Upload
trannhi
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
xiii
Reka Penelitian
No Konsep No Subkonsep No Indikator Harapan Jawaban Pertanyaan
1 Produk 1.1 Content 1.1.1 Isu Aspek Sosial Aspek apa saja yang terdapat dalam
film Jakarta Unfair? mengapa? Aspek Ekonomi
Aspek Politik
1.1.2 News Value Proximity, timelines,
surprise, clarity
Jurnalisme advokasi
Bagaimana unsur news value dalam
film jakarta unfair?
Fungsi pers dalam jakarta unfair?
1.2 Form 1.2.1 Grafis Penggunaan grafis Unsur grafis dalam film jakarta
unfair berfungsi sebagai apa?
1.2.2 Varieties
presentation
Story driven Bagaimana konsep ide cerita
dibangun dalam film jakarta unfair?
Documenter Mengapa memilih documenter?
1.3 Reprographics 1.3.1 Reprographics
Inovasi
Footage Berasal dari mana saja gambar yang
ada di Jakarta Unfair?
Data collective dari
LSM atau komunitas
Data apa saja yang digunakan dalam
film Jakarta Unfair?
1.3.2 Teknologi Penggunaan drone Bagaimana perlengkpan saat
pengambilan gambar? Go pro
2 Proses 2.1 Dsitributive use 2.1.1 Media Distribusi Sistem Nobar Bagaimana strategi distribusi yang
yang digunakan? Medium Promosi
Youtube
xiv
2.1.2 Jaringan distribusi Kolaborasi dengan
komunitas, LSM
SIapa saja yang terlibat dalam
pendistribusian?
2.2 Transformed
social relations
2.2.1 Pengelola Sistem volunteer
(mahasiswa)
Siapa saja yang terlibat dalam
produksi film jakarta unfair?
2.3 Transformed
communication
processes
2.3.1 Networks CM, UPC Tim Jakarta Unfair berkolaborasi
dengan pihak mana saja? 2.3.2 Khalayak/
Auidience
Penyelanggara nobar
xv
Tabel Observasi di Kantor Watchdoc Documentery Maker
Tempat : Kampung Akuarium Pasar Ikan, Jakarta Utara
Tanggal Observasi : Rabu, 06 Juli 2016
Waktu : 07:00-15:00 WIB
Konsep Hasil Pengamatan
Reprographics -Penggunaan Drone Dji Panthom 4, dikendalikan oleh dua orang videographer saat pengambilan gambar
Salat Ied di Pasar Ikan
-Perlengkapan drone standar, terdapat dua batrey, satu mini monitor, satu remote control, seperangkat drone
dengan empat baling-baling, memory 64 GB
-Drone dioperasikan oleh mahasiswa yang baru belajar drone H-5 pengambilan gambar. Diambil ole dua
orang videographer, satu bertugas sebagai pilot drone, satu lagi bertugas memantau monitor.
-saat peliputan dilapangan, satu tim dibekali satu set perlengkapan shooting yang disediakan oleh watchdoc
-perlengkapan : satu kamera HXR (Sony HXR-NX1), empat jenis lensa (wide, tele, focus, standar), dua
buah batrey kamera, memmory card 64gb, satu buah lampu tembak, dua buah batrey lampu, satu buah
tripod, kabel data, satu buah charger batrey kamera dan satu buah charger batrey lampu.
-videographer tidak memakai seragam saat turun ke lapangan
xvi
-videographer tidak memiliki kartu perss dari kantor Watchdoc
-vidographer juga membawa kamera pribadi sebagai cadangan, kamera yang digunakan saat itu adalah
kamera DSLR Canon 70D
Transformed Social
Relations
-saat turun ke lapangan para videographer tidak menggunakan seragam resmi dari Watchdoc, mereka
berpakaian biasa menyesuaikan dengan lokasi yang mereka kunjungi
-para videographer juga tidak dibekali kartu press dari watchdoc sebagai identitas.
-ketika ada pengeluaran di lapangan, para videographer mengandalkan uang pribadi (untuk makan dsb)
-satu lokasi biasanya diterjunkan 2-3 orang untuk mengambil gambar
xvii
Tabel Observasi di Kantor Watchdoc Documentery Maker
Tempat : Kantor Watchdoc Documentary Maker, Jl.Cempaka Baru Blok A No.3 Komplek Tugu Pratama,
Bekasi
Tanggal Observasi : Senin, 10 Oktober 2016
Waktu : 11:00-20:00 WIB
Konsep Hasil Pengamatan
Reprographics -proses editing menggunakan iMac dengan softwere editing final cut pro
-terdapat empat iMac dan satu PC Dell dalam ruang editing,
-Terdapat tempat penyimpanan harddisk yang masing-masing sudah diberi label sesuai denga nisi harddisk.
-proses pemilihan video di youtube dilakukan oleh sutradara (Dhuha Ramadhani)
-Dhuha menggabungkan foto dan video dalam satu frame. Foto: frame youtube mulai dari bagian atas yang
mencakup judul dan logo youtube, serta bagian bawah yang mencakup informasi kanal youtub yang
digunakan.jadi video menempel di foto.
Transformed Social
Relations
-proses editing dilakukan bergantian dengan computer yang sama
-masing-masing editor didampingi oleh sutradara dan produser ketika mengedit.
xviii
-terkadang proses editing juga dilakukan oleh sutradara
-proses pemilihan gambar (Rough cut) dilakukan oleh para kordinator lapangan yang turun langsung ke
lapangan.
xix
Tabel Observasi di Kantor Watchdoc Documentery Maker
Tempat : Kampung Eks. Bukit Duri, Jakarta Selatan (tanah gusuran)
Tanggal Observasi : Jumat, 28 Oktober 2016
Waktu : 15:00-22:00 WIB
Konsep Hasil Pengamatan
Reprographics -Menggunakan infocus watchdoc
-Menggunakan iMac yang dibawa dari watchdoc sebagai monitor saat pemutaran berlangsung
-Menggunakan genset warga sebagai sumber listrik
Distributive use -Gala premier digelar dengan cara layar tancap
-Perlengkapan sebagian berasal dari warga dan watchdoc.
-Layar menggunakan spanduk bekas milik Ciliwug Merdeka
-Acara Gala premier dimulai pukul 19:30 WIB
-dihadiri oleh warga bukit duri, para aktivis, komunitas ciliwung merdeka, awak media (metro tv dan
RCTI), mahasiswa, pengamat media, serta akademisi
xx
-Warga menyediakan kudapan secara swadaya seperti jajanan pasar, dan kacang rebus juga terdapat kopi
dan teh panas yang dapat dinikmatin oleh penonton secara gratis.
-setelah film selesai, pembawa acara membuka sesi diskusi, sesi ini dibuka secara spontan oleh salah satu
pembawa acara (warga bukit duri) yang menyampaikan perasaan kecewanya kepada pemerintah, suasana
menjadi haru.
-disusul pendapat dari para tokoh yang ada di bukit duri dan kampong baru dadap.
-sesi diskusi juga melibatkan pengaat media M.Haychael (remot tv) yang kebetulan hadir dalam acara Gala
Premier, berbicara mengenai framing di media arus utama.
Transformed
Communication
Process
-tim Jakarta Unfair bekerja sama dengan komunitas Ciliwung Merdeka untuk mengadakan Gala preier di
tanah gusuran Kampung Bukit Duri
-tim Jakarta Unfair tiba dilokasi Gala premier pukul 16:30 WIB, mulai persiapan pada pukul 17:15 WIB
-Pemasangan layer dilakukan oleh warga dan beberapa tim dari Jakarta Unfair
xxi
Tabel Observasi di Kantor Watchdoc Documentery Maker
Tempat : Sekretariat Ciliwung Merdeka
Tanggal Observasi : Jumat, 28 Oktober 2016
Waktu : 22:30-00:30
Konsep Hasil Pengamatan
Transformed
Communication
Process
-Tim Jakarta Unfair melakukan rapat dengan beberapa LSM dan aktivis untuk membicarakan strategi
distribusi
-Tim Jakarta Unfair bekerjasama dengan LSM seperti Ciliwung Merdeka, LBH Jakarta, Gema Demokrasi
serta lsm-lsm yang mendampingi warga tergusur.
-Rapat dimulai pukul 22:40-00:30 WIB
-Rapat dilaksanakan di Sekretariat komunitas ciliwung merdeka
-rapat dilakukan sambil makan malam
-silly, perwakilan dari Gema Demokrasi memimpin rapat.
-rapat dilakukan secara non-formal, duduk lesehan di lantai
xxii
Verbatim Wawancara
Wawancara ke 1
Nama Subjek Nur Qolbi (Mahasiswi Universitas Indonesia)
Peran Videographer dan Kordinator Lapangan di Bukit Duri
Waktu 25 Desember 2016, 14:00-15:00 WIB
Lokasi Starbucks di Kalibata City
Pelaku Uraian Wawancara
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Nama gue nur qolbi, sekarang gue berkuliah ilmu
komunikasi di universitas indonesia semester 5,
kebetulan ambil peminatannya itu jurnalisme, dan di
jakarta unfair ini berpersan sebagai videographernya di
Bukit Duri.
Bagaimana sampai akhirnya sia terlibat dalam project
film kolaborasi ini?
Awalnya kan emang dapet broadcast dari grup line gitu
kaya watchdoc menawarkan untuk magang, bukan
magang sih, istilahnya ikut project film documenter
tentang penggusuran, pas baca broadcast itu ya gue
awalnya ajak-ajak temen spear gitu kan, ada namanya
dian sama dea, untuk ikut ini juga, dan akhirnya
ternayata pas ngajak-ngajak gitu beberapa senior juga
pengen ikut, yaudah akhirnya dating ke kantor watchdoc
terus dijelasin tuh, kalo kita mau bikin film tentang
penggusuran, jadi awalnya gue tuh pengen ikut bikin
film ini pertama ngeliat nama watchdocnya, sebelumnya
kan gue udah nonton film watchdoc yang kaya belakang
hotel sama rayuan pulau palsu dan itu keren beanget
filmnya, dan dari situ ada kesempatan bikin film barang
watchdoc tuh ya kenapa dilewatin gitu, yaudah akhirnya
gue pengen walaupun gue belum terlalu tau bikin film
itu kaya gimana dan segala macemnya. Terus pas sampe
di kantor watchdoc, gue kaget tuh, ternayata yang
awalnya gue kira kita Cuma kaya batuin orang-orang
watchdocnya bikin film, ya paling kita kaya ngintil-
ngintilin orang watchdocnya bikin film kaya mereka
yang lebih kerja, ternyata di hari itu pas ngumpul ada
mas dandhy juga ada anak UMN dan UIN juga, gue
kaget kalo project itu emang diserahin sepenuhnya ke
kita bahkan untuk sutradara pun tu dari kita gitu.
Watchdoc bener-bener Cuma ngawasin dan ngasih
arahan aja gitu.
Sebelumnya apakah sudah tahu tentang watchdoc ?
xxiii
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Sudah tau. Watchdoc itu production house yang emang
bikin fim documenter gitu.
Apa yang diharapkan dari project film documenter
ini?
Yang gue harapkan adalah, pertamanya pengen tau
gimana caranya bikin film documenter, terlebih lagi kan
emang film documenternya watchdoc keren-keren kan
dan isunya yang diangkat, memang isu yang sedang
hangat diperbincangkan gitu, jadi pengen aja mengemas
suatu permasalahan dalam documenter, ya itu sih
pengen belajar documenter.
Tadi kan dibilang yang membuat anda tertarik salah
satunya adalah isu yang diangkat oleh watchdoc,
memang apa sih yang bikin isu watchdoc berbeda dari
media mainstream?
Yang bikin isu watchdoc berbeda,ya dia kebanyakan
berpihkan kepada masyarakat sih, jadi kaya mungkin
yang misalkan di media nih, di media bilangnya apa nih,
di media itu lebih membela kepentingan pemerintah atau
pengembang gitu, tapi watchdoc tuh bisa memberikan
suara dari sisi lain gitu loh, dari sisi rakyat, jadi gue
emang tertariknya di situ dan dikemasnya kan dalam
dukumenter kan, jadi ya kaya kita bener-bener bisa
menyaksikan apa yang gak bisa kita saksikan di media
arus utama gitu.
Berapa banyak dana yang dikeluarkan untuk produksi
ini dan dari mana sumber dananya?
Dana nya itu dari kantong kita masing-masing, kita kan
awalnya ber duapuulh satu, sampe akhirnya yang terus
ada sampe film ini kelar bersembilan, ya itu dari kantong
kita masing-masing sih, dari watchdoc waktu itu pernah
kasih sekitar satu juta tapi itupun udah di akhir udah
setelah filmnya hampir selesai.
Berarti pure uang pribadi?
Pure uang pribadi
xxiv
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Ada penggantian uang kah dari kantor watchdoc
sendiri?
Dari kantor, untuk penggantian kita selama bikin film ini
misalkan diitung-itung ya, misalkan qolbi keluar berapa
si dian keluar berapa segala macem itu gak ada jadi
emang bener-bener pribadi, waktu itupun yang
watchdoc ngasih satu juta itupun buat bantu-bantu biaya
editing sama ya, operasional kita, tapi itupun kaya,
yaudah ini satu juta aja gak diganti yang kaya sesuai kita
keluar berapa.
Bagaimana sistem koordinasi dalam project film
jakarta unfair?
Kalau di produksi film jakarta unfair sendiri kan ada
sutradara sama co-sutradaranya, kemudian nanti orang-
orang selain itu, eh dan selain itu ada editor dua, tapi dua
editor ini juga punya kerja ganda jadi videographer sama
melakukan pendekatan sama warga, nah kan kita punya
beberapa lokasi, buit duri, dadap, pasar ikan, kalijodo
sama rusun, nah itu tuh dibagi-bagi, orangnya dibagi-
bagi ke lima lokasi ini. jadi kaya gue pribadi, gue
megang bukit duri dan disitu gue jadi coordinator
lapangannya. Jadi kalo gue pribadi sih lebih sering
kooridinasinya sama sindy, jadi kaya ‘sin besok di bukit
duri ada siding gugatan nih, gugatan ke pemprovnya,
perlu diliput gak?’ kalo sindy bilang perlu ya gue dating
liput, kaya gitu. Jadi langsung koordinasi ke sindy,
begitu juga yang lainnya, jadi coba dikoordinasiin dulu
ke sutradaranya.
Berarti koordinasinya bersifat langsung ya?
Iya langsung ke sutradara.
Bagaiman dengan orientasi film jakarta unfair
sendiri? Apakah berorientasi profit atau nonprofit?
Kalau orientasinya, enggak sih ya, kita pada awalnya
emang pengen jadi media yang bisa menjadi penyalur
suara warga sih, selama film kita udah banyak ditonton
smaa ornag-orang dari kampong ke kampong terus
selama ini juga ada tawaran, beberapa tawaran yah untuk
istilahnya kita dating ke suatu acara, terus kita dibayar
sekian juta gitu kita malah menolak itu sih.
xxv
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumner
Peneliti
Jadi benar-benar memang untuk warga ya?
Iya emang untuk warga lah, untuk menyuarakan suara
warga yang jarang diliput media, kaya gitu.
Kalau untuk target audience Jakarta Unfair sendiri
siapa saja?
Target audience kita itu emang dari awal kita gak ingin,
apa ya, kita gak mau apa ya, tujuan film ini bukan untuk
menggerakan hati pemerintah atau gimana, cuman kita
kenapa kita memilih pemutaran itu dari kampung ke
kampung, terutama kampung-kampung yang pengen di
gusur. Itu karena untuk konsolidasi warganya sendiri,
jadi diharapkan warga yang rencananya akan digusur itu
jadi makin kuat untuk memperjuangkan hak-hak mereka
dan warga yang udah digusur, itu tuh bisa membantu
atau enggak, seenggaknya mereka bersatu lagi untuk
mencari solusi pemecahan masalah mereka itu
bagaimana.
Apa yang qolbi harapkan sebai videographer untuk
film jakarta unfair sendiri?
Diharapkannya, memang kami gak mengharapkan
respon langsung dari pemerintah ya, tapi diharapkannya
dari film jakarta unfair ini, setelah orang-orang melihat
perspektif yang berbeda, yaitu dar perspektif warga
terkait penggusuran, kalau penggusuran itu gak
selamanya menyediakan kehidupan yang lebih layak
gitu kan, kita pengen orang-orang yang udah nonton ini,
jadi punya persepktif beda, dan orang-orang yang
memang tergerak untuk melakukan istilahnya advokasi
atau membantu warganya, entah aktivis, entah jurnalis,
entah lembaga swadaya masyarakat gitu yang
ngebantuin warga gitu, jadi lebih banyak lagi tenaga
yang emang pengen berjuang untuk warga yang
istilahnya haknya mereka ini dirampas gitu, oleh
kesewenang-wenangan pemerintah lebih banyak yang
bergerak, jadi bukan Cuma dari watchdoc aja tapi kita
lewat film inimencoba mengajak dan merangkul semua
orang yang perduli untuk bergerak bersama.
xxvi
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Bagaimana proses produksi jakarta unfair dari peran
qolbi sendiri sebagai videographer dan kordinator
lapangan di bukit duri?
Jadi awal kita ngumpul yang bulan mei akhir, kita udah
netapin bukdur sebagai salah satu tempat yang memang
dijadaikan ring 1, ring yang paling utama karena
renacananya setelah lebaran itu mau digusur. Dam disitu
waktu kumpul pertama kali mas dandhy udah ngundang
ka muis sam bang deny mereka itu perwakilan dari
ciliwung merdeka, salah satu LSM yang mendampingin
warga-warga bukti duri. Nah lewat mereka kita jadikan
gate keeper di bukit duri, jadi awal gue dating ke bukit
duri, gue juga hubunginnya ka muis nanya alamatnya di
mana dan segala macem, itu lewat ka muis dan ka muis
yang minta bang deni untuk nganterin kita ke warga-
warganya, jadi hari pertama main ke bukti duri itu masih
didampingin bang deni kan, kenal-kenalan sam
awarganya, dikasih tau ini bukit duri, biasanya orang-
orang disini kerjanya apa dan segala macem,
pengenalam pertama dengan bukit duri. Terus kalo
misalan mau ke san juga itu kontaknya lewat ka muis,
misalkan ‘ka saya ma uke bukit duri nih, di bukit duri
lagi ada apa, ada acara apa gitu-gitu’ itu lewat ka muis,
awal-awalnya juga masih dianterin ka muis, kenalan
sama warga dan segala macemnya, lama elamaan karena
emang udah deket dan gak Cuma ka muis aja yang saya
kenal, ya saya main-main aja ke bukit duri, dating-
dateng aja, ters mainnya di sanggar ngobrol-ngobrol sam
ayang ada di sanggar dan segala macemnya aya gitu, jadi
melakukan pendekatan ke wara dulu, sambl ngomong
kita mau bikin film documenter yang memang terkait
penggusuran dan emang tujuannya kta dari awal
ngonmong tuh, bahkan waktu itu kita ngomongnya di
forum warga gitu sih, waktu warga mau persispan
sidang kan kita ngomong kalo kita mau bikin film yang
insyaaloh bisa ngebantu warga dalam istilahnya
melawan penggusuran ini, disitu kita udah ngomong
kalo mau bikin flm, dan warga bukit duri emang sangat
terbuka ya, sama hal-hal kaya gini.
