135
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG TAHUN ANGGARAN 2009 DI TUBEI Nomor : 7/LK/XVIII.BKL/06/2010 Tanggal : 12 Juni 2010 AUDITORAT KEUANGAN NEGARA V BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BENGKULU TAHUN ANGGARAN 2010

LKPD Lebong 2009

Embed Size (px)

Citation preview

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS

LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG

TAHUN ANGGARAN 2009

DI

TUBEI

Nomor : 7/LK/XVIII.BKL/06/2010 Tanggal : 12 Juni 2010

AUDITORAT KEUANGAN NEGARA V

BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BENGKULU

TAHUN ANGGARAN 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BENGKULU

Jl. Pembangunan No. 16 Telp. (0736) 343233 Fax. (0736) 349348 Bengkulu 38225

Bengkulu, 14 Juli 2010

Nomor : 180/S/XVIII.BKL/07/2010

Lampiran : 1 (satu) berkas

Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan

Pemerintah Kabupaten Lebong

Tahun 2009

Yth. Ketua DPRD Kabupaten Lebong

di

Tubei

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, BPK RI telah melakukan

pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Lebong Tahun 2009 , yang

meliputi Neraca per 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus

Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.

Tujuan pemeriksaan adalah untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa Laporan

Keuangan Pemerintah Kabupaten Lebong Tahun 2009 dan 2008 bebas dari salah saji yang

material dan secara wajar menggambarkan posisi keuangan per 31 Desember 2009 dan 2008,

dan realisasi anggaran sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang berlaku.

Bupati Lebong bertanggungjawab untuk menyusun laporan keuangan dimaksud sesuai SAP,

menerapkan Sistem Pengendalian Intern yang memadai dan mematuhi peraturan perundangan-

undangan yang berlaku.

Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran penyajian laporan

keuangan, BPK RI melakukan pengujian terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan pertanggungjawaban atas pelaksanaan

APBD oleh Pemerintah Kabupaten Lebong. Pemeriksaan tersebut dilaksanakan berdasarkan

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan BPK RI Tahun 2007.

Berdasarkan pemeriksaan tersebut, kami sampaikan beberapa kelemahan dalam sistem

pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu

mendapat perhatian yaitu diantaranya :

1. Sistem pencatatan dan pelaporan aset tetap masih lemah, sehingga nilai aset tetap Pemerintah

Kabupaten Lebong per 31 Desember 2009 sebesar Rp707.703.647.031,37 belum dapat

diyakini kewajarannya.

2. Pengendalian atas pencatatan dan pelaporan Belanja Daerah TA 2009 masih lemah sehingga

mengganggu kewajaran penyajian LRA TA 2009.

3. Pencatatan dan pelaporan Utang Kepada Pihak Ketiga sebesar Rp10.337.845.386,37 tidak

akurat dan tidak mempunyai dasar pengakuan yang jelas, sehingga tidak dapat diyakini

kewajarannya.

4. Penerbitan dan pencairan SP2D UP pada beberapa SKPD melebihi pagu anggaran yang telah

ditetapkan dalam APBD sebesar Rp117.158.380,00.

5. Realisasi bantuan hibah dan bantuan sosial sebesar Rp7.468.988.000,00 tidak didukung

dengan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana.

6. Terjadi ketekoran kas di Bendahara Pengeluaran DPPKAD sebesar Rp275.228.320,00

7. Pencairan belanja penunjang operasional Pimpinan DPRD melebihi ketentuan sebesar

Rp12.852.000,00 dan pembayaran Tunjangan Komunikasi Intensif Pimpinan dan Anggota

DPRD melebihi ketentuan sebesar Rp71.400.000,00.

8. Terjadi kelebihan pembayaran honorarium atas kegiatan operasional DPPKAD sebesar

Rp514.616.250,00.

9. Terdapat kekurangan pekerjaan pada kegiatan penyediaan bahan bacaan dan peraturan

perundang-undangan kantor perpustakaan dan arsip daerah senilai Rp35.737.100,00.

10. Pengadaan baterai charge laptop dan suku cadang kendaraan dinas roda empat di Sekretariat

Daerah sebesar Rp66.815.000,00 diragukan keterjadiannya.

Kami persilahkan Ketua DPRD Lebong menelaah hasil pemeriksaan lengkap terlampir

dan atas perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Kepala Perwakilan,

Ade Iwan Ruswana, SE., MM., Ak.

NIP.19680706 199003 1 003

Tembusan :

1. Menteri Dalam Negeri, di Jakarta;

2. Anggota Pembina Utama Keuangan Negara V BPK RI, di Jakarta;

3. Auditor Utama Keuangan Negara V BPK RI, di Jakarta;

4. Kepala Ditama Revbang BPK RI, di Jakarta;

5. Inspektur Utama BPK RI, di Jakarta.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BENGKULU

Jl. Pembangunan No. 16 Telp. (0736) 343233 Fax. (0736) 349348 Bengkulu 38225

Bengkulu, 14 Juli 2010

Nomor : 181/S/XVIII.BKL/07/2010

Lampiran : 1 (satu) berkas

Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan

Pemerintah Kabupaten Lebong

Tahun 2009

Yth. Bupati Lebong

di

Tubei

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, BPK RI telah melakukan

pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Lebong Tahun 2009 , yang

meliputi Neraca per 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus

Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.

Tujuan pemeriksaan adalah untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa Laporan

Keuangan Pemerintah Kabupaten Lebong Tahun 2009 dan 2008 bebas dari salah saji yang

material dan secara wajar menggambarkan posisi keuangan per 31 Desember 2009 dan 2008,

dan realisasi anggaran sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang berlaku.

Bupati Lebong bertanggungjawab untuk menyusun laporan keuangan dimaksud sesuai SAP,

menerapkan Sistem Pengendalian Intern yang memadai dan mematuhi peraturan perundangan-

undangan yang berlaku.

Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran penyajian laporan

keuangan, BPK RI melakukan pengujian terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan terkait dengan pertanggungjawaban atas pelaksanaan

APBD oleh Pemerintah Kabupaten Lebong. Pemeriksaan tersebut dilaksanakan berdasarkan

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan BPK RI Tahun 2007.

Berdasarkan pemeriksaan tersebut, kami sampaikan beberapa kelemahan dalam sistem

pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu

mendapat perhatian yaitu diantaranya :

1. Sistem pencatatan dan pelaporan aset tetap masih lemah, sehingga nilai aset tetap

Pemerintah Kabupaten Lebong per 31 Desember 2009 sebesar Rp707.703.647.031,37

belum dapat diyakini kewajarannya.

2. Pengendalian atas pencatatan dan pelaporan Belanja Daerah TA 2009 masih lemah sehingga

mengganggu kewajaran penyajian LRA TA 2009.

3. Pencatatan dan pelaporan Utang Kepada Pihak Ketiga sebesar Rp10.337.845.386,37 tidak

akurat dan tidak mempunyai dasar pengakuan yang jelas, sehingga tidak dapat diyakini

kewajarannya.

4. Penerbitan dan pencairan SP2D UP pada beberapa SKPD melebihi pagu anggaran yang telah

ditetapkan dalam APBD sebesar Rp117.158.380,00.

5. Realisasi bantuan hibah dan bantuan sosial sebesar Rp7.468.988.000,00 tidak didukung

dengan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana.

6. Terjadi ketekoran kas di Bendahara Pengeluaran DPPKAD sebesar Rp275.228.320,00

7. Pencairan belanja penunjang operasional Pimpinan DPRD melebihi ketentuan sebesar

Rp12.852.000,00 dan pembayaran Tunjangan Komunikasi Intensif Pimpinan dan Anggota

DPRD melebihi ketentuan sebesar Rp71.400.000,00.

8. Terjadi kelebihan pembayaran honorarium atas kegiatan operasional DPPKAD sebesar

Rp514.616.250,00.

9. Terdapat kekurangan pekerjaan pada kegiatan penyediaan bahan bacaan dan peraturan

perundang-undangan kantor perpustakaan dan arsip daerah senilai Rp35.737.100,00.

10. Pengadaan baterai charge laptop dan suku cadang kendaraan dinas roda empat di Sekretariat

Daerah sebesar Rp66.815.000,00 diragukan keterjadiannya.

Sehubungan hal tersebut, BPK RI mengharapkan Bupati Lebong agar menindaklanjuti

rekomendasi BPK RI yang dimuat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan dan menyampaikannya

kepada BPK RI selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah Laporan Hasil Pemeriksaan

diterima.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Kepala Perwakilan,

Ade Iwan Ruswana, SE., MM., Ak.

NIP.19680706 199003 1 003

SISTEMATIKA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG

TAHUN ANGGARAN 2009

Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Lebong Tahun Anggaran

2009 terdiri dari 3 (tiga) bagian sebagai berikut:

1. Laporan I: Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten

Lebong Tahun Anggaran 2009

Laporan I berisi: (a) Hasil pemeriksaan yang memuat opini BPK RI atas kewajaran

Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Lebong Tahun Anggaran 2009; (b) Laporan

Keuangan Pemerintah Kabupaten Lebong Tahun Anggaran 2009 yang terdiri dari

Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan

Keuangan; dan (c) Gambaran Umum Pemeriksaan yang berisi dasar hukum

pemeriksaan, tujuan pemeriksaan, sasaran pemeriksaan, standar pemeriksaan,

metodologi pemeriksaan, jangka waktu pemeriksaan,objek pemeriksaan dan kendala

pemeriksaan.

2. Laporan II: Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern Dalam Rangka

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Lebong Tahun

Anggaran 2009

Laporan II berisi: (a) Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pengendalian Intern; (b)

Gambaran Umum Pengendalian Intern; (c) Tindak lanjut temuan pemeriksaan atas

Pengendalian Intern Tahun-tahun sebelumnya; dan (d) Temuan pemeriksaan atas

Pengendalian Intern.

3. Laporan III: Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan

Perundang-Undangan Dalam Rangka Pemeriksaan atas Laporan Keuangan

Pemerintah Kabupaten Lebong Tahun Anggaran 2009

Laporan III berisi: (a) Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Ketentuan

Peraturan Perundang-undangan; (b) Tindak lanjut temuan pemeriksaan Kepatuhan

Tahun-tahun sebelumnya; dan (c) Temuan Pemeriksaan Kepatuhan terhadap Ketentuan

Peraturan Perundang-Undangan.

LAPORAN I

HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG

TAHUN ANGGARAN 2009

DAFTAR ISI

HALAMAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN.......................... 1

LAPORAN KEUANGAN POKOK ...................................................................................... 3

1. NERACA KOMPARATIF ......................................................................................... 3

2. LAPORAN REALISASI ANGGARAN .................................................................... 5

3. LAPORAN ARUS KAS ............................................................................................. 7

4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUNGAN ............................................................. 9

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN ............................................................................ 48

LAMPIRAN

1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan

Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) telah memeriksa

Neraca Pemerintah Kabupaten Lebong per 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi

Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada

tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Lebong.

Pemkab Lebong belum melaporkan kepemilikan atas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta

Sabo Emas sebagai Investasi Jangka Panjang Permanen dalam Neraca per 31 Desember 2009.

Perusahaan tersebut didirikan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No.19 Tahun 2007, tanggal 31

Oktober 2007 dan berasal dari bagian aset yang diserahterimakan oleh Pemerintah Kabupaten Rejang

Lebong sebagai kabupaten induk kepada Pemerintah Kabupaten Lebong sebagai kabupaten

pemekaran sesuai Undang-undang No.39 Tahun 2003. Pemkab Lebong belum membentuk Tim

Peleburan Pengalihan sebagaimana diamanatkan Perda No.19 Tahun 2007, sehingga belum diketahui

secara pasti nilai aset tetap perusahaan tersebut.

Sebagaimana diuraikan dalam Catatan 5.1.1.2. atas Laporan Keuangan Tahun 2009, Pemkab Lebong

telah menyajikan saldo aset tetap per 31 Desember 2009 sebesar Rp707.703.647.031,37 yang berasal

dari saldo aset tetap per 31 Desember 2008 sebesar Rp540.452.025.433,00 ditambah dengan mutasi

dan koreksi pembukuan aset tetap selama Tahun 2009 masing-masing sebesar Rp165.956.374.531,05

dan Rp1.295.247.067,32. Pengendalian atas pencatatan dan pelaporan aset tetap masih lemah,

diantaranya 1) Pemerintah Kabupaten Lebong belum melakukan inventarisasi ulang dan belum secara

tertib mendokumentasikan aset tetap yang dimiliki; dan 2) masing-masing SKPD belum membuat dan

menyampaikan laporan aset tetap kepada DPPKAD, sehingga penyusunan Neraca per 31 Desember

2009 masih dilakukan secara terpusat dengan cara menambahkan saldo awal aset tetap dengan

realisasi belanja modal pada TA berjalan. Dengan kelemahan pengendalian intern tersebut

menimbulkan beberapa permasalahan, yaitu 1) nilai aset tetap yang disajikan dalam Neraca per 31

Desember 2009 tidak didukung dengan rincian aset tetap baik per jenis, objek, maupun per SKPD,

serta berbeda dengan nilai aset tetap menurut Kartu Inventaris Barang dengan selisih sebesar

Rp6.016.861.172,37; 2) mutasi aset tetap tahun berjalan belum mencakup seluruh penambahan aset

tetap yang bersumber dari belanja barang, belanja tak terduga, hibah, dan bantuan; 3) nilai mutasi aset

tetap Tahun 2009 dalam KIB berbeda dengan nilai SP2D belanja modal dan belanja barang dengan

selisih sebesar Rp1.648.885.236,00; 4) DPPKAD tidak dapat memberikan penjelasan yang memadai

mengenai alasan dan rincian koreksi nilai aset tetap Tahun 2009 sebesar Rp1.295.247.067,32; dan 5)

Masing-masing SKPD belum mengkapitalisasi pengeluaran atau belanja yang berhubungan langsung

dengan perolehan aset tetap seperti perencanaan dan pengawasan serta belum mengkapitalisasi

pengeluaran untuk pemeliharaan atau rehabilitasi.

2

Sebagaimana diuraikan dalam Catatan 5.2.2 atas Laporan Keuangan Tahun 2009, Pemerintah

Kabupaten Lebong telah menyajikan realisasi Belanja Daerah sampai dengan 31 Desember 2009

sebesar Rp320.913.553.070,00. Prosedur pencatatan dan pelaporan atas pelaksanaan belanja daerah

masih lemah, diantaranya yaitu pertanggungjawaban realisasi belanja daerah (SPJ Fungsional) pada

seluruh SKPD hanya memuat jumlah realisasi sampai dengan program dan kegiatan tanpa disertai

jumlah realisasi sampai dengan jenis, objek, dan rincian objek belanja. Dengan demikian, nilai

realisasi belanja daerah sampai dengan 31 Desember 2009 tidak dapat diungkapkan (disclosure)

dengan semestinya dan tidak dapat ditelusuri, termasuk rincian objek belanja modal yang

berpengaruh terhadap kewajaran rincian mutasi aset tetap.

Karena hal-hal yang diuraikan dalam paragraf di atas, BPK tidak dapat menerapkan prosedur

pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas akun investasi, aset tetap, dan belanja

daerah, lingkup pemeriksaan BPK RI tidak cukup memungkinkan BPK RI memberikan pendapat, dan

BPK RI tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Lebong Tahun

2009 dan 2008.

Laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan

sistem pengendalian intern kami sajikan pada laporan tersendiri yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari laporan ini.

Bengkulu, 12 Juni 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan Provinsi Bengkulu

Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Ade Iwan Ruswana, SE., MM., Ak.

Akuntan, Register Negara Nomor D-17.331

3

Laporan Keuangan Pokok

1. Neraca

PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG

NERACA

Per 31 Desember 2009 dan 2008

(Dalam Rupiah)

Kode Rekening

URAIAN 2009 2008

1 ASET

1 . 1 ASET LANCAR

1 . 1 . 1 Kas 26.986.869.150,65 37.927.593.867,59

1 . 1 . 2 Investasi Jangka Pendek 0,00 0,00

1 . 1 . 3 Piutang 3.158.174.242,00 0,00

1 . 1 . 4 Piutang Lain-lain 8.185.782,00 0,00

1 . 1 . 5 Persediaan 1.626.827.090,00 2.097.859.723,00

JUMLAH ASET LANCAR 31.780.056.264,65 40.025.453.590,59

1 . 2 INVESTASI JANGKA PANJANG

1 . 2 . 1 Investasi Non Permanen 0,00 0,00

1 . 2 . 2 Investasi Permanen 8.150.000.000,00 8.150.000.000,00

JUMLAH INVESTASI JANGKA PANJANG 8.150.000.000,00 8.150.000.000,00

1 . 3 ASET TETAP

1 . 3 . 1 Tanah 25.727.100.001,00 29.909.811.396,00

1 . 3 . 2 Peralatan dan Mesin 87.100.477.064,00 83.014.911.301,00

1 . 3 . 3 Gedung dan Bangunan 276.086.905.384,35 161.664.054.770,00

1 . 3 . 4 Jalan, Jaringan dan Instalasi 298.855.469.940,02 241.825.042.589,00

1 . 3 . 5 Aset Tetap Lainnya 17.680.408.249,00 9.953.444.915,00

1 . 3 . 6 Konstruksi dalam Pengerjaan 2.253.286.393,00 14.084.760.462,00

1 . 3 . 7 Akumulasi Penyusutan 0,00 0,00

JUMLAH ASET TETAP 707.703.647.031,37 540.452.025.433,00

1 . 4 DANA CADANGAN

1 . 4 . 1 Dana Cadangan 0,00 0,00

JUMLAH DANA CADANGAN 0,00 0,00

1 . 5 ASET LAINNYA

1 . 5 . 1 Tagihan Piutang Penjualan Angsuran 0,00 0,00

1 . 5 . 2 Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 0,00 308.489.329,36

1 . 5 . 3 Kemitraan dengan Pihak Ketiga 0,00 0,00

1 . 5 . 4 Aset Tidak Berwujud 0,00 0,00

1 . 5 . 5 Aset Lain-lain 0,00 0,00

JUMLAH ASET LAINNYA 0,00 308.489.329,36

JUMLAH ASET 747.633.703.296,02 588.935.968.352,95

2 KEWAJIBAN

2 . 1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

2 . 1 . 1 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 0,00 0,00

2 . 1 . 2 Utang Bunga 0,00 0,00

2 . 1 . 3 Utang Pajak 0,00 0,00

2 . 1 . 4 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 0,00 0,00

2 . 1 . 5 Pendapatan Diterima Dimuka 0,00 0,00

4

Kode Rekening

URAIAN 2009 2008

2 . 1 . 6 Utang Jangka Pendek Lainnya 0,00 0,00

2 . 1 . 7 Utang kepada Pihak Ketiga 10.337.845.386,37 1.767.557.602,00

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 10.337.845.386,37 1.767.557.602,00

2 . 2 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

2 . 2 . 1 Utang Dalam Negeri 0,00 0,00

2 . 2 . 2 Utang Luar Negeri 0,00 0,00

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 0,00 0,00

JUMLAH KEWAJIBAN 10.337.845.386,37 1.767.557.602,00

3 EKUITAS DANA

3 . 1 EKUITAS DANA LANCAR

3 . 1 . 1 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 26.986.869.150,65 37.927.593.867,59

3 . 1 . 2 Cadangan untuk Piutang 3.166.360.024,00 0,00

3 . 1 . 3 Cadangan untuk Persediaan 1.626.827.090,00 2.097.859.723,00

3 . 1 . 4

Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Pendek

(10.337.845.386,37) (1.767.557.602,00)

3 . 1 . 5 Pendapatan yang Ditangguhkan 0,00 0,00

JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 21.442.210.878,28 38.257.895.988,59

3 . 2 EKUITAS DANA INVESTASI

3 . 2 . 1 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang

8.150.000.000,00 8.150.000.000,00

3 . 2 . 2 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 707.703.647.031,37 540.452.025.433,00

3 . 2 . 3 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 0,00 308.489.329,36

3 . 2 . 4 Dana yang harus disediakan untuk pembayaran hutang Jangka Panjang

0,00 0,00

JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI 715.853.647.031,37 548.910.514.762,36

3 . 3 EKUITAS DANA CADANGAN

3 . 3 . 1 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan 0,00 0,00

JUMLAH EKUITAS DANA CADANGAN 0,00 0,00

JUMLAH EKUITAS DANA 737.295.857.909,65 587.168.410.750,95

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 747.633.703.296,02 588.935.968.352,95

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan ini

TUBEI, 12 JUNI 2010

BUPATI LEBONG

Drs H Dalhadi Umar, BSc

5

2. Laporan Realisasi Anggaran

PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG

Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Untuk tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2009 dan 2008

(Dalam Rupiah)

Kode Rekening

Uraian Anggaran Setelah

Perubahan T A 2009 Realisasi TA 2009 % Realisasi TA 2008

1 PENDAPATAN

1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 16.596.329.631,00 7.688.588.328,60 46,33 12.513.000.963,63

1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 1.128.000.000,00 1.151.228.772,00 102,06 842.371.069,69

1.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah 1.960.000.000,00 901.759.137,00 46,01 657.218.759,00

1.1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

2.200.000.000 2.099.115.218,42 95,41 884.235.167,27

1.1.4 Lain-lain PAD yang Sah 11.308.329.631,00 3.536.485.201,18 31,27 10.129.175.967,67

1.2 PENDAPATAN TRANSFER 298.099.670.348,00 303.706.783.412,46 101,88 276.434.718.312,36

1.2.1 Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan

283.613.670.348,00 293.880.576.506,00 103,62 265.526.343.704,00

1.2.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak 37.365.211.348,00 47.133.608.471,00 126,14 22.097.701.652,00

1.2.1.2 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak - 498.509.035,00 662.122.052,00

1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 207.907.459.000,00 207.907.459.000,00 100 207.672.820.000,00

1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus 38.341.000.000,00 38.341.000.000,00 100 35.093.700.000,00

1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya

5.600.000.000,00 3.852.975.000,00 68,80 5.251.737.800,00

1.2.2.2 Dana Penyesuaian Tunjangan Pendidikan/Guru

5.600.000.000,00 3.852.975.000,00 68,80 5.251.737.800,00

1.2.3 Transfer Pemerintah Provinsi 8.886.000.000,00 5.973.231.906,46 67,22 5.656.636.808,36

1.2.3.1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 8.886.000.000,00 5.728.367.934,46 64,47 5.656.636.808,36

Pendapatan Bagi Hasil lainnya - 244.863.972,00 - -

1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

7.000.000.000,00 - 10.000.000.000,00

1.3.1 Pendapatan Hibah - - - -

Pendapatan Dana Darurat 7.000.000.000,00 - 10.000.000.000,00

JUMLAH PENDAPATAN 321.695.999.979,00 311.395.371.741,06 96,80 298.947.719.275,99

2 BELANJA

2.1 BELANJA OPERASI 198.591.875.162,00 174.130.798.403,00 184.069.465.869,20

2.1.1 Belanja Pegawai 134.918.565.131,00 118.525.051.905,00 87,85 102.733.893.918,00

2.1.2 Belanja Barang 55.875.810.031,00 48.136.758.498,00 86,15 75.150.406.951,20

2.1.3 Belanja Bunga - - - -

2.1.5 Belanja Hibah 6.067.500.000,00 5.792.313.000,00 95,46 3.583.615.000,00

2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 1.730.000.000,00 1.676.675.000,00 96,92 1.901.550.000,00

2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan - - - 700.000.000,00

2 . 2 BELANJA MODAL 179.561.961.923,81 146.575.011.467,00 155.348.396.565,00

2.2.1 Belanja Tanah 500.000.000,00 7.964.625.000,00

2.2.2 Belanja Peralatan dan Mesin 9.634.316.914,00 29.164.014.914,00

2.2.3 Belanja Bangunan dan Gedung 75.157.113.423,00 54.472.404.893,00

2.2.4 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 60.553.691.130,00 59.852.754.558,00

2.2.5 Belanja Aset Tetap Lainnya 514.791.000,00 1.263.195.500,00

Belanja Aset Lainnya 215.099.000,00 2.631.401.700,00

6

Kode Rekening

Uraian Anggaran Setelah

Perubahan T A 2009 Realisasi TA 2009 % Realisasi TA 2008

2 . 3 BELANJA TAK TERDUGA 700.000.000,00 207.743.200,00 29,68 164.901.000,00

2.3.1 Belanja Tak Terduga 700.000.000,00 207.743.200,00 164.901.000,00

2 . 4 TRANSFER - - -

2.4.1 Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa

- - - -

JUMLAH BELANJA 378.853.837.085,81 320.913.553.070,00 84,71 339.582.763.434,20

SURPLUS / (DEFISIT) (57.157.837.106,81) (9.518.181.328,94) 0,83 (40.635.044.158,21)

3 PEMBIAYAAN

3 . 1 PENERIMAAN DAERAH 58.886.394.708,81 37.927.593.867,59 64,41 82.832.258.025,80

3.1.1 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)

38.210.751.709,00 37.927.593.867,59 99,26 81.656.661.425,80

Penerimaan Pinjaman Daerah 9.137.069.039,81 -

Penerimaan Piutang Daerah 11.538.573.960,00 -

3.1.4 Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah

- 1.175.596.600,00

3 . 2 PENGELUARAN DAERAH 1.728.557.602,00 1.422.543.388,00 4.269.620.000,00

3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah

- - 3.000.000.000,00

3.2.3 Pembayaran Pokok Utang 1.728.557.602,00 1.422.543.388,00 82,30 1.269.620.000,00

PEMBIAYAAN NETTO 57.157.837.106,81 36.505.050.479,59 78.562.638.025,80

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)

- 26.986.869.150,65 37.927.593.867,59

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan ini.

TUBEI, 12 JUNI 2010

BUPATI LEBONG

Drs H Dalhadi Umar, BSc

7

3. Laporan Arus Kas

PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG

LAPORAN ARUS KAS

Per 31 Desember 2009 dan 2008

(Dalam Rupiah )

URAIAN 2009 2008

I. Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Arus Kas Masuk

Pendapatan Pajak Daerah 1.151.228.772,00 842.371.069,69

Hasil Retribusi Daerah 901.759.137,00 657.218.759,00

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 2.099.115.218,42 884.235.167,27

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 3.536.485.201,18 10.129.175.967,67

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 47.133.608.471,00 22.097.701.652,00

Bagi Hasil Bukan Pajak 498.509.035,00 662.122.052,00

Dana Alokasi Umum 207.907.459.000,00 207.672.820.000,00

Dana Alokasi Khusus 38.341.000.000,00 35.093.700.000,00

Dana Penyesuaian Tunjangan Pendidikan/Guru 3.852.975.000,00 5.251.737.800,00

Dana Bagi Hasil dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya 5.973.231.906,46 5.656.636.808,36

Dana Darurat 0,00 10.000.000.000,00

Jumlah Arus Kas Masuk 311.395.371.741,06 298.947.719.275,99

Arus Kas Keluar

Belanja Pegawai 118.525.051.905,00 102.733.893.918,00

Belanja Bunga 0,00 0,00

Belanja Hibah 5.792.313.000,00 3.583.615.000,00

Belanja Bantuan Sosial 1.676.675.000,00 1.901.550.000,00

Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa

0,00 0,00

Belanja Bantuan Keuangan 0,00 700.000.000,00

Belanja Tidak Terduga 207.743.200,00 164.901.000,00

Belanja Barang dan Jasa 48.136.758.498,00 75.150.406.951,20

Jumlah Arus Kas Keluar 174.338.541.603,00 184.234.366.869,20

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 137.056.830.138,06 114.713.352.406,79

II. Arus Kas dari Aktivitas Investasi Non Keuangan

Arus Kas Masuk

Jumlah Arus Kas Masuk 0,00 0

Arus Kas Keluar

Belanja Tanah 500.000.000,00 7.964.625.000,00

Belanja Peralatan dan Mesin 9.634.316.914,00 29.164.014.914,00

Belanja Bangunan dan Gedung 75.157.113.423,00 54.472.404.893,00

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 60.553.691.130,00 59.852.754.558,00

Belanja Aset Tetap Lainnya 514.791.000,00 1.263.195.500,00

Belanja Aset Lainnya 215.099.000,00 2.631.401.700,00

Jumlah Arus Kas Keluar 146.575.011.467,00 155.348.396.565,00

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Non Keuangan (146.575.011.467,00) (155.348.396.565,00)

8

URAIAN 2009 2008

III. Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan

Arus Kas Masuk

Penerimaan Pinjaman Daerah 0,00 1.175.596.600,00

Jumlah Arus Kas Masuk 0,00 1.175.596.600,00

Arus Kas Keluar

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 0,00 3.000.000.000,00

Pembayaran Pokok Utang 1.422.543.388,00 1.269.620.000,00

Jumlah Arus Kas Keluar 1.422.543.388,00 4.269.620.000,00

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (1.422.543.388,00) (3.094.023.400,00)

IV. Arus Kas dari Aktivitas Non Anggaran

Arus Kas Masuk

Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 25.874.429.708,00 0,00

Pendapatan yang Ditangguhkan - 0,00

Jumlah Arus Kas Masuk 25.874.429.708,00 0,00

Arus Kas Keluar

Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 25.874.429.708,00 0,00

Jumlah Arus Kas Keluar 25.874.429.708,00 0,00

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran 0,00 0,00

V Kenaikan / (Penurunan) Bersih Kas Selama Periode (10.940.724.716,94) (43.729.067.558,21)

Saldo Awal Kas 37.927.593.867,59 81.656.661.425,80

Saldo Akhir Kas 26.986.869.150,65 37.927.593.867,59

Terdiri Dari :

Kas di Kas Daerah 24.942.339.984,65 32.096.798.209,00

Kas di Bendahara Penerimaan 0,00 0,00

Kas di Bendahara Pengeluaran 2.044.529.166,00 5.830.795.658,00

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan ini.

TUBEI, 12 JUNI 2010

BUPATI LEBONG

Drs H Dalhadi Umar, BSc

9

4. Catatan Atas Laporan Keuangan

PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

Secara umum Tujuan penyusunan Laporan Keuangan adalah :

a. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk

membiayai seluruh pengeluaran.

b. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan

alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan.

c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam

kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.

d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh

kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.

e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan

dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang,

termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman

f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah

mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama

periode pelaporan.

1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan

a. Pasal 5 ayat (2) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4286)

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4355)

d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400)

e. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4437)

10

f. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintahan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438)

g. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4503)

h. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4576)

i. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi

Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614)

j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah

k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah.

II. PEREKONOMIAN KABUPATEN LEBONG, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN

PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD

2.1 Perekonomian Kabupaten Lebong

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lebong

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi

keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah

menggambarkan sejauh mana aktivitas perekonomian suatu wilayah dalam menghasilkan

tambahan pendapatan masyarakat pada periode tertentu. Sedangkan aktivitas perekonomian

merupakan suatu proses penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan output. Proses

penggunaan faktor produksi akan menghasilkan balas jasa. Oleh karena itu dengan adanya

pertumbuhan ekonomi diharapkan pendapatan masyarakat meningkat, sebab masyarakat adalah

pemilik faktor produksi.

Perekonomian Kabupaten Lebong tahun 2008 mengalami pertubuhan positif sebesar 4,99%.

Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sedikit

melambat sebesar 0,12%. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lebong secara

berkesinambungan dapat dipertahankan jika pemerintah mampu menciptakan iklim investasi

dan lapangan usaha baru bagi masyarakat. Selain itu, jaminan keamanan bagi investor juga

akan meningkatkan minat dalam berinvestasi. (Sumber Data : PDRB Kabupaten Lebong Tahun

2007-2008, Bappeda dan BPS Kabupaten Lebong)

2.1.2 Struktur Perekonomian Kabupaten Lebong

Dalam struktur perekonomian Kabupaten Lebong, peranan sektor pertanian sangat dominant.

Fenomena itu terlihat dari relative besarnya kontribusi sektor pertanian dalam PDRB

Kabupaten Lebong atas dasar harga berlaku dibandingkan sektor lainnya. Nilai nominal sektor

pertanian pada tahun 2008 sebesar Rp 680.492.000.000,00 atau sekitar 77,64% PDRB

Kabupaten Lebong (Sumber data : Indikator Ekonomi Kabupaten Lebong, Bappeda dan BPS

11

Kabupaten Lebong). Setelah sektor pertanian struktur perekonomian Kabupaten Lebong

didominasi oleh sektor jasa-jasa sekitar 8,42% dari PDRB Kabupaten Lebong atau sebesar

Rp73.783.000.000,00. Kemudian diikuti sektor Perdagangan,Hotel, dan Restoran sebesar

Rp44.371.000.000,00 atau 17,03 % dari PDRB Kabupaten Lebong.

2.1.3 PDRB Perkapita

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah belum tentu menunjukkan kemakmuran masyarakat yang

ada pada daerah tersebut. Penilaian kemakmuran masyarakat tergantung pada PDRB, jumlah

penduduk dan pemerataan pendapatan. Jika pertumbuhan ekonomi di suatu daerah diikuti oleh

pertumbuhan penduduk yang tinggi, maka secara matematis PDRB perkapita dan pendapatan

per kapitanya akan lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang pertumbuhan penduduknya

tidak terlalu tinggi.

Secara umum, tingkat pendapatan penduduk Kabupaten Lebong tahun 2008 yang tercermin dari

nilai PDRB per kapita atas dasar harga yang berlaku mengalami peningkatan dibandingkan

dengan PDRB per kapita tahun 2007. Bila pada tahun 2007 PDRB per kapita Kabupaten

Lebong sebesar Rp 8.715.899,00, maka pada tahun 2008 terjadi peningkatan sebesar 10,33%

menjadi Rp 9.616.387,00.

2.2 Kebijakan Keuangan

Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Undang-Undang Nno 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah maka kewajiban pemerintah daerah untuk membuat Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2008 yang merupakan penjabaran dari Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lebong dan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lebong.

2.3 Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD

Secara umum target APBD Kabupaten Lebong tercapai sesuai target yang ditetapkan. Ini bisa

dilihat dari target pendapatan dalam tahun 2009 sebesar Rp321.695.999.979,00 bisa dicapai

sebesar Rp311.395.371.741,06 atau sebesar 96,80%. Jika diperhatikan komposisi pendapatan

Pemerintah Kabupaten Lebong, maka Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lebong hanya

sebesar Rp7.688.589.328,60 dari total pendapatan sebesar Rp311.395.371.741,06 atau

sebesar 2,47%. Dengan demikian dari sisi pendapatan daerah sekitar 97,53% merupakan

kontribusi pemerintah pusat melalui transfer/dana perimbangan. Target Pendapatan Asli Daerah

sebesar Rp16.596.329.631,00 bisa dicapai sebesar Rp7.688.589.328,60 atau sebesar 46,33%.

III. IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN

3.1 Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan

Secara singkat anggaran dan realisasi Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten

Lebong tahun anggaran 2009 adalah sebagai berikut :

Uraian Anggaran Setelah

Perubahan TA 2009 Realisasi TA 2009 %

PENDAPATAN 321.695.999.979,00 311.395.371.741,06 96,80

Pendapatan Asli Daerah 16.596.329.631,00 7.688.588.328,60 46,33

Pendapatan Transfer 298.099.670.348,00 303.706.783.412,46 101,88

Lain-lain Pendapatan yg sah 7.000.000.000,00 - -

BELANJA 378.853.837.085,81 320.913.553.070,00 84,71

12

Uraian Anggaran Setelah

Perubahan TA 2009 Realisasi TA 2009 %

Belanja Pegawai 134.918.565.131,00 119.080.051.905,00 88,26

Belanja Hibah 6.067.500.000,00 5.237.313.000,00 86,32

Belanja Bantuan Sosial 1.730.000.000,00 1.676.675.000,00 96,92

Belanja Tidak Terduga 700.000.000,00 207.743.200,00 29,68

Belanja Barang dan Jasa 55.875.810.031,00 48.136.758.498,00 86,15

Belanja Modal 179.561.961.923,81 146.575.011.467,00 81,63

Surplus (defisit) (57.157.837.106,81) (9.518.181.328,94)

PEMBIAYAAN

Penerimaan Daerah 58.886.394.708,81 37.927.593.867,59 64,41

Pengeluaran daerah 1.728.557.602,00 1.422.543.388,00 82,30

Pembiayaan Netto 57.157.837.106,81 36.505.050.479,59 63,87

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa)

- 26.986.869.150,65

Dari tabel di atas terlihat bahwa dari target pendapatan sebesar Rp321.695.999.979,00 bisa

dicapai sebesar Rp311.395.371.741,06 atau sebesar 96,80%. Realisasi Belanja tahun 2009

sebesar Rp320.913.553.070,00 atau sebesar 84,71% dari rencana anggaran belanja sebesar

Rp378.853.837.085,81.

Dengan capaian angka-angka di atas, Pemerintah Kabupaten Lebong pada akhir tahun anggaran

2009 (tanggal 31 Desember 2009) memiliki Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa) sebesar

Rp26.986.869.150,65.

3.2 Hambatan dan Kendala Dalam Pencapaian Target Yang Ditetapkan

1. Hambatan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Lebong dalam pencapaian target

pendapatan yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:

a. Masih adanya sebagian wajib pajak dan wajib retribusi yang kurang sadar untuk

memenuhi kewajiban tepat waktu;

b. Terbatasnya sarana dan prasarana yang ada sehingga potensi pendapatan belum digali

secara efektif;

2. Hambatan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Lebong dalam pencapaian target belanja

yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:

a. Proses pengesahan APBD (termasuk APBD Perubahan) yang mengalami

keterlambatan.

b. Kurangnya kualitas Sumber Daya Manusia di lingkungan Pemerintah Kabupaten

Lebong.

IV. KEBIJAKAN AKUNTANSI

4.1 Entitas pelaporan dan entitas akuntansi Keuangan daerah.

Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan daerah yang terdiri dari satu atau lebih entitas

akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan

laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Pembentukan Kabupaten Lebong

adalah dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2003. Alamat Entitas Pelaporan adalah

Pemerintah Kabupaten Lebong Jl Raya Tubei.

Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang oleh

karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk

digabungkan pada entitas pelaporan.

13

Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lebong pada tahun anggaran 2009 adalah sebagai

berikut :

No Nama Satuan Kerja

1 Sekretariat Daerah

2 Sekretariat DPRD

3 Bagian Pemerintahan

4 Bagian Ekonomi

5 Bagian Pembangunan

6 Bagian Hukum

7 Bagian Umum

8 Bagian Perlengkapan

9 Bagian Humas dan Protokoler

10 Bagian Kesra

11 Inspektorat

12 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

13 Badan Kepegawaian Daerah

14 BPMPP dan KB

15 BP4K

16 Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan dan Pertamanan

17 Dinas Pekerjaan Umum

18 Dinas Pertambangan dan ESDM

19 Dinas Kesehatan

20 Dinas Pendidikan Nasional Pemuda dan Olah Raga

21 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

22 Dinas Kehutanan dan Perkebunan

23 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

24 Dinas Perikanan dan Peternakan

25 Dinas Kessosnakertrans dan Catatan Sipil

26 Dinas Koperasi UKM dan Perindag

27 Dinas Pariwisata, Seni Budaya, dan Perhubungan

28 Rumah Sakit Umum Daerah

29 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

30 Kantor Kesbangpol

31 Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah

32 Kantor Penghubung

33 Kecamatan Amen

34 Kecamatan Lebong Atas

35 Kecamatan Lebong Utara

36 Kecamatan Lebong Tengah

37 Kecamatan Lebong Selatan

38 Kecamatan Lebong Sakti

39 Kecamatan Rimbo Pengadang

40 Kecamatan Pelabai

41 Kecamatan Pinang Belapis

42 Kecamatan Bingin Kuning

43 Kecamatan Uram Jaya

44 Kecamatan Padang Bano

45 Kecamatan Topos

14

4.2 Basis Akuntansi Yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Lebong

adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan

Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam

Neraca.

Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan dan penerimaan

pembiayaan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Daerah, serta belanja dan

pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari rekening Kas Umum Daerah.

Pemerintah Kabupaten Lebong menggunakan istilah sisa (lebih / kurang) pembiayaan anggaran

untuk setiap tahun anggaran. Sisa pembiayaan anggaran tergantung pada selisih realisasi

penerimaan pendapatan dan pembiayaan dengan pengeluaran belanja dan pembiayaan.

Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat

pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh

pada keuangan Pemerintah Kabupaten Lebong, bukan pada saat kas atau setara kas diterima

atau dikeluarkan dari rekening Kas Umum Daerah.

4.3 Basis Pengukuran Yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos

dalam laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Lebong.

Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan pengguna. Yang dimaksud dengan pengguna adalah masyarakat Kabupaten Lebong,

legislatif, lembaga pemeriksa/pengawas fungsional, pihak yang memberi atau berperan dalam

proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta Pemerintah Pusat.

4.4 Pos-Pos Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan Pemerintah Kabupaten Lebong mengenai aset,

kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya

pos-pos berikut:

a. Kas dan setara kas;

b. Piutang pajak dan bukan pajak;

c. Persediaan;

d. Investasi jangka pendek;

e. Investasi jangka panjang;

f. Aset tetap;

g. Kewajiban jangka pendek;

h. Kewajiban jangka panjang;

i. Ekuitas dana.

4.4.1 Aset Lancar

Aktiva lancar adalah sumber daya ekonomis yang diharapkan dapat dicairkan menjadi kas,

dijual atau dipakai habis dalam satu periode akuntansi. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset

lancar jika:

15

a. Diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12

(dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau

b. Berupa kas dan setara kas.

Aset lancar meliputi:

1. Kas dan setara Kas

Kas adalah alat pembayaran sah yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai

kegiatan Pemerintah Kabupaten Lebong. Kas di Kas Daerah merupakan saldo kas

Pemerintah Kabupaten Lebong yang berada di rekening Kas Daerah pada bank-bank yang

ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten Lebong sesuai ketentuan yang berlaku.

Kas dinyatakan dalam nilai rupiah, apabila terdapat kas dalam valuta asing maka harus

dikonversi berdasarkan nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal transaksi. Pada akhir

tahun, kas dalam valuta asing dikonversi ke dalam rupiah menggunakan kurs tengah Bank

Indonesia pada tanggal neraca.

2. Kas di Bendahara Pengeluaran/Penerimaan (Sisa Uang Persediaan)

Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan sisa kas (uang tunai dan simpanan di bank) yang

belum dipertanggungjawabkan oleh Bendahara Pengeluaran sampai akhir tahun anggaran

berjalan.

Kas di Bendahara Penerimaan adalah sisa Kas yang belum disetor oleh Bendahara

Penerimaan atas penerimaan daerah sampai akhir tahun anggaran berjalan.

3. Piutang

Piutang merupakan hak atau klaim kepada pihak ketiga yang diharapkan dapat dijadikan

kas dalam satu periode akuntansi Piutang terdiri atas : bagian lancar tagihan penjualan

angsuran, piutang pajak daerah, piutang retribusi, dan piutang lain-lain. Piutang diakui pada

akhir periode akuntansi sebesar jumlah kas yang akan diterima dan jumlah pembiayaan

yang telah diakui dalam periode berjalan. Piutang dinilai sebesar nilai nominal.

4. Persediaan

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan

untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan

untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Persediaan

mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya

barang habis pakai seperti alat tulis kantor, obat-obatan, barang tak habis pakai seperti

komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.

Dalam hal pemerintah memproduksi sendiri, persediaan juga meliputi barang yang

digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian.

Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah

daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/ atau kepenguasaannya

berpindah. Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi

fisik. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola dan

dibebankan ke suatu perkiraan aset untuk kontruksi dalam pengerjaan, tidak dimasukkan

sebagai persediaan.

16

Persediaan disajikan sebesar:

a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;

b. Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;

c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan;

4.4.2 Investasi Jangka Pendek

Investasi Jangka Pendek merupakan investasi yang dapat segera dicairkan (dikonversi) menjadi

Kas dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.

Investasi jangka pendek harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:

a. Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;

b. Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya pemerintah dapat

menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas;

c. Berisiko rendah.

Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek, antara lain terdiri atas:

a. Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan atau yang dapat diperpanjang

secara otomatis (revolving deposits);

b. Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek dan pembelian Sertifikat

Bank Indonesia (SBI).

Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka pendek diakui sebagai pengeluaran kas

pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai belanja dalam laporan realisasi anggaran.

Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga, misalnya saham dan obligasi jangka

pendek, dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan investasi meliputi harga transaksi

investasi itu sendiri ditambah komisi perantara jual beli, jasa bank dan biaya lainnya yang

timbul dalam rangka perolehan tersebut.

Apabila investasi dalam bentuk surat berharga diperoleh tanpa biaya perolehan, maka investasi

dinilai berdasar nilai wajar investasi pada tanggal perolehannya yaitu sebesar harga pasar.

Apabila tidak ada nilai wajar, biaya perolehan setara kas yang diserahkan atau nilai wajar aset

lain yang diserahkan untuk memperoleh investasi tersebut.

Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham, misalnya dalam bentuk deposito jangka

pendek dicatat sebesar nilai nominal deposito tersebut. Hasil investasi yang diperoleh dari

investasi jangka pendek, antara lain berupa bunga deposito, bunga obligasi dan deviden tunai

(cash dividend) dicatat sebagai pendapatan.

Pelepasan investasi pemerintah dapat terjadi karena penjualan, dan pelepasan hak karena

peraturan pemerintah dan lain sebagainya. Penerimaan dari penjualan investasi jangka pendek

diakui sebagai penerimaan kas pemerintah daerah dan tidak dilaporkan sebagai pendapatan

dalam laporan realisasi anggaran.

4.4.3 Investasi Jangka Panjang

Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua

belas) bulan. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu

permanen dan nonpermanen. Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang

17

dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan, sedangkan Investasi Nonpermanen adalah

investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan.

Pengertian berkelanjutan adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki terus menerus

tanpa ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali. Sedangkan pengertian tidak

berkelanjutan adalah kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas)

bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat untuk memperjualbelikan

atau menarik kembali. Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi apabila

memenuhi salah satu kriteria:

a. Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa pontensial di masa yang akan

datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah;

b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai (reliable).

4.4.4 Aset Tetap

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan

untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Tidak

termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi

pemerintah, seperti bahan (materials) dan perlengkapan (supplies).

Aset tetap dapat diperoleh dari dana yang bersumber dari sebagian atau seluruh APBD melalui

pembelian, pembangunan, donasi dan pertukaran dengan aset lainnya.

a. Klasifikasi Aset Tetap

Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam

aktivitas operasi entitas. Berikut adalah klasifikasi aset tetap yang digunakan:

1) Tanah;

2) Peralatan dan Mesin;

3) Gedung dan Bangunan;

4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan;

5) Aset Tetap Lainnya; dan

6) Konstruksi dalam Pengerjaan.

Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh untuk dipakai

dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik, dan

seluruh inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa

manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.

Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh

pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten Lebong dan dalam

kondisi siap dipakai.

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan

maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap

dipakai.

18

Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam

kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional

pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses

pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.

b. Kriteria Aset Tetap

Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria:

1) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

2) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

3) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;

4) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan;

5) Memenuhi ketentuan batas nilai materialitas

Dalam menentukan apakah suatu pos mempunyai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan,

suatu entitas harus menilai manfaat ekonomik masa depan yang dapat diberikan oleh pos

tersebut, baik langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah.

Manfaat tersebut dapat berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi

Pemerintah Kabupaten Lebong.

Manfaat ekonomi masa yang akan datang akan mengalir ke suatu entitas dapat dipastikan

bila entitas tersebut akan menerima manfaat dan menerima risiko terkait.

Kepastian ini biasanya hanya tersedia jika manfaat dan risiko telah diterima entitas tersebut.

Sebelum hal ini terjadi, perolehan aset tidak dapat diakui.

c. Pengukuran Aset tetap

Pengukuran dapat dipertimbangkan andal biasanya dipenuhi bila terdapat transaksi

pertukaran dengan bukti pembelian aset tetap yang mengidentifikasikan biayanya. Dalam

keadaan suatu aset yang dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu pengukuran yang dapat

diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan entitas tersebut

untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja dan biaya lain yang digunakan dalam proses

konstruksi. Tujuan utama dari perolehan aset tetap adalah untuk digunakan oleh pemerintah

dalam mendukung kegiatan operasionalnya dan bukan dimaksudkan untuk dijual.

Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak

kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah. Saat pengakuan aset akan

lebih dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak

kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti

kepemilikan kendaraan bermotor. Apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan

bukti secara hukum dikarenakan masih adanya suatu proses administrasi yang diharuskan,

seperti pembelian tanah yang masih harus diselesaikan proses jual beli (akta) dan sertifikat

kepemilikannya di instansi berwenang, maka aset tetap tersebut harus diakui pada saat

terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut telah berpindah, misalnya telah

terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama pemilik sebelumnya.

19

d. Penilaian aset tetap

Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan

menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada

nilai wajar pada saat perolehan. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara

swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak

langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa

peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap

tersebut.

Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea

impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset

tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang

dimaksudkan.

Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan

dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar

masing-masing aset yang bersangkutan. Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran

atau pertukaran sebagian aset tetap yang tidak serupa atau aset lainnya. Biaya dari pos

semacam itu diukur berdasarkan nilai wajar aset yang diperoleh yaitu nilai ekuivalen atas

nilai tercatat aset yang dilepas setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas

yang ditransfer/diserahkan.

e. Donasi

Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan (donasi) harus dicatat sebesar nilai wajar pada

saat perolehan. Sumbangan aset tetap didefinisikan sebagai transfer tanpa persyaratan suatu

aset tetap ke satu entitas, misalnya perusahaan nonpemerintah memberikan bangunan yang

dimilikinya untuk digunakan oleh satu unit pemerintah tanpa persyaratan apapun.

Penyerahan aset tetap tersebut akan sangat andal bila didukung dengan bukti perpindahan

kepemilikannya secara hukum, seperti adanya akta hibah.

Tidak termasuk perolehan aset donasi, apabila penyerahan aset tetap tersebut dihubungkan

dengan kewajiban entitas lain kepada pemerintah daerah. Sebagai contoh, satu perusahaan

swasta membangun aset tetap untuk Pemerintah Kabupaten Lebong dengan persyaratan

kewajibannya kepada Pemerintah Kabupaten Lebong telah dianggap selesai. Perolehan aset

tetap tersebut harus diperlakukan seperti perolehan aset tetap dengan pertukaran. Apabila

perolehan aset tetap memenuhi kriteria perolehan aset donasi, maka perolehan tersebut

diakui sebagai pendapatan pemerintah daerah dan jumlah yang sama juga diakui sebagai

belanja modal dalam laporan realisasi anggaran.

f. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)

Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat

atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam

bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, dikapitalisasi dalam

nilai aset yang bersangkutan.

Dalam hal tambahan pengeluaran untuk suatu aset tetap tidak memenuhi kriteria tersebut,

maka pengeluaran tersebut tidak dapat dikapitalisir ke dalam nilai aset tetap melainkan

diakui sebagai belanja yang mengurangi nilai aset bersih Pemerintah Kabupaten Lebong.

20

g. Penyusutan Aset Tetap

Pemerintah Kabupaten Lebong belum menerapkan ketentuan penyusutan aset tetap

sebagaimana dimaksud dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 7

tentang Akuntansi Aset Tetap, paragraf 53 sampai dengan paragraf 57.

h. Revaluasi Aset Tetap

Pemerintah Kabupaten Lebong tidak melakukan penilaian kembali atau revaluasi atas aset

tetap, karena penilaian atas aset didasarkan pada nilai perolehan ataupun nilai pertukaran.

i. Aset Bersejarah

Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah dikarenakan kepentingan budaya,

lingkungan, dan sejarah. Contoh dari aset bersejarah adalah bangunan bersejarah,

monumen, tempat-tempat purbakala (archaeological sites) seperti candi, dan karya seni

(works of art). Aset bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang

tak terbatas. Aset bersejarah biasanya dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan sebagai

belanja tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Biaya tersebut termasuk seluruh biaya yang

berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada

pada periode berjalan.

j. Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap

Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen

dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomik masa yang akan datang. Aset

tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari Neraca dan

diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Aset tetap yang dihentikan dari

penggunaan aktif pemerintah daerah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus

dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.

k. Konstruksi Dalam Pengerjaan

Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan.

Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,

jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau

pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan sampai dengan akhir

tahun (per tanggal 31 Desember) belum selesai. Perolehan melalui kontrak konstruksi pada

umumnya memerlukan suatu periode waktu tertentu. Periode waktu perolehan tersebut bisa

kurang atau lebih dari satu periode akuntansi.

Suatu Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke aset tetap yang bersangkutan setelah

pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai dan siap digunakan sesuai dengan tujuan

perolehannya. Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan.

4.4.5 Kewajiban

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya

mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi Pemerintah Kabupaten Lebong. Setiap

entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang

diharapkan akan diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan dan lebih dari 12 (dua belas)

bulan setelah tanggal pelaporan.

21

Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar

dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya

diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.

Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset lancar.

Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada

pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan

berikutnya.

Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu 12 (dua

belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya bunga pinjaman, utang jangka pendek dari

pihak ketiga, utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.

Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka panjangnya, meskipun

kewajiban tersebut jatuh tempo dan akan diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah

tanggal pelaporan jika :

a. Jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan;

b. Entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas dasar

jangka panjang; dan

c. Maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali

(refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang diselesaikan

sebelum laporan keuangan disetujui.

Tunggakan Kewajiban

Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah jatuh tempo namun Pemerintah

Kabupaten Lebong tidak mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau bunganya sesuai

jadwal. Beberapa jenis utang pemerintah mungkin mempunyai saat jatuh tempo sesuai jadwal

pada satu tanggal atau serial tanggal saat debitur diwajibkan untuk melakukan pembayaran

kepada kreditur. Jumlah tunggakan atas pinjaman Pemerintah Kabupaten Lebong harus

disajikan dalam bentuk Daftar Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas Laporan

Keuangan sebagai bagian pengungkapan kewajiban.

Restrukturisasi Utang

Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan utang, debitur harus mencatat

dampak restrukturisasi secara prospektif sejak saat restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh

mengubah nilai tercatat utang pada saat restrukturisasi kecuali jika nilai tercatat tersebut

melebihi jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dengan persyaratan baru.

Informasi restrukturisasi ini harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai

bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang terkait.

Jumlah bunga harus dihitung dengan menggunakan tingkat bunga efektif konstan dikalikan

dengan nilai tercatat utang pada awal setiap periode antara saat restrukturisasi sampai dengan

saat jatuh tempo. Tingkat bunga efektif yang baru adalah sebesar tingkat diskonto yang dapat

menyamakan nilai tunai jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam

persyaratan baru (tidak temasuk utang kontinjen) dengan nilai tercatat. Berdasarkan tingkat

bunga efektif yang baru akan dapat menghasilkan jadwal pembayaran yang baru dimulai dari

saat restrukturisasi sampai dengan jatuh tempo.

22

Suatu entitas tidak boleh mengubah nilai tercatat utang sebagai akibat dari restrukturisasi utang

yang menyangkut pembayaran kas masa depan yang tidak dapat ditentukan, selama

pembayaran kas masa depan maksimum tidak melebihi nilai tercatat utang.

4.4.6 Ekuitas Dana

Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan

kewajiban pemerintah. Ekuitas dana terbagi dalam 3 (tiga) klasifikasi, yaitu Ekuitas Dana

Lancar, ekuitas Dana Investasi dan Ekuitas Dana Cadangan.

Ekuitas dana lancar adalah selisih antara asset lancar dan kewajiban jangka pendek. Ekuitas

dana lancar antara lain berupa sisa lebih pembiayaan anggaran / saldo anggaran lebih, cadangan

piutang, cadangan persediaan, dan dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka

panjang.

Ekuitas dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investai

jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang.

Ekuitas dana cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan

tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

4.5 Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja,

transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan Pemerintah Kabupaten Lebong yang masing-masing

diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan

dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas

dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan:

a. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi;

b. Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna

dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan

anggaran.

Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber

daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam

periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif. Laporan Realisasi

Anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi

perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi:

a. Telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat;

b. Telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBD); dan

c. Telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut:

a. Pendapatan

b. Belanja

c. Transfer

d. Surplus atau defisit

e. Penerimaan pembiayaan

23

f. Pengeluaran pembiayaan

g. Pembiayaan neto; dan

h. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA)

4.5.1 Pendapatan

Pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Daerah. Pendapatan diklasifikasikan

menurut jenis pendapatan.

Transfer masuk adalah penerimaan uang dari entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana

perimbangan dari Pemerintah Pusat (Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus) dan dana

bagi hasil dari Pemerintah Provinsi Bengkulu.

Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan

penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan

pengeluaran). Dalam hal Badan Layanan Umum Daerah, pendapatan diakui dengan mengacu

pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai Badan Layanan Umum maupun Badan

Layanan Umum Daerah. .

Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas penerimaan pendapatan pada

periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang

pendapatan.

Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas penerimaan

pendapatan yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang

pendapatan pada periode yang sama.

Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas penerimaan

pendapatan yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas dana

lancar pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.

4.5.2 Belanja

Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Daerah. Khusus

pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat

pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi

perbendaharaan. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada

peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum maupun badan layanan

umum daerah.

Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk

melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi dikelompokkan dalam dua kelompok yakni

Belanja Tak Langsung dan Belanja Langsung. Belanja Tak Langsung merupakan belanja yang

dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

Belanja Tak Langsung terdiri atas:

a. Belanja Pegawai

b. Belanja Bunga

c. Belanja Subsidi

d. Belanja Hibah

e. Belanja Bantuan Sosial

24

f. Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintahan Desa

g. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintahan Desa

h. Belanja Tak Terduga.

Belanja pegawai dalam kelompok belanja tak langsung merupakan belanja kompensasi, dalam

bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri

sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Uang representasi dan

tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah dan wakil

kepala daerah serta penghasilan dan penerimaan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan

peraturan perundang- undangan dianggarkan dalam belanja pegawai.

Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas

kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka

pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada

perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau

oleh masyarakat banyak.

Belanja hibah sebagaimana digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk

uang, barang dan/atau jasa kepada Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah lainnya, dan

kelompok masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya

Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan yang bersifat sosial

kemasyarakatan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada kelompok/anggota masyarakat, dan

partai politik. Bantuan sosial diberikan secara selektif, tidak terus menerus/tidak mengikat serta

memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya dengan mempertimbangkan kemampuan

keuangan daerah dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil kepada pemerintah desa

atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan. Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan

keuangan yang bersifat umum atau khusus kepada pemerintahan desa, dan kepada pemerintah

daerah lainnya.

Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak

diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak

diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-

tahun sebelumnya yang telah ditutup

Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan

pelaksanaan program dan kegiatan.

Belanja Langsung terdiri atas:

a. Belanja Pegawai

b. Belanja Barang dan Jasa

c. Belanja Modal

Belanja Pegawai kelompok Belanja Langsung digunakan untuk pengeluaran

honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan.

25

Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang

nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam

melaksanakan program dan kegiatan pada pemerintahan daerah. Belanja barang/jasa berupa

belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan

bermotor, cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/ gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa

alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan

atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan

dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai, pemeliharaan, jasa konsultansi, dan lain-lain

pengadaan barang/jasa, dan belanja lainnya yang sejenis.

Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset

tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan

dalam kegiatan pemerintahan.

Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam

dokumen anggaran. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang

terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode

yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja

dibukukan dalam pendapatan lain-lain.

4.5.3 Surplus/Defisit

Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan.

Defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan.

Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan dicatat dalam

pos Surplus/Defisit.

4.5.4 Pembiayaan

Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan

maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam

penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau

memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari

pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk

pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan

modal oleh pemerintah Daerah. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada

Rekening Kas Daerah. Penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu

dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah

dikompensasikan dengan pengeluaran)

Pencairan Dana Cadangan mengurangi Dana Cadangan yang bersangkutan.

Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum

Negara/Daerah.

Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana Cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang

diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di pemerintah daerah merupakan penambah Dana

Cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai pendapatan dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.

Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran

pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu.

26

Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode

pelaporan dicatat dalam pos Pembiayaan Neto. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran adalah

selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan.

Selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan

dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.

4.6 Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan Dengan Ketentuan Yang Ada Dalam Standar

Akuntansi Pemerintahan

Penyusunan Laporan Keuangan tahun 2009 Pemerintah Kabupaten Lebong mengacu kepada

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagaimana dimaksud dengan PP 24 tahun 2005

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati

Lebong Nomor 38 Tahun 2008 tanggal 17 November 2008 tentang Kebijakan Akuntansi

Pemerintah Kabupaten Lebong.

V. Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan

5.1 Neraca

Neraca Pemerintah Kabupaten Lebong per 31 Desember 2009 menggambarkan posisi aset,

kewajiban dan ekuitas dana per 31 Desember 2009 dengan jumlah aset sebesar

Rp747.633.503.296,02, kewajiban sebesar Rp10.337.845.386,37 dan ekuitas dana sebesar

Rp737.295.657.909,65.

Penjelasan atas pos-pos neraca tersebut sebagai berikut :

5.1.1 ASET Rp 747.633.503.296,02

5.1.1.1 ASET LANCAR Rp 31.779.856.264,65

Aset lancar adalah kas dan sumber daya lainnya yang diharapkan dapat dicairkan menjadi

kas, dijual atau dipakai habis dalam 1 (satu) periode akuntansi yang terdiri atas:

5.1.1.1.1 Kas Rp 26.986.669.150,65

Saldo Kas per 31 Desember 2009 sebesar Rp26.986.669.150,65 terdiri dari:

5.1.1.1.1.1 Kas di Kas Daerah Rp 24.942.339.984,65

Saldo kas di kas Daerah per 31 Desember 2009 sebesar Rp24.942.339.984,65 merupakan

saldo kas Pemerintah Kabupaten Lebong pada PT. Bank Bengkulu Cabang Lebong dengan

nomor rekening 01.01.10005-1.

5.1.1.1.1.2 Kas di Bendahara Pengeluaran Rp 2.044.529.166,00

Saldo Kas di Bendaharawan Pengeluaran per 31 Desember 2009 sebesar

Rp2.044.529.166,00 merupakan sisa Uang Persediaan yang belum disetor oleh masing-

masing SKPD sampai dengan 31 Desember 2009. (Rincian kas di Bendahara Pengeluaran

tiap-tiap SKPD diuraikan dalam Lampiran 1)

5.1.1.1.2 Piutang Rp 3.158.174.242,00

Saldo piutang per 31 Desember 2009 sebesar Rp 3.158.174.242,00 terdiri dari piutang

pajak , retribusi, dan pendapatan bagi hasil pajak provinsi dengan rincian:

27

No Jenis Piutang Jumlah (Rp)

a. Piutang kepada Pemerintah Provinsi Bengkulu 3.092.283.392,00

b. Piutang kepada wajib pajak daerah 59.680.850,00

c. Piutang atas retribusi daerah 6.210.000,00

Jumlah 3.158.174.242,00

Lihat Lampiran 2

5.1.1.1.3 Piutang Lain-lain Rp 8.185.782,00

Saldo piutang lain-lain merupakan piutang/tagihan yang tidak dapat diklasifikasikan ke

dalam jenis piutang. Jumlah Piutang Lain-Lain per 31 Desember 2009 sebesar

Rp8.185.782,00 merupakan piutang pegawai atas nama Sdr Davit Anthoni atas UUDP

Tahun 2008 yang tidak dapat dipertanggungjawabkan sampai dengan tanggal 31 Desember

2009.

5.1.1.1.4 Persediaan Rp 1.626.827.090,00

Merupakan barang habis pakai yang secara rutin diperlukan Pemerintah Daerah untuk

menunjang aktivitas operasional dan mempunyai manfaat hanya pada 1 (satu) tahun

anggaran, yang terdiri atas :

No Jenis Persediaan Jumlah (Rp)

1 ATK/ Barang Habis Pakai 200.900.908,00

2 Obat- obatan 790.274.864,00

3 Alat Kontrasepsi 21.038.318,00

4 Pakan Ternak 27.950.000,00

5 Leges 301.240.500,00

6 Karcis Retribusi 282.500.000,00

7 Lain-lain 2.922.500,00

Jumlah 1.626.827.090,00

Rincian persedian per SKPD diuraikan dalam Lampiran 3.

5.1.1.1.5 Investasi Jangka Panjang Rp 8.150.000.000,00

Investasi jangka panjang merupakan investasi yang diadakan dengan maksud untuk

mendapatkan manfaat ekonomi atau manfaat sosial dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu)

periode akuntansi. Jumlah per 31 Desember 2009 sebesar Rp8.150.000.000,00, berupa

Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Lebong pada PT Bank Bengkulu yang bertujuan

untuk mendapatkan keuntungan/deviden.

Jumlah penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Lebong per 31 Desember 2009 sebesar

Rp8.150.000.000,00 (tidak ada penambahan investasi jangka panjang).

5.1.1.2 ASET TETAP Rp 707.703.647.031,37

Aset tetap merupakan aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)

periode akuntansi untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh

masyarakat umum. Aset tetap diperoleh dari dana yang bersumber dari sebagian atau

seluruhnya dari APBD melalui pembelian, pembangunan, hibah atau donasi, pertukaran dari

aset lainnya serta dari sitaan atau rampasan.

Aset tetap Pemerintah Kabupaten Lebong per 31 Desember 2009 sebesar

Rp707.703.647.031,37 dengan rincian sebagai berikut :

28

No Uraian Jumlah (Rp)

- Saldo awal tahun 2009 540.452.025.433,00

- Koreksi tambah saldo awal 1.295.247.067,32

Saldo Awal Setelah Koreksi 541.747.272.500,32

- Mutasi aset selama tahun 2009 :

- Mutasi Tambah 195.733.988.737,05

- Mutasi Kurang (29.777.614.206,00)

Nilai Mutasi Bersih Aset 2009 165.956.374.531,05

Saldo Aset Tetap per 31 Desember 2009 707.703.647.031,37

Koreksi tambah terhadap saldo awal aset sebesar Rp 1.295.247.067.320,00 dilakukan karena

terdapat kesalahan pencatatan nilai aset, dengan rincian sebagai berikut :

No Uraian Jumlah (Rp)

- Saldo awal Tanah, berkurang (4.682.711.395,00)

- Peralatan dan Mesin, berkurang (6.940.475.813,00)

- Gedung dan Bangunan, bertambah 32.563.979.071,00

- Jalan, Jaringan dan Instalasi, berkurang (22.975.116.033,00)

- Aset Tetap Lainnya, bertambah 5.503.315.334,00

- Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP), berkurang (2.173.744.096,68)

Jumlah koreksi saldo awal 1.295.247.067,32

Saldo aset tetap selanjutnya dapat dirinci sebagai berikut :

No Uraian Jumlah (Rp)

- Tanah 25.727.100.001,00

- Peralatan dan Mesin 87.100.477.064,00

- Gedung dan Bangunan 276.086.905.384,35

- Jalan, Jaringan dan Instalasi 298.855.469.940,02

- Aset Tetap Lainnya 17.680.408.249,00

- Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) 2.253.286.393,00

Saldo Aset Tetap per 31 Desember 2009 707.703.647.031,37

Lihat Lampiran 4.

5.1.1.2.1 Tanah Rp 25.727.100.001,00

Tanah menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh tanah sampai

dengan tanah tersebut siap dipakai. Biaya ini meliputi antara lain harga pembelian serta

biaya untuk memperoleh hak, biaya yang berhubungan dengan pengukuran dan

penimbunan.

Saldo nilai tanah per 31 Desember 2009 sebesar Rp 25,227,100,001.00 merupakan nilai

tanah yang dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten Lebong, dengan uraian sebagai berikut:

No Uraian Jumlah (Rp)

- Saldo Awal Tahun 2009 29.909.811.396,00

- Koreksi saldo Awal (4.682.711.395,00)

- Penambahan selama Tahun 2009 500,000,000.00

Saldo per 31 Desember 2009 25.727.100.001,00

29

Penambahan aset tetap tanah tahun 2009 sebesar Rp500,000,000.00 seluruhnya berasal

dari belanja modal tanah.

5.1.1.2.2 Peralatan dan Mesin Rp 87.100.477.064,00

Peralatan dan Mesin menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

peralatan dan mesin sampai siap dipakai.

Saldo peralatan dan mesin per 31 Desember 2009 sebesar Rp87,100,477,064.00 merupakan

nilai peralatan dan mesin yang dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten Lebong, dengan

rincian sebagai berikut :

No Uraian Jumlah (Rp)

- Saldo Awal Tahun 2009 83.014.911.301,00

- Koreksi saldo awal (6.940.475.813,00)

- Penambahan selama Tahun 2009 11.026.041.576,00

Saldo per 31 Desember 2009 87.100.477.064,00

Penambahan aset tetap peralatan dan mesin tahun 2009 sebesar Rp11,026,041,576.00

berasal dari :

No Uraian Jumlah (Rp)

- Belanja modal 10.867.507.576,00

- Belanja Barang dan Jasa yang dikapitalisasi 158.534.000,00

Jumlah 11.026.041.576,00

5.1.1.2.3 Gedung dan Bangunan Rp 273.454.091.194,77

Gedung dan bangunan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

gedung dan bangunan sampai dengan siap dipakai. Biaya ini meliputi antara lain: harga

beli, biaya pembebasan, biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak.

Saldo gedung dan bangunan per 31 Desember 2009 sebesar Rp273.454.091.194,77

tersebut, merupakan nilai gedung dan bangunan yang dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten

Lebong, dengan rincian sebagai berikut:

No Uraian Jumlah (Rp)

- Saldo Awal Tahun 2009 161.664.054.770,00

- Koreksi saldo awal 32.563.979.071,00

- Penambahan selama Tahun 2009: 79.226.057.353,77

Saldo per 31 Desember 2009 273.454.091.194,77

Penambahan aset tetap gedung dan bangunan tahun 2009 sebesar Rp79.226.057.353,77

berasal dari :

No Uraian Jumlah (Rp)

- Belanja modal 74.739.610.106,42

- Belanja Barang dan Jasa yang dikapitalisasi 1.084.248.000,00

- Reklasifikasi KDP 2.165.111.400,00

- Penyesuaian atas tranksaksi Retensi Jaminan Pemeliharaan 1.237.087.847,35

Jumlah 79.226.057.353,77

30

5.1.1.2.4 Jalan, Jaringan dan Instalasi Rp 298.855.469.940,02

Jalan, Jaringan, dan Instalasi menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh Jalan, Jaringan, dan Instalasi sampai dengan siap dipakai. Biaya ini meliputi

antara lain biaya perolehan dan biaya-biaya lain sampai jalan, jembatan, Irigasi dan

jaringan tersebut siap dipakai.

Saldo Jalan, Jaringan, dan Instalasi per 31 Desember 2009 sebesar Rp298.855.469.940,02

merupakan nilai Jalan, Jaringan dan Instalasi yang dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten

Lebong, dengan rincian sebagai berikut:

No Uraian Jumlah (Rp)

- Saldo Awal Tahun 2009 241.825.042.589,00

- Koreksi saldo awal (22.975.116.033,00)

- Penambahan selama Tahun 2009 80.005.543.384,02

Saldo per 31 Desember 2009 298.855.469.940,02

Penambahan aset tetap jalan, jaringan dan instalasi tahun 2009 sebesar

Rp80.005.543.384,02 berasal dari :

No Uraian Jumlah (Rp)

- Belanja modal 41.219.189.813,00

- Belanja barang dan jasa yang dikapitalisasi 2.418.107.440,00

- Reklasifikasi KDP 27.612.502.806,00

- Penyesuaian atas Retensi Jaminan Pemeliharaan 8.755.743.325,00

Jumlah 80.005.543.384,02

5.1.1.2.5 Aset Tetap Lainnnya Rp 17.680.408.249,00

Aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset

tetap lainnya sampai siap dipakai. Pos ini meliputi semua aset tetap lainnya yang tidak

dapat diklasifikasikan dengan tepat ke dalam aset tetap yang telah diuraikan sebelumnya.

Saldo aset tetap lainnya per 31 Desember 2009 sebesar Rp17.680.408.249,00 tersebut

merupakan nilai aset tetap lainnya yang dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten Lebong,

dengan rincian sebagai berikut:

No Uraian Jumlah (Rp)

- Saldo Awal Tahun 2009 9.953.444.915,00

- Koreksi saldo awal 5.503.315.334,00

- Penambahan selama Tahun 2009 2.223.648.000,00

Saldo per 31 Desember 2009 17.680.408.249,00

Penambahan aset tetap lainnya tahun 2009 sebesar Rp 2,223,648,000.00 berasal dari:

No Uraian Jumlah (Rp)

- Belanja modal 658.890.000,00

- Belanja barang dan jasa yang dikapitalisasi 1.537.758.000,00

Jumlah 2.223.648.000,00

5.1.1.2.6 Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp 4.886.100.582,58

Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah aset-aset yang mencakup tanah, peralatan dan mesin,

31

gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan serta aset tetap lainnya yang proses

perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan

belum selesai/sedang dalam proses pembangunan.

Saldo Konstruksi dalam Pengerjaan per 31 Desember 2009 sebesar Rp4.886.100.582,58,00

merupakan nilai kontruksi dalam pengerjaan berupa konstruksi gedung dan bangunan dan

konstruksi jalan, jaringan dan irigasi yang dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten Lebong,

dengan rincian sebagai berikut:

No Uraian Jumlah (Rp)

- Saldo Awal Tahun 2009 14.084.760.462,00

- Koreksi saldo awal (2.173.744.096,00)

- Penambahan selama Tahun 2009 22.752.698.423,26

- Pengurangan selama Tahun 2009 (29.777.614.206,00)

Saldo per 31 Desember 2009 4.886.100.582,58

Penambahan dan pengurangan nilai kontruksi dalam pengerjaan berupa; konstruksi gedung

dan bangunan dan konstruksi jalan, jaringan dan irigasi tahun 2009 masing-masing sebesar

Rp22.752.698.423,26 dan Rp29.777.614.206 berasal dari:

No Uraian Jumlah (Rp)

1 Penambahan :

- Belanja modal 17.309.254.768,83

- Penambahan Uang Muka Kerja 5.443.443.654,43

Jumlah Penambahan 22.752.698.423,26

2 Pengurangan, reklas ke aset :

- ke Gedung dan Bangunan (2.165.111.400,00)

- ke Jalan, Jaringan & Irigasi (27.612.502.806,00)

Jumlah Pengurangan 29.777.614.206,00

Jumlah bersih + / (-) 7.024.915.782,74)

5.1.2 KEWAJIBAN Rp 10.337.845.386,37

Kewajiban adalah jumlah uang yang wajib dibayar sebagai akibat penyerahan uang, barang dan

atau jasa kepada Daerah atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Kewajiban per 31 Desember 2009 sebesar Rp10.337.845.386,37 terdiri dari:

5.1.2.1 Kewajiban Jangka Pendek Rp 10.337.845.386,37

Kewajiban Jangka Pendek adalah Utang Belanja per 31 Desember 2009 yang akan

dibayarkan pada tahun anggaran 2010. Utang tersebut merupakan sisa pembayaran termin

kepada para penyedia barang/jasa yang sampai dengan tanggal 31 Desember 2009 belum

dibayarkan sehubungan dengan masa pemeliharan pekerjaan dan hutang kepada pihak ketiga

tahun sebelumnya yang belum dibayarkan pada tahun 2009.

Rincian lebih lanjut disajikan dalam Lampiran 5.

5.1.3 EKUITAS DANA Rp 737.295.657.909,65

Ekuitas dana adalah kekayaan bersih Pemerintah Kabupaten Lebong yang merupakan selisih

antara aset dengan kewajiban pemerintah. Ekuitas dana per 31 Desember 2009 terdiri atas

Ekuitas Dana Lancar dan Ekuitas Dana Investasi, dengan rincian sebagai berikut:

32

5.1.3.1 Ekuitas Dana Lancar Rp 21.442.010.878,28

Ekuitas dana lancar merupakan selisih antara jumlah nilai aset lancar dengan jumlah

kewajiban lancar per 31 Desember 2009 yang terdiri atas:

No Uraian Jumlah (Rp)

- Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 26.986.669.150,65

- Cadangan Piutang 3.166.360.024,00

- Cadangan untuk Persediaan 1.626.827.090,00

- Dana yg harus disediakan utk pembayaran hutang jk pdk (10.337.845.386,37)

Jumlah Ekuitas Dana Lancar 21.442.010.878,28

5.1.3.2 Ekuitas Dana Investasi Rp 715.853.647.031,37

Ekuitas dana investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi

jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya (tidak termasuk dana cadangan). Jumlah Ekuitas

Dana Investasi per 31 Desember 2009 sebesar Rp715.853.647.031,37 yang terdiri atas:

No Uraian Jumlah (Rp)

- Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 8.150.000.000,00

- Diinvestasikan dalam Aset Tetap 707.703.647.031,37

- Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 0,00

Jumlah 715.853.647.031,37

5.2 Laporan Realisasi Anggaran

5.2.1 PENDAPATAN Rp 311.395.371.741,06

Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2009 sebesar Rp311.395.371.741,06 atau 96,80% dari

anggaran tahun 2009 sebesar Rp321.695.999.979,00. Realisasi pendapatan tersebut

meningkat sebesar Rp12.447.652.465,07 atau 4,16% dibandingkan dengan realisasi

pendapatan tahun anggaran 2008 yaitu sebesar Rp298.947.719.275,99.

Rincian Anggaran dan Realisasi Pendapatan sebagai berikut :

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

- Pendapatan Asli Daerah 16.596.329.631,00 26.986.669.150,65 46,33

- Pendapatan Transfer 298.099.670.348,00 303.706.783.412,45 101,88

- Lain-lain Pendapatan yang Sah 7.000.000,00 0 -

Jumlah 321.695.999.979,00 311.395.371.741,06 96,80

5.2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp 7.688.588.328,60

Realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2009 sebesar

Rp7.688.588.328,60 atau 46,33% dari anggaran tahun 2009 yaitu sebesar

Rp16.596.329.631,00.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah tahun Anggaran 2009 mengalami penurunan sebesar

Rp4.824.412.635,03 atau 38,56% dibandingkan dengan realisasi Pendapatan Asli Daerah

tahun anggaran 2008 yaitu sebesar Rp12.513.000.964,00.

Rincian Anggaran dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah sebagai berikut

33

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

- Pajak Daerah 1.128.000.000,00 1.151.228.772,00 102,06

- Retribusi Daerah 1.960.000.000,00 901.759.137,00 46,01

- Hasil pengelolaan kekayaan daerah

yg dipisahkan 2.200.000.000,00 2.099.115.218,42 95,41

- Lain-lain PAD yang sah 11.308.329.631,00 3.536.485.201,18 31,27

Jumlah 16.596.329.631,00 7.688.588.328,60 46,33

Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih lanjut diuraikan sebagai berikut :

5.2.1.1.1 Pajak Daerah Rp 1.151.228.772,00

Pajak Daerah dianggarkan sebesar Rp1.128.000.000,00 dengan realisasi

Rp1.151.228.772,00 atau 102,06% dari anggaran tahun 2009.

Realisasi Pajak Daerah tahun Anggaran 2009 meningkat sebesar Rp308.857.702,31 atau

36,67% dibandingkan realisasi Pajak Daerah Tahun Anggaran 2008 yaitu sebesar

Rp842.371.069,69. Rincian Anggaran dan Realisasi Pajak Daerah sebagai berikut :

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Pajak Hotel 15.000.000,00 0,00 0

2 Pajak Restoran 20.000.000,00 0,00 0

3 Pajak Makan Minum 210.500.000,00 192.134.375,00 91,28

4 Pajak Hiburan 2.500.000,00 1.800.000,00 72,00

5 Pajak Reklame 30.000.000,00 16.087.020,00 53,62

6 Pajak Penerangan Jalan 400.000.000,00 624.942.377,00 156,24

7 Pajak Pengambilan Galian Gol C 450.000.000,00 316.265.000,00 70,28

Jumlah 1.128.000.000,00 1.151.228.772,00 102,06

5.2.1.1.2 Retribusi Daerah Rp 901.759.137,00

Pendapatan Retribusi Daerah dalam Tahun Anggaran 2009 dianggarkan sebesar

Rp1.960.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp901.759.137,00 atau 46,01%.

Tidak tercapainya target pendapatan retribusi daerah, antara lain terjadi karena terdapat

pendapatan retribusi pada SKPD yang tidak terealisasikan (realisasi 0%) atau tidak

mencapai targetnya, dengan rincian sebagai berikut

a. Anggaran retribusi Dinas PPKAD sebesar Rp941.500.000,00, namun realisasinya

hanya sebesar Rp303.016.500,00 atau 32,18%. Rendahnya tingkat pencapaian target

terjadi karena terdapat retribusi yang tidak terealisasikan yaitu Retribusi MCK yang

dianggarkan sebesar Rp1.000.000,00. Sedangkan Retribusi Pedagang Kaki Lima dan

Retribusi HGB Los Pasar Terminal yang masing-masing dianggarkan sebesar Rp

17.000.000,00, dan Rp853.500.000,00 realisasinya hanya sebesar Rp 5.300.000,00

atau 31,18% dan sebesar Rp242.500.000,00 atau 28,41%.

b. Anggaran retribusi Dinas Parsenibudhub sebesar Rp104.500.000,00, realisasinya hanya

sebesar Rp24.730.000,00 atau 18,68%. Rendahnya tingkat pencapaian taget terjadi

karena terdapat retribusi yang tidak terealisasikan (realisasi 0%) yaitu Retribusi

Pengujian Kendaraan Bermotor dengan anggaran sebesar Rp3.000.000,00, Retribusi

Izin Operasional Kereta Tempelan dengan anggaran sebesar Rp10.000.000,00 dan

34

Retribusi KIR Kendaraan Bermotor dengan anggaran sebesar Rp1.000.000,00.

c. Anggaran retribusi Dinas Perikanan & Peternakan, sebesar Rp2.000.000,00,

realisasinya hanya sebesar Rp600.000,00 atau 33,00%. Rendahnya tingkat pencapaian

taget terjadi karena terdapat retribusi yang tidak terealisasikan yaitu Retribusi Izin

Usaha Perikanan dengan anggaran sebesar Rp 1.000.000,00.

d. Angaran retribusi Dinas Pertambangan, Energi & ESDM, sebesar Rp51.000.000,00,

realisasinya hanya Rp700.000,00 atau 1,37%. Rendahnya tingkat pencapaian taget

terjadi karena terdapat retribusi yang tidak terealisasikan (realisasi 0%) yaitu Retribusi

Pengusahaan Minyak & Gas Bumi dan Retribusi Kuasa Pertambangan yang masing-

masing dianggarkan sebesar Rp 1.000.000,00 dan Rp50.000.000,00.

e. Anggaran retribusi Dinas BLHKP sebesar Rp90.000.000,00, realisasinya hanya

sebesar Rp6.900.000,00 atau 7,67 %. Rendahnya tingkat pencapaian taget terjadi

karena terdapat retribusi yang tidak terealisasikan (realisasi 0%) yaitu Retribusi

Kebersihan Pasar Muara Aman dan Retribusi Kebersihan Jalan raya yang masing-

masing dianggarkan sebesar Rp 15.000.000,00.

f. Anggaran Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah pada Bagian Perlengkapan Setda

sebesar Rp15.000.000,00 tidak terealisasi.

g. Anggaran retribusi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan sebesar Rp101.000.000,00,

realisasinya hanya sebesar Rp26.900.000,00 atau 26,63%. Rendahnya tingkat

pencapaian taget terjadi karena terdapat retribusi yang tidak terealisasikan (realisasi

0%) yaitu Retribusi Penggemukan Sapi dengan anggaran sebesar Rp2.000.000,00.

h. Anggaran Retribusi Izin Media Infokom pada Bagian Humas & Protokoler Setda

sebesar Rp15.000.000,00, namun tidak terealisasi.

i. Pada Dinas Koperasi, UKM & Perindag jumlah anggaran retribusi sebesar

Rp167.000.000,00, realiasinya hanya sebesar Rp17.023.553,00 atau 10,19%.

Rendahnya tingkat pencapaian target terjadi karena terdapat retribusi yang tidak

terealisasikan (realiasi 0%) yaitu Retribusi Dana Bergulir dengan anggaran sebesar

Rp30.000.000,00, Retribusi Izin Tempat Berjualan Minuman Beralkohol dan Retribusi

Izin Usaha Industri masing-masing dengan anggaran sebesar Rp1.000.000,00, dan

Retribusi Tanda Daftar Gudang serta Retribusi Tanda Daftar Industri dengan anggaran

masing-masing sebesar Rp 10.000.000,00.

