25
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2227/3/BAB II.pdfLANDASAN TEORI 2.1. Kawasaki Penyakit Kawasaki merupakan penyakit demam akut, demam yang dapat

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

 

 

 

 

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kawasaki

Penyakit Kawasaki merupakan penyakit demam akut, demam yang dapat sembuh

sendiri (self-limited). Penyakit ini menyerang bayi dan anak-anak, penyebabnya

tidak diketahui. Tomisaku Kawasaki menemukan kasus pertama tahun 1961 pada

anak usia 4 tahun yang menderita demam dengan bercak kemerahan. Pada tahun

1967, Kawasaki melihat 50 pasien dengan gejala yang sama, yaitu demam akut

disertai eksantema dan menegakkan diagnosisnya sebagai mucocutaneus lymph

node syndrome. Penyakit tersebut mulai dikenal luas di luar Jepang sejak tahun

1974 setelah Kawasaki melaporkannya dalam suatu jurnal di Inggris. (Budiyanto,

2007: 285).

Penyakit dapat dikenali dari adanya aktivasi sistem imun nyata yang

menyebabkan terjadinya cedera pembuluh darah kecil dan sedang. Penyakit

Kawasaki ini menyerang banyak sistem tubuh dan mengancam hidup karena dapat

menimbulkan konsekuensi kardiovaskular. Para peneliti berspekulasi bahwa

penyakit Kawasaki adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau

bakteri, tetapi pemeriksaan laboratorium pembiakan bakteri dan virus serta

pemeriksaan serologis tidak berhasil membuktikan infeksi sebagai penyebab

penyakit ini. (Betz, 2009: 351)

Cecily Lynn Betz dan Linda A. Sowden (2009: 351) mengatakan bahwa

“Biasanya penyakit ini terjadi dalam tiga fase (demam akut, subakut, dan

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

8

konvalesen) dan sembuh sendiri. Diagnosis, sering kali membingungkan,

ditetapkan berdasarkan kriteria klinis yang kaku. Pengobatan awal berfokus pada

pengurangan proses inflamasi vascular, dan prognosisnya sangat baik bila cepat

dikenali dan diobati. Prognosis jangka panjang bagi anak dengan kelainan arteri

koroner yang dapat bertahan dari penyakit ini tidak diketahui.”

Gambar 2.1 Lidah Stroberi

(Sumber : haciendasantafe.com)

2.1.1. Gejala Kawasaki

Budiyanto dalam jurnalnya yang berjudul Jurnal Kardiologi Indonesia

mengatakan bahawa diagnosis penyakit Kawasaki pada anak seringkali sulit untuk

dilakukan. Beberapa anak memiliki gejala yang tidak khas dan tidak komplit.

Selain itu juga sering ditemui gejala yang menyerupai penyakit infeksi dan

imunologi lainnya (2007: 287). Untuk didiagnosis dengan penyakit Kawasaki,

adapun gejala-gejala yang timbul dalam beberapa fase antara lain : (Betz, 2009:

352 – 353)

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

9

1. Fase Demam Akut (7 sampai 14 hari)

a. Demam tinggi mendadak dengan suhu minimal 39 derajat celcius dan

berlangsung selama lebih dari 5 hari hingga dua minggu, serta tidak

responsive terhadap terapi antibiotic dan antipiretik.

b. Mata merah dan sembap, tidak disertai dengan berlebihnya produksi air

mata.

c. Bibir kering, merah, dan pecah-pecah ; lidah “stroberi”, tampak merah dan

bengkak, kering ; sakit tenggorokan pada saat menelan.

d. Kedua telapak tangan dan kaki memerah, pembengkakan jari-jari yang

disertai kulit terkelupas di sekitar kuku.

e. Munculnya ruam tubuh di sekitar badan, yaitu dada, perut, dan sekitar

kemaluan, dan sering kali terasa gatal.

f. Membesarnya kelenjar getah bening, berukuran lebih dari 1.5 cm, dan

“menghilang” dengan turunnya demam. Gejala lain dapat berupa sakit

perut, mual, dan muntah.

