Author
buinguyet
View
223
Download
0
Embed Size (px)
UNIVERSITAS INDONESIA
KEGAGALAN FORMULASI KEBIJAKAN POLITIK LUAR
NEGERI INDONESIA DAN LEPASNYA PULAU SIPADAN -
LIGITAN DARI INDONESIA TAHUN 2002 DALAM PERSPEKTIF
GEOPOLITIK NEGARA KEPULAUAN
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Ilmu Politik
KURNIAWAN SETYANTO
1006745423
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
PROGRAM PASCASARJANA ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
NOVEMBER 2012
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
KATA PENGANTAR
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh terjadinya peristiwa permasalahan sengketa
wilayah Pulau Sipadan- Ligitan antara Indonesia dan Malaysia yang berlangsung
selama 33 tahun dari tahun 1969 sampai dengan tahun 2002. Oleh karena itu, penulis
memutuskan untuk mengangkatnya sebagai topik dalam tesis ini. Selain minat khusus
terhadap topik dalam tesis ini, penulis ingin menjunjung kembali akan rasa
nasionalisme kebangsaan. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia wilayah
teritorialnya harus tetap dipertahankan dari klaim negara lain.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas segala limpahan nikmat dan rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan
tesis dengan judul Kegagalan Formulasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia dan
Lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan dari Indonesia Tahun 2002 dalam Perspektif
Geopolitik Negara Kepulauan. Tesis ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia pada Program
Studi Ilmu Politik.
Penulis berharap saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan
kesempurnaan tesis ini, sehingga lebih bermanfaat bagi penelitian selanjutnya. Penulis
menyadari dengan keterbatasan waktu, karena penulis disibukkan dengan aktivitas
pekerjaan, maka penelitian ini mungkin jauh dari rasa memuaskan. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa tesis ini dapat diselesaikan bukan semata-mata karena faktor pribadi, tetapi
juga karena adanya banyak pihak yang telah membantu.
Pada kesempatan ini penulis pertama-tama mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta ( Bapak Djunawan (Almarhum) dan
Ibu Sartini) yang telah memberikan doa, masukan dan dukungan semangat moril dan
materiil, sehingga cita-cita melanjutkan S2 di Universitas Indonesia dapat diraih dan
Alhamdulillah selesai dengan lancar selama mengikuti perkuliahan sampai dengan
iv Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
proses penulisan tesis ini. Semoga doa orang tua kepada penulis agar menjadi orang
yang jujur, disiplin, bertanggungjawab dan menjadi Perwira Angkatan Darat yang
tangguh dan trengginas serta mengembalikan kejayaan negara dan bangsa Indonesia
demi menuju tercapainya masyarakat yang aman, adil, makmur dan sejahtera dapat
terwujud sesuai dengan cita-cita penulis dan para pendiri bangsa Indonesia.
Kepada istri ( Niko Fitria, S.H.) yang selama ini selalu memberikan doa,
semangat dan masukan saran. Selama proses penyelesaian penulisan tesis ini mungkin
sering menerima limpahan emosi, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis
juga tidak lupa mengucapkan kepada keluarga besar yang telah memberikan doa dan
dorongan semangat.
Kepada Mas Bakuh Prakoso (adik kandung kesembilan dari Jenderal TNI
(Purn) Djoko Santoso) dan keluarga besar di Solo yang selama ini dari awal telah
memberikan semangat dan doa selama pertama kali menjadi seorang Perwira AD dan
memberikan saran yang baik dalam proses pemilihan jurusan saat mendaftarkan tes
masuk S2 di Universitas Indonesia.
Kepada Brigjen TNI Tisyanto, S.H., M.H. (Dirkumad) yang telah memberikan
motivasi belajar, memberikan tambahan referensi dan memberikan ijin mengikuti
perkuliahan.
Kepada Mayjen TNI S. Supriyatna, S.H., M.H (Kababinkum TNI) yang telah
memberikan motivasi belajar, doa dan semangat serta memberikan ijin mengikuti
perkuliahan.
Kepada Kolonel Chk Mulyono, S.H., S.IP., M.H. (Wadirkumad) yang selama ini
memberikan motivasi belajar dan semangat untuk tetap berbuat yang terbaik serta
menjadi orang yang amanah dan disiplin. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Kolonel Chk Agus Dhani MD, S.H., M.Hum (Sesditkumad) yang selama ini
memberikan arahan dan motivasi.
v Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
Kepada seluruh Perwira atasan dan anggota Ditkumad yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu yang selama ini memberikan semangat dan membantu dalam
proses penyelesaian penulisan tesis ini.
Kepada Rektor dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia beserta staff yang telah memberikan pelayanan serta fasilitas terbaik selama penulis
menempuh kegiatan perkuliahan.
Kepada Bapak Meidi Kosandi, S.IP., M.A sebagai pembimbing Reading
Course dan tesis (pertengahan karena sebelum penulisan tesis sempurna Bapak Meidi
melanjutkan pendidikan di Jepang) yang selama ini memberikan masukan dan saran serta
diskusi selama melaksanakan bimbingan Reading Course dan tesis (sebagian dari bab dalam
tesis telah mendapat persetujuan).
Kepada Bapak Cecep Hidayat, S.IP., IMRI sebagai pembimbing tesis yang selama
ini mengorbankan waktu dan tenaga untuk melanjutkan bimbingan dan memberikan
koreksi, saran dan masukan serta diskusi, sehingga tesis dapat diselesaikan tepat waktu. Dari
diskusi dan berbagai masukan dari beliau sangat membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
Kepada Ketua dan Sekretaris Program Pascasarjana Ilmu Politik FISIP UI,
masing-masing Ibu Dr. Valina Singka Subekti, M.Si dan Bapak Syaiful Bahri, S.Sos.,
M.Si, saya mengucapkan terima kasih atas segala masukan yang diberikan selama
proses pengerjaan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf
Sekretariat yang telah memberikan informasi dan kepada staf pengajar di Program
Pascasarjana Ilmu Politik FISIP UI yang telah memberikan transfer ilmu pengetahuan selama
mengikuti proses belajar selama perkuliahan berlangsung.
Kepada Bapak Prof. Dr. Burhan D. Magenda, MA sebagai Penguji Ahli yang telah
memberikan masukan positif bagi penulisan tesis ini. Sehingga tesis ini dapat disusun secara
sistematis.
vi Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
Kepada seluruh teman-teman di Pascasarjana Ilmu Politik UI Angkatan 2010,
penulis mengucapkan terima kasih atas segala bentuk bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung selama dalam proses pengerjaan dan penyelesaian tesis ini.
Ucapan terima kasih khususnya kepada Mas Eko, Mas Ridho, Mas Lukman, Mas
Agung, Mbak Sarifah, Mas Moudy yang telah memberikan dukungan dan masukan
kepada penulis.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibu Megawati
Soekarnoputri (melalui Sekjen PDI Perjuangan Bapak Tjahjo Kumolo), Bapak Susilo
Bambang Yudhoyono, Bapak Hassan Wirajuda (mantan Menlu RI), Bapak Effendi
Choirie (anggota Komisi I DPR RI Fraksi PKB), Letjen TNI (Purn) Syaiful Rizal
(mantan Pangdam IX/Udayana dan Dankodiklat TNI AD) dan Letjen TNI (Purn) Hadi
Waluyo (mantan Pangdam VI/Mulawarman dan Pangkostrad) serta narasumber dari
Departemen Luar Negeri yaitu Dian Triansyah Djani, MA (Direktur Jenderal Kerjasama
ASEAN) yang ikut terlibat selama proses penyelesaian permasalahan sengketa
kepemilikan Pulau Sipadan-Ligitan dan narasumber dari Departemen Pertahanan yaitu
Kolonel Ctp Drs. Umar S. Tarmansyah (Peneliti Puslitbang SDM Balitbang Dephan yang
mengikuti proses lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan).
Jakarta, November 2012
Penulis vii Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
ABSTRAK
Nama : Kurniawan Setyanto Program Studi : Ilmu Politik
Judul : Kegagalan Formulasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia dan Lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan dari Indonesia Tahun 2002
dalam Perspektif Geopolitik Negara Kepulauan,
xvi+182halaman, 45 buku, 2 jurnal,9 artikel koran, 3 majalah, 11 sumber online, 8 wawancara narasumber.
Tesis ini dilatarbelakangi oleh sengketa Pulau Sipadan-Ligitan merupakan persoalan konflik yang bermuara dari persengketaan dua negara yaitu antara Indonesia dan Malaysia terhadap suatu wilayah yang mana klaim terhadap wilayah tersebut dilandasi oleh tujuan memperoleh keuntungan dan penguatan negara melalui penambahan wilayah. Indonesia dan Malaysia menghadapi sengketa wilayah selama 33 tahun, yakni sejak tahun 1969 sampai dengan tahun 2002. Pada bulan Desember 2002, Mahkamah Internasional memutuskan untuk memberikan hak kepemilikan Pulau Sipadan-Ligitan kepada Malaysia.
Sebagai pijakan teoritis, penelitian ini menggunakan teori kebijakan publik, teori kebijakan politik luar negeri dan teori geopolitik. Tesis ini lebih menekankan pada teori kebijakan politik luar negeri Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang menerapkan pula metode historis dan analisis
interpretatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research). Dalam penelitian ini digunakan alat pengumpulan data dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang terkait dengan pokok permasalahan baik berupa buku, surat kabar, majalah, website dan sebagainya yang dikumpulkan dan diolah berdasarkan klasifikasi masalahnya. Data-data yang mendukung penelitian ini akan dikonseptualisasikan, digenerelasikan, dan dianalisis dengan menggunakan kerangka pemikiran yang ada.