Lalu bagaimana proses pemilihan tokoh di bukit duri?
Jadi awala dating ke bukit duri, tim bukit duri itu
kangsung nemuin tokoh, namanya pak mulyadi atau
pakde mul, nah udah netapin kan tokoh itu, terus pas
xxvii
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
udah fix dan mau shooting dia, dia nya meninggal dunia,
yaudah akhirnya kita nyari tokoh lain yang seenggaknya
aktif di forum warga, suka ikut ke persidangan sama
emang tahu permasalahannya, dan yang paling penting
si tokoh ini tidak dimusuhi oleh warga, nah etemulah
pak supri yang sekrianya cocok pertama dia tau betul
permasalahannya seperti apa, aktif kepersidangan, aktif
forum warga dan dia juga gak gugup sama kamera, jadi
ditetapkanlah pak supri, nah pak supri ni udah lama
tinggal di bukit duri dan emang aktif lah diforum warga,
gitu.
Saat pemilihan tokoh itu dilapangan apa sudah
ditetapkan sebelumnya?
Jadi kita ke lapangan dulu nih, kita kelapangannya
sambal ngobrol-ngobrol juga sam warga, di sini siapa
nih yang ngomongnya jago dan segala macem, terus dari
tim bukit duri kita pingin pak supri dari bukit duri, lalu
pas rapat di kantor kita bilang sama tim, kalo tokoh
dibukit dur itu pak supri, karena alasan yang tadi, jadi
setelah menetapkan tokoh itu langsung di shoot
kehidupan tokohnya itu bagaimana
Proses pengambilan gambar nya apakah sesuia
storyline atau bagaimana?
Yang pasti sebelumnya sutradara udah bikin story line
nih, yang pasti gambarnya harus memuat sehaihari pak
supri, terus wawancara pak supri, terus pak supri pas di
persidangan segala macem, storyline itu kan hanya garis
besarnya aja dan kita pas turun ke lapangan itu mencoba
untuk memenuhi story line itu, kaya ngeshoot
aktifitasnya pa supri, wawancara pak supri, ama setiap
persidangan kita datengin dan coba ambil gambarnya
pak supri.
Pekerjaan pak supri itu apa?
Pak supri pekerjaannya sector iformal, dai itu oengantar
ayam, jadi emang dia kan tinggal di satu rumah, nah satu
rumahnya ini emag masih ada ikatan keluarganya, dia
ini usaha ayam di keluarganya ini, isterinya sendiri itu
motong ayam, nah karena pak suprinya gak bisa motong
ayam jadi dia hnaya nganterin ayam yang udah di potong
dan dibersihin yang sip jual ke pasar dia anterin, dia itu
xxviii
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
biasa nganter ayam ke pasar yang di manggarai, pasar
rumput, jadi peerjaannya tiap hari jam lima subuh dia
anter ayam ke pelanggannya di pasar rumput.
Butuh waktu berapa lama untuk bonding dengan
narasumber/ tokoh?
Bonding sam anarasumber itu dari tur ukelapangan blan
juni, sampe ke penggusuran itu agustus, jadi sekitar dua
bulan, itu dengan intens, seinget gue, gue hapir tiap
minggu sih ke sana, gue ke persidangan juga ikut,
kebetulan kan itu juga lagi libur kuliah yam jadi emang
gk keganggu kuliahnya emang lagi bebas gitu, jadi tiap
persidangan ikut, dan main main ke sanggar atau ke
tempatnya pak supri.
Sanggar itu apa sih?
Sanggar itu nama lengkapnya sanggar ciliwung, jadi itu
dulu kantor pertamanya ciliwung merdeka, jadi disana
ada latihan balet, latihan music segaa macem, tapi
setelah ciliwung merdeka berkembang mereka punya
sanggar lain tuh di kebon pala, dan sekarang latihan
balet dan music di kebon pala, dan sanggar itu jadi
tempat tinggalnya anak asuh room sandyawan, dan
sering dipake buat forum-forum warga gitu.
Kalau tim di bukti duri sendiri ada berapa orang?
Kalau di bukit duri sendiri sebenarnya da empat orang,
qolbi, dian, tania sam gultor, tapi kebetulan yang emang
lebih sering ke sana cume qolbi sama dian karena tania
sama gultor itukan semester tujuh, dan mereka lagi pada
magang ditempat lain juga.
Selama proses produksi hambatan apa aja yang
ditemui?
Kalau hambatan sih, dari warganya sendiri itu sangat
terbukua ya, mereka tau kita mau bikin film tentang
penggusuran dan mereka emang lagi istilahnya mau
bener-bener melawan penggusuran itu, jadi mereka
sangat mendukung kita, kalau kita maintain pendapat
untuk diwawanaara gitu kan , itu juga mereka mau-mau
aja, kalau hambatannya, ya itu tadi sih saya paling
xxix
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
menyesal karena gambar pak supri mengantar ayam itu
gak keambil, kareana memang apa ya waktu itu tim yang
lain, dan tim saya pun gak selalu bisa ke bukit duri jadi
gak ada yang bisa nemenin, sedangkan kan kalo
misalnya ngeshoot pa supri anter ayam harus dua orang
yaa, yang ada di motor sama yang megang kamera, gak
mungkin saya sendirim dan tim tim yang lain lagi gak
bisa semua gitu loh, jadi emang gak bisa diambilnya
gara-gara itu, kekurangan orang.
Kalau hambatan teknis?
Itu ada banget, jadi kan emang karena baru pertama ini
nih, megang kamera buat ambiil video gitu, kalo dulu-
dulu megang kamera paling ucma buat foto aja ternyata
kan alo video gini nanti cahayanya beda-beda jadi harus
di atur, jadi paling awal itu sih hambatannya
penyesuaian kamera ini, misalkan di lcd nya kayanya
cahayanya udah pas nih tapi pas di komputer cahayanya
over gitu. Terus cara nyesuaian sama shutter speed, biar
gambarnya gak patah, jadi kendalanya banget tuh bikin
gambarnya supaya gak patah dan itu musti beberapa kali
diajarin untuk bisa make kamera itu, an tapi setelah
terbiasa kaya megang kamera terus itu jadi lebih bisa
ngerti sih.
Yang mengajarkan itu siapa sih?
Yang ngajarin awanya emang mas dandhy kasih
pelatihan kamera tuh, tapi ya Cuma sekali latihan aja kan
gak bisa langusng bisa tuh, tapi yang waktu itu ngajarin
saya sampe bisa tuh si dhuha co-directornya, kareana dia
juga pernah ikut ambil gambar sama saya di bukit duri.
Berarti sebelumnya pengoperasian kamera untuk
video itu belum pernah ya?
Belum
Saat produksi upaya-upaya apa aja sih yang dilakukan
agar lebih dekat dengan warga?
Biar warga terbuka tuh, saya pernah live in, sempet
sekali live in sdi sana nginep di rumah warga, ada salah
satu warga yang baik banget, namanya the enap, jadi
kontrakannya dia lagi kosong satu, karena saat itu emang
xxx
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
kebanyakan cowo kan yang tidur dan dia gak tega gitu
kalo misalkan masa cewe tidurnya bareng-bareng cowo
gitu kan, nah akhirnya kontrakannya yang kosong itu
disediain buat aku sama dian waktu itu yang tidur di
sana, jadi live in selam atiga hari dua malam di sana tuh
kaya ngeliat aktifitas warga pagi-pagi ngapain, terus ikut
ngonkrong sama warga yang biasanya malem-malem
tuh mereka main gitar, main kartu nonton film, ikut
nongkrong barng sama mereka, yang mita omongin
selain seputar penggusuran itu juga seputar biasanya di
sini warga gapain aja, kehidupan sehari-hari mereka aja
sih kaya gitu.
Ada gak sih scene-scene yang memnag di setting
dalam jakarta unfair?
Gak ada, paling kalo settingan itu sekedar untuk mencari
latar ketika wawancara.
Kenapa yang diangkat adalah perspektif dari warga?
Kenapa yang diangkat warganya yaitu tadi, kita kan mau
menuarakan apa yang dirasakan warga kan, selama ini
soalnya kalau kita lihat di media saya pun sebeum terjun
ke sana pun mikinrya ‘yaudahalah penggusuran bagus,
kaya jakarta jadi bersih segala macem, yang kumuh-
kumuh hilang gitu kan’ tapi ternyata pas di sana gak
kaya gitu kan. Ternyata penggusuran gak selamanya
bikin kehidupan mereka jadi lebih baik. Jadi pada
awalnya yaitu kita memang ingin mengangkat perspektif
dari warga terkait penggusuran, supay orang tau dari
perspektif mereka kaya gimana, karena kan selama ini
yang media arus utama ngeberitainnya misalkan kalo
enggak kerusuhan-kerushuan yang dibuat sama warga
karena melawan penggusuran atau enggak enaknya
kehidupan di rusun, tapi kan warga yang udah kita
deketin dan tanya-tanya kebanyakan responnya gak
kaya gitu, justru mereka lebih sengsara kareana adanya
penggusuran, sebagai istilahnya pembanding,
menyediakan perspektif untuk orang orang diluar sana
yang gak terjun langusng ke wilayah itu agar lebih tau
sebenernya kaya gimana.
Kenapa memilih bukit duri sebagai gala premier
jakarta unfair?
xxxi
Peneliti
Narasumber
Pertama kita melihat bukit duri strategis, lokasinya di
tebet jakarta selatan, sedangkan kalo pasar ikan kan
adanya di jakarta utarasusah diakses, apalagi dadap yang
ada di Tangerang gitu kan, jadi ya kita pilih bukit duri
yang mudah diakses lokasinya, selain itu bertepatan
banget tuh sama premier kita kalo itu tuh satu bulan
stelah penggusuran di bukit duri gitum jadi emang waktu
itu mereka juga pengen seenggaknya memperingati
gitulah satu buan tergusurnya mereka sama, bukit duri
ini kita lihat sebagai klimaksnya film, karena mereka
kan pas di film itu pas moment digusurnya bukit duri itu
kan yang paling nendang gitu, dan itu emang yang bikin
kita kaya wah cocok banget nih bukit duri untuk dijadin
premier, kaya gitu.
Kenapa bukit duri di jadikan klimaks? Apa
pertimbangnnya memilih bukit duri selain adanya
penggusuran?
Karena kita mau kasih unjuk bahwa, ini loh walaupun
bukit duri udah berjuang untuk mempertahankan
wilayah merekalagi dalam proses persidangan gitu kan,
lagi dalam proses mediasi waktu itu, etelah gugatan
class actionnya diterima tapi ya penggusuran dilakukan
begitu aja, SP keluar begitu aja jadi di sini jug abisa
diliat kalo pemerintahnya sendiri gak menaati hokum,
padahal hakimnya sendiripun waktu itu udah bilang
kalo, ya tahan dulu ya pemerintah ini kan lagi dalam
proses persidangan gak boleh ada tindakan yang
melawan hokum.
xxxii
Verbatim Wawancara
Wawancara ke 2
Nama Subjek Dhuha Ramadhani, Universitas Indonesia
Peran Sutradara
Waktu 25 Desember 2016, 17:00-18:00 WIB
Lokasi Perpustakaan UI
Pelaku Uraian Wawancara
Narasumber
Penelitti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Nama gue Dhuha Ramadhani dari FISIP UI
Kriminologi, jadi sutradara di Jakarta Unfair
Bagaimana akhirnya bisa terlibat dalam produksi
Jakarta Unfair?
Pertama kali berniat untuk terlibat itu waktu dapet
jarkom/ broadcast message dari grup line yang
nyebarin lupa siapa, isinya tentang ajakan kolaborasi
untuk bikin film dokumenter tentang penggusuran,
terus gue masih ragu awalnya, tapi setelah gue pikir-
pikir ini bisa jadi peluang untuk gerakan sosial
akhirnya gue dateng ke Watchdoc tanggal 31 Mei
dikumpulin ngobrol sama mahasiswa lain, sama ada
beberapa aktivis ada LSM juga ada LBH, tgl 1 Juni
dikumpulin lagi langsung pembagian peran dikasih
peran sutradara
Alasan untuk terlibat dalam produksi jakarta
unfair?
Gue ngerasa, gue sebelumnya aktif di SEMAR UI, itu
kerjaanya juga isu gerakan sosial, kerjaannya ngurusin
hal -ha terkait masyarakat di akar rumput gitu ya, kita
aktifnya di situ, terus pokoknya isu-isu apapun deh
tentang politik juga sebelumnya gue aktif juga di
BEM, di departemen kajian dan aksi strategis, cuma
di kampus gue ngerasa gerakan mahasiswa ini agak
menemui jalan buntu, kita aksi-aksi di jalanan media
itu udah gak tertarik lagi buat ngeliput kecuali aksinya
bakal keos bakal rusuh entar media baru mau ngeliput,
nah artinya apa yang kita perjuangkan ketika kita
lewat jalanan doang orang yang akan tau apa yang kita
perjuangkan itu ya cuma orang-orang disekitar situ aja
gitu, bahkan ketika kita aksi rame-rame, itu malah
ngegganggu lalu lintas dan masyarakat, nah malah
merugikan, nah gue liat film dokumenter ini bisa jadi
peluang untuk gerakan sosial juga akhirnya gue
putuskan untuk bergabung, terlebih ketika briefing itu
xxxiii
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
isu yang akan diangkat adalah isu penggusuran yang
sangat beriirisan sama kegiatan gue sebelumnya di
BEM sama di SEMAR.
Apa yang diketahui mengenai watchdoc
sebelumnya?
Gue tau Watchdoc itu dari film ‘Samin Vs Semen’,
selain SEMAR sama BEM gue ikut di SIAGA,
SIAGA bikin pemutaran Samin vs Semen dan gue
menilai filmnya punya ideologi yang sma dengan
SEMAR dan SIAGA, dan dengan diri gue sendiri
akhirnya dari situ ketika dapet tawaran dari Watchdoc
gue tertarik banget untuk gabung.
Gerakan seperti apa yang diharapkan dari film
Jakarta Unfair sendiir?
Gerakan bukan dalam arti kita melakukan di lapangan
gitu ya, bukan dalam ariti kita ikut demo segala
macem jadi organisasi baru bukan, tapi lewat film ini
yang dimaksud gerakan adalah new social movement
gitu, jadi isu yang kita angkat perspektif kita apa,
pendapat kita apa, argumen kita apa dan apa yang kita
inginkan itu bisa sampe lewat film dokumenter, dan
akan lebih relevan apalagi kalo gue liat-liat mahasiswa
khususnya mahasiswa gitu, kelas menengah ke atas
katakana secara intelektual aktif banyak megang lewat
hp, jadi mereka aktif di hp dan film dokumenter ini
kan bentuk filenya akan digital suatu saat dan
sekarang udah di rilis ke youtube, akan jadi lebih dekat
untuk nge-reach orang-orang yang jauh dari isu sosial,
mahasiswa FISIP sendiri bahkan gue liat jauh untuk
turun ke lapangan untuk belain masyarakat, nah lewat
film ini lah kita bikin satu argumen istilahnya
menyadarkan ini loh yang terjadi di masyarakat dan
mahasiswa harusnya melakukan A B C D lewat
perspektif yang mereka punya masing-masing.
Berapa banyak dana yang dikeluarkan?
Beberpa kali wawancara sama temen-temen media jug
ditanyain soal asal dananya dari mana gitu, karena ada
tuduhan-tuduhan kalo ini film untuk menjatuhkan
orang, bukan ini persoalan kemanusiaan yang lebih
substansial lagi dari persoalan politik, politik praksis
xxxiv
Peneliti
Narasumber
yang jauh dari hal-hal substansial. Untuk dana kita
sama sekali gak ditopang sama siapapun, kita gak
pernah dapet sponsor jadi semuanya keluar dari diri
sendiri, dari semua orang-orang yang terlibat,
mungkin kalo misalnya diitung, ongkos transportnya
aja selama produksi abis 6-7 juta perorang, tapi itu
dari uang sendiri.
Bagaiaman peran anda sebagai sutradara untuk
berkoordinasi dengan tim?
Di Jakarta Unfair hampir semua kecuali temen-temen
dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN) itu
baru aktif, baru bisa pegang kamera gitu, ya
sebelumnya kita pegang kamera juga cuma untuk
foto-foto yang standar gitu yang emang paham bahwa
satu frame itu harus ada nilai harus ada pesan gitu, nah
jadi ketika kita ke Watchdoc itu hal yang pertama kali
diajarkan sama Watchdoc, Watchdoc sifatnya
fasilitator gak mendanai tadi gue bilang, hanya
mengajari teknis kamera, bagaiaman cara
penggunaannya, gimana cara disatu frame itu ada nilai
apa nilai apa makna apa yang ada dalam satu frame,
nah untuk proses produksi kita sama kurang lebih
dengan cara produksi secara umum, kurang lebih ada
pra produksi, produksi dan pasca produksi terus kalo
untuk pra produksi itu sifatnya lebih kaya ke
pertemuan-pertemuan nah, pertama kali kita
ketemuan itu tanggal 1 Juni, itu kita dibriefing sama
aktivis yang memang sudah terlibat di isu
penggusuran sejak lama gitu ini yang memudahkan
kita untuk paham, kira-kira lokasi mana aja yang bakal
kita pilih jadi tempat shooting kita, nah penentuan tim
itu bener-bener dilakukan secara apa ya, diskusi lah
gitu musyawarah, siapa yang akan jadi apa, kesediaan
waktunya gimana, kesediaan materilnya gimana gitu
ya, sebenernya awalnya jadi co-director, Cuma pas
produksi naik jabatan jadi director gitu.
