiannya yang

berbeda.

Data APR yang harus dikaji adalah :

a. adanya perubahan Master Formula, metode, pabrik pembuat bahan baku

b. kalibrasi alat dan preventive maintenance sesuai jadwal

c. PROTAP diperbarui dan diikuti

d. Program pembersihan dan sanitasi

e. Perubahan tidak direncanakan atau pemeliharaan peralatan atau instrumen

Validasi proses tidak ditujukan sebagai pengembangan/ optimalisasi

produk/ proses. Laporan pengembangan proses & produk (termasuk scale-up)

dan/atau Prosedur Pengolahan harus telah siap digunakan sebelum proses validasi

dimulai. Proses validasi juga harus sedemikian rupa identik dan mudah terulang

saat produksi rutin.

Head of IQCbersama QA manager akan menetapkan prioritas produk yang

akan divalidasi setelah sepakat dengan pihak yang berkaitan.Head of IQC akan

membentuk Validation Steering Team yang terdiri dari Production manager, TS

manager, HSE Manager, Head of plant Logistic dan QA Manager. Validation

Steering Team yang telah dibentuk akan menyusun protokol validasi untuk produk

yang akan divalidasi. Protokol validasi merupakan bagian dari validasi yang

berupa panduan kerja dalam melakukan validasi. Parameter kritis dan kriteria

penerimaannya harus ditetapkan sebelum proses validasi dan dipantau selama

proses berlangsung.

Protokol validasi dibuat berdasarkan data-data dari laporan

optimalisasi/pengembangan produk (jika ada) atau prosedur pengolahan, dengan

harus memperhatikan aspek penting dari suatu validasi sebagai berikut:

a) Karakteristik produk

b) Spesifikasi produk

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 49: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

36

Universitas Indonesia

c) Desain pabrik dan keterbatasannya

d) Desain proses, kemungkinan dan keterbatasannya

e) Metoda analisis dan spesifikasi

f) Mikrobiologi

g) Pembersihan

h) Quality Assurance

Validation Steering Team menyusuntim validasi yang akan bekerja sama

dengan departemen yang bersangkutan akan menyusun rincian kegiatan validasi

mencakup kualifikasi peralatan (Installation/Operational/Performance

Qualification), validasi metode analisis, dan pelatihan karyawan yang terlibat

dalam kegiatan validasi. Kegiatan validasi akan dilakukan oleh departemen yang

bersangkutan, dimonitor, dan didokumentasikan oleh tim validasi. Setiap

perubahan atau penyimpangan dari prosedur yang telah ditentukan akan

didokumentasikan dan diulas.

Tim validasi akan menyusun laporan validasi berdasarkan hasil kegiatan

validasi dan temuan yang diperoleh selama validasi. Setiap penyimpangan yang

terjadi selama proses validasi harus diselesaikan investigasinya sebelum produk

tersebut diputuskan tervalidasi atau diluluskan. Laporan validasi akan dikaji

kembali untuk membuat rekomendasi dalam rangka pengawasan dan “in-proses

control” untuk memproduksi produk secara rutin.

b. Validasi pembersihan untuk ruangan dan peralatan

Ruangan setelah selesai digunakan untuk membuat atau mengemas produk

akan segera dibersihkan. Untuk mendapatkan ruangan yang bersih dan memenuhi

syarat yang sudah ditetapkan, maka cara pembersihan, deterjen, dan desinfektan

yang digunakan, serta frekuensi desinfeksi harus sesuai dengan protap

pembersihan dan sanitasi yang sudah ditetapkan.

Untuk itu prosedur pembersihan dan sanitasi yang digunakan tersebut

harus divalidasi. Validasi pembersihan ruangan dan peralatan bertujuan untuk

memastikan dan membuktikan bahwa prosedur tersebut tepat/efektif untuk

menghilangkan sisa produk sebelumnya dan menguragi jumlah cemaran mikroba

sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Validasi pembersihan untuk tiap

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 50: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

37

Universitas Indonesia

ruangan ini minimal dilakukan 3 kali dimulai dengan ruangan yang digunakan

untuk membuat/mengemas produk yang sukar larut dalam air, memiliki dosis

rendah dan sering dibuat. Susun proses pembersihan dengan mempertimbangkan

hal-hal sebagai berikut :

a. Informasi ruangan mengenai bagian-bagiannya yang tidak dapat dilepas,

bagian sulitdibersihkan dan lain-lain.

b. Konsentrasi atau volume bahan pembersihan serta air yang digunakan

(panas/dingin).

c. Waktu perendaman.

d. Waktu dan volume pembilasan.

e. Kesesuaian bahan pembersih / air panas dengan produk atau alat.

f. Suhu air / bahan pembersih selama pembersihan dan ruangan.

g. Tekanan atau gaya mekanik yang digunakan selama pembersihan.

h. Tentukan lama / waktu antara waktu akhir produksi dan mulai pembersihan

dan antara tiap tahap pembersihan.

i. Prosedur pengeringan.

j. Persyaratan Pembuangan.

4.1.1.5 Mengadakan audit terhadap pemasok (Vendor Audit)

Guna memastikan semua bahan awal yang dikirim oleh pemasok

memenuhi persyaratan yang ditetapkan secara terus menerus harus dilakukan

penilaian terhadap pemasok (vendor evaluation). Penilaian ini bertujuan untuk

melihat sejauh mana kehandalan, kemampuan serta mutu yang dimiliki oleh

pemasok dapat dipercaya.Pemasok yang diaudit meliputi pabrik pembuat,

pemasok bahan yang mempunyai gudang, atau pemasok yang tidak mempunyai

gudang (sale agent atau broker). Penilaian terhadap pemasok dilakukan oleh tim

yang terdiri dari wakil–wakil Quality Assurance dan Purchasing, serta kepala tim

adalah Quality Assurance Manager. Pada kasus tertentu anggota tim dapat

diperluas dengan mengikutsertakan QC unit, Techinal Services Department dan

Medical and Regulatory Affairs dan departemen lain yang terkait. Hal – hal yang

perlu dinilai dari pemasok adalah proses pengadaan bahan baku, proses

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 51: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

38

Universitas Indonesia

pembuatan, perujukan dan pemeriksaan bahan baku dan produk jadi, penanganan

sisa, dokumentasi, serta prosedur dan persyaratan.

Sertifikasi pemasok dimulai dari urutan status “not approved”,

“approved”, dan “certified”. Sertifikasi status “not approved” atau belum disetujui

merupakan sertifikasi untuk pemasok yang baru yang akan dijadikan pemasok

tetap. Sertifikasi status “approved” atau disetujui diberikan kepada pemasok yang

telah memenuhi persyaratan menurut standar kualitas PT Aventis Pharma dan

menjadi pemasok tetap. Sedangkan sertifikasi status “certified” atau tersertifikasi

diberikan kepada pemasok tetap yang konsisten dalam hal kualitasnya. Pemasok

dengan status belum disetujui, masih dalam tahap penilaian mengenai kualitas

produk yang akan dipasok. Pada saat proses pre-approval, maka supplier harus

menyerahkan minimum tiga bets material untuk diperiksa oleh Sanofi Aventis.

Setelah pre-approval, status pemasok dapat meningkat menjadi approved

supplieryang telah disetujui secara formal sebagai pemasok yang dapat memasok

material atau servis tertentu. Untuk selanjutnya bahan awal hanya boleh

didapatkan dari pemasok berstatus disetujui ini. Selanjutnya pemasok yang telah

disetujui ini dimasukkan dalam Daftar Pemasok Disetujui atau List Approved

Supplier.

Apabila suatu pemasok yang disetujui menunjukkan kualitas serta kinerja

yang konsisten, maka pemasok tersebut dapat ditingkatkan statusnya menjadi

“pemasok tersertifikasi” atau “certified supplier”. Pemasok Tersertifikasi

diputuskan melalui program evaluasi terhadap hasil analisa dan penerapan aspek

kualitas, regulasi dan penilaian kinerja. Evaluasi tersebut dilakukan terhadap

setiap pengiriman pemasok yang menggambarkan konsistensi pemasok untuk

menghasilkan material yanng memenuhi syarat yang ditentukan. Penilaian ini

dilakukan oleh divisi QA, QC, pembelian dan produksi. Pemasok yang dapat

menjadi pemasok tersertifikasi adalah pemasok yang telah disetujui minimal

selama dua tahun dan telah mengirimkan minimal sepuluh bets. Evaluasi

konsistensi supplier dalam mengirimkan material yang memenuhi syarat. Evaluasi

ini harus didasarkan pula pada kriteria kritis seperti out of specification atau

penyimpangan kritis lainnya yang dilaporkan selama sepuluh bets pengiriman

terakhir. Pada proses peningkatan status menjadi Pemasok Tersertifikasi, harus

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 52: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

39

Universitas Indonesia

dilakukan juga perbandingan antara metoda analisa pemasok dan Sanofi Aventis.

Hasilnya harus menunjukkan bahwa supplier memiliki persamaan metoda analisa

dengan PT Sanofi Aventis. Jika terdapat perbedaan, maka harus dilakukan

validasi untuk membandingkan bahwa metoda tersebut dapat diterima oleh Sanofi

Aventis. Hasil uji pemasok tersebut juga harus mendekati dengan hasil uji yang

dilakukan oleh PT Sanofi Aventis.

4.1.1.6 Inspeksi diri (self inspection)

Inspeksi diri adalah cara meninjau kembali seluruh tata kerja diri sendiri

dari setiap segi yang mungkin berpengaruh terhadap produk. Tujuan dari inspeksi

diri ini adalah untuk menilai secara teratur dan sistematis apakah seluruh aspek

produksi dan pengawasan mutu selalu memenuhi CPOB. Dalam melaksanakan

inspeksi diri tidak cukup hanya mengenali cacat dan kelemahan, melainkan harus

pula dapat menetapkan cara yang efektif untuk mencegah dan memperbaikinya.

Audit adalah pemeriksaan sistematik dan independen terhadap suatu sistem secara

periodik untuk menilai kesesuaian sistem tersebut dan efektifitas pelaksanaannya

terhadap prosedur yang telah ditetapkan.

PT Aventis Pharma Indonesia mempunyai internal audit sistem (self

inspection) untuk meyakinkan kesesuaian yang berhubungan dengan CPOB,

GMP, regulatory requirement, dan Company Global Quality Standard. Inspeksi

diri yang dilakukan meliputi:

a. Inspeksi di bidang GMP

1. Inspeksi diri tri wulanan (quarterly GMP self inspection)

Inspeksi ini dilakukan setiap 3 bulan sekali pada minggu kedua/ketiga bulan

Januari, April, Juli, dan November. Tim ini terdiri dari Quality Assurance

Manager (ketua tim), supervisor processing, supervisor packaging,

supervisor Quality Control, supervisor TS & HSE, dan Quality Assurance

inspector. Pada inspeksi ini dilakukan pemeriksaan terhadap lingkungan

warehouse, production area (termasuk gowning) kelas 3 dan kelas 2,

Technical System Departemen, dan Industrial Quality Compliance (Quality

Assurance dan Quality Control).

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 53: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

40

Universitas Indonesia

2. Inspeksi diri Semester (IDS)

Ruang Lingkup IDS yaitu aspek keselamatan kerja Aventis dengan mengacu

pada GMP dan HSE Guideline. IDS dilakukan paling sedikit selama 3 hari.

IDS dilakukan setiap 6 (enam) bulan pada bulan Juni dan Desember. Dalam

pelaksanaan IDS terdapat anggota tetap dan anggota pendamping. Anggota

tetap meliputi Head of IQC(sebagai ketua), QA Manager, HSE &TSD

Manager, Production Manager, Plant Logistic Manager. Anggota

pendamping meliputi QC supervisor, TSD supervisor, processing

supervisor, packaging supervisor, dan warehouse supervisor. Pemeriksaan

di lapangan dilakukan dengan urutan yaitu lingkungan pabrik, warehouse,

processing, gowning area, packaging kelas 2 dan 3, technical services

(purified water plant, AHU-areas, workshop, utilities dan sebagainya),

purchasing, dan Information System.

3. Audit CPOB (GMP audit)

Global quality / HSE audit mencakup seluruh aspek CPOB / HSE yang ada

di seluruh site Jakarta. Tim inspeksi biasanya diketuai oleh Head of IQC

untuk Global Quality Audit atau Supervisor HSE untuk Global HSE Audit,

yang beranggotakan Kepala Divisi Industrial Affairs, Manager Produksi,

Manager Plant Logistic, Manager TS/ HSE, dan Manager Quality

Assurance. Laporan audit akan diterima maksimal dalam waktu 15 hari

kerja.

4. Audit dari badan otoritas (Badan POM, Badan Sertifikasi ISO, dan lain-lain)

Jadwal audit tergantung pada jadwal badan otoritas. Audit mencakup

seluruh aspek CPOB atau aspek yang terkait serta hasil temuan sebelumnya

dari badan otoritas yang bersangkutan. Anggota tim inspeksi badan otoritas

didampingi oleh kepala departemen atau unit yang terkait.

b. Inspeksi di bidang HSE

Inspeksi bidang HSE merupakan salah satu cara memastikan bahwa sistem

HSE (ISO 14001 & OHSAS 18001) dilaksanakan sesuai dengan yang

dipersyaratkan secara teratur dan sistematis. Perencanaan, penetapan, penerapan

dan pemeliharaan program audit ini didasarkan pada hasil penlikaian dampak dan

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 54: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

41

Universitas Indonesia

resiko dari kegiatan perusahaan, hasil audit sebelumnya dan faktor lain yang

berkaitan, dan pertimbangan atas tingkat kepentingan berbagai operasi dari sisi

Health and Safety. Audit ini dilaksanakan minimal 1 tahun sekali. Audit ini

dilakukan dengan melihat langsung ke lapangan penyesuaian antara training HSE

yang pernah dilakukan dan pelaksanaannya sehari-hari sebagai cara untuk menilai

keberhasilan suatu training. Keluaran yang diharapkan adalah sebuah perbaikan

yang terus menerus, sehingga yang tidak benar menjadi benar, dan yang sudah

benar tetap dijaga agar pelaksanaannya selalu benar. Hasil inspeksi diri ini dicatat

dan dilaporkan dalam pertemuan HSE Committee / P2K3 dan dalam rapat

tinjauan manajemen. HSE juga mengadakan dan mengupayakan self inspection

yang diadakan sewaktu-waktu, atau temuan yang ditemukan ketika sedang

berkunjung ke lapangan (langsung diberitahukan kepada Manager).

4.1.1.7 Penolakan dan pelulusan terhadap obat jadi

Obat jadi adalah bentuk sediaan obat yang telah selesai dikemas yang telah

siap dipasarkan setelah lulus dari pemeriksaan. Pengambilan keputusan untuk

meluluskan/menolak obat jadi dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dan

evaluasi yang meliputi hasil pemeriksaan selama proses pengolahan dan

pengemasan, pemantauan lingkungan (jika ada), pemeriksaan produk ruahan,

pemeriksaan kelengkapan bahan pengemas produk jadi, atau pemeriksaan

dokumen catatan pengolahan dan pengemasan bets, serta dokumen-dokumen lain

jika ada, seperti Failure Investigation Report atau Out of Specification (OOS).

Pelulusan atau penolakan obat jadi dilakukan oleh QA Manager dan disetujui oleh

Head of IQC. Pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum memutuskan status

produk adalah sebagai berikut:

a. Penyerahan Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP) produk jadi lokal maupun impor

yang telah disahkan oleh QC Supervisor kepada QA Manager.

b. Pemeriksaan kelengkapan dokumen yang terkait dengan pelulusan, yang terdiri

dari : Catatan Pengemasan dan atau pengolahan, Catatan Hasil Pemeriksaan

(CHP) selama proses IPC pengolahan dan atau pengemasan, Catatan Hasil

Pemeriksaan (CHP) produk ruahan QC, dan dokumen pendukung lain (jika

ada), seperti data mikrobiologi, hasil pemantauan lingkungan, dokumen Out of

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 55: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

42

Universitas Indonesia

Specification (OOS), Failure Investigation Report (FIR), dan hasil

pemeriksaan validasi proses.

c. QA Manager akan mengkaji kelengkapan dokumen dari obat jadi tersebut.

d. Hasil pemeriksaan terhadap produk jadi tersebut dicatat pada formulir “Daftar

Pemeriksaan Pelulusan Produk Jadi”. QA Managerakan memutuskan apakah

produk jadi tersebut diluluskan atau ditolak, lalu menandatangani catatan

pemeriksaan beserta tanggal pelulusan/penolakkan produk tersebut.

Pelulusan/penolakan obat jadi juga dilakukan pada sistem SAP (System

Application Product).

Untuk produk jadi dari Toll Manufacturer, proses pelulusan/ penolakannya

dilakukan dengan memeriksa Catatan Pengolahan Bets, Catatan Pengolahan Bets,

dan Catatan Hasil Pemeriksaan Produk yang bersangkutan. Untuk produk jadi

yang di-Toll-kan di PT Aventis Pharma, proses pelulusan/ penolakannya

dilakukan dengan memeriksa Catatan Pengolahan Bets, Catatan Pengemasan Bets,

Catatan Hasil Pemeriksaan Produk yang bersangkutan dan GMP Conformance.

4.1.1.8 Penanganan hasil uji di luar spesifikasi (Out of Specification / OOS)

Mutu suatu produk ditentukan oleh yang membuat produk tersebut dalam

arti tahapan proses pembuatan suatu produk akan sangat mempengaruhi hasil

akhir dari mutu produk. Untuk menguji apakah produk yang dibuat memenuhi

persyaratan, perlu dilakukan pemeriksaan di laboratorium baik secara kimia,

fisika, maupun mikrobiologi. Ada kalanya hasil pemeriksaan suatu produk tidak

memenuhi persyaratan atau hasil pemeriksaan mendekati batas spesifikasi yang

telah ditetapkan. Salah satu kemungkinan ketidaksesuaian tersebut diakibatkan

oleh cara pemeriksaannya. Oleh karena itu, sebelum diambil keputusan akhir

mengenai status produk yang bersangkutan perlu dilakukan penyelidikan yang

seksama dimana ketidaksesuaian tersebut terjadi. Penyelidikan hasil di luar

spesifikasi (Out of Specification/OOS) atau dapat juga dianggap sebagai atypical

test result (Out of Trend / OOT) yang berlaku untuk hasil pemeriksaan kalibrasi

alat dan pemeriksaan kalibrasi alat dan pemeriksaan stabilitas produk. Sumber

ketidaksesuaian hasil harus diteliti secara sistematis. Apabila terjadi

penyimpangan hasil di luar spesifikasi pada saat analisis maka hal yang harus

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 56: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

43

Universitas Indonesia

dilakukan adalah segera menyiapkan laporan tertulis mengenai

insiden/penyimpangan yang terjadi baik penyimpangan pemeriksaan secara kimia,

fisika, atau mikrobiologi. Cara kerja pada saat mempersiapkan contoh untuk

pemeriksaan, alat yang digunakan harus diperiksa kembali. Bila hasilnya masih

menyimpang baik itu OOS dari pemeriksaan kimia, fisika, atau mikrobiologi

maka dibuat laporan Failure Investigation Report (FIR). Tindak lanjut yang dapat

diambil sesuai dengan hasil pemeriksaan yang didapat, antara lain:

a. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama dan produk yang

sudah released.

b. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh yang sama oleh pemeriksa yang

berbeda.

c. Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap contoh baru oleh pemeriksa yang

pertama (bila perlu).

d. Membandingkan hasil pemeriksaan ulang diatas dengan persyaratan test

method dan farmakope (EP, USP, dan FI).

e. Contoh untuk pemeriksaan ulang tersebut diambil sebanyak 2 kali dari

pemeriksaan normal.

Apabila dianggap perlu, dilakukan pemeriksaan terhadap prosedur

pengolahan bets produk yang bersangkutan. Apabila diduga penyimpangan

tersebut berasal dari test method atau sebab-sebab lain yang tidak diketahui dapat

dikonsultasikan dengan mother plant. Perincian urutan pengambilan keputusan

terhadap pemeriksaan di luar spesifikasi dapat dilihat pada Lampiran 4.

Penyelidikan terhadap OOS harus diselesaikan maksimal 20 hari.

4.1.1.9 Penanganan Penyimpangan

Penyimpangan adalah suatu kejadian atau pelanggaran yang tidak

direncanakan terhadap suatu prosedur atau spesifikasi yang telah ditetapkan. Head

of IQC dan QA Manager harus menilai dan memeriksa prosedur yang harus

dilakukan menurut bidang dan tanggung jawabnya untuk memenuhi spesifikasi

yang ditetapkan. Mereka yang bertanggung jawab agar proses penyelesaian

berlangsung cepat dan kembali kepada pengirim untuk ditindak lanjuti. Menurut

tingkat kekritisannya, penyimpangan dikategorikan menjadi:

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 57: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

44

Universitas Indonesia

a. Critical Deviation

Critical deviation adalah kekurangan material, produk obat, alat kesehatan,

sistem atau jasa yang dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas, keamanan

atau efikasi dari obat/alat kesehatan atau yang dapat menyebabkan kondisi yang

mengancam jiwa. Pengertian lainnya adalah kekurangan apapun yang dapat

menyebabkan produk obat/alat kesehatan menjadi non compliant atau

menyebabkan terjadinya situasi yang dapat dikategorikan sebagai critical oleh

badan regulasi. Contoh: kesalahan / penyimpangan dalam melaksanakan suatu

tahap proses pembuatan, kesalahan dalam pemakaianbahan/material, kesalahan

dalam penimbangan atau tercampur dengan bahan lain, hasil uji stabilitas diluar

spesifikasi.

b. Major Deviation

Penyimpangan yang tidak termasuk kritikal, yang secara potensial dapat

mempengaruhi kualitas, keamanan, efikasi atau pemenuhan persyaratan CPOB

dari suatu produk obat atau alat kesehatan. Salah satu contoh major deviation

adalah kesalahan dalam melaksanakan suatu protap misalnya protap sanitasi dan

penyimpangan-penyimpangan yang tidak ditanggulangi secara sepihak tanpa

mengikutsertakan atau memperoleh informasi tambahan dari depertemen lain

seperti kesalahan pencetakan nomor bets, tanggal daluarsa, tapi produk belum

diluluskan.

c. Minor Deviation

Deviasi yang tidak termasuk kritikal atau major, yang secara potensial

berdampak pada sistem GMP, utilities, peralatan, bahan, komponen, lingkungan

atau dokumentasi, tetapi tidak mempengaruhi kualitas, keamanan atau efikasi dari

produk obat atau alat kesehatan. Salah satu contoh minor deviation adalah batas

penyimpanan maksimum produk terlampaui dan perekatan label tidak sempurna.

Sedangkan menurut golongan, kegagalan atau penyimpangan dibagi menjadi dua

yaitu:

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 58: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

45

Universitas Indonesia

a. General Failure

Semua penyimpangan yang terjadi di Site dan hal tersebut tidak

berhubungan secara langsung dengan suatu produk tertentu, misalnya

penyimpangan pada persiapan produk, penyimpangan sistem pengolahan air dan

sebagainya.

b. Batch deviation

Semua penyimpangan yang terjadi pada proses pembuatan atau

pengemasan suatu produk, misalnya kegagalan salah satu tahapan proses,

pengemasan dan sebagainya.

Apabila terjadi kegagalan, tindakan yang pertama kali diambil adalah

penghentian proses dan produk tersebut dikarantina. Kegagalan tersebut kemudian

dilaporkan ke Manager bagian bersangkutan diteruskan ke Head of IQC yang

akan memeriksa dan mengevaluasi serta mengambil keputusan tindakan yang

harus dilakukan. Terhadap semua penyimpangan, baik besar maupun kecil, akan

diambil langkah selanjutnya oleh IQC Department. Bila dianggap perlu, IQC

Department akan mengundang departemen yang bersangkutan dan departemen

lain yang terkait untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul. Hasil penilaian

terhadap langkah yang telah atau yang akan dilakukan oleh departemen produksi,

departemen IQC, atau departemen lainnya yang terkait akan dikirimkan kembali

ke departemen yang bersangkutan. Apabila proses dapat dilanjutkan, maka

departemen produksi harus segera mencatat tindakan yang diambil pada catatan

pengolahan bets / catatan pengemasan bets dari produk yang bersangkutan.

Apabila produk tersebut dapat diolah ulang, departemen produksi harus segera

membuat prosedur pengolahan ulang atau apabila produk tersebut harus

dihancurkan maka harus disiapkan proses penghancuran terhadap produk tersebut.

4.1.1.10 Pengkajian/penilaian tahunan terhadap produk (Product Quality

Review/ PQR)

Peninjauan dan penilaian tahunan terhadap produk (PQR) merupakan

suatu bentuk komunikasi antara bagian produksi,quality dan regulatory. PQR

dilaksanakan dengan tujuan untuk meninjau dan memastikan konsistensi dari

suatu proses, mengevaluasi trend hasil produksi untuk akhirnya dapat

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 59: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

46

Universitas Indonesia

memutuskan perlu tidaknya dilakukan perbaikan suatu proses, perubahan

spesifikasi dan kemungkinan revalidasi. Penilaian terhadap produk ini dilakukan

dengan mengevaluasi data-data mengenai produk yang dihasilkan selama satu

tahun, termasuk peralatan yang digunakan, proses produksi, cara dan hasil

pemeriksaan lalu dibuat kesimpulan dan saran yang berguna untuk

mempertahankan atau memperbaiki mutu produk.

Isi dari PQR adalah:

a. Gambaran dari suatu produk yang dibuat ditest

b. Parameter kritis dalam In Process Control (IPC)

c. Evaluasi dari semua batch yang tidak memenuhi syarat beserta

investigasinya.

d. Keluhan (Product Technical Complaint)

e. Penarikan produk

f. Produk kembalian

g. Tren analisis dan data pelulusan beserta analisa data secara statistik

h. Tren analisis dari data stabilitas

i. Perubahan yang terjadi dari proses produksi, pengemasan, pemeriksaan dan

lainnya (seperti supplier, peralatan, dan lain-lain)

j. Status validasi yang dilakukan (validasi proses dan pengemasan)

k. Rekomendasi dari hasi audit BPOM dan regulatory issue

l. Formula

m. Pengumpulan parameter kritis pada proses produksi

n. Pengumpulan parameter kritis dari produk yang diperiksa di laboratorium

o. Seluruh data yang akan dirangkum menjadi satu dalam raw data PQR, dibuat

grafik tren analisa dan diolah secara statistik

p. Evaluasi dari PQR berupa kesimpulan

q. Tindakan selanjutnya yang direncanakan sebagai akibat dari evaluasi

Penyiapan Product Quality Review dilakukan setiap tahun sekali. Tim kerja

dari Production Department yaitu Procesing Supervisor dan Packaging

Supervisor serta QC dan QA Managerbersama dengan Head of IQCbertanggung

jawab untuk menyiapkan PQR dalam bentuk tes kimia fisika dan bioanalisis.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 60: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

47

Universitas Indonesia

Tindakan-tindakan selanjutnya yang direncanakan sebagai hasil evaluasi

dapat berupa peningkatan proses produksi, perbaikan formulasi, perbaikan metode

pemeriksaan, review spesifikasi semi finished/finished product, revalidasi, atau

penarikan obat jadi. Laporan annual product review kemudian diperiksa dan

ditandatangani oleh Quality Assurance Manager, Production Manager, dan

disetujui oleh Head of IQC dan diketahui oleh Head of IADivision. Proses review

dari PQR harus selesai dalam waktu 60 hari dari waktu akhir tahun penilaian,

sedangkan semua proses harus selesai dalam waktu 90 hari dari waktu akhir tahun

penilaian.

4.1.1.11 Penanganan Obat Kembalian

Obat kembalian adalah obat jadi yang kembali setelah diserahterimakan

dari PT Aventis Pharma ke pihak ketiga (distributor, ekspedisi) dan dikembalikan

ke gudang PT Aventis Pharma dengan alasan :

a. Masalah keabsahan maupun salah kirim

b. Penarikan produk dan atau pack size dari pasaran

c. Kerusakan obat atau pengemasnya (setelah keluar dari gudang PT Aventis

Pharma selama pengiriman/ penyimpanan

d. Kelainan dari segi kualitas (baik kualitas obat maupun kualitas bahan

pengemas).

Sedangkan obat yang sudah kadaluarsa di distributor dan dikembalikan ke

PT Aventis Pharma tidak termasuk ke dalam penggolongan obat kembalian

karena pada prinsipnya PT Aventis Pharma tidak menerima pengembalian obat

yang sudah kadaluarsa. Untuk obat kembalian yang sudah kadaluarsa maka harus

diberi label “Reject” dan bila tidak akan dijual / diditribusikan lagi maka harus

dimusnahkan.

Obat kembalian dapat berasal dari :

a. Gudang yang diawasi oleh PT Aventis Pharma

b. Gudang distributor yang diawasi oleh PT Aventis Pharma

c. Gudang distributor yang tidak diawasi oleh PT Aventis Pharma termasuk

lembaga lain : rumah sakit, apotek dll.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 61: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

48

Universitas Indonesia

Penerimaan obat kembalian dapat diberikan langsung ke IQC departemen

jika dalam jumlah kecil (sampai satu master box). Jika dalam jumlah besar maka

produk untuk sementara dapat dititipkan di gudang Aventis Pharma.

4.1.1.12 Penanganan Keluhan

Setiap perusahaan farmasi bertanggung jawab utuk menjamin keamanan

obat yang diproduksinya baik yang tekait dengan masalah efek samping obat atau

masalah kualitas obat..

Keluhan terhadap suatu produk harus ditangani sesuai prosedur yang telah

ditetapkan PT.Aventis Pharma dan harus diselidiki, dievaluasi serta diambil tindak

lanjut yang sesuai guna mencari penyelesaian yang sebaik mungkin.

Keluhan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Keluhan yang menyangkut Efek Samping Obat (ESO)

b. Keluhan yang menyangkut Keluhan Teknis Kualitas Obat (KTKO).

Untuk keluhan yang berhubungan dengan medis atau memberikan efek samping

maka pelaporan ditujukan ke Medical and Regulatory Division sedangkan yang

menyangkut pharmaceutical atau KTKO akan ditujukan ke IQC Department.

Keluhan digolongkan menjadi:

a. Kelas I

Kerusakan pada produk yang dapat mengancam jiwa atau mengakibatkan

resiko besar terhadap kesehatan. Misalnya kesalahan penempelan label dan

tercampurnya satu produk dalam satu pengemas.

b. Kelas II

Kerusakan pada produk yang dapat menyebabkan sakit pada pasien dan

menyebabkan kegagalan proses penyembuhannya. Misalnya kesalahan

informasi pada leaflet, kontaminasi kimia maupun fisik.

c. Kelas III

Kerusakan pada produk yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang

tidak major, hanya menimbulkan gangguan kesehatan minor pada pasien dalam

hal penggunaan produk. Misalnya tidak rapatnya bahan pengemas, kesalahan

penulisan expired date.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 62: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

49

Universitas Indonesia

d. Kelas IV

Kerusakan pada produk yang tidak mengancam jiwa manusia namun hanya

menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien ketika menggunakan produk

tersebut sehingga menyebabkan rusaknya nama baik perusahaan. Misalnya

tablet pecah atau retak, hilangnya blister dalam folding box.

Pemeriksaan keluhan terhadap obat dilakukan melalui retained sample

(sampel pertinggal) sebagai pembanding. Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh

bagian Quality Control. Hasil penyelidikan mengenai asal keluhan, jenis keluhan,

dan tindak lanjut dilaporkan ke Head of IQC atau Medical and Regulatory

Division. Tindak lanjut yang dilakukan dapat berupa penggantian produk atau

penarikan produk (recall). Penarikan obat jadi dapat dilakukan karena keinginan

produsen (misalnya karena stabilitas obat tidak baik atau mau mengganti bahan

pengemas) atau keinginan Badan POM. Produk kembalian yang ditarik akan

disimpan di gudang. Penanganan selanjutnya dapat dihancurkan, dijadikan stok

kembali (misalnya jika produk masih baik dan sudah diperiksa di QC), atau diolah

kembali.

4.1.13 Penarikan Kembali Obat Jadi

Penarikan kembali obat jadi biasanya disebabkan oleh :

a. Adanya permasalahan kualitas, keamanan dan efikasi dari produk sanofi,

misalnya terjadi deviasi, keluhan teknis kualitas obat, keluhan terkait reaksi

obat yang tidak diinginkan, dll.

b. Penyesuaian dengan kebijakan administratif dari pihak berwenang (pemerintah,

Badan POM, dll).

Penarikan kembali obat jadi harus dilakukan segera setelah evaluasi

laporan dan bila perlu hasil pemeriksaan contoh per tinggal di Laboratorium

Pengawasan Mutu selesai dilakukan. Selain cepat, penarikan obat jadi harus tuntas

dalam arti semua obat yang telah terlanjur beredar di tingkat distributor, sub

distributor maupun pengecer (Toko Obat, Apotek) dan dari pemakai langsung

(Rumah Sakit, Dokter dsb) diusahakan untuk dapat ditarik kembali. Prosedur

penarikan kembali obat jadi juga berlaku untuk vaksin, alat kesehatan, sampel

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 63: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

50

Universitas Indonesia

medis, dan produk investigasional. Untuk produk toll-in, prosedur penarikan

kembali obat jadi dilakukan berdasarkan quality agreement.

Penarikan kembali obat jadi (recall) diawali dengan peringatan

pendahuluan yang berasal dari pihak internal atau eksternal (dapat berupa

keluhan, deviasi, OOS, temuan audit dll). Apabila peringatan yang diterima

memiliki potensi untuk dilakukannya penarikan kembali obat jadi, maka IQC

departemen akan membentuk Alert Team bersama departemen lain yang terkait

sesuai dengan jenis peringatan yang diterima, yaitu Quality Alert Team, Product

Alert Team, dan atau Safety Alert Team. Alert team akan melakukan klarifikasi

terhadap peringatan terkait, review terhadapinformasi yang ada, pencarian

terhadap informasi tambahan atau pendapat ahli (jika perlu), dan

penetapan/penilaian resiko yang ada.Distributor utama dan distributor regional

diperintahkan untuk memberikan informasi dalam waktu kurang dari 3 (tiga) jam

kepada PL & MSC departemen PT Aventis Pharma mengenai jumlah obat yang

diterima dari PT Aventis Pharma, persediaan yang belum terjual/ tersisa, jumalh

yang terjual, dan tujuan produk yang telah terjual.