Perundingan bilateral ditempuh sebagai upaya penyelesaian melalui jalur politik diplomasi, menjadi tidak efektif ketika Indonesia dan Malaysia memiliki tujuan yang saling bertentangan dan tidak dapat dikompromikan. Ketidakefektifan dan kebuntuan perundingan bilateral ini membuka jalan bagi penyelesaian melalui jalur hukum melalui Mahkamah Internasional (International Court Justice).Penyelesaian sengketa ini ke Mahkamah Internasional (International Court Justice) adalah jalan damai yang ditempuh oleh kedua negara untuk menyelesaikan sengketa Pulau Sipadan-Ligitan yang sudah cukup lama. Kegagalan formulasi kebijakan Pemerintah Indonesia mengakibatkan lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan dari Indonesia. Indonesia adalah negara kepulauan dan banyaknya wilayah perbatasan yang dimiliki Indonesia, ke depan harus mampu dikelola tidak hanya melalui pendekatan pertahanan dan keamanan namun juga menggunakan pendekatan pembangunan ekonomi wilayah perbatasan.
Kata kunci: Kebijakan Pemerintah, Sengketa, Pulau Sipadan-Ligitan
ix Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
ABSTRACT
Name : Kurniawan Setyanto
Study Programme : Political Science Title : The Failed of Formulating Indonesia Foreign Policy and
The Lose of The Sipadan-Ligitan Islands from Indonesian at
Year 2002 in Perspective of Geopolitics Archipilagic Country, xvi+182 pages,45 books, 2 journals, 9 articles, 3 magazine, 11online sources, 8 respondents interview.
This thesis are directed by dispute on the Sipadan-Ligitan islands was a conflict derived from dispute between two countries, there are Indonesia and Malaysia over the territory, in which the claim on the territory was based on the intention of gaining benefits and nation reinforcement through territorial extension. Indonesia and Malaysia faced this territorial dispute for 33 years, since year 1969 up to year 2002. In December 2002, the International Court Justice decided to give the ownership right of the Sipadan -Ligitan islands to Malaysia.
As the theoritical basis, this research used public policy theory, foreign policy theory and geopolitical theory. This thesis more press up that Indonesian foreign policy theory. The method of data collection used in this research was the library research method. This research, the researcher also used equipment for collecting the documentation data by searching for data about items or variables related to the main problems from books, newspaper, magazine, websites and the others. The data that supported the research was conceptualized, generalized and analyzed using the available frameworks.
The bilateral negotiation taken as an effort to settle problem through diplomatic course became uneffective when both Indonesia and Malaysia had an opposing intention that could not be compromised. The uneffectiveness and dead lock of the bilateral negotiation had given way to the settlement of the dispute through the law course by the International Court Justice. The settlement to International Court Justice was a peace way taken by both countries to solve their long term problem Sipadan-Ligitan islands. The failed of formulating policy Indonesian Government resulting the release Sipadan- Ligitan islands. Indonesia is archipilagic countries and has many territorial border that, in the future, should be good managed, not only through defense and security approaches but also through those of economics development of the territories.
Keywords:
Government Policy, Conflict, Sipadan-Ligitan Islands
x Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... .......................................................................................................... . ..i PERNYATAAN ORIGINALITAS... ................................................................................... . . ii
LEMBAR PENGESAHAN... ................................................................................................ . ..iii KATA PENGANTAR... .......................................................................................................... . .iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ...................................... ...viii
ABSTRAK... ............................................................................................................................. . .ix ABSTRACT... .............................................................................................................................. ..x DAFTAR ISI... .......................................................................................................................... .. .xi
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... .................................................................................................... .1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... . .4 1.3 Tujuan Penelitian... ....................................................................................................... .12
1.4 Signifikansi Penelitian... ............................................................................................. ..12 1.5 Kerangka Teori... .......................................................................................................... .13
1.5.1 Kebijakan Publik dilihat dari Formulasi Kebijakan... .................................... . .13 1.5.2 Kebijakan Politik Luar Negeri........................................................................... .17
1.5.2.1 Realisme Politik oleh Hans J. Morgenthau... .................................... ...19 1.5.3 TeoriGeopolitik... ............................................................................................. . ..21
1.5.3.1 Teori Geopolitik Hans J. Morgenthau... ................................................... . ..25 1.5.4 Teori Hukum Internasional... .............................................................................. .26
1.5.5 Teori Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia... .......................................... ..27 1.5.6 Teori Regional Coorperation (Kerjasama Regional)... ................................. .. .28
1.6 Metode Penelitian... ................................................................................................... .. .28 1.7 Sistematika Penulisan... ............................................................................................. .. .30
2. LATAR BELAKANG HISTORIS SENGKETA PULAU SIPADAN -LIGITAN
SERTA PENYELESAIANNYA MELALUI INTERNATIONAL COURT OF JUSTICE (ICJ) 2.1 Kepemilikan Pulau Sipadan-Ligitan dalam Perspektif Historis... ................................. . ..31
2.2 Latar Belakang Kasus Sengketa Wilayah antara Indonesia dan Malaysia Terhadap Pulau Sipadan-Ligitan ... .......................................................................................................... .. .39 2.3 Arti Penting Pulau Sipadan - Ligitan bagi Indonesia dan Malaysia... ........................... .42 3. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEGAGALAN
PEMBUATAN KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI DAN LEPASNYA
PULAU SIPADAN-LIGITAN TAHUN 2002
3.1 Kegagalan Pemerintah Indonesia Menghasilkan Formulasi Kebijakan Politik Luar Negeri dalam Upaya Penyelesaian Sengketa Melalui Perundingan
Bilateral... ...................................................................................................................... .. .54 3.1.1 Perundingan Bilateral Indonesia dengan Malaysia Tahun 1989... ................ . ..56
3.1.2 Perundingan Melalui Mekanisme Joint Working Group (JWG)... .................. ..57 3.1.3 Perundingan Indonesia dan Malaysia Tahun 1995... ...................................... . ..60
xi Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
3.1.4 Perundingan Tingkat Tinggi antara Kepala Negara... ................................... ...62 3.2 Faktor yang Menyebabkan Kegagalan Pemerintah Indonesia Membuat
Formulasi Kebijakan Politik Luar Negeri... ................................................................ . ..64 3.2.1 Faktor Masyarakat yang Tinggal di Daerah Perbatasan... ............................ ..65 3.2.2 Faktor Internal dan Politik Luar Negeri Indonesia... ...................................... .68
3.2.3 Faktor Aktor Negara Sebagai Pembuat Kebijakan Politik... ......................... ..70 3.3 Kegagalan Formulasi Kebijakan Politik Luar Negeri Terkait Lepasnya
Pulau Sipadan - Ligitan pada masa Pemerintahan Presiden Soeharto dan Presiden Megawati Soekarnoputri... .......................................................................................... .75
3.4 Politik Luar Negeri Indonesia dalam Usaha Intergritas Teritorial... ....................... ..79 a.) Masa Pemerintahan Presiden prof. Dr.Ing. Dr.Sc.h.c. Bacharuddin Jusuf
Habibie... ................................................................................................................. . ..79 b.) Masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid... ..................................... ..80
c.) Masa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri... ................................ ..81 3.5 Aktor Negara yang Menyebabkan Kegagalan Pemerintah Indonesia
Menghasilkan Formulasi Kebijakan Politik Luar Negeri... ...................................... . .83 3.5.1 Faktor dan Tanggungjawab Aktor Negara Sebagai Pembuat Kebijakan
Politik... ................................................................................................................ . ..86 a.) Peran dari Menteri Luar Negeri dan Menteri Politik dan Keamanan dan
Keamanan Masa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri... ..90 b.) Peran dari Lembaga Legislatif (Parlemen) dalam hal ini Komisi I DPR
RI... .............................................................................................................................................. .. .92
3.6 Sikap Saling Mempengaruhi antara Menteri Luar Negeri, Menteri Koordinator Politik dan Keamanan dengan Komisi I DPR RI dalam Penyelesaian Sengketa
Pulau Sipadan-Ligitan... ................................................................................................. .96 3.7 Hasil Pendapat dari Aktor Negara Berkaitan dengan Kegagalan Formulasi
Kebijakan Politik Luar Negeri................................................................................. ...98
4. PROSES GAGALNYA PEMBUATAN KEBIJAKAN POLITIK LUARNEGERI
DAN LEPASNYA PULAU SIPADAN - LIGITAN DARI INDONESIA 4.1 Gagalnya Proses Pembuatan Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia.................... .102
4.2 Penyelesaian Sengketa Wilayah antara Indonesia dan Malaysia terhadap Pulau Sipadan-Ligitan melalui International Court of Justice (ICJ)... ...................................... ...113 4.3 Mahkamah Internasional... ....................................................................................... ...118
a. Permanent Court of Arbitration... ....................................................................... ...119 b. Permanent Court of International Justice... ........................................................ ..119 c. International Court of Justice... ............................................................................ . .120
4.4 Urutan Penyelesaian Sengketa Wilayah Atas Pulau Sipadan-Ligitan Melalui International Court of Justice (ICJ)... ..................................................................................122 4.5Proses Persidangan Penyelesaian Sengketa Pulau Sipadan-Ligitan... ...................... ...126
4.5.1 Pokok-pokok Argumentasi Hukum Indonesia dan Malaysia... ...................... .126 4.5.2 Written dan Oral Hearings... ............................................................................. .128
4.53Pokok-pokok Pendapat dan Keputusan Mahkamah Internasional Mengenai Klaim
Kedaulatan Atas Pulau Sipadan-Ligitan... ........................................................130
xii Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
4.5.4 Pokok-pokok Pendapat dan Keputusan Mahkamah Internasional Mengenai
Dalil-dalil Effectivites... .............................................................................................135
4.6 Hasil Keputusan Mahkamah Internasional (International Court of Justice) Atas Sengketa Pulau Sipadan-Ligitan... ...................................................................................... .139 4.7 Konsekuensi yang Harus Dilakukan Indonesia Pasca Keputusan Mahkamah
Internasional... .................................................................................................................... ..141 4.7.1 Keputusan Mahkamah Internasional Pengaruhnya Terhadap Penetapan Garis
Pangkal Kepulauan Indonesia... ............................................................................... . ..144 4.8 Dinamika Perubahan Politik Indonesia dalam Menyikapi Sengketa Pulau Sipadan-
Ligitan................................................................................................................................. . .149 4.9 Usaha Perubahan Kebijakan Politik Luar Negeri Presiden Soeharto... ............... ..160
5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan... ........................................................................................................... . .167
5.2 Saran... ........................................................................................................................ .170 DAFTAR PUSTAKA... ................................................................................................... ..172
xiii Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 4.7 Hasil Pendapat dari Aktor Negara Berkaitan dengan Kegagalan
Formulasi Kebijakan Politik Luar Negeri... ...................................... .98
xiv Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Letak Pulau Sipadan-Ligitan pada Laut Sulawesi... ............................ . .40
xv Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar 1 Peta Wilayah Pulau Sipadan-Ligitan... ...................................................... . ..178 Gambar 2 Peta Pulau Sipadan dan Resort Yang Telah Dibangun... ........................... .179
Gambar 3 Papan Tanda Pengumuman Yang Dipasang Malaysia di Pulau Sipadan... ........................................................................................... .180
Gambar 4 Foto Daerah Lokasi Sumber Daya Laut Berupa Ikan, Jenis Hewan Laut dan Daerah Penyelaman di Pulau Sipadan... .............................................. . ..181
Gambar 5 Peta Pulau Ligitan Dan Resort Yang Telah Dibangun Malaysia... ........... . .182
xvi Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Wilayah merupakan salah satu unsur terpenting bagi suatu negara, karena
wilayah merupakan tempat negara melaksanakan kedaulatannya. Wilayah merupakan
ruang di mana orang menjadi warganegara yang bersangkutan hidup dan menjalankan
segala aktivitasnya. Wilayah negara sebagai suatu ruang tidak saja terdiri atas daratan
atau tanah tetapi juga perairan dan ruang udara. Wilayah daratan dan wilayah ruang
udara dimiliki oleh negara pantai.Mengingat pentingnya wilayah bagi suatu negara,
maka batas-batasnya harus jelas untuk menghindari kemungkinan sengketa dengan
negara-negara yang lain.1Dalam sejarah manusia maupun negara-negara, kerap terjadi
konflik antarnegara yang bersumberkan pada masalah batas wilayah. Konflik ini bisa
disebabkan oleh karena keinginan untuk melakukan ekspansi wilayah maupun
ketidakjelasan batas-batas wilayah antarnegara.
