44
Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING Definisi Linguistik dan pembagian Linguistik Lingusitik A. Pengertian Linguistik Kata linguistik berasal dari bahasa latin lingua yang berarti ’bahasa’. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Dalam bahasa Perancis ada tiga istilah untuk menyebut bahasa yaitu: Langue: suatu bahasa tertentu. Langage: bahasa secara umum. Parole: bahasa dalam wujud yang nyata yaitu berupa ujaran. Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum (general linguistics). Artinya, ilmu linguistik tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, yang dalam peristilahan Perancis disebut langage. Pakar linguistik disebut linguis. Bapak Linguistik modern adalah Ferdinand de Saussure (1857-1913). Bukunya tentang bahasa berjudul Course de Linguistique Generale yang diterbitkan pertama kali tahun 1916. Dalam dunia keilmuan, tidak hanya linguistik saja yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Ilmu atau disiplin lain yang juga mengkaji bahasa diantaranya: ilmu susastra, ilmu sosial (sosiologi), psikologi, dan fisika. Yang membedakan linguistik dengan ilmu-ilmu tersebut adalah pendekatan terhadap objek kajiannya yaitu bahasa. Ilmu susastra mendekati bahasa sebagai wadah seni. Ilmu sosial mendekati dan memandang bahasa sebagai alat interaksi sosial di dalam masyarakat. Psikologi mendekati dan memandang bahasa sebagai pelahiran kejiwaan. Fisika mendekati dan memandang bahasa sebagai fenomena alam. Sedangkan linguistik mendekati dan memandang bahasa sebagai bahasa atau wujud bahasa itu sendiri. Keilmiahan Linguistik Pada dasarnya, setiap ilmu termasuk linguistik mengalami tiga tahap perkembangan yaitu: Tahap pertama, yakni tahap spekulasi. Dalam tahap ini pembicaraan mengenai sesuatu dan cara mengambil kesimpulan dilakukan dengan spekulatif. Artinya, kesimpulan itu dibuat tanpa didukung oleh bukti-bukti empiris dan dilakukan tanpa menggunakan prosedur- prosedur tertentu. Dalam studi bahasa dulu orang mengira bahwa semua bahasa di dunia diturunkan dari bahasa Ibrani, Adam dan Hawa memakai

Linguistik Ms.word Untuk Blog

Embed Size (px)

DESCRIPTION

applied linguistik

Citation preview

Page 1: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

Definisi Linguistik dan pembagian Linguistik

 Lingusitik 

A. Pengertian LinguistikKata linguistik berasal dari bahasa latin lingua yang berarti ’bahasa’. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Dalam bahasa Perancis ada tiga istilah untuk menyebut bahasa yaitu:

Langue: suatu bahasa tertentu.  Langage: bahasa secara umum. Parole: bahasa dalam wujud yang nyata yaitu berupa ujaran.

Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum (general linguistics). Artinya, ilmu linguistik tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, yang dalam peristilahan Perancis disebut langage. Pakar linguistik disebut linguis. Bapak Linguistik modern adalah Ferdinand de Saussure (1857-1913). Bukunya tentang bahasa berjudul Course de Linguistique Generale yang diterbitkan pertama kali tahun 1916.

Dalam dunia keilmuan, tidak hanya linguistik saja yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Ilmu atau disiplin lain yang juga mengkaji bahasa diantaranya: ilmu susastra, ilmu sosial (sosiologi), psikologi, dan fisika. Yang membedakan linguistik dengan ilmu-ilmu tersebut adalah pendekatan terhadap objek kajiannya yaitu bahasa. Ilmu susastra mendekati bahasa sebagai wadah seni. Ilmu sosial mendekati dan memandang bahasa sebagai alat interaksi sosial di dalam masyarakat. Psikologi mendekati dan memandang bahasa sebagai pelahiran kejiwaan. Fisika mendekati dan memandang bahasa sebagai fenomena alam. Sedangkan linguistik mendekati dan memandang bahasa sebagai bahasa atau wujud bahasa itu sendiri.

Keilmiahan LinguistikPada dasarnya, setiap ilmu termasuk linguistik mengalami tiga tahap perkembangan yaitu:Tahap pertama, yakni tahap spekulasi. Dalam tahap ini pembicaraan mengenai sesuatu dan cara mengambil kesimpulan dilakukan dengan spekulatif. Artinya, kesimpulan itu dibuat tanpa didukung oleh bukti-bukti empiris dan dilakukan tanpa menggunakan prosedur-prosedur tertentu. Dalam studi bahasa dulu orang mengira bahwa semua bahasa di dunia diturunkan dari bahasa Ibrani, Adam dan Hawa memakai bahasa Ibrani di Taman Firdaus, dan Tuhan berbicara dalam bahasa Swedia. Semuanya itu hanyalah spekulasi yang pada zaman sekarang sukar diterima.

Tahap kedua, yakni tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahap ini para ahli bahasa baru mengumpulkan dan menggolongkan segala fakta bahasa dengan teliti tanpa memberi teori atau membuat kesimpulan.

Tahap ketiga, yakni tahap perumusan teori. Pada tahap ini setiap disiplin ilmu berusaha memahami masalah-masalah dasar dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah-masalah itu berdasarkan data yang dikumpulkan. Kemudian dirumuskan hipotesis yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, dan menyusun tes untuk menguji hipotesis terhadap fakta yang ada.Linguistik telah mengalami tiga tahapan tersebut sehingga dapat dikatakan linguistik merupakan kegiatan ilmiah.

 

Page 2: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

B. Subdisiplin LinguistikSubdisiplin linguistik dapat dikelompokkan berdasarkan:

1. objek kajiannya adalah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu,2. objek kajiannya adalah bahasa pada masa tertentu atau bahasa sepanjang masa, 3. objek kajiannya adalah struktur internal bahasa itu atau bahasa itu dalam kaitannya

dengan berbagai faktor di luar bahasa,4. tujuan pengkajiannya apakah untuk keperluan teori atau untuk terapan, dan5. teori atau aliran yang digunakan untuk menganalisis objeknya.

B.1. Berdasarkan Objek Kajiannya, Apakah Bahasa pada Umumnya atau Bahasa Tertentu

Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik umum dan linguistik khusus. Linguistik umum adalah linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa secara umum. Linguistik khusus berusaha mengkaji kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa tertentu.

B.2. Berdasarkan Objek Kajiannya, Apakah Bahasa pada Masa Tertentu atau Bahasa Sepanjang Masa

Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan adanya linguistik sinkronik (linguistik deskriptif) dan linguistik diakronik (linguistik historis komparatif). Linguistik sinkronik mengkaji bahasa pada masa tertentu. Misalnya, mengkaji bahasa Indonesia pada tahun dua puluhan atau mengkaji bahasa Inggris pada zaman William Shakespeare. Linguistik diakronik berupaya mengkaji bahasa pada masa yang tidak terbatas; bisa sejak awal kelahiran bahasa itu sampai masa sekarang. Tujuan linguistik diakronik adalah untuk mengetahui sejarah struktural bahasa itu dengan segala bentuk perubahan dan perkembangannya.

B.3. Berdasarkan Objek Kajiannya adalah Struktur Internal Bahasa itu atau Bahasa itu dalam Kaitannya dengan Berbagai Faktor di Luar Bahasa

Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik mikro (mikrolinguistik) dan linguistik makro (makrolinguistik). Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal bahasa. Dalam linguistik mikro ada beberapa subdisiplin yaitu:

1. Fonologi: menyelidiki tentang bunyi bahasa.

Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan bunyi-bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya. Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia.[1]. Bidang kajian fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata.[1]

Asal kata fonologi, secara harfiah sederhana, terdiri dari gabungan kata fon (yang berarti bunyi) dan logi (yang berarti ilmu).[1] Dalam khazanah bahasa Indonesia, istilah fonologi merupakan turunan kata dari bahasa Belanda, yaitu fonologie.

( Sumber informasi : https://id.wikipedia.org/wiki/Fonologi )

Page 3: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

2. Morfologi: menyelidiki tentang morfem.

Dalam pelajaran biologi, Morphology adalah  ilmu yang mempelajari tentang bentuk organisme terutama hewan  dan tumbuhan dan mencakup bagian-bagiannya. Begitu pula dalam ilmu kebahasaan, Morphology adalah ilmu yang mempelajari tentang kebahasaan  itu sendiri, seperti mengkaji tentang pembentukan kata/morfem dan juga variasi gabungan kata/morfem di dalam suatu bahasa. Morphology sendiri terbagi atas dua jenis yaitu bebes dan terikat. Bagaimana perbedaannya mari kita simak. Namun, seiring dengan perkembangan dan dinamika bahasa, istilah yang kemudian lebih populer adalah morfologi.

1. Pengertian morfologi menurut Verhaar (1996: 97), menyatakan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.

2. Pengertian morfologi menurut Samsuri (1988: 15), mendefinisikan morfologi sebagai cabang linguistik yang mempelajari struktur dan bentuk-bentuk kata.

3. Definisi morfologi menurut Ramlan (1978:2) Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti kata.

( Sumber informasi : http://www.ilmubahasainggris.com/linguistic-pengertian-morphology-pembagian-jenis-dan-contohnya-dalam-bahasa-inggris/ )

3. Sintaksis: menyelidiki tentang satuan-satuan kata.

Dalam linguistik, kata syntax berasal dari bahasa Yunani yang merupakan gabungan dari kata syn yang berarti “bersama”, dan kata taxis yang berarti “rangkaian”, “urutan”. Jadi syntax adalah salah satu dari cabang ilmu linguistik yang mempelajari kaidah yang menentukan bagaimana kata membentuk frasa dan frasa membentuk kalimat. Secara etimologis istilah syntax adalah menempatkan bersama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat.

Mengulas bagaimana kalimat itu dibentuk dan pengguna bahasa menggunakan sebuah variasi yang istimewa yang memungkinkan membentuk elemen dalam kalimat. Dalam sintaksis, ada beberapa bagian dari struktur kalimat yang akan penulis jelaskan, yaitu subject, verb, object, complement dan adverb

4. Semantik: menyelidiki makna bahasa.

Dalam linguistik, semantik adalah sub-bidang dikhususkan untuk mempelajari makna, seperti yang melekat di tingkat kata, frasa, kalimat, dan unit yang lebih besar dari wacana (teks disebut). Daerah basis penelitian adalah makna dari tanda-tanda, dan studi tentang hubungan antara unit linguistik yang berbeda dan senyawa: homonimi, sinonim, antonim, hypernymy, hyponymy, meronymy, metonimia, holonymy, paronyms.

Perhatian utama adalah bagaimana makna yang melekat pada potongan-potongan yang lebih besar dari teks, mungkin sebagai akibat dari komposisi unit yang lebih kecil dari makna. Secara tradisional, semantik sudah termasuk studi tentang makna dan referensi denotatif, kondisi kebenaran, struktur argumen, peran tematik, analisis wacana, dan hubungan semua ini untuk sintaks.

Page 4: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

Problem pada Penamaan dan Pelabelan dalam Semantik Linguistik.

