Upload
others
View
25
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LITERASI PAKAIAN ADAT MELAYU JAMBI DI
KALANGAN MASYARAKAT KELURAHAN
KENALI BESAR KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
dalam Ilmu Perpustakaan
OLEH
ICA HANDAYANI
NIM.IPT.150432
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHASAIFUDDINJAMBI
2019
v
MOTTO
Artinya : Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan
kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya
melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.
Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-
pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman (Q.S. Al-A’raf : 27).1
1 Tim Penyusun, Al-Qur’an Terjemahan, (Bandung : Syaamil Qur’an, 2000) hlm. 139
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Kedua orang tuaku Ayahanda Abdurahman dan Ibunda Misirah,
Adikku Hasbi Assyidiqi Bimas Buqin. Terima kasih telang mendukungku untuk
tetap semangat menulis skripsi ini sampai selesai.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alikum Wr, Wb
Alhamdulillah segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah
SWT atas berkah, rahmat dan segala limpahan karunia-Nya, sehingga peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam selalu dicurahkan kepada
junjungan alam, kepada suri tauladan yaitu Nabi Muhammad SAW.
Penelitian skripsi ini merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh
gelar sarjana ilmu perpustkaan dan informasi islam fakultas adab dan humaniora
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi yang berjudul “LITERASI PAKAIAN
ADAT MELAYU JAMBI DI KALANGAN MASYARAKAT
KELURAHAN KENALI BESAR KOTA JAMBI”.
Terlepas dari kekurangan dan keterbatasan peneliti, atas izin Allah SWT
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, serta dukungan, do’a dan bantuan dari
beberapa pihak, baik berupa saran maupun kritik, terlebih bantuan bersifat moral.
Karena itu selayaknya dalam kesempatan istimewa ini peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Muhammad Rum, S. Ag, SS, M. Si selaku Pembimbing I dan
Bapak Aminuddin , S.Ag, M.Fil. I selaku Pembimbing II yang banyak
sekali membantu peneliti dalam penulisan skripsi ini, dan juga ucapan
terima kasih yang sangat besar peniliti ucapkan.
2. Rektor Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, Wakil Rektor I Bapak Dr. H.
Su’adi Asy’ari, MA. Ph.D, Wakil Rektor II Bapak Dr. Hidayat, M.Pd dan
Wakil Rektor III Ibu Dr. Hj. Fadhilah Jamil, M.Pd
3. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Ibu Prof. Dr. Hj. Maisah, M.Pd.i,
Wakil Dekan I Bapak Dr. Alfian, M.Ed, Wakil Dekan II Bapak Dr. H.
Muhammad Fadhil, M.Ag dan Wakil Dekan III Ibu Dr. Raudhoh, S.Ag.,
SS., M.Pd.I.
viii
4. Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan Bapak Muhammad Rum, S.Ag., SS.,
M.Si dan Ibu Masyrisal Miliani, SS., M.Hum sebagai Sekretaris Jurusan
Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
5. Seluruh Dosen Fakultas Adab Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi khususnya dosen jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah banyak
membantu.
6. Kabag, Kasubag dan Staf Akademik Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
7. Orang-Orang tersayang yaitu, Kopda Deska Putra, Ayu Setiani, S.Pd dan
Ali Subro Milisi, S.IP
8. Teman-teman seperjuangan Era Gustina, Abel Kurniawan, Daniati Ulfa,
Yorika Indah Pratiwi Nababan, Aras Satria Agusta, Aufa dila Hiwaliyah,
Cut Arianti, Ali Mustajab, Gusri Ningsih, Erlina, Rena Adhila, Agus
Khairudin, May Nurul, dan seluruh Mahasiswa Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Terkhususnya teman-
teman jurusan Ilmu Perpustakaan angkatan 2015 Kelas A.
Semoga Allah membalas semua bantuan, pengorbanan dan amal baik
mereka semua, serta menjadi pahala yang besar di sisi Allah SWT.
Peneliti berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi diri peneliti dan
orang yang membacanya serta mohon kritik dan saran yang membangun demi
terjaminnya kualitas tugas akhir ini
Penulis,
ICA HANDAYANI
NIM.IPT.150432
ABSTRAK
ix
Handayani, Ica. 2019. Literasi Pakaian Adat Melayu Jambi di Kalangan
Masyarakat Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi. Pembimbing I:
Muhammad Rum, S.Ag, SS, M.Si dan Pembimbing II: Aminudin,S.Ag,
M.Fil.I.
Penelitian ini membahas tentang Literasi Pakaian Adat Melayu Jambi di
Kalangan Masyarakat Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui, kemampuan masyarakat Kelurahan
Kenali Besar dalam mengakses pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi,
kemampuan masyarakat Kelurahan Kenali Besar dalam mengevaluasi,
pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi, kemampuan masyarakat
Kelurahan Kenali Besar dalam menggunakan pakaian adat pengantin
melayu Kota Jambi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif, teknik pengumpulan data menggunakan metode
observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Masyarakat
Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi dalam mengakses pakaian adat
pengantin melayu Kota Jambi bisa dibilang cukup baik karena dari semua
informan yang peneliti wawancarai 10 dari 15 orang sudah memahami
makna pakaian adat Melayu Kota Jambi. (2) Kemampuan dalam
mengevaluasi informasi tentang pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi,
masyarakat Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi juga terbilang cukup baik
karena masyarat sudah bisa menyaring dari banyak informasi yang mereka
dapatkan. (3) Kemampuan masyarakat Kelurahan Kenali Besar dalam
menggunakan pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi bisa di bilang juga
cukup baik karena dari awal masyarakat mengakses, mengevaluasi dan
menggunakan pakaian adat melayu Kota Jambi masyarakat melalui proses
pembelajaran dan mobilitas informasi yang saling berkaitan.
Kata kunci: Literasi, Pakaian, Pengantin.
x
ABSTRACT
Handayani, Ica. 2019. Literacy of Jambi Malay Traditional Clothing in the
Community of Kenali Besar Village, Jambi City. Advisor I: Muhammad
Rum, S. Ag, SS, M.Sc. and Advisor II: Aminudin, S.Ag, M.Fil.I.
This study discusses the Literacy of Jambi Malay Traditional Clothing in
the Community of Kenali Besar, Jambi City. The aim of the study was to
find out, the ability of the Kelurahan Kenali Besar community to access
Jambi traditional Malay brides' attire, the ability of the Kelurahan Kelenal
Besar to evaluate, the traditional Malay wedding attire of the city of Jambi,
the ability of the Kelurahan Kenali Besar community to use Jambi
traditional Malay wedding attire. This study uses qualitative methods with
descriptive approaches, data collection techniques using observation and
interview methods. The results showed: (1) Kelurahan Kenali Besar Kota
Jambi in accessing Jambi traditional Malay wedding attire can be quite
good because of all the informants the researchers interviewed 10 out of 15
people already understood the meaning of Malay traditional clothing in
Jambi City. (2) Ability to evaluate information about Jambi City traditional
Malay wedding attire, the people of the Kelurahan Kenali Besar, Jambi City
are also fairly good because people can filter out the much information they
get. (3) Ability of the people of Kelurahan Kenali Besar to use traditional
Malay bride attire of Jambi City can also be said to be quite good because
from the beginning the community accessed, evaluated and used the Malay
traditional clothing of the Jambi City community through an interconnected
learning process and information mobility.
Keywords: Literacy, Clothing, Bride.
xi
DAFTAR ISI
NOTA DINAS .......................................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................................ ii
MOTTO ..................................................................................................................... iii
PERSEMBAHAN ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 9
C. Batasan Masalah ........................................................................................ 10
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................................. 10
BAB II : KERANGKA TEORI
A. Pengertian Literasi .................................................................................... 12
B. Literas Pakaian Adat Melayu Jambi ......................................................... 13
C. Tujuan Literasi .......................................................................................... 14
D. Manfaat Literasi ........................................................................................ 15
E. Pengertian dan Konsep Pakaian Adat Melayu Kota Jambi ....................... 16
F. Faktor-faktor Minat calon Pengantin Memilih Pakaian Pengantin ........... 26
G. Stadi Relevan ............................................................................................ 30
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 32
B. Subyek Penelitian ................................................................................... 32
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 32
D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 33
E. Metode Analisis Data .............................................................................. 35
F. Triangulasi .............................................................................................. 36
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum dan Objek Penelitian ................................................. 37
xii
B. Hasil Pembahasan dan Analisa ............................................................... 44
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 62
B. Saran ....................................................................................................... 62
Daftar Pustaka
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Studi Relevan ........................................................................................... 30
Tabel 4.1 Batas Wilayah .......................................................................................... 38
Tabel 4.2 Orbitrasi ................................................................................................... 39
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk ................................................................................... 39
Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Masyarakat ........................................................... 40
Tabel 4.5 Sarana Prasarana .................................................................................... 41
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia yang
senantiasa dijaga dan dilestarikan secara turun temurun adalah merupakan
gambaran kekayaan bangsa Indonesia menjadi modal dan landasan
pembangunan dan pengembangan kebudayaan nasional. Pengembangan
kebudayaan nasional berarti memelihara, melestarikan, menghadapkan,
memperkaya, menyebarluaskan, memanfaatkan, dan meningkatkan mutu serta
daya guna kebudayaan. Manfaat yang dihasilkan dalam kebudayaan itu sendiri
adalah dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat meliputi tradisi,
sistem lambang, arti dan bagan pedoman, cara penyesuaian diri untuk
bertahan hidup di alam.
Kebudayaan Nasional itu bersifat dinamis akan perubahan bahkan
mungkin hilang sama sekali. Penyebabnya adalah perkembangan kebudayaan,
pengaruh budaya luar, kurangnya kesadaran masyarakat dan lemahnya jiwa
kebudayaan para remaja sebagai generasi penerus nilai-nilai kebudayaan
bahkan itu mungkin dan telah terjadi saat ini. Karena itu sebagai generasi
penerus yang cinta akan budaya maka harus menyelamatkan kebudayaan
dengan cara menggali dan menyusun kembali aspek kesenian daerah sebagai
informasi bagian dari wawasan nusantara agar dapat menyaring dari
perkembangan kemajuan. Dalam garis-garis besar haluan negara dinyatakan
bahwa kebudayaan Nasional merupakan salah satu modal pembangunan
bangsa Indonesia, didalamnya menghendaki cerminan nilai-nilai budaya
bangsa Indonesia yang nilai-nilai luhur bangsa haruslah dibina dan
dikembangkan guna memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga
diri dan kebanggaan Nasional serta memperkokoh jiwa persatuan, oleh karena
itu pembangunan kebudayaaan yang serasi harus didukung oleh pembangunan
kebudayaan dan mampu menunjang tercapainya tujuan Nasional yakni
2
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.2 Mengingat hal tersebut,
kebudayaan juga merupakan warisan nasional yang akan dapat dimiliki oleh
setiap warga masyarakat pendukungnya dengan cara mempelajarinya.
Dewasa ini akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), masyarakat Indonesia khusnya di Kota Jambi mengalami
pembaharuan dalam segala segi kehidupan, begitu pula dalam segi tata rias
pengantin dalam penyelenggaraan pernikahan tidak luput dari perubahan.
Sehingga nilai-nilai lama yang terkandung dalam suatu kebudayaan tampak
mulai memudar dan nilai baru yang diinginkan belum terbentuk secara
mantap. Dalam pertumbuhan tata rias pengantin Kota Jambi juga mendapat
pengaruh sebagai akibat dari perkembangan dunia modern. Perubahan yang
terjadi dalam penyelenggaran pernikahan di atas baik dari segi tradisi upacara
adat pernikahan, busana pengantin dan tata rias pengantin itu sendiri tidak
hanya dipengaruhi oleh perkembangan zaman, tetapi juga di sebabkan oleh
tradisi mencatat atau membukukan pengetahuan tentang tata rias pengantin ini
jarang sekali dijumpai bahkan dapat disebutkan tidak ada.
Mengikuti sejarah perkembangan budaya di negara kita khususnya di
Provinsi Jambi, sejak kemerdekaan Indonesia dirasakan adanya dua sikap
mental masyarakat yang senantiasa membayangi pertumbuhannya, yaitu
pertama adanya sikap golongan masyarakat tradisional yang fanatik dan tetap
mempertahankan nilai-nilai masa lampau. Kedua ialah golongan yang lebih
modern yang dapat memahami nilai-nilai yang sedang berkembang. Dengan
mengetahui beberapa cara atau mekanisme tertentu dalam setiap masyarakat
untuk mendorong setiap warganya mempelajari kebudayaan yang
mengandung norma-norma serta nilai-nilai kehidupan yang berlaku dalam tata
pergaulan masyarakat yang bersangkutan.
Mematuhi norma-norma serta menjunjung nilai-nilai sangat penting bagi
masyarakat dalam melestarikan kehidupan berbudaya dan bermasyarakat.
Menurut Dikson yang dikutip dalam Mattulada. Kebudayaan itu mencakup
2 Natali Juli, di akses dari Blog.com.Pendidik.blogspot.com/2013/11/hakikat-kebudayaan
nasionaldalam. html?m=1 pada 19 September 2018
3
dua aspek, yaitu :
1. Jumlah dari semua aktivitas (manusia) kebiasaan dan kepercayaan
2. Keseluruhan dari semua hasil dan kreativitas manusia, peraturan-peraturan
sosialdan keagamaan, adat istiadat dan kepercayaan yang biasa kita sebut
peradaban.3
Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi merumuskan kebudayaan
sebagai semua hasil karya rasa dari masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan
jasmaniah (material culture) yang di perlukanoleh manusia untuk menguasai
alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan
masyarakat.4 Kebudayaan yang di uraikan ini mempunyai beberapa unsur-
unsur menurut Mellville J. Herskovits merumuskan 7 unsur pokok
kebudayaan yaitu mencakup:
1. Alat-alat tekhnologi Peralatan dan perlengkapan hidup manusia.
2. Mata pencarian hidup dan sistem-sistem.
3. Sistem kemasyarakatan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem pengetahuan
7. Religi.5
Unsur kebudayaan yang akan di bahas lebih lanjut mengenai unsur
kebudayaan peralatan dan perlengkapan hidup manusia dimana salah satunya
membahas mengenai pakaian, dimana setiap suku bangsa telah mengenal
pakaian dan fungsinya sebagai penutup dan pelindung tubuh maupun sebagai
hiasan dan perhiasan.
3Mattulada, Sejarah Masyarakat dan Kebudayaan Sul-Sel. (Makassar: Hasanuddin Press,
1998) hlm. 10.
4Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Cet. 33; Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada , 2002), hlm. 173. 5 Mattulada, hlm. 176.
4
Sebagaimana dikutip dalam buku Jilbab Antara Kesalehan, Kesopanan
dan Perlawanan karya Fadwa el Guindi mengatakan bahwa “ Lebih dari 500
tahun, Ibn Khaldun, seorang sarjana arab yang pada tahun 1377
mengembangkan ilmu pengetahuan budaya, memasukkan pakaian dalam
formulasinya, dengan berbasiskan pada sejarah sosial budaya Islam Magribi
dengan mengembangkan teori tentang perubahan budaya dimana pakaian
merupakan salah satu dari elemen penentu dan elemen transformatif dalam
transisi antara umran badawi (budaya elementer) dan umran hadhari (budaya
yang beradab). Ibn khaldun mengemukakan pakaian sebagai kebutuhan
sebagai bagian dasar yang menjadi semakin rumit dan kaya ketika masyarakat
semakin menetap, lingkungan berubah menjadi kota dan semakin
mengutamakan kesenangan.6 Bagi suku bangsa yang masih sangat bergantung
pada keadaan alam dimana mereka hidup, baik dari segi bahan dan jenisnya
maupun dari segi bentuk dan modelnya, sehingga masing-masing suku bangsa
mempunya bermacam-macam jenis dan bentuk pakaian yang berbeda-beda.
