Upload
januartiaryapratiwi
View
256
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA PRA SEKOLAHDENGAN ASMA BRONKIAL
DI RUANG ANAK RSUD DR. SOETOMOSURABAYA
DI SUSUNOLEH :
SUBHANSUGENG
SUDJIYEMSISWANTO
THERESIA RETNO PDAVID ALEXANDER MANDALA
PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA2002
0
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK PRA SEKOLAH DENGAN
ASMA BRONKIAL.
Definisi:
Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit
obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme,
inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan.
Pembagian asma pada anak.
1. Asma episode yang jarang.
Biasanya terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan
oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 – 4 kali
dalam 1 tahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan
serangan yang berat.
Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung
kurang dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 – 14 hari.
Manifestasi alergi lainya misalnya, eksim jarang terdapat pada golongan ini.
Tumbuh kembang anak biasanya baik, diluar serang tidak ditemukan kelainan.
Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Golongan ini
merupakan 70 – 75 % dari populasi asma anak.
2. Asma episode yang sering.
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun.
Pada permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada
umur 5 – 6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang
tua menghubungkan dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan
stress. Banyak yang tidak jelas pencetusya. Frekwensi serangan 3 – 4 kali dalam
1 tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekwensi
serangan paling tinggi pada umur 8 – 13 tahun. Pad golongan lanjut kadang-
kadang sukar dibedakan dengan golongan asma kronik ataui persisten.
Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi
yang akan mengganggu tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung
frekwensi serangan. Jika waktu serangan lebih dari 1 – 2 minggu, biasanya tidak
ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat ditemukan pada golongan asma
kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi . Golongan ini
merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.
1
3. Asma kronik atau persisten.
Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan; 75
% sebelum umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang lama
pada dua tahun pertama, dan 50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 –
6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten dan
hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam hari terganggu oleh batuk dan
mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktui ke waktu
terjadiserangan yang berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit.
Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak
sedikit dan mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan
anak dan orang tua baru menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya.
Obstruksi jalan nafas mencapai puncakya pada umur 8 – 14 tahun, baru
kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan. Pada umur dewasa muda 50 %
golongan ini tetap menderita asma persisten atau sering. Jarang yang betul-betul
bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik jarang yang
normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung (Pigeon
Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison. Pada golongan ini dapat terjadi
gangguan pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik
kurangsekali, sering tidak dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainya. Juga
sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar terganggu. Sebagian kecil ada
mengalami gangguan psiko sosial.
Pencetus:
1. Alergen.
tor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebgian besar anak dengan asma.
Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang
penting. Bila tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah
allergen yang sedikit dansebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan
jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen
berhubungan dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi
dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang
terdapat di rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis allergen
pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada bayi dan anak kecil.
2
2. Infeksi.
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan
ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang
karena bakteri misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus
dan parasit seperti Askaris.
3. Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2
dan polutan udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan
batuksendiri dapat menimbulkan refleks bronkokonstriksi.
4. Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
berhubungan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma
5. Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu
serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan
pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap
kegiatan jasmani.
6. Infeksi saluran nafas.
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan
terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui
mekanisme iritasi atau refleks.
7. Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat
kompleks. Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang
berhubungan dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan
usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari
depan anak juga dapat memperberat serangan asma.
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya
pada anak dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang
dapat mempercepat dan memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah alergen
dan infeksi; diduga infeksi virus memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun
non alergenik. Serangan dapat terjadi pada seorang anak setelah mendapat
infrksi virus pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.
3
Patofisiologi
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif
dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme
dan zat antibodi tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya
alergi. IgE di muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan
antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya.
Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.
Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang
ditandai dengan bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana
brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih
lama ; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan
nafas beberapa minggu atau bulan.
Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan
udara dingin.
Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan
sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak,
kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres
pernafasan
Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi
karena edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli
dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian
tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan P02
(hipoxia).Selama serangan astmatikus, CO2 tertahan dengan meningkatnya
resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory
dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi
dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut
menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah
(hypocapnea).
4
Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)
Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper
IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas
Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan
diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit
Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator
radang (histamin)
Peningkatan permeabilitas kapiler (edema bronkus)
Peningkatan produksi mukus (sumbatan sekret)
Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis (N.X)
Hiperresponsif jalan napas
Asma
Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif
pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan
meningkatnya produksi sekret.
Fatigue berhubungan dengan hypoxia meningkatnya usaha nafas.
Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distress pernafasan
Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya
pernafasan dan menurunnya intake cairan
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan
pengobatan.
5
Komplikasi
Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
Chronik persistent bronchitis
Bronchiolitis
Pneumonia
Emphysema.
Etiologi
Faktor ekstrinsik :reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu,
serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang).
Faktor intrinsik; infeksi : para influenza virus, pneumonia,
Mycoplasma..Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur. Iritan;
kimia.Polusi udara (CO, asap rokok, parfum). Emosional; takut, cemas, dan
tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
Manifestasi klinis
Auskultasi :Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.
Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan,
cuping hidung, retraksi dada,dan stridor.
Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan nafas
sempit.
Tachypnea, orthopnea.
Diaphoresis
Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.
Fatigue.
Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.
Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran.
Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi
yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.
Serangan yang tiba-tiba atau berangsur.
Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.
X foto dada : atelektasis tersebar, “Hyperserated”
6
Pemeriksaan Diagnostik
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
Foto rontgen
Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil
biasanya meningkat dalam darah dan sputum
Pemeriksaan alergi
Pulse oximetri
Analisa gas darah.
Penatalaksanaan Serangan Asma Akut :
Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.
Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang
setiap 20 menit sampai 3 kali.
Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :
a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam
Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor,
hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang
tua tentang efek samping obat dan monitor efek samping obat.
b. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi
bronkospasme dan meningkatkan bersihan jalan nafas.
Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek
samping tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,
rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic;sering muntah,haus, demam
ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang. Intervensi keperawatan; atur aliran
infus secara ketat, gunakan alat infus khusus misalnya infus pump.
c. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus.
Prednison : 0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).
7
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
IDENTITAS
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma
episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan
dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa
infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca,
adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling
sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur
sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran
pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin
tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.
KELUHAN UTAMA
Batuk-batuk dan sesak napas.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping
faktor yang lain.
RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya
tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan:
minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan
suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan
terjadinya serangan asma.
8
RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan
umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3
tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia
pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk
perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun
yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3
tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada
usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah
tinggi.
Tahap perkembangan.
Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak
punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli
maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu
percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik
( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin
berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra
komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase
preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada
tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu
belum benar dan magical thinking.
Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan
kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari
teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh
keluarga.
Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu
atau guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-
tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran
tubuhnya dengan kelompoknya.
9
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “.
Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di
kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan
sedikit atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada
akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa
menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama
temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya,
lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran
juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang
mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan
kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda
dengan roda tiga.
RIWAYAT IMUNISASI
Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG,
POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
RIWAYAT NUTRISI
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6
tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan
rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % - <80 %
Gizi baik 80 % - 110 %
Obesitas lebih dari 120 %
DAMPAK HOSPITALISASI
Sumber stressor :
1. Perpisahan
a. Protes : pergi, menendang, menangis
b. Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi
10
c. Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi
2. Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas,
ketergantungan, ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.
3. Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.
4. Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.
PEMERIKSAAN FISIK / PENGKAJIAN PERSISTEM
Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan
otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi
hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering
musikal.
Sistem Cardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
Sistem Persyarafan / neurologi
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng
→ apatis → sopor → coma.
Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.
Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum,
mukosa mulut kering.
Sistem integumen
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.