4.1.1.14 Pengendalian terhadap perubahan (Change Control)

Perubahan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang terjadi pada proses

pembuatan atau pemeriksaan produk yang telah diproduksi,dapat meliputi tata

cara pembuatan obat termasuk bahan bakunya, control test, protap, perubahan

terhadap sistem pendukung seperti mesin, ruang, tata udara, dan sebagainya, serta

mencakup juga bila terjadi perubahan supplierbaik untuk bahan baku maupun

bahan pengemas. Sasaran dari pengendalian terhadap perubahan ini adalah untuk

menjamin bahwa perubahan yang dilakukan terhadap proses produksi, jenis bahan

baku yang digunakan, termasuk sistem pendukung (alat, ruangan, mesin-mesin,

prosedur pemeriksaan, cara penyimpanan), maupun perubahan protap yang

mendukung proses secara keseluruhan tidak akan menimbulkan dampak negatif

terhadap mutu produk yang dihasilkan maupun terhadap kondisi HSE.

Pengendalian terhadap perubahan menguraikan persiapan dan pelaksanaan

dari suatu perubahan yang berkaitan dengan segala aspek pengolahan,

pengemasan, pemeriksaan, penyimpanan atau distribusi yang mempengaruhi mutu

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 64: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

51

Universitas Indonesia

produk, GMP/CPOB termasuk kualifikasi/ validasi, HSE dan regulatori.

Perubahan yang dimaksud juga meliputi bahan/ raw material (perubahan supplier,

proses, spesifikasi dan lain – lain), proses, formula, spesifikasi dan test method

dari komponen, bulk dan finished goods, primary packaging, penyimpanan dan

pelabelan, alat kesehatan, peralatan, instrument, produk baru, utilitas dan fasilitas

yang digunakan untuk mendukung dokumen GMP/ CPOB.

Perubahan didokumentasikan dengan sistem manajemen perubahan

(GIMC) yang merupakan suatu sistem komputerisasi yang akan digunakan untuk

mengatur pembuatan perubahan. Sistem ini mengatur alur perubahan mulai dari

pengajuan, evaluasi, hingga persetujuan perubahan. Rancangan perubahan dibuat

oleh departemen yang bersangkutan yang akan mengadakan perubahan dan

diinformasikan kepada IQC Department. IQC Department bersama-sama dengan

departemen terkait akan merencanakan dan memutuskan tindakan apa yang harus

dilakukan dalam menanggapi perubahan tersebut.

4.1.1.15 Penanganan obat di distributor

Mutu produk obat jadi sangat dipengaruhi antara lain oleh cara

penanganan mulai dari penerimaan, penyimpanan, dan penyerahan produk kepada

konsumen. Penanganan obat di distributor meliputi masalah:

a. Penerimaan obat jadi (disertai delivery note resmi)

b. Penyimpanan obat jadi (harus sesuai kondisi yang dipersyaratkan)

c. Pengiriman obat jadi (harus sesuai kondisi yang dipersyaratkan)

d. Penanganan keluhan

e. Penanganan bahan obat yang pecah atau tumpah

f. Obat kembalian dan penarikan kembali obat jadi

g. Penanganan Taxotere (penerimaan, pengiriman, dan penyimpanan)

h. Pelatihan

Audit pada distributor yang dilakukan secara berkala setiap 2 tahun sekali,

kecuali jika dianggap segera perlu untuk dilakukan. Audit tersebut meliputi tata

cara penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 65: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

52

Universitas Indonesia

4.1.16 Penanganan transfer proses pengolahan dan atau pengemasan

Transfer proses produksi adalah suatu jenis proses alih teknologi dan

pembuatan dan atau pengemasan produk dari suatu pabrik ke pabrik lainnya.

Transfer proses pengolahan dan pengemasan tersebut meliputi:

a. Golongan 1

Produk-produk Aventis Pharma yang sudah atau akan diproduksi dan telah

dipasarkan, ditetapkan suatu produk Aventis Pharma sebagai produk induknya

(mother plant).

b. Golongan 2

Produk-produk Aventis Pharma yang ada saat ini diproduksi di beberapa

negara/region, tetapi tidak mempunyai pabrik induk. Seperti Avil, Sofradex

yang dilakukan antara Aventis Pharma ke Aventis Pharma lain, dari Aventis

Pharma ke toll manufacturing Aventis Pharma, kontraktor ke kontraktor lain.

c. Golongan 3

Produk yang hanya diproduksi atau dipasarkan oleh 1 pabrik Aventis Pharma

di suatu negara/region. Transfer produk golongan 3 dikoordinasikan oleh

regional manufacturing/ regional Quality Operations dan dilakukan antara

Aventis Pharma ke Aventis Pharma, dari Aventis Pharma ke toll

manufacturing Aventis Pharma, kontraktor ke kontraktor lain.

4.1.2 Quality Control Unit

Quality Control Unit dikepalai oleh seorang Quality Control Supervisor.

Unit ini bertanggung jawab kepada Head of IQC. QC Supervisor bertanggung

jawab terhadap pelaksanaan dan pengendalian dalam kegiatan pengambilan

contoh; pemeriksaan contoh bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan, dan

produk jadi; memberikan pelatihan yang berhubungan dengan QC; menyusun,

merevisi, serta memuktahirkan protap di QC; memeriksa dan memastikan

kebersihan ruangan dan peralatan yang digunakan; serta melakukan uji stabilitas.

Untuk melaksanakan pemeriksaan, QC membuat prosedur analisis yang disebut

test method. Test method untuk bahan baku berasal dari Farmakope Indonesia,

Farmakope Eropa, USP, Farmakope Perancis dan prosedur dari mother site. Test

method ditangani sama dengan prosedur tetap (protap) dan dibuat dalam Bahasa

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 66: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

53

Universitas Indonesia

Indonesia agar mudah dalam pengendalian, pengawasan, serta memudahkan

penelusuran apabila terjadi kesalahan. Prosedur pemeriksaan yang digunakan

harus sudah divalidasi. Untuk prosedur dari farmakope tidak perlu divalidasi,

hanya perlu diverifikasi yaitu kesiapan penggunaan prosedur analisis tersebut

sesuai dengan yang dipersyaratkan. Untuk prosedur yang berasal dari mother site

walaupun sudah divalidasi tetapi perlu dilakukan validasi kembali.

Dalam pelaksanaan tugasnya, QC Unit dibagi dalam 4 bagian, yaitu,

Chemical and Physical Control (bahan baku, produk ruahan, produk jadi),

Packaging Material and Other Material Control and Calibration,

Microbiological Control dan Stability Study

4.1.2.1 Chemical and physical control (Pengawasan secara kimia dan fisika)

Bagian ini bertugas untuk melakukan pemeriksaan bahan baku, produk

ruahan, produk jadi secara kimia dan fisika sesuai dengan spesifikasinya.

a. Bahan baku (raw material)

Bahan baku adalah semua bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak, yang

berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun

tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam produk ruahan. Bahan baku

sangat mempengaruhi mutu obat yang dihasilkan sehingga setiap bahan baku

harus diperiksa sesuaidengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh "Mother

Plant" atau sesuai dengan Farmakope yang telah ditetapkan. Pemeriksaan

dilakukan secara analisis penuh (full analysis) atau terhadap identitas saja,

tergantung pada ketentuan yang ditetapkan.

Setiap bahan baku yang datang harus selalu disertai dengan sertifikat

analisisnya. Sertifikat analisis tersebut penting karena dipakai sebagai acuan pada

pemeriksaan bahan tersebut. Bahan baku yang baru datang akan diperiksa sesuai

dengan spesifikasi. Setelah itu dibuat slip penerimaan barang (Good Receipt Slip /

GRS) oleh bagian gudang. Bahan baku tersebut akan masuk ke gudang dengan

status quarantine. Gudang akan mengirimkan GRS ke bagian QC. Berdasarkan

GRS yang diterima, QC melakukan pengambilan contoh (sampling) terhadap

bahan tersebut. Pengambilan contoh untuk semua bahan aktif dan bahan penolong

harus disertai dengan lembar permintaan material (Material Request Form).

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 67: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

54

Universitas Indonesia

Pengambilan contoh bahan baku secara benar merupakan faktor/ langkah

penting karena hanya dari contoh yang terjamin kebenarannya, informasi/ data

pemeriksaan bahan baku dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan contoh

dilakukan di bawah Laminar Air Flow (LAF) di ruang sampling yang berada di

gudang pada suhu tidak lebih dari 25oC, perbedaan tekanan diatas 7,5 Pa

dankelembaban 30 - 60%. Wadah untuk contoh harus dilengkapi dengan data-data

mengenai contoh yang diambil yang meliputi kode barang, nomor bets, tanggal

kadaluarsa, dan tanggal pengambilan contoh. Wadah bahan baku yang telah

diambil contohnya harus disegel kembali secara khusus dan diberi label kuning

SAMPLE TAKEN. Setelah proses sampling selesai, semua alat-alat yang telah

digunakan untuk sampling dibungkus dengan plastik dan tempelkan label

kotor/merah pada alat yang sudah digunakan untuk memberitahu agar

dibersihkan.

Hasil pemeriksaan fisika, kimia, maupun mikrobiologi bahan-bahan ditulis

dalam suatu Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP) dan kemudian dibuatkan formulir

rangkap tigayang menyatakan bahwa bahan baku yang diterima telah diluluskan

(released) atau ditolak (rejected). CHP, formulir, dan label RELEASED atau

REJECTED diserahkan ke QC untuk diperiksa dan disahkan. Setelah diperiksa

dan disahkan oleh QC Supervisor, formulir tersebut didistribusikan ke QC,

Warehouse, Factory, Plant Logistic Department. Sedangkan label RELEASED

atau REJECTED diserahkan ke analis untuk ditempelkan pada wadah bahan baku

yang telah diperiksa/diambil contohnya. Label RELEASED (warna hijau)

ditempelkan menutupi label QUARANTINE pada wadah bahan baku yang

diluluskan dan jika bahan baku tidak memenuhi persyaratan maka ditempel label

REJECTED (warna merah) beserta label yang menyatakan penanganan

selanjutnya. Bahan baku yang ditolak (rejected) akan ditempatkan pada area

rejected yang ada di gudang. Label RELEASED, SAMPLE TAKEN,

QUARANTINE, dan REJECTED dapat dilihat pada Lampiran 5.

Sebagian contoh bahan baku yang sudah dinyatakan lulus disimpan sebagai

contoh pertinggal (retained sample) sebanyak yang diperlukan untuk pemeriksaan

satu kali dan tiga kali pengulangan. Bahan baku yang tidak mencantumkan masa

daluarsa dan masa simpannya tidak tertera di CA harus diperiksa ulang (retest)

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 68: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

55

Universitas Indonesia

setiap 6 bulan atau 2 tahun sekali. Untuk bahan baku yang mencantumkan waktu

uji ulang/masa simpan pada CA, pengujian ulang dilakukan sesuai waktu uji ulang

tersebut dan untuk bahan baku yang mempunyai masa daluarsa tercantum pada

CA tidak dilakukan uji ulang karena masa pakainya sesuai dengan masa daluarsa

tersebut. Pengujian kembali dilakukan terhadap semua produk yang tidak

mempunyai waktu daluarsa untuk semua bahan-bahan yang telah jatuh tempo

tanggal uji ulangnya yang tersimpan di gudang. Pengambilan contoh untuk

pengujian kembali dilakukan sesuai dengan yang direkomendasikan pada “Daftar

Daluarsa Bahan dan Obat Jadi” yang diterbitkan oleh QA setiap bulannya.

Ketentuan yang harus diperhatikan dalam pengujian ulang yaitu:

1) Untuk bahan baku tanpa waktu daluwarsa dengan retest tiap 2 tahun

sekali mempunyai masa pakai 8 tahun dengan kata lain pengujian

kembali hanya dapat dilakukan maksimum 3 kali.

2) Untuk bahan baku tanpa waktu daluwarsa dengan retest tiap 6 bulan

sekali mempunyai masa pakai 2 tahun dengan kata lain pengujian

kembali hanya dapat dilakukan maksimum 3 kali.

Pemeriksaan penuh (Full Analysis) diberlakukan untuk seluruh bahan baku

yang akan diuji ulang baik yang berasal dari Mother Company maupun dari

pemasok luar. Pada Form TT755 harus diberi catatan mengenai beberapa kali

bahan baku tersebut telah diuji ulang sebagai informasi kepada bagian gudang –

Plant Logistic. Jika dari hasil pengujian ulang tersebut dinyatakan lulus, maka

dibuatkan sertifikat analisisnya dan bahan boleh digunakan untuk produksi. Jika

tidak lulus maka bahan tersebut harus dimusnahkan. Alur pemeriksaan bahan

baku dapat dilihat pada Lampiran 6.

b. Produk ruahan (semi finished goods)

Produk ruahan adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk

dikemas. Terdapat 2 jenis produk ruahan di PT Aventis Pharma, yaitu produk

ruahan hasil produksi PT Aventis Pharma sendiri dan produk ruahan impor.

Pengambilan contoh dilakukan pada saat pembuatan berlangsung yaitu pada awal,

tengah, dan akhir proses (oleh bagian produksi). Untuk semi finished goods impor,

pengambilan contoh dilakukan di ruang sampling QC yang terdapat di gudang

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 69: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

56

Universitas Indonesia

oleh petugas QC. Cara pengambilan contoh (sampling) sama dengan yang

dilakukan pada bahan baku. Produk ruahan harus segera diperiksa sesuai dengan

spesifikasi masing-masing produk yang telah ditetapkan dan hasilnya dicatat

dalam CHP. Jika dalam pemeriksaan ditemukan hasil yang menyimpang dari

spesifikasi, maka dilakukan penyelidikan terhadap hasil di luar spesifikasi (Out of

Spesification/OOS). Pada produk setengah jadi impor yang belum dikemas dalam

kemasan primer dilakukan pemeriksaan sesuai dengan spesifikasi dan prosedur

pemeriksaannya. Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam CHP.

c. Produk jadi (finished goods)

Produk jadi adalah produk yang telah melewati seluruh tahapan produksi,

termasuk pengemasan, dan telah siap untuk didistribusikan. Terdapat dua macam

produk jadi di PT Aventis Pharma yaitu produk jadi hasil produksi sendiri (lokal)

dan produk jadi impor.

Untuk produk jadi lokal, pengambilan contoh dilakukan pada proses

pengemasan yaitu pada awal, tengah, dan akhir proses pengemasan. Terhadap

produk jadi dilakukan pemeriksaan:

1) Tanggal penerimaan

2) Nomor batch lengkap

3) Jumlah contoh pertinggal

4) Waktu kadaluarsa

5) Informasi tentang produk, semi finished good, bahan pengemas

6) Kelengkapan kemasan (jumlah isi, cetakan, kode bets, dan tanggal

kadaluarsa).

Hasil pemeriksaan dicatat dalam CHP. Untuk obat jadi impor dilakukan

pemeriksaan kelengkapan pengemas yang digunakan beserta sertifikat analisa

(CoA) yang menyertainya. Penerbitan label released/rejected atau label

penandaan lainnya untuk obat jadi impor harus diparaf oleh QC Supervisor.

4.1.2.2 Packaging Material and Other Material Control and Calibration

Tugas dari bagian ini adalah mengambil contoh dan memeriksa bahan

pengemas serta barang lain sesuai dengan spesifikasi dan prosedur yang telah

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 70: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

57

Universitas Indonesia

ditetapkan. Barang lain yang diperiksa adalah bahan-bahan pelengkap yang tidak

terlibat langsung dalam proses produksi obat, seperti masker, sarung tangan, dan

sebagainya. Bahan pengemas digolongkan dalam 2 jenis, berdasarkan kontak atau

tidaknya dengan produk, yaitu:

a. Bahan pengemas primer (Primary Packaging Materials), yaitu bahan

pengemas yang berhubungan langsung dengan produk seperti PVC-foil untuk

blister, alufoil untuk blister, cold forming foil, botol, dan tube aluminium.

b. Bahan pengemas sekunder (Secondary Packaging Materials), yaitu bahan

pengemas yang tidak bersentuhan langsung dengan produknya, seperti folding

box, packing insert, label, dan lain-lain.

Sebelum bahan dipesan, film untuk bahan pengemas tercetak disiapkan

berdasarkan artwork yang disetujui. Setelah bahan pengemas dipesan, bagian ini

akan melakukan sampling terhadap bahan pengemas yang datang. Pada waktu

pengambilan contoh kemasan primer, dilakukan di ruang sampling di bawah LAF.

Untuk kemasan sekunder pemeriksaannya dapat langsung dilakukan di gudang.

Pengambilan contoh (sampling) kemasan dilakukan secara random sesuai dengan

prosedur yang berlaku. Pemeriksaan packaging material meliputi pemeriksaan

terhadap primary packaging material, packing insert, dan folding box. Hasil

pemeriksaan dicatat di CHP dan proses selanjutnya sama dengan proses terhadap

bahan baku. Sejumlah contoh bahan pengemas primer yang telah lulus disimpan

sebagai contoh pertinggal sesuai dengan ketentuan lengkap dengan identitasnya.

4.1.2.3 Microbiological control

Microbiological control bertanggung jawab dalam mendukung

pengawasan mutu dalam hal mikrobiologi seperti permeriksaan mikrobiologi

bahan baku, produk ruahan, dan produk jadi; pemeriksaan cemaran partikel dan

mikroba di ruang produksi dan laboratorium mikrobiologi; serta pemeriksaan

mutu air. Kegiatan yang dilakukan oleh bagian ini, antara lain:

a. Pemeriksaan mikrobiologi bahan baku, produk ruahan, dan produk jadi

Pemeriksaan bahan baku disini meliputi bahan baku yang berasal dari

nabati (tepung jagung, sukrosa) serta bahan baku yang berasal dari hewani

(gelatin). Bahan baku yang harus diuji mikrobiologinya, yaitu sugar crystal, maize

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 71: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

58

Universitas Indonesia

starch, lactose, gummi arabicum, avicel pH 102, Mg stearat, glucose anhydrous,

gelatine, talcum, starch syrup, pregelatinized starch, carestar snowflake, kollidon.

Uji batas cemaran mikroba dilakukan terhadap produk-produk non steril,

termasuk bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan, dan produk jadi yang

tidak mensyaratkan steril. Produk-produk tersebut harus bebas dari beberapa jenis

mikroba seperti Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella

sp., dan E. coli atau mikroba lain sesuai spesifikasi.

b. Pemeriksaan cemaran partikel dan mikroba di ruang produksi dan

laboratorium mikrobiologi

Ruang produksi yang ada di PT Aventis Pharma adalah ruang produksi

non steril. Ruang produksi ini diklasifikasikan menjadi ruang kelas 3, kelas 2, dan

kelas 1. Setiap ruang memiliki persyaratan yang berbeda dalam hal jumlah

partikel dan jumlah mikrobanya, seperti dapat dilihat pada Tabel 1. Pemeriksaan

harus segera dilakukan jika terjadi hal-hal yang dapat menyebabkan kondisi

ruangan berubah, misalnya perbaikan Air Handling Unit (AHU), perbaikan atau

penggantian HEPA filter, dan lain-lain. Pemeriksaan cemaran yang dilakukan

antara lain:

1) Pemeriksaan cemaran partikel

Pemeriksaan cemaran partikel di udara dilakukan dengan menggunakan

alat penghitung partikel yaitu particle counter HIAC-ROYCO 245A. Pemeriksaan

tersebut dilakukan terhadap:

a) Ruangan LAF dan ruangan-ruangan produksi

b) HEPA filter

2) Pemeriksaan cemaran mikroba di udara

Pemeriksaan cemaran mikroba di udara dilakukan secara:

a) Passive settle plate (sedimentasi), dengan menggunakan lempeng agar

yang dibiarkan 4 jam di ruangan. Tujuannya adalah untuk memonitor

mikroba yang jatuh bebas dan mengendap di lantai. Media yang

digunakan adalah TSA (Tryptone Soya Agar). Jumlah mikroba yang

muncul merupakan indikasi kebersihan suatu ruangan.

b) Active air sample dengan menggunakan alat MAS-100. MAS-100

digunakan untuk memantau jumlah mikroba yang ada di udara (per m3

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 72: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

59

Universitas Indonesia

udara) dengan cara menghisap sejumlah udara tertentu dan dihembuskan

ke permukaan media padat (TSA) pada cawan petri yang diletakkan

dalam alat MAS. Penggunaan alat MAS di kawasan kelas 3 adalah

selama 2 menit untuk 200 ml udara.

3) Pemeriksaan cemaran mikroba di permukaan

Pemeriksaan cemaran mikroba di permukaan dilakukan secara apus (swab)

dan atau secara tempel contact plate menggunakan swab test atau RODAC test.

Pemeriksaan ini dilakukan pada permukaan lantai, meja, dinding, alat kerja, dan

lain-lain. Hasil pemantauan jumlah mikroba dan partikel di ruangan produksi

dicatat di lembar pemantauan bakteri dan partikel di udara area produksi; hasil

pemantauan ruang mikrobiologi dicatat pada lembar pemantauan bakteri dan

partikel di udara laboratorium mikrobiologi. Sedangkan hasil pemeriksaan

masing-masing HEPA-filter dicatat pada lembar LAF vertikal ruang pengemasan,

LAF horizontal laboratorium mikrobiologi, LAF untuk sampling. Hasil

pemeriksaan yang sudah disahkan oleh Head of IQC disirkulasikan ke QA, TSD,

dan departemen produksi sebagai informasi. Lembar hasil pemeriksaan tersebut

kemudian disimpan sebagai arsip di laboratorium mikrobiologi.

c. Pemeriksaan terhadap mutu air

Dalam proses pembuatan obat, air merupakan salah satu bahan yang selalu

digunakan dalam proses pengolahan, baik sebagai salah satu komponen produk

maupun sebagai pencuci. Oleh sebab itu, air tersebut harus memenuhi syarat yang

telah ditetapkan, antara lain standar terhadap kadar kimia, cemaran partikel dan

mikroba. Pemeriksaan mutu air dilakukan terhadap semua jenis air yang

digunakan meliputi air sumur, PAM, potable water, purified water, dan purified

water yang berasal dari MiliQ-plus. Pemeriksaan ini bertujuan untuk meyakinkan

bahwa air yang digunakan untuk proses pembuatan dan analisis obat sesuai

dengan standar yang ditetapkan. Persyaratan pada masing-masing jenis air dapat

dilihat pada Lampiran 7 dan Tabel 2. Jadwal pemeriksaan contoh air adalah:

1) Air PAM dilakukan sebulan sekali

2) Pemeriksaan air sumur dilakukan 6 bulan sekali

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 73: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

60

Universitas Indonesia

3) Pemeriksaan potable water seminggu sekali terhadap total cemaran

mikrobanya dan sebulan sekali diperiksa secara kimia, total cemaran

koliform, dan koliform tinja

4) Pemeriksaan terhadap purified water dilakukan setiap minggu secara

kimia dan total cemaran mikroba

Bila hasil pemeriksaan potable water, purified water melebihi alert dan

action limit yang telah ditentukan, maka tindakan selanjutnya adalah menerbitkan

OOS dan FIR, dengan melakukan evaluasi secara sistematis dan menyelidiki

dimana, kapan, dan apa penyebab penyimpangan tersebut.

4.1.2.4 Stability Study

Tujuan dilakukannya pemeriksaan stabilitas adalah untuk:

a. Mengetahui perubahan dan penguraian bahan aktif sehingga dapat

digunakan untuk menentukan batas waktu kadaluarsa atau batas waktu

penyimpanannya.

b. Memastikan bahwa produk yang dipasarkan stabil sampai tanggal

daluarsa yang tercantum pada label.

c. Memenuhi persyaratan registrasi obat jadi.

d. Menentukan jenis kemasan yang tepat pada kondisi penyimpanan.

e. Mengetahui apakah cara pembuatan dari setiap bets sama.

Menurut Global Standar Aventis, dikenal 5 jenis pemeriksaan stabilitas,

yaitu:

1) Tipe 0 : Bets preformulasi

Tipe 0 adalah bets untuk merancang formulasi produk baru. Stability study

ini dilakukan untuk memutuskan komposisi akhir dari formula tersebut. Sampel

disimpan dalam kondisi dipercepat (accelerated testing condition) selama 3 bulan.

2) Tipe I: Bets skala laboratorium

Pemeriksaan awal terhadap stabilitas dari bahan aktif dan produk atau

campuran dari excipientdan bahan aktif. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan

pada kondisi dipercepat (accelerated testing condition) atau under stress.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 74: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

61

Universitas Indonesia

3) Tipe II: Bets skala pilot

Penyelidikan lanjutan atas stabilitas bahan aktif atau obat jadi setelah

dilakukan scale up Production.

4) Tipe III: Bets komersial

Pemeriksaan stabilitas dari bahan aktif atau obat jadi yang akan dipasarkan

untuk mendapatkan atau mencari waktu daluarsanya.

5) Tipe IV: Post marketing studies

Untuk pemeriksaan stabilitas rutin terhadap produk yang telah dipasarkan.

Pemeriksaan dilakukan satu bets per tahun mulai dari 0 bulan kemudian setiap

tahun hingga waktu kadaluarsa tercapai.

6) Tipe V: Follow up stability testing

Yang dilakukan terhadap bahan aktif atau produk yang mengalami

beberapa perubahan, misalnya perubahan bahan baku, perubahan proses, dan

sebagainya.

7) Tipe khusus : Studi yang tidak termasuk dalam kategori di atas.

Pada umumnya pemeriksaan stabilitas tipe 0, I, II, dan III dilakukan oleh

mother plant, sedangkan tipe IV dan V dilakukan oleh Jakarta Site. Perubahan

yang dimaksud pada uji stabilitas tipe V ada dua jenis yaitu minor changes dan

major changes. Perubahan kecil (minor changes) merupakan perubahan yang

tidak memberikan dampak berarti pada kestabilan obat, contohnya perubahan

kecil pada sintesa bahan aktif, perubahan jumlah bahan pembantu sesuai dengan

kisaran tertentu yang telah dipersyaratkan, perubahan pemasok bahan pembantu,

dan lain sebagainya. Perubahan besar (major changes) merupakan perubahan

yang secara potensial dapat memberikan dampak terhadap kestabilan obat,

contohnya setiap perubahan baik kualitatif maupun kuantatif dari setiap bahan

pembantu yang sedikit mengubah sifat obat, perubahan pemasok bahan aktif, dan

lain sebagainya. Pembagian iklim, tipe pemeriksaan, kondisi penyimpanan dan

waktu pemeriksaan pada uji stabilitas dapat dilihat pada Lampiran 8. Parameter

pemeriksaan stabilitas yang dilakukan meliputi pemeriksaan wadah seperti

keadaan botol, keutuhan segel, kondisi label, dan lain-lain; dan pemeriksaan sifat

fisik dan kimia yang meliputi pemerian, berat rata-rata obat, waktu hancur,

kekerasan, kadar air, keseragaman kadar, kemurnian, pH, dan lain-lain.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 75: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

62

Universitas Indonesia

4.2 Production Department (Prosedur Tetap Production, 2010)

Secara umum, Production Department dibagi menjadi dua unit yaitu

Processing dan Packaging.

4.2.1 Processing

Kegiatan di bagian Processing secara umum dibagi menjadi dua yaitu

pengolahan untuk produk solid (tablet polos dan tablet salut selaput) dan

pengolahan untuk produk semi solid (cream, ointment, suppositoria, dan ovule).

Kegiatan ini berlangsung di kawasan kelas 3. Karyawan di kawasan kelas 3

memakai pakaian biru muda, penutup kepala putih, dan sepatu putih dan biru

muda. Bangunan di bagian produksi PT Aventis Pharma Indonesia memiliki

rancang bangun yang memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan, dan

pemeliharaan, serta dilengkapi sarana kerja yang memadai sehingga dapat

menghindari terjadinya kesalahan, pencemaran dan pencemaran silang yang

mempengaruhi mutu obat, keselamatan, dan kesehatan kerja karyawan. Bangunan

juga didesain untuk melindungi kegiatan maupun produk dari pengaruh cuaca,

banjir, dan rembesan air tanah. PT Aventis Pharma Indonesia mengacu pada

standar GMP tertinggi dari Amerika, Jepang, dan Eropa yang terdapat dalam

standar GMP dari Aventis Pharma induk (Mother Company) yang dikenal sebagai

Aventis Global Guidelines. Standar ini secara berkala selalu diperbaharui dan

ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan produk yang

dihasilkan oleh PT Aventis Pharma Indonesia. Bangunan PT Aventis Pharma

Indonesia di ruang produksi, sebagian gudang, dan QC memiliki konstruksi

sebagai berikut:

a. Dinding: Hebel, yaitu batu bata putih ringan, anti api, diplester dengan

campuran pasir dan semen dan cat dinding epoksi.

b. Flavon/langit-langit: Eterpan board (anti api) dan cat acrylic paint.

c. Lantai: beton bertulang dan cat epoksi mortar (anti gores, anti bakteri).

Pada area kelas 3 dilapisi dengan cat epoksi sedangkan pada area kelas 2

dilapisi dengan cat acrylic paint. Lantai epoksi bangunan merupakan

lantai kedap air yang digunakan untuk mencegah rembesan air tanah.

Lantai tersebut harus dijaga supaya tidak tergores dan rusak karena dapat

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 76: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

63

Universitas Indonesia

mengurangi fungsinya dan dapat menjadi tempat akumulasi

debu/partikel. Upaya yang dilakukan untuk menghindari kerusakan pada

lantai antara lain dengan penggunaan sepatu khusus yang beralaskan

karet. Bentuk-bentuk sudut pada dinding, langit-langit, maupun lantai

sebaiknya dihilangkan dengan mengganti bentuk lengkungan yang

mencegah terjadinya akumulasi debu/partikel sehingga memudahkan

pembersihan.

Ruangan produksi dibagi menjadi 2 lantai yaitu:

a. First floor digunakan untuk kegiatan-kegiatan sosial (social activites)

yaitu loker sebagai ruangan untuk ganti pakaian dan sepatu sebagai

persiapan sebelum masuk ke area kelas 3 dan kelas 2. Pada first floor

terdapat 8 loker yang terdiri dari 4 loker menuju ke kelas 3 dan 4 loker

menuju kelas 2.

b. Ground floor digunakan sebagai area untuk Processing maupun

Packaging. Persyaratan di ruang produksi meliputi kebersihan ruangan

(jumlah partikel dan cemaran mikroba), suhu, RH, intensitas cahaya,

serta perbedaan tekanan udara.

Sebelum dipakai untuk kegiatan produksi ruangan harus bersih. Setiap

ruangan yang telah dibersihkan diberi label “BERSIH” berwarna hijau, dan jika

ruangan telah digunakan dipasang label “UNTUK DIBERSIHKAN” yang

berwarna merah. Pada label tersebut juga dicantumkan masa berlaku label besih

tersebut dan personil yang melakukan pembersihan. Ruangan tersebut maksimal

harus sudah dibersihkan dalam waktu 1 minggu, tetapi biasanya setelah digunakan

ruangan segera dibersihkan. Pembersihan ruangan dilakukan oleh cleaner, akan

tetapi pembersihan alat, mesin, dan utilitasnya dibersihkan oleh operator yang

menggunakannya, untuk kemudian kode bersih itu ditandatangani oleh yang

membersihkan dan disetujui bersih oleh foreman atau supervisor di bidang

masing-masing (solid dan semisolid). Masa berlaku kode bersih berlaku adalah 1

bulan. Jika waktu tersebut terlampaui, maka alat,mesin, dan utilitasnya perlu

dibersihkan kembali. Setiap kegiatan yang berkaitan dengan produksi produk

yang berhubungan dengan bets setiap produk baik itu Processing maupun

Packaging harus selalu mengikuti pedoman yang disebut PPI (Prosedur

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 77: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

64

Universitas Indonesia

Pengolahan / Pengemasan Induk) yang selalu diperbaharui secara berkala untuk

disesuaikan dengan standar GMP, disesuaikan dengan alat yang dipunyai (jika ada

alat baru), dan untuk menjaga keseragaman serta kualitas produk yang dihasilkan

dari waktu ke waktu. Setiap perubahan yang ada di PPI harus di input melalui

change control terlebih dahulu melalui sistem terkomputerisasi yang akan

terhubung dengan bagian IQC.

Prosedur Pengolahan Induk berisi cara pembuatan atau pengolahan obat

tahap demi tahap. PPI disusun oleh Supervisor perbagian (solid, semisolid, dan

packaging) yang diperiksa oleh Production Manager dan QA Supervisor serta

disetujui oleh Head of IQC. Selain PPI, ada juga pedoman yang disebut Protap

yang juga harus dilaksanakan oleh pihak yang bersangkutan. Kedua pedoman ini

harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh

karyawan di bagian produksi.

Sebelum digunakan, ruangan di Processing harus selalu dicek agar RH <

60%, temperatur < 25°C, dan perubahan tekanan (ΔP) minimal 7,5 Pa. Untuk

memudahkan pemeriksaan kelengkapan dan kesiapan ruangan di masing-masing

bagian produksi dibuatkan check list yang disebut juga Line Clearance dan Line

Opening dan dijadikan 1 berkas dengan PPI produk yang akan dibuat. Pengecekan

dilakukan oleh operator, dan ditandatangani / disetujui oleh foreman atau

Supervisor bagian produksi. Selain itu, TSD juga melakukan pengecekan rutin

setiap 1 jam untuk melihat trend atau fluktuasi dari temperatur, RH, dan

kelembapan antara setting dan kondisi aktual.

Setiap kali hendak melakukan produksi, maka dilakukan process order (PO)

untuk memesan bahan yang diperlukan berdasarkan pada formula induk (bill of

material/master recipe). PO yang diterbitkan diterima oleh warehouse yang akan

menyiapkan material yang diperlukan. Material ini didatangkan dari warehouse

melalui airlock dan disimpan sementara di material transit room. Warehouse

merupakan ruangan kelas 1 sehingga airlock tersebut dilengkapi sistem interlock

untuk meminimalkan kontaminasi ruangan produksi. Dalam material transit

room, bahan baku yang diberikan dari gudang diperiksa jumlah, jenis, tanggal

kadaluarsa, dan label released yang tertera. Selanjutnya dilakukan pengecekan

bets. Setelah itu, dilakukan batch determination pada SAP, bahwa material sudah

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 78: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

65

Universitas Indonesia

diambil dari Bathyang dikirim. Stock adjustment dilakukan untuk memastikan

jumlah bahan yang ada. Setelah batch determination selesai, maka PO direlease

untuk kemudian dibuat Good Issue. Good Issue ini menggambarkan jumlah

barang yang benar-benar digunakan. Setelah dihasilkan bulk product, dikeluarkan

GRS untuk menginformasikan jumlah produk yang berhasil diproduksi. Pada

tahap selanjutnya dilakukan konfirmasi working hour (labour hour dan machine

hour) untuk memudahkan evaluasi terhadap produktivitas kegiatan produksi.