Sandang atau pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia.
Sementara ilmuwan berpendapat bahwa manusia baru mengenal pakaian
sekitar 72.000 tahun yang lalu. Menurut mereka homo sapiens, nenek moyang
kita berasal dari Afrika yang gerah. Sebagian mereka berpindah dari suatu
daerah ke daerah lain,bermukim di daerah dingin,sejak saat itu pula mereka
berpakaian yang bermula dari kulit hewan guna menghangatkan tubuh
mereka. Sekitar 25.000 tahun yang lalu barulah ditemukan cara menjahit kulit
dan dari sana pakaian berkembang.7
Salah satu masalah yang di hadapi bangsa Indonesia pada umumnya dan
Propinsi Jambi pada khususnya yaitu pelestarian nilai-nilai budaya seperti
pakaian adat pengantin yang mempunyai nilai yang cukup tinggi dan dapat di
banggakan. Provinsi Jambi dengan latar belakang sejarahnya memiliki aneka
6 Fadwa El Guindi, JILBAB Antara Kesalaehan, Kesopanan,dan Perlawanan ( Jakarta:
SERAMBI,2000), hlm .101. 7M. Quraish Shihab, Pandangan Ulama Masa Lalu & Cendekiawan Kontemporer Jilbab
Pakaian Wanita Muslimah ( Jakarta: Lentera Hati, 2004) , hlm. 29.
5
ragam pakaian adat pengantin yang tidak ternilai harganya yang apabila
digali, dan diolah secara baik akan dapat memberikan sumbangan yang sangat
berarti dalam pembinaan kebudayaan nasional yang kita harapkan. Diera
globalisasi saat ini kebudayaan bangsa Indonesia mengalami ancaman
kepunahan yang diakibatkan oleh pengaruh budaya dari luar dan kurangnya
perhatian dan minat generasi muda terhadap budaya sendiri yang
mengakibatkan salah satu dari beberapa warisan budaya kita menjadi punah,
ini berarti nilai-nilai estetika, etika, kaidah, serta falsafah akan hilang dari
kehidupan manusia.
Karena banyaknya suku yang ada di Indonesia memiliki ciri khusus
dalam pembuatan ataupun dalam mengenakan pakaian adat tersebut. Salah
satunya kebudayaan Jambi ialah keberagaman pakaian pengantin adat setiap
suku yang mendiami wilayah Jambi, seperti suku kerinci, suku batin, dan suku
pindah. Dewasa ini pakaian adat pengantin itu sudah hampir digerus zaman,
senada dengan pendapat yang di kemukakan oleh Arifah:8
“Pakaian adat sudah banyak perubahan, seharusnya dalam suatu desain
busana perlu menentukan pula unsur yang ditonjolkan dari bagian
rancangan tersebut, misalnya menonjolkan garis, bentuk, arah, tekstur,
warna. Walaupun demikian, perlu ada koordinasi yang luwes sehingga
menjadi suatu kesatuan yang harmonis. koordinasi pada rancangan busana
ini pada warna, bentuk, ukuran, motif, hiasan, garis model. Tetapi pakaian
adat sekarang sudah ada yang menghilangkan salah satu dari unsur
tersebut.”
Tradisi budaya adat pengantin Melayu Jambi sudah banyak mengalami
perubahan bahkan ada yang dihilangkan dari segi motif, dan aksesorisnya, ini
di akibatkan dari kurangnya kepedulian/ kesadaran masyarakat akan tradisi
adat dan istiadat budaya yang dimiliki. Hal ini merupakan faktor terjadinya
pergeseran busana tradisi yang seharusnya dilestarikan oleh masyarakat
daerah itu sendiri. Khususnya untuk masyarakat generasi muda saat ini
mereka lebih mengenal model busana pengantin dengan hiasan dan
perlengkapan yang beraneka gaya. Perubahan kebudayaan yang terjadi
8 Arifah, A Riyanto , Teori Busana. Bandung : Yapemdo, 2003, hlm. 245
6
ditengah masyarakat
merupakan suatu modifikasi yang terjadi dalam perkembangan zaman, yang
disetujui secara sosial oleh masyarakat yang bersangkutan. Pergeseran yang
terjadi merupakan suatu fenomena zaman modern. Desain Busana pengantin
yang digunakan tampak berbeda, mulai dari model, warna, bahan dan
hiasannya.
Secara struktural budaya, masyarakat Kota Jambi merupakan pewaris
mutlak atas historis sejarah budaya tradisional Tanah Pilih Pusako Batuah,
karenanya masyarakat Kota Jambi senantiasa patuh pada hukum adat melayu
Jambi. Penduduk Kota Jambi mayoritas agama islam. Karenanya pakaian
yang dikenakan dalam keseharian baik pria maupun wanita cenderung
bernuansa islami terutama di pelosok pemukiman penduduk Kota Jambi.
Sebutan pakaian adat cenderung ditujukan kepada mempelai pengantin untuk
bersanding di pelaminan. Kemudian pakaian adat tersebut telah tersedia atau
disediakan oleh perias dan atau diadakan sendiri oleh pihak pengantin.
Terkadang pakaian adat pengantin ini dapat dipesan sesuai kehendak selera
pengantin termasuk corak dan warnanya. Sesungguhnya tidak demikian,
pakaian adat telah dibatasi baik bentuk dan warnanya karena memang telah
diadatkan dalam kemufakatan atas simbol dan memaknaannya secara turun
temurun dari pada pendahulu di wilayah Tanah Pilih Pusako Betuah, Kota
Jambi.9
Pakaian adat perkawinan selalu disarankan oleh pihak keluarga, tertua
adat dan tokoh masyarakat serta kelompok panitia upacara perkawinan.
Karena ragam jenis pakaian adat akan disesuaikan dengan upacara adat yang
akan dilaksanakan, seperti upacra penganugerahan gelar adat akan berbeda
pakaian yang dikenakannya. Namun, salah satu pakaian yang paling dikenal di
wilayah Melayu Jambi khususnya di Kota Jambi ialah baju teluk belango dan
baju kurung, berikut kelengkapan penutup kepala yang disebut tekuluk bagi
9 Masturoh, Pakaian Adat dan Tata Rias Penganten Kota Jambi, Kota Jambi : Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi dan Dewan Pengurus Daerah Himpunan Ahli Rias
Indonesia (HARPI) “Melati” Proviinsi Jambi, 2017, hlm. 69
7
para wanita dan kopiah bagi para pria.10
Sebenarnya dalam perjalanan pakaian khas Melayu Jambi berbentuk
teluk belango dan baju kurung ini bukan saja di saat perhelatan saja, tetapi
merupakan pakaian busana harian dari pria dan wanita melayu, hal ini terlihat
dari foto-foto klasik abad 19 dan awal abad 20 dimana para pria dan wanita
memakai teluk belango dan tekuluk untuk bekerja di sawah /ladang/humo atau
mencari kayu dan menjunjung bawaan di atas kepala. Dakam sejarah Kota
Jambi, Peristiwa penyerahan pusaka keris Singomarjayo milik pangeran ratu
kepada Asisten Residen Pemerintah Belanda di tahun 1906 terlihat pihak
Pangeran Ratu mengenakan busana teluk belango. Demikian juga saat
masyarakat wanita melayu memintal benang atau pada acara di desa atau
dusun menggunakan baju kurung dan tekuluk.11
Kebiasaan tersebut terabaikan karena derasnya budaya modern sehingga
terganti dengan pakaian yang dianggap lebih praktis maka teluk belango dan
baju kurung hanya menjadi pakaian pada acara-acara tertentu saja. Padahal
dari pakaian teluk belango dan baju kurung bukan saja berfungsi sebagai
penutup dan penghias badan, tetapi busana khas Melayu Jambi tersebut
merupakan penanda kemelayuan yang syarat dengan kearifan –kearifan dalam
wujud tatanan adat istiadat yang berlaku turun-temurun.12
Sebagai salah satu upaya pelestarian dan pengembangan seni budaya
sebagai khasanah budaya daerah Jambi, maka melalui surat keputusan
Gubernur Jambi Nomor 385/KEP.GUB/ORG/2009 tertanggal 15 Januari
2010 telah ditetapkan pakaian khas Melayu Jambi berupa teluk belango denga
kopiah hitam bagi laki-laki dan baju kurung pakai tekuluk dengan aksesoris
daerah sebagai pakaian dinas semua karyawan/ti di lingkungan Satuan Kerja
Perangkat Daerah Provinsi Jambi. Himbauan Gubernur tersebut direspon oleh
Bupati/walikota dan beberapa lembaga serta instansi vertikal, BUMN di
wilayah Provinsi Jambi, disamping pakaian Batik Jambi yang telah lebih
dahulu dimasyarakatkan. Menindak lanjutin Keputusan Gubernur tersebut
10
Masturoh, hlm. 67 11
Masturoh, hlm. 68 12
Masturoh, hlm. 69
8
maka dibuatlah Perda Provinsi Jambi Nomor 7 Tahun 2013 Bab XI Tentang
Pelestarian dan Pengembangan Pakaian Tradisional Melayu Jambi Pasal 14
ayat 2 yang berbunyi “Masyarakat didorong untuk menggunakan pakaian
tradisional Melayu Jambi dalam upacara adat, hajatan, peringatan kedaerahan,
dan pada hari-hari dan tempat tertentu. Di Perkuat lagi oleh Perda Kota Jambi
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Lembaga Adat Melayu Tanah Pilih Pusako
Batuah Kota Jambi Pasal 5 bagian (e) yang berbunyi “mendorong upaya agar
nilai-nilai budaya ditengah masyarakat adat Tanah Pilih Pusako Batuah Kota
Jambi dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari”. Dari kedua Perda
tersebut Pemerintah Kota Jambi Berusaha mempatenkan baju Pengantin Kota
Jambi agar masyarakat yang bertempat tinggal di Kota Jambi nantinya bisa
memakai pakaian adat pengantin yang telah di patenkan oleh Pemerintah Kota
Jambi. 13
Seperti pernyataan Datuk Azra’i saat peneliti temui di kediamannya, dia
mengatakan “ Sekarang pakaian pengantin Kota Jambi yang warna merah
dalam proses hak paten, sekarang kami juga lagi menyusun peraturan wali
kota yang mendorong masyarakat Kota Jambi untuk memakai pakaian
tersebut dalam acara pengantin dan acara adat lainnya dan juga tata rias di
Kota Jambi harus menyediakan pakaian adat Kota Jambi untuk merias calon
pengantin di Kota Jambi.”
Saat Observasi awal peneliti menemukan semakin langkanya orang-
orang tua yang mengelola pakaian pengantin dalam menanamkan nilai-nilai
budaya di Kota Jambi khususnya Kelurahan Kenali Besar. Banyak dan ada
kecenderungan para penghias pakaian pengantin, mendandani dan menghiasi
pengantinnya sesuai selera si penghiasnya dan tidak sesuai dengan kaedah-
kaedah nilai-nilai budaya yang ada. Di samping itu, saat ini secara hipotesis
pakaian pengantin tradisional mulai dirubah tidak sesuai dengan nilai-nilai
budaya lama lagi, bahkan sudah tidak digemari lagi oleh generasi penenerus,
baik dari segi bentuk dan aksesoris yang terdapat di pakaian. Sedangkan
kalangan orang tua tidak mengenal tradisi mencatat pengetahuan tentang
13
Masturoh, hlm. 70
9
pakaian pengantin, perhiasan dan kelengkapannya. Dengan demikian dalam
waktu singkat akan hilang pengetahuan tentang pakaian pengantin, perhiasan
dan kelengkapannya di Kota Jambi.
Literasi budaya pakaian adat ialah kemapuan masyarakat mengenali
pakayan adat, menemukan, mengavaluasi dan menggunakannya. Seseorang
yang dianggap literate apabila telah memahami secara substansial apa yang
menjadi objek kajianya. Mengakses pakaian adat pengantin melayu Kota
Jambi, merupakan proses yang dilalui agar mendapatkan informasi yang
diinginkan. Namun tidaklah mudah untuk mendapatkan informasi, perlunya
ketelitian saat menelusuri informasi yang tersebar luas diberbagai sumber. dan
didukung oleh kemampuan memfilter informasi yang baik supaya nantinya
informasi yang di dapat lebih akurat dan mutakhir. Rentan waktu dalam akses
informasi juga berpengaruh terhadap kualitas dan keakuratan dalam
memperoleh informasi.
Kelurahan Kenali besar merupakan salah satu kelurahan di Kota Jambi
yang penduduknya beraneka ragam suku yang mendiaminya seperti suku
Melayu Jambi, Minang, Batak, Bugis, Jawa, dan lainnya. Penduduk Kelurahan
Kenali Besar Menurut BPS Kota Jambi merupakan salah satu kelurahan yang
memiliki penduduk terbanyak di Kota Jambi. Oleh karena itu diharapakan
masayrakat jambi pada umumnya dan kalangan masyarakat Kelurahan Kenali
Besar Kota Jambi pada khususnya paham akan literasi pakaian adat sehingga
pakaian adat jambi bisa kita lestarikan turun temurun. Dari permasalah di atas
peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Literasi Pakaian Adat Melayu Kota
Jambi di kalangan masyarakat Kel.Kenali Besar Kota Jambi.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
a. Bagaimana kemampuan masyarakat Kelurahan Kenali Besar dalam
mengakses pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi?
b. Bagaimana kemampuan masyarakat Kelurahan Kenali Besar dalam
mengavaluasi, pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi?
10
c. Bagaimana kemampuan masyarakat Kelurahan Kenali Besar dalam
menggunakan pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi?
C. Batasan Masalah
Pembatasan ruang lingkup penelitian ditetapkan agar dalam penelitian
nanti terfokus pada pokok permasalahan yang ada beserta pembahasannya,
sehingga diharapkan tujuan penelitian nanti tidak menyimpang dari
sasarannya. Agar tujuan dari penelitian ini lebih jelas, tidak membingungkan,
dan dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya maka peneliti memfokuskan
penelitian ini pada pakaian adat pengantin yang informannya masyarakat yang
sudah menikahpada bulan juni sampai Desember tahun 2018 di kelurahan
Kenali Besar Kota Jambi.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui kemampuan masyarakat Kelurahan Kenali Besar
dalam mengakses pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi?
b. Untuk mengetahui kemampuan masyarakat Kelurahan Kenali Besar
dalam mengavaluasi, pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi?
c. Untuk mengetahui kemampuan masyarakat Kelurahan Kenali Besar
dalam menggunakan pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi ?
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Ilmiah
1. Sebagai sumbangan pemikiran penulis terhadap para membaca
khususnya untuk masyarakat Kel. Kenali Besar dalam memilih pakaian
adat pengantin.
11
2. Dapat dijadikan bahan kajian bagi peneliti berikutnya yang lebih
mendalam untuk memeperkaya dan membandingkan temuan temuan
dalam bidang ini.
b. Kegunaan Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan penilaian dan
informasi bagi masyarakat Kel. Kenali Besar dalam menggunakan
pakaian adat perkawinan melayu Jambi.
2. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana S.1 pada jurusan
Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
12
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pegertian literasi
Literasi informasi dapat diartikan sebagai melek informasi, menurut
(American Library Association/ALA) literasi informasi adalah kemampuan
yang diperlukan seseorang untuk mengenali kapan informasi diperlukan dan
memiliki kemampuan mengakses, mengevaluasi, dan menggunakannya secara
efektif. Dalam lingkup bidang perpustakaan dan informasi khususnya, literasi
informasi ini dapat dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan
memanfaatkan secara besar informasi yang tersedia di internet. Meskipun tidak
secara mutlak bahwa informasi itu pasti berada atau dapat ditemukan hanya di
internet. Banyak sumber-sumber lain yang berisi informasi penting seperti
perpustakaan, lembaga arsip, direktori, bibliografi, almanak, indeks, surat
kabar dan lainnya. Namun internet memang telah benar-benar mewakili
hampir keseluruhan informasi yang telah beredar dan populer. Oleh sebab itu,
pengetahuan tentang literasi informasi sangat identik dengan penguasaan
teknologi digital. 14
Literasi informasi adalah merupakan kunci dari pembelajaran sepanjang
hayat. Information power menawarkan seperangkat dari sembilan standar dari
literasi informasi yang didesain. Bermaksud untuk membimbing dan
mendukung para pengusaha dan pengrajin terhadap usaha-usaha didalam tiga
area-area utama; pembelajaran dan pengajaran, akses informasi dan
mengevaluasi informasi.15
Sementara itu Work Group on Information Literacy dari California State
University, mendifiniskan literasi informasi sebagai kemampuan untuk
menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dalam berbagai
14
Aris Nurohman,”Signifikansi literasi informasi (information literacy) dalam dunia
pendidikan di era global“.Jurnal kependidikan. vol. II No.1, Mei 2014, hal 2. 15
Farida Ida dkk. Information Literacy Skil: Dasar Pembelajaran Seumur Hidup.
(Jakarta: UIN Jakarta Press. 2005).Hal.35
13
format.16
Dari beberapa pengertian literasi informasi diatas dapat kita simpulkan
bahwa literasi informasi adalah skill yang harus dimiliki oleh seseorang dalam
mengindentifikasi dan membatasi masalah yang dibutuhkan kemudian
mengetahui dimana lokasi informasi itu dapat diperoleh, dari informasi yang
didapat perlu mengevaluasi agar informasi diperoleh secara tepat, setelah itu
mampu mengorganisir informasi tersebut dan menggunakannya dalam
mememcahkan masalah serta dapat mengkomunikasikan informasi tersebut
secara etis.
B. Literasi pakaian adat melayu Jambi
Menurut sudut pandang peneliti definisi literasi pakaian adat melayu
jambi merupakan kemampuan seseorang/ masyarakat dalam menggali atau
mengakses informasi tentang pakaian adat melayu Jambi sehingga bemanfaat
baginya. Informasi yang didapat akan dievaluasikemudian akan digunakan
kedalam kehidupannya. Dikatakan bahwa literasi merupakanskill seseorang
dalam mengelola informasi dari mulai mengkakses, mengevaluasi dan
menggunakannya sebagai informasi yang akurat. Contohnya seseorang ingin
menggunakan pakaian adat melayu jambi saat resepsi pernikahannya, pertama
orang tersebut mencari tau tentang pakaian adat melayu Jambi dengan cara
mencari tau sebanyak mungkin tentang pakaian adat melayu Jambi dari
mengakses internet sampai menanyakan ahli tentang pakaian adat melayu
jambi. Setelah informasi banyak terkumpul barulah informasi tersebut di
evaluasi sesuai dengan kebutuhan si pengguna, setelah dapat informasi yang
akurat barulah informasi tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan.
16
Ida Fajar Priyanto. Literasi informasi . Jurnal Media Informasi : Forum Komunikasi
Perpustakaan. (Bandung: UGM. 2013). hlm. 42
14
C. Tujuan Literasi
Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting untuk
dimiliki seseorang terutama dalam dunia akademis. Pada saat ini semua orang
dihadapkan dengan berbagai jenis sumber informasi yang berkembang sangat
cepat, akan tetapi belum tentu semua informasi itu dapat dipercaya dan sesuai
dengan kebutuhan para pencari informasi.17
Literasi informasi akan membuat orang dapat belajar secara mendiri dan
dapat berinteraksi dengan berbagai informasi. Menurut Doyle dalam
Wijetungedengan memiliki keterampilan literasi informasi maka seorang
individu mampu:
3. Menentukan informasi yang akurat dan lengkap yang akan menjadi dasar
dalam mengambil keputusan.
4. Menentukan batasan informasi yang dibutuhkan
5. Memformulasikan kebutuhan informasi.
6. Mengidentifikasi sumber informasi yang potensial.
7. Mengembangkan strategi penelusuran yang sukses.
8. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien.
9. Mengevaluasi informasi.
10. Mengorganisasikan informasi.
11. Menggabungkan informasi yang dipilih menjadi dasar
pengetahuan seseorang.
12. Menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan paparan yang telah diuraikan di atas, maka literasi
informasi mempunyai tujuan untuk membantu seseorang dalam memenuhi
kebutuhan informasinya baik untuk kehidupan pribadi (pendidikan,
kesehatan, pekerjaan) maupun lingkup masyarakat.18
17
Farida Ida, hlm.100
18 Yudistira. “Literasi Informasi Pustakawan di Perpustakaan Fakultas Tekhnik UGM
Menggunakan Pengembangan Model The Big6”. Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol.
13 No. 1, Juni 2017, hlm.101
15
D. Manfaat Literasi
Dengan memiliki kemampuan literasi informasi kita mudah mengatasi
dalam berbagai hal berkaitan dengan kegiatan penelusuran informasi. Literasi
informasi bermanfaat dalam persaingan di era globalisasi informasi sehingga
pintar saja tidak cukup tetapi yang utama adalah kemampuan dalam belajar
secara terus-menerus. Selain itu menurut beberapa manfaat literasi informasi
yaitu:
13. Membantu mengambil keputusan literasi informasi membantu kita dalam
mengambil keputusan untuk memecahkan masalah. Ketika orang tersebut
memiliki informasi yang cukup maka orang tersebut dapat mengambil
keputusan dengan tepat.
14. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan Dengan
memiliki kemampuan literasi informasi maka semakin terbuka untuk selalu
melakukan pembelajaran sehingga dapat belajar secara mandiri.
15. seseorang yang memiliki kemampuan berliterasi bisa menciptakan
pengetahuan baru.
Kemampuan literasi membantu memilih informasi mana yang benar dan
mana yang salah. Sehingga tidak mudah percaya dengan informasi yang
diperoleh dan dengan begitu akan muncul pengetahuan baru. Berdasarkan
uraian tersebut di atas, makadapat diketahui bahwa literasi informasi
mempunyai manfaat di era globalisasi informasi bagi semua orang khususnya
pustakawan. Pustakawan yang menguasai literasi informasi mampu mengelola,
menggunakan dan mengevaluasi inforamsi tersebut menjadi sebuah
pengetahuan untuk menyelesaikan suatu masalah dan berguna untuk
mengambil suatu keputusan.
16
E. Pengertian dan Konsep pakaian adat melayu Kota Jambi
1. Pengertian Pakaian adat melayu Kota Jambi.
Kata pakaian berasal dari bahasa Sansekerta “bhusana”. Namun dalam
bahasa Indonesia terjadi pergeseran arti “busana” menjadi “padanan
pakaian”. Busana merupakan segala sesuatu yang kita pakai mulai dari
ujung rambut samapai ke ujung kaki, mencakup pakaian yang utama,
pelengkap (mileneris dan aksesories), dan tata riasnya. Sedangkan pakaian
dalam arti sempit merupakan bagian dari busana yang digunakan untuk
menutupi bagian-bagian tubuh.19
Pakaian dan busana adalah dua kalimat yang berbeda tetapi dalam
pengertiannya sama, yaitu; pakaian, aksesoris, dan tata riasnya. Pakaian
pengantin adalah aksesoris, dan tata riasnya. Pakaian pengantin adalah
pakaian aksesoris dan tata rias yang dikenakan oleh mempelai/ pengantin
dalam acara peresmian/ pernikahan di suatu lingkungan etnis daerah
tertentu. Pakain ini mencerminkan kepribadian dan penanda status social si
pemakai yang memiliki fungsi serta makna yang khas. Selain itu pakaian
pengantin juga dapat menyampaikan pesan atau image kepada orang yang
melihat. Untuk itu dalam berpakaian banyak hal yang perlu diperhatikan
dan pertimbangkan, sehingga diperoleh busana yang serasi, indah dan
menarik.20
Pakaian Adat Melayu Kota Jambi ialah Pakaian yang di buat untuk
acara adat di Kota Jambi salah satunya seperti pernikahan, pakaian adat
melayu Kota Jambi memiliki ciri khas yang di buat sesuai dengan alam dan
lingkungan sekitar yang lengkap dengan makna-makna simboliknya yang di
dominasi warna Merah. Saat ini pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi
masih dalam proses pendaptaran hak patennya.21
19 Nurlaini, Jusuf Martun, Ragam Pakaian Pengantin Melayu Jambi Provinsi Jambi,
(Jambi :Amara Book, 2014) hlm. 1 20
Nurlaini, Jusuf Martun, hlm. 2 21
Nurlaini, hlm. 3
17
2. Kearifan Busana Khas Melayu Jambi
Secara umum busana khas Melayu Jambi sejenis potongan model baju
kurung baik untuk pria maupun wanita. Pembeda dari kedua peruntukaan
itu terlihat dari modelnya. Model baju untuk pria terdiri dari baju dan celana
panjang, sedangkan wanita baju kurung terusan sampai di bawah lutut serta
mengenakan tekuluk. Pengertian kurung untuk baju pria maupun wanita
bermakna “terkurung” atau “dikurung” dalam aturan-aturan yang layak dan
patut sebagaimana tatanan adat istiadat. Ketika pengenakannya ke badan
dimulai dari memasukkan tangan atau kepala baru diluruskan kebawah
menyiratkan bahwa adat istiadat dimaksud mulai diterapkan dari
masyarakat level atas sampai ke masyarakat umum. Selain itu kebersihan
dan keputihan hati seorang manusia dimulai dari maindset pemikiran dan
terwujud dalam tindak dan prilaku seseorang.22
Pengaruh islam tampak dari perkembangan pakaian-pakaian penutup
aurat dan hanya untuk bekerja kemudian menjadi suatu identitas Masyarakat
Melayu. Pakaian yang lapang menyimbolkan lapang hati, tidak susah
dengan persoalan yang dihadapi karena tak ada benang yang kusut yang tak
dapat diurai dan tk ada air yang keruh yang tak dapat dijernihkan melalui
kesepakatan dan kerapatan adat yang menerapkan aturan-aturan yang layak
dan patut serta aturan dan ajaran agama serta ketentuan-ketentuan hukum
positif lainnya. Dengan berlapang hati maka “kalau hiruk dihulu di
kehulukan, hiruk di hilir di kehilirkan dan kalau hiruk ditengah
dikampungkan” Dengan aturan dan mekanisme tersebut maka terciptalah
keserasian dan keseimbangan di antara anggota masyarakat dan
lingkungannya. Berbagai persoalan yang telah diputuskan melalui “bulat
aek di pembuluh, bulat kato dek mufakat“ akan diterima dengan lapang
dada. Falsafah berlapang-lapang kealam lebar tampak pada baju yang
lapang, lengan dan kaki celana yang cukup lebar.23
22
Masturoh, hlm. 71 23
Masturoh, hlm. 72
18
Dari bentuk umum tersebut berbagai bentuk potongan dan cara jahitan
serta tata cara memakainya menunjukkan busana melayu ini banyak
mengandung falsafah yang indah, bermakna luas yang menunjukkan
perkembangan kearifan dan kematangan cara berfikir orang melay. Dari
bentuk dan corak busana melayu ini mengandung makna adanya “budi”
dalam arti akal, pikiran dan kematangan berfikir sehingga dari proses
interaksi dinamis dengan lingkungan dan anasir yang mempengaruhinya
telah membentuk pengayaan kesederhanaan dan etika moral pada cara-cara
pemakaian dengan bentuk-bentuk lipatan yang diatur secara adat, sopan
santun sebagaimana tertuang dalam “adat bersendi syarak, syarak bersendi
kitabullah”. Padanan yang layak, sopan, menutup aurat yang selain dituntun
oleh adat istiadat masyarakat melayu juga ada tatanan ajaran agama.24
Busana melayu untuk pria terdiri dari ; (1) pakaian harian biasa, (2)
pakaian harian resmi, (3) pakaian adat dan, (4) pakaian pengantin. Pakaian
harian merupakan pakaian yang dipakai sehari-hari dalam keseharian.
Pakaian harian resmi merupakan pakaian yang digunakan dalam acara-acar
resmi baik yang bersifat keagamaan kenegaraan atau kekeluargaan. Pakaian
harian resmi ini juga beragam baik warna maupun dasar bahannya. Pakaian
harian biasa dengan celana panjang dan bajunya berbentuk kemeja dengan
memakai atau tidak memakai sarung. Kaum wanita mengenakan sarung
dengan baju kebaya, baju kurung atau baju yang lain dengan kain penutup
kepala. Pakaian resmi inilah yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur
Jambi dengan tata cara potongan atau model. Waktu pemakaian dan lain
sebagainya secara seragam dalam rangka membudayakan dan
membudayakan kearifan local melalui busana serta peningkatan
kedisiplinan setidaknya bagi karyawan/ti di lingkungan Pemerintah Daerah
kendati corak sama dan bahan relative berfariasi antara satu dengan yang
lain. Dengan memasyarakatkan kembali, juga memberikan nilai ekonomis
kerakyatan terhadap perkembangan home industri yang memproduksi batik
24
Masturoh, hlm. 73
19
Jambi, karena dibutuhkan sebagai bagian dari busanawanita/. Hal ini pun
sebagai upaya melestarikan seni dan budaya melalui karya seniu border, tata
pemasangan tekuluk yang memerlukan seni tersendiri. 25
Pakaian adat ialah pakaian yang telah dibakukan oleh masyarakat adat
sesuai wilayah adat masing-masing. Pakaian adat dipakai pada acara-acara
seremonial adat setempat. Pakaian adat memang sangat beragam karena ada
yang disebut pakaian adat dan pakaian adat istiadat. Salah satunya masih
terdapat di Seberang Kota Jambi, kaum wanita memakai kain sarung dua (2
helai); satu helai untuk melilit tubuh dan satu helai lagi untuk mengerudungi
kepala sampai ke dada seperti memakai cadar. Pemakaian sarung dua helai
yang menjadi adat istiadat ini sudah jarang dipergunakan karena
perkembangan zaman. Dari keragaman pakaian adat masing-masing daerah
di Provinsi Jambi relative sama, karena mempunyai landasan dan prinsip
yang sama; “titian teras tango batu, cermin gedang idak kabur, lantak
dalam idak goyah; adat bersendikan syara’, syara’ bersendikan
kitabullah”. Perbedaan yang tampak hanya dari bentuk hiasan atau
aksesoris, warna dan bahan serta perhiasan yang dapat dibenarkan karena
“adat samo ico pakai berlainan” yang disesuaikan oleh kesepakan
masyarakat pendukungnya merupakan aturan, cara, system yang mengatur,
mengendalikan dan memberi arah kepada perilaku perbuatan anggota
masyarakat di suatu komunitas, diisyaratkan dalam “hidup dikandung adat
mati dikandung tanah”. Secara harfiah kata teluk dan belango tidak ada
korelasinya. Teluk selain diartikan sebgai laut yang masuk ke darat juga
berarti keluk. Sedangkan belango selain sebagai periuk yang terbuat dari
tanah “belanga” juga berarti terbuka lebar, ternganga, tidak bercuping.
Panduan dua kata membentuk wujud keluk yang terbuka sehingga teluk
belango diartikan sebagai busana dengan baju (potongan) melayu yang tidak
berleher atau terbuka. Kerahnya membulat seperti belanga.26
25
Masturoh, hlm. 74 26
Masturoh, hlm. 75
20
Lipat kerah baju membentuk melingkar leher yang istilahkan cekak.
