16
Volume 22, Nomor 2, Desember 2015 Nomor Akreditasi : 659/AU3/P2MI-LIPI/07/2015 Helmy Murwanto, dan Ananta Purwoarminta Rekonstruksi Danau Purba Borobudur dengan Pendekatan Spasiotemporal ....................... 106-117 Livia Rossila Tanjung Moluska Danau Maninjau: Kandungan Nutrisi dan Potensi Ekonomisnya ......................... 118-128 Sulastri, Syahroma Husni Nasution, dan Sugiarti Konsentrasi Unsur Hara dan Klorofil-a di Danau Towuti, Sulawesi Selatan ...................... 129-143 Sri Wahyuni, Sulistiono, dan Ridwan Affandi Pertumbuhan, Laju Eksploitasi, dan Reproduksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Waduk Cirata, Jawa Barat ................................................................................................ 144-155 Agus Arifin Sentosa, dan Hendra Satria Karakteristik Limnologis Lahan Basah di Distrik Kimaam Pulau Dolak, Merauke, Papua pada Musim Peralihan, Mei 2014 .............................................................................. 156-169 Fifia Zulti, dan Sugiarti Fluktuasi pH, Oksigen Terlarut dan Nutrien di Danau Towuti ............................................ 170-177 Reliana Lumban Toruan Komposisi Zooplankton pada Periode Air Surut di Danau Paparan Banjir: Studi Kasus Danau Tempe, Indonesia ...................................................................................................... 178-188 Nofdianto dan Hasan Fauzi Sistem Resirkulasi Aquaponik untuk Pengendalian Kelebihan Nutrien di Perairan: Laju Serap dan Penyisihan Nutrien oleh beberapa Jenis Sayuran ........................................ 189-197 Irin Iriana Kusmini, Rudhy Gustiano, Gleni Hasan Huwoyon, dan Fera Permata Putri Perbandingan Pertumbuhan Ikan Nila Best F6, Nila Best F5 dan Nila Nirwana pada Pendederan I-III di Jaring Apung Danau Lido ..................................................................... 198-207 Aida Sartimbul, Mujiadi, Hartanto, Seto Sugianto Prabowo Rahardjo, dan Antonius Suryono Analisis Kapasitas Tampungan Danau Sentani untuk Mengetahui Fungsi Detensi dan Retensi Tampungan .............................................................................................................. 208-226 PUSAT PENELITIAN LIMNOLOGI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA ISSN 0854-8390 LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia

LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di Indonesia

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di Indonesia

LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia

Volume 22, Nomor 2, Desember 2015 Nomor Akreditasi : 659/AU3/P2MI-LIPI/07/2015

Helmy Murwanto, dan Ananta Purwoarminta

Rekonstruksi Danau Purba Borobudur dengan Pendekatan Spasiotemporal ....................... 106-117

Livia Rossila Tanjung

Moluska Danau Maninjau: Kandungan Nutrisi dan Potensi Ekonomisnya ......................... 118-128

Sulastri, Syahroma Husni Nasution, dan Sugiarti

Konsentrasi Unsur Hara dan Klorofil-a di Danau Towuti, Sulawesi Selatan ...................... 129-143

Sri Wahyuni, Sulistiono, dan Ridwan Affandi

Pertumbuhan, Laju Eksploitasi, dan Reproduksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

di Waduk Cirata, Jawa Barat ................................................................................................ 144-155

Agus Arifin Sentosa, dan Hendra Satria

Karakteristik Limnologis Lahan Basah di Distrik Kimaam Pulau Dolak, Merauke,

Papua pada Musim Peralihan, Mei 2014 .............................................................................. 156-169

Fifia Zulti, dan Sugiarti

Fluktuasi pH, Oksigen Terlarut dan Nutrien di Danau Towuti ............................................ 170-177

Reliana Lumban Toruan

Komposisi Zooplankton pada Periode Air Surut di Danau Paparan Banjir: Studi Kasus

Danau Tempe, Indonesia ...................................................................................................... 178-188

Nofdianto dan Hasan Fauzi

Sistem Resirkulasi Aquaponik untuk Pengendalian Kelebihan Nutrien di Perairan:

Laju Serap dan Penyisihan Nutrien oleh beberapa Jenis Sayuran ........................................ 189-197

Irin Iriana Kusmini, Rudhy Gustiano, Gleni Hasan Huwoyon, dan Fera Permata Putri

Perbandingan Pertumbuhan Ikan Nila Best F6, Nila Best F5 dan Nila Nirwana pada

Pendederan I-III di Jaring Apung Danau Lido ..................................................................... 198-207

Aida Sartimbul, Mujiadi, Hartanto, Seto Sugianto Prabowo Rahardjo, dan Antonius Suryono

Analisis Kapasitas Tampungan Danau Sentani untuk Mengetahui Fungsi Detensi dan

Retensi Tampungan .............................................................................................................. 208-226

PUSAT PENELITIAN LIMNOLOGI

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

ISSN 0854-8390

LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia

Page 2: LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di Indonesia

MAJALAH LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia merupakan penerbitan

berkala ilmiah di bidang limnologi dan kajian sumber daya perairan darat lainnya, yang

terakreditasi sesuai dengan SK Kepala LIPI No. 659/AU3/P2MI-LIPI/07/2015, tentang

Akreditasi Majalah Ilmiah LIMNOTEK, Perairan Darat Tropis di Indonesia. Diterbitkan

dua kali setahun oleh Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Majalah ini diharapkan dapat berfungsi sebagai wahana diseminasi dan komunikasi hasil-

hasil penelitian dan pengembangan sumber daya perairan darat, khususnya di Indonesia.

