28

Lilin Magazine Edisi Desember 2014

Embed Size (px)

DESCRIPTION

"Kerja.. kerja... kerja.." demikian tahun 2014 akan berlalu segera. Apa yang menjadi bagian dari evaulasi bagi setiap personal dan komunitas adalah daya kerja dan dampak yang diperoleh dari sebuah pekerjaan. Tahun 2015 akan tiba dengan normal, namun pertanyaan dan kegiatan akan kembali muncul. Kerja..kerja dan Kerja, mungkin sebagian orang merasa itu adalah hal yang membosankan namun itulah realitas, kerja adalah bagian dari hidup. Kerja adalah ibadah dan semua itu demi cinta kepada kehidupan. Edisi ini juga mengajak kita mengulas secara ringkas, perjalanan Indonesia dalam tahun 2014 dalam kaledoskop 2014. Semoga kita siap menyongsong tahun baru 2015. Salam hangat dari kerabat Lilin Magazine. God Bless us

Citation preview

1 | Catatan Ringan, perjalanan Lilin Magazine

3 | Menuju Kanaan Kita Masing-masing

5| AHOK : Mati adalah Keuntungan

9| TAHUN KEBANGKITAN HARAPAN

11| KOTA ASAP

18 | MENGUBAH AMBISI DUNIAWI MENJADI AMBISI ILAHI

21 | SURAT SEORANG ANAK KEPADA AYAH

24 | CINTA DAN KERJA

M E N U K I T A

“MENGAKUI DAN MERASAKAN PENYERTAAN TUHAN DALAM KEGAGALAN DAN PERJUANGAN KITA.”

Keluaran 12: 40 mengatakan, lamanya bangsa Israel diam di Mesir adalah empat ratus tigapuluh tahun. Dalam kurun waktu tersebut bangsa Israel diam di Mesir sebagai budak dan menunjukkan proses adaptasi dalam seluruh aspek kehidupan mereka...

Dalam suatu acara talk show di salah satu televisi swasta, Basuki Tjahaja Purnama dengan santai

mengatakan bahwa mati adalah keuntungan.

Tahun 2014 oleh banyak pihak disebut sebagai tahun politik. Bukan tanpa alasan, sebab di tahun ini negara kita

mengadakan hajatan politik yang besar, yakni pileg dan pilpres...

Di suatu pagi yang cerah, tapi nggaK seperti hati seorang ayah yang memeriksa kamar puteri yang terlihat sangat rapi..(tumben, batin ayahnya) dan menemukan sepucuk

surat di atas tempat tidur dengan amplop bertuliskan “Untuk Ayahanda tercinta” .

Hari sudah malam. Gelap dan dingin sangat terasa menge-lus tubuhku. Entah kenapa pertanyaan temanku sore itu masih saja terngiang. Apa yang kamu tau tentang CINTA?

Demikian perkataan itu hadir berulang ulang.

Paulus berkata kepada Timotius, “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkata-anmu, dalam tingkahlakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam ke-

murniaanmu” (1Timotius 4:12).

You See in life, lot of people know what to do. But few people actually do what they know.Knowing is not enough, you must take action !

Anthony Robbins

Pemimpin Umum : Shemy Saragih Sekretaris Redaksi : Nony Sinaga, SS Lestari Samosir, S.Pd.

Redaksi :Michael Naibaho, A.Md |Roy Hutasoit, SS | Azis Matondang, SS |

Kontributor :Kristinaa Tarigan, S.I.Kom. | Ediatur Pane, S.Si.|Theresia Sipanggkar, SPd. | Lia Simangunsong |Denata Rajagukguk | Elhine Lumbantoruan | Firmansyah Tarigan | Fritz Tampubolon |

W e b s i t e : w w w. l i l i n m a g a z i n e . c o mR e d a k s i : l i l i n m a g a z i n e @ g m a i l . c o mD i t e r b i t k a n o l e h : L i l i n I n s t i t u t eM e d a n 2 0 1 4 S u m a t e r a U t a r a , I n d o n e s i a

Penelitian dan Pengembangan Zakharia Ginting, SS

Puji Tuhan, trima kasih atas segala rahmat dan kepercayaanNnya.

Lilin kita masih bisa meyala, dikala terasa sedang kehabisan sumbu untuk dikurbankan. Tampaknya memang kelelahan berhasil mengelabui, manakala godaan-godaan kembali mengaburkan semangat mecapai visi. Tapi itu sudah berlalu.

Benar kata para “tetua” yang muda itu cenderung berubah-ubah. Namun hanya dua perubahan yang paling mendasar itu, kalau tidak berubah menjadi pecundang maka ia akan berubah menjadi pejuang yang terus bertahan dan mengejar cita-cita.

Berubah menjadi pecundang berarti meninggalkan visi dan tujuan yang telah ditetapkan lalu mengeluh mundur dan mundur mencari lagi. Di saat yang lain terus berlari hingga mendekati garis finish, ia masih saja bersungut-sungut mencari dan mencari hingga berlarut dalam “umpatan”. Menyalahkan keadaan dan diri sendiri.

Berubah menjadi pejuang sejati, berarti berpegang teguh pada kekuatan pundasi dan tujuan. Melangkah maju dengan perhitungan dan daya yang lebih matang.

Sesungguhnya bukan indahnya impian yang membuat kita meraihnya. Bukan pula mulianya cita-cita yang menjamin kita mencapainya. Bukan pula hebat-

nya kita yang sehingga mampu men-daki ke puncak.

Nyatanya kesungguhan untuk mencapai tujuan apa pun itu, lebih berharga dan mulia dari yang kita dapat itu. Dari sebuah proses, kita menyadari dan mempelajari banyaknya berkat dan kuasa Tuhan dalam menemani perjalanan susah senangnya hidup kita.

Mendapati diri bersama Tuhan dalam perjuangan yang getir lebih terasa in-dah daripada sampai pada tujuan tan-pa merasakan kesetiaan dan kekuatan Tuhan.

Tuhan tetap ada dalam kesusahan kita, pula halnya di sekitar kesenangan kita, namun semua itu akan berbeda dari cara kita memandangan dan meyakini.

Jangan lupa, kesusahan dan kebaha-giaan hidup di dunia juga pernah di-alami Tuhan Jesus Kristus. Jika Tuhan Sang Raja saja iklas berjuang, kenapa kita tidak?

Dengan doa dan dukungan teman-te-man kita, mari terus melangkah maju dan berbenah diri.

Salam Penuh Semangat Maju... Sebagai pengikut Kristus kita mesti merasakan pengalamanNya di bumi ini.