Menurut Robert Palmer (2010), penamaan dan interpretasi dari sebuah objek lebih mudah dilakukan di kelas kata benda (noun), tapi akan sulit di kelas kata sifat (adjective) dan bekerja (kata kerja), kata benda tidak nyata, abstrak kata benda, dan kata benda memiliki arti yang berhubungan dengan satu sama lain.

Kesulitan pada kata Kerja dan Ajektiva.

Contoh:Kata Ajektiva:  cantik, terkenal, baik, jahat.Kata Verba: Berlari, bekerja, melihat, dsb.

Kata-kata ini dianggap sulit untuk menemukan karakteristik secara rinci. Misalnya kata menjalankan, yang pertama harus membayangkan apa artinya untuk menjalankan? Jadi apa atribut yang terlibat dalam menjalankan? Apakah itu menggerakkan kaki atau tangan saja?

Kata benda yang tidak eksis di dunia nyata, kata benda imajiner.

Contoh:  kuda tanduk, tuyul, peri dan lainnya.

Kata benda adalah contoh bahwa kata tidak selalu memiliki hubungan dengan makna dari segala sesuatu yang kita alami di dunia nyata. Dalam hal ini, reciters pertama harus memisahkan dua jenis dunia yang terkandung dalam pikiran, antara dunia nyata dan dunia imajiner untuk mendapatkan makna yang diinginkan.

Kata-kata yang tidak termasuk kata benda imajiner maupun fisik.

Contoh: Cinta, benci, indah, dan lainnya.

Semua ini adalah kata benda, meskipun abstrak. Dan biasanya nomina berdampingan dengan kata benda lainnya .

sumber informasi : http://edu.dzihni.com/2012/06/pengertian-semantik.htmlZ.

5. Leksikologi: menyelidiki leksikon atau kosakata.

Leksikologi (dari bahasa Yunani: lexiko-, "leksikon") adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari kata, sifat dan makna, unsur, hubungan antarkata (semantis), kelompok kata, serta keseluruhan leksikon. Ilmu ini terkait erat dengan leksikografi yang juga mempelajari kata, terutama dalam kaitannya dengan penyusunan kamus. Secara sederhana, leksikografi disebut sebagai penerapan praktis dari leksikologi.

sumber informasi: https://id.wikipedia.org/wiki/Leksikologi

Page 5: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

Applied Linguistik

Linguistik makro( applied Linguistik ) menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor di luar bahasa. Subdisiplin-subdisiplin linguistik makro antara lain:

Sosiolinguistik: mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaian di masyarakat.

Sosiolinguistik adalah kajian interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya terhadap cara suatu bahasa digunakan. Dalam hal ini bahasa berhubungan erat dengan masyarakat suatu wilayah sebagai subyek atau pelaku berbahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara kelompok yang satu dengan yang lain.Sosiolinguistik menurut beberapa ahli

Salah satu teori sosiolinguistik yang bisa dipakai sebagai rujukan adalah teori dari Nababan, bahwa pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan disebut Sosiolinguistik oleh Nababan, tahun 1984 dalam Sosiolinguistik Perkenalan Awal.[1]

Menurut Abdul Caher, Sosiolinguistik ialah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya dalam masyarakat. Di dalam bukunya Abdul Chaer juga menyatakan bahwa apa yang dibicarakan dalam sosiolinguistik ialah pemakai dan pemakaian bahasa, tempat pemakaian bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibar dari adanya kontak dua bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam bahasa itu. ( Abdul Chaer, tahun 1994 dalam Linguistik Umum.[2] )

Sosiolinguistik yang menurut sejumlah ahli (Wardaugh, 1985, Holmes 1995) adalah cabang ilmu bahasa yang berusaha menerangkan korelasi antara perwujudan struktur atau elemen bahasa dengan faktor-faktor sosiokulturalpertuturannya, tentu saja mengasumsikan pentingnya pengetahuan dasar-dasar linguistik degan berbagai cabangnya, seperti: fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik edalam mengidentifikasikan, dan menjelaskan fenomena-fenoma yang menjadi objek kajiannya, yakni bahasa dengan berbagai variasi sosial atau regionalnya.

Konsep fundamental dalam sosiolinguistik

Sementara studi sosiolinguistik sangatlah luas, ada beberapa konsep dasar di mana banyak pertanyaan sosiolinguistik bergantung:

1. Komunitas tutur

Komunitas tutur adalah sebuah konsep dalam sosiolinguistik yang menggambarkan kelompok tertentu yang terdiri dari orang-orang yang menggunakan bahasa dengan cara yang unik dan saling diterima di antara mereka.

Agar diterima menjadi bagian dari suatu komunitas tutur, seseorang harus memiliki kompetensi komunikatif. Artinya, penutur memiliki kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan cara yang tepat dalam situasi tertentu. Adalah mungkin bahwa seorang penutur secara komunikatif kompeten dalam lebih dari satu bahasa. [4]

Komunitas tutur bisa jadi merupakan anggota suatu profesi dengan jargon khusus,

Page 6: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

Anggota komunitas tutur akan sering mengembangkan slang (bahasa gaul) atau jargon untuk melayani tujuan kelompok dan prioritas khusus.

Komunitas praktik memungkinkan para sosiolinguis untuk menguji hubungan antara sosialisasi, kompetensi, dan identitas. Karena identitas adalah struktur yang sangat kompleks, mempelajari sosialisasi bahasa merupakan sarana untuk menguji tingkat interaksional-mikro aktivitas praktis (kegiatan sehari-hari). Pembelajaran bahasa sangat dipengaruhi oleh keluarga tetapi didukung oleh lingkungan setempat yang lebih besar, seperti sekolah, tim olahraga, atau agama. Komunitas tutur mungkin eksis dalam komunitas praktik yang lebih luas.[5]

2. Varietas prestise yang tinggi dan prestise yang rendah

Penting untuk analisis sosiolinguistik adalah konsep prestise; kebiasaan tutur tertentu bisa dinilai positif atau negatif, yang kemudian diterapkan pada penutur. Implikasi penting dari teori sosiolinguistik adalah bahwa penutur 'memilih' suatu varietas saat melakukan tindak tutur, baik secara sadar ataupun tidak sadar.

3. Jejaring sosial

Untuk memahami bahasa dalam masyarakat berarti kita juga harus memahami jejaring sosial di mana bahasa tersebut tertanam. Istilah "jaringan sosial" adalah cara lain untuk menggambarkan masyarakat tutur tertentu dalam hal hubungan antar anggota individu dalam masyarakat. Sebuah jaringan bisa longgar atau ketat, tergantung pada bagaimana anggota berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh, kantor atau pabrik dapat dianggap sebagai komunitas ketat karena semua anggota berinteraksi satu sama lain. Sebuah kursus besar dengan 100 lebih siswa akan menjadi komunitas longgar karena siswa hanya dapat berinteraksi dengan instruktur dan mungkin 1-2 siswa lainnya. Sebuah komunitas multipleks adalah salah satu di mana anggota memiliki beberapa hubungan dengan satu sama lain. [6] Sebagai contoh, di beberapa lingkungan, anggota dapat hidup di jalan yang sama, bekerja untuk majikan yang sama dan bahkan kawin-mawin.

sumber informasi : https://id.wikipedia.org/wiki/Sosiolinguistik

Psikolinguistik: mempelajari hubungan bahasa dengan perilaku dan akal budi

Gagasan pemunculan psikolinguistik sebenarnya sudah ada sejak tahun 1952, yaitu sejak Social Science Research Council di Amerika Serikat mengundang tiga orang linguis dan tiga orang psikolog untuk mengadakan konferensi interdisipliner. Secara formal istilah Psikolinguistik digunakan sejak tahun 1954 oleh Charles E. Osgood dan Thomas A. sebeok dalam karyanya berjudul sycholinguistics, A Survey of Theory and Research roblems. Sejak itu istilah tersebut sering digunakan. Psikolinguistik merupakan interdisiplin antara Linguistik dan Psikologi. Psikologi berasal dari bahasa Inggris pscychology. Kata pscychology berasal dari bahasa Greek (Yunani), yaitu dari akar kata psyche yang berarti jiwa, ruh, sukma dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara etimologi psikologi berati ilmu jiwa. Pengertian Psikologi sebagai ilmu jiwa dipakai ketika Psikologi masih berada atau merupakan bagian dari filsafat, bahkan dalam kepustakaan kita pada tahun 50-

Page 7: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

an ilmu jiwa lazim dipakai sebagai padanan Psikologi. Kini dengan berbagai alasan tertentu (misalnya timbulnya konotasi bahwa Psikologi langsung menyelidiki jiwa) istilah ilmu jiwa tidak dipakai lagi.

Pergeseran atau perubahan pengertian yang tentunya berkonsekuensi pada objek Psikologi sendiri tadi tentu saja berdasar pada perkembangan pemikiran para peminatnya. Bruno (Syah, 1995: 8) secara rinci mengemukakan pengertian Psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama Psikologi adalah studi mengenai ruh. Kedua Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental. Ketiga Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku organisme. Pengertian pertama merupakan definisi yang paling kuno dan klasik (bersejarah) yang berhubungan dengan filsafat Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Mereka menganggap bahwa kesadaran manusia berhubungan dengan ruhnya. Karena itu, studi mengenai kesadaran dan proses mental manusia pun merupakan bagian dari studi mengenai ruh. Ketika Pikologi melepaskan diri dari filsafat sebagai induknya dan menjadi ilmu yang mandiri pada tahun 1879, yaitu saat Wiliam Wundt (1832-1920) mendirikan laboratorium pskologinya, ruh dikeluarkan dari studi psikologi. para ahli, di antaranya William james (1842-1910) sehingga pendapat kedua menyatakan bahwa psikologi sebagai ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental. Pengertian ketiga dikemukakan J.B. Watson (1878-1958) sebagai tokoh yang radikal yang tidak puas dengan definisi tadi lalu beliau mendefinisikan Pikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang tingkah laku (behavior) organisme. Selain itu, Watson sendiri menafikan (menganggap tidak ada) eksistensi ruh dan kehidupan mental. Eksistensi ruh dan kehidupan internal manusia menurut Watson dan kawan-kawannya tidak dapat dibuktikan karena tidak ada, kecuali dalam hayalan belaka. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa Psikologi behaviorisme adalah aliran ilmu jiwa yang tidak berjiwa. Untuk menengahi pendapat tadi muncullah pengertian yang dikemukakan oleh pakar yang lain, di antaranya Crow & Crow. Menurutnya Pikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya (manusia, hewan, iklim, kebudayaan, dsb.

Pengertian Pikologi di atas sesuai dengan kenyataan yang ada selama ini, yakni bahwa para psikolog pada umumnya menekankan penyelidikan terhadap perilaku manusia yang bersifat jasmaniah (aspek pasikomotor) dan yang bersifat rohaniah (kognitif dan afektif). Tingkah laku psikomotor (ranah karsa) bersifat terbuka, seperti berbicara, duduk, berjalan, dsb., sedangkan tingkah laku kognitif dan afektif (ranah cipta dan ranah rasa) bersifat tertutup, seperti berpikir, berkeyakinan, berperasaan, dsb. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai prilaku manusia baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 1982: 99).