Susunan Dewan Redaksi LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia berdasarkan

SK Kepala LIPI Nomor 3/E/2015 adalah :

Pemimpin Redaksi : Drs. Tjandra Chrismadha, M.Phill.

Anggota : Dr. R. Gunawan Pratama Yoga, M.Sc.

Dr. Jojok Sudarso, M.Si.

Dr. Sekar Larashati, M.Si.

Dr. Hidayat, M.Sc.

Dr. Apip, M.Sc.

Dr. Yustiawati, M.Sc.

Sekretariat : Kodarsyah, M.Kom.

Taofik Jasaalesmana, M.Si.

Mey Ristanti Widoretno, S.P.

Saepul Mulyana, A.Md.

Alamat Redaksi : Pusat Penelitian Limnologi LIPI

Kompleks LIPI Cibinong

Jl. Raya Jakarta-Bogor km. 46

Cibinong 16911, Bogor Jawa Barat, Indonesia

Tlp. 021 – 8757071-3

Fax. 021 – 8757076

Email : [email protected]

Url : https://www.limnotek.or.id/

Page 3: LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di Indonesia

Ucapan terima kasih kepada reviewer

LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia Volume 22, Nomor 2, Desember 2015

Dr. Luki Subehi, M.Sc.

(Pusat Penelitian Liomnologi – LIPI / Pakar Hidroklimatologi)

Drs. M. Fakhrudin, M.Si.

(Pusat Penelitian Liomnologi – LIPI / Pakar Hidrologi)

Dr. Fauzan Ali

(Pusat Penelitian Liomnologi – LIPI / Pakar Budidaya Fisiologi)

Dr. Livia Rossila Tanjung

(Pusat Penelitian Liomnologi – LIPI / Pakar Biologi Sel dan Biokimia)

Andi Kurniawan, S.Pi.,

(Universitas Brawijaya Malang / Pakar Sumber Daya Hayati Perairan)

Page 4: LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di Indonesia

Murwanto & Purwoarminta / LIMNOTEK 2015 22 (2) : 106 – 117

106

REKONSTRUKSI DANAU PURBA BOROBUDUR DENGAN

PENDEKATAN SPASIOTEMPORAL

Helmy Murwanto a

, dan Ananta Purwoarminta b

a Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Univ. Pembangunan Nasional

b Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI

Email: [email protected]

Diterima: 21 Januari 2015, Disetujui: 25 Agustus 2015

ABSTRAK

Candi Borobudur merupakan warisan dunia yang banyak menarik perhatian

baik wisatawan maupun peneliti. Berbagai penelitian terdahulu menunjukkan bahwa

pada masa lampau Bukit Borobudur dikelilingi oleh danau. Saat ini danau tersebut

telah mengering dan sudah tidak terlihat keberadaannya. Pendangkalan dan

pengeringan danau di sekitar Candi Borobudur menjadi dataran lakustrin

kemungkinan tidak berlangsung dalam satu waktu. Tujuan dari penelitian ini untuk

mengetahui perkembangan danau melalui pendekatan spasiotemporal. Kondisi

keruangan dapat diketahui dari survei lapangan dan analisis pollen, sedangkan umur

endapan danau dapat diketahui dari analisis radiokarbon 14C. Perkembangan danau

dapat dibagi menjadi tiga waktu yaitu pada kala Akhir Pleistosen dengan luas 73.712

km2, Awal Holosen dengan luas 21.273 km2, dan Akhir Holosen (Resen) dengan luas

8.357 km2.

Kata Kunci : Candi Borobudur, danau purba, spasiotemporal, pollen, radiokarbon 14

C

ABSTRACT

BOROBUDUR ANCIENT LAKE RECONSTRUCTION WITH

SPATIOTEMPORAL APPROACH. Borobudur temple is a world heritage that

attract lot of tourists and researchers. Previous researches show that Borobudur

temple was surrounded by a lake in the past. Currently the lake has dried up and the

existence can not be observed. Siltation of the lake around Borobudur into lacustrine

plains occurred many times. The purpose of this study is to reconstruct the lake with

spatiotemporal approach. Spatial conditions can be determined from field surveys and

analysis of pollen, while the time can be seen from the analysis of radiocarbon 14C.

Borobudur lake can be reconstructed into three time i.e. the Late Pleistocene (73.712

km2), Early Holocene (21.273 km2), and Late Holocene (Recent) (8.357 km2).

Keyword: Borobudur temple, ancient lake, spatiotemporal, pollen, radiocarbon 14

C

LIMNOTEK (2015) 22 (2) : 106 – 117

Page 5: LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di Indonesia

Murwanto & Purwoarminta / LIMNOTEK 2015 22 (2) : 106 – 117

107

PENDAHULUAN

Candi Borobudur merupakan warisan

dunia yang banyak menarik perhatian para

wisatawan dan peneliti baik nasional

maupun internasional. Selama ini penelitian

tentang Candi Borobudur lebih fokus pada

bidang arkeologi, sejarah, dan budaya

sedangkan keunikan dari lingkungan,

fisiknya masih sedikit diteliti. Beberapa

penelitian sebelumnya menyatakan bahwa

Candi Borobudur dikelilingi oleh sebuah

danau yang luas. Namun hal tersebut masih

menjadi pertentangan, dikarenakan tidak

ditemukannya prasasti yang menyatakan

keberadaan danau di sekitar Candi

Borobudur. Nieuwenkamp (1933)