Realisasi Retribusi Daerah tahun Anggaran 2009 meningkat sebesar Rp244.540.378,00

atau sebesar 37,21% dibandingkan realisasi Retribusi Daerah tahun anggaran 2008 yaitu

sebesar Rp657.218.759,00

Rincian Anggaran dan Realisasi Retribusi Daerah sebagai berikut:

URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) %

RETRIBUSI PELAYANAN UMUM

DPPKAD ;

- Retribusi Pelayanan Pasar M. Aman 18.000.000,00 24.594.000,00 136,63

- Retribuasi Pelayanan Pasar Terminal - 4.937.500,00 -

- Retribusi Pedagang Kaki Lima 17.000.000,00 5.300.000,00 31,18

- Retribusi Pekan Kalangan 2.000.000,00 1.010.000,00 50,50

- Retribusi MCK 1.000.000,00 - -

35

URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) %

- Retribusi LEGES 50.000.000,00 24.675.000,00 49,35

- Retribusi HGB Los Pasar Terminal 853.500.000,00 242.500.000,00 28,41

Jumlah 941.500.000,00 303.016.500,00 32,18

DINAS PARSENIBUDHUB :

- Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi jalan umum 25.000.000,00 8.650.000,00 34,60

- Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor 3.000.000,00 - -

- Retribusi Terminal 20.000.000 8.990.000,00 44,95

- Retribusi Tempat Rekreasi & Olah Raga 10.000.000,00 3.000.000,00 30,00

- Retribusi Ijin Trayek 2.000.000,00 1.380.000,00 69,00

- Retribusi Izin Usaha Angkutan 2.500.000,00 1.730.000,00 69,20

- Retribusi Izin Operasional Kereta Tempelan 10.000.000,00 - -

- Retribusi Dispensasi Pemakaian Jalan 20.000.000,00 550.000,00 2,75

- Retribusi KIR Kendaraan Bermotor 1.000.000,00 - -

- Retribusi Bongkar Muat Barang 1.000.000,00 235.000,00 23,50

- Retribusi Ijin Insidentil 10.000.000,00 195.000,00 1,95

Jumlah 104.500.000,00 24.730.000,00 18,68

DINAS PERIKANAN & PETERNAKAN :

- Retribusi Pemotongan Hewan 1.000.000,00 600.000,00 60,00

- Retribusi Izin Usaha Perikanan 1.000.00,00 -

-

Jumlah 2.000.000,00 600.000,00 30,00

DINAS PERTAMBANGAN & ENERGI :

- Retribusi Pengusahaan Minyak & Gas Bumi 1.000.000,00 - -

- Retribusi Kuasa Pertambangan 50.000.000,00 - -

- Retribusi Explorasi & Exploitasi - 350.000,00 -

- Retribusi SIPD Galian Gol. C - 350.000,00 -

Jumlah 51.000.000,00 700.000,00 1,37

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

DINAS KESEHATAN :

- Retribusi Pelayanan Kesehatan dari Dinas Kesehatan 20.000.000,00 30.549.300,00 152,75

- Retribusi Izin Toko Obat 3.000.000,00 506.100,00 16,87

- Retribusi Izin Praktek Bidan 10.000.000,00 - -

Jumlah 33.000.000,00 31.055.400,00 94,11

RSUD :

- Retribusi Pelayanan Kesehatan dari RSUD 50.000.000,00 141.671.189,00 283,34

- Retribusi KIR Dokter dari RSUD 10.000.000,00 8.690.000,00 86,90

Jumlah 60.000.000,00 150.361.189,00 250,60

RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

DINAS BLHKP :

- Retribusi Kebersihan PLN (RT) 60.000.000,00 6.900.000,00 11,50

- Retribusi Kebersihan Pasar Muara Aman 15.000.000,00 - -

- Retribusi Kebersihan Jalan Raya 15.000.000,00 - -

Jumlah 90.000.000,00 6.900.000,00 7,67

RETRIBUSI PENGANTIAN BIAYA CETAK KTP, AK-1 dan KK

DINAS KESSOSNAKERTRANS & DUKCAPIL :

- Retribusi Kartu Tanda Penduduk 30.000.000,00 83.478.000,00 278,26

- Retribusi Akta Kelahiran 25.000.000,00 24.346.500,00 97,39

- Retribusi Akte Pernikahan 45.000.000,00 400.000,00 0,89

- Retribusi Kartu Keluarga 25.000.000,00 17.055.000,00 68,22

36

URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) %

- Retribusi Pendaftaran Pencari Kerja 30.000.000,00 8.850.000,00 29,50

- Retribusi Izin Usaha Lembaga Latihan Kerja 1.000.000,00 - -

- Retribusi PPK Peraturan Perusahaan & KKB 1.000.000,00 - -

Jumlah 157.000.000,00 134.129.500,00 85,43

RETRIBUSI JASA USAHA :

BAGIAN PERLENGKAPAN SETDA ;

- Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (Sewa) 15.000.000,00 - -

Jumlah 15.000.000,00 - -

RETRIBUSI PERIJINAN :

BAGIAN EKONOMI SETDA ;

- Retribusi Izin Tempat Usaha 5.000.000,00 2.800.000,00 56,00

- Retribusi Izin Gangguan 70.000.000,00 44.125.125,00 63,04

Jumlah 75.000.000,00 46.925.125,00 62,57

DINAS PEKERJAAN UMUM :

- Sewa Alat Berat 80.000.000,00 22.926.270,00 28,66

- Sewa Gedung Pertemuan 1.000.000,00 1.350.000,00 135,00

- Retribusi Izin mendirikan Bangunan 10.000.000,00 29.397.500,00 293,98

- Retribusi Jasa Kontruksi 10.000.000,00 1.824.000,00 18,24

Jumlah 101.000.000,00 55.497.770,00 54,95

PENERIMAAN DARI DINAS PERTANIAN & KETAHANAN PANGAN :

- Balai Benih Pertanian 68.000.000,00 20.000.000,00 29,41

- Retribusi Handtracktor 25.000.000,00 900.000,00 3,60

- Retribusi Power Threser 6.000.000,00 6.000.000,00 100

- Retribusi Pengemukan Sapi 2.000.000,00 - -

Jumlah 101.000.000,00 26.900.000,00 26,63

PENERIMAAN BAG. HUMAS & PROTOKOLER :

Retribusi Izin Media Infokom 2.000.000,00 - -

Jumlah 2.000.000,00 - -

RETRIBUSI BADAN HUKUM ;

PENERIMAAN DINKOP UKM & PERINDAG :

- Retribusi Izin Mendirikan Koperasi 10.000.000,00 500.000,00 5,00

- Retribusi Dana Bergulir 30.000.000,00 - -

- Bunga Dana Bergulir 5.000.000,00 7.343.553,00 146,87

- Retribusi Izin Tempat Penjualan minuman Beralkohol 1.000.000,00 - -

- Retribusi Izin Usaha Industri 1.000.000,00 - -

- Retribusi Izin Usaha Perdagangan 50.000.000,00 4.850.000,00 9,70

- Retribusi Tanda Daftar Perusahaan 50.000.000,00 4.330.000,00 8,66

- Retribusi Tanda Daftar Gudang 10.000.000,00 - -

- Retribusi Tanda Daftar Industri 10.000.000,00 - -

Jumlah 167.000.000,00 17.023.553,00 10,19

Penerimaan Dari Dinas Kehutanan & Perkebunan

Retribusi Kayu dan Hasil Hutan 60.000.000,00 103.920.100,00 173,20

Retribusi Limbah Kayu - - -

Retribusi Sertifikasi Bibit - - -

Jumlah 60.000.000,00 103.920.100,00 173,20

JUMLAH PENDAPATAN RETRIBUSI 1.960.000.000,00 901.759.137,00 46,01

37

5.2.1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yg Dipisahkan Rp 2.099.115.218,42

Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan tahun 2009 sebesar

Rp2.099.115.218,42 atau sebesar 95,41 % dari anggaran sebesar Rp2.200.000.000,00.

Jumlah tersebut meningkat sebesar Rp1.214.880.051,15 atau 137,39 % dibandingkan

dengan realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan tahun anggaran

2008 sebesar Rp884.235.167,27. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

Dipisahkan berasal dari pembagian deviden PT Bank Bengkulu.

5.2.1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Rp 3.536.485.201,18

Realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah tahun 2009 sebesar

Rp3.536.485.201,18 atau 31,27 % dari anggaran sebesar Rp11.308.329.631,00.

Realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah tahun Anggaran 2009 tersebut

mengalami penurunan sebesar Rp6.592.690.766,49 atau 65,09 % dibandingkan dengan

realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah tahun anggaran 2008 yang mencapai sebesar

Rp10.129.175.967,67.

Rincian Anggaran dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah sebagai berikut

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Jasa Giro rekening Kas Daerah 3.000.000.000,00 1.663.253.331,00 55,44

2 Sumbangan pihak ketiga 880.000.000,00 1.014.242.638,00 115,25

3 Setoran lain-lain 7.428.329.631,00 858.989.232,00 11,56

Jumlah 11.308.329.631,00 3.536.485.201,00 31,27

5.2.1.2 Pendapatan Transfer Rp 303.706.783.412,46

Pendapatan Transfer dianggarkan sebesar Rp298.099.670.348,00 dengan realisasi sebesar

Rp303.706.783.412,46 atau 101,88%.

Realisasi pendapatan transfer tahun Anggaran 2009 meningkat sebesar Rp27.272.065.100,10

atau meningkat sebesar 9,87% dibandingkan dengan pendapatan transfer tahun anggaran

2008 yaitu sebesar Rp276.434.718.312,38.

Rincian Anggaran dan Realisasi pendapatan transfer sebagai berikut :

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Trsf. Pem. Pusat-Dana Perimbangan 283.613.670.348,00 293.880.576.506,00 103,62

2 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 5.600.000.000,00 3.852.975.000,00 68,80

3 Transfer Pemerintah Provinsi 8.886.000.000,00 5.973.231.906,46 67,22

Jumlah 298.099.670.348,00 303.706.783.412,46 101,88

Pendapatan transfer lebih lanjut diuraikan sebagai berikut:

5.2.1.2.1 Transfer Pem. Pusat – Dana Perimbangan Rp 293.880.576.506,00

Pendapatan Transfer-Dana Perimbangan dianggarkan sebesar Rp283.613.670.348,00

dengan realisasi sebesar Rp293.880.576.506,00 atau 103,62%.

Realisasi pendapatan transfer pemerintah pusat – Dana Perimbangan tahun Anggaran 2009

meningkat sebesar Rp28.354.232.802,00 atau 10,68% dibandingkan pendapatan transfer

tahun anggaran 2008 yaitu sebesar Rp265.526.343.704,00.

38

Rincian Anggaran dan Realisasi pendapatan transfer pemerintah pusat-dana perimbangan

sebagai berikut :

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Dana Bagi Hasil Pajak 36.099.211.348,00 47.133.608.471,00 130,57

2 Dana BH Bukan Pajak (SDA) 1.266.000.000,00 498.509.035,00 39,38

3 Dana Alokasi Umum 207.907.459.000,00 207.907.459.000,00 100,00

4 Dana Alokasi Khusus 38.341.000.000,00 38.341.000.000,00 100,00

Jumlah 283.613.670.348,00 293.880.576.506,00 103,62

Pendapatan transfer pemerintah pusat-dana perimbangan lebih lanjut diuraikan sebagai

berikut:

5.2.1.2.2 Dana Bagi Hasil Pajak Rp 47.133.608.471,00

Pendapatan Dana Bagi Hasil Pajak dianggarkan sebesar Rp36.099.211.348,00 dengan

realisasi sebesar Rp47.133.608.471,00 atau 130,57% dari anggaran.

Realisasi dana bagi hasil pajak tahun Anggaran 2009 meningkat sebesar

Rp25.035.906.819,00 atau 113,30% dibandingkan dana bagi hasil pajak tahun anggaran

2008 yaitu sebesar Rp22.097.701.652,00

Rincian Anggaran dan Realisasi dana bagi hasil pajak sebagai berikut:

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan. Terdiri dari ;

31.793.438.989,00 42.827.836.112,00 134,71

PBB MIGAS 31.561.954.788,00 42.596.351.911,00

PBB Pedesaan dan Perkotaan ( SKB ) 226.553.707,00 226.553.707,00

Penerimaan Bagi Hasil PBB 4.930.494,00 4.930.494,00

2 Bagi Hasil dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

2.480.713.732,00 2.480.713.732,00 100

3 Bagi hasil dari pajak pengha - silan (PPh) pasal 21 pengha silan orang pribadi. terdiri dari :

1.825.058.627,00 1.825.058.627,00 100

PPH Pasal 21 670.827.467,00 670.827.467,00

PPH Pasal 25 601.813.040,00 601.813.040,00

Jasa/ Upah Pungut PBB 552.418.120,00 552.418.120,00

Jumlah 36.099.211.348,00 47.133.608.471,00 130,57

5.2.1.2.3 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) Rp 498.509.035,00

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak dianggarkan sebesar Rp1.266.000.000,00 dengan realisasi

sebesar Rp498.509.035,00 atau 39,38% dari anggaran.

Rincian Anggaran dan Realisasi dana bagi hasil bukan pajak sebagai berikut :

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Bagi Hasil dari Iuran Hak Penguasaan Hutan

107.000.000,00 - -

2 Bagi Hasil dari Provisi Sumber Daya Hutan

156.000.000,00 - -

39

3 Bagi Hasil dari Dana Reboisasi 80.000.000,00 - -

4 Bagi Hasil Iuran Tetap (LAND-RENT )

- - -

5 Bagi Hasil Iuran Ekplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalti )

800.000.000,00 - -

6 Bagi Hasil dari Pungutan Pengusahaan Perikanan

- - -

7 Bagi Hasil dari Pungutan Hasil Perikanan

123.000.000,00 96.517.277,00 78,47

8 Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi

- - -

9 Bagi Hasil dari Pertambangan Gas Bumi

- - -

10 Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi

- - -

11 Bagi Hasil dari Pertambangan Pertambangan Umum

- 401.991.758,00 -

Jumlah 1.266.000.000,00 498.509.035,00 39,38

5.2.1.2.4 Dana Alokasi Umum Rp 207.907.459.000,00

Dana Alokasi Umum dianggarkan sebesar Rp207.907.459.000,00 dengan realisasi sebesar

Rp207.907.459.000,00 atau 100% dari anggaran.

Realisasi Dana Alokasi Umum tahun Anggaran 2009 meningkat sebesar Rp234.639.000,00

atau 0,11% dibandingkan dengan realisasi tahun anggaran 2008 yaitu sebesar

Rp207.672.820.000,00.

5.2.1.2.5 Dana Alokasi Khusus Rp 38.341.000.000,00

Dana Alokasi Khusus (DAK) dianggarkan sebesar Rp38.341.000.000,00 dengan realisasi

sebesar Rp38.341.000.000,00 atau 100% dari anggarannya.

Realisasi Dana Alokasi Khusus tahun Anggaran 2009 meningkat sebesar

Rp3.247.300.000,00 atau 9,25% dibandingkan dengan realisasi tahun anggaran 2008 yaitu

sebesar Rp35.093.700.000,00.

5.2.1.2.6 Dana Tunjangan Pendidikan Rp 0,00

Dalam Tahun Anggaran 2009, Tidak terdapat anggaran maupun realisasi pendapatan

transfer untuk Dana Tunjangan Pendidikan.

5.2.1.2.7 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya Rp 3.852.975.000,00

Realisasi Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Lainnya pada tahun anggaran 2009

sebesar Rp3.852.975.000,00 atau sebesar 68,80% dari anggaran sebesar Rp

5.600.000.000,00.

5.2.1.2.8 Transfer Pemerintah Propinsi Rp 5.973.231.906,46

Pendapatan Transfer Pemerintah Propinsi berasal dari Pendapatan Bagi Hasil Pajak dan

Bagi Hasil Lainnya yang dianggarkan sebesar Rp8.886.000.000,00 dengan realisasi sebesar

Rp5.973.231.906,46 atau 67,22% dari anggarannya yang merupakan pendapatan dari bagi

hasil Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) , Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN KB),

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB KB), Pajak Pengambilan dan Pemanfaaatan

Air Bawah Tanah (PPP ABT) dan Permukaan (PPP AP), Pelunasan Piutang PBBKB TA

sebelumnya, dan Bagi Hasil Lainnya dengan rincian sebagai berikut :

40

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 1.890.000.000,00 984.887.618,58 12,71

2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ( BBNKB )

2.570.000.000,00 1.054.048.422,21 9,04

3 Pajak Bahan Kendaraan Bermotor ( PBBKB )

3.270.000.000,00 1.766.687.932,03 12,63

4 Pajak dari Pengambilan dan Pemanfaatan Air Ba wah Tanah & Permukaan

1.156.000.000,00 30.934.807,43 2,68

5 Pelunasan Piutang PBBKB TA 2007

- 1.891.809.154,21 -

6 Bagi Hasil Lainnya - 244.863.972,00

Jumlah 8.886.000.000,00 5.973.231.906,46 67,22

5.2.1.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah Rp 0,00

Lain-lain Pendapatan yang Sah pada Tahun Anggaran 2009 dianggarkan sebesar

Rp7.000.000.000,00, namun sampai akhir tahun anggaran tidak terealisasikan. Sedangkan

realisasi Lain-lain Pendapatan yang Sah Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp10.000.000.000,00

5.2.2 BELANJA Rp 320.913.553.070,00

Belanja Pemerintah Kabupaten Lebong tahun 2009 dianggarkan sebesar Rp378.853.837.086,00

dengan realisasi sebesar Rp320.913.553.070,00 atau 84,70% dari anggaran.

Realisasi belanja tahun Anggaran 2009 mengalami penurunan sebesar Rp18.669.210.364,20

atau 5,49% jika dibandingkan dengan realisasi belanja tahun anggaran 2008 sebesar

Rp339.582.763.434,00.

Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja sebagai berikut:

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Belanja Operasi 198.591.875.162,00 174.087.938.203,00 87,67

2 Belanja Modal 179.561.961.924,00 146.575.011.467,00 81,63

3 Belanja Tak Terduga 700.000.000,0 207.743.200 29,68

4 Transfer - -

Jumlah 378.853.837.086,00 320.913.553.070,00 84,70

Belanja lebih lanjut diuraikan sebagai berikut :

5.2.2.1 Belanja Operasi Rp 174.130.798.403,00

Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari Pemerintah Daerah

yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja Operasi meliputi Belanja Pegawai, Belanja

Barang dan Jasa, Bunga, Hibah, Bantuan Sosial, dan Bantuan Keuangan.

Belanja operasi dianggarkan sebesar Rp198.591.875.162,00 dengan realisasi sebesar

Rp174.130.798.403,00 atau 87,67% dari anggaran dengan rincian sebagai berikut :

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Belanja Pegawai 134.918.565.131,00 118.525.051.905,00 87,82

2 Belanja Barang 55.875.810.031,00 48.136.758.498,00 86,15

3 Belanja Bunga 0 0 0

4 Belanja Hibah 6.067.500.000,00 5.792.313.000,00 95,46

41

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

5 Belanja Bantuan Sosial 1.730.000.000,00 1.676.675.000,00 96,92

6 Belanja Bantuan Keuangan 0 0 0

Jumlah 198.591.875.162,00 174.130.798.403,00 87,67

incian lebih lanjut mengenai Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, Bunga, Hibah,

Bantuan Sosial, dan Bantuan Keuangan diuraikan sebagai berikut :

5.2.2.1.1 Belanja Pegawai Rp 119.080.051.905,00

Realisasi Belanja Pegawai tahun anggaran 2009 sebesar Rp119.080.051.905,00 atau

86,62% dari anggaran tahun 2009 yaitu sebesar Rp134.918.565.131,00, dengan rincian

sebagai berikut :

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

A BELANJA TIDAK LANGSUNG

1 Gaji dan Tunjangan 100.573.354.631,00 89.165.591.591,00 88,66

2 Tambahan Penghasilan PNS 3.800.000.000,00 3.273.884.500,00 86,15

3 Belanja Penerimaan lainnya Pimpinan dan anggota DPRD serta KDH/WKDH

450.000.000,00 445.650.000,00 99,03

4 Biaya Pemungutan Pajak Daerah 700.000.000,00 298.603.759,00 42,66

5 Biaya Pemungutan Retribusi Daerah

150.000.000,00 26.640.000,00 17,76

Sub Jumlah A 105.673.354.631 93.210.369.850 88,21

B BELANJA LANGSUNG

1 Honor Pegawai 20.548.689.200,00 16.396.496.965,00 79,79

2 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS - - 0,00

3 Belanja Kursus, Pelatihan, sosialisasi dan Bimtek PNS

1.868.745.000,00 1.616.798.390,00 86,52

4 Belanja Perawatan dan Pengobatan

626.630.000,00 140.000.000,00 22,34

5 Belanja Operasional 6.815.950.500,00 6.256.313.700,00 91,79

6 Belanja Kursus, Pelatihan, sosialisasi dan Bimtek Non PNS

1.937.820.200,00 905.073.000,00 46,71

7 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS - - 0,00

Sub Jumlah B 31.797.834.900,00 25.314.682.055,00 79,61

Jumlah 137.471.189.531,00 118.525.051.905,00 86,22

Realisasi Belanja Pegawai tahun anggaran 2009 tersebut meningkat sebesar Rp

15.791.157.987,00 atau 15,91 % jika dibandingkan dengan realisasi Belanja Pegawai tahun

anggaran 2008 sebesar Rp 102.733.893.918,00.

5.2.2.1.2 Belanja Barang Rp 48.136.758.498,00

Realisasi Belanja Barang tahun anggaran 2009 sebesar Rp 48.136.758.498,00 atau 86,15 %

dari anggaran sebesar Rp 55.875.810.031,00, dengan rincian sebagai berikut :

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Penyediaan Jasa Surat Menyurat 2.590.933.150,00 2.074.085.622,00 80,05

2 Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik

1.522.205.500,00 985.700.321,00 64,75

3 Penyediaan Jasa Perizinan dan Pemeliharaan Kend. Dinas /Opersl

4.665.152.000,00 4.174.123.644,00 89,47

4 Penyediaan Jasa Administrasi 314.700.000,00 186.425.000,00 59,24

42

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

Keuangan

5 Penyediaan Jasa Perbaikan Peralatan Kerja

16.625.000,00 16.625.000,00 100,00

6 Penyediaan Alat Tulis Kantor 1.675.046.246,00 1.625.716.081,00 97,05

7 Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan

2.105.514.250,00 2.034.765.335,00 96,64

8 Penyediaan Komponen Instalansi Listrik/Penerangan Bangunan Ktr

524.303.600,00 348.739.630,00 66,51

9 Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor

1.749.034.000,00 1.609.915.358,00 92,05

10 Penyediaan Bahan Logistik Kantor

2.319.827.000,00 1.757.729.900,00 75,77

11 Penyediaan Makanan dan Minuman

3.398.137.154,00 2.907.902.405,00 85,57

12 Rapat-Rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah

7.031.730.850,00 6.764.188.037,00 96,20

13 Rehabilitasi Sedang/Berat Gedung Kantor

38.785.000,00 37.805.000,00 97,47

14 Pengadaan Pakaian Kerja Lapangan

106.535.000,00 106.349.500,00 99,83

15 Pengadaan Pakaian Khusus Hari-Hari Tertentu

936.360.000,00 908.912.000,00 97,07

16 Pendidikan dan Pelatihan Formal 1.776.614.000,00 1.628.800.500,00 90,66

17 Penyusunan Laporan 1.122.308.500,00 1.041.789.200,00 92,58

18 Belanja jasa tenaga kerja non pegawai

22.500.000,00 30.855.000,00 137,13

19 Belanja Pemeliharaan bangunan dan gedung kantor

582.872.000,00 475.879.500,00 81,64

20 Belanja Pemeliharaan Alat alat kantor dan rumah tangga

509.200.000,00 428.700.324,00 84,19

21 Belanja Pemeliharaan Irigasi 78.334.000,00 68.172.000,00 87,03

22 Belanja Kursus,Pelatiahan, Sosiali sasi dan Bintek Non PNS

791.367.500,00 600.874.000,00 75,93

23 Biaya Operasional 21.997.725.281,00 18.322.705.141,00 83,29

Jumlah 55.875.810.031,00 48.136.758.498,00 86,15

Realisasi Belanja Barang tahun anggaran 2009 tersebut mengalami penurunan sebesar

Rp27.013.648.453,20 atau 35,95% dibandingkan realisasi Belanja Barang tahun anggaran

2008 sebesar Rp75.150.406.951,00.

Dari Belanja Barang sebesar Rp48.136.758.498,00, sebesar Rp5.198.647.440,00

dikapitalisasi menjadi Aset Tetap, yaitu :

No Uraian Jumlah

1 Aset Tetap Peralatan dan Mesin 158.534.000,00

2 Aset Tetap Gedung dan Bangunan 1.084.248.000,00

3 Aset Tetap Jalan, Instalasi dan Jaringan 2.418.107.440,00

4 Aset Tetap Lainnya 1.537.758.000,00

Jumlah 5.198.647.440,00

5.2.2.1.3 Belanja Bunga Rp 0,00

Pada tahun 2009 tidak terdapat anggaran dan realisasi belanja bunga.

43

5.2.2.1.4 Belanja Hibah Rp 5.792.313.000,00

Belanja hibah merupakan belanja yang dianggarkan dalam tahun 2009 untuk mencatat

pengeluaran atas hibah sebesar Rp6.067.500.000,00 dengan realisasi sebesar

Rp5.792.313.000,00 atau 95,46% dari anggarannya. Dari realisasi belanja hibah tersebut,

tidak terdapat penggunaan yang dikapitalisasi menjadi Aset Tetap Peralatan dan Mesin.

5.2.2.1.5 Bantuan Sosial Rp 1.676.675.000,00

Realisasi Belanja Bantuan Sosial tahun anggaran 2009 sebesar

Rp1.676.675.000,00 atau 96,92 % dari anggaran tahun 2009 yaitu sebesar

Rp1.730.000.000,00. Realisasi belanja tersebut untuk belanja bantuan sosial organisasi

kemasyarakatan dalam tahun 2009.

Realisasi Belanja Bantuan Sosial tahun anggaran 2009 tersebut berkurang sebesar

Rp224.875.000,00 atau 13,41% dibandingkan realisasi Belanja Bantuan Sosial tahun

anggaran 2008 sebesar Rp1.901.550.000,00.

5.2.2.1.6 Bantuan Keuangan Rp 0,00

Pada tahun 2009 tidak terdapat anggaran dan realisasi belanja Keuangan. Sedangkan

realisasi Belanja Bantuan Keuangan pada Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp700.000.000,00

5.2.2.2 Belanja Modal Rp 146.575.011.467,00

Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang

memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Modal meliputi, antara lain

Belanja Modal untuk perolehan tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan,

Irigasi dan Jaringan, Inventaris, dan Aset Tak Berwujud.

Belanja Modal dianggarkan sebesar Rp179.561.961.923,81 dengan realisasi sebesar

Rp146.575.011.467,00 atau 81,63% dari anggaran dengan rincian sebagai berikut:

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Belanja Tanah 500.000.000,00 500.000.000,00 100

2 Belanja Peralatan dan Mesin 11.547.110.000,00 9.634.316.914,00 83,43

3 Belanja Bangunan dan Gedung 81.955.532.068,00 75.157.113.423,00 91,70

4 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 84.369.319.856,00 60.553.691.130,00 71,77

5 Belanja Aset Tetap Lainnya 973.000.000,00 514.791.000,00 52,91

6 Belanja Aset Lainnya 217.000.000,00 215.099.000,00 99,12

Jumlah 179.561.961.924,00 146.575.011.467,00 81,63

Kapitalisasi belanja modal menjadi aset tetap selanjutnya dijelaskan dalam penjelasan pos-

pos neraca poin aset tetap.

(2.1) Belanja Modal Tanah Rp 500.000.000,00

Belanja Modal Tanah merupakan pengeluaran uang untuk pengadaan tanah yang

dianggarkan sebesar Rp500.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp500.000.000,00

atau 100% dari anggaran.

(2.2) Belanja Modal Peralatan dan Mesin Rp 9.634.316.914,00

Belanja Modal Peralatan dan Mesin merupakan pengeluaran uang untuk pembelian

atau pengadaan peralatan dan mesin yang dianggarkan sebesar Rp11.547.110.000,00

dengan realisasi sebesar Rp9.634.316.914,00 atau 83,43% dari anggaran.

44

(2.3) Belanja Modal Gedung dan Bangunan Rp 5.157.113.423,00

Belanja Modal Gedung dan Bangunan merupakan pengeluaran uang untuk pengadaan

gedung dan bangunan yang dianggarkan sebesar Rp81.955.532.068,00 dengan

realisasi sebesar Rp75.157.113.423,00 atau 91,70% dari anggaran.

(2.4) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp 60.553.691.130,00

Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan merupakan pengeluaran uang untuk

pengadaan jalan, irigasi dan jaringan yang dianggarkan sebesar Rp84.369.319.856,00

dengan realisasi sebesar Rp60.553.691.130,00 atau 71,77% dari anggaran.

(2.5) Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Rp 514.791.000,00

Belanja Modal Aset Tetap Lainnya merupakan pengeluaran uang untuk pengadaan aset

tetap lainnya yang dianggarkan sebesar Rp973.000.000,00 dengan realisasi sebesar

Rp514.791.000,00 atau 52,91% dari anggaran.

(2.6) Belanja Modal Aset Lainnya Rp 215.099.000,00

Belanja Modal Aset Lainnya merupakan pengeluaran uang untuk pengadaan aset

lainnya yang dianggarkan sebesar Rp217.000.000,00 dengan realisasi sebesar

Rp215.099.000,00 atau 99,12% dari anggaran.

5.2.2.3 Belanja Tidak Terduga Rp 207.743.200,00

Belanja Tak Terduga dianggarkan sebesar Rp700.000.000,00 dengan realisasi sebesar

Rp207.743.200,00 atau 29,68% dari anggaran.

Dari jumlah realisasi tersebut, tidak terdapat realisasi yang menghasilkan aset

tetap/menambah nilai aset tetap di neraca.

5.2.2.4 Transfer Rp 0,00

Pada tahun 2009 tidak terdapat anggaran dan realisasi belanja transfer.

5.2.2.5 Surplus/(Defisit) (Rp 9.476.666.379,00)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kabupaten Lebong tahun

2009 ditetapkan dengan defisit anggaran sebesar Rp 57.157.837.106,81. Namun dalam

realisasinya terjadi defisit sebesar Rp 9.476.666.379,00.

5.2.3 PEMBIAYAAN

Realisasi penerimaan pembiayaan selama tahun 2009 sebesar Rp37.927.593.867,59 atau

64,41% dari anggaran sebesar Rp20.675.642.999,81. Realisasi penerimaan pembiayaan

tersebut berasal dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Lalu.

Realisasi pengeluaran pembiayaan tahun 2009 sebesar Rp1.422.543.388,00 atau 82,30% dari

anggaran sebesar Rp1.728.557.602,00. Pengeluaran pembiayaan sebesar Rp1.422.543.388,00

merupakan pembayaran hutang kepada Pihak Ketiga.

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) per 31 Desember 2009 sebesar

Rp26.986.869.150,65 terdiri atas:

Penggunaan SILPA tahun lalu Rp 37.927.593.867,59

Penambahan SILPA:

- Surplus/(Defisit) Tahun 2009 Rp (9.518.181.328,94)

- Penerimaan Pinjaman Daerah 0

Pengurangan SILPA:

45

- Pembayaran Pokok Utang Rp 1.422.543.388,00

- Penyertaan Modal Pemerintah 0,00

SILPA akhir Rp 26.986.869.150,65

5.3 Penjelasan Pos-Pos Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas menggambarkan pergerakan saldo kas daerah dari saldo awal sebesar

Rp37.927.593.867,59 menjadi saldo akhir sebesar Rp26.986.869.150,65 yang berasal dari

transaksi penerimaan dan pengeluaran kas selama tahun 2009 untuk aktivitas operasi, aktivitas

investasi, dan aktivitas pembiayaan.

Secara singkat pergerakan kas selama tahun 2009 sebagai berikut :

No Uraian Jumlah (Rp)

1 Aktivitas Operasi :

Total Arus Masuk 311.395.371.741,06

Total Arus Keluar 174.338.541.603,00

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 173.056.830.138,06

2 Aktivitas Investasi :

Total Arus Masuk 0,00

Total Arus Keluar 146.575.011.467,00

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (146.575.011.467,00)

3 Aktivitas Pembiayaan :

Total Arus Masuk 0,00

Total Arus Keluar 1.422.543.388,00

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (1.422.543.388,00)

4 Aktivitas Non Anggaran :

Total Arus Masuk 25.874.429.708,00

Total Arus Keluar 25.874.429.708,00

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran 0,00

5 Kenaikan (Penurunan Kas) (1+2+3+4) : (10.940.724.716,94)

Saldo Awal Kas 37.927.593.867,59

Saldo Akhir Kas 26.986.869.150,65

Tabel di atas menunjukkan Arus Kas Masuk tahun 2009 lebih kecil daripada Arus Kas Keluar

tahun 2009, sehingga terjadi penurunan kas dalam tahun 2009 sebesar Rp10.940.724.716,94.

Saldo akhir kas daerah sebesar Rp 26.986.869.150,65 terdiri dari saldo kas di kas daerah

sebesar Rp24.942.339.984,65 dan kas di bendahara pengeluaran sebesar Rp2.044.529.166,00.

Uraian secara terperinci lihat pada Laporan Arus Kas Tahun 2009.

VI. PENJELASAN ATAS INFORMASI-INFORMASI NONKEUANGAN

1. Dasar hukum Pembentukan Kabupaten Lebong

Kabupaten Lebong merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Rejang Lebong yang

ditetapkan berdasarkan Undang Undang RI Nomor 39 Tahun 2003 tentang Pembentukan

Kabupaten Lebong dan Kabupaten Kepahiang di Provinsi Bengkulu (Lembaran Negara RI

Tahun 2003 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4389)

Secara geografis wilayah Kabupaten Lebong memiliki luas wilayah kurang lebih 192.924Ha

dan terletak antara 105 0 – 108

0 BT dan 02

0,65 ’- 03

0 60’ LS di sepanjang Bukit Barisan

serta terklasifikasi sebagai daerah Bukit Range pada ketinggian 500 – 1.000 dpl.

46

Wilayah administrasi Kabupaten Lebong berbatasan dengan batas alam dan wilayah

administratif, sebagai berikut :

Sebelah utara : Kabupaten Surolangun Provinsi Jambi

Sebelah Barat : Kecamatan Padang Jaya, Kecamatan Giri Mulya, Kecamatan

Ketahun, Kecamatan Napal Putih, dan Kecamatan Putri Hijau

Kabupaten Bengkulu Utara

Sebelah Timur : Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan

Sebelah Selatan : Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong dan

Kecamatan Lubuk Durian Kabupaten Bengkulu Utara

Awalnya Kabupaten Lebong terdiri dari 6 (enam) kecamatan. Dalam perkembangannya terjadi

pemekaran kecamatan di kabupaten Lebong menjadi 13 (tiga belas) kecamatan, yang terdiri

dari:

Kecamatan Rimbo Pengadang

Kecamatan Lebong Sakti

Kecamatan Lebong Atas

Kecamatan Lebong Selatan

Kecamatan Lebong Tengah

Kecamatan Lebong Utara

Kecamatan Topos

Kecamatan Padang Bano

Kecamatan Uram Jaya

Kecamatan Bingin Kuning

Kecamatan Pelabai

Kecamatan Amen

Kecamatan Pinang Belapis

2. Dasar Pelaksanaan Pembiayaan Tahun anggaran 2009.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disahkan dengan peraturan daerah :

a. Peraturan Daerah No.01 Tahun 2009, tanggal 19 Maret 2009 tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lebong tahun anggaran 2009.

b. Peraturan Daerah No. 02 tahun 2009, tanggal 31 Oktober 2009 tentang Perubahan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lebong tahun anggaran 2009.

3. Komitmen / kontinjensi yang tidak dapat disajikan dalam neraca

Terbitnya Permendagri no. 13 Tahun 2006 dan revisi Permendagri No.59 Tahun 2007 yang

menjadi pedoman pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah, mengamanatkan

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai pengguna anggaran. Kewenangan ini sekaligus

memunculkan kewajiban kepada kepala SKPD untuk menyusun laporan keuangan berupa

neraca, laporan realisasi anggaran dan catatan atas laporan keuangan.

Dalam menyusun laporan keuangan ini, aset Pemerintah Daerah Kabupaten Lebong masih

dipusatkan di Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) sesuai laporan keuangan

47

tahun sebelumnya, dan belum didistribusikan kepada setiap SKPD. Kecuali aset yang diperoleh

dalam tahun anggaran 2009 akan menjadi data aset SKPD untuk keperluan penyusunan laporan

keuangan tahun anggaran 2009 ini.

Pemerintah Kabupaten Lebong pada tahun anggaran 2007, telah melakukan inventarisasi

sekaligus menilai aset yang ada pada setiap SKPD. Data itu belum dijadikan referensi untuk

penyusunan laporan keuangan tahun 2008.

4. Kejadian yang mempunyai dampak sosial

Tidak terdapat kejadian yang mempunyai dampak sosial yang menyebabkan tidak

dilaksanakannya kebijakan sesuai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Pemerintah Daerah Kabupaten Lebong.

VII. PENUTUP

Penyusunan LPJ Keuangan Pemerintah Kabupaten Lebong dilakukan sesuai UU No. 17/2003,

UU No. 1 / 2004, PP No.58 Tahun 2005, PP No. 24 Tahun 2005, Permendagri 13 Tahun 2006,

serta Permendagri 59 Tahun 2007 merupakan tekad segenap jajaran Pemerintah Kabupaten

Lebong dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance).

Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan negara adalah penyampaian laporan keuangan yang memenuhi prinsip tepat waktu

dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara

umum. Untuk tahun anggaran 2009 ini Pemerintah Kabupaten Lebong menyusun laporan

keuangan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan, meskipun harus kami akui belum seluruhnya

diterapkan.

Namun kami yakin di masa yang akan datang seiring dengan proses pembelajaran terhadap

SDM yang mengelola keuangan bertahap SAP bisa diterapkan. Ada beberapa hal yang akan

menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Lebong dalam meningkatkan kualitas pengelolaan

keuangan di masa yang akan datang, diantaranya:

1. Program peningkatan kapasitas SDM dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

serta bimbingan teknis yang memadai,

2. Memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam mengelola keuangan

3. Melengkapi sarana dan prasarana sebagai media/ tools dalam mengelola keuangan

Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerjasama untuk

menyelesaikan laporan keuangan ini.

TUBEI, 12 JUNI 2010

BUPATI LEBONG

Drs H Dalhadi Umar, BSc

48

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN

1. Dasar Hukum Pemeriksaan

a. Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

b. Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

c. Undang-Undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara.

d. Undang-Undang No.15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

2. Tujuan Pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan LKPD TA 2009 adalah untuk memberikan opini atas tingkat kewajaran

informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria:

a. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

b. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures).

c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

d. Efektivitas sistem pengendalian intern.

3. Sasaran Pemeriksaan

Pemeriksaan LKPD TA 2009 meliputi pengujian atas:

a. Efektivitas desain dan implementasi sistem pengendalian intern termasuk

pertimbangan hasil pemeriksaan sebelumnya;

b. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. Penyajian saldo akun-akun dan transaksi-transaksi pada Laporan Realisasi Anggaran

(LRA) dan Laporan Arus Kas TA 2009 sesuai dengan SAP;

d. Penyajian saldo akun-akun dalam Neraca per 31 Desember 2009;

e. Pengungkapan informasi keuangan pada Catatan Atas Laporan Keuangan.

Pengujian atas Laporan Keuangan bertujuan untuk menguji semua pernyataan manajemen

(asersi manajemen) dalam informasi keuangan, efektifitas pengendalian intern dan

kepatuhan terhadap peraturan perundang–undangan yang berlaku meliputi:

1) Keberadaan dan keterjadian

Bahwa seluruh aset dan kewajiban yang disajikan dalam Neraca per 31 Desember 2009 dan

seluruh transaksi penerimaan, belanja dan pembiayaan anggaran yang disajikan dalam LRA

TA 2009 benar-benar ada dan terjadi selama periode tersebut serta telah didukung dengan

bukti – bukti yang memadai.

2) Kelengkapan

Bahwa semua aset, kewajiban, dan ekuitas dana yang dimiliki telah dicatat dalam Neraca

dan seluruh transaksi penerimaan negara, belanja daerah dan pembiayaan yang terjadi

selama TA 2009 telah dicatat dalam LRA.

49

3) Hak dan Kewajiban

Bahwa seluruh aset yang tercatat dalam Neraca benar-benar dimiliki atau hak dari

pemerintah daerah dan utang yang tercatat merupakan kewajiban pemerintah daerah pada

tanggal pelaporan.

4) Penilaian dan Alokasi

Bahwa seluruh aset, utang, penerimaan dan belanja daerah, serta pembiayaan telah

disajikan dengan jumlah dan nilai semestinya, diklasifikasikan sesuai dengan

standar/ketentuan yang telah ditetapkan, dan merupakan alokasi biaya/anggaran TA 2009.

5) Penyajian dan Pengungkapan

Bahwa seluruh komponen laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan ketentuan dan

telah diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

4. Standar Pemeriksaan

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Lebong Tahun Anggaran 2009

berpedoman pada Peraturan BPK RI No.1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan

Negara (SPKN).

5. Metodologi Pemeriksaan

Metodologi pemeriksaan atas LKPD Tahun 2009 meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan

pelaporan hasil pemeriksaan, yaitu sebagai berikut:

a. Perencanaan Pemeriksaan

1) Pemahaman Entitas dan Sistem Pengendalian Intern

Pemahaman atas entitas dan sistem pengendalian intern dapat diperoleh dari laporan hasil

pemeriksaan sebelumnya, laporan hasil pemeriksaan interim, catatan atas laporan keuangan

yang diperiksa, pemantauan tindak lanjut, dan database yang telah dimiliki serta peraturan

atau kebijakan tertulis/formal kepala daerah terkait.

Pemahaman atas entitas tersebut meliputi pemahaman atas latar belakang/dasar hukum

pendirian pemerintah daerah, kegiatan utama entitas termasuk sumber pendapatan daerah,

lingkungan yang mempengaruhi, pejabat terkait sampai dengan dua (2) tingkat vertikal ke

bawah di bawah kepala daerah, dan kejadian luar biasa yang berpengaruh terhadap

pengelolaan keuangan daerah. Pemeriksa perlu mengidentifikasi kelemahan-kelemahan

signifikan atau area-area kritis yang memerlukan perhatian mendalam, sehingga membantu

pemeriksa untuk (1) mengidentifikasi jenis potensi kesalahan, (2) mempertimbangkan faktor-

faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang material, (3) mendesain pengujian sistem

pengendalian intern, dan (4) mendesain prosedur pengujian substantif.

2) Pertimbangan Hasil Pemeriksaan Sebelumnya

Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan

sebelumnya. Pemeriksa harus meneliti pengaruh hasil pemeriksaan sebelumnya dan tindak

lanjutnya terhadap LKPD yang diperiksa, terutama terkait dengan kemungkinan temuan-

temuan pemeriksaan yang berulang dan keyakinan pemeriksa atas saldo awal akun atau

perkiraan pada Neraca yang diperiksa.

50

3) Penentuan Tingkat Materialitas

Pertimbangan atas tingkat materialitas meliputi kegiatan: (1) Penetapan Tingkat Materialitas

Perencanaan (Planning Materiality/PM) dan (2) Penetapan Kesalahan tertolerir (Tolerable

Error/TE). PM merupakan tingkat materialitas pada keseluruhan laporan keuangan,

sementara TE merupakan materialitas pada tingkat transaksi akun.

Untuk pemeriksaan LKPD Tahun 2009, PM ditetapkan sebesar 2% dari total realisasi

belanja. Sedangkan TE ditetapkan sebesar 50% dari PM.

4) Penentuan Metode Uji Petik

Penentuan metode uji petik berdasarkan pertimbangan profesional pemeriksa dengan

memperhatikan beberapa aspek antara lain:

a) Tingkat risiko

Jika hasil pengujian SPI disimpulkan pengendalian intern suatu akun lemah, maka

sampel untuk pengujian substantif atas akun tersebut harus lebih besar. Jika akun-akun

tertentu mempunyai risiko bawaan (inherent risk) yang lebih tinggi dari akun-akun

lainnya, maka sampel untuk pengujian substantif untuk akun-akun tersebut harus lebih

besar.

b) Tingkat materialitas yang telah ditentukan. Jika tingkat materialitas kecil, maka sampel

yang diambil harus lebih besar dan begitu juga sebaliknya.

c) Jumlah sampel tidak hanya didasarkan pada nilai saldo akun, tetapi memperhatikan

transaksi-transaksi yang membentuk saldo tersebut. Saldo akun yang kecil bisa dibentuk

dari transaksi-transaksi positif dan negatif yang besar.

d) Cost and benefit, manfaat uji petik atas suatu transaksi atau saldo akun harus lebih besar

dari biaya pengujian tersebut.

b. Pelaksanaan Pemeriksaan

1) Pengujian Analitis

Pengujian analitis dalam pelaksanaan pemeriksaan dapat dilakukan dengan (1) Analisa

Data, (2) Analisa Rasio dan Tren, sesuai dengan area yang telah ditetapkan sebagai uji

petik. Pengujian analitis terinci ini diharapkan dapat membantu pemeriksa untuk

menemukan hubungan logis penyajian akun pada LKPD dan menilai kecukupan

pengungkapan atas setiap perubahan pada pos/akun/unsur pada laporan keuangan yang

diperiksa, serta membantu menentukan area-area signifikan dalam pengujian sistem

pengendalian intern dan pengujian substantif atas transaksi dan saldo.