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

10

Gambar 2.1 Gejala Penyakit Kawasaki

(Sumber : static.inilah.com)

2. Fase Subakut (10 sampai 24 hari)

a. Trombosis (pembentukan gumpalan-gumpalan darah di dalam pembuluh)

dan hiperkoagulabilitas (mudah terjadi pembekuan darah).

b. Artritis (peradangan pada satu atau lebih persendian) – paling sering

terjadi pada sendi-sendi besar (lutut, pinggul, dan siku).

c. Artralgia (nyeri pada satu atau lebih sendi) karena cairan sendi.

d. Deskuamasi ekstremitas (pelepasan elemen epitel, terutama kulit) dimulai

dari jari-jari dan kemudian mengelupas berupa lembaran-lembaran dari

telapak tangan dan kaki.

e. Panvaskulitis pada arteri koronaria dan pembentukan aneurisma (pelebaran

pembuluh darah abnormal yang disebabkan oleh melemahnya dinding

pembuluh darah).

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

11

3. Fase Konvalesen (6 sampai 8 minggu)

a. Gejala penyakit mereda.

b. Alur transversal profunda melintasi jari tangan dan kuku jari kaki.

c. Nilai laboratorium abnormal – peningkatan laju endap darah.

Kepribadian, nafsu makan, dan tingkat energi kembali normal.

2.1.2. Terapi Awal

2.1.2.1. Aspirin

Aspirin memiliki efek anti inflamasi (dosis tinggi) dan antiplatelet (dosis rendah).

Selama fase akut, dosis aspirin yang dianjurkan adalah 80 sampai 100 mg/kg/hari

dibagi dalam empat dosis. Beberapa senter mengurangi dosis aspirin setelah anak

tidak lagi demam selama 48 sampai 72 jam. (Budiyanto, 2007: 291)

2.1.2.2. Imunoglobulin Intravena (IGIV)

Pasien diberikan IGIV dosis 2 gr/kg dalam dosis infus tunggal, bersamaan dengan

aspirin. Terapi ini harus diberikan dalam 10 hari pertama, dan jika mungkin dalam

7 hari pertama serangan penyakit Kawasaki. (Budiyanto, 2007: 291)

2.2. Kampanye Sosial

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kampanye merupakan gerakan

(tindakan) serentak (untuk melawan, mengadakan aksi, dsb.) Definisi kampanye

lainnya adalah berdasarkan Rogers dan Storey (1987) yang mendefinisikan

kampanye sebagai serangkaian kegiatan komunikasi yang terorganisasi dengan

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

12

tujuan untuk menciptakan dampak tertentu terhadap sebagian besar khalayak

sasaran secara berkelanjutan dalam periode waktu tertentu (Ruslan, 2008: 23).

Aktivitas kampanye mengandung lima hal kegiatan, yaitu adanya aktivitas proses

komunikasi kampanye untuk mempengaruhi khalayak tertentu, untuk membujuk

dan memotivasi khalayak untuk berpartisipatif, menciptakan dampak tertentu,

dilaksanakan dengan tema yang spesifik dan narasumber yang jelas, dan

dilaksanakan secara terorganisasi dan terencana baik untuk kepentingan kedua

belah pihak atau sepihak.

Salah satu jenis kampanye yang akan digunakan oleh penulis dalam

berbagai kegiatan yang bertitik tolak untuk memotivasi atau membujuk, dan

mencapai tujuan tertentu, menurut Charles U. Larson, dalam bukunya yang

berjudul Persuasion, Reception and Responsibility (California. Wardsworth

Publishing Co. 1992), adalah Ideological or Cause – Oriented Campaigns. Jenis

kampanye ini berorientasi yang bertujuan bersifat khusus dan berdimensi

perubahan sosial, misalnya kegiatan kampanye sosial bersifat khusus

nonkomersial, Anti HIV/AIDS, anti narkoba, program keluarga berencana

nasional (KBN), pelestarian lingkungan hidup, dan sebagainya.