menyatakan bahwa Candi Borobudur

dibangun di atas sebuah pulau yang

dikelilingi oleh telaga, diibaratkan

menyerupai ceplok bunga teratai dengan

daun dan bunganya mengelilingi bakal buah

yang terletak di tengah kolam. Nossin &

Voute (1986), melakukan analisis

geomorfologi berdasarkan interpretasi foto

udara dan didukung dengan observasi

lapangan. Hasil penelitian tersebut

mengungkap bahwa di daerah Borobudur

pada paruh kedua zaman Kuarter, terbentuk

lingkungan danau. Candi Borobudur

dibangun di atas bukit bagian dari

Perbukitan Gandul-Sipodang, merupakan

bagian puncak dari batuan vulkanik Tersier

Kubah Kulonprogo yang terpatahkan

(Nossin & Voute, 1986). Berdasarkan

tinjauan geologi dan geomorfologi Bukit

Borobudur yang dikelilingi bentuk lahan

dataran, merupakan bagian dari Kubah

Kulonprogo “Menoreh” yang terpatahkan,

kemudian mengalami proses penenggelaman

pada akhir zaman Tersier (Bemmelen,

1949).

Hipotesis tentang danau dianggap

tidak mempunyai bukti-bukti pendukung

yang kuat, karena tidak ada prasasti-prasasti

yang menyebutkan lingkungan danau di

sekitar Candi Borobudur (Soekmono, 1976).

Hipotesis Nieuwenkamp (1933) masuk akal,

karena daerah Kedu bagian selatan dahulu

pernah terbentuk lingkungan danau yang

luas. Lingkungan danau terbentuk berubah

akibat letusan kuat Gunung Merapi di tahun

1006. Letusan kuat tersebut mengakibatkan

bagian puncaknya longsor ke arah baratdaya,

material longsorannya tertahan oleh

Pegunungan Menoreh dan membendung

Sungai Progo, serta membentuk bukit-bukit

lipatan Perbukitan Gendol (Bemmelen,

1952). Penelitian tentang danau Purba

Borobudur pernah dilakukan oleh

Purbohadiwidjojo & Sukardi (1966) dengan

melakukan pemboran dangkal di sekitar

Candi Borobudur. Hasil dari penelitian

tersebut menunjukkan bahwa Candi

Borobudur pernah dikelilingi oleh danau

yang ditunjukkan dengan adanya endapan

rawa hasil pemboran.

Thanikaimoni (1983) melakukan

penelitian dengan pendekatan palinologi

menggunakan dua puluh sampel yang

diambil di sekitar bangunan Candi

Borobudur, Sungai Sileng pada kedalaman

20-120 cm. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan tidak ditemukan serbuk sari

yang berasal dari komunitas tanaman

rawa/air, sedangkan polen cyperaceae

ditemukan sangat sedikit bahkan pada

beberapa sampel tidak ditemukan. Hasil

tersebut memberi gambaran bahwa endapan-

endapan di kedalaman itu bukan berasal dari

lingkungan danau. Sementara hasil

penelitian Murwanto (2001) dengan

melakukan analisis palinologi pada endapan

lempung hitam yang diambil dari hasil

pemboran di Sungai Sileng dan Elo,

menunjukkan bahwa pada sampel tersebut

mengandung pollen yang berasal dari

lingkungan air (Barringtonia, Acacia,

Palmae, Euphorbiaceae, Browniowia,

Calamus, Pandanus, Typha, Gramineae,

Cyperaceae), dan spora (Acrostichum

aureum, Verrucatosporites,

Verrucosisporites, Monoletesporites,

Triletesporites, Sphagnum, Pteris).

Tujuan dari penelitian ini adalah

mengetahui luasan danau purba Borobudur

yang selanjutnya dilakukan rekonstruksi

perkembangan Danau Borobudur,

menggunakan pendekatan spasiotemporal.

Pendekatan ini diharapkan dapat membantu

mengungkap keberadaan danau Borobudur

berdasarkan ruang dan waktu. Kondisi ruang

didasarkan pada uji pollen, sedang untuk

waktu didasarkan pada uji radiokarbon 14

C.

Page 6: LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di Indonesia

Murwanto & Purwoarminta / LIMNOTEK 2015 22 (2) : 106 – 117

108

METODE

Lokasi Penelitian

Daerah penelitian terletak pada

dataran di sekitar Candi Borobudur yang

merupakan bagian dari dataran Kedu. Secara

geografis daerah penelitian terletak pada

koordinat 110o05‟–110

o20‟ BT dan 7

o30‟-

7o38‟ LS. Daerah penelitian secara

administrasi termasuk dalam Kabupaten

Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Daerah ini

dibatasi oleh rangkaian gunungapi dan

Pegunungan Menoreh di bagian selatan.

Bagian barat dan barat laut daerah penelitian

dibatasi oleh rangkaian Gunung Sumbing

(3.371 m dpl) dan pada sisi utara dibatasi

oleh Gunung Tidar, sementara pada sisi

timur laut dibatasi oleh lereng Gunung

Merbabu (3.142 m dpl). Bagian timur daerah

penelitian dibatasi oleh lereng Gunung

Merapi (2.911 m dpl) (Gambar 1).

Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi dua jenis data yaitu

morfologi detil dan sebaran endapan danau.