Setelah proses produksi selesai, maka diberi keterangan TeCo (Technically

Completed) pada sistem untuk menandai bahwa produksi produk tersebut telah

diselesaikan.

4.2.2 Packaging

Proses pengemasan berlangsung di kawasan kelas 3 dan kelas 2, yaitu

kelas 3 untuk pengemasan primer dan kelas 2 untuk pengemasan sekunder.

Karyawan di kawasan kelas 3 memakai pakaian biru muda, penutup kepala putih,

sepatu putih dan biru muda. Karyawan di kawasan kelas 2, memakai pakaian biru

tua dan penutup kepala putih serta sepatu biru. Loker bagi karyawan yang hendak

ke area kelas 3 dan kelas 2 dibuat terpisah. Persiapan proses pengemasan perlu

dilakukan dengan seksama agar tidak terjadi kekeliruan dalam penggunaan produk

ruahan dan atau bahan pengemas, salah penandaan atau cross contamination antar

produk maupun antar bets. Kegiatan pengemasan meliputi:

a. Meminta konfirmasi pemeriksaan Catatan Pengemasan Bets ke

Processing Supervisor

b. Persiapan dokumen (Prosedur Pengemasan Induk)

c. Permintaan bahan-bahan (Pengemas dan Produk Ruahan)

d. Penanganan bahan pengemas dan produk ruahan

e. Penanganan kunci lemari penyimpanan folding box dan packing insert

f. Persiapan mesin dan peralatan

g. Pemeriksaan jalur pengemasan

h. Pengawasan dalam pengemasan

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 79: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

66

Universitas Indonesia

4.2.2.1 Meminta konfirmasi pemeriksaan Catatan Pengemasan Bets ke Processing

Supervisor

Setiap catatan pengolahan bets dan produk ruahan yang akan dikemas

harus dipastikan telah dicek dan disahkan oleh Supervisor Processing produk

yang bersangkutan dan Production Manager atau wakilnya.

4.2.2.2 Persiapan dokumen (Prosedur Pengemasan Induk Pengemasan)

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan Catatan

Pengemasan Bets dari kopian prosedur pengemasan induk (PPI) untuk bets yang

bersangkutan. Dalam Catatan Pengemasan Bets berisi tentang nama produk,

jumlah bets, material yang dibutuhkan beserta jumlahnya, dan lain-lain.

Pembuatan atau revisi dan sirkulasi Prosedur Pengemasan Induk dilakukan oleh

bagian produksi. Penyimpanan Prosedur Pengemasan Induk asli disimpan di

ruang QA Manager dan setiap peminjaman atau fotokopi harus dengan izin QA

Manager. Penggunaan dokumen tersebut harus dicatat dalam buku Catatan

Pemakaian Prosedur Pengemasan Induk. Prosedur Pengemasan Induk disusun

oleh Packaging Supervisor, diperiksa oleh Production Manager dan QA

Manager, serta disetujui oleh Head of IQC.

4.2.2.3 Permintaan bahan-bahan (Pengemas dan Produk Ruahan)

Permintaan bahan-bahan ke gudang dilakukan dengan mencetak material

list dari SAP yang mencantumkan nama bahan, nomor kode bahan dan jumlah,

serta diberikan keterangan tambahan nomor bets produk jadi yang akan dibuat dan

nomor PO.

4.2.2.4 Penanganan bahan pengemas dan produk ruahan

a. Bahan pengemas primer

Bahan-bahan pengemas primer seperti tube dipindahkan ke dalam

keranjang aluminium di ruang transit antara gudang dan ruang pengemasan kelas

3. Alufoil, PVC foil, cold forming, dan rotoplast dikeluarkan dari kardusnya,

diperiksa keutuhan core dan pembungkus plastiknya kemudian dibawa ke ruang

penyimpanan bahan pengemas primer di kawasan kelas 3. Pembungkus plastik

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 80: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

67

Universitas Indonesia

harus dipastikan dalam kondisi tersegel sebelum digunakan dan segel tersebut

hanya boleh dibuka apabila material akan digunakan.

b. Bahan pengemas sekunder (cetakan)

Tiap bahan pengemas yang diterima, diperiksa dan dipastikan telah

diluluskan oleh bagian QC dengan penandaan label hijau “RELEASED”. Tiap

bahan pengemas diperiksa dan dipastikan cetakan yang diterima telah dicocokkan

dan sesuai dengan spesifikasi yang ada pada display bahan pengemas yang

berlaku. Pada tahap ini juga dipastikan dan diperiksa bahwa jumlah setiap bahan

sesuai dengan permintaan. Penerimaan bahan tersebut termasuk nomor betsnya

dicatat dalam Catatan Pengemasan Bets. Bahan pengemas yang telah dikirimkan

oleh bagian gudang diletakkan pada ruang Air Lock Secondary Packaging

Material yang kemudian dipindahkan ke atas pallet plastik yang bersih (warna

putih) dan diteruskan ke ruang persiapan untuk ditangani sesuai dengan instruksi

Prosedur Pengemasan Induk. Hasil cetakan pertama yang sesuai dengan PPI

(folding box dan master box) ditunjukkan pada Supervisor dan dimintakan paraf

serta tanggal persetujuannya oleh operator. Untuk hasil cetakan selama setting

yang mengalami bocor atau rusak tidak perlu disertakan dalam PPI. Pembuatan

folding box mengacu kepada persyaratan global PT Aventis Pharma.

c. Produk ruahan

Pada produk ruahan dilakukan pemeriksaan terhadap segel wadah. Wadah

bagian terluar dibersihkan dan diperiksa batas waktu pengemasan yang tertera

pada produk ruahan. Produk ruahan disimpan di bulk staging pada ruang kelas 1

sebelum dikemas.

4.2.2.5 Persiapan mesin dan peralatan

Dilakukan pemeriksaan kebersihan alat dan mesin yang akan digunakan

oleh Supervisor / Foreman.

4.2.2.6 Pemeriksaan jalur pengemasan

Jalur pengemasan dibersihkan dari sisa produk ruahan, bahan pengemas,

dan dokumen bets sebelumnya. Label “BERSIH” berwarna hijau yang melekat

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 81: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

68

Universitas Indonesia

pada mesin dan jalur diambil dan ditempelkan pada Catatan Pengemasan Bets

yang bersangkutan. Pemeriksaan jalur pengemasan dilakukan untuk mencegah

mix-up antar produk jadi dalam proses pengemasan dan juga untuk memeriksa

kebenaran alat kontrol isi folding box.

4.2.2.7 Pengawasan dalam pengemasan

Pengawasan dalam proses pengemasan bertujuan untuk mengontrol atau

mencegah terjadinya kesalahan dalam setiap tahap dalam proses pengemasan.

Hal-hal yang dilakukan dalam pengawasan tersebut meliputi:

a. Pengawasan yang pertama kali dilakukan adalah pada saat ganti pakaian di

ruang ganti.

b. Pemeriksaan persiapan jalur pengemasan (Packaging line). Apabila dalam satu

hari kerja jalur pengemasan dipakai untuk mengemas dua jenis produk

berturut-turut, maka sebelum digunakan untuk produk kedua harus dilakukan

pemeriksaan jalur pengemasannya.

c. Pemeriksaan kesesuaian display dan catatan pengemasan produk yang meliputi

nama produk, batch number, batch size, tanggal mulai pengemasan, tanggal

kadaluarsa, tanggal pengambilan contoh, dan tanggal selesai pengemasan

hingga dicek setiap kata untuk mencegah terjadinya kesalahan pengaturan..

d. Pemeriksaan dalam proses pengemasan dilakukan minimal 3 kali setiap hari

kerja dan apabila terjadi penyimpangan proses segera dihentikan dan

dilaporkan kepada Supervisor dan jika tidak dapat diselesaikan dilaporkan

kepada Production Manager dan QC untuk diambil langkah selanjutnya.

e. Pemeriksaan kebocoran blister atau rotoplast dengan menggunakan leakage

tester instrumen oleh bagian pengemasan.

f. Pengambilan contoh bahan pengemas (folding box dan packing insert yang

telah dicap) dan produknya di awal, tengah, dan akhir pada setiap hari

pengemasan dengan mencatat jumlah contoh, tanggal pengambilan, dan paraf

pada catatan pengemasan bets yang bersangkutan. Petugas QC akan

mengambil contoh tersebut setiap harinya.

Bagian pengemasan primer dibagi menjadi 4 jalur (line) yaitu line 1, line 2, line 3,

dan line 4 dan juga terdapat line semi solid serta suppository filling.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 82: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

69

Universitas Indonesia

a. Line 1 untuk pengemasan PVC – alu dan alu – alu blister

Di kawasan kelas 3, dilakukan pengemasan primer menggunakan blister

yang terbuat dari bahan PVC dan aluminium serta alumunium dan alumunium.

Bagian atas blister yang datar disebut alupush terbuat dari aluminium dan bagian

bawah (tempat tablet) disebut genotherm terbuat dari PVC atau cold forming foil

terbuat dari aluminium. Mesin blister yang digunakan adalah “Marchesini

LB421”. Mesin ini mempunyai sensor colour camera untuk memeriksa dan

memastikan kebenaran serta kelengkapan blister.

Sampah yang dihasilkan pada line ini ditimbang, diberi label dan

dilaporkan. Sampah yang dihasilkan diberi label set-up waste untuk blister kosong

yang telah dicetak; re-blister waste untuk blister yang telah sampai ke secondary

packaging tetapi dikembalikan, kemudian isi diambil, dan dikemas kembali;

running waste untuk sisa potongan blister pada tepian; dan reject waste untuk

blister yang di-reject sebelum sampai ke secondary packaging.

Pada kawasan kelas 2, tablet yang telah diblister dikemas dalam folding

box ditambahkan packing insert dan dimasukan dalam folding box.

Selanjutnyafolding box dicetak no bets dan expired date pada inkjet print. Masing-

masing folding box ditimbang menggunakan Checkweigher. Hal ini dilakukan

untuk mencegah terjadinya kekurangan blister atau packing insert. Kemudian

folding box dimasukkan ke dalam master box dan disegel sebelum dikirim ke

bagian gudang. Sebelum masuk gudang, masing-masing master box ditimbang

dengan timbangan “Mettler Toledo” yang kapasitas maksimalnya 30 kg. Hasil

penimbangan harus memenuhi batas yang telah ditentukan. Jika tidak memenuhi

batas maka master box dibuka kembali untuk memeriksa jumlah folding box-nya.

Jika ada sisa tablet dalam blister yang tidak penuh dan dimasukkan dalam folding

box, maka sisa tablet ini dilaporkan dan kemudian dihancurkan. Sedangkan pada

master box yang tidak penuh, pada sisi luar folding box ditulis (incomplete)

jumlah isi sebenarnya.

b. Line 2 untuk pengemasan alu-alu blister

Di kawasan kelas 3 dilakukan pengemasan primer yang semuanya terbuat

dari aluminium. Bagian atas blister yang datar disebut alupush dan bagian bawah

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 83: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

70

Universitas Indonesia

(tempat tablet) disebut cold forming foil. Mesin yang digunakan pada line ini

adalah “Uhlmann UPS 300/955”. Mesin ini mempunyai sensor mekanik yang

dapat mendeteksi blister yang kosong. Mesin ini dapat digunakan untuk

mengemas berbagai obat dengan mengganti spare parts yang sesuai. Obat-obat

yang dikemas dengan menggunakan mesin ini adalah Telfast 60, Telfast 120,

Telfast 180, Telfast plus, Amaryl 1, Amaryl 2, Amaryl 3, Amaryl 4, Triatec 10,

Triatec 5, dan Triatec 2,5.

c. Line 3 untuk pengemasan PVC-alu blister

Di kawasan kelas 3 dilakukan pengemasan pimer menggunakan bahan dari

aluminium, PVC, atau tripleks. Bagian atas blister yang datar disebut alupush dan

bagian bawah (tempat tablet) disebut cold forming foil. Mesin yang digunakan

pada line ini adalah “Uhlmann B1240”. Mesin ini mempunyai kamera yang dapat

mendeteksi blister yang kosong. Mesin ini dapat digunakan untuk mengemas

berbagai obat dengan mengganti spare parts yang sesuai. Obat-obat yang dikemas

dengan menggunakan mesin ini adalah Telfast 60, Telfast 120, Telfast 180,

Telfast plus, Amaryl 1, Amaryl 2, Amaryl 3, Amaryl 4, Triatec 10, Triatec 5, dan

Triatec 2,5.

d. Line 4 untuk pengemasan tablet dalam botol

Pada line 4 terdapat mesin yang baru didatangkan dari Taiwan untuk

pengemasan dalam botol (bottling) untuk produk baru PT. Aventis Pharma yaitu

tablet multivitamin. Hingga bulan April 2014, mesin baru tersebut masih dalam

proses kualifikasi operasional yang dilakukan oleh QA officer dengan bantuan

staff dari TSD.

e. Line semi solid untuk pengisian krim ke dalam tube serta pengisian

suppositoria/ovula ke dalam rotoplast

Di kawasan kelas 3 dilakukan pengemasan pimer untuk krim. Mesin

“Axomatic Optima 900” digunakan untuk mengisikan krim ke dalam tube, untuk

melipat bagian ujung tube yang kosong dan untuk mencatat penandaan berupa

nomor bets dan tanggal daluarsa pada lipatan tube. Mesin ini berada di bawah

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 84: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

71

Universitas Indonesia

LAF. Selain itu terdapat mesin filling suppositoria “Dott Bonapache” untuk

pengisian sediaan suppositoria dan ovula ke dalam wadah yang dinamakan

rotoplast. Mesin “Dott Bonapache” ini hanya berfungsi untuk pengisian,

selebihnya untuk sealing atua penyegelan serta pencetakan nomor bets, daluarsa,

dan HET menggunakan bantuan mesin lain diantaranya “Alphajet”.

4.3 Technical Services Department (TSD)(Prosedur Tetap TSD, 2009)

Technical Services Department(TSD) di PT. Aventis Pharma dipimpin

oleh seorang manajer. Tanggung jawab dari TSDmencakup kualifikasi peralatan,

fasilitas, dan sistem penunjang (utility); Air Handling Unit (AHU); Water

Generation Plant (WGP); serta perawatan fasilitas, peralatan, dan sarana

penunjang.

4.3.1 Kualifikasi Peralatan, Fasilitas dan Sistem Penunjang (Utility)

Kualifikasi adalah pembuktian secara tertulis yang menunjukkan bahwa

suatu alat, fasilitas, sistem penunjang, komputer, dan proses pengemasan secara

otomatis bekerja sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sehingga secara

konsisten dapat menghasilkan produk dengan standar mutu yang ditetapkan.

Kualifikasi hanya dilakukan sekali yaitu pada saat awal penggunaan alat, mesin,

maupun sarana penunjang. Kualifikasi sendiri memiliki 4 cakupan, yaitu :

a. Design Qualification (DQ)

Dokumen Design Qualification berisi tinjauan tentang persyaratan spesifik

yang diinginkan user menyangkut desain alat, spesifikasi, konstruksi, dan hasil

yang akan dicapai alat bersangkutan. Dokumen ini disusun sebelum alat

bersangkutan dibeli. DQ hanya dilakukan untuk Prospective Qualification yaitu

untuk alat atau sistem baru dan harus disiapkan sebelum Installation Qualification

(IQ), tidak dilakukan untuk mesin lama. Ada beberapa hal yang harus diuraikan

dalam DQ, yaitu:

1) User Requirement Specification (URS)

URS berisi deskripsi detail dari user mengenai hal-hal apa saja yang

diperlukan dalam proyeknya. Selain itu URS mengandung informasi yang

diperlukan oleh perancang guna memulai deskripsi teknis yang ditemukan pada

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 85: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

72

Universitas Indonesia

spesifikasi fungsional dan digunakan sebagai dasar untuk Performance

Qualification (PQ).

2) Functional Specification (FS)

FS berisi uraian teknis yang diperlukan untuk mencapai URS. FS

diperlukan untuk menyiapkan Operation Qualification (OQ).

3) Technical Specification (TS).

TS menjelaskan persyaratan yang harus dipenuhi dalam rangka

mewujudkan FS, sehingga TS adalah FS yang lebih detail. TS memberi landasan

dan daftar item yang harus diverifikasi saat IQ. Jika diperlukan, audit pemasok

dilakukan untuk melengkapi DQ. DQ sendiri buat oleh tim TSD, unit IQC, dan

pengguna alat tersebut. Setelah DQ terdefinisikan, dilakukan pengesahan DQ

kemudian diikuti dengan FAT (Factory Acceptance Test). Dokumen FAT

diperoleh dari pembuat alat tersebut. FAT adalah dokumen released dari produsen

untuk meyakinkan bahwa alat/mesin/utilitas berjalan sebagaimana mestinya. Pada

saat proses released tersebut, pihak pembeli, dalam hal ini PT Aventis Pharma

Indonesia, diundang untuk datang. FAT dapat dilakukan perubahan/modifikasi

sesuai dengan keinginan perusahaan.

b. Installation Qualification (IQ)

Installation Qualification adalah pembuktian secara tertulis bahwa

peralatan bersangkutan dibuat dan dipasang dengan benar, semua komponen, serta

sistemnya ada dan sesuai DQ. IQ menguji atribut statis dari suatu alat atau sistem.

Dokumen IQ meliputi identifiers; engineering specification; utility and

installation testing; instrument calibration; preventive maintenance; change

parts, tooling and software; service documents; special procedures; serta final

engineering drawings. Pemasangan instalasi dilakukan bersama dengan

wakil/teknisi pemasok. Pada saat pemasangan mesin biasanya disertai dengan

pelatihan secara langsung dari teknisi pemasok tentang pemasangan,

pemeliharaan, dan perbaikan.

c. Operation Qualification (OQ)

Operation Qualification adalah pembuktian secara tertulis bahwa peralatan

bersangkutan dapat beroperasi sesuai kriteria/desain yang telah ditentukan, yang

kebenaran kerjanya dapat dibandingkan dari kriteria penerimaannya. OQ menguji

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 86: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

73

Universitas Indonesia

atribut dinamis dari suatu alat atau sistem. Mesin tersebut dikualifikasi dalam

keadaan nyala/running untuk mengetahui apakah mesin beroperasi sesuai dengan

fungsinya.

d. Performance Qualification (PQ)

Performance Qualification adalah pembuktian secara tertulis bahwa

peralatan atau suatu product contact utility dapat secara konsisten memberikan

kinerja yang baik. Hal ini dimaksudkan agar alat dapat menghasilkan produk

sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Protokol PQ meliputi critical

parameters, acceptance parameters and acceptable ranges, serta test

methods/procedures to complete the test of critical parameters.

4.3.2 Air Handling Unit (AHU)

Air Handling Unit (AHU) merupakan peralatan yang digunakan untuk

mengkondisikan udara di dalam suatu ruangan. AHU digunakan agar semua

parameter kritis dari kualitas udara dapat dikontrol sesuai dengan kelas

ruangannya menurut Global Engineering Guideline. Parameter kritis dari kualitas

suatu udara adalah suhu, tekanan, kelembaban (RH, air change per hour, jumlah

partikel, dan jumlah mikroba.

AHU hanya diterapkan di pabrik (Warehouse, Processing, dan Packaging)

dan tidak di ruangan kantor. Sistem yang mengontrol AHU adalah Building

Management System (BMS). BMS merupakan sistem yang menempatkan sensor

pada tiap ruangan dan AHU itu sendiri. Dari sistem ini akan dikontrol baik

kondisi udara yang terdapat pada AHU serta yang dihasilkan di ruangan. Ada 14

tipe AHU yang berada di area gudang dan di area produksi baik pengolahan

(kawasan kelas 3) maupun pengemasan (kawasan kelas 3 dan kelas 2). Jenis-jenis

AHU beserta ruang yang disuplai dapat dilihat pada Tabel 3.

Setiap 6 bulan sekali dilakukan kualifikasi terhadap sistem AHU. Setiap

ruangan mempunyai return line dan supply line yang berbeda sehingga selalu

tersedia udara bersih dalam ruangan. Pada ruangan Processing dan Primary

Packaging juga dilengkapi dengan exhauster yang berfungsi untuk membuang

udara keluar (tidak mengalami resirkulasi). AHU yang ada merupakan AHU yang

bertingkat dimana AHU yang pertama mengambil udara segar dari luar yang

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 87: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

74

Universitas Indonesia

disebut dengan AHU-FA (AHU-Fresh Air), kemudian udara tersebut akan

dialirkan ke AHU. AHU bertingkat dimaksudkan untuk mengurangi beban kerja

AHU dalam mendinginkan udara sehingga akan meningkatkan masa kerja dari

AHU tersebut. Udara pada AHU mengalir dari intake module kemudian

didinginkan oleh cooling coil di dalam coil module. Sistem pendinginan pada

cooling coil ini berasal dari chilled water. Akan tetapi ada juga AHU yang sumber

dinginnya berasal dari refrigerant, sering juga disebut dengan Direct Expantion

AHU (DX AHU). Tujuan pendinginan ini adalah untuk menurunkan suhu dan

menurunkan kelembaban dengan mengembunkan uap air yang ada di dalam

udara. Sensor suhu (Pt 100) dipasang pada pipa suplai dan return chilled water,

sehingga perubahan suhu pada chilled water dapat dipantau/ dimonitor setiap saat

sesuai dengan kebutuhan.

Udara dihisap melalui fan module, setelah didinginkan oleh cooling coil

kemudian didorong oleh supply fan untuk masuk ke ruangan-ruangan yang

disuplai. Sebelum keluar, udara disaring untuk mengurangi partikel dan bakteri

yang ada menggunakan filter. Udara yang masuk ke AHU akan mengalami

penyaringan berkali-kali. Ada 3 jenis filter dalam sistem AHU, yaitu pre filter

(efisiensi 30%), medium filter (efisiensi 80-95%) dan HEPA filter (efisiensi

99,995%). Tidak semua AHU dilengkapi dengan HEPA filter. AHU yang

memiliki HEPA filter, yaitu AHU-02, AHU-03, AHU-04, AHU-05A, AHU-05B,

AHU-06, dan AHU-DX03. Untuk mengetahui besarnya perbedaan tekanan di

filter dan mengetahui kondisi keabsahan filter tersebut maka digunakan alat

Differential pressure dipasang pada medium filter dan HEPA filter.

4.3.3 Water Generation Plant (WGP)

Dalam kegiatan industri yang dijalankan PT Aventis Pharma, terdapat

berbagai macam tingkat air yang digunakan. Dalam proses produksi, pencucian,

serta kegiatan lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan uji laboratorium,

PT Aventis Pharma menggunakan purified water. Untuk uji laboratorium (kimia

dan mikrobiologi) digunakan ultra purified water, hasil pengolahan purified water

diperoleh dari alat Milli Q-Plus. Sumber utama purified water adalah potable

water (air PAM yang telah melewati sand filter dan mengalami klorinasi). Sumber

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 88: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

75

Universitas Indonesia

purified water dapat juga dari air sumur (well water) jika air PAM (drinking

water) tidak mengalir. Purified water di area produksi disuplai dari water

generation plant, sedangkan untuk laboratorium QC disuplai dari alat Milli RX

75. Pemeriksaan purified water dilakukan sekali dalam seminggu oleh analis QC.

Dalam sistem Water Generation Plant, ada 3 bagian penting yang semuanya

berlangsung dan dikontrol secara otomatis (computerized), yaitu:

a. Osmotron berkapasitas 500 L/jam, yaitu sistem pengolahan air melalui

reverse osmosis (RO) dan electro de ionization (EDI).

b. Water tank, yaitu tempat penampungan purified water setelah melalui RO.

c. Loopo, yaitu sistem sirkulasi dan distribusi purified water dari water tank ke

pengguna (user point).

Tahap-tahap pengolahan purified water dapat dilihat pada Lampiran 9

dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Air mengalir dari sumber air ke WGP system (letaknya disamping ruang

office di pharma factory dengan pintu khusus). Sumber air ada 2 yaitu air

PAM/drinking water (akan diubah menjadi potable water) dan well water.

Well water dipakai jika air PAM tidak mengalir.

2. Air akan menuju multimedia filter yang berfungsi untuk menyaring partikel-

partikel besar. Filter ini memiliki mekanisme pembersihan secara otomatis

(diprogram setiap jam 11 malam melalui metode backwashing).

3. Kemudian air akan disaring lagi dalam backwash filter (proses pembersihan

diri terjadi secara otomatis dan kontinyu, diatur supaya air masuk dan kotoran

langsung dibuang ke drain).

4. Air masuk ke dalam water softener yang di dalamnya terdapat resin. Di sini

kesadahan air (water hardness) dikurangi dengan mekanisme pengikatan ion,

sehingga kandungan ion dalam air berkurang (konduktivitas air belum

diukur). Pada proses ini diinjeksikan NaCl sebagai pengikat ion, ion positif

akan diikat oleh Na+ dan sebaliknya oleh Cl-. Terdapat 2 tanki softener pada

proses ini, di dalamnya terdapat resin (mediator pengikat ion) yang perlu

diregenerasi secara berkala. Dua tanki softener bertujuan untuk meringankan

beban kerja (1 tanki sudah dapat memberikan kontribusi 100%, dengan

adanya 2 tanki beban kerja itu dibagi). Ketika tanki 1 diregenerasi maka katup

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 89: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

76

Universitas Indonesia

pada tanki 1 tertutup dan proses softening dilakukan oleh tanki yang lain. Air

selalu mengalir dari tanki 1 ke tanki 2 karenanya perbandingan regenerasi

tanki 1 dan tanki 2 adalah 3:1. Regenerasi dilakukan dengan mencuci ion-ion

yang ada pada resin (resin berumur kerja 5 tahun). Air yang telah melalui

water softener kemudian dideteksi tingkat kesadahannya dengan residual

hardness meter. Tingkat konduktivitas air sampai tahap ini adalah sekitar

1400 μS/cm. Konduktivitas air PAM berkisar antara 1600 μS/ cm. Air yang

telah mengalami water softening disebut soft water.

5. Soft water akan mengalir ke filter 5 μm. Disini terjadi penginjeksian sodium

bisulfit yang digunakan untuk mengikat kelebihan ion Cl maupun Cl bebas.

6. Soft water akan mengalami proses RO. Disini terjadi proses desalinasi untuk

menghilangkan kandungan garam dari soft water. Hasil RO dari soft water

disebut permeate, sedangkan sisanya (concentrate) akan dibuang. Pada

osmotron terdapat water conversion factor (WCF) yang mengatur

perbandingan soft water dan permeate menjadi 75%. Semua air buangan yang

ditampung dalam drain diolah di WWTP. Permeate memiliki nilai

konduktivitas sebesar 10 μS /cm.

7. Permeate akan mengalami electric de ionization (EDI) dalam septron. Pada

proses EDI terjadi pertukaran ion dengan bantuan stimulasi listrik (dengan

sengaja dialirkan listrik pada air, sehingga molekul akan pecah menjadi ion-

ion yang reaktif, selanjutnya air terstimulasi ini digunakan untuk mencuci

permeate). RO dan EDI bertujuan untuk menurunkan konduktivitas air. Hasil

pengolahan permeate dalam septron disebut diluted purified water yang

memiliki nilai konduktivitas sebesar 0,09 μS/cm3 (limit yang dipersyaratkan

1,3 μS/cm3), selanjutnya air akan ditampung dalam water tank.

8. Water tank dilengkapi dengan valve dan switch level. Jika water tank sudah

penuh akan mengaktifkan switch level untuk menutup valve, sehingga

purified water tidak masuk lagi ke dalam water tank. Air akan tersirkulasi

kembali dan bergabung dengan soft water untuk diolah kembali (WCF yang

tadinya 75% menjadi 90%). Mode operation system-nya berubah dari

operation menjadi circulation dimana volume dan kecepatan pompa diatur

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 90: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

77

Universitas Indonesia

(computerized). Purified water harus selalu mengalir dan kecepatan alirannya

dijaga untuk menghindari pertumbuhan bakteri.

9. Purified water kemudian didistribusikan ke user points dengan loopo

distribution system. Pada sistem ini terdapat heat and cooling exchanger yang

berguna untuk mengubah suhu air sehingga sesuai dengan parameter purified

water. Suhu setelah keluar dari water tank adalah 30°C, setelah dilewatkan

dalam exchanger dan terjadi penyeimbangan kalor (asas Black) suhu menjadi

25°C. Pendingin dalam exchanger berasal dari chilled water (5°C).

10. Setelah beberapa waktu akan muncul lapisan biofilm di permukaan dalam

pipa, dibersihkan dengan loopo sanitation system. Air dari water tank

dipanaskan sampai 85°C selama 90 menit dalam exchanger dengan

menggunakan superheated water (120°C bertekanan 6 bar dan berwujud

cair). Ketika sanitasi dilakukan water tank berisi 24%, valve tidak boleh

dibuka, sehingga mode yang berjalan adalah sirkulasi seperti ketika water

tank penuh, chilled water valve tertutup otomatis, sementara di user points

tidak boleh ada karyawan untuk alasan HSE. Proses sanitasi di loopo system

ini dilakukan 2 kali setahun.

11. Pembersihan yang dilakukan di osmotron dilakukan dengan menggunakan

H2O2 (desinfektan) yang diinjeksikan selama 15 menit ke pipa sebelum tanki

softener, setelah air dibiarkan dalam keadaan diam selama 3 jam (ada waktu

kontak dengan permukaan pipa/wadah/RO membrane/EDI) agar proses

desinfeksi efektif. Setelah proses pencucian otomatis, air sisa pembersihan

dibuang. Pembersihan osmotron juga dilakukan 2 kali setahun (Juni dan

Desember).

12. Tanki NaOH 5% hanya diinjeksikan jika sumber air yang dipakai adalah

well water karena banyak mengandung logam berat dan bakteri. NaOH

diinjeksikan ke pipa sebelum membran 5 μm secara otomatis dan terus-

menerus selama well water dipakai. Dengan well water maka WCF yang

dipakai pada proses RO adalah 50%.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 91: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

78

Universitas Indonesia

4.3.4 Perawatan Fasilitas, Peralatan, dan Sarana Penunjang (Utility)

Semua fasilitas, peralatan, dan utility yang digunakan dalam kegiatan

produksi perlu dirawat menurut sistem yang memadai. Sistem maintenance di PT

Aventis Pharma dikontrol secara terkomputerasi dengan Maintenance

Management System (MMS). Aplikasi MMS dinilai perlu untuk dilakukan

perubahan karena aplikasi MMS merupakan program aplikasi yang lama yang

sudah tidak kompatibel dengan sistem windows yang baru. Selain itu, pemakaian

aplikasi MMS juga tidak bisa diperbaharui lagi sehingga mesin – mesin terbaru

tidak dapat dicantumkan informasi dan jadwal perawatannya. Hal lain yang dirasa

kurang dari aplikasi MMS ini adalah adanya kekurangan dari versi MMS yang

memiliki interval software yang masih dalam week basis. Interval ini

menyebabkan tidak presisinya keterulangan schedule setelah beberapa lama.

Untuk melengkapi kekurangan MMS, maka dikembangkan suatu sistem

baru yang dapat menghasilkan hasil kerja yang lebih baik. Sistem ini dinamakan

e-MMS adalah aplikasi web yang digunakan untuk melakukan penjadwalan

maintenance terhadap mesin yang ada. Aplikasi ini sedang dikembangkan agar

siap untuk digunakan di PT. Aventis Pharma. Untuk itu, perlu adanya suatu proses

validasi yang meyakinkan bahwa aplikasi ini dapat digunakan dan menghasilkan

kinerja sesuai yang diinginkan.

Alasan dilakukan pemeliharaan terhadap alat-alat maupun utility agar:

a. Alat maupun utility yang digunakan tidak membahayakan keselamatan kerja

dari karyawan.

b. Alat maupun utility yang digunakan tetap menghasilkan produk dengan

kualitas terjamin.

c. Masa/umur penggunaan alat dan utility berlangsung lama.

Maintenance alat maupun utility di perusahaan ada 2 macam yaitu:

1. Preventive maintenance, bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan

sehingga mengurangi jumlah kerusakan alat maupun utility.

2. Break down maintenance, bertujuan untuk memperbaiki peralatan maupun

utility yang rusak.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 92: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

79

Universitas Indonesia

4.4 Health, Safety, and Enviroment Department (HSE)(Prosedur Tetap

HSE, 2011)

Health, Safety, and Enviroment (HSE) PT Aventis Pharma Indonesia

berada di bawah Industrial Affairs Division yang bertanggung jawab menangani

masalah kesehatan (health), keselamatan (safety), dan lingkungan (environment)

di PT Aventis Pharma. HSE menjadi suatu aspek yang mendasari semua kegiatan

di PT Aventis Pharma selain CPOB. Sebelumnya departemen ini bernama EHS

(Environment, Health, and Safety), kemudian diubah menjadi HSE karena di suatu

industri farmasi pengolahan, timbulnya gangguan kesehatan bagi personel yang

terkait merupakan kemungkinan yang terbesar dibandingkan kedua aspek HSE

lainnya. HSE dikepalai oleh seorang supervisoryang membawahi bagian yang

menangani lingkungan hidup dan kesehatan dan bagian yang menangani

keselamatan kerja.

Tujuan HSE adalah:

a. Untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja, mencegah dan

menanggulangi segala macam bahaya yang mengancam seluruh karyawan,

kontraktor, dan tamu.

b. Untuk meminimalkan pencemaran lingkungan selama proses produksi dari

mulai penanganan bahan baku hingga setelah produk jadi dihasilkan.

c. Mencegah kontaminasi selama proses produksi terhadap personel terkait.

d. Meminimalkan kontaminasi produk sampingan terhadap lingkungan.

e. Mencegah kontaminasi terhadap produk baik dari lingkungan maupun

karyawan.

Dasar yang digunakan oleh PT Aventis Pharma dalam melaksanakan HSE

adalah Global HSE Standar, HSE guidelines, HSE key requirement, dan peraturan

negara mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dikeluarkan oleh

Departemen Tenaga Kerja (Depnaker), serta Upaya Kesehatan Kerja yang

dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan (Depkes). K3 kemudian lebih dikenal

sebagai LHK3 (Lingkungan Hidup, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja).

Berdasarkan global HSE, hierarki dokumen HSE dari tingkatan tertinggi sampai

tingkatan terendah berturut-turut adalah sebagai berikut:

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 93: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

80

Universitas Indonesia

a) Kebijakan HSE (HSE Policy)

b) Persyaratan Utama (Key requirements)

c) Standard (Standard)

d) Panduan (Guidelines)

e) Prosedur Tetap (Standard Operating Procedures/SOP)

Semua dokumen tersebut kecuali Prosedur Tetap (Protap) disusun oleh

Aventis Global untuk dilaksanakan di seluruh Aventis site. Sementara itu, protap

disusun di masing-masing Aventis site untuk dilaksanakan di site yang

bersangkutan. Key requirements HSE merupakan elemen esensial minimum yang

harus diterapkan di suatu site. Standar HSE menjelaskan hal-hal yang perlu

dilakukan oleh site saat menerapkan Key requirements. Guidelines adalah

dokumen yang umumnya berisi informasi teknis dalam bentuk protap.