Sejalan dengan pendapat di atas Martinet mengemukakan (1987: 19) mengemukakan bahwa linguistik adalah telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Secara lebih rinci dalam Webster’s New Collegiate Dictionary (Nikelas, 1988: 10) dinyatakan EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya http://educare.e-fkipunla.net Generated: 26 July, 2009, 06:28 linguistics is the study of human speech including the units, nature, structure, and modification of language ‘linguistik adalah studi tentang ujaran manusia termasuk unit-unitnya, hakikat bahasa, struktur,

Page 8: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

dan perubahanperubahan bahasa’. Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary (Nikelas, 1988: 10) dinyatakan linguistics is the science of language, e.g. its structure, acquisition, relationship to other forms of communication ‘linguistik adalah ilmu tentang bahasa yang menelaah, misalnya tentang struktur bahasa, pemerolehan bahasa dan tentang hubungannya dengan bentuk-bentuk lain dari komunikasi’. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Linguistik ialah ilmu tentang bahasa dengan karakteristiknya. Bahasa sendiri dipakai oleh manusia, baik dalam berbicara maupun menulis dan dipahami oleh manusia baik dalam menyimak ataupun membaca.

Berdasarkan pengertian psikologi dan Linguistik pada uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik prilaku yang tampak maupun perilaku yang tidak tampak. Untuk lebih jelasnya, mengenai pengertian Psikolinguistik berikut ini dikemukakan beberapa definisi Psikolinguistik.  Aitchison (Dardjowidojo, 2003: 7) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang bahasa dan minda. Sejalan dengan pendapat di atas. Field (2003: 2) mengemukakan psycholinguistics explores the relationship between the human mind and language ‘psikolinguistik membahas hubungan antara otak manusia dengan bahasa’. Minda atau otak beroperasi ketika terjadi pemakaian bahasa. Karena itu, Harley (Dardjowidjojo: 2003: 7) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang proses mental-mental dalam pemakaian bahasa. Sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai bahasa terlebih dahulu memperoleh bahasa. Dalam kaitan ini Levelt (Marat, 1983: 1) mengemukakan bahwa Psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan dan perolehan bahasa oleh manusia. Kridalaksana (1982: 140) pun berpendapat sama dengan menyatakan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia serta kemampuan berbahasa dapat diperoleh. Dalam proses berbahasa terjadi proses memahami dan menghasilkan ujaran, berupa kalimat-kalimat. Karena itu, Emmon Bach (Tarigan, 1985: 3) mengemukakan bahwa Psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya para pembicara/pemakai bahasa membentuk/membangun kalimat-kalimat bahasa tersebut. Sejalan dengan pendapat di atas Slobin (Chaer, 2003: 5) mengemukakan bahwa psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan bahasa diperoleh manusia.

Secara lebih rinci Chaer (2003: 6) berpendapat bahwa psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu. Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami ujaran. Dalam kaitan ini Garnham (Musfiroh, 2002: 1) mengemukakan Psycholinguistics is the study of a mental mechanisms that nake it possible for people to use language. It is a scientific discipline whose goal is a coherent theory of the way in which language is produce and understood ‘Psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran’. Dalam penggunaan bahasa terjadi proses mengubah pikiran menjadi kode dan mengubah kode menjadi pikiran. Dalam hubungan ini Osgood dan Sebeok (Pateda: 1990) menyatakan pscholinguistics deals directly with the processes of

Page 9: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

encoding and decoding as they relate states of communicators ‘psikolinguistik secara langsung berhubungan dengan proses-proses mengkode dan mengerti kode seperti pesan yang disampaikan oleh orang yang berkomunikasi’. Ujaran merupakan sintesis dari proses pengubahan konsep menjadi kode, sedangkan pemahaman pesan merupakan rekognisi sebagai hasil analisis. Karena itu, Lyons berpendapat bahwa tentang psikolinguistik dengan menyatakan bahwa psikolinguistik adalah telaah mengenai produksi (sintesis) dan rekognisi (analisis). Bahasa sebagai wujud atau hasil proses dan sebagai sesuatu yang diproses bisa berupa bahasa lisan atau bahasa tulis, sebagaimana dikemukakan oleh Kempen (Marat, 1983: 5) bahwa Psikolinguistik adalah studi mengenai manusia sebagai pemakai bahasa, yaitu studi mengenai sistem-sistem bahasa yang ada pada manusia yang dapat menjelaskan cara manusia dapat menangkap ide-ide orang lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan.

Apabila dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pendapat di atas pun secara tersurat menyatakan bahwa Psikolinguistik pun mempelajari pemerolehan bahasa oleh manusia sehingga manusia mampu berbahasa. Lebih jauhnya bisa berkomunikasi dengan manusia lain, termasuk tahapan-tahapan yang dilalui oleh seorang anak manakala anak belajar berbahasa sebagaimana dikemukakan oleh Palmatier (Tarigan, 1985: 3) bahwa Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perkembangan bahasa anak. Semua bahasa yang diperoleh pada hakikatnya dibutuhkan untuk berkomunikasi. Karena itu, Slama (Pateda, 1990: 13) mengemukakan bahwa

psycholinguistics is the study of relations between our needs for expression and communications and the means offered to us by a language learned in one’s childhood and later ‘

psikolinguistik adalah telaah tentang hubungan antara kebutuhan-kebutuhan kita untuk berekspresi dan berkomunikasi dan benda-benda yang ditawarkan kepada kita melalui bahasa yang kita pelajari sejak kecil dan tahap-tahap selanjutnya.

Berdasarkan pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik prilaku yang tampak maupun perilaku yang tidak tampak. berupa persepsi, pemproduksian bahasa, dan pemerolehan bahasa. Perilaku yang tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia ketika berbicara dan menulis atau ketika dia memproduksi bahasa, sedangkan prilaku yang tidak tampak adalah perilaku manusia ketika memahami yang disimak atau dibaca sehingga menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau ditulisnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan ruang lingkup Psikolinguistik yaitu penerolehan bahasa, pemakaian bahasa, pemproduksian bahasa, pemprosesan bahasa, proses pengkodean, hubungan antara bahasa dan prilaku manusia, hubungan antara bahasa dengan otak. Berkaitan dengan hal ini Yudibrata, Andoyo Sastromiharjo, Kholid A. Harras(1997/1998: 9) menyatakan bahwa Psikolinguistik meliputi pemerolehan atau akuaisisi bahasa, hubungan bahasa dengan otak,

Page 10: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

pengaruh pemerolehan bahasa dan penguasaan bahasa terhadap kecerdasan cara berpikir, hubungan encoding (proses mengkode) dengan decoding (penafsiran/pemaknaan kode), hubungan antara pengetahuan bahasa dengan pemakaian bahasa dan perubahan bahasa).

Field (2003: 2) mengemukakan ruang lingkup Psikolinguistik sebagai berikut: language processing, language storage and access, comprehension theory, language and the brain, bahasa dalam keadaan istimewa, language in exceptional circumstances, frst language acquisiton ‘pemrosesan bahasa, penyimpanan dan pemasukan bahasa, teori pemahaman bahasa, bahasa dan otak, pemerolehan bahasa Secara lebih rinci Musfiroh pun berpendapat (2002: 8) bahwa Psikolingusitik meliputi a. Hubungan antara bahasa dan otak, logika, dan pikiran b. Proses bahasa dalam komunikasi: produksi, persepsi dan komprehensi c. Permasalahan makna d. Persepsi ujaran dan kognisi e. Pola tingkah laku berbahasa f. Pemerolehan bahasa pertama dan kedua g. Proses berbahasa pada individu abnormal (Musfiroh, 2002: 8) Karena psikologi merupakan bagian dari psikolinguistik, untuk mempermudah pemahman selanjutnya perlu dibicarakan ranah psikologi.

Sumber informasi : (https://lakubijakbajik.wordpress.com/dirasat/psikolingusitika/psikolinguistik-dalam-pembelajaran-bahasa/)

Antropolinguistik: mempelajari hubungan bahasa dengan budaya.

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan secara menyeluruh. Di satu pihak manusia adalah pencipta kebudayaan, di pihak lain kebudayaan yang “menciptakan” manusia sesuai dengan lingkungannya. Dengan demikian, terjalin hubungan timbal balik yang sangat erat dan padu antara manusia dan kebudayaan.

Dalam kebudayaan, bahasa menduduki tempat yang unik dan terhormat. Selain sebagai unsur kebudayaan, bahasa juga berfungsi sebagai sarana terpenting dalam pewarisan, pengembangan dan penyebarluasan kebudayaan.

Cakupan kajian yang berkaitan dengan bahasa sangat luas, karena bahasa mencangkup hamper semua aktifitas manusia. Hingga akhirnya linguistic memperlihatkan adanya pergerakan menuju kajian yang bersifat multidisplin, salah satunya adalah antropologi linguistik.

Antopologi lingustik adalah salah satu cabang linguistik yang menelaah hubungan antara bahasa dan budaya terutama untuk mengamati bagaimana bahasa itu digunakan sehari-hari sebagai alat dalam tindakan bermasyarakat.(Lauder,2005:231) Antropologi biasa juga disebut etnolinguistik menelaah bahasa bukan hanya dari strukturnya semata tapi lebih pada fungsi dan pemakaiannya dalam konteks situasi social budaya. Kajian antropologi linguistic antara lain menelaah struktur dan hubungan kekeluargaan melalui istilah kekerabatan, konsep warna, pola pengasuhan anak, atau menelaah bagaimana anggota masyarakat

Page 11: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

saling berkomunikasi pada situasi tertentu seperti pada upacara adapt, lalu menghubungkannya dengan konsep kebudayaannya.

Contoh: tindak tutur pendeta’….dengan ini, kalian saya nyatakan sebagai suami istri…’ adlah sebuah tindakan melalui bahasa ysng mempunyai otoritas dalam masyarakat untuk mengukuhkan sepasang pengantin menjadi sepasang suami istri yang sah secara hokum dan terterima oleh masyarakat.

Di Amerika yang melopori ilmu antropologi linguistic adalah Franz Boas, sedangkan di Eropa di pakai istilah etnolinguistik (Duranti,1997). Melalui pendekatan antropologi linguistic, kita mencermati apa yang dilakukan orang dengan bahasa dan ujaran-ujaran yang diproduksi;diam dan gesture dihubungkan dengan konteks pemunculannya (Duranti,2001:1).

Malinowski (dalam Hymes, 1964:4) mengemukakan bahwa melalui etnolinguistik kita dapat menelusuri bagaimana bentuk-bentuk linguistic dipengaruhi oleh aspek budaya, social, mental, dan psikologis; apa hakekat sebenarnya dari bentuk dan makna serta bagaimana hubungan keduanya. Penggunaan bahasa dalam berkomunikasi cenderung dipandang sebagai fungsi kontrol atau suatu tindakan untuk saling mempengaruhi partisipan dalam suatu pertuturan.