# Kristen Pejuang Sejati

Mengakui Tuhan, dan merasakan Penyertaan Tuhan Dalam Kegagalan dan Perjuangan Kita

Catatan Ringan

1www.lilinmagazine.com

Keluaran 12: 40 mengatakan, lamanya bangsa Israel diam di Mesir adalah empat ratus tigapuluh tahun. Dalam kurun waktu tersebut

bangsa Israel diam di Mesir sebagai budak dan menunjukkan proses adaptasi dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Budaya, bahasa, cara dan pola berpikir, kebiasaan dan peraturan hidup, kesenian bahkan makanan mereka telah sama atau hampir sama dengan orang Mesir. Itu artinya, ciri bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah tidaklagiterlihatdalam kehidupan mereka, sampai akhirnya Tuhan berfiman kepada Musa agar membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir menuju Tanah Kanaan yang berlimpah-limpah susu danmadunya. Tapi ada satu hal menarik yang menurut pemikiran manusiawi sangat tidak rasional disuruh Tuhan kepada Musa agar membawa bangsa Israel menuju Tanah Kanaan melalui jalan padang gurun sehingga waktu yang mereka butuhkan untuk sampai di Tanah Kanaan adalah empatpuluh tahun, padahal jika lewat jalan biasa, Musa dan bangsa Israel hanya membutuhkan waktu lebih kurang 25 hari.Apa alasan Tuhan menuntun bangsa Israel menuju Tanah Kanaan melalui padang gurun? Setidaknya ada3 alasan Tuhan membawa bangsa Israel menuju Tanah Kanaan melalui padang gurun, yaitu:1. Proses Pelatihan MentalJalan padang gurun yang disiapkan Tuhan kepada bangsa Israel menuju Tanah Kanaan adalah untuk melunturkan gaya hidup mesir

yang sudah tertanam dalam kehidupan mereka. Tuhan menginginkan bangsa Israel hidup dengan gaya sebagai bangsa pilihan Tuhan.2. Proses MengenalTuhandan KuasaNyaMenaklukkan Tanah Kanaan adalah sebuah mission impossible bagi bangsa Israel tanpa pertolongan Tuhan. Jalan padang gurun dimaksudkanTuhan agar bangsa Israel boleh mulai mengalami kuasa dan mujizat dari Tuhan. Mulai dari laut Teberau yang terbelah menjadi dua, roti manna, tiang awan dan tiang api, kesembuhan melalui tongkat Musa dan munculnya mata air di Mara. Kesemuanya itu dimaksudkan Tuhan agar bangsa Israel menyadari bahwa kehadiran Tuhan sanggup membawa mereka menaklukkan Tanah Kanaan.3. Proses Pemulihan Jati Diri RohaniMasa 40 tahun menempuh jalan padanggurun dimaksudkan Tuhan sebagai masa untuk membongkar balik pemikiran bangsa Israel dari pemikiran sebagai budak menjadi pemikiran seorang penakluk yang punya kuasa, yaitu kuasaTuhan. Selama di padang gurun, Tuhan mengajari bangsa Israel untuk hanya bergantung kepada Tuhan atas kelangsungan hidup mereka.Tuhan mengajari bangsa Israel bahwa pemeliharaan hidup mereka adalah hanya karena Tuhan.

Dari seluruh rentetan perjalan bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Kanaan kita dapat melihat dari Alkitab bahwa generasi pertama bangsa Israel yang keluar dari Mesir tidak pernah

MENUJU “KANAAN”KITA MASING MASING

MENUJU “KANAAN”KITA MASING MASING

MENUJU “KANAAN”KITA MASING MASING

MENUJU “KANAAN”KITA MASING MASING

Oleh Zakharia Ginting, S. S.

3www.lilinmagazine.com

menginjakkan kakinya sampai ketanah Kanaan. Semua akhirnya mati di padang gurun.Dari keadaan ini kita dapat mengerti bahwa padang gurun hanya memberikan 2 pilihan yaitu, setia mengikuti proses pembentukan Tuhan dan hanya bergantung pada kuasaNya yang tidak terbatas atau hidup kita akan berputar-putar dan terjebak di padang gurun selama-lamanya.Dalam kehidupan sekarang, Mesir adalah perlambangan dunia kita masing-masing. Dunia yang dipenuhi dengan perbudakan dosa, hawa nafsu, dan semua kecemaran yang tidak diinginkan Tuhan.Roma 3: 23 mengatakan, Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Tapi kelahiran Yesus sebagai penebus dosa dan juruslamat manusia adalah satu-satunya jalan untuk berdamai kembali dengan Bapa. Efesus 1:7 mengatakan, Sebab di dalam Dia dan oleh darahNya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karuniaNya.Tujuan Tuhan membebaskan kita dari perbudakan Dosa adalah untuk membawa kita kepada kehidupan yang baik, penuh berkat dan mujizat, kehidupan yang menjadi berkat dan saluran keselamatan bagi orang yang terhilang serta menjadi bagian dari kerajaan Sorga yang kekal, dan itulah perlambangan Tanah Kanaan kita sekarang. Sama seperti bangsa Israel yang harus melewati padang gurun sebagai tempat pembentukan karakter sebelum sampai di Tanah Kanaan, kita juga pasti melewati masa-masa pencobaan atas iman dan komitmen kita untuk terus hidup di jalan Tuhan.Berjalan

bersama Tuhan adalah satu-satunya pilihan agar tidak berputar-putar di padang gurun dan tidak sampai kepada maksud dan tujuan indah yang sudah Tuhan siapkan untuk kita. Ketika kita telah menyadari hal itu, kita harus terus bersiap untuk dibentuk menjadi seperti yang diinginkan Tuhan agar kehidupan kita menggambarkan kehadiran Allah itu sendiri dan bercahaya bagikemulianNya.Untuk itulah Tuhan memanggil kita dari perbudakan dosa yaitu menjadi terang untuk kemulianNya.Berjalan bersama Tuhan dan tetap bersandar pada firmanNya adalah gaya hidup kita untuk melewati masa-masa pencobaan dan tetap membiarkan pertolonganNya menopang kita. Biarlah di akhir tahun 2014 ini kita masih dapat menyadari bahwa penebusan dosa kita adalah jalan untuk mendapatkan kemuliaan Allah dan tetap bersyukur atas karya keslamatan yang diberikanNya untuk kita. Lebih dari itu, biarlah kita tetap memandang kepada hidup yang kekal yang harus dipersiapkan dari sekarang dan tidak hanyut oleh keadaan dunia.Akhir kata, tetaplah memandang kepada tujuan Tuhan dalam hidup kita dan membiarkan Dia bekerja dalam hidup kita dan menuntun kita melewati masa-masa sukar sekalipun.

Selamat hari Natal 25 Desember 2014 dan semangat menyonsong tahun baru 1 Januari 2015 yang lebih luar biasa dalam Tuhan.

Salam kasih,

3 www.lilinmagazine.com

Pemimpin Preman, Pemimpin Pelayan

AHOK : MATI ADALAH KEUNTUNGAN

OLEH MIKAEL NAIBAHO, AMD

5

Dalam suatu acara talk show di salah satu televisi swasta, Basuki Tjahaja Purnama

dengan santai mengatakan bahwa mati adalah keuntungan. Ketika itu si pembawa acara bertanya apakah pria yang disering disapa Ahok itu, tidak takut bila ‘lawan-lawannya’ merealisasikan ancaman-ancaman yang sering diterimanya.