DIAGNOSA KEPERAWATAN, TUJUAN, KRITERIA HASIL, RENCANA
INTERVENSI
1. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola
nafas berhubungan dengan bronkospasme, udem mukosal dan meningkatnya sekret.
Tujuan : Anak menunjukkan pertukaran gas yang normal, bersihan
jalan nafas yang efektif dan pola nafas dalam batas normal.
Kriteria hasil : PO2 dan CO2 dalam batas nilai normal, tidak sesak nafas,
batuk produktif, cianosis tdak ada, tidak ada tachypnea,ronki
dan wheesing tidak ada
11
Intervensi :
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas; pertahankan support ventilasi bila diperlukan
( oksigen 2 ml dengan kanule ).
2. Kaji fungsi pernafasan; auskultasi bunyi nafas, kaji kulit setiap 15 menit sampai
4 jam.
3. Berikan oksigen sesuai program dan pantau pulse oximetry.
4. Kaji kenyamanan posisi tidur anak.
5. Monitor efek samping pengobatan; monitor serum darah;theophyline dan catat
kemudian laporkan dokter. Normalnya 10-20 ug/ml pada semua usia.
6. Berikan cairan yang adekuat per oral atau peranteral
7. Pemberian terapi pernafasan; nebulizer, fisioterapi dada, ajarkan batuk dan nafas
dalam efektif setelah pengobatan dan pengisapan sekret ( suction ).
8. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk menurunkan
kecemasan.
9. Berikan terapi bermai sesuai usia.
2. Fatique berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.
Tujuan : Anak tidak tampak fatigue.
Kriteria : Tidak iritabel, dapat beradaptasi dan aktivitas sesuai dengan
kondisi.
Intervensi :
1. Kaji tanda dan gejala hypoxia; kegelisahann fatigue, iritabel, tachycardia,
tachypnea.
2. Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang dapat membuat
anak lelah, berikan istirahat yang cukup.
3. Intrusikan pada orang tua untuk tetap berada didekat anak.
4. Berikan kenyamanan fisik; support dengan bantal dan pengaturan posisi.
5. Berikan oksigen humidifikasi sesuai program.
6. Berikan nebulizer; kemudian pantau bunyi nafas, dan usaha nafas setelah terapi.
7. Setelah krisis, ajarkan untuk aktivitas yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan untuk meningkatkan ventilasi,dan memperluas perkembangan
psikososial.
3. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.
Tujuan : Kecemasan menurun
Kriteria : Anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang tua
merasa tenang dan berpartisipasi dalam perawatan anak.
12
Intervensi :
1. Ajarkan teknik relaksasi; latihan nafas, melibatkan penggunaan bibir dan perut,
dan ajarkan untuk berimajinasi.
2. Pertahankan lingkungan yang tenang ; temani anak, dan berikan support.
3. Ajarkan untuk ekspresi perasaan secara verbal
4. Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi.
5. Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak.
6. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.
4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan
menurunnya intake cairan.
Goal : Status hidrasi adekuat
Kriteria : Turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, intake cairan
sesuai dengan usia dan BB, output urine > 2 ml/ kg per jam.
Intervensi :
1. Monitor intake dan output, mukosa membran, turgor kulit, pengeluaran urin,
ukur grapitasi urin atau berat jenis urin ( nilai 1.003-1030 ).
2. Monitor elektrolit
3. Kaji warna sputum, konsistensi dan jumlah
4. Pertahankan terapi parenteral bila indikasi, dan monitor kelebihan caiaran
(overload)
5. Berikan intake cairan per oral bila toleran, hati-hati minuman yang dapat
meningkatkan bronkospasme ( air dingin ).
6. Setelah fase akut, ajarkan anak dan orang tua untuk minum 3-8 gelas (750-2000
ml), tergantung usia dan berat badan.
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.
Goal : Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat
Kriteria : Mengekspresikan perasaan dan perhatian serta memberikan
aktivitas yang sesuai usia atau kondisi dan perkembangan
psikososial pada anak.