2) Pengujian Pengendalian

Petunjuk pengujian pengendalian meliputi pengujian yang dilakukan pemeriksa terhadap

efektivitas desain dan implementasi sistem pengendalian intern dalam rangka

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Dalam pengujian desain sistem pengendalian

intern, pemeriksa mengevaluasi apakah sistem pengendalian intern telah didesain secara

memadai dan dapat meminimalisasi secara relatif salah saji dan kecurangan. Sementara,

pengujian implementasi sistem pengendalian intern dilakukan dengan melihat pelaksanaan

pengendalian pada kegiatan atau transaksi yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Pengujian sistem pengendalian intern merupakan dasar pengujian substantif selanjutnya.

Pengujian tersebut dilakukan baik pada saat pemeriksaan interim, maupun pemeriksaan

laporan keuangan. Pengujian pengendalian secara umum telah dilaksanakan pada saat

51

pemeriksaan interim, sementara langkah-langkah pengujian pengendalian per akun atau

transaksi akan dilaksanakan dalam pemeriksaan LKPD ini.

3) Pengujian Substantif atas transaksi dan saldo

Pengujian substantif meliputi pengujian atas transaksi dan saldo-saldo akun/perkiraan serta

pengungkapannya dalam laporan keuangan yang diperiksa. Pengujian tersebut dilakukan

setelah pemeriksa memperoleh LKPD (unaudited) dan dilakukan untuk meyakini asersi

manajemen atas LKPD, yaitu: (1) keberadaan dan keterjadian, (2) kelengkapan, (3) hak dan

kewajiban, (4) penilaian dan pengalokasian, serta (5) penyajian dan pengungkapan.

4) Penyelesaian Penugasan

Penyelesaian penugasan pemeriksaan keuangan merupakan kegiatan yang meliputi reviu

kewajiban kontinjensi, reviu kontrak/komitmen jangka panjang, identifikasi kejadian setelah

tanggal Neraca (subsequent event), penyusunan ikhtisar koreksi, penyusunan dan

pembahasan konsep temuan pemeriksaan, penyampaian temuan pemeriksaan atas LKPD

dan perolehan surat representasi.

c. Pelaporan

Setelah melakukan pengujian terinci di atas, pemeriksa menyimpulkan hasil pemeriksaan dan

dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan.

6. Jangka Waktu Pemeriksaan

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Lebong Tahun Anggaran 2009

dilakukan dua tahap, yaitu tahap pendahuluan selama 25 hari dari tanggal 16 Februari s.d. 12

Maret 2010 dan tahap terinci selama 35 hari dari tanggal 9 Mei s.d. 12 Juni 2010.

7. Obyek Pemeriksaan

Obyek Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Lebong Tahun Anggaran

2009 meliputi pengujian atas:

a. Neraca per tanggal 31 Desember 2009;

b. Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2009;

c. Laporan Arus Kas Tahun Anggaran 2009;

d. Catatan Atas Laporan Keuangan.

8. Kendala Pemeriksaan

Dalam rangka pelaksanaan salah satu tugas konstitusionalnya yaitu pemeriksaan atas Laporan

Keuangan, BPK-RI masih menghadapi kendala yaitu Pemerintah Kabupaten Lebong belum

memahami sepenuhnya mekanisme penyusunan laporan keuangan dan belum berfungsinya secara

optimal unit kerja yang menangani akuntansi aset tetap. Selain itu, beberapa dokumen/data yang

diberikan kepada tim BPK-RI diragukan kebenarannya sehingga menyulitkan pengujian substantif

atas transaksi dan saldo.

Lampiran 1

BELANJA BELANJA

NO SKPD LANGSUNG TIDAK LANGSUNG JUMLAH

(Rp) (Rp) (Rp)

1 Bappeda 30.691.880,00 30.691.880,00

2 BKD 93.528.650,00 93.528.650,00

3 Dinas Diknaspora 43.340.539,00 43.340.539,00

4 Dinas Kehutanan 13.182.700,00 13.182.700,00

5 Dinas Pariwisata 29.752.220,00 29.752.220,00

6 Dinas Perikanan 60.511.250,00 60.511.250,00

7 Dinas PPKAD 814.568.537,00 408.132.875,00 1.222.701.412,00

8 Dinas PU 16.556.400,00 16.556.400,00

9 Inspektorat 8.282.695,00 8.282.695,00

10 Ktr Arda 795.430,00 795.430,00

11 Ktr Camat Lebong Atas 3.916.725,00 3.916.725,00

12 Ktr Camat Rimbo Pengadang 820,00 820,00

13 Ktr Camat Lebong Sakti 715.995,00 715.995,00

14 Ktr Camat Uram Jaya 11.206.900,00 11.206.900,00

15 Ktr Satpol PP 7.844.390,00 7.844.390,00

16 RSUD 9,00 9,00

17 Sekretariat DPR 11.613.606,00 11.613.606,00

18 Setda 218.976.819,00 145.296.026,00 364.272.845,00

19 Setda Bag Hukum 1.222.500,00 1.222.500,00

20 Setda Bag Pemerintahan 124.392.200,00 124.392.200,00

JUMLAH 1.491.100.265,00 553.428.901,00 2.044.529.166,00

PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG

SALDO KAS PADA BENDAHARAWAN PENGELUARAN

PER 31 DESEMBER 2009

Lampiran 2

NO NAMA SKPD Jumlah (Rp)

1 BLHKP -

2 DISPARBUDHUB -

3 KECAMATAN URAM JAYA -

4 KECAMATAN BINGIN KUNING -

5 BAPPEDA 1.230.000,00

6 DINAS PERTANIAN -

7 DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDAG -

8 BAGIAN HUMAS DAN PROTOKOL 2.922.500,00

9 KECAMATAN RIMBO PENGADANG -

10 KECAMATAN LEBONG TENGAH -

11 BPM - PP dan KB 21.038.318,00

12 BAGIAN KESRA -

13 KECAMATAN TOPOS 1.844.500,00

14 DINAS PERIKANAN DAN PETERNAKAN 27.950.000,00

15 INSPEKTORAT 397.000,00

16 BAGIAN UMUM -

17 KECAMATAN PELABI -

18 DINKESSOSNAKERTRANSDUK dan CAPIL 1.777.500,00

19 DINAS KESEHATAN 724.188.270,00

20 KECAMATAN LEBONG ATAS 1.844.500,00

21 BAGIAN PEMERINTAHAN -

22 BAGIAN PEMBANGUNAN -

23 KECAMATAN PADANG BANO -

24 BP4K 357.000,00

25 PENGHUBUNG -

26 DPRD -

27 KECAMATAN LEBONG SELATAN -

28 BAGIAN HUKUM -

29 DINAS PERTAMBANGAN -

30 BKD -

31 KECAMATAN LEBONG UTARA -

32 BAGIAN EKONOMI 117.500,00

33 DPP- KAD -

34 SATPOL PP -

35 KESBANGPOL 224.000,00

36 KECAMATAN AMEN 313.500,00

37 SEKRETARIAT DAERAH -

38 DINAS PEKERJAAN UMUM -

39 BAGIAN PERLENGKAPAN -

40 KECAMATAN LEBONG SAKTI -

41 PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH -

42 RSUD 67.389.594,00

43 DIKNASPORA -

44 KECAMATAN PINANG BELAPIS -

45 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN -

JUMLAH 851.594.182,00

PEMERINTAH KABUPATEN LEBONGNILAI PERSEDIAAN PER 31 DESEMBER 2009

Lampiran 3

JUMLAH

(Rp)

PIUTANG

1 Piutang kepada Pemerintah Provinsi Bengkulu 3.092.283.392,00

terdiri dari :

A Pajak Kendaraan Bermotor Rp 367.530.536,00

B Pajak Bea Balik Nama 1.069.835.689,00

C Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 1.562.112.746,00

D Pajak Air Bawah Tanah/Air Permukaan 92.804.421,00

Rp 3.092.283.392,00

2 Piutang kepada wajib pajak daerah 8.935.500,00

A Pajak Reklame :

a Astra Motor Honda - Ahmad Rp 2.100.000,00

b Parewa Motor - Yamaha 378.000,00

c Telkomsel -Advertising Sun Bliz 2.100.000,00

d U-Mild 3.062.500,00

e PT Gudang Garam 1.295.000,00

Rp 8.935.500,00

B Pajak Galian Golongan C

a PT Cahaya Gunung Mas - Pembangunan Jalan Lebong Atas 50.745.350,00

3 Piutang atas retribusi daerah 6.210.000,00

Retribusi Kebersihan Pasar Muara Aman a.n Devi Gunawan

JUMLAH PIUTANG Rp 3.158.174.242,00

PIUTANG LAIN-LAIN

1 Davit Anthoni Rp 8.185.782,00

UUDP Tahun 2008 yang belum dipertanggungjawabkan s.d 31 Desember 2009

JUMLAH PIUTANG LAIN-LAIN Rp 8.185.782,00

PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG

DAFTAR PIUTANG DAN PIUTANG LAIN-LAIN

PER TANGGAL 31 DESEMBER 2009

NO URAIAN

Jenis Aset Saldo Awal Koreksi Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhirper 1 Januari 2009 Saldo Awal Terkoreksi per 31/12/2009

Tanah 29.909.811.396,00 (4.682.711.395,00) 25.227.100.001,00 500.000.000,00 25.727.100.001,00

Peralatan dan Mesin 83.014.911.301,00 (6.940.475.813,00) 76.074.435.488,00 11.026.041.576,00 87.100.477.064,00

Gedung dan Bangunan 161.664.054.770,00 32.563.979.071,00 194.228.033.841,00 79.226.057.353,77 273.454.091.194,77

Jln,Jar,Instalasi 241.825.042.589,00 (22.975.116.033,00) 218.849.926.556,00 80.005.543.384,02 298.855.469.940,02

Aset Tetap Lainnya 9.953.444.915,00 5.503.315.334,00 15.456.760.249,00 2.223.648.000,00 17.680.408.249,00

KDP 14.084.760.462,00 (2.173.744.096,68) 11.911.016.365,32 22.752.698.423,26 29.777.614.206,00 4.886.100.582,58

540.452.025.433,00 1.295.247.067,32 541.747.272.500,32 195.733.988.737,05 29.777.614.206,00 707.703.647.031,37

La

mp

iran

4

PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG

NILAI ASET PER 31 DESEMBER 2009

Lampiran 5

NO NAMA KEGIATAN NILAI KONTRAK

(Rp) PELAKSANA

REALISASI

FISIK (%)NILAI HUTANG

I BIDANG CIPTA KARYA 1 PEMBANGUNAN RUMAH JABATAN - Lanjutan Sar.Pras Pos Jaga Polres 136.600.000 CV. HARYANTO 100 6.830.000

- Pemb. Pagar Samping dan Jalan Polres 301.904.000 CV. HARYANTO 100 15.095.200

- Lanjutan Sar.Pras Rumah Wakil Bupati 24.927.000 CV. MUSTRACOM 100 1.246.350

- Lanjutan Pras. Sar. Jalan Ling Rumadin Bupati 1.091.115.000 CV. RIVAN PRATAMA 100 54.555.750

- Pemb. Tower dan Instalasi Air 94.802.000 CV. IVAN PUTRA 92.48 4.383.644

- Lanjutan Lancape Rumdin Bupati 205.700.000 CV. WIJAYA PERDANA 100 10.285.000

- Pemb. Mes Kejari + Mosholla 734.858.000 CV. SURYA NUSA BHAKTINDO 100 36.742.900

- Pemasangan Titik Jaringan Rumah Dinas Bupati 86.370.000 CV. OMEGA ELECTERINDO 100 4.318.500

Jumlah 2 PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR - Pemb. Masjid Agung 2.913.838.000 PT. AWOH ING KARYA 83

- Lanjutan Penyelesaian Mess Pemda 1.204.801.000 PT. PILAR UTAMA MAKMUR 35 419.463.516

- Pemb. Gedung Dinas PU, Rumah Jaga dan Musholla 3.422.174.000 PT. PERSADA BHAKTI MANDIRI 100 171.108.700

- Pemasangan Titik Jaringan Listrik Pasar Terminal 59.420.000 CV. MULTI POWER 78758 2.971.000

Jumlah

3PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA AIR

BERSIH PEDESAAN - Pemb. Sanimas Kec. Padang Bano 690.191.000,0 CV. BAMAN AREA CIPTA 100 34.509.550

- Rehab Jaringan Pelayanan Air Bersi Lebong Selatan 298.862.000 CV. YUMINDO KONSTRUKSI 100 14.943.100

- Perluasan Jaringan Pelayanan Air Bersih Talang Leak 248.842.000 CV. ESA KARYA 100 12.442.100

- Pengembangan Jaringan Pelayanan Lebong Atas 470.047.000 CV. MONTE CARLO 100 23.502.350

- Pengadaan Sambungan Rumah 1500 Uniit 747.536.000 CV. MONTE CARLO 100

- Lanjutan Prasarana Air Bersih Ujung Tanjung 83.569.932 CV. REBUSA KARYA 99.03 3.979.521

- Lanjutan Prasarana Air Bersih Kampung Gandung 24.943.000 CV. YUMINDO KONSTRUKSI 100 1.247.150

Jumlah

4PERENCANAAN PENGEMBANGAN

INFRASTRUKTUR - Review Perencanaan Mess Pemda 20.851.000 CV. ARCU BUANA 419.463.516

- Perencanaan Mess Kejari 20.847.000 CV. ARCU BUANA

-Perencaanan Dukungan Sarana dan Prasaran Air Bersih

Pedesaan CV. GAMA KARYA -

- Perencanaan Sanitasi Masyarakat 21.862.000 CV. DP KONSUTAN

-Review Lanjutan Perencanaan Pagar dan Pos jaga

Polres+ Prasana 13.879.000 CV. GEO PERSADA

Rumah Dinas Wakil Bupati - Review Perencanaan Lancape Rumah Dinas Bupati 44.890.000 CV. GEO PERSADA 100

Jumlah

PENGAWASAN 1 Pengawasan rumah Jabatan -

- Pengawasan Gedung Kantor 95.350.000 CV. PRIBIA ENG KONSULTAN 100

- Pengawasan Sanitasi Masyarakat -

-Pengawasan Peningkatan Sarana Pras. Air Bersih

Pedesaan -

- Pengawasan Pemb. Masjid Agung 95.800.000 CV. PROFIL KONSULTAN 100

Jumlah 1.237.087.847

II BIDANG BINA MARGA 1 PEMBANGUNAN JALAN

-Peningkatan Jalan Hotmix Tanjung Agung- Ds. Danau,

Samp. Kejari -14.017.012.000,00 PT. DAYA TURANGGA JO 100 700.850.600

SMP 1. Simp Kejari 2 - SMA 1, Jalan Pasar Muara Aman,

Jalan PT. JATI LUHUR

700.850.600

Lapangan Hatta (Lanjutan)

-Peningkatan Jalan Hotmix SP.Dusun Ma. Aman - Talang

Bunut 21.422.508.000 PT. RATU BIRU SEJATI JO 100 1.135.392.924

Lokasari - Lb. Tambang, Tl Bunut-Embong Uram , Tl.

Bunut - Sp. PT. BUANA KARYA TIRTA

Limaupit. Sp Embong Panjang - Semelako (Lanjutan )

-Pembayaran Pek. Tahun 2008 (Peningkatan Jalan Tl.

Ulu)-

- Peningkatan Jalan Ketenong II- Sebelat Ulu (Lanjutan) 1.230.173.000 PT.DUTA UTAMA KARYA 100 61.508.250

-Peningkatan Jalan Kota Baru- Pelabi-Suko Kayo

(Lanjutan) 133.663.000 CV. REJANG PERKASA 100 6.683.150

-Peningkatan Jalan Suka Sari- Sawah Mangkurajo

(Lanjutan) 1.581.044.000 PT. ASDAM JAYA 89.71 70.917.729

- Pemb. Jalan Menuju Objek Danau Tes (Lanjutan ) 363.735.000 CV PRIBUMI 100 18.186.750

- Peningkatan Jalan Perkantoran (DAK) 8.041.678.000 PT. CAHAYA GUNUNG MAS 40 5.053.783.172

- Peningkatan Jalan Desa Tl. Donok (Hotmix) 2.369.151.000 PT PEBANA 100 118.457.550

-Pemb. Pelapis Tebing dan Normalisasi Jalan Kabupaten

Lebong 384.888.000 CV. MONTE CARLO 100 19.244.400

DAFTAR HUTANG PER 31 DESEMBER 2009

PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG

NO NAMA KEGIATAN NILAI KONTRAK

(Rp) PELAKSANA

REALISASI

FISIK (%)NILAI HUTANG

- Pemb. Pelapis Tebing Kec. Padang Bano 99.824.000 CV. REJANG PERKASA 100 4.991.200

- Peningkatan Jalan Dusun Mangkurajo 427.770.000 CV MUSTIKA RINI 100 21.388.500

- Peningkatan Jalan Kota Baru Santan- Suka Datang 185.970.000 CV. MUSTRACOM 100 9.298.500

- Pemb. Jalan Kamp. Terendam - Ds. Ma. Aman - - -

Jumlah 2 PERENCANAAN PEMB. JEMBATAN - Review Desig Jembatan Bungin - Talang Sakti 49.500.000,00 CV. NUSA PERSADA KONSULTAN 100

- Perencanaan RBA Talang Leak (Lanjutan) 138.435.000,00 CV. PRIBIA KONSULTAN 100

-Perencanaan Jembatan Gantung Rimbo Pengadang,

Pungguk Pedaro ,113.685.000,00 CV. IDEAL KONSULTAN 100

Talang Donok, Suka Negeri, Tanjung Bunga dan

Ketenong I Lanjutan ) Jumlah

3 PEMBANGUNAN JEMBATAN

-Pembnagunan Jembatan Bungin - Talang Sakti

(Lanjutan) 1.409.941.000,00 PT. KARYA UTAMA RAFLESIA 22 319.492.631

- Pembangunan Jembatan Air Pauh - Sawah Mangkurajo 663.177.000 CV. ALEXANDER KONSTRUKSI 100 33.158.850

Jumlah 4 PERENCANAAN PEMBANGUNAN JALAN

-Perencaanaan Peningkatan Jalan Turan Lalang -

Embong Uram 234.150.000 CV. NUSA PERSADA 100 -

-Review Desig Perencanaan Peningakatann Jalan Suka

Sari - 54.400.000 CV. IDEAL KONSULTAN 100

mangkurajo

-Review Desig Perencanaan Penignakatann Jalan

Ketenong II-54.400.000 CV. TATA POLA CONSULTAN 100

Sebelat Ulu

-Review Desig Perencanaan Penignakatann Jalan Kota

Baru Santan - 84.315.000 CV. ARSINDO CONSULTAN 100

Pelabi- Suka Kayo ( Drainase & Pelapis Tebing) jalan

Objek Wisata Danau Tes

Jumlah 5 REHABILITASI PEMELIHARAAN JALAN - Rehab. Jalan Tuggang - Ld. Pelembang (Lanjutan) 702.800.000 CV. KEDONDONG RAYE 90 31.545.178

-Rehab. Jalan Lebong Tambang - Danau Picung

(Lanjutan) 2.778.135.000 PT. DUTA UTAMA KARYA 100

- Rehab. Jalan Desa Pelabi - Atas Tebing (Lanjutan) 1.455.100.000 PT. BERKAT JAYA 95 68.986.291,00

- Rehab. Jalan Kota Baru Santan ( Lanjutan) 1.021.100.000 PT. PILAR PERSADA 97 49.727.570,00

- Rehab, Jalan Desa Danau (Lanjutan) 884.300.000 CV. NAGA SAKTI JAYA 96

- Rehab. Jalan Tran 2 - Desa Tanjung Agung ( Lanjutan) 566.200.000 CV. KEDONDONG RAYE 100

-Rehab. Jalan Desa Ma. Aman- Tl bunut ( Drainase

Lanjutan) 176.207.000 CV. COEL 95.66 8.427.980,81

- Pemb. Drainase Jalan Desa Talang Ulu (Lanjutan) 85.555.000 CV. AZA KARYA 100 4.277.750,00

Jumlah 6 REHABILITASI PEMELIHARAAN JEMBATAN - Rehab. Jembatan Air Sepan (Lanjutan) 168.512.000 CV. MUSTIKA 91 7.674.036,48

-Rehab. Jembatan Air Buah Desa Suka Negeri

(Lanjutan) 433.225.000 CV. ADHI PRADANA KARYA 99 21.366.657,00

- Rehab,. Jembatan Seblat Ulu (Lanjutan) 501.368.000 CV. MUSTIKA 74

- Rehab. Jembatan Air Picung (Lanjutan) CV. INTAN DARMA -

- Rehab. Jembatan Air Aman Desa Danau (Lanjutan) 574.578.000 CV. RIDOEX 97 27.915.872,13

-Rehab. Jembatan Air Merah Sawah Melintang

(Lanjutan) 437.000.000 CV. NAGA SAKTI JAYA 93 20.316.130,00

Jumlah

7PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN

PEDESAAN

-Penigkatan Jalan Rimbo Pengadang - Suka Negeri

Lanjutan (Hotmix) 13.841.371.000 PT. STATIKA MITRA SARANA 100

Jumlah 8 PENGAWASAN JALAN DAN JEMBATAN

-Pengawasan Teknis Jalan Hotmix Tanjung Agung- Ds.

Danau, Samp. Kejari -339.135.000 CV. WIYATA KARYA 100

SMP 1. Simp Kejari 2 - SMA 1, Jalan Pasar Muara Aman,

Jalan Lapangan Hatta (Lanjutan)

-Pengawasan Teknis Jalan Hotmix SP.Dusun Ma. Aman -

Talang Bunut 565.675.000 PT. PLANTIKA ENGINEER KONS

Lokasari - Lb. Tambang, Tl Bunut-Embong Uram , Tl.

Bunut - Sp. -

Limaupit. Sp Embong Panjang - Semelako (Lanjutan )

NO NAMA KEGIATAN NILAI KONTRAK

(Rp) PELAKSANA

REALISASI

FISIK (%)NILAI HUTANG

-Pengawasan Teknis jalan Simp. Rimbo Pengadang-

Suka neg (Lanjutan)398.000.000 CV. GIRITAMA PERSADA MP 100

-Pengawasan Peningkatan Jalan Hotmix Dua Jalur

Perkantoran 208.617.900 CV. BERDATU ABADI TEKNIK 100

-Pengawasan Peningkatan Jalan Hotmix Desa Talang

Donok 69.300.000 CV. BUMI PISYCONA EPSILON 100

Jumlah 8.514.442.271

III BIDANG TATA RUANG

SURVEY DAN PEMETAAN - Peta Jaringan Irigasi Kab. Lebong 300.698.000 PT. INTI MULYA KENCANA 100

- Peta Jaringan Jalan dan Jembatan 325.600.000 PT. DALLA BILLA SEJATI 100

- Peta Sungai dan Sumber Mata Air Kab. Lebong 213.488.000 PT. RATISSA RISKI MANDIRI 100

Jumlah -

IV BIDANG PENGAIRAN 1 PERENCANAAN TURAP /TALUD/BRONJONG

-Perencanaan Pengendalian Banjir Air Aman, Air Kotok

dan Air Ketahun 47.070.000 PT. REKA ENAM GUNITA 100

Jumlah 2 PEMBANGUNAN TURAP /TALUD/BRONJONG - Pemb. Bronjong Sungai Air Tik Telu 396.000.000 CV. BHAKTI NUSA 94.50 18.711.000,00

-Pemb. Tembok Tebing/ Bronjing Sungai Air Geligai dan

Air Sulup 487.597.000 CV. ALDI KARYA 100 24.379.850,00

-Pemb. Tembok Penahan Tebing Sungai Air Kotok

(Lanjutan) 380.000.000 CV. DUKU ILIR 100 19.000.000,00

-Pengendalian banjir Sungai Air Aman, Desa Kamp. Ma.

Aman -

- Pemb. Tembok/Bronjong Sungai Air Mubai 189.000.000 CV. DUKU ILIR 9.450.000,00

Jumlah

3 PERENCANAAN PEMBANGUNAN JARINGAN

IRIGASI - Review Design Perencanaan Air Pauh 84.543.000 PT. INTI MULYA MK 100

-Perancanaan Kegiatan Pemb. Jaringan Irigasi Tahu

2009 54.000.000 PT. MASSUKA PRATAMA 100

- SID DI Air Urai Desa Urai 83.000.000 PT. REKA ENAM GUNITA 100

Jumlah -

4PEMBANGUNAN / PENINGKATAN JARINGAN

IRIGASI

-Rehab. Jaringan Irigasi Air Panjang Desa Tanjung

Bunga 314.521.000 CV. ANGGI SAPUTRA 100 15.726.050,00

- Rehab. Jaringan Irigasi Air Menganyau Kanan 89.725.000 CV. KARYA MULTI MANDIRI 100 4.486.250,00

-Rehab. Jaringan Irigasi Air Cendam Atas Desa Karang

Anyar 218.553.000 CV. JAYA KARYA 100 10.927.650,00

-Pemb. Jaringan Irigasi Air Mangub Kanan Desa

Ketenonng 317.262.000 CV. WAHANA CIPTA SARANA 100 15.863.100,00

- Rehab. Jaringan Irigasi Air Baes Desa Ketenong II 134.100.000 CV. NABILA 100 6.705.000,00

- Rehab. Jaringan Irigasi Air Kemaceak Kec. Uram Jaya 180.000.000 CV. SULUNG SAKTI 100 9.000.000,00

- Rehab. Jaringan Irigasi Air Geligai Kec. Topos 361.953.000 CV. CAHAYA PELANGI 98.52 17.829.804,00

-Pemb. Jaringana Irigasi Air Pauh Hulu Kec. Lebong

Selatan 427.724.000 CV. RISKE 100 21.386.200,00

- Rehab Jaringan Irigasi Air Senapak Kec. Bingin Kuning 97.200.000 CV. TEBO PABES 100 4.860.000,00

- Pemb. Jaringan Irigasi Air Dingin Atas Kec. Pelabai 217.125.000 CV. GANTARA PUTRA M 100 10.856.250,00

- Rehab. Jaringan Irigasi Air Kebutau Kec. Uram Jaya 85.200.000 CV. LEMBAH MERANGIN KERINCI 100 4.260.000,00

- Pemb. Jaringan Irigasi Air Ketahun Kec. Bingin Kuning 305.757.000 CV. RODA MAS 100 15.287.850,00

-Rehab, Jaringan Irigasi Air Tik Selikat Kec. Lebong

Utara 88.004.000 CV. PAT PATULAI SAKTI 100 4.400.200,00

- Pemb. Jaringan Irigasi Air Dingin Desa Air Dingin 93.527.000 CV. PELANGI NUSANTARA 100 4.676.350,00

- Pemb Jaringan Irigasi Air Tik Sapat 49.900.000 CV ADRIAN PUTRA PERDANA 100 2.495.000,00

- Pemb. Jaringan Irigasi Air Piantan Desa Talang Leak 372.510.000 CV. TRANS UTARA PUTRA 99.55 18.625.500,00

- Pemb. Jaringan Irigasi Air Mubai Kiri 47.500.000 CV. KARYA MULTI MANDIRI 100 2.375.000,00

Jumlah 241.301.054

JUMLAH 9.992.831.172

149.547.904

Gedung dan Bangunan 1.237.087.847

Jalan,Jembatan,Jaringan Irigasi 17.270.185.596

18.507.273.443

LAPORAN II

HASIL PEMERIKSAAN ATAS

SISTEM PENGENDALIAN INTERN

DALAM RANGKA

PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG

TAHUN ANGGARAN 2009

DAFTAR ISI

HALAMAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS PENGENDALIAN INTERN ........................ 1

GAMBARAN UMUM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN LEBONG ........................................................................................................... 3

TEMUAN PEMERIKSAAN ATAS PENGENDALIAN INTERN ................................ ....... 13

A. Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan atas Pengendalian Intern Tahun-tahun sebelumnya .. 13

B. Temuan Pemeriksaan atas Pengendalian Intern .................................................................... 13

1. Sistem pencatatan dan pelaporan aset tetap masih lemah, sehingga nilai aset tetap

Pemerintah Kabupaten Lebong per 31 Desember 2009 sebesar

Rp707.703.647.031,37 belum dapat diyakini kewajarannya ..................................

13

2. 1. Pengendalian atas pencatatan dan pelaporan Belanja Daerah TA 2009 masih

lemah sehingga mengganggu kewajaran penyajian LRA TA 2009……………

16

3. 2. Pencatatan dan pelaporan Utang Kepada Pihak Ketiga sebesar

Rp10.337.845.386,37 tidak akurat dan tidak mempunyai dasar pengakuan yang

jelas, sehingga tidak dapat diyakini kewajarannya ……………………………

20

4. 3. Penerbitan dan pencairan SP2D UP pada beberapa SKPD melebihi pagu anggaran

yang telah ditetapkan dalam APBD sebesar Rp117.158.380,00 ..............................

22

5. 4. Realisasi bantuan hibah dan bantuan sosial sebesar Rp7.468.988.000,00 tidak

didukung dengan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana ...................

23

LAMPIRAN

1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS PENGENDALIAN INTERN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggungjawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2006 tentang Badan

Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) telah

memeriksa Neraca Pemerintah Kabupaten Lebong per 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan

Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang

berakhir pada tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah

Kabupaten Lebong.

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) mengharuskan BPK RI melaksanakan

pengujian atas pengendalian intern Pemerintah Kabupaten Lebong. Pengendalian intern

merupakan tanggung jawab manajemen Pemerintah Kabupaten Lebong. Tanggung jawab BPK

RI terletak pada pengungkapan kelemahan pengendalian intern berdasarkan pemeriksaan BPK

RI. Namun, laporan hasil pemeriksaan atas pengendalian intern tidak dimaksudkan untuk

menyatakan pendapat atas keseluruhan efektivitas pengendalian intern.

BPK RI menemukan kelemahan berkaitan dengan desain dan pelaksanaan pengendalian intern

yang merupakan kondisi yang dapat dilaporkan. Kondisi yang dilaporkan merupakan

kelemahan-kelemahan yang berdampak terhadap kemampuan entitas dalam mencatat,

mengolah, meringkas, dan melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi manajemen

dalam laporan keuangan.

Pokok-pokok temuan kelemahan pengendalian intern adalah sebagai berikut:

1. Sistem pencatatan dan pelaporan aset tetap masih lemah, sehingga nilai aset tetap

Pemerintah Kabupaten Lebong per 31 Desember 2009 sebesar Rp707.703.647.031,37

belum dapat diyakini kewajarannya;

2. Pengendalian atas pencatatan dan pelaporan Belanja Daerah TA 2009 masih lemah sehingga

mengganggu kewajaran penyajian LRA TA 2009;

3. Pencatatan dan pelaporan Utang Kepada Pihak Ketiga sebesar Rp10.337.845.386,37 tidak

akurat dan tidak mempunyai dasar pengakuan yang jelas, sehingga tidak dapat diyakini

kewajarannya;

4. Penerbitan dan pencairan SP2D UP pada beberapa SKPD melebihi pagu anggaran yang

telah ditetapkan dalam APBD sebesar Rp117.158.380,00;

5. Realisasi bantuan hibah dan bantuan sosial sebesar Rp7.468.988.000,00 tidak didukung

dengan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana.

Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, BPK RI menyarankan kepada Bupati Lebong agar:

1. Segera melakukan inventarisasi atas seluruh aset tetap yang dimiliki dengan batasan atau

2

cakupan yang jelas serta hasilnya ditetapkan dengan suatu keputusan kepala daerah,

mewajibkan seluruh Kepala SKPD untuk mencatat dan melaporkan aset tetap kepada

DPPKAD dan menyusun KIB dan KIR. Terhadap Kepala SKPD yang tidak mematuhinya

dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan.

2. Secara bertahap menerapkan sistem pencatatan dan pelaporan keuangan dengan sistem

aplikasi komputer yang terhubung antar masing-masing SKPD dengan DPPKAD untuk

mengurangi kesalahan dan ketidakakuratan, menerapkan sanksi yang tegas terhadap setiap

SKPD yang tidak mencatat dan melaporkan setiap transaksi keuangan ke dalam laporan

keuangan masing-masing SKPD sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,

memerintahkan DPPKAD melakukan rekonsiliasi pelaporan keuangan dengan masing-

masing SKPD sampai dengan rincian objek belanja.

3. Menetapkan petugas atau unit kerja yang menangani pengelolaan utang baik utang jangka

panjang maupun utang jangka pendek, mengakui dan melaporkan Utang kepada Pihak

Ketiga jika pada tanggal neraca telah terjadi hak pihak ketiga untuk memperoleh

pembayaran dan kewajiban Pemerintah Kabupaten Lebong untuk melakukan pembayaran,

dan menginventarisir kembali seluruh Utang kepada Pihak Ketiga yang berasal dari kontrak

pekerjaan yang telah diselesaikan tetapi belum dilakukan pembayaran.

4. Memerintahkan Kepala DPPKAD dan Sekretaris Dinas agar secara berkala melakukan

monitoring dan evaluasi pemberian bantuan hibah dan bantuan sosial untuk mengetahui

apakah sudah digunakan sebagaimana mestinya dan pertimbangan untuk tidak diberi lagi

dengan cara penerima hibah dan bantuan sosial menyampaikan laporan

pertanggungjawaban penggunaan dana tersebut.

Permasalahan dan saran perbaikan secara rinci dapat dilihat dalam laporan ini.

Selain Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern, BPK RI telah menerbitkan

Laporan Hasil Pemeriksaan atas LKPD Kabupaten Lebong Tahun 2009 yang memuat opini

Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer) dan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan

terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Laporan tersebut disajikan pada bagian lain

yang tidak terpisahkan dari laporan ini.

Bengkulu, 12 Juni 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan Provinsi Bengkulu

Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Ade Iwan Ruswana, SE, MM.Ak

Akuntan, Register Negara Nomor D-17.331

3

BAB I

GAMBARAN UMUM PENGENDALIAN INTERN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LEBONG

A. Oganisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebong No.1 Tahun 2008 Tanggal 2 Januari

2008, organisasi Pemerintah Kabupaten Lebong meliputi 45 Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD), yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, 11 dinas, 5 badan, 4

kantor, RSUD, Inspektorat, 13 Kecamatan, 8 bagian di Sekretariat Daerah. Organisasi

Pemerintah Kabupaten Lebong sudah mengacu kepada PP No.41 Tahun 2007 dan efektif

berlaku sejak 2 Januari 2008.

Struktur organisasi pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten Lebong

adalah sebagai berikut:

Bupati selaku kepala daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan

mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Kepala

daerah tersebut mempunyai kewenangan menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD

dan pengelolaan barang daerah, serta menetapkan para pejabat pengelola keuangan daerah,

seperti kuasa pengguna anggaran/pengguna /barang, bendahara penerimaan dan bendahara

pengeluaran, pejabat pemungut penerimaan daerah, pejabat pengelola utang dan piutang

daerah, dan lain-lain.

Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah mempunyai tugas

koordinasi di bidang penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD dan

pengelolaan barang daerah, termasuk penyusunan rancangan APBD dan perubahannya;

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; dan penyusunan laporan keuangan pemerintah

daerah. Sebagai koordinator pengelolaan keuangan daerah, sekretaris daerah bertanggung

jawab kepada kepala daerah.

Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) sebagai

pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) bertugas menyusun dan melaksanakan

kebijakan pengelolaan keuangan daerah, termasuk menyusun rancangan APBD dan

perubahannya, melaksanakan fungsi BUD, dan menyusun laporan keuangan daerah dalam

BUPATI

KEPALA DINAS PPKAD

PPKD/ BUD/ SKPKD

KEPALA SKPD

SKPD

SEKRETARIS DAERAH

KOORDINATOR

PPTK SKPD PPK SKPD BENDAHARA

PENERIMAAN &

PENGELUARAN

BENDAHARA

PENERIMAAN & PENGELUARAN

4

rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. DPPKAD bertanggung jawab atas

pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.

Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran/pengguna

barang mempunyai tugas:

a. Menyusun RKA-SKPD dan DPA-SKPD;

b. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja; dan

Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

c. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;

d. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

e. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang

telah ditetapkan;

f. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggungjawab SKPD yang dipimpinnya;

g. Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggungjawab SKPD

yang dipimpinnya;

h. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;

i. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

j. Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya berdasarkan

kuasa yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah;

k. Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui sekretaris

daerah.

Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dan kuasa pengguna anggaran/kuasa

pengguna barang dalam melaksanakan program dan kegiatan menunjuk pejabat pada unit

kerja SKPD selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), yang bertugas

mengendalikan dan melaporkan pelaksanaan kegiatan, serta menyiapkan dokumen

anggaran.

Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPD menetapkan

pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai pejabat

penatausahaan keuangan (PPK-SKPD), yang mempunyai tugas:

a. Meneliti kelengkapan SPP-LS diajukan oleh PPTK;

b. Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU yang diajukan oleh Bendahara

pengeluaran;

c. Melakukan verifikasi SPP, Menyiapkan SPM;

d. Melakukan verifikasi harian atas penerimaan;

e. Melaksanakan akuntansi SKPD; dan menyiapkan laporan keuangan SKPD.

PPK-SKPD belum melaksanakan tugas akuntansi dan tidak menyusun laporan keuangan

karena Pemerintah Kabupaten Lebong belum mengambil kebijakan yang mengharuskan

SKPD membuat laporan keuangan. SKPD mempertanggungjawabkan keuangan bukan

dalam bentuk laporan keuangan, tetapi hanya berupa SPJ yang disampaikan setiap bulan

5

kepada bidang anggaran dan verifikasi DPPKAD. Bupati Lebong atas usul BUD

menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas

kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada SKPD.

Dalam rangka penegakan etika dan disiplin dalam menjalankan tugas dan fungsi tersebut,

Pemerintah Kabupaten Lebong belum menetapkan peraturan/keputusan tersendiri mengenai

kode etik, namun terdapat Surat Keputusan Bupati Lebong yang antara lain berisi aturan

tentang jam kerja, yang jika dilanggar sanksinya mengacu pada Peraturan Pemerintah No.30

tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PNS. Dalam implementasinya, selama tahun 2009,

kepala daerah atau pejabat yang berwenang lainnya telah melakukan sanksi berupa teguran

tertulis, pernyataan tidak puas secara tertulis, penundaan kenaikan pangkat untuk paling

lama 1 tahun, penurunan gaji berkala paling lama 1 tahun, penurunan pangkat pada pangkat

yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 tahun, pembebasan dari jabatan, dan

penundaan PNS selama 6 bulan kepada 15 pegawai karena pelanggaran kode etik atau

disiplin.

B. Kebijakan

Pemerintah Kabupaten Lebong telah menetapkan Peraturan Bupati No.38 Tahun 2008 yang

mengatur tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Lebong, terutama berkaitan

dengan dasar pengakuan, pengukuran dan pelaporan atas aset, kewajiban, ekuitas,

pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta laporan keuangan. Selain itu, Pemda Lebong

sudah menetapkan Keputusan Bupati No.810 Tahun 2008 yang mengatur tentang Sistem

dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah, yang meliputi: prosedur akuntansi penerimaan

kas; prosedur akuntansi pengeluaran kas tetapi belum terdapat prosedur akuntansi aset

tetap/barang milik daerah dan prosedur akuntansi selain kas. Pemerintah Kabupaten Lebong

telah mengeluarkan Perda No.229 tahun 2007 tanggal 4 Mei 2007 tentang Pokok-Pokok

Pengelolaan Keuangan Daerah yang mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri

(Permendagri) No.13 tahun 2006 jo. Permendagri No.59 tahun 2007 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah. Perda dan peraturan tersebut belum sepenuhnya diterapkan

dalam akuntansi keuangan daerah.

C. Sumber Daya Manusia (SDM)

Untuk menjalankan roda pemerintahan di Kabupaten Lebong, Bupati dibantu oleh pimpinan

dan staf pada SKPD dan satker lainnya. Pimpinan SKPD ditetapkan oleh Bupati atas

persetujuan DPRD. Dari jumlah SDM sebanyak 1.950 orang yang ada di lingkungan

pemerintah kabupaten Lebong, sebanyak 432 orang merupakan tenaga pengelola keuangan,

yang meliputi:

1. Sebanyak 34 orang sebagai tenaga pengelola keuangan di lingkungan Setda dan

DPPKAD

2. Sebanyak 260 orang sebagai tenaga pengelola keuangan di lingkungan SKPD, badan-

badan, kantor, dan satker lainnya, yaitu 50 orang sebagai Pengguna Anggaran/Barang

dan/atau Kuasa Pengguna Anggaran/Barang, sebanyak 165 orang sebagai PPTK, dan

sebanyak 45 orang sebagai PPK-SKPD;

3. Sebanyak 16 orang sebagai bendahara penerimaan, sebanyak 48 orang sebagai

bendahara pengeluaran, sebanyak 35 orang sebagai bendahara gaji, dan sebanyak 39

orang sebagai pengelola barang.

6

Jumlah SDM pengelolaan keuangan daerah tersebut belum mencukupi kebutuhan, sehingga

terdapat perangkapan jabatan pengelola keuangan antara lain PPTK dirangkap oleh

Sekretaris dinas, PPK dirangkap oleh kasubag keuangan sekaligus sebagai unit akuntansi

SKPD.

Sebagai komitmen terhadap peningkatan kompetensi SDM, khususnya sebagai tenaga

pengelola keuangan dan akuntansi, Pemerintah Kabupaten Lebong telah menetapkan

kebijakan intern yang mengharuskan tenaga pengelola keuangan dan akuntansi untuk

mengikuti kegiatan pelatihan/bimbingan teknis/workshop terkait. Dalam Tahun Anggaran

2009, dari 400 orang pegawai/pejabat pengelola keuangan dan petugas akuntansi, sebanyak

86 orang telah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan penyusunan dan pelaporan

keuangan.

Selain itu, dari jumlah SDM pengelola keuangan tersebut, sebanyak 46 orang yang berlatar

belakang pendidikan akuntansi. Sehingga, dilihat dari kuantitas belum mencukupi sehingga

ada perangkapan jabatan, sehingga dalam rangka penyusunan laporan keuangan SDM

pengelola keuangan secara kualitas maupun secara kuantitas masih belum memadai.

D. Perencanaan

Sebelum penetapan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) dan rencana

strategis masing-masing SKPD, pemerintah daerah telah menetapkan visi dan misinya yang

harus dicapai sebagai landasan utama dalam penyusunan RPJMD dan renstra. Visi

Pemerintah Kabupaten Lebong adalah terwujudnya masyarakat Kabupaten Lebong yang

beriman dan bertaqwa, mandiri, adil, makmur dan sejahtera.