Bagi orang yang belum pernah mendengar kutipan itu, pasti akan bingung, takjub, ataupun sinis. Bagaimana tidak, seseorang yang belum tahu kemana kelak dia berlabuh setelah mengarungi kehidupan ini, begitu yakin mengatakan bahwa ketika dia berhenti mendayung perahu waktu, itu adalah sebuah keuntungan.

Tetapi bagi mereka yang pernah mendengar, bisa jadi perkataan pemimpin Ibukota tersebut meneguhkan keyakinan. Sebab, rentetan kata itu tertulis dalam surat rasul Paulus kepada jemaat di Filipi : “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”

Secara tak langsung, Pak Ahok mengatakan bahwa dia telah hidup sepenuhnya dalam Kristus. Ini merupakan suatu pengakuan iman yang tegas dan berani, di tengah arus gelombang pemikiran yang mempertanyakan relevansi ajaran Kristus dengan kehidupan sehari-hari di zaman ini. Pertanyaannya, seberapa besar ajaran Kristus mempengaruhi gaya kepemimpinan beliau?

DOSA AHOK : MEMBENCI DOSA

Gaya kepemimpinannya mengundang polemik. Ketegasannya – yang bagi sebagian orang terkadang dinilai melampaui batas – membuatnya menuai puji juga kritik. Tapi beliau tak mundur menjadi tak berkutik. Keteguhannya, saat ini sangat jarang ditemui di dunia politik.

Namun keteguhan itu dinilai banyak pihak akan menjadi ‘senjata makan tuan’ bagi beliau. Seperti yang sering dikatakannya dalam berbagai kesempatan, kehadirannya tidak disukai karena banyak pihak yang kehilangan ‘sumber penghasilan’ dari kesembrautan dan ketidakjelasan birokrasi di DKI Jakarta. Sebagai contoh, sebut saja uang parkir yang selama ini dikelola swasta/organisasi tertentu yang bekerja sama dengan oknum dipemerintahan – yang mengakibatkan Pendapatan Asli Daerah dari sektor ini menguap begitu saja tanpa masuk ke APBD DKI Jakarta – oleh Pak Ahok mulai dibenahi. Para ‘mafia’ itu pun mulai meradang.

Ketegasannya juga kerap diartikan sebagai keangkuhan. Gaya bicara yang ceplas-ceplos sering disebut tak santun. Banyak pihak yang kemudian menolaknya menjadi Gubernur setelah Pak Joko Widodo resmi menjadi presiden terpilih sampai akhirnya dilantik. Namun itu tak mengubah gaya kepemimpinannya. Dalam satu kesempatan, beliau mengatakan “saya tak membenci orangnya, tetapi perbuatannya”

Perkataan tersebut sekaligus menegaskan, meskipun kerap memarahi ‘anak buahnya’ – bahkan di muka umum – beliau sebenarnya

www.lilinmagazine.com

Atau mungkin, benar kelakar seniman Butet Kertaredjasa “Ahok punya 2 dosa : sudah tionghoa, Kristen lagi”

““

6

bukan terdorong sentimen atau kepentingan pribadi. Tetapi oleh ‘ketidakbecusan’ kinerja pribadi orang tersebut dalam tim kerja yang dipimpinnya.

Namun ‘kebiasaan’ itu kini digunakan ormas tertentu untuk menolaknya menjadi gubernur. Dalam daftar dosa Pak Ahok yang mereka gunakan sebagai alasan untuk menolaknya, tercantum ‘dosa’ perkataan yang menghina banyak masyarakat. Bukan hanya warga DKI Jakarta, tetapi – mereka mengklaim – juga Indonesia.

Tetapi siapakah yang ber-hak menghakimi seseorang akan dosanya?

Mengenai ‘marah-marah’ di muka umum atau bahkan disebarkan melalui video di internet, mungkin Pak Ahok terinpirasi kutipan injil tentang menasihati sesama saudara : “Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai” (Matius 18:17)

Atau mungkin, benar kelakar seniman Butet Kertaredjasa “Ahok punya 2 dosa : sudah tionghoa, Kristen lagi”

DEMI RAKYAT UNTUK TUHAN

Pada tahun 2013, Pak Ahok menerima penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award untuk kategori pimpinan daerah. Dewan juri menilai, Ahok merupakan figur yang bersih, transparan dan profesional. Selain itu, beliau juga kerap mengusulkan agar para pejabat melakukan pembuktian terbalik atas harta kekayaannya.

Penghargaan dan usulan tersebut seakan

mengatakan, Pak Ahok benar-benar mengerti bahwa korupsi dan keserakahan adalah penyebab segala ‘penderitaan’ negeri ini. Tampak jelas, beliau ingin membangun pemerintahan yang bersih namun tak mengurangi kualitas pelayanan untuk masyarakat.

Dalam berbagai kesempatan, beliau kerap mengatakan bahwa semua yang dilakukannya untuk kesejahteraan dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bukankah perbuatan itu juga untuk Tuhan?

“Dan Raja itu akan menjawab mereka : aku berkata padamu, sesungguhnya segala sesuatau yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Matius 25 : 40)

Banyak masyarakat berharap akan lahir lagi pemimpin yang berani, bersih dan jujur seperti Pak Ahok. Juga tak ketinggalan, mereka berdoa agar beliau sehat selalu dalam menjalankan tugasnya. Mungkin mereka juga harus yakin pada apa yang dikatakan dalam kitab Amsal : “Seorang pemimpin yang tidak mempunyai pengertian keras penindasannya, tetapi orang yang membenci laba yang tidak halal, memperpanjang umurnya”

“Kita harus berani keluar tinggalkan zona nyaman. Bukan sebaliknya mengatasnamakan Tuhan tetapi menikmati hidup atas penderitaan rakyat miskin. Menjalankan fungsi ‘kenabian’ untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan sekalipun dengan resiko ditolak. Bahwa jika kepalanya lurus maka yang dibawahnya tidak berani untuk tidak lurus” Basuki Tjahaja Purnama.

www.lilinmagazine.com

7

Komputer generasi awal, bandingkan dengan apa yang anda punya saat ini,

“Thanks for all inventor, that give their best work.so now let use it and do more best work”

THE ART OF WRITING IS THE ART OF DISCOVERING

WHAT YOU BELIEVE

= GUSTAVE FLAMBERT =

8 www.lilinmagazine.com

Tahun 2014, tahun politik bagi Indonesia, sekaligus tahun yang

penuh gejojak massa, dari sisi ekonomi dan tata kelola “kemaslahatan” hidup orang banyak. Salah satu yang paling menentukan masa depan Indonesia adalah momentum Pilpres. Mengapa banyak pihak yang meragukan keberhasilan penyelenggaraan pemilu itu?

Bangsa kita diklaim belum siap untuk ber-demokrasi. Itu yang menjadi alasan utama beberapa pihak tersebut. Meski ukuran kesiapan ‘berdemokrasi’ tidak mutlak, klaim itu ternyata dapat melahirkan ‘ketakutan’ pada masyarakat luas. Maraknya politik uang dan begitu mudahnya disulut provokasi, menjadi kalimat pembenaran untuk klaim itu.