Sedangkan sosial, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah semua hal

yang berkenaan dengan masyarakat. Berdasarkan masing-masing pengertian

kampanye dan sosial, maka kampanye sosial merupakan suatu gerakan serentak

yang dilaksanakan guna melawan atau mengadakan aksi dengan masyarakat

sebagai target utama untuk melakukan suatu tujuan tertentu. Kampanye sosial

memiliki konsep untuk melakukan kegiatan komunikasi secara terencana, terbuka,

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

13

toleran, dengan waktu yang terbatas atau jangka pendek, memiliki program yang

jelas, bersifat persuasif, dan selalu berkonotasi positif.

Kampanye sosial merupakan sebuah komunikasi massa karena dilakukan

dengan menggunakan media massa dan ditujukan untuk masyarakat luas. Pada

komunikasi massa, sumber bukanlah hanya dari satu orang saja, tetapi juga dari

organisasi formal. Selain itu, pesan yang disampaikan juga dapat beragam,

hubungan sumber dengan target bersifat satu arah dan impersonal. (Rakhmat,

2008: 188).

2.2.1. Model Kampanye The Five Functional Stages Development Model

Model kampanye ini dikembangkan di Yale University AS pada awal tahun 1960-

an oleh tim peneliti dan praktisi kampanye. Model kampanye ini yang paling

banyak digunakan dan dianggap paling populer. Fokus model ini adalah tahapan

kegiatan kampanye yang akan dilakukan dan bukanlah proses pertukaran pesan

antara yang melakukan kampanye dan yang menerima pesan kampanye.

Tahapan kegiatan kampanye ini meliputi identifikasi, legitimasi,

partisipasi, penetrasi, dan distribusi. Tahap identifikasi merupakan tahap

penciptaan identitas kampanye yang dapat dengan mudah dikenali oleh

masyarakat. Hal-hal yang sering digunakan sebagai identitas kampanye adalah

simbol, warna, lagu, seragam, atau slogan.

Tahap kedua adalah legitimasi. Tahap legitimasi dalam kampanye dapat

dicapai jika sudah mendapat pengakuan atau kepercayaan dari masyarakat. Di

tahap legitimasi ini, kampanye akan semakin dipercaya ketika ada public figure

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

14

yang ikut memberikan pengakuan dari kampanye ini. Tahap ketiga adalah

partisipasi. Tahap partisipasi ini akan terjadi jika sudah mendapat legitimasi dari

masyarakat. Tahap ini ditunjukkan dengan adanya keterlibatan dari orang-orang

dalam menyebarkan kampanye yang telah dibuat, seperti menyebarkan brosur

atau poster.

Tahap keempat adalah penetrasi. Pada tahapan ini, sebuah ide dari

kampanye telah berhasil mendapatkan perhatian dari masyarakat. Tahap kelima

adalah tahap distribusi. Di tahapan ini, pada umumnya tujuan kampanye telah

tercapai dan selanjutnya yang dibutuhkan adalah pembuktian dari janji-janji

dalam kampanye.

2.2.2. Teori Persuasi - Model Keyakinan Kesehatan (Health Belief Model)

Model Keyakinan Kesehatan ini lebih dikhususkan untuk yang berhubungan

dengan dunia kesehatan. Model ini menjelaskan kondisi yang sangat diperlukan

untuk terjadinya perubahan perilaku melalui pesan kampanye. Menurut model ini,

manusia akan mengambil tindakan pencegahan dan mengontrol kondisi dirinya,

dalam hal ini adalah penyakit.