Abtara kata cekak digabungkan dengan kata musang, maka symbol yng
diungkap adalah bentuk baju yang berleher tinggi. Ini mengacu kepada leher
musang yang tinggi (panjang). Istilah cekak musang adalah istilah yang
feminim dengan alam lingkungan fauna yang diadopsi ke kondisi bentuk
jahitan pada busana melayu pria. Kerah tinggi pada leher, baju tidaklah
mungkindapat memuat kepala ketika baju dikenakan maka dipergunakn
belahan yang disebut belah buluh. Fakta membelah buluh tidaklah terbelah
habi, tetapi terbatas sehingga belah buluh pada leher baju teluk belango
tidak sampai lepas ke bawah, panjang belahan sekitar 22cm. angka 22
melambangkan pasangan atau berpasangan, ada susah ada senang dan
seterusnya dalam runutan hukum islam. Symbol-simbol ajaran islam
diterapkan pada bebrapa hal; dari jumlah kancing baju sebanyak 5,
mengingatkan rukun islam yang 5, secara berurutan 3 buah di bagian dada 2
buah sebagai pengikat kerah baju diibaratkan syahadat, sholat dan puasa
yang hartfiahnya di dalam hati sanubari, sedangkan zakat atau haji
tergantung kemampuan yang bersangkutan. Sedangkan belah buluh pada
pakaian baju kurung wanita tidaklah berkancing, tetapi diikat dengan tali
kain secara berurutan membentuk rangkaian kerangka tulang yang disebut
ikatan ikutan trulang belut yang membatasi dan menutup pandangan bagian
dada wanita, panjang belahan biasanya berkisar 5 jari.
Berbeda dengan lipatan kain untuk wanita dengan dua lipatan yang
memberikan batasan gerak dan sekaligus menggambarkan keanggunan
seorang wanita, dengan demikian bagi laki-laki yang melipat kain dua
lipatan sering di juluki “bekain macam betino”. Untuk laki-laki, kain yang
dipergunakan adalah kain biasa yang dipakai sehari-hari sedangkan pada
acara-acara adat digunakan bahan kain songket. Tidak dilazimkan bagi pria
memakai kain batik, kerana kain batik diperuntukkan untuk wanita. Kepala
kain sareung berada dibelakang untuk pria, sedangkan kepala kain yang
dipakai oleh wanita berdaa di depan yang sekaligus menjadi penghias
21
dipangkuan ketika duduk melipat kaki/ bersimpuh. Pelipatan kain pada
hakikatnya sebgai sarana penutup aurat baik laki-laki maupun perempuan.
Kain yang dilipat menutup baju dan celana (kain berada di luar) disebut
lipatan kain dagang luar. Dan ini merupakan lipatan standar ketika
mengenakan busana teluk belango. Pengertian dagang dimaksudkan keluar
rumah atau pergi merantau, sehingga penggunaan lipatan kian sebagai atta
cara ketika keluar rumah atau bepergian. Lipatan kain dibawah baju ( baju
berada di luar) disebut lipatan kain dagang dalam , seperti yang kita lakukan
disaat sholat. Kelengkapan lain bagi laki-laki menggunakan tutup kepala
standar berupa kopiah hitam, sedangkan untuk wanita menggunakan tutup
kepala dari kain batik dengan cara melipat dengan lipatan-lipatan tertentu
sesuai dengan kebiasaan masyarakat daerah setempat yang di sebut tekuluk
berarti kain kepal, kerudung yang termasuk konfigurasi beragam
diantaranya tekuluk sekabung, tekuluk tigoito merupakan kain polos dan
ujung-ujungnya dihiasi kain yang di lepit-lepit. Untuk hajatan, pengantinan
atau antaran adat, kuluk yang dipakai disebut cukin. Tekuluk anatran adat
kainnya panjang , sampai kepinggang yang berfungsi untuk menaruh
uncang/. Tempat sirfih atau cerano kelengkapan anataran adat. Tekuluk
yang ujungnya panjang ini bias di pakai oleh ibu-ibu ketika menggendong
anak atau memanyunginya yang sedang digendong. Ujung tekuluk yang
melimbai ke kiri menunjukkan pemakainnya masih gadis/ sendiri.
Sedangkan yang melimbai ke kanan berarti telah berkeluarga. Posisi limbai
ini memberikan batasan sikap perilakau dan tatanan sopan santun bagi
pihyak lain. Tidak kurang 86 jenis lipatan tekuluk yang ada di Provinsi
Jambi, dan yang terbanyak jenisnya di Kabupaten Merangin dengan fungsi
yang berbeda- beda. Semisal, tekuluk yang di pakai untuk nyelawat atau
bekerja akan berbeda dengan tekuluk untuk keperluan hajatan.27
Celana pada teluk belango awalnya diikat dengan tali celana, sekarang
dijahit lebih praktis dengan model celana biasa berkantong dua, tiga atau
27
Masturoh, hlm. 76
22
empat. Sedangkan kantong baju tiga buah, satu di kiri atas dan dua dibagian
bawah kiri dan kanan yang ketika memakai kain tertutup dengan lipatan
yang menyimbolkan simpanan atau aib diri dan keluarga tetutup dan
ditutupi dari pihak yang tidk terkait seperti gambaran seloko adat “biar
pecah di perut dari pecah di mulut”. Kelengkapan lain sebagai alas kaki
dapat berupa sepatu atau selop sepatu dan sandal yang sesuai dengan acara
yang dihadiri. Penggunakan sandal jepit sangat dihindarkan karena
penggunaannya yang kurang sesuai untuk dipakai ke acara-acara resmi
tersebut. Adapun pakaian adat perkawinan boleh dikatakan lebih rumit
terutama pada perlengkapan dan cara peletakan atau pemasangannya
termasuk beberapa keterangan baik bentuk maupun simbo-simbol yang
terkandung di dalamnya. 28
Gambar 2.1 Pakaian Pengantin Melayu Kota Jambi
28
Masturoh, hlm. 77
23
3. Pakaian adat Melayu Kota Jambi dan Maknanya
Pakaian menjadi ukuran dari kualitas martabat dan kesopanan
pemakainya. Desain atau pola dalam pakaian itu mengandung nilai
keserasian dan keindahan. Perkembangan rasa estetika manusia kemudian
menyebabkan perkembangan busana yang beraneka ragam. Hal ini juga
berkaitan dengan pandangan hidup, corak kebudayaan suatu bangsa atau
kelompok. Seperti halnya dalam pakaian adat pengantin, pakaian adat
pengantin merupakan cerminan dari suatu kebudayaan yang berasal dari
pandangan hidup masyarakatnya dalam adat Kota Jambi, pakaian
berkembang berdasarkan pandangan hidup yang terjadi karena kemampuan
masyarakat Kota Jambi berpikir dan mengenal lambang akibat dari proses
adaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Berikut pakaian adat pengantin
melayu Kota Jambi dan Maknanya :
a. Pakaian Pengantin Wanita dan Maknanya29
1). Sanggul lipat Pandan
2). Rambut Pilin Limo
3). Bungo Jurai ( bahan kuncup bungo Cempako segar) yang dirangkai
menjurau disamping sanggul sebelah kanan atau terbuat dari bahan
kertas warna kunng dan putih. Melambangkan seorang wanita yang
harum/ wangi dan cantik yang menerangi rumah tangga.
4). Bungo Rampai Hidup meliputi daun pandan, cempako putih
cempako kuning, bungo kenanga hijau, bungo tanjung atau terbaut
dari bahan kertas warna warni. Melambangkan perlindungan,
dimana ibu dapat membawa kesejukan dan kesegaran dalam rumah
tangga.
5). Anting-Anting, bentuk anting-anting menyerupai kupu-kupu atau
gelang bajor (menyerupai cincin) yang terbuat dari emas perak.
29
Masturoh, hlm. 78
24
Melambangkan tugas dan tanggungjawab seorang dalam
menjalankan tugas rumah tangga.
6). Kalung (1) Kalung Rantai 9 : bahan terbuat dari tembaga sepuh emas,
terdiri dai Sembilan rantai kecil yang dikaitkan dengan seuntaian
rantai besar. Kalung ini cerminan dari masyrakat sepucuk jambi
Sembilan lurah serta semboyan persatuan dan kesatuan wilayah
kesultanana jambi. (2) Kalung tampak gayo :Bahan tembaga sepuh
emas, terdiri dari 3 lempengan yang dirangkai dengan rantai, setiap
ranta dihiasi motif flora (Bunga melati). Melambangkan cerminan
ketabahan hati seorang wanita dalam menghadapi rintangan di
rumah tangga untuk mencapai kebahagiaan/rumah tangga yang
sakinah. (3) Kalung anak ayam.
7). Hiasan bagian tangan (1) Gelang kano, Gelang ceper, Gelang
penggerigi, Gelang belah rotan, Gelang karang permato dan gelang
pintal dipasangkan di pergelangan tangan, bermotifkan flora (Daun
dan Bunga). Melambangkan seorang pengantin wanita yang tidak
boleh diganggu karena sudah ada yang punya. (2) Cincin terdiri dari
: Cincing Kijang dan Cincin Belah Rotan.
8). Baju Kurung Pendek (Lengan ¾) : Bahannya beludru merah bersulam
benar emas bermotif bunga tanjung, bunga teratai, bunga kangkung,
bunga pucuk paku (pakis) dan bunga pucuk rebung.
9). Pending (Ikat Pinggang) : bahannya tembaga sepuh emas denga motif
flora fauna, dililitkan dipinggang pengantin. Melambangkan sang istri
harus dapat mengatur pengeluaran rumah tangga sesuai dengan
pendapatan sang suami.
10). Cinde Pelangi (Selendang) dikaitakan di pinggang yang terdiri dari
warna hijau, kuning dan merah yang terbuat dari bahan sutera dan
sejenisnya30
30 Masturoh, hlm. 79
25
11). Teratai Tanjung Silam : Penutup dada yang terbuat dari bahan beludru
merah (Sesuai dengan pakaian) dengan motif bunga teratai bertaburan
ditengah, pinggiran ditutup bulatan yang diberi rumbai manik-manik.
Melambangkan suami dan istri dalam mengarungi rumah tangga yang
penuh teka-teki, harus berani berjuang dan bekerja.
12). Kain sarung songket jambi dengan motif bunga tanjung, bunga teratai,
bunga kangkung, bunga pakis, pucuk rebung, tampuk manggis, durian
pecah dan kembang durian. Melambangkan keagungan wanita. Kain
songket tersebut juga yang berfungsi sebagai pelengkap kain panjang.
13).Selop (Sandal) berlekat benang emas motif flora yang berbentuk
kolong kayu sebagai pelengkap pakaian.31
b. Pakaian Pengantin Pria dan Maknanya
1). Lacak/tanjak (Topi) : Bahan kain beludru merah bersulam benang
emas, motif flora dinamakan juga kepak ayam patah dan gagak
hinggap sebelah kiri diberi bunga juari (Cemapaka kuning atau putih).
Melambangkan pemabatasan tingkah laku bagi laki-laki yang beristri.
2). Kemeja putih berkerah lengan panjang
3). Rompi yang terbuat dari kain beludru merah bersulam benang emas
motif bunga tanjung, bunga teratai, bunga kangkung, pakis, pucuk
rebung, tampuk manggis, durian pecah dan kembang durian.
4). Baju jas terbuka (Tanpa kancing) terbuat dari bahan beludru merah
bersulam benang emas bermotif bunga tanjung, bunga teratai, bunga
kangkung, pakis, pucuk rebung, tampuk manggis, durian pecah dan
kembang durian, bentuknya menyerupai jas tanpa kancing
melambangkan ketinggian peranan seorang suami.
5). Sarung songket terbuat dari bahan beludru merah bersulam benang
emas bermotif bunga tanjung, bunga teratai, bunga kangkung, pakis,
pucuk rebung, tampuk manggis, durian pecah dan kembang durian.
31
Masturoh, hlm. 80
26
6). Pending (Ikat pinggang) bahannya tembaga sepuh emas denga motif
flora fauna, dililitkan dipinggang pengantin. Melambangkan
pengantin dapat mengatur pengeluaran rumah tangga.
7). Keris terbuat dari besi bentuk tujuh dan hulu gading bermotif kepala
burung elang. Keris ini diselipkan di pinggang pengantin pria.
Melambangkan cerminan kearifan dan keadilan dalam bertindak.
8), Selop (Sandal) berlekat benang emas motif flora yang berbentuk
kolong kayu sebagai pelengkap pakaian.32
F. Faktor-faktor minat calon pengantin memilih pakaian pengantin
Minat adalah sikap individu tentang ketertarikan atau keinginan pada
sesuatu. Minat ini akan mendorong seseorang untuk melakuakan sesuatu agar
dapat memperoleh apa yang diinginkannya. Minat merupakan salah satu unsur
kepribadian yang memegang peranan penting dalam mengambil keputusan
masa depan. Minat mengarahkan individu terhadap suatu obyek atau dasar rasa
senang atau tidak senang, perasaantersebut merupakan dasar suatu minat. Jadi,
minat seseorang dapat diketahui dari pernyataansenang atau tidak senang
terhadap suatu obyek tertentu. Minat juga berhubungan dengan gaya gerak
yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang,
benda, kegiatan, dan pengalaman, yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.33
Pendapat lain mengatakan minat adalah rasa suka dan rasa keterkaitan
pada suatu hal aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan atas suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu diluar diri,
semakin kuat dan dekat hubungan tersebut, semakin besar pula rasa
minatnya.34
Ditambahkan oleh pendapat lain yang mengatakan minat
merupakan suatu yang dapat timbul karena adanya daya tarik dari luat dan juga
dating dari sanu bari. Sehingga Minat merupakan salah satu unsur kepribadian
individu terhadap suatu obyek atas dasar rasa senang atau tidak senang
32
Masturoh, hlm. 81 33
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007) hlm. 112 34
Winkel, W. S, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi. 2004) hlm. 212
27
merupakan dasar dari suatu minat. Suatu minat seseorang dapat diketahui dari
pertanyaan senang atau tidak senang terhadap obyek tertentu.35
Adapun faktor faktor yang mempengaruhi minat yaitu:
1. Faktor intern
Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang sendiri meliputi umur
atau usia dan tahap Daur Hidup, Pekerjaan dan gaya hidup seseorang,
Faktor ini merupakan faktor utama dari sebuah keputusan seseorang suatu
minat di landasi oleh karakteristik seperti umur, keadaan ekonomi, gaya
hidup. Faktor usia mempengaruhi selera seseorang sesuai dengan umurnya.
Faktor ekonomi, keadaan ekonomi ini mempengaruhinya seseorang dapat
memilih sesuatu dengan mempertimbangkan pendapatan pribadi, sehingga
jika ekonomi tinggi maka pemilihan dan tinggkat minatnya pun lebih tinggi
pula. Faktor gaya hidup, orang yang berasal dari subkultur, kelas sosial dan
pekerjaan yag sama dapat mempengaruhi gaya hidup yang berbeda. Gaya
hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan yang tercermin pada dirinya,
sehingga dapat mempengaruhi minatnya.36
a). Faktor pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi suatu minat atau kehendak
seseorang, sehingga kelompok yang berhubungan dengan jabatan,
keadaan ekonomi dan akan mengidentifikasi suatu kebutuhan
seseorang. Semakin tinggi jabatannya semakin tinggi pula rasa
keinginan pada suatu hal yang diinginkan.
b). Faktor gaya hidup
Orang yang berasal dari subkultural, kelas sosial dan pekerjaan
yang sama dapat Faktor gaya hidup, orang yang berasal dari
subkultur, kelas sosial dan pekerjaan yag sama dapat mempengaruhi
gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup seseorang menunjukkan pola
35
Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) hlm. 57
36 Bilson Simanora, Panduan Riset Perilaku Konsumen. (Jakarta : PT GramediaPustaka
Utama, 2004) hlm . 10
28
kehidupan yang tercermin pada dirinya, sehingga dapat
mempengaruhi minatnya.37
2. Faktor Eksternal
Perilaku seseorang salah satunya minat juga dipengaruhi oleh faktor
sosial seperti kelompok dan keluarga. Kelompok yang berpengaruh
langsung dalam anggota, yaitu disebut kelompok keanggotaan. Kelompok
pimer yaitu kelompok yang berinteraksi secara tidak formal seperti
keluarga, teman dan sebagainya. Faktor sosial ini dapat mempengaruhi
seseorang dalam menentukan pilihannya. Faktor keluarga dapat
memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku minat seseorang.