Data morfologi detil dimaksudkan untuk

mengetahui keberadaan lembah tampak

seperti alur sungai yang berawa dan masih

banyak ditemukan di lapangan. Sebelum

melakukan pengamatan lapangan, terlebih

dahulu dilakukan interpretasi lembah

menggunakan Google Earth. Kegiatan

lapangan meliputi pengamatan morfologi

dan identifikasi sebaran endapan danau serta

melakukan pengambilan sampel endapan

danau. Kegiatan pengambilan sampel

dilakukan pada tahun 2012. Hasil

pengambilan sampel tersebut selanjutnya

dilakukan uji pollen dan radiokarbon 14

C.

Metode yang digunakan untuk pengambilan

sampel adalah dengan purposive random

sampling. Pertimbangan yang digunakan

adalah adanya kandungan karbon yang

cukup untuk dilakukan uji laboratorium.

Sedangkan untuk sampel pollen dipilih

sampel yang tidak terdapat gangguan aliran

air dari sungai yang juga mengandung pollen

dari tanaman luar lingkungan Danau

Borobudur.

Uji Laboratorium

Uji laboratorium yang dilakukan

dalam penelitian ini meliputi uji radiokarbon 14

C, dan palinologi. Pengujian radiokarbon 14

C dimaksudkan untuk mengetahui umur

batuan yang diketahui dari kandungan

karbon dan tanaman yang terdapat pada

endapan danau. Uji radiokarbon 14

C

Gambar 1. Daerah penelitian yang terletak di dataran yang dikelilingi oleh lereng gunungapi

dan Pegunungan Menoreh (Sumber: Citra Landsat, 2000)

Page 7: LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di Indonesia

Murwanto & Purwoarminta / LIMNOTEK 2015 22 (2) : 106 – 117

109

digunakan untuk mengetahui umur absolut

batuan sehingga diharapkan dapat

mengetahui umur suatu ruang. Pengujian

dilakukan pada endapan lempung dan kayu

yang ditemukan baik pada singkapan di

lapangan maupun pada material hasil

pemboran. Endapan lempung hitam

mempunyai kandungan karbon tinggi

sehingga mengakibatkan berwarna gelap

hingga hitam. Kandungan karbon tersebut

dapat dimanfaatkan untuk uji radiokarbon 14

C. Pengambilan sampel uji radiokarbon 14

C dipilih berdasarkan sebaran endapan

lempung hitam dan daerah yang mampu

merepresentasikan kondisi danau pada masa

lampau. Adapun lokasi pengambilan sampel

dapat dilihat pada Gambar 6. Lingkungan

danau masa lalu menyisakan jejak berupa

endapan danau yaitu lempung berwarna

hitam dan mengandung karbon organik

tinggi. Endapan danau tersebut kaya akan

kandungan serbuksari/pollen dari tanaman

yang ada di ekosistem danau. Uji pollen ini

dilakukan untuk mengetahui lingkungan

pengendapan masa lampau dengan

mendasarkan pada keberadaan serbuksari

dan spora (Robertsson, 1986). Kehadiran

serbuk sari dan spora ini berasal dari

tanaman yang pernah tumbuh di

lingkungannya. Lingkungan danau/rawa

mempunyai jenis tanaman yang berbeda

dengan lingkungan daratan. Berdasarkan hal

ini, maka analisis pollen digunakan sebagai

dasar penentuan lingkungan masa lampau

yang didekati dengan jenis serbuksari

tanaman masa lalu.

Uji palinologi adalah pengujian

serbuksari (pollen) pada tanaman yang

pernah tumbuh pada lingkungan tertentu.

Kegiatan uji polen ini dimaksudkan untuk

mengetahui lingkungan danau di masa

lampau. Sampel yang digunakan untuk uji

polen adalah endapan danau yang

diperkirakan didalamnya terdapat serbuksari

dari jenis-jenis tanaman air. Sampel pada

uji ini dipilih yang mempunyai kandungan

karbon tinggi dan yang tidak terkena aliran

dari luar lingkungan danau. Adanya aliran

dari daerah luar melalui sungai

mengakibatkan kandungan serbuksari

bercampur dengan serbuksari dari tempat

lain sehingga dapat mempersulit untuk

mendapatkan serbuksari dari tanaman

komunitas air.

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan

analisis sapsiotemporal atau didasarkan pada

ruang dan waktu. Analisis ruang

menjelaskan tentang kondisi ruang di masa

lalu yaitu keberadaan danau yang didasarkan

pada jenis tanaman yang ada pada sedimen

danau. Analisis temporal dilakukan

berdasarkan umur yang diperoleh dari hasil

uji radiokarbon 14

C. Hasil analisis tersebut

selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan

umur geologi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Morfologi

Analisis morfologi dilakukan secara

detail dengan mengamati morfologi bekas

danau dan alur sungai yang masih tampak di

daerah penelitian. Morfologi tersebut berupa

lembah-lembah yang memanjang dan

terdapat air. Hal ini sebagai indikasi bahwa

lembah tersebut merupakan bekas rawa.

Lembah ini tampak seperti alur sungai yang

memanjang dan dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk lahan pertanian (Gambar

2).

Lembah tersebut sebagai sisa

genangan Danau Borobudur yang disebut

sebagai dataran lakustrin. Pada lembah-

lembah ini terdapat aliran air, dan beberapa

lokasi tampak adanya endapan lempung

hitam yang merupakan endapan danau.