Salah satu fungsi dari batas wilayah itu telah berkembang menjadi sebuah
kontribusi untuk identitas nasional dan sebagai pelindung dari hasil kekayaan sumber
daya alam yang langka atau sulit untuk diperbaharui. Sengketa wilayah biasanya
dimulai oleh salah satu atau beberapa pihak yang merasa memiliki wilayah tersebut atau
berkepentingan besar terhadap wilayah tersebut. Negara yang memulai sengketa itu
mempunyai bermacam tujuan yang dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan:2Pertama,
klaim terjadi ketika sebuah negara benar-benar menginginkan wilayah tersebut dan
percaya bahwa ia akan memperoleh beberapa keuntungan. Tujuan ini berkaitan dengan
penguatan negara melalui penambahan wilayah. Peningkatan kekuatan mungkin berasal
dari sumber-sumber yang ditemukan di wilayah tersebut atau dari penduduk yang
tinggal di sana, atau dari peningkatan akses wilayah tersebut melalui laut maupun
1LB. Moerdani, Menegakkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa, Pandangan dan Ucapan Jenderal TNI
(Purn) LB. Moerdani 1988-1991, Jakarta: Yayasan Kejuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman, 1992,
hlm. 39. 2Ibid.
1 Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
2
saluran-saluran utama komunikasi. Kedua, klaim dibuat tanpa banyak harapan
memperoleh hasil atau keuntungan. Sengketa dilakukan dalam rangka menjalankan
politik dalam negeri atau politik luar negeri. Kadang perbatasan tidak dapat menjamin
sengketa atau konflik dapat berakhir secara total. Setelah berjalan beberapa tahun,
konflik seringkali masih muncul bahkan menjadi perang (krisis) apabila konflik-konflik
kepentingan berubah menjadi situasi yang mengandung ancaman.3
Wilayah perbatasan suatu negara memiliki nilai strategis dalam mendukung
keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini dapat terjadi antara lain karena wilayah
perbatasan mempunyai dampak penting bagi kedaulatan sebuah negara, mempunyai
faktor pendorong bagi peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat di
sekitarnya, mempunyai keterkaitan yang saling mempengaruhi dengan kegiatan yang
dilaksanakan di wilayah lainnya yang berbatasan antarwilayah maupun antarnegara, dan
mempunyai dampak terhadap kondisi pertahanan dan keamanan baik dalam skala
regional maupun nasional.Masalah ketidakjelasan batas-batas negara dan status wilayah
sering menjadi sumber persengketaan di antara negara-negara yang berbatasan atau
berdekatan. Persengketaan muncul akibat penerapan prinsip yang berbeda terhadap
penetapan batas-batas landas kontinen di antara negara-negara bertetangga sehingga
menimbulkan wilayah tumpang tindih yang dapat menimbulkan persengketaan.4
Contoh nyata yang melibatkan Indonesia yaitu permasalahan sengketa
kepemilikan Pulau Sipadan-Ligitan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada
tahun 1967 ketika dalam pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-
masing negara ternyata memasukkan Pulau Sipadan-Ligitan ke dalam batas-batas
wilayahnya. Kedua negara lalu sepakat agar Pulau Sipadan-Ligitandinyatakan dalam
keadaan status quo, akan tetapi ternyata pengertian ini berbeda. Permasalahan sengketa
kepemilikan Pulau Sipadan-Ligitan ini secara sederhana mengandung makna tradisional
sekaligus modern. Secara tradisional, sengketa tersebut merupakan akibat dari
kolonialisme masa lalu yang melanda kawasan Asia Tenggara. Inggris yang menjajah
3 J.R.VPrescot, Boudaries and Frontiers, London: Croom Helm, 1973, hlm. 90-125. 4 LB. Moerdani, Op. Cit., hlm. 45.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
3
Malaysia dan Belanda yang menjajah Indonesia, menyisakan garis perbatasan yang
tidak tegas ketika mereka meninggalkan tanah jajahannya. Itulah yang kemudian
membuat sengketa itu berkembang, menurun kepada negara yang mewarisi tanah bekas
jajahan tersebut. Dalam konteks modern, sengketa Pulau Sipadan-Ligitan ini tidak bisa
dilepaskan dari kepentingan nasional suatu negara akan sumber daya alam yang
dikandungnya. Pada tahun 1969 pihak Malaysia secara sepihak memasukkan kedua
pulau tersebut ke dalam peta nasionalnya.
Lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan tersebut ke Malaysia merupakanpelajaran
bagi Indonesia agar dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebenarnya Indonesia masih bisa membicarakan masalah tersebut dengan Malaysia
dengan menganggap masalah teritorial adalah persoalan politik bukan hanya persoalan
hukum. Masalah lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan tidak terlepas kebijakan politik pada
masa Pemerintahan Presiden Soeharto hingga Pemerintahan Presiden Megawati
Soekarnoputri.5 Sumber dari permasalahan lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan adalah
kesalahan kebijakan politik pada era Pemerintahan Presiden Soeharto yang hanya
mempersoalkan wilayah negara dari segi hukum saja sehingga mencari solusi ke
Mahkamah Internasional.6 Wilayah kedaulatan negara merupakan suatu permasalahan
politik, karena sangat erat dengan suatu perumusan kebijakan politik yang nantinya
akan dijadikan sebagai pedoman oleh Pemerintah dalam menentukan arah kebijakan
politiknya dalam membawa negara Indonesia ke arah yang lebih baik dan mempunyai
kedudukan yang dihormati di dunia internasional. Suatu kebijakan yang menyangkut
teritorial suatu negara perlu adanya ketegasan kebijakan Pemerintah agar wilayah
negaranya aman dari ancaman gangguan permasalahan perbatasan darat maupun laut
dengan negara lain.
Ancaman terhadap negara yang berubah bukan hanya berasal dari aktor negara,
tetapi juga aktor-aktor bukan negara. Bentuk-bentuk ancaman tersebut juga semakin
banyak, bukan hanya dari ancaman terhadap kesatuan teritori saja atau yang terkait 5 Memanasnya Hubungan RI-Malaysia, diperoleh dari http://www.politik.lipi.go.id. [Diakses pada hari
Selasa tanggal 26 April 2011 pukul 21.45]. 6 LB. Moerdani, Op. Cit., hlm. 51.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
4
dengan batas wilayah negara, tetapi juga ancaman-ancaman yang bersifat non-politik
dan non-ekonomi. Perkembangan teknologi dan industri, termasuk revolution in
military affairs telah semakin menunjukkan betapa dunia kini semakin tanpa
batas.7Revolution in military affairs mempunyai maksud yaitu untuk mewujudkan
kekuatan minimal (MEF atau Minimal Essential Force) sebagai instrumen negara untuk
melaksanakan fungsi negara berdasarkan keputusan politik.Negara adalah aktor penting
atau aktor utama dalam dunia internasional, jadi segala urusan dalam dan luar negeri
diserahkan pada negara. Maka negara bertanggungjawab atas keamanan nasional dan
batas-batas negara. Jadi, aktor-aktor negara mempunyai peranan yang sangat penting
terhadap suatu kebijakan politik luar negeri.