Pembagiannya itu sederhana ketika pembagian lokasi
kita akan menyesuaikan dengan, teman-teman ini
yang ikut bergabung dia aktvitas sehari-harinya di
mana gitu, kalo misalkan temen-temen UMN
aktivitasnya dikampus kebanyakan, UI juga di
kampus maka kita akan cari lokasi yang terdekat yang
sudah kita pilih yang terdekat dengan orang itu,
temen-temen UMN lebih banyak kita shooting di
xxxv
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Tangerang karena memang deket di Dadap,
kemudiaan temen-temen UI di area Jakarta yang lain,
dan UIN juga di area Jakarta yang lain, karena biar
kita ngerjainnya juga enak, santai dan gak terbebani
justru.
Lalu bagaimana dengan koordinasi antar tim?
Kalo kordinasi antar tim karena semuanya baru sifat
hirarki itu pasti ada gitu dalam pengambilan
keputusan, akhirnya harus dipegang sama dua
sutradara antara gue dan Sindy, cuma untuk menuju
kearah keputusan itu lewat diskusi, jadi lebih dominan
yang horizontalnya meskipun pada akhirnya harus
diambil keputusan oleh kita berdua. Terus sejauh ini
selain lewat rapat rutin, gak rutin sih tergntung waktu
kita masing-masing lewat grup paling.
Orientasi film jakarta unfair?
Gak profit yang jelas karena kita gak bisa
mengeksploitasi kemiskinan sebagai hiburan karena
itu bukan hiburan, orientasinya justru adalah
advokasi, kita cari suara yang ada di warga yang
selama ini gak pernah ada di media arus utama
kemudian suara-sura itu yang kita jadikan film dan
kita sebarkan gitu, membuat pendapat-pendapat
mereka tentang penggusuran ini jadi diketahui banyak
orang khusunya akan diketahui juga oleh para
pemangku jabatan biar ada perubahan kebijakan
harpannya tentang metode penggusuran metode
penataan kota.
Target audience film Jakarta Unfair?
Target utama audience adalah warga karena warga
yang selama ini gak pernah diberikan ruang oleh
media arus utama untuk berbicara gitu, jadi di film ini
di dominasi oleh perspektif warga, karena ketika kita
terlalu banyak menggunakan perspektif intelektual
perspektif mahasiswa gitu kan perspektif hukum
warga yang sebagai korban itu akan kesulitan utnuk
memahami filmnya, nah makanya film ini
diprioritaskan dilakukan pemutarannya ketika awal-
awal setelah dirilis itu di kampung-kampung di
tempat-tempat yang terancam digusur dan sudah
xxxvi
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
digusur, biar mereka kembali bersolidaritas,
berkonsolidasi untuk berjuang lagi untuk merebut hak
nya.
Isu apa yang sebenarnya ingin dikedepankan?
Yang jelas isunya penggusuran, isu covernya, cuma
yang lebih deep adalah isu tentang kemanusiaan gitu,
bukan kita katakan penataan kota ini tidak tepat atau
bagaimana, tetapi apa yang ada di balik penataan kota
itu sendiri, jadi makanya kita agak sanksi ketika media
itu mengajukan tesisnya kalo film ini menjatuhkan
salah satu calon, karena isu yang lebih substansial
adalah isu tentang kemanusiaan itu sendiri gitu,
dibalik fenomena penggusuran.
Tujuan dari film Jakarta Unfair?
Tujuan dari film Jakarta Unfair adalah voicing the
voiceless, penilaian kita sebelum kita shooting adalah,
lagi-lagi media arus utama gak menghadirkan gitu
perspektif warga, yang dihadirkan di media arus
utama didominasi oleh pendapat dari negara aparat,
segala macem nah kondisi ini menyebabkan warga
terdampak penggusuran itu jadi korban sekaligus jadi
pelaku untuk kedua kalinya, katakan ketika dikatakan
oleh media warga ini warga ilegal warga yang ada di
berita itu mengutip tempo warga ini adalah tukang
reklamasi sungai, pengemplan sungai, mengutip
gubernur pertahanan. Nah ini menimbulkan yang
namanya misstifikasi gitu, jadi kesalahan makna
tentang pengusuran itu sediri, bahwa penggusuran
yang seharusnya dilihat sebagai suatu bentuk
kejahatan oleh negara karena dilakukan secara tidak
manusiawi tidak memenuhi standar-standar yang ada
tentang penggusuran malah warga jadi pelaku itu
sendiri, padahal sebenarnya warga nih korban jadi
dengan adanya misstifikasi berita itu warga ini
menjadi korban dua kali, pertama korban penggusuran
dan korban misstifikasi dari berita media arus utama.
Bagaiman proses produksi Jakarta Unfair?
Ada tiga tahap utama, pra produksi, poduksi sama
pasca produksi, ketika pra produksi kita lebih ke riset,
xxxvii
Narasumber
Peneliti
Narasumber
cuma riset kecil-kecilan, kita gak ada tim riset yang
memang dia ditugaskan untuk riset, dan kita lebih
banyak ngobrol sebenarnya sama aktivis-sktivis yang
terlibat dan warga itu sendiri. Kemudian hasil dari
riset dan obrolan kita ini menjadi penentu kita untuk
menentukan lokasi apa yang akan kita ambil dan cerita
apa yang aka kita angkat gitu, kemudian setelah kita
tentukan kita baru masuk ke proses produksi, kita
shooting dari sebenernya gak ada waktu yang streak
gitu ya dari kapan sampe kapan, tapi ketika udah ada
tokoh yang kita inginkan dan cerita yang sesuai
dengan apa yang kita harapkan muncul kita langusng
shooting. Baru selesai itu sekitar bulan
Oktober,September itu kita masih shooting, Oktober
juga ada beberapa shooting tambahan yang harus
diambil, kemudian masuk editing itu trailer kita
tanggal 8 kalo gak salah, editing paling kita gak sampe
dua minggu, disitu baru kita abis-abisan gitu ngerjain
filmnya, pas lagi proses shooting kita ambil gambar
sebanyak-banyaknya kemudian setiap videographer
di lokasi-lokasi tertentu laporan dalam arti setor data
mereka ngelakuin yang kita sebut rough cut gitu, jadi
kekuasaan untuk rough cut itu lebih banyak di
videographer-videographer lokasi masing-masing.
Ini kita kumpulkan ketika itu totalnya hampir 6-8 jam,
baru kita masuk proses editing yang dipotong-potong
sesuai dengan naskah yang udah kita bikin. Nah
setelah itu barulah ketika film jadi kalo gak salah
sekitar tanggal 25 atau 26 kita rivew film bersama
aktivis-aktivis dan LSM yang sebelumnya terlibat di
proses pra produksi termasuk di produksi untuk
memberikan masukan. Dari situ kita dapet masukan
lagi, apa celah-celah yang muncul difilm
nyakemudian setelah kita diskusi, kita edit lagi,
kemudian tanggal 27 sedikit-sedikit di edit tanggal 28
kita launching di bukit duri.
Bagaimana Pemilihan tokoh?
Pemilihan tokoh berangkat dari pandangan pertama
yang kita gunakan bahwa penggusuran ini adalah
salah satu bentuk state crime, kejahatan warga negara,
dan warga adalah korban gitu, dan kondisi sekarang
ketika itu kita shooting, meskipun sampe sekarang itu
terjadi, perspektif warga gak hadir di media arus
utama akhirnya, dan akhirnya tokoh yang akan paling
xxxviii
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
banyak tentu warga itu sendiri, karena itu yang akan
kita perjuangkan gitu kan voicing the voiceless, nah
untuk pemilihan siapa yang akan menjadi tokoh, siapa
yang tidak akan menjadi tokoh kemudian, nah itu juga
tergantung kondisi di lapangan gitu ketika survei, live
in termasuk, kita berdiskusi dengan warga kira-kira
siapa orang yang tepat untuk dijadikan tokoh, karena
tokoh ini suaranya harus mampu mewakili suara
warga secara umum ketika dia tidak mampu mewakili
suara warga secara umum, maka dia tidak sesuai untuk
dijadikan tokoh. Karena akan dibawa ke konteks yang
lebih luas dari masing-masing wilayah itu akan
dibawa ke konteks jakarta, dan dari jakarta akan
dibawa ke konteks yang lebih luas yaitu konteks
nasional. Jadi untuk pemilihan tokoh sebenernya gak
ada patokan yang streak gitu, paling kita berpatok
sama cerita ini akan kita arahkan dengan cara apa,
apakah dengan visual driven, apakah character driven
atau story driven gitu. Dan yang kita pilih untuk yang
pertama gak memungkinkan unutk visual driven gitu
karena kita semua pemula jadi gambarnya tidak terlalu
berkualitas, jadi yang dipilih adalah story driven dan
character driven. Nah yang penting ada cerita dari
warga gitu meskipun dia vokalnya kurang baik atau
apa, tapi ketika ceritanya itu bagus dia akan jadi tokoh,
dan sebaliknya, ketika meskipun dia suaranya lantang
jelas artikulasinya, tapi dia gak punya cerita itu gak
akan jadi tokoh. Jadi akan disesuaikan dengan cerita.
Apa ada syarat atau pertimbangan lain ketika tokoh
itu dipilih?
Pertama dia harus memahami isu yang terjadi di
lingkungannya, kedua dia harus bisa diterima
pendapatnya sama warga lain.
Siapa aja yang terlibat dalam produksi Jakart
Unfair?
Tanggal 31 mei itu yang terlibat ada sekitar 23 sampai
26 orang, mahasiswa semua kemudian sambil berjalan
akhirnya pada tumbang segala macem, sisa sampe
terakhir ada 16 orang mahasisiwa, paling kalo untuk
keseluruhan film memang ada beberapa gambar yang
kita ambil dari gambar punya Watchdoc gitu ya, yang
emang udah ada, untuk mendukung cerita yang kita
xxxix
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
angkat gitu ya, dan beberapa juga gambar dari rekan
UPC Cuma yang akan menjadi gambar utama itu di
produksi di ambil oleh 16 mahasiswa tadi.
Apakah semuanya baru dalam hal membuat film
dokuemnter ini?
Beberapa mungkin ada yang udah punya ilmu lebih
gitu ya, Cuma kalo untuk kolaborasi dan bikin
dokumenter yang skalanya agak luas kaya Jakarta
Unfair ini boleh dibilang semuanya baru.
Bagaimana pendekatan sama tokohnya?
Kalau pendekatan mutlak dilakuin karena beberpa
lokasi itu ketika kita nenteng kamera ke sana, mereka
resisten gitu agak sedikit menolak. Penolakan ini
terjadi karena mereka trauma sama media arus utama
yang ketika hadir ke sana dan kemudian wawancara
dana apa yang ditampilkan di televisi atau di media
online itu tidak sesuai dengan yang terjadi di lapangan
makanya ketika ada siapapun bukan cuma kami yang
tiba-tiba membawa kamera ke situ, itu akan ditolak
secara halus oleh warga, bahkan ada juga yang
penolakan secara keras seperti di usir lah apa segala
macemlah, makanya ketika kita survei untuk yang
pertama kali kita gak bawa kamera, kita datang ke
sana, ketika mereka curiga kita jelasin tujuan kita apa,
kita mau bikin film tentan g penggusuran kemudian
perspektif yang kita gunakan itu perspektif warga itu
sendiri, jadi kita ke sana itu dalam bingkai membantu
warga untuk berbicara kepada khalayak umum sama
kepada pemerintah gitu, nah pendekatan kaya gitu kita
jalanin lumayan panjang gitu ya, jadi pelan-pelan,
sampe kita gak bawa kamera sampe kita bawa kamera,
jadi ketika warga sudah terbiasa melihat kamera itu
baru kita mulai shoot wajahnya. Ketika itu warga udah
muali biasa melihat kamera, memang awalnya masih
kagok gitu ya, ngomong apa segala macem, tapi ketika
itu berjalan dan sudah terbiasa bahkan warga ini
meminta gitu, saya mau ngomong ini, saya mau
ngomong ini tolong direkam, ini yang harus
disampein gitu.
Bagaiaman penyususnan story line?
xl
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Storyline awalnya kita punya dua naskah, secara
umum, secara besar gitu ya, naskah pertama itu kita
didominasi oleh data hasil obrolan kita, disitu akan
kita tampilkan bagaimana perubahan RT/RW jakarta
dari tahun ke tahun, dari tahun 1985 ketika itu, sampe
tahun 2005, dan akhirnya banyak perubahan ruang
terbuka hijau itu yang tadinya 30% itu jadi berkurang
dan ini menyebabkan penggusuran gitu kan.
Kemudian di naskah ke dua kita bener-bener isinya
tentang warga gitu, kita diskusi lagi sampai akhirnya
kita putuskan storyline yang akan kita gunakan
sebagai film nanti itu yang di dominasi warga, karena
kita berangkat dari tadi bahwa, perspektif yang data
data itu bukan tugas kita, itu sudah dilakukan sama
media arus utama juga. Nah untuk penyususnannya
sendiri emang awalnya kita buat gambaran kasar gitu
ya kira-kira didepannya itu openingnya apa
masalahnya apa isinya apa klimaksnya di mana
endingnya apa, cuma akhirnya kita juga harus
menyesuaikan sama hasil dari shooting temen-temen
videographer yang ada di lapangan. Nah dari situ baru
kita dapet masukan sebagais utradara gitu ya, ehmm
ditempat ini lebih kuat cerita tentang ini, ditempat ini
lebih kuat cerita tentang ini, dan tugas kita sebagai
sutradara saya dan Sindy adalah cari benang merah
diantara semua tempat, apa nih yang menghubungkan
mereka biar jadi satu cerita yang utuh.
Dan benang merahnya adalah?
Benang merahnya adalah penggusuran ini tidak
menjadi solusi seperti yang dikatakan oleh pemerintah
gitu, memang ada beberapa pendapat yang beliau
sepakat ada penggusuran, bukan penggusuran ya
penataan ya labih ke pembangunan karena memang
diperlukan untuk rapi bersih, karena beliau-beliau pun
butuh tempat yang istilahnya (bersih) untuk mereka
beraktivitas, cuma di sisi lain beliau merasa caranya
tidak tepat gitu untuk penggusuran , kemudian di
lokasi lain ada orang yang bener-bener menganggap
bahwa penggusuran ini suatu hal yang salah, dan
pembangunan tidak seharusnya seperti ini, nah ini kan
agak sedikit kontradiktif gitu ya pendapatnya, tapi
ketika kita tarik lagi ke atas, kita zoom lagi oh ternyata
meskipun agak sedikit berbeda tapi substansi dari
xli
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
pendapat kedua pihak ini adalah penggusuran ini
seharunsyanya dilakukan seperti apa gitu, kalaupun
harus digusur.
Lebih setuju penggusuran, penataan atau
pembangunan?
Saya lebih setuju peggusuran semua yang kita
shooting itu penggusuran, karena kita penataan pasti
ada solusi untuk warga gitu, dan bahkan di Bukit Duri
itu snediri warga itu mengajukan design, jadi mereka
menyepakati gitu ada arsiteknya di film juga ada
bahwa ya sungai perlu dilebarkan, cuma sebagaimana
caranya, akhirnya mereka bikin design sendiri, ini loh
namanya kampung susun, namanya kampung susun
manusiawi Bukit Duri ditawarkan kepada Pemprov
ketika 2012, dan direspon positif oleh gubernur ketika
itu adalah Jokowi, tapi kemudian design itu diabaikan
begitu saja, warga dianggap ilegal dan dilakukan
penggusuran gitu, ya bukan penataan gitu ya ini
penggusuran karena ketika penataan warga pun sdah
punya designnya sendiri dan itu tidak dilakukan.
Sampai sekarang lokas-lokasi tergusur kecuali
Kalijodo seperti di bukit duri itu masih terbengklai,
belum dijadikan apa-apa.
Kenapa memilih dokumenter sebagai outputnya?
Karena yang kuat dari film dokumenter adalah
kejujuran dari tokoh-tokohnya jadi ketika kita coba
ramu dengan tema atau format lain gitu, seolah-olah
ini jadi rekayasa, jadi apa jadi apa gitu. Padahal yang
terjadi kita ingin menghindari tuduhan-tuduhan
bahwa film ini rekayasa. Maknaya format dokumenter
yang lebih etnografis yang kita turun ke lapangan
berhari-hari, berminggu-minggu, itu sebagai jalan
yang kita pilih karena disitu kejujurnanya terlihat dan
gak ada rekayasa sama sekali.
Apakah harus sesuai dengan story line atau
natural?
Kita punya target gitu ya kita melakukan metode yang
disebut verite, kita gak bawa naskah sama sekali ke
lapangan kita bawa target-target apa gambar-gambar
yang harus didapatkan gitu, cuma ternyata apa yang
xlii
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
kita susun itu terlalu semapit daripada apa yang kita
temukan di lapangan, jadi ketika kita di lapangan wah
ini bisa lebih berkembang isunya, temanya dari warga
pendapatnya sebenernya kita anggap cukup-cukup,
tapi ketika dia mengembangkan apa yang dia
sampaikan ternyata itu lebih luas dari naskah yang kita
bikin, akhirnya kita bergeser ke arah naskah yang
menggunakan perspektif warga daripada naskah yang
perspektif hukum dan lain-lain.
Bagaimana komposisi tim jakarta unfair?
Semua orang yang telibat di Jakarta Unfair harus
memegang kamera, artinya siapapun dengan jabatan
apapun dia harus menjadi seorang videographer
karena dengan itu hanya dengan itu lah dia tau apa
yang terjadi di lapangan. Jadi dari 16 orang yang
bertahan semua udah shooting di lapngan, tujuannya
itu tadi kita enggak ketemu kabut ini isunya tentang
apa segala macem gitu, jadi biar kita paham bener-
bener, nah untuk pembagian tugas memang ada pada
akhirya, sutradara ada 2 editor utama ada 2 terus music
dari editor juga, produser ya tentu dari Watchdoc guitu
ya, dibantu terkait penyusunan jadwal yang baik,
gimana cara pendekatan dengan warga itu dibantu,
tapi ditim inti sendiri gak terlalu lengkap kaya penata
Chaya dll, mungkin emang diakhir kita butuh bantuan
translator gitu untuk menerjmahkan ke bahasa inggris,
tapi, bukan bagian dari 16 orang itu.
Jadi pure mahasiswa yang mengerjakan?
Mahasiswa, yang translate pun itu jga mahasiswa, tpai
bukan tim utama yang jakarta unfair.