Sasaran kebijakan program HSE di PT Aventis Pharma berpedoman pada

prinsip pengembangan yang berkesinambungan yaitu:

a. Secara aktif berusaha mencegah dampak yang merugikan terhadap udara, air

tanah, sumber daya alam, dan kesehatan manusia.

b. Menghindarkan terjadinya cedera pada semua karyawan, kontraktor, dan

masyarakat sekitar.

c. Memberi perhatian pada aspek HSE dalam perancangan pabrik, perancangan

dan pengembangan produk baru, serta mengelola resiko HSE dari semua

produk.

d. Mengatasi dampak lingkungan yang timbul.

e. Mengukur kinerja dan menyampaikan hasilnya secara terbuka untuk

membangkitkan keyakinan dan pengakuan pada semua pihak yang

berkepentingan.

Untuk menjamin realisasi tujuan HSE dan memastikan program-program

HSE terselenggara, diperlukan sistem pengelolaan HSE yang komprehensif.

Sistem managemen HSE mencakup pengembangan kebijakan, pengorganisasian,

perencanaan dan implementasi, pengukuran kinerja, evaluasi kinerja, dan

pengauditan. Proses sistem manajemen tersebut berlangsung secara berulang dan

berkesinambungan.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 94: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

81

Universitas Indonesia

4.4.1 Health (Kesehatan Kerja)

Kebijakan yang dimiliki oleh PT Aventis Pharma dalam bidang kesehatan,

yang menjadi tanggung jawab HSE adalah dalam pelaksanaan Industrial Hygiene

(IH) dan Occupational Health (OH). Untuk melaksanakan IH, harus dilakukan

terlebih dahulu identifikasi bahaya dan faktor yang dapat membahayakan

keamanan pekerja dan alat kerja di tempat itu. Faktor resiko yang perlu

diwaspadai adalah prosedur kerja, material, serta proses dan alat kerja yang

dipakai. Upaya untuk melindungi pekerja terhadap bahaya kontaminasi produk

adalah dengan exposure monitoring terutama terhadap bahan OEB level 3 dan 4.

Tujuan exposure monitoring adalah untuk meyakinkan bahwa lingkungan kerja

aman dan tidak mengganggu kesehatan, sehingga hak karyawan terhadap

kesehatannya ketika tidak lagi bekerja di perusahaan ini dapat dijamin, serta

terjadinya penyakit akibat kerja dan kontaminasi pada lingkungan oleh produk

dapat dihindari. Langkah-langkah dalam exposure monitoring:

a. Sampling, alat yang digunakan adalah sampling plump yang alirannya (flow)

disesuaikan dengan wujud zat aktif yaitu high flow (2 L/menit) untuk dust,

dan low flow (0,75 L/menit) untuk favour gas. Collecting media yang spesifik

untuk menampung partikel bahan aktif dan filter untuk menyaring udara yang

masuk sehingga udara bersih bisa dikeluarkan kembali.

b. Hasil sampling dikirim ke Global Hygiene Laboratory di Bridgewater,

Amerika Serikat.

Selanjutnya, dilakukan program penanggulangan bahaya. Program ini

harus jelas mencantumkan judul, tujuan, jadwal kegiatan, biaya, penanggung

jawab, dan ukuran keberhasilannya (cara evaluasi). Setelah itu, program yang

telah disusun tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan aspek komunikasi

(sosialisasi kepada karyawan) dan persyaratan administratif (meninjau kembali

apakah persyaratan sertifikasi peralatan, kualifikasi operator, zoning daerah resiko

tinggi, dan sebagainya telah dilaksanakan sesuai dengan standar yang berlaku).

Pada akhir pelaksanaan program, dilakukan evaluasi yang mencakup aspek teknis

dan mutu, biaya, serta waktu pelaksanaan. Penilaian terhadap suksesnya pelatihan

dilakukan dengan diadakannya inspeksi diri sewaktu-waktu terhadap aspek HSE.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 95: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

82

Universitas Indonesia

Peningkatan self awareness karyawan terhadap HSE adalah dengan usaha safety

talk, briefing, dan training.

Dalam pemantauan kesehatan kerja perlu diperhatikan nilai ambang batas

pemaparan yang lebih dikenal dengan istilah OEB (Occupational Exposure Band)

dan OEL (Occupational Exposure Limit). Penggolongan OEB diperoleh dari OEL

yang disederhanakan. Aventis mengkategorikannya berdasarkan konsentrasi

paparan aktif yang dipercaya aman untuk kesehatan karyawan. OEB adalah

paparan yang dapat diterima 8 jam kerja per hari atau 40 jam kerja seminggu.

Dengan mengetahui nilai OEB suatu senyawa, kesehatan dan keamanan kerja

karyawan dapat ditingkatkan. Tingkatan OEB dapat dilihat pada Tabel 4. Kategori

produk PT Aventis Pharma berdasarkan OEB dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai

ambang batas pemaparan lain yang harus diperhatikan adalah kebisingan dan

paparan gas. Batas pemaparan suara yang dapat menyebabkan kebisingan adalah

85 dB. Contohnya mesin GUK di bagian Packaging memiliki pemaparan suara 90

dB sehingga diperlukan usaha noise reduction dengan menggunakan earpug dan

earmuf. Paparan gas beracun banyak terjadi di laboratorium dan usaha untuk

mengatasinya adalah dengan pembuatan protap, pelatihan penggunaan lemari

asam, dan pemisahan jenis limbah cair di laboratorium.

4.4.2 Safety (Keselamatan kerja)

Tanggung jawab HSE dalam bidang keselamatan (safety) sangat besar

dalam rangka menjamin keselamatan pekerja, tamu, dan kontraktor. Program yang

dilakukan dalam rangka pelaksanaan keselamatan kerja antara lain:

a. Pelaksanaan inspeksi diri dan risk assesment di tempat kerja.

b. Penerapan hasil risk assesment .

c. Penggunaan tangga dan pintu darurat.

d. Pengadaan sistem izin kerja dan izin penggunaan peralatan untuk semua

pekerjaan yang dilakukan di lingkungan perusahaan.

e. Sosialisasi program-program HSE dan pelatihan bagi karyawan.

Tanggung jawab HSE diantaranya adalah menyiapkan fire protection

untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran, antisipasi banjir, emergency

preparedness, dan training. Yang termasuk dalam fire protection adalah smoke

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 96: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

83

Universitas Indonesia

detector, fire extinguisher, hydrant, sprinkler, dan foam cart (untuk kebakaran

yang disebabkan karena bahan kimia). Fasilitas lain adalah emergency exit di

setiap ruangan untuk memudahkan orang keluar saat terjadi bahaya yang secara

otomatis akan mengaktifkan alarm. Untuk mengantisipasi keluarnya air yang

sudah terkontaminasi bahan berbahaya dan beracun (B3) dari gudang ke luar

daerah gudang dipasang water barrier (Blobel Water Retention BL/BED-PM) di

Warehouse. Pemasangan dilakukan di warehouse karena di tempat inilah sebagian

besar inventory pabrik disimpan, sehingga jika terjadi kontaminasi pada daerah

warehouse air tidak akan terbawa keluar area gudang. Emergency preparedness

adalah suatu drill evakuasi (terhadap kebakaran dilakukan 3 bulan sekali) yang

dilakukan sebagai latihan evakuasi jika suatu waktu tertentu terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan di pabrik, seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, teror, atau

sabotase, dan sebagainya.

Untuk meningkatkan partisipasi seluruh departemen dalam menjaga

keselamatan kerja, maka HSE mengadakan program LTI (Lost Time Injury) atau

IWLT (Injury Without Lost Time). LTI adalah suatu cedera yang menyebabkan

hilangnya hari kerja. Sedangkan IWLT adalah keadaan dimana cedera yang

ditimbulkan tidak menyebabkan kehilangan hari kerja, walaupun membutuhkan

medical treatment seperti dijahit, pingsan, dan lain-lain. Setiap departemen

memiliki papan untuk mencantumkan jumlah hari yang telah dilewati tanpa

terjadinya LTI dan jumlah hari tanpa IWLT. Sehingga bila ada bagian yang

jumlah LTI atau IWLT-nya di atas rata-rata dapat langsung diketahui, dievaluasi,

dan diambil langkah-langkah pencegahan yang paling sesuai. Training dilakukan

untuk memperkenalkan aturan-aturan di pabrik sehingga dalam bekerja dapat

terjamin keamanan dan keselamatan kerja. Training ini dilakukan terhadap

karyawan baru dan kontraktor yang akan bekerja di pabrik. Kontraktor juga perlu

diberi training (safety orientation) karena pada suatu waktu terjadi persentase

kecelakaan kerja kontraktor lebih tinggi daripada karyawan (misal pada saat

renovasi pabrik). Program HSE untuk karyawan baru adalah dengan memberikan

booklet tentang HSE dan pelatihan yang diadakan di bawah departemen masing-

masing.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 97: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

84

Universitas Indonesia

Dalam HSE dikenal adanya hierarchy of control (hierarki pengendalian),

dimana upaya yang dilakukan dalam mengendalikan seluruh aspek yang

berhubungan dengan HSE dilakukan menurut prioritas utama terlebih dahulu.

Apabila prioritas utama tidak mungkin diterapkan, baru dipertimbangkan untuk

mengambil langkah berikutnya. Misalnya untuk mengurangi paparan bahan aktif

yang berlebihan dapat dicari solusi dengan menerapkan hierarki pengendalian

sebagai berikut:

a. Eliminasi

Prosedur ini dilakukan dengan menghilangkan faktor yang menjadi

sumber permasalahan, misalnya menghilangkan bahan atau alat yang berbahaya.

b. Subtitusi

Prosedur ini dilakukan dengan mengganti faktor yang menjadi sumber

permasalahan dengan bahan lain yang lebih aman.

c. Engineering control

Cara ini dilakukan dengan mengatur variabel mesin/peralatan menjadi

lebih aman untuk digunakan, misalnya mendesain dan memodifikasi alat,

merancang sebuah bentuk alat, mesin, dan sarana penunjang apapun yang bersifat

ergonomis (penyesuaian terhadap anatomi tubuh dan kebiasaan bersikap dalam

bekerja) yang dapat memudahkan suatu pekerjaan untuk dilakukan sehingga

karyawan merasa nyaman dalam bekerja dan tidak mudah merasa lelah.

d. Administrative control

Dilakukan dengan cara menerapkan SOP atau mengatur waktu paparan

pekerja terhadap faktor yang membahayakan, misalnya dengan mengatur shift

kerja karyawan.

e. Penggunaan alat pelindung diri (APD)

Langkah ini dilakukan sebagai upaya terakhir yang dilakukan untuk

melindungi karyawan atau bisa juga diterapkan sebagai solusi sementara pada saat

engineering approach masih didesain, misalnya penggunakan, earpug, masker,

dan sarung tangan. Dalam rangka pengukuran kinerja HSE, pencegahan

pengulangan kejadian setiap kecelakaan dan nyaris celaka harus diselidiki dan

dilaporkan. Finding kecelakaan dibedakan menjadi 3 yaitu:

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 98: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

85

Universitas Indonesia

a) Critical (harus diselesaikan hari itu juga)

b) Major (diberi waktu 2 hari dalam penyelesaiannya)

c) Minor

Keselamatan kerja dipengaruhi oleh 2 aspek yaitu perilaku yang tidak

aman dan lingkungan kerja yang tidak aman. Finding dalam perilaku kerja harus

diselesaikan saat itu juga, sedangkan untuk kondisi kerja diselesaikan dalam

waktu 2 hari. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki berupa

benturan antara dua massa/energi sehingga timbul kerusakan, cedera, dan

kerugian. Near miss adalah suatu kejadian dimana dua massa/energi hampir

bersentuhan sehingga tidak sampai menimbulkan kerugian fisik. Arti penting dari

kejadian near miss adalah kecelakaan dapat terjadi dengan situasi dan kondisi

yang sama dengan kejadian ini. Oleh karena itu dengan melakukan investigasi

terhadap near miss dapat berguna untuk mencegah terjadi kecelakaan di kemudian

hari. Prioritas kecelakaan yang perlu diinvestigasi adalah:

1. Jatuh dari ketinggian

2. Penanganan dan penggunaan bahan kimia, termasuk jika terjadi

tumpahan bahan kimia. Tumpahan bahan kimia dapat tergolong keadaan

darurat jika tumpahan bervolume 200 L atau lebih

3. Berhubungan dengan mesin dan alat kerja

4. Menyebabkan cedera berat

5. Kecelakaan berulang

6. Pelanggaran peraturan.

Tim investigasi terdiri dari kepala unit/departemen tempat kejadian, staf

HSE, Human Resource Administration, wakil serikat kerja, dan Technical

Production/IQC sebagai pengkaji laporan. Laporan hasil investigasi dibuat paling

lambat 2x24 jam setelah kejadian dan ditujukan kepada Depnaker dan

Global/Regional Aventis. Laporan tersebut berupa:

a. Immediate reporting untuk kecelakaan besar.

b. Real time reporting untuk Lost Time Injuries dan Injury Without Lost

Time.

c. Monthly reporting untuk karyawan dan kontraktor.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 99: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

86

Universitas Indonesia

Tim investigasi melakukan investigasi dengan sistematika sebagai berikut:

a. Melakukan evaluasi menyeluruh di tempat kejadian (situasi tempat kerja,

mesin dan alat kerja yang dipakai, prosedur kerja, dan urutan kejadian).

b. Mengambil gambar/foto sebelum tempat kejadian dibersihkan.

c. Membuat sketsa dan ukuran situasi di tempat kejadian.

d. Mencatat semua saksi dan melakukan wawancara untuk evaluasi.

Program lain dari HSE adalah:

a. Menciptakan sistem pengumpulan Material Safety Data Sheet (MSDS)

yang efektif dan efisien terhadap semua bahan kimia yang dipergunakan

di kawasan Aventis Pharma

b. Menetapkan sistem yang menjamin bahwa MSDS yang tersedia adalah

valid dan MSDS yang berlaku tersebut tersimpan baik dan mudah

ditemukan saat diperlukan oleh yang membutuhkan.

Material Safety Data Sheet adalah suatu bentuk info tertulis yang pada

umumnya memuat data mengenai identifikasi produk kimia dan perusahaan

pembuat, identifikasi bahaya, pertolongan pertama pada kecelakaan, langkah

penanganan bila terbuang ke lingkungan secara tidak sengaja, penanganan dan

penyimpanannya, serta pengendalian pemaparan dan perlindungan dari personel.

Selain itu MSDS juga berisi data mengenai sifat-sifat fisika dan kimia bahan,

stabilitas dan reaktivitas, toksikologi, dan informasi lainnya. Alur pengumpulan

dan penyimpanan MSDS bahan produk Aventis Pharma dapat dilihat pada

Lampiran 10.

4.4.3 Environment (Lingkungan Hidup)

Dalam bidang lingkungan, tanggung jawab HSE department dalam hal:

a. Environmental Management System (EMS)

Meliputi seluruh sistem pendokumentasian standar lingkungan yang

berada di PT Aventis Pharma Indonesia. Laporan implementasi Rencana Kegiatan

Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan lingkungan (RPL) disusun oleh

perusahaan untuk dilaporkan ke Badan Pemeriksa Lingkungan Hidup Daerah

(BPLHD) tiap 3 bulan sekali.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 100: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

87

Universitas Indonesia

b. Environmental Risk Assessment (ERA)

Environmental Risk Assessment (ERA) merupakan program yang

mencakup analisis dampak lingkungan hidup bagi seluruh karyawan PT Aventis

Pharma. Program ini mencakup segala kegiatan dan aspek-aspeknya, fasilitas, dan

lingkungan yang dapat memberikan dampak bagi kesehatan dan keselamatan

karyawan.

c. Waste Management System

Merupakan usaha dalam pengelolaan sampah, dengan melakukan waste

minimizing maupun reduction dengan cara eliminasi/reduksi, daur ulang, dan

disposal (insinerasi atau ditanam). Limbah yang dihasilkan ini harus dikelola agar

tidak mencemari lingkungan di sekitarnya. Jenis limbah dari PT Aventis Pharma

adalah limbah padat, limbah cair, limbah suara, dan limbah gas. Alur penanganan

limbah dapat dilihat pada Lampiran 11.

Limbah padat ada dua macam, yaitu:

1. Limbah padat B3

Pengelolaan limbah padat B3 (misalnya hasil pemeriksaan laboratorium,

produk expired, produk rejected, bahan padat yang kontak langsung dengan

bahan obat maupun obat jadi, dan debu obat dari dust collector), dilakukan

oleh PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri). Limbah tersebut disimpan di

waste storage, kemudian dibawa ke PPLI setelah 90 hari.

2. Limbah padat non B3 (bahan berbahaya dan beracun)

Limbah padat non B3, misalnya sampah dari kantor, pengelolaannya adalah

dengan dijual atau dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir oleh petugas

seminggu 2 kali.

Limbah cair ada tiga macam, yaitu:

1. Limbah cair B3

Limbah cair B3 seperti limbah dari laboratorium berupa zat organik,

anorganik, alkohol, asam, garam, juga dari TSD seperti NaOH untuk

pembuatan purified water, air aki, dan sodium metabisulfit dikelola di PPLI.

Limbah cair B3 disimpan dalam waste storage. Limbah cair B3 yang beratnya

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 101: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

88

Universitas Indonesia

<50 kg/hari boleh disimpan lebih dari 90 hari, tetapi jika beratnya >50 kg/hari

tidak boleh disimpan lebih dari 90 hari.

2. Limbah cair non B3

Limbah cair non B3 seperti limbah cair domestik (air cucian, septic tank,

kantin, dan kantor) dikelola melalui IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)

atau waste water treatment plant (WWTP), karena menurut peraturan

pemerintah limbah cair harus diolah dulu sebelum dibuang.

3. Limbah cair berupa oli

Limbah cair berupa oli yang digunakan untuk perawatan kompresor dan

genset disimpan dalam waste storage untuk kemudian dikirimkan ke pengolah

limbah PT Nirmala Tipa. Pengolah limbah cair yang lain adalah PT Dongwoo,

tapi PT Dongwoo juga mengirimkan limbah padat hasil olahannya ke PPLI

sebagai satu-satunya pengolah limbah B3 maupun non B3 baik cair maupun

padat. Menurut Keputusan Gubernur Kepala DKI Jakarta No. 582/1995 tentang

Penetapan Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Baku Badan Air Serta Baku

Mutu Limbah Cair di Wilayah DKI Jakarta dan Keputusan Gubernur DKI

Jakarta N0.299/1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Peruntukan dan

Baku Mutu Air Sungai/Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah

DKI Jakarta, maka ditetapkan buangan limbah cair PT Aventis Pharma

Indonesia dibuang ke kali Sunter dimana peruntukannya adalah untuk

pertanian dan usaha perkantoran. Buangan limbah cair tersebut sebelum

dibuang harus diperiksa dan parameternya harus memenuhi persyaratan yang

dapat dilihat pada Tabel 6.

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau WWTP (Waste Water

Treatment Plant) digunakan untuk mengolah air (limbah cair non B3) sebelum

dibuang ke lingkungan. Air yang berasal dari pabrik ini harus diolah terlebih

dahulu karena masih mengandung zat-zat yang berbahaya yang dapat mencemari

lingkungan. Bagan WWTP dapat dilihat pada Lampiran 12. Pada intinya, prinsip

dari WWTP adalah sebagai berikut:

1) Limbah dari office building 1 dan 2 akan masuk ke dalam septic tank,

kemudian airnya dialirkan masuk ke Collecting pit (CP) 1. Limbah dari Multi

Purpose Building (MPB), Quality control (QC), dan Workshop akan masuk

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 102: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

89

Universitas Indonesia

septic tank, kemudian airnya dialirkan masuk CP 2. Limbah dari factory

masuk ke dalam septic tank kemudian airnya dialirkan ke CP 3. Air dari CP

1, CP 2, dan CP 3 akan masuk dengan menggunakan switch level, jika tinggi

permukaan cairan di masing-masing CP sudah mencapai batas maka pompa

akan secara otomatis mengalirkan cairan ke equalization tank (di atasnya

terdapat perforated screen/penyaring kotoran seperti daun, plastik, dan lain-

lain).

2) Di equalization tank, dimana air dengan berbagai konsentrasi dan kondisi dari

ketiga collecting pit tersebut mengalami ekualisasi sehingga parameter

variatif dapat disetarakan untuk meringankan beban aerasi. Kapasitas

equalization tank adalah 50 m3 dan aliran yang terjadi per harinya adalah 100

m3, proses ini memakan waktu 8 jam, sementara total pengolahan air adalah

24 jam.

3) Selanjutnya, air masuk ke dalam aeration tank dengan menggunakan switch

level dimana terjadi aerasi untuk memberikan udara (oksigen) yang cukup

bagi bakteri pengurai (sebagai syarat aerasi) dan menghilangkan bau. Dalam

proses aerasi ini digunakan proses biologik aerobik dengan menggunakan

bakteri aerob (pembiakan bakteri sebesar 50 m3 yang dibiakkan dan dibiarkan

selama kurang lebih 10 jam).

4) Selanjutnya aliran limbah menuju sedimentation tank. Bakteri yang mati,

kotoran, tanah, partikel padat akan tersedimentasi (proses overflow tanpa

pompa) menjadi sludge dan diendapkan dalam sedimentation tank yang

berbentuk kerucut di dasar, sludge mengendap ke bawah sementara air bersih

berada di atas. Dari sedimentation tank, air akan dialirkan ke clean water tank

yang sebelumnya telah mengalami klorinasi dengan hipoklorit NaOCl 12%

untuk membunuh sisa bakteri yang belum tersedimentasi (kecepatan tetesan

diatur) kemudian dialirkan ke sungai. Sebelum air dibuang ke sungai, harus

dilakukan pemeriksaan BOD, COD, pH, total nitrogen, TSS (Total Suspended

Solid), KMnO4, antibiotika, dan kadar fenol terlebih dahulu setiap 24 jam

sekali. Pemeriksaan dilakukan menggunakan instrumen dan reagen khusus

sesuai protap.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 103: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

90

Universitas Indonesia

5) Sludge (lumpur) yang telah diendapkan dalam sedimentation tank akan masuk

ke sludge tank dengan menggunakan pompa. Kemudian sludge dikeringkan

dalam sludge drying bed. Sludge kering selanjutnya dibawa ke PPLI untuk

proses lebih lanjut.

6) Khusus untuk limbah cair yang berasal dari sisa mencuci alat yang

mengandung antibiotik dipisahkan, kemudian diproses terlebih dahulu dalam

pre-treatment tank untuk merusak struktur molekul antibiotik sehingga tidak

mengganggu proses aerasi karena antibiotik dapat membunuh bakteri yang

ditumbuhkan dalam aeration tank.

4.5 Plant Logistic Department (Prosedur Tetap Plant Logistic, 2010)

Plant Logistic Department ini terdiri dari 2 bagian, yaitu warehouse dan

planning. Planning membawahi Inter-company Section, Export Section, dan

External Manufacturing Section. Plant Logistic Department di PT Aventis

Pharma Indonesia ini dapat dipahami fungsinya sebagai departemen yang

menjembatani komunikasi antara bagian produksi dan pemasaran. Plant Logistic

Department bertugas untuk melakukan perencanaan pengadaan material yang

akan dipakai pada proses produksi obat, penyusunan jadwal proses produksi di

pabrik, dan mengendalikan persediaan bahan baku dan produk jadi yang ada di

gudang. Tugas Plant Logistic adalah menerima forecast yang telah dibuat oleh

bagian pemasaran untuk kemudian dianalisis dengan mempertimbangkan

prioritas, Plant Cycle Time, dan Track Record dari pemasaran, kemudian bersama

bagian produksi menyusun rencana produksi. Demikian pula dengan pengadaan

barang di gudang dibuat dengan dasar perkiraan (forecast) terhadap penjualan

obat jadi atau distribusi obat jadi ke supplier atau Pedagang Besar Farmasi (PBF).

Rencana produksi disusun berdasarkan kebutuhan pasar akan barang-barang, stok

barang di gudang, dan berdasarkan jadwal penggunaan mesin untuk produksi obat

lain.

Forecast dari pemasaran tidak diterima begitu saja oleh Plant Logistic,

pemasaran harus memberikan presentasi dan argumen yang kuat berkaitan dengan

forecast yang dibuatnya serta estimasi kemampuannya untuk memasarkan produk.

Karena tidak selamanya forecast yang diberikan pemasaran disertai kemampuan

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 104: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

91

Universitas Indonesia

untuk memasarkannya, perlu bagi Plant Logistic untuk menganalisis lebih lanjut.

Jumlah permintaan berdasarkan forecasting sangat tergantung dari kegiatan

pemasaran bulan itu misalnya sedang ada kegiatan sosial atau advertising dimana

dimungkinkan jumlah penjualan besar yang harus ditunjang oleh produksi. Tetapi

harus tetap dijaga untuk mencegah terjadinya over stock. Sosialisasi forecast

dijabarkan dalam Sales and Operation Planning (S&OP) yang terbagi menjadi 2

level yaitu:

a. S&OP Level Satu, merupakan pertemuan dengan pemasaran yang

mempertimbangkan pengaruh eksternal (pemasaran)

1. S&OP level 1A

Data permintaan atau forecast serta rencana penjualan didasarkan pada

informasi stok dari distributor (ex distributor)

2. S&OP level 1B

Forecast didasarkan pada stok yang ada di factory (ex factory).

b. S&OP Level Dua, merupakan pertemuan yang mempertimbangkan masalah

internal secara umum, yang berkaitan dengan industrial pada bulan tertentu.

Pertemuan ini bersifat strategik, yang dilakukan untuk mengoptimalkan

faktor-faktor yang ada di produksi. S&OP level II merupakan meeting yang

dihadiri oleh seluruh kepala dan Manager yang termasuk dalam Industrial

Affairs dan dipimpin oleh Plant Logistic Department.

Hasil pertemuan ini dibawa ke pertemuan mingguan dalam weekly

meeting, dihadiri oleh production department, technical service department,

industrial quality and compliance. Pertemuan ini dipimpin oleh Plant Logistic

untuk membahas penjabaran yang bersifat operasional untuk menetapkan weekly

schedule. Plant Logistic memimpin pertemuan ini dengan membawa semua data

yang dimiliki (posisi persediaan di gudang maupun di distributor, yang statusnya

harus released) untuk kemudian membicarakan final forecasting yang harus

dipenuhi oleh bagian produksi. Di sini juga dibicarakan isu-isu yang berkaitan

dengan produksi, misalnya akan adanya mesin/alat baru atau renovasi yang dapat

menyebabkan kegiatan produksi berhenti dan pabrik juga kosong, juga jika ada

trial terhadap mesin atau kondisi baru di pabrik dan kapan pabrik bisa beroperasi

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 105: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

92

Universitas Indonesia

lagi. Jika ada masalah yang tidak bisa ditemukan solusinya, masalah dapat dibawa

ke rapat S&OP.

4.5.1 Export Section, Inter-company Section

4.5.1.1 Export Section

Seksi ini menangani produk-produk yang akan diekspor ke berapa negara

seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Tujuan ekspor

adalah selalu interco Aventis di negara-negara yang dimaksud. Kinerja seksi ini

dilihat dari Customer Service Level (CSL). Jika delivery date (yang telah

disepakati antara PT Aventis Pharma Jakarta site dan interco tujuan) di salah satu

negara tersebut tidak tepat/terlambat akan berakibat menurunnya nilai CSL

(missed). Customer Service Level dari PT Aventis Pharma Indonesia diukur oleh

Aventis Global berdasarkan delivery date within minus 7 dalam bulan yang sama

(working days). Jika keterlambatan terus terjadi, dapat mengakibatkan site Jakarta

tidak lagi dipercaya oleh interco di negara-negara tersebut yang kemudian dapat

mengalihkan pesanannya ke site Aventis lain selain Indonesia.

4.5.1.2 Intercompany Section

Seksi ini melakukan tugasnya dalam hal procurement receptionist, dan

menangani produk-produk yang didatangkan dari Aventis site yang lain

(intercompany atau sering disebut sebagai interco) mulai dari pemesanan sampai

dengan barang datang. Produk-produk yang sering didatangkan dari interco

adalah active materials. Interco yang dituju sebagai produsen active materials

yang dimaksud, merupakan site rujukan yang telah ditetapkan oleh mother

company dalam rangka menjamin konsistensi mutu dan kualitas produk yang

dihasilkan. Untuk produk yang dibeli dari pihak luar (third party) ditangani oleh

Purchasing Department. Intercompany PT Aventis Pharma Indonesia antara lain:

a. Aventis Limited India

b. Aventis Pharma Deutschland GmbH

c. Aventis Pharma Inc. Kansas City, USA

d. Aventis Pharma SA

e. Aventis Pharma Sp A, Scoppito Italia

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 106: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

93

Universitas Indonesia

f. Aventis Pharma, Doma France

g. Fison Pharmaceutical

h. HMR Interphar

i. Hoescht Procurement Int. Trading & Services (HPI, T&S)

j. Nippon Aventis Service

4.5.2 Warehouse (Gudang)

Gudang adalah tempat penerimaan, penyimpanan, dan distribusi barang

berupa bahan baku, bahan pengemas, produk ruahan, obat jadi, dan bahan lain

yang dibutuhkan untuk membantu kelancaran proses produksi maupun proses

pengemasan, yang mempunyai nilai ekonomis, sehingga perlu ditangani secara

khusus agar barang yang disimpan tersebut senantiasa sesuai secara kuantitatif

antara stok secara fisik (aktual) dengan stok secara administratif (stok di SAP).

Mutu suatu produk sangat dipengaruhi oleh cara penanganan bahan awal, mulai

dari penerimaan, penyimpanan, dan distribusi ke bagian pengolahan maupun

pengemasan. Alur keluar masuknya barang di Warehouse PT Aventis Pharma

diatur sedemikian rupa sehingga berjalan satu arah. Barang masuk dan barang

keluar melalui pintu yang berbeda dan begitu barang masuk akan langsung berada

di area karantina. Setiap ada penerimaan barang dari supplier, selalu dilakukan

pengecekan fisik barang dan dokumen yang menyertainya termasuk ada tidaknya

label supplier pada master box. Demikian juga untuk distribusi barang, baik

internal (Processing, Packaging, QC) maupun eksternal (distributor), harus

diperiksa kelengkapan dokumennya (Material Request Note dan Sales Order).

Denah warehouse PT Aventis Pharma dapat dilihat pada Lampiran 13. Gudang di

PT Aventis Pharma menggunakan WMS (warehouse management system).

Penerapan WMS (Warehouse Management System) dapat memberikan

optimalisasi terhadap sistem warehouse di PT Aventis Pharma. Setiap tahapan,

mulai dari kedatangan (incoming), penyimpanan (storage), hingga pengambilan

barang (outgoing) direkam dan dikontrol menggunakan suatu sistem secara

komputerisasi. Penyimpanan di warehouse PT Aventis Pharma dilakukan secara

grouping atau pengelompokkan, bisa berdasarkan jenis barang (finished good;

semi-finished good) termasuk packaging lalu disesuaikan dengan kondisi

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 107: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

94

Universitas Indonesia

penyimpanan yang tepat, misalnya daerah abu-abu (suhu < 25°) , daerah biru

(suhu 2-8°) untuk produk pasteur.

Setiap barang yang masuk akan melalui pintu incoming, dan terdapat

ruang antara sebelum memasuki wilayah warehouse. Pihak warehouse akan

mengidentifikasi barang tersebut dan mencatat segala hal/kondisi terkait barang

tersebut, misal kondisi wadah, kesesuaian barang, nomor bets, tanggal kadaluarsa,

dll. Data yang telah terkumpul kemudian akan dimasukkan ke dalam suatu sistem

sehingga sistem akan menentukan lokasi penyimpanannya (koordinat) dan

dihasilkan Good Reciept Slip dan print-out berupa label yang ditempelkan pada

bagian luar unit barang. Label bersifatspesifik terhadap tiap unit barang dan

terdapat barcode sebagai identitas tiap unit barang. PT Aventis Pharma tidak

memiliki area khusus, misalnya area karantina untuk barang/produk yang belum

dilakukan oleh pihak QC, karena telah menggunakan suatu sistem yang baik

sehingga peletakan barang karantina dapat diletakkan dimanapun agar tidak ada

space yang tidak terpakai sehingga meningkatkan optimalisasi penggunaan space

pada warehouse.

Barang yang telah diberikan label kemudian akan diantarkan ke area/lokasi

sesuai dengan koordinat yang telah ditetapkan oleh sistem dengan menggunakan

bantuan fork-lift. Barang tersebut tidak dapat diambil oleh pihak Produksi apabila

produk tersebut belum dilakukan pengujian oleh QC. PT Aventis Pharma tidak

lagi menggunakan label Rejected atau Released yang dikeluarkan oleh pihak QC

karena penggunaan label tersebut hanya mengurangi efisiensi waktu. Oleh karena

itu, sistem yang diterapkan dapat mempermudah pemberian status tersebut secara

online oleh pihak QC. Sampling yang dilakukan oleh pihak QC pun juga tercatat

secara online, misalnya jumlah yang digunakan untuk sampling dapat langsung

didata oleh sistem, sehingga secara otomatis sistem akan memotong stok barang

sesuai dengan jumlah setelah dilakukan sampling oleh QC.

Gudang PT Aventis Pharma termasuk dalam area kelas 1 (setara dengan

kelas E pada CPOB 2012) yang menurut suhunya dibagi menjadi tiga daerah

yaitu:

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 108: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

95

Universitas Indonesia

4.5.2.1 Ruangan cold storage

Ruangan ini mempunyai suhu antara 2-8°C. Ruangan ini digunakan untuk

penyimpanan bahan-bahan yang tidak tahan terhadap suhu tinggi seperti vaksin

(produk Aventis Pasteur). Jika pegawai masuk ke ruangan ini harus dilengkapi

dengan pakaian khusus yang melindungi karyawan dari suhu ini. Ruangan ini

dikunci dengan pengawasan khusus. Pada ruangan ini terdapat alat kontrol

khusus, dimana jika suhu di bawah 2°C atau di atas 8°C maka alarm akan

berbunyi secara otomatis.

