Upload
puteri-rahmia
View
137
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
akuntansi
Citation preview
Literatur Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan oleh Morck, Shleifer dan Visny (MSV) (1988) menemukan
adanya hubungan antara kinerja perusahaan (yang diukur dengan Tobin’s Q) dengan persentasi
kepemilikan keluarga. Seiring dengan naiknya kepemilikan dari 0 ke 5 %, kinerja perusahaan
pun meningkat. Pada rentang kepemilikan dari 5% - 25%, kinerja perusahaan menurun. Ketika
konsentrasi kepemilikan di atas 25%, kinerja perusahaan naik secara perlahan. Penjelasan yang
di dapat oleh MSV adalah presentasi kepemilikan manajemen antara 0-5% menghasilkan
aligment-interest effect (efek kesesuaian kepentingan) yang dapat meningkatkan kinerja
perusahaan . Sedangkan presentasi kepemilikan antara 5-25% menunjukan entrenchment
effectyang terjadi dari kepemilikan manajeman mempunyai efek yang buruk pada kinerja.
Presentasi kepemilikan di atas 25% melemahkan entrenchment effect yang terjadi.
Penelitian lainnya yang juga mengacu pada MSV dilakukan oleh Cho (1988). Cho yang
menggunakan data tahun 1991 berhasil memperoleh pola sang sama dengan MSV dengan
menggunakan regresi ordinary least squares (OLS). Cho menyadari bahwa penelitian-penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya memperlakukan struktur kepemilikan sebagai hasil dari faktor-
faktor luar (exogenous). Dia menguji hipotesis Demetz dan Lehn (1985) yang menyatakan
bahwa struktur kepemilikan adalah endogenous, merefleksikan keputusan yang dibuat oleh
pemilik berdasarkan pertimbangan pilihan antara gaji atau employee stock options. Ketika Cho
menghihung persamaan regresi yang simultan disbanding menggunakan OLS, dia menemukan
bahwa nilai perusahaan mempengaruhi struktur kepemilikan, tetapi tidak kebalikannya. Hal ini
memutar balikan intrepretasi antara nilai perusahaan dengan struktur kepemilikan.
McConnel dan Servaes (1990) melakukan penelitian yang mereplika penelitian MSV
(1998) di atas. Mereka menggunakan 1980 data, pada tahun 1976 dan 1986. Pada tahun 1976
mereka menemukan bahwa hubungan antara konsentrasi kepemilikan dengan kinerja perusahaan,
yang diukur dengan Tobin’s Q, secara relatif hamper tidak ada, dengan adanya efek kesesuaian
antar kepentingan sampai dengan 50%, setelah itu kurva turun dengan perlahan. Dengan data
tahun 1986 mereka menemukan bahwa kurva naik tajam sampai 40%, setelah itu mendatar
kembali sampai 50% lalu menurun. McConnel dan servaes (1990) juga menguji pengaruh
leverage, kepemilikan institusional, pengeluaran research & development (R&D), dan
pengeluaran periklanan, menyimpulkan bahwa dengan memperhatikan variable-variabel kontrol
ini hasil awal yang telah ditemukan tidak berubah.
Bristow (1998) kembali meneliti isu mengenai struktur kepemilikan dan kinerja
perusahaan dengan data-data baru, yaitu 4000 perusahaan dari tahun 1986 sampai 1995. Dia
menghitung hubungan antara kepemilikan manajemen dengan kinerja perusahaan tiap tahunnya
selama sepuluh tahun tersebut. Pada beberapa tahun, Cho menemukan hasih yang sama dengan
MSV, untuk beberapa tahun yang lain dia menemukan pola kurva yang sama dengan McConnel
dan Servaes (1990), dan untuk tahun-tahun berikutnya ditemukan pola bowl (atap yang terbalik).
Penemuan Bristow menyatakan bahwa variable-variabel ekonomi lain, seperti tingkat
pertumbuhan relatif industry, perbedaan pada permintaan dan penawaran antar industri,
perubahan relatif nilai perusahaan antar industri dan perusahaan-perusahaan di dalamnya, dan
pergerakan harga saham, dapat berpengaruh pada hubungan antara struktur kepemilikan dan
kinerja perusahaan.