Kenapa memilih Bukit Duri?
Ketika trailer kita luncurkan sebenarnya ada lima
lokasi yang tertarik bikin nobar perdana, cuma
akhirnya yang menyanggupi sampe hari H ada dua
lokasi dan lokasi utama yang kita pilih di Bukit Duri
selain itu ada juga di Lampung. Nah kenapa Bukit
Duri gitu kan, tanggal 28 Oktober itu bertepatan
dengan satu bulan Bukit Duri di gusur, dan bagi kami
Bukit Duri ini menjadi satu wilayah yang bisa
dicontoh solidaritasnya untuk lokasi-lokasi lain,
xliii
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
makanya difilm juga agak dominan Bukit Duri, dan
dipilih pertama karena warga disitu masih punya
semangat untuk berjuang berbeda dengan beberapa
lokasi yang semangat solidaritasnya udah mulai
luntur, nah makanya Bukit Duri di pilih. Selain itu
juga memang film ini ditujukan untuk warga dan
harus diputar ditempat warga untuk pertama kali.
Apa berniat untuk ke arus utama?
Media arus utama yang saya tangkep itu online atau tv
gitu ya, kalo tv kayanya gak mungkin karena lagi-lagi
akan melalui proses pemotongan lah apa lah, nanti
malah ceritanya berubah ya, ita gak pengan ya ke sana,
makanya alternative yang kita pilih agar ini bisa ke
spread lebih luas daripada skedar layar tancap itu
lewat youtube. Hanya sebatas youtube kita gak
memilki minat untuk ke tv.
Bagiaman sistem pendistribusian film jakrta unfair?
Kita ada tim impact producer tim ini yang akan
menjadi apa ya penghubung kita dengan
penyelenggara, kalo untuk distribusi sebenernya kita
gak punya target ini harus dibikin layar tancep berapa,
ini harus dibikin di daerah mana aja kita gak punya
target itu. Tim itu dibentuk untuk menyebarkan
informasi bahwa ada film tentang isu penggusuran
yang mana LSM yang bergabung di tim produksi dan
distribusi ini concern ke isu penggusuran jadi warga-
warga yang mereka naungi yang mereka ampu itu
diberikan informasi untuk film ini dijadikan tools bagi
warga khususnya dan bagi LSM untuk alat untuk
konsolidasi yang ketika ada tontonan maka
kecenderungannya warga akan menonton dan akan
datang na ketika selesai menonton ini lah saatnya
untuk berdiskusi stelah ini kita mau ngapain gitu,
kalau untuk yang luar kota dan uar negeri itu inisiatif
dari penyelenggara dari wargana kah, dari LSM kah
dari mahasiswa kah, jadi kita gak pernah bikin layar
tancep dari kita sendiri gitu karena concernnya ke
warga.
Bagaimana mengenai ketentuan nobar?
Tujuannya?
xliv
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Dibuat ketentuan yang jadi concern di ketentuan itu
sebenarnya terkait di mana di putarkan oleh siapa, gitu
kan, meskipun disitu ada larangan menyebar dan
segala macemnya. Nah kenapa di film ini kita buat
ketentuan gitu, kita gak pengen kita harus ini juga ya
sadar politik, ketika film ini selesai memang
kondisinya adalah sedang berlangsung pilkada di
Jakarta, jadi ketika yang memutar itu pihak pihak yang
terlibat dipilkada atau calon gubernur atau tim
susksesnya, kita gak mau film ini dijakdikan suatu alat
bagi mereka untuk menyerang calon lain mangkanya
disitu disarankan untuk warga dulu yang putar, dan
kita gak sarankan juga di ruang-ruang mahasiswa,
pertama kenapa warga , lagi balik lagi film ini untuk
warga jadi lokasi lokasi itu setidaknya dapat dihadiri
oleh warga ketika diputar di gedung hotel yg secara
materi warga susah untuk menonton maka film ini
tidak akan mencapai tujuan awalnya, terus kalo
misalkan dilakukan di mahasiswa, sebetulnya kita
juga bukan menolak gitu ya, gak apa-apa, dibikin
mahasiswa tapi setelah itu apa gitu, karena saya pun
akhirnya bergabung di sini berangkat juga dari salah
satunya kekecewaan di mahasiswa bahwa setelah
mereka nonton ketika itu Samin Vs Semen yang tadi
saya ceritakan di SIAGA, udah gak ada apa apa gitu,
nah ketika ini diputer di warga itu akan lebih
bermanfaat, manfaatnya akan lebih luas, nah kenapa
pada akhirnya kita pilih untk launching di youtube
karena kita udah putar di banyak tempat yang itu
warga, jadi ketika launching di youtube udah gak ada
lagi tuduhan yang bisa bilang bahwa film ini berkaitan
dengan pilkada, udah gak ada, karena warga itu yang
bikin yang kumpulin yang bikin pemutaran gitu.
Bagaimana dengan ketentuan nobar yang
diprioritaskan mengadakan diskusi, tujuannya?
Jadi kalau saya ambil konteks lain gitu ya, stand up
comedy misalnya Ari Keriting pun awalnya kaya saya,
dia aktivis mahasiswa di Malang, ketika itu dia
berpikir demo dijalan udah gak bisa, tapi dia punya isu
nih yang harus disampaikan , di dengar akhirnya dia
bawa isu tentang Indonesia timur gitu kan melalui
komedi, dalam penyampaiannya dia itu harapannya
dua pertama orang yaudah lucu karena itu tujuannya
komedia, kemudian kedua lucu lucu kemudian orang
xlv
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
itu berfikir gitu, nah berpikir ini lah yang lebih
substansif daripada sekedar lucu makanya isunya
tersampaikan dan orang berpikir, nah lewat film
dokumenter ini iketika sudah nonton harapan pertama
adalah orang sadar kemudaian harapan kedua adalah
diskusi, nah lewat diskusi ini baru warga bisa konkret
gitu, baru mereka akan berjuang dengan jalan apa lagi
setelah ini.
Sadar di sini sadar apa ya?
Sadar akan isu, karena temen-temen saya sendiripun
di FISIP menganggap bahwa penggusuran itu hal yang
normal hal yang wajar bahkan hal yang harus
dilakukan gitu, ini kan keliru ketika kita liat lagi
ternyata banyak warga yang awalnya dibilang rusun
dibilang solusi, ketika mereka sampe rusun mereka
gak bebas dari keterancaman terusir juga, karena
mereka harus bayar, dan ketika mereka gak bayar
mereka diusir dari rusun gitu kan, nah ini yang pengen
kita sebarkan kalo untuk konteks menengah ke atas
gitu kan mahasiswa dan lain-lain.
Kekeliruannya ada di mana?
Dipemahaman bahwa penggusuran itu adalah solusi,
nah itu bagi kami keliru.
Bagaimana respon atau timbal balik dari khalayak?
Kalau respon dari penonton yang penyelenggara gitu
ya, itu mereka cenderung puas bahkan ada beberapa
yang baru tau apa yang ada di balik penggusuran, dan
misalnya temen-temen Solo nih, mereka baru engeh
isu penggusuran itu pun bukan isu Jakarta doang, jadi
merkea baru tau makna Jakarta Unfair ketika mereka
nonton filmnya, karena selama ini ada yang
menggugat gitu kenapa judulnya jakarta unfair,
padahal ada Tangerang juga ada Dadap gitu kan
kenapa Jakarta doang, bahwa isu isu pembangunan
kota itu terjadi di semua kota gitu, bahkan di Solopun
mereka gak sadar, tingginya pembangunan hotel itu
pada akhirnya akan mengarah kepada penggusuran
gitu kan, nah pertama mereka merasa tersadarkan
merasa tersuarakan khususnya untuk warga, kalau
misalnya untuk khalayak lain yang memang belum
xlvi
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
menonton ketika film ini dilarang di TIM batal di
putar, ternyata orang-orang yang concern ke isu
pembangunan kota akhirnya juga membela film ini
gitu, bahwa ini suatu film yang penting untuk kita
melihat alternative lain pendapat apa yang menyertai
isu-isu penggusuran, jadi positif sih responnya.
Respon pertama kali ketika gala premier?
Pertama kali kita sangat dibantu oleh penyelenggara,
pertama, yang di Bukit Duri itu salah satu inisiatornya
kan Gema Demokrasi, GEDOR di twitter dia punya
followers yang lumayan meskipun gak terlalu banyak,
tapi ketika film itu di putar bagaimana reaksi warga di
situ, kaya pembawa acaranya ampe dia mengenang
ceritanya dari awal dari dia lahir, main dan segala
macem dan itu diberitakan itu, ada beberapa media
arus utama yang dating kesitu, mungkin dari situ
orang-orang penasaran gitu, dana palagi sampe
puncak penasarannya itu dibantu karena kasus
pembatalan waktu di TIM itu sih, jadi emang filmnya
tuh apa gitu, jadi lumayan lah.
Tanggapan dhuha ttg pembatalan film di TIM?
Kalau soal pembatalan film di TIM, kalo kita pake
pendapatnya panitia itu bahwa itu dilarang sama TIM
nya wajar sih, jadi gak kaget akan ada plarangan,
justru pelarangan itu bisa jadi satu tools kita untuk
menyebarkan filmnya, jadi kita biasa-biasa aja, santai-
santai aja.
Setuju kah kalau jakun diktakan sebagai media
alternative?
Yes, setuju. Ini media alternative dari arus utama.
Yang diharapkan dari film jakarta unfair?
Tujuan kita tadi voicing the voiceless, harapannya
adalah voice nya tersampaikan ke orang-orang yang
menganggap penggusuran itu normal, atau orang-
orang menengah ke atas, atau warga lain yang sudah
merasa hampir putus asa karena mereka merasa
sendirian, dengan adanya film ini itu harapannya
warga di lokasi penggusuran itu tidak sendirian karena
xlvii
orang lainpun berjuang dengan isu yang sama, dan
harapannya yang lain pun lebih idealnya lagi untuk
mereka berkolaborasi bikin satu gerakan untuk
mempertanyakan gitu penggusurannya ini tepat atau
enggak. Terus kalau untuk yang menengah ke atas lagi
untuk memberikan alternative pandangan gitu, ini ada
warga yang tergusur dan ini pendapat mereka ini
pendapat korban, karena pendapat korban atau saya
balik lagi ke ilmu yang saya pelajari di kriminologi,
satu kejahatan itu harus didefinisikan oleh berangkat
definisinya dari korban gitu, apa kerugian yang
disebabkan oleh satu tindakan dan seperti seharusnya
harusnya korban inilah yang mampu atau berhak
mendefinisikan penggusurannya itu layak atau tidak
bukan pemerintah dalam hal ini, karena yang
dihadirkan media arus utama itu pemerintah,
penggusuran ini benar, penataan kota, mereka gak
boleh tinggal dibantaran sungai, padahal ketika kita
buka riset lagi banjir paling dekat isu penggusuran ini
daerah sungai bikin banjir daerah warga-warga yang
tinggal disitu. Padahal banjir ini disebabkan oleh
masifnya pertumbuhan mall perumahan, perkantoran
gitu. Hilangnya 30% ruang terbuka hijau di Jakarta itu
disebabkan hampir seluruhnya oleh perkantoran dan
mall dan hotel segala macem. Misalnya Pantai Indah
Kapuk yang tadinya 80 % adalah hutan lindung untuk
bakau gitu kan dijadikan perumahan, tentu kita
kehilangan ruang untuk air itu bisa sampe ke hilir gitu
sampe ke muara dengan bebas gitu kan, terhalang,
kemudaian di Kelapa Gading , Kelapa Gading itu
berubah jadi kawasan perkantoran dan pusat
perbelanjaan gitu, Kelapa Gading ini awalnya daerah
resapan air gitu karena Jakarta ini rendah datarannya
kemudian air itu berasal dari Bogor yag dataran tinggi,
dan dia kehilangan resapan air yang sekarang jadi mall
maka itu yang menyebabkan banjir gitu, jadi bukan
warga-warga yang ada dipinggiran sungai ini yang
bikin banjir tapi kehilangan ruang terbuka hijau itulah
yang bikin banjir, Mall Taman Anggrek yang bangun
di atas ruang terbuka hijau, Tomang Plaza Senayan
yang bangun didaerah RTH di Senayan, nah, ada yang
lebih besar gitu loh pelaku-pelaku yang menyebabkan
banjir, dan itu gak pernah muncul di media arus
utama, selalu warga ini ditempatkan sebagai pelaku
penyebab banjir, dan yang kita harapkan orang sadar
bukan warga, warga ini tinggal disitu karena mereka
xlviii
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
tergeser oleh pembangunan kota yang tidak ramah
bagi mereka gitu, mereka kehilangan tempat tinggal
akhirnya mereka tinggal disitu gitu. Dan kalau kita
kutip Jokowi, negara itu harus melindungi rakyatnya,
dan itu tidak dilakukan.
Tetapi dalam film ini tidak dijelaskan mengenai
RTH itu ya? Kenapa?
Iya, kita gak pilih itu untuk ditampilkan karena kami
membiarkan ada diskursus, jadi ketika kita tampilkan
semuanya ada designnya berubahlah sdari RT RW
1985 ke 2005 berubah, itu filmnya jadi indepth gitu
kan, jadi perspektif warganya, nanti pertarungannya
akan di hitam putih gitu, ini legal atau ilegal gitu kan,
kita gak pengen ada kaya gitu, itu dibiarkan terjadi di
diskusi setelah nonton oleh orang-orang yang
berdiskusi, kalaupun gak terjadi diskusi itu yang
penting perspektif warga nyampe.
Siapa saja yang terlibat dalam distriusi film Jakarta
Unfair?
Yang terlibat dalam distribusi ada beberapa orang,
kemudian ada temen-temen Urban Poor Consortium,
ada dari safe net, ada dari Ciliwung Merdeka dan
pokonya aktivis-aktivis itu dan ada juga LBH gitu, ini
juga perlu diketahui bahwa, ketika kita pendekatannya
dokumenter maka warga yang menjadi tokoh itu
kecenderungan untuk terancam gitu kan , karena dia
kan udah menyatakan pendapatnya, ini kita siasati,
film ini harus di review dulu oleh mereka yang paham
hukum, makanya pada tanggal 26 itu dilakukan untuk
menjamin gitu ketika nanti setelah film ini di produksi
dan warga yang mengatakan pendapat dari hati
nuraninya dipersoalkan secara hukum mereka akan
dibantu oleh temen-temen dari LBH yang bekerja
sama dengan tim Jakarta Unfair.
Mengapa memilih menampilkan cuplikan video dari
berita berita arus utama?
Ini yang istilah mempertegas gitu, apa yang
membedakan kita dengan persepktif yang digunakan,
apa yang dikatakan warga dan apa yang disampaikan
oleh media arus utama, misalnya yang kita ambil salah
satunya dari liputan 6 gitu kan, kita lihat seperti apa
xlix
reporter atau wartawan itu menyampaikan berita, dia
bagaimana memaknai posisi atau kondisi kerusuhan
itu seperti apa gitu kalo misalnya warga ini kan dia
cenderung untuk melakukan kerusuhan karena dia
selfdifense, dia mempertahankan dirinya dan
lingkungannya jadi itu kan yang dilakukan oleh warga
melalui (kekerasan) selfdefense, pertahanan diri
mereka. Nah sedangkan yang dicover atau di frame
oleh media itu bukan selfdefense, itu adalah
kerusuhan gitu. Makanya logika yang digunakan itu
jga gak sinkron gitu. Misalnya gini ada pernyataan
penggusuran mendapatkan perlawanan dari warga,
warga mulai melempari polisi dengan batu gitu kan,
kan itu kalimat yang digunakan, akibatnya jalanan
antara tempat A menuju kampong melayu matraman
macte parah. Itu kan kaya gak berkesinambungan gitu,
isunya apa kemudian yang ditampilkan apa, jadi
double standar gitu lah, jadi gak tepat
pemggambarannya ya mecet ya normal gitu, karena
itupun ditutup oleh polisi gitu kan, jadi bukan karena
kerusuhannya nah harusnya yang ditampilkan kenapa
warga itu rusuh apa yang melatarbelakangi warga itu
rusuh, nah jadi ituloh ukti bahwa media ini, arus utama
menampilkan hal yang gak sesuai dengan yang
dilapangan, dan terlalu di hiperbolik gitu kan ya
memang itu ciri juga di media arus utama untuk
menarik penonton.
l
Verbatim Wawancara
Wawancara ke 3
Nama Subjek Octi Sundari (Universitas Multimedia
Nusantara/Jurnalistik)
Peran Editor
Waktu
Lokasi Happy Juice, Jl. Margonda
Pelaku Uraian Wawancara
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Nama gue Octi Sundari, dari UMN, angakatan 2013
jurusan jurnalistik, di jakarta unfair saya sebagai editor
& video
Bagaimana bisa terlibat dalam Project kolaborasi
Jakarta Unfair?
Awalnya karena ini ya, ditawarin dari wd, di imelin,
kaya ajakan untuk kolaborasi tentang documenter
penggusuran, dan ternyata bisa sekalian untuk magang,
dan disitulah saya, awalnya sih emang karena magang
saya masuk di sini. Abis itu akhir mei ngadain rapat
dengan mas dandhy dan habis itu diadain lagi
pertemuan besar itu awal juni, awal juni ada dari 3 univ
dari uin ui umn, nah disitu saya dipilih sebagai video di
dadap, namun juga saya membantu teman-teman di
pasar ikan dan tongkol dan duri, tpi emg lbih banyak di
dadap.
Alasan ikut Project kolaborasi Jakarta Unfair?
Alasan saya pribadi saya sebenernya pengen awalnya
saya gak terlalu mengikuti masalah penggusuran,
awalnya mau masuk juga saya mikir-mikir, saya gak
terlalu update dengan berita ini, saya ragu nanti bisa
ikutin atau enggak, pas awalnya ketemu mungkin lebih
tepatnya bisa sebagai pengalaman dan bener-bener
gimana ngerasain liputan yang bener-bener tinggal di
sana dan tinggal sama warga berbaur sama warga sih,
itu yang alasan saya pengen masuk situ, soalnya
penasaran juga?
Apakah sebelumnya tahu tentang Watchdoc?
Kalau wd, enggak terlalu tau banyak, tapi saya ngikutin
satu org dan banyak putar film ttg wd, tapi untuk tau
ideologinya wd seperti apa kurang tau. Jadi saya tau
tapi gak terlalu mendetail.
li
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Apa saja yang diketahui tentang watchdoc
sebelumnya?