2.2.3. Teori Koersi atau Paksaan (Coercion Technique)

Teori koersi atau paksaan merupakan teknik yang menekankan suatu hal yang

bersifat memaksa serta dapat menimbulkan rasa ketakutan atau kekhawatiran bagi

pihak komunikan yang tidak mau tunduk melalui suatu ancaman tertentu. (Ruslan,

2002: 68) Teknik ini digunakan untuk memberikan rasa takut kepada masyarakat

yang memiliki sikap acuh tak acuh. Bila disampaikan dengan cara halus, maka

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

15

informasi yang akan diberikan pun tidak akan mengubah perilaku mereka. Teknik

paksaan yang digunakan dapat berupa paparan hal yang tidak ingin dilihat oleh

masyarakat. Hal ini dapat menjadi cara yang efektif dalam penyampaian pesan

atau informasi.

2.2.4. Media Kampanye Sosial

Sebuah kampanye memerlukan media dalam penyampaian informasinya. Berikut

ada beberapa tipe media yang digunakan dalam kampanye menurut Surianto

Rustan dalam buku yang berjudul Layout , Dasar & Penerapannya

1. Above The Line (ATL), sebuah teknik pemasaran yang digunakan untuk

mempromosikan kampanye melalui media massa, yakni melalui televisi,

film, radio, web, web banner, maupun search engine di internet.

Penyebarannya sangat luas dan tidak dapat dibatasi ke segmen tertentu

saja, cocok untuk yang mempunyai target sangat luas. Namun, karena

meluas jadi kurang dapat menyentuh target audiens secara personal.

2. Below The Line (BTL), cocok digunakan untuk target audiens yang lebih

terbatas dan spesifik, contohnya direct mail, public relation, sales

promotion yang menggunakan flyer, brosur, iklan di majalah atau di surat

kabar. (2009: 89)

2.3. Desain Komunikasi Visual

Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mengembangkan bentuk bahasa

komunikasi visual berupa pengolahan pesan-pesan untuk tujuan sosial atau

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

16

komersial, dari individu atau kelompok yang ditujukan kepada individu atau

kelompok lainnya (Yuliastanti, 2008: 11). Pesan yang disampaikan dapat berupa

informasi produk, jasa, atau gagasan yang disampaikan kepada target audiensi,

dalam upaya peningkatan usaha penjualan, peningkatan citra, dan publikasi

sebuah program. Desain komunikasi visual memiliki empat fungsi, yaitu sebagai

berikut.

1. Untuk memberitahu atau memberi informasi (menjelaskan, menerangkan, dan

mengenalkan).

2. Untuk memberi penerangan (membuka pikiran dan menguraikan).

3. Untuk membujuk (menganjurkan khususnya dalam periklanan, memberi

kepercayaan, logika dan daya tarik).

4. Untuk melindungi, fungsi khusus untuk desain kemasan dan kantong belanja.

2.3.1. Tipografi

Danton Sihombing dalam buku yang berjudul Tipografi dalam Desain

menjelaskan bahwa tipografi merupakan salah satu elemen desain yang penting

sebagai teks dan penyampaian pesan karena tingkat keterbacaan pesan menjadi

sesuatu yang penting yang digunakan dalam desain.

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

17

Gambar 2.2 Anatomi Tipografi

(Sumber : rabiula.files.wordpress.com)

Dalam pemilihan typeface yang baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,

yaitu :

1. Legibility

Menurut Danton Sihombing dalam bukunya yang berjudul Tipografi Dalam

Desain Grafis, legibility memiliki pengertian sebagai kualitas huruf dalam tingkat

kemudahannya untuk dibaca. Tingkat keterbacaan ini tergantung pada tampilan

bentuk fisik huruf itu sendiri dan ukurannya. Sesungguhnya mata kita dapat

mengenal bentuk huruf walaupun hanya setengah bagian ke atas dari fisik huruf

tersebut yang terlihat. Huruf serif lebih memiliki karakter pada setengah bagian ke

atas dibandingkan dengan huruf sans serif. Inilah yang membuat huruf serif lebih

mudah dibaca.