Intervensi :
1. Berikan kesempatan pada orang tua untuk ekspresi perasaan.
2. Kaji mekanisme koping sebelumnya pada waktu stress
3. Jelaskan prosedur dan pengobatan yang diberikan
4. Informasikan kepada orang tua tentang kondisi anak
5. Identifikasi sumber-sumber psikososial keluarga dan finansial.
13
6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan.
Goal : Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan
pengobatan dan mengikuti regimen terapi yang diberikan.
Kriteria : Berpartispasi dalam memberikan perawatan pada anak sesuai
dengan program medik atau perawatan.
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit, pengobatan dan
intervensi.
2. Bantu untuk mengidentifikasi faktor pencetus.
3. Jelaskan tentang emosi dan stres yang dapat menjadi faktor pencetus.
4. Jelaskan tentang pentingnya pengobatan; dosis, efek samping, waktu pemberian
dan pemeriksaan darah.
5. Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan kontrol ulang.
6. Informasikan pentingnya program aktivitas dan latihan nafas.
7. Jelaskan tentang pentingnya terapi bermain sesuai usia.
Perencanaan Pemulangan
Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau phantom.
Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.
Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu
binatang dan lainnya.
Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul.
Ajarkan penggunaan nebulizer.
Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek
samping, waktu pemberian.
Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress.
Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.
Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya
Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan
Infomedika Jakarta.
Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV
Sagung Seto Jakarta.
15
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK PRE SCHOOL
DENGAN ASMA BRONCHIAL
DI RUANG ANAK RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
PENGKAJIAN
IDENTITAS KLIEN
Nama : An. Puput
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 5 tahun
Anak ke : Pertama
Nama Ayah : Tn Sujiono
Nama Ibu : Ny.Lili Pujiati
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SMP
Pekerjaan Ayah : Swasta
Pekerjaan Ibu : Swasta
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Greges barat G/ Dalam no.15 Surabaya.
Taggal MRS : 18 juli 2002 jam 02.30
Diagnosa Medis : Asma Bronkial
Sumber Informasi : Orangtua klien.
Pengkajian tanggal : 18 Juli 2002 jam 08.00
RIWAYAT KEPERAWATAN
1) Riwayat Keperawatan SekarangKeluhan Utama : Batuk dengan dahak sulit keluar dan sesak nafas.
Lama keluhan :Sejak empat jam yang lalu.
Akibat timbulnya keluhan : Anak sulit tidur, tidak mau makan dan minum
serta tampak lemah.
Faktor yang memperberat : Tidak ada
Upaya untuk mengatasi : Dibawah ke rumah sakit DR.Soetomo Surabaya
melalui IRD jam 02.30.
2) Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Prenatal : Selama hamil ibu tidak pernah sakit, minum obat-obatan maupun
minum jamu-jamuan.
16
Natal : Anak lahir pada usia kehamilan 9 bulan 10 hari, dengan berat
badan lahir 3,5 kg, ditolong bidan. Lahir spontan langsung
menangis, warna kulit merah, tidaka ada cianosis, kuning, dan tidak
ada kejang.
Post-Natal : Perkembangan dan pertumbuhan sampai anak berumur 5 th
Berjalan normal.
Alergi : Anak tidak alergi obat, anak jika terpapar dengan dingin, kena
debu atau bulu-bulu dari selimut atau kapas langsung bersin-bersin
dan sesak napas.
Tumbuh kembang:
Mengangkat kepala umur 2 bulan, duduk umur 7 bulan, jalan umur 13 bulan,
ngoceh umur 7 bulan.Untuk perkembangan saat ini : personal
sosial anak dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar ruangan
rawat ; Gerakan motorik halus saat ini yaitu anak dapat memegang
gambar dan menggambar; Perkembangan bahasa saat ini dimana
anak dapat mengikuti perintah dan berbicara spontan; Motorik
kasar, anak sudah duduk, berdiri, berjalan dan berlari.