Cuma sekedar di rumah produksi yang lebih banyak
mengangkat isu minoritas dari karya karya dia produksi
film dokum Cuma sebatas itu doing.
Berasal dari mana dana produksi film Jakarta
Unfair?
Kalau untuk dana produksi itu pure dari ibaratnya
disponsori oleh unag jajan mamah papah, jadi bener-
bener unag snediri, gak ada sponsor sama sekali, dari
wd nya sendiri juga dari awal ini pake sistem volunteer
ya.
Bagaimana sistem kordinasi antar tim Jakarta
Unfair?
Kalo sistem kordinasi lebih ke horizontal ya, karena
kita memang mas dandhy sendiri juga ngawasin ke
sutradaranya, sutradara lalu kasih tau ke video yang
terjun lapangan gitu, jadi lebih ke vertical sih
Apakah film Jakarta unfair beroreintasi profit?
Kalo profit sih pasti gak sama sekali ya, karena kita
pake sistemnya bukan sistem yang masuk xxi atau apa,
kita bener-bener gak ada profit sama sekali, kita bener-
bener sdi sini pure mau menampilkan apa yang gak kita
liat di media mainstream gitu, dan pengen
menghadirkan persepktif dari masyrakat yang tergusur
sendiri
Bagaimana target audience dari film Jakarta Unfair?
Menengah sih, karena kalau kita lihat dari sistem
pemutarannya itu memang menengah ke bawah, karena
kalau ke atas pasti dia gak akan melihat dengan layer
tancep gitu.
Bagaimana proses editing Jakarta Unfair?
Awalnya sih konsepnya memang mau penuhin semua
gambar dulu baru edit gitu, kita juga editnya sampe
lii
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
beberapa kali, dan tapi pada kenyataannya karena kita
juga membutuhkan gambar, saat kita editing juga ada
yang kejar pengambilan gambar ditempat lain, karena
kita juga mencakup banyak tempat kan, dan proses
editingnya dimulaidari awal banget kita punya story
line kaya gimana2, lalu kita nysuun storyline, tapi story
line itu justru bikin kita mentok gitu, terlalu terpaku,
dan kita jga gak dapet moment samsek ibaratnya kaya
film kita terlalu flat, kita berhenti di bulan September,
lalu ada moment nah di situ kita mulai nedit lagi, ada
yang terjenu lapangan, kita mulai ngedit, yang sistem
ngeditnya saat itu kita pnya target mau tayang kapan
dan dibikin sistem rough cut, fine cut standart editing
lah, tapi untuk rough cut di sini itu dilakukan oleh vj yg
ambil tempat tertentu, karena mereka yang tau cerita
dilapanganmereka yang tau gambar apa yang ereka
dapatkan, pas udah rough cut semua gambar perlokasi
baru di situ kita pindah-pindahinjadi satu, saat itu kita
kerjain hampir 40%, lalu diprivew sama mas dandhy itu
ternyata kaya ceritnya masih kurang uta disitu, dan
disitu kita rombak lagi, pas rapat sama mas dan kita
punya pegangan kita punya cerita yang terstruktur,
berdasarkan waktunya gitu, baru kita edit lagi baru final
terus juga ibaratknya rough cut ke dua kita masuk-
masukin abis itu kita perhalus dan atur suara dan
coloring.
Apakah proses editing terpaku pada story line yang
sudah di buat?
Enggak, ko untuk story line yang bener-bener kita
punya itu enggak ya, tapi kita punya gambaran
besarnya secara terstruktur, klo story line biasanya kan
ada Cuma kita bakal ambil ttg dia di rusun misalnya ,
yaudah dia dirusun aja gitu, tapi kita gak ada yang
dirusun lagi ngapain atau ngapain gitu enggak.
Pemelihan alur cerita giamana?
Bagaimana dengan alur cerita Jakarta Unfair?
Dapat alur cerita itu dari sutradara tapi sutradara juga
disitu berdiskusi sama editor tentang enaknya gimana.
Tapi gak kepake pada akhirnya, pas alur cerita kedua
yang dibikin sama mas dandhy itu baru kepake dan itu
melalui rapat, jadi kaya alur ceritnya lebih ke kronologi
waktunya gitu
liii
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Softwere apa yang digunakan saat mengedet?
Final cut pro 7, karena final cut pro udah standartnya
wd pertama, dan kedua emang aplikasinya lengkap dan
bagus dari segi kualitas gambar, karena ketika di
convert dia nambah space dan itu memang nambah
qulity gambarnya, dan pas edit juga gak mandet-
mandet gitu.
Titik klimaks film?
Pas penggusuran di bukit duri, karena memang topik
ertama tentang penggusuran, kalau misalnya gak
menampilkan penggusuran sebagai klimaks gak
relavan dengan tema besar kita
Apakah ada unsur grafis dalam film Jakarta Unfair?
Ada unsur grafis, alasannya pertama kita mau
menunjukkan tempat untuk memperjelas daerah-daerah
yang kita ambil, itu unsur grafis yangada 4km kita juga
mau menggambarkan seberapa jauh orang dioindahkan
ke rusun, dari jarak dia sebelumnya, terus yang ke dua
kita pake unsur grafis itu nampilin soal pinjaman bak
dunia, untuk memperkuat argument kita digambar itu
sih, karena kalau kita masukn data-data itu di dalam
cerita film itu akan sangat membosankan, dengan
tampilan grafis orang mungkin akan lebih cepat aware
orang akan cepat nangkep maksudnya dengan grafis
Kenapa memilih gambar backhoe dalam grafis
maupun poster jakarta unfair?
Karena setiap penggusruan pasti pake beckhoe, jadi
udah kaya ikon nya gitu, di Pasar Ikan itu ada loh, anak
kecil yang trauma kalo liat backhoe, dia pasti nangis
kalo liat bachoe soalnya inget rumahnya waktu digusur,
jadi backhoe itu udah jadi ciri khasnya dari
penggusuran deh.
liv
Verbatim Wawancara
Wawancara ke
Nama Subjek Dandhy Dwi Laksono/ Director Program of Watchdoc
Documentary Maker
Peran Produser
Waktu 27 Desember 2016
Lokasi Kantor Watchdoc Documentary Maker
Pelaku Uraian Wawancara
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
Bagaimana sejarah Watchdoc?
Pertama kami gelisah karena setelah belasan tahun kerja
di mainstream media, kita gak punya kepuasan dalam
ruang, durasi terbatas, terus editorial juga dibatasi,
industri media punya agenda editorial sendiri, punya
agenda …kal sendiri, jadi ruang terbatas. Yang kedua
documenter kami anggap format yang paling bisa
menjembatani anatara jurnalisme dan film, sebagai
medium popular. Jadi kalau orang Taiwan itu menyebut
kita , ada orang Taiwan yang bikin festival film
ditaiwan, setelah nonton karya-karya watchdoc dia
komentar begini, kalian bergerak Selincah jurnalisme,
tapi menggali sedalam documenter, jadi kita ini wd ini
dianggap, repon isunya cepat kaya jurnalisme, ada
current affair, ada isu apa, tapi kita juga gak sedangkal
kaya jurnalisme, kira-kira begitu, itu yang mereka
katakan. Nah jadi kalo itu indikatornya apa yang dulu
pernah kami cita-citakan berhasil berarti, karena exactly
ini yang kami jalankan, jurnalisme itu isunya banyak
tapi dangkal-dangkal. Sementara documenter itu isunya
sedikit-sedikit tapi dalam, tapi ya gitu orang bikin
documenter, setahun dua tahun baru rilis. Itupun rilispun
terbatas hanya di festival kalangan mereka sendiri,
bahkan orang yang mereka filmkan aja gak bisa nonton.
Jadi gapnya terlalu luas antara jurnalisme dengan
documenter. Nah wd ingin ada ditengahnya jadi isunya
harus responsive seperti jurnalisme karena ini public
interest public issue harus cepet direspon, tapi kita ingin
juga dalam dan intim seperti documenter, jadilah gaya
wd ini apa namanya pokonya gaya wd aja, itu awal-
awalnya.
Bagaimana struktur organisasi di Watchdoc?
Secara struktur sama dengan media mainstream, kami
mengadopsi struktur dari media mainstream, karena
background kami dari media mainstream, ada produser,
lv
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
ada reporter campers, bahkan nama-namnya masih
kejurnalistikan, yang gak ada copywriter. Jadi secara
struktur dan penamaan masih mengadopsi media
mainstream. Tetapi karena kondisi keuangan dan skala
industrinya kecil strukturnya gak bisa menyamai
industry media, misalnya mereka puna litbang, library
macem-macem, nah kita gak punya. Kita berusaha
membuat fungsi saya. Jadi misalnya ada editor dan
merangkap librarian. Jadi strukturnya gak persis tapi
yang penting fungsinya ada jadi esensi nya yang kami
ambi, buka strukturnya, itu yang ada di wd sehingga
yang pentingkan fungsinya kan, bukan nama strukturnya
karena kami tidak dalam kapasitas untuk membangun
struktur yang mirip dengan industry media mainstream.
Bagaiaman dengan status hokum watchdoc saat ini?
Nah, itu juga gak jelas, jadi secara badan hokum kami
berbentuk PT. perseroan terbatas, secara tipologi
jasanya kami adalah PH atau konten provider, cara
bekerjanya seperti media, produknya terbagi 2, seperti
LSM dan seperti perusahaan, jadi memang gak tau, aku
juga gak bisa menamai, tapi yang jelas kami bukan
media karena kami tidak dalam kategori media seperti
ketentuan dewan pers, kami bukan PH seperti MD
entertainment, atau seperti Miles gitu bukan jga karena
kami juga memproduksi video2 advokasi, tapi kami juga
jelas bukan LSM karena kami tidak berbasis faunding,
atau public funding, kami comersili founded, jadi uang
dari bikin documenter komersil atau video komersil,
kami gunakan untuk membiayai documenter
documenter alternative, atau documenter documenter
advokasi, itu yang kami lakukan, jadi ya bentuknya apa
ya, ya paling orang nyebutnya PH.
Apakah watchdoc memiliki kartu pers untuk
anggotnya?
Kami bikin, sekedar untuk satu supaya memudahkan
akses, kedua mengikat secara psikologis temen temen
yang kelapangan untuk taat kode etik, tapi produknya
sendiri belum tentu jurnalistik. Waktu wd membuat
untuk tv tv, ya semua karya jurnalistik karena kan untuk
bisa lolos di tv kan emang harus. Ketika mereka turun
sebagai reporter ya melakukan tugas jurnalistik tapi on
behalf tv nya missal randi ke lapangan ‘saya dari wd
lvi
Peneliti
Narasumber
Penliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
sedang mengerjakan untuk kompas tv’ . tapi ketika bikin
dokmenter kemarin ya gak di pake, atau dipake sekedar
untuk memudahkan akses daripada rebut sama polisi
satpam atau semacamnya, toh mereka gak tau apa
bedanya pers sama gak pers, jadi ini untuk kepentingan
taktis dilapangan aja.
Berasal dari mana saja pemasukan Watchdoc?
Dulu 60% dari menual program ke televisi, dulu. Antara
2011-2015 awal, jadi kan dirintis tahun 2009-2010
banyajan dari NGO, yang pesen banyak NGO, 2011-
2014 televisi 60%, sekarang 100% video komersial,
karena tv udah gak pesen lagi.
Bagaimana dengan copyright terhadap karya-karya
watchdoc?
Sesuai kontrak. Ada yang copyright full dimiliki klien,
itu yang shooting bahan mentahnya maupun yang sudah
jadi milik wwf. Ada yang dimiliki hanya barang jadinya
saja. Ada yang full copyrightnya milik wd.
Bagaimana bertahan di persaingan media
mainstream?
Kami, berusaha menyesuaikan disegala kondisi ya,
kalau dulu jaman masih ada tv, ya kami habis-habisan
untuk menguatkan di televisinya ketika televisi sudah
berubah Bloomberg tutup, padahal kami punya 3
program di Bloomberg, kompas tv berubah jadi news
channel, padahal kami punya 2 program di kompas tv.
Kami harus switch sempet wd belajar menjadi youtuber,
semua anak-anak dilatih bikin video pendek 3 menit dah,
yang lucu yang ringan. Pokonya yang fit buat youtuber
lahuntuk ngejar adsense iklannya google. Tapi gak
berhasil karena youtube kecil banget gak sebanding
dengan ongkos yang dikeluarkan. Nah kami pikir nanti
wah youtube nih masa depan nih, kami bisa hidup dari
youtube, ternyata gak bisa karena karakter ceritanya wd
bertolak belakang dengan semua rumus youtube,
youtube itu rumusnya durasi pendek, isinya harus yang
punya who effect, itu bisa fun, bisa ngeri bisa sex bisa
happy bisa lucu, music pokonya yang who effectnya
kuat. Yang ketiga konten, konten wd itu bertentangan
dengan semua rumus youtube ya, jadi udah durasinya
lvii
Peneliti
Narasumber
Peneliti
Narasumber
gak dapet, kemasannya gak dapet kontennya jga gak
dapet jadi wd itu gak bis survive di youtube , kalo ernest
prakasa mungkin bisa. Tapi yaudah sementok-
mentoknya wd paling ditonton 200ribu udah
penontonnya. Ada film yang tembus 200ribu, ada kala
benoa, onde mande itu mendekati 200ribu atau 200ribu.
Gak pernah kita ampe 1juta viewers. Bahkan yang kelas
nominasi Oscar kaya jagal atau senyap aja kan 200ribu
2 bulan lalu. Jadi emang documenter serius dengan
onten seperti itu, event yang nominasi Oscar aja gak
sampe sejuta viewrsnya jadi untuk film wd yang lokalan
dapet 200ribu itu udah oke banget lah . Tapi tetap tidak
bisa menghasilkan uang karena memang kecil dapat duit
dari YouTube itu tapi kecil banget 6 bulan itu 300 dolar
Jadi ya nggak worth it tlah, akhirnya kami memutuskan
YouTube stop kita udah nggak berharap dari YouTube,
Kita sekarang Berharap dari video komersial Jadi
sekarang video komersialnya yang mendominasi 100%
datang dari mana saja sih video komersial itu ?
dari NGO ada pemerintah Lembaga pemerintah ada
perusahaan swasta ada.
Apakah project kolaborasi ini sudah menjadi program
watchdoc setiap tahunnya?
Sebenrnya kolaborasi itu kalau di belakang hotel, karena
kami tidak ingin masalah jogja dipecahkan atau dibantu
atau dikerjakan oleh orang jakarta, kami ingin masalah
jogja diselesaikan oleh orang jogja sendiri, wd hanya
membantu, sama dengan kala benoa tadinya. Kami gak
mau di Bali itu kan gudangnya orang documenter orang
film di sana semua kamera, drone teknologi tuh ada di
sana semua, bego aja kalo orang Bali gak bisa membuat
documenter tentang kampungnya mereka sendiri,
sehingga kami gak mau tuh bikin kala benoa waktu itu,
kalo samin semen oke lah orang samin gak ngerti
kamera, badui memfilemkan cipta gelar itu oke, lah ini
di bali di jogja bahkan jakarta. Masa kita bikin reklamasi
di jakarta, mending kita bantu bikin the mahuze gitu di
papua sana, jakarta loh semua documenter ada di sini.
Jogja apalagi festival documenter apa yang gak ada di
jogja, masa jogja kekeringan aja gak ada satupun
documenter, saing sebelnya gua ama anak jogja, bali
juga gitu oke yaw d gak mau terlibat, tapi kalo kalian
lviii
mau ikin kami bisa bantu, itu intinya, ya jogjakah
belakang hotel kah, tapi temen-temen jogja begini,
masalah jogja ini adalah masalah nasional karena
memang kebanyakan pemilik hotel itu beskala nasional
terus orang jogja kalo enggak disuarakan daya
tekananya juga kurang untuk pemerintah itu, jadi film
ini harus bergaung secara nasional yasudah kita bisa
bikin, kita harus bikin strategi kampanye nasional, gak
cukup mas, harus ada brand nasional suapaya
benderanya kuat, berkibar. Itu jugja, jadi yaudah
sehingga kita bikin kolaborasi. Jakarta Unfair kan jga
begitu sebenarnya kalao andai waktu itu wd punya duit
dan tenaga ya kita akan kerjain sendiri, karena lebih
cepet, penggusurannya terjadi terus, nah gak perlu
ngajarin kalian bikin pegang kameralah apa lah,
shootingnya goyang-goyang pake nama wd kameranya
goyang-goyang malu-maluin. Kalo mikirin itu kan gak
masuk kalian kualifikasinya,tapi wd sedang miskin baru
nyelesain ekspedisi Indonesia biru berapa film tuh, bau
bikin Rayuan pulau palsu, waduuh udah cape bgt tuh
teler, RPP masih digebukin orang kita masih harus bela
film kita sndiri udah ada penggusuran. Jadi gak mungkin
kita sendiri yang ngerjain. Akhirnya yaudah lalu undang
kawan-kawan dari kampus-kampus yang pernah
berhubungan dengan wd, jadilah kalian ini, ceritanya
begitu. Ya kalo nurutin ego dan efisien dan hasil lebih
mending kita yang ngerjain lebih cepet. Secara tehknis
lebih dahsyat, tapi kan kita jadi gak dapet
enggagementnya sampe kapan wd mau jadi pemadam
kebakaran, emang di Indonesia kebakarannya satu ua,
kalo 50, sanggup wd, nah dengan punya kalian ini kan
nanti ada kebakaran kalian sudah bisa jadi pemadam
kebakaran sendiri kan, ya memang dilevel yang kalian
sanggup, jadi itu idenya, jadi model kolaborasi ini
kayanya akan efektif, akan kami lanjutkan. Documenter
itu sudah gak terlalu popular karena dia terlalu nyeni,
ekslusif, hanya bisa dinikmati oleh komunitas-
komunitas tertentu yang bisa mengapresiasi, kaya orang
liat lukisan lah, lukisan sama fotografi, orang kan lebih
seneng kiat fotografi karena dia lebih popular, lukisan
itu butuh subjektifitas untuk menafsrikannya, karena
Cuma pembuatnya sendiri tuh yang ngerti makna warna
dari tarikan garisnya, tapi kalo fotografi kan universal,
tapi fotografi gak ada elemen seninya, vivid, dia gak ada
interpretasi, nah wd ingin menggabungkan ini, fotografi
itu ibaratnya jurnalisme, documenter ibaratnya seni
lix
lukis, wd itu ingin lu harus jelas pesannya seperti
fotografi, tapi harus punya sentuhan art seperti lukisan
itu wd. Sehingga orang gak menganggapmu sebagai
second grade quality, karena temanya sudah diangap
second grade, temanya kan bukan tema mainstream,
social justice itu kan bukan sesuatu yang bisa diomongin
di café, bisa ditontonkan dimana-mana, jadi ya
sebenrnya ini kan bukan pop clture kan, nah gimana
supaya bisa dapet audience dikalangan pop clture, ya lu
harus bisa bikin kemasannya seperti pop culture.