Tetapi kenyataan yang tertuliskan dalam kaleidoskop ini, akan melenyapkan ketakutan

masyarakat.Dimulai pada tanggal 14 maret 2014, saat Pak Jokowi ditetapkan sebagai capres, tanggapan positif bermunculan. Selain pasar yang merespon positif yang ditandai dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melejit, rupiah pun menguat. Menurut Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto, Itu semua karena gairah baru lantaran ada ekspektasi yang lebih baik.

Di sisi lain memang, lawan politik kubu Jokowi menganggap pernyataan yang mengatakan IHSG yang melejit dan rupiah yang menguat akibat pencapresan jokowi, terlalu berlebihan. Namun perdebatan itu hanya bisa terjadi di media. Dalam kenyataan, yang membuktikan adalah Pemilihan Legislatif.9 april 2014, pilihan pun dijatuhkan. Hasilnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan – partai yang mengusung Joko Widodo

TAHUN KEBANGKITAN HARAPAN

KALEIDOSKOP 2014

9 www.lilinmagazine.com

– memimpin perolehan suara. Terlepas dari nama besar partai, masyarakat akan dengan cepat menyetujui bahwa Jokowi Effect memang nyata.

Setelah pileg, ‘pertarungan’ memperebutkan kekuasaan di negeri ini dilanjutkan dalam panggung pilpres. Tanpa pernah disangka sebelumnya, capres dan cawapres hanya ada 2 pasang. Polarisasi dua kubu ini pun merambah ke masyarakat. Dari media sosial, media cetak maupun elektronik, kita ketahui bahwa pertarungan dua capres dan cawapres juga memanas di akar rumput.

Perdebatan mewarnai negeri ini pada masa kampanye. Mulai dari perdebatan bermartabat sampai debat kusir. Mulai dari debat yang panas namun berakhir damai sampai pada debat yang menelan korban. Namun masa itu terlewati tanpa ada kerusuhan yang berarti, yang mengganggu keamanan nasional.

Sampai pada akhirnya, Pilpres pun digelar. Dan seperti yang sudah diprediksi banyak pihak,

pasangan Jokowi-JK meraih kemenangan. Tetapi ‘ketakutan’ akan keamanan yang terganggu, sedikit terwujud. Pasangan yang kalah, menuding ada kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif dalam pilpres. Keadaan itu diperkeruh oleh pemberitaan pemenang pilpres oleh media yang berbeda.Namun perselisihan itu juga dapat teratasi dengan baik. Masyarakat menunjukkan kedewasaan berdemokrasi dengan mengandalkan konstitusi. Sengketa pilpres utuh diserahkan pada Mahkamah Konstitusi.Dan setelah sidang yang panjang, Jokowi-Jk ditetapkan sebagai pemenang yang sah. Pesta rakyat pun digelar setelah pelantikan presiden. Ketakutan seutuhnya pun sirna setelah kedatangan pasangan yang kalah saat pelantikan. Rakyat menang, tenang, dan penuh harapan.

Terlepas dari tuduhan banyak pihak bahwa Pak Jokowi adalah figur titipan ‘pihak asing’, kita patut bersyukur sebab terpilihnya beliau menjadi presiden membangkitkan harapan anak bangsa. Harapan untuk hidup di Indonesia yang lebih baik.

10

Asap menyambut ketika pertama kali kakiku bersentuhan dengan tanah di kota ini. Dengan saksama kutatap,

udara seperti telah menyatu dengan asap. Sesaat, rasa senang yang menyelimuti hidupku selama seminggu terakhir, lenyap. Melayang entah kemana. Sesak menguasai dada. Perih mencengkeram mata.

Aku bahagia karena akhirnya dapat kerja. Bahkan bahagia itu tak terhingga sebab gaji yang kuterima, per bulannya lebih dari 8 juta. Namun jika keadaan seperti ini, uangku itu kelak tak berguna.

Bisa kubayangkan bagaimana nantinya pa-ru-paruku : berubah menjadi kelabu, penuh debu, akhirnya berhenti bekerja – mem-beku. Seperti warna dedaunan pohon di sekeliling terminal bandara ini : yang tak hi-jau lagi karena ditutupi pekatnya asap ; Yang tak bisa lagi dengan leluasa menikmati ca-haya ; Yang tak bisa lagi dengan mudah men-gubah karbondioksida menjadi karbohidrat.

Ah… menyakitkan!

Spontan, rasa sesal singgah di benakku. Tak sanggup aku membayangkan menghabis-kan sisa usia dengan menghirup asap. Atau jangan-jangan, asap yang akan membawaku menghadap Sang Esa?

Tiba-tiba, terbersit niat untuk kembali ke kampung halaman. Di sana udaranya segar, membuat hidup tenteram dan nyaman. Tetapi mengingat besarnya tekanan hidup saat menyandang predikat pengangguran, niat itu cepat-cepat kubuang. Kuanggap ini sebagai rintang penghalang jalan. Dapat melaluinya, juga merupakan sebuah kesuk-sesan.

Meski berat, kupaksakan kaki melangkah. Meski mata tak bebas menatap ke berbagai

arah, seonggok besi bermesin lamat-lamat terlihat berwarna merah darah. Terparkir, di sebuah sudut bandara.

“Bisa mengantarkanku ke hotel terdekat, Pak?” tanyaku pada seseorang yang berdiri tak jauh dari besi bermesin itu. Dari sera-gam yang dia kenakan, aku yakin dia penge-mudinya. Aku ingin cepat-cepat ke hotel. In-gin secepatnya menghirup udara yang segar. Sebab kuyakin, dengan teknologi tinggi, pi-hak hotel akan membuat nyaman pelang-gannya dalam situasi seperti ini.

“Tentu” jawabnya seraya menyibak sapu tangan yang menutupi setengah wajahnya. Dia membukakan pintu dan mempersilah-kanku masuk. “Selamat datang di kota asap” tutupnya dengan senyum sinis terbentuk di sudut bibirnya.

Kuperhatikan dia. Gelagatnya mirip seorang pengamat yang sering tampil di televisi.

“Bencana ini bukan yang pertama kali. Ke-napa datang ke kota ini?” Pak supir langsung menyerangku dengan pertanyaan, sesaat setelah dia duduk dibelakang kemudi.

“Urusan pekerjaan, Pak” jawabku. “Kena-pa banyak asap, Pak” buruku sebelum dia bertanya banyak tentang pekerjaanku. Aku tidak mau berbicara banyak tentang peker-jaan yang sama sekali tidak pernah terbay-angkan sebelumnya. Apalagi dengan orang yang tidak kukenal sama sekali.

Dia berdesah. “Orang-orang membakar hutan untuk membuka lahan perkebunan baru” katanya lemas.