Budaya Indonesia sendiri dilihat melalui interdisipliner antropolinguistik, ditegaskan bahwa sistem nilai budaya Indonesia mempunyai pengaruh yang besar atas penggunaan kata ganti orang atau pronominanya. Sesuai dengan teori komunikasi, komunikator dan komunikan komitmen dalam hubungan simetris atau hubungan asimetris. Terjadinya hubungan simetris karena ada kesamaan status sosial, perbedaan mengakibatkan kehadiran asimetris.

Pronomina ketiga tunggal ia/dia berlaku dalam hubungan simetris, namun kata beliau yang fungsinya sama dengan ia/dia hanya dipakai untuk asimetris sehubungan nilai budaya hormat. Kata beliau diperuntukkan terhadap dia yang status sosialnya tinggi: Baru-baru ini Presiden SBY mengunjungi kedua SD Negeri. (1) Ia sempat mengajar anak-anak. (2) Beliau sempat mengajar anak-anak. Kalimat (1) diucapkan oleh orang yang baru belajar.

Walaupun pronomina I saya, aku bersinonim, dalam praktik aplikasinya berbeda. Sebab timbul hubungan simetris/asimetris terhadap pronomina saya, "Permisi, Pak, saya akan membezuk anak sedang sakit," kata pegawai kepada atasannya. "Aku tak sanggup menyelesaikan soal akhir, Bu" ujar siswa kelas 3 SMA kepada gurunya, tidak tahu adat, menganggap dirinya setaraf.

Pronomina kami mempunyai arti (a) komunikator jamak seperti "Ayah, ibu, adik tergabung menjadi Kami bertiga akan berpiknik; (b)sama dengan makna saya ialah honorifiks mayestatis. Biasanya komunikator bertindak sebagai

Page 12: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

ketua/ wakil ketua/ pemimpin/ kepala misal "Kami (=saya) mengucapkan selamat atas kehadiran bapak/ibu," kata direktur SMA. Tetangga berujar, "Kami tidak mengizinkan ibumu lewat sini." Salah penggunaannya pada pronomina kita terlibat komunikator beserta komunikan hubungannya simetris, marilah kita bersikap dewasa," kata ayahnya membujuk anaknya. Khusus untuk pronomina jamak kami tidak melibatkan komunikan hanya jumlah komunikator banyak.

Antropolinguistik, Bahasa dan Kebudayaan

Setiap ilmu pengetahuan lazim dibagi atas bidang-bidang cabang-cabang,

misalnya, ilmu kimia dibagi atas kimia organic dan anorganik. Atau ilmu psikologi

dapat dibagi antara lain atas psikologi klinis dan psikologi social. Memamng setiap

ilmu pengetahuan meliputi bahan yang luas sekali, dan demi alas an praktis para

ahli suka membagi ilmunya menjadi berbagai bidang bawahan atau cabang ilmunya.

Demikian ilmu linguistik lazimnya dibagi menjadi bidang bawahan yang

bermacam-macam. Misalnya saja, ada Antropologi Linguistik, yaitu cara

penyelidikan linguistik yang dimanfaatkan oleh para ahli Antropologi Budaya.

Antropologi Sosial-Budaya atau lebih sering disebut Antropologi Budaya

berhubungan dengan apa yang sering disebut dengan Etnologi. Ilmu ini mempelajari

tingkah-laku manusia, baik itu tingkah-laku individu atau tingkah laku kelompok.

Tingkah-laku yang dipelajari disini bukan hanya kegiatan yang bisa diamati dengan

mata saja, tetapi juga apa yang ada dalam pikiran mereka. Pada manusia, tingkah-

laku ini tergantung pada proses pembelajaran. Apa yang mereka lakukan adalah

hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya disadari

atau tidak. Mereka mempelajari bagaimana bertingkah-laku ini dengan cara

mencontoh atau belajar dari generasi diatasnya dan juga dari lingkungan alam dan

sosial yang ada disekelilingnya Hipotesis Sapir-Whorf saat itu mengatakan bahwa

manusia terkungkung oleh bahasa.

Bahasalah yang mempengaruhi pandangan hidup manusia. Manusia tidak dapat

berpikir kecuali melalui bahasanya. Suatu pandangan yang sudah lama ditinggalkan

orang, tetapi masih tetap menarik untuk diperbincangkan.Pandangan yang mungkin

lebih banyak bisa diterima orang sampai sekarang adalah pandangan sebaliknya,

yakni pandangan yang menganggap bahwa kebudayaan atau masyarakatlah yang

mempengaruhi bahasa.

Antropolinguistik adalah cabang linguistik yang mempelajari variasi dan penggunaan

bahasa dalam hubungannya dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat

Page 13: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

komunikasi, sistem kekerabatan, pengaruh kebiasaan etnik, kepercayaan, etika

bahasa, adat-istiadat, dan pola-pola kebudayaan lain dari suatu suku bangsa.

Antropolinguistik menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dan kebudayaan di

dalam suatu masyarakat seperti peranan bahasa di dalam mempelajari bagaimana

cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain dalam kegiatan sosial dan budaya

tertentu, dan bagaimana cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain secara

tepat sesuai dengan konteks budayanya, bagaimana bahasa masyarakat dahulu

sesuai dengan perkembangan budayanya ( Bandingkan Crystal, 1989:412)

Kemungkinan kepunahan bahasa bisa saja terjadi karena masyarakat sudah sekian

lama melunturkan budayanya. Dengan melihat salah satu sisi dalam pemakaian

“nama” dan gelar kepemimpinan saja dapat mempengaruhi budaya masyarakat atau

sebaliknya.

Misalkan, bahasa Sunda yang memiliki berbagai dialek dan susunan kata bahasa

kerap kali dikaburkan penuturnya dengan objek atau subjek yang berbeda. Istilah

“abah” sering ditujukan pada kakek. Padahal, kata “abah” adalah kata serapan dari

bahasa Arab yang ditujukan untuk orang tua (bapak), yaitu “aba” atau “abun”,

“ya’ba”, “abah”. Di Tasikmalaya, misalnya, istilah “abah” ditemukan “abah sepuh”

(bapak tua) dan “abah anom” (bapak muda). Sementara itu, di Banten lebih

menggunakan “bapak kolot” (kakek). Kiranya, penuturan kata seperti itu dalam

masyarakat jawa bukan dilihat hanya faktor usia, tapi dinisbatkan kepada orang-

orang yang memang “dituakan” masyarakat, misalnya karena menjadi panutan.

Berbeda dengan kata “abu” (bukan nama seseorang) yang bersinonim dengan kata

“embah”. Di Bogor, kata “abu” ditujukan untuk perempuan yang sudah tua (nenek).

Penuturan seperti itu mungkin sudah menyalahi aturan bahasa, tapi itulah

kenyataannya. Seperti halnya dalam panggeugeut (bhs Sunda), nama “Muhammad”

menjadi “Mamat” (kadangkala Memet) yang dilihat dari maknanya akan terlihat jauh.

“Muhammad” artinya “terpuji” berarti pula diambil dari nama nabi, sedangkan

“Mamat” artinya “mati”.

Dilihat dari akar bahasanya (bahasa Arab), sebenarnya kata “umi” dan “mamah”

memiliki persamaan yang berarti “ibu”. Kata “ibu” bisa juga penyimpangan dari kata

“abu”, begitu seterusnya.Itulah fakta kerancuan bahasa yang terjadi di sekitar kita

pada umumnya. Dan apabila dikatakan telah terjadi kepunahan, sesungguhnya telah

lama terjadi. Pergaulan masyarakat Indonesia dengan suku-suku bangsa dan

agama di dunia masa lalu telah mengakibatkan masyarakat banyak menyerap

Page 14: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

bahasa Asing ke dalam bahasa sehari-hari, termasuk untuk identitas diri. Misal,

karena masuknya (para pedagang Arab) Islam abad ke-9 H/14 M, masyarakat

banyak mengubah nama ke-Arab-arab-an.

Sistem budaya asing juga merupakan salah satu penyebab pluralitas budaya.

Contohnya yaitu bahasa asing yang masuk di Indonesia. bahasa India contohnya

yang telah masuk sejak zaman kerajaan kuno. bahasa India sangat mempengaruhi

bahasa di Bali. bahasa Arab berpengaruh bagi bahasa Jawa, bahasa Melayu

berpengaruh pada bahasa Aceh dan sekitarnya dan bahasa Cina pada bahasa

Betawi.

Kalau begitu, apa yang menjadi kekhususan ilmu linguistik? Ahli linguistik

berurusan dengan bahasa sebagai bahasa. Itulah “objek”nya. Jadi ahli linguistik

tidak berurusan dengan bahasa sebagai sifat khas golongan social, atau bahasa

sebagai alat prosedur pengadilan. Hal tersebut masing-asing menjadi urusan ahli

psikologi, ahli sosiologi atau ahli hukum. Yang menjadi kekhususan ilmu linguistik

adalah bahasa sebagai bahasa.

Ilmu-ilmu seperti psikologi, sosiologi antropologi, dan lain sebagainya, sering di

sebut ilmu “empiris”. Artinya, ilmu-ilmu tersebut berdasarkan “fakta” dan “data” yang

dapat diuji oleh ahli tertentu dan juga oleh semua ahli lainnya. Demikian pula halnya

dengan ilmu linguistik.

Hubungan bahasa dengan kebudayaan memang erat sekali. Mereka saling

mempengaruhi, saling mengisi, dan berjalan berdampingan. Yang paling mendasari

hubungan bahasa harus kebudayaan adalah bahasa harus dipelajari dalam konteks

kebudayaan dan kebudayaan dapat dipelajari melalui bahasa. Kajian atau

pembicaraan hubungan keduanya pada umumnya dilihat dari ilmu yang

mempelajarinya, yakni Antropologi sebagai ilmu yang mengkaji kebudayaan dan

linguistik sebagai ilmu yang mengkaji bahasa. Linguistik (ilmu bahasa) dan

Antropologi Kultural (ilmu Budaya) bekerja sama dalam mempelajari hubungan

bahasa dengan aspek-aspek budaya.

Antropolinguistik juga mempelajari unsur-unsur budaya yang terkandung dalam

pola-pola bahasa yang dimiliki oleh penuturnya serta mengkaji bahasa dalam

hubungannya dengan budaya penuturnya secara menyeluruh. Dalam kaitannya

dengan materi linguistik kebudayaan, Beratha (1998:45) mengatakan bahwa kajian

linguistic kebudayaan memfokuskan kajiannya pada makna alamiah metabahasa

Page 15: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

dan terdiri atas kajian kebudayaan, kajian komunikasi lintas budaya, kajian etnografi

berbahasa, serta kajian kebudayaan dan perubahan bahasa (linguistik diakronis). 