Dalam permasalahan penyelesaian sengketa Pulau Sipadan-Ligitan merupakan
sebuah kegagalan formulasi kebijakan politik luar negeri Indonesia dan lepasnya Pulau
Sipadan-Ligitan dari Indonesia pada tahun 2002 dalam perspektif Geopolitik negara
kepulauan. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki pulau -pulau
terbanyak di dunia, sehingga wilayah teritorialnya harus dijaga dengan baik agar
keutuhan dan kedaulatan wilayahnya tidak terusik oleh negara lain.8
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan awal dari persengketaan Pulau Sipadan-Ligitanantara Indonesia
dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967 ketika dalam pertemuan teknis hukum laut
antara kedua negara, masing-masing negara ternyata memasukkan Pulau Sipadan-
Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya.9 Kedua negara lalu sepakat agar Pulau
Sipadan-Ligitan dinyatakan dalam keadaan status quo akan tetapi ternyata pengertian
ini berbeda.10 Pihak Malaysia membangun resort pariwisata baru yang dikelola pihak
swasta Malaysia karena Malaysia memahami status quo sebagai tetap berada di bawah
Malaysia sampai persengketaan selesai, sedangkan pihak Indonesia mengartikan bahwa
dalam status ini berarti status kedua pulau tadi tidak boleh ditempati atau diduduki
7 Ibid, hlm. 76. 8 Norman J.G. Pounds, Political Geography, New York: Mogrow-Hill Book co. Inc, 1963, hlm.89. 9 Aspiannor Masrie,Kasus Sipadan-Ligitan, diperoleh darihttp://www.metronews.com. [Diakses pada hari Jum at tanggal 29 April 2011]. 10Ibid.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
5
sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau ini selesai. Pada tahun 1969 pihak
Malaysia secara sepihak memasukkan kedua pulau tersebut ke dalam peta nasionalnya.
Dengan kondisi demikian maka Pulau Sipadan-Ligitan terbuka untuk klaim
kepemilikan.Klaim kepemilikan Pulau Sipadan-Ligitan mengandung dua motif, yaitu
motif politik dan motif ekonomi. Alasan politis tersebut adalah untuk mewujudkan
kedaulatan negara, sehingga dapat menjalankan fungsi eksekutif dan legislatif di kedua
pulau yang disengketakan oleh kedua negara. Sedangkan untuk motif ekonomi yang
melatarbelakangi klaim tersebut adalah karena Pulau Sipadan-Ligitan mempunyai daya tarik
tersendiri untuk pariwisata.11
Dalam kasus lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan jelas bahwa peran kebijakan
politik Pemerintah Indonesia tidak berjalan dengan baik dan tidak sesuai dengan
kebijakan politik Indonesia yang telah disusun oleh para pemimpin bangsa pendahulu.12
Pada saat kasus lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan tidak terlepas dari kesalahan
Pemerintah pada era kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Wakil
Presiden Hamzah Haz dalam melaksanakan perumusan kebijakan politik pada saat itu.
Dalam perannya sebagai perumus kebijakan politik, Presiden Megawati Soekarnoputri
juga dibantu oleh kedua Menteri yang duduk pada masa Pemerintahannya. Kedua
Menteri tersebut adalah Menteri Polkam Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Luar
Negeri Hasan Wirajuda. Kedua Menteri tersebut memiliki peranan penting bagi
Presiden Megawati Soekarnoputri sebelum mengeluarkan kebijakan politik. Peran
penting juga tidak terlepas dari lembaga legislatif, karena lembaga legislatif dalam hal
ini DPR yang berperan dalam perumusan kebijakan politik sebelum dikeluarkan oleh
Pemerintah yang menyangkut kepentingan negara.13Pemerintah merupakan pengambil
keputusan kebijakan politik untuk kepentingan negara, sehingga kesalahan sekecil
apapun akan membuat pengaruh besar kepada sistem politik dalam negeri dan luar
negeri Indonesia. Suatu sistem politik domestik yang sedang berjalan akan secara
otomatis mempengaruhi sistem politik luar negeri. 11Ibid 12Ibid. 13Ganewati Wuryandari , Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Pusaran Politik Domestik. Jakarta: P2P
LIPI dan Pustaka Pelajar Yogyakarta, 2008, hlm. 195.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
6
Lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan tersebut ke Malaysia merupakanpelajaran
bagi Pemerintah agar dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Masalah lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan tidak terlepas kebijakan politik pada masa
Pemerintahan Presiden Soeharto dan Pemerintahan Presiden Megawati
Soekarnoputri.14Pada era Pemerintahan Presiden Soeharto penyelesaian permasalahan
sengketa Pulau Sipadan-Ligitan hanya mempersoalkan wilayah negara dari segi hukum
saja sehingga mencari solusi ke Mahkamah Internasional.15 Wilayah kedaulatan negara
merupakan suatu permasalahan politik, karena sangat erat dengan suatu perumusan
kebijakan politik yang nantinya akan dijadikan sebagai pedoman oleh Pemerintah dalam
menentukan arah kebijakan politiknya dalam membawa negara Indonesia ke arah yang lebih
baik dan mempunyai kedudukan yang dihormati di dunia internasional. Persoalan kebijakan
yang menyangkut teritorial suatu negara perlu adanya ketegasan kebijakan Pemerintah
agar wilayah negaranya aman dari ancaman gangguan permasalahan perbatasan darat
maupun laut dengan negara lain.
Apabila ditelusuri lebih lanjut mengenai lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan dari
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia justru dari peran aktor-aktor politik baik
sebagai eksekutif maupun legislatif.16 Peran aktor-aktor politik dalam lepasnya Pulau
Sipadan-Ligitan tidak berjalan dengan baik dan sinergi, karena saling menyalahkan
setelah Indonesia mengalami kekalahan dalam sidang di Mahkamah Internasional yang
menyebabkan akhirnya Pulau Sipadan-Ligitan jatuh ke dalam bagian dari wilayah
Malaysia. Sejak masa Pemerintahan Presiden Soeharto hingga Pemerintahan Presiden
Megawati Soekarnoputri, persoalan Pulau Sipadan-Ligitan hanya dipandang sebagai
permasalahan hukum dan pada kenyataannya Indonesia tidak mempunyai cukup bukti
yang dihadirkan selama proses yang panjang selama persidangan di Mahkamah
Internasional.17Sengketa kepemilikan Pulau Sipadan-Ligitan apabila dibawa dalam
14Memanasnya Hubungan RI-Malaysia, diperoleh dari http://www.politik.lipi.go.id. [Diakses pada hari Selasa
tanggal 26 April 2011]. 15Ibid, hlm. 199. 16Ibid. hlm. 45. 17Indonesia Kehilangan Pulau Sipadan-Ligitan, diperoleh darihttp://www.dephan.go.id. [Diakses pada hari Selasa tanggal 26 April 2011].
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
7
permasalahan hukum ke Mahkamah Internasional, maka seharusnya Indonesia harus
banyak meratifikasi dasar-dasar hukum yang akan dijadikan sebagai alat bukti kepada
Hakim agar dapat dipercaya dan dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh Hakim dalam
masa persidangan masalah sengketa yang melibatkan kedua negara dalam
memperebutkan Pulau Sipadan-Ligitan.18
Yang harus dilakukan oleh para aktor-aktor politik adalah melihat
permasalahan sengketa perbatasan wilayah dari segi politik bukan dari segi hukum.
Permasalahan sengketa Pulau Sipadan-Ligitan menyangkut teritorial suatu negara, di
mana peran Pemerintah sangat penting dalam mengeluarkan suatu kebijakan politiknya
yang tegas tetapi tetap menjaga kaidah politik sesuai dengan Piagam ASEAN yang telah
disepakati oleh anggota-anggota negara ASEAN. Sebelum kebijakan politik dikeluarkan
oleh Pemerintah, antara Pemerintah dan DPR RI, dalam hal ini khususnya Komisi I
DPR RI, telah mengadakan rapat dengar pendapat sebagai tempat untuk berkonsultasi
sebelum perumusan kebijakan politik yang disodorkan oleh Pemerintah pada waktu itu
mendapat persetujuan dari DPR RI.19 Dari masa Pemerintahan Presiden Soeharto
hingga pada saat lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan pada masa Pemerintahan Presiden
Megawati Soekarnoputri, antara Pemerintah dan DPR RI sendiri tetap hanya
memandang permasalahan Pulau Sipadan-Ligitan tersebut dari segi hukum saja. Dari
permasalahan tersebut jelas bahwa antara Pemerintah dan DPR RI tidak mempunyai
konsep dalam perumusan kebijakan politik yang jelas dan terarah, karena kedua
lembaga yang berisi aktor-aktor politik tersebut tidak mampu membuat suatu keputusan
kebijakan politik luar negeri sebagai arah bagi negara yang mempunyai luas wilayah
kepulauan sangat besar.20
Negara yang mempunyai luas wilayah kepulauan yang sangat besar dan
memiliki beribu-ribu pulau merupakan suatu ancaman besar dalam permasalahan
perbatasan baik di darat maupun di laut. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia perlu
18 Keputusan Mahkamah Internasional tentang kasus perebutan Pulau Sipadan-Ligitanantara Indonesia dan
Malaysia diperoleh dari http://diplomacy945.blogspot.com. [Diakses pada hari Selasa tanggal 26
April 2011]. 19Ganewati Wuryandari , Op. Cit, hlm. 197. 20 Kasus Sipadan-Ligitan. Dalam http://www.metronews.com oleh Aspiannor Masrie. [Diakses tanggal 29 April
2011].