Lembah ini berada di Dataran Borobudur

yang pada sisi utara terletak di Desa

Pasuruhan dan Deyangan, Kecamatan

Mungkid seperti tampak pada Gambar 3.

Page 8: LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di Indonesia

Murwanto & Purwoarminta / LIMNOTEK 2015 22 (2) : 106 – 117

110

Sebaran Endapan Danau

Endapan danau Borobudur ditemukan pada

tebing sungai, sumur penduduk, maupun

dari penelitian sebelumnya. Pada daerah

penelitian banyak ditemukan endapan

lempung bewarna hitam dengan ketebalan

yang paling besar bisa mencapai 5 meter.

Endapan danau merupakan hasil sedimentasi

danau yang salah satu komponennya adalah

tanaman sehingga mempunyai kandungan

karbon yang tinggi dan berwarna kehitaman.

Endapan danau ini ditemukan dalam kondisi

tertimbun oleh batuan maupun tanah.

Pada bagian selatan danau, endapan

lempung hitam ditemukan di lembah Sungai

Sileng yang memanjang sepanjang lembah

sungai ini. Sementara pada sisi timur,

endapan danau banyak ditemukan di

sepanjang lembah Sungai Progo dan Sungai

Elo. Pada bagian utara, endapan danau

banyak ditemukan di sepanjang Sungai

Pacet hingga di wilayah Mertoyudan,

Magelang. Sedangkan pada bagian barat,

endapan lempung hitam ini terdapat di

lembah Sungai Tangsi, Merawu, hingga

Sungai Progo (Gambar 4 dan 5).

Gambar 2. Morfologi lembah bekas rawa di Desa Sabrangrowo (kiri), Kecamatan Borobudur

dan Desa Pasuruhan (kanan), Kecamatan Mungkid

Gambar 3. Sebaran morfologi lembah yang terdapat pada Dataran Lakustrin Borobudur

Page 9: LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di Indonesia

Murwanto & Purwoarminta / LIMNOTEK 2015 22 (2) : 106 – 117

111

Uji Serbuksari/Pollen

Pengambilan sampel uji pollen

dilakukan pada wilayah yang ditemukan

adanya lempung hitam dengan kandungan

organiknya (Gambar 6). Hasil analisis

menunjukkan bahwa ketiga sampel yang

dianalisis mengandung pollen berasal dari

lingkungan rawa seperti Euphorbiaceae

(tanaman jarak), Gramineae (padi, gandum,

jagung, rumput gajah), Cyperaceae (rumput

dekat rawa, gulma), Nuphar (sejenis teratai),

Nymphaea (teratai), Commelina (rumput-

rumputan), dan spora (Equisetum,

Selaginella, Pteris). Hasil uji ini bertolak

belakang dengan Thanikaimoni (1983) yang

tidak menemukan pollen tanaman air dan

hanya menemukan Cyperaceae (rumput

dekat rawa, gulma) dengan jumlah sedikit.

Murwanto (1996) menemukan pollen

komunitas rawa pada batulempung yang

diambil di Sungai Sileng yaitu Commelina,

Eleocharis, Nymhaea stellata dan

Cyperaceae.

Gambar 4. Endapan lempung hitam yang terdapat di lembah Sungai Sileng (kiri) dan lembah

Sungai Pacet (kanan)

Gambar 5. Sebaran endapan danau di daerah penelitian

Page 10: LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di Indonesia

Murwanto & Purwoarminta / LIMNOTEK 2015 22 (2) : 106 – 117

112

Hasil pengujian di lembah Sungai

Progo sebelah timur Candi Pawon

menunjukkan bahwa endapan lempung

tersebut memiliki kandungan organik

banyak, kaya akan kandungan pollen, spora

fungi dan paku-pakuan (Gambar 7).

Kenampakan butiran baik. Organik

umumnya berwarna kuning, bening, coklat

dan hitam. Kandungan fosil yang terdapat

pada sampel ini adalah pollen: Commelina

sp, (57 spesimen), Cyperaceae (223

spesimen), Gramineae (33 spesimen),

Labiateae (78 spesimen), Nuphar sp. (1

spesimen), (Pinus (2 spesimen),

Scabratemonocolpites sp (4 spesimen), dan

Triporites sp, (1 spesimen). Selain itu juga

terdapat spora: Equisetum sp. (32 spesimen),

Selaginella. sp (40 spesimen), Davallia sp.

(34 spesimen), Lycopodium sp. (15

spesimen), Hymenophylluyopteris sp. (4

spesimen), Dryopteris sp. (7 spesimen),

Polypodiaceae (13 spesimen), dan Pteris (2

spesimen). Dengan banyak dijumpainya

taksa dari tumbuhan perairan air tawar,

seperti: Commelina sp., Equisetum sp dan

fungal spore, serta taksa dari tumbuhan

semak, seperti Cyperaceae, Gramineae dan

Labiatae, maka diperkirakan sampel ini

terendapkan di sekitar lingkungan rawa yang

mulai mengering.

Sementara di selatan jembatan

Sungai Progo, Sigug, Desa Bumiharjo juga

dilakukan uji pollen. Hasil kandungan pollen

berupa Commelina sp. (92 spesimen),

Cyperaceae (94 spesimen), Gramineae (19

spesimen), Amaranthaceae (5 spesimen),

Nuphar sp. (4 spesimen), Nymphaea sp. (1

spesimen), Retitricolpites sp. (1 spesimen),

Pinus sp. (1 spesimen), dan

Scabratemonocolpites sp. (10 spesimen).