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

18

Gambar 2.3 Kerning dalam Tipografi

(Sumber : tessforrest.files.wordpress.com)

Interval ruang antarhuruf atau kata memiliki dampak yang sangat berarti

terhadap legibility. Susunan huruf yang terlalu rapat akan membuat bentuk huruf

tersebut terlihat kabur dan menyatu, sedangkan susunan huruf yang terlalu

renggang akan mempengaruhi kecepatan membaca. Interval ruang juga

memberikan pengaruh pada keindahan dan keharmonisan sebuah rancangan

desain tipografi. Kerning atau tracking positif juga diperlukan untuk huruf yang

dicetak dalam ukuran kecil.

Gambar 2.4 Perbedaan Tracking dan Kerning dalam Tipografi

(Sumber : media.creativebloq.futurecdn.net)

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

19

Legibility merupakan permasalahan yang sangat kompleks karena

merupakan salah satu factor pendukung keberhasilan sebuah rancangan desain.

Audiens atau penerima pesan juga menjadi faktor eksternal yang dapat

mempengaruhi seseorang dalam melakukan kegiatan membaca serta memahami

isi pesan tersebut. Oleh karena itu, untuk menanganinya dibutuhkan investigasi

yang cermat untuk menghasilkan karya desain yang optimal.

2. Readability

Legability dan readability saling bergantungan tetapi keduanya ini adalah hal

yang berbeda. Legability berhubungan dengan tingkat kemudahan mengenali

suatu jenis desain huruf dan bagaimana huruf-huruf lainnya dapat dikenali dan

dibedakan. Readability berhubungan dengan huruf-huruf tersebut secara

keseluruhan. Jadi, jika legability berhubungan dengan huruf, maka readability

adalah komposisi secara keseluruhan yang dibentuk dari huruf-huruf tersebut.

Readability dipengaruhi juga oleh media yang menampilkan huruf tersebut yang

dapat mengurangi tingkat keterbacaan huruf tersebut dalam suatu desain. (Ardhi,

2013: 72)

2.3.2. Layout

Pada dasarnya layout dapat dijabarkan sebagai tataletak elemen-elemen desain

terhadap suatu bidang tertentu untuk mendukung konsep atau pesan yang ingin

disampaikan. Mengatur tata letak atau me-layout merupakan salah satu proses

dalam mendesain. Namun, me-layout tidaklah sama dengan mendesain (Rustan,

2008: 0). Dalam bukunya dikatakan bahwa layout memiliki banyak sekali elemen

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

20

yang mempunyai peran masing-masing yang perlu dketahui oleh desainer untuk

membangun keseluruhan layout. Berikut adalah elemen-elemennya.

1. Elemen Teks

a. Judul, sebuah poster biasanya diawali dengan sebuah kalimat singkat yang

diberi ukuran lebih besar dari teks lainnya. Inilah yang disebut judul. Judul

ini diberi ukuran lebih besar untuk menarik perhatian pembacanya. Selain

dari ukuran, pemilihan jenis huruf yang akan digunakan pun juga harus

menarik.

b. Body text, isi teks ini merupakan elemen layout yang paling banyak

memberikan informasi terhadap topik yang akan diangkat dalam desain.

Body text ini biasanya digunakan pada media brosur atau flyer.

c. Subjudul, merupakan artikel yang cukup panjang, yang biasanya dibagi

lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan topiknya. Subjudul berfungsi

sebagai judul-judul dari segmen tersebut. Subjudul ini akan digunakan

pada media brosur atau flyer.

d. Pull quotes, merupakan cuplikan perkataan atau tulisan seseorang yang

mengandung informasi yang penting dan ingin ditekankan. Pull quotes

dibuka dan ditutup dengan tanda petik (“), ada juga yang diberi box agar

letaknya dibedakan dari elemen layout lainnya.