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
8
lebih fokus terhadap ancaman-ancaman tersebut oleh negara lain terutama aktor-aktor
politik yang menduduki lembaga eksekutif maupun legislatif.21Kenyataannya antara
Pemerintah dan DPR RI saling bermanuver menyalahkan dan menyerang atas
keputusan politik yang telah dikeluarkan dan hasilnya membuat kerugian yang besar
bagi kepentingan negara dan rakyatlah yang sangat kecewa dengan apa yang telah
dilakukan oleh Pemerintah dan DPR RI.22Rakyat telah memberikan mandat dan
kepercayaan penuh kepada kedua lembaga tersebut dalam pengambilan kebijakan
politik yang akan membawa negara Indonesia menjadi negara yang mempunyai
integritas politik yang tegas dan terarah, sehingga menjadikan negara lain menghormati
kebijakan politik Indonesia. Hal tersebut sangat berbeda dengan yang ditunjukkan oleh
Presiden Soekarno dalam kebijakan politik pada saat pengambilan kebijakan politik
mengenai wilayah Irian Barat dan menjadikan Irian Barat sebagai wilayah Negara
Kesatuan Rebublik Indonesia. Kebijakan politik yang diambil Presiden Soekarno pada
waktu itu juga tidak terlepas dari peran legislatif yang sangat mendukung langkah -
langkah yang diambil Pemerintah terutama kebijakan politik.23 Suatu ketegasan
kebijakan politik Pemerintah mencerminkan keberhasilan politik dalam negeri sehingga
sistem politik luar negeri juga berpengaruh.
Permasalahan lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan tidak terlepas dari peran dan
hubungan yang sinergis antara lembaga eksekutif dan legislatif yang seharusnya satu
sama lain mendukung dan bukan saling menyalahkan setelah keputusan kebijakan
politik tersebut diambil.24Aktor politik yang berada di dalam kedua lembaga tersebut
seharusnya menyikapi permasalahan yang berhubungan dengan teritorial negara bukan
pada cermin hukum, tetapi harus bercermin pada politik. Permasalahan perbatasan
sendiri menyangkut pada suatu kedaulatan negara yang seharusnya tidak dapat diganggu
gugat dan diusik oleh negara manapun, karena permasalahan perbatasan sangat rentan 21Ibid. 22Ganewati Wuryandari , Op. Cit, hlm. 45. 23Mohammad Hatta, Dasar Politik Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta: Tintamas, 1953, hlm. 78. 24 Pandangan Morgenthau mengenai konsep ini dapat ditemukan dalam Theodore A. Columbis dan James
H. Wolve, Introduction to International Relations, Power and Justice, New Jarsey: Prentice Hall, 1982, ditulis
di dalam tulisan Bantarto Bandoro dalam Analisis CSIS Aspek-Aspek Internasional dalam Intergrasi Nasional,
Tahun XXIII No. 5, September-Oktober 1994.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
9
dengan konflik dan berujung pada suatu peperangan antarkedua negara yang sedang
bersengketa.25Suatu kebijakan politik diambil merupakan sebuah keputusan yang
memberikan arah kepada negara tersebut akan suatu integritas dan kedaulatan suatu
wilayah. Apabila kebijakan politik yang dikeluarkan Pemerintah dinilai oleh Malaysia
sangat tegas, maka tidak akan mungkin Malaysia berani membawa permasalahan
sengketa wilayah Pulau Sipadan-Ligitan ke Mahkamah Internasional.26 Kebijakan
politik yang dikeluarkan Pemerintah seharusnya merupakan harga mati sebagai bangsa
yang besar dengan wilayah kepulauan yang sangat luas, karena apabila kebijakan politik
yang dikeluarkan oleh Pemerintah tidak diindahkan oleh negara lawan dalam
permasalahan perbatasan maka jalan terakhir adalah peperangan.27
Tetapi dalam melihat permasalahan kasus lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan,
peran dari aktor-aktor politik Indonesia yang berada pada lembaga eksekutifmaupun
legislatif tidak tampak.28Hal tersebut terbukti bahwa tidak sinergisnya kedua lembaga
tersebut dalam mengambil alih permasalahan dan penyelesaian dengan jalan politik. Hal
tersebut dapat dibuktikan setelah lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan, DPR RI langsung
melalui Komisi I DPR RI mengajukan hak interpelasi atau hak bertanya kepada
Presiden Megawati Soekarnoputri. Melalui Wakil Ketua Komisi I Effendy Choirie,
Ketua Sub Bidang Luar Negeri Amris Hasan,anggota Djoko Susilo, Arief Mudatsir dan
Franky Kaihatu, hak menggalang pengajuan hak interpelasi kepada Presiden Megawati
berkaitan dengan kekalahan Indonesia di Mahkamah Internasional, Den Haag, atas
sengketa Pulau Sipadan-Ligitan.29 Terlihat jelas bahwa para aktor politik Indonesia
tidak pernah saling sinergis dalam berhubungan dan bekerjasama untuk kepentingan 25Aspiannor Masrie,Kasus Sipadan-Ligitan, diperoleh darihttp://www.metronews.com. [Diakses pada hari Jum
at tanggal 29 April 2011]. 26Ibid. 27Memanasnya Hubungan RI-Malaysia, diperoleh dari http://www.politik.lipi.go.id. [Diakses pada hari Selasa tanggal 26 April 2011]. 28Nasib Pulau Sipadan dan Ligitan Semakin Jelas, diperoleh dari http://wap.gatra.com. [Diakses pada hari
Senin tanggal 25 April 2011]. 29Ibid.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
10
bangsa dan negara, sehingga kebijakan politik Indonesia yang dikeluarkan Pemerintah
masih sangat tumpul.30
Komisi I DPR RI melalui Wakil Ketua Komisi I Effendy Choirie mengatakan
bahwa interpelasi itu semata mempertanyakan usaha Pemerintah memperoleh kedua
pulau yang selama ini sudah diduduki Malaysia itu.31 Hak interpelasi Komisi I DPR RI
itu juga untuk mempertanyakan kebijakan politik Pemerintah dalam mengawasi dan
mempertahankan pulau-pulau di perbatasan khususnya pada kasus lepasnya Pulau
Sipadan-Ligitan.32 Setelah peristiwa lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan dari wilayah
Indonesia banyak pulau di perbatasan yang sudah dihuni oleh penduduk dari negara
tetangga. Dari pihak Pemerintah mempunyai argumen lain dalam menjawab pertanyaan
dari Komisi I DPR RI tersebut bahwa pada saat itu Pemerintah memang gencar
melakukan pendekatan secara politik dengan Malaysia, tapi mengalami
kegagalan.33Pemerintah Indonesia memutuskan untuk meneruskan permasalahan
sengketa kepemilikan Pulau Sipadan-Ligitan ke Mahkamah Internasional atas
pertimbangan dari DPR RI karena pada waktu itu Pemerintah berpendapat bahwa
permasalahan sengketa Pulau Sipadan-Ligitan merupakan permasalahan hukum.34
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat di kawasan perbatasan khususnya dalam
kasus lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan pada umumnya dipengaruhi oleh kegiatan sosial
ekonomi di negara tetangga (Malaysia).35 Kondisi tersebut berpotensi untuk
mengundang kerawanan di bidang politik, karena meskipun orientasi masyarakat masih
terbatas pada bidang ekonomi dan sosial, namun dimungkinkan adanya kecenderungan
untuk bergeser ke soal politik, terutama apabila kehidupan ekonomi masyarakat daerah
perbatasan mempunyai ketergantungan kepada perekonomian negara tetangga, maka hal 30 Robert Eyestone, The Threads of Public Policy, Indianapolis: Bobbs Merrill, Ratzel, ditulis di dalam buku RM.
Sunardi, 1971, hlm. 57. 31Memanasnya Hubungan RI-Malaysia, diperoleh dari http://www.politik.lipi.go.id. [Diakses pada hari Selasa
tanggal 26 April 2011]. 32Ibid. 33Statistik Vital Kasus Sipadan-Ligitan, diperoleh dari http://www.unisosdem.org. [Diakses pada hari Selasa tanggal 26 April 2011]. 34Aspiannor Masrie ,Kasus Sipadan-Ligitan, diperoleh dari http://www.metronews.com. [Diakses pada hari Jum
at tanggal 29 April 2011]. 35Ibid.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
11
inipun selain dapat menimbulkan kerawanan di bidang politik juga dapat menurunkan
harkat dan martabat bangsa. Untuk itu, diperlukan upaya Pemerintah Indonesia dalam
memperhatikan permasalahan penegakan kedaulatan negara dengan lebih
mengefektifkan kebijakan politik secara tegas. Dalam perumusan atau formulasi
kebijakan yang akan dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia, agar memiliki ketegasan
sikap dalam berpolitik, maka diperlukan harmonisasi yang dibarengi dengan
maksimalisasi kinerja seluruh elemen dan kesungguhan semua pihak seluruh pihak
untuk mewujudkan suatu perumusan atau formulasi kebijakan politik yang akan diambil yang
berguna untuk menjadikan sebagai bentuk kedaulatan negara yang nyata.36
Dengan memperhatikan permasalahan gagalnya formulasi kebijakan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah diharapkan dapat muncul beberapa pertanyaan yang dapat
dibahas dan dievaluasi pada bab berikutnya sesuai dengan latar belakang permasalahan yang
sudah diuraikan. Jadi, pertanyaanutama yang akan berusaha dijawab dalam tesis yang
berjudul Kegagalan Formulasi Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia dan Lepasnya
Pulau Sipadan-Ligitan dari Indonesia Tahun 2002 dalam Perspektif
Geopolitik Negara Kepulauanadalah:
Bagaimana terjadinya proses gagalnya pembuatan kebijakan politik luar
negeri sehingga Indonesia tidak dapat mempertahankan Pulau Sipadan-Ligitan sebagai
bagian dari kedaulatan wilayah Indonesia? Selain itu tesis ini juga berusaha menjawab
pertanyaan tambahan, antara lain:
1.) Mengapa Pulau Sipadan-Ligitan menjadi obyek sengketa dan
mempunyai arti penting bagi Indonesia dan Malaysia sejak tahun
1969?
2.) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan PemerintahIndonesia
gagal menghasilkan formulasi kebijakan politik luar negeri sehingga
Pulau Sipadan-Ligitan terlepas pada tahun 2002?
