Upload
lubenah-huwel
View
213
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PENCEMARAN TANAH OLEH SAMPAHFUNGSI TANAH TERHADAP BAHAN PENCEMARPENGENDALIAN PENCEMARAN TANAH OLEH SAMPAHANALISIS KOMPOSISI TANAH
Citation preview
PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH - B
“PENCEMARAN TANAH OLEH SAMPAH”
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2:
AFNAN HANIFA
FRIEDE WIJAYANTI
LUBENAH
M RAMZI
M FADHLI SYADDAD
TINGKAT 2 DIII
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
JAKARTA, 2014
1. PENCEMARAN TANAH
Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan
mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran limbah
cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air
permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, kecelakaan kendaraaan
pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah air yang berasal dari tempat penimbunan sampah,
serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah.
Saat zat berbahaya/beracun tersebut mengenai permukaan tanah, maka ia dapat menguap
tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah
kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat
berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan
udara di atasnya.
Penyebab utama dari terjadinya pencemaran tanah berasal dari ulah manusia itu
sendiri, seperti limbah padat (sampah yang dihasilkan manusia). Logam berat dari barang-
barang bekas pakai/bangunan yang digunakan oleh manusia yang dibiarkan begitu saja.
Penggunaan pestisida yang berlebih untuk membunuh serangga pada tanaman, serta
pengunaan zat nitrogen dan fosfat pada tanaman yang efeknya tidak baik untuk tanah.
2. PENCEMARAN TANAH OLEH SAMPAH
2.1 Sampah Domestik
Limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman penduduk;
perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-
kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.
Limbah padat berupa senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan atau
diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan
bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur. Bahan
pencemar itu akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus plastik
yang kita buang ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh
anak cucu kita setelah ratusan tahun kemudian.
Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak
dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan
mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di
dalam tanahpun akan berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati
karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang.
Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan
merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-organisme di dalam
tanah.
2.2 Sampah Industri
Sampah Industri berasal dari sisa-sisa produksi industri. .
Limbah industri berupa limbah padat yang merupakan hasil buangan industri
berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa
pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan
daging dll.
Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi,
misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya.
Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari
proses industri pelapisan logam seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah.
Merupakan zat yang sangat beracun terhadap mikroorganisme. Jika meresap ke
dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang memiliki
fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah.
2.3 Sampah Pertanian
Sampah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah
atau tanaman, misalnya pupuk urea dan pestisida untuk pemberantas hama tanaman.
Penggunaan pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah,
yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis
tanaman tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Dan penggunaan pestisida
bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di
dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di
dalamnya. Selain itu penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan
hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut
3. FUNGSI TANAH TERHADAP BAHAN PENCEMAR
Tanah mempunyai peran penting dalam lingkungan karena berfungsi sebagai penyaring,
penyangga, dan sistem transformasi sehingga mampu melindungi kita dari pengaruh
pencemaran akibat kegiatan industri modern.
3.1 Fungsi Penyaring (Filter)
Banyak bahan residu padat dan bahan lain yang berpotensi mencemari seperti debu dan
sedimen, serta bahan padat seperti kotoran ternak, dan buangan pabrik. Bahan-bahan tersebut
kemungkinan mengandung bahan atau senyawa yang bersifat meracun dalam konsentrasi
tertentu seperti kadmium (Cd), tembaga (Cu), seng (Zn), fluorin (F), dan raksa (Hg). Unsur-unsur
tersebut ternyata dapat diikat oleh tanah sehingga tanah lapisan bawah dan air domestik/ air
minum tetap murni, tak terkontaminasi bahan pencemar. Tanah lempungan dan debuan
merupakan tanah yang bertekstur halus dan mempunyai kemampuan yang tinggi sebagai
penyaring, tetapi permeabilitasnya rendah. Kapasitas penyaring sama dengan jumlah air yang
dapat dimurnikan per satuan waktu. Kapasitas penyaring ini cukup rendah pada tanah
lempungan dan debuan, tetapi cukup tinggi pada tanah geluhan. Tanah pasiran mempunyai
efisiensi yang rendah sebagai filter, tetapi cepat meloloskan air.