Sedangkan untuk Spora: Equisetum sp. (8

spesimen), Selaginella sp. (132 spesimen),

Davallia sp. (14 spesimen), Lycopodium sp.,

(8 spesimen), dan Polypodiaceae (8

spesimen). Hasil analisis menunjukkan

bahwa lokasi pengambilan sampel adalah

lingkungan pengendapan berupa open

swamp atau rawa yang terbuka. Hal ini

dibuktikan dengan dijumpainya taksa dari

tumbuhan perairan air tawar, seperti: Nuphar

sp., Nymphaea sp., dan terutama Commelina

sp., Equisetum sp. dan juga spora fungi,

serta banyaknya taksa dari tumbuhan semak,

seperti Cyperaceae dan Gramineae,

menunjukkan sampel ini terendapkan di

sekitar lingkungan rawa yang mulai

mengering.

Gambar 6. Peta sebaran sampel pollen di daerah Borobudur dan sekitarnya

Page 11: LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di Indonesia

Murwanto & Purwoarminta / LIMNOTEK 2015 22 (2) : 106 – 117

113

Uji Radiokarbon 14

C

Sampel yang diuji adalah endapan

lempung hitam hasil sedimentasi danau dan

fosil tanaman yang terdapat dalam endapan

danau (Gambar 8). Berdasarkan hasil

pengujian tersebut diketahui umur endapan

danau dengan variasi yang sangat besar

(Tabel 1). Umur paling tua mencapai 31.430

Before Pleistocene (BP) dan paling muda

1.700 Before Pleistocene (BP). Murwanto

(1996, 2001) dan Newhall et al. (2000) juga

melakukan pengujian radiokarbon 14

C di

wilayah Borobudur yang hasilnya memiliki

umur 420 ± 50, 660 ± 110 (elevasi 214

meter; 70 36‟ 24,1” LS; 11 13‟ 10,6” BT),

680 ± 95, dan 3.430 ± 50 tahun BP.

Gambar 7. Foto hasil uji pollen lembah Sungai Progo sebelah timur Candi Pawon

Page 12: LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di Indonesia

Murwanto & Purwoarminta / LIMNOTEK 2015 22 (2) : 106 – 117

114

Gambar 8. Sebaran lokasi pengambilan sampel uji radiokarbon

14C di daerah penelitian

Tabel 1. Umur absolut 14

C pengujian laboratorium dan penelitian sebelumnya

No Lokasi Umur 14

C BP Keterangan Sumber

1. Tebing Sungai Progo

sebelah utara Jembatan

Bumiharjo

31.430+2070 lempung hitam dari

kedalaman 7 meter

Hasil Penelitian

2. Tebing Sungai Progo

sebelah timur Candi

Pawon

27.070+710 lempung hitam dari

kedalaman 12 meter

Hasil Penelitian

3. Sungai Dusun Soropadan 25.110+560 lempung hitam Murwanto dkk.,

2014

4. Tebing Sungai Progo

selatan Jembatan

Bumiharjo

24.640+530 lempung hitam dari

kedalaman 5 meter

Hasil Penelitian

5. Teras Sungai Progo

selatan Jembatan Blondo

23.640+470 kayu Hasil Penelitian

6. Tebing sungai Dusun

Pakisaji

22.140+390 lempung hitam Murwanto dkk.,

2014

7. Teras Sungai Progo Dusun

Kaliabon Borobudur

14.790+230 lempung hitam Hasil Penelitian

8. Utara Candi Borobudur 13.710+540 tanaman pada

batulempung di

kedalaman 4 meter

Hasil Penelitian

9. Dusun Soko 13.300+210 lempung hitam Hasil Penelitian

10. Tebing sungai Pacet

Dusun Gatak

6.330+130 lempung hitam Hasil Penelitian

Page 13: LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di Indonesia

Murwanto & Purwoarminta / LIMNOTEK 2015 22 (2) : 106 – 117

115

Spasiotemporal

Danau Borobudur dibagi menjadi 3

fase yaitu masa Akhir Pleistosen >10.000,

masa Akhir Holosen, dan Awal Holosen

(Resen) (Gambar 9). Semakin lama danau

semakin menyempit hingga akhirnya

menjadi dataran. Bagian selatan danau

dibatasi oleh Pegunungan Menoreh,

sehingga batas danau di selatan didasarkan

pada adanya pegunungan tersebut. Sisi timur

danau, batasnya disusun berdasarkan pada

kemiringan endapan lempung yang

disesuaikan dengan topografi di permukaan.

Penentuan batas di sisi timur sulit dilakukan

dengan pasti dikarenakan endapan rawa

tertimbun oleh material vulkanik yang

sangat tebal. Batas sisi utara danau

didasarkan pada endapan lempung yang

terdapat di sungai Pacet. Selain itu

pertimbangan lainnya adalah adanya lereng

dari Gunung Tidar. Sementara pada sisi

barat, batasnya adalah alur sungai Tangsi

yang terdapat endapan lempung hitam dan

tertimbun oleh produk Gunung Sumbing.