Senada dengan Cronqvist dan Nilson, Holderness dan Sheehan (1988) menemukan
bahwa perusahaan keluarga memiliki nilai Tobin’s Q yang lebih rendah dibandingkan
perusahaan non-keluarga.La Porta et al (1999) yang meneliti 539 perusahaan berusahaan besar
dari 27 negara maju, menemukan bahwa perusahaan dengan kepemilikan yang terkonsentrasi,
lebih khusus pada cash flow rights akan meningkatkan nilai perusahaan
Penelitian terhadap hubungan antara struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaaan
juga diteliti oleh Claessens dan Djankov (1999). Merekan mengambil data 706 perusahaan
Cekoslovia dari tahun 1992-1997. Untuk pengujian secara empiris Claessens dan Djankov
memakai variable profitabilitas dan produktifitas tenaga kerja sebagai indicator dari kinerja
perusahaan. Hasil tes empiris mengungkapkan bahwa semakin rendahnya penyebaran
kepemilikan perusahaan, maka semakin tinggilah profitabilitas dan produktifitas tenaga kerjanya.
Dari dua variable ini ditemukan bahwa kedua-duanya positif dan signifikan berkorelasi dengan
konsentrasi kepemilikan perusahaan . Dari regresi second-step yang dilakukannya mereka
menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan mempunyai hubungan yang positif terhadap kinerja.
Kenaikan 10% pada koefisien konsentrasi kepemilikan mempunyai dampak naiknya
profitabilitas jangka pendek sebesar3,3% dan kenaikan produktifitas tenaga kerja jangka pendek
sebesar 2%
Yeh et al. (2001) menganalisis kendali oleh keluarga dan tata kelola perusahaan yang
menggunakan sampel perusahaan-perusahaan Taiwan. Hasil penelitian Yeh et al. (2001)
menunjukkan ada hubungan yang tidak linear antara perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga
dan kinerja perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang dikendalikan keluarga yang memiliki level
kontrol yang rendah memiliki kinerja lebih rendah dibanding perusahaan-perusahaan yang
dikendalikan keluarga dengan level kontrol yang lebih tinggi dan perusahaan dimiliki secara
luas.
Classens et al (2002) juga meneliti topic yang sama dengan sampel 1301 perusahaan
terbuka dari 8 negara di Asia Timur, termasuk Indonesia. Dalam penelitian Classen dkk (2002)
di Indonesia adalah satu-satunya negara yang menunjukkan efek enterchment dan aligment
dengan tingkat signifikansi yang sama kuatnya. Sampel perusahaan Indonesia menunjukkan
hubungan positif antara ownership dengan valuation. Namun sampel tersebut juga menunjukkan
hubungan negative antara besarnya perbedaan ownership dan control dengan valuation pada
tingkat signifikansi 1%.
Anderson dan Reeb (2003) melakukan penelitian tentang hubungan antara struktur
kepemilikan keluarga dengan kinerja perusahaan dengan menggunakan data panel dari
perusahaan di index S&P 500 yang mempunyai hasil bahwa perusahaan keluarga mempunyai
kinerja yang lebih lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lainnya, terutama terjadi pada
perusahaan dimana perusahaan tersebut masih aktif menjadi CEO perusahaan (founder effect).
Namun hal yang serupa tidak dapat ditemukan di Kanada menurut penelitian yang dilakukan
oleh Morck et al (2000) yang disebabkan oleh lemahnya pertumbuhan perusahaan karena
tingginya halangan atas kontrol dari pihak luar, dan investasiyang tidak inovatif.
Cronqvist dan Nilson (2003) meneliti 309 perusahaan yang listed di Swedia periode
tahun 1991-1997. Penemuan mereka menunjukkan bahwa jika kepemilikan hak suara dikontrol
oleh keluarga, maka nilai (value) perusahaan akan turun , dan demikian pula sebaliknya.
Klein et al. (2005) menganalisis hubungan nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’s
Q dan indeks tata kelola perusahaan yang efektif untuk sampel 263 perusahaan publik di Kanada.
Klein et al, (2005) menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga sebagai bagian dari tata kelola
perusahaan secara negatif mempengaruhi nilai perusahaan. Ini menunjukkan bahwa kepemilikan
keluarga di Kanada tidak membuat pengelolaan perusahaan menjadi lebih baik tetapi menjadi
lebih buruk.
Penelitian yang dilakukan oleh Roberto Barontini dan Lorenzo Caprio (2005)
menemukan bahwa meskipun keterlibatan keluarga dalam suatu perusahaan merupakan suatu
alat yang paling dominan dalam untuk mempertinggi kontrol dalam perusahaan dan
menunjukkan pemisahan yang lebih besar antara kontrol dengan hak arus kas, namun terbukti
bahwa nilai perusahaan dan kinerja operasi perusahaan lebih tinggi. Hal tersebut keterlibatan
keluarga baik pendiri maupun pewaris (penerus) memiliki komitmen yang lebih tinggi terhadap
perusahaan.