Secara umum, perencanaan keuangan daerah dimulai dengan penetapan rencana

pembangunan jangka menengah dengan bagan sebagai berikut:

Untuk mewujudkan visi pembangunan daerah tersebut, ditetapkan misi sebagai berikut:

1. Mewujudkan supremasi hukum dan penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan

berwibawa,

2. Mewujudkan masyarakat yang tangguh dan berkualitas,

RPJMD RENSTRA SKPD

RKPD RENJA SKPD

KUA PPAS

PEDOMAN PENYUSUNAN RKA-SKPD

RKA-SKPD

NOTA KEUANGAN & RANCANGAN APBD

APBD & PENJABARAN APBD

7

3. Mewujudkan pemanfaatan potensi sumber daya alam,

4. Mewujudkan masyarakat sejahtera melalui pembangunan ekonomi rakyat yang

didukung oleh sektor pertanian serta koperasi yang sehat dan mandiri,

Dari renstra tersebut kemudian dijabarkan dalam rencana kerja pemerintah daerah (RKPD)

dan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) untuk setiap tahunnya. Kebijakan Umum Anggaran

Pemerintah Kabupaten Lebong diarahkan pada:

a. Pengembangan upaya-upaya peningkatan pelayanan publik, penataan pemekaran

lembaga/institusi, peningkatan SDM aparatur, pengendalian kebijakan, pembinaan

berkelanjutan terhadap aparatur dan masyarakat segmen khusus, penggalian potensi

PAD, dan perumusan kebijakan yang partisipatif,

b. Perwujudan Lebong sebagai kabupaten lumbung padi dengan pola tanam padi sawah

dua kali setahun, peningkatan produktivitas dan pemasaran pertanian, perikanan, dan

peternakan,

c. Pembangunan berkelanjutan yang mendukung pelestarian hutan konservasi dan SDH,

d. Peningkatan usaha ekonomi kerakyatan di bidang usaha kecil, menengah, dan

perindustrian perdagangan,

e. Peningkatan peran serta masyarakat dan perempuan dalam pembangunan serta

mengurangi penyandang masalah sosial,

f. Pembangunan dan peningkatan prasarana perumahan/pemukiman, peningkatan

prasarana dan sarana kebersihan, peningkatan ketertiban lalu lintas, penyediaan sarana

penerangan jalan umum (PJU), peningkatan PAD dari tambang galian C, serta

mempersiapkan aparatur bidang pertambangan energi jangka menengah dan panjang,

g. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat,

h. Peningkatan pelayanan di bidang pendidikan, pengembangan pariwisata dalam rangka

peningkatan PAD, dan

i. Peningkatan pelayanan di bidang catatan sipil dan keluarga berencana, serta

pemberdayaan transmigran.

Dalam menyiapkan rancangan APBD Tahun 2009, Pemerintah Kabupaten Lebong bersama

DPRD menyusun arah dan kebijakan umum APBD dengan berpedoman pada Rencana

Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Berdasarkan Nota Kesepakatan antara Pemerintah

Kabupaten Lebong dengan DPRD Kabupaten Lebong No.16.a/KPTS/DPRD/2008 Tanggal

15 Oktober 2008 diketahui prioritas pembangunan tahun 2009 adalah:

1. Peningkatan efektifitas penanggulangan kemiskinan,

2. Peningkatan investasi dan kesempatan kerja,

3. Revitalisasi pertanian, perikanan, kehutanan dan pembangunan pedesaan,

4. Percepatan pembangunan infrastruktur dan pengelolaan energi,

5. Peningkatan Akses dan kualitas pendidikan dan kesehatan,

6. Penegakan hukum dan HAM, pemberantasan korupsi, dan percepatan pelaksanaan

reformasi birokrasi.

8

APBD Pemerintah Kabupaten Lebong TA 2009 telah disahkan berdasarkan Peraturan

Daerah No. 01 Tahun 2009 tanggal 19 Maret 2009, dan Perubahan APBD TA 2009

disahkan berdasarkan Peraturan Daerah No. 02 Tahun 2009 tanggal 31 Oktober 2009.

E. Prosedur penatausahaan dan akuntansi

1. Prosedur penatausahaan

a. Prosedur penerimaan melalui Bendahara Penerimaan

1) DPPKAD membuat SKP Daerah/SKR berupa karcis, leges, kuitansi, atau

semacamnya sesuai dengan peraturan pajak dan retribusi daerah (SKP hanya

diterbitkan untuk pajak reklame). Sedangkan untuk retribusi perizinan, masing-

masing SKPD yang menangani pemungutan membuat formulir pendaftaran

perizinan dan jumlah yang harus dibayar oleh masing-masing wajib retribusi.

Izin dikeluarkan setelah pemohon menyetor retribusi ke Bendahara Penerimaan.

Pada beberapa jenis penerimaan, pihak ketiga atau wajib setor melakukan

penyetoran langsung ke Kas Daerah dan menyerahkan bukti setor ke Bendahara

Penerimaan.

2) Wajib Pajak/Retribusi membayarkan sejumlah uang yang tertera dalam

SKP/SKR Daerah berupa karcis, leges, kuitansi, atau semacamnya kepada

petugas pemungut. Petugas pemungut selanjutnya menyetor ke Bendahara

Penerimaan. Untuk retribusi perizinan, wajib retribusi menyetor langsung ke

Bendahara Penerimaan, setelah mengisi formulir setoran yang disediakan

bagian/petugas perizinan.

3) Bendahara Penerimaan mencatat penerimaan dari petugas pemungut dalam

Buku Penerimaan dan menyiapkan Surat Tanda Setoran (STS) untuk setiap

jenis penerimaan dan setiap wajib pajak/retribusi.

4) Bendahara Penerimaan menyetorkan uang yang diterimanya dari para petugas

pemungut atau langsung wajib pajak/retribusi ke Kas Daerah di Bank

Bengkulu.

5) Bank melakukan validasi terhadap STS yang menandakan bahwa uang setoran

telah masuk ke Kas Daerah. STS yang telah divalidasi disimpan Bendahara

Penerimaan dan tidak ditembuskan ke BUD/Kuasa BUD. DPPKAD membuat

rekapitulasi penerimaan dan pencatatan berdasarkan rekening koran Kas Daerah

dan tidak melakukan prosedur rekonsiliasi dengan Bendahara Penerimaan.

b. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada SKPKD

1) Pembuatan Surat Penyediaan Dana (SPD)

a) Kepala DPPKAD menyerahkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD

kepada Kuasa BUD sebagai dasar pembuatan SPD masing-masing SKPD.

b) SPD masing-masing SKPD disiapkan oleh Kuasa BUD dan disetujui

Kepala DPPKAD.

c) Kuasa BUD menyerahkan SPD kepada masing-masing Pengguna Anggaran

(PA)/Kuasa PA.

9

2) Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

a) Untuk setiap permintaan pembayaran kepada Kuasa BUD, PA/KPA

menyerahkan SPD kepada Bendahara Pengeluaran.

b) Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP (UP/GU/TU/LS) kepada PA/KPA

dilampiri SPD dan SPJ (untuk pengajuan Ganti Uang Persediaan). Khusus

untuk SPP-LS, dilampiri dengan ringkasan kontrak, Berita Acara

Penerimaan Barang, Tagihan Pihak Ketiga, Surat Pernyataan PA/KPA, SSP

PPN dan PPh, bukti setor SIOPDA, dan lampiran lain yang dipersyaratkan.

Bendahara Pengeluaran mencatat SPP dalam register SPP SKPD.

3) Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM)

Setelah SPP dinyatakan lengkap dengan lampiran yang dipersyaratkan dan

disetujui, PA/KPA membuat SPM kepada Kuasa BUD. PA/KPA dapat menolak

penerbitan SPM, jika tidak tersedia anggaran.Surat penolakan penerbitan SPM

diberikan kepada Bendahara Pengeluaran dan dicatat dalam register penolakan

SPM.

4) Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)

a) Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang diajukan PA/KPA.

b) Apabila SPM dinyatakan lengkap, Kuasa BUD menerbitkan SP2D.

Kelengkapan SP2D meliputi surat pengesahan SPJ Bendahara Pengeluaran,

rincian objek disertai bukti pengeluaran yang sah dan kelengkapannya,

bukti penyetoran PPN/PPh (untuk GU), surat pernyataan tanggung jawab

PA/KPA (untuk TU dan LS).

c) Kuasa BUD mencatat SP2D yang diterbitkan dalam register SP2D,

kemudian menyerahkannya kepada PA/KPA dan selanjutnya PA/KPA

menyerahkan SP2D kepada Bendahara Pengeluaran. Apabila terjadi

kesalahan dalam penerbitan SP2D, Kuasa BUD mencatat SP2D yang

dibatalkan dalam Buku Regsiter Pembatalan SP2D.

d) SP2D dicairkan oleh Bendahara Pengeluaran atau Bendahara Pengeluaran

Pembantu (untuk SP2D LS dapat oleh pihak ketiga) ke Kas Daerah di bank

Bengkulu. Setelah dicairkan dan telah ditandai sah (validasi) oleh bank

Bengkulu, SP2D dikembalikan ke Bendahara Pengeluaran dan Kuasa BUD.

e) Bendahara Pengeluaran mencatat penerimaan SP2D UP/GU/TU/LS dalam

register SP2D dan Buku Kas Umum Pengeluaran dan Buku Pembantu jika

ada Bendahara Pengeluaran Pembantu, serta mencatat pengeluaran untuk

SP2D LS. Selain itu, Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran

Pembantu juga mencatat pemungutan dan penyetoran PPN dan PPh dalam

buku pembantu.

2. Prosedur pencatatan/akuntansi

Prosedur pencatatan/akuntansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebong dilakukan

secara manual sejak Pemerintah Kabupaten Lebong berdiri tahun 2004, yang secara

umum diuraikan sebagai berikut:

10

a. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPKD (DPPKAD)

1) Fungsi akuntansi penerimaan di SKPKD dilakukan secara manual oleh Petugas

DPPKAD yang ditempatkan di Bank Bengkulu sebagai petugas pemegang Kas

Daerah (Petugas BIX). Petugas BIX tersebut mengindentifikasi setiap penerimaan

kas berdasarkan rekening koran dan mencatatnya dalam Laporan Penerimaan dan

Pengeluaran Kas Daerah atau Laporan Posisi Kas Harian (LPKH). Petugas BIX

menyampaikan LPKH kepada BUD secara bulanan/harian.

2) Berdasarkan transaksi harian yang dilaporkan dalam LPKH yang dibuat oleh

Petugas BIX, Bidang Perbendaharaan DPPKAD membuat Laporan Realisasi

Pendapatan Daerah per jenis pendapatan.

3) Sub Bidang Pembukuan DPPKAD tidak menyelenggarakan jurnal pendapatan dan

buku besarnya.

4) Sub Bidang Verifikasi DPPKAD sebagai penyusun Laporan Keuangan Pemerintah

Kabupaten Lebong menyajikan realisasi pendapatan berdasarkan laporan yang

dibuat oleh Bidang Perbendaharaan DPPKAD tanpa melalui prosedur

rekonsiliasi dengan catatan Bendahara Penerimaan SKPD.

b. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada SKPKD

1) Fungsi akuntansi pengeluaran pada SKPKD dilakukan secara manual oleh Sub

Bidang Pembukuan DPPKAD. Setiap SP2D yang diterbitkan oleh Kuasa BUD

disampaikan ke Sub Bidang Pembukuan untuk dilakukan pencatatan. Sub bidang

pembukuan belum menyelenggarakan penjurnalan dan posting ke dalam buku

besar. Sub bidang pembukuan hanya mencatat nilai SP2D yang diterbitkan untuk

masing-masing kegiatan.

2) Nilai SP2D masing-masing kegiatan direkonsiliasi dengan masing-masing

bendahara pengeluaran SKPD. Namun demikian rekonsiliasi tersebut belum

dilakukan secara optimal dan hanya bersifat formalitas.

3) Sub Bidang Verifikasi sebagai unit kerja yang melakukan monitoring penyampaian

dan pengesahan SPJ membuat laporan pengesahan SPJ setiap bulan.

4) Pada akhir periode akuntansi, Sub Bidang Verifikasi melakukan rekonsiliasi atas

SPJ fungsional yang disampaikan oleh masing-masing SKPD sebagai dasar

penyajian belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran.

c. Prosedur Akuntansi Aset pada SKPKD

1) DPPKAD mencatat mutasi aset tahun berjalan berdasarkan kartu inventaris

barang (KIB) SKPD yang dibuat oleh Bidang Aset. Pencatatan mutasi aset

dilakukan dengan menggunakan sumber SP2D.

2) Pada akhir tahun anggaran, Bidang Aset DPPKAD meminta agar masing-

masing SKPD untuk menyampaikan KIB per 31 Desember 2009. Namun

demikian, prosedur ini tidak berjalan dengan baik, karena banyak SKPD yang

tidak mennyerahkan KIB, dan dari KIB yang telah diterima tidak seluruhnya

mencantumkan nilai dan rincian aset.

11

3) Atas keterbatasan data tersebut, Bidang Aset menyusun rekapitulasi asset

berdasarkan KIB yang dibuat oleh bidang asset. Akan tetapi bidang asset tidak

melakukan rekonsiliasi atas nilai asset yang ada pada KIB kepada masing-

masing SKPD.

Saldo aset tetap yang disajikan dalam neraca per 31 Desember 2009 sebesar

Rp707.703.647.031,37 berasal dari saldo aset tetap per 31 Desember 2008 sebesar

Rp540.452.025.433,00 ditambah koreksi sehingga diperoleh saldo per 1 Januari

2009 sebesar Rp541.747.272.500,32. Mutasi penambahan aset tetap selama tahun

2009 adalah sebesar Rp165.956.374.531,05 sehingga saldo aset tetap per 31

Desember 2009 adalah sebesar Rp707.703.647.031,37.

Secara kronologis penetapan aset tetap dimulai sejak serah terima aset tetap dari

Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong kepada Pemerintah Kabupaten Lebong

sebagai Daerah Otonomi Baru (DOB), sesuai Berita Pemutakhiran Data Personil,

Peralatan, Pembiayaan, dan Dokumentasi (P3D) tanggal 31 Mei 2004. Pada tanggal

31 Desember 2004, Aset Tetap tersebut, kemudian diperiksa oleh Kantor Akuntan

Publik dan dijadikan sebagai Neraca Awal Aset Tetap Pemerintah Kabupaten

Lebong.

Pada TA 2005, Pemerintah Kabupaten Lebong melakukan penilaian kembali aset

tetap tersebut yang dilaksanakan oleh Konsultan Penilai sesuai Laporan Hasil

Penilaian No.409-01/PN-SGT-PLG/12/05 tanggal 10 Desember 2005. Berdasarkan

penilaian tersebut, ditetapkan nilai aset tetap per 22 Oktober 2005 sebesar

Rp176.750.167.002,00. Pada TA 2007, Pemerintah Kabupaten Lebong melakukan

penilaian kembali Saldo Aset Tetap tersebut yang dilaksanakan oleh Konsultan

Penilai. Laporan hasil penilaian tersebut menyatakan bahwa nilai Aset Tetap

Pemkab Lebong per 12 September 2007 adalah sebesar Rp241.378.950.001,00.

Hasil penilaian tersebut tidak jelas batasan dan/atau cakupannya, dan Pemerintah

Kabupaten Lebong tidak menyajikan nilai aset tetap dalam neraca berdasarkan hasil

penilaian tersebut. Pemerintah Kabupaten Lebong tidak dapat menjelaskan cakupan

atau batasan aset tetap hasil penilaian tersebut, apakah secara keseluruhan, atau

hanya mutasi aset tetap pada periode tertentu.

Pemerintah Kabupaten Lebong belum melakukan invetarisasi asset sesuai

rekomendasi BPK RI. Inventarisasi asset tetap baru dianggarkan dalam dokumen

pelaksanaan anggaran DPPKAD tahun anggaran 2010.

d. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD

Prosedur akuntansi penerimaan kas dilaksanakan oleh Bendahara Penerimaan.

Berdasarkan dokumen STS, Penerimaan dan lampirannya, Bendahara Penerimaan

mencatat transaksi pendapatan dalam buku penerimaan. Pendapatan yang diterima

kemudian disetor ke Kas Daerah.

e. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas pada SKPD

1) Bendahara Pengeluaran menerima SP2D UP dari Kuasa BUD dan mencatatnya

sebagai penerimaan di Buku Kas Umum (BKU).

2) Setiap PPTK yang merealisasikan kegiatan SKPD mengajukan uang

muka/panjar kepada Bendahara Pengeluaran. Bukti-bukti realisasi kegiatan

12

belanja yang dibayar dengan UP secara berkala disampaikan oleh Bendahara

Pengeluaran kepada Sub Bidang Verifikasi DPPKAD untuk memperoleh ganti

UP. Bendahara Pengeluaran mencatat SPJ pengeluaran pada BKU dan

kemudian mencatat penerimaan SP2D GU sebagai penerimaan dalam BKU.

3) Pada akhir periode akuntansi, BKU ditutup dan saldonya disetor ke Kas Daerah

sebagai pengembalian sisa UP.

f. Akuntansi Aset pada SKPD

Beberapa SKPD telah menyelenggarakan kartu inventaris barang (KIB) akan tetapi

data yang disajikan dalam KIB belum dirinci jenis dan jumlahnya. Mutasi

penambahan Aset yang disajikan dalam KIB tahun 2009 hanya berupa tambahan

asset yang diperoleh berdasarkan belanja modal tahun berjalan.

F. Pelaporan

Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi

yang wajib menyampaikan laporan keuangan. Entitas pelaporan keuangan daerah adalah

Pemda Kabupaten Lebong secara keseluruhan. Sedangkan entitas akuntansi adalah DPRD,

Sekretariat Daerah, Badan, Dinas, Kantor, dan Lembaga/Unit Pelaksana Teknis Daerah.

Entitas akuntansi tersebut belum menyusun laporan keuangan.

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Lebong Tahun 2009 terdiri dari

Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas

Laporan Keuangan (CaLK), belum dilampiri dengan laporan keuangan Badan Usaha Milik

Daerah/Perusahaan Daerah (BUMD/PD). Selain laporan keuangan tersebut, setiap akhir

tahun anggaran, kepala satuan kerja sudah menyampaikan laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan anggaran kepada Bupati Lebong yang meliputi laporan pencapaian kinerja,

laporan pengelolaan keuangan daerah dan pemanfaatan sumber daya ekonomis serta

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, dan laporan perbandingan antara

anggaran dan realisasi serta penyebab terjadinya selisih.

G. Pengawasan

Pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan APBD Kabupaten Lebong dilakukan

oleh Inspektorat. Laporan Hasil Pengawasan dan rekomendasi disampaikan kepada Bupati

akan tetapi secara berkala belum disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan Republik

Indonesia (BPK RI). Selain itu, Inspektorat Pemerintah Kabupaten Lebong sudah secara

berkala setiap tahun mereviu LKPD. Pengguna Anggaran atau kepala SKPD sebagai atasan

langsung bendahara telah melakukan cash opname 2 kali dalam setahun. Inspektorat

melakukan cash opname sekali dalam setahun, namun tidak pernah membuat berita acara

cash opname tersendiri, hanya berupa Laporan Penutupan Kas Akhir Tahun Bendahara

Pengeluaran SKPD.

13

BAB II

TEMUAN PEMERIKSAAN ATAS PENGENDALIAN INTERN

A. Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan atas Pengendalian Intern Tahun-tahun Sebelumnya

Hasil pemantauan tindak lanjut temuan pemeriksaan SPI tahun-tahun sebelumnya menunjukkan

dari 21 temuan pemeriksaan SPI dan 46 saran, telah ditindaklanjuti 37 saran, masih dalam

proses 4 saran, dan belum ditindaklanjuti 5 saran, dan diantaranya 3 saran yang tidak

ditindaklanjuti masih mempengaruhi opini Laporan Keuangan TA 2009. Rincian temuan

pemeriksaan sistem pengendalian intern yang belum ditindaklanjuti dimuat dalam Lampiran

II.1.

B. Temuan Pemeriksaan atas Pengendalian Intern Tahun 2009

1. Sistem pencatatan dan pelaporan aset tetap masih lemah, sehingga nilai aset tetap

Pemerintah Kabupaten Lebong per 31 Desember 2009 sebesar Rp707.703.647.031,37

belum dapat diyakini kewajarannya

Saldo aset tetap yang disajikan dalam Neraca Pemerintah Kabupaten Lebong per 31 Desember

2009 adalah sebesar Rp707.703.647.031,37. Saldo tersebut berasal dari saldo aset tetap per 1

Januari 2009 sebesar Rp541.747.272.500,32 ditambah dengan mutasi aset tetap tahun 2009

sebesar Rp165.956.374.531,05.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa pengendalian atas proses pencatatan

dan pelaporan aset tetap masih lemah, yaitu sebagai berikut:

a. Pemerintah Kabupaten Lebong belum melakukan inventarisasi dan penilaian kembali aset

tetap seperti yang telah direkomendasikan BPK RI Perwakilan Kabupaten Lebong sesuai

laporan No 06/LK/XVIII.BKL/06/2009 tanggal 8 Juni 2009.

b. Saldo aset tetap per 1 Januari 2009 sebesar Rp541.747.272.500,32 berasal dari saldo aset

tetap yang disajikan dalam Neraca per 31 Desember 2008 sebesar Rp540.452.025.433,00

yang disesuaikan dengan koreksi tambah sebesar Rp1.295.247.067,32 . Sampai dengan

pemeriksaan berakhir DPPKAD tidak dapat memberikan penjelasan yang memadai

mengenai alasan dan rincian detil koreksi tersebut.

c. Nilai aset tetap yang disajikan dalam Neraca per 31 Desember 2009 berbeda dengan nilai

aset tetap menurut KIB dengan selisih sebesar Rp6.016.861.172,37 dengan rincian:

Jenis Aset Tetap KIB (Rp)

Neraca (Rp)

Selisih (Rp)

Tanah 25.727.100.001,00 25.727.100.001,00 -

Peralatan dan Mesin 87.100.477.064,00 87.100.477.064,00 -

Gedung dan Bangunan 278.178.117.537,00 276.086.905.384,35 2.091.212.152,65

Jalan, Irigasi, dan Jaringan 290.099.726.615,00 298.855.469.940,02 (8.755.743.325,02)

Aset Tetap Lainnya 17.680.408.249,00 17.680.408.249,00 -

Konstruksi dlm Pengerjaan 2.900.956.393,00 2.253.286.393,00 647.670.000,00

Total Aset Tetap 701.686.785.859,00 707.703.647.031,37 (6.016.861.172,37)

Pemerintah Kabupaten Lebong tidak bisa menjelaskan terjadinya selisih nilai aset tetap

tersebut.

14

d. Pencatatan dan pelaporan mutasi aset tetap dalam tahun berjalan masih dilakukan secara

manual dan terpusat oleh DPPKAD dengan menggunakan dokumen sumber berupa Kartu

Inventaris Barang (KIB) yang dibuat oleh DPPKAD. Penyusunan KIB tersebut

berdasarkan realisasi SP2D belanja modal dan belanja barang tanpa rekonsiliasi dengan

masing-masing SKPD. Hasil pemeriksaan atas keakuratan nilai aset tetap dalam KIB

ditemukan beberapa perbedaan sebagai berikut:

1) Nilai mutasi aset tetap tahun 2009 dalam KIB berbeda dengan nilai SP2D belanja

modal dan belanja barang dengan selisih sebesar Rp1.648.885.236,00, dengan rincian:

Jenis Aset Tetap Mutasi Penambahan TA 2009 Selisih

(Rp) Menurut KIB (Rp) Menurut SP2D (Rp)

Tanah 500.000.000,00 500.000.000,00 0,00

Peralatan dan Mesin 11.026.041.576,00 10.131.221.049,00 894.820.527,00

Gedung dan Bangunan 76.585.265.916,00 74.694.835.606,00 1.890.430.310,00

Jalan, Irigasi, dan Jaringan 61.389.716.377,00 62.687.975.978,00 (1.298.259.601,00)

Aset Tetap Lainnya 2.223.648.000,00 2.061.754.000,00 161.894.000,00

Konstruksi dlm Pengerjaan (KDP) - - -

Total Aset Tetap 151.724.671.869,00 150.075.786.633,00 1.648.885.236,00

2) DPPKAD salah mencatat beberapa persediaan pada beberapa SKPD sebagai aset tetap

lainnya dalam KIB sebesar Rp4.179.170.000,00. Persediaan tersebut tidak dapat

ditelusuri keberadaannya karena telah diserahkan kepada masyarakat, dengan rincian:

SKPD Jenis Aset Tetap

Lainnya Tahun 2008

(Rp) Tahun 2009

(Rp) Total (Rp)

BLHKP Bibit Tanaman 299.000.000,00 299.000.000,00

Dishutbun Bibit Tanaman 3.216.445.000,00 611.845.000,00 3.828.290.000,00

Dinas Perikanan Bibit Ikan 51.880.000,00 51.880.000,00

Jumlah 3.216.445.000,00 942.725.000,00 4.179.170.000,00

e. Masing-masing SKPD belum menyusun laporan aset tetap yang meliputi seluruh aset tetap

yang dimiliki baik saldo awal aset dan mutasi tahun berjalan yang meliputi perolehan aset

yang berasal dari belanja barang, belanja tidak terduga, belanja bantuan, dan hibah. Selain

itu, masing-masing SKPD belum mengkapitalisasi pengeluaran atau belanja yang

berhubungan langsung dengan perolehan aset tetap seperti perencanaan dan pengawasan

serta belum mengkapitalisasi pengeluaran untuk pemeliharaan/rehabilitasi, termasuk

penetapan batasan jumlah biaya (capitalization thresholds) tertentu untuk menentukan

apakah suatu pemeliharaan/rehabilitasi harus dikapitalisasi menjadi aset tetap.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Permendagri No.17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik

Daerah yang menyatakan:

1) Pasal 3 ayat (1): Barang milik Daerah meliputi (a.) barang yang dibeli atau diperoleh

atas beban APBD; dan (b.) barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah;

2) Pasal 3 ayat (2): Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi (a.)

barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis; (b.) barang yang

diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak; (c.) barang yang diperoleh

15

berdasarkan ketentuan undang-undang; atau (d.) barang yang diperoleh berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

3) Pasal 25 ayat (1): Pengguna/ kuasa pengguna melakukan pendaftaran dan pencatatan

barang milik daerah ke dalam Daftar Barang Pengguna/ Daftar Barang Kuasa Pengguna

menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

4) Pasal 25 ayat (2): Pencatatan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dimuat dalam Kartu Inventaris Barang A, B, C, D, E, dan F.

5) Pasal 28 ayat (1): Pengguna/ kuasa pengguna menyusun laporan barang semesteran dan

tahunan.

6) Pasal 28 ayat (2): Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada

Kepala Daerah melalui pengelola.

7) Pasal 28 ayat (3): Pembantu pengelola menghimpun laporan sebagaimana dimaksud di

atas menjadi Laporan Barang Milik Daerah.

8) Pasal 29 ayat (1): Laporan Barang Milik Daerah digunakan untuk menyusun Neraca.

9) Pasal 29 ayat (2): Laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan secara

berjenjang.

b. Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,

Pernyataan No.07 paragraf 50-52 yang menyatakan (50) Pengeluaran setelah perolehan

awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar

memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu

produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang

bersangkutan, dan (51) Kapitalisasi biaya dimaksud pada paragraf 50 harus ditetapkan

dalam kebijakan akuntansi suatu entitas berupa kriteria seperti pada paragraf 50 dan/atau

suatu batasan jumlah biaya (capitalization thresholds) tertentu untuk dapat digunakan

dalam penentuan apakah suatu pengeluaran harus dikapitalisasi atau tidak.

Kelemahan dalam pengendalian intern atas pencatatan dan pelaporan aset tetap tersebut

mengakibatkan nilai aset tetap per 31 Desember 2009 sebesar Rp707.703.647.031,37 tidak bisa

ditelusuri keakuratannya, sehingga tidak dapat diyakini kewajarannya.

Hal ini terjadi karena:

a. Pemerintah Kabupaten Lebong dalam hal ini Kepala Dinas PPKAD dan seluruh pimpinan

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) belum melakukan inventarisasi atas seluruh aset

tetap yang dimiliki dan belum secara tertib mengadministrasikan atau mengelolah aset tetap

dengan membuat KIB, KIR atas aset yang dimiliki.

b. Sistem pencatatan dan pelaporan aset tetap masih dilakukan secara manual dan terpusat di

DPPKAD serta belum ditunjang dengan komitmen dan perhatian masing-masing Kepala

SKPD untuk secara tertib dan disiplin mencatat dan melaporkan aset tetap yang berada di

bawah penguasaan dan penggunaan masing-masing SKPD.

c. Pemerintah Kabupaten Lebong belum memiliki sistem dan prosedur kapitalisasi dan

ketentuan mengharuskan dilakukannya pemeriksaan fisik aset tetap secara periodik,

16

Atas kondisi tersebut, Bidang Aset Daerah DPPKAD menyatakan bahwa

a. Selisih senilai Rp1.648.885.236 disebabkan DPPKAD menyusun KIB berdasarkan realisasi

SP2D atas belanja modal dan belanja barang masing-masing SKPD, sementara SKPD

sendiri belum memilah perolehan aset yang berasal dari dana APBN, APBD, bantuan

maupun hibah.

b. Pemerintah Kabupaten Lebong belum menerapkan kebijakan dan prosedur akuntansi/

pencatatan untuk mengkapitalisasi pengeluaran atau belanja yang berhubungan dengan

perolehan aset tetap seperti perencanaan dan pengawasan. Sedangkan untuk kebijakan

mengenai pemeliharaan/ rehabilitasi, termasuk jumlah biaya (capitalization threshold)

menjadi aset tetap belum ada sama sekali. Sedangkan SKPD yang ada di lingkungan

Pemerintah Kabupaten Lebong juga belum melakukan penyusunan laporan aset tetap yang

dimiliki, baik berupa saldo awal maupun mutasi tahun berjalan yang berasal dari belanja

barang, belanja tak terduga, belanja bantuan, dan hibah. Sedangkan untuk penghapusan,

belum dilakukan dengan baik oleh SKPD yang bersangkutan maupun oleh Pemerintah

Kabupaten Lebong secara keseluruhan.

c. Pemutakhiran KIB dilakukan dengan cara rekonsiliasi antara data KIB SKPD dengan data

rekapitulasi pada Bidang Aset Daerah dan berdasarkan realisasi SP2D belanja modal dan

belanja barang masing-masing SKPD. Namun demikian, tidak semua SKPD menyerahkan

data KIB sampai batas waktu yang ditentukan.

d. Selisih sebesar Rp6.016.861.172,37 disebabkan karena data yang diperoleh dari SKPD

adalah data yang tidak akurat. Hal tersebut dikarenakan seringnya pergantian bendahara

barang, tahun perolehan aset tetap tidak jelas, sumber perolehan aset tetap tidak jelas, dan

tidak adanya koordinasi intern antara bendahara barang dengan bendahara pengeluaran

tentang laporan KIB mengenai nilai barang.

BPK RI merekomendasikan Bupati Lebong agar:

a. Segera melakukan inventarisasi atas seluruh aset tetap yang dimiliki dengan batasan atau

cakupan yang jelas serta hasilnya ditetapkan dengan suatu keputusan kepala daerah,

b. Mengadministrasikan seluruh aset tetap hasil inventarisasi dalam suatu Kartu Inventaris

Barang (KIB) dan Kartu Inventaris Ruang (KIR) serta daftar rincian aset tetap untuk

masing-masing SKPD;

c. Mewajibkan seluruh Kepala SKPD untuk mencatat dan melaporkan aset tetap kepada

DPPKAD dan menyusun KIB dan KIR. Terhadap Kepala SKPD yang tidak mematuhinya

dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan.

d. Secara berkala menerapkan sistem pencatatan dan pelaporan aset tetap dengan

menggunakan aplikasi komputer, dan membuat kebijakan akuntansi mengenai kapitalisasi

aset tetap.

2. Pengendalian atas pencatatan dan pelaporan Belanja Daerah TA 2009 masih lemah

sehingga mengganggu kewajaran penyajian LRA TA 2009

Dalam APBD TA 2009, Pemerintah Kabupaten Lebong telah mengalokasikan anggaran Belanja

Daerah sebesar Rp378.853.837.085,81 dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2009

sebesar Rp320.913.553.070,00 atau 84,71% dari anggaran. Berdasarkan hasil pemeriksaan atas

17

prosedur pencatatan dan pelaporan atas pelaksanaan belanja daerah ditemukan kelemahan-

kelemahan sebagai berikut:

a. Pada akhir TA 2009, masing-masing SKPD membuat SPJ Fungsional (rekapitulasi SPJ

Belanja) dan menyampaikannya ke Bidang Anggaran dan Pembukuan DPPKAD sebagai

bahan rekonsiliasi. Berdasarkan SPJ Fungsional tersebut, Bidang Anggaran dan Pembukuan

DPPKAD membuat LRA masing-masing SKPD untuk kemudian dikompilasi menjadi LRA

Pemerintah Kabupaten Lebong Tahun 2009. Dalam pelaksanaannya, masih ditemukan

beberapa permasalahan yaitu :

1) Belum semua SKPD menyampaikan SPJ Fungsional, yaitu Dinas Pekerjaan Umum,

sehingga Bidang Anggaran dan Pembukuan DPPKAD hanya menggunakan nilai

realisasi SP2D sebagai dokumen sumber pembuatan LRA TA 2009. Hasil pemeriksaan

menunjukkan anggaran belanja TA 2009 yang dialokasikan kepada Dinas Pekerjaan

Umum sebesar Rp105.819.411.021,81 dengan realisasi sampai dengan 31 Desember

2009 sebesar Rp77.199.244.526,00. Total realisasi anggaran belanja pada Dinas

Pekerjaan Umum tersebut mencapai 24,06% dari total realisasi belanja daerah

Pemerintah Kabupaten Lebong.

2) SPJ Fungsional hanya memuat jumlah anggaran dan realisasi sampai dengan program

dan kegiatan untuk belanja pegawai, belanja barang jasa, dan belanja modal, tanpa

disertai jumlah anggaran dan realisasi sampai dengan jenis, objek, dan rincian objek

belanja. Dengan demikian, Bidang Anggaran dan Pembukuan DPPKAD mengalami

kesulitan dalam menyusun LRA dan tidak dapat menyajikan penjelasan lebih lanjut

(disclosure) atas akun belanja yang disajikan dalam LRA TA 2009 sampai dengan

rincian objek belanja. Kondisi tersebut terjadi juga pada masing-masing SKPD yang

tidak dapat merinci lebih lanjut atas realisasi belanja pegawai, belanja barang jasa, dan

belanja modal sampai dengan rincian objek belanja.

BPK RI tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan untuk menelusuri kewajaran atau

keakuratan pencatatan dan pelaporan akun belanja dalam LRA Pemerintah Kabupaten

Lebong Tahun 2009.

b. Register SP2D masih dibuat secara manual oleh Bidang Perbendaharaan dan Verifikasi

DPPKAD dan masih ditemukan perbedaan jumlah pengeluaran antara register SP2D dengan

mutasi debet Kas Daerah sebesar Rp3.067.771,00, yaitu sebagai berikut :

Register SP2D Belanja Langsung Rp 222.454.318.624,00

Register SP2D Belanja Tak Langsung Rp 102.888.599.735,00

SP2D Pinjaman UP Rp 3.365.467.250,00 (+)

Pengeluaran menurut catatan Bagian Perbendaharaan Rp328.708.385.609,00

Mutasi Debet Kas Daerah Rp329.229.345.384,00

Koreksi Kesalahan Bank Rp 524.027.546,00 (-)

Pengeluaran menurut mutasi Kas Daerah Rp328.705.317.838,00

Selisih Pencatatan SP2D yang dikeluarkan Rp 3.067.771,00

Sampai dengan pemeriksaan berakhir, bidang perbendaharaan dan verifikasi DPPKAD

Kuasa BUD tidak dapat menjelaskan selisih sebesar Rp3.067.771,00 tersebut.

Secara berkala Bidang Perbendaharaan dan Verifikasi DPPKAD melakukan rekonsiliasi

atas kebenaran pertanggunggungjawaban belanja daerah (SPJ Belanja) dengan masing-

18

masing SKPD. Namun demikian, dalam kenyataannya masih ditemukan adanya beberapa

perbedaan nilai antara SP2D dengan SPJ belanja pada beberapa Kantor Perpustakaan dan

Arsip Daerah, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, serta Badan Kepegawaian Daerah sebagai

berikut:

Pencatatan Penerimaan dan Pengeluaran Kas

No Uraian Bendahara SKPD

(Rp)

Bidang Anggaran dan Pembukuan

(Rp)

Bidang Perbendaharaan

dan Verifikasi (Rp)

1 Badan Kepegawaian Daerah

SP2D 2.921.542.210 ,00 2.921.542.210,00 2.921.542.210,00

SPJ 2.827.605.860,00 2.827.366.710,00 2.827.605.860,00

Sisa Kas 93.936.350,00 94.175.500,00 93.936.350,00

2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan

SP2D 3.777.164.928,00 3.777.164.928,00 3.777.164.928,00

SPJ 3.711.747.488,00 3.710.852.488,00 3.710.987.488,00

Sisa Kas 65.417.440,00 66.312.440,00 66.177.440,00

3 Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah

SP2D(*) 492.507.409,00 492.507.409,00 492.507.409,00

SPJ 490.961.979,00 490.961.979,00 490.961.979,00

Sisa Kas 1.545.430,00 1.545.430,00 1.545.430,00

(*) Catatan: Nilai SP2D sebesar Rp492.507.409,00 meliputi SP2D Belanja Langsung

sebesar Rp305.575.000,00 dan SP2D Belanja Tidak Langsung sebesar

Rp186.932.409,00. Hasil penelusuran menunjukkan bahwa nilai SP2D yang

dicairkan untuk Belanja Langsung sebesar Rp310.321.445,00, namun karena

melampaui pagu anggaran maka disajikan sesuai dengan pagu maksimal

anggaran sebesar Rp305.575.000,00.

Rekonsiliasi SPJ Belanja tersebut hanya dilakukan untuk pencocokan jumlah anggaran dan

realisasi untuk program dan kegiatan tanpa disertai rekonsiliasi atas jumlah anggaran dan

realiasasi sampai dengan rincian objek belanja.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa:

a. Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) sebagai

pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) bertugas menyusun dan melaksanakan

kebijakan pengelolaan keuangan daerah, termasuk menyusun rancangan APBD dan

perubahannya, melaksanakan fungsi BUD, dan menyusun laporan keuangan daerah dalam

rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

b. Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran/pengguna

barang mempunyai tugas diantaranya :

1) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja; dan

Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

2) Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran, menyusun dan

menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya, dan mengawasi

pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya.

c. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) mempunyai tugas diantaranya:

19

1) Meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh

bendahara pengeluaran dan diketahui/ disetujui oleh PPTK;

2) Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gaji dan tunjangan PNS

serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran;

3) Melakukan verifikasi SPP dan menyiapkan SPM; serta melaksanakan akuntansi SKPD

dan menyiapkan laporan keuangan SKPD.

Kelemahan-kelemahan tersebut diatas mengakibatkan nilai realisasi Belanja Daerah yang

disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2009 sebesar Rp320.913.553.070,00 tidak

sepenuhnya dapat ditelusuri dan diyakini kewajarannya serta tidak dapat diungkapkan dengan

semestinya (full disclosure).

Kondisi tersebut disebabkan karena:

a. Masing-masing Kepala SKPD beserta para pejabat struktural yang ada di bawahnya kurang

mempunyai komitmen dan disiplin yang sungguh-sungguh untuk menyajikan laporan

keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD di lingkungannya

masing-masing.

b. Pencatatan dan pelaporan keuangan daerah di DPPKAD dan SKPD-SKPD masih dilakukan

secara manual dengan lingkungan pengendalian yang lemah sehingga pertanggungjawaban

keuangan belum sepenuhnya dapat ditelusuri keakuratannya.

c. Bupati yang memegang kekuasaan pengelolaan keuangan tidak secara tegas memberikan

sanksi sesuai ketentuan yang berlaku kepada para Kepala SKPD dan para pejabat struktural

yang berada dibawahnya yang tidak melaksanakan mekanisme pencatatan dan pelaporan

keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan APBD di lingkungan masing-

masing.

Atas hal tersebut Kepala DPPKAD menyatakan bahwa antara bidang perbendaharaan dan

verifikasi, sub bidang pembukuan dan Bendahara SKPD telah dilakukan rekonsiliasi secara

triwulan akan tetapi untuk mendapatkan data realisasi belanja langsung maupun tidak langsung

per SKPD masih belum optimal, hal ini dikarenakan data yang disampaikan oleh SKPD itu

sendiri tidak valid dan tidak adanya kesadaran SKPD. Rincian akun-akun belanja per kegiatan

selama ini disajikan secara global dalam bentuk surat pertanggungjawaban belanja dan tidak

menampilkan rincian akun belanja secara terperinci dan secara detail disebabkan kurangnya

informasi tentang format SPJ belanja berdasarkan akun belanja. Pada akhir tahun 2009, telah

dilakukan pemanggilan kepada SKPD untuk melakukan rekonsiliasi tutup buku. Akan tetapi,

terdapat SKPD yang tidak memenuhi panggilan tersebut, serta tidak menyerahkan SPJ

fungsional. Hal ini menyebabkan sulitnya menyusun LRA SKPD berdasarkan realisasi SPJ

fungsional.

BPK RI merekomendasikan Bupati Lebong agar:

a. Secara bertahap menerapkan sistem pencatatan dan pelaporan keuangan dengan sistem

aplikasi komputer yang terhubung antar masing-masing SKPD dengan DPPKAD untuk

mengurangi kesalahan dan ketidakakuratan.

20

b. Menerapkan sanksi yang tegas terhadap setiap SKPD yang tidak mencatat dan melaporkan

setiap transaksi keuangan ke dalam laporan keuangan masing-masing SKPD sebagai bentuk

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

c. Secara berkala dan substansial, DPPKAD melakukan rekonsiliasi pelaporan keuangan

dengan masing-masing SKPD sampai dengan rincian objek belanja.