Imunisasi : Anak telah mendapat imunisasi lengkap yaitu BCG; DPT I, II,
III; POLIO I,II,III; Campak; TT.
Status gizi : Berat badan anak saat ini ( 19 kg ) termasuk dalam status gizi
baik yaitu 105 % ( 80 – 110 % ).Kebutuhan kalori pada anak saat
ini 90 kkal X 19 kg yaitu 1710 kkal. Tinggi badan anak 107
cm.Anak minum ASI sampai umur 2 tahun.
Psikososial :Termasuk tahap preschool.
Psikoseksual :Termasuk fase oedipal atau faliks.
Interaksi :Anak tidak tampak takut dengan kehadiran perawat
disampingnya. Tetapi jika ingin melakukan tindakan ( menyuntik )
anak menangis ketakutan.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Komposisi keluarga : keluarga memiliki 1 orang putri yaitu klien sendiri.
Lingkungan rumah dan komunitas : Menurut ibu kondisi lingkungan rumah
cukup bersih, dan berlantai keramik.Dalam rumah ada bahan-bahan
iritan seperti minyak wangi, obat semprot nyamuk dan juga ada
binatang peliharaan seperti kucing.Suhu lingkungan rumah dalam
batas normal (tidak terlalu panas atau dingin ).Tinggal dalam satu
17
rumah dengan jumlah penghuni 3 orang yaitu ayah, ibu dan klien
sendiri.
Pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga : sudah ada pada pengkajian
identitas klien .
Kultur dan kepercayaan : menganut budaya jawa dan agama islam.
Fungsi dan hubungan keluarga : cukup harmonis.
Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : Anak sering minum es dan
didalam keluarga ayah merokok.
Persepsi keluarga tentang penyakit klien : anggapan keluarga bahwa anaknya
menderita penyakit berat dan harus segara ditangani.
Lainnya : Menurut keluarga (Ibu) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini
menderita sakit asma. Tetapi suami mempunyai riwayat sesak napas.
Orang tua anak tampak gelisah dan cemas dengan kondisi anaknya.Ibu
sering bertanya tentang penyakit anaknya dan apakah dapat
disembuhkan.
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK (PENGKAJIAN BODY SYSTEM).
Sistem Respirasi : Inspeksi : bentuk pergerakan dada simetris, retraksi subcostal
positip,penggunaan otot bantu pernapasan positip, anak tampak sesak,
respirasi rate 40 x/ menit dan reguler. Perkusi dada : sonor. Auskultasi :
ronchi kering +/+, wheezing +/+ eksperium memanjang.
Sistem Cardiovaskuler : TD : 100/60, nadi 112x/mnt, tidak terdapat tanda-
tanda cyanosis, diaporesis.
Sistem Neurosensori : Compos mentis.
Sistem Genitourinary : BAK lancar, spontan, warna kuning dan bau khas.
Sistem Gastrointestinal : Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3
sendok makan, minum tidak suka, harus dipaksakan baru mau minum. Mual
tidak ada, muntah tidak terjadi. Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah hepar
dan abdomen.Bising usus 8x/mnt.
Sistem muskuloskeletal :Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas,
keempat ekstremitas simetris, kekuatan otot baik.
18
Sistem Integumen :S : 366 , turgor baik, tidak ada luka,keringatan.
Sistem Endokrin :Tidak ada kelainan.
DIAGNOSTIC TEST / PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM : TANGGAL 18 JULI 2002
Hb : 12,7 g/dl ( P : 11,4-15,1 )
Leko : 12,5 x 109/l ( P : 4,3 – 11,3 )
Trombo : 377 ( 150 – 350 )
HCO3 : 18,5 mmol ( 21-25 )
BE : - 7,1mmol/l ( P -3,3 + 1,2 )
PH : 7, 347 ( 7,35-7,45 )
PCO2 : 34,5 ( 35-45 mmHg )
PO2 : 84,0 ( 80-104 mmHg )
O 2 saturasi : 95 %
Ct CO2 : 19,0.