Ng (2005) menguji hubungan antara kepemilikan keluarga dan kinerja perusahaan dalam
suatu lingkungan kepemilikan oleh keluarga yang diproksikan dengan kepemilikan manajerial.
Studi ini menunjukkan bahwa hubungan antara kepemilikan keluarga dan kinerja keuangan
seperti dalam bentuk kubik dengan pola entrenchment-alignment-entrenchmen. Hasil ini
menunjukkan kepemilikan manajerial 1%-16,86% menyebabkan kinerja perusahaan menurun.
Ketika kepemilikan manajerial 16,87%-63,17%, kepemilikan keluarga menyebabkan kinerja
perusahaan meningkat. Ketika kepemilikan keluarga lebih dari 63,17%, kinerjaperusahaan
kembali menurun.
Andreas (2006) dalam penelitiannya dengan menggunakan sampel 275 di jerman berhasil
menemukan pengaruh yang signifikan dari struktur kepemilikan keluarga terhadap kinerja
perusahaan. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa perusahaan dengan struktur
kepemilikan konsentrasi kepada keluarga pendiri perusahaan memiliki kinerja yang lebih baik
jika dibandingkan dengan struktur kepemilikan lainnya. Selain itu ditemukan juga efek pendiri
dimana kinerja perusahaan keluarga akan semakin baik ketika dipimpin oleh pendiri perusahaan.
Representasi keluarga dalam kontrol perusahaan juga memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap kinerja perusahaan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah struktur
kepemilikan keluarga ternyata mampu mengurangi dan menghilangkan masalah dan biaya
keagenan.
Villalonga dan Amit (2006) meneliti bagaimana kepemilikan keluarga, konrtol dan
manajemen didalam perusahaan mempengaruhi nilai (value) perusahaan. Mereka meneliti
perusahaan-perusahaan yang masuk dalam daftar Fortune-500 pada periode 1994-2000, dan
menemukan bahwa kepemilikan oleh keluarga meningkatkan nilai (value) perusahaan jika
perintis atau penemunya menjadi CEO atau menjadi chairman dengan seorang CEO yang
dipekerjakan. Namun ketika generasi penerusnya menjadi CEO, nilai (value) perusahaan akan
menurun. Penemuan mereka menunjukkan bahwa konflik pemilik-manajemen dalam perusahaan
non-keluarga menghabiskan lebih banyak biaya konflik antara keluarga dan pemegang saham
yang bukan keluarga dalam perusahaan dengan perintis atau penemunya menjadi CEO. Tetapi
bagaimanapun juga,konflik antara keluarga dengan pemegang saham non-keluarga dalam
perusahaan keluarga dimana penerusnya menjadi CEO menghabiskan lebih banyak biaya
disbanding konflik antara pemilik-manajemen dalam perusahaan non-keluarga.
Villalonga dan Amin (2006) membukukan bahwa konsentrasi kepemilikan keluarga
secara positif berhubungan dengan profitabilitas. Hasil ini menegaskan bahwa kepemilikan
keluarga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Akan tetapi, mekanisme yang dapat
meningkatkan kontrol melalui lintas kepemilikan, piramida, dan multiple voting shares secara
negatif mempengaruhi kinerja perusahaan.
Milva (2008) melalukan penelitian untuk mengetahui pengaruh kepemilikan keluarga
terhadap kinerja perusahaan. Dimana perusahaan tertutup dikontrol langsung oleh pemilik dan
merupakan keluarga untuk mengukur kinerja perusahaan menggunakan ROA, ROE, dan Tobin’s
Q. Pada penelitian ini mengambil 20 sampel perusahaan keluarga yang terdaftar di The Jakarta
Stock Exchange pada tahun 2000-2005. Pada hasil penelitian didapatkan bahwa perusahaan
keluarga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, hal ini terjadi
karena variable kontrol untuk mempengaruhi variable independent apabila dikontrol langsung
oleh pemilik pada satu kepemilikan. Ketika ukuran perusahaan, hutang perusahaan tidak
mempengaruhi ketika menggunakan ROA dan hutang perusahaan tidak mempengaruhi Tobin’s
Q, sehingga hasilnya pemegang saham akan lebih mempunyai efek dalam meningkatkan kinerja
perusahaan pada kepemilikan keluarga.