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

21

e. Gabungan beberapa cara, elemen ini digunakan untuk membedakan antara

paragraf yang satu dengan yang lainnya. Pembedaan paragraf ini

menggunakan huruf-huruf besar pada awal kata, small caps, dan spasi.

2. Elemen Visual

a. Artworks, adalah segala jenis karya seni bukan fotografi baik itu berupa

ilustrasi, kartun, sketsa, dan lain-lain yang dibuat secara manual maupun

dengan menggunakan komputer (digital). Dalam menyajikan informasi

yang akurat, kadang dalam situasi tertentu dibutuhkan sebuah ilustrasi

yang menjadi pilihan andalan dibandingkan dengan teknik fotografi. Hal

ini dikarenakan ilustrasi dapat memancing imajinasi seseorang akan

gambaran informasi tersebut.

3. Invisible Elements

a. Margin, menentukan jarak antara pinggir kertas dengan ruang yang akan

ditempati elemen-elemen layout. Margin mencegah agar elemen-elemen

layout tidak terlalu jauh ke pinggir halaman karena secara estetika kurang

menguntungkan, bahkan elemen layout dapat terpotong pada saat

pencetakan. Namun, ada juga yang sengaja meletakkan elemen layout jauh

ke pinggir halaman dengan melalui pertimbangan estetis sebelumnya.

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

22

Gambar 2.5 Margin dalam Layout

(Sumber : smad.jmu.edu)

b. Grid, adalah alat bantu dalam me-layout yang mempermudah kita

menentukan di mana harus meletakkan elemen layout dalam

mempertahankan kesatuan layout pada karya desain.

Gambar 2.6 Grid dalam Layout (Sumber : thinkingwithtype.com)

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

23

2.3.3. Warna Utama yang Digunakan Dalam Kampanye

Warna merupakan unsur yang sangat penting dalam desain grafis. Warna adalah

tentang menyampaikan informasi penting kepada target audiens dan dapat

memicu respons yang sangat spesifik dalam sistem saraf pusat dan kortex otak

(cerebral cortex). Sekali mempengaruhi kortex otak, warna dapat mengaktifkan

pikiran, memori, dan persepsi tertentu. Stimulan ini mendorong peningkatan

kemampuan konsumen untuk memproses informasi (Gobe, 2005: 83).

Gambar 2.7 Warna Merah

(Sumber : riddbengkok.ga)

Pemilihan warna yang digunakan dalam dunia kesehatan harus berhati-hati

dan disesuaikan dengan konvensi medis. Merah adalah warna yang paling sering

menarik perhatian. Warna ini membangkitkan emosi dan sifatnya berani. Warna

merah sangat menarik perhatian dan menyerukan untuk segera mengambil

tindakan. Merah umumnya digunakan untuk memberikan peringatan akan

informasi yang penting atau bersifat bahaya atau untuk mengkomunikasikan nilai-

nilai tekanan darah arteri, dan berbagai warna sekunder yang berhubungan dengan

obat-obatan tertentu.

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

24

Warna putih akan digunakan dalam media kampanye ini karena warna

putih identik dengan tim medis. Warna putih menguatkan segala sesuatu dan

memberikan kesan steril dan netral. Warna putih mewakili kesan kebersihan dan

kesucian. Putih dapat membuat sebuah desain terlihat minimalis dan simpel.

Namun, terlalu banyak menggunakan warna putih dapat menyebabkan sakit

kepala dan kelelahan mata karena warna yang dipantulkan.