3.2 Fungsi Penyangga (Buffer)
Kapasitas penyangga juga sangat penting dalam hubungannya dengan masalah lingkungan
karena kompleks pertukaran juga menyerap senyawa yang larut dalam air hujan. Contohnya,
Nitrogen Monoksida dan Sulfur, senyawa meracun terlarut, insektisida terlarut, dan bahan
pencemar industri, atau kemungkinan secara kimia dapat terendapkan karena sangat
dipengaruhi pH dan potensial redoks. Kapasitas penyangga cukup tinggi pada tanah lempungan
dan debuan, serta kandungan bahan organik yang tinggi.
3.3 Fungsi Alihrupa (Transformation)
Bahan pencemar dalam bentuk senyawa organik, misalnya urin, tinja, pupuk kandang,
limbah cair, limbah padat dan insektisida kemungkinan besar akan mengalami proses alihrupa
dan terpecah menjadi senyawa yang tidak meracun karena mengalami peruraian oleh kegiatan
mikroorganisme, di samping itu terjadi proses humifikasi.
Potensi tanah sebagai penyaring, penyangga, dan pengalihrupa bahan pencemar sangat
penting dalam hubungannya dengan penanggulangan pencemaran lingkungan dan eutrofikasi
badan air. Contoh, pengayaan hara dalam badan air permukaan adalah sungai dan waduk
ataupun danau sehingga gulma air akan tumbuh subur. sampai sejauh ini, tanah cukup efektif
dalam melindungi lingkungan dari bahaya pencemaran sehingga bahan pencemar tidaklah
berlebihan dan biologi tanah dapat dipertahankan.
Potensial kation sebagai kontaminan dan kemampuan tanah untuk mengikat dengan
urutan sebagai berikut :
Fe > Al > Pb > Cr > Hg > Cd > Cu > Zn > Ni > Co > Mn > Ca > Mg > K, NH4 > Na
Dalam bentuk anion adalah sebagai berikut :
As = P > Mo > F > Se > B > S(SO4) > Cl = N(NO3)
Dengan semakin berkembangnya kehidupan modern dan potensi teknologi dalam merusak
lingkungan maka sejak dini kita perlu mengantisipasi kemungkinan terjadinya pencemaran
tanah. Karena lahan pertanian makin menyempit dan kesuburan tanah semakin menurun maka
kita harus segera melindungi tanah dari kerusakan yang berlebihan akibat kontaminasi bahan
pencemar. Akhirnya, dapat dikatakan bahwa tanah sebagai unsur lingkungan juga berperan
besar terhadap lingkungan manusia : tempat mencari nafkah, dan lingkungan tempat tinggal
yang sehat.
4. PENGENDALIAN PENCEMARAN TANAH OLEH SAMPAH
4.1 Langkah pencegahan
Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk tidak
menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya mencegah/mengurangi terjadinya bahan
pencemar, antara lain:
1) Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh mikroorganisme antara lain
dapat dilakukan dengan mengukur sampah-sampah dalam tanah secara tertutup dan
terbuka, kemudian dapat diolah sebagai kompos/pupuk. Untuk mengurangi terciumnya
bau busuk dari gas-gas yang timbul pada proses pembusukan, maka penguburan
sampah dilakukan secara berlapis-lapis dengan tanah.
2) Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan oleh
mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membakar sampah-sampah yang dapat
terbakar seperti plastik dan serat baik secara individual maupun dikumpulkan pada
suatu tempat yang jauh dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah
pemukiman. Sampah yang tidak dapat dibakar dapat digiling/dipotong-potong menjadi
partikel-partikel kecil, kemudian dikubur.
3) Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang akan
mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan agar
dilakukan proses pemurnian.
4) Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu pada sumursumur atau tangki
dalam jangka waktu yang cukup lama sampai tidak berbahaya, baru dibuang ke tempat
yang jauh dari pemukiman, misal pulau karang, yang tidak berpenghuni atau ke dasar
lautan yang sangat dalam.
5) Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun sesuai
dengan aturan dan tidak sampai berlebihan.
6) Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organik yang dapat
dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.
4.2 Langkah penanggulangan
Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan penanggulangan terhadap
pencemara tersebut. Tindakan penanggulangan pada prinsipnya mengurangi bahan pencemar
tanah atau mengolah bahan pencemar atau mendaur ulang menjadi bahan yang bermanfaat.