Jawaban itu sebenarnya sudah kutebak se-belumnya. Tidak susah untuk menebak, karena media sudah sering memberitakan-nya. Yang jarang diberitakan adalah siapa

KOTA ASAP

11

C e r i t a l a h

Oleh Michael Naibaho, A.Md

www.lilinmagazine.com

sebenarnya yang membakar lahan, atau siapa yang ada dibalik bencana ini. mengapa pemer-intah terkesan susah mencegahnya?

Tak berapa lama kemudian, pandang kami me-nyatu dalam kaca spion. Entah melihat apa dalam ekspresiku, Pak supir yang berbadan be-sar dan berkulit sawo matang itu, melanjutkan bicaranya “Kalau untuk diri sendiri, mungkin kita masih bisa mentolerir. Mungkin kebutuhan hidupnya sudah mendesak. Tetapi kalau untuk pengusaha, untuk para kaum kapitalis, itu yang membuat miris. Saat asap mengepung, mung-kin mereka sedang bersantai menikmati liburan di puncak gunung”

Mirip seorang pengamat yang menghafal ban-yak data akurat, sang pengemudi kemudian dengan cepat mengurai satu per satu kerugian akibat asap yang mengepung kota.

Hatiku teriris. Miris.

Kerugian yang dia ungkap, sudah pernah kami bahas ketika aku masih mahasiswa. Pepohonan yang digantikan tanaman sawit, dengan send-irinya mengganti hutan menjadi kebun sawit. Inilah salah satu penyebab kerusakan hutan. Hutan yang didalamnya terdapat beranekara-gam jenis pohon dirubah menjadi tanaman mo-nokultur, menyebabkan hilangnya biodiversitas dan keseimbangan ekologis di areal tersebut.

Beberapa jenis satwa yang menjadikan hutan sebagai habitatnya akan berpindah mencari tempat hidup yang lebih sesuai. Pembukaan la-han untuk perkebunan kelapa sawit pada areal hutan tropis merupakan salah satu pemicu ter-jadinya kebakaran hutan dan berdampak nega-tif terhadap emisi gas rumah kaca.

“Aku heran, kenapa begitu teganya para pen-gusaha berbuat demikian. Sialnya lagi, sudah tahu itu merugikan banyak orang, masih ban-yak pelamar memburu posisi di perusahaan itu” suara Pak supir membuyarkan kenangan ketika duduk di bangku kuliah.

“Mungkin kebutuhan hidup mereka mendesak, Pak” aku mengembalikan ‘kemungkinan’ yang tadi digunakan Pak supir untuk mentolerir.

Pandangan kami kembali menyatu di kaca spi-on. Entah melihat apa dalam ekspresiku, Pak supir akhirnya terdiam.

Diam kemudian menyelimuti kami sepanjang perjalanan. Asap yang membuat jarak pandang tak lebih dari 200 meter, membawaku seperti sedang berada dalam dunia lain. Aku jadi terin-gat imaji masa kecil tentang perjalanan menuju surga : jalanan serba putih, bersih; malaikat membawaku di atas punggungnya; kami ter-bang dengan kekuatan kedua sayapnya menuju surga.

“Yah… sebagai rakyat kecil, kami tidak bisa ber-buat apa-apa. Sementara pemilik perusahaan tak merasakan sakitnya ini” Pak supir menge-luh. Dari kaca spion, kulihat wajahnya dipenuhi rasa kecewa. “Dari hatiku paling dalam, sesung-guhnya aku ingin berbuat sesuatu untuk men-gakhiri bencana ini” tutupnya ketika taksi yang dikemudikannya memasuki gerbang sebuah hotel berbintang 4.

“Besok, bisa antar aku kembali ke bandara, Pak? jam 7 pagi. Pesawatku berangkat pukul 9.45” tanyaku ketika tumpangan telah berhenti di parkiran.

“Tentu” jawabnya sebelum dia membuka pintu taksi.

Tangan kekarnya kemudian membantuku mem-bawakan koper ke dalam hotel sampai berhenti di depan meja resepsionis. “Bapak bekerja di-mana?”

“Perkebunan” jawabku santai.

Sontak wajahnya berubah 180 derajat. Dia ber-balik arah dengan wajah kecewa.

Tapi aku tak peduli. Walaupun besok dia tidak akan menjemput, masih banyak taksi yang bisa ditumpang.

*

Di dalam kamar hotel yang bersih dan rapi, bay-ang wajah pak supir yang kecewa terus meng-hantui. Entah kenapa. Mungkin karena dulu aku pernah mengaku berpihak pada mereka

12www.lilinmagazine.com

13

yang tersakiti. Berada bersama mereka untuk berjuang melawan tirani.

Ya, aku ingat masa itu. Masa dimana aku masih sangat berani melawan. Masa yang kuimpi-impikan sejak kecil. Masa yang su-dah lama kutinggalkan. Bahkan sekarang aku tak mau kembali pada masa itu.

Untuk melupakan wajah yang terus menggerayangi pikiranku itu, aku men-coba menyibukkan diri dengan membaca koran yang terletak di atas meja. Tetapi bukan keteduhan yang kudapat, malah pilu semakin menjerat. Kabut asap men-gisi semua kolom pemberitaan, mulai dari akibat sampai pada pihak yang harusnya bertanggung jawab. Seluruh sekolah diliburkan. Rumah sakit dan puskesmas penuh akibat melonjaknya pasien yang terserang infeksi saluran pernafasan. Tak seorang pun yang bisa berbuat apa-apa, kecuali berdoa memohon turunnya hu-jan.

Aku seperti sedang diadili. Diadili untuk pilihan bekerja di sebuah perkebunan. Pengadilan itu kemudian membuatku ha-rus merenungkan kembali keputusan.

Selain kehancuran yang telah nyata kuli-hat, aku teringat pada sebuah debat ke-tika masih menjadi seorang pegiat.

‘Bencana Sepanjang Masa’ begitu peny-elenggara memberi tema. Saat itu aku kontra dengan pernyataan itu. Meski demikian, contoh kasus yang mereka pa-parkan memperluas cakrawala berpikirku dan memberiku kekuatan untuk lebih giat lagi.

Kasus itu tentang maraknya alih fungsi hutan menjadi perkebunan. Dan sejak rencana kelahiran sawit, bencana sudah terjadi. Pembebasan lahan menelan ko-rban : penduduk setempat diintimidasi, melawan berarti mati. Terkadang mereka disiksa sampai tak berdaya, hanya untuk sebidang tanah.

Setelah berhasil membebaskan lahan, bencana masih berjalan. Asap menge-pung akibat pembakaran hutan. Mereka yang tak bersalah menderita infeksi sal-uran pernafasan. Tak ada yang bisa di-lakukan, selain berharap belas kasih Tu-han.

Setelah ditanam, bencana masih meng-gerayang. Debit air yang diminum tanah berkurang. Pembangunan perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut, menye-babkan emisi karbon yang dihasilkan dari konversi lahan memerlukan waktu ratu-san tahun untuk proses pemulihan. Maka secara tak langsung, generasi berikutnya telah dibunuh orang yang hidup seka-rang.