4.5.2.2 Ruangan cool storage

Ruangan ini merupakan ruangan dengan suhu terkendali yaitu antara 16°-

25°C. Ruangan dengan suhu ini terdapat dua area yaitu:

a. Starting material cool storage untuk menyimpan raw material (bahan baku

dan bahan pengemas primer) dan semi finished goods.

b. Finished material cool storage untuk menyimpan produk jadi.

4.5.2.3 Ruangan dengan suhu kamar (ambient temperature)

Ruangan ini mempunyai suhu sesuai dengan kondisi ruangan tanpa adanya

pengendalian suhu. Ruangan yang temasuk pada kategori ruangan dengan suhu

kamar adalah:

a. Ruang penerimaan barang, dimana ruangan ini berfungsi untuk penerimaan

barang dari distributor maupun supplier yang lain.

b. Ruang pengeluaran barang, dimana ruangan ini berfungsi khusus untuk

pengeluaran barang.

c. Ruang khusus rejected material untuk menyimpan barang yang direject.

Ruangan ini dibatasi dari ruangan lain dengan teralis besi dengan warna

merah. Ruangan ini dikunci dengan pemegang kunci hanyalah orang-orang

tertentu yang bertanggung jawab terhadap barang yang ada di dalamnya.

d. Rak returned goods untuk menyimpan produk-produk kembalian yang

dikarantina.

e. Rak untuk pengemas sekunder, rak ini digunakan untuk menyimpan bahan-

bahan pengemas sekunder. Area ini dibagi menjadi area karantina dengan

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 109: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

96

Universitas Indonesia

batas garis berwarna kuning dan area released dengan batas garis berwarna

hijau.

f. Lemari terkunci untuk menyimpan packing insert. Packing insert ini

dimasukkan dalam lemari terkunci agar tidak tertukar satu dengan yang lain.

g. Ruang transit 1 untuk mengirim bahan baku dari gudang ke bagian

pengolahan (kawasan kelas 3).

h. Ruang transit 2 untuk mengirim produk ruahan dan pengemas primer dari

gudang ke bagian pengemasan yang ada pada kawasan kelas 3.

i. Ruang transit 3 untuk mengirim pengemas sekunder (folding box dan master

box), packing insert, dan produk repacking dari gudang ke bagian pengemas

di kawasan kelas 2.

j. Ruang transit 4 untuk mengirim finished goods dari bagian pengemasan di

kawasan kelas 2 ke bagian gudang untuk disimpan.

Selain ruangan-ruangan tersebut masih ada ruang untuk pengambilan

contoh atau disebut ruang sampling. Ruangan ini merupakan ruangan dengan

kategori kelas 3, dimana suhu, tekanan, dan kelembabannya diatur sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan untuk ruang kelas 3 dan dilengkapi dengan LAF.

Ruang sampling digunakan oleh bagian QC untuk mengambil contoh bahan baku

dan bahan pengemas primer. Sedangkan untuk bahan baku yang disimpan di

gudang ruang cold storage, pengambilan contoh dilakukan di ruangan cold

storage. Sedangkan untuk pengambilan contoh pengemas sekunder dilakukan

pada ruang dengan suhu kamar.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di gudang, antara lain:

a. Penerimaan barang

1. Penerimaan barang dari pemasok

Pada saat penerimaan barang dari pemasok, dilakukan pemeriksaan

kelengkapan dokumen, antara lain surat pengantar pemasok, invoice, CoA. Bahan

yang tidak terdapat dalam Purchase Order (PO) dari PT Aventis Pharma hanya

dapat diterima jika ada persetujuan dari Plant Logistic dan selanjutnya dibuatkan

Goods Receipt Slip (GRS) ke dalam SAP setelah dibuatkan PO oleh purchasing.

Bahan yang datang dicocokkan dengan PO, apakah sesuai dengan jumlah dan

waktu pemesanan. Bahan yang datang diperiksa keutuhan kemasan dan kebenaran

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 110: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

97

Universitas Indonesia

label yang melekat pada wadahnya, antara lain nama bahan, nomor batch atau lot

dari pabrik atau supplier, nama pembuat/pemasok, jumlah bahan, nomor PO,

tanggal kadaluwarsa.

Untuk memeriksa kuantitasnya, dilakukan pemeriksaan berat atau jumlah

dengan menimbang atau menghitung. Apabila terdapat dokumen yang tidak

lengkap, kemasan rusak, berat/jumlah tidak sesuai, harus memberitahukan ke

Plant Logistic, IQC, dan purchasing, serta diinformasikan dalam GRS yang

dibuat. Untuk bahan baku, produk ruahan, produk jadi impor, dan produk toll

manufacturing diperiksa setiap wadahnya. Untuk bahan pengemas diperiksa

sejumlah √n+1, dengan n adalah jumlah wadah yang diterima. Dalam penerimaan

bahan aktif, bulk, semi finished goods, dan finished goods harus dilakukan

pemeriksaan silang oleh foreman. Untuk produk yang disimpan dalam gudang

dingin dimasukkan ke gudang dingin dan diperiksa di sana. Surat pengantar dari

pemasok ditandatangani dan diberi stempel perusahaan. Barang pengantar yang

sudah diperiksa diberi label karantina dengan ketentuan:

a. Untuk raw material, semi finished goods import dan packaging material

siapkan label sesuai dengan jumlah wadah yang diterima.

b. Untuk finished goods dan repacked semi finished goods, setiap pallet

ditutup dengan penutup atau jaring kemudian diberi satu label per pallet.

Tempatkan bahan pada area karantina atau rak karantina dengan

memperhatikan persyaratan penyimpanan. Untuk barang yang belum diberi label

karantina tetapi harus masuk ruang karantina karena alasan tertentu, misalnya:

karena barang datang pada malam hari maka dapat dimasukkan atau disimpan di

area karantina dan diberi label karantina sementara. Kemudian alamat bahan

dicatat pada buku penerimaan atau karantina.

2. Penerimaan bahan dan produk jadi dari processing dan packaging

Pemeriksaan dokumen yang menyertai penyerahan produk yaitu GRS. Produk

jadi yang diserahkan harus ditutup dengan jaring untuk menghindari terjatuh atau

bercampur/tertukar dengan produk jadi yang lain. Dilakukan pemeriksaan

penandaan label pada wadah yang mencakup nama produk, nomor bets, berat

bersih/jumlah satuan kemasan, label ”SAMPLE TAKEN” dari QC, petunjuk

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 111: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

98

Universitas Indonesia

penyimpanan khusus. Produk yang diterima diperiksa dengan menghitung atau

menimbang satu persatu kemudian disimpan di rak penyimpanan.

3. Penerimaan obat kembalian

Obat kembalian adalah obat jadi yang kembali setelah diserahterimakan dari

PT Aventis Pharma ke pihak ke tiga (distributor, ekspedisi) dan dikembalikan lagi

ke gudang PT Aventis Pharma dengan alasan:

a. Masalah keabsahan atau salah kirim

b. Penarikan produk dan/atau pack size dari pasaran

c. Kerusakan obat dan pengemasnya (setelah keluar dari gudang PT Aventis

Pharma) selama pengiriman atau penyimpanan

d. Kelainan dari segi kualitas obat (kualitas obat/kualitas bahan pengemas)

PT Aventis Pharma menerima obat kembalian yang berasal dari gudang yang

sudah diawasi oleh PT Aventis Pharma, gudang distributor yang sudah diawasi

oleh PT Aventis Pharma, dan gudang distributor yang tidak diawasi oleh PT

Aventis Pharma termasuk lembaga rumah sakit, apotek, dan lain-lain. Adapun

prosedur dalam penanganan obat kembalian adalah:

a. Surat pengantar dari distributor ditandatangani sebagai bukti bahwa

barang telah diterima di gudang.

b. Data dimasukkan dalam SAP kemudian dilakukan posting goods issue

untuk mencatat obat kembalian yang diterima ke dalam SAP, selanjutnya

penyerahan surat jalan berupa GRS sebagai bukti penerimaan obat

kembalian kepada QC setelah ditambahkan semua informasi yang

diperlukan QC.

c. Tempelkan label QUARANTINE pada produk yang bersangkutan dan

disimpan pada area karantina, terpisah dari produk lain (dalam keranjang

yang terkunci) sesuai dengan kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan.

b. Penyimpanan bahan dan produk jadi

Sistem penyimpanan menggunakan zoning system, dimana material disimpan

dengan memperhatikan:

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 112: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

99

Universitas Indonesia

1. Sebelum penyimpanan material, periksa petunjuk mengenai cara

penyimpanan dengan melihat status, jenis material, dan suhu

penyimpanan.

2. Tempatkan material pada rak penyimpanan sesuai jumlah yang

diperlukan dan dilakukan pencatatan alamat rak bahan, nama produk,

jumlah, nomor batch pada buku alamat (address card).

3. Pisahkan pallet berisi bahan yang sedang ditahan (blocked) dan

ditempatkan pada area karantina sambil menunggu penanganan lanjut

sesuai disposisi dari IQC Departemen atau Purchasing Department.

4. Tempatkan bahan yang ditolak (rejected) pada material rejected area.

5. Tempatkan debu produksi (garbage) pada waste area.

6. Penyimpanan produk Toll-in diberi tanda pada rak.

c. Pengeluaran barang

1. Pengeluaran bahan baku

Warehouse pharmacist/foreman mencari dan menentukan bahan/bets

yang akan dikeluarkan dengan prebatch determination pada sistem SAP. Untuk

bahan baku yang akan diproses dan bahan pengemas, harus ada label

”RELEASED” yang disahkan dengan adanya nomor CoA dan diparaf oleh QC

Unit. Bahan yang lebih dulu waktu kadaluarsanya (First Expired First Out/FEFO)

merupakan pilihan pertama yang lebih dulu dikeluarkan dan barang yang lebih

dulu diterima (First In First Out/FIFO) merupakan pilihan kedua. Bilamana kedua

hal di atas sama maka bahan dalam jumlah terkecil harus dikeluarkan lebih

dahulu. Petugas mengambil bahan yang disimpan dengan mencari alamat di

address card. Bahan-bahan dipisahkan sesuai dengan material list yang diterima

dari bagian produksi (satu pallet diperuntukkan satu PO). Dari hasil catatan

lakukan posting transfer dari warehouse oleh warehouse pharmacist atau

wakilnya ke Production Supply Area (PSA). Penyerahan bahan hanya dapat

dilakukan atas permintaan Supervisor atau foreman dengan menyertakan transfer

slip yang telah ditandatangani oleh pelaksana dan mendapat paraf Supervisor dan

foreman.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 113: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

100

Universitas Indonesia

2. Pengeluaran produk ruahan dan bahan pengemas atas permintaan

packaging/processing

Warehouse pharmacist/foreman mencari dan menentukan bahan/bets

yang akan dikeluarkan dengan prebatch determination pada SAP. Untuk bahan

baku yang akan diproses dan bahan pengemas, harus ada label ”RELEASED”

yang disahkan dengan adanya nomor CoA dan diparaf oleh QC Unit. Bahan yang

lebih dahulu waktu kadaluarsanya (FEFO) merupakan pilihan pertama yang lebih

dulu dikeluarkan dan barang yang lebih dulu diterima (FIFO) merupakan pilihan

kedua. Jika mana kedua hal di atas sama maka bahan dalam jumlah terkecil harus

dikeluarkan lebih dahulu. Petugas mengambil bahan yang disimpan dengan

mencari alamat di address card. Bahan-bahan dipisahkan sesuai dengan material

list yang diterima dari bagian produksi (satu pallet diperuntukkan satu process

order). Penyerahan bahan hanya dapat dilakukan atas permintaan Supervisor atau

Foreman dengan menyertakan transfer slip yang telah ditandatangani oleh

pelaksana dan mendapat paraf Supervisor dan Foreman. Produk ruahan ex-import

hanya boleh dikirim ke bagian Packaging setelah diluluskan IQC departemen dan

ditempelkan label ”RELEASED”. Produk ruahan ex-lokal boleh langsung dikirim

tanpa menunggu label ”RELEASED” kecuali ada produk yang berlabel

”QUARANTINE”.

3. Pengeluaran produk jadi

Pengeluaran produk jadi dapat terjadi untuk dijual, diserahkan ke bagian

yang bertanggung jawab dalam distribusi, untuk diambil contohnya, dikembalikan

ke bagian produksi untuk suatu proses tertentu, dan untuk dimusnahkan. Hanya

yang berlabel released yang boleh dikeluarkan untuk dijual, diserahkan ke bagian

yang bertanggung jawab dalam distribusi. Warehouse pharmacist atau wakilnya

memerintahkan pengambilan produk jadi dengan mencatat Picking List yang

dilengkapi alamat tempat penyimpanan produk. Bahan yang lebih dahulu waktu

kadaluarsanya (FEFO) merupakan pilihan pertama yang lebih dahulu dikeluarkan

dan barang yang lebih dahulu diterima (FIFO) merupakan pilihan kedua.

Bilamana kedua hal di atas sama maka bahan dalam jumlah terkecil harus

dikeluarkan lebih dahulu. Surat jalan dibuat dan diparaf oleh Warehouse

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 114: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

101

Universitas Indonesia

pharmacist atau wakilnya untuk menyerahkan produk jadi yang bersangkutan ke

distributor. Di sini dilakukan pemeriksaan jumlah dan nomor betsnya.

Pengiriman produk jadi ke distributor atau untuk ekspor selama

perjalanannya harus memperhatikan kondisi penyimpanan yang dipersyaratkan.

Untuk produk yang harus disimpan pada suhu 2°-8°C dikemas pada box dari

styrofoam dan ditempatkan pada ice packed atau menggunakan sarana transportasi

yang memiliki fasilitas pendingin sehingga persyaratan suhu terpenuhi.

4. Pengeluaran bahan di luar keperluan produksi dan penjualan

Pengeluaran bahan untuk keperluan di luar produksi dan penjualan harus

dibuat material request form yang disahkan oleh Supervisor atau kepala

departemen dari departemen yang bersangkutan termasuk pengeluaran bahan

Operating Supplies (OS) yang digunakan untuk keperluan produksi atau produk

jadi untuk contoh pertinggal.

d. Penanganan bahan yang tersimpan lama

Bahan yang tersimpan lama di gudang dengan permintaan dari IQC untuk

diretesting akan dipindahkan ke area karantina. Label karantina disiapkan sesuai

informasi yang tertera pada label released. Barang ini setelah diuji oleh QC dan

memenuhi syarat maka akan menjadi bahan released kembali dan jika tidak

memenuhi syarat maka akan menjadi bahan rejected.

e. Penanganan bahan yang tidak digunakan lagi

Plant Logistic Department menerbitkan scrap form yang menyebutkan nama

material, nomor material, dan jumlah material yang tidak digunakan lagi. Scrap

form harus ditandatangani oleh Head of Industrial Affairs. Untuk bahan rusak

selama penyimpanan di gudang, Plant Logistic Department akan membuat scrap

form berdasarkan laporan dari gudang.

f. Penanganan bahan yang kadaluarsa

Setiap satu bulan sekali IQC Department akan memberikan daftar produk

yang kadaluarsa maupun produk-produk yang hampir kadaluarsa dan

didistribusikan ke gudang. Setelah menerima daftar tersebut, bagian gudang akan

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 115: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

102

Universitas Indonesia

mengganti label bahan tersebut dengan label “QUARANTINE”. Selanjutnya dari

QC akan melakukan test ulang terhadap produk-produk tersebut apakah masih

bisa dipakai lagi atau tidak.

Apabila bagian QC menyatakan produk-produk tersebut masih memenuhi

syarat maka akan kembali digunakan dengan diberi label “RELEASED” lagi.

Akan tetapi jika hasil retest menyatakan sudah tidak memenuhi syarat maka

produk-produk tersebut akan diberi label “REJECTED”.

g. Penanganan bahan yang ditolak (rejected)

Bahan yang di-rejected dari IQC Department, pada setiap kemasan diberi

label “REJECTED” dan dipindahkan ke area rejected. Apabila bahan rejected

merupakan tanggung jawab:

1) Perusahaan, maka bahan tersebut dikeluarkan dari stok dengan membuat

scrap form.

2) Supplier/vendor, maka dilakukan proses return to vendor.

3) Packaging material yang di-rejected harus dihancurkan oleh PT Aventis

Pharma.

h. Penanganan bahan yang tumpah

Penanganan bahan yang tumpah secara umum adalah dengan

mengumpulkannya dengan vacuum cleaner yang dilengkapi dengan HEPA filter

(untuk bahan padat kering) dan menggunakan lap kering atau chemical absorbent

(untuk bahan cair). Isi vacuum cleaner dimasukkan ke dalam wadah yang diberi

label yang mencakup nama isi (generik), jumlah, dan tandai dengan “untuk

dikirim ke PPLI”. Penanganan untuk bahan berbahaya seperti Claforan dan

Taxotere ditangani sesuai dengan sifat masing-masing material.

i. Penanganan limbah

Limbah pabrik diberi identitas dan status (untuk dimusnahkan) dan disimpan

di tempat penyimpanan limbah. Limbah dan rejected material hanya boleh

disimpan di waste/rejected area maksimal 90 hari dan selanjutnya harus sudah

dimusnahkan atau dikirim ke PPLI.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 116: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

103

Universitas Indonesia

j. Inventory Stock Taking

Stock Taking merupakan pengecekan jumlah dan jenis seluruh barang yang

ada digudang. Tujuannya adalah untuk mengetahui adanya penyimpangan atau

perbedaan stock secara fisik dan administratif dan melakukan koreksi atas

perbedaan stock tersebut, sehingga stock yang ada mencerminkan keadaan

sebenarnya, serta untuk mencegah secara dini penyimpangan akibat salah guna

dan dalam proses kerja. Kegiatan ini dilakukan minimal 1 tahun sekali. Jika

terdapat perbedaan antara aktual dan SAP dilakukan adjustment yang dibuat oleh

accounting Department dan didistribusikan ke Plant Logistic Department,

warehouse unit.

k. Pemeriksaan stock barang secara acak

Pemeriksaan alamat bahan dan perhitungan stok barang secara acak minimal

5 item berbeda setiap hari untuk setiap Packaging material, raw material, dan

finished good.

l. Pelaksanakan program Health, Safety, and Environment (HSE)

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika bekerja di Warehouse, yaitu

safety dan dilakukannya pemantauan lingkungan. Safety harus diperhatikan karena

pekerjaan di warehouse selalu berhubungan dengan alat berat, untuk itu saat

bekerja di warehouse harus memakai helm dan sepatu khusus. Selain itu, untuk

proteksi dari suhu dingin, maka personel yang masuk ke cold storage harus

memakai pakaian khusus. Untuk safety di warehouse sendiri, maka warehouse

harus dilengkapi dengan hydrant, fire extinguisher, sprinkler (untuk mengatasi

kemungkinan kebakaran), water barrier, dan emergency exit. Pemantauan

lingkungan yang dilakukan adalah pemantauan suhu, kelembaban, dan tekanan.

4.6 Procurement Department

Dalam PT Aventis Pharma, terdapat pula Procurement Department yang

terkait erat dengan divisi Industrial Affairs. Procurement department dipimpin

oleh seorang manajer yang bertanggung jawab kepada Plant Director.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 117: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

104

Universitas Indonesia

Procurement department bertanggung jawab terhadap pembelian (barang dan

layanan) dan memastikan bahwa proses pembelian sesuai dengan prinsip-prinsip

kebijakan perusahaan.Procurement department bertindak sebagai pembeli yang

menghubungkan antara pihak supplier dengan user yaitu pengguna barang

tersebut. Barang-barang yang dibeli oleh procurementmeliputi:

a. Stock Items Industrial Affairs

Stock item disebut juga inventory items atau COGS (cost of goods sold). Yang

termasuk kategori barang-barang ini adalah bahan-bahan yang akan digunakan

dalam produksi obat di Aventis Jakarta, berupa bahan baku obat dan bahan

pengemas. Disebut stock items IA (Industrial Affairs) karena bahan-bahan ini

hanya dipergunakan di bagian Industrial Affairs (factory). Dalam pembelian

bahan tersebut, Procurement Department juga bertanggung jawab dalam izin

maupun surat impor yang diperlukan. Untuk barang-barang stock items ini proses

pengadaannya melalui vendor evaluation dan audit yang dilakukan bersama

dengan Quality Assurance. Pembelian barang-barang ini harus mengikuti daftar

pemasok resmi yang dikeluarkan oleh Quality Assurance.

b. Non Stock Items Industrial Affairs

Yang termasuk dalam kategori ini adalah barang atau jasa yang diperlukan

dalam Industrial Affairs namun bukan merupakan stock itemsnon COGS.

Contohnya adalah technical and spare parts, project/ machinery, factory and

laboratory supplies.

c. Non Stock Items Commercial Operations

Barang dan jasa dalam kategori ini adalah barang yang diperlukan oleh bukan

hanya Industrial Affairs Division tetapi juga oleh semua divisi dalam PT Aventis

Pharma. Yang termasuk dalam kategori ini adalah barang dan jasa seperti travel

dan hotel, stationery, office equipment, motor, dan mobil.

Supplier yang memasok barang kepada PT Aventis Pharma sebelumnya

diseleksi terlebih dahulu. Pihak supplier terlebih dahulu memperoleh persetujuan

dari bagian procurement dan quality, kemudian supplier akan dilakukan audit

berdasarkan proposal. Bila supplier telah melalui tahap tersebut, hubungan

kerjasama dengan supplier disahkan dalam Supplier and Quality Agreement.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 118: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

105Universitas Indonesia

BAB 5

PEMBAHASAN

PT Aventis Pharma merupakan suatu Perusahaan Modal Asing (PMA)

dari Sanofi-Aventis Group hasil penggabungan / merger antara dua perusahaan

besar kimia-farmasi yaitu PT Rhone Poulenc dengan PT Hoechst Marion Roussel

Indonesia. PT Aventis Pharma telah beroperasi di Jakarta dan memproduksi

produk-produk farmasi sejak Agustus 1972. PT Aventis Pharma berlokasi di Jalan

Jendral Ahmad Yani, Pulo Mas Jakarta, menduduki lahan seluas 33.000 m2

bersama dalam satu lokasi dengan kantor pemasaran, administrasi dan fungsi

pendukung lainnya.

PT Aventis Pharma di Indonesia tidak memiliki divisi Research and

Development, divisi tersebut terdapat pada perusahaan Sanofi yang berlokasi di

Perancis. Hingga saat ini PT Aventis Pharma memiliki 34 formula dan 146 Stock

Keeping Unit (SKU). Produk-produk yang dihasilkan oleh PT Aventis Pharma

berfokus pada gangguan metabolisme, kardiovaskuler, diabetes, thrombosis,

susunan saraf pusat, penyakit dalam, onkologi (kanker), tulang, alergi, dan

vaksin.

Produk PT Aventis Pharma secara garis besar dapat dibagi menjadi

enam, yaitu produk yang diproduksi sendiri dipabrik (Jakarta site) untuk

keperluan lokal (dalam negeri) dan ekspor (luar negeri), produk impor dari

Aventis Global yang dikemas ulang (repackaging) di pabrik (Jakarta site), produk

impor yang berupa finished goods, produk ruahan berupa bulk yang diimpor dan

kemudian dikemas dipabrik (Jakarta site) untuk keperluan lokal dan ekspor, dan

produk toll manufacturing yang dibuat oleh PT Boehringer-Ingelheim Indonesia

untuk PT Aventis Pharma.

PT Boehringer-Ingelheim Indonesia (BII) dipilih sebagai tujuan toll

manufacturing dari PT Aventis Pharma Indonesia karena pabrik PT Boehringer-

Ingelheim Indonesia merupakan pabrik eks milik PT Rhone-Poulenc Rorer (RPR),

setelah PT RPR melakukan merger dengan PT Hoechst Marion Roussel Indonesia

(HMRI) dibuatlah kebijakan untuk menjual pabrik tersebut ke pihak PT

Boehringer-Ingelheim Indonesia, karena pertimbangan peralatan, biaya, efisiensi

kerja, karyawan, pengelolaan dan pengawasan. Selain itu karena pabrik yang telah

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 119: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

106

Universitas Indonesia

menjadi PT Boehringer-Ingelheim Indonesia tersebut mampu memproduksi

produk-produk Aventis dan memenuhi Standar Aventis Global.

Pasar dari PT Aventis Pharma tersebar di berbagai negara, persentase

pasar PT Aventis Pharma di Indonesia yaitu sebesar 43%, sedangkan untuk

ekspor, negara dengan persentase terbesar adalah Australia dengan persentase

sebesar 23%. PT Anugerah Pharmindo Lestari merupakan distributor untuk obat

jadi yang diproduksi oleh PT Aventis Pharma. Penyimpanan dan penyaluran

produk yang dilakukan telah mengikuti tata cara penyimpanan dan penyaluran

produk yang baik.

PT Aventis Pharma berkewajiban memenuhi ketentuan Cara Pembuatan

Obat yang Baik (CPOB) yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI melalui

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Pedoman

CPOB dan ditindaklanjuti dengan ditetapkannya SK Dirjen POM No.

05411/A/SK/XII/1989 tentang penerapan CPOB pada industri farmasi. Hal ini

bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa produk obat yang dihasilkan selalu

memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan

penggunaannya. Dalam hal penerapan cara pembuatan obat yang baik menurut

aturan dari BPOM, PT Aventis Pharma telah melakukan seluruh aspek dan

rangkaian kegiatan pembuatan obat dengan baik. Aspek-aspek tersebut adalah :

5.1. Manajemen Mutu

Mutu suatu produk obat tidak ditentukan pada hasil akhirnya saja, tetapi

juga harus dilakukan pemantauan di setiap tahapan proses dari bahan awal,

produk setengah jadi (termasuk In Process Control/IPC) sampai produk jadi

sehingga sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang

tercantum dalam izin edar (registrasi), dan tidak menimbulkan risiko yang

membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif.

Dalam penerapan manajemen mutu dilakukan pemisahan tugas dan tanggung

jawab yang jelas di dalam PT Aventis Pharma yang mencakup struktur organisasi,

prosedur dan sumber daya untuk menjamin produk yang dihasilkan akan selalu

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 120: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

107

Universitas Indonesia

PT Aventis Pharma Indonesia selalu berpedoman kepada Global Quality

Standard yaitu standar mutu yang ditetapkan oleh induk perusahaannya secara

global dan dikombinasikan dengan standar mutu negara masing-masing. Hirarki

sistem dokumentasi mutu Sanofi-Aventis dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu:

a. Kebijakan dan Panduan Mutu Global

Dokumen ini menyajikan kebijakan mutu, organisasi mutu Sanofi-

Aventis secara umum di dalam Sanofi- Aventis dan juga struktr dari sistem

manajemen mutu. Kebijakan mtu dan panduan mutu disahkan oleh Chief Quality

Officer and by the Chief Executive Officer.

b. Petunjuk Mutu Global

Petunjuk mutu global menggambarkan persyaratan mutlak regulasi dan

perusahaan untuk proses dan kegiatan secara global yang diterapkan di seluruh

grup. Dengan mempertimbangkan konteks regulasi internasional dan praktek

industrial terkini. Petunjuk mutu global dapat berlaku pada satu, beberapa atau

keseluruhan jenis produ. Petunjuk mutu global disetujui oleh Chief Quality

Officer.

c. Standar Mutu Operasional

Standar mutu operasional menjabarkan secara rinci persyaratan regulasi

dan perusahaan serta praktek terkini, untuk proses dan kegiatan tertentu. Standar

mutu operasional dapat belakuunuk satu atau beberapa jenis produk. Dokumen ini

merupakan dokumen tingkat tinggi yang menjabarkan

d. Pedoman Mutu Operasional

Pedoman mutu operasional memberikan arahan dan rekomendasi unuk

topic-topik spesifik yang perlu dijabarkan secara detail, agar dapat memberikan

interpretasi dan penerapan yang tepat dari Standar Mutu Operasional. Pedoman

mutu operasional dapat berlaku untuk satu atau beberapa jenis produk. Dokumen

ini diterapkan untuk seluruh entitas Sanovi-Aventis yang terlibat dalam kegiatan

yang dijabarkan. Pedoman mutu operasional disetujui oleh pimpinan Operasional

Quality Units atau delegasinya.

e. Prosedur Tetap

Prosedur tetap (Protap) dbuat oleh Unit Operasional Sanofi-Aventis, site

dan afiliasi untuk memberikan instruksi dalam melakukan kegiatan. Prosedur

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 121: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

108

Universitas Indonesia

tetap dibuat sedemikian rupa agar sesuai dengan Petunjuk Mutu Global, Standar

Mutu Operasinal dan persyaratan regulasi. Ketika suatu protap melingkupi

beberapa unit Operasional, site atau afiliasi, persyaratan mereka tidak perlu untuk

direplikasi di prosedur setempat. Protap yang berdampak pada kegiatan yang

diatur regulasi harus diseujui oleh Quality Management.

f. Catatan dan Dokumen Mutu

Dokumen dan catatan diasosiasikan dengan pengembangan, pembuatan,

distribusi dan pemasaran dari produk-produk Sanofi-Aventis, termasuk catatan

regulatori, harus diterbitkan, dikelola, dikendalakan dan disimpan secara benar.

Gambar 5.1. Hirarki Sistem Dokumentasi Mutu Sanofi-Aventis

Untuk memastikan bahwa mutu merupakan bagian proses dinamis dari

perbaikan yang berkesinambungan, pengelolaan dan evolusi dari Manajemen

Sistem Mutu Sanofi-Aventis dikoordinasi oleh Global Quality.Hal ini dicapai

sejalan dengan ICH Q10 dan prinsip ISO serta sesuai dengan persyaratan yang

ditetapkan dalam Global Quality Directive Manajemen Sistem Mutu.

Penerapan manajemen mutu di PT Aventis Pharma terbukti dengan

diperolehnya sertifikat OHSAS 18001 dan TGA. Selain itu, PT Aventis Pharma

juga telah memiliki sertifikat CPOB. Untuk mengevaluasi kualitas produk, pada

sistem manajemen mutu juga dilakukan pengkajian mutu produk (Annual Product

Review/APR) yang dilakukan secara berkala dan didokumentasikan terhadap

semua obat terdaftar untuk membuktikan kesesuaian dari spesifikasi bahan awal,

bahan pengemas dan obat jadi; konsistensi proses; melihat analisis kecenderungan

dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 122: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

109

Universitas Indonesia

5.2 Personalia

Personalia PT Aventis Pharma sudah memenuhi persyaratan

yangditetapkan oleh CPOB dimana Personil Kunci yaitu Kepala Bagian

Pengawasan Mutu, Kepala Bagian Manajemen Mutu, dan Kepala Bagian

Produksi dipimpin oleh seorang Apoteker dan bersifat independen satu sama lain.

Program pelatihan pada PT Aventis Pharma juga dilakukan secara rutin untuk

meningkatkan kualitas dari personalia di PT Aventis Pharma.

Pelatihan personil yang dilakukan oleh PT Aventis Pharma secara garis

besar terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Pelatihan umum CPOB

Pelatihan ini mencakup teori dan praktek CPOB secara umum, pengenalan

mikroorganisme, HSE, personel hygiene, safety awareness, dan prosedur.

b. Pelatihan khusus CPOB

Pelatihan ini diberikan sesuai dengan tugas spesifik yang diberikan pada

personalia tersebut untuk dilaksanakan dalam area spesifik seperti area bersih,

dan area steril, dll.

QA Unit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa program pelatihan

yang disiapkan sesuai dengan persyaratan dari pemerintah ataupun Global Quality

Standard. Frekuensi pelatihan tergantung pada setiap departemen. Departemen

harus yakin bahwa setiap karyawan mengerti mengenai ketentuan-ketentuan

CPOB. Apabila terdapat perubahan prosedur tetap atau adanya prosedur tetap

baru, maka pelatihan tambahan harus diatur oleh departemen yang bersangkutan.

Para partisipan yang terlibat dalam prosedur, dilatih oleh supervisor divisi yang

bersangkutan.

Bagi setiap personil yang bergabung di PT. Aventis Pharma sebelumnya

telah dikualifikasi melalui tes dan wawancara awal penerimaan personil. Selama

personil tersebut bergabung di PT. Aventis Pharma, setiap personil perlu

meningkatkan kualitas dan kemampuannya baik pengetahuan umum maupun

pengetahuan khusus CPOB dengan dilakukannya training secara rutin oleh bagian

QA. Selain melalui tes penerimaan awal dan training rutin, perlu dilakukan

pemeriksaan kesehatan (medical check-up) secara rutin untuk menunjang kinerja

setiap personil.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 123: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

110

Universitas Indonesia

5.3 Bangunan dan Fasilitas

Lokasi bangunan industri farmasi dipersyaratkan untuk

menghindaripencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari

udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. PT Aventis

Pharma telah memenuhi persyaratan tersebut, hal ini dibuktikan dengan

diperolehnya sertifikat ISO 14001 yaitu suatu standar internasional untuk sistem

manajemen lingkungan, serta telah memenuhi persyaratan CPOB. Lokasi PT

Aventis Pharma terletak di kawasan industri Pulomas dengan bangunan pabrik

utama berjarak sekitar 10 meter dari jalan raya utama. Di sekeliling bangunan

terdapat pepohonan dan rumput sehingga kawasan PT Aventis Pharma bebas dari

pencemaran udara.

Desain dan tata letak ruang produksi dibangun dengan mengelompokkan

kegiatan produksi sesuai jenis produk, sehingga dapat menghindari terjadinya

kesalahan dan pencemaran silang yang mempengaruhi mutu obat, keselamatan

dan kesehatan kerja, serta memastikan bahwa setiap produk dibuat atau disimpan

sesuai dengan persyaratannya. Selain itu, ruangan produksi telah dilengkapi

dengan sistem AHU (Air Handling Unit) untuk mengatur kondisi udara, suhu,

tekanan, kelembaban dan sirkulasi udara agar sesuai untuk proses produksi yang

telah dipersyaratkan dalam CPOB. Kegiatan produksi dapat berlangsung tanpa

harus berhubungan dengan daerah di luar kegiatannya sehingga seluruh karyawan

dan arus kerja dapat berjalan lancar dan dapat menghindari terjadinya mixed-up.

Hal ini telah sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan dalam CPOB.

Gedung produksi dan gudang dibuat terpisah berdasarkan persyaratan

kelas ruangannya. Untuk produksi terbagi menjadi 2 yaitu kelas 3 untuk area

processing dan kelas 2 untuk area packaging. Sedangkan area gudang termasuk

dalam kelas 1. Antara area processing dengan gudang dan area packaging dengan

gudang terdapat ruang transit untuk memasukkan bahan baku atau bahan

pengemas. Area penyimpanan barang di gudang dikelompokkan berdasarkan suhu

penyimpanan. Ruangan gudang terdiri dari area penerimaan, pengeluaran, dan

ruang administrasi.

