literatur prosedur

  • Upload
    dee-dee

  • View
    188

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Penelitian ini secara garis besar dilakukan dalam dua tahap: tahap pretreatment dan hidrolisa asam yang dilanjutkan dengan tahap detoksifikasi. Tahap pretreatment dan hidrolisa asam: bagasse dikeringkan terlebih dahulu pada suhu 105oC selama 16 jam selanjutnya disimpan dalam desikator untuk mempertahankan level moisture (Lavarack et al., 2002). Bagasse yang telah mencapai level moisture yang diinginkan selanjutnya diperkecil ukurannya hingga 120 mesh (Iranmahboob et al., 2002). Selanjutnya dilakukan hidrolisa dengan ditambahkan H2SO4 (0,25, 0,5 dan 0,75 w/w) pada 155oC, 10 bar dan berbagai waktu hidrolisa (5, 15, 30, dan 45 menit). Tahap berikutnya adalah netralisasi /detoksifikasi, yaitu dengan menambahkan kombinasi Ca(OH)2 dan H2SO4 hingga pH hidrolisat mencapai 5,5 (Mussatto dan Roberto, 2004) atau hanya dengan menambahkan NaOH 1 N hingga pH hidrolisat mencapai 5,5 (Iranmahboob et al., 2002). Penelitian ini menggunakan 5 g bagasse dengan solid/liquid ratio 0,05 w/w. Tahapan penelitian dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 1.

Hidrolisis Selulosa Serat Batang Pisang Hidrolisis batang pisang dilakukan dengan menggunakan katalis asam cair yaitu asam sulfat 96%. Dalam penelitian ini proses hidrolisis dilakukan dengan menggunakan variasi konsentrasi asam sulfat (0,25 M, 0,5 M, 1,0 M) dan variasi suhu (85 0C, 100 0C), selama 270 menit dengan pengambilan contoh setiap 30 menit untuk mengetahui laju reaksi dari proses hidrolisis tersebut. Konversi selulosa hasil hidrolisis dengan rentang waktu reaksi 270 menit dihitung berdasarkan dua pendekatan, yaitu secara gravimetri dengan menimbang selulosa umpan dan sisa selulosa, serta perhitungan konversi secara titrasi dengan menghitung jumlah gula yang terbentuk selama proses hidrolisis. Contoh yang telah diambil segera dinetralkan dan dianalisis gula pereduksinya. Hal ini bertujuan agar produk yang telah terbentuk tidak terdekomposisi membentuk senyawa-senyawa yang tidak diinginkan. Analisis gula pereduksi dilakukan dengan menggunakan metode Luff-Schorll.

Hidrolisis Serangkaian penelitian mengenai hidrolisis residu rumput laut telah dilakukan oleh Febriansyah dan Adi Chandra (2008), dimana diperoleh kondisi optimum hidrolisis residu rumput laut dari ektraksi agar jenis Gracilaria coronopifolia menggunakan H2SO4 sebagai katalis dengan konsentrasi 7%, waktu hidrolisis 3 jam, temperatur 85 C pada perbandingan padatan terhadap pelarut 1:0,5 menghasilkan gula sebesar 31,075 g/L. Konsentrasi asam, waktu hidrolisis, temperatur dan kecepatan pengadukan selama hidrolisis merupakan parameter-parameter yang mempengaruhi perolehan gula hasil hidrolisis.o

Proses hidrolisis Persiapan bahan baku Residu rumput laut Limbah industri karagenan (Eucheuma spinosum) dikeringkan terlebih dahulu hingga beratnya konstan. Penentuan Kondisi Optimum Hidrolisis Setiap 10 gram padatan umpan (residu rumput laut) dimasak dengan larutan asam (5 ml H2SO4 98% ditambah akuades hingga konsentrasi asam mencapai 7%) selama 2 jam dengan temperatur hidrolisis 80, 90, dan 100 C serta kecepatan pengadukan 100, 150, dan 200 rpm. Campuran hasil hidrolisis disaring sehingga didapatkan larutan gula dan asam. Detoksifikasi Hidrolisat Hidrolisat yang sudah disaring dengan kertas saring kemudian didetoksifikasi dengan penambahan 20% (w/v) Ca(OH)2 hingga pH mencapai 10 pada temperatur 30 C. Setelah 1 jam hidrolisat disaring dengan kertas saring. Lakukan analisis gula. Proses fermentasio o