Dengan mendengar istilah Antropolinguistik, paling sedikit ada tiga relasi penting

yang perlu diperhatikan. Pertama, hubungan antara satu bahasa dengan satu

budaya yang bersangkutan. Artinya, ketika kita mempelajari suatu budaya, kita juga,

bahkan harus mempelajari bahasanya dan ketika kita mempelajari budayanya.

Kedua, hubungan antara bahasa dengan budaya secara umum. Dalam hal ini, kita

tahu bahwa setiap ada satu bahasa dalam satu masyarakat, maka ada satu budaya

dalam masyarakat itu. Bahasa mengindikasikan budaya: perbedaan bahasa berarti

perbedaan budaya atau sebaliknya. Oleh karena itu, penghitungan bahasa seolah-

olah relevan dengan penghitungan budaya bahkan penghitungan etnik. Ketiga,

hubungan antara linguistik sebagai ilmu bahasa dengan antropologi sebagai ilmu

budaya.

Menurut Segall dkk (1967) bahwa istilah emik-etik pada mulanya dicetuskan oleh

Pike (1966) yang kemudian disepakati hingga sekarang oleh para sarjana psikologi

lintas budaya. Pike mula-mula melihat adanya gagasan yang sejalan dalam

pendekatan antara rumusan dan pengetrapan teori dengan fonetik dan fonemik.

Dalam bidang linguistik, fonemik adalah mempelajari pola-pola bunyi yang

digunakan dalam suatu bahasa tertentu. Sedangkan fonetik mencoba untuk

mengeneralisir hasil-hasil penelitian fonemik dari berbagai bahasa menjadi satu

patokan pola-pola bunyi untuk semua bahasa. Dari fonemik dan fonetik Pike

mencopot istilah etik dan emik. Berry (1969) merangkum komentar-komentar Pike

pada pemilahan emik-etik sebagaimana yang dipakai dalam psikologi, 

Bahasa yang berbeda sangat menyulitkan masyarakat yang berkunjung ke

daerah yang lain. Misalnya seorang Bugis yang datang ke Bali. Tentu sangat sulit

untuk melakukan komunikasi. Atau ada pemberitahuan yang disampaikan kepada

khalayak ramai dengan menggunakan bahasa daerah, tentu menimbulkan

kesalahpahaman bagi pihak yang tidak mengerti.

Peranan bahasa sangat penting dalam memahami kebudayaan, dan peranan

kebudayaan juga sangat penting dalam memahami bahasa. Banyak terjadi

kekeliruan, kesalahpahaman, bahkan perselisihan karena orang tidak dapat

menggunakan bahasa yang sesuai dengan budaya peserta komunikasi. Di sisi lain,

kemarahan dapat menjadi reda apabila salah satu peserta komunikasi dapat

menggunakan bahasa yang santun dan mencerminkan budi yang baik. Secara

Page 16: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

singkat, dapat dikatakan bahwa komunikasi melalui bahasa akan mencapai

sasarannya apabila peserta komunikasi menempatkan bahasa didalam konteks

budayanya. 

2.Hubungan Bahasa dan Kebudayaan

Keeratan hubungan antara bahasa dengan kebudayaan telah lama dirasakan

para linguis dan antropolog sehingga pembicaraan mengenai relasi kedua bidang itu

bukanlah topik baru dalam dunia ilmiah, dibawah ada beberapa hubungan bahasa

dengan kebudayaan :

1.Bahasa sebagai alat atau sarana kebudayaan.

Dalam hubungan ini, bahasa berperan sebagai alat atau sarana kebudayaan,

baik untuk perkembangan, transmisi maupun penginventarisannya. Kebudayaan

Indonesia dikembangkan melalui bahasa Indonesia. Pemerkaan khazanah

kebudayaan Indonesia melalui kebudayaan daerah dan kebudayaan asing,

misalnya, dilakukan dengan menggunakan dengan menggunakan bahasa

Indonesia. Khazanah kebudayaan Indonesia tersebut juga disebarkan atau

dijelaskan melalui bahasa Indonesia sebab penerimaan kebudayaan hanya bisa

terwujud apabila kebudayaan itu dimengerti, dipahami, dan dijunjung masyarakat

pemilik kebudayaan itu sendiri. Dengan demikian, bahasa memainkan peranan

penting. Bahkan, sering dinyatakan bahwa kebudayaan dapat terjadi apabila bahasa

ada karena bahasalah yang menginginkan terbentuknya kebudayaan.

Bahasa digunakan sebagai ekspresi nilai-nilai budaya. Nilai-nilai budaya yang

dapat disampaikan oleh bahasa sebagai jalur penerus kebudayaan terbagi atas tiga

bagian kebudayaan yang saling berkaitan, kebudayaan ekspresi, kebudayaan

tradisi, dan kebudayaan fisik.

2.Bahasa sebagai bagian dari kebudayaan.

Bahasa dikatakan sebagai bagian dari kebudayaan karena pembendarahan

suatu bangsa (Alisyahbana, 1979) ialah jumlah kekayaan rohani dan jasmani

bangsa yang empunya bahasa itu. Tiap-tiap yang berpikir, tiap-tiap yang berbuat,

tiap-tiap yang dialami, malahan tiap-tiap yang ditangkap oleh pancaindra bangsa itu

dengan sadar dan yang menjadi pengertian dalam kehidupannya, terjelma dalam

kata dan menjadi sebagian dari kekayaan perbendaharaan kata bangsa itu. Dan

kata yang berpuluh-puluh dan berates-ratus ribu jumlahnya itu sekali lihat rupanya

terpisah-pisah dan cerai-berai, tetapi pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan

kebudayaan bangsa yang empunya bahasa itu.

Page 17: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

3.Bahasa merupakan hasil dari kebudayaan.

Dikaitkan bahwa bahasa (Levi-Strauss, 1972:68) merupakan hasil kebudayaan.

Artinya, bahasa yang dipergunakan atau diucapkan oleh suatu kelompok

masyarakat adalah suatu refleksi atau cermin keseluruhan kebudayaan masyarakat

tersebut. Pada pelaksanaan upacara ritual, yang masing-masing menggunakan

bahasa. Peristiwa budaya semacam itu akan menghasilkan bahasa.

4.Bahasa hanya mempunyai makna dalam latar kebudayaan yang menjadi

wadahnya.

Bentuk bahasa yang sama mempunyai makna yang berbeda sesuai dengan

kebudayaan yang menjadi wadahnya. Jika dibandingkan antara 2dua suku bangsa,

kita akan melihat perbedaan makna tersebut.

5.Bahasa sebagai persyaratan kebudayaan.

Pengertian bahasa sebagai persyaratan kebudayaan dapat diartikan dalam dua

cara. Pertama, bahasa merupakan persyaratan budaya secara diakronis karena kita

mempelajari kebudayaan melalui bahasa. Kedua, berdasarkan sudut pandang yang

lebih teoritis, bahasa merupakan persyaratan kebudayaan karena materi atau bahan

pembentuk keseluruhan kebudayaan, yakni relasi logis, oposisi, korelasi dan

sebagainya. 

6.Bahasa mempengaruhi cara berpikir.

Bahasa dan berpikir dalam kehidupan manusia adalah dua hal yang sangat

mendasar dan saling berhubungan. Kedua hal ini secara khas dan jelas

membedakan manusia dari binatang. Dengan bahasa, orang berkomunikasi dengan

dirinya sendiri dengan orang lain, sedangkan dengan berpikir, dia dapat

memecahkan berbagai masalah kehidupan yang dihadapinya. Berpikir adalah upaya

yang kita lakukan dengan jalan mengorganisasikan serta menggunakan berbagai

konsep, berbagai pertimbangan, berbagai kebiasaan, dan berbagai kaidah sebelum

suatu tindakan dilakukan. 

7.Cara berpikir mempengaruhi bahasa.

Sebaliknya, ada anggapan bahwa cara berpikir mempengaruhi cara

berbahasa atau dengan kata lain, pikiran yang termasuk kebudayaan mental

mempengaruhi bahasa. Dalam hal ini, kebudayaan suatu masyarakat (Wardhaugh,

1986:212) berefleksi di dalam bahasa yang mereka pergunakan. Pikiran

(kebudayaan mental) mengarah bahasa menjadi bahasa yang berisi, bermakna, dan

bermanfaat. Kerusakan pikiran seseorang akan mempengaruhi bahasanya. Jika

Page 18: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

pikiran seseorang kacau, maka bahasanya juga akan kacau. Pada suatu saat

bahasa seseorang mungkin bagus dan terpelihara, tetapi di saat lain bahasanya

kurang terjaga. Hal itu sangat tergantung pada keadaan pikiran ketika dia

berbahasa. Mungkin, bahasa orang gila masih dapat dimengerti, tetapi makna,

manfaat, dan tujuannya tidak dapat dipahami. Padahal, bahasa sebagai suatu

system komunikasi harus dapat dipahami makna dan tujuannya terutama bagi

peserta komunikasi (penyapa dan pesapa).

8.Tata cara berbahasa dipengaruhi norma-norma budaya.

Hubungan lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa di dalam tindak

komunikasi, kita tunduk pada norma-norma budaya. Tata cara berbahasa seseorang

tidak sesuai dengan norma-norma budaya yang hidup dalam masyarakat tempat

hidup dan dipergunakan bahasa tersebut. Apabila tata cara berbahasa seseorang

tidak sesuai dengan norma-norma budayanya, maka dia tidak jarang dituduh orang

yang aneh, egois, sombong, acuh, tidak beradat atau bahkan tidak berbudaya.

9.Bahasa ditransmisi secara kultural.

Artinya, kemampuan berbahasa ditransmisi dari generasi kegenerasi dengan

proses belajar dan bukan secara genetik. Pernyataan ini bukanlah menyangkal

bahwa anak-anak dilahirkan dengan kemampuan bawaan (batiniah) terhadap

bahasa, melainkan menegaskan perbedaan antara bahasa manusia dengan system

komunikasi hewan. 

10.Kebudayaan merupakan hasil komunikasi.

Inti dasar kebudayaan sebagaimana sudah dijelaskan di atas adalah segala

sesuatu dalam rangka kehidupan masyarakat sebagai hasil proses belajar. Sesuatu

yang dimaksud di sini adalah ide, tindakan, dan hasil karya manusia. Ketiga-tiganya

tercipta dan menjadi bermanfaat dalam kehidupan manusia karena interkasi antar

manusia di dalam masyarakat itu. Interaksi manusia hanya akan dapat terwujud

apabila terjadi komunikasi. Tiada interaksi tanpa komunikasi. Itulah sebabnya

interaksi sering diasosiasikan dengan komunikasi.

11.Perubahan kebudayaan mempengaruhi perubahan bahasa.

Hubungan antara bahasa dengan kebudayaan yang masih sangat perlu

mendapat perhatian adalah mengenai perubahan bahasa yang diakibatkan

perubahan budaya. Perubahsan bahasa yang diakibatkan perubahan budaya lebih

menonjol pada aspek leksikon (kosakata) daripada aspek-aspek linguistik lain baik

mengenai bentuk maupun mengenai makna leksikon itu.