Gedung produksi dan gudang di PT. Aventis Pharma dibangun dan

didesain untuk memudahkan alur produksi, alur karyawan dan alur material yaitu

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 124: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

111

Universitas Indonesia

dari warehouse (gudang) – processing (produksi) – packaging (pengemasan) –

warehouse (gudang). Desain tata letak ruang pada bangunan ini memudahkan

proses dari bahan baku datang melalui gudang, setelah lulus uji QC, dilakukan

proses produksi di processing, kemudian finished product dikemas di packaging,

dan terakhir produk akhir kembali ke gudang sebelum didistribusikan untuk

dijual.

Persyaratan ruang produksi meliputi kebersihan ruangan (terhadap partikel

dan cemaran mikroba), suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan perbedaan

tekanan udara. Pada ruang produksi PT Aventis Pharma, permukaan lantai,

dinding, langit-langit dan pintu dibuat kedap air, tidak terdapat sambungan untuk

mengurangi pelepasan atau pengumpulan partikel, dan mencegah pertumbuhan

mikroba. Lantai tersebut dilapisi dengan cat epoksi agar mudah dibersihkan dan

untuk mencegah terjadinya perembesan air tanah. Lantai harus dijaga agar tidak

tergores dan rusak karena dapat mengurangi fungsinya dan dapat menjadi tempat

akumulasi debu serta kotoran. Untuk menghindari kerusakan pada lantai, seluruh

personalia yang berada di ruang tersebut harus menggunakan sepatu khusus atau

safety shoes yang beralaskan karet dan bagian depan terbuat dari baja (untuk area

processing). Bentuk-bentuk sud7kut pada dinding, langit-langit maupun lantai

dihilangkan dan menggantinya menjadi bentuk lengkungan untuk mencegah

akumulasi debu dan kotoran serta memudahkan pembersihan. Alur produksi juga

diatur dengan baik untuk mengurangi kontaminasi. Alur barang di proses produksi

masih melewati koridor. Oleh karena itu, koridor memiliki tekanan yang lebih

postif dibandingkan dengan ruang lainnya. Koridor dijaga lebih bersih untuk

menjaga lalu lalang barang agar tidak terjadi kontaminasi.

Area di PT Aventis Pharma terbagi menjadi tiga kelas, yaitu ruang kelas 1,

kelas 2, dan kelas 3. Pembagian kelas ini mengikuti aturan Global Quality

Standard Sanofi Group yang penamaannya berbeda dengan klasifikasi area

menurut CPOB. Ruang kelas 3 di PT Aventis Pharma lebih bersih dibanding

ruang kelas 2, demikian pula ruang kelas 2 lebih bersih dibanding ruang kelas 1.

Persyaratan jumlah partikel dan jumlah mikroba untuk masing-masing

ruangan dapat dilihat pada Tabel 1. Ruang kelas 3 setara dengan kelas kebersihan

E yang digunakan sebagai ruang produksi (processing) untuk produk non steril

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 125: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

112

Universitas Indonesia

dan pengemasan primer (primary packaging). Sementara itu, ruang kelas 2 yang

setara dengan kelas kebersihan F merupakan ruang pengemasan sekunder

(secondary packaging), dan ruang kelas 1 diperuntukkan untuk gudang. Pada

seluruh ruangan yang berkaitan dengan proses pembuatan produk, terdapat airlock

yang berfungsi untuk mencegah kontaminasi silang antar ruangan, sedangkan

ruangan untuk pengemasan primer tidak terdapat airlock. Secara khusus, antara

sediaan yang berasal dari kelas 3 menuju kelas 2 pada mesin pengemas tidak

adanya airlock tetapi menggunakan sistem penghisapan udara di box perantara

untuk menjaga kontaminasi antar kelas.

Untuk proses pengolahan obat yang berbahaya, disediakan peralatan dan

perlakuan khusus tersendiri. Contohnya adalah pada proses cetak tablet

Rovamycine digunakan turret karena Rovamycine termasuk dalam kategori OEB

(Occupational Exposure Band) 4. Selain itu, saat pengolahan Rovamycine,

operator juga harus mengenakan pakaian khusus yang dapat melindungi dari

pengaruh buruk Rovamycine yang sesuai dengan persyaratan HSE. Sebelum

memasuki area kelas 3, personil terlebih dahulu memasuki gowning area untuk

meminimalkan terjadinya pengotoran oleh partikel debu yang terbawa oleh

karyawan.

Di area produksi terdapat empat ruang transit, yaitu:

a. Ruang transit 1 untuk mengirim bahan baku dari gudang ke bagian processing

yang ada di area kelas 3.

b. Ruang transit 2 untuk mengirim produk ruahan dan primary packaging material

dari gudang ke bagian pengemasan primer yang ada di area kelas 3.

c. Ruang transit 3 untuk mengirim secondary packaging material dari gudang ke

bagian pengemasan sekunder di area kelas 2.

d. Ruang transit 4 untuk mengirim finished product dari bagian packaging di area

kelas 2 ke bagian gudang untuk disimpan.

Seluruh bangunan PT Aventis Pharma terawat dengan baik, senantiasa

dalam keadaan rapi dan bersih serta dilengkapi dengan peralatan dan utilitas untuk

menunjang pelaksanaan kegiatan dengan memprioritaskan pada terciptanya

sanitasi, higiene, keamanan dan keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan

sekitar. Selain itu, setiap bangunan PT Aventis Pharma dilengkapi dengan pintu

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 126: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

113

Universitas Indonesia

emergency untuk keadaan darurat. Pintu ini selalu ditutup rapat untuk mencegah

pencemaran. Pintu emergency pada PT Aventis Pharma tidak dikunci dan tidak

boleh ada barang-barang yang menghalangi pintu, sehingga pada keadaan darurat

pintu ini dapat langsung dibuka. Untuk menjamin keamanan, maka pada setiap

pintu emergency diberi alarm yang terhubung ke security, serta diberi segel

berupa stiker, sehingga jika pintu pernah dibuka, segel akan rusak.

Laboratorium pengawasan mutu PT Aventis Pharma terpisah dari area

produksi dandibuat area tersendiri untuk laboratorium mikrobiologi. Di

laboratorium QC juga telah tersedia lemari atau ruangan untuk sampel, standar,

pelarut, dan reagen; acidchambers; ruang cuci peralatan laboratorium; dan

emergency aid. Ruang untuk instrumen telah dibuat terpisah agar terlindung dari

pengaruh getaran. Pada pembuangan limbah dilakukan secara baik dengan

memisahkan limbah-limbah sesuai kategorinya.

5.4 Peralatan

Seluruh peralatan yang digunakan oleh PT Aventis Pharma

telahmemenuhi ketentuan yang tercantum dalam CPOB. Pada CPOB sendiri

peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang

tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat,

agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam. Peralatan yang dipilih harus

dipastikan mudah dibersihkan untuk menghindari kontaminasi. Bahan yang

digunakan juga diharuskan aman khususnya pada peralatan yang bersentuhan

langsung dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi memiliki keharusan

sifat yang tidak menimbulkan reaksi, adisi, atau absorbsi. Seluruh peralatan di PT

Aventis Pharma juga memiliki dokumen kualifikasi, identitas yang jelas, prosedur

tetap untuk operasional, pembersihan dan pemeliharaan serta log book untuk

kalibrasi dan pemakaian alat. Setiap peralatan diberikan nomor identifikasi pada

catatan pengolahan dan pengemasan bets untuk mempermudah dokumentasi

inventaris yang ada dan menunjukan kegunaan masing-masing dari peralatan

tersebut. Seluruh peralatan utama dan kritis yang digunakan harus dikualifikasi

terlebih dahulu meliputi kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan

kualifikasi kinerja.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 127: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

114

Universitas Indonesia

Setiap peralatan memiliki cara operasionalnya masing-masing, oleh karena

itu seluruhpersonel yang akan memakai alat tersebut, terlebih dahulu

mendapatkan pelatihandalam menggunakan alat tersebut. Pembersihan setiap alat

juga memiliki prosedur pembersihannya dan sebelum digunakan harus dipastikan

terlebih dahulu validitaspembersihannya. Validitas pembersihan ini bertujuan

untuk memastikan dan membuktikan bahwa prosedur untuk pembersihan yang

dilakukan dapat menghilangkan residu bahan aktif dan deterjen serta mengurangi

jumlah cemaran mikroba. Untuk menghindari kontaminasi produk oleh produk

yang dibuat sebelumnya maka peralatan yang telah dibersihka akan diberi label

“BERSIH”.

Penempatan peralatan produksi diletakkan dalam ruangan yang terpisah

berdasarkan tujuan dan fungsinya. Ruangan produksi pun cukup besar untuk

menampung peralatan,mobilitas operator serta untuk proses pembersihannya.

Setiap peralatan yang digunakan selalu dilengkapi dokumen yang menerangkan

pemeliharaan, penggunaan, kalibrasi, dan perbaikan. Peralatan yang digunakan

untuk menimbang, mengukur, menguji, dan mencatat selalu diperiksa

ketelitiannya secara teratur dan dikalibrasi berdasarkan jadwal dan prosedurnya.

Kalibrasi setiap peralatan dilaksanakan untuk memastikan bahwa hasil yang

diperoleh dari pengujian menggunakan peralatan tersebut dapat

dipertanggungjawabkan dan menunjukkan hasil yang sebenarnya.

5.5 Sanitasi dan Higiene

Penerapan sanitasi dan higiene di PT Aventis Pharma sudah sesuai dengan

ketentuan yang tercantum dalam CPOB. Sanitasi dan higine yang dijaga dengan

baik tidak hanya pada bangunan dan lingkungan tetapi pada cakupan personalia,

peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadanya, dan setiap hal yang

dapat merupakan sumber pencemaran produk. Mutu produk harus dijaga agar

terbebas dari kontaminasi akibat pengaruh lingkungan maupun karyawan. Oleh

karena itu, penerapan sanitasi dan higiene karyawan mutlak diperlukan dalam

proses pembuatan obat, yaitu dengan cara mengganti pakaian rumah dengan

pakaian khusus produksi yang kebersihannya dijaga dengan baik serta wajiban

untuk mencuci tangan sebelum memasuki ruang produksi, dan penerapan

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 128: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

115

Universitas Indonesia

kebiasaan higienis seperti dilarang makan dan minum di ruang produksi, kecuali

minum air putih di koridor ruang produksi. Program higiene personalia lainnya

meliputi pemeriksaan kesehatan yang di uji setahun sekali. Selain itu, PT Aventis

Pharma juga menyediakan klinik, sehingga karyawan PT Aventis Pharma yang

mengalami gangguan kesehatan dapat memeriksakan kesehatan dirinya sehari-

hari.

Pada daerah produksi, terdapat gowning room pria maupun wanita

(berlokasi di lantai pertama) untuk personil yang akan menuju ke area processing

dan packaging. Semua personil melepaskan pakaian dan sepatu yang dipakainya

sejak dari rumah dan menyimpannya di dalam loker pakaian dan loker sepatu

individual. Pada gowning room terdapat wastafel, dimana mereka diharuskan

untuk mencuci tangan mereka. Bagi pengunjung yang tidak memiliki baju dan

sepatu individual, disediakan baju disposable dan shoe cover yang dibuang setiap

kali dipakai. Semua orang yang akan memasuki area processing dan packaging

diharuskan memakai hair cover. Untuk menjamin keamanan karyawan dan untuk

menjamin perlindungan terhadap produk dari pencemaran, maka karyawan

menggunakan pakaian pelindung badan yang bersih, dan juga alat pelindung diri

seperti masker, sarung tangan dan kacamata. Masker, sarung tangan, dan kaca

mata yang digunakan memiliki spesifikasi yang berbeda-beda untuk setiap

produk. Spesifikasi perlengkapan pelindung diri untuk setiap produk yang sedang

diproduksi pada suatu rungan tertentu tercantum pada bendera produksi yang

ditempel di depan ruang produksi produk tersebut. Personil yang bekerja pada

bagian processing menggunakan pakaian seragam (biru muda) sedangkan personil

yang bekerja diruang packaging mengenakan seragam kerja (biru tua).

Perlengkapan inidikenakan di gowning room sebelum karyawan memasuki daerah

produksi atau laboratorium.Kegiatan makan dan minum tidak boleh dilakukan di

daerah produksi dan laboratorium. Bagi karyawan yang ingin makan dan minum

dapat melakukan kegiatan makan dan minum di kantin. Personil yang hendak

meninggalkan area pekerjaannya, seperti makan siang, mereka harus mengganti

pakaiannya dengan pakaian yang mereka pakai dari rumah dengan mengikuti

prosedur kebalikan dari prosedur di atas. Ruangan-ruangan dan lemari untuk

menyimpan pakaian bekerja yang bersih termasuk sepatu diatur sesuai dengan

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 129: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

116

Universitas Indonesia

prosedur tetap yang ada.

Di PT Aventis Pharma, bangunan dilengkapi dengan toilet dan tempat cuci

tangan dalam jumlah yang cukup dan letaknya terjangkau dari tempat kerja

karyawan. Bagi karyawan yang hendak ke toilet, karyawan tersebut tidak boleh

mengenakan pakaian dan sepatu pabrik.

Tidak hanya kontaminasi terhadap produk tetapi PT Aventis Pharma juga

menerapkan keselamatan kerja dalam pemaparan produk ke personalia. PT

Aventis Pharma sangat memprioritaskan kesehatan dan keselamatan kerja

karyawan dan lingkungannya agar terhindar dari paparan produk yang berbahaya.

Untuk itu, PT Aventis Pharma melaksanakan seluruh kegiatannya menggunakan

standar yang ditetapkan oleh HSE dengan berpedoman kepada Global HSE

Standard, yaitu suatu standar yang bertujuan untuk meminimalkan bahaya paparan

produk terhadap karyawan dan lingkungan. Tindakan yang dilakukan oleh HSE

departemen adalah melakukan pelatihan menyangkut kesehatan, keselamatan

kerja, dan lingkungan.

Semua peralatan yang digunakan dibersihkan menurut prosedur yang telah

ditetapkan serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Sebelum dipakai,

kebersihannya harus selalu diperiksa ulang. Catatan mengenai pelaksanaan

pembersihan dan sanitasi disimpan dengan baik. Selain itu, prosedur sanitasi dan

higiene dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa hasil penerapan

prosedur yang bersangkutan cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan

5.6 Produksi

Proses produksi dilakukan dengan mengikuti prosedur yang telah

ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB agar dapat menghasilkan produk yang

memenuhi persyaratan mutu serta ketentuan izin pembuatan dan izin edar

(registrasi). Mutu obat yang dihasilkan tidak hanya ditentukan pada hasil akhir

analisa obat tetapi juga ditentukan sejak kedatangan material hingga proses

produksi selesai, sehingga ada prosedur baku untuk tiap langkah proses beserta

persyaratan yang harus diikuti seperti yang tercantum dalam prosedur pengolahan

induk dan prosedur pengemasan induk terutama pada setiap tahapan kritis,

sehingga mutu obat yang diproduksi dapat terjamin dan sesuai spesifikasi yang

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 130: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

117

Universitas Indonesia

telah ditentukan. Pembelian bahan awal hanya dari pemasok yang telah

disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan,

langsung dari produsen. Pada semua bahan awal yang telah dinyatakan lulus oleh

QC maka dilakukan pemindahan barang dari area kelas 2 dan kelas 3 melewati

ruang transit material menggunakan sistem air lock untuk menghindari

pencemaran ke area produksi. Sebelum proses pengolahan, dilakukan check list

terhadap suhu, kelembaban dan tekanan udara dan semua hasil pemeriksaan

tersebut dicatat. Semua peralatan yang digunakan dalam proses produksi harus

diperiksa sebelum digunakan. Semua catatan tersebut dituliskan ke dalam Line

Clearance dan Line Opening yang kemudian dicek ulang oleh Senior

Operator/Foreman/Supervisor.

Selama proses produksi maupun pengemasan selalu dilakukan In Process

Control (IPC) sebagai suatu bentuk pengawasan mutu produk. IPC dilaksanakan

melalui kerjasama antara Production Department dengan QC Unit. Parameter

yang diperiksa selama proses IPC pada setiap produk memiliki rentang hasil dan

jenis pemeriksaan yang berbeda. Rentang hasil dan jenis pemeriksaan produk,

tercantum dalam prosedur pengolahan induk yang bersangkutan. Selama proses

IPC, dilakukan evaluasi parameter-parameter kritis, diantaranya adalah

keseragaman bobot, kekerasan, keregasan, waktu hancur, dan lain-lain. Sampling

dilakukan oleh Production Department, sedangkan pemeriksaannya dilakukan

bersama-sama oleh Produksi dan QC. Production Department hanya melakukan

pemeriksaan keseragaman bobot, keregasan, kekerasan, dan waktu hancur,

sedangkan pemeriksaan kadar zat aktif tablet dan uji disolusi dilakukan oleh QC.

Pemeriksaan oleh Production Department dilakukan di ruang IPC yang terletak di

dalam pabrik dan dilakukan oleh operator yang sedang memproduksi produk

tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaaan IPC, maka operator akan menuliskan

hasil pemeriksaannya pada prosedur pengolahan induk dan menempelkan print-

out mesin sebagai bukti bahwa operator telah melakukan pemeriksaan. Sedangkan

pemeriksaan yang dilakukan oleh QC dilakukan pada laboratorium QC yang

terletak di luar pabrik. Apabila pada suatu proses ditemukan adanya kelainan atau

kegagalan, maka harus diselidiki, diatasi, dan didokumentasikan.

Proses pengemasan dilakukan di dua kelas, yaitu pengemasan primer

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 131: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

118

Universitas Indonesia

dilakukan di area kelas 3, sedangkan pengemasan sekunder dilakukan di area

kelas 2. Proses pengemasan dilaksanakan dengan pengawasan yang ketat untuk

menjamin identitas, keutuhan, kelengkapan, dan kualitas produk yang telah

dikemas. Sebelum pengemasan dimulai, dipastikan bahwa peralatan dan ruangan

atau jalur pengemasan dalam keadaan bersih dan bebas dari produk lain yang

tidak diperlukan dalam pengemasan. Penandaan pada label, dus ataupun

komponen lain dengan nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan informasi lain diawasi

secara ketat pada setiap tahap pengemasan. Bentuk pengawasan mutu dalam

pengemasan ini adalah pemeriksaan kebocoran blister yang dilakukan pada awal,

tengah, dan akhir proses pengemasan. Pemeriksaan kebocoran pengemas ini

dilakukan dengan menggunakan alat vakum, dengan cara merendam produk yang

telah dikemas dalam methylene blue dalam sebuah bejana yang menyerupai

desikator. Selain itu pada mesin blistering terdapat sensor (fisik atau kamera) yang

berfungsi untuk memeriksa kelengkapan tablet pada setiap blister. Jika terdapat

blister dengan jumlah tablet yang kurang atau tidak sempurna maka blister

tersebut akan direject secara otomatis. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

memastikan bahwa produk obat tersebut tetap memenuhi spesifikasi yang

ditentukan mulai dari pengemasan hingga dikonsumsi oleh konsumen. Sisa

produk atau produk yang rusak selama pengemasan, dihitung, dicatat kemudian

dihancurkan. Begitu pula dengan kemasan sekunder atau packing insert yang

tersisa selama proses pengamasan. Selanjutnya, produk jadi dikirim ke gudang

untuk dikarantina. Keputusan bahwa produk bersangkutan dapat dipasarkan atau

tidak (released atau rejected) tergantung hasil pemeriksaan QC.

5.7 Pengawasan Mutu

IQC (Industrial Quality and Compliance) Department merupakan

departemen yang melakukan pengawasan mutu di PT Aventis Pharma.IQC

Department melakukan pengawasan mutu mulai dari bahan awal (baik bahan aktif

ataupun eksipien), produk setengah jadi, produk jadi hingga menangani proses

pengolahan limbah. Penilaian terhadap pemasok (suplier), baik bahan awal untuk

eksipien dan zat aktif, hingga suplier bahan pengemas, baik pengemas primer

maupun sekunder, dan jasa printing artworkuntuk label pada kemasan. IQC

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 132: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

119

Universitas Indonesia

Department membawahi dua unit kerja, yaitu Quality Assurance Unit (QA Unit)

dan Quality Control Unit (QC Unit). QA Unit bertanggung jawab penuh terhadap

mutu obat yang dihasilkan mulai dari bahan awal, proses produksi, environment

monitoring, dokumentasi, validasi, stabilitas, kualifikasi dan kalibrasi,

penanganan penyimpangan dan hasil uji diluar spesifikasi, inspeksi diri dan audit

internal, pengendalian terhadap perubahan, pelatihan personalia, audit pemasok,

penanganan distribusi obat jadi, penangan keluhan dan penangan sample tertahan.

Sedangkan QC Unit bertanggung jawab penuh pada pemeriksaan spesifikasi

bahan awal, produk antara, produk jadi, hingga kemasan.

IQC Department memiliki tiga buah laboratorium, yaitu laboratorium

kimia, laboratorium instrumen, dan laboratorium mikrobiologi. Pada laboratorium

kimia, setiap pereaksi, larutan pengencer disolusi, larutan fase gerak KCKT, dll.

diberi label yang sesuai, seperti nama pereaksi, konsentrasi, waktu pembuatan,

batas waktu penggunaan/kadaluwarsa dan tanda tangan analis pembuatlarutan

tersebut dengan menggunakan tinta biru. Dengan demikian identitas seluruh

pereaksi yang digunakan dapat diketahui dengan jelas guna menjamin kebenaran

hasil pengujian. Sedangkan, terdapat pula baku pembanding atau standar yang

disimpan secara rapi menurut kondisi penyimpanannya, seperti di dalam kulkas

suhu 2-8°C, yang selalu dilakukan kalibrasi secara berkala dan suhu selalu tercatat

oleh suatu alat yang dapat memberikan gambaran terkait perubahan suhu dari

waktu ke waktu.

Produk obat yang telah selesai diproduksi, akan dilakukan uji oleh QC

untuk melihat apakah produk tersebut memenuhi persyaratan yang telah

ditentukan oleh PT Aventis Pharma dan disiapkan pula sampel untuk uji stabilitas

dan sampel yang akan disimpan dalam retained sample room (sampel tertinggal)

yang dapat bermanfaat apabila terjadi OOS (out of specification), ataupun adanya

complaint dari pihak eksternal maupun internal. Pemeriksaan dilakukan oleh

analis, mengikuti prosedur tes (test method) yang sebelumnya telah dilakukan

validasi metode analisis oleh pihak QC. Hasil pemeriksaan dicatat ke dalam

Catatan Hasil Pemeriksaan (CHP) dan struk seperti penimbangan, pengukuran

pH, pemeriksaan kadar air dengan alat Karl-Fischer, serta hasil analisis

menggunakan instrument ikut dilampirkan dalam CHP tersebut. Analis kemudian

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 133: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

120

Universitas Indonesia

merangkum hasil keseluruhan uji dalam bentuk report yang ikut dilampirkan

bersama dengan CHP yang selanjutnya akan diserahkan ke QC supervisor untuk

diperiksa dan dilakukan. QA Unit harus dapat menjamin bahwa obat yang dibuat

dan dipasarkan telah memenuhi persyaratan CPOB, HSE dan Global Quality

Standard. Sisa-sisa hasil uji yang tidak terpakai , seperti tablet sisa, kemudian

dibuat data dalam bentuk tabel mengenai nama produk dan jumlah blister yang

tidak digunakan untuk dihancurkan agar tidak terjadi penyalahgunaan oleh pihak

luar saat pembuangan. Penghancuran produk sisa uji dilakukan oleh pihak ketiga

yang akan disaksikan oleh perwakilan PT Aventis Pharma dan kemudian akan

dibuat berita acara pemusnahan produk tersebut.

Mutu produk tidak hanya diperoleh dari serangkaian pengujian yang

dilakukan terhadap produk akhir tetapi mutu harus dibentuk ke dalam produk

sejak awal. Oleh karena itu, QA selalu mengontrol setiap langkah dalam proses

produksi, melakukan analisis bila terjadi kegagalan, serta melakukan audit

terhadap supplier dan semuaaspek yang mempengaruhi mutu produk.

5.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu

Inspeksi diri merupakan suatu kegiatan penilaian untuk meninjau kembali

sarana dan prasana serta seluruh tata kerja pabrik dari setiap segi yang mungkin

berpengaruh terhadap mutu produk. Inspeksi diri di PT Aventis Pharma mencakup

aspek CPOB dan HSE yang mengacu padaGlobal Quality Document/ HSE

Guideline,GMP Internasional, CPOB yang ada di Indonesia serta temuan-temuan

sebelumnya. Dengan dilakukan inspeksi diri maka dapat dilakukan perbaikan

terus menerus terhadap berbagai kelemahan yang mungkin timbul.

Inspeksi diri dilakukan secara rutin. Pelaksanaan inspeksi diri dijadwalkan

dalam jangka waktu tertentu untuk menjamin tercapainya kesesuaian secara

kontinyu. Inspeksi diri di PT Aventis Pharma,dijadwakan setiap tiga bulan sekali

(Inspeksi Diri Triwulan) dan enam bulan sekali (Inspkesi Diri Semester). Inspeksi

yang menyeluruh terhadap aspek- aspek CPOB dilakukan setiap tahun sekali.

Inspeksi harus dilakukan secara sistematis dimana terdapat langkah-langkah

pengerjaan yang jelas dan daftar hal-hal yang harus diperiksa untuk mendapatkan

standar inspeksi yang seragam.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 134: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

121

Universitas Indonesia

Agar diperoleh hasil yang objektif, inspeksi dilakukan oleh seseorang yang

tidak terkait dengan departemen yang sedang diperiksa. Inspeksi diri harus

dilakukan oleh suatu tim auditor yang kompeten serta memahami peraturan atau

regulasi yang terkait secara teoritis maupun praktis.Inspeksi diri di PT Aventis

Pharma dilakukan oleh tim inspeksi diri yang terdiri atas orang-orang yang

berkompeten dalam perusahaan untuk menjaga standar mutu sesuai persyaratan

perusahaan. Tim inspeksi diri diketuai oleh QA Manager dan beranggotakan

manager atau supervisor departemen terkait.

Pelaksanaan inspeksi dilakukan terhadap sistem manajemen mutu dan

PROTAP serta dilakukan untuk melakukan verifikasi atau pemeriksaan kembali

terhadap implementasi tindakan pencegahan atau perbaikan yang berasal dari

hasil temuan audit sebelumnya maupun audit pihak lain. Semua prosedur, catatan,

dan laporan inspeksi diri di PT Aventis didokumentasikan dan disimpan oleh QA

Unit. Laporan inspeksi ini selanjutnya dilaporkan kepada IQC Manager. Laporan

inspeksi diri yang mencakup hasil, penilaian, kesimpulan dan usulan tindakan

perbaikan akan digunakan sebagai pertimbangan dalam menyusun kebijakan baru

agar penyimpangan yang terjadi / tidak terulang dimasa mendatang (Corrective

Action Plan). Laporan inspeksi selanjutnya juga dilaporkan kepada Aventis

Pharma Global yang selanjutnya akan melakukan penilaian terhadap PT Aventis

Pharma Indonesia.

5.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Produk, dan

Produk Kembalian

Keluhan merupakan komunikasi tertulis, elektronik, atau verbal terkait

dengan ketidakpemenuhan syarat identitas, kualitas, stabilitas, keamanan, dan

efektivitas dari obat. Terdapat dua jenis keluhan, yaitu keluhan mutu teknis yang

berasal dari pihak ketiga mengenai obat yang telah beredar di pasaran (KTKO)dan

keluhan medis mengenai cacat kualitas yang berhubungan dengan rekasi obat

yang tidak diinginkan (ESO). Keluhan yang berhubungan dengan medis ditujukan

ke Medical &Regulatory Division, sedangkan yang menyangkut KTKO ditujukan

ke IQC Department.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 135: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

122

Universitas Indonesia

Keluhan terhadap obat dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan.

Keluhan dari dalam perusahaan dapat berasal dari semua pihak yang berhubungan

dengan kegiatan manufaktur. Sedangkan keluhan dari luar perusahaan dapat

berasal dari distributor, dokter, pasien, apoteker, Rumah Sakit (RS) atau klinik,

pemerintah (Badan POM), dan media massa.

Keluhan di PT Aventis Pharma dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:

a. Kelas I, yaitu kerusakan pada produk yang dapat mengancam jiwa atau

mengakibatkan resiko besar terhadap kesehatan

b. Kelas II, yaitu kerusakan pada produk yang dapatmenyebabkan sakit pada

pasien atau kerusakanmenyebabkan kegagalan dalamproses penyembuhan

c. Kelas III, yaitu kerusakan pada produk yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan yang tidak major melainkan hanya menimbulkan ketidaknyamanan

pasien dalam hal penggunaan produk

d. Kelas IV, yaitu kerusakan pada produk yangtidak mengancam jiwa manusia

tetapidapat menyebabkan ketidaknyamanan pasien dalam menggunakan

produk dan berdampak negatif terhadap nama baik perusahaan (komersial

produk) .

Bila terdapat keluhan terhadap obat produksi PT Aventis Pharma, maka

sampel obat segera diperiksa dan diadakan diskusi dengan departemen terkait

untuk dilakukan perbaikan. Pemeriksaan keluhan terhadap obat dilakukan melalui

retained sample(sampel pertinggal) sebagai pembanding. Pemeriksaan tersebut

dilakukan olehbagian Quality Control. Hasil pemeriksaan tersebut kemudian

dianalisis dandievaluasi.Investigasi dan penyelesaian kasus harus diselesaikan

dalam waktu satu bulan kemudian dibuat surat tanggapan atas keluhan kepada

konsumen atau pelapor. Tindak lanjut dari keluhan tersebut dapat berupa

penggantian produk atau penarikan produk.

Penarikan Kembali Obat Jadi (PKOJ) adalah penarikan kembali satu atau

lebih bets produktertentu dari peredaran karena kemungkinan terjadi reaksi yang

merugikan terhadapkesehatan masyarakat atau adanya kemungkinan cacat mutu.

Penyebab penarikan obat jadi adalah:

1. Keluhan kategori kelas I, II, atau III.

2. Ditemukan kegagalan pelaksanaan CPOB setelah obat didistribusikan.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 136: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

123

Universitas Indonesia

3. Hasil dari studi stabilitas setelah pemasaran dilakukan.

4. Perintah dari BPOM.

5. Hasil dari inspeksi.

6. Adanya pemalsuan.

7. Laporan reaksi obat yang tidak diinginkan yang berbahaya.

PKOJ harus dilakukan segera setelah evaluasi laporan dan bila

perlusetelah didapatkan hasil pemeriksaan contoh pertinggal (retained sample) di

laboratorium QC.PKOJ diselidiki hingga tingkat mana produk tersebut ada pada

jaringan distribusi. Tingkat PKOJ ditentukan berdasarkan luas dan jauhnya obat

jadi tersebut beredar di pasaran, yakni:

a. Tingkat I : bila obat baru mencapai distributor pusat.

b .Tingkat II : bila obat sudah mencapai sub-distributor (di daerah).

c. Tingkat III : bila obat sudah didistribusikan dan sudah mencapai sarana

pelayanan obat seperti apotek, rumah sakit, poliklinik dan toko obat.

d. Tingkat IV : bila obat sudah didistribusikan secara luas dan telah mencapai

konsumen seperti dokter, serta pemakai akhir yaitu pasien.

Untuk mempermudah pelaksanaan PKOJ, PT Aventis Pharma melakukan

audit kepada distributor yang akan dipilih. Hal ini dilakukan untuk menjaga mutu

produk PT Aventis Pharma agar setelah keluar dari pabrik dapat terjamin mutunya

saat sampai ke konsumen. Salah satu penilaiannya adalah distributor harus

mempunyai suatu sistem distribusi yang baik artinya mengetahui kemana saja

produk tersebut didistribusikan.

Obat kembalian adalah obat jadi yang kembali setelah diserahterimakan dari

PT Aventis Pharma ke pihak ketiga (distributor, ekspedisi) dan dikembalikan ke

gudang PT Aventis Pharma dengan alasan :

a. Masalah keabsahan maupun salah kirim

b. Penarikan produk dan atau pack size dari pasaran

c. Kerusakan obat atau pengemasnya (setelah keluar dari gudang PT Aventis

Pharma selama pengiriman/ penyimpanan

d. Kelainan dari segi kualitas (baik kualitas obat maupun kualitas bahan

pengemas).

Obat yang sudah kadaluarsa di distributor dan dikembalikan ke PT

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 137: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

124

Universitas Indonesia

Aventis Pharma tidak termasuk dalam penggolongan obat kembalian karena pada

prinsipnya PT Aventis Pharma tidak menerima pengembalian obat yang sudah

kadaluarsa. Ada prosedur tetap dalam menyelidiki dan menganalisis obat yang

dikembalikan serta menetapkan apakah obat tersebut dapat diolah kembali atau

dimusnahkan. Obat kembalian disimpan di gudang pada tempat khusus dan

menunggu keputusan QC, apakah akan dikemas ulang, di-rework, atau

dimusnahkan. Obat kembalian yang tidak dapat diolah kembali akan dimusnahkan

dan dibuat Berita Acara Pemusnahan.

5.10 Dokumentasi

Dokumentasi yang jelas merupakan hal yang sangat penting untuk

memastikan bahwa tiap personil menerima deskripsi tugas yang relevan secara

detail dan jelas sehingga dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya salah tafsir

dan kekeliruan karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Dokumentasi yang

baik akan mempermudah penelusuran dan penyelidikan suatu bets atau lot produk.

Di samping itu, sistem dokumentasi juga perlu diaplikasikan dalam pemantauan

dan pengendalian kondisi lingkungan, perlengkapan, dan personalia.

Di PT Aventis Pharma,semua kegiatan yang dilakukan oleh masing-

masing departemen telah memiliki dokumentasi yang baik berkaitan dengan

fungsi dan tugasnya. Semua dokumen disahkan oleh departemen terkait, atas

persetujuan IQC Department. Untuk mempermudah penelusuran, setiap dokumen

mempunyai sistem penomoran yang dijaga agar selalu aktual dengan

dilakukannya peninjauan ulang secara berkala atau revisi jika diperlukann yang

diatur dalam protap penanganan dokumen. Protap asli disimpan, didistribusikan

dan dipantau jika sewaktu-waktu terjadi perubahan oleh QA Unit. Segala bentuk

modifikasi terhadap dokumen dikendalikan melalui prosedur change control.