Tanah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, tanah subur adalah tanah yang dapat ditanami
dan terdapat mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya hewan tanah. Ada
beberapa langkah penangan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran
tanah. Diantaranya adalah :
1. Remidiasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yangtercemar. Ada
dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan
lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.Pembersihan
off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang
aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar.
Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat
pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan
keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah.
Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracunatau tidak beracun
(karbon dioksida dan air).
Kita juga dapat melakukan penanganan-penanganan seperti:
· Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam jumlah cukup
banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup serta mencemari tanah, agar diolah atau
dilakukan daur ulang menjadi barangbarang lain yang bermanfaat, misal dijadikan
mainan anak-anak, dijadikan bahan bangunan, plastik dan serat dijadikan kesed atau
kertas karton didaur ulang menjadi tissu, kaca-kaca di daur ulang menjadi vas kembang,
plastik di daur ulang menjadi ember dan masih banyak lagi cara-cara pendaur ulang
sampah.
· Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu-batu, pasir, kerikil, batu bata, berangkal)
yang dapat menyebabkan tanah menjadi tidak/kurang subur, dikubur dalam sumur
secara berlapis-lapis yang dapat berfungsi sebagai resapan dan penyaringan air,
sehingga tidak menyebabkan banjir, melainkan tetap berada di tempat sekitar rumah
dan tersaring. Resapan air tersebut bahkan bisa masuk ke dalam sumur dan dapat
digunakan kembali sebagai air bersih.
· Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi tidak sesuai lagi untuk tanaman,
maka tanah perlu ditambah dengan kapur agar pH asam berkurang.
5. ANALISIS KOMPOSISI TANAH
Analisis tanah atau pengujian tanah adalah aktivitas menganalisa sampel tanah untuk
mengetahui kondisi dan karakteristik tanah, seperti nutrien, kontaminasi, komposisi,
keasaman, dan sebagainya. Analisis tanah menentukan tingkat kecocokan tanah terhadap
aktivitas pertanian dan jenis tanaman yang ditanam. Keberadaan mineral tertentu yang
berlebih dapat menyebabkan keracunan bagi tumbuhan, namun tumbuhan jenis lain
mungkin dapat bertahan.[1] Berbagai lembaga pengujian tanah dapat memiliki standar
sendiri mengenai berapa sampel yang dibutuhkan per luas area. Air yang digunakan sebagai
irigasi lahan setempat dapat diuji secara terpisah karena kandungan mineral yang dikandung
oleh air tersebut mempengaruhi kondisi tanah. Kondisi nutrisi tanah dapat bervariasi seiring
waktu dan kedalaman, sehingga waktu pengambilan sample dan kedalaman sampel akan
mempengaruhi hasil pengujian.
Pengujian tanah dilakukan di berbagai laboratorium dengan jenis laboratorium dapat
memiliki fasilitas yang berbeda-beda seperti kondisi yang diuji maupun jenis dan jumlah
nutrisi yang ingin diketahui.
Pengujian nutrisi tanah umumnya akan mendapatkan hasil yang dikategorikan sebagai
berikut:
· Nutrisi utama, yaitu nitrogen, fosfor, dan kalium
· Nutrisi sekunder, yaitu sulfur, kalsium, dan magnesium
· Nutrisi minor, yaitu besi, mangan, tembaga, seng, boron, molibden, dan klor.
Pemanfaatan senyawa ion kompleks seperti asam etilenadiaminatetraasetat (EDTA) dan
asam dietilenatriaminapentaasetat (DTPA) seringkali digunakan untuk mengetahui
keberadaan ion logam tertentu.
Selain sifat kimiawi, pengujian tanah juga dilakukan untuk menguji sifat fisik,
diantaranya ukuran molekul tanah, kelembaban, berat jenis, batas plastis, permeabilitas,
kekuatan tekan, dan sebagainya
5.1 Analisis Mekanis dari Tanah
Analisis mekanis dari tanah adalah penentuan variasi ukuran-ukuran partikel-partikel yang
ada pada tanah. Variasi tersebut dinyatakan dalam persentase dari berat kering total. Ada dua
cara yang umum digunakan untuk mendapat distribusi ukuran partikel-partikel tanah, yaitu:
analisisi ayakan (untuk ukuran partikel-partikel berdiameter lebih besar dari 0,075mm), dan
analisis hidrometer (untuk ukuran pertikel-pertikel berdiameter lebih kecil 0,075mm. Hasil dari
analisis mekanik (analisis ayakan dan hidrometer) umumnya digambarkan dalam kertas
semilogaritmik yang dikenal sebagai kurva distribusi ukuran butiran. Diameter partikel
digambarkan dalam skala logaritmik, dan persentase dari butiran yang lolos ayakan
digambarkan dalam skala hitung biasa.