Page 19: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

sumber informasi : http://herlinseeayin.blogspot.co.id/2014/05/antropolinguistik.html

Filsafat bahasa: mempelajari kodrat hakiki dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia.

Filsafat Bahasa adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat. Ilmu ini menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik. Filsafat bahasa dibagi menjadi filsafat bahasa ideal dan filsafat bahasa sehari-hari.

Filsafat bahasa ialah teori tentang bahasa yang berhasil dikemukakan oleh para filsuf, sementara mereka itu dalam perjalanan memahami pengetahuan konseptual. Filsafat bahasa ialah usaha para filsuf memahami conceptual knowledge melalui pemahaman terhadap bahasa.

Dalam rangka mencari pemahaman ini, para filsuf telah juga mencoba mendalami hal-hal lain, misalnya fisika, matematika, seni, sejarah, dan lain-lain. Cara bagaimana pengetahuan itu diekspresikan dan dikomunikasikan di dalam bahasa, di dalam fisika, matematika dan lain-lain itu diyakini oleh para filsuf berhubungan erat dengan hakikat pengetahuan atau dengan pengetahuan konseptual itu sendiri. Jadi, dengan meneliti berbagai cabang ilmu itu, termasuk bahasa, para filsuf berharap dapat membuat filsafat tentang pengetahuan manusia pada umumnya.

Letak perbedaan antara filsafat bahasa dengan linguistik adalah linguistik bertujuan mendapatkan kejelasan tentang bahasa. Linguistik mencari hakikat bahasa. Jadi, para sarjana bahasa menganggap bahwa kejelasan tentang hakikat bahasa itulah tujuan akhir kegiatannya, sedangkan filsafat bahasa mencari hakikat ilmu pengetahuan atau hakikat pengetahuan konseptual. Dalam usahanya mencari hakikat pengetahuan konseptual itu, para filsuf mempelajari bahasa bukan sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai objek sementara agar pada akhirnya dapat diperoleh kejelasan tentang hakikat pengetahuan konseptual itu.

Perhatian Para Filosof terhadap bahasa

Metafisika

Metafisika ialah bagian filsafat yang berusaha memformulasikan fakta yang paling umum dan paling luas, termasuk penyebutan kategori-kategori yang paling pokok atas pengelompokan hal dan benda dan gambaran saling hubungan mereka. Di dalam metafisika ini, maka dapatlah filsuf-filsuf seperti Plato dan Aristoteles mencoba memahami bahasa. Sebagai misal, dalam bukunya Republik Plato berkata, “Manakah sejumlah orang menyebut kata yang sama, kita berasumsi bahwa mereka itu juga memikirkan ide yang sama”. Jadi kalau orang-orang menggunakan kata yang sama seperti rumah dan pohon, maka Plato beranggapan bahwa di dalam masyarakat memang ada kesatuan ide seperti rumah dan pohon itu.

Page 20: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

Kalau tidak begitu, maka tidak mungkinlah beberapa orang yang berlainan menggunakan kata-kata yang sama itu.

Di dalam buku Metaphysics, Aristoteles menulis “... Kita boleh bertanya apakah kata-kata seperti berjalan, duduk, sehat itu ada. Bukankah yang ada itu ialah pekerjaan ‘berjalan, duduk, atau sakit’. Kegiatan itu dianggap lebih nyata karena ada sesuatu yang pasti yang mendasarinya, yaitu benda atau orang....” Dalam hal ini, Aristoteles mulai dengan kenyataan bahwa orang tidak menggunakan kata kerja kecuali berhubungan dengan subjek yang dalam hidupnya memang menjalankan pekerjaan-pekerjaan seperti berjalan, duduk, dan sakit. Dari kenyataan ini, Aristoteles berkesimpulan bahwa benda itu mempunyai keberadaan yang lebih bebas dari kata kerja, benda itu lebih pokok daripada kegiatan.

Logika

Ada cabang filsafat lain yang menaruh perhatian pada bahasa. Cabang itu sering disebut logika. Logika ialah studi tentang inference (kesimpulan-kesimpulan). Logika berusaha menciptakan suatu kriteria guna memisahkan inferensi yang sahih dari yang tidak sahih. Karena penalaran itu terjadi dengan bahasa, maka analisis inferensi itu tergantung kepada analisis statement-statement yang berbentuk premis dan konklusi. Studi tentang logika membukakan kenyataan bahwa sahih dan tidaknya informasi itu tergantung kepada wujud statement yang mengandung premis dan konklusi. Adapun yang dimaksud dengan wujud ialah jenis istilah yang terkandung di dalam statement dan juga cara bagaimana istilah itu disusun menjadi statement.

Epistemologi

Epistemologi atau teori ilmu pengetahuan menaruh perhatian kepada bahasa dalam beberapa aspek, terutama dalam masalah pengetahuan a priori, yakni pengetahuan yang dianggap sudah diketahui tanpa didasarkan pada pengalaman yang sudah dialami secara nyata. Sebagai misal ialah pengetahuan manusia dalam hal matematika. Pengetahuan matematika ini memusingkan para filsuf. Bagaimana kita tahu bahwa 7 ditambah 8 selalu ada 15? Salah satu jawabnya bahwa makna masing-masing istilah yang terpakai di dalam perhitungan matematika itu memang sudah kita anggap benar, tanpa pemeriksaan lebih lanjut. Hal inilah yang mendatangkan tanda tanya pada diri para filsuf. Bagaimana istilah itu dapat mempunyai makna dan bagaimana statement itu juga dapat mempunyai makna dengan hanya mendasarkan bahwa istilah yang terpakai itu punya makna.

Reformasi Bahasa

Para filsuf juga tertarik untuk memperbaiki bahasa. Bahasa seharusnya diperbaiki karena kegiatan keilmuan para filsuf boleh dikatakan tergantung kepada pemakaian bahasa. Di lain pihak, telah banyak keluhan dari sarjana di berbagai bidang bahwa bahasa yang mereka pakai mengandung banyak kelemahan.

Keluhan para filsuf terhadap kelemahan bahasa terwujud dalam beberapa bentuk. Sebagai misal, Plotinus dan Bergson menganggap bahwa bahasa itu tidak cocok untuk dipakai sebagai dasar formulasi kebenaran yang fundamental. Menurut

Page 21: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

pendapat mereka, orang akan dapat memahami kebenaran hanya kalau mereka itu menyatu dengan kenyataan dan tanpa bahasa. Paling-paling bahasa hanya mampu menggambarkan kebenaran itu dengan gambaran yang bengkok.

Jadi, dalam hal ini, ada dua pandangan yang berbeda terhadap bahasa ini. Pertama, pandangan yang mengatakan bahwa bahasa itu masih dapat berfungsi untuk menjadi sarana pengantar filsafat.

Orang-orang dari kelompok kedua berpendapat bahwa bahasa yang kita pakai sehari-hari ini memang kurang kuat, kurang cermat, kurang memenuhi syarat, kurang sesuai untuk dipakai sebagai sarana pengantar filsafat. Bahasa kita itu samar, tidak eksplisit (tidak lugas), mengandung keraguan (ambigu), kurang mandiri atau suka tergantung pada konteks (context dependent) dan sering menimbulkan salah paham. Di dalam kelompok ini terdapatlah orang-orang seperti Leibniz, Russel, dan Carnap yang menginginkan timbulnya suatu bahasa buatan manusia yang lebih sesuai untuk filsafat. Bahasa buatan manusia itu perlu diusahakan agar kelemahan-kelemahan yang ada di dalam bahasa alamiah dapat dikoreksi.

Aturan-aturan terpokok suatu bahasa

Perangkat aturan pertama bersifat semantik. Aturan-aturan ini menerangkan hubungan antara ungkapan-ungkapan bahasa dengan hal-hal yang ditunjukkan. Aturan-aturan tersebut dapat dibagi lebih lanjut sebagai berikut :

Aturan-aturan pembentukan. Aturan-aturan ini menerangkan kapankah seperangkat tanda menunjukkan suatu pertanyaan. Misalnya, ada aturan : “Bila ada ungkapan yang terdiri dari suatu kata benda, kata kerja ‘adalah’, dan suatu kata sifat, maka hasilnya akan berupa suatu pernyataan.”

Aturan-aturan yang melukiskan apakah yang ditunjuk oleh macam-macam tanda tertentu. Aturan-aturan ini mengatakan bahwa kata-kata benda menunjukkan orang, tempat, atau barang, dan bahwa sebutan menunjukkan ciri-ciri.

Aturan-aturan yang melukiskan bilamanakah suatu pernyataan dikatakan mengandung ‘kebenaran’. Aturan-aturan ini dapat memberikan batasan pengertian mengenai hubungan kebenaran. Misalnya, pernyataan sederhana seperti “Saya merasa dingin,” dikatakan benar jika, dan hanya jika, saya sungguh-sungguh merasa dingin.

Perangkat aturan kedua bersifat pragmatis. Aturan-aturan ini menerangkan latar istilah-istilah atau pernyataan-pernyataan yang bersifat kejiwaan, emosional, geografik, dan sebagainya. Misalnya nama ‘Tuhan’ senantiasa dipakai dengan perasaan hormat.

Perangkat aturan ketiga bersifat sintaksis. Aturan-aturan ini menerangkan cara-cara menyimpulkan ungkapan-ungkapan berdasarkan ungkapan-ungkapan yang lain dengan jalan perubahan bentuk. Misalnya, jika (1) ‘p’ dan (2) ‘p’ meliputi ‘q’, maka (3) dapatlah disimpulkan ‘q’. Yang tersangkut dalam hal ini ialah aturan-aturan logika, definisi bukti, dan sebagainya.

Page 22: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

Standarisasi (Pembakuaan)

1. Arti standardisasi

Bahasa standar (baku) timbul ketika beberapa masyarakat yang terpisah merasa ada keperluan untuk saling berhubungan. Bahasa baku atau dialek baku ialah bahasa atau dialek yang dipilih oleh anggota berbagai masyarakat untuk saling berkomunikasi. Bahasa standar ialah bahasa yang dianggap betul oleh masyarakat pemakainya. Bentuk dan pemakaian bahasa.

2. Fungsi standardisasi

Pertama-tama, bahasa baku berfungsi sebagai semacam lingua franca di dalam masyarakat yang menggunakan bermacam-macam dialek. Dengan bahasa standar ini, orang dari berbagai daerah dapat saling berhubungan dengan baik. Sebagai misal, orang dari Temburung dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang dari Seria. Orang dari Aceh dapat saling berhubungan dengan orang dari Bali, Manado, atau dari Irian Jaya.

Karena orang dari masyarakat lain itu biasanya belum dikenal secara akrab, maka sebaiknyalah bahasa yang dipakai itu bersifat sopan. Jadi, kalau dialek memancarkan nuansa arti akrab, maka bahasa baku memancarkan nuansa arti sopan santun. Jadi, di samping berfungsi sebagai lingua franca di dalam masyarakat dari berbagai macam dialek, bahasa baku juga berfungsi sebagai pengantar kesopan-santunan. Bahasa baku harus dapat dipakai untuk menyampaikan hal-hal dalam suasana yang santun.

sumber informasi : https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_bahasa

Stilistika: mempelajari bahasa dalam karya sastra.