Semua dokumen secara jelas mempunyai judul, tujuan dan isi, serta semua

dokumen harus dijaga dan didistribusikan secara confidential. Untuk dokumentasi

SOP, kini PT Aventis Pharma mulai menerapkan sistem yang dinamakan

“Geode”. Sistem ini akan mempermudah supervisor maupun user lainnya untuk

dapat mengakses PROTAP Produksi,Quality Assurance, Quality Control, HSE,

dan departemen lainnya.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 138: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

125

Universitas Indonesia

5.11 Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak

Ada kalanya suatu produk tidak dapat diproduksi oleh pabrik milik PT

Aventis Pharma karena alasan tertentu, misalnya keterbatasan fasilitas yang

dimiliki, sehingga produk tersebut dibuat oleh pabrik lain yang ditunjuk. Oleh

sebab itu, semua kontraktor atau pabrik yang ditunjuk untuk membuat produk

harus disetujui status GMP dan standar mutunya sebelum kontrak untuk

memproduksi obat tersebut disetujui bersama. Ada beberapa kategori perjanjian

kerjasama (kontrak), yaitu kontrak dasar dan quality agreement. Quality

agreement mencakup perjanjian dasar dan pharmaceutical quality. Persetujuan

tersebut harus mencerminkan implementasi aktivitas GMP pada proses

pengolahan, pengemasan, analisa, penyimpanan, dan distribusinya.

Ketentuan kontrak kerjasama antar dua pabrik ini diatur dalam prosedur

tetap Contract manufacturer. Hingga saat ini, PT Aventis Pharma menjalin

kontrak kerjasama dengan PT Boehringer-Ingelheim Indonesia (PT BII). Produk

toll manufacturing yang dibuat oleh PT Boehringer-Ingelheim Indonesia untuk PT

Aventis Pharma diantaranya yaitu Flagyl suppository dan Flagystatin ovule.

5.12 Kualifikasi dan Validasi

Validasi dan kualifikasi terhadap aspek fasilitas, sistem, proses, dan

peralatan telah dilakukan oleh PT Aventis Pharma sesuai dengan standar yang

ditetapkan dalam Global Quality Standard. PT Aventis Pharma melakukan

validasi terhadap proses produksi (process validation) dan pembersihan (cleaning

validation) baik untuk ruangan maupun peralatan, serta validasi metode analisis.

Semua aktivitas kualifikasi dan validasi mengacu pada Validation Master Plan

(VPM) yang harus dikaji ulang minimal setiap dua tahun sekali atau jika ada

perubahan jadwal secara signifikan.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 139: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

126Universitas Indonesia

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan kajian yang kami lakukan selama menjalankan Praktek Kerja

Profesi Apoteker di PT Aventis Pharma Indonesia, dapat disimpulkan

bahwa :

a. PT Aventis Pharma Indonesia secara umum telah menerapkan CPOB

dengan baik dan mengacu pada Aventis Global Standard untuk menjamin

kualitas produk yang dihasilkan.

b. Dalam industri farmasi,Apoteker memiliki peran penting untuk menerapkan

CPOB untuk menghasilkan kualitas dan mutu obat yang lebih baik lagi.

Peran Apoteker harus dimaksimalkan terutama pada posisi kunci, yaitu di

bagian Production Departement,Quality Assurance, dan Quality

Control.Apoteker bertugas dan bertanggung jawab untuk memastikan dan

mengawasi pelaksanaan CPOB di industri farmasi.Masing-masing kepala

bagian produksi, pengawasan mutu dan manajemen mutu (pemastian mutu)

memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang

berkaitan dengan mutu,mencakup:

1. Otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen

2. Pemantauan dan pengendalian lingkungan pembuatan obat

3. Higiene pabrik

4. Validasi proses

5. Pelatihan

6. Persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan

7. Persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan

kontrak

8. Penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk

9. Penyimpanan catatan

10. Pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB

11. Inspeksi, penyelidikan, dan pengambilan sampeluntukpemantauan

faktor yang mungkin berdampak terhadap mutu produk

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

uiperpustakaan
Inserted Text
Page 140: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

127

Universitas Indonesia

6.2 Saran

Walaupun aspek-aspek CPOB di PT Aventis Pharma telah berjalan baik,

namun tetap perlu dipertahankan dan ditingkatkan dalam penerapannya. Hal

tersebut bertujuan untuk menjamin konsistensi dari mutu produk yang dihasilkan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, misalnya peningkatan kesadaran

karyawan dalam hal higienitas, yaitu dengan mencuci tangan terlebih dahulu

sebelum memasuki ruangan produksi serta mengganti alas kaki dengan

menggunakan sendal khusus toilet jika akan ke toilet. Meskipun hal-hal tersebut

terdengar sepele, namun akan menjadi sangat penting untuk mencegah terjadinya

pencemaran obat dan menjaga higiene, mengingat produk obat tersebut akan

dikonsumsi langsung oleh manusia.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 141: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

128Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Aventis Pharma. (2005). Prosedur Tetap Purchasing Department. Jakarta:

Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2009). Prosedur Tetap Technical Service Department. Jakarta:

Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2010). Prosedur Tetap Pengambilan Contoh Bahan Baku.

Jakarta: Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2010). Prosedur Tetap Penerimaan Barang di Gudang. Jakarta:

Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2010). Prosedur Tetap Plant Logistic Department. Jakarta:

Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2010). Prosedur Tetap Production Department : Processing

and Packaging Unit. Jakarta

Aventis Pharma. (2011). Prosedur Tetap HSE Department. Jakarta: Aventis

Pharma.

Aventis Pharma. (2011). Prosedur Tetap Inspeksi Diri dan Audit. Jakarta: Aventis

Pharma.

Aventis Pharma. (2011). Prosedur Tetap Internal Audit TS & HSE. Jakarta:

Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2011). Prosedur Tetap Pemeriksaan Cemaran Partikel dan

Mikroba. Di ruang Produksi dan Lab. Mikrobiologi. Jakarta: Aventis

Pharma.

Aventis Pharma. (2011). Prosedur Tetap Pengambilan Contoh Produk Ruahan

dan Obat jadi. Jakarta: Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2011). Prosedur Tetap Pengambilan Contoh Bahan Pengemas.

Jakarta: Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2012). Prosedur Tetap IQC Department : Quality Assurance &

Quality Control Unit. Jakarta: Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2012). Prosedur Tetap Penanganan Keluhan. Jakarta: Aventis

Pharma: Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2012). Prosedur Tetap Penanganan Obat Kembalian. Jakarta:

Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Industrial Affairs Organization. Jakarta : Aventis

Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Sanofi Group Indonesia Organization.Jakarta : Aventis

Pharma.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 142: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

129

Universitas Indonesia

Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Panduan Mutu Standard Nomor AG

000-01/H. Jakarta : Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Cara Pelulusan atau Penolakan Obat

Jadi. Jakarta: Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Penanganan Dokumen. Jakarta: Aventis

Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Penilaian Terhadap Pemasok. Jakarta:

Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Pemeriksaan Bahan Baku, Produk

Setengah Jadi Import dan Obat Jadi Import. Jakarta: Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Pemeriksaan Bahan Pengemas. Jakarta:

Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Pemeriksaan Produk Ruahan. Jakarta:

Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Pemeriksaan Bahan Pengemas. Jakarta:

Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Pemeriksaan Mutu Air. Jakarta: Aventis

Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Pemeriksaan Stabilitas Obat Jadi.

Jakarta: Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Pengendalian Terhadap Perubahan.

Jakarta: Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Peninjauan dan Penilaian tahunan

Terhadap Produk ( Annual Product review). Jakarta: Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Pelatihan Personil. Jakarta: Aventis

Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Sistem dan Cara Pembuatan Prosedur

Tetap. Jakarta: Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Sistem Validasi Proses. Jakarta: Aventis

Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Sistem Validasi Pembersihan untuk

Ruangan.Jakarta: Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2013). Prosedur Tetap Sistem Validasi Pembersihan untuk

Peralatan.Jakarta: Aventis Pharma.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat

Yang Baik, Edisi 2012. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan

Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

HK.03.1.33.12.8195 tahun 2012 tentang Penerapan Pedoman Cara

Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 143: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

130

Universitas Indonesia

Daris, Azwar. (2012). Pengantar Hukum dan Etika Farmasi. Tanggerang: Duwo

Okta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri

Farmasi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Hompel, M. & Schmidt, T. (2007). Warehouse Management Automation and

Organisation of Warehouse and Order Picking Systems. Springer, 46-47.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Presiden RI No. 47 tahun 2009

nomor 144 tentang pembentukan dan organisasi kementerian negara,

Jakarta.

Sanofi Aventis. (2013). Sanofi Aventis. http://www.sanofi.co.id. diakses pada

tanggal 10Agustus 2013.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 144: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

TABEL

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 145: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

131

Tabel 1. Klasifikasi ruangan PT Aventis Pharma

Kelas Jumlah cemaran mikroorganisme

(beroperasi)

Jumlah cemaran

partikel

Perbedaan

tekanan

udara

Pergantian

udara

Suhu Kelembaban

Sampel

udara

Sedimentasi Swab test/

rodac

plate

HIAC ROYCO 245 A

Limit

(koloni/

m3)

Limit

(koloni/ m3)

Limit

(koloni/

m3)

Tidak

beroperasi

Beroperasi Pa Kali per

jam

°C % RH

≥ 0,5 µm ≥ 5,0 µm

Kelas

3

≤ 500 ≤ 100 ≤ 80 3.500.000 20.000 ≥ 7,5 ≥ 10 19 -25 30 - 60

Kelas

2

Tidak

ditetapkan

Tidak

ditetapkan

Tidak

ditetapkan

Tidak

ditetapkan

Tidak

ditetapkan

≥ 0 Sesuai

kebutuhan

19 -25 Sesuai

kebutuhan

Kelas

1

Tidak

ditetapkan

Tidak

ditetapkan

Tidak

ditetapkan

Tidak

ditetapkan

Tidak

ditetapkan

- Sesuai

kebutuhan

Sesuai

kebutuhan

Sesuai

kebutuhan

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 146: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

132

Universitas Indonesia

Tabel 2. Spesifikasi pemeriksaan portable water, purified water dan purified

water MilliQ

Potable water Purified water Purified water MilliQ - plus

Pemeriksaan Spesifikasi Pemeriksaan Spesifikasi Pemeriksaan Spesifikasi

Pemerian

Konduktivitas

Jumlah zat

terlarut

Seng

Krom

Aluminium

Besi

Kesadahan

CaCO3

Klorida

Mangan

Nitrat sebagai

N

Nitrit sebagai

N

pH

Sianida

Sulfat

Sulfida

Tembaga

Timbal

Larutan

jernih, tidak

berwarna,

tidak

berbau, dan

tidak berasa

1,3 µS/cm

≤ 1000ms/L

≤5,0 mg/ml

≤0,05mg/ml

≤0,2mg/ml

≤0,3 mg/ml

≤ 500mg/ml

≤ 250mg/ml

≤0,1mg/ml

≤10,0mg/ml

≤1,0mg/ml

6,5 – 8,5

≤0,1 mg/ml

≤ 400mg/ml

≤0,05mg/ml

≤ 1,0 mg/ml

≤0,05mg/ml

Pemerian

Partikel

pH

Konduktivitas

Resapan

400-200

200

190

Zat yang

mudah

teroksidasi

Klorida

Nitrat

Sulfat

Ammonium

Kalsium dan

Magnesium

Kalsium

Logam berat

Pb

Zat padat total

CO2

Larutan jernih,

tidak

berwarna,

tidak berbau,

dan tidak

berasa

Larutan harus

jernih bebas

partikel

5 -7

1,3 µS/cm

≤ 0,05 mg/ml

≤ 0,01 mg/ml

≤ 0,01 mg/ml

Larutan tetap

berwarna

merah muda

≤0,05mg/ml

≤0,5mg/ml

Tidak terjadi

kekeruhan

≤ 0,2mg/ml

≤ 0,1mg/ml

Tidak terjadi

warna biru

Tidak terjadi

kekeruhan

≤0,3mg/100ml

Campuran

jernih

Pemerian

Partikel

pH

Konduktivitas

Zat yang

mudah

teroksidasi

Klorida

Nitrat

Sulfat

Kalsium dan

Magnesium

Ammonium

Logam berat

Pb

Zat padat total

CO2

Larutan jernih,

tidak berwarna,

tidak berbau, dan

tidak berasa

Larutan harus

jernih bebas

partikel

5-7

1,3 µS/cm

Larutan tetap

berwarna merah

muda

Larutan tidak

keruh

≤0,2 mg/ml

Tidak terjadi

warna biru

Tidak terjadi

warna biru

≤0,1mg/ml

≤0,1mg/ml

≤ 1mg/100 ml

Campuran tetap

jernih

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 147: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

133

Universitas Indonesia

Tabel 3. Jenis – jenis AHU

Jenis AHU Ruang yang Disuplai

AHU – FA 01 Mensuplai AHU – 01, AHU – 02, dan AHU – 06

AHU – FA 02 Mensuplai AHU – 03, AHU – 04, AHU – 05A, AHU – 05B

AHU 01 Secondary packaging (area kelas 2)

AHU 02 Corridor, staging bulk, workshop & tools, primary

packaging material transit, staging primary packaging

material transit, primary packaging line 1, primary

packaging line 2, primary packaging line 3, primary

packaging line 4, LAF, corridor class 3 between line 3 & 4,

corridor class between line 1 & 2.

AHU 03 Coating, technical area of coating, dirty container staging

and washing

AHU 04 Corridor production wet granulation, lubrication, washing,

semisolid, sundry, office (processing), production manager,

punches and die.

AHU 05 A Weighing, remaining material, broken material, staging

AHU 05 B IPC, tabletting korsch, tableting fette 1200, granulating and

staging, filling suppository

AHU 06 Gowning area

AHU 07 dan 08 Warehouse

DX AHU 01 Quarantine raw and packaging material cool storage (< 25

°C)

DX AHU 02 Released raw and packaging material cool storage (< 25

°C)

DX AHU 03 Airlock sampling area, sampling raw material, change

room, airlock & personal entrance/ exit

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 148: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

134

Universitas Indonesia

Tabel 4. Tingkatan Occupational Exposure Band

Kategori Nilai OEL (mcg/m3) Karakteristik Senyawa

OEB 1 1000- 5000 tidak berbahaya, tidak iritatif

dan/atau memiliki aktivitas

farmakologi yang rendah

OEB 2 100 – 1000 berbahaya/iritatif dan/atau dengan

aktivitas farmakologi sedang

OEB 3 10 – 100 agak toksik dan/atau dengan aktivitas

farmakologi tinggi

OEB 4 1 -10 toksik, mungkin korosif atau

genotoksik dan/atau dengan aktivitas

farmakologi sangat tinggi

OEB 5 <1 sangat toksik, mungkin korosif atau

genotoksik dan/atau dengan aktivitas

farmakologi yang sangat tinggi

Tabel 5. Kategori produk PT Aventis Pharma berdasarkan OEB

Kategori Contoh nama produk

OEB 1 Batrafen (Ciclopirox olamine)

Trental (Pentoxyfyline)

OEB 2 Avil (Pheniramine maleat)

Lasix (Furosemide)

Novalgin (Metamizole sodium)

Profenid suppo (Ketoprofen)

Rulid (Roxithromycin)

Urbason (Methyl prednisolon)

OEB 3 Amaryl (glimepiride)

Daonil (glyburide)

Dermatop (prednicarbate)

Esperson (desoximethasone)

Flagyl forte, flagyl suppo (metronidazole)

flagystatin ovule (metronidazole + nystatin)

Frisium (clobazam)

Triatec (ramipril)

OEB 4 Rovamycin (spiramycine)

OEB 5 -

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 149: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

135

Universitas Indonesia

Tabel 6. Parameter Baku Mutu Air Kategori D

Parameter Sintesis formulasi

kadar max (mg/L) beban limbah max

(kg/L)

kadar max (mg/L)

BOD (5 hari,

20ºC)

75 1,875 75

COD (bichromat) 100 2,5 100

TSS (padatan

tersuspensi total)

60 1,5 60

fenol 0,5 0,0125 0,5

total nitrogen 30 0,75 30

pH 6-9 - 6-9

zat organik

(KmnO4)

85 2,125 85

tes antibiotik - - -

Tabel 7. karakteristik yang berlaku untuk identifikasi, pengujian terhadap

impuritas dan prosedur penetapan kadar

Parameter Validasi Identifikasi Pengujian Impuritas Penetapan Kadar

Kuantitatif Batas - Disolusi*

- Kandungan/Potensi

Akurasi

Presisi

Ripitabilitas

Presisi Intermediat

Spesifikasi (2)

Limit Deteksi

Limit Kuantitas

Linearitas

Rentang

-

-

-

+

-

-

-

-

+ -

+ -

+(1) -

+ +

- (3) +

+ -

+ -

+ -

+

+

+(1)

+

-

-

+

+

Keterangan :

(-) Tidak dipersyaratkan.

(+) Dipersyaratkan.

(1) Dalam hal telah dilakukan test reprodusibiltas, maka presisi intermediat tidak

dipersyaratkan.

(2) Kekurangan spesifisitas dari salah satu prosedur analisis dapat

dikompensasikan dengan prosedur analisis yang lain yang dapat menunjang.

(3) Hanya diperlukan pada kasus tertentu.

*) Hanya untuk mengetahui kadar zat terlarut.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 150: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

LAMPIRAN

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 151: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

136

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Struktur Organisasi Sanofi Group Indonesia

President Director

Head of MarketingNational Sales Director

Oncology Unit DirectorStrategy Development and

Diabetes Director

Chief Financial OfficerCommunication & Public Affairs

Director

Human Resources DirectorHead of Commercial Excellence

& Business Devt

Legal DirectorMedical & Regulatory Director

General Manager VaccinePlant Director

Country Compliance Officer

Executive Assistant

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 152: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

137

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Struktur Organisasi Industrial Affairs

Vice President Industrial Affairs, APJ Region

Plant Director

IA HR Manager IA Controlling

Head of Industrial Quality & Compliance

Country Procurement Head

Head of LogisticsTechnical Services

Manager

Production Manager HSE Manager

Executive Assistant

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 153: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

138

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Struktur Organisasi Industrial Quality & Compliance

Head of Industrial Quality & Compliance

IQC Admin

Assistant

QC Supervisor

Microbiology

Analyst

QC Analyst

QA Officer

QC Sampler

QC Sampler

QC Officer

QA Manager

QC Analyst

QC Analyst

QC Analyst

QC Analyst

QC Analyst

QA Officer

QA Officer

QA Officer

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 154: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

139

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Diagram Pengambilan Keputusan Terhadap Hasil di Luar Spesifikasi

Hasil TMS

Periksa kondisi analisis

(Gunakan daftar periksa)

Ditemukan kesalahan Tidak ditemukan kesalahan

Lakukan Perbaikan

Hasil OOS tidak berlaku

Cek Ulang

Investigasi Diperluas

Investigasi Batch

Record/Prod atau

kesalahan bets

Periksa cara

sampling (gunakan

daftar periksa)

Kesalahan tidak

ditemukan Ditemukan

Kesalahan

Bets ditolak Lakukan

Perbaikan Evaluasi dan

menentukan rancang

strategi yang tepat

Variabel: Persiapan

contoh/ ganti analis/alat/ periksa

contoh thd yang

sudah diluluskan

Kesalahan tidak

ditemukan

Ditemukan

Kesalahan

Bets diluluskan

Ditemukan

Kesalahan

Bets ditolak

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 155: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

140

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Alur Pemeriksaan Bahan Baku

Penerimaan Bahan Baku

Pemeriksaan dokumen fisik

Label “Quarantine”

Penerimaan GRS oleh QC

Pencatatan Data bahan Baku

Persiapan Pengambilan Contoh

Pengambilan Contoh

Pengujian Bahan Baku

Pemeriksaan Hasil Pengujian

Memenuhi Syarat

Tidak Memenuhi Syarat

Released

OOS

Penyelidikan

Perbaikan

Tidak Memenuhi Syarat

Memenuhi Syarat

Rejected

Released

OK

Pembuatan dan distribusi GRS

-Log book bahan

baku

-Log book pengujian

ulang

-Label Released

-Pemindahan Bahan Baku

dari area karantina ke area

released

-Input Voucher Quantitiy

-Wadah dan etiket

-Label “Sampel Taken”

-Pakaian Pelindung Alat

-Label Rejected

-Pemindahan Bahan Baku

dari area karantina ke area rejected

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 156: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

141

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Persyaratan Jumlah Bakteri, Total Koliform, dan Koliform Tinja pada

Masing-masing Jenis Air

No. Jenis

Cemaran

Air

Sumur

Air PAM Portable

Water

Purified

Water

MiliQ-

plus

1. Jumlah

bakteri

Tidak

ditetapkan

100

(kol/

ml)

100

(kol/ml)

100

(kol/ml)

100

(kol/ml)

2. Total

koliform

<10 0 (kol/ml) 0 (kol/ml) - -

3. Koliform

tinja

- - 0 (kol/ml) - -

Keterangan:

1. Air sumur adalah air yang diperoleh langsung dari sumur artris tanpa pengolahan awal.

Air sumur diperiksa setiap 6 bulan sekali.

2. Air PAM adalah air yang berasal dari olahan PAM Citywater. Air PAM diperiksa

setiap 1 bulan sekali.

3. Potable Water adalah air yang diperoleh dari pengolahan air sumur/PAM. Air ini dapat

digunakan sebagai bahan baku untuk purified water. Potable water diperiksa setiap 1

bulan sekali.

4. Purified Water adalah air yang diperoleh dari hasil pengolahan potable Water dengan

cara deionisasi, reverse osmosis, polishing (mixedbed procedure), electro-

deionisasi/kombinasi, reverse osmosis dengan electrto-deionisasi. Purified Water

diperiksa setiap 1 minggu sekali.

5. Purified Water MiliQ-Plus adalah air yang diperoleh dari hasil pengolahan purified

Water dengan alat MiliQ-Plus.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 157: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

142

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Denah Warehouse

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 158: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

143

Lampiran 8. Perbedaan antara CPOB dengan implementasi di PT Aventis Pharma

PARAMETER CPOB 2012 PT AVENTIS PHARMA KETERAN

GAN

Manajemen mutu Industri farmasi harus membuat obat sedemikian

rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya

dan memenuhi persyaratan yang tercantum dalam

dokumen izin edar (registrasi) serta tidak

menimbulkan risiko yang membahayakan

penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau

tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab

untuk mencapai tujuan ini melalui suatu

kebijakan, yang memerlukan partisipasi dan

komitmen dari semua jajaran di semua

departemen di dalam perusahaan, dan pihak ketiga

(pemasok).

PT Aventis Pharma telah menerapkan aspek

manajeman mutu yang meliputi pengawasan dan

pemastian mutu dengan konsep dasar CPOB. Dalam

struktur organisasi PT Aventis Pharma, terdapat IQC

Departement yang bertanggung jawab terhadap

pengendalian mutu menyeluruh dalam arti

pengendalian mutu terhadap produk yang dihasilkan

sejak bahan awal, produk setengah jadi (termasuk In

Process Control/IPC), sampai dengan produk jadi

yang siap digunakan, termasuk didalamnya penilaian

terhadap pemasok dan distributor.

Sesuai

Personalia Berdasarkan CPOB, personalia dalam industri

farmasi harus memiliki pengetahuan, keterampilan

dan kemampuan sesuai dengan tugasnya, juga

memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik

PT Aventis Pharma didukung oleh Sumber Daya

Manusia (SDM) yang memadai. SDM dikelompokkan

dalam bidang-bidang tertentu dan memiliki tugas serta

tanggung jawab masing-masing. Dari struktur

Sesuai

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 159: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

144

sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara

profesional.

organisasi dapat dilihat bahwa Production

Departement dan IQC Departement masing-masing

dipimpin oleh apoteker yang berbeda dan tidak saling

bertanggung jawab satu dengan yang lain dan memiliki

wewenang serta tanggung jawab yang penuh dalam

melaksanakan tugasnya masing-masing.

Bangunan dan

Fasilitas

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat

harus memiliki desain, konstruksi dan letak yang

memadai, serta disesuaikan kondisinya dan

dirawat dengan baik untuk memudahkan

pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan

desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa

untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan,

pencemaran silang dan kesalahan lain, serta

memudahkan pembersihan, sanitasi dan

perawatan yang efektif untuk menghindarkan

pencemaran silang, penumpukan debu atau

kotoran, dan dampak lain yang dapat

menurunkan mutu obat.

PT Aventis Pharma telah ditunjang oleh gedung,

sarana dan fasilitas yang memadai. Bangunan di PT

Aventis Pharma didesain berdasarkan Sanofi Global

Quality Standard dan Sanofi Global Engineering yang

terdiri dari pabrik, kantor, gudang, dan laboratorium.

Bangunan ini telah memiliki desain, ukuran dan letak

yang memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan

dan pemeliharaannya.

Sesuai

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 160: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

145

Peralatan

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah

memiliki desain dan konstruksi yang tepat,

ukuran yang memadai serta ditempatkan dan

diskualifikasi dengan tepat, agar mutu obat

terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-

ke-bets dan untuk memudahkan pembersihan

serta perawatan agar dapat mencegah

kontaminasi silang, penumpukan debu atau

kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak

buruk pada mutu produk.

Semua peralatan di PT Aventis Pharma memiliki

dokumen kualifikasi, prosedur tetap untuk operasional,

pembersihan dan pemeliharaan, serta log book untuk

kalibrasi dan pemakaian alat. Peralatan-peralatan

tersebut ditempatkan dengan benar sehingga

memudahkan pembersihan, perawatan dan perbaikan.

Peralatan dipilih dan diletakkan sesuai dengan

fungsinya. Peralatan juga dibersihkan secara teratur,

sesuai prosedur pembersihan alat yang dirinci dalam

prosedur tetap, untuk mencegah kontaminasi yang

dapat merubah identitas, kualitas atau kemurnian suatu

produk. Untuk proses pembersihan alat-alat produksi,

dilakukan sendiri oleh operator alat tersebut. Pada

pembersihan ruangan, PT Aventis Pharma melakukan

kerja sama dengan perusahaan out source cleaning

service.

Sesuai

Sanitasi dan

Higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi

hendaklah diterapkan pada setiap aspek

pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan

Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam CPOB,

PT Aventis Pharma menerapkan tingkat sanitasi dan

higiene yang tinggi, meliputi personalia, bangunan,

Sesuai

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 161: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

146

higiene meliputi personil, bangunan, peralatan

dan perlengkapan, bahan produksi serta

wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi, dan

segala sesuatu yang dapat merupakan sumber

pencemaran. Sumber pencemaran potensial

hendaklah dihilangkan melalui satu program

sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan

terpadu.

peralatan dan perlengkapan, bahan produksi dan setiap

hal yang dapat merupakan sumber pencemaran produk.

Mutu produk harus dijaga agar terbebas dari

kontaminasi akibat pengaruh lingkungan maupun

karyawan. Oleh karena itu, penerapan sanitasi dan

higiene karyawan mutlak diperlukan dalam proses

pembuatan obat.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 162: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

147

Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan

mengikuti prosedur yangtelah ditetapkan; dan

memenuhi ketentuan CPOB yangmenjamin

senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi

persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin

pembuatan dan izin edar.

Proses produksi dilakukan dengan mengikuti prosedur

yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB

agar dapat menghasilkan produk yang memenuhi

persyaratan mutu serta ketentuan izin pembuatan dan

izin edar (registrasi). Mutu obat yang dihasilkan tidak

hanya ditentukan pada hasil akhir analisa obat tetapi

juga ditentukan sejak kedatangan material hingga

proses produksi selesai, sehingga ada prosedur baku

untuk tiap langkah proses beserta persyaratan yang

harus diikuti seperti yang tercantum dalam prosedur

pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk,

sehingga mutu obat yang diproduksi dapat terjamin

dan sesuai spesifikasi yang telah ditentukan.

Pembelian bahan awal hanya dari pemasok yang

telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang

relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari

produsen.

Pengawasan

Mutu

Pengawasan Mutu merupakan bagian yang

esensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik

Pengawasan mutu di PT Aventis Pharma secara

menyeluruh dilakukan oleh IQC Department.

Sesuai

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 163: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

148

untuk memberikan kepastian bahwa produk

secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai

dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan

komitmen semua pihak yang berkepentingan

pada semua tahap merupakan keharusan untuk

mencapai sasaran mutu mulai dari awal

pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.

Pengawasan Mutu mencakup pengambilan

sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk

pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan

yang memastikan bahwa semua pengujian yang

relevan telah dilakukan, dan bahan tidak

diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan

untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan

memenuhi persyaratan.

Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan

laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam

semua keputusan yang terkait dengan mutu

produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu ini dilakukan terhadap bahan awal,

produk setengah jadi sampai dengan produk jadi yang

siap digunakan, termasuk di dalamnya penilaian

terhadap pemasok dan distributor. IQC Department

membawahi dua unit kerja, yaitu Quality Assurance

Unit (QA Unit) dan Quality Control Unit (QC Unit).

QA Unit bertanggung jawab penuh terhadap mutu obat

yang dihasilkan mulai dari bahan awal, proses

produksi, environment monitoring, dokumentasi,

validasi, stabilitas, kualifikasi dan kalibrasi,

penanganan penyimpangan dan hasil uji diluar

spesifikasi, inspeksi diri dan audit internal,

pengendalian terhadap perubahan, pelatihan

personalia, audit pemasok, penanganan distribusi obat

jadi, penangan keluhan dan penangan sample tertahan.

Di lain hal, QC Unit bertanggung jawab penuh pada

pemeriksaan spesifikasi bahan awal, produk antara dan

produk jadi.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 164: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

149

dari Produksi dianggap hal yang fundamental

agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan

dengan memuaskan.

Inspeksi Diri dan

Audit Internal

Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi

apakah semua aspek produksi dan pengawasan

mutu industri farmasi memenuhi ketentuan

CPOB. Program inspeksi diri hendaklah

dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam

pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan

tindakan perbaikan yang diperlukan.

Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin

dan, disamping itu, pada situasi khusus,

misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali

obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang.

Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya

dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri

hendaklah didokumentasikan dan dibuat

program tindak lanjut yang efektif.

Standar yang digunakan untuk inspeksi adalah Quality

Manual Aventis, GMP Internasional, serta CPOB

yang ada di Indonesia. Semua prosedur, catatan, dan

laporan inspeksi diri di PT Aventis didokumentasikan

dan disimpan oleh QA Unit. Laporan inspeksi ini

selanjutnya dilaporkan kepada IQC Manager. IQC

Manager akan mengevaluasi laporan dan menetapkan

tindakan perbaikan yang diperlukan agar

penyimpangan yang terjadi tidak terulang dimasa

mendatang (Corrective Action Plan). Laporan inspeksi

selanjutnya juga dilaporkan kepada Aventis Pharma

Global yang selanjutnya akan melakukan penilaian

terhadap PT Aventis Pharma Indonesia.

Sesuai

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 165: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

150

Penanganan

Keluhan

Terhadap Produk,

Penarikan

Kembali Produk

dan Produk

Kembalian

Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan

dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat harus

dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur

tertulis.

Untuk menangani semua kasus yang mendesak,

hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu

mencakup penarikan kembali produk yang

diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara

cepat dan efektif.

Bila terdapat keluhan terhadap obat produksi PT

Aventis Pharma, maka sampel obat segera diperiksa

dan diadakan diskusi dengan departemen terkait untuk

dilakukan perbaikan. Investigasi dan penyelesaian

kasus harus diselesaikan dalam waktu satu bulan

kemudian dibuat surat tanggapan atas keluhan kepada

konsumen atau pelapor. Keluhan yang berhubungan

dengan medis ditujukan ke Medical & Regulatory

Division, sedangkan yang menyangkut KTKO

ditujukan ke IQC Department. Tindak lanjut dari

keluhan tersebut dapat berupa penggantian produk atau

penarikan produk.

Penarikan Kembali Obat Jadi (PKOJ) dilakukan bila

ditemukan ada produk obat yang tidak memenuhi

persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan adanya

efek samping obat yang dapat berpengaruh terhadap

kesehatan. Untuk mempermudah pelaksanaan PKOJ,

PT Aventis Pharma melakukan audit kepada

distributor yang akan dipilih. Hal ini dilakukan untuk

Sesuai

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 166: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

151

menjaga mutu produk PT Aventis Pharma agar setelah

keluar dari pabrik dapat terjamin mutunya saat sampai

ke konsumen. Salah satu penilaiannya adalah

distributor harus mempunyai suatu sistem distribusi

yang baik artinya mengetahui kemana saja produk

tersebut didistribusikan.

Obat kembalian adalah obat jadi yang kembali setelah

diserahterimakan dari PT Aventis Pharma ke pihak

ketiga (distributor) dan dikembalikan ke gudang PT

Aventis Pharma dengan alasan masalah keabsahan

maupun salah kirim, penarikan produk dan atau pack

size dari pasaran, kerusakan obat atau pengemasnya

selama pengiriman atau penyimpanan dan kelainan

dari segi kualitas obat maupun bahan pengemasnya.

Obat yang sudah kadaluarsa di distributor dan

dikembalikan ke PT Aventis Pharma tidak termasuk

dalam penggolongan obat kembalian karena pada

prinsipnya PT Aventis Pharma tidak menerima

pengembalian obat yang sudah kadaluarsa. Ada

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 167: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

152

prosedur tetap dalam menyelidiki dan menganalisis

obat yang dikembalikan serta menetapkan apakah obat

tersebut dapat diolah kembali atau dimusnahkan. Obat

kembalian disimpan di gudang pada tempat khusus

dan menunggu keputusan QC, apakah akan dikemas

ulang, di-rework, atau dimusnahkan. Obat kembalian

yang tidak dapat diolah kembali akan dimusnahkan

dan dibuat Berita Acara Pemusnahan.

Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem

informasi manajemen dan dokumentasi yang baik

merupakan bagian yang esensial dari pemastian

mutu. Dokumentasi yang jelas adalah

fundamental untuk memastikan bahwa tiap

personil menerima uraian tugas yang relevan

secara jelas dan rinci sehingga memperkecil

risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang

biasanya timbul karena hanya mengandalkan

komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi

Induk/Formula Pembuatan, Prosedur metode dan

Semua kegiatan di setiap departemen PT Aventis

Pharma sudah memiliki dokumentasi mengenai hal-hal

yang berhubungan dengan fungsi dan tugasnya

masing-masing. Semua dokumen disahkan oleh

departemen terkait, atas persetujuan IQC Department.

Semua dokumen mempunyai sistem penomoran yang

memudahkan penelusuran apabila diperlukan, dan

dijaga agar selalu aktual sehingga setiap dokumen

ditinjau ulang secara berkala atau dilakukan perbaikan

bila diperlukan yang diatur dalam protap penanganan

dokumen. Protap asli disimpan, didistribusikan dan

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 168: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

153

instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari

kekeliruan dan tersedia secara tertulis.

Keterbacaan dokumen adalah sangat penting.