3. Pencatatan dan pelaporan Utang Kepada Pihak Ketiga sebesar Rp10.337.845.386,37 tidak

akurat dan tidak mempunyai dasar pengakuan yang jelas, sehingga tidak dapat diyakini

kewajarannya

Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah dan/atau kewajiban

pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan,

perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah. Dalam Neraca per 31 Desember 2009,

Pemerintah Kabupaten Lebong menyajikan akun Utang kepada Pihak Ketiga sebesar

Rp10.337.845.386,37. Utang tersebut merupakan utang kepada pihak ketiga atas pelaksanaan

pekerjaan TA 2009 yang belum selesai dan belum dibayar sampai dengan akhir TA 2009. Hasil

pemeriksaan tehadap kewajaran penyajian akun utang tersebut diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Terjadi kesalahan pencatatan utang sebesar Rp306.014.214,00 (overstated). Pemerintah

Kabupaten Lebong masih mencatat sisa utang sebesar Rp306.014.214,00 yang berasal dari

sisa pekerjaan Tahun Anggaran 2008 yang telah dibayar pada Tahun Anggaran 2009. Jumlah

utang yang dibayarkan tersebut seluruhnya merupakan utang kepada pihak ketiga atas

pekerjaan fisik TA 2008 yang belum selesai dan belum dibayar sampai dengan akhir Tahun

Anggaran 2008 sebesar Rp1.728.557.602,00. Realisasi pembayaran utang tersebut dilakukan

pada tahun 2009 hanya sebesar Rp1.422.543.388,00 atau 82,30% dari anggaran karena

berdasarkan hasil pengecekan fisik terdapat beberapa realisasi fisik hasil pekerjaan tidak

mencapai 100%, sehingga dibayarkan sesuai prestasi pekerjaan dengan selisih sebesar

Rp306.014.214,00 dan tidak semestinya dicatat sebagai utang pada tahun 2009.

b. Hasil pengujian atas kebenaran jumlah rincian penghitungan utang ditemukan adanya

beberapa kesalahan aritmatik seperti penjumlahan ganda sebesar Rp1.753.436.136,74. Selain

itu, Pemerintah Kabupaten Lebong masih mengakui adanya utang kepada pihak ketiga atas

kontrak-kontrak pekerjaan yang belum selesai dilaksanakan dan belum dilakukan

pembayaran atau dapat disimpulkan bahwa dasar pengakuan utang adalah nilai sisa

pekerjaan yang belum dilaksanakan oleh pihak ketiga. Pengakuan utang tersebut tidak tepat

karena pada dasarnya pada saat tanggal pelaporan (31 Desember 2009) belum adanya hak

dari pihak ketiga untuk memperoleh pembayaran dan belum adanya kewajiban dari

Pemerintah Kabupaten Lebong untuk melakukan pembayaran. Pengakuan utang terjadi jika

pada tanggal pelaporan seluruh kontrak pekerjaan dapat diselesaikan dan hasilnya telah

diserahterimakan tetapi belum dilakukan pembayaran, karena pada tanggal tersebut telah

terjadi hak pihak ketiga untuk memperoleh pembayaran dan kewajiban Pemerintah

Kabupaten Lebong untuk melakukan pembayaran.

c. DPPKAD tidak mempunyai buku besar atau daftar rincian utang dan tidak menunjuk

pegawai atau bidang/bagian yang bertugas untuk menangani pengelolaan utang. Pelaporan

utang pada Neraca per 31 Desember 2009 hanya berdasarkan daftar realisasi fisik dan

keuangan yang dibuat oleh Dinas Pekerjaan Umum.

21

Hal tersebut di atas tidak sesuai dengan

a. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 Bab VIII Kewajiban Poin A2 Utang

kepada Pihak Ketiga yang menyatakan bahwa Utang kepada Pihak Ketiga berasal dari

kontrak atau perolehan barang/jasa yang belum dibayar sampai dengan tanggal neraca awal.

Akun ini pada umumnya muncul di satuan kerja pengguna anggaran karena pengguna

anggaranlah yang melakukan kegiatan perolehan barang/jasa. Oleh karena itu, inventarisasi

utang kepada pihak ketiga dilakukan di setiap satuan kerja.

Apabila pihak ketiga/kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai dengan

spesifikasi yang ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah, kemungkinan terdapat

realisasi pekerjaan yang telah diserahterimakan tetapi belum dibayar penuh oleh pemerintah

sampai tanggal neraca. Nilai yang dicantumkan dalam neraca sebagai Utang kepada Pihak

Ketiga adalah sebesar jumlah yang belum dibayar untuk barang tersebut pada tanggal neraca

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006

1) pasal 5 ayat (2) poin (f) yang pada intinya menyatakan bahwa Kepala Daerah sebagai

pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah mempunyai kewenangan

menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;

2) pasal 8 ayat (2) poin (k) yang menyatakan bahwa Kuasa BUD sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas melakukan pengelolaan utang dan piutang

daerah.

Kondisi tersebut di atas mengakibatkan penyajian Utang kepada Pihak Ketiga dalam Neraca per

31 Desember 2009 sebesar Rp10.337.845.386,37 belum mencerminkan hak dan kewajiban dari

para pihak terkait sehingga secara keseluruhan tidak dapat diyakini kewajarannya.

Hal tersebut di atas terjadi karena para pejabat terkait di DPPKAD dan SKPD belum

mempunyai pemahaman yang memadai atas konsep dasar pengakuan utang.

Atas kondisi tersebut, Kepala DPPKAD menyatakan bahwa DPPKAD telah merekap dan

mencatat data utang dari instansi teknis maupun non teknis. Rekapitulasi berasal dari realisasi

fisik dan keuangan yang dibuat oleh SKPD kepada BUD yang dicatat oleh bendahara

pengeluaran DPPKAD. Akan tetapi, data tersebut masih belum valid dan ditemukan kesalahan

aritmatik seperti penjumlahan ganda dan kesalahan perhitungan saldo. Hal ini disebabkan

karena Kuasa BUD tidak melakukan verifikasi atas data utang tersebut.

BPK RI merekomendasikan Bupati Lebong agar:

a. Menetapkan petugas atau unit kerja yang menangani pengelolaan utang baik utang jangka

panjang maupun utang jangka pendek.

b. Mengakui dan melaporkan Utang kepada Pihak Ketiga jika pada tanggal neraca telah terjadi

hak pihak ketiga untuk memperoleh pembayaran dan kewajiban Pemerintah Kabupaten

Lebong untuk melakukan pembayaran. Dasar pengakuan tersebut timbul jika pada tanggal

pelaporan seluruh kontrak pekerjaan dapat diselesaikan dan hasilnya telah diserahterimakan

tetapi belum dilakukan pembayaran.

c. Menginventarisir kembali seluruh Utang kepada Pihak Ketiga yang berasal dari kontrak

pekerjaan yang telah diselesaikan tetapi belum dilakukan pembayaran.

22

4. Penerbitan dan pencairan SP2D UP pada beberapa SKPD melebihi pagu anggaran yang

telah ditetapkan dalam APBD sebesar Rp117.158.380,00

Prosedur pelaksanaan anggaran dimulai dengan penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD) untuk

masing-masing kegiatan, Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM)

dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Sedangkan mekanisme pembayaran atas

pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui dua cara, yaitu pembayaran langsung dari Kas Daerah

(Sistem LS) dan pembayaran melalui Bendahara Pengeluaran (Sistem UP/GU/TU). Dalam TA

2009, jumlah anggaran belanja yang ditetapkan sebesar Rp378.853.837.085,81 dengan realisasi

sampai dengan 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp320.913.553.070,00 atau 84,71% dari

anggaran.

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas mekanisme pembayaran ditemukan penerbitan dan

pencairan SP2D yang melebihi pagu anggaran. Kelebihan pencairan tersebut terjadi di 4 SKPD

dengan rincian sebagai berikut :

No. SKPD Pagu Anggaran

(Rp)

SP2D

(Rp)

Kelebihan

Pencairan

(Rp)

1 BAPPEDA 3.124.870.000,00 3.194.154.800,00 69.284.800,00

2 BP4K 2.316.286.000,00 2.358.351.385,00 42.065.385,00

3 Dinas Perikanan dan Peternakan 3.508.255.000,00 3.509.316.750,00 1.061.750,00

4 Kantor Perpustakaan & Arsip Daerah 305.575.000,00 310.321.445,00 4.746.445,00

Jumlah 9.254.986.000,00 9.372.144.380,00 117.158.380,00

Kelebihan dana sebesar Rp117.158.380,00 tersebut sudah disetorkan oleh masing-masing

Bendahara Pengeluaran SKPD yang bersangkutan pada saat akan mencairkan SP2D GU yang

terakhir. Hasil penelusuran ke dokumen kelengkapan SP2D diketahui bahwa SPD yang dibuat

seringkali salah, baik dalam penulisan pagu awal maupun sisa dana yang tersedia, sehingga

terjadinya risiko pelampauan anggaran tidak dapat dideteksi secara dini.

Kondisi tersebut di atas tidak sesuai dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 126 ayat (1) yakni PPKD selaku BUD menyusun anggaran

kas pemerintah daerah guna mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai

pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPA-

SKPD yang telah disahkan.

Kondisi tersebut di atas mengakibatkan terjadinya risiko adanya realisasi belanja yang melebihi

pagu anggaran atau penyalahgunaan keuangan yang bukan untuk tujuan peruntukannya.

Hal tersebut disebabkan oleh Kuasa BUD lalai membuat Surat Penyediaan Dana (SPD) dan

SP2D yang melebihi pagu anggaran yang telah ditetapkan serta Kepala DPPKAD lalai dalam

melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap penerbitan SPD dan SP2D.

Atas kondisi tersebut Kepala DPPKAD menyatakan bahwa pada SKPD BAPPEDA, BP4K,

Dinas Perikanan dan Peternakan, serta Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah terdapat

kelebihan UP dan GUP terakhir yang disebabkan oleh adanya kegiatan yang sebelum

perubahan, tetapi sudah dilakukan pencairan dana. Sedangkan, saat proses penyusunan

perubahan anggaran, BAPPEDA, BP4K, Dinas Perikanan dan Peternakan, serta Kantor

Perpustakaan dan Arsip Daerah menganggap kegiatan yang sudah dicairkan dananya tersebut

tidak dilaksanakan dan anggarannya dialihkan ke kegiatan lain, padahal kegiatan tersebut sudah

23

dipertanggungjawabkan. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya koordinasi antara penyusun

anggaran dengan pengelola keuangan di SKPD bersangkutan.

BPK RI merekomendasikan Bupati Lebong agar menegur Kepala DPPKAD dan Kuasa BUD

atas kelalaiannya dalam melakukan pengawasan, pengendalian, dan penerbitan SPD dan SP2D

yang melebihi pagu anggaran yang telah ditetapkan.

5. Realisasi bantuan hibah dan bantuan sosial sebesar Rp7.468.988.000,00 tidak didukung

dengan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana

Dalam APBD TA 2009 Pemerintah Kabupaten Lebong mengalokasikan anggaran Belanja

Hibah dan Belanja Bantuan Sosial sebesar masing-masing Rp6.067.500.000,00 dan

Rp1.730.000.000,00 dengan realisasi sampai dengan 31 Desember 2009 masing-masing sebesar

Rp5.792.313.000,00 atau 95,46% dari anggaran dan Rp1.676.675.000,00 atau 96,92% dari

anggaran.

Pemeriksaan atas dokumen pertanggungjawaban diketahui bahwa selama ini penerima hibah

tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana yang diterimanya. Kondisi

tersebut diperkuat dengan hasil konfirmasi dari penerima bantuan yang menerangkan bahwa

tidak ada pemberitahuan atau perintah dari Pemerintah Kabupaten Lebong kepada penerima

bantuan untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana kepada Bupati.

Selain itu Kepala DPPKAD tidak menegur penerima hibah untuk menyampaikan SPJ.

Kondisi tersebut di atas tidak sesuai dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 133 ayat (2) yang menyatakan bahwa penerima subsidi,

hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan bertanggung jawab atas penggunaan uang/barang

dan/atau jasa yang diterimanya dan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban

penggunaannya kepada kepala daerah.

Tidak adanya laporan pelaksanaan dan penggunaan dana tersebut dapat mengakibatkan :

a. Pelaksanaan kegiatan penerima bantuan tidak terpantau sehingga terdapat kemungkinan

penggunaan dana yang tidak sesuai dengan tujuan pengajuan dana atau proposal.

b. Penyalahgunaan dana baik dari pihak pemberi maupun penerima bantuan.

Kondisi tersebut disebabkan oleh Pemerintah Kabupaten Lebong d.h.i. Kepala DPPKAD

melalui Sekretaris Dinas tidak pernah mengevaluasi dan memonitor penerima hibah dan

bantuan sosial yang mempunyai kewajiban untuk melaporkan pelaksanaan kegiatan dan

penggunaan dana kepada Kepala Daerah.

Atas kondisi tersebut, Kepala Dinas PPKAD menyatakan bahwa sebelum dilakukan pemberian

dana bantuan hibah terlebih dahulu dibuat surat perjanjian yang didalamnya menyatakan bahwa

pihak Penerima Hibah wajib untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan

dana bantuan hibah/ bantuan sosial pada Pemberi Bantuan d.h.i Pemerintah Kabupaten Lebong.

Pihak Pemberi Bantuan juga selalu menyampaikan secara lisan kepada Pihak Penerima agar

menyampaikan laporan penggunaan dana yang diterima dari Pemerintah Kabupaten Lebong.

BPK RI merekomendasikan Bupati Lebong agar memerintahkan Kepala DPPKAD dan

Sekretaris Dinas agar secara berkala melakukan monitoring dan evaluasi pemberian bantuan

hibah dan bantuan sosial untuk mengetahui apakah sudah digunakan sebagaimana mestinya dan

pertimbangan untuk tidak diberi lagi dengan cara penerima hibah dan bantuan sosial

menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana tersebut.

BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

Lam

pira

n II.1

TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN

ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM RANGKA

PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG TAHUN 2006 S.D 2008

No LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Tindak Lanjut Status

1 2 3 4 5

I LHP Laporan Keuangan

Pemerintah Kabupaten

Lebong Nomor

164.a.1/S/XIV/.2/07/2007

tanggal 23 Juli 2007

1. Terdapat beberapa belanja

pada Satuan Kerja Kepala

Daerah, Sekretaris Daerah

dan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah

tidak didukung bukti yang

lengkap sebesar

Rp1.062.613.200.

Bupati Lebong agar menegur secara

tertulis para Pengguna Anggaran dan

Pemegang Kas masing-masing satuan

kerja tersebut untuk

mempertanggungjawabkan

pengeluaran sesuai ketentuan yang

berlaku dan apabila tidak dapat

mempertanggungjawabkan supaya

menyetorkan ke Kas Daerah.

Ditindaklanjuti dengan Surat Bupati kepada

masing-masing Pengguna Anggaran, Kabag

Keuangan dan Pemegang Kas tanggal 17

Mei 2008, namun belum ada

pertanggungjawaban dari masing-masing

pengguna anggaran dan atau setoran ke Kas

Daerah.

BS

II LHP Laporan Keuangan

Pemerintah Kabupaten

Lebong Nomor

06/LK/XVIII.BKL/06/200

9 tanggal 8 Juni 2009

1. Penyusunan Laporan

Keuangan Pemerintah

Kabupaten Lebong TA

2008 tidak dilakukan

secara berjenjang dan

tidak melalui prosedur

rekonsiliasi dengan

masing-masing SKPD

BPK RI menyarankan Bupati Lebong

agar:

a. Membentuk unit-unit akuntansi

pada masing-masing SKPD yang

bertugas melakukan

pencatatan/akuntansi dan

melaporkan setiap transaksi atau

kejadian ekonomi lainnya di

lingkungannya dalam suatu

laporan keuangan;

Surat Bupati No 700/389/INS/X/2009 tgl 26

Okt 2009 yg ditujukan kpd Kepala SKPD

berisi instruksi untuk membentuk unit-unit

Akuntansi yang bertugas melakukan

pencatatan/akuntansi dan melaporkan setiap

transaksi atau kejadian ekonomi lainnya di

lingkungannya dalam suatu laporan

keuangan, dan membuat laporan keuangan

BS

b. Membuat kebijakan yang

mengatur sistem perekrutan dan

penempatan pegawai yang

berlatar belakang pendidikan

akuntansi untuk mengisi posisi di

unit-unit akuntansi SKPD;

Belum ada tindak lanjut BT

BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

Lam

pira

n II.1

No LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Tindak Lanjut Status

2. Sistem pencatatan dan

pelaporan aset tetap masih

lemah, sehingga nilai aset

tetap Pemerintah

Kabupaten Lebong per 31

Desember 2008 sebesar

Rp540.452.025.433,00

tidak dapat diyakini

kewajarannya.

BPK RI menyarankan Bupati Lebong

agar:

a. Melakukan inventarisasi ulang

aset-aset tetap milik Pemkab

Lebong dan jika diperlukan

melakukan penilaian kembali

(revaluasi) aset tetap sebagai dasar

penyajian dalam laporan

keuangan.

Surat Bupati no 700/391/INS/X/2009 tgl 26

Okt 2009 ditujukan kpd Kepala DPPKAD

berisi instruksi untuk melakukan

inventarisasi ulang asset tetap milik Pemkab

Lebong, membuat daftar asset tetap yang

lengkap sesuai klasifikasi Pemrmendagri 17

Tahun 2007 untuk mendukung penyajian

neraca serta jika diperlukan melakukan

penilaian kembali asset tetap sebagai dasar

penyajian dalam laporan keuangan.

BS

b. Membuat kebijakan dan prosedur

akuntansi/pencatatan untuk

mengkapitalisasi pengeluaran atau

belanja yang berhubungan

langsung dengan perolehan aset

tetap seperti biaya perencanaan

dan pengawasan,

pemeliharaan/rehabilitasi,

termasuk batasan jumlah biaya

(capitalization thresholds) tertentu

untuk menentukan apakah suatu

pemeliharaan/rehabilitasi harus

dikapitalisasi menjadi aset tetap.

Belum ada tindak lanjut BT

c. Membuat ketentuan yang

mengharuskan melakukan cek

fisik periodik aktiva tetap serta

rekonsiliasi aset tetap dengan

SKPD.

Belum ada tindak lanjut BT

4. Pembukaan 102 rekening

operasional di Bendahara

Pengeluaran tidak

berdasarkan penetapan

Bupati dan diantaranya

BPK RI menyarankan Bupati Lebong

agar:

a. Membuat kebijakan intern yang

mengatur tata cara atau mekanisme

pembukaan, pengoperasian,

Belum ada tindak lanjut

BT

BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

Lam

pira

n II.1

No LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Tindak Lanjut Status sebanyak 63 rekening

senilai Rp244.360.660,00

sudah tidak digunakan

lagi.

penutupan, dan pelaporan rekening

operasional Bendahara

Pengeluaran, termasuk kewajiban

untuk melaporkan dan

mendapatkan ijin tertulis dari

Bupati sebelum pembukaan

rekening operasional.

5. Sisa Uang Persediaan

(UP) Tahun Anggaran

2008 terlambat disetor

oleh bendahara

pengeluaran masing-

masing SKPD sebesar

Rp149.739.525,00 dan

belanja yang belum

dipertanggungjawab-kan

sebesar

Rp10.540.599.757,00.

BPK RI menyarankan Bupati Lebong

agar:

b. Memerintahkan masing-masing

Kepala SKPD terkait untuk

mempertanggungjawabkan

pengeluaran sebesar

Rp10.540.599.757,00. Dalam hal

tidak dapat

mempertanggungjawabkan, harus

disetor kembali ke Kas Daerah.

Surat Bupati No 700/394 s.d. 424

/INS/X/2009 tgl 26 Okt 2009 yg ditujukan

kepada Kepala SKPD ybs agar mmberikan

teguran tertulis kpd Bendahara Pengeluaran

atas keterlambatan penyetoran sisa UP. dan

mempertanggungjawabkan pengeluaran

yang belum dipertanggungjawabkan, dalam

hal tidak dapat dipertanggungjawabkan

harus disetor ke Kas Daerah.

Belum ada pertanggungjawaban dari

bendahara pengeluaran atas pengeluaran

tersebut

BS

6. Pemkab Lebong belum

melaporkan kepemilikan

atas PDAM sebagai

Investasi Jangka Panjang

Permanen dalam Neraca

per 31 Desember 2008.

BPK RI menyarankan Bupati Lebong

agar secepatnya membentuk Tim

Peleburan Pengalihan aset dan untuk

selanjutnya melakukan inventarisasi

dan penilaian kembali (revaluasi) atas

aset-aset yang akan dilebur dan

dialihkan ke PDAM serta mencatat dan

melaporkan penyertaan tersebut dalam

laporan keuangan.

Belum ada Tindak Lanjut BT

Keterangan:

BS : Tindak Lanjut Belum Sesuai Rekomendasi

BT : Belum Ditindaklanjuti

LAPORAN III

HASIL PEMERIKSAAN

ATAS KEPATUHAN TERHADAP KETENTUAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DALAM RANGKA

PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG

TAHUN ANGGARAN 2009

DAFTAR ISI

HALAMAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP

KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ................................... 1

TEMUAN PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP

KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ................................... 4

A. Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan Kepatuhan Tahun-tahun Sebelumnya ........... 4

B. Temuan Pemeriksaan Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan

Perundang-Undangan............................................................................................... 4

1. Terjadi ketekoran kas di Bendahara Pengeluaran Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) sebesar

Rp275.228.320,00 ………………………………………………………….

4

2. Bendahara penerimaan Dinas Sosial, Tenaga Kerja, Transmigrasi

Kependudukan dan Catatan Sipil terlambat menyetorkan penerimaan

retribusi ke kas daerah ……………………………………………………..

6

3. Penerimaan dan penggunaan dana yang bersumber dari pendapatan retribusi

RSUD Lebong sebesar Rp237.995.661,00 dikelola di luar mekanisme

APBD ………………………………………………………….

7

4. Pencairan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD melebihi

ketentuan sebesar Rp12.852.000,00 dan pembayaran Tunjangan

Komunikasi Intensif Pimpinan dan Anggota DPRD melebihi ketentuan

sebesar Rp71.400.000,00 …………………………………………………..

9

5. Pembayaran belanja perjalanan dinas luar daerah Bupati dalam kegiatan

rapat koordinasi dan konsultasi luar daerah melebihi ketentuan sebesar

Rp16.240.000,00 …………………………………………………………...

11

6. Terjadi kelebihan pembayaran honorarium atas kegiatan operasional

DPPKAD sebesar Rp514.616.250,00 ……………………………………...

11

7. Realisasi Belanja Kursus-Kursus Singkat/Pelatihan pada RSUD digunakan

untuk tujuan lain yang bukan peruntukannya sebesar Rp9.304.000,00 ……

12

8. Pembayaran Honorarium Tim Komite Intelijen Daerah Kantor Kesbangpol

dan pembayaran untuk rehabilitasi jembatan tidak dipotong pajak sebesar

Rp32.637.894,55 …………………………………………...

13

9. Terdapat kekurangan pekerjaan pada kegiatan penyediaan bahan bacaan dan

peraturan perundang-undangan kantor perpustakaan dan arsip daerah senilai

Rp35.737.100,00 …………………………………………………...

15

10. Pengadaan baterai charge laptop dan suku cadang kendaraan dinas roda

empat di Sekretariat Daerah sebesar Rp66.815.000,00 diragukan

keterjadiannya ……………………………………………………………...

16

11. Penggunaan alat angkutan darat bermotor yang pengadaannya bersumber

dari Dana Alokasi Khusus tidak sesuai dengan peruntukannya …………...

19

LAMPIRAN

1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN

TERHADAP KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang

Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) telah

memeriksa Neraca Pemerintah Kabupaten Lebong per 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan

Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang

berakhir pada tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah

Kabupaten Lebong.

Untuk memperoleh keyakinan memadai, apakah laporan keuangan bebas dari salah saji

material, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan oleh BPK RI

mengharuskan BPK RI melaksanakan pengujian atas kepatuhan Pemerintah Kabupaten

Lebong terhadap peraturan perundang-undangan. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-

undangan merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Lebong. Namun, tujuan

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan tidak untuk menyatakan pendapat atas

keseluruhan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan tersebut. Oleh karena itu, BPK

RI tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.

Selain itu, peraturan perundang-undangan dan SPKN mengharuskan BPK RI untuk

melaporkan kepada pihak berwenang, apabila dalam melakukan pemeriksaan atas laporan

keuangan ditemukan kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berindikasi unsur tindak pidana.

Pokok-pokok temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam

pelaporan keuangan yang ditemukan BPK RI adalah sebagai berikut:

1. Terjadi ketekoran kas di Bendahara Pengeluaran Dinas Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) sebesar Rp275.228.320,00

2. Bendahara penerimaan Dinas Sosial, Tenaga Kerja, Transmigrasi Kependudukan dan

Catatan Sipil terlambat menyetorkan penerimaan retribusi ke kas daerah

3. Penerimaan dan penggunaan dana yang bersumber dari pendapatan retribusi RSUD

Lebong sebesar Rp237.995.661,00 dikelola di luar mekanisme APBD

4. Pencairan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD melebihi ketentuan sebesar

Rp12.852.000,00 dan pembayaran Tunjangan Komunikasi Intensif Pimpinan dan Anggota

DPRD melebihi ketentuan sebesar Rp71.400.000,00

5. Pembayaran belanja perjalanan dinas luar daerah Bupati dalam kegiatan rapat koordinasi

dan konsultasi luar daerah melebihi ketentuan sebesar Rp16.240.000,00

2

6. Terjadi kelebihan pembayaran honorarium atas kegiatan operasional DPPKAD sebesar

Rp514.616.250,00

7. Realisasi Belanja Kursus-Kursus Singkat/Pelatihan pada RSUD digunakan untuk tujuan

lain yang bukan peruntukannya sebesar Rp9.304.000,00

8. Pembayaran Honorarium Tim Komite Intelijen Daerah Kantor Kesbangpol dan

pembayaran untuk rehabilitasi jembatan tidak dipotong pajak sebesar Rp32.637.894,55

9. Terdapat kekurangan pekerjaan pada kegiatan penyediaan bahan bacaan dan peraturan

perundang-undangan kantor perpustakaan dan arsip daerah senilai Rp35.737.100,00

10. Pengadaan baterai charge laptop dan suku cadang kendaraan dinas roda empat di

Sekretariat Daerah sebesar Rp66.815.000,00 diragukan keterjadiannya

11. Penggunaan alat angkutan darat bermotor yang pengadaannya bersumber dari Dana

Alokasi Khusus tidak sesuai dengan peruntukannya

Berdasarkan temuan tersebut, BPK RI merekomendasikan Bupati Lebong agar:

1. Menegur secara tertulis dan memerintahkan bendahara pengeluaran lama DPPKAD untuk

segera menyetorkan sisa UP sebesar Rp275.228.320,00 ke Kas Daerah dan pada setiap

adanya pergantian bendahara agar dilaksanakan lebih dulu serah terima pekerjaan dengan

jelas.

2. Menegur secara tertulis dan memerintahkan Bendahara Penerimaan Dinas Sosial, Tenaga

Kerja, Transmigrasi Kependudukan dan Catatan Sipil agar menyetorkan retribusi ke Kas

Daerah selambat-lambatnya dalam waktu satu hari.

3. Menegur secara tertulis Direktur RSUD dan Bendahara Penerimaan untuk menyetorkan

seluruh PAD ke Kas Daerah dan selanjutnya membuat ketetapan Bupati tentang

pemberian jasa medis secara jelas dan dianggarkan dalam APBD.

4. Memerintahkan Sekretaris DPRD untuk menarik kelebihan pembayaran BPO dan TKI dari

para anggota Dewan masing-masing sebesar Rp12.852.000,00 dan Rp71.400.000,00

selanjutnya disetorkan ke Kas Daerah.

5. Mengembalikan kelebihan pembayaran perjalanan dinas luar daerah sebesar

Rp16.240.000,00.

6. Menegur PPTK dan Bendahara Pengeluaran Pembantu DPPKAD yang telah lalai dalam

melakukan penghitungan dan pembayaran honorarium yang melebihi lamanya

pelaksanaan kegiatan dan memerintahkan Bendahara Pengeluaran Pembantu untuk

menarik kembali kelebihan pembayaran honor dan menyetorkan ke Kas Daerah sebesar

Rp514.616.250,00 dan menegur PPK SKPD yang lalai dalam memverifikasi kebenaran

materiil bukti-bukti pertanggungjawaban pembayaran honorarium.

7. Menegur Bendahara Pengeluaran RSUD atas kelalaiannya dalam memerintahkan,

menyetujui, dan melakukan pembayaran yang tidak sesai tujuan peruntukannya dan

memerintahkan Bendahara Pengeluaran RSUD untuk menarik kembali kelebihan

pembayaran sebesar Rp9.304.000,0000 kemudian menyetorkan ke Kas Daerah.

8. Memerintahkan Bendahara Pengeluaran Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan

Perlindungan Masyarakat dan DPPKAD untuk menarik pajak yang belum dipotong

masing-masing sebesar Rp9.975.000,00 dan Rp22.662.894,55 kemudian menyetorkan ke

Kas Negara.

3

9. Menegur secara tertulis Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah, PPTK, untuk lebih

cermat dalam mengawasi pelaksanaan pekerjaan dan melakukan pemeriksaan fisik

sebelum penandatanganan berita acara serah terima hasil pekerjaan. Selain itu meminta

Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah untuk mempertanggungjawabkan

kekurangan pekerjaan yang belum dilaksanakan senilai Rp35.737.100,00.

10. Melakukan upaya hukum atas dugaan manipulasi bukti-bukti pengeluaran yang transaksi

senyatanya tidak terjadi untuk kepentingan atau keuntungan pribadi dan mengupayakan

pengembalian kerugian daerah sebesar Rp66.815.000,00 ke Kas Daerah dan menegur

secara tertulis PPK Sekretariat Daerah dan Sekretaris Daerah untuk lebih cermat dalam

memverifikasi kebenaran materiil bukti-bukti pengeluaran dan teliti dalam mengawasi

pelaksanaan belanja dan pertanggungjawabannya.

11. Menegur secara tertulis Kepala Dinas Pariwisata, Seni Budaya, dan Perhubungan untuk

menarik kembali kendaraan yang digunakan oleh Satpol PP kemudian diserahkan ke

kecamatan yang berhak mendapatkan alokasi tersebut.

Secara lebih rinci dijelaskan pada bagian Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan.

Selain Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-

Undangan, BPK RI telah menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan atas LKPD Kabupaten

Lebong Tahun 2009 yang memuat opini Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer) dan

Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern. Laporan tersebut disajikan pada

bagian lain yang tidak terpisahkan dari laporan ini.

Bengkulu, 12 Juni 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan Provinsi Bengkulu

Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Ade Iwan Ruswana, SE., MM., Ak.

Akuntan, Register Negara Nomor D-17.331

4

TEMUAN PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN

TERHADAP KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan Kepatuhan Tahun-tahun Sebelumnya

Hasil pemantauan tindak lanjut temuan pemeriksaan kepatuhan terhadap peraturan perundang-

undangan tahun-tahun sebelumnya menunjukkan dari 46 temuan pemeriksaan kepatuhan dan

109 saran, telah ditindaklanjuti 69 saran, masih dalam proses 34 saran, dan belum

ditindaklanjuti 6 saran. Rincian temuan pemeriksaan kepatuhan yang belum ditindaklanjuti

dimuat dalam Lampiran III.1.

B. Temuan Pemeriksaan Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan

1. Terjadi ketekoran kas di Bendahara Pengeluaran Dinas Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) sebesar Rp275.228.320,00

Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima, menyimpan,

membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja

daerah dalam rangka pelaksanaan anggaran. Dalam rangka melaksanakan tugas kebendaharaan

di DPPKAD, Bupati atas usul PPKD menetapkan Bendahara Pengeluaran di DPPKAD sesuai

SK Bupati No. 145 tanggal 8 April 2009. Bendahara tersebut telah efektif bertugas dari mulai

Januari sampai dengan akhir Juli 2009. Pada tanggal 27 Agustus 2009, berdasarkan SK Bupati

No. 385, Bupati melakukan penggantian Bendahara Pengeluaran tersebut dan menetapkan Sn

sebagai Bendahara DPPKAD yang baru bersamaan dengan penggantian Kepala DPPKAD.

Pergantian Bendahara Pengeluaran tersebut tidak disertai dengan serah terima dokumen terkait

dari Bendahara Pengeluaran yang lama kepada Bendahara Pengeluaran yang baru.

Berdasarkan pemeriksaan Buku Kas Umum (BKU) yang dibuat oleh Bendahara Pengeluaran

yang lama (Ca) diketahui bahwa saldo kas menurut BKU per tanggal 31 Juli 2009 adalah

sebesar Rp296.491.619,00. Saldo kas tersebut dihitung dari jumlah penerimaan Uang

Persediaan (UP) periode Januari sampai dengan akhir Juli 2009 sebesar Rp6.432.127.076,00

dibandingkan dengan jumlah SPJ belanja periode yang sama sebesar Rp6.135.635.457,00.

Rincian penerimaan SP2D dan SPJ belanja periode Januari sampai dengan 31 Juli 2009 adalah

sebagai berikut :

No. Bulan Penerimaan Uang Persediaan Pertanggungjawaban

Pengeluaran (Rp) SP2D Nilai (Rp)

1 Januari 1 639.855.963,00 211.651.163,00

2 Februari 11 96.848.959,00 194.860.909,00

3 Maret 1 1.375.205.961,00 1.552.567.961,00

4 April 6 1.251.097.979,00 1.208.992.388,00

5 Mei 11 1.845.737.136,00 1.723.061.826,00

6 Juni 11 1.223.381.078,00 .244.501.210,00

7 Juli 8 639.855.963,00 211.651.163,00

Jumlah 6.432.127.076,00 6.135.635.457,00

Selisih 296.491.619,00

SPJ belanja tersebut sampai dengan pemeriksaan berakhir belum diverifikasi kebenaran

materiilnya oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) DPPKAD.

5

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa setelah berakhirnya masa tugas, Bendahara

Pengeluaran yang lama (Ca) hanya menyerahkan sisa Kas atau uang persediaan yang

dikelolanya sebesar Rp21.263.299,00 dalam bentuk saldo giro rekening no 202.01.02.00005-8

per 10 Agustus 2009 pada Bank Bengkulu KCP Muara Aman, sedangkan sisanya sebesar

Rp275.228.320,00 (Rp296.491.619,00 - Rp21.263.299,00) tidak diketahui keberadaannya.

Berdasarkan penjelasan Bendahara Pengeluaran DPPKAD yang lama, sisa Kas atau uang

persediaan sebesar Rp275.228.320,00 tersebut sudah tidak berada dalam penguasaannya

karena dipinjam oleh dua Pengguna Anggaran sebelumnya yang saat ini menjabat sebagai

Asisten I Sekretariat Daerah dan Kepala Dinas Koperasi UKM. Pemanggilan terhadap

Pengguna Anggaran lama telah dilakukan namun sampai dengan pemeriksaan berakhir tidak

ada konfirmasi dan tidak memberikan keterangan. Bendahara lama tidak memiliki bukti-bukti

atas pemberian pinjaman tersebut atau dengan kata lain keberadaan atau penggunaan uang

tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan atau terjadi ketekoran kas pada DPPKAD sebesar

Rp275.228.320,00. Sampai dengan pemeriksaan berakhir dana tersebut belum dikembalikan

ke Kas Daerah.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

a. Pasal 220 Ayat (1) yang menyatakan bahwa Bendahara Pengeluaran secara administratif

wajib mempertanggungjawabkan penggunaan uang persediaan/ganti uang

persediaan/tambah uang persediaan kepada Kepala SKPD melalui PPK-SKPD paling

lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

b. Pasal 220 Ayat (9) yang menyatakan bahwa bendahara pengeluaran pada SKPD wajib

mempertanggungjawabkan secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi

tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengeluaran

kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Kondisi tersebut di atas mengakibatkan adanya indikasi kerugian daerah minimal sebesar

Rp275.228.320,00

Hal tersebut disebabkan oleh Kepala DPPKAD yang lama dan Bendahara Pengeluaran

DPPKAD yang lama diduga dengan sengaja menyalahgunakan keuangan daerah untuk

kepentingan atau keuntungan pribadi.

Atas kondisi tersebut, Kepala DPPKAD menyatakan bahwa akan dilakukan koordinasi dengan

Bendahara Pengeluaran DPPKAD yang lama dan Pengguna Anggaran DPPKAD yang lama.

BPK RI merekomendasikan Bupati Lebong agar :

a. Memerintahkan Bendahara Pengeluaran DPPKAD yang lama untuk segera menyetorkan

kembali sisa Uang Persediaan sebesar Rp275.228.320,00 ke Kas Daerah;

b. Mengenakan sanksi yang tegas sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku kepada Kepala DPPKAD lama dan Bendahara Pengeluaran lama dan/atau

melakukan upaya hukum terhadap dugaan penyalahgunakan keuangan daerah untuk

kepentingan atau keuntungan pribadi .

6

2. Bendahara penerimaan Dinas Sosial, Tenaga Kerja, Transmigrasi Kependudukan dan

Catatan Sipil terlambat menyetorkan penerimaan retribusi ke kas daerah

Dalam Tahun Anggaran 2009, Dinas Sosial, Tenaga Kerja, Transmigrasi Kependudukan dan

Catatan Sipil telah menganggarkan pendapatan retribusi sebesar Rp157.000.000,00 dan telah

terealisasi sampai dengan 31 Desember 2009 sebesar Rp134.129.500,00 atau 85,43% dari

anggaran, dengan rincian sebagai berikut:

No Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Retribusi Kartu Tanda Penduduk (KTP) 30.000.000 83.478.000 278,26

2 Retribusi Akte Kelahiran 25.000.000 24.346.500 97,39

3 Retribusi Akte Pernikahan 45.000.000 400.000 0,89

4 Retribusi Kartu Keluarga 25.000.000 17.055.000 68,22

5 Retribusi Pendaftaran Pencari Kerja 30.000.000 8.850.000 29,50

6 Retribusi Izin Usaha Lembaga Latihan Kerja 1.000.000 - -

7 Retribusi PPK Peraturan Perusahaan & KKB 1.000.000 - -

Jumlah 157.000.000 134.129.500 85,43

Pemeriksaan atas buku besar penerimaan dan Surat Tanda Setor (STS) retribusi diketahui

bahwa terjadi keterlambatan penyetoran pendapatan retribusi daerah ke Kas Daerah oleh

Bendahara Penerimaan. Pendapatan Retribusi tersebut diterima secara tunai, tidak disimpan

dalam brankas, dan disetorkan pada bulan berikutnya. Sehingga terjadi keterlambatan

penyetoran selama 8 sd. 50 hari kalender, dengan rincian sebagai berikut:

No Periode Penerimaan Retribusi Lama Hari Keterlambatan Penyetoran

1 Januari 20 – 48 hari

2 Februari 12 – 37 hari

3 Maret 16 – 45 hari

4 April 8 – 36 hari

5 Mei 17 - 34 hari

6 Juni 15 - 45 hari

7 Juli 20 – 50 hari

8 Agustus 15 – 43 hari

9 September 9 – 39 hari

10 Oktober 17 – 48 hari

11 November 15 – 43 hari

12 Desember 10 – 41 hari

Kondisi ini tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal

57 Ayat (2) yang menyatakan bahwa bendahara penerimaan wajib menyetor seluruh

penerimaannya ke rekening kas umum daerah selambat-lambatnya dalam waktu 1(satu)

hari kerja.

b. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah, 1) Pasal 190 Ayat (1) yang menyatakan bahwa dalam hal pendapatan

daerah tersebar atas pertimbangan kondisi geografis wajib pajak dan/atau wajib retribusi

tidak mungkin membayar kewajibannya langsung pada badan, lembaga keuangan atau

kantor pos yang bertugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi bendahara penerimaan,

7

dapat ditunjuk bendahara penerimaan pembantu, dan 2) Pasal 192 Ayat (1) yang

menyatakan bahwa bendahara pembantu wajib menyetor seluruh uang yang diterimanya

ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak uang kas

tersebut diterima.

Keadaan tersebut mengakibatkan pendapatan retribusi terlambat dimanfaatkan untuk

pelaksanaan kegiatan di Kabupaten Lebong dan berpotensi menimbulkan penyalahgunaan

keuangan daerah.

Hal ini disebabkan:

a. Bendahara Penerimaan lalai dalam melakukan penyetoran retribusi ke Kas Daerah.

b. Lemahnya pengendalian dan pengawasan dari Atasan Langsung Bendahara Penerimaan

terhadap pengelolaan keuangan daerah.

Atas kondisi ini, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, Transmigrasi, Kependudukan dan

Catatan Sipil menyatakan bahwa keterlambatan tersebut terjadi bukan karena adanya unsur

kesengajaan, namun karena masih kurangnya pemahaman Bendahara Penerimaan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah.

BPK RI merekomendasikan kepada Bupati Lebong agar menegur Bendahara Penerimaan

Dinas Sosial, Tenaga Kerja, Transmigrasi Kependudukan dan Catatan Sipil agar menyetorkan

retribusi ke Kas Daerah selambat-lambatnya dalam waktu satu hari.

3. Penerimaan dan penggunaan dana yang bersumber dari pendapatan retribusi RSUD

Lebong sebesar Rp237.995.661,00 dikelola di luar mekanisme APBD

Dalam Tahun Anggaran 2009 Pemerintah Kabupaten Lebong mengalokasikan anggaran

pendapatan retribusi daerah pada RSUD Lebong sebesar Rp60.000.000,00 dengan realisasi

sampai dengan 31 Desember 2009 sebesar Rp151.761.589,00 atau 250,60% dari anggaran.

Berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa realisasi penerimaan pendapatan RSUD Lebong

Tahun Anggaran 2009 adalah sebesar Rp391.523.900,00. Dari jumlah tersebut sebesar

Rp151.761.589,00 telah disetorkan ke kas daerah dan telah diakui sebagai pendapatan retribusi

daerah, sebesar Rp1.766.650,00 masih berada di kas bendahara penerimaan RSUD Lebong,

sedangkan sisanya sebesar Rp237.995.661,00 digunakan langsung untuk keperluan operasional

RSUD yaitu pada umumnya digunakan untuk tambahan penghasilan bagi tenaga paramedis,

yakni para dokter, perawat, bidan, apoteker, tenaga administrasi, dan lain-lain dengan rincian

sebagai berikut:

No. Pengeluaran Jumlah (Rp)

1 Poli Bedah –Jasa 70.000,00

2 Poli Penyakit Dalam (EKG) –Jasa 208.000,00

3 KIR RSUD Lebong-Jasa 9.775.000,00

4 Laboratorium RSUD Lebong- BHP dan Jasa 55.310.400,00

5 Rawat Inap

- Jasa Paramedis/Medis 21.894.000,00

- BHP/Obat 1.674.875,00

- Rujukan 2.758.000,00

- Loket 355.000,00

- Oksigen 6.330.000,00

8

No. Pengeluaran Jumlah (Rp)

6 UGD

- Loket 688.500,00

- Jasa Paramedis/Medis 15.487.000,00

- BHP/Obat 2.890.000,00

7 Apotek RSUD Lebong

- Pembelian Obat 69.208.934,00

- Jasa 3.140.052,00

8 Rawat Jalan/ Loket RSUD Lebong- Jasa Paramedis/Medis 7.714.800,00

9 Poli Kebidanan- Jasa Paramedis/Medis 5.300.000,00

10 Kebidanan- Jasa Paramedis/Medis 6.108.800,00

11 Radiologi

- Jasa Paramedis/Medis 25.916.800,00

- BHP 3.165.500,00

Jumlah 237.995.661,00

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah Pasal 17 yang menyatakan bahwa semua penerimaan dan pengeluaran

daerah baik dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa dianggarkan dalam APBD. Selain itu,

Pasal 59 menyatakan bahwa penerimaan SKPD yang merupakan penerimaan daerah tidak

dapat dipergunakan langsung untuk pengeluaran. Semua penerimaan daerah tersebut apabila

berbentuk uang harus segera disetor ke kas umum daerah dan apabila berbentuk barang

menjadi milik/aset daerah dan dicatat sebagai inventaris daerah.

Keadaan tersebut mengakibatkan:

a. Pendapatan dan penggunaan langsung dana-dana penerimaan sebesar Rp237.995.661,00

tidak disajikan dalam LRA TA 2009.

b. Pengelolaan dana diluar mekanisme APBD tidak akuntabel dan berisiko terhadap

penyimpangan dan/atau penyalahgunaan.

Hal ini terjadi karena Direktur RSUD dan Bendahara Penerimaan dengan sengaja tidak

menyetorkan seluruh PAD pada RSUD dan menggunakannya untuk tambahan penghasilan

dengan menerbitkan SK Direktur RSUD tentang tarif dan penerimaannya dan bukan melalui

SK Bupati.