Tanah tersusun dari butiran tanah atau partikel lainnya dan rongga-rongga atau pori di
antara partikel butiran tanah. Rongga-rongga terisi sebagian atau seluruhnya dengan air atau
zat cair lainnya. Rongga-rongga tanah yang tidak terisi oleh air atau zat cair akan terisi oleh
udara atau bentuk lain dari gas.
Volume yang ditempati oleh bagian besar tanah pada umumnya termasuk bahan penyusun
lainnya yaitu bagian padat, cair, dan gas (udara) yang selanjutnya dikenal sebagai sistem tiga
fase tanah (three-phase systems).
Sifat-sifat mekanis penting tanah, seperti kekuatan (strength) dan pemampatan
(compressibility), secara langsung berhubungan dengan atau paling tidak dipengaruhi oleh
faktor-faktor dasar seperti rapat masa (density), berat volume (unit weight), angka pori (void
ratio), dan derajat kejenuhan (degree of saturation).
Gambar 2.1 (a) Elemen tanah di alam, (b) Tiga fase penyusun tanah.
2.2.1 Hubungan Volume-Berat
Untuk membuat hubungan volume-berat agregat tanah, tiga fase (yaitu: butiraan
padat, air, dan udara) dipisahkan. Jadi, contoh tanah yang diselidiki dapat dinyatakan
sebagai:
V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va
Dimana:
Vs = volume butiran padat
Vv = volume pori
Vw = volume air di dalam pori
Va = volume udara dalam pori
Apabila udara dianggap tidak mempunyai berat, maka total dari conoh tanah dapat
dinyatakan sebagai:
W = Ws + Ww
Dimana:
Ws = berat butiran padat
Ww = berat air
Hubungan volume yang umum dipakai untuk elemen tanah adalah angka pori,
porositas, dan derajat kejenuhan. Angka pori didefinisikan sebagai perbandinagan
antara volume pori dan volume butiran padat. Jadi:
Dimana:
℮ = angka pori
Porositas didefinisikan sebagai perbandinagan antara volume pori dan volume tanah
total, atau
Dimana:
n = porositas
Drajat kejenuahan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume air dengan
volume pori atau
Diamana:
S = drajat kejenuhan. Umumnya, drajat kejenuhan dinyatakan dalam
persen.
Istilah-istilah yang umum dipakai untuk hubunagn berat adalah kadar air dan
berat volume. Definisi dari istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
Kadar air (w) yang juga disebut sebagi water content didefinisikan sebagi
perbandingan antara berat jenis dan berat butiran padat dari volume tanah yang
diselidiki.
w = berat volume adalah berat tanah per satuan volume. Jadi,
ᵧ = Berat volume dapat juga dinyatakan dalam berat butiran padat, kadar air, dan
volume total.
ᵧ = kadang-kadang memang perlu untuk mengetahui berat kering per satuan volume
tanah. Perbandinagan tersebut dinamakan berat volume kering. Jadi, ᵧ 1 = à ᵧ 1 =
Berat volume dinyatakan dalam satuan inggris sebagai: pound per kaki kubik
(1b/ft3). Dalam SI, satuan yang digunakan adalah newton per meter kubik (N/m3). Kita
dapat menulis persamaan-persamaan untuk kerapatan sebagai berikut:
ρ = dan ρ 1 =
Dimana:
ρ = kerapatan tanah (kg/m3)
ρ 1 = kerapatan tanah kering (kg/m3)
m = massa tanah total yang di test (kg)
ms = massa butiran padat dari tanah yang ditest (kg)
Satuan dari volume total, V, adalah m3.