36George Modelsky, Theory of Foreign Policy. New York: Praeger, 1962, hlm. 36.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
12
1.3 Tujuan Penelitian
Sebagaimana tergambar di dalam perumusan masalah, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui Pulau Sipadan-Ligitan menjadi obyek sengketa dan mempunyai arti penting bagi Indonesia dan Malaysia dan untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
PemerintahIndonesia gagal menghasilkan formulasi kebijakan politik luar
negeri sehingga terlepas.
2. Untuk mengetahui aktor-aktor yang terlibat dalam gagalnya perumusan
atau formulasi kebijakan politik luar negeri Indonesia sehingga Pulau
Sipadan-Ligitan lepas.
3. Untuk mengetahui proses gagalnya pembuatan kebijakan politik luar
negeri sehingga Indonesia tidak dapat mempertahankan Pulau Sipadan-
Ligitan sebagai bagian dari kedaulatan wilayah Indonesia.
1.4 Signifikansi Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu untuk :
1. Menjadi referensi bagi wacana geopolitik khususnya bagi peneliti
yang berminat pada studi ilmu sosial dan politik dimanaPulau
Sipadan-Ligitan dapat menjadi obyek sengketa antara Indonesia dan
Malaysia.
2. Bermanfaat bagi para ilmuwan sosial untuk mengkaji permasalahan
aktor-aktor yang terlibat dalam gagalnya perumusan atau formulasi
kebijakan politik luar negeri Indonesia dalam hal ini kasus lepasnya
Pulau Sipadan-Ligitan dari Indonesia Tahun 2002.
3. Memberikan sebuah gambaran pentingnya aktor-aktor negara dalam
menghasilkan sebuah kebijakan bagi negara kepulauan, khususnya
Indonesia, sehingga tidak akan terulang kembali kasus lepasnya
Pulau Sipadan-Ligitan.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
13
1.5 Kerangka Teori
Untuk memperoleh interprestasi dan kesimpulan yang lebih terarah di dalam
menganalisis topik tesis ini digunakan teori kebijakan publik, teori politik luar negeri
dan teori geopolitik. Teori kebijakan publik sesuai dengan tujuan penulisan tesis ini
karena dapat mendeskripsikan formulasi kebijakan Indonesia yang melibatkan elit
politik dalam menciptakan suatu kebijakan sedangkan teori politik luar negeri sesuai
dengan tujuan penulisan tesis karena dapat mendeskripsikan kebijakan politik luar
negeri Indonesia. Teori geopolitik digunakan karena Indonesia sebagai negara
kepulauan dan harus diberikan perhatian khusus karena wilayah merupakan wujud
kedaulatan negara. Teori Hukum Internasional digunakan karena kasus lepasnya Pulau
Sipadan-Ligitan merupakan permasalahan sengketa wilayah antarnegara. Teori
kebijakan politik luar negeri Indonesia digunakan sebagai tolok ukur pemerintah dalam
pengambilan kebijakan politik luar negeri. Pada penelitian yang dilakukan, teori
tersebut sangat bermanfaat sebagai alat analisis dalam mengkaji Kegagalan Formulasi
Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia dan Lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan dari
Indonesia Tahun 2002 dalam Perspektif Geopolitik Negara Kepulauan.
Berikut ini adalah kerangka umum teori-teori yang dikemukakan di atas, yang
tentunya akan dibahas lebih mendalam pada uraian di bawah ini.
1.5.1. Kebijakan Publik dilihat dari Formulasi Kebijakan
Pengertian kebijakan publik menurut Thomas R. Dye adalah apa yang dipilih
oleh Pemerintah untuk dikerjakan atau tidak dikerjakan. Kebijakan publik ini dapat
diklasifikasikan sebagai keputusan (decision making), di manaPemerintah mempunyai
wewenang untuk menggunakan keputusan otoritatif, termasuk keputusan untuk
membiarkan sesuatu terjadi, demi teratasinya suatu persoalan publik.37 Definisi lain dari
kebijakan publik menurut Robert Eyestone adalah konsepsi bahwa kebijakan
merupakan serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok, atau Pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu di mana terdapat
hambatan-hambatan dan kemungkinan-kemungkinan di mana kebijakan tersebut 37 Thomas R. Dye, Understanding Public Policy, New York: Prentice Hall, 1972, hlm. 12-13.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
14
diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.38
Kebijakan yang dirumuskan bermaksud untuk penyelesaian suatu masalah atau tujuan.
Kebijakan publik merupakan suatu keputusan politik yang dikembangkan oleh
badan dan pejabat Pemerintah. Oleh karena itu, kebijakan publik termasuk dalam
otoritas yang dimaksud dalam sistem politik, yaitu para senior, kepala tertinggi,
eksekutif, legislatif, para Hakim, administrator, penasehat, para raja, dan lain
sebagainya. Dalam hal ini ditegaskan bahwa mereka yang terlibat dalam otoritas
formulasi kebijakan adalah orang yang terlibat dalam urusan sehari-hari dan mempunyai
tanggungjawab dalam suatu masalah tertentu di mana dia bertanggungjawab untuk
mengambil keputusan yang berdampak pada kondisi di kemudian hari dan mengikat
sebagian besar anggota masyarakat.
Kebijakan publik sebagai suatu sistem kebijakan (policy system) mencakup
hubungan timbal balik yang terjadi pada tiga unsur yaitu: (1) kebijakan publik, (2 )
pelaku kebijakan, dan (3) lingkungan kebijakan. Kebijakan publik merupakan hasil dari
sebuah proses atau respons atas berbagai gejala yang terjadi dalam suatu lingkungan.
Kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah tentunya melalui berbagai tuntutan atau tekanan
maupun dukungan dari masyarakat. Tuntutan dan dukungan dari masyarakat
mengindikasikan perbedaan suatu kepentingan tertentu. Artikulasi kepentingan yang
berasal dari kelompok-kelompok kepentingan, partai politik, organisasi-organisasi
kemasyarakatan atau juga internal instansi Pemerintah harus mewujudkan sebagai
sebuah proses dalam penetapan kebijakan publik. Dengan demikian, kebijakan
merupakan resultante atau hasil dari suatu konflik yang berasal dari sektor atau pelaku
kebijakan yang terlibat. Konflik antar pelaku kebijakan disebabkan oleh adanya
perbedaan suatu kepentingan. Oleh karena itu, kebijakan publik adalah sebuah proses akhir
dari pergesekan kepentingan baik antara masyarakat dan pelaku kebijakan maupun antar
sesama pelaku kebijakan.
Kebijakan publik yang telah disahkan oleh pejabat berwenang, secara otomatis
telah siap untuk diimplementasikan. Implementasi kebijakan publik akan mendapat 38 Robert Eyestone, The Threads of Public Policy, Indianapolis: Bobbs Merrill, 1971, hlm 79.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
15
kesulitan jika diterapkan pada kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki
perbedaan kepentingan yang tinggi. Kondisi ini disebabkan oleh adanya perbedaan
dalam melakukan interpretasi terhadap implementasi kebijakan tersebut. Tugas
Pemerintah adalah menjaga performance (kinerja) dan kualitas kebijakan serta
implementasinya. Dalam kenyataannya banyak manajer publik kurang mendiseminasi
(mensosialisasikan) kebijakan yang telah ditetapkan kepada masyarakat. Hal ini
tentunya dapat menghambat proses pelaksanaan implementasi kebijakan publik
tersebut. Untuk itu, proses diseminasi harus dikelola dengan baik sehingga dapat
memperlancar proses implementasi kebijakan publik.
Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn adalah sebagai berikut:39
1. Penyusunan Agenda Agenda adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas
kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang
disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Jika
sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik dan mendapatkan
prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya
publik yang lebih daripada isu yang lain.
Dalam agenda setting, sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang
akan diangkat dalam suatu agenda Pemerintah. Isu kebijakan (policy issues) sering
disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Policy issues biasanya muncul
karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang
telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan mengenai karakter
permasalahan tersebut. Menurut William Dunn isu kebijakan merupakan produk atau
fungsi dari adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun
penilaian atas suatu masalah tertentu.
Dalam permasalahan sengketa Pulau Sipadan-Ligitan antara Indonesia dan
Malaysia, Pemerintah Indonesia pada saat proses pengambilan kebijakan politik luar
39 William Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998, hlm.
24.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
16
negeri telah menyusun agenda sebagai langkah awal. Penyusunan agenda sebagai
langkah awal tersebut dilakukan antara lain dengan mengumpulkan beberapa bukti
sejarah atas status Pulau Sipadan-Ligitan dan kemudian memberikan kajian agar
memperoleh bukti yang mendukung dalam proses pengambilan kebijakan politik luar
negeri.
2. Formulasi Kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh
para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari
pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai
alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu
masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan
masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk
memecahkan masalah.
Dalam permasalahan sengketa Pulau Sipadan-Ligitan antara Indonesia dan
Malaysia dalam hal ini Pemerintah sebelum membuat formulasi kebijakan harus melihat
dari hasil penyusunan agenda yaitu dengan memberikan bukti-bukti yang sudah ada dan
telah mendapatkan kajian tentang kebenaran atas bukti-bukti tersebut. Sehingga dari
bukti-bukti tersebut maka akan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam merumuskan
suatu formulasi kebijakan.
3. Adopsi atau Legitimasi Kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar
Pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan
rakyat, warga negara akan mengikuti arahan dari Pemerintah. Namun warga negara
harus percaya bahwa tindakan Pemerintah yang sah. Dukungan untuk suatu rezim
cenderung berdifusi, cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan
Pemerintah yang membantu anggota mentolerir Pemerintahan disonansi. Legitimasi
dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu, di mana melalui proses ini
orang akan belajar untuk mendukung Pemerintah.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
17
Dalam permasalahan sengketa Pulau Sipadan-Ligitan antara Indonesia dan
Malaysia dalam hal ini Pemerintah dalam mengambil kebijakan harus mendapatkan
legitimasi. Dalam permasalahan sengketa kedua pulau tersebut Pemerintah
mengupayakan langkah-langkah dengan mengumpulkan bukti-bukti sejarah yang dapat
mendukung kebenaran dalam merumuskan suatu kebijakan. Apabila bukti-bukti sejarah
tersebut telah cukup untuk memberikan keterangan maka dalam merumuskan suatu
kebijakan dalam langkah selanjutnya harus mendapatkan legitimasi dari legislatif.