Atas kondisi tersebut, Direktur RSUD Lebong menyatakan bahwa pendapatan sebesar

Rp1.766.650,00 masih berada di kas Bendahara penerimaan karena adanya keterlambatan

penyetoran retribusi dan jasa medis/ paramedis. Uang tersebut seharusnya digunakan untuk

pembayaran retribusi dan jasa medis/ paramedis. Dari jumlah tersebut, retribusi sebesar

Rp461.000,00 telah disetorkan pada tanggal 20 Januari 2010, sedangkan sisanya sebesar

Rp1.305.650,00 dibayarkan untuk jasa medis/paramedis oleh unit UGD untuk bulan Desember

2009.

BPK RI merekomendasikan kepada Bupati Lebong agar menegur secara tertulis Direktur

RSUD dan Bendahara Penerimaan untuk menyetorkan seluruh PAD ke Kas Daerah dan

selanjutnya membuat ketetapan Bupati tentang pemberian jasa medis secara jelas dan

dianggarkan dalam APBD.

9

4. Pencairan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD melebihi ketentuan sebesar

Rp12.852.000,00 dan pembayaran Tunjangan Komunikasi Intensif Pimpinan dan

Anggota DPRD melebihi ketentuan sebesar Rp71.400.000,00.

Anggaran Belanja Penunjang Operasional (BPO) Pimpinan DPRD Kabupaten Lebong Tahun

Anggaran 2009 adalah sebesar Rp241.920.000,00 dan telah direalisasikan s.d 31 Desember

2009 sebesar Rp107.520.000,00 atau 44,44% dari anggaran. Sedangkan anggaran Tunjangan

Komunikasi Intensif (TKI) Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Lebong Tahun Anggaran

2009 adalah sebesar Rp1.338.120.000,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp630.000.000,00

atau 47,08% dari anggaran.

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas perhitungan dan pembayaran BPO dan TKI Pimpinan dan

Anggota DPRD diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Pembayaran BPO Pimpinan DPRD bulan Januari dan Februari 2009 sebesar

Rp33.600.000,00, yang meliputi BPO Ketua DPRD sebesar Rp16.800.000,00 dan BPO

Wakil Ketua I dan II DPRD masing-masing sebesar Rp8.400.000,00. Dasar perhitungan

penetapan besarnya BPO tersebut adalah 4 kali uang representasi Ketua DPRD ditambah

2,5 kali jumlah representasi seluruh Wakil Ketua DPRD (sesuai SK Bupati Lebong no. 372

tahun 2007 tentang BPO Pimpinan DPRD Kab. Lebong TA 2008)

b. Pembayaran BPO Pimpinan DPRD bulan Maret s.d Desember 2009 sebesar

Rp73.920.000,00 yang meliputi BPO Ketua DPRD sebesar Rp33.600.000,00 dan BPO

Wakil Ketua I dan II DPRD masing-masing sebesar Rp40.320.000,00. Dasar perhitungan

penetapan besarnya BPO tersebut adalah 2 kali uang representasi Ketua DPRD ditambah

1,5 kali jumlah representasi seluruh Wakil Ketua DPRD (sesuai SK Bupati Lebong No. 139

tanggal 30 Maret 2009)

c. Pembayaran TKI Pimpinan dan Anggota DPRD bulan Januari dan Februari 2009 sebesar

Rp168.000.000,00. Dasar perhitungan penetapan besarnya TKI tersebut adalah 2 kali uang

representasi Ketua DPRD (sesuai SK Bupati Lebong no. 373 tahun 2007)

d. Pembayaran TKI Pimpinan dan Anggota DPRD bulan Maret s.d. Desember 2009 sebesar

Rp462.000.000,00. Dasar perhitungan penetapan besarnya TKI tersebut adalah 1 kali uang

representasi Ketua DPRD (sesuai SK Bupati Lebong no. 140 tanggal 30 Maret 2009)

Sesuai dengan Permendagri No.21 Tahun 2007 tentang Pengelompokan Kemampuan

Keuangan Daerah, Penganggaran, dan Pertanggungjawaban Penggunaan Belanja Penunjang

Operasional Pimpinan DPRD serta Tata Cara Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif

dan Dana Operasional, yakni:

a. Pasal 7 ayat (3) menyatakan bahwa bagi daerah dengan kemampuan keuangan daerah

rendah, BPO Pimpinan DPRD disediakan paling banyak 2 (dua) kali uang representasi

Ketua DPRD ditambah 1½ (satu seperdua) kali jumlah uang representasi seluruh Wakil

Ketua DPRD, sedangkan pada Pasal 6 ayat (3) menyatakan bahwa bagi daerah dengan

kemampuan keuangan daerah rendah, TKI bagi Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan

paling banyak 1 (satu) kali uang representasi Ketua DPRD.

b. Pasal 3 ayat (1), menyatakan bahwa penentuan kelompok keuangan daerah dihitung dengan

menggunakan formula kemampuan keuangan daerah sama dengan pendapatan umum

daerah dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD), ayat (2) yang menyatakan

10

bahwa pendapatan umum daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah ditambah Dana Bagi

Hasil dan Dana Alokasi Umum, dan ayat (3) yang menyatakan bahwa belanja PNSD terdiri

atas gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan jabatan, tunjangan beras, dan tunjangan

pajak penghasilan (PPh pasal 21).

c. Pasal 5 ayat (2) huruf c yang menyatakan bahwa pengelompokan keuangan daerah untuk

kabupaten/kota, di bawah Rp200.000.000.000,00 (dua ratus milyar) dikelompokkan pada

kemampuan keuangan daerah rendah.

Berdasarkan kriteria tersebut, kemampuan keuangan Kabupaten Lebong tahun 2009 adalah

kurang dari Rp200.000.000.000,00 atau termasuk klasifikasi rendah sebagai berikut:

Kemampuan Daerah

PAD Rp 16.596.329.321,00

DBH Rp 37.365.211.348,00

DAU Rp 207.907.459.000,00

Jumlah Pendapatan Umum Daerah Rp 261.868.999.669,00

Belanja PNSD Rp 100.573.354.631,00

Kemampuan Keuangan Daerah Rp 161.295.645.038,00

Dengan kemampuan keuangan daerah yang masuk kategori rendah maka besarnya BPO yang

dapat dibayarkan seharusnya 2 kali uang representasi Ketua DPRD ditambah 1,5 kali jumlah

uang representasi seluruh Wakil Ketua DPRD. Sedangkan untuk TKI yang dapat dibayarkan

adalah satu kali uang representasi Ketua DPRD atau sebesar Rp2.100.000,00 per bulan.

Dengan demikian mengakibatkan terjadi kelebihan pembayaran BPO dan TKI selama bulan

Januari dan Februari 2009 sebesar Rp84.252.000,00 (setelah dikurangi pajak) yang meliputi

BPO sebesar Rp12.852.000,00 dan TKI sebesar Rp71.400.000,00 , dengan rincian sebagai

berikut:

Belanja Penerima Jumlah

dibayarkan (Rp)

Jumlah seharusnya dibayarkan

(Rp)

Kelebihan Pembayaran

(Bruto) (Rp)

Pajak (Rp)

Kelebihan Pembayaran

(Netto) (Rp)

BPO Ketua 16.800.000 8.400.000 8.400.000 1.260.000 7.140.000

Wakil Ketua I 8.400.000 5.040.000 3.360.000 504.000 2.856.000

Wakil Ketua II 8.400.000 5.040.000 3.360.000 504.000 2.856.000

Jumlah BPO 33.600.000 18.480.000 15.120.000 2.268.000 12.852.000

TKI Seluruh Anggota DPRD 168.000.000 84.000.000 84.000.000 12.600.000 71.400.000

Total 201.600.000 102.480.000 99.120.000 14.868.000 84.252.000

(Rincian nama penerima BPO dan TKI lihat Lampiran III.2)

Hal tersebut disebabkan karena:

a. Bupati terlambat dalam membuat dan menetapkan Keputusan Bupati No. 139 Tahun 2009

tanggal 30 Maret 2009 tentang BPO dan Keputusan Bupati No. 140 Tahun 2009 tanggal

30 Maret 2009 tentang TKI DPRD Kabupaten Lebong.

b. Sekretaris DPRD dan Bendahara Pengeluaran lalai tidak memperhitungkan kelebihan

pembayaran BPO dan TKI pada bulan-bulan berikutnya (Maret s.d. Desember 2009).

Atas kondisi tersebut, Sekretaris DPRD menyatakan bahwa kelebihan pembayaran tersebut

terjadi karena Keputusan Bupati No. 139 Tahun 2009 tentang BPO dan Keputusan Bupati No.

140 Tahun 2009 tentang TKI DPRD Kabupaten Lebong baru terbit tanggal 30 Maret 2009,

11

sehingga untuk pembayaran bulan Januari dan Februari masih mengacu dari SK yang lama,

yakni Keputusan Bupati Lebong no. 372 tahun 2007 tentang BPO Pimpinan DPRD Kab.

Lebong 2008 dan Keputusan Bupati Lebong no. 373 tahun 2007 tentang TKI DPRD Kab.

Lebong 2008.

BPK RI merekomendasikan kepada Bupati Lebong agar memerintahkan Sekretaris DPRD

untuk menarik kelebihan pembayaran BPO dan TKI dari para anggota Dewan masing-masing

sebesar Rp12.852.000,00 dan Rp71.400.000,00 selanjutnya disetorkan ke Kas Daerah.

5. Pembayaran belanja perjalanan dinas luar daerah Bupati dalam kegiatan rapat

koordinasi dan konsultasi luar daerah melebihi ketentuan sebesar Rp16.240.000,00.

Pada TA 2009 Pemerintah Kabupaten Lebong menganggarkan belanja perjalanan dinas luar

daerah untuk Bupati pada kegiatan rapat-rapat koordinasi dan konsultasi luar daerah sebesar

Rp300.000.000,00 dan telah direalisasikan s.d 31 Desember 2009 sebesar Rp260.200.000,00

atau 86,73% dari anggaran.

Hasil pemeriksaan atas bukti-bukti pertanggungjawaban kegiatan rapat-rapat koordinasi dan

konsultasi luar daerah, menunjukkan bahwa terdapat pembayaran uang akomodasi dan uang

harian yang tidak mengacu Peraturan Bupati no. 01 tahun 2009 tentang Perjalanan Dinas

Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Daerah, PNSD, dan Pegawai Tidak Tetap Tahun 2009

tersebut atau dibayarkan lebih tinggi, sehingga terdapat kelebihan pembayaran sebesar

Rp16.240.000,00. (Rincian lihat Lampiran III.3)

Hal tersebut mengakibatkan terjadinya kelebihan pembayaran belanja perjalanan dinas luar

daerah Bupati sebesar Rp16.240.000,00.

Kondisi tersebut disebabkan karena Sekretaris Daerah lalai dalam melaksanakan pengawasan

dan pengendalian terhadap Bendahara pengeluaran pembantu yaitu tidak memperhatikan tarif

standar sesuai Peraturan Bupati Lebong no. 01 tahun 2009 dalam merealisasikan pembayaran

biaya perjalanan dinas.

Atas hal tersebut, Pengguna Anggaran Sekretaris Daerah menyatakan bahwa kelebiham

pembayaran belanja perjalanan dinas luar daerah Bupati dikarenakan akomodasi dan uang

harian dalam rincian perjalanan dinas Bupati tersebut dibayar secara lumpsum oleh Bendahara

Pengeluaran Pembantu.

BPK RI merekomendasikan kepada Bupati Lebong agar mengembalikan kelebihan

pembayaran perjalanan dinas luar daerah sebesar Rp 16.240.000,00.

6. Terjadi kelebihan pembayaran honorarium atas kegiatan operasional DPPKAD sebesar

Rp514.616.250,00

Anggaran Belanja Operasional pada belanja pegawai langsung DPPKAD Tahun Anggaran

2009 adalah sebesar Rp980.450.000,00 dan telah direalisasikan s.d 31 Desember 2009 sebesar

Rp924.700.000,00 atau 94,13% dari anggaran. Pemeriksaan atas bukti-bukti

pertanggungjawaban diketahui bahwa realisasi tersebut merupakan pelaksanaan 13 kegiatan

berupa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh DPPKAD selama dua s.d. lima belas hari

kerja. Atas pelaksanaan kegiatan tersebut telah direalisasikan pembayaran honorarium kepada

pelaksana yang jumlahnya disesuaikan dengan lamanya pelaksanaan kegiatan.

12

Pemeriksaan lebih lanjut atas dokumen pertanggungjawaban menunjukkan bahwa 8 dari 13

kegiatan tersebut senyatanya dilaksanakan hanya 1 hari. Dengan demikian terdapat kelebihan

pembayaran honor atas kegiatan-kegiatan tersebut dengan jumlah keseluruhan sebesar

Rp514.616.250,00. (rincian lihat lampiran III.4)

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 pasal 65 ayat (3) huruf b yang menyebutkan

bahwa Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang

dikelolanya setelah menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah

pembayaran.

b. Peraturan Bupati Lebong No. 6 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lebong pasal 38 ayat (4), yakni pemberian

honorarium kepada penceramah/ narasumber dan moderator untuk kegiatan seminar,

lokakarya, sosialisasi atau sejenisnya disesuaikan antara materi dengan waktu yang tersedia.

Hal tersebut mengakibatkan kelebihan pembayaran honorarium kegiatan operasional di

DPPKAD sebesar Rp514.616.250,00.

Kondisi tersebut disebabkan karena:

a. PPTK dan Bendahara Pengeluaran Pembantu lalai dalam melakukan penghitungan dan

pembayaran honorarium yang melebihi lamanya pelaksanaan kegiatan.

b. PPK SKPD lalai dalam memverifikasi kebenaran materiil bukti-bukti pertanggungjawaban

pembayaran honorarium.

Atas kondisi tersebut Kepala DPPKAD menyatakan bahwa memang ada kelemahan dalam

penyusunan pertanggungjawaban khususnya dalam penanggalan karena mengacu pada tanggal

SP2D TU yang diajukan. Kelemahan tersebut akan dijadikan referensi dalam penyempurnaan

penyusunan pertanggungjawaban untuk kegiatan selanjutnya.

BPK RI merekomendasikan Bupati Lebong agar :

a. Menegur PPTK dan Bendahara Pengeluaran Pembantu yang telah lalai dalam melakukan

penghitungan dan pembayaran honorarium yang melebihi lamanya pelaksanaan kegiatan

dan memerintahkan Bendahara Pengeluaran Pembantu untuk menarik kembali kelebihan

pembayaran honor dan menyetorkan ke Kas Daerah sebesar Rp514.616.250,00.

b. Menegur PPK SKPD yang lalai dalam memverifikasi kebenaran materiil bukti-bukti

pertanggungjawaban pembayaran honorarium.

7. Realisasi Belanja Kursus-Kursus Singkat/Pelatihan pada RSUD digunakan untuk tujuan

lain yang bukan peruntukannya sebesar Rp9.304.000,00

Anggaran Belanja Kursus-kursus singkat/ pelatihan pada RSUD DPPKAD Tahun Anggaran

2009 adalah sebesar Rp100.000.000,00 dan telah direalisasikan s.d 31 Desember 2009 sebesar

Rp31.375.390,00 atau 31,38% dari anggaran.

Belanja kursus-kursus singkat/ pelatihan tersebut mencakup kegiatan pendidikan dan pelatihan

formal. Pemeriksaan atas dokumen pertanggungjawaban menunjukkan bahwa terdapat

pengeluaran untuk biaya pendidikan magister administrasi rumah sakit atas nama Achmad

Octorudy sebagai Direktur RSUD Lebong sebesar Rp9.304.000,00 yang dibayarkan oleh

13

Bendahara Pengeluaran kepada dr. Achmad Octorudy pada tanggal 30 November 2009.

Pengeluaran ini telah dipertanggungjawabkan sebagai realisasi belanja kursus

singkat/pelatihan. Pengeluaran tersebut telah mendapat persetujuan untuk dibayarkan oleh

Direktur RSUD selaku pengguna anggaran.

Direktur RSUD Lebong telah memperoleh izin belajar dari Bupati Lebong sesuai Surat Izin

Belajar Nomor 890/1248/BKD/2006 tanggal 25 Juli 2006. Dalam surat izin belajar tersebut

dinyatakan bahwa semua biaya pendidikan ditanggung sepenuhnya oleh yang bersangkutan.

Kondisi tersebut menyalahi Pasal 122 ayat (9) Permendagri 13 tahun 2006 menyebutkan

bahwa setiap SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk tujuan

lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD.

Kondisi tersebut mengakibatkan kerugian daerah sebesar Rp9.304.000,00.

Hal tersebut terjadi karena Bendahara Pengeluaran RSUD lalai dalam melakukan pembayaran

yang tidak sesuai tujuan peruntukannya dan Direktur RSUD sebagai Pengguna Anggaran

diduga telah menyalahgunakan kewenangannya yang menggunakan dana APBD untuk tujuan

yang bukan peruntukannya atau tujuan pribadi sebesar Rp9.304.000,00.

Atas kondisi ini, Direktur RSUD Lebong menyatakan bahwa Bendahara Pengeluaran

mengakui kurang teliti dalam memeriksa Surat Izin Bupati, sehingga bantuan biaya pendidikan

tersebut tetap dibayarkan.

BPK RI merekomendasikan kepada Bupati Lebong agar :

a. Menegur Direktur RSUD dan Bendahara Pengeluaran atas kelalaiannya dalam

memerintahkan, menyetujui, dan melakukan pembayaran yang tidak sesai tujuan

peruntukannya.

b. Memerintahkan Bendahara Pengeluaran RSUD untuk menarik kembali kerugian daerah

sebesar Rp9.304.000,0000 dari Direktur RSUD kemudian menyetorkan ke Kas Daerah.

Fotocopy bukti setor disampaikan ke BPK RI.

8. Pembayaran Honorarium Tim Komite Intelijen Daerah Kantor Kesbangpol dan

pembayaran untuk rehabilitasi jembatan tidak dipotong pajak sebesar Rp32.637.894,55

Pada TA 2009, Pemerintah Kabupaten Lebong menganggarkan belanja honorarium panitia

pelaksana kegiatan komite intelijen daerah pada Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan

Perlindungan Masyarakat sebesar Rp247.800.000,00 dan telah direalisasikan s.d 31 Desember

2009 sebesar Rp247.800.000,00 atau 100% dari anggaran. Selain itu Pemerintah Kabupaten

Lebong juga menganggarkan belanja tidak terduga sebesar Rp700.000.000,00 dan telah

direalisasikan s.d 31 Desember 2009 sebesar Rp207.743.200,00 atau 29,68% dari anggaran.

Pemeriksaan atas bukti pertanggungjawaban diketahui bahwa terdapat realisasi belanja yang

tidak dipotong pajak sebagai berikut:

a. Honorarium Tim Komite Intelijen Daerah

Honorarium panitia pelaksana kegiatan Tim Komite Intelijen Daerah yang dibayarkan

selama tahun anggaran 2009 adalah sebesar Rp219.000.000,00 Berdasarkan bukti

pembayaran diketahui bahwa pembayaran honorarium Komite Intelijen Daerah kepada

14

Bupati, Ketua DPRD, wakil ketua DPRD tidak dikenakan pajak sebesar Rp9.975.000,00

sebagai berikut:

Jabatan Jumlah Honor/

Bulan (Rp) PPh ps.21

(15%) Jumlah Bulan

Total (Rp)

Bupati (Ketua Pembina) 2.750.000,00 412.500,00 12 4.950.000,00

Ketua DPRD (Anggota Pembina) 1.750.000,00 262.500,00 12 3.150.000,00

Wakil Ketua I DPRD(Anggota Kominda) 1.250.000,00 187.500,00 5 937.500,00

Wakil Ketua II DPRD(Anggota Kominda) 1.250.000,00 187.500,00 5 937.500,00

TOTAL 9.975.000,00

b. Belanja Tidak Terduga

Realisasi belanja tidak terduga tahun anggaran 2009 merupakan pekerjaan rehabilitasi

jembatan Air Aman yang rusak karena banjir, yang dilaksanakan oleh CV. Elvira

berdasarkan kontrak nomor 824/58/620/JBT/VI/2009 tanggal 25 Juni 2009. Pekerjaan telah

dinyatakan selesai 100% dan dibayar lunas berdasarkan SP2D no. SP2D LS/587/2009 tgl

16 September 2009.

Pemeriksaan menunjukkan bahwa pembayaran sebesar Rp207.743.200,00 tersebut belum

dikenakan pajak sebesar Rp22.662.894,55 yang terdiri dari PPN 10% atau sebesar

Rp18.885.745,45 dan PPh pasal 21, 15% atau sebesar Rp3.777.149,09

Kondisi di atas tidak sesuai dengan :

a. Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas

Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (1) huruf a,

yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan

ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia

maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan

Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk

penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau

diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang

pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya.

b. Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas

Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 ayat (1) huruf b,

pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan

dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak atau

orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh bendahara pemerintah yang membayar

gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan,

jasa, atau kegiatan.

c. PP No.51 Tahun 2008 jo. PP No.40 Tahun 2009 tentang PPh atas penghasilan dari usaha

jasa konstruksi, tarif PPh jasa konstruksi adalah sebesar 2% (dua persen) untuk

pelaksanaan konstruksi yang memiliki kualifikasi usaha kecil. Dimana kriteria untuk

kualifikasi usaha kecil adalah nilai pengadaan kurang dari 1 milyar.

d. Undang-Undang 18 tahun 2000 tentang PPN dan PPn BM pasal 7 bahwa tarif PPN untuk

jasa konstruksi (jasa kena pajak) adalah sebesar 10%.

Hal tersebut mengakibatkan terjadi kekurangan penerimaan pajak ke Kas Negara sebesar

Rp32.637.894,55 (Rp9.975.000,00 + Rp22.662.894,55)

15

Kondisi tersebut disebabkan oleh:

a. Bendahara Pengeluaran Kesbangpol dan DPPKAD lalai dalam melakukan potongan pajak

dan PPK kurang cermat dalam melakukan verifikasi atas dokumen pembayaran.

c. Bidang Perbendaharaan dan Verifikasi DPPKAD dan Kuasa BUD lalai dalam

menerbitkan SP2D LS kepada pihak ketiga.

Atas kondisi tersebut:

a. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat menyatakan bahwa

pihaknya mengakui bahwa terdapat honorarium Tim Komite Intelijen Daerah yang tidak

dipotong pajak. Hal ini dikarenakan PPK kurang cermat dalam melakukan verifikasi

dokumen SPJ, sehingga terjadi kelalaian dalam melakukan potongan pajak atas honorarium

tersebut.

b. Kepala DPPKAD menyatakan bahwa pihaknya belum mengetahui bahwa pengeluaran

Belanja Tidak Terduga harus dipotong pajak (PPN maupun PPh), sehingga dalam

pelaksanaannya, Belanja Tidak Terduga tidak dipungut pajak. DPPKAD selanjutnya akan

berkonsultasi dengan Pihak Teknis Kegiatan, d.h.i Dinas Pekerjaan Umum untuk meminta

kepada rekanan agar segera membayar kewajiban pajaknya.

BPK RI merekomendasikan Bupati Lebong agar memerintahkan Bendahara Pengeluaran

Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat dan DPPKAD untuk menarik

pajak yang belum dipotong masing-masing sebesar Rp9.975.000,00 dan Rp22.662.894,55

kemudian menyetorkan ke Kas Negara.

9. Terdapat kekurangan pekerjaan pada kegiatan penyediaan bahan bacaan dan peraturan

perundang-undangan kantor perpustakaan dan arsip daerah senilai Rp35.737.100,00.

Pada Tahun Anggaran 2009, Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah memperoleh alokasi

anggaran untuk Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan sebesar

Rp104.025.00,00 dan telah direalisasikan sampai dengan 31 Desember 2009 sebesar

Rp103.775.000,00 atau 99,76% dari anggaran. Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan

Perundang-Undangan tersebut dilaksanakan oleh CV. Agro Tani sesuai kontrak No.

073.C/SPK/PAD/VIII/2009 Tanggal 12 Agustus 2009, senilai Rp99.750.000,00. Jangka waktu

pelaksanaan pekerjaan selama 30 hari kalender sejak tanggal 12 Agustus – 10 September 2009.

Pekerjaan telah dinyatakan selesai 100% berdasarkan Berita Acara Serah Terima Barang No

02/BA/PAD/2009 tanggal 10 September 2009.

Hasil pemeriksaan fisik tanggal 26 Mei 2010 diketahui bahwa jumlah buku yang diterima

adalah 154 jenis buku sebanyak 673 eksemplar. Sesuai dengan kontrak No.

073.C/SPK/PAD/VIII/2009 Tanggal 12 Agustus 2009, jumlah buku yang diadakan adalah 179

jenis buku sebanyak 938 eksemplar. Dengan demikian jumlah buku yang diterima kurang dari

jumlah buku sesuai kontrak dengan selisih 25 jenis buku sebanyak 265 eksemplar atau senilai

Rp35.737.100,00 (rincian dimuat dalam Lampiran III.5).

Hal tersebut disebabkan pengguna anggaran (Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah)

sebagai pejabat pembuat komitmen lalai tidak melakukan pemeriksaan kesesuaian jenis dan

jumlah fisik buku dengan kontrak yang telah ditetapkan sebelum menandatangani berita acara

serah terima barang.

16

Atas kondisi tersebut Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah menyatakan bahwa

pihaknya masih berupaya untuk melengkapi kekurangan fisik pekerjaan sesuai dokumen

kontrak. Kekurangan volume buku tersebut dikarenakan Kantor Perpustakaan dan Arsip

Daerah baru saja berpindah tempat, sehingga penempatan koleksi bahan pustaka masih tidak

beraturan serta tidak dipenuhinya volume pekerjaan oleh rekanan yakni, CV. Agro Tani. Atas

hal tersebut, pihak Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah akan berkonsultasi dan meminta

kekurangan buku tersebut pada CV. Agro Tani.

BPK RI merekomendasikan Bupati Lebong agar menegur secara tertulis Kepala Kantor

Perpustakaan dan Arsip Daerah, PPTK, untuk lebih cermat dalam mengawasi pelaksanaan

pekerjaan dan melakukan pemeriksaan fisik sebelum penandatanganan berita acara serah

terima hasil pekerjaan. Selain itu meminta Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah

untuk mempertanggungjawabkan kekurangan pekerjaan yang belum dilaksanakan senilai

Rp35.737.100,00.

10. Pengadaan baterai charge laptop dan suku cadang kendaraan dinas roda empat di

Sekretariat Daerah sebesar Rp66.815.000,00 diragukan keterjadiannya

Pada TA 2009, Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Lebong memperoleh alokasi

anggaran belanja barang dan jasa sebesar Rp7.838.750.000,00 dengan realisasi sampai dengan

31 Desember 2009 sebesar Rp5.498.883.453,00 atau 70,15% dari anggaran. Dari jumlah

realisasi tersebut, diantaranya digunakan untuk pembelian baterai charge laptop sebesar

Rp18.525.000,00 dan untuk pembelian suku cadang kendaraan dinas roda empat sebesar

Rp70.470.000,00.

Hasil pemeriksaan menunjukkan pembelian baterai charge laptop sebesar Rp18.525.000,00

dan pembelian suku cadang kendaraan dinas roda empat sebesar Rp48.290.000,00 diduga fiktif

dan/atau diragukan keterjadiannya dengan kondisi sebagai berikut:

a. Pengadaan baterai laptop

Realisasi belanja sebesar Rp18.525.000,00 ini digunakan untuk pembelian 22 buah baterai

charge laptop untuk 8 bagian pada Sekretariat Daerah pada bulan Juli 2009, dengan rincian

sebagai berikut :

No. Nama Bagian Setda Jumlah Nilai (Rp)

1 Bagian Hukum 3 2.925.000,00

2 Bagian Ekonomi 2 1.950.000,00

3 Bagian Pemerintahan 2 1.950.000,00

4 Bagian Pembangunan 2 1.950.000,00

5 Bagian Kesra 2 1.950.000,00

6 Bagian Umum 4 3.900.000,00

7 Bagian Humas & Protokol 3 2.925.000,00

8 Bagian Umum/ Bendahara Pengeluaran 4 3.900.000,00

Jumlah 22 18.525.000,00

Pengadaan tersebut dilakukan secara langsung oleh Bendahara Pengeluaran Sekretariat

Daerah kepada rekanan (Toko Tiga Bersaudara di Muara Aman) tanpa disertai dengan

dokumen kontrak atau Surat Perjanjian Kerja. Bukti-bukti pertanggungjawaban pembelian

barang tersebut hanya berupa nota/faktur pembelian dan kuitansi pembayaran tanpa

17

didukung bukti surat setoran pajak. Menurut penjelasan Bendahara Pengeluaran, seluruh

jumlah baterai charge laptop yang diadakan telah didistribusikan ke masing-masing bagian

di lingkungan Sekretariat Daerah.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan keberadaan baterai charge laptop pada

masing-masing bagian di lingkungan Sekretariat Daerah. Jumlah laptop yang dimiliki oleh

seluruh bagian adalah sebanyak 15 buah dan tidak ditemukan baterai charge laptop

cadangan, tetapi hanya baterai charge asli/bawaan pada saat pembelian. Hasil konfirmasi

terhadap rekanan, yakni toko Tiga Bersaudara diketahui bahwa rekanan yang bersangkutan

tidak melakukan penjualan baterai charge laptop kepada bendahara pengeluaran Sekretariat

Daerah

b. Pengadaan suku cadang kendaraan roda empat yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran

Sekretariat Daerah adalah sebesar Rp70.470.000,00 pada bulan November 2009 dengan

rincian sebagai berikut :

No. Kendaraan Uraian Satuan Vol Harga (Rp) Jumlah

Harga (Rp)

1 BD1009HY (Ketua PKK) Sarung Jok Set 1 1.500.000,00 1.500.000,00

Lampu Stop Set 1 1.750.000,00 1.750.000,00

Kap Mesin Pc 1 1.750.000,00 1.750.000,00

Spion Set 1 1.400.000,00 1.400.000,00

Sarung Jok Tengah Set 1 400.000,00 400.000,00

Angin-angin AC Set 1 500.000,00 500.000,00

Timing Pc 1 450.000,00 450.000,00

Kaher Roda Set 1 500.000,00 500.000,00

Sepatu Set 1 650.000,00 650.000,00

Manipul Pc 1 750.000,00 750.000,00

Jumlah 9.650.000,00 9.650.000,00

2 BD29H (Asisten III) Spion Set 2 2.750.000,00 5.500.000,00

BD10H (Asisten II) Sarung Jok Set 2 1.500.000,00 3.000.000,00

Kondesor AC Set 2 1.500.000,00 3.000.000,00

Fender Set 2 500.000,00 1.000.000,00

Kipas Radiator Set 2 450.000,00 900.000,00

Dinamo Wiper Set 2 750.000,00 1.500.000,00

Stabilizer Ayun Set 2 300.000,00 600.000,00

Karpet Set 2 500.000,00 1.000.000,00

Jumlah 8.250.000,00 16.500.000,00

3 BD1058HY (Ketua Dharma Wanita) Roof 63111-Blozo Set 8 1.500.000,00 12.000.000,00

BD34H (Kabag Humas & Protokol) Lampu Stop Set 8 1.500.000,00 12.000.000,00

BD42H (Kabag Pembangunan) Sentral Log Set 8 450.000,00 3.600.000,00

BD39H (Kabag Hukum) Remot Raiton Set 8 300.000,00 2.400.000,00

BD38H (Kabag Pemerintahan) Saklar Lampu Set 8 750.000,00 6.000.000,00

BD44H (Kabag Perlengkapan) Lis Wafer Belakang Set 8 250.000,00 2.000.000,00

BD31H (Kabag Umum) Tangga Set 8 750.000,00 6.000.000,00

BD30H (Kabag Kesra) Kanebo Set 8 40.000,00 320.000,00

Jumlah 5.540.000,00 44.320.000,00

JumlahTotal 70.470.000,00

Hasil pemeriksaan fisik barang menunjukkan bahwa beberapa jenis suku cadang kendaraan

dinas roda empat tidak ditemukan keberadaan fisiknya minimal sebesar Rp48.290.000,00

dengan rincian sebagai berikut :

18

No. Kendaraan Uraian Satuan Vol Harga (Rp) Jumlah Harga

(Rp)

1 BD29H (Asisten III) Spion Set 1 2.750.000,00 2.750.000,00

SarungJok Set 1 1.500.000,00 1.500.000,00

StabilizerAyun Set 1 300.000,00 300.000,00

2 BD34H (Kabag Humas &Protokol) Roof 63111-Blozo Set 5 1.500.000,00 7.500.000,00

BD42H (Kabag Pembangunan) Lampu Stop Set 5 1.500.000,00 7.500.000,00

BD38H (Kabag Pemerintahan) Sentral Log Set 5 450.000,00 2.250.000,00

BD31H (Kabag Umum) Remot Raiton Set 5 300.000,00 1.500.000,00

BD30H (Kabag Kesra) Saklar Lampu Set 5 750.000,00 3.750.000,00

Lis Wafer Belakang Set 5 250.000,00 1.250.000,00

Tangga Set 5 750.000,00 3.750.000,00

Kanebo Set 5 40.000,00 200.000,00

3 BD1058HY (Ketua Dharma Wanita) Roof 63111-Blozo Set 1 1.500.000,00 1.500.000,00

Lampu Stop Set 1 1.500.000,00 1.500.000,00

Sentral Log Set 1 450.000,00 450.000,00

Remot Raiton Set 1 300.000,00 300.000,00

Saklar Lampu Set 1 750.000,00 750.000,00

Lis Wafer Belakang Set 1 250.000,00 250.000,00

Tangga Set 1 750.000,00 750.000,00

4 BD44H (Kabag Perlengkapan) Roof 63111-Blozo Set 1 1.500.000,00 1.500.000,00

Lampu Stop Set 1 1.500.000,00 1.500.000,00

Sentral Log Set 1 450.000,00 450.000,00

Remot Raiton Set 1 300.000,00 300.000,00

Saklar Lampu Set 1 750.000,00 750.000,00

Tangga Set 1 750.000,00 750.000,00

5 BD 39 H (Kabag Hukum)

Roof 63111-Blozo Set 1 1.500.000,00 1.500.000,00

Lampu Stop Set 1 1.500.000,00 1.500.000,00

Sentral Log Set 1 450.000,00 450.000,00

Remot Raiton Set 1 300.000,00 300.000,00

Saklar Lampu Set 1 750.000,00 750.000,00

Tangga Set 1 750.000,00 750.000,00

Kanebo Set 1 40.000,00 40.000,00

Jumlah Total 48.290.000,00

Hal tersebut menyalahi :

a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah, Pasal 132 dan Pasal 221, yang pada intinya menyatakan:

1) Bukti pengeluaran harus mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang dan

bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti

dimaksud;

2) Dalam melakukan verifikasi atas laporan pertanggungjawaban yang disampaikan, PPK

SKPD berkewajiban meneliti kelengkapan dokumen laporan pertanggungjawaban dan

keabsahan bukti-bukti pengeluaran yang dilampirkan.

Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya kerugian daerah minimal sebesar

Rp66.815.000,00.

19

Kondisi tersebut disebabkan karena:

a. Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah diduga dengan sengaja telah memanipulasi

bukti-bukti pengeluaran yang transaksi senyatanya tidak terjadi untuk kepentingan atau

keuntungan pribadi.

b. PPK Sekretariat Daerah lalai dalam memverifikasi kebenaran material bukti-bukti

pengeluaran yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah.

c. Sekretaris Daerah selaku pengguna anggaran lalai dalam melaksanakan pengawasan atas

pelaksanaan anggaran.

Atas kondisi tersebut Sekretaris Daerah menyatakan bahwa pengadaan baterai charge laptop

dan suku cadang kendaraan dinas roda 4 telah benar-benar dilaksanakan. Hanya saja, untuk

baterai charge laptop masih belum digunakan karena merupakan baterai cadangan apabila

diperlukan. Sedangkan untuk suku cadang kendaraan dinas roda 4, kekurangan administrasi

akan segera dilengkapi.

BPK RI merekomendasikan kepada Bupati Lebong agar:

a. Melakukan upaya hukum atas dugaan manipulasi bukti-bukti pengeluaran yang transaksi

senyatanya tidak terjadi untuk kepentingan atau keuntungan pribadi dan mengupayakan

pengembalian kerugian daerah sebesar Rp66.815.000,00 ke Kas Daerah.

b. Menegur secara tertulis PPK Sekretariat Daerah dan Sekretaris Daerah untuk lebih cermat

dalam memverifikasi kebenaran materiil bukti-bukti pengeluaran dan teliti dalam

mengawasi pelaksanaan belanja dan pertanggungjawabannya.

11. Penggunaan alat angkutan darat bermotor yang pengadaannya bersumber dari Dana

Alokasi Khusus tidak sesuai dengan peruntukannya

Pada TA 2009, Pemerintah Kabupaten Lebong mengalokasikan anggaran belanja modal pada

Dinas Pariwisata, Seni Budaya, dan Perhubungan sebesar Rp2.235.250.000,00 dengan realisasi

sebesar Rp1.913.138.000,00 (85,59%). Dari jumlah realisasi belanja tersebut diantaranya

sebesar Rp1.574.000.000,00 bersumber dari Dana Alokasi Khusus Bidang Sarana dan

Prasarana Perdesaan di Daerah Tertinggal (DAK SPP-DT) dan digunakan untuk pengadaan

kendaraan alat-alat angkutan bermotor.

Pengadaan kendaraan alat-alat angkutan bermotor tersebut dilaksanakan oleh PT. Lautan

Berlian Utama Motor sesuai Surat Perjanjian Kerja nomor 810/635/SPK-

DAK/Parbudhub/2009 tanggal 24 November 2009 senilai Rp1.574.000.000,00, dengan rincian

sebagai berikut:

No Uraian Spesifikasi Jml Jumlah Harga (Rp)

1 Kendaraan Truck 6 Ban FE Truck 136 PS + Perlengkapan 2 458.000.000,00

2 Pick-Up 4 WD Double Gardan Strada Triton GLX Single Cabin 4 925.960.000,00

PPn 10 % 143.096.000,00

Jumlah 1.574.000.000,00

Pemeriksaan fisik barang menunjukkan bahwa terdapat satu unit Strada Triton GLX Single

Cabin bernomor polisi BD-9020-HY ternyata digunakan sebagai kendaraan operasional

Satpol-PP yang tidak sesuai peruntukannya. Kendaraan tersebut telah diberi identitas Satpol-

20

PP. Selain itu, Dinas Pariwisata, Seni Budaya, dan Perhubungan belum menunjuk Kantor

Kecamatan atau Badan Usaha Milik Desa atau organisasi masyarakat setempat yang dibentuk

oleh pemerintah untuk mengoperasionalisasikan dan melakukan pemeliharaan kendaraan

tersebut.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor: 4/PER/M-

PDT/II/2009 pada intinya menyatakan bahwa alat-alat angkutan bermotor yang bersumber

dari DAK tersebut diperuntukkan bagi moda transportasi darat, rawa/sungai, dan kepulauan

untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif masyarakat di kawasan-kawasan produksi di

daerah tertinggal yang kemudian dalam hal operasionalisasi dan pemeliharaannya diserahkan

kepada Kantor Kecamatan atau Badan Usaha Milik Desa atau organisasi masyarakat setempat

yang dibentuk oleh pemerintah daerah.

Hal tersebut mengakibatkan penggunaan alat-alat angkutan bermotor yang bersumber dari

DAK tidak tepat sasaran dan dapat mengganggu pencapaian keberhasilan tujuan dari program

DAK yang telah ditetapkan.

Hal tersebut disebabkan Kepala Dinas Pariwisata, Seni Budaya, dan Perhubungan lalai dalam

mengalokasikan penggunaan kendaraan yang dibiayai DAK TA 2009.

Atas kondisi tersebut, Kepala Dinas Pariwisata, Seni Budaya, dan Perhubungan menyatakan

bahwa mobil Strada Triton GLX Single Cabin bernomor polisi BD 9020 HY digunakan

sebagai operasional Satpol PP dan belum diserahkan ke pihak kecamatan karena penggunaan

mobil oleh Satpol PP hanya bersifat pinjaman sementara sambil menunggu proses penyerahan

kepada pihak kecamatan.

BPK RI merekomendasikan kepada Bupati Lebong agar menegur secara tertulis Kepala Dinas

Pariwisata, Seni Budaya, dan Perhubungan untuk menarik kembali kendaraan yang digunakan

oleh Satpol PP kemudian diserahkan ke kecamatan yang berhak mendapatkan alokasi tersebut.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI

BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

Lam

piran

III.1

TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN

ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DALAM KERANGKA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG TAHUN 2006 S.D 2008

No LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Tindak Lanjut Status

1 2 3 4 5

I LHP Laporan Keuangan

Pemerintah Kabupaten

Lebong Nomor

164.a.1/S/XIV/.2/07/2007

tanggal 23 Juli 2007

1. Tunjangan Perumahan

Pimpinan dan Anggota

DPRD tidak wajar

sebesar

Rp383.950.000,00.

Bupati Lebong agar memerintahkan

Sekretaris DPRD untuk menarik

pembayaran Tunjangan Perumahan

yang tidak wajar sebesar

Rp383.950.000,00 yang telah diterima

oleh Pimpinan dan Anggota DPRD dan

menyetorkannya ke Kas Daerah.

Ditindaklanjuti dengan menyetor ke Kas Daerah

sebesar Rp136.611.000,00 sehingga masih terdapat

sisa sebesar Rp247.339.000,00 yang belum disetor

ke Kas Daerah.

BS

2. Realisasi Asuransi

Kesehatan Pimpinan

dan Anggota DPRD

belum dipotong Pajak

Penghasilan Pasal 21

sebesar

Rp22.200.000,00

Bupati Lebong agar:

a. Menegur Sekretaris DPRD

Kabupaten Lebong atas

kelalaiannya, tidak melakukan

pengawasan secara optimal atas

pengelolaan APBD.

b. Memerintahkan Sekretaris DPRD

untuk menegur Pemegang Kas

atas kelalaiannya dan

memerintahkan Pemegang Kas

untuk memotong dan

menyetorkan pajak yang masih

terhutang sebesar

Rp22.200.000,00 ke Kas Negara.

a. Belum ada tindak lanjut

b. Belum ada tindak lanjut

BD

BD

BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

Lam

piran

III.1

No LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Tindak Lanjut Status

3. Biaya perjalanan dinas

DPRD, Kepala Daerah,

dan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah

menyalahi ketentuan

sebesar

Rp878.780.000,00.

Bupati Lebong agar:

a. Menegur secara tertulis Sekretaris

DPRD, Sekretaris Daerah dan

Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah serta para

pemegang kas supaya

mempedomani ketentuan yang

berlaku.

b. Memerintahkan Sekretaris DPRD

dan Sekretaris Daerah untuk

menarik kelebihan pembayaran

perjalanan dinas ganda dan tidak

sesuai ketentuan sebesar

Rp878.780.000,00 dan

menyetorkannya ke Kas Daerah.

a. Belum ada tindak lanjut

b. Ditindaklanjuti dengan menyetor ke Kas Daerah

sebesar Rp190.103.500,00 sehingga masih

terdapat sisa sebesar Rp688.676.500,00 yang

belum disetor ke Kas Daerah.

BD

BS

4. Biaya operasional

untuk para pejabat di

lingkungan Sekretariat

Daerah tidak sesuai

ketentuan sebesar

Rp127.200.000,00.