Istilah “stilistika” diserap dari bahasa bahasa Inggris stylistics yang diturunkan dari

kata style yang berarti ‘gaya’. Secara etimologi, istilah style atau gaya itu sendiri

menurut Shipley (1979:314) dan Mikics (2007:288) berasal dari bahasa Latin stilus,

yang berati ‘batang atau tangkai’, menyaran pada ujung pena yang digunakan untuk

membuat tanda-tanda (tulisan) pada tanah liat yang berlapis lilin (metode kuno

dalam menulis). Jadi, secara sederhana stilistika dapat diartikan sebagai ilmu

tentang gaya bahasa.

Secara teoretis, telah banyak pakar sastra yang memberikan definisi tentang

stilistika. Beberapa di antaranya seperti diuraikan berikut ini.

Verdonk (2002:4) memandang stilistika, atau studi tentang gaya, sebagai analisis

ekspresi yang khas dalam bahasa untuk mendeskripsikan tujuan dan efek tertentu.

Bahasa dalam karya sastra adalah bahasa yang khas sehingga berbeda dari bahasa

dalam karya-karya nonsastra. Untuk itulah, analisis terhadap bahasa sastra pun

Page 23: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

membutuhkan analisis yang khusus. Dalam hal ini dibutuhkan stilistika sebagai teori

yang secara khusus menganalisis bahasa teks sastra (Mills, 1995:3).

Stilistika Sastra dan Stilistika LinguistikPembicaraan stilistika tidak dapat dilepaskan dari linguistik atau ilmu bahasa.

Bahkan, secara tegas Starcke (2010:2) dalam definisinya menyatakan bahwa

stilistika sebagai salah satu disiplin linguistik. Eksistensi linguistik dalam konteks

stilistika itu seperti tampak pada pandangan beberapa pakar berikut. Junus

(1989:xvii) misalnya, memandang stilistika sebagai ilmu gabung (inter atau

multidisiplin) antara linguistik dan ilmu sastra. Widdowson (1997:3) dan Sudjiman

(1993:3) memandang stilistika sebagai kajian mengenai diskursus (wacana)

kesastraan yang beranjak dari orientasi linguistik. Mcrae dan Clark (dalam Davies

dan Elder, 2006:328) berpendapat bahwa stilistika sebagai penggunaan linguistik

(ilmu bahasa) untuk mendekati teks sastra. Simpson (2004:3) melihat analisis

stilistika berfungsi untuk memahami teks sastra dengan dasar wawasan struktur

linguistik. Sementara Child dan Fowler (2006:229) memandang stilistika sebagai

kajian analitis terhadap sastra dengan menggunakan konsep atau teknik linguistik

modern. Berdasarkan pandangan beberapa pakar tadi, dapat ditarik sebuah

kesimpulan bahwa stilistika merupakan pengkajian sastra dari perspektif linguistik.

Beberapa pandangan pakar di atas menjelaskan bahwa dasar pemahaman

linguistik menjadi kebutuhan mutlak jika ingin menerapkan teori stilistika. Wellek dan

Warren (1989:221) lebih menegaskan bahwa stilistika tidak dapat diterapkan dengan

baik tanpa dasar linguistik yang kuat karena salah satu penelitian utamanya adalah

kontras sistem bahasa karya sastra dengan penggunaan bahasa pada zamannya.

Dengan demikian, pemahaman stilistika sebagai “ilmu gabung” (linguistik dan sastra)

merupakan suatu hal yang tidak terhindarkan (Sayuti, 2001:173).

Prosedur Implementasi Teori StilistikaKaitannya dengan prosedur penerapan teori stilistika dalam penelitian/kajian

sastra, Wellek dan Warren (1989:226) menyebutkan dua kemungkinan pendekatan

analisis stilistika. Pertama, dimulai dengan analisis sistematis tentang sistem

linguistik karya sastra, dan dilanjutkan dengan interpretasi tentang ciri-cirinya dilihat

dari tujuan estetis karya tersebut sebagai “makna total”. Dalam hal ini, gaya akan

muncul sebagai sistem linguistik yang khas dari karya atau sekelompok karya.

Kedua, mempelajari sejumlah ciri khas membedakan sistem .

Page 24: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

Sumber informasi : http://110183.blogspot.co.id/2014/11/teori-stilistika-pengantar-ringkas.html

Filologi: mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dalam bahan tertulis.

1. Hubungan timbal balik antara filologi dan linguistikAhli linguistik memerlukan suntingan teks-teks lama hasil kajian bahasa teks

lama oleh ahli filologi. Ahli filologi mempercayakan pembacaan teks-teks lama

kepada ahli filologi, sehingga terdapat hubungan timbale balik antara filologi dan

linguistik.

2. Filologi membantu kajian ilmu sastra terutama berupa penyediaan

suntingan naskah lama dan hasil pembahasan teks yang mungkin dapat

dimanfaatkan sebagai bahan penyusunan sejarah sastra ataupun teori sastra.

3. Filologi sebagai ilmu bantu sejarah kebudayaanFilologi banyak mengungkap khazanah ruhaniah warisan nenek moyang,

misalnya kepercayaan, adat istiadat, kesenian dan lain-lain. Melalui pembacaan

naskah-naskah lama banyak dijumpai penyebab atau pemberitahuan adanya

unsur-unsur budaya yang sekarang telah punah misalnya istilah-istilah untuk

unsur-unsur budaya bidang musik, takaran, timbangan, ukuran, mata uang, dan

sebagainya.

4. Filologi dapat membantu ilmu sejarahsuntingan naskah-naskah nusantara seperti Babad Tanah Jawi, Babad

Diponegoro, Sejarah melayu,Hikayat Raja-Raja Pasai, melalui proses pengkajian

filologis, dapat dimanfaatkan sebagai sumber sejarah setelah diuji berdasarkan

sumber-sumber lain (sumber asing, prasasti, dan sebagainya) atau setelah

diketahui sifat-sifatnya.]

5. Hubungan filologi dengan filsafat            Penggalian filsafat dari teks-teks sastra nusantara secara mendalam

agaknya belum banyak dilakukan, meskipun jumlah suntingan naskah-naskah

sudah cukup tersedia. Dengan demikian, sumbangan utama filologi kepada

filsafat adalah berupa suntingnan naskah disertai transliterasi dan terjemahan ke

dalam bahasa nasional, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh para ahli

filsafat.

Page 25: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

6. Pengertian filsafat       Cara berpikir menurut logika dengan bebas sedalam-dalamnya hingga

sampai ke dasar persoalan.

istilah-istilah berikut:a)      Ontologi : Kumpulan pengetahuan-pengetahuan yang disusun secara

sistematis, obyektif, koherensi / cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan

hakikat hidup.

b)      Kosmologi : Cabang astronomi yang menyelidiki asal-usul, struktur, dan

ruang waktu dari alam semesta / ilmu tentang asal-usul kejadian bumi,

hubungannya dengan sistem matahari serta hubungan sistem matahari dengan

jagad raya / cabang dari metafisika yang menyelidiki alam semesta sebagai

sistem yang beraturan.

Sumber Informasi : http://hawayoe.blogspot.co.id/2011/06/filologi.html

Dialektologi: mempelajari batas-batas dialek dan bahasa dalam suatu wilayah.

Istilah dialektologi berasal dari kata dialect dan kata logi. Kata dialect berasal dari bahasa Yunani dialektos. Kata dialektos digunakan untuk menunjuk pada keadaan bahasa di Yunani yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan kecil dalam bahasa yang mereka gunakan. Adapun kata logi berasal dari bahasa Yunani logos,yang berarti ‘ilmu’. Gabungan dari kedua kata ini berserta artinya membawa pengertian dialektologi sebagai ilmu yang memepelajari suatu dialek saja dari suatu bahasa dan dapat pula mempelajari dialek-dialek yang ada dalam suatu bahasa.

Berdasarkan kelompok pemakaiannya, dialek dapat dibagi atas tiga jenis, yakni: (1) dialek regional, yaitu variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal (tempat) dalam suatu wilayah bahasa; (2) dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh golonga tertentu; dan (3) dialek temporal, yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok bahasawan yang hidup pada waktu tertentu. Pendapat yang lazim tentang dialek sebgaaimana dikemukakan dengan pemahaman yang dianut dalam rangkaian pembicaraan dialektologi, menurut pandangan dialektologi, semua dialek dari suatu bahasa mempunyai kedudukan yang sederajat, statusnya sama, tidak ada dialek yang lebuh berprestise dan tidak berprestise. Tidak ada juga sebutan bahwa dialek yang digunakan itu kampungan, meskipun penuturnya berasal dari desa. Semua dialek dari sebuah bahasa itu sama. Dialek-dialek tersebut menjadikan fungsinya masing-masing dalam kelompok-kelompok masyarakat penuturnya. Dialek standar juga merupakan dialek bahasa, sama dengan dialek lainnya. Hanya karena faktor ekstralinguistik, dialek ini dianggap sebagai dialek yang berprestise (lihat juga Fernandez, 1993:6)

Page 26: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

Disamping istilah dialek, dikenal pula istilah isolek, idiolek, dan aksen. Istilah isolek merupakan istilah netral yang dapat digunakan untuk menunjuk pada bahasa, dialek, atau subdialek. Yang dimaksud dengan idiolek adalah ciri khas berbahasa seseorang karena setiap orang memiliki ciri khas dalam bertutur. Selanjutnya, istilah aksen digunakan untuk menunjuk pada cara penutur mengucapkan bunyi bahasa.

Ruang Lingkup Dialektologi

Dialektologi merupakan cabang linguistik yang mempelajari variasi bahasa. Yang dimaksud dengan variasi bahasa adalah perbedaan-perbedaan bentuk yang terdapat dalam suatu bahasa. Perbedaan-perbedaan tersebut mencakup semua unsure kebahasaan, yaitu fonologi, morfologi, leksikon, sintaksis, dan semantik.

Dalam bidang fonologi, perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan bunyi (lafal) dan dapat pula berupa perbedaan fonem.  Dalam bidang morfologi perbedaan tersebut dapat berupa afiks (prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks), pronominal, atau kata penunjuk. Dalam bidang sintaksis, perbedaan itu berupa struktur kalimat atau struktur frasa. Dan dalam bidang semantik, perbedaan itu berupa makna, tetapi makna tersebut masih berhubungan atau masih mempunyai pertalian, makna yang digunakan pada titik pengamatan tertentu dengan makna yang digunakan pada titi pengamatan yang lainnya masih berhubungan.

Pembeda Dialek

Pembeda dialek terdiri dari lima macam perbedaan, yaitu :

Perbedaan fonetik : perbedaan ini berada dibidang fonelogi dan biasanya pemakai dialek/ bahasa yang bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tersebut.

Perbedaan semantic: dengan terciptanya kata-kata baru berdasarkan perubahan fonologi dan geseran bentuk.