Kontennya udah gak pop culture jangan sampe
kemasannya juga gak pop culture gitu, kalah dua kali
kita namanya, kehilangan penonton dua kali itu.
Mungkin aka nada penonton yang kecil tapi militant,
tapi kan dalam teori komunikasi massa peperangannya
bukan dalam kecil dan militant, brisik-berisika, iya kan,
untuk apa kita hanya punya masa kecil militant
diapresiasikan ke atas. Banyak yang massanya kecil
militant fanatic, tapi kecil. Militan-militan disbanding
nonton bioskop. Nah tapi ketika kita pertarungannya
adalah public policy, ya lu harus bisa dapet crowd nya
bioskop dong, kalo kita hanya puas dengan segitu ya
mendingan militant. Kita juga gak pengen, maunya kan
besar tapi militant. Masa udah tujuh tahun subscribernya
baru 7000-8000. Ya sgitupun masih kecilkan wd, kita
udah berusaha popular udah berusaha engage tapi tetep
segmentnya kecil tapi bagaimana membuat orang
menjadi lebih melek documenter gitu. Nah jadi boleh
dibilang dalam hal distribusi kami ini mainstreamisasi,
jadi kami mengcapture menghiject ruang-ruang
mainstream. Cuma isu-isu ini kebetulan gak masuk di
ruang mainstream, jadi tujuan kami itu sebenernya
menghiject ruang mainstream, tapi karena kita tau nih
pasti mentok, begitu mentok kami menciptakan ruang
sendiri, ruang alternative itu lah seperti layer tancep,
youtube nobar, itu ruang ruang radic. Karena semakin
kecil bariel entrynya itu akan mainstream ya. Layer
tancep itu mungkin bisa masuk kategori alternative
karena ga semua orang bisa bikin. Indikatornya kalo
bagiku, kalo setiap semua orang bisa bikin berarti itu
mainstream, jadi pintu masuk hambatannya itu kecil itu
mainstream karena crowd ada di situ. Sekarang misalnya
penggusuran, penggusurn juga ada di meda mainstream
yak an, isunya bukan isu alternative ini isu mainstream,
jadi headline, tapi perspektifnya yang alternative.
Pendekatannya juga alternative, ketika mainstream
lx
Peneliti
Narasumebr
menggunakan voice over, wd gak pake VO, supaya
penonton dan subjeknya gak berjarak, kalo VO itu kan
ada penengahnya sujeknya ngomong A di VO in
penonton menangkapnya, nah wd menghapus VO itu,
udah kalian dialog aja deh. Itu juga alternative. Untuk
pendistribusiannya dengan layer tancep itu juga
alternative, tetpai mainstreamnya juga kami garap,
untuk menangkap crowd, karena tujuannya kan untuk
merubah opini dan public policy, dua itu kan yang mau
disasar. Nah yang satu public opini, advokasi cultural,
yang satu public policy advokasi structural. Nah untuk
masuk ke advokasi sturktural ya ini adanya di ruang-
ruang mainstream.
Kenapa memilih mahasiswa sebagai pelaku produksi
film jakarta unfair?
Satu ketika pertama kami menyasar yang kami punya
saham, ami merasa punya saham di kampus-kampus
yang dulu training atau jadi pembicara, yang kami sudah
punya engagement ya, dengan temen-temen upc atau
segala macem itu ya kenal tapi kami gak punya saham,
gak iktu mewarnai kasarnya kami pernah punya tanam
budi, nah ini saatnya gitu, yang kedua mahasiswa secara
waktu lebih luang, forang documenter sangan time
consuming, gak mungkin bisa dikerjakan oleh
komunitas belum tentu punya waktu untuk ini, sama
kaya wd jadi kalo kami undang komunitas film sama aja,
kami aja gak punya waktu apalagi mereka gitu kan.
Yang ketiga kami berpikir ini efektif karena mahasiswa
mungkin juga butuh transfer knowledge. Jadi
pertimbangannya tiga itu. Dan disini pun seperti
simbiosis mutualisme yaa, artinya kita sama sama saling
membutuhkan, watchdoc punya knowledge yang bisa di
transfer dan temen-temen mahasiswa punya waktu dan
tenaga gitu.
lxi
[DATA PENGGUSURAN LBH]
SOURCE: http://www.bantuanhukum.or.id/ (20 JUNI 2016) DIAKSES PADA 04 JANUARI 2017
No. Lokasi Jenis Penertiban Sumber
Informasi
1
Penertiban Bangunan Rumah Warga di Atas Saluran air di Rw
010 Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru Rumah APBD
2
penertiban pedagang kaki lima (PKL) di jl. salemba raya, jl.
kramat raya dan jl. pramuka kecamatan senen PKL APBD
3 Penertiban Parkir Liar di Jalan Duri Raya, Kel Duri Pulo Kelurahan APBD
4
Pelaksanaan Penertiban Spanduk Liar Pedagang Kaki Lima,
Gubuk Liar, PMKS, Ojeg Liar. Kelurahan Pegangsaan PKL APBD
5
Penertiban Pedagang K.5, Spanduk Liar, Gubuk Liar, dan
Keping-keping liar, Kelurahan Kebon Kacang PKL APBD
6
Penertiban Bangunan di atas Saluran Air di Jl. Supiori, Kel.
Cideng, Gambir Rumah APBD
7
Penertiban Bangunan Liar di wilayah Kecamatan Grogol
Petamburan Rumah APBD
8
Penertiban Parkir Liar di Jl. Cideng Barat, Jl. Lumatang Kel.
Cideng Kelurahan APBD
9
Pelaksanaan Operasi Penertiban Gubuk Liar, PMKS dan PK5
dan Rumah Kost, Kelurahan Kenari PKL APBD
10
Pelaksanaan Penertiban Lingkungan Tingkat Kelurahan
Mangga Dua Selatan Kelurahan APBD
11
Penertiban bangunan liar diatas saluran Jl. Matraman Dalam II
RT 009 dan 016 RW 08 Kel Pegangsaan Rumah APBD
12
Penertiban dan Pasca Penertiban PKL, Gepeng, PMKS di
Wilayah Kelurahan Tanah Tinggi PKL APBD
13
Penertiban PKL Liar dan Bajaj di Lingkungan Taman Duri
Pulo RW 03, Kel. Duri Pulo PKL APBD
14
Penertiban dan pengawasan Pedagang kaki lima di wilayah
Kec,Grogol Petamburan PKL APBD
15
penertiban bangunan liar di jl. kenanga rt 006 rw 02 kelurahan
kramat kecamatan senen Rumah APBD
16
Pembinaan Ketentraman Umum dan Penertiban PK5, Gubuk
Liar serta PMKS Kelurahan Karet PKL APBD
17
Penertiban K5, Spanduk Liar dan Penduduk Ilegal, Karang
Anyar Rumah APBD
18 Pelaksanaan Penertiban Kelurahan Cempaka Putih Barat Kelurahan APBD
19
Penertiban PKL Liar dan Bajaj di Lingkungan Taman Duri
Pulo RW 03, Kel. Duri Pulo PKL APBD
20
Penertiban K5, Spanduk Liar dan Penduduk Ilegal, Kelurahan
Kartini PKL APBD
21 Pelaksanaan Penertiban di wilayah Kelurahan Rawasari Kelurahan APBD
22
Penertiban Pedagang Kaki Lima Rt 01, 02, 05, 07, 08, 09, 013
dan Rt 014 Rw. 10 Kelurahan Johar Baru PKL APBD
23 Penertiban PKL Jl. Serdang I, Kemayoran PKL APBD
24
Penertiban PKL Liar Jl. Cisadane, Jl. Cimandiri dan Jl.
Cilosari, Kelurahan Cikini PKL APBD
25
penertiban PKL di jl. suprapto, jl. senen raya, jl. stasiun senen
bungur besar kecamatan senen PKL APBD
26 Pelaksanaan Operasi Penertiban Kelurahan Cempaka Baru Kelurahan APBD
27
penertiban pedagang kaki lima (PKL) di rt 009 rw 08
kelurahan paseban kecamatan senen PKL APBD
lxii
28
Penertiban dan Pasca Penertiban PKL, Gepeng, PMKS di
Wilayah Kampung Rawa, Kampung Rawa PKL APBD
29
Penertiban PKL Jalan Kodam Raya / Jl Howitzer Raya,
Kemayoran PKL APBD
30
Pelaksanaan Penertiban PK5 dan Koordinasi Bidang
Ketertiban dan Ketentraman Masyarakat Potensi Konflik
Kelurahan Petojo Utara PKL APBD
31
Pelaksanaan Penertiban PK5, Spanduk liar, Gubuk Liar dan
Keping Iklan, Kelurahan Gunung Sahari Utara PKL APBD
32
Penertiban PK 5, spanduk, dan umbul2
Kelurahan Kampung Bali PKL APBD
33
Pelaksanaan Penertiban PK5, Keping dan Spanduk Liar,
Penyelenggaraan Bidang Ketertiban dan Ketentraman
Masyarakat Potensi Konflik, Kelurahan Bendungan Hilir PKL APBD
34
Penertiban Spanduk Liar, Penduduk Ilegal, PMKS dan PK-5
Kelurahan Petojo Selatan PKL APBD
35
Penertiban PKL di Jl Tanjung Selor Kelurahan Cideng
Kecamatan Gambir PKL APBD
36
Penertiban dan Penjagaan Pedagang Kaki Lima (PK5)
Kecamatan Tanah Abang PKL APBD
37
Pelaksanaan Operasi Penertiban Gabungan/Terpadu pada
Bangunan Liar, Rumah Kost, Gubug Liar, Binatang Unggas
dan Pedagang Kaki Lima (PK-5) Kelurahan Kwitang PKL APBD
38
Penertiban pedagang Kaki Lima di Pasar Sumur batu ,
Jembatan Serong Jl. Sumur Batu Raya, Jl. Bendungan Jago,
Kecamatan Kemayoran PKL APBD
39
Penertiban PKL di Jalan Musi, Jl. Lumatang Kel. Cideng
Kecamatan Gambir PKL APBD
40
Pelaksanaan Penertiban Spanduk Liar, PK 5, Penduduk Ilegal
dan PMKS, Kelurahan Kebon Kelapa PKL APBD
41 Pelaksanaan Penertiban Umum, Kelurahan Gondangdia Kelurahan APBD
42 Pelaksanaan Penertiban Kelurahan, Kelurahan Gelora Kelurahan APBD
43 Penertiban PK5, Spanduk Liar, Kelurahan Sumur Batu PKL APBD
44
Penertiban Pedagang kaki 5 yang Melanggar Perda, Kelurahan
Menteng Kelurahan APBD
45
Pelaksanaan Penertiban Tingkat Kelurahan, Kelurahan Karet
Tengsin Kelurahan APBD
46 Pelaksanaan Penertiban, Kelurahan Kebon Kosong Rumah APBD
47 Normalisasi Kali Grogol di Kecamatan Tanah Abang Normalisasi RDTR
48 Normalisasi Kali Krukut di Kecamatan Tanah Abang Normalisasi RDTR
49 Normalisasi Sungai Ciliwung di Kecamatan Gambir Normalisasi RDTR
50 Normalisasi Sungai Ciliwung di Kecamatan Menteng Normalisasi RDTR
51 Normalisasi Sungai Ciliwung di Kecamatan Sawah Besar Normalisasi RDTR
52 Normalisasi Sungai Ciliwung di Kecamatan Senen Normalisasi RDTR
53 Normalisasi Sungai Ciliwung di Kecamatan Senen Normalisasi RDTR
54 Normalisasi Kali Malang di Kecamatan Menteng Normalisasi RDTR
55 Normalisasi Kanal Banjir Barat di Kecamatan Tanah Abang Normalisasi RDTR
56
Normalisasi Waduk Taman Ria Senayan di Kecamatan Tanah
Abang Normalisasi RDTR
57 Normalisasi Waduk Walabi di Kecamatan Tanah Abang Normalisasi RDTR
lxiii
[DATA LAYAR TANCEP JAKARTA UNFAIR]
SOURCE: doc.TIM JAKRTA UNFAIR
KET:
AKADEMISI 18
RAKYAT KECIL 15
KELAS MENENGAH 14
TANGGAL PENYELENGGARA LOKASI
03-11-16 KOFIMAKE (Komunitas
Film Mahasiswa Kediri) Warung Angkringan Kang Bege.
04-11-16 LPM Ekspresi Depan Gedung Student Center Universitas Negeri Yogyakarta.
05-11-16 GAMMASUTRA Balai Warga Jalan Gebang Kidul, Gebang Putih, Sukolilo, Surabaya.
07-11-16 Kontras Surabaya dan
Warga Kontras
08-11-16 UKSK Univeristas
Pendidikan Indonesia Plasa Gedung Geugeut - Winda UPI Bandung.
08-11-16 Festival Kota Kastrat
BEM UI Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
08-11-16 Komunitas Tamadun Lapangan Olahraga Universitas Hasanuddin.
09-11-16 HIMAPOL UIN Jakarta Teater Merah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11-11-16
Sikumbang Tenabang
bekerja sama dengan
Sanggar Si Kodrat
Sanggar Si Kodrat.
12-11-16 Ciliwung Merdeka Jl. Kebon Pala II No.7C RT 004/RW 004 Kel. Kamp. Melayu, Kec.
Jatinegara Jakarta Timur.
12-11-16 Arkom Jogja dan
jaringannya Pendopo RT 49 RW 11, Badran Yogyakarta.
12-11-16 Komunitas Anak Kali
Ciliwung Kampung Lodan Komunitas Anak Kali Ciliwung.
14-11-16
Himpunan Mahasiswa
Islam Komisariat Tunas
Bangsa UMY
Komplek Perumahan UMY.
15-11-16 KSPI Training Center FSMPI.
17-11-16 BEM STT Telematika
Telkom Purwekerto Aula STT Telematika Telkom Purwekerto.
17-11-16 GAMAPI FISIPOL UGM Selasar Barat Fisipol UGM/Ged. BE Fisipol UGM.
18-11-16 Komunitas Payung
Semarang dan aliansinya BRI Zone Fak. Hukum Undip.
18-11-16
Serikat Mahasiswa
Progresif UI dan Sekolah
Master Depok
Sekolah Master depok Jl. Margonda No.58 Terminal Terpadu Kota Depok,
15431.
19-11-16 Mulawarman Youth
Leaders Taman Cerdas Samarinda.
21-11-16 Suryakanta Kampus Jogja Film Academy Jl. Ipda Tut Harsono (Timoho) No.26.
23-11-16 Komunitas Kalimetro Galeri Kalimetro, Wisma Kalimetro, Jalan Joyosuko Metro No.42a Merjosari,
Lowokwaru, Kota Malang.
24-11-16 EIN Institute Gedung PEP, Balai Kota Semarang, Jl. Pemuda No.148
lxiv
24-11-16 Dompet Dhuafa Gedung Institut Management Zakat Perkantoran Ciputat Indah Permai
14-11-16 UMN JUICE Selasar Parkir Universitas Multimedia Nusantara
25-11-16 LPM Kinday Univ.
Lambung Mangkurat SBC(Student Business Center) UNLAM.
25-11-16 Komunitas Bidaracina Jl.Sensus Raya Bidaracina
03-12-16 pekan literasi, indonesia
menggugat Gedung Indonesia Menggugat, Bandung
03-12-16 PPI Kyoto-Shiga Ruang Seminar Universitas Kyoto.
03-12-16 LBH Masyarakat Kampung Nelayan Kali Adem
04-12-16
Karang Taruna RW 02
Kelurahan Kamal,
Kecamatan Kalideres
Pasar Kamal
05-12-16
Fisip Fotografi Club
Univ. Sebelas Maret
Surakarta
Galeri Lantai 2 Pasar Gede.
07-12-16 UKM Persmaha Poros
UAD Kampus I UAD
08-12-16 HMI Komisariat Bahasa
Uin Malang Tangga Besar Parkiran Ged. B UIN Malang
09-12-16 Hamfaro Indonesia
Foundation Discussion Room 1, Gotenshita Building 3rd floor, The University of Tokyo
10-12-16
Forum Film Dokumenter
- Festival Film
Dokumenter Jogyakarta
Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta
10-12-16 #JogjaDaruratAgraria dan
Warga Jogja Berdaya Kampung Jogoyudan, Yogyakarta.
10-12-16 UNIVERSITAS
SANATA DHARMA Univ. sanata dharma
10-12-16 LBH Jakarta LBH Jakarta Jl. Diponegoro No.74, Menteng, Jakarta Pusat.
12-12-16 Universitas negeri padang
13-12-16 Lentera HAM UIN
14-12-06
Heggy Kearns dan
Patrick dari University
College
Salah Satu Ged. UCL (masih menunggu konfirmasi)
London
15-12-16
Fakultas Hukum
Universitas Islam
Bandung (Anggota
Forum Bias Bahasa)
Pelataran Akuarium Unisba Tamansari No.1
15-12-16 Rumah Baca 0254
Cilegon
Rumah Baca 0254 Cilegon LINK. Tegalcabe RT 05 / RW 02 Kel. Citangkil,
Cilegon, Banten.
15-12-16 Gerakan Indonesia
Berdaulat
Cafe Bjong. Jl. Wahid Hasyim, Caturtunggal, Kec. Depok, Kab. Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta.
16-12-16 bumipala mmtc
jogjakarta bumipala
16-12-16 lpm uh universitas
hasanudin Univ. Hasanudin
lxv
20-12-16
BEM Fak. Ekonomi dan
Bisnis Univ
Muhammadiyah
Yogyakarta (Ngobrol
Pintar Intelektual 3)
Mini Theater Ged D Lt.4
22-12-16 festival dokumenter budi
luhur universitas budi luhur
xxiii
SUBTITLE BAHASA INDONESIA JAKARTA UNFAIR
By: Tim Jakarta Unfair
Anak-anak:
Halo, halo. Selamat datang di kampung Bukit Duri. Disini ada orang yang bermain burung (burung dara). Namanya Cemet, Rangga, dan Saya yang
bermain burung. Orangnya... orang gila semua.