Berat volume tanah dalam satuan N/m3 dapat diperoleh dari kerapatan yang
mempunyai satuan kg/m3 sebagai berikut:
ᵧ = ρ . g = 9,81 ρ dan ᵧ 1 = ρ 1 .g = 9.81 m/detik2
2.2.2 Hubungan Antara Berat Volume, Angka Pori, Kadar Air, dan Berat Spesifik
Untuk mendapatkan hubungan antara berat volume, angka pori, dan kadar air,
perhatikan suatu elemen tanah dimana volume butiran padatnya adalah satu. Karena
volume dari butiran padat adalah 1, maka volume dari pori adalah sama dengan angka
pori. Berat dari butiran padat dan air dapat dinyatakan sebagai:
Ws = Gs ᵧʷ dan Ww = wWs = w Gs ᵧʷ
Dimana:
Gs = berat spesifik butiran padat
w = kadar air
ᵧʷ = berat volume air
Dasar sistem Inggris, berat volume air adalah 62,4 1b/ft3; dalam SI, berat volume air
adalah 98,1 kN/m3.
Dengan menggunakan definisi berat volume dan berat volume kering, kita dapat
menuliskan:
ᵧ =
dan
ᵧ 1 =
Karena berat air dalam elemen yang ditinjau adalah wGsᵧʷ, volume yang
ditempati air adalah:
Maka dari itu, berat kejenuhan adala:
Atau Se = wGs
Apabila contoh tanah adalah jenuh air yaitu ruang pori terisi penuh oleh air,
berat volume tanah yang jenuh dapat ditentukan dengan cara yang sama seperti diatas,
yaitu:
Dimana:
ᵧsat = berat volume tanah yang tak jenuh air
2.2.3. Hubungan Antara Berat Volume, Porositas dan Kadar Air
Hubungan antara berat volume, porositas, dan kadar air dapat dikembangkan
dengan cara yang sama dengan cara yang sebelum-sebelumnya.
Jika V adalah sam dengan 1, maka Vv adalah sama dengan n. Sehingga, Vs = 1- n .
Berat butiran padat (Ws) dan berat air (Ww) dapat dinyatakan sebagai berikut:
Ws = Gsᵧʷ (1 – n)
Ww = wWs = wGsᵧʷ (1 – n)
Jadi, berat volume kering sama dengan:
Berat volume tanah sama dengan:
Kadar air dari tanah yang jenuh air dapat dinyatakan sebagai:
2.2.4 Kerapatan Relatif
Istilah kerapatan relatif umumnya dipakai untuk menunjukkan tingkat kerapatan
dari tanah berbutir dilapangan. Kerapatan relatif didefinisikan sebagai:
Dimana:
Dr = kerapatan relatif
℮ = angka pori tanah dilapangan
℮maks = angka pori tanah dalam keadaan paling lepas
℮min = angka pori tanah dalam keadaan paling padat
Harga kerapatan relatif bervariasi dari harga terndah = 0 untuk tanah yang
sangat epas, sampai harga tertinggi = 1 untuk tanah yang sangat padat.
2.2.5 Konsistensi Tanah
Apabila tanah berbutir halus mengandung mineral lempung, maka tanah
tersebut dapat diremas-remas tanpa menimbulkan retakan. Sifat kohesi ini disebabkan
karena adanya air yang terserap di sekeliling permukaan dari pertikel lempung.
Bilamana kadar airnya sangat tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat
lembek seperti cairan. Oleh karena itu, atas dasar air yang dikandung tanah, tanah
dapat dipisahkan dalam empat keadaan dasar, yaitu: padat, semi padat, plastis dan
cair.
Kadar air dinyatakan dalam persen, dimana terjadi transisi dari keadaan padat
ke dalam keadaan semi padat didefinisikan sebagai batas susut. Kadar air dimana
transisi dari keadaan semi padat ke dalam keadaan plastis terjadi dinamakan batas
plastis, dan dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair. Batas-batas ini
dikenal juga sebgai batas-batas atterberg.