4. Penilaian atau Evaluasi Secara umum dikatakan evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan
yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan
yang fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir
saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi
kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program
yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap
dampak kebijakan.
Dalam permasalahan sengketa Pulau Sipadan-Ligitan antara Indonesia dan
Malaysia dalam hal ini Pemerintah apabila telah menempuh langkah-langkah dalam
membuat sautu kebijakan mulai dari menyusun suatu agenda, merumuskan formulasi
kebijakan dan memperoleh legitimasi agar mendapatkan dukungan dari semua pihak.
Maka langkah terakhir dalam membuat suatu kebijakan adalah dengan memberikan
penilaian atau evaluasi dari langkah-langkah yang telah ditempuh mencapai tujuan atau
tidak.
1.5.2. Kebijakan Politik Luar Negeri
Dalam mempelajari politik luar negeri, pengertian dasar yang harus diketahui
yaitu politik luar negeri itu pada dasarnya merupakan action theory, atau kebijakan
suatu negara yang ditujukan ke negara lain untuk mencapai suatu kepentingan tertentu.
Secara umum, politik luar negeri (foreign policy) merupakan suatu perangkat formula
nilai, sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan, dan memajukan
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
18
kepentingan nasional di dalam percaturan dunia internasional.40 Suatu komitmen yang
pada dasarnya merupakan strategi dasar untuk mencapai suatu tujuan baik dalam
konteks dalam negeri dan luar negeri serta sekaligus menentukan keterlibatan suatu
negara di dalam isu-isu internasional atau lingkungan sekitarnya.
Salah satu cara untuk memahami konsep politik luar negeri adalah dengan
jalan memisahkannya ke dalam dua komponen: politik dan luar negeri. Politik (policy)
adalah seperangkat keputusan yang menjadi pedoman untuk bertindak, atau seperangkat
aksi yang bertujuan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Policy itu sendiri berakar pada konsep pilihan (choices): memilih tindakan atau
membuat keputusan-keputusan untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan gagasan
mengenai kedaulatan dan konsep wilayah akan membantu upaya memahami konsep luar
negeri (foreign). Kedaulatan berarti kontrol atas wilayah (dalam) yang dimiliki oleh suatu
negara. Jadi, politik luar negeri (foreign policy) berarti seperangkat pedoman untuk
memilih tindakan yang ditujukan ke luar wilayah suatu negara.
Pemahaman konsep ini diperlukan agar dapat membedakan antara politik luar negeri
dan politik domestik (dalam negeri). Namun, tidak dapat dipungkiri pula
bahwasanya pembuatan politik luar negeri selalu terkait dengan konsekuensi -
konsekuensi yang ada di dalam negeri. Meminjam istilah dari Henry Kissinger, seorang
akademisi sekaligus praktisi politik luar negeri Amerika Serikat, menyatakan bahwa
foreign policy begins when domestic policy ends.41 Dengan kata lain studi politik luar
negeri berada pada intersection antara aspek dalam negeri suatu negara (domestik) dan
aspek internasional (eksternal) dari kehidupan suatu negara. Oleh karena itu, studi
politik luar negeri tidak dapat menisbikan struktur dan proses baik dari sistem
internasional (lingkungan eksternal) maupun dari sistem politik domestik. Sementara
menurut Holsti, lingkup kebijakan luar negeri meliputi semua tindakan serta aktivitas
negara terhadap lingkungan eksternalnya dalam upaya memperoleh keuntungan dari
40Wolfram F. Hanrieder, Comparative Foreign Policy: Theoretical Essays, New York: DavidMcKay Co, 1971,
hlm. 15. 41
Ibid. hlm.22.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
19
lingkungan tersebut, serta hirau akan berbagai kondisi internal yang menopang
formulasi tindakan tersebut.42
Dalam permasalahan segketa Pulau Sipadan-Ligitan antara Indonesia dan
Malaysia, kebijakan politik luar negeri Indonesia tidak dapat dihasilkan dengan baik.
Disebabkan antara Pemerintah dengan DPR RI tidak berjalan secara sinergis dalam
merumuskan kebijakan politik luar negeri yang dikeluarkan oleh Pemerintah yang
nantinya akan dijadikan landasan dalam melaksanakan perundingan bilateral sebagai
upaya politik untuk memperoleh kedaulatan wilayah atas Pulau Sipadan-Ligitan.
1.5.2.1. Realisme Politik oleh Hans J. Morgenthau
Menurut Morgenthau, pria dan wanita secara alami adalah binatang politik,
mereka dilahirkan untuk mengejar kekuasaan dan untuk memperoleh hasil dari
kekuasaan. Pengharapan kekuasaan bukan hanya menghasilkan pencarian keuntungan
relatif tetapi juga pencarian wilayah politik yang terjamin keamanannya yang dapat
digunakan untuk memperoleh kebebasan diri dari pihak lain.
Gagasan utama Hans J. Morgenthau yang telah menempatkan dirinya sebagai
seorang penganut aliran pemikiran realis berkenaan dengan konsepnya tentang power
sebagai yang dominan dalam politik internasional. Konsep dasar yang dimaksudkan
oleh Hans J. Morgenthau adalah Konsep kepentingan (interest) yang
dikonseptualisasikan ke dalam istilah power antara nalar (reason) yang berusaha
memahami politik internasional dengan fakta-fakta yang merupakan arah memilah-
milah antara fakta-fakta politik dan bukan fakta politik, arah mana akan memberikan
suatu tertib sistematis terhadap lingkup politik, yang sekaligus pula akan menempatkan
politik sebagai lingkup kegiatan dan pemahaman yang otonom. Artinya, lingkup ini
akan membedakan lingkup kegiatan lainnya. Konseptualisasi kepentingan (interest)
dalam formulasi power dimanifestasikan ke dalam tataran politik 42 K.J. Holsti,Politik International: Suatu Kerangka Analisis, Bandung: Bina Cipta, 1992. hlm. 21.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
20
internasional,mendasari pemikiran teori realisme politik akan memberikan kerangka
bangunan teoritis terhadap politik luar negeri.43
Teori realisme politik internasional dicirikan oleh tiga hal yakni (1) negara dan
politik luar negeri sebagai unit dan tingkat analisis, (2) konsep power, dan (3) konsep
balance of power:
1. Unit analisis dan tingkat analisis dikenakan pada negara -negara sebagai
aktor utama dalam panggung politik internasional. Pengamatan terhadap tingkah laku
negara, akan terlihat dalam politik luar negeri yang dijalankan oleh Pemerintah negara
yang bersangkutan. Negara dan politik luar negerinya merupakan unit dalam tingkat
analisanya.
2. Dalam konteks konsep tentang power bahwa tingkah laku negara-negara
dipanggung politik internasional selalu dilihat sebagai perwujudan atas perjuangannya untuk
memelihara, meningkatkan, serta menunjukkan powernya.
3. Pola interaksi hubungan antarnegara yang sama-sama berjuang untuk
memelihara, meningkatkan, dan menunjukkan powernya digunakan konsep
perimbangan kekuatan (balance of power).
Interest atau kepentingan sendiri adalah setiap politik luar negeri suatu negara
yang didasarkan pada suatu kepentingan yang sifatnya relatif permanen yang meliputi
tiga faktor yaitu sifat dasar dari kepentingan nasional yang dilindungi, lingkungan
politik dalam kaitannya dengan pelaksanaan kepentingan tersebut, dan kepentingan
yang rasional. Kepentingan nasional merupakan pilar utama tentang politik luar negeri
dan politik internasional yang realistis karena kepentingan nasional menentukan
tindakan politik suatu negara. Apabila menggunakan pendekatan realis atau neorealis
maka kepentingan nasional diartikan sebagai kepentingan negara sebagai unitary actor
yang penekanannya pada peningkatan national power (kekuasaan nasional) untuk
mempertahankan keamanan nasional dan survival dari negara tersebut. Yang dianggap
sebagai kepentingan nasional menurut kaum realis mungkin merepresentasikan 43 Antonius Sitepu, Teori Realisme Politik Hans. J. Morgenthau Dalam studi Politik dan Hubungan
Internasional, hlm. 52.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
21
kepentingan yang kebetulan pada momen tertentu mempengaruhi para pembuat
kebijakan luar negeri.
Dalam permasalahan segketa Pulau Sipadan-Ligitan antara Indonesia dan
Malaysia, realisme politik yang dijalankan oleh Pemerintah Indonesia tidak berjalan
dengan baik sehingga perumusan suatu kebijakan politik tidak dapat terlaksana dengan
baik.
1.5.3 Teori Geopolitik
Geopolitik menurut Rudolf Kjellen adalah ilmu yang mengkaji
masalahmasalah geografi, sejarah dan ilmu sosial dengan merujuk kepada politik
internasional. Salah satu pokok teorinya adalah negara merupakan suatu sistem politik yang
meliputi ekonomi politik.44 Untuk itu, negara harus mempertahankan integritas
wilayahnya ekonomi politik yang dijalankan dapat terlaksana sesuai dengan tujuan
geopolitik negara tersebut. Geopolitik mengkaji makna strategis dan politis suatu wilayah
geografi yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah tersebut.45
Tetapi apabila konsep tersebut dikaji secara lebih dalam lagi, terutama yang
menyangkut aspek mempertahankan identitas fisik, maka sebuah negara yang berdaulat
seharusnya juga mempunyai tugas untuk mempertahankan integritas wilayahnya
terhadap tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan (TAHG) baik yang datang dari
dalam maupun dari luar.46 Upaya negara mempertahankan integritas wilayah, antara lain
dilakukan melalui pengembangan doktrin atau konsep-konsep pertahanan tertentu.