Foto : Paru tidak tampak kelainan.
PROGRAM TERAPI
Infus D ½ saline 1500 cc/24 jam.
Oksigen 2 l/menit.
Ampicillin 3x300 mg/iv.
Cloxacillin 3x150 mg/iv.
Nebulizer Ventolin 4x1 ½ cc + pz 1 ½ cc.
Aminophilin 4,5 cc/ iv bolus dan 4,5 cc drip.
Chest fisioterapi.
Diet B 5 TIK 1450 Kkal + 40 gr Protein.
19
ANALISA DAN SINTESA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. S : Klien mengatakan sesak napas.
O : Tampak gelisah, retraksi subcosta +, penggunaan otot bantu pernapasan +, RR 40 x/menit,tachipnea,112x/mnt, TD : 100/60,ronchi kering +/+, Wheezing +/+ eksperium memanjang, dan diaporesis, batuk + non produktif, ABGS dalam batas normal.
Interaksi IgE dan antigen pada sel mast
Mediator radang
Bronchospasme, edema mucosa, meningkatnya produksi sekret pada
saluran napas
Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas dan tidak efektif pola
nafas
Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas dan tidak efektif pola nafas.
2. S : Klien mengatakan sesak napas.
O : Tampak lemah, diaporesis, dispnea, dan tachipnea.
Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas dan tidak efektif pola
nafas
Hipoksia
Meningkatnya usaha nafas
Fatigue
Fatigue
3. S : Klien mengatakan tidak mau makan dan minum
O : Keadaan umum lemah, makan pagi hanya mau 3 sendok
Sesak nafas
Intake nutrisi dan minum tidak adekuat
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. S : Orang tua bertanya tentang kondisi dan perkembangan penyakit yang diderita anaknya, Mengatakan bahwa penyakit yang diderita anaknya adalah serius.
O : Orang tua tampak cemas dan gelisah. Anak rewel.
Distress pernafasan
Hospitalisasi
Kecemasan meningkat
Kecemasan meningkat
20
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas dan tidak efektif
pola nafas berhubungan dengan Bronchospasme, edema mucosa, dan
meningkatnya produksi sekret pada saluran napas.
2. Fatique berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Intake nutrisi dan minum yang tidak adekuat.
4. Kecemasan meningkat berhubungan dengan distress pernafasan dan
hospitalisasi.
III. PERENCANAAN
1. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas dan tidak efektif pola
nafas berhubungan dengan Bronchospasme, edema mucosa, dan meningkatnya
produksi sekret pada saluran napas.
Tujuan : Pertukaran gas, bersihan jalan nafas , dan pola nafas klien
menjadi baik.
Kriteria : Tidak sukar dalam bernafas, tidak ada penggunaan otot-otot
bantu nafas, tidak ada ronchi dan wheezing, respirasi rate 20-30
x/menit, batuk yang produktif, nilai gas darah tetap dalam batas
normal, nadi dalam batas normal (80-100 x/mnt) dan anak
memperlihatkan kepatenan pada jalan nafas.
Intervensi :
Kaji pernapasan setiap 2-4 jam; kedalamannya, irama, penggunaan otot-otot
bantu nafas, cuping hidung, dan adanya batuk.
Auskultasi bunyi nafas setiap 2-4 jam.
Monitor ABGS.
Pemberian oksigen dengan humidifikasi.
Tinggikan bagian kepala saat tidur 30-40 derajad dengan kepala sedikit
ekstensi.
Berikan istirahat dan aktivitas secara periodik.
Lakukan fisioterapi dada, nebulizer dan suction.
Monitor nadi; apakah ada takikardi; bila takikardi ada disebabkan oleh karena
hypoxia.
Lakukan program medik: bronkodilator, B1 Agonis dan steroid.
21
2. Fatique berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.
Tujuan : Anak tidak tampak fatigue.