Tetapi kini aku malah bekerja di perkebu-nan. Ironi yang sebenarnya sangat me-nyakitkan. Namun tekanan hidup semen-jak lulus kuliah sangat kuat. Aku bahkan tak mampu untuk mengenang saat-saat dimana semua prinsip akhirnya kulepas.

Kini aku tenggelam di dalam lautan ke-bimbangan. Di satu sisi aku tak ingin menjadi serigala bagi orang lain, di sisi lain aku harus bertahan hidup sekaligus membahagiakan orangtuaku.

*

5 menit sebelum berangkat menuju ban-dara, aku belum membuat keputusan meski semalaman terus kurenungkan. Padahal dari jendela kamar, sudah terli-hat pak supir kemarin sedang menung-guku di tempat parkir. Salut!

Dalam kebingungan, kuraih telepon se-lular yang ada di atas kasur. Aku ingin menceritakan semua kepada Mama – kendati aku tahu tidak akan dapat solusi.

“Ma, aku tidak jadi bekerja” aku dengan yakin menuturkan pada Mama meski se-benarnya keputusanku belum bulat.

www.lilinmagazine.com

Dari seberang, kudengar suara mencegat. Dengan cepat Mama menghaturkan nas-ehat. Wanita yang membesarkanku den-gan susah payah, terdengar gundah dari nada suaranya.

“Terlalu banyak yang harus dikorbankan, Ma” debatku. Aku memang belum ya-kin dengan keputusanku, tetapi aku me-mancing agar Mama memberi dukungan. Hanya untuk sebuah alasan, jika kelak ternyata aku salah jalan.

“Semua hal butuh pengorbanan, Nak”

“Tetapi banyak orang, Ma! Generasiku dan generasi berikutnya”

“Terus, setelah tak jadi bekerja, masalah akan selesai?”

“Setidaknya aku tidak turut merusak, Ma”

Hembusan nafas Mama terdengar kalau beliau putus asa “Panjatlah pohon ke-hidupanmu, Nak”

Meski terdengar berat, kuanggap itu se-buah dukungan kuat.

Tanpa mengulur waktu lagi, aku langsung turun menuju pria yang berhasil meng-ingatkanku tentang arti hidup. Bukan melalui kata-kata, tetapi hanya melalui

ekspresi wajah yang dipenuhi harap.

Ya. Sekarang tekadku sudah bulat. Lebih baik mati dengan keyakinan, daripada hidup dalam keraguan.

“Antar aku ke sebuah yayasan atau Lem-baga yang fokus pada lingkungan” pin-taku pada Pak supir, ketika dia membu-kakan pintu taksinya untukku. Aku ingin memulai perjuangan dengan bergabung dengan suatu yayasan atau lembaga.

“Bapak tidak jadi ke bandara?”

“Tidak”

Wajah Pak supir dipenuhi tanda tanya. Dia berdiri terpaku di samping pintu.

“Akan kutunjukkan apa yang bisa dilaku-kan ‘orang kecil’”

Untuk pertama kali sejak bertemu den-gannya di bandara, kulihat senyum mer-ekah di wajahnya.

September 2014,

Saat Pontianak diselimuti asap.

14 www.lilinmagazine.com

Seluruh rekan-rekan Lilin Magazine, Mengucapkan:

Selamat Hari Natal 25 Desember 2014Dan

Selamat Tahun Baru Januari 2015

“Tanpa Anda gelap akan tampak zkuat,Bersama Anda Lilin-lilin yang lain akan semakin

kuat dan terang menyinari jiwa dan hati kita.”

Salam Terang Lilin Magazine

“Born to enlighten”

15

16

MEMBINGKAI AMBISIDUNIAWI MENJADI AMBISI ILLAHI

Oleh Giovanny, SS

17

Paulus berkata kepada Timotius, “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau

muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkahlakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kemurniaanmu” (1Timotius 4:12). Penegasan Paulus bahwa sebagai pemimpin adalah cita-cita yang mulia tetapi biarlah kita menjadi pemimpin yang mengerjakan visi Allah yaitu menjadi garam dan terang ketika visi itu yang kita imani maka tindakan kita akan menjadi teladan bagi orang-orang di sekitar kita baik dalam perkataan, tingkahlaku, hal mengasihi, kesetiaan pada Tuhan maupun pada sesama, kemurnian iman dan hati itu semua akan menjadi gaya hidup kita sehari-sehari. Dengan demikian bukan kita yang mencari jabatan tetapi jabatan yang mencari orang yang seperti kita. Apakah tidak berbahaya menempat orang yang ambisius pada sebuah jabatan?

Shakespeare mengatakan “Cromwell, aku minta padamu, buanglah semua ambisi karena oleh dosa itulah malaikat jatuh; bagaimana dapat manusia, yang merupakan gambar penciptanya, berharap dapat menarik keuntungan daripadanya?”.

Ambisi berasal dari kata latin yang

berarti mengadakan usaha untuk memajukan diri sendiri. Di dalam ambisi ada beberapa tujuan tertentu misalnya, popularitas, supaya dipandang dan diterima orang lain, ingin terpandang diantara orang-orang seangkatannya, supaya dipuji, disenangi orang lain, dan menguasai orang lain. Akibat dari sebuah ambisi orang menjadi serakah, memuaskan dirinya sendiri, dan kecanduan kekuasaan. Orang ambisius menyukai kekuatan yang dapat diberikan oleh uang dan kekuasaan. Keinginan daging seperti ini sangat dicela oleh Tuhan. Jelas ambisi membuat kita cenderung jatuh ke dalam dosa. Dunia bisnis, membuat orang menghalalkan segalah cara seperti menipu dan berusaha mencapai puncak kesuksesan dengan kelicikan. Terlalu banyak artis yang mencari sensasi dan melakukan perbuatan amoral demi sebuah ketenaran di dunia entertaint, para anggota DPR yang seharusnya membelah rakyat tetapi akibat sejak awal ia sudah digerakkan oleh ambisi akhirnya ia lupa janjinya yang ada ia menjadi hamba uang dan diperbudak oleh kekuasaan. Hampir di setiap profesi hal demikian ditemukan. Orang meninggalkan prinsipnya demi kepuasan duniawi.

Pemimpin Kristen tidak akan mencari kedudukan dengan mempromosikan

Ambisi berasal dari kata latin yang berarti mengadakan usaha untuk memajukan diri sendiri, misalnya, popularitas, supaya dipandang dan diterima orang lain, ingin terpandang diantara orang-orang seangkatannya, supaya dipuji, disenangi orang lain, dan menguasai orang lain.

““

www.lilinmagazine.com

18

dirinya. Pemimpin Kristen memiliki motivasi yang murni. Brady Davis mengatakan bahwa tujuan hidupnya adalah mengubah dunia tanpa berkompromi terhadap dirinya sendiri. Sebagai pemimpin kita selayaknya hidup berintegritas dan menjadi teladan dalam setiap perilaku maupun tindakan sehingga dapat mengubah orang-orang disekitar kita.