Gambar 2.8 Warna Putih

(Sumber : www.andisucirta.com)

2.3.4. Fotografi Digunakan dalam Merancang Kampanye Sosial

Fotografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu photos yang

berarti cahaya dan grafo yang berarti melukis. Jadi fotografi memiliki arti harfiah

yaitu segala sesuatu yang berakitan dengan proses melukis dengan cahaya. Hal-

hal yang berhubungan dengan karya seni seperti fotografi memang sulit

ditentukan bagus atau tidaknya karena terkait dengan subjektivitas atau selera

penikmat dan fotografer sendiri. Melakukan pemotretan dengan jarak dekat

berguna untuk mendapatkan gambar dari objek foto agar terlihat dekat, jelas, dan

detail. Pengambilan foto seperti ini biasa dilakukan untuk menampilkan objek

foto seperti wajah manusia. (Tjin, 2011 : 41)

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

25

Gambar 2.9 Foto Close-up

(Sumber : www.posestudio.net)

Berikut ini akan dicoba ditarik beberapa kesimpulan untuk menentukan sebuah

foto yang dapat menarik perhatian para penikmat. (Kindarto, 2007 : 69)

1. Pesan

Sebuah foto merupakan tanda yang di dalamnya mengandung imaji dan

konteks. Imaji adalah subjek atau elemen-elemen yang ada di dalam foto

yang membentuk suatu kesatuan konseptual. Maka dari itu, foto yang

bagus adalah foto yang terdapat elemen-elemen di dalamnya yang

membentuk suatu kesatuan pesan. Pesan dapat terdiri dari tiga bagian,

yaitu pernyataan, kesan dan ungkapan psikologis. Misalnya, apabila

memotret suasana suatu pegunungan, dapat saja berisi pernyataan “Ini

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

26

Gunung”, kesan “Keindahan di Gunung”, atau ungkapan psikologis

“Bersahabat dengan Gunung”.

2. Imaji dan konteks

Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa pesan dalam foto

membutuhkan sebuah imaji, elemen, atau subjek mengenai apa yang ingin

disampaikan. Subjek yang dimaksud disini adalah Point of Interest (POI)

atau pusat perhatian. Background memang perlu diatur sedemikian rupa

karena sebuah background meneguhkan keberadaan subjek, memperkuat

pesan, dan memperkuat mood imaji yang tampil.

3. Warna

Fotografi sesungguhnya adalah mengenai merekam warna. Perbedaan

pencahayaan akan mempengaruhi efek dramatis dalam setiap foto.

Kombinasi warna yang tepat mampu menghadirkan nuansa yang indah

untuk mata. Sebuah foto yang baik juga harus mampu memberikan

kualitas, kombinasi, dan komposisi warna yang tepat. Maka dari itu, perlu

diperhatikan bahwa konsep kesederhanaan menjadi patokan keberhasilan

sebuah foto.

Komposisi juga menjadi salah satu teknik fotografi yang penting dalam

mendapatkan foto dengan hasil yang bagus. Komposisi adalah susunan elemen

dalam suatu foto, sehingga kehadirannya dapat memperkuat kesan subjek utama

dalam foto tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah menemukan sudut

pengambilan yang tepat. Kuncinya adalah memikirkan suatu komposisi dan

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

27

bergerak menemukan posisi yang tepat. Pengaturan sudut pandang tinggi, rendah,

datar, serta penentuan garis horizontal dan ruang kosong untuk memberikan efek

gerak sangat penting untuk dicoba. Pengaturan letak dan perpaduan antara elemen

dan subjek yang menarik akan semakin memperkuat karakter sebuah foto.

2.3.5. Media Sosial

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, media adalah alat atau sarana untuk

berkomunikasi, sedangkan sosial merupakan segala sesuatu yang berhubungan

dengan masyarakat. Maka dari itu, media sosial adalah alat atau sarana untuk

berkomunikasi di dalam kehidupan bersosialisasi yang paling umum digunakan

oleh masyarakat. Definisi media sosial lainnya adalah berdasarkan Andreas

Kaplan dan Michael Haenlein dalam bukunya yang berjudul Users of The World,

Unite! mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis

internet yang memiliki tujuan di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 dan

yang dapat berfungsi untuk saling tukar menukar konten.