Penelitian yang dilakukan oleh Giovannini (2009) mengenai corporate governance,
struktur kepemilikan keluarga, dan kinerja perusahaan yang menggunakan sampel 56 perusahaan
Italia yang melakukan IPO antara tahun 1999 sampai dengan 2005 menemukan bahwa dewan
komisaris independen bertambah dengan tidak adanya investor keluarga. Selain itu kehadiran
dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dengan tingkat signifikansi yang
kecil, sementara itu keterlibatan keluarga dan keberadaan komite pelaksana dalam perusahaan
berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan
Widyastuti (2009) Penelitian ini mempelajari hubungan antara kinerja perusahaan dan
kepemilikan keluarga di Indonesia, baik melalui pendekatan pasar (Tobin’s Q) maupun dengan
pendekatan akuntansi (Return on Asset). Kinerja perusahaan merupakan hal penting
yang perlu diperhatikan karena kesejahteraan pemegang saham terkait dengan nilai
perusahaan (value of the firm) dan pada saat ini, perusahaan-perusahaan di
Indonesia juga masih mayoritas dimiliki oleh pihak keluarga
Penelitian ini menggunakan data panel yang terdiri dari 278 sampel perusahaan yang
seluruhnya tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan jumlah observasi sebanyak 1087
selama periode 2003-2006. Pengujian hipotesis menggunakan pendekatan random
effect model dan pooled regression sebagai robustness check dan menggunakan
beberapa variabel kontrol, yaitu besaran perusahaan, hutang, peluang pertumbuhan
perusahaan, umur perusahaan, industri dan tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan berasosiasi negatif
dengan perusahaan keluarga. Hal ini berarti bahwa perusahaan keluarga (family
controlled firm) memiliki kinerja yang lebih buruk dibandingkan dengan perusahaan
bukan keluarga (non-family controlled firm). Kesimpulan ini ditunjukkan secara
konsisten oleh dua metode pendekatan (pool regression dan random-effect model)
dan dua ukuran kinerja (Tobin’s Q dan Return on Asset).
I Putu Sugiartha Sanjaya (2011) melakukan penelitian untuk menginvestigasi keluarga
sebagai pemegang saham pengendali yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Sampel studi ini
604 observasian selama 2001-2007. Studi ini menggunakan purposive sampling untuk
mengumpulkan data dari Bursa Efek Indonesia. Studi ini mengumpulkan dan menelusuri pemilik
ultimat pada rantai struktur kepemilikan pada perusahaan-perusahaan manufaktur. Studi ini
menggunakan pemilik ultimat karena realita struktur kepemilikan pada perusahaan publik di
Indonesia terkonsentrasi. Studi ini mengindentifikasi kepemilikan langsung dan tidak langsung
pada rantai kepemilikan. Berdasarkan pada kepemilikan langsung dan tidak langsung, studi ini
dapat mengindentifikasi apakah pemilik ultimat adalah keluarga atau non keluarga. Studi ini
menggunakan return on assets untuk proksi kinerja perusahaan. Return diukur dengan laba
operasi. Hasil studi ini adalah kepemilikan perusahaan oleh keluarga secara negatif
mempengaruhi kinerja perusahaan. Ini mengindikasikan bahwa kepemilikan lebih besar oleh
keluarga menyebabkan kinerja perusahaan menjadi menurun. Hasil ini menegaskan efek
entrenchment lebih dominan dibanding efek alignment pada kepemilikan keluarga.
Ibrahim dan Samad (2011) membandingkan tata kelola perusahaan dan kinerja
perusahaan antara perusahaan publik di Malaysia dari tahun 1999 sampai 2005 yang dimiliki
oleh keluarga dan non keluarga. Studi ini membukukan bahwa nilai perusahaan secara rata-rata
lebih rendah bagi perusahaan yang dimiliki keluarga dibanding dimiliki non keluarga.
Prabowo dan Simpson (2011) menganalisis hubungan antara struktur dewan dan kinerja
perusahaan dalam perusahaan-perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga (family-controlled
firms). Prabowo dan Simpson (2011) menggunakan sampel perusahaan-perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Prabowo dan Simpson (2011) menemukan
bahwa direktur independen dalam dewan memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan
kinerja perusahaan. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa kepemilikan perusahaan oleh keluarga
secara negatif berhubungan dengan kinerja perusahaan. Ini berarti semakin besar kepemilikan
oleh keluarga menyebabkan semakin rendah kinerja perusahaan.