Danau Kala Akhir Pleistosen

mempunyai luas 73.712 km2. Danau ini

semakin menyempit seiring dengan

perkembangan baik oleh aktivitas vulkanik,

tektonik maupun deposisional. Aktivitas

yang terjadi terus menerus berpengaruh kuat

terhadap pendangkalan danau. Penentuan

batas wilayah pada kala ini, selain

didasarkan pada hasil uji laboratorium

tentang umur batuan juga didasarkan pada

kondisi morfologinya. Pendangkalan ini

cukup signifikan dipengaruhi oleh faktor

tektonik dan vulkanik. Danau pada Kala

Akhir Holosen ini mempunyai luas 21.273

km2 dan terus mengalami penyempitan dan

pendangkalan. Hal ini dipicu oleh aktivitas

vulkanik dan tektonik. Aktivitas vulkanik

dan tektonik yang terus berlangsung

menimbun dan mengangkat danau, sehingga

terjadi pendangkalan danau lebih lanjut,

hingga kala Awal Holosen (Resen).

Danau kala Awal Holosen terbagi

menjadi dua danau, danau yang pertama

dibatasi pada muara Sungai Progo yang

terletak di sebelah timur Candi Pawon.

Danau pada kala ini berbentuk alur-alur

yang sempit dengan estimasi luas sebesar

8.357 km2. Faktor denudasi lebih berperan

terhadap keberadaan danau. Pada kala ini

daerah ini telah dihuni oleh masyarakat yang

mulai melakukan pengolahan lahan untuk

pertanian. Hal ini mengakibatkan

meningkatnya proses denudasi, erosi,

sedimentasi, dan banyak mata air

mengering.

Lanjutan Tabel 1.

No Lokasi Umur 14

C BP Keterangan Sumber

11. Dusun Ngaran 1.700+160 tanaman pada

batuan lempung dari

kedalaman 3 meter

Hasil Penelitian

12. Sungai Sileng 420 ± 50 kayu pada lempung

hitam

Newhall et al.,

2000

13. Sungai Progo 660 ± 110 kayu pada lempung

hitam

Murwanto, 1996

14. Sungai Progo 680 ± 95 kayu pada lempung

hitam

Murwanto, 1996

15. Sumur gali 13,5 meter di

Borobudur

3.430 ± 50 kayu pada lempung

hitam

Newhall et al.,

2000

16. Sungai Progo, utara Dusun

Teluk

4.280 ± 100

4.310 ± 100

kayu pada lempung

hitam

Murwanto, 2001

17. Hasil pemboran di Sungai

Sileng Dusun Soropadan

19.520 ± 340

19.650 ± 350

lempung hitam dari

kedalaman 7 meter

Murwanto, 2001

18. Hasil pemboran di Sungai

Sileng Dusun Soropadan

22.040 ± 390

22.130 ± 400

lempung hitam dari

kedalaman 9 meter

Murwanto, 2001

Page 14: LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di Indonesia

Murwanto & Purwoarminta / LIMNOTEK 2015 22 (2) : 106 – 117

116

KESIMPULAN

Keberadaan danau purba di sekitar

Candi Borobudur dibuktikan dengan

ditemukannya endapan lempung hitam yang

mengandung serbuksari/pollen dari tanaman

komunitas rawa. Kondisi morfologi berupa

lembah yang lebar dan mengandung air

masih dapat ditemui di daerah penelitian, hal

tersebut merupakan sisa dari pendangkalan

danau yang masih dapat ditemui.

Perkembangan/pendangkalan danau di

sekitar Candi Borobudur menjadi dataran

lakustrin tidak berlangsung dalam satu

waktu, tetapi berlangsung berkali-kali.

Untuk merekonstruksi perkembangan danau

dapat diketahui dengan pendekatan

spasiotemporal. Kondisi keruangan dapat

diketahui dari pengamatan lapangan dan

analisis pollen, sedangkan waktunya dapat

ditentukan berdasarkan analisis radiokarbon 14

C. Perkembangan danau dapat

direkonstruksi menjadi tiga waktu yaitu pada

kala Akhir Pleistosen dengan luas 73.712

km2, Awal Holosen dengan luas danau

21.273 km2, dan Akhir Holosen (Resen)

dengan luas 8.357 km2.

REKOMENDASI

Keberadaan dataran lakustrin

merupakan sumberdaya alam yang tidak

terdapat di setiap wilayah di Indonesia. Pada

kawasan Candi Borobudur yang mempunyai

sejarah budaya yang tinggi, keberadaan jejak

danau ini akan membantu dalam

pengembangan pariwisata bidang kebumian

(geowisata).

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih

kepada Prof. Dr. Sutikno dan Prof. Dr.

Sunarto, Fakultas Geografi, Universitas

Gadjah Mada, atas bimbingannya selama

penelitian. Penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada Prof. Dr. Sutanto, DEA,

Universitas Pembangunan Nasional

„Veteran” Yogyakarta. Tidak lupa penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada

Bapak Darwin A. Siregar dan Ibu Sri Woro,

Pusat Survei Geologi, atas bantuannya

dalam uji laboratorium radiokarbon 14

C dan

pollen.

Gambar 9. Peta Spasiotemporal Danau Purba Borobudur

Page 15: LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di Indonesia

Murwanto & Purwoarminta / LIMNOTEK 2015 22 (2) : 106 – 117

117

DAFTAR PUSTAKA

Bemmelen, R.W. van, 1949, The Geology of

Indonesia : General Geology of

Indonesia and Adjacent

Archipelagoes, vol. IA, Government

Printing Office, Martinus Nijhoff,

The Hague, 732.

Bemmelen, R.W. van, 1952, De Geologische

Geschiedenis Van Indonesic NV

Uitgeverij, W.P. Van Stockum

Enzoon Denhaag, 67-68

Murwanto, H., 1996. Pengaruh Aktivitas

Gunungapi Kuarter Terhadap

Perubahan Lingkungan Danau di

Daerah Borobudur dan Sekitarnya,

Jawa Tengah.