Pembuatan, metode dan instruksi, laporan dan

catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia

secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah

sangat penting.

dipantau jika sewaktu-waktu terjadi perubahan oleh

QA Unit. Segala bentuk modifikasi terhadap dokumen

dikendalikan melalui prosedur change control. Semua

dokumen secara jelas mempunyai judul, tujuan dan isi,

serta semua dokumen harus dijaga dan didistribusikan

secara confidential.

Pembuatan dan

Analisis

Berdasarkan

Kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak

harus dibuat secara benar, disetujui dan

dikendalikan untuk menghindarkan kesalah

pahaman yang dapat menyebabkan produk atau

pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.

Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan

Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas yang

menentukan tanggung jawab dan kewajiban

masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan

secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk

untuk diedarkan yang menjadi tanggungjawab

penuh kepala bagian Manajemen Mutu

Adakalanya suatu produk disebabkan oleh suatu alasan

tertentu (misalnya keterbatasan fasilitas) yang tidak

dapat dibuat oleh pabrik milik PT Aventis Pharma,

sehingga produk tersebut dibuat oleh pabrik lain yang

ditunjuk. Dalam hal ini, semua kontraktor atau pabrik

yang ditunjuk untuk membuat produk harus disetujui

status GMP dan standar mutunya sebelum kontrak

untuk memproduksi obat tersebut disetujui bersama.

Terdapat beberapa kategori perjanjian kerjasama

(kontrak). Kategori tersebut adalah kontrak dasar dan

quality agreement. Pada quality agreement, di samping

hal-hal yang mencakup perjanjian dasar, kontrak

Sesuai

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 169: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

154

(Pemastian Mutu).

tersebut harus mencakup persetujuan tentang

pharmaceutical quality. Persetujuan tersebut harus

mencerminkan semua aktifitas GMP pada proses

pengolahan, pengemasan, analisa, penyimpanan, dan

distribusinya baik yang mencakup keseluruhan

aktifitas maupun sebagian.

Ketentuan mengenai kerjasama kontrak ini diatur

dalam prosedur tetap Contract Manufacturer. PT

Aventis Pharma menjalin kontrak kerjasama dengan

PT Boehringer-Ingelheim Indonesia (PT BII). PT BII

membuat produk toll manufacturing yang ditujukan

untuk PT Aventis Pharma untuk produk – produk

likuid karena PT Aventis Pharma tidak mempunyai

fasilitas produksi likuid. PT Aventis Pharma menjalin

kontrak dengan PT Indofarma, dimana PT Aventis

Pharma membuat produk toll manufacturing untuk PT

Indofarma.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 170: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

155

Kualifikasi dan

Validasi

CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk

mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan

sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis

dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan

signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses

yang dapat memengaruhi mutu produk

hendaklah divalidasi. Untuk mengidentifikasi

validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti

pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan

yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap

fasilitas, peralatan dan proses yang dapat

memengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi.

Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah

digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan

cakupan validasi.

Di PT Aventis Pharma telah dilakukan validasi dan

kualifikasi terhadap aspek fasilitas, sistem, proses, dan

peralatan sesuai dengan standar yangditetapkan oleh

PT Aventis Pharma dalam Global Quality Standard.

Berdasarkan objek yang divalidasi, PT Aventis

Pharma melakukan validasi terhadap proses produksi

(process validation) dan pembersihan (cleaning

validation) baik untuk ruangan maupun peralatan, serta

validasi metode analisis. Semua aktivitas kualifikasi

dan validasi dituangkan dalam Validation Master Plan

(VPM). VPM harus dikaji ulang minimal dalam setiap

dua tahun sekali atau jika ada perubahan jadwal secara

signifikan.

Sesuai

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 171: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PT. AVENTIS PHARMA

JL.JEND. A. YANI, PULOMAS, JAKARTA

PERIODE 5 MARET- 30 APRIL 2014

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET PROMETHAZINE

TEOCLATE

VERIKA ASTRIANA KARTIKA, S. Farm

1306344362

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 172: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PT. AVENTIS PHARMA

JL.JEND. A. YANI, PULOMAS, JAKARTA

PERIODE 5 MARET- 30 APRIL 2014

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET PROMETHAZINE

TEOCLATE

VERIKA ASTRIANA KARTIKA, S. Farm

1306344362

ANGKATAN LXXVIII

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

JUNI 2014

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 173: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... iv

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3 2.1 Validasi Metode Analisis ........................................................................... 3

2.2 Promethazine teoclate ................................................................................. 9

BAB 3. METODOLOGI ................................................................................. 10

3.1 Lokasi dan Waktu .................................................................................... 10

3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 10

3.3 Metode ...................................................................................................... 10

3.3.1 Validasi Metode Analisis Stabilitas Kadar ..................................... 10

3.3.2 Validasi Metode Analisis Stabilitas Impurity ................................. 13

BAB 4. PEMBAHASAN ................................................................................. 15

4.1 Validasi Metode Analisis Stabilitas Kadar ................................................. 15

4.2 Validasi Metode Analisis Stabilitas Impurity ............................................. 17

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 18

6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 18

6.2 Saran ........................................................................................................ 18

DAFTAR ACUAN .......................................................................................... 19

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 174: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori uji untuk validasi dan parameternya ...................................... 4

Tabel 2.2 Kriteria penerimaan uji perolehan kembali .......................................... 5

Tabel 3.1 Kadar Linearitas Promethazine Teoclate ........................................... 12

Tabel 3.2 Konsentrasi Batas Deteksi Promethazine Teoclate ............................ 14

Tabel 4.1 Hasil Validasi Kadar Tablet Promethazine Teoclate .......................... 16

Tabel 4.2 Hasil Validasi Impurity Tablet Promethazine Teoclate ...................... 16

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 175: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data dan hasil perhitungan kadar validasi tablet PT ...................... 21

Lampiran 2. Data dan hasil perhitungan impurity validasi tablet PT.................. 23

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 176: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat yang beredar saat ini harus memenuhi syarat obat yang aman (safety),

berkhasiat (efficacy), dan dapat diterima oleh masyarakat (acceptable). Oleh

karena itu, industri farmasi yang berperan dalam pembangunan kesehatan

masyarakat terus berupaya untuk menghasilkan obat yang berkualitas baik. Mutu

dari suatu obat ditentukan berdasarkan banyak faktor, seperti alat yang digunakan,

tenaga kerja yang berkompenten dalam bidang farmasi, dan khususnya proses

pembuatan produk yang baik.

Pengendalian mutu suatu produk dipegang oleh bagian sendiri dalam suatu

industri farmasi. Di PT. Aventis Pharma memiliki bagian Industrial Quality and

Compliance Department (Departemen IQC) yang bertanggung jawab terhadap

pengendalian mutu produk. Departemen IQC membagi tugasnya menjadi dua

baguian, yaitu Quality Assurance (QA) yang bertanggung jawab dalam pemastian

mutu dan Quality Control (QC) yang bertanggung jawab dalam pengawasan mutu.

Proses pengendalian produk dimulai dari bahan awal atau bahan baku, bahan

setengah jadi, hingga produk jadi. Kerjasama antara QA dan QC akan

menghasilkan mutu produk jadi yang baik dan dapat diedarkan ke masyarakat.

Meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk mencapai kesehatan maksimal

membuat PT. Aventis Pharma terus meningkatkan keberagaman obat dan

teknologi farmasi. Dengan jumlah yang banyak dan beragam tidak boleh

dijadikan suatu alasan untuk tidak memperhatikan mutu suatu produk. Oleh

karena itu, QC yang bertugas melaksanakan pengawasan mutu melalui aktivitas

pengambilan contoh, memeriksa bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi,

serta analisa secara fisika, kimia, dan mikrobiologi untuk menjamin mutu produk

untuk diedarkan ke masyarakat.

Seluruh proses yang dilakukan QC harus dijamin keabsahannya dalam

menguji produk. Oleh karena itu, industri farmasi termasuk PT. Aventis Pharma

harus sesuai dengan persyaratan “Cara Pembuatan Obat yang Baik” (CPOB) yaitu:

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 177: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

2

Universitas Indonesia

melakukan validasi pada semua hal yang berkaitan dengan proses pembuatan obat.

Salah satu validasi yang harus dilakukan untuk menjamin kualitas dan keamanan

obat adalah validasi metode analisis kadar zat aktif dalam sediaan obat. Validasi

metode analisis adalah suatu tindakan penelitian terhadap parameter tertentu,

berdasarkan percobaan dari laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter

tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunanya (Harmita, 2004). Validasi

merupakan hal yang penting dilakukan sebagai jaminan bahwa hasil dari analisa

yang dilakukan terpercaya, konsisten, dan sangat penting untuk membuktikan

bahwa metode yang digunakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk

mengetahui sistem validasi metode analisis di PT. Aventis Pharma digunakan

model obat berupa Promethazine Teoclate yang merupakan antihistamin sebagai

anti emetik

1.2 Tujuan

1. Mengetahui sistem validasi metode analisis yang dilaksanakan industri

farmasi, khususnya di PT. Aventis Pharma berdasarkan CPOB.

2. Mengetahui perkembangan validasi metode analisis dengan

membandingkan USP dengan metode yang digunakan oleh PT. Aventis

Pharma

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 178: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penelitian terhadap

parameter tertentu,berdasarkan percobaan dari laboratorium, untuk membuktikan

bahwa parameter tersebutmemenuhi persyaratan untuk penggunanya (Harmita,

2004). Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas

yang tinggi apabila alat tersebutmenjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan

hasil ukur yang sesuai dengan maksuddilakukannya pengukuran tersebut.

Ada empat kategori uji untuk validasi menurut USP 36, yaitu:

a. Kategori I

Prosedur analisis untuk kuantitasi komponen utama yang terkandung pada

obat atau zat aktif (termasuk pengawet) pada produk jadi farmasi. (USP,

2013)

b. Kategori II

Prosedur analisis untuk determinasi kemurnian pada kandungan senyawa

terbanyak atau degradasi pada produk jadi farmasi. Prosedur ini meliputi

uji kuantitatif dan uji batas (USP, 2013)

c. Kategori III

Prosedur analisis untuk determinasi karakterisasi sediaan (contohnya

disolusi, pelepasan obat, dan lainnya)

d. Kategori IV

Prosedur analisis untuk determinasi memastikan identitas analit dalam

sampel. Uji ini biasanya dilakukan dengan membandingkan karakteristik

sampel terhadap baku pembanding (USP, 2013).

Ada beberapa parameter yang diuji dalam validasi metode analisis

sepertiAkurasi, presisi, spesifitas, limit deteksi, limit kuantitasi, linearitas, dan

rentang. Keempat kategori uji diatas memiliki parameter-parameter tersendiri

dalam validasi metode analisis. (Tabel 2.1)

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 179: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

4

Universitas Indonesia

Tabel 2.1. Kategori uji untuk validasi dan parameternya (USP, 2013)

Karakteristik Kategori I Kategori II Kategori

III

Kategori

IV Kuantitatif Uji Batas

Akurasi Ya Ya * * Tidak

Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak

Spesifisitas Ya Ya Ya * Ya

Limit Deteksi Tidak Tidak Ya * Tidak

Limit Kuantitasi Tidak Ya Tidak * Tidak

Linearitas Ya Ya Tidak * Tidak

Rentang Ya Ya * * Tidak

Ketangguhan** Ya Ya Tidak * Tidak

Keterangan : * : dilakukan jika diperlukan, tergantung pada sifat spesifik suatu

pengujian.

** :hanya dilakukan pada SOP PT. Aventis Pharma

Beberapa parameter yang dipertimbangkan dalam validasi metode analisis

meliputi:

1. Kecermatan (Accuracy)

Kecermatan didefinisikan sebagai kedekatan hasil pengujian terhadap nilai

sebenarnya. (Aventis Pharma, 2012). Kecermatan dinyatakan sebagai

persen perolehan kembali (% recovery) analit yang ditambahkan (Harmita,

2004:117). Uji akurasi ini dilakukan untuk melihat ketelitian alat dan

analisis dalam membuat konsentrasi larutan yang sesuai dengan kadar

yang sebenarnya. Kecermatan ditentukan dengan dua cara yaitu

a. Metode simulasi (spiked placebo recovery)

Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni ditambahkan

kedalam campuran pembawa sediaan farmasi (plesebo) lalu

campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan

kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya).

b. Metode penambahan baku (stadard addition methode).

Pada metode penambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah

tertentu analit yang diperiksa ditambahkan kedalam sampel

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 180: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

5

Universitas Indonesia

dicampur dan dianalisis lagi dengan metode tersebut. Selisih

kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya.

Dalam kedua metode tersebut, persen perolehan kembali dinyatakan

sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya.

Persen perolehan kembali dapat ditentukkan dengan cara membuat sampel

plasebo (eksipien obat, cairan biologis) kemudian ditambah analit dengan

konsentrasi tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit yang

diperkirakan), kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi.

Ada kriteria peneriamaan dalam pengujuan batas perolehan kembali

(Tabel 2.2). Bila tidak dimungkinkan membuat sampel plasebo karena

matriknya tidak diketahui seperti obat-obatan paten, atau karena analitnya

berupa suatu senyawa endogen misalnya metabolit sekunder pada kultur

kalus, maka dapat dipakai metode adisi (Harmita, 2004:117).Persyaratan

dari PT Aventis Pharma % batas perolehan kembali adalah 100 ± 2%.

Tabel 2.2 Kriteria penerimaan uji perolehan kembali (AOAC, 2002)

Konsentrasi Batas Perolehan Kembali (%)

100 % 98-101

10 % 98-102

1 % 98-105

0.1 % 98-108

0.01 % 98-110

10 ppm 98-115

1 ppm 98-120

10 ppb 98-125

2. Keseksamaan (precision)

Keseksamaan adalah kedekatan beberapa nilai pengukuran dari sampel

yang homogeny pada kondisi normal. Kondisi normal yang dimaksud

adalah kondisi sampel yang sama dan diuji secara berurutan. (Aventis

Pharma, 2012). Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau Relatif

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 181: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

6

Universitas Indonesia

Stadard Deviasi (% RSD). Syarat % RSD yang ditentukan oleh BPOM

(Badan Pengawasan Obat dan Makanan) adalah ≤ 2%.

Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai

a. Keterulangan (repeatability)

Keterulangan adalah keseksamaan metode jika dilakukan

berulangkali oleh analis yang sama pada kondisi sama dan interval

waktu yang pendek. Keterulangan dinilai melalui pelaksanaan

penetapan terpisah lengkap terhadap sampel-sampel identik yang

terpisah dari batch yang sama, jadi memberikan ukuran

keseksamaan pada kondisi yang normal. Biasanya menggunakan 3

konsentrasi secara triplo atau menggunakkan 6 konsentrasi yang

memiliki perkiraan konsentrasi 100%.

b. Presisi Antara (Intermediate Precision)

Presisi antara atau presisi antar penetapan kadar menyatakan

presisi yang dilakukan pada kondisi yang telah ditentukan di

laboratorium yang sama dengan alat yang berbeda, analis yang

berbeda, atau pada hari yang berbeda.

c. Ketertiruan (reproducibility).

Ketertiruan adalah keseksamaan metode jikadikerjakan pada

kondisi yang berbeda.Biasanya analisis dilakukan dalam

laboratoriumyang berbeda menggunakan peralatan, pereaksi,

pelarut, dan analis yangberbeda pula.

3. Selektifitas (Selectivity)

Selektifitas atau dapat disebut juga spesifisitas didefinisikan sebagai

kemampuan metode analisa untuk mendeteksi secara kuantitatif analit

dengan adanya komponen lain yang menyertai, mislanya penguraian atau

pengotor. (Aventis Pharma, 2012). Selektifitas seringkali dapat dinyatakan

sebagai derajat penyimpangan (degree bias) metode yang dilakukan

terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa

cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan

dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 182: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

7

Universitas Indonesia

bahan lain yang ditambahkan (Harmita, 2004), untuk metode kromatografi

selektifitas dilihat dari nilai resolusi antara dua peak analit dengan peak

lain yang mungkin timbul. Syarat resolusi menurut BPOM 2001 adalah ≥

1,5.

4. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi adalah konsentrasi analit terendah dari sampel yang masih

dapat dideteksi namun tidak perlu terkuantitasi sebagai nillai yang tepat

(Aventis Pharma, 2012). . Batas kuantitasi didefinisikam sebagai

konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi

secara kuantitatif dengan akurasi dan presisi yang dapat diterima. Bats

deteksi dan kuantitasi dapat ditetntukan secara visual yang dilihat

kromatogram yang dapat dianalisis, berdasarkan signal to noise ratio, dan

berdasarkan perbandingan SD resapan dan slope (menggunakan rumus

(Aventis Pharma, 2012). Pada batas deteksi minimal perbandingan peak :

noise adalah 3:1. Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara

statistik melalui garis regresi linear y = a + bx, sedangan simpangan baku

blanko sama dengan simpangan baku residual {S (y/x)}. Rumus:

Batas deteksi = [3 x S (y/x)] / Slope

Batas Kuantitasi = [10 x S (y/x)] / Slope

5. Linieritas

Linieritas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan

respon yangsecara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik

yang baik, proposional terhadap konsentrasi analit dalam sampel (Aventis

Pharma, 2012). Linieritas biasanya dinyatakan dalam istilah variasi sekitar

arah garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data

yang diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai

konsentrasi analit. Dalam berberapa kasus, untuk memperoleh hubungan

proposional antara hasil pengukuran dengan konsentrasi analit, data yang

diperoleh diolah melalui transformasi matematik dulu sebelum dibuat

analisis regresinya (Harmita,2004:128). Pada uji ini konsentrasi yang

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 183: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

8

Universitas Indonesia

disarankan minimal sebanyak 5 konsentrasi.Sebagai parameter adanya

hubungan linier digunakankoefisien korelasi r pada analisis regresi linier y

= a + bx. Hubungan linier yang idealdicapai jika nilai a = 0 dan regresi

linier minimum 0,98 untuk syarat sesuai dengan BPOM tahun 2001 atau

minimum 0,999 untuk rekomendasi CDER (Center for Drug Evaluation

and Research) .Nilai bmenunjukkan kepekaan analisis terutama instrumen

yang digunakan. Parameter lain yangharus dihitung adalah simpangan

baku residual (Harmita, 2004:128).

6. Rentang (Range)

Rentang atau jangkauan merupakan interval di antara konsentrasi analit

tertinggi dan terendah dalam sampel yang dapat ditunjukan oleh prosedur

analisa dengan nilai akurasi, presisi dan linieritas yang sesuai (Aventis

Pharma, 2012). Rentang dinyatakan dalam satuan yang sama seperti hasil

uji misalnya persen, syarat yang berlaku adalah

a. Untuk kadar zat aktif dalam produk obat jadi : 80%-120%.

b. Untuk Keseragaman kadar : 70-130%

c. Untuk Uji Disolusi : +/- 20% dari ketentuan masing-masing zat

aktif

7. Ketangguhan (Robustness)

Ketangguhan (Robustness) adalah ukuran kemampuan metode untuk tidak

memberikan reaksi terhadap variasi parameter yang sengaja dilakukan

(Aventis Pharma, 2012). Beberapa contoh variasi yang dilakukan adalah

kestabilan larutan terhadap waktu, waktu ekstraksi, untuk kromatografi

cair dapat dilakukan beberapa variasi seperti perubahan pH fase gerak,

perubahan komposisi fase gerak, suhu kolom, kecepatan alir, dll (ICH,

1994).

8. Uji Kesesuaian Sistem (UKS)

Uji kesesuaian sistem didefinisikan sebagai suatu proses pemeriksaan

sistim, yaitu untuk memastikam kinerja sistim sebelum dan selama

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 184: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

9

Universitas Indonesia

pengujian (Aventis Pharma, 2012). UKS merupakan bagian dari banyak

prosedur analisis. Pengujiannya tergantung pada peralatan, prosedur

analisis, dan sampel yang dianalisis.Parameter uji kesesuaian sistem yang

biasa digunakan adalah faktor pengekoran, waktu retensi, resolusi, faktor

kapasitas, dan jumlah plat teoritis. Penggunaan parameter ini tergantung

pada jenis prosedur yang akan divalidasi (ICH, 2005).

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 185: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

10 Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu

Pengambilan data dan penulisan dilakukan selama dua bulan dari tanggal 5

Maret sampai 30 April 2014 di bagian Quality Control PT. Aventis Pharma, Jalan

Jend. A. Yani, Pulomas, Jakarta.

3.2 Alat dan Bahan

Alat:

Alat KCKT 2010 A Shimadzu

Labu takar

Pipet volume (graditude pipet)

Ultasonic bath

pH-meter

Alat-alat gelas lainnya

Bahan :

Promethazine Teoclate

Metanol

Asetonitril

KH2PO4

Trietilamin

Air

3.3 Metode

3.3.1 Validasi Metode Analisis Stabilitas Kadar

Metode analisa menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

dengan cakupan analisa meliputi pemeriksaan :

1. Akurasi

2. Presisi

a. Repeatability

b. Intermediate Precision

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 186: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

11

Universitas Indonesia

3. Linearitas dan Rentang

4. Selektivitas

Sistem KCKT yang digunakan:

Fase Gerak : Metanol : 450 ml

Asetonitril : 750 ml

0.05 M KH2PO4 : 600 ml

Trietilamin : 30 ml

Adjust pH dengan asam asetat glacial hingga pH

7.0

Pembuatan 0.05 M KH2PO4 : Larutkan 6.80 gram

KH2PO4 ke dalam

1000 ml air

Fase Diam : Kolom Luna C18, 150 mm x 4.6 mm, i.d 5 μm

Laju Alir : 1.0 mL/menit

Panjang Gelombang : 254 nm

Volume Injeksi : 10 μL

Waktu Elusi : 60.0 menit

Waktu Retensi : 5.8 menit

Persiapan Sampel:

a. Pembuatan Larutan Induk Promethazine Teoclate

Larutkan 50 mg Promethazine Teoclate dalam 100 mL larutan fase gerak,

larutkan menggunakan ultrasonic bath selama 10 menit.

b. Pembuatan Larutan Stadard 100%

Pipet 5.0 mL larutan induk Promethazine Teoclate dan encerkan hingga 25

mL dengan fase gerak

c. Pembuatan Larutan untuk Pemeriksaan Linearitas

Buat seri larutan stadard dengan konsentrasi 70%, 80%, 90%, 100%,

110%, 120%, dan 130% dari larutan induk yang diambil menggunakan

graduate pipet. Jumlah yang diambil dan pengenceran dilakukan sesuai

dengan tabel 3.1. Periksa serapan ketujuh seri larutan tersebut lalu buat

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 187: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

12

Universitas Indonesia

garis linearitasnya dengan menghitung kemiringan/slpoe (a),intercept (b),

dan koefisien korelasinya (r).

Tabel 3.1 Kadar Linearitas Promethazine Teoclate

Konsentrasu

Promethazine Teoclate

(%)

Konsentrasi

Promethazine Teoclate

[mg/mL]

mL larutan induk

dalam 10 mL fase

gerak

70 0.0700 1.40

80 0.0800 1.60

90 0.0900 1.80

100 0.1000 2.00

110 0.1100 2.20

120 0.1200 2.40

130 0.1300 2.60

d. Akurasi

Periksa larutan stadard dengan konsentrasi 80%, 100%, dan 120% dari

nominal konsentrasi masing-masing sebanyak tiga kali, lalu hitung %

recovery, rata-rata, stadard deviasi, limit repeatability dan confidence

interval.

e. Presisi Repeatability

Periksa larutan stadard dengan konsentrasi 100% sebanyak tujuh kali. Lalu

hitung Stadard Deviasi Relatif (RSD) dengan syarat ≤ 2.0%

f. Intermediate Precision

Periksa larutan stadard dengan konsentrasi 100% sebanyak tujuh kali oleh

analis atau alat yang berbeda. Lalu hitung Stadard Deviasi Relatif (RSD)

dengan syarat ≤ 2.0%

g. Selektivitas

Periksa serapan larutan blanko dan larutan stadard dan bandingkan.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 188: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

13

Universitas Indonesia

3.3.2 Validasi Metode Analisis Stabilitas Impurity

Metode analisa menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

dengan cakupan analisa meliputi pemeriksaan :

1. Selektivitas

2. Batas Deteksi (LOD)

Sistem KCKT yang digunakan:

Fase Gerak : Metanol : 450 ml

Asetonitril : 750 ml

0.05 M KH2PO4 : 600 ml

Trietilamin : 30 ml

Adjust pH dengan asam asetat glacial hingga pH

7.0

Pembuatan 0.05 M KH2PO4 : Larutkan 6.80 gram

KH2PO4 ke dalam

1000 ml air

Fase Diam : Kolom Luna C18, 150 mm x 4.6 mm, i.d 5 μm

Laju Alir : 1.0 mL/menit

Panjang Gelombang : 254 nm

Volume Injeksi : 10 μL

Waktu Elusi : 60.0 menit

Waktu Retensi : 5.8 menit

Persiapan Sampel:

a. Pembuatan Larutan Induk Promethazine Teoclate

Larutkan 50 mg Promethazine Teoclate dalam 100 mL larutan fase gerak,

larutkan menggunakan ultrasonic bath selama 10 menit.Pipet 1.0 mL dan

masukan ke dalam labu takar 100 mL, cukupkan volumenya menggunakan

fase gerak.

b. Pembuatan Larutan Stadard 100%

Pipet 5.0 mL larutan induk Promethazine Teoclate dan encerkan hingga 25

mL dengan fase gerak.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 189: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

14

Universitas Indonesia

c. Selektivitas

Periksa serapan larutan blanko dan larutan stadard dan bandingkan.

d. Batas Deteksi (LOD)

Buat 9 seri larutan stadard dengan konsentrasi 50%, 40%, 30%, 20%, 10%,

8%, 6%, 4%, dan 2% dari larutan induk yang diambil menggunakan

graduate pipet. Jumlah yang diambil dan pengenceran dilakukan sesuai

dengan tabel 3.2.Injeksikan setiap serinya sebanyak 6 kali.

Tabel 3.2 Konsentrasi Batas Deteksi Promethazine Teoclate

Konsentrasu

Promethazine Teoclate

(%)

Konsentrasi

Promethazine Teoclate

[mg/mL]

mL larutan induk

dalam 10 mL fase

gerak

50 0.0250 2.50

40 0.0200 2.00

30 0.0150 1.50

20 0.0100 1.00

10 0.0050 0.50

8 0.0040 0.40

6 0.0030 0.30

4 0.0020 0.20

2 0.0010 0.10

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 190: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

1

15 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Validasi metode analisis merupakan proses yang harus ditetapkan sebelum

melakukan analisis. Validasi metode analisis menggambarkan apakah prosedur

analisis yang dilakukan cocok untuk penggunaan yang dimaksudkan dan berguna

sebagai bukti bahwa metode spesifik yang dilakukan dapat dijamin dengan hasil

dari uji menggunakan metode tersebut dapat dipercaya. Di PT. Aventis Pharma

terdapat alur pelaksanaan validasi, seperti :

1. Buat protokol validasi prosedur pemeriksaan dengan item karakteristiknya

disesuaikan dengan jenis pemeriksaan sesuai.

2. Tunggu persetujuan draft protokol yang telah dibuat.

3. Setelah disetujui, protokol dapat disirkulasikan kepada analis yang

bersangkutan.

4. Lakukan validasi sesuai protokol yang telah disetujui.

5. Catat dan olah data yang didapat dari validasi metode analisis.

6. Buat laporan validasi dan tunggu persetujuan atasan.

7. Setelah disetujui, laporan disirkulasikan ke analis yang bersangkutan dan

ke IQC Manager.

Perbedaan validasi analisis metode antara USP dan panduan yang digunakan PT.

Aventis Pharma hanya berbeda sedikit yaitu, pada syarat akurasi dan syarat

parameter yang digunakan pada beberapa kategori. Pada protokol validasi

prosedur pemeriksaan tablet promethazine teoclate dilakukan dua jenis uji, yaitu

kadar dan impurity.

4.1 Validasi Metode Analisis Stabilitas Kadar

Tablet promethazine teoclate dilakukan validasi sesuai protocol yang ada.

Parameter yang dilakukan adalah presisi (repeatability, intermediate precision),

akurasi, linearitas, dan selektifitas. Berikut hasil yang didapat dari alat KCKT dan

dibandingkan dengan syarat yang ada. (Tabel 4.1)

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 191: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

16

Universitas Indonesia

Tabel 4.1. Hasil Validasi Kadar Tablet Promethazine Teoclate

Parameter Syarat USP Syarat PT.

Aventis Pharma

Hasil

Repeatability % RSD ≤ 2 % 0,30 %

Intermediate Precision % RSD ≤ 2 % 0,221 %

Akurasi (% Recovery)

98 – 101 % 98 – 102 %

K = 80% 100.5%

100.8%

100.7%

K = 100% 99.9%

100.0%

99.8%

K = 120% 99.9%

99.8%

99.8%

Linearitas slope ≥ 0,999 0,999

Selektifitas tidak ada peak pengganggu

pada waktu retensi yang telah

ditentukan

sesuai

Pada pengerjaan presisi dilakukan dua parameter yaitu repeatability dan

intermediate precision. Pada parameter repetability dilakukan persiapan sampel

yang memiliki konsentrasi 100 % dan dianalisis sebanyak tujuh kali. Dari ketujuh

data yang ada, dihitung % RSD, di mana nilai % RSD tidak boleh lebih dari 2 %.

Dan pada parameter intermediate precision, perlakuan dilakukan sama seperti

parameter repeatability tetapi berbeda alat dan analisis. Hasil dari repeatbility dan

intermediate precision memiliki hasil berturut-turut 0,303 % dan 0,212 %. Hal ini

membuktikan bawha metode memberikan hasil yang presisi.

Pada percobaan akurasi dibuat 3 konsentrasi, yaitu 80%, 100%, dan 120%

dan dilakukan masing-masing sebanyak tiga kali, kemudian dihitung persen

perolehan kembali. Setiap konsentrasi dilihat %recovery dihitung dan hasilnya

semuanya memenuhi syarat dari USP maupun dari PT Aventis Pharma. Larutan

linearitas dibuat dengan larutan stadard dengan berbagai konsentrasi yaitu 70 –

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 192: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

17

Universitas Indonesia

130%. Kemudian dibuat persamaan y = a + bx. Hasil ini didapat y = 34746x +

22310. respon harusnya memberikan kolerasi yang signifikan antara konsentrasi

analit dan serapan yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari r peramaan linearitas

yang didapat sebesar 0.0999. Hal ini membuktikan bahwa metode memberikan

hasil yang presisi.

Selektifitas dilakukan dengan memeriksa serapan larutan blanko serta

pembanding zat aktif. Selektifitas dari metode kromatografi dapat diukur dengan

kehomogenitasan puncak atau uji kemurnian puncak yang menunjukkan puncak

kromatografi yang disebabkan oleh lebih dari satu komponen.

4.2 Validasi Metode Analisis Stabilitas Impurity

Untuk pengujian validasi terhadap impurity dilakukan hanya dua

parameter, yaitu : selektifitas dan batas deteksi (LOD). Berikut hasil yang didapat

dari alat KCKT dan dibandingkan dengan syarat yang ada.

Tabel 4.2. Hasil Validasi Impurity Tablet Promethazine Teoclate

Parameter Syarat Hasil

Selektifitas tidak ada peak pengganggu pada waktu

retensi yang telah ditentukan

sesuai

Batas Deteksi peak : noise ≤ 3 : 1 65 : 10

Pengukuran batas deteksi dilakukan dengan berbagai konsentrasi, yaitu 9

konsentrasi yang terdiri dari 2 – 50 %. Masing-masing konsentrasi diinjeksikan

sebanyak 6 kali. Dari hasil yang dikeluarkan, batas terkecil yang dapat dibaca

adalah pada konsentrasi 40 % dengan perbandingan peak : noise = 65 : 10.

Dimana masih memenuhi persyaratan tidak lebih besar dar 3:1. Untuk parameter

selektifitas dilihat tidak adanya peak lain dalam waktu retensi zat aktif. Dari hasil

kedua parameter ini dapat dikatakan metode analisis promethazine teoclate

memnuhi syarat.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 193: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

18 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Validasi metode tablet promethazine teoclate meliputi validasi pengukuran

kadar dan impurity. Prosedur pada pengukuran kadar adalah akurasi,

presisi, seektifitas, dan linearitas. Parameter yang dilakukan pada

pengukuran impurity adalah batas deteksi dan selektifitas. Dari seluruh

parameter yang dilakukan dapat dikatakan metode analisis tablet

promethazine teoclate memenuhi syarat.

2. Validasi metode analisis USP dan PT. Aventis Pharma hanya berbeda

pada persyaratan akurasi dimana pada USP dinyatakan dalam berbagai

konsentrasi, sedangkan pada PT Aventis Pharma 100 ± 2%.

5.2 Saran

Perlu dilakukan uji kesesuaian sistem pada alat kromatografi yang

digunakan untuk validasi metode analisis tablet promethazine teoclate untuk

melengkapi validasi metode analisis secara tepat.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 194: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

19 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

AOAC. (2002). AOAC Guideline for Singles Laboratory Validation of Chemical

Method for Dietary Supplements and Botaical.

Aventis Pharma. (2012). Prosedur Tetap IQC Department : Quality Assurance &

Quality Control Unit. Jakarta : Aventis Pharma.

Aventis Pharma. (2012). Prosedur Tetap Protokol Validasi Prosedur

Pemeriksaan : Quality Control Unit. Jakarta : Aventis Pharma.

Badan Pengawasa Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat

Yang Baik, Edisi 2006. Jakarta : Badan Pengawasa Obat dan Makanan.

Food and Drug Administration. (1999). Guidance for Industry Validstion of

Analytical Procedures : Definition an Terminology. Rockville : U.S.

Department of Health and Human Services.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaa Validasi Metode dan Cara Perhitungannya.

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol I, No.3, Desember 2004, 117-135. ISSN

: 1693-9883.

ICH. (2005). Validation Analytical Procedures : Text and Methodology Q2(R1).

ICH Expert Working Group.

U. S. Pharmacopeia. (2013). USP 36-NF 31 U.S. Phsrmacopeia National

Formulary Vol. I. Rockvilee : The United States Pharmacopeial

Convention.

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 195: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

20

LAMPIRAN

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 196: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

21

Lampiran 1. Data dan hasil perhitungan kadar validasi tablet promethazine

teoclate

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 197: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

22

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014

Page 198: lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-6/20390862-PR-Verika Astriana... · iii Universitas Indonesia SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah

23

Lampiran 2. Data dan hasil perhitungan impurity validasi tablet

promethazine teoclate

Laporan praktek…., Verika Astriana Kartika, FFar UI, 2014