Perbedaan onomasiologis : menunjukkan nama yang berbeda berdasarkan satu konsep yang diberikan dibeberapa tempat yang berbeda.

Perbedaan semasiologis : pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda.

Perbedaan morfologis : terciptanya inovasi bahasa.

Sumber Penelitian Dialek

1)      Sumber Lisan.

Sumber bahasa lisan tersimpan di dalam khazanahnya, yaitu diri para pemakai bahasa dan dialek. Sumber itu berupa bahasa atau dialek itu sendiri maupun hal-hal yang terkandung di dalamnya, seperti cerita rakyat, adat istiadat, kepercayaan, dan perundangan (Guiraud, 1970: 41).

Page 27: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

2)      Sumber Tulis.

Sumber tulis dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

Naskah

Pada mulanya naskah merupakan satu-satunya sumber untuk kurun waktu sebelum dikenalnya kamus dan kitab bahasa, apalagi yang cukup bernilai sastra dan ditulis di dalam bahasa atau dialek yang berbeda (Guiraud, 1970: 43). Dalam penelitiannya, naskah dilihat berdasarkan asal usulnya dan menampilkan masalah yang istimewa sesuai dengan umur, nilai, dan pemakaian bahasanya. Bahasan mengenai naskah-naskah kono merupakan sumbangan yang sangat penting artinya untuk penelitian geografi dialek.

Kamus dan Atlas Bahasa.

Kamus dialek atau bahasa merupakan sumber keterangan yang utama di dalam penelitian dialek. Hal ini dapat terjadi, karena hal-hal yang kurang jelas dari bahan yang terkumpul seringkali dapat dijelaskan dengan pertolongan kamus dialek atau bahasa yang sudah ada.

D.     Ragam-Ragam Dialek

Secara umum dialek dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu :

1)       Dialek 1

Dialek 1 yaitu dialek yang berbeda-beda karena keadaan alam sekitar tempat dialek tersebut dipergunakan sepanjang perkembangannya (Warnant, 1973: 101). Dialek ini dihasilkan karena adanya dua factor yang saling melengkapi, yaitu factor waktu dan factor tempat.

2)       Dialek 2

Dialek 2 adalah bahasa yang dipergunakan di luar daerah pemakaiannya (Warnant, 1973: 102). Dialek ini sering juga disebut sebagai dialek regional atau enclave.

3)      Dialek Sosial

Dialek sosial ialah ragam bahasa yang dipergunakan oleh kelompok tertentu, yang dengan demikian membedakannya dengan kelompok masyarakat lainya (Kridalaksana, 1970). Ragam dialek sosial yang memperlihatkan ciri-ciri yang sangat khusus dikenal dengan nama argot atau slang.

   Metode Dalam Penelitian Dialektologi

1.    Metode Kuantitatif (Dialektometri)

Metode dialektometri digunakan untuk membagi daerah penelitian ke dalam daerah dialek. Yang dimaksud dengan dialektometri adalaj ukuran statistic yang

Page 28: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

digunakan untuk melihat seberapa jauh perbedaan yang terdapat pada tempat-tempat yang diteliti dengan membandingkan sejumlah unsure yang terkumpul dari tempat tersebut.

Selanjutnya metode ini telah digunakan oleh para peneliti dialektologi untuk membagi daerah bahasa ke dalam daerah dialek, subdialek, atau untuk melihat perbedaan tingkat wicara. Untuk penelitian bahasa-bahasa di Indonesia, metode ini telah digunakan antara lain oleh Ayatrohaedi (1978), Nothofer (1980), Medan (1986), Lauder (1990), Danie (1991), dan Nadra (1997). Walaupun terdapat ketidakpuasan akan metode tersebut, namun, sejauh ini tampaknya metode dialektometri itu dianggap masih mampu melakukan pemilahan bahasa secara objektif.

Rumus metode dialektometri adalah sebaga berikut

S x 100 = d %

n

S = jumlah beda dengan titik pengamatan lain

n = jumlah peta yang diperbandingkan

d = presentase jarak unsur-unsur kebahasaan antartitik pengamatan

Hasil yang diperoleh yang berupa presentase jarak unsur-unsur kebahasaan di antara titik-titik pegamatan itu, selanjutnya digunakan untuk menentukan hubungan antartitik pengamatan dengan criteria sebagai berikut :

81% ke atas     : dianggap perbedaan bahasa

51% – 80%       : dianggap perbedaan dialek

31% – 50%       : dianggap perbedaan subdialek

21% – 30%       : dianggap perbedaan wicara

Dibawah 20%  : dianggap tidak ada perbedaan

Penghitungan dialektometri dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : (a) segitiga antardesa/antartitik pengamatan dan (b) permutasi satu titik pengamatan terhadap semua titik pengamatan lainnya. Perhitungan berdasarkan segitiga antartitik pengamatan dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1)      Titik pengamatan yang dibandingkan hanya titik-titik pengamatan berdasarkan letaknya masing-masing mungkin melakukan komunikasi secara langsung

2)      Setiap titik pengamatan yang mungkin berkomunikasi secara langsung duhubungkan dengan sebuah garis sehingga diperoleh segitiga-segitiga yang beragam bentuknya

Page 29: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

3)      Garis-garis pada segitiga dialektometri tidak boleh saling berpotongan; pilih salah satu kemungkinan saja dan sebaiknya pilih yang berdasarkan letaknya lebih dekat satu sama lain.

Penghitungan dengan cara atau teknik permutasi dilakukan pertama kali oleh Goebl. Dalam perhitungan ini satu titik pengamatan dihitung jarak kosakatanya dengan semua titik pengamatan lainnya. Perhitungan ini membutuhkan banyak waktu sehingga kurang mendapat tanggapan dan cenderung dilupakan.

Penerapan dialektometri, baik dengan teknik segitiga antartitik pengamatan maupun dengan teknik permutasi, dilakukan dengan berpegang pada prinsip-prinsip umum sebagai berikut

1)      Apabila pada sebuah titik pengamatan digunakan lebih dari satu bentuk untuk satu makna, dan salah satu di antaranya digunakan pula di titik pengamatan lain yang diperbandingkan maka antartitik pengamatan itu dianggap tidak ada perbedaan

2)      Apabila antartitik pengamatan yang dibandingkan itu, salah satu di antaranya tidak memiliki bentuk sebagai realisasi dari satu makna tertentu, maka dianggap ada perbedaan.

Di samping metode dialektometri, ada juga yang menggunakan metode leksikostatistik untuk pengelompokan titik pengamatan dalam daerah dialek, yaitu dengan cara menghitung presentase kekognatan antartitik pengamatan. Namun, metode ini kurang relevan untuk penelitian dialek sebab dasar penggunaannya adalah mencari presentase kekerabatan (persamaa), bukan mencari perbedaan seperti yang dilakukan dalam dialektologi. Persamaan yang dimaskud adalah persamaan dari segi sejarah atau berasal dari bahasa induk yang sama (kognat).

2. Metode Kualitatif (Rekonstruksi –> Variasi dan korespondensi)

Yang dimaksud dengan rekonstruksi bahasa purba (protobahasa), menurut Bynon (1979:71), adalah rakitan teoritis yang dirancang dengan cara merangkaikan sistem bahasa-bahasa/dialek-dialek yang memiliki hubungan kesejarahan melalui rumusan kaidah-kaidah secara sangat sederhana. Rekonstruksi bahasa purba ini dilakukan dengan cara seksama melalui perbandingan data yang dikumpulkan dari sejumlah titik pengamatan yang mencerminkan unsur bahasa purba tersebut.

Dengan adanya rekonstruksi bahasa purba dapat diketahui apakah bahasa-bahasa / dialek-dialek modern yang digunakan penutur sekarang mengalami retensi atau inovasi. Yang dimaksud dengan inovasi adalah perubahan yang terjadi dalam dialek/bahasa yang diteliti, sedangkan yang dimaksud dengan retensi adalah bentuk-bentuk atau unsur-unsur bahasa purba yang dicerminkan dalam dialek/bahasa yang modern.

Rekonstruksi bahasa purba dalam kajian dialektologi mempunyai perbedaan dengan rekonstruksi bahasa purba dalam kajian linguistik historis komparatif. Rekonstruksi bahasa purba dalam kajian dialektologi bertolak dari data subdialek-subdialek/dialek-dialek dalam suatu bahasa, sedangkan rekonstruksi bahasa purba

Page 30: Linguistik Ms.word Untuk Blog

Dela Safitri . II A. Prodi Bahasa Inggris. LINGUISTIK . UNIVERSITAS LANCANG KUNING

dalam linguistik historis komparatif bertolak dari data bahasa-bahasa yang diasumsikan berasal dari bahasa induk yang sama.

Rekonstruksi bahasa purba dalam dialektologi perlu dilakukan karena hal itu berkaitan dengan persoalan berikut:

(a)     penelusuran subdialek/dialek atau daerah titik pemgamatan yang inovatif dan konservatif

(b)     hubungan antara subdialek/dialek yang satu dengan subdialek/dialek yang lain

(c)      hubungan subdialek-subdialek/dialek-dialek dengan bahasa induk yang menurunkan subdialek-subdialek/dialek-dialek tersebut (Mahsun, 1995:79)

sumber informasi : https://littlestoriesoflanguages.wordpress.com/2012/05/28/sekilas-tentang-dialektologi/

Berdasarkan Tujuan Pengkajiannya Apakah untuk Keperluan Teori atau Untuk TerapanBerdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik teoritis dan linguistik terapan. Linguistik teoritis berusaha mengadakan penyelidikan bahasa hanya untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya itu. Jadi, kegiatannya hanya untuk kepentingan teori belaka. Linguistik terapan berusaha mengadakan penyelidikan bahasa untuk kepentingan memecahkan masala-masalah praktis yang terdapat dalam masyarakat. Misalnya, untuk pengajaran bahasa, penyusunan kamus, dan pemahaman karya sastra. Berdasarkan Teori atau Aliran yang Digunakan untuk Menganalisis ObjeknyaBerdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi tradisional, linguistik struktural, linguistik tranformasional, linguistik generatif semantik, linguistik relasional, dan linguistik sistemik.C. Manfaat LinguisikLinguistik memberi manfaat langsung kepada orang yang berkecimpung dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahasa seperti linguis, guru bahasa, penerjemah, penyusun kamus, penyusun buku teks, dan politikus. Manfaat linguistik diantaranya:

Linguis: membantu menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya dalam penyelidikan bahasa. 

Guru bahasa: melatih dan mengajarkan keterampilan berbahasa. Penerjemah: membantu dalam mendapatkan hasil terjemahan yang baik. Penyusun kamus: membantu dalam menyusun kamus yang lengkap dan

baik. Penyusun buku teks: membantu dalam memilih kata dan menyusun kalimat

yang tepat. Politikus: membantu dalam aktivitasnya berkomunikasi dengan orang banyak.

( sumber informasi : http://sastra33.blogspot.co.id/2011/06/linguistik-1.html )