Standar hidup yang Tuhan tuntut begitu tinggi dibanding tuntutan manusia dimana para pengikut Kristus dapat melampaui para rekan kerja mereka yang bukan orang percaya. KejujuranNya, IntegritasNya, pendidikan, dan KebijaksanaanNya memberi dia konsistensi dan daya tahan untuk menang dalam banyak peperangan dan memahami pelajaran-pelajaran ketika mereka kalah (Scott Bull dalam framing your ambision:1).

Tidak ada yang salah dengan kemakmuran, kekuasaan, dan kemashyuran. Semua itu akan datang jika kita memintanya dari Tuhan dengan syarat kita harus taat dalam prosesnya. Sebagai contoh, Raja Salomo ia meminta hikmat dan kebijaksanaan dari Tuhan hal ini sangat menyukakan hati Tuhan sehingga Tuhan memberikan kekayaan dan kehormatan yang tidak ada bandingannya (1 Raja-raja 3 :13). Namun Pengkhotbah

5:10 memperingatkan kita untuk tidak membuat kemakmuran kita sendiri sebagai ambisi utama: “Siapa yang mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia”. Hidup dengan ambisi illahi, memberikan kepuasan. Apabila ambisi sejalan dalam pikiran sejalan dengan rencana Tuhan, hidup akan terasa bermakna. Seperti perkataan pengkhotbah manusia sebaiknya menikmati pekerjaannya : “Tak ada yang lebih baik untuk manusia daripada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa inipun dari tangan Allah. Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Dia?” (Pengkhotbah 2: 24-25) (bingkai ambisi anda:19)

Ambisi illahi tidak selalu berjalan lancar dan menghasilkan kehidupan yang mudah. Namun ia mendewasakan dan membuat hidup semakin bergantung dan berpengharapan kepada Tuhan. Milikilah ambisi illahi dalam setiap pekerjaan yang dikerjakan. Ambisi illahi selalu berpusat kepada Allah bukan kepada diri sendiri. Jadilah pemipin yang memiliki ambisi illahi karena Indonesia membutuhkanmu sebagai pemimpin.

Di suatu pagi yang cerah, tapi ngga seperti hati seorang ayah yang memeriksa kamar puteri yang

terlihat sangat rapi..(tumben, batin ayahnya) dan menemukan sepucuk surat di atas tempat tidur dengan amplop bertuliskan “Untuk Ayahanda tercinta” ..dengan penuh was-was dan tangan gemetar, sang ayah membuka amplop dan membaca isi suratnya.

Dengan perlahan dan penuh ...seksama sang ayah mulai membaca…

Ayah tercinta,Aku menulis surat ini dengan perasaan sedih dan sangat menyesal. Saat ayah membaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah.

Aku pergi bersama kekasihku, dia cowok yang baik. setelah bertemu dia, ayah juga pasti akan setuju meski dengan tatto2 dan piercing yang melekat ditubuhnya, juga dengan motor bututnya serta rambut gondrongnya.

Dia sudah cukup dewasa meskipun belum begitu tua (aku pikir jaman sekarang 42 tahun tidaklah terlalu tua).

Dia sangat baik terhadapku, lebih lagi dia ayah dari anak di kandunganku saat ini. Dia memintaku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkannya bersama.

Kami akan tinggal berpindah-pindah, dia punya bisnis perdagangan extacy yang sangat luas, dia juga telah meyakinkanku bahwa marijuana itu tidak begitu buruk. Kami akan tinggal bersama sampai maut

memisahkan kami. Para ahli pengobatan pasti akan menemukan obat untuk AIDS jadi dia bisa segera sembuh. Aku tahu dia juga punya cewek lain tapi aku percaya dia akan setia padaku dengan cara yang berbeda.Ayah.. jangan khawatirkan keadaanku. Aku sudah 15 tahun sekarang, aku bisa menjaga diriku. Salam sayang untuk kalian semua.

Oh iya, berikan bonekaku untuk adik, dia sangat menginginkannya

Sang Ayah wajahnya merah padam,dengan perasaan campur aduk..ada marah..emosi..tapi kekawatiran dan penyesalan jg terlihat dari sorot matanya.

Ternyata masih ada lembar kedua yg belum terbaca.

NB :Ayah, .. tidak ada satupun dari yang aku tulis diatas itu benar, aku hanya ingin menunjukkan bahwa masih ada ribuan hal yg lebih mengerikan daripada nilai rapotku yg banyak angka merahnya itu…….Kalau ayah sudah menandatangani rapotku diatas meja, panggil aku ya…Aku ada di tetangga sebelah.

Tidak seperti kebanyakan ayah yang sedih melihat rapor anaknya yang buruk, hati ayah justru berbunga-bunga karena ia tidak kehilangan anaknya. Memang kali ini, keterlaluan sekali becanda anak gadisnya!

Sahabat, Cerita ini sebenarnya adalah mengajarkan kita tentang seni bersyukur dan seni berkomunikasi dengan diri.

SURAT SEORANG GADIS KEPADA AYAHNYA

21

C a t a t a n K i r i m a n

www.lilinmagazine.com

Kalau Anda ingin bersyukur atas kesulitan yang kita terima maka kita sebaiknya membayangkan kesulitan lebih besar yang mungkin bisa kita alami. Dengan demikian kita bisa menghindari diri dari stres atau kegalauan yang berkepanjangan.

Masalah kekecewaan hati atau rasa tidak bersyukur biasanya tidak berhubungan dengan uang tapi lebih karena penerimaan hati. Orang yang tidak bersyukur biasanya FOKUS PADA YANG TIDAK DIPUNYAI sedangkan ORANG BERSYUKUR FOKUS PADA YANG DIMILIKI.

Kita bisa melihat anak kampung bahagia main layang layang yang 1 set berharga tidak lebih dari Rp 5000.Tapi anak orang kaya ngambek pada orang tuanya padahal baru dibelikan pesawat

remore control seharga 5 juta. Kenapa? Karena anak kaya itu suka dengan yang model baru seharga 15 juta.

Ada anak kaya yang ngambek pada orang tuanya karena link internet putus satu hari karena lupa bayar bulanan, padahal ia sudah beruntung bisa mengakses internet selama 29 hari sebelumnya.

Memang apa yang dilakukan si gadis pada Ayahnya agak keterlaluan, tapi itu gambaran dramatis tentang bagaimana bisa membuat diri kita bersyukur apa adanya.

Sudahkan Anda bersyukur hari ini?

22

Hari sudah malam. Gelap dan dingin sangat terasa mengelus tubuhku. Entah kenapa pertanyaan temanku

sore itu masih saja terngiang. Apa yang kamu tau tentang CINTA? Demikian perkataan itu hadir berulang ulang. Saat itu aku tidak menjawab sepatah kata pun. Aku hanya terdiam dan memang rasanya semua memori dari 5 huruf itu seakan terkubur jauh dalam bawah sadarku. Randi bertanya akan hal itu untuk membuatkan sebuah hadiah natal yang disertai dengan catatan tentang cinta. Ia ingin memberikan kado terindah bagi wanita yang katanya sangat ia cintai itu.