Murwanto, H., Sutanto, Suharsono, 2001.

Kajian Pengaruh Aktivitas

Gunungapi Kuarter Terhadap

Perkembangan “Danau Borobudur”

Dengan Bantuan Sistem Informasi

Geografis, Laporan Akhir DCRG,

Departemen Pendidikan Nasional,

Indonesia

Murwanto, H., Purwoarminta, A., Siregar,

D.A., 2014. Pengaruh Tektonik dan

Longsor Lahan terhadap Perubahan

Bentuklahan di Bagian Selatan

Danau Purba Borobudur, Jurnal

Lingkungan dan Bencana Geologi,

Badan Geologi, Kementerian Energi

dan Sumber Daya Mineral, Bandung

Nieuwenkamp, W.O.J. 1933: Het

Boroboedoermeer, Algemeen

Handelsblad, Denhaag, 9 September

1933.

Newhall, C.G., Bronto, S., Alloway, B.,

Banks N.G., Bahar, I., Del Marmol,

M.A., Hadisantono, R.D., Halcomb,

R.T., Geehin, Miksic, J.N., Sayudi,

A.D., Sukliyar,R., Sndreastuti, S.,

Tilling, R.I., Torley, R., Trimble, D.,

Wirakusumah, A.D., 2000, 10.000

Years of Explosive Eruptions of

Merapi Vulcano, Central Java :

Archeological and Modern

Implications. Journal of Vulcanology

and Geothermal Research, 100

Nossin, I.J. and Voute, C., 1986. Notes on

the Geomorphology of The

Borobudur Plain (Central Java

Indonesia) in an archeological

historical context). Simposium an

Remote Sensing for Resources

Development and Environmental

Management/Enschede, Netherland

Purbohadiwidjojo, M.M., Sukardi, 1966.

Tentang ada atau tidak adanya suatu

danau lama di dekat Borobudur

(About Wether there was an ancient

lake near Borobudur), Unpublish

Progress Report, Geotechnic

Hydrology Direktorat Geology, No.

1514,12 January.

Robertsson, A.M., 1986. Pollen Analysis:

Background, Laboratory Techniques

and Identification, Intensive Course

of Palinulo and Ravello, Italy

Soekmono, 1976, Chandi Borobudur: A

Monument of Mankind, UNESCO

Press, Paris

Thanikaimoni, G., 1983, Palynological

Investigation on The Borobudur

Monument, Bulletin de 1’ Ecole

Francaise D’Extreme-orient Paris.

Page 16: LIMNOTEK Perairan Darat Tropis Di Indonesia

PETUNJUK BAGI PENULIS

1. I hereby declare that this submission is my own work.

(Saya/kami dengan ini menyatakan bahwa naskah yang dikirim merupakan hasil karya sendiri.)

2. I hereby stated that this manusrcipt have no plagiarism matter.

(Saya/kami dengan ini menyatakan bahwa di dalam naskah kami tidak terdapat hal-hal yang

bersifat plagiarisme.)

3. I declare the submission has no potential conflict of interest.

(Saya/kami menyatakan bahwa naskah yang kami kirimkan tidak akan menyebabkan pertentangan

atau perselisihan kepentingan.)

4. I hereby stated that this manuscript have never been previously published in any other scientific

publication and not being under reviewing process of any other scientific publication.

(Saya/kami dengan ini menyatakan bahwa naskah yang dikirim belum pernah dipublikasikan

sebelumnya dan tidak sedang dalam proses penelaahan oleh jurnal atau penerbit lainnya.

5. The submitted manuscript contains no least than 2.000 words and not exceed 10 pages A4

including figures and tables, without any appendixes.

(Naskah yang dikirim terdiri dari lebih dari 2000 kata dan tidak melebihi 10 halaman ukuran A4

termasuk gambar dan tabel, dan tanpa lampiran apapun).

6. The submitted manuscript has been written using Open Office Text Document (.odt), Microsoft

Word (.doc/.docx), or Portable Document Format (pdf).

(Naskah yang ditulis sudah menggunakan format Open Office Text Document (.odt), Microsoft

Word (.doc/.docx), atau Portable Document Format (pdf)).

7. Title already brief and concise, written in English, and not exceed 15 words.

(Judul naskah sudah cukup ringkas, dan tidak melebihi 15 kata.)

8. Abstract already brief and concise and not exceed 250 words in Bahasa Indonesia and English.

(Abstrak sudah ditulis secara ringkas dan tidak melebihi 250 kata, dalam Bahasa Indonesia dan

Bahasa Inggris.)

9. Keywords are written in Bahasa Indonesia and English, between three to five phrase.

(Kata kunci sudah ditulis antara 3-5 frase, dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.)

10. The manuscript structure already consist: Introduction, Method/Material, Result and Discussion,

Conclusion, Acknowledgement, and References.

(Struktur naskah sudah terdiri dari: Pendahuluan, Metode, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan,

Ucapan Terimakasih, dan Daftar Pustaka.)

11. References are written according the writing style of LIMNOTEK. The primary references are no

less than 80% from at least ten sources and had been taken from the late ten year publications.

(Daftar pustaka sudah ditulis sesuai dengan format yang diacu LIMNOTEK Perairan Darat Tropis

di Indonesia. Pustaka utama yang diacu sudah lebih dari 80% dari sekurang-kurangnya 10 sumber

acuan terkini.)