Nah... ini namanya Faisal. Badannya ceking seperti kecoak. Ini Aryl, bisa dijadikan soto. Disini adalah kampung...kampung untuk bermain.
Nah kenapa perut abang (filmmaker) besar sekali seperti bom?
Ruji:
Cuminya masih hidup. Engap-engapan (sulit bernapas), lihat nih.
Sebenarnya saya tidak bolak-balik (rumah susun) ya. Tetap saja saya di sini. Paling beberapa hari saja saya ke sana.
Apalagi juga memang bekerja di sini dan juga perahu saya bersandarnya di sini...
...mata pencaharian saya di sini. Saya kalau tidak memikirkan anak saya, mungkin bertahan saja di sini.
--- Kampung Akuarium, Jakarta Utara ---
Anak-anak:
Satu...Dua...Tiga!
--- Digusur, April 2016. Untuk Proyek Revitalisasi Kota Tua (Jerofah) ---
--- Pahruji – Nelayan Ikan Teri ---
Filmmaker + Ruji:
Sudah berapa lama pak bertahan di sana?
xxiv
Di mana?
DI perahu.
Di perahu? Saya... ya sampai sekarang. Tapi kalau pada saat penggusuran saya bertahan hampir sebulan,
Di sini gubuk, abang saya, orang tua saya, termasuk saya juga sering ke sini.
Bertahannya di bedeng ini. Bedeng-bedeng di pinggir ini “manusia perahu” semua.
Yang tadinya ada di perahu sebagian sudah pindah mereka ke sini.
Ini korban manusia perahu juga.
Tadinya tidur di perahu ini ada 5 keluarga yang tidur di perahu ini.
Ya sampai sekarang juga masih ada yang pada tidur.
Sama, di perahu lain juga masih ada orang masih pada tidur.
Jangan diinget-inget dong “manusia perahu”, sedih tahu.
Ya, memang pada dasarnya kan kita tenarnya di situ.
Ya, tapi kan kita sedih kalau ingat masa lalu.
“Manusia perahu” lagi, “manusia perahu” lagi.
--- Kampung Baru Dadap, Tangerang, Jawa Barat ---
--- Terancam Digusur - Untuk Proyek Jalan Akses Pulau Reklamasi ---
--- Alwi – Nelayan Budidaya Kerang Hijau ---
Alwi:
Saya Muhammad Alwi umur 40 tahun.
xxv
Saya menekuni profesi sebagai nelayan budidaya kerang hijau…
...itu tepatnya pada tahun 2005.
...kita bingung dalam menekuni usaha ini.
Termasuk, apakah mau bikin lagi (keramba). Jadi, ya sifatnya ragu.
Karena sampai sekarang belum ada kepastian antara tidak digusur atau pasti digusurnya.
Alwi:
Kalau ini satu kilo tujuh ribu dari nelayannya.
Satu embernya itu tujuh puluh ribu.
Jadi kalau dicampur dengan yang kecil begini harganya jadi jatuh.
Jadi lima puluh ribu enam puluh ribu (per ember).
--- Bukit Duri, Jakarta Selatan ---
--- Terancam Digusur - Untuk Proyek Normalisasi Ciliwung ---
--- Agus – Penjual Ayam Potong ---
Agus:
Kalau digusur begini mau pindah kemana ini?
Motongin (ayam) di jalan raya mungkin.
Tempatnya akan digusur.
--- Kampung Baru Dadap, Tangerang, Jawa Barat ----
“Tolak Penggusuran
xxvi
--- Bukit Duri, Jakarta Selatan ---
--- Supri – Penjual Ayam Potong ---
Supri:
Ya walaupun seperti ini, warga bukit duri hidupnya damai.
Anak-anak:
Oke mari kita wawancara.
Di rumah susun tidak enak, sumpek.
Lebih enak di sini, adem. Bisa main bulu tangkis, bisa main bola.
Filmmaker:
Rencananya dipindahkan kemana Pak?
Supri:
Rencananya di rusun Rawa Bebek.
Terus terang kalau warga bukit duri pindah kesana itu mata pencahariannya hilang. Untuk transport nambah biaya.
Sementara di sana akses-akses transportasi itu sangat jauh, sangat susah.
Supri + Warga:
Kita disini bagaimana bisa dibilang illegal (oleh pemerintah)?
Bayar listrik ada, PBB ada, PAM ada.
Iya itu, kita disebut penghuni liar.
Iya, mana mungkin mengurus sertifikat tanahnya 4 x 5 m?
xxvii
Pemilu saja kita ikut, mana mungkin tidak tercatat di kelurahan.
Giliran pemilihan (Kepala Daerah hingga Presiden) kita diikutsertakan.
Tetapi, saat mau digusur, kita dianggap penduduk liar.
Kayak mereka yang punya hukum.
Lihat itu yang di Ancol, di depannya kapal pesiar, di belakangnya mobil.
Memang…
Di depan rumahnya kapal pesiar, di belakangnya garasi mobil.
...memang hukum itu, tidak lain…
Sementara masih banyak warga yang susah makan.
...kecuali untuk kepentingan mereka-mereka yang kuat itu.
--- Ivana Lee – Arsitek Komunitas Ciliwung Merdeka ---
...jadi kita di tahun 2012, mengajukan konsep kampung susun di bantaran sungai.
Dengan konsep, sungai tetap dilebarkan sesuai dengan lembar rencana kota saat itu.
Sungai menjadi 35 meter. Kemudian kita memberi jalan...
...seperti untuk lalu lintas, 5 meter.
Dengan bayangan, mobil pemadam kebakaran, ambulans, bisa lewat.
Sisa lahan yang ada, kita bangun kampung susun.
Empat sampai lima lantai.
Bagian lantai dasar dibuat kosong atau terbuka,
xxviii
Agar masyarakat bisa tetap beraktivitas.
Seperti berjualan, menyimpan gerobaknya.
Sisa lantainya, untuk hunian.
Satpol PP:
Satu...Dua...Tiga!
--- Penggusuran Kampung Pulo, Agustus 2015 ---
Satpol PP:
Maju, anjing, tai Lo!
Maju woi!
Woi! Kita lebih banyak!
Maju!
Woi! Kita lebih banyak!
Warga Bertopi:
Jangan masuk ke dalam! Anjing!
Gue bunuh Lo!
Warga ber-helm:
Woi apa-apaan Lo?
Pembaca berita Liputan 6:
xxix
Pada hari kamis, 19 Agustus 2015, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akhirnya merelokasi bangunan di bantaran sungai Ciliwung, kawasan Kampung
Pulo, Kampung Melayu, Jakarta. Upaya relokasi pun mendapatkan perlawanan dari warga setempat dengan melempari petugas kepolisian dan
Satpol PP dengan batu. Akibatnya, lalu lintas dari arah Kampung Melayu menuju Matraman macet parah.
--- Sesudah Penggusuran ---
Penertiban kawasan langganan banjir ini melibatkan sebanyak 2.152 personil gabungan dari Satpol PP, Dinas Perhubungan dan Transportasi,
Dinas Kebersihan, TNI dan Polri
--- Digusur Agustus 2015 – Untuk Proyek Normalisasi Sungai Ciliwung ---
Etty:
Ini rumah saya, ini.
Ini yang ada bechoe.
--- Etty – Eks Warga Kampung Pulo ---
Masih kentara, ini bekas rumah tetangga saya, batas rumah saya.
Dulu rumah saya di sini.
--- Rusun Jatinegara ---
Warga:
Ibu sampai dishooting kenapa? Naik lift saja difilmkan.
Etty:
Bisa saja. Hehehe.
--- Rumah/Kamar Etty ---
Etty:
Satu juta seratus (tunggakan sewa), 3 bulan.
xxx
Ini surat panggilannya, karena belum bayar 3 bulan.
Filmmaker:
Ini kenapa, bu?
Etty:
Saya belum bayar, dipanggil. Benar tidak suratnya?
Filmmaker:
Iya, memiliki tunggakan selama 3 bulan.
Etty:
Ini panggilan pertama.
Nanti ada panggilan kedua, yang ketiga lalu langsung disegel.
Tanda merah di pintu, kita disegel.
Filmmaker:
Kalau disegel, Ibu mau pindah kemana?
Etty:
Tidak tahu, makanya berusaha cari uang.
Ibaratnya untuk menutupi ini.
Mau tinggal dimana lagi...
Kita tetap berusaha untuk menutupi bayar rusun.
Filmmaker:
xxxi
Total tunggakannya berapa?
Tetangga Etty:
Satu juta lima ratus
Filmmaker:
Itu belum sempat dibayar sampai sekarang?
Tetangga Etty:
Iya
Filmmaker:
Alasan ibu menunggak itu karena apa Bu?
Tetangga Etty:
Karena kebutuhan ekonomi di rumah. Keperluan anak sekolah, anak saya sekolah swasta semua.
Jadi ada... ada pembayaran sekolah, ada apa.
Jadi, saat ingin mengumpulkan, akhirnya untuk keperluan anak lagi.
Niat untuk bayar ada.
--- Petugas Rusun ----
Ada 160 unit. Variatif keterlambatannya, ada yang tiga bulan, ada yang empat bulan.
Dispensasi tidak ada.
Mutlak...
Bahwa yang tinggal di rusun harus bayar.
xxxii
--- Sebanyak 6.516 dari 13.896 penghuni rumah susun di Jakarta menunggak lebih dari 3 bulan – Kompas ---
--- Penggusuran Kalijodo – Februari 2016 ---
Pembaca berita NET:
Surat SP 1 atau Surat Peringatan 1 diberikan sekitar 11 hari yang lalu, atau hampir 2 minggu yang lalu. Sambil surat SP 1 ini diberikan, sebagian
warga juga masih terus berupaya untuk bertahan di kawasan Kalijodo ini. Antara lain, dengan membawa pengacara warga di sini yaitu Rasman
Nasution. Yang mengatakan bahwa: “banyak dari mereka sudah tinggal di sini dari berpuluh-puluh tahun dan mempunyai sertifikat tanah yang resmi
dari pemerintah.”
--- Digusur, Februari 2016 – Untuk Pembagunan Taman Kalijodo ---
--- Rumah Susun Marunda – Jakarta Utara ---
Sudirman:
Kalau perbedaannya memang kita hidupnya, tempat tinggalnya memang enak.
Ibarat kata, kita tadinya masih sempit-sempit, sekarang kita sudah leluasa sedikit. Enak. Itu perbedaannya.
--- Sudirman – Eks Warga Kalijodo ---
Namun, kalau enak tidurnya, tetapi usahanya tidak ada... Tetap saja.
Kita ini kalau sudah sampai waktu pembayaran, tidak dibayar, tetap saja tertunda.
Bulan depan kalau tertunda lagi, tertunda lagi, sebentar lagi disegel pintu kita. Sama saja.
Lebih sadis lagi.
Katakan kita tertunda pembayaran, menumpuk, tiga bulan, empat bulan.
Disegel pintunya, lalu kita dikeluarin paksa.
Apa memang itu tujuannya pemerintah?
Saya jujur saja, saya diliput disini udah puluhan kali. Mulai dari pindah.
xxxiii
Tahunya hanya muncul sekali.
Bicara hal-hal bagus saja.
“Wah bagus, pindah ke sini daerahnya bagus.”
Eh, ada sayanya...
Giliran tadinya saya pindah di sini sengsara, untuk makan pun susah, tidak diliput.
Tidak ada aspirasi yang sampai ke atas (pemerintah).
Saya bilang “Wah ngacau”.
Karenanya, kadang-kadang kalau ada yang seperti ini,
“Kamu ke sini dibayarin apa bagaimana?”
Kadang-kadang seharusnya aspirasi kita disampaikan, tidak ditayangkan.
--- Rusun Rawa Bebek – Jakarta Timur ---
Suhadi:
Nama asli Suhadi.
Tapi, orang-orang umumnya memanggil Kopral.
Saya asal dari Pasar Ikan, Kampung Akuarium RT 12/RW 04.
Ibu-ibu:
Kalau disini enak untuk tinggal, kalau di Pasar Ikan enak mencari uang.
Kalau disini sih enak, lingkungan enak, untuk main enak.
Suhadi:
xxxiv
Dulu ini tetangga saya, yang dekat Ibu Vera.
Yang ini, agak jauh.
Ibu-ibu:
Pasar Ikan, berjualan sandal.
Suhadi:
Akhirnya tiba di sini, setidaknya kita bisa berbagi duka bersama dan saling membantu.
Ibu-ibu:
Saya di pasar, di dalam pasar, memang kumuh. Di sini untuk tinggal enak, betah.
Filmmaker:
Kalau disuruh milih, lebih baik di sini yang enak atau bagaimana?
Ibu-ibu:
Ya kalau disuruh milih, inginnya di sini enak, uangnya juga banyak.
Ya inginnya tempat yang bersih.
Kalau disuruh milih enakan disana.
Ikan dekat, semua dekat.
Saya di dalam pasar rumahnya. Dekat.
Disini pengangguran, hanya menghabiskan uang sisa kemarin.
...tergantung kepala keluarganya saja.
Ibu di sini tidak punya keterampilan.
xxxv
Seperti kuliner, untuk menambah pendapatan.
Itu juga belum bisa.
Atau membuat kerajinan, itu juga belum.
Ibu-ibu:
Kalau ada kerajinan apa gitu, ada pekerjaan, saya mau.
Suhadi:
Ibu-ibu di sini belum bisa mendapatkan penghasilan
Tergantung kepala keluarganya saja.
Dan juga tergantung kepala rusun (untuk mengadakan pelatihan).
Kalau Bapaknya tidak bekerja, susah.
Kalau di sana tidak, ya bu?
Banyak job-job, misalnya membungkus mainan.
Nah, itu pun mendapat uang.
Disini mana? Tidak ada.
Kalau disana mudah, tiap gang, misalnya membungkus mainan.
Mereka banyak kegiatan,
jadi menghasilkan pundi-pundi uang agak lumayan...
...untuk anak-anak jajan juga tidak keteteran.
Disana ada saja, asal mau kerja, tidak malas, pasti banyak pekerjaan.
xxxvi
Kalau disini tidak. Tidak ada ibu-ibu di sini yang bekerja.
Ya seperti ini.
Suhadi:
Coba lihat, penglaris pertama ini. Alhamdulillah.
Saya mendukung pembangunan karena agar rapi, bersih.
Tapi saya minta tolong juga pada pemerintah,
tolong dibenahi dulu warganya.
Ekonominya, sekarang saya jadi begini.
Itu yang perlu dibenahi.
Pedagang kaki lima misalnya, digusurin agar jalanan tidak macet.
Tapi tolong dikasih penampungan.
Pemerintah bilang “sudah dikasih penampungan.
Tetapi faktanya begini.
Gerobak saja, coba lihat. Kirim ke Ahok juga tidak masalah.
Saya tidak dikasih gerobak di sini. Saya beli sendiri.
Katanya kalau dagang dikasih fasilitas.
Memang, mereka dapat.
Tapi saya sampai kapan mau menunggu.
Kedua, saya tinggal terblangsak (sengsara).
xxxvii
Memang gedungnya megah.
Tapi lihat di dalamnya.
Tidak ada kamar untuk anak-anak.
Saya terpuruk. Saya merasa kecewa.
Kamar tidak ada.
Anak-anak bareng tidurnya. Sudah pada besar.
Sedangkan rumah susun saya juga belum jadi.
Akan begitu sampai kapan Mas?
Katanya tiga bulan. Coba, besok Desember. Tiga bulan, jadi tidak?
Kalau saya disini terus, teraniaya. Bayar sewa 300 ribu, 300 ribu!
Penghasilan berapa, jam segini saja baru dapat 12.000.
Bayangkan.
--- Kampung Akuarium - Tiga bulan setelah digusur ---
((Gema takbir Idul Fitri))
Allahu Akbar, Allahu akbar, Allahu Akbar. Laillahaillallah huallahhuakbar. Allahu akbar walillahhilham.
--- Bang Black – Warga Kampung Akuarium ---
Kalau rusun itu bisa seumur hidup, walaupun kecil.
Tetapi bisa sampai tujuh turunan, mungkin kita masih tidak masalah.
Walaupun jauh.
xxxviii
Tapi kenyataannya kita bayar.
Gratis tiga bulan, setelah tiga bulan bayar. Usahanya di mana?
Nelayan lebih gampang di sini, pekerjaan lebih gampang di sini.
Itu salah satu pertimbangan kenapa kita tidak mau mengambil rusun…
Perhitungannya, secara tidak langsung kita dibuang ke pinggir.
--- Kolong Tol Kalijodo – Jakarta Utara ---
Nengsih:
Sebagian masih ada yang tinggal di sini, dan sebagian itu ada yang mengontrak di luar.
Karena kami tidak mendapatkan apapun.
Filmmaker:
Rusun tidak dapat, Bu?
Nengsih:
Tidak. Yang mendapatkan rumah susun itu adalah kompleks Kalijodo.
Perumahan yang tinggal di Kalijodo itu.
Yang mendapatkan tawaran untuk tinggal di rumah susun.
Kalau di sini tidak.
Jadi kami dianggapnya tikus.
Jadi main dihancurkan saja seperti hewan.
Main dirubuhkan saja (rumahnya).
xxxix
Tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.
Enak yang sudah jadi pejabat, enak yang sudah jadi pemerintah.
Dia tinggal uncang-uncang kaki, makan gaji buta.
Sedangkan kami masyarakat kecil mencari makan di pinggiran diusir-usirin.
---- Nengsih – Warga Kolong Tol Kalijodo ---
Tidak ada lagi yang namanya Hak Asasi Manusa. Tidak ada.
Rasa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (sila ke-5 Pancasila) itu sudah tidak ada sila itu.
Itu yang saya rasakan.
Filmmaker:
Ibu belanjanya setiap hari atau bagaimana?
Nengsih:
Tidak bisa belanja seperti dulu.
Omsetnya segitu ya bisa beli satu becak kalau belanja,
Kalau sekarang ini boro-boro belanja satu becak.
Kecil segini saja belanjanya...ambil-tukar, barter begitu.
Jadi saya beli ikan.
Dia (tukang sayur) minta lauk ke saya. Saya minta mentahnya.
Seperti itu saja setiap hari.