Terbengong dalam kamar di sudut arah timur, aku pandangi sekelilingku lalu mulailah, aku mencari CINTA dibalik tanya itu. Aku membuka sebuah kamus bahasa Indonesia, lalu melanjutkan dengan kamus bahasa inggris. Yang keluar cukup simpel. Dari rasa sayang yang cukup besar, ketertarikan, hingga birahi. Tidak dijelaskan siapa yang pertama mengatakan cinta atau siapakah yang menggunakan cinta atau bahkan yang memiliki cinta itu.

Rasanya biasa saja ketika mengetahui defenisinya. Mengetahui dan sedikit mendapat gambaran pada beberapa pasangan yang pernah mengatakan cinta atau sedang dalam lingkaran cinta. Tapi apakah cinta hanya sebatas itu? Adakah cinta yang lebih besar atau cinta yang sungguh juga seperti mantra?

Aku belum puas dengan temuan jawaban itu. Aku coba membuka laptop. Segera alkitab eletronik ku klik. Lalu dalam pencarian perjanjian baru tanganku segera merangkai “kerja”. Lalu keluarlah pencarian, hanya 13 kata yang terkait dalam pencarian itu. Lalu aku segera mengetikan kata “cinta” hasilnya hanya 7 kali terdapat dalam perjanjian baru

terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia ini. Jika cinta itu begitu dahsyat mengapa ia tidak banyak banyak diutarakan dalam buku suci ini? pikirku segera. Hmm.. Lalu salah satu hasil pencarian itu sangat menarik perhatianku. “ Matius “14:1 Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah. 14:2 Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: “Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya.”

Mulanya terasa aneh, seakan tidak nyambung, namun setelah menyimak, ada pesan ingatan yang luar biasa dalam kisah ini.

Johanes baru saja dipenggal lehernya. Lalu kepalanya diserahkan kepada Herodias dalam sebuah talam. Sungguh tindakan “bejat” yang dilakukan orang-orang yang punya kuasa saat itu. Kabar itu segera sampai kepada Jesus oleh murid-muridNya, lalu mayatnya segera dikuburkan.

Jesus sangat sedih setelah mendapat kabar itu, lalu segera ia meninggalkan wilayah itu, dengan perahu ia menyeberang. Namun orang banyak yang melihatnya mengikutinya beramai-ramai. Setelah mendarat Jesus melihat banyak orang yang sakit, sehingga ia merasa kasihan dan menyembuhkanNya. Malam tiba dan mereka telah berada jauh dari kota. Murid-muridnya lantas berkata kepada Jesus agar menyuruh orang banyak itu pulang untuk mencari makanan. Namun Jesus malah berkata” kamu harus memberi mereka makan!”. Lima roti dan dua ikan yang dibawa oleh muridnya itu akhirnya diberikan kepada Jesus. Lalu Jesus menyuruh orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah itu diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu. Kemudian Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan

C I N T A & K E R J A

23 www.lilinmagazine.com

roti itu dan memberikannya kepada murid-muridnNya, untuk dibagikan ttpada orang banyak. Luar biasa dahsyatnya, jumlah yang makan waktu itu kira-kira 5.000 orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak-anak dan sisanya masih ada 12 bakul. Semuanya makan kenyang tanpa ada yang kekurangan.

Lalu dalam ayat berikutnya, Jesus dan murid-murid menyeberang, Jesus naik ke bukit untuk berdoa. Angin malam itu cukup keras sehingga perahu yang ditinggalkan itu dibawa oleh angin sangkal sementara murid-muridnya sudah tertidur. Lalu Yesus datang berjalan di atas air. Lantas semuanya ketakutan. “Hantu… “ teriak muridnya tapi Jesus menyahut, tenanglah “Ini Aku, janganlah kamu takut”. Petrus yang masih bingung dan ketakutan lantas berkata, “ Jika engkau adalah Tuhan, surulah aku berjalan kesana”. Lalu Jesus berkata, “Datanglah”. Kemudian Petrus berjalan, namun segera Petrus hampir tenggelam karena ketakutan akan angin yang menerpanya. Dengan cepat Jesus menolongnya dan berkata “ Hai kamu orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Lalu mereka naik ke perahu dan redalah angin ribut itu. Lantas semua orang dalam perahu itu menyembahNya dan berseru. “ Sungguh Engkau adalah Anak Allah”.

Setibanya di Genesaret, murid-muridnya memberitahukan semua kejadian itu, sehingga makin banyaklah orang yang datang. Semua orang yang sakit dibawa kepadaNya, dan mereka memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubahNya. Dan luar biasanya semua orang yang menjamahNya menjadi sembuh.

**

Sampai sejauh ini, terima kasih karena masih melanjutkan membaca. Tuhan adalah pekerja, bahkan setiap harinya ia gunakan untuk hal-hal yang luar biasa. Ia mengajar dan menyembuhkan orang-orang sakit. Ia sangat terpuja dan penuh dengan kuasa Tuhan. Ia bisa melakukan segala hal baik. Tapi mari kita ingat kenyataan yang

kemudian terjadi. Kenapa Jesus harus mati dihina sampai begitu terhina? Ia diludahi, disiksa, difitnah, dimaki, ditolak, hingga disalibkan layaknya pendusta, pendosa kelas kakap. Pertanyaan orang Jahudi waktu itu sempat terlintas juga dalam benakku. “ Orang lain Ia selamatkan, kenapa diriNya sendiri tidak? Jika Ia adalah Tuhan kenapa Ia harus mati “tidak terhormat” di hadapan masyarakat dengan tatanan adat budaya masa itu?

Sesungguhnya tidak ada satupun pekerjaan buruk yang dilakukan Jesus untuk dunia ini, namun balasannya sungguh sangat bertolak belakang. Ironisnya, meskipun dalam kita Perjanjian Lama, telah dinubuatkan ketadangan pembebas bangsa Israel, toh saja, masyarakat tidak percaya. Pada hal, seorang Yohanes Pembaptis pun telah bersaksi dan mempersiapkan jalan bagi kedatangan sang sumber hidup yang sesungguhNya itu.

Lalu, hati kecilku kembali bertanya inikah namanya cinta? Sejauh manakah aku menyadari kebesaran cinta itu? Kerja dan kerja besar yang dilakukan Jesus pada dunia ini telah tercacat dalam sejarah dan masih terjadi hingga saat ini, namun kadang tersamar dan menjadi takabur.

Hm… tapi ini sudah larut, sepertinya aku sudah menemukan CINTA yang tertidur itu. Sangat setuju dengan ucapan seorang teman beberapa waktu lalu. “Adalah mustahil bercerita tentang cinta apabila kita belum sungguh merasakan dan menerima Cinta dari Tuhan Jesus Sang Sumber cinta yang murni itu”.

Bagaimanakah Cinta menurutmu? Apakah cinta itu masih sedahsyat mantra? Semoga ada cinta yang memekar dalam jiwa kita yang senantiasa memancar.

Salamku, selamat menyambut natal, selamat menyegarkan Cinta Jesus dalam sanubari jiwa kita.

24www.lilinmagazine.com

25