Keluarg orientasi memberikan arahan dalam hal tuntunan agama, politik,
ekonomi, dan harga diri. Sehingga faktor sosial merupakan faktor yang
berpengaruh dalam suatu minat seseorang.38
a). Faktor keluarga
Faktor keluarga yang paling berpengaruh terhadap pola berfikir
anak dalam menentukan keputusan. Tinggi rendahnya pendidikan
orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurangnya
perhatian atau bimbingan orang tua sering sekali mempengaruhi pola
berfikir anak, salah satunya menentukan dalam berbusana.39
b). Faktor lingkungan sekitar
Keadaan lingkungan dan tempat tinggal, juga sangat penting
dalam mempengaruhi pola berfikir seseorang. Keadaan lingkungan
bangunan rumah, dan suasana sekitar. Sekeliling rumah dengan
tingkat pendidikan, pola berfikir seseorang dengan kebiasaan yang
sudah ada. Sehingga lingkungan sekitar merupakan faktor pendukung
37
Bilson Simanora, 12
38 Bilson Simanora, hlm. 13
39 Daryono, hlm, 59
29
suatu minat seseorang dimana suatu kebiasaan yang sudah ada
ditanamkan dari lingkungan sekitar.40
c). Faktor ekonomi
Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan pola
berfikir seseorang. Kebutuhan seseorang dalam melangsungkan
pernikahan sangatlah banyak dalam hal nominal. Seperti memenuhi
dalam suatu acara pernikahan, busana yang dikenakan, tempat yang
digunakan, hidangan, dan masih banyak lagi perlengkapanm yang
dibutuhkan. Kebutuhan itu akan tercukupi jika keluarga memiliki
cukup uang. Sehingga ekonomi merupakan faktor yang mendorong
faktor intern sehingga segala sesuatu kebutuhan saat melangsungkan
pernikahan tercukupi sesuai keinginan atau kehendak seseorang calon
pengantin.41
Gambar 2.2 Faktor minat
40
Daryono, hlm, 60
41 Slameto. 2010. Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. (Jakarta : Rineka
cipta, 2010) hlm. 63
FAKTOR MINAT
FAKTOR
EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL
3. Keluarga
4. Lingkungan
1. Pekerjaan
2. Gaya hidup
30
G. Studi Relevan
Tabel 3.1 Studi Relevan
NO ITEM PENELITIAN I PENELITIAN II PENELITIAN III
1 JUDUL Mengenal Kerajinan
Pakaian Adat Pengantin
Pak Sangkong di Sumatera
Selatan
Faktor-Faktor Minat
Calon Pengantin dalam
Memilih Busana
Pengantin Di Desa
Pabelan Kecematan
Kartasura Kabupaten
Sukoharjo
Modifikasi Tata Rias
Pengantin Dalam
Upacara Pernikahan
Adat di Kecamatan
Kumun Debai
Kabupaten Kerinci
2 TEMPAT
PENELITIAN
Desa Tanjung Batu,
Kabupaten Ogan Ilir,
Sumatra Selatan.
Desa Pabelan
Kecematan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo
Kecamatan Kumun
Debai Kabupaten
Kerinci
3 PENULIS Susilawati Anisa Rahmawati Silvia Herman
4 TAHUN 2016 2015 2016
5 METODE Kualitatif Kuantitatif Kualitatif
6 TEORI 16. Karakteristik Pakaian
Adat Pengantin Pak
Sangkong di Sumatera
Selatan
17. Pakaian Pengantin/
Songket
18. Aksesori Pakaian
Pengantin
19. Busana Pengantin
Internasioanal
20. Busana Pengantin
Tradisional
21. Faktor Internal
22. Faktor Eksternal
23. Faktor Lain-lainnya
24. Tata Rias Wajah dan
Penataan Rambut
Pengantin 25. Kosmetika
26. Busana Pengantin
Tradisional Kumun
Debai
27. Makna/ Filosofis
Busana Pengantin
Masyarakat mengakses/ memilih pakaian
pengantin berdasarkan faktor internal dan
eksternal
31
7 HASIL
PENELITIAN
Pertama, Pakaian Adat
Pengantin Pak Sangkong di
Sumatera Selatan masih di
gunakan khususnya oleh
masyarakat Desa Tanjung
Batu, Kabupaten Ogan Ilir
Kedua, Pembuatan Pakaian
Adat Pengantin Pak
Sangkong di Sumatera
Selatan diawali dengan
kegiatan mendesain. Proses
mendesain dilakukan
perajin pakaian setelah
terjalin kontak antara
dirinya dengan suatu objek.
Objek dalam hal ini adalah
pesan pakaian pengantin.
Dengan demikian, perajin
terikat erat dengan
pemodel atau pemesan,
karena tanpanya tidak
dapat memperoleh
ketetapan ukuran, sesuai
pemesanan. Ketetapan
ukuran pada body model
dengan demikian
berpengaruh terhadap
kualitas hasil/ karya perajin
atau produk pakaian yang
dibuatnya. Meskipun seni
kerajianan fungsional
merupakan karya seni yang
bersifat pesanan, tetapi
dalam proses
pembuatannya.
Fartor yang
mempengaruhi minat
calon pengantin dalam
memilih busana
pengantin meliputi,
umur, pekerjaan dan
gaya hidup.
Besarnya minat calon
pengantin dalam
memilih busana
pengantin tradisional
sebanyak 51 % dengan
kriteria sendang. Yang
modern 49 %.
Hasil Penelitian ini
menunjukkan adanya
perubahan yang terjadi
pada tata rias wajah,
penataan rambut, dan
busana pengantin yang
tradisional hingga
sekarang menjadi
busana pengantin
modifikasi. Dahulunya
tata rias wajah
pengantin wanita cukup
sederhana dibandingkan
sekarang riasan
pengantin wanita lebih
komplek dan rumit.
Penataan rambut
pengantin wanita
dahulunya
menggunakan cemara
dikuncir satu atau
dijalin adapun yang
terjadi sekarang sangat
jarang ditemukan
pengantin wanita
Kumun Debai yang
tidak menggunakan
jilbab. Busana
pengantin pria dan
pengantin wanita dari
busana pengantin
tradisional dan
kemudian dimodifikasi
mengalami perubahan
dari segi bentuk, model,
dan warna.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan
dan lain-lain. Secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.42
B. Subyek Penelitian
Adapun subyek penelitian dalam penelitian ini ialah Lurah Kel. Kenali
Besar Kota Jambi,Tokoh masyarakat dan masyarakat yang melansungkan
pernikahanpada bulan juni sampai desember tahun 2018 di kelurahan Kenali
Besar Kota Jambi.Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik
eksplorasi.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Untuk memudahkan pengumpulan data yang penulis lakukan dalam
penelitian ini, maka penulis menggolongkan data menjadi dua golongan
yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh
peneliti dari sumber pertama/utama.43
Dalam penelitian ini sebagai data
primer adalah data yang diperoleh melalui hasil observasi mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan penelitian ini dan wawancara dengan Lurah
42 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010. hal 6
43
Fakultas Adab dan Humaniora, Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi.Jambi,
2018.hal. 41
33
Kel. Kenali Besar Kota Jambi dan masyarakat yang melansungkan
pernikahanpada bulan juni sampai desember tahun 2018.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan
oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi atau jurnal.44Data
sekunder dalam penelitian ini meliputi geografis, profil Kel.Kenal Besar
Kota Jambi, keadaan Masyarakat, dan data-data yang berkaitan dengan
penelitian ini.
28. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data
diperoleh. Pada dasarnya sumber data kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan. Dalam pengumpulan data dalam penelitian inipenulis
menggunakan wawancara. Maka sumber data disebut informan, yaitu orang
yang memberi informasi atau menjawab pertanyaan-pertanyaan penulis,
baik tertulis maupun lisan.45
Adapun yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini adalah:
a. Informan yaitu Lurah Kel. Kenali Besar Kota Jambi dan masyarakatpada
yang melansungkan pernikahan pada bulan juni sampai desember dan
(pihak-pihak lain yang menjadi sampel dalam penelitian)
b. Observasi berdasarkan peristiwa, tempat, dan waktu
c.Sumber data yang bersifat materi yang berupa arsip dan dokumentasi
D. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Metode observasi adalah pengamatan langsung terhadap objek untuk
mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya
44 Ibid.,29
45
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta: Rineka
Cipta, 2010, hlm. 172
34
pengumpulan data penelitian.46
Peneliti menggunakan metode observasi ini
untuk mendapatkan informasi mengenai literasi budaya pakaian adat
perkawinan melayu Jambi di kalangan masyarakat Kel.Kenali Besar Kota
Jambi.
2. Wawancara
Interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan,
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari informan .47
Dalam melakukan wawancara, selain harus
membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul
data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar,
brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara
menjadi lancar.48
Metode pengumpulan data dengan wawancara ini penulis
lakukan dalam rangka untuk memperoleh data melalui keterangan-
keterangan dari orang-orang yang diwawancarai.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari
seseorang.Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan.Dokumen
yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-
lain.Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa
gambar, patung, film dan lain-lain.49
Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang valid,
informasinya diberikan oleh informan melalui wawancara. Data yang
diambil melalui dokumentasi meliputi: profil dan geografis, keadaan
masyarakat yang ada di Kel.Kenali Besar Kota Jambi.
46 Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif.Bandung:Alfabeta, 2010. hlm. 53
47
Suharsimi, hlm,198
48
Sugiyono, hlm, 138
49 Sugiyono, hlm 53
35
E. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam ketegori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.50
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model Miles dan Huberman
untuk melakukan analisis data.
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak pelu. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setalah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah
dipahami.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Penyajian data yang paling sering dilakukan adalah dengan teks yang
bersifat naratif.
3. Conclusion Drawing / Verification
50
Sugiyono, hlm 82
36
Langkah yang ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang
diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada.Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas.
F. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan atau sebagai
perbandingan terhadap data itu. Teknik pengecekan yang sering digunakan
ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.51
Triangulasi dilakukan untuk pengecekan ulang terhadap sumber-sumber
data. Pengecekan data ini dapat dilakukan dengan cara:
29. Membandingkan data hasil pengamatan yang diperoleh melalui observasi dengan
data yang diperoleh melalui wawancara.
30. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi.
31. Membandingkan data yang diperolah melalui wawancara dengan isi dokumen.
32. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi atau keadaan
penelitian dengan yang dikatakan sepanjang waktu.52
51
Lexy J. Moleong, hlm. 330
52
Lexy J. Moleong, hlm 331
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
33. Sejarah singkat Kel. Kenali Besar Kec. Alam Barajo
Kota Jambi memiliki 11 kecamatan (3 kecamatan hasil pemekaran).
Salah satunya ialah Pemerintahan Kecamatan Alam Barajo. Pemerintahan
Kecamatan Alam Barajo baru dibentuk pada tahun 2016 berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Jambi (PERDA) nomor 13 Tahun 2014 tanggal 30
Desember 2014. Selama kurun waktu tahun 1986 s/d 2015 Kecamatan
Alam Barajo masih berada pada kecamatan induknya yaitu Kecamatan Kota
Baru. Sehingga camat yang memimpinnya sama dengan Kecamatan Kota
Baru. Baru pada Tahun 2016 Camatnya di pilih . pada kecamatan terdahulu,
Kecamatan Kota Baru, sebanyak dua belas orang Camat telah mjemimpin,
dimana Camat terlama yang menjabat adalah Drs. Animan Gani tahun 1986
s/d 1993. Dengan mekarnya Kecaamatan Alam Barajo Kel. Kenali Besar
tidak lagi dibawah Kecamatan Kota Baru tetapi masuk bagian wilayah
Kecamatan Alam Barajo.53
34. Profil Kel. Kenali Besar
1. Nama Kelurahan : Kenali Besar
2. Tahun Pembentukan : 2001
3. Kode Pos : 36129
4. Kecamatan : Alam Barajo
5. Kabupaten/ Kota : Jambi
6. Provinsi : Jambi
7. Luas Wilayah : 1.101 Km
53
Dokumentasi Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi tanggal 1 September 2018
38
Gambar 3.1 Kontor Kel. Kenali Besar tampak depan54
8. Batasan Wilayah
55 :
Tabel 3.1 Batas Wilayah
9. Mayoritas Pekerjaan: Wiraswasta
10. Orbitrasi (Jarak dari Pusat Pemerintahan)56
54
Dokumentasi Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi tanggal 1 September 2018 55
Dokumentasi Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi tanggal 1 September 2018 56
Dokumentasi Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi tanggal 1 September 2018
Sebelah Utara Rawasari dan Simp. IV Sipin
Sebelah Selatan Pematang Gajah dan Mendalo Darat
Sebelah Barat Penyengat Rendah dan Pematang Sulur
Sebelah Timur Bagan Pete
BATAS WILAYAH KELURAHAN KENALI BESAR
39
Tabel 3.2 Orbitrasi
11. Jumlah Penduduk:57
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk
12. Tingkat Pendidikan Masyarakat58
57
Dokumentasi Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi tanggal 1 September 2018 58
Dokumentasi Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi tanggal 1 September 2018
Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan 2 Km
Jarak dari Pusat Pemerintahan Kota 7 Km
Jarak dari Pusat Pemerintahan Kabupaten 0
Jarak dari Pusat Pemerintahan Provinsi 5 Km
ORBITRASI (JARAK DARI PUSAT PEMERINTAHAN
LAKI-LAKI 14.324 JIWA
PREMPUAN 16.972 JIWA
USIA 0 - 15 TAHUN 12. 275 JIWA
USIA 15- 65 TAHUN 15.124 JIWA
USIA 65 TAHUN KE ATAS 3.897 JIWA
JUMLAH PENDUDUK 31.296 JIWA
40
Tabel 3.4 Tingkat Pendidikan Masyarakat
13. Jumlah Penduduk Miskin : 396 Jiwa
14. Sarana Prasarana dan Peta59
Tabel 3 .5 Sarana Prasarana dan peta
59
Dokumentasi Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi tanggal 1 September 2018
TK 1.172
SD/ Sederajat 7.603
SMP/ Sederajat 8.986
SMA / Sederajat 10.537
S1 1.672
PASCASARJANA 1.325
TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT
41
15. Jumlah RT : 72 RT
16. Visi dan Misi Kelurahan Kenali Besar
a. Visi “Menjadikan Kelurahan Kenali Besar Sebagai simpul
pelayanan Prima yang didukung SDM yang profesional menuju Kota
Jambi sebagai pusat perdagangan dan jasa yang berbasis pada
masyarakat yang berakhlak dan berbudaya.”60
b Misi61
1) Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya
aparatur
2) Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan
3) Meningkatkan kualitas pelayanan publik
60
Dokumentasi Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi tanggal 1 September 2018 61
Dokumentasi Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi tanggal 1 September 2018
Kantor Kelurahan Permanen
Puskesmas Permanen
Posyandu 19 Buah
Poliklinik 3 Buah
PAUD 8 Buah
TK 8 Buah
SD 4 Buah
SMP 1 Bah
SMA 1 Buah
Mesjid 20 Buah
Mushola 23 Buah
Gereja 0
Pura 0
Vihara 0
Klenteng 0
Tempat Olahraga 2 Buah
Tempat Kesenian 0
Balai Pertemuan 1
Lainnya…
SARANA PRASARANA
42
4) Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat
5) Meningkatkan saran dan prasarana kecamatan yang mendukung
pelayanan kepada masyarakat
6) Terciptanya lingkungan kelurahan yang indah bersih dan nyaman.