--- Pasar Ikan – Rusun Kapuk Muara – 5 KM ---
xl
--- Pahruji – Nelayan ---
Ruji:
Itu si Ahok bilang, itu manusia perahu memainkan sandiwara, skenario
Kalau saya ketemu orangnya, paling saya ajak
“Ya sudah kamu tidur saja di sini bareng, ayo!”
Agar merasakan.
Sistemnya, kita di perahu bukan kategori sengaja,
bukan rekayasa, bukan, karena kita terpaksa saja.
Orang bekerja di laut, tidak seperti orang kerja di pabrik.
Yang jelas kalau di pabrik, tiap bulan ketahuan di depan mata.
Kita tinggal ambil. “Tiap bulan saya dapat gaji sekian.”
Mereka pun masih kurang.
Apalagi kita yang nelayan.
Kalau menggunakan peribahasa,
nelayan itu seperti kita mencari jarum di dalam jerami.
Jadi seakan-akan hari ini kita dapet rezeki, kadang besok belum tentu.
Kalau dibandingkan dengan habisnya bangunan yang saya bangun berapa uang.
Lalu ditimbang dengan sistem kumpulnya keluarga bersama di rumah…
...masih kalah dengan nilainya kumpul bersama keluarga di rumah.
xli
Kalau hanya harga bangunan,
mungkin kalau ketemu rezekinya lagi
mungkin kita bisa bangun kembali.
Kalau untuk merasakan rasanya kumpul bersama,
rasanya bermain, ketawa, nangis bareng di rumah yang tersebut
mungkin rasanya tidak akan terulang kembali…
...kesan-kesannya seperti apa.
Longmarch:
--- Lawan atau Tertindas ---
...singsingkan lengan baju, singkirkan semua musuh-musuh. Rakyat pasti menang melawan penindasan rakyat kita pasti akan menang
---- Warga Kampung Akuarium – Juli 2016 ---.
Mengapa Bapak Jokowi?
katanya “Tidak mau menyengsarakan masyarakat miskin.”
Buktinya apa? Saya 30 tahun di Kampung Akuarium, habis harta kita Pak.
Satu-satunya itu saja, Pak.
Tidak ada yang tersisa, Pak.
Pak Jokowi, tolonglah. Punya hati nurani atau tidak?
Saya hari ini sudah tidak punya apa-apa lagi, Pak.
Saya tidur di tenda-tenda jalan, Pak.
xlii
Tolong Bapak Jokowi.
--- Warga Kampung Baru Dadap – di kantor Ombudsman RI – Juli 2016 ---
Ibu RW:
Selagi laut masih berwarna biru, selagi karang masih ada di lautan…
...kami tidak akan pernah pindah dari pesisir pantai.
--- Kunjungan Gubernur Jokowi – Kampung Bukit Duri – November 2012 ---
Romo Sandy:
Rencana usulan warga atau komunitas Bukit Duri...
...tentang kampung susun,
Yang kami namakan... Kampung Susun Manusiawi Bukit Duri.
Cinta kasih itu lawan dari rasa takut.
Membuat kita jadi berani.
Berani karena yakin pada kebenaran.
Yang kita tanamkan dalam sanubari kita.
Bapak-bapak dan ibu-ibu yang hebat ini
Para politisi ini…
...berpolitik yang namanya politik artifisial.
Politik yang hanya ada di permukaan,
bukan politik substansial.
xliii
Politik…
...yang menjawab perkara di kehidupan yang nyata.
Jokowi:
Itu sangat membekas di ingatan saya, bahwa...
...yang namanya tergusur it sangat sakit sekali, sangat sakit sekali.
Ingat ya!
Di Undang-Undang Dasar 1945 kita, jelas bahwa pemerintah negara itu melindungi rakyatnya.
--- IYCS – Bandung -12 Februari 2011 ---
Di situ jelas sekali tercantum. Tetapi yang terjadi, pemerintah malah seperti ini...
... ini kekeliruan. Satpol PP dibentuk malah memukuli rakyat seperti ini, keliru.
Romo Sandy:
Urusan cari makan.
Urusan lingkungan hidup
Urusan mencari solusi, jalan keluar untuk perumahan rakyat
Urusan pengalaman keterancaman mau digusur.
Ini politik, orang melakukan usaha-usaha untuk kebaikan, mencari solusi.
Politik yang nyata seharusnya begitu.
--- Upaya Hukum – Warga Bukit Duri, Agustus 2015 ---
Bukan politik tipu-tipu, politik main sandiwara, main sinetron
xliv
Yang hanya bicara lewat Balaikota.
Tidak berani bicara langsung dengan warganya sendiri.
Ini kepengecutan menurut saya.
Sudah saatnya kita bertemu sebagai manusia.
Sama-sama sebagai manusia.
Biarpun kita berbeda latar belakang, tetapi kita bisa bertemu…
…jiwa kita, nurani kita sebagai manusia.
Hakim:
…menunda perkara sampai keputusan akhir.
Demikian ditetapkan dalam rapat permusyawarahan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Pada hari Senin, tanggal 1 Agustus 2016.
--- Supri – Penjual Ayam ---
Mendengar keputusan dari Hakim bahwa class action kita itu diterima.
Saya sebagai warga cukup puas,
hakim menerima gugatan kami.
Lagu:
Hanya bilik bambu, tempat tinggal kita.
Tanpa hiasan, tanpa lukisan.
Beratap jerami, beralaskan tanah.
xlv
Namun, semua itu punya kita.
Memang semua itu milik kita sendiri.
Hanya sungai banjir, pagar rumah kita
Tanpa anyelir, tanpa melati.
Hanya alang-alang tumbuh di halaman
Namun semua itu punya kita,
Memang semua itu milik kita.
Haruskah kita beranjak ke kota
Yang penuh dengan tanya
Lebih baik di Bukit Duri, rumah kita sendiri
Segala nikmat dan anugerah yang kuasa
Semuanya ada disini
Bukit Duri, Rumah Kita
Jokowi:
Pemimpin yang bisa menata kotanya.
Sehingga kotanya menjadi sebuah kota yang nyaman untuk ditinggali, nyaman untuk kita semuanya bekerja mencari rezeki.
Ahok:
Jakarta Baru yang modern tertata rapi, tetap manusiawi.
Karena Jakarta Baru yang dibangun adalah manusianya.
xlvi
--- Bukit Duri -September 2016 ---
Romo Sandy:
Dulu anak anak (belajar) sederhana disini.
Disini juga belajar banyak wartawan,
ketika menjelang menjadi wartawan.
Banyak para aktivis. Banyak para cerdik pandai yang belajar di sini.
--- Penggusuran di Jakarta: 2015 berjumlah 113 Lokasi, 2016 ditargetkan 325 Lokasi ---
--- Poncol, Jakarta Timur – Kontrakan Bersama Warga Eks Bukit Duri yang menolak Rumah Susun ---
Supri:
Alhamdulillah tempatnya cukup layak untuk berteduh.
Berantakan, belum dirapikan.
Filmmaker
Disini berapa orang, Pak?
Supri:
Saya sama istri saja.
Saya belum tahu, mbak (Pekerjaan).
Saya belum tahu kedepannya. Masih berpikir mau bagaimana kedepannya.
--- Kontrakan Agus – Kayumanis, Jakarta Timur ---
Agus:
xlvii
Paling adaptasi lingkungan saja sama tempat kerja baru gitu kan.
Tadinya lega, sekarang sempit.
Lingkungan juga baru lagi.
Makannya saya kalau habis selesai ini (bekerja), pasti saya kesana.
Tiap hari itu. Masih sering kangen sama suasana disana, di Bukit Duri
Suara bu RW:
Ombudsman Republik Indonesia.
Ringkasan Rekomendasi nomor 0004/REG/0461.2016/VII/2016
tentang mal-administrasi dalam proses penataan permukiman Kampung Baru Dadap
oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Pemeriksaan laporan, bahwa dalam pemeriksaan,
Ombudsman RI telah melakukan pemeriksaan dan memperoleh keterangan,
baik dari pelapor, terlapor, maupun pihak terkait.
Bahwa Ombudsman RI juga telah melakukan kunjungan ke lokasi untuk mendapatkan keterangan dari warga.
Pendapat Ombudsman RI:
Ombudsman RI berpendapat bahwa langkah-langkah penataan kawasan pemukiman Kampung Baru Dadap...
...belum memiliki dasar hukum untuk melakukan penataan kawasan kumuh berupa Peraturan Daerah yang disyaratkan.
Ombudsman RI berpendapat bahwa karena luas penataan adalah 10-15 hektare,
maka kewenangan penataan pemukiman kumuh dimaksud merupakan kewenangan pihak terkait 7 yaitu Pemprov Provinsi Banten.
xlviii
--- Ciliwung Nyawa Kita ---
Anak-anak di Bukit Duri:
Nyawa kita karena Ciliwung punya banyak kenangan.
Fungsi dan kenangan, lalu bersama
bermain bersama disini, bernyanyi bersama.
Bisa mandi di kali, bisa latihan musik,
bisa mengenal sejarah-sejarah, menyanyi lagu-lagu.
Filmmaker:
Terus sekarang bagaimana?
Anak-anak:
Sekarang, yah sudah digusur.
Tapi kita tetep semangat ya?
Iya!
--- Program “Kotaku Tanpa Kumuh – Kementerian PUPR – Dibiayai Pinjaman Bank Dunia ---
Supri:
Saya mau ke bawah, ke RT 6. Menghadiri acara...
...memperingati tujuh harinya...
...matinya keadilan untuk rakyat kecil
...masa penggusuran.
xlix
Kita akan memperingati masa matinya keadilan di negeri ini.
Lagu:
Takkan pernah berpisah
Bersatu dalam perjuangan
Satukan jiwa, satukan arah
Meski berbeda-beda
Segala impian bersama
Demi Hak Asasi Manusia
Cinta akan lingkungan, adil sejahtera
Sosial demokrasi Indonesia
Takkan pernah kita ingkari
Akar rumput, tanah tercinta
Takkan pernah kita lupakan
Bermaknanya perjuangan bersama
Kesadaran kita bersama
Solidaritas kita bersama
Swadaya kita bersama
Demi kemerdekaan bersama
Ciliwung nyawa kita
l
Ciliwung hati kita
Ciliwung nyawa kita
Ciliwung kehidupan kita
Ciliwung nyawa kita
Ciliwung hati kita
Ciliwung nyawa kita
Ciliwung kehidupan kita
Supri:
Hidup Ciliwung!
Hidup Ciliwung!
xxiii
[SINOPSIS JAKARTA UNFAIR]
SOURCE: doc. TIM JAKARTA UNFAIR
SINOPSIS “JAKARTA UNFAIR”
Sutradara : Sindy Febriyani, Dhuha Ramadhani
Produksi : Watchdoc Documentary Maker
Penggusuran bukan solusi. Sebuah kalimat yang kerap kali dilontarkan atau pun
tercetak pada kaus dan spanduk warga korban gusuran yang terancam digusur di
Jakarta. Rumah susun selalu menjadi jalan pintas yang ditawarkan pemerintah pasca-
penggusuran. Dipindahkan ke rumah susun (rusun) yang jauh dari tempat mata
pencahariannya, korban gusuran harus berjuang membanting tulang untuk sekadar
mengisi perut dan membayar sewa rusun. Setelah kehilangan tempat tinggal dan usaha,
keterancaman terusir dari rusun juga mereka rasakan.
Dalih pemerintah mengenai penggusuran masih sama: penertiban dan normalisasi
(RTH, waduk, atau sungai) demi kehidupan yang lebih layak. Media arus utama lebih
memilih memberitakan soal kerusuhan warga yang melawan penggusuran. Mereka
terus bersembunyi di ketiak para penguasa. Sementara itu, suara warga terancam dan
terdampak penggusuran semakin tidak diberikan ruang. Jakarta Unfair mencoba
menyuarakan suara mereka yang terbungkam.
xxiv
[STORYLINE JAKARTA UNFAIR]
SOURCE: doc. TIM JAKARTA UNFAIR
KONSEP FILM JAKARTA UNFAIR!
PRA PENGGUSURAN
BUKDUR
GUSURAN BUKDUR PASCA GUSURAN
BUKDUR
1. RAWABEBEK
2. KOLONG TOLL
3. PASAR IKAN/
AKUARIUM
4. TONGKOL
5. MARUNDA
6. JATINEGARA
7. DADAP
PENGGUSURAN
BUKIT DURI
1. KONTRAKAN
BUKIT DURI
2. KEHIDUPAN
PARA
TOKOHNYA
TOKOH =
1. PAK SUPRI (BUKDUR) – UTAMA
2. PAK AGUS (BUKDUR) – UTAMA
3. PAK ALWI (DADAP) – UTAMA
4. PAK RUJI (PASAR IKAN)
5. BU ETTY (RUSUN JATINEGARA) – OPTIONAL
STORYLINE JAKARTA UNFAIR!
KETERANGAN:
FONT 14: DURASI PANJANG
FONT 12: DURASI LEBIH PENDEK
FONT 10: KOLASE
BABAK CERITA KETERANGAN
1
OPENING
1. ANAK KECIL BUKIT DURI –
“HALO, SELAMAT DATANG DI
KAMPUNG BUKIT DURI…..”
2. FOOTAGE PENGGUSURAN
PASAR IKAN – DITUTUP
DENGAN PERAHU ANGKUT
BARANG
(DI SELANG SELING.
BACKSOUND = PENGGUSURAN
KECIL; JAKARTA BESAR)
3. GAMBAR KEHIDUPAN GLAMOR
JAKARTA
2
PENGANTAR
CERITA
TUNJUKKAN JABODETABEK –
GUNAKAN MAPS (LOKASI
DADAP ADA DI MANA)
1. DADAP (JUNI, 2016)
PERKENALAN PAK ALWI
xxv
- SUASANA DI RUMAH
PAK ALWI, BAWA SOLAR
DIA BERANGKAT
- SAMPAI LAUT BAHAS
MENGENAI
PENGGUSURAN DIA
NYEMPLUNG KE LAUT
- CUT KE PAK ALWI
ANGKAT KERANG +
SOUNDBITE TENTANG
HARGA KERANG
2. BUKIT DURI (JUNI, 2016)
PAK AGUS KASIH AYAM
3. DADAP
- TERIMA UANG
- KUPAS KERANG
- SUASANA KAMPUNG
DADAP
4. BUKIT DURI SUPRI
TENTANG PENGGUSURAN
(AMBIL DARI YANG
SEBELUMNYA)
5. INTERCUT PENGGUSURAN
KAMPUNG PULO
6. BU ETTY, RUSUN
JATINEGARA
- VOX POP
- PENGELOLA
CERITA SUDAH
MULAI PADAT
*OPTIONAL, LIHAT
KONDISI*
3
INTI CERITA
1. PAK RUJI
- SHOOT PENGANTAR YANG
“INI KORBAN MANUSIA
PERAHU”
- PERKENALAN PAK RUJI
- MASUKIN GAMBAR PAK
RUJI MAU KE RUSUN
SETELAH LEBARAN
CERITA SUDAH
MULAI PADAT
*OPTIONAL, LIHAT
KONDISI*
SOUNDBITE FOKUS
SETELAH
PENGGUSURAN SAJA! GAK PERLU
BAHAS TENTANG
PENGGUSURAN
LAIN.
2. INTERCUT PENGGUSURAN
KALIJODO
3. RUSUN MARUNDA
- GAMBAR YANG SAMBIL
NYANGKUL KASIH LIAT
KEGIATANNYA DULU DAN
SEKARANG
INGAT! DURASI
HARUS PENDEK
DAN PADAT
xxvi
4. PAK RUJI
- MASUK KE RUSUN SUDAH
BARENGAN SAMA ISTRINYA
- MASUKIN YANG SOAL “ABIS
PENGGUSURAN
KELUARGANYA GIMANA-
GIMANA. PERAHU KARAM,
DSB”
INGAT! DURASI
HARUS PENDEK
DAN PADAT
5. KOLONG TOLL - BU NENGSIH
- AKTIVITASNYA = BELI
SAYUR, DSB
- SOUNDBITENYA =
6. LEBARAN DRONE
7. LEBARAN DADAP
8. INTERCUT RAWABEBEK
9. RAWABEBEK – KOPRAL
- PEKERJAAN DAN
PENDAPATAN DIA
SEKARANG
10. INTERCUT BUKDUR
KOLASE 11. PTUN BUKDUR
12. INTERCUT RUJI JALAN LONG
MARCH
13. LONG MARCH PASAR IKAN
(TRAILER)
KOLASE
14. BAWA OBOR DADAP + ORASI
BU RW
15. RAPAT BUKIT DURI
- KONGRES (CINTA KASIH DI
TRAILER)
- RAPAT WARGA
16. TONGKOL – SOLUSI LANGSUNG
FOKUSNYA SAJA!
ADA SOLUSINYA.
17. RUMAH KITA
- INSERT YANG
MENYATAKAN AKHIR DARI
KEBAHAGIAAN BUKIT DURI
TRANSISI UNTUK
KLIMAKS
4,
KLIMAKS
1. PENGGUSURAN BUKIT DURI
(SEPTEMBER, 2016)
- PAKAI YANG SUDAH ADA
- MASUKAN GAMBAR CLOSE
UP, JANGAN HANYA WIDE
- GRAFIS PENGGUSURAN
(TRAILER)
- GRAFIS RENCANA
PENGGUSURAN DI
xxvii
INDONESIA – SUMBER
WORLD BANK
5,
CLOSING
1. ANAK-ANAK BUKIT DURI
PASCA GUSURAN
- YANG CERITA TENTANG
CILIWUNG MERDEKA,
SEKARANG SUDAH NGGAK
ADA SANGGAR LAGI
2. KEHIDUPAN PAK AGUS JUAL
AYAM SETELAH GUSURAN
- DARI PEMOTONGAN
(IKUTIN AKTIVITASNYA)
- PEMASUKAN DIA
SEKARANG
3. PAK SUPRI DI KONTRAKAN
- KASIH TAU
KONTRAKANNYA GIMANA
- PEKERJAANNYA GIMANA
- FOLLOW SHOT KEGIATAN
PAK SUPRI KE TEMPAT
GUSURAN
- ROLL PEMBACAAN SURAT
REKOMENDASI DADAP DARI
OMBUDSMAN
4. PAK ALWI KEMBALI KE LAUT
5. PAK SUPRI KEGIATAN
6. PAK AGUS JUAL AYAM
7. BU ETTY GOLER-GOLERAN
8. PAK RUJI BALIK KE LAUT
CREDIT TITLE