Kriteria : Tidak iritabel, dapat beradaptasi dan aktivitas sesuai dengan
kondisi.
Intervensi :
Kaji tanda dan gejala hypoxia; kegelisahann fatigue, iritabel, tachycardia,
tachypnea.
Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang dapat
membuat anak lelah, berikan istirahat yang cukup.
Intrusikan pada orang tua untuk tetap berada didekat anak.
Berikan kenyamanan fisik; support dengan bantal dan pengaturan posisi.
Berikan oksigen humidifikasi sesuai program.
Berikan nebulizer; kemudian pantau bunyi nafas, dan usaha nafas setelah
terapi.
Setelah krisis, ajarkan untuk aktivitas yang sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan untuk meningkatkan ventilasi,dan
memperluas perkembangan psikososial.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang berhubungan dengan intake yang
kurang
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi
Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan berat
badan, Nafsu makan meningkat, porsi makanan yang disajikan
mampu dihabiskan klien, mual dan muntah berkurang.
Intervensi :
Kaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu makan
Berikan makanan yang mudah ditelan mudah cerna
Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam) dan mengandung gas.
Beri makanan kesukaan klien
Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
4. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.
Tujuan : Kecemasan menurun
Kriteria : Anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang tua
merasa tenang dan berpartisipasi dalam perawatan anak.
22
Intervensi :
Ajarkan teknik relaksasi; latihan nafas, melibatkan penggunaan bibir dan
perut, dan ajarkan untuk berimajinasi.
Pertahankan lingkungan yang tenang ; temani anak, dan berikan support.
Ajarkan untuk ekspresi perasaan secara verbal
Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi.
Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak.
Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.
23
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Anak Puput No. Rekam Medis 10062026 Hari Rawat ke 2
NO. DXTGL
JAM IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)
1. 18 Juli 2002 07.30
08.00
08.30
08.50
09.00
09.30
09.50
1. Mengkaji pernafasan : RR 40 x/mn, irama teratur, tidak dalam, retraksi subcosta, penggunaan otot bantu pernafasan, batuk non produktif, perkusi : sonor, auskultasi : ronchi kering, wheezing +/+ eksperium memanjang.
2. Mengambil darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan BGA.
3. Meninggikan kepala saat tidur 30-40 derajad.
4. Melakukan nebulizer : ventolin 1,5 cc + Pz 1,5 cc dalam waktu 10 menit.
5. Melakukan klaping pada dada anterior-posterior.
6. Melakukan suction lendir warna putih kental
7. Mengukur nadi 112 x/mn, TD 100/60 mmhg
Jam 13.00
S : Anak mengatakan masih sesak
O : sesak positif, RR 28 x/mn, nadi 100 x/mn, retraksi subcostal positif, batuk positif non produktif, ronchi dan wheezing positif, dan rewel.
A : Masalah belum teratasi
P : Rencana diteruskan.
24
2. 10.00
11.00
11.20
11.30
1. Mengkaji keluhan kurang nafsu makan dan minum yang kurang pada anak, anjurkan ibu memberikan makan minum sedikit-sedikit tapi sering pada anak
2. Memberikan injeksi deksametason 1 ampul/4 mg iv
3. Drip 4,5 cc aminophilin dalam D5 ¼ salin
4. Bolus 4,5 cc aminophilin iv
S : Anak mengatakan masih sesak nafas
O : Tampak lemah, lelah, dispneu, retraksi interkosta.
A : Masalah belum teratasi
P : Rencana dilanjutkan
3. 12.00
12.00
1. Duduk di samping anak dan memberikan suport agar anak lebih tenang
2. Menghindari terlalu sering memberikan intervensi yang tidak penting pada anak untuk mencegah kelelahan pada anak
S : Anak mengatakan tidak mau makan dan minum
O : Menolak makan dan minum yang diberikan
A : Masalah belum teratasi
P : Rencana dilanjutkan
4. 12.30 Menganjurkan orang tua untuk tetap berada disamping anak untuk mengurangi kecemasan anak
S : Anak mengatakan takut, orang tua bertanya tentang perkembangan penyakit anak dan menganggap sakit anaknya cukup serius.