Persiapan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa gula hasil hidrolisis residu rumput laut (Eucheuma spinosum) yang diperoleh dari hidrolisat yang telah didetoksifikasi. pH sampel sebelum fermentasi diatur pada pH 4,5 dengan penambahan larutan buffer asetat. Lalu campuran dimasukkan ke dalam botol penampung yang bersih dan steril dan ditutup dengan kapas serta dilapisi dengan aluminium foil, kemudian disterilisasi dalam autoclave pada temperatur 120 C selama 15 menit dan tekanan 1 atm, selanjutnya didinginkan dan disimpan dalam lemari pendingin suhu 4 C. Tahap Fermentasi Sebanyak 10 mL sampel dimasukkan ke dalam botol vial, lalu ditambahkan sejumlah ragi komersial Fermipan sebanyak 1% (b/v), diaduk sebentar, kemudian ditutup segera dan dibiarkan selama beberapa hari. Perubahan konsentrasi glukosa sampel diamati setiap harinya hingga diperoleh konsentrasi glukosa yang konstan (tidak terjadi proses fermentasi lagi).o o

Pretreatment bahan baku Kertas di potong kecil-kecil, dan kemudian di blender dengan ditambahkan sejumlah air, dan kemudian di keringkan ke dalam oven selama beberapa waktu sampai kandungan air nya hilang (sedikit)

Umumnya asam yang digunakan adalah H2SO4 atau HCl (Mussatto dan Roberto, 2004) pada range konsentrasi 2-5% (Iranmahboob et al., 2002; Sun dan Cheng, 2002), dan suhu reaksi 160oC

Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu: Persiapan Bahan baku, Fermentasi, dan Pemurnian. 1. Persiapan Bahan Baku Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik yang secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn), singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya. Persiapan bahan baku beragam bergantung pada bahan bakunya, tetapi secara umum terbagi menjadi beberapa proses, yaitu:

y y y

Tebu dan Gandum manis harus digiling untuk mengektrak gula Tepung dan material selulosa harus dihancurkan untuk memecahkan susunan tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik Pemasakan, Tepung dikonversi menjadi gula melalui proses pemecahan menjadi gula kompleks (liquefaction) dan sakarifikasi (Saccharification) dengan penambahan air, enzyme serta panas (enzim hidrolisis). Pemilihan jenis enzim sangat bergantung terhadap supplier untuk menentukan pengontrolan proses pemasakan. Tahap Liquefaction memerlukan penanganan sebagai berikut:

y y y y

Pencampuran dengan air secara merata hingga menjadi bubur Pengaturan pH agar sesuai dengan kondisi kerja enzim Penambahan enzim (alpha-amilase) dengan perbandingan yang tepat Pemanasan bubur hingga kisaran 80 sd 90 C, dimana tepung-tepung yang bebas akan mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly) seiring dengan kenaikan suhu, sampai suhu optimum enzim bekerja memecahkan struktur tepung secara kimiawi menjadi gula komplek (dextrin). Proses Liquefaction selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang diproses menjadi lebih cair seperti sup. Tahap sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana) melibatkan proses sebagai berikut:

y y y y

Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja Pengaturan pH optimum enzim Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 60 C sampai proses sakarifikasi selesai (dilakukan dengan pengetesan gula sederhana yang dihasilkan) 2. Fermentasi Pada tahap ini, tepung telah sampai pada titik telah berubah menjadi gula sederhana (glukosa dan sebagian fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan enzim yang diletakkan pada ragi (yeast) agar dapat bekerja pada suhu optimum. Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO2. Bubur kemudian dialirkan kedalam tangki fermentasi dan didinginkan pada suhu optimum kisaran 27 sd 32 C, dan membutuhkan ketelitian agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya. Karena itu keseluruhan rangkaian proses dari liquefaction, sakarifikasi dan fermentasi haruslah dilakukan pada kondisi bebas kontaminan. Selanjutnya ragi akan menghasilkan ethanol sampai kandungan etanol dalam tangki mencapai 8 sd 12 % (biasa disebut dengan cairan beer), dan selanjutnya ragi tersebut akan menjadi tidak aktif, karena kelebihan etanol akan berakibat racun bagi ragi. Dan tahap selanjutnya yang dilakukan adalah destilasi, namun sebelum destilasi perlu dilakukan pemisahan padatan-cairan, untuk menghindari terjadinya clogging selama proses distilasi. 3. Pemurnian / Distilasi Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air dan etanol). Titik didih etanol murni adalah 78 C sedangkan air adalah 100 C (Kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 100 C akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume.

variasi konsentrasi 1,0%; 1,5%; 2,0%; 2,5% dan 3,0% (v/v).

1. pembuatan etanol proses pembuatan etanol dari bahan yang mengandung selulosa maupun pati dapat dilakukan dengan proses hidrolisis dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4) atau asam klorida (HCl). namun dengan cara ini dihasilkan kadar etanol yang lebih kecil. Selain itu, biaya produksinya besar karena menggunakan bahan kimia yang relatif mahal, menimbulkan masalah korosi serta kurang ramah lingkungan karena penggunaan asam pada proses hidrolisisnya. Cara yang lebih baik untuk produksi bioetanol yaitu dengan pengembangan teknologi bioproses dengan pendekatan enzimatik . a. produksi etanol dari tetes (molasses) Tetes merupakan hasil sampingan proses pembuatan gula. Tetes mengandung sejumlah besar gula baik sukrosa maupun gula pereduksi. Total kandungan gula berkisar 48-56 persen sedangkan pH-nya 5,5 -6.5. Untuk pembuatan etanol, tetes terlebih dahulu diencerkan dengan air sehingga konsentrasi air gulanya menjadi 14-18%. Jika konsentrasi gula terlalu tinggi akan berakibat buruj pada khamir yang digunakan atau alkohol yang dihasilkan akan menghambat aktifitas khamir. Nutrisi yang ditambahkan biasanya berupa ammonium sulfat atau (NH4)2SO2 sebanyak 70-400 g/100liter cairan tetes. Sebagai sumber nitrogen dapat digunakan ammonia (NH3), garam ammonium, asam amino,peptide, pepton, nitrat atau urea dan tergantung jenis khamir yang digunakan. pH menjadi 4,5-5,0 dilakukan dengan cara menambahkan sulfat antara 1-21/1000 1 cairan tetes. Selanjutnya cairan tetes diatas diinokulasi dengan biakan khamir sebanyak 5-8% volume. Lama fermentasi berkisar 30-72 jam, tergantung pada komposisi tetes, konsentrasi gula dan suhu fermentasi. Kondisi fermentasi berjalan secara anaerob dan laju pembentukan CO2 sebesar 160kg/ton tetes. Suhu optimum berkisar antara 3233oC.kandungan alkohol pada akhir proses antara 6-9 persSalah satu species ragi yang telah dikenal mempunyai daya konversi gula menjadi etanol yang sangat tinggi adalah Saccharomiyces cerevisiae. S. cerevisiae menghasilkan enzim zimase dan invertase. Enzim zimase berfungsi sebagai pemecah sukrosa menjadi monosakarida. Enzim invertase selanjutnya mengubah glukosa menjadi etanol.