2.2.6 Aktivitas
Karena sifat plastik dari suatu tanah adalah disebabkan oleh air yang terserap
disekililing permukaan partikel lempung, maka dapat diharapkan bahwa tipe dan jumlah
mineral lempung yang dikandung di dalam suatu tanah akan mempengaruhi suatu
batas plastis dan batas cair tanah yang bersangkutan. Hubunagan antara PI dengan
fraksi berukuran lempung untuk tiap-tiap tanah mempunyai garis yang berbeda-
berbeda. Keadaan ini disebabkan karena tipe dari mineral lempung yang dikandung
oleh tiap-tiap tanah berbeda. Atas dasar hasil studi tersebut, skempton mendefinisikan
suatu besaran yang dinamakan aktifitas yang merupakan kemiringan dari garis yang
menyatakan hubungan antara PI dan persen butiran yang lolos ayakan 2µ, atau dapat
pula dituliskan sebagai berikut:
Dimana:
A = aktivitas
Aktivitas digunakan sebagi indeks untuk mengidentifikasikan kemampuan
mengembang dari suatu tanah lempung. Harga dari aktivitas untuk berbagai mineral
lempung diberikan dalam tabel dibawah ini.
Seed, Woodward, dan Lundgren mempelajari sifat plastis dari beberapa macam
tanah yang dibuat sendiri dengan cara mencampur pasir dan lempung dengan
persentase yang berbeda. Mereka menyimpulkan bahwa walupun hubungan antara
indeks plastis dan persentase butiran yang lebih kecil dari 2µ adalah merupakan garis
lurus, seperti diteliti skempton, tetapi garis-garis tidak selalu melalui pusat sumbu. Oleh
karena itu, aktifitas dapat didefinisikan sebagai beikut:
Dimana C’ adalah konstanta dari tanah yang dtinjau.
Untuk hasil percobaan yang dilakukan, C’ = 9
Studi lanjutan dari Seed, Woodward, dan Lundgren menunjukkan bahwa
hubungan antara indeks plastisitas dan persentase dari fraksi berukuran lempung
didalam tanah dapat diwakili oleh dua garis lurus. Untuk tanah yang mengandung fraksi
berukuran lempung lebih besar dari 40%, garis lurus tersebut akan melalui pusat sumbu
apabila diproyeksi kembali.
2.2.7 Struktur Tanah
Struktur tanah didefinisikan sebagai susunan geometrik butiran tanah. Diantara
fakto-faktor yang mempengaruhi struktur tanah adalah bentuk, ukuran, dan komposisi
mineral dari butiran tanah serta sifat dan komposisi dari air tanah. Secara umum, tanah
dapat dimasukkan ke dalam dua kelompok yaitu: tanah tak berkohesi dan tanah
kohesif. Struktur tanah untuk tiap-tiap kelompok akan diterangkan dibawah ini.
Struktur tanah tak berkohesi pada umumnya dapat dibagi dalam dua katagori
pokok: struktur butir tunggal dan struktur sarang lebah. Pada struktur butir tunggal,
butiran tanah berada dalam posisi stabil dan tiap-tiap butir bersentuahan satu terhadap
yang lain. Bentuk dan pembagian ukuran butiran tanah serta kedudukannya
mempengaruhi sifat kepadatan tanah. Untuk suatu susunan dalam keadaan yang
sangat lepas, angka pori adalah 0,91. Tetapi, angka pori berkurang menjadi 0,35
bilamana butiran bulat dengan ukuran sama tersebut diatur sedemikian rupa hinga
susunan menjadi sangat padat. Keadaan tanah asli berbeda dengan model diatas
karena butiran tanh asli tidak mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Pada tanah
asli, butiran dengan ukuran terkecil menempati rongga diantara butiran besar. Keadaan
ini menunnjukan kecenderungan terhadap pengurangan anka pori tanah. Tetapi,
ketidakrataan bentuk butiran pada umumnya menyebabkan adanya kecenderungan
terhadap penambahan angka pori dari tanah. Sebagai akibat dari dua faktor tersebut di
atas, maka angka pori tanah asli kira-kira masuk dalam rentang yang sama seperti
angka pori yang didapat dari model tanah dimana bentuk dan ukuran butiran adalah
sama.
Pada struktur sarang lebah, pasir halus dan lanau membantu lengkung-
lengkungan kecil hingga merupakan rantai butiran. Tanah yang mempunyai struktur
sarang lebah mempunyai angka pori besar dan biasanya dapat mamikul beban statis
yang tak begitu besar. Tetapi, apabila stuktur tersebut dikenai beban berat atau apabila
dikenai beban getar, struktur tanah akan rusak dan menyebabkan penurunan yang
besar.