O : Anak rewel dan tampak gelisah, orang tua tampak tegang dan cemas dari ekspresi verbal dan non verbal.
A : Masalah belum teratasi
P : Dilanjutkan
25
1. 19 Juli 2002 07.30
08.00
08.3008.50
09.00
09.30
09.50
1. Mengkaji pernapasan : RR 24x/menit, irama teratur dan tidak dalam,tidak ada retraksi subcostal, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, batuk produktif dengan riak warna putih, perkusi : sonor, auskultasi : ronchi kering +/-, wheezing +/+ eksperium memanjang
2. Menginjeksi ampicillin 300 mg/iv dan cloxacillin 150 mg/iv. Theopillin injeksi diganti oral yaitu :Theopillin/Aalbutamol/Ambroksol 3x po
3. Meningikan kepala saat tidur 30-40 derajad4. Melakukan nebulizer : ventolin 1 1/2 cc +
Pz 1 ½ cc dengan waktu 10 menit5. Melakukan klaping pada dada anterior dan
posterior6. Melakukan suction positip lendir warna
putih kental7. Monitor nadi : 100 x/menit, tensi : 100/60
mmHg, oksigen kanule yang sudah terpasang 2 l/menit dan hasil ABGS tidak ada tanda asidosis respiratorik
Jam 13.00
S : Anak mengatakan tidak sesak napas
O : sesak tidak ada, RR 24 x/menit, Nadi 100x/menit, tidak ada retraksi subcostal, batuk produktif dengan riak putih, tidak ada penggunaan otot pernapasan, ronchi kering +/- dan wheezing +/+.
A :Masalah teratasi sebagian
P :Diteruskan
26
2. 10.00 Mengkaji keluhan kurang napsu makan dan minum yang kurang pada anak dimana makan dan minum anak mulai meningkat ditandai dengan makanan dan minuman yang disediakan dimakan dan diminum, serta anjurkan ibu memberikan makan-minum yang disediakan RS dengan diit 1450 Kkal + 40 gr protein sedikit-sedikit tapi sering , sehingga anak dapat intake yang cukup
S : Anak mengatakan tidak sesak napas
O :Tampak masih lemah dan lelah
A :Masalah teratasi sebagian
P : Dilanjutkan
3. 12.00
12.00
Duduk disamping anak dan memberikan support agar anak lebih tenang dan tidak rewel
Menghindari seringnya meakukan intervensi yang tidak penting pada anak untuk mencegah kelelahan pada anak
S : Anak mengatakan mau makan dan minum
O :Makanan dan minuman yang disediakan rumah sakit mulai dimakan oleh anak, tapi tidak dihabiskan porsi yang disediakan
A :Masalah teratasi sebagian
P :Dilanjutkan
4. 12.30 Menganjurkan orang tua untuk tetap berada disamping anak untuk mengurangi kecemasan pada anak
S : Anak mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan dapat menerima kehadiran perawat disampingnya.
O :Anak tidak rewel dan mulai dapat menerima dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar,orang tua anak tampak lebih rilek dari ekspresi verbal dan nonverbalnya serta orang tua tetap mendampingi anaknya
A :Masalah teratasi sebagian
27
P : Dilanjutkan
Perencanaan pemulangan : tanggal 20 Juli 2002, implementasi keperawatan yang diberikan :
1. Menjelaskan proses penyakit.
2. Menghindari faktor pemicu : kebersihan lantai rumah, debu-debu, bulu binatang, dll.
3. Menjelaskan tanda-tanda bahaya yang harus diperhatikan.
4. Menjelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.
5. Menjelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.
6. Mematuhi program pengobatan / terapi.
28