Bupati Lebong agar:

a. Menegur secara tertulis Sekretaris

Daerah, Kepala Bagian Keuangan,

Kepala Sub Bagian Verifikasi dan

pemegang kas Sekretariat Daerah

atas kelalaiannya menyetujui

pembayaran yang tidak mentaati

ketentuan.

b. Memerintahkan Sekretaris Daerah

untuk menarik pembayaran Biaya

Operasional yang diterima tunai

sebesar Rp127.200.000,00 dan

menyetorkannya ke Kas Daerah.

a. Belum ada tindak lanjut

b. Ditindaklanjuti dengan menyetor ke Kas

Daerah sebesar Rp88.950.000,00, sehingga

masih terdapat sisa sebesar Rp38.250.000,00

yang belum disetor ke Kas Daerah.

BD

BS

5. Realisasi belanja pada

Dinas Pendidikan

Nasional dan Olah

Raga serta Kantor

Perindustrian dan

Bupati Lebong agar:

c. Memerintahkan kepada Kepala

Bagian Keuangan berdasarkan

hasil pemeriksaan Bawasda

mengesahkan pertanggungjawaban

c. Ditindaklanjuti dengan menyetor ke Kas

Daerah sebesar Rp1.000.000,00 sehingga

masih terdapat sisa sebesar Rp573.453.766,00.

BS

BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

Lam

piran

III.1

No LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Tindak Lanjut Status Perdagangan Tahun

2006 tidak disahkan

sebesar

Rp574.453.766,00.

yang telah memenuhi persyaratan

dan/atau menyetorkan kembali ke

Kas Daerah pengeluaran yang

tidak bisa dipertanggungjawabkan

sebesar Rp574.453.766,00.

6. Kemahalan harga atas

pengadaan komputer

sebesar

Rp250.450.500,00 dan

tidak sesuai kontrak

Rp570.250.000,00.

Bupati Lebong agar:

c. Mengganti barang yang tidak

sesuai spesifikasi dengan barang

minimal sesuai dengan spesifikasi

dalam kontrak sebesar

Rp570.250.000,00.

d. Mempertanggungjawabkan

kemahalan harga sebesar

Rp250.450.000,00 dan

menyetorkannya ke Kas Daerah.

c. Ditindaklanjuti dengan Surat Bupati Lebong

No.700/392/BWD/2007 dan

No.900/324/B.6/2007 tanggal 26 Oktober

2007, namun belum ada bukti penggantian

d. Ditindaklanjuti dengan Surat Bupati Lebong

No.700/392/BWD/2007 dan

No.900/324/B.6/2007 tanggal 26 Oktober

2007, namun belum terdapat pengembalian

dan penyetoran ke Kas Daerah.

BS

BS

7. Realisasi belanja

kegiatan promosi

daerah tidak sesuai

ketentuan sebesar

Rp44.500.000,00.

Bupati Lebong agar:

c. Memerintahkan pembantu

pemegang kas Bagian Ekonomi

dan Pembangunan untuk

mempertanggungjawabkan

pengeluaran sebesar

Rp44.500.000,00

c. Ditindaklanjuti dengan dengan Surat Bupati

Lebong No.700/392 & 321/BWD/2007

tanggal 26 Oktober 2007 dan masalah ini

sudah diproses oleh Kejari Tubei, namun

belum ada pertanggungjawaban.

BS

BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

Lam

piran

III.1

No LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Tindak Lanjut Status

8. Pemotongan Pajak

Penghasilan atas

pendapatan jasa giro

menyalahi ketentuan

sebesar

Rp309.913.316,00.

Bupati Lebong agar memerintahkan

secara tertulis kepada PT Bank

Pembangunan Daerah Bengkulu

supaya jasa giro yang dipotong sebesar

Rp309.913.316,00 disetorkan kembali

ke Kas Daerah.

Ditindaklanjuti dengan Surat Bupati Lebong

No.700/381/BWD/2007 tanggal 26 Oktober, serta

balasan dari Bank BPD No.467/AK.01.01.CP.7

tanggal 1 Nopember 2007, namun belum terdapat

pengembalian dan penyetoran ke Kas Daerah.

BS

9. Realisasi insentif

Pendapatan Asli

Daerah serta insentif

PBB Anggaran 2006

melebihi ketentuan

yang berlaku masing-

masing sebesar

Rp35.403.799,00 dan

sebesar

Rp39.813.447,00.

Bupati Lebong agar:

a. Merevisi Surat Keputusan Bupati

mengenai biaya insentif

Pendapatan Asli Daerah dengan

mengacu pada ketentuan yang

berlaku.

a. Ditindaklanjuti dengan Surat Bupati Lebong

Surat Bupati Lebong No.700/374/BWD/2007

tanggal 26 Oktober 2007, serta balasan dari

Kepala Dispenda No.970/343/DPD.1/2007,

namun belum ada revisi atas Surat Keputusan

Bupati tersebut.

BS

10. Biaya langsung non

personil diragukan

keabsahannya sebesar

Rp386.923.000,00.

Bupati Lebong agar menegur secara

tertulis:

c. Pemegang kas Sekretariat Daerah,

pemegang kas Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah, pemegang

kas Dinas Pertambangan dan

Energi, dan pemegang kas

Sekretariat Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten Lebong

supaya meminta bukti pendukung

yang sah sebesar

Rp386.923.000,00 atas kegiatan

yang dilakukan oleh konsultan dan

jika tidak bisa melengkapi agar

disetor ke Kas Daerah.

c. Ditindaklanjuti dengan Surat Bupati Lebong

No.700/392, 371, dan 369/BWD/2007, serta

surat balasan dari Bappeda No.050/459 &

469/BAPPEDA/2007 tanggal 29 Oktober 2007,

namun belum melengkapi bukti pendukung atau

menyetorkannya ke Kas Daerah.

BS

BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

Lam

piran

III.1

No LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Tindak Lanjut Status

11. Terdapat belanja modal

jaringan listrik tidak

sesuai ketentuan

sebesar

Rp25.000.000,00.

Bupati Lebong agar:

c. Memerintahkan rekanan untuk

mengembalikan biaya lain-lain

sebesar Rp25.000.000,00 dan

menyetorkannya ke Kas Daerah.

c. Ditindaklanjuti dengan Surat Bupati Lebong

No.700/392/BWD/2007 tanggal 26 Oktober

2007, namun rekanan belum menyetorkan ke

Kas Daerah.

BS

12. Pelaksanaan beberapa

pekerjaan pada Dinas

Pekerjaan Umum tidak

sesuai kontrak sebesar

Rp178.285.895,27.

Bupati Lebong agar:

c. Memerintahkan kontraktor PT

Tirta Karya Sakti PT Putra Batu

Bandung mengganti pekerjaan

kaca setebal 5mm masing-masing

senilai Rp9.472.122,00 dan

Rp11.896.560,00 dan 9

kontraktor mengembalikan

kelebihan pembayaran atas

kekurangan fisik sebesar

Rp156.917.213,27 ke Kas

Daerah.

c. Ditindaklanjuti dengan Surat Bupati Lebong

No.700/370/BWD/2007 tanggal 26 Oktober

2007, dan telah disetor ke Kas Daerah sebesar

Rp4.002.175,03, sehingga terdapat sisa yang

belum disetor sebesar Rp174.283.720,24.

BS

13. Keterlambatan

penyelesaian kegiatan

pembangunan jalan dan

gedung belum

dikenakan denda

sebesar

Rp594.914.632,00.

Bupati Lebong agar menegur secara

tertulis:

a. Sekretaris Daerah, Kepala Dinas

Pekerjaan Umum, dan Kepala

Dinas Kesehatan selaku pengguna

anggaran atas pelaksanaan

kegiatan di satuan kerja yang

dipimpinnya agar untuk tidak

mentolerir keterlambatan

pelaksanaan pekerjaan dan untuk

menagih denda keterlambatan

sebesar Rp594.914.632,00.

a. Ditindaklanjuti dengan Surat Bupati Lebong

No.700/392/BWD/2007,

No.700/370/BWD/2007, dan

No.700/375/BWD/2007 tanggal 26 Oktober

2007, dan telah disetor ke Kas Daerah sebesar

Rp12.059.195,00 sehingga masih terdapat sisa

yang belum disetor sebesar Rp582.855.437,00.

BS

BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

Lam

piran

III.1

No LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Tindak Lanjut Status

II LHP Laporan Keuangan

Pemerintah Kabupaten

Lebong Nomor

250.a.2/S/XVIII.PLG/07/

2008 tanggal 17 Juli 2008

2. Kelebihan pembayaran

Tunjangan Komunikasi

Intensif Pimpinan dan

Anggota DPRD Kabu-

paten Lebong sebesar

Rp414.120.000,00.

Bupati Lebong agar:

c. Memerintahkan Sekretaris DPRD

menagih kembali kelebihan

pemberian Tunjangan

Komunikasi Intensif pada

Pimpinan dan Anggota DPRD

Kabupaten Lebong sebesar

Rp414.120.000,00 dan

menyetorkannya ke Kas Daerah.

c. Ditindaklanjuti dengan Surat Bupati Lebong

No.700/639/INS/XII/2009 tanggal 10

Desember 2009, dan telah disetor ke Kas

Daerah sebesar Rp177.974.500,00 Sehingga

masih terdapat sisa sebesar

Rp236.145.500,00 yang harus disetor ke Kas

Daerah.

BS

3. Pencairan Belanja

Penunjang Operasional

(BPO) Pimpinan DPRD

menyalahi ketentuan

serta terdapat kelebihan

pembayaran sebesar

Rp50.715.000,00.

Bupati Lebong agar:

a. Merevisi SK Bupati Lebong

tentang pemberian dana BPO bagi

Pimpinan DPRD agar disesuaikan

dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

c. Memerintahkan Sekretaris DPRD

untuk menarik kelebihan

pembayaran BPO Pimpinan

DPRD sebesar Rp50.715.000,00

dan menyetorkan ke Kas Daerah.

a. Ditindaklanjuti dengan Surat Bupati Lebong

No.700/640/INS/XII/2008 tanggal 10

Desember 2008, namun SK Bupati belum

direvisi.

c. Ditindaklanjuti dengan Surat Bupati Lebong

No.700/642/INS/XII/2008 tanggal 10

Desember 2008, namun kelebihan pembayaran

BPO belum ditarik dan disetor ke Kas Daerah.

BS

BS

4. Kelebihan pembayaran

atas biaya penginapan

pada perjalanan dinas

di lingkungan

Sekretariat DPRD

sebesar

Rp151.350.000,00.

Bupati Lebong agar:

b. Memerintahkan Sekretaris DPRD

untuk menarik kembali kelebihan

pembayaran atas biaya

penginapan pada perjalanan dinas

dari Anggota DPRD dan

pegawai/pejabat di lingkungan

Sekretariat DPRD sebesar

Rp151.350.000,00 dan

menyetorkan kembali ke Kas

Daerah.

b. Ditindaklanjuti dengan Surat Bupati Lebong

No.700/645/INS/XII/2008 tanggal 10

Desember 2008, dan telah disetor ke Kas

Daerah sebesar Rp22.200.000,00 sehingga

masih terdapat sisa sebesar Rp129.150.000,00

yang harus disetor ke Kas Daerah.

BS

BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

Lam

piran

III.1

No LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Tindak Lanjut Status

5. Biaya perjalanan dinas

Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah

melebihi ketentuan

sebesar

Rp157.750.000,00.

Bupati Lebong agar:

c. Memerintahkan Sekretaris Daerah

untuk menarik kelebihan

pembayaran atas biaya perjalanan

dinas dari Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah sebesar

Rp157.750.000,00 dan

menyetorkan kembali ke Kas

Daerah.

c. Ditindaklanjuti dengan menyetor ke Kas

Daerah sebesar Rp49.800.000,00 sehingga

masih terdapat sisa sebesar Rp107.950.000,00

BS

9. Ketinggian harga atas

kegiatan pengadaan

pakaian dinas dan

perlengkapannya

sebesar

Rp96.800.000,00.

Bupati Lebong agar:

b. Memerintahkan PPTK untuk

menyetorkan kelebihan

pembayaran pengadaan baju

LINMAS sebesar

Rp96.800.000,00.

b. Ditindaklanjuti dengan Surat Bupati Lebong

No.700/656/INS/XII/2008 tanggal 10

Desember 2008, dan telah disetor ke Kas

Daerah sebesar Rp6.000.000,00 sehingga

masih terdapat sisa sebesar Rp90.800.000,00

yang harus disetor ke Kas Daerah

BS

10. Denda keterlambatan

belum dikenakan dan

terdapat pembayaran

ganda atas kegiatan

inventarisasi dan

sertifikasi lahan milik

Pemerintah Kabupaten

Lebong sebesar

Rp77.653.255,00.

Bupati Lebong agar:

b. Memerintahkan Kepala Bagian

Pemerintahan Sekretariat Daerah

Kabupaten Lebong menagih

kembali pembayaran ganda

sebesar Rp68.532.700,00 denda

keterlambatan sebesar

Rp9.120.555,00 serta

menyetorkan ke Kas Daerah.

b. Ditindaklanjuti dengan Surat Bupati Lebong

No.700/660/INS/XII/2008 tanggal 10

Desember 2008, namun pembayaran ganda

dan denda keterlambatan belum ditagih dan

disetor ke Kas Daerah.

BS

BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

Lam

piran

III.1

No LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Tindak Lanjut Status

11. Ketinggian harga atas

pekerjaan kuda-kuda

baja ringan dan rangka

atap sebesar

Rp18.069.400,00.

Bupati Lebong agar:

c. Memerintahkan PPTK untuk

menyetorkan ketinggian atas

kontrak pekerjaan sebesar

Rp18.069.400,00 ke Kas Daerah.

c. Ditindaklanjuti dengan menyetorkan ke Kas

Daerah sebesar Rp8.359.000,00 sehingga

masih ada kekurangan sebesar

Rp9.710.400,00.

BS

12. Pelaksanaan pekerjaan

tidak sesuai kontrak

sebesar

Rp137.679.883,81.

Bupati Lebong agar:

c. Memerintahkan PPTK menarik

kembali kelebihan pembayaran

atas kegiatan peningkatan jalan

dan pembangunan gedung kantor

bupati dan DPRD sebesar

Rp137.679.883,81 dan

menyetorkan ke Kas Daerah.

c. Ditindaklanjuti dengan penyetoran ke Kas

Daerah sebesar Rp2.500.000,00 sehingga

masih ada kekurangan sebesar

Rp135.179.883,81.

BS

III LHP Laporan Keuangan

Pemerintah Kabupaten

Lebong Nomor

06/LK/XVIII.BKL/06/20

09 tanggal 8 Juni 2009

1. Pencairan Belanja

Penunjang Operasional

Pimpinan DPRD

melebihi ketentuan

sebesar

Rp77.112.000,00

Bupati Lebong agar:

c. Memerintahkan Sekretaris DPRD

untuk menarik kembali kelebihan

pembayaran BPO Pimpinan DPRD

sebesar Rp77.112.000,00 dan

selanjutnya disetorkan ke Kas

Daerah.

Surat Bupati no 700/429/INS/X/2009 tanggal 26

Oktober 2009 memerintahkan Sekretaris DPRD

untuk menarik kembali kelebihan pembayaran

BPO Pimpinan DPRD sebesar Rp77.112.000,00

dan selanjutnya disetorkan ke Kas Daerah. Telah

disetor ke Kas Daerah sebesar Rp4.492.500,00

Sehingga masih terdapat sisa sebesar

Rp72.619.500,00

BS

BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

Lam

piran

III.1

No LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Tindak Lanjut Status

2. Pembayaran Tunjangan

Komunikasi Intensif

Pimpinan dan Anggota

DPRD Melebihi

Ketentuan Sebesar

Rp415.905.000,00

Bupati Lebong agar:

a. Mencabut Keputusan Bupati

No.373 Tahun 2008 tentang TKI

DPRD Kabupaten Lebong,

Surat Bupati no 700/430/INS/X/2009 tanggal 26

Oktober 2009 memerintahkan Kepala Bagian

Hukum Sekretariat Daerah untuk meninjau ulang

keputusan Bupati Lebong no 737 Tahun 2008

tentang TKI DPRD Kabupaten Lebong.

Belum ada hasil peninjauan ulang dan pencabutan

atas Keputusan Bupati No.373 Tahun 2008.

BS

c. Memerintahkan Sekretaris DPRD

untuk menarik kembali kelebihan

pembayaran TKI sebesar

Rp415.905.000,00.

Surat Bupati no 700/434/INS/X/2009 tanggal 26

Oktober 2009 memerintahkan Sekretaris DPRD

menarik kelebihan pembayaran TKI DPRD sebesar

Rp415.905.000,00 dan telah disetor ke Kas Daerah

sebesar Rp2.000.000,00 Sehingga masih terdapat

sisa sebesar Rp413.905.000,00 yang harus disetor

ke Kas Daerah.

BS

3. Pengadaan tanah senilai

Rp6.409.300.000,00

tidak sesuai ketentuan,

sehing-ga

menimbulkan kema-

halan harga,

kekurangan

pemungutan pajak

sebesar

Rp18.250.000,00, dan

melebihi anggaran

sebe-sar pengeluaran

tidak da-pat

dipertanggung-

jawabkan sebesar

Rp127.300.000,00,

Bupati Lebong agar:

b. Meminta pertanggungjawaban

Kepala Bagian Pemerintahan atas

dugaan markup yang telah

menimbulkan kerugian daerah dan

menginstruksikan Inspektur

Pemkab Lebong untuk meneliti

ulang kewajaran harga tanah dan

hasilnya disampaikan ke BPK RI.

Surat Bupati no 700/437/INS/X/2009 tanggal 26

Oktober 2009 berisi perintah kepada Kabag

Pemerintahan Sekretariat Daerah untuk

mempertanggungjawabkan atas dugaan markup

yang telah menimbulkan kerugian daerah, menarik

kembali kekurangan pembayaran pajak sebesar

Rp18.250.000,00, honor tim penilai tanah sebesar

honor Tim Penilai Tanah sebesar Rp11.400.000,00

dan meminta pertanggungjawaban kelebihan

penggunaan anggaran sebesar Rp73.880.000,00.

Bupati Lebong belum menginstruksikan Inspektur

Pemkab Lebong untuk meneliti ulang kewajaran

harga tanah dan hasilnya disampaikan ke BPK RI.

BS

BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

Lam

piran

III.1

No LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Tindak Lanjut Status c. Menarik kembali kekurangan

pembayaran pajak sebesar

Rp18.250.000,00 dan untuk

selanjutnya disetorkan ke Kas

Negara, menarik kembali

pembayaran honor Tim Penilai

Tanah sebesar Rp11.400.000,00

dan meminta pertanggungjawaban

kelebihan penggunaan anggaran

sebesar Rp73.880.000,00.

Surat Bupati no 700/437/INS/X/2009 tanggal 26

Oktober 2009 berisi perintah kepada Kabag

Pemerintahan Sekretariat Daerah untuk

mempertanggungjawabkan atas dugaan markup

yang telah menimbulkan kerugian daerah, menarik

kembali kekurangan pembayaran pajak sebesar

Rp18.250.000,00, honor tim penilai tanah sebesar

honor Tim Penilai Tanah sebesar Rp11.400.000,00

dan meminta pertanggungjawaban kelebihan

penggunaan anggaran sebesar Rp73.880.000,00.

Belum ada pengembalian ke Kas Daerah

BS

4. Terjadi kelebihan

pembayaran sebesar

Rp373.641.181,00 pada

kontrak pekerjaan jalan

di Dinas Pekerjaan

Umum

BPK RI menyarankan Bupati Lebong

agar:

a. Mengenakan sanksi sesuai dengan

ketentuan yang berlaku kepada

Pengguna Anggaran dan PPTK

atas kelalaiannya sehingga

menimbulkan kerugian daerah

sebesar Rp286.227.406,00

(Rp373.641.181,00 -

Rp87.413.775,00).

Belum ada tindak lanjut

BD

c. Meminta pertanggungjawaban

Pengguna Anggaran agar

mengembalikan kelebihan

pembayaran sebesar

Rp286.227.406,00 ke Kas Daerah

Belum ada tindak lanjut BD

BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

Lam

piran

III.1

No LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Tindak Lanjut Status

5. Volume beberapa hasil

pekerjaan di

lingkungan Pemkab

Lebong kurang dari

kontrak sebesar

Rp900.803.553,92

BPK RI menyarankan Bupati Lebong

agar:

a. Meminta pertanggungjawaban

Kepala Dinas Parbudhub dan

Kepala Dinas PU atas

kelalaiannya, sehingga

menimbulkan kerugian keuangan

daerah sebesar Rp900.803.553,92

untuk selanjutnya mengembalikan

kerugian tersebut ke Kas Daerah.

Surat Bupati no 700/439, 440/INS/X/2009 tanggal

26 Oktober 2009 berisi perintah kepada Kepala

Dinas PU dan Kepala Dinas Parbudhub untuk

mengembalikan kerugian yang ditimbulkan akibat

pekerjaan kurang dari kontrak. Belum ada

pengembalian ke Kas Daerah.

BS

6. Jaminan pelaksanaan

sebesar

Rp859.070.140,00 atas

pemutusan beberapa

kontrak pekerjaan di

lingkungan Pemkab

Lebong tidak dicairkan

BPK RI menyarankan Bupati Lebong

agar memberi teguran tertulis kepada

Kepala Dinas terkait dan

menginstruksikan untuk mencairkan

jaminan pelaksanaan sebesar

Rp859.070.140,00 pada PT Bank

Bengkulu. Dalam hal PT Bank

Bengkulu menolak pencairan jaminan

pelaksanaan supaya diambil langkah-

langkah hukum dan dipertimbangkan

kembali keikutsertaan penyedia barang

dan jasa yang menggunakan jaminan

pelaksanaan PT Bank Bengkulu

Surat Bupati no 700/443 s.d. 448/INS/X/2009

tanggal 26 Oktober 2009 berupa teguran tertulis

kepada Kepala Dinas ybs karena tidak mencairkan

jaminan pelaksanaan atas pemutusan beberapa

kontrak dan diinstruksikan untuk mencairkan

jaminan pelaksanaan pada PT Bank Bengkulu.

Dalam hal PT Bank Bengkulu menolak pencairan

jaminan pelaksanaan supaya diambil langkah-

langkah hukum dan dipertimbangkan kembali

keikutsertaan penyedia barang dan jasa yang

menggunakan jaminan pelaksanaan PT Bank

Bengkulu.

Belum ada hasil pencairan jaminan pelaksanaan

pada PT Bank Bengkulu.

BS

7. Pemerintah Kabupaten

Lebong kurang

memotong Pajak

Penghasilan Jasa

Konstruksi sebesar

Rp87.695.097,00

BPK RI menyarankan Bupati Lebong

agar:

b. Menarik kembali kekurangan

pembayaran pajak Jasa Konstruksi

dari penyedia barang dan jasa

sebesar Rp87.695.097,00 dan

menyetorkannya ke Kas Negara

Surat Bupati no 700/450 /INS/X/2009 tanggal 26

Oktober 2009 berupa perintah kpd Kabid

Perbendaharaan dan Verifikasi untuk menarik

kembali kekurangan pembayaran PPh Jasa

Konstruksi dari penyedia barang dan jasa sebesar

Rp87.695.097,00 dan menyetorkannya ke Kas

Negara. Belum ada penyetoran ke Kas Negara.

BS

BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

Lam

piran

III.1

No LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Tindak Lanjut Status

8. Pengadaan 500.000

batang bibit karet

mengalami

keterlambatan dan tidak

dikenakan denda

sebesar

Rp60.830.000,00

BPK RI menyarankan Bupati Lebong

agar menegur Pengguna Anggaran dan

PPTK pada Dinas Hutbun, atas

keterlambatan penerimaan barang,

selanjutnya memerintahkan untuk

menarik denda keterlambatan sebesar

Rp60.830.000,00.

Surat Bupati no 700/451 /INS/X/2009 tanggal 26

Oktober 2009 berupa teguran tertulis kepada

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan atas

keterlambatan penerimaan barang.

Surat Bupati no 700/452/INS/X/2009 tanggal 26

Oktober 2009 kepada Kepala Dinas Kehutanan dan

Perkebunan untuk memberikan teguran kepada

PPTK dan menarik denda keterlambatan sebesar

Rp60.830.000,00 dan menyetorkannya ke Kas

Daerah. Belum ada penyetoran ke Kas Daerah

BS

9. Pengadaan 10 ekor sapi

perah sebesar

Rp98.450.000,00

belum diterima

barangnya atau fiktif

BPK RI menyarankan Bupati Lebong

agar:

b. Memberi sanksi yang tegas kepada

Pengguna Anggaran dan PPTK Sapi

Perah pada Dinas Koperasi, UKM,

dan Perindag sesuai ketentuan yang

berlaku, serta menarik kembali

pembayaran pengadaan sebesar

Rp98.450.000,00.

Surat Bupati no 700/453/INS/X/2009 tanggal 26

Oktober 2009 berupa perintah kepada Kepala

Dinas Koperasi, UKM dan Perindag untuk

a. Memberikan teguran kpd panitia pengadaan 10

ekor sapi untuk berhati-hati dalam memilih

rekanan pengadaan barang dan jasa

b. Memblacklist CV Indo Karya Agung

c. Menarik kembali pengadaan sebesar

Rp98.450.000,00 serta menyetorkannya ke Kas

Daerah. Belum ada penyetoran ke Kas Daerah.

BS

10. Pengadaan note book

sebesar

Rp26.000.000,00 fiktif

BPK RI menyarankan Bupati Lebong

agar memberikan sanksi yang tegas

kepada Pengguna Anggaran, PPTK,

dan Panitia Penerima Barang kegiatan

pengadaan note book dan printer pada

BPMPPKB sesuai ketentuan yang

berlaku dan meminta

pertanggungjawaban Pengguna

Anggaran untuk mengembalikan uang

daerah sebesar Rp26.000.000,00 ke

Kas Daerah.

Surat Bupati no 700/454/INS/X/2009 tanggal 26

Oktober 2009 berupa perintah kepada Kepala

BPMPPKB untuk menarik kembali uang kegiatan

pengadaan notebook dan printer sebesar

Rp26.000.000,00 dan menyetorkannya ke Kas

Daerah.

Belum ada sanksi yang tegas kepada Pengguna

Anggaran, PPTK dan Panitia Penerima Barang dan

belum ada penyetoran ke Kas Daerah

BS

BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu

Lam

piran

III.1

No LHP Temuan Pemeriksaan Rekomendasi Tindak Lanjut Status

11. Sumbangan Pihak

Ketiga dalam rangka

penerbitan SIOPDA

sebesar

Rp555.389.710,00

belum dipungut

BPK RI menyarankan Bupati Lebong

agar memerintahkan Sekretaris Daerah

menegur Kabag Pembangunan yang

tidak tegas dalam memungut SIOPDA

dan selanjutnya memungut pembayaran

SIOPDA sebesar Rp555.389.710,00

dari masing-masing rekanan yang

belum membayar tersebut.

Surat Bupati no 700/455/INS/X/2009 tgl 26

oktober 2009 berupa perintah kepada Sekretaris

Daerah untuk menegur Kabag Pembangunan yang

tidak tegas dalam memungut SIOPDA dan

memerintahkan Kabag Pembangunan memungut

pembayaran SIOPDA sebesar Rp555.389.710,00

dari masing-masing rekanan yang belum

membayar tersebut. Belum ada pembayaran

SIOPDA tersebut ke Kas Daerah

BS

Keterangan:

BS : Tindak Lanjut Belum Sesuai Rekomendasi

BD : Belum Ditindaklanjuti

Lampiran III.2

No. Nama JabatanLebih Bayar

(Rp)

PPh 21

(15%) (Rp)

Jumlah

Bersih (Rp)

1 H.Armansyah. M, SE Ketua 8.400.000 1.260.000 7.140.000

2 Rosjonsyah Wakil Ketua 3.360.000 504,000 2.856.000

3 Ir. Amrozi Ishak Wakil Ketua 3.360.000 504,000 2.856.000

15.120.000 2.268.000 12.852.000

No. Nama JabatanLebih Bayar

(Rp)

PPh 21

(15%) (Rp)

Jumlah

Bersih (Rp)

1 H.Armansyah. M, SE Ketua 4.200.000 630,000 3.570.000

2 Rosjonsyah Wakil Ketua 4.200.000 630,000 3.570.000

3 Ir. Amrozi Ishak Wakil Ketua 4.200.000 630,000 3.570.000

4 Affan Jauhari, SE Anggota 4.200.000 630,000 3.570.000

5 A.Bursani Anggota 4.200.000 630,000 3.570.000

6 Noharli, S.Sos Anggota 4.200.000 630,000 3.570.000

7 Samsui Yusuf, SH Anggota 4.200.000 630,000 3.570.000

8 Amirul Mukminin, B.Sc. Anggota 4.200.000 630,000 3.570.000

9 Ahmad Gusti Anggota 4.200.000 630,000 3.570.000

10 M. Gustiadi Anggota 4.200.000 630,000 3.570.000

11 Sri Murtini Mirza Anggota 4.200.000 630,000 3.570.000

12 Azizah Tulbayani Anggota 4.200.000 630,000 3.570.000

13 Hasniwati Anggota 4.200.000 630,000 3.570.000

14 Ir. Mayda Yanti Anggota 4.200.000 630,000 3.570.000

15 Agustian, SH Anggota 4.200.000 630,000 3.570.000

16 Drs. Basing Ado Anggota 4.200.000 630,000 3.570.000

17 Ir. Darman Anggota 4.200.000 630,000 3.570.000

18 Gustami, SE Anggota 4.200.000 630,000 3.570.000

19 Muslim, S.Pd Anggota 4.200.000 630,000 3.570.000

20 Erlian Anggota 4.200.000 630,000 3.570.000

84.000.000 12.600.000 71.400.000Jumlah

Daftar Penerima Belanja Operasional Pimpinan

Daftar Penerima Tunjangan Komunikasi Intensif

Jumlah

Jml

mlmTarif Dibayarkan

Jmh

Kelebihan

Jml

HariTarif Dibayarkan

Jmh

KelebihanJumlah

1 03 Januari 2009 Koordinasi Anggaran Jakarta 2 1.400.000 2.400.000 1.000.000 - - - - 1.000.0002 10 Januari 2009 Meninjau lokasi tanah Bandung 3 1.800.000 2.550.000 750.000 4 1.400.000 1.800.000 400.000 1.150.0003 26 Januari 2009 Koordinasi Dapil Jakarta 3 2.100.000 2.295.000 195.000 - - - - 195.0004 06 Februari 2009 Koordinasi Bantuan Jakarta 2 1.400.000 2.400.000 1.000.000 - - - - 1.000.0005 24 Februari 2009 Dialog Publik Palembang 2 1.000.000 2.400.000 1.400.000 - - - - 1.400.0006 04 Maret 2009 Koordinasi Pemekaran Jakarta 2 1.400.000 2.400.000 1.000.000 - - - - 1.000.0007 19 Maret 2009 Koordinasi Bencana Jakarta 3 2.100.000 2.400.000 300.000 - - - - 300.0008 25 Maret 2009 Koordinasi Percepatan DT Jakarta 3 2.100.000 2.400.000 300.000 - - - - 300.0009 28 Maret 2009 Koordinasi Bappenas Jakarta 1 700.000 1.200.000 500.000 - - - - 500.000

10 22 April 2009 Koordinasi Depdagri Jakarta 2 1.400.000 2.400.000 1.000.000 - - - - 1.000.00011 08 Mei 2009 Koordinasi pemerintahan Jakarta 1 700.000 735.000 35.000 - - - - 35.00012 11 Mei 2009 Musrenbangnas Jakarta 3 2.100.000 2.550.000 450.000 - - - - 450.00013 15 Mei 2009 Kerja sama Transmigrasi Bandung 2 1.200.000 2.400.000 1.200.000 - - - - 1.200.00014 05 Mei 2009 Jambore SL-PTT Solo 4 2.400.000 2.840.000 440.000 - - - - 440.00015 11 Juni 2009 Pengelolaan devisa Bandung 2 1.200.000 2.400.000 1.200.000 - - - - 1.200.00016 17 Juni 2009 PNPM Kepri 3 1.350.000 1.875.000 525.000 - - - - 525.00017 29 Agustus 2009 Koordinasi Depnakertrans Jakarta 2 1.400.000 1.725.000 325.000 - - - - 325.00018 01 September 2009 Depdagri Jakarta 2 1.400.000 1.700.000 300.000 - - - - 300.00019 15 September 2009 Koordinasi Pembangunan Jakarta 1 700.000 850.000 150.000 - - - - 150.00020 26 September 2009 Koordinasi Pembangunan Jakarta 1 700.000 850.000 150.000 - - - - 150.00021 10 Oktober 2009 Halal Bihalal Jakarta 3 2.100.000 2.250.000 150.000 - - - - 150.00022 23 Oktober 2009 Koordinasi BKN Jakarta 3 2.100.000 2.550.000 450.000 - - - - 450.00023 28 Oktober 2009 Bantuan gempa Padang 3 1.800.000 2.550.000 750.000 - - - - 750.00024 02 Nopember 2009 Koordinasi UI Jakarta 2 1.400.000 1.700.000 300.000 - - - - 300.00025 11 Nopember 2009 Workshop Ekon Daerah Jakarta 2 1.400.000 1.700.000 300.000 - - - - 300.00026 12 Nopember 2009 Tapal Batas Jakarta 1 700.000 850.000 150.000 - - - - 150.00027 23 Nopember 2009 Tapal Batas Jambi 2 1.000.000 1.920.000 920.000 - - - - 920.00028 4 Desember 2009 Koordinasi Kementrian DT Jakarta 2 1.400.000 1.700.000 300.000 - - - - 300.000

29 15 Desember 2009 Konsultasi Sekneg Jakarta 2 1.400.000 1.700.000 300.000 - - - - 300.000

TOTAL 16.240.000

La

mp

iran

III.3

Rekap Kelebihan Pembayaran SPPD Bupati

No. Tanggal Nama Kegiatan TujuanBiaya Penginapan Uang Harian

(dalam rupiah)

Per.KDH ttg

Sist.Pembukuan

Akunt. Pemda

Penyusunan

Ranc. Perda ttg

APBD

Penyusunan LPJ

Pelaksanaan

APBD

Peraturan KDH

ttg Penyusunan

APBD

Ranc. Perda ttg

Pertg.jwbn

Plksnaan APBD

Ranc. Perda ttg

Perub. APBD

Ranc. Per.KDH

ttg Penjabaran

Perub. APBD

Ranc.Per.KDH

ttg Penjabaran

APBD

1 Syahruddin 1.912.500 - - 3.825.000 1.912.500 - - 1.721.250 9.371.250

2 Sudaryono 1.912.500 - - - - - - - 1.912.500

3 Nedi Sunardi 1.912.500 - - - - - - - 1.912.500

4 M. Indra Gunawan 1.912.500 1.912.500 - 4.500.000 1.912.500 1.062.500 - 2.025.000 13.325.000

5 Iman Ilham 34.225.000 - 16.187.500 - 15.262.500 - - 9.712.500 75.387.500

6 Wawan Triadi 34.225.000 - 16.187.500 - - 11.100.000 - 9.712.500 71.225.000

7 Mukhlis 34.225.000 11.100.000 16.187.500 - - 11.100.000 - 9.712.500 82.325.000

8 Febri Hanifan 34.225.000 11.100.000 - - 15.262.500 - - 9.712.500 70.300.000

9 Dalhadi Umar - 1.912.500 - - - 1.062.500 1.487.500 - 4.462.500

10 Z.Amin Yasik - 1.912.500 - 3.825.000 - 1.062.500 1.487.500 1.721.250 10.008.750

11 Azhary AR - 1.912.500 - - - 1.062.500 1.487.500 1.721.250 6.183.750

12 Mustarani Abidin - 1.912.500 - - - 1.062.500 1.487.500 1.721.250 6.183.750

13 Mirwan Effendi - 1.912.500 - - - 1.062.500 1.487.500 1.721.250 6.183.750

14 Rita Eliza - 1.912.500 - - - 1.062.500 1.487.500 - 4.462.500

15 Fauzi Taher - 1.912.500 - 3.825.000 - 1.062.500 1.487.500 1.721.250 10.008.750

16 Arbain Hakim - 1.912.500 - - 1.912.500 - - - 3.825.000

17 Tuti Maryani - 1.912.500 - 3.825.000 - 1.062.500 1.487.500 1.721.250 10.008.750

18 Rosdiana Basrie - 11.100.000 16.187.500 - - 11.100.000 16.187.500 - 54.575.000

19 Fachirurozi - 11.100.000 16.187.500 - 15.262.500 - 16.187.500 9.712.500 68.450.000

20 Samsul Komar - - - - - 1.062.500 - 1.721.250 2.783.750

21 Erlangga Idrus - - - - - - - 1.721.250 1.721.250

JUMLAH 144.550.000 63.525.000 80.937.500 19.800.000 51.525.000 43.925.000 44.275.000 66.078.750 514.616.250

No Nama

Kegiatan

Honorarium Belanja Operasional (Belanja Pegawai Langsung) DPPKAD

TOTAL

Lam

pira

n III.4

(dalam rupiah)

Lampiran III.5

No Nama BukuVolume

Kontrak

Volume

Tersedia

Selisih

Volume

Harga

Satuan

(Rp)

Jumlah (Rp)

1 Aku Bisa Menghemat Energi 5 0 5 117.000 585.000

2 Buah Rindu 5 2 3 87.000 261.000

3 Deru Campur Debu 5 0 5 78.000 390.000

4 Setanggi Timur 5 1 4 72.000 288.000

5 Perempuan di Persimpangan Zaman 5 4 1 72.000 72.000

6 Tak Putus Dirundung Malang 5 2 3 126.000 378.000

7 Anak Perawan di Sarang Penyamun 5 3 2 78.000 156.000

8 Dian Yang Tak Kunjung Padam 5 2 3 108.000 324.000

9 Amir Hamzah Penyair Besar Dua Zaman 5 3 2 45.000 90.000

10 Sutan Takdir Alihsyahbana 1908-1994 5 4 1 99.000 99.000

11 Muka Marketplace 5 3 2 75.000 150.000

12 Supermiring Famili 5 2 3 81.000 243.000

13 Babi Ngesot 5 4 1 96.000 96.000

14 Mother Keder 4 3 1 81.000 81.000

15 Uwikroskop 4 3 1 93.000 93.000

16 Cinta Itu .. 4 3 1 79.500 79.500

17 Doroymon A Wonderfull 4 2 2 90.000 180.000

18 CBSA Catatan Bodor Siswa Aktif 4 2 2 93.000 186.000

19 The Popokmen 5 4 1 99.000 99.000

20 Info Lengkap Wara Laba 6 5 1 300.000 300.000

21 Siasat Investasi Cerdik 6 5 1 54.000 54.000

22 101 + Peluang Penghasilan Tambahan 6 5 1 114.000 114.000

23 Ilmu Bisnis Tionghoa 5 4 1 67.500 67.500

24 Peluang Bisnis Tahan Krisis 5 4 1 99.000 99.000

25 101 Ide Cemerlang Tentang Uang 6 5 1 36.000 36.000

26 50 Peluang Usaha Dengan Modal Rp 10 Juta 5 4 1 66.000 66.000

27 Tak Ada Yang Tak Mungkin 5 3 2 54.000 108.000

28 Encyclopedy Fauna 5 0 5 976.000 4.880.000

29 Ensiklopedi Mini 5 1 4 228.000 912.000

30 Ensiklopedi Mini Dunia Kita 5 2 3 197.100 591.300

31 Paket Ensiklopedia 5 0 5 897.000 4.485.000

32 Ensiklopedia Mini Hewan 5 1 4 228.000 912.000

33 Ensiklopedi Mini Sain 5 3 2 177.000 354.000

34 Ensiklopedia Mini Tubuh Manusia 5 2 3 177.000 531.000

35 Ensiklopedia Keajaiban Tubuh Manusia 5 1 4 126.000 504.000

36 Berhala Holocoust 6 5 1 75.000 75.000

37 Dana Siluman DKP Dalam Kampanye Capres 6 5 1 63.000 63.000

38 Fidel Castro Melawan 6 5 1 87.000 87.000

39 Habibie, Prabowo, dan Wiranto Beraksi 6 0 6 132.000 792.000

40 Tragedi IPDN 7 4 3 93.000 279.000

41 Dari Revolusi 45 Sampai Kudeta 66 6 2 4 178.500 714.000

42 Bung Tomo Suamiku 6 5 1 111.000 111.000

43 Politik (La Politica) 6 5 1 135.000 135.000

44 41 Diktator Zaman Modern 6 4 2 102.000 204.000

46 7 Tokoh Kunci Nazi 6 5 1 70.500 70.500

47 Tionghoa Dalam Cengkraman SKBRI 6 5 1 84.000 84.000

48 Fiqih Today T2 Politik 6 0 6 76.800 460.800

49 Perbandingan Politiki 6 0 6 348.000 2.088.000

50 248 Trik dan Tips Baru Window Xp 4 3 1 73.500 73.500

51 Panduan Membangun Jaringan Komputer 4 3 1 78.000 78.000

52 Voip (Nelpon Murah pake Internet) 4 3 1 57.000 57.000

53 Pengen cepat Shortcut Aja 4 0 4 57.000 228.000

54 Panduan Praktis Tune-Up Mesin Mobil 4 3 1 54.000 54.000

55 Mengilaukan Mobil Standar Salon Dalam Sehari 4 0 4 84.000 336.000

56 Merakit Sendiri Alat Penjernih Air 4 3 1 40.500 40.500

57 Geogle, Penggunaan, Kacking, dan Bahayanya 4 3 1 54.000 54.000

58 Tune-Up Ringan Sepeda Motor 4 Tak 4 0 4 88.500 354.000

59 Hemat BBM dengan Air Plus 4 0 4 90.000 360.000

60 Kaya Ari Bisnis Sistem Cendol dan Botol 4 3 1 82.500 82.500

61 Cara Cerdas Menjadi Pengusaha Hebat 4 3 1 90.000 90.000

62 Rahasia Sukses Orang-Orang Sukses 4 2 2 90.000 180.000

63 100 Peluang Usaha 4 0 4 78.000 312.000

Lampiran III.5

No Nama BukuVolume

Kontrak

Volume

Tersedia

Selisih

Volume

Harga

Satuan

(Rp)

Jumlah (Rp)

64 Cara Mudah Meraup Uang di Handphone 4 0 4 67.500 270.000

65 Awas, Jangan Sampai Modar di Pasar Modal 4 0 4 78.000 312.000

66 Berani Mulai, Berani Sukses 4 3 1 126.000 126.000

67 21 Bisnis Sampingan Untuk Mahasiswa 4 3 1 76.500 76.500

68 Balance Brand 4 3 1 132.000 132.000

69 The Art and Practise Of Leadership Coasing 4 0 4 195.000 780.000

70 The Heart of Change 4 3 1 150.000 150.000

71 Panduan Lengkap Memulai dan Mengelola Usaha di Rumah 4 0 4 97.500 390.000

72 230 + Sumber Pinjaman Untuk usaha Anda 4 3 1 132.000 132.000

73 Cara Membuat Aneka Aksesori dari Roti tawar 4 0 4 72.000 288.000

74 505 Resep Kue Enak 4 3 1 147.000 147.000

75 Internet Sederhana Untuk UKM 