Makna yang terkandung dalam Visi Kelurahan Kenali Besar tersebut
sebaga berikut :
35. Mengedepan profesionalisme yang dilandasi oleh tata nilai dan norma
akhlak dan budaya dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi kelembagaan
yang berorientasi kepada pelayanan publik
36. Mengedepankan profesionalisme yang dilandasi tata nilai sosial dan
norma akhlak dalam pelayanan prima kepada masyarakat
Makna yang terkandung, tujuan dan sasaran dalam Visi Kelurahan Kenali
Besar tersebut sebaga berikut :
a). Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya aparatur
Tujuannya :Meningkatkan kinerja pelaksaan tugas, fungsi dan peran
kelembagaan
Sasarannya: (a) Meningkatnya kemampuan sumber daya aparatur dan
manajemen (tata kerja kelembagaan) (b) Meningkatnya pelayanan
admisnistrasi, sarana dan prasarana kelembagaan.
b). Meningkatkan kualitas perencanaan dan pembangunan.
Tujuannya : Meningkatkan perencanaan pembangunan kelurahan yang
partisipatif yang berbasis pada kebutuhan pembangunan.
Sasarannya:Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan
kelurahan.
c). Meningkatnya kualitas pelayanan public
Tujuannya: Meningkatkan tertib administrasi
Sasarannya: Meningkatnya pelayanan administrasi yang mudah,
cepat, akurat dan terjangkau.
d). Memelihara dan menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat.
Tujuannya :Memelihara dan menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat.
Sasarannya :Terpeliharanya ketentraman dan ketertiban masyarakat.
43
f). Meningkatkan sarana dan prasarana kecamatan yang mendukung
pelayanan kepada masyarakat.
Tujuannya :Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Sasarannya :Meningkatnya pelayanan kepada masyarakat.
g). Terciptanya lingkungan kecamatan yang indah, bersih dan nyaman.
Tujuannya :Terpeliharanya keindahan, kebersihan dan kenyamanan di
Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi.
Sasarannya :Keindahan, kebersihan dan kenyamanan di Kelurahan
Kenali Besar Kota Jambi.
37. Stuktur Organisasi Kel. Kenali Besar
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kel. Kenali Besar62
B
62
Dokumentasi Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi tanggal 1 September 2018
HAMDANI, S.H
LURAH
RUSNELI, S.E
SEK. LURAH
KASI
PEMERINTAHAN
MUHIBUN,S.SOS
KASI TRANTIB
IHSAN,S.E
KASI PMK
BUYUNG,S.H
STAFF KASI PEM
YOYO YUDIWANGSA
STAFF KASI TRAN
SUKIRMAN
STAFF KASI PMK
HARDILENA
STAFF KASI PEM
SYAFRIADI
STAFF KASI TRAN ANRYANI
STAFF KASI PMK
Y. ZAKIA,SKM
STAFF KASI PEM
Z. JUPRI
STAFF KASI TRAN
TAMRIN
STAFF KASI PMK
44
B. Hasil Pembahasan dan Analisa
1. Kemampuan masyarakat Kel. Kenali Besar Kota Jambi dalam
mengakses pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi.
a. Kemampuan memaknai pakaian adat pengantin Kota Jambi
Kemampuan memaknai pakaian adat menjadi suatu indikator
penting bagi masyarakat dalam memahami literasi pakaian adat melayu
Kota Jambi. Karena dengan kemampuan memaknai pakaian adat
masyarakat akan bisa menjelaskan makna yang terkandung dalam setiap
pakaian adat. Mengenai kemampuan memaknai pakaian adat melayu
Kota Jambi peneliti mewawancarai beberapa informan sebagai berikut:
“ Menurut saya disetiap pakaian adat pastilah ada makna tersendiri,
kalau pakaian adat Kota Jambi secara keseluruhan saya kurang tau
tetapi setahu saya pakaian adat Kota Jambi lebih islami”63
Pendapat tersebut menurut Susiswi, pendapat lain menurut Sri
Wahyuningsih sebagai berikut :
“Saya sih kurang tau makna pakaian adat Kota Jambi. Tetapi saya
yakin setiap pakaian adat itu ada maknanya tersendiri”64
Pernyataan Jefri Ferdiansyah sebagai berikut :
“Makna lacak/tanjak dalam pakaian adat pengantin pria Kota
Jambi setahu saya karena pernah dengar dari teman yaitu tentang
wibawanya seorang suami dan batasan tingkah laku bagi seorang
suami65
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan diatas, peneliti
menyimpulkan bahwa dalam memaknai pakaian adat pengantin melayu
Kota Jambi secara keseluruhan informan tidak begitu memahami
maknanya. Tetapi, 2 (dua) orang dari informan yang peneliti wawancarai
sudah bisa memberi sedikit makna dari pakaian adat pengantin melayu
Kota Jambi.
63
Wawancara Susiswi 1 November 2018 64
Wawancara Sri wahyuningsih 2 November 2018 65
Wawancara Jefri Ferdiansyah 4 November 2018
45
Selanjutnya peneliti mewawancarai Sriyanti sebagai berikut:
“Yang saya tau adat di Jambi itu adat bersendi syara’, syara’
bersendi kitabullah jadi tidak heran jika pakaian adat di Kota
Jambi lebih menutup aurat jika dibandingkan dengan pakaian adat
pengantin Jawa”66
Menurut pernyataan Nur Asroh sebagai berikut :
“Sepengetahuan saya kalau tidak salah, bisa kita lihat pakaian adat
pengantin Kota jambi itu mempunyai motif yang khas seperti
bunga atau tumbuhan yang tumbuh di lingkungan Kota Jambi yang
bermakna kearifan lokal dan keagungan pengantin tersebut”67
Menurut pernyataan Yusnawati sebagai berikut :
“ Sepengetahuan saya pakaian pengantin melayu Kota Jamnbi
yang
khas itu pada songket yang dikenakan oleh pengantin wanitanya,
karena songket itu khas motif Jambi yang melambangkan
keanggunan wanita Kota Jambi”68
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan diatas peneliti
menyimpulkan bahwa dalam memaknai pakaian adat pengantin mellayu
Kota Jambi secara keseluruhan informan tidak begitu memahami
maknanya. Tetapi 3 (tiga) orang informan yang peneliti wawancarai sudah
bisa memberi sedikit makna dari pakaian adat pengantin melayu Kota
Jambi.
Menurut pendapat lain, peneliti wawancarai Siti Hamijah sebagai
berikut :
“ Saya kurang tau sih kalau makna pakaian adat Kota Jambi, saya
hanya bisa memakainya aja.”69
Menurut pernyataan Rosdiana sebagai berikut :
66
Wawancara Sriyati 5 November 2018 67
Wawancara Nur Asroh 5 Novembeer 2018 68
Wawancara Yusnawati 6 November 2018 69
Wawancara Siti Hamijah 6 November 2018
46
“Kurang tau saya makna pakaian adat pengantin melayu Kota
Jambi, dan juga saya takut kalau memaknai sesuai pemikiran saya,
sebab kalau pakaian adat itu sudah dimaknai secara adat”70
Menurut pernyataan Eni Fathonah sebagai berikut :
“Saya kurang tau sih, apalagi maknanya secara adat Kota Jambi,
palingan yang saya tau pakaian adat Kota Jambi itu beda dari
pakaian adat yang lain”71
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan diatas, peneliti
menyimpulkan bahwa dalam memaknai pakaian adat pengantin melayu
Kota Jambi secara keseluruhan informan tidak memahaami maknanya dan
informan juga takut memaknai sesuai dengan pemikiran mereka sendiri.
Mengenai hal diatas peneliti juga mewawancarai Husnawati
sebagai berikut :
“Sepengetahuan saya secara keseluruan pakaian adat Kota Jambi
itu berwarna merah dan kuning yang melambangkan kemewahan.
Pengantin wanita memakai baju kurung yang bersulam benang
emas dan pengantin laki-laki memakai rompi yang bersulamkan
benang emas yang melambangkan ketinggian peran suami”72
Menurut pernyataan Siti Hawa sebagai berikut :
“Ada dikit yang saya tau tentang makna pakaian adat pengantin
Kota Jambi seperti aksesoris pending/ ikat pinggang pengantin
yang khas Kota Jambi yang dimaknai sebagai pengantin bisa
mengatur pengeluaran rumah tangga kelak”73
Menurut pernyataan Rahmala Gita sebagai berikut :
“Kalau di suruh ditanya makna pakaian adat pengantin Kota Jambi
tidak tau saya, karena tidak pernah dengar dan belajar tentang
itu”74
70
Wawancara Rosdiana 7 November 2018 71
Wawancara Eni Fathonah 7 November 2018 72
Wawancara Husnawati 8 November 2018 73
Wawancara Siti Hawa 8 November 2018 74
Wawancara Rahmala Gita 8 November 2018
47
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan diatas peneliti
menyimpulkan bahwa dalam memaknai pakaian adat pengantin melayu
Kota Jambi secara keseluruhan informan tidak begitu memahami
maknanya. Tetapi 2 (dua) orang dari informan yang peneliti wawancarai
sudah bisa memberi sedikit makna dari pakaian adat pengantin melayu
Kota Jambi.
Menurut pernyataan Nurul Hidayati sebagai berikut :
“Yang saya tau sedikit makna dari keseluruhan pakaian adat
pengantin Melayu Kota Jambi Cuma tanjak/lacak yang dipakai
oleh pengantin pria karena kemarin sempat buming setelah mantan
Gubernur Zumi Zola memakainya, tetapi makna lacak yang
dipakai pengantin pria berbeda dari yang dipakai pengantin pria di
Kota Jambi lebih memaknai tentang kepala keluarga atau menjaga
tingkah laku kepala keluarga”75
Menurut pernyataan Reno Agustian sebagai berikut :
“Secara spesifik saya kurang tau makna pakaian adat pengantin
Kota Jambi, tetapi secara umum pakaian adat Kota Jambi bisa kita
maknai sangat isami karena sesuai dengan adat Jambi yang
berpedoman pada ajaran islam”76
Ditambahkan oleh pernyataan Jasmaniar sebagai berikut :
“Bisa kita lihat pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi baik
pakaian pengantin pria atau wanitanya sama-sama memakai baju
lengan panjang, celana dan rok panjang. Dari hal tersebut bisa kita
maknai bahwa dalam pakaian adat Kota Jambi sesuai tuntunan
agama islam dan motifnya melambangkan kearifan lokal Kota
Jambi”77
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan diatas peneliti
menyimpulkan bahwa dalam memaknai pakaian adat pengantin melayu
Kota Jambi secara keseluruhan informan tidak begitu memahami
maknanya. Tetapi 3 (tiga) orang informan diatas yang peneliti wawancarai
75
Wawancara Nurul Hidayati 9 November 2018 76
Wawancara Reno Agustian 9 November 2018 77
Wawancara Jasmaniar 10 November 2018
48
sudah bisa memberi sedikit makna dari pakaian adat pengantin Melayu
Kota Jambi.
b. Kemampuan Mengakses pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi.
Kemampuan mengakses pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi,
merupakan proses yang dilalui agar mendapatkan informasi yang
diinginkan. Namun tidaklah mudah untuk mendapatkan informasi,
perlunya ketelitian saat menelusuri informasi yang tersebar luas diberbagai
sumber, dan didukung oleh kemampuan memfilter informasi yang baik
supaya nantinya informasi yang di dapat lebih akurat dan mutakhir.
Rentan waktu dalam akses informasi juga berpengaruh terhadap kualitas
dan keakuratan dalam memperoleh informasi.
Pakaian merupakan atribut primer yang melekat pada tubuh manusia.
Keindahan pakaian yang digunakan akan memberikan kesan dan
pengalaman yang indah pula. Pakaian yang indah dapat memberi suatu
pancaran sinar kilauan bagi pemakainya. Ketika seorang perempuan dan
laki-laki yang ingin melaksanakan acara resepsi pernikahan pastilah ingin
memakai pakaian adat melayu Jambi yang telah menjadi adat di bumi
Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ini. Begitupun dengan masyarakat
Kelurahan Kenalai Besar Kota Jambi saat peneliti melakukan Observasi :
“Di lingkungan Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi tampak
masyarakat ketika melaksankan resepsi pernikahan sebagian
memakai pakaian adat yang beragam sesuai suku mereka masing-
masing yang dipadu padankan dengan pakaian adat Kota Jambi
dan pakaian adat Provinsi Jambi pada umumya, maksudnya ada
yang memakai pakaian adat Sumut dan Jambi, ada yang memakai
pakaian adat Sumbar dan Jambi dan ada juga yang memakai
pakaian yang modern tetapi banyak juga masyarakat yang
memakai pakaian adat melayu jambi saat resepsi pernikahannya”
49
Masyarakat yang mendiami wilayah Kelurahan Kenali Besar Kota
Jambi tidak semuanya suku melayu jambi. Tetapi banyak juga suku
pendatang seperti suku Jawa, Batak, Minang, Bugis dan suku lainnya.
Mengenai kemampuan masyarakat Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi
dalam mengakses pakaian adat pengantin melayu kota jambi peneliti
mewanwancarai beberapa informan sebagai berikut :
“Lama sebelum resepsi pernikahan kami sudah mencari-cari
informasi tentang pakaian adat pengantin melayu jambi. Salah satu
cara kami ialah bertanya kepada teman yang lebih dahulu menikah
dari kami. Setelah itu baru kami sesuaikan dengan keinginan kami.
Alhamdulillah pada saat resepsi kami kemarin kami memakai pakaian
adat pengantin Kota Jambi yang warna merah dan pakaian adat
pengantin Jambi pada umumnya yang berwarna kuning”78
Pendapat tersebut menurut Susiswi pendapat lain menurut Sri
Wahyuningsih sebagai berkut :
“Pasangan saya bukan orang jambi aslinya jadi kami mencari
referensi dua pakaian adat karena kami pengennya konsep penyatuan
dua budaya. Jadi kami banyak bertanya kepada keluarga”79
Pernyataan dari Jefri Ferdiansyah Sebagai berikut :
“Selain menanyakan referensi dengan teman yang lebih dulu
menikah, kami juga mencari referensi di dari internet karena kami
pengen punya konsep sendiri dalam penentukan pakaian
pernikahan.”80
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan di atas peneliti
menyimpulkan bahwa dalam mengakses pakaian adat pengantin melayu
Kota Jambi informan mencoba berbagai referensi dalam mengakses
pakaian adat melayu Kota Jambi seperti bertanya kepada teman, keluarga
dan internet. Usaha ini dilakukan agar mendapat informasi yang sesuai
dengan informan inginkan.
Selanjutnya peneliti mewawancarai Sriyati sebagai berikut :
78
Wawancara Susiswi 1 November 2018 79
Wawancara Sri Wahyuningsih 2 November 2018 80
Wawancara Jefri Ferdiansyah 4 November 2018
50
“Referensi yang kami gubakan untuk menentukan pakaian adat
pengantin yang akan kami pakai kami lebih banyak konsultasi dengan
sahabat yang telah dahulu menikah”81
Menurut pernyataan Nur Asroh sebagai berikut :
“Sebelum merencakan acara pernikahan kami lebih memilih lansung
kolsultasi dengan wedding organizer agar pakaian yang kami pakai
sesuai dengan yang kami inginkan. Kebetulan wedding organizernya
menyarankan memakai pakaian adat kota jambi jadi kami sepakat
memakainya”82
Menurut pertanyaan Yusnawati sebagai berikut :
“Dalam mencari referensi pakaian pernikahan kami lebih
megandalkan wedding organizer, selain itu kami juga mencari
referensi dengan membaca tabloid tentang pakaian pernikahan
modrn”83
Dari wawncara dengan 3 (tiga) informan di atas peneliti
menyimpulkan bahwa dalam mengakses pakaian adat pengantin melayu
Kota Jambi ada kesamaan 2 (dua) informan dalam mengakses pakainan
adat melayu Kota Jambi yaitu sama-sama mengadalkan informasi dari
wedding organizer secara lansung sedangkan satu informan lainnya lebih
mengandalkan informasi dari sahabatnya yang sudah dahulu menikah.