Teri Gamble dan Michael Gamble dalam bukunya yang berjudul

Communication Works menyebutkan ciri-ciri dari media sosial, yaitu pesan yang

disampaikkan dapat ke berbagai orang, tidak hanya untuk satu orang saja. Pesan

yang disampaikan bebas tanpa harus melalui suatu gatekeeper. Selain itu, pesan

yang disampaikan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan media lain. Waktu

untuk melakukan sebuah interaksi pun ditentukan oleh penerima pesan. Maka itu,

media sosial adalah lautan manusia yang saling terhubung satu sama lain. Media

sosial juga merupakan media komunikasi interaktif yang paling efektif dalam

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

28

menyampaikan suatu informasi. Jika media tradisional menggunakan media cetak

dan media broadcast maka media sosial menggunakan internet. Saat teknologi

internet semakin maju, maka media sosial pun ikut berkembang dengan pesat

juga.

2.3.6. Poster

Menurut Yuliandi Kusuma dalam bukunya yang berjudul Trik Paten Poster

Keren, poster merupakan media gambar yang memiliki sifat persuasif tinggi

karena menampilkan suatu tema atau persoalan yang menimbulkan perasaan kuat

terhadap pembacanya. Isi dari sebuah poster adalah pemberitahuan suatu ide,

gagasan, atau hal penting kepada banyak orang. Poster biasanya ditempatkan di

tempat yang dikunjungi oleh banyak orang.

Gambar 2.10 Poster

(Sumber: http://2011.effectivedesign.org.uk)

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

29

Yuliandi Kusuma dalam bukunya yang berjudul Trik Paten Poster Keren

menjelaskan bahwa poster harus dibuat semenarik mungkin agar dapat menarik

perhatian pembacanya seketika dan pesannya harus mudah dimengerti karena

poster dibaca oleh orang-orang yang sedang bergerak, seperti sedang berjalan

kaki. Poster digunakan untuk berbagai macam keperluan, tetapi biasanya hanya

mencakup satu dari empat tujuan berikut ini, yakni mengumumkan atau

memperkenalkan suatu acara, mempromosikan layanan atau jasa, menjual suatu

produk, dan membentuk sikap atau pandangan (propaganda). Untuk membuat

desain poster yang bagus dan berkualitas, ada beberapa penerapan prinsip-prinsip

desain sebagai berikut.

1. Keseimbangan

Keseimbangan merupakan prinsip dalam komposisi yang menghindari

kesan berat sebelah atas suatu bidang atau ruang yang diisi dengan unsur-

unsur rupa. Ada dua jenis keseimbangan tata letak desain yang bisa

diterapkan, yaitu simetris dan tidak simetris.

2. Alur Baca

Peletakkan alur baca diatur secara sistematis dalam desain sebuah poster

untuk mengarahkan mata pembaca dalam membaca sebuah informasi yang

ada di poster dari satu bagian ke bagian lain.

3. Penekanan

Penekanan dapat dicapai dengan membuat judul atau ilustrasi yang lebih

menonjol dari elemen desain lain. Penekanan bisa dicapai dengan

perbandingan ukuran, latar belakang yang kontras dengan tulisan atau

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015

30

gambar, penggunaan warna yang mencolok, pemanfaatan bidang kosong,

dan perbedaan jenis, ukuran, dan warna huruf.

4. Kesatuan

Beberapa bagian dalam poster harus digabung atau dipisah sedemikian

rupa menjadi kelompok-kelompok informasi. Kesatuan dapat dicapai

dengan memanfaatkan garis untuk pemisah informasi, mendekatkan

beberapa elemen desain, dibuat bertumpuk, dan perbedaan warna latar

belakang.

5. Kesan

Poster dirancang untuk keperluan khusus yang disesuaikan dengan suatu

tema. Hal ini untuk memberikan “kesan” suatu sentuhan yang sesuai

dengan kegiatan yang berlangsung.

Perancangan Media..., Fransisca, FSD UMN, 2015