Selanjutnya Hausshofer mengatakan juga bahwa Geopolitik mengandung
pengertian yaitu:
a) Suatu doktrin kekuasaan negara di atas permukaan bumi, suatu doktrin perkembangan politik yang didasarkan atas hubungannya dengan bumi.
b) Ilmu pengetahuan yang mempelajari organisme politik dalam hubungannya dengan ruang bumi.
44
A. Harsawaskita, Great Power Politics, Bandung: Graha Ilmu, 2007, hlm. 45. 45
Ibid 46LB. Moerdani, Menegakkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa, Pandangan dan Ucapan Jenderal TNI
(Purn) LB. Moerdani 1988-1991, Jakarta: Yayasan Kejuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman, 1992,
hlm. 51.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
22
c) Landasan ilmiah bagi tindakan politik dalam perjuangan mati hidupnya suatu
negara untuk mendapatkan ruang hidup (lebensraum, living space).47
Haushofer mengatakan bahwa Geopolitik pada hakikatnya merupakan suatu
prasyarat dan harus dipenuhi secara nasional, maka dapat juga disebut sebagai doktrin dasar
suatu negara. Sebagai satu doktrin dasar Geopolitik sendiri mengandung empat unsur
utama, antara lain yaitu:
a) Konsepsi ruang, yang merupakan pengejawantahan dari pemikiran negara
sebagai organisasi hidup.
b) Konsepsi frontier, yang merupakan konsekuensi dari kebutuhan dan
lingkungan hidup.
c) Konsepsi politik kekuatan, yang menerangkan tentang kehidupan negara. d) Konsepsi keamanan negara dan bangsa, yang kemudian melahirkan
geostrategi.48
Konsep Haushofer yaitu ruang merupakan inti dari Geopolitik, sebab ruang
merupakan suatu wadah atau tempat dinamika politik dan militer. Dengan demikian,
sesungguhnya Geopolitik merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang mengaitkan
ruang dengan kekuatan fisik, di mana pada kenyataannya kekuatan politik selalu
menginginkan penguasaan ruang dalam arti ruang pengaruh, atau sebaliknya,
penguasaan ruang secara de facto dan de jure merupakan sebuah legitimasi dari sebuah
kekuasaan politik. Intinya, apabila ruang pengaruh diperluas maka akan ada yang
diuntungkan dan ada yang dirugikan, dan kerugian tersebut akan mengakibatkan
menjadi lebih besar lagi apabila hal itu dicapai melalui perang.
Geopolitik Indonesia merupakan suatu kajian yang melihat masalah atau
hubungan internasional dari sudut pandang ruang atau geosentrik. Konteks teritorial di
mana hubungan itu terjadi bervariasi dalam fungsi wilayah dalam interaksi, lingkup
wilayah, dan hirarki aktor: dari nasional, internasional, sampai benua-kawasan, juga
provinsi atau lokal. Geopolitik adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah
47Widoyo Alfandi, Reformasi Indonesia Bahasan dari Sudut Pandang Geografi Politik dan Geopolitik ,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2002, hlm. 8-9. 48Ratzel, ditulis di dalam buku RM. Sunardi, Op.Cit., hal. 168.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
23
geografi, sejarah dan ilmu sosial, dengan merujuk kepada percaturan politik
internasional. Geopolitik mengkaji makna strategis dan politis suatu wilayah geografi,
yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah tersebut. Geopolitik
mempunyai empat unsur pembangun, yaitu keadaan geografis, politik dan strategi,
hubungan timbal balik antara geografi dan politik, serta unsur kebijaksanaan. Keempat
unsur tersebut dapat menjadikan sarana bagi pengembangan geopolitik bagi Indonesia
yang terdiri dari beribu-ribu pulau, sehingga potensi pulau-pulau tersebut dapat
dimanfaatkan dan dijaga dari gangguan negara lain yang ingin mengklaimnya agar
dapat masuk ke dalam wilayahnya dan supaya kasus lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan tidak
terulang kembali.
Negara tidak akan pernah mencapai persamaan yang sempurna dalam segala hal.
Keadaan suatu negara akan selalu sejalan dengan kondisi dari kawasan geografis yang
mereka tempati. Hal yang paling utama dalam mempengaruhi keadaan suatu negara adalah
kawasan yang berada di sekitar negara itu sendiri, atau dengan kata lain, negara-negara
yang berada di sekitar (negara tetangga) memiliki pengaruh yang besar terhadap
penyelenggaraan suatu negara. Geopolitik dibutuhkan oleh setiap negara di dunia, untuk
memperkuat posisinya terhadap negara lain, untuk memperoleh kedudukan yang penting di
antara masyarakat bangsa-bangsa, atau secara lebih tegas lagi, untuk menempatkan diri pada
posisi yang sejajar di antara negara-negara raksasa dengan cara mengembangkan strategi
geopolitik bagi kepentingan nasional untuk menjaga stabilitas nasional dan internasional.
Hal ini berkaitan langsung dengan peranan -peranan geopolitik. Adapun peranan-peranan
tersebut adalah;
1. Berusaha menghubungkan kekuasaan negara dengan potensi alam yang tersedia. 2. Menghubungkan kebijaksanaan suatu Pemerintahan dengan situasi dan kondisi alam.
3. Menentukan bentuk dan corak politik luar dan dalam negeri. 4. Menggariskan pokok-pokok haluan negara, misalnya pembangunan.
5. Berusaha untuk meningkatkan posisi dan kedudukan suatu negara berdasarkan teori negara sebagai organisme, dan teori-teori geopolitik lainnya.
6. Membenarkan tindakan-tindakan ekspansi yang dijalankan oleh suatu negara.
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
24
Indonesia merupakan suatu negeri yang amat unik. Hanya sedikit negara di
dunia, yang bila dilihat dari segi geografis, memiliki kesamaan dengan Indonesia.
Indonesia adalah suatu negara, yang terletak di sebelah tenggara benua Asia,
membentang sepanjang 3,5 juta mil, atau sebanding dengan seperdelapan panjang
keliling bumi, serta memiliki tak kurang dari 17.000 pulau. Hal tersebut merupakan
suatu kebanggaan dan kekayaan, yang tidak ada tandingannya lagi di dunia ini. Tapi
bila dipikirkan lebih jauh, hal ini merupakan suatu kerugian tersendiri bagi bangsa dan
negara Indonesia. Indonesia terlihat seperti pecahan -pecahan yang berserakan.
Indonesia dapat dikatakan sebagai sebuah negara yang amat sulit untuk dapat
dipersatukan. Maka, untuk mempersatukan Bangsa Indonesia, diperlukan sebuah
konsep Geopolitik yang benar-benar cocok digunakan oleh negara.Ada beberapa jenis
kondisi geografis bangsa Indonesia. Yaitu kondisi fisik serta kondisi Indonesia ditinjau
dari lokasinya. Kondisi fisik Indonesia berupa:Letak geografis; Posisi Silang; Iklim;
Sumber-Sumber Daya Alam; dan Faktor-Faktor Sosial Politik. Lokasi fisik Indonesia
merupakan kondisi geopolitik yang kedua. Keberadaan lokasi adalah faktor geopolitik
utama yang mempengaruhi perpolitikan di Indonesia. Berdasarkan kondisi fisiknya,
negara Indonesia berada pada dua benua yang dihuni oleh berbagai bangsa yang
memiliki karakteristik masing-masing, yaitu benua Asia dan Australia. Selain itu,
Indonesia pun berada di antara dua samudera yang menjadi jalur perhubungan berbagai
bangsa, yaitu Samudera Pasifik dan Hindia.
Selain menjadi daerah Bufferzone, Indonesia pun memperoleh beberapa
keuntungan disebabkan kondisinya yang silang tersebut. Tiga keuntungan tersebut antara
lain:
1. Berpotensi menjadi jalur perdagangan internasional; 2. Dapat lebih memainkan peranan politisnya dalam percaturan politik
internasional;
3. Lebih aman dan terlindung dari serangan-serangan negara kontinental.
Dalam permasalahan sengketa kepemilikan Pulau Sipadan-Ligitan sebenarnya
tidak terlepas dari isu ekonomi banyaknya potensi kandungan minyak dan gas bumi di
Laut Sulawesi. Potensi hidrokarbon itulah yang menjadi salah satu faktor pendorong
Universitas Indonesia
Kegagalan formulasi..., Kurniawan Setyanto, FISIP UI, 2012
25
Malaysia mengklaim perairan teritorial dan ZEE Indonesia di Laut Sulawesi pasca
lepasnya Pulau Sipadan-Ligitan. Konsep dasar peperangan generasi keempat adalah
sikap politik yang lebih kuat dapat mengalahkan kekuatan ekonomi dan militer yang
lebih besar. Dengan kata lain, peperangan generasi keempat karakteristiknya bersifat
politik, berkepanjangan (protracted) dan terhubung dalam jaringan (networked).
Sebagian pihak berpendapat bahwa dalam peperangan generasi keempat, musuh yang
dihadapi bukan saja aktor bukan negara, tetapi dapat pula aktor negara yang
menggunakan cara-cara non tradisional untuk mengalahkan musuh yang lebih kuat.
Cara-cara non tradisional yang dimaksud antara lain adalah ekonomi, diplomatik, cyber, media
dan lain sebagainya.
1.5.3.1 Teori Geopolitik Hans J. Morgenthau
Geopolitik dapat diartikan sebagai politik atau kebijakan dan strategi nasional
yang didorong oleh aspirasi nasional suatu negara, yang apabila dilaksanakan dan
berhasil akan berdampak langsung atau tidak langsung kepada sistem politik suatu
Negara. Geopolitik setiap negara membutuhkan suatu perlindungan dari sistem
pertahanan negara, oleh karena itu sistem pertahanan negara, demokrasi, politik,
ekonomi dan hukum