Usaha ini mereka lakukan agar mendapat informasi yang sesuai dengan
informan inginkan.
Pendapat lain dikemukakan oleh Siti Hamijah saat diwawancarai
sebagai berikut :
“Kami memang asli Jambi jadi jadi kami memakai adat melayu kota
jambi yang warna merah dan adat jambi kebanyakan yang warna
kuning, jadi lansung kami cari wedding organizer yang menyediakan
pakaian tersebut.”84
Menurut pernyataan Rosdiana sebagai berikut :
81
Wawancara Sriyati 5 November 2018 82
Wawancara Nur Asroh 5 November 2018 83
Wawancara Yusnawati 6 November 2018 84
Wawancara Siti Hamijah 6 November 2018
51
“Dalam menentukan pakaian adat pengantin kami konsultasi dengan
keluarga dua belah pihak, agar sesuai dengan keinginan keluarga
kedua belah pihak”85
Menurut penyataan Eni Fathonah sebagai berikut :
"Untuk referensi pakaian adat melayu kota jambi kami lebih memilih
untuk konsultasi dengan orang adat, agar pakaian adat pernikahan
kami sesuai dengan adat melayu Koa Jambi”86
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan di atas peneliti
menyimpulkan bahwa dalam mengakses pakaian adat pengantin melayu
Kota Jambi informan mempunyai referensi berbeda dalam mengakses
pakaian adat melayu Kota Jambi seperti mengadalkan kemapuan dan
pengalaman sendiri, bertanya kepada keluarga dan meminta pendapat
tokoh adat. Usaha ini dilakukan agar mendapat informasi yang sesuai
dengan informan inginkan.
Selanjutnya peneliti mewawancarai Husnawati sebagai berikut :
“Saat menentukan pakaian adat Penganti kami memilih dan memilah
dari berbagagai wedding organizer karena kami mecari wedding
organizer yang cocok dengan kami”87
Menurut pernyataan Siti hawa sebagai berikut :
“Referensi tentang pakain pengantin kami dapatkan dari keluarga
yang merekomendasikan wedding organizer yang cocok bagi kami”88
Menurut pernyataan Rahmala Gita sebagai berikut :
“Untuk maslah pakaian adat Kota Jambi kami kurang tau, setahu
kami se-Provinsi Jambi sama aja pakaian adatnya. Jadi kami ngikut
memakai pakaian yang sering orang pakai aja saat resepsi
pernikahan”89
85
Wawancara Rosdiana 7 November 2018 86
Wawancara Eni fathonah 7 November 2018 87
Wawancara Husnawati 8 November 2018 88
Wawancara Siti Hawa 8 November 2018 89
Wawancara Rahmala Gita 8 November 2018
52
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan di atas peneliti
menyimpulkan bahwa dalam mengakses pakaian adat pengantin melayu
Kota Jambi informan mempunyai referensi berbeda dalam mengakses
pakaian adat melayu Kota Jambi seperti mencari wedding organizer
sendiri, direkomendasikan keluarga dan melihat pakaian adat yang
digunakan saat pengantin di lingkungan sekitar. Usaha ini dilakukan agar
mendapat informasi yang sesuai dengan informan inginkan.
Menurut pernyataan Nurul Hidayati sebagai berikut :
“Kami lebih banyak bertanya kepada orang seperti tetangga, teman
dan orang di wedding organizer. Jadi akhirnya kami tau pakaian adat
Kota Jambi, tetapi saat ini pakaian adat Kota Jambi lebih modern
dalam tata riasnya”90
Menurut pernyataan Reno Agustian sebagai berikut:
“Kami dalam menentukan dan menilih pakaian adat pernikahan lebih
kekesepakan kami berdua, karena kami yang akan memakainya
ketika resepsi pernikahan. Kami memilih pakai adat Kota Jambi
dengan sentuhan modern diasesorisnya.”91
Ditambahkan oleh pernyataan Jasmaniar sebagai berikut:
“Kami memakai pakaian adat Kota Jambi sesusai yang
disosialisasikan oleh bapak Wakota, waktu itu saya baca lewat berita
online yang katanya pakaian adat Kota Jambi akan di urus hak
patennya”92
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan di atas peneliti
menyimpulkan bahwa dalam mengakses pakaian adat pengantin melayu
Kota Jambi informan mempunyai referensi berbeda dalam mengakses
pakaian adat melayu Kota Jambi seperti mengumpukan informasi dari
teman, tetangga dan wedding organizer, mencari sendiri dengan
kesepakatan bersama dan mencari referensi dari internet seperti berita
90
Wawancara Nurul Hidayati 9 November 2018 91
Wawancara Reno Agustian 9 November 2018 92
Wawancara Jasmaniar 10 November 2018
53
online. Usaha ini dilakukan agar mendapat informasi yang sesuai dengan
informan inginkan
Hasil Wawancara Keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa dari
15 (lima belas) informan yang diwawancarai dapat dilihat bahwa
kemampuan masyarakat Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi dalam
mengakses pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi bisa dibilang cukup
baik. Dalam mengakses pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi
banyak cara yang mereka lakukan diantaranya melaui internet, bertanya
kepada kawan, berdiksusi dengan keluarga, melihat lingkungan sekitar,
kosultasi dengan orang adat dan pihak weding organizer dan juga
mengandalkan kemapuan sendiri.
2. Kemampuan Masyarakat Kelurahan Kenali Besar dalam Mengevaluasi, .
Pakaian Adat Pengantin Melayu Kota Jambi
Kemampuan mengevaluasi dapat diartikan sebagai proses menilai sesuatu
yang didasarkan pada kriteria atau tujuan yang sudah ditetapkan yang
selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan. Contohnya ketika
masyarakat Kelurahan Kenali Besar ingin mencaritau tentang pakaian adat
pengantin melayu Kota Jambi untuk melansungan acara resepsi pernikahan
mereka harus mencari sebanyak mungkin referensi tentang pakaian adat melayu
Kota Jambi. Setelah itu dari berbagai informasi yang mereka peroleh mereka
harus memilah mana informasi yang paling benar yang akhirnya akan mereka
gunakan. Senada dengan pernyataan tersebut berikut pernyataan informan saat
peneliti wawancarai mengenai mengevaluasi infomasi tentang pakaian adat
pengantin melayu Kota Jambi :
Menurut pernyatan Susiswi sebagai berikut :
“Ketika mau acara pernikahan tanpa kita cari informasi tentang pakaian
adat pengantin dan informasi lainnya pasti ada aja orang yang memberi
informasi kepada kita, tetapi waktu itu saya tetap tetap pada pilihan saya
54
memakai pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi yang warna merah
itu”93
Menurut pernyataan Sri Wahyuningsih sebagai berikut :
“Pasangan saya bukan orang asli jambi jadi itu yang membuat kami tidak
memakai pakaian adat Kota Jambi seutuhnya, jadi waktu rersepsi
pernikahan kami dulu memakai 2 (dua) pakaian pengantin”94
Menurut pernyataan Jefri Ferdisyah sebagai berikut :
“Informasi yang kami dapatkan dari teman dan internet kami
tindaklanjuti dengan mendatangi tempat tersebut, sehingga dapatlah
sesuai dengan keinganan kami”95
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan di atas peneliti menyimpulkan
bahwa dalam mengevaluasi informasi tentang pakaian adat pengantin melayu
Kota Jambi informan mempunyai cara yang berbeda seperti teguh dengan
pendirian walaupun banyak informasi lain, memilih informasi yang relevan
dengan keadaan dan menindaklanjuti informasi yang didapat dan
memustuskannya sendiri. Usaha ini mereka lakukan agar mendapat informasi
yang sesuai dengan informan inginkan.
Menurut pernyataan Sriyati sebagai berikut :
“Ketika mengevaluasi informasi pakaian adat kami memutuskannya
dengan berbagai pertimbangan yang kami punya, agar informasi itu
sesuai dengan yang kami inginkan.”96
Menurut pernyataan Nur Asroh sebagai berikut :
“Memang banyak informasi dari orang lain mengenai referensi untuk
pakaian adat pengantin, dari informasi yang banyak itu kami pilih yang
93
Wawancara Susiswi 17 November 2018 94
Wawancara Sri Wahyuningsih 17 November 2018 95
Wawancara Jefri Ferdiansyah 17 November 2018 96
Wawancara Sriyati 18 November 2018
55
sesuai dengan kami, harganya pas, dan sesuai dengan pakaian adat
pengantin Kota Jambi. Akhirnya ketemulah wedding organizer yang
cocok menurut kami”97
Menurut Pendapat Yusnawati sebagai berikut :
“Banyak informasi masuk tentang pakaian adat melayu Kota Jambi
memang membuat kita bingung harus memilih yang mana, tetapi
keputusan akhir kami tetap yang sesuai dengan selera kami, kami tetap
memakai pakaian adat Kota Jambi dan pakaian pengatin modern agar
terkesan kami modis dan tidak monoton”98
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan di atas peneliti menyimpulkan
bahwa dalam mengevaluasi informasi tentang pakaian adat pengantin melayu
Kota Jambi informan mempunyai cara yang sama yaitu dengan cara
mempertimbangkan informasi-informasi yang didapat setelah itu mereka
tindaklanjuti sehingga dapat informasi yang cocok dengan mereka. Usaha ini
mereka lakukan agar mendapat informasi yang sesuai dengan informan
inginkan.
Menurut pernyataan Siti Hamijah sebagai berikut :
“Memmang banyak perdapat yang kami dengarkan ndari orang lain tetapi
kami lebi meilih untuk lansung menanyaknnya dengan orang adat,
sehingga kami tidak melenceng dari adat Kota Jambi.”99
Menurut pernyataan Rosdiana sebagai berikut :
“Memang banyak informsasi yang masuk terntang referensi pakaian adat
pernikahan cara saya mengevaluasi dan mengambil keputusannya ialah
yang cocok dengan pendapat kedua belah pihak karena maugiamapun
pernikahan ialah pernyatuan 2 (dua) keluarga.”100
Menurut pernyataan Eni Fathonah sebagai berikut :
97
Wawancara Nur Asroh 18 November 2018 98
Wawancara Yusnawati 20 November 2018 99
Wawancara Siti Hamijah 20 November 2018 100
Wawancara Rosdiana 22 November 2018
56
” Kalau saya mengevaluasi informasi yang didapatkan ialah saya beljar
dari pengalaman teman yang saya tanyakan tentang pakaian pernikahan,
karena mereka lebih dahulu menempuhnya dari saya”101
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan di atas peneliti menyimpulkan
bahwa dalam mengevaluasi informasi tentang pakaian adat pengantin melayu
Kota Jambi informan mempunyai cara yang berbeda seperti meminta bantuan
orang adat, emminta bantuan keluarga kedua belah pihak dan belajar dari
pengalaman teman yang lebih dahulu menikah. Usaha ini merka lakukan agar
mendapat hasil yang sesuai dengan informan inginkan.
Menurut pernyataan Husnawati sebagai berikut :
“Kalau kami memang keinginan kami untuk memakai pakaian adat
pengantin Kota Jambi. Jadi, jika mendapat referensi dari orang lain kami
hanya mencocokkannya saja dengan budget yang kami miliki sehingga
kimi dapat wedding organizer yang sesuai dengan kami harapkan”102
Menurut pernyataan Siti Hawa sebagai berikut :
“Dalam memilih pakaian pengantin Kota Jambi saya minta bantuan
wedding organizer yang telah saya pilih. Agar hasilnya sesuai dengan
yang saya inginkan, karena saya lebih suka pakaian tradisional jambi
yang ada sentuhan modernnya”103
Menurut pernyataan Rahmala Gita sebagai berikut :
“Ketika saya harus memilih salah satu referensi yang saya dapat saya
meminta bantuan pasangan saya untuk memutuskannya agar ketemu
yang sesuai dengan yang kami inginkan bersama.”104
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan di atas peneliti menyimpulkan
bahwa dalam mengevaluasi informasi tentang pakaian adat pengantin melayu
Kota Jambi, informan mempunyai cara yang berbeda seperti memilih pakaian
adat yang sesuai dengan budget yang mereka miliki, memilih pakaian adat
dengan meminta bantuan wedding organizer yang mereka percaya dan meminta
101
Wawancara Eni fathonah 22 November 2018 102
Wawancara Husnawati 24 November 2018 103
Wawancara Siti Hawa 29 November 2018 104
Wawancara Rahmala Gita 1 Desember 2018
57
pendapat pasangan dalam memutuskannya. Usaha ini mereka lakukan agar
mendapat hasil yang sesuai dengan informan inginkan
Menurut pernyataan Nurul Hidayati sebagai berikut :
“Dari informasi yang kami terima dari tetangga, orang tua dan wedding
organizer kami anlisa sendiri sesuai dengan kemapuan kami sehingga
akhirnya kami memutuskan untuk memakai pakaian adat pengantin Kota
Jambi sesuai informasi yang banyak kami dapatkan”105
Menurut pernyataan Reno Agustian sebaagai berikut :
“Kami megevaluasi informasi yang kami dapatkan sesuai dengan
kesepakatan kami berdua, jika kami satu sama lainnya udah cocok,
berarti itulah pilihan terakhir kami”106
Menurut pendapat Jamaniar sebagai berikut :
“Untuk menghadapi acara yang dilakukan sekali dalam seumur hidup
memang menurut saya harus di persipkan dengan semaksimal mungkin,
waktu itu saya sudah banyak mencari referensi tentang pakaian adat
Melayu Kota Jambi sehingga waktu itu saya membaca berita online
tentang Waliota yang akan mempatenkan pakaian pengantin melayu Kota
Jambi yang bewarna merah. Sesuah membaca cerita tersebut lansung
saya pilih pakaian tersebut.”107
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan di atas peneliti menyimpulkan
bahwa dalam mengevaluasi informasi tentang pakaian adat pengantin melayu
Kota Jambi, informan mempunyai cara yang berbeda seperti memilih pakaian
adat sendiri tanpa bantuan orang lain, memilih pakaian adat yang cocok dengan
pasangan dan memutuskan memilih pakaian adat pengantin Kota Jambi dengan
hasil pencarian di internet. Usaha ini mereka lakukan agar mendapat hasil yang
sesuai dengan informan inginkan
3. Kemampuan Masyarakat Kelurahan Kenali Besar dalam Menggunakan
Pakaian Adat Pengantin Melayu Kota Jambi
105
Wawancara Nurul Hidayati 1 Desember 2018 106
Wawancara Reno Agustian 3 Desember 2018 107
Wawancara Jasmaniar 10 Desember 2018
58
Kehidupan di abad ke-21 menuntut berbagai kemampuan yang harus
dikuasai setiap orang, dalam kontek penelitian ini masyarakat di tuntut bukan
hanya sekedar mampu mengakses informasi tentang pakaian adat pengantin
melayu Kota Jambi, mengevaluasi informasi tentang pakaian adat pengantin
melayu Kota Jambi tetapi masyarakat juga harus mampu menggunakan
informasi tentang pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi sehingga tidak
terjadinya gagal paham dalam mencari atau menilai suatu permasalahan.
Kemampuan dalam menggunakan pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi
merupakan salah satu indikator penting untuk mengukur apakah masyarakat
literet atau tidak dalam kontek adat dan budaya Kota Jambi khususnya
berpakaian pengantin melayu Kota Jambi. Menurut peneliti semakin literet
masyarakat dalam memahami adat dan budayanya semakin terjagalah adat dan
budaya tersebut karena masyarakat yang literet tidak hanya sekedar mengetahui
tentang adat dan budayanya tetapi juga ikut mensosilisa atau memberi informasi
tentang adat dan budayanya. Untuk melihat sejauh mana kemampuan
masyarakat kelurahan kenali besar dalam menggunakan pakaian adat pengantin
melayu Kota Jambi maka peneliti mewawancarai beberapa informan sebagai
berikut :
Menurut pernyataan Susiswi sebagai berikut :
”Ketika menggunakan pakaian adat pengan melayu Kota Jambi kami
dibantu oleh wedding organizer jadi lebih memudahakan kami untuk tata
rias pengantin, sekangkan sudah modern jadi semuanya kami serahkan
kepada pihak wedding organizer”108
Menurut pernyataan Sri Wahyuningsih sebagai berikut :
“Kan sudah ada tim tata riasnya jadi kami hanya tinggal ikut aja apa yang
mau bereka lakukan, yang penting yang mereka lakukan sesuai dengan
keinginan kita. jika tidak sesuai kita tinggal bilang aja nggak usah”109
Menurut pernyataan Jefri Ferdisyah sebagai berikut :
108
Wawancara Susiswi 17 November 2018 109
Wawancara Sri Wahyuningsih 17 November 2018
59
“Kalau kita sendiri yang memakai nya sendiri takut salah jadi lebih baik
mintak bantuan orang lain agar kita terbantu juga, karena memakai pakain
adat pengantin agak rumit banyak aksesorisnya.”110
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan di atas peneliti menyimpulkan
bahwa dalam menggunakan pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi
informan mempunyai cara yang sama yaitu dengan meminta bantuan wedding
organizer atau tat rias tersendiri yang telah meraka percayakan. Usaha ini
mereka lakukan agar mendapat hasil yang sesuai dengan informan inginkan.
Menurut pernyataan Sriyati sebagai berikut :
“Ada yang saya pakai sendiri dan ada mintak bantuan tata rias ketika
memakai pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi, karena ada aksesoris
pakaian yang tidak bisa kita pasang sediri”111
Menurut pernyataan Nur Asroh sebagai berikut :
“Saya ketika memakai pakaian adat pengantin di bantu oleh saudara saya
sendiri karena saya tidak mau banyak make up dan tata rias apalagi sampe
cukur alis. Saya lebih suka original aja palingan Cuma dikit sentuhan make
up, begitu juga dengan pakaian adat pengantin saya tidak suka banyak
tambahan aksesorisn jadi natral aja”112
Menurut pernyataan Yusnawati sebagai berikut :
“Saat resepsi pernikahan susah jika kita melakukannya sendiri karena kita
itu pastinya kita butuh bantuan orang lain untuk memakai pakai adat
melayu Kota Jambi, apalagi pas ganti ke pakaian ke 2 (dua) repat kita
kalau melakukannya sendiri”113
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan di atas peneliti menyimpulkan
bahwa dalam menggunakan pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi
informan cara yang sama yaitu dengan meminta bantuan keluarga, wedding
110
Wawancara Jefri Ferdiansyah 17 November 2018 111
Wawancara Sriyati 18 November 2018 112
Wawancara Nur Asroh 18 November 2018 113
Wawancara Yusnawati 20 November 2018
60
organizer atau tat rias tersendiri yang telah meraka percayakan. Usaha ini
mereka lakukan agar mendapat hasil yang sesuai dengan informan inginkan.
Menurut pernyataan Siti Hamijah sebagai berikut :
“Menurut saya memang agak ribet memakai pakaian adat pengantin
tradisional daripada memakai pakaian modern oleh karena itu harus
dibantu dalam memakainya, apalagi pakaian adat mewakili simbol-simbol
adat yang tidak bisa kita sembarangan dalam memakainya”114
Menurut pernyataan Rosdiana sebagai berikut :
“Kalau kami memakai pakaian adat pengantin lansung dibantu oleh orang
salon jadi tidak repot-repot lagi, semua sudah diatur jadi kami bisa
konsentrasi ke hal yang lain lagi”115
Menurut pernyataan Eni Fathonah sebagai berikut :
“Pengantin itukan raja dan ratu sehari jadi harus dilayani, oleh karena itu
biarlah orang tata rias yang mengatur semuanya”116
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan di atas peneliti menyimpulkan
bahwa dalam menggunakan pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi
informan cara yang sama yaitu dengan meminta bantuan keluarga, wedding
organizer atau tat rias tersendiri yang telah meraka percayakan. Usaha ini
mereka lakukan agar mendapat hasil yang sesuai dengan informan inginkan.
Menurut pernyataan Husnawati sebagai berikut ;
“Ketika memakai pakaian adat pengantin melayu kota jambi tidak bisa jika
tidak dibantu orang lain, tetapi walupun dibantu orang lain tetap kita juga
yang menyesuikannya dengan diri kita sendiri.”117
Menurut pernyatan Siti Hawa sebagai berikut :
“Dalam menggunakan pakaian adat pengantin kota jambi saya berusa
memakainya dengan penuh kebanggan, karena bagus tidaknya pakaian
yang kita pakai tergantung dengan kita menghargai pakaian tersebut”118
114
Wawancara Siti Hamijah 20 November 2018 115
Wawancara Rosdiana 22 November 2018 116
Wawancara Eni fathonah 22 November 2018 117
Wawancara Husnawati 24 November 2018
61
Menurut pernyatan Rahmala Gita sebagai berikut :
“Kamikan udah menyewa tata rias jadi semua udah di atur olehnya, kami
rasa semua orang juga udah sseperti ini mana ada yang memakai pakaian
adat sendiri”119
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan di atas peneliti menyimpulkan
bahwa dalam menggunakan pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi
informan cara yang sama yaitu dengan meminta bantuan keluarga, wedding
organizer atau tat rias tersendiri yang telah meraka percayakan. Usaha ini
mereka lakukan agar mendapat hasil yang sesuai dengan informan inginkan.
Menurut pernyataan Nurul Hidayati sebagai berikut :
“Ketika dalam mempersiapkan pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi
kami di bantu lansung oleh orang salon, jadi mengurangi juga kerjaan kami
karena banyak yang harus di persiapkan ketika acara.”120
Menrut pernyataan Reno Agustian sebagai berikut :
“Kami mintak bantuan tata rias dalam mempersipakan pakian adat
pengantin ketika rersepsi pernikahan karena menurut kami mereka sudah
bnyak pengalaman menghias orang dalam acara resepsi pernikahan”121
Menurut pernyataan sebagai berikut ;
“Kami mengandalkan orang dari salon aja karena kami bisa request
penampilan sesuai dengan keinginan kami, apalagi mereka udah
pengalaman jadi kami serahkan kepada mereka aja.”122
Dari wawancara dengan 3 (tiga) informan di atas peneliti menyimpulkan
bahwa dalam menggunakan pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi
informan dengan cara yang sama yaitu dengan meminta bantuan keluarga,
wedding organizer atau tat rias tersendiri yang telah meraka percayakan. Secara
keseluruhan informan terbut mempunyai style tersendiri dalam menggunakan
pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi, ada yang suka menambahkan
118
Wawancara Siti Hawa 29 November 2018 119
Wawancara Rahmala Gita 1 Desember 2018 120
Wawancara Nurul Hidayati 1 Desember 2018 121
Wawancara Reno Agustian 3 Desember 2018 122
Wawancara Jasmaniar 10 Desember 2018
62
asesorisnya, memadukannya dengan sentuhan modern dan lain sebagainya. Usaha
ini mereka lakukan agar mendapat hasil yang sesuai dengan informan inginkan.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa
Kemampuan masyarakat Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi dalam
mengakses pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi bisa dibilang cukup
baik karena dari semua informan yang peneliti wawancarai 10 dari 15 orang
sudah memahami makna pakaian adat Melayu Kota Jambi. Sedangkan
Kemampuan dalam mengevaluasi informasi tentang pakaian adat pengantin
melayu Kota Jambi, masyarakat Kelurahan Kenali Besar Kota Jambi juga
terbilang cukup baik karena masyarat sudah bisa menyaring dari banyak
informasi yang mereka dapatkan. Sehingga kemampuan masyarakat Kelurahan
Kenali Besar dalam menggunakan pakaian adat pengantin melayu Kota Jambi
bisa di bilang juga cukup baik karena dari awal masyarakat mengakses,
mengevaluasi dan menggunakan pakaian adat melayu Kota Jambi masyarakat
melalui proses pembelajaran dan mobilitas informasi yang saling berkaitan.
B. Saran
1. Diharapan kepada masyarakat Jambi pada umumnya dan pada masyarakat
Kota Jambi pada umumnya agar menggunakan pakaian adat pengantin
sesuai dengan daerahnya yang di diaminya karena adat mengatakan
“Dimano bumi dipijak disitu langit dijunjung”.
2. Kepada pemerintah Provinsi jambi umumnya dan pada pemerintah disetiap
Kabupaten Kota Di Jambi pada khususnya agar mempatenkan pakaian
adat pengantin daerah masing-masing dan mensosialisakannya ke
masyarakat agar adat budaya terjaga dengan baik hingga generasi
selanjutnya.
64
DAFTAR PUSTAKA
Arifah, A Riyanto, 2003, Teori Busana. Bandung : Yapemdo
Aris Nurohman, 2004, 2004, “Signifikansi literasi informasi (information literacy)
dalam dunia pendidikan di era global”. Jurnal kependidikan. Vol. II No.1.
Bilson Simamora, 2004, Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Dalyono, 2007, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta
Djaali, 2007, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Fadwa El Guindi, 2000, Jilbab Antara kesalehan, kesopanan, dan Perlawanan,
Jakarta: serambi
Fakultas Adab dan Humaniora, 2018. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi,
Jambi.
Farida Ida dkk, 2005, Information Literacy Skill: Dasar Pembelajaran Seumur
Hidup. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Himyari Yusuf, 2010, Filsafat Kebudayaan, Strategi Pengembangan Kebudayaan
Berbasis Kearifan Lokal, (Harakindo Publishing, Bandar Lampung.
Ida Fajar Priyanto, 2013, Literasi informasi. Jurnal Media Informasi: Forum
Komunikasi Perpustakaan, Bandung: Universitas Gajah Mada
M. Quraish Shihab, 2004, Pandangan Ulama Masa Lalu dan Cendekiawan
Kontemporer Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, Jakarta: Lentera Hati.
Masturoh, 2017, Pakaian Adat dan Tata Rias Pengantin Kota Jambi: Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jambi dan Dewan Pengurus Daerah
Himpunan Ahli Rias Indonesia (HARPI) “melati” Provinsi Jambi.
Mattulada, 1998, Sejarah Masyarakat dan Kebudayaan Sul-Sel, Makassar:
Hasanuddin Press.
Nurlaini, Jusuf Martun, 2014, Ragam Pakaian Pengantin Melayu Jambi Provinsi
Jambi, Jambi: Amara Book.
Slameto, 2010. Belajar dan factor-factor yang mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta.
Soerjono Soekanto, 2002, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono, 2010, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
65
Suharsimi Arikunto, 2010, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta.
Winkel, W.S, 2004, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi.
66
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)
Nama : ICA HANDAYANI
NIM : IPT 150432
Judul : LITERASI PAKAIAN ADAT MELAYU JAMBI DI KALANGAN
MASYARAKAT KEL. KENALI BESAR KOTA JAMBI
A. Wawancara
No Komponen Sub Komponen Indikator
1 Mengakses
Mendefinisikan
kebutuhan informasi Memahami penggunaan
pakaian adat sesuai adat
pengantin melayu Kota
Jambi
Memutuskan suatu tindakan
untuk menemukan informasi
yang berkaitan dengan
pakaian adat pengantin
melayu Jambi
Menentukan kebutuhan
informasi yang berkaitan
dengan pakaian adat melayu
jambi
Mulai melakukan pencarian
informasi tentang pakaian
adat pengantin melayu Jambi
Penelusuran informasi Mengidentifikasi dan
mengevaluasi sumber-
sumber informasi yang
potensial dari tokoh
masyarakat dan tokoh adat
Kel. Kenali Besar Kota
Jambi
Mengembangkan strategi-
strategi pencarian informasi
pada media digital dan
pengalaman masyarakat
lainnya
Mengakses sumber-sumber
informasi yang terpilih. Baik
dari tokoh atau dari media
digital
Memilih dan menemukan
67
informasi yang dibutuhkan
tentang pakaian adat melayu
Kota Jambi
2 Mengevaluasi
Penilaian informasi Menganalisis, memeriksa,
dan menyaring informasi
pada media digital, tokoh
masyarakat dan tokoh adat
Kel. Kenali besar Kota
Jambi
Memilih dan
menggabungkan informasi
pada media digital, tokoh
masyarat dan tokoh adat Kel.
Kenali besar Kota Jambi
Mengevaluasi keakuratan
dan hubungan dari informasi
yang ditemukan dari media
digital, tokoh masyarat dan
tokoh adat Kel. Kenali besar
Kota Jambi
Pengaturan informasi Menyusun dan
mengkategorikan informasi
yang relevan dengan pakaian
adat pengantin melayu Kota
Jambi
Menentukan informasi-
informasi yang baik dan
paling berguna dalam
mengaplikasikan pakaian
adat pengantin melayu Kota
Jambi
68
3 Menggunakan
Menggunakan
informasi Menemukan cara untuk
mengkomunikasikan,
menyajikan dan
menggunakan informasi
sesuai adat Melayu Kota
Jambi
Mengklasifikasikan
informasi yang ditemukan
agar tidak salah dalam
penggunaan pakaian adat
pengantin melayu Kota
Jambi
Mempelajari dan mendalami
informasi yang ditemukan
untuk menjadi pengetahuan
pribadi
Mempresentasikan hasil
observasi
Mengkomunikasikan
dan menggunakan
informasi
Mengkomunikasikan
pembelajaran dengan
pengetahuan intelektual yang
dimiliki
Menggunakan pengetahuan
yang relevan sesuai dengan
standar
Menggunakan standar
penulisan diakui
B. Dokumentasi
a) Struktur organisasi Kel. Kenali Besar Kota Jambi
b) Sejarah singkat Pakaian adat Pengantin Melayu Kota Jambi
c) Keadaan tokoh masyarakat dan tokoh adat melayu Kota Jambi
d) Data pernikahan di Kel. Kenali Besar Kota Jambi
75
Lampiran
JADWAL PENELITIAN
N
O
Jenis Kegiata
Penelitian
Bulan
I
Agus
2018
II
Sept
2018
III
Okt
2018
IV
Nov
2018
V
Des
2018
VI
Jan
2019
VII
Feb
2019
VIII
Mar
2019
IX
Apr
2019
X
Mei
2019
1 Pembuatan
Proposal
√
2 Pengajuan
Proposal dan
Pengajuan
Dosen
Pembimbing
√
3 Konsultasi dan
Perbaikan
Proposal
√
4 Seminar
Proposal dan
Perbaikan Hasil
Seminar
√
5 Pengesahan
Judul dan Izin
Riset
√
6 Pengumpulan
Data dan
Penyusunan
Data
√
7 Analisa Data
dan Penulisan
Draf
√
8 Penyempurnaa
n dan
Penggandaan
Skripsi
√
9 Ujian Skripsi
76
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ica Handayani
NIM : IPT. 150432
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Jambi 09-08-1997
Alamat : Jl.Kenali Jaya, RT.15, NO.167, Kel.Kenali Besar,
Kec. Kota Baru, Jambi
Status : Mahasiswa
HP : 081273518071
Pengalaman Organisasi : HMJ-IPT, PMII, IPPMK-J,
No. Tingkat Pendidikan Tempat Tahun
1. SD SDN 205 Kota Jambi 2009
2. SLTP SMPN 11 Kota Jambi 2012
3. SLTA SMAN 5 Kota Jambi 2015
4. PTN UIN STS Jambi 2019
Jambi, April 2019
Ica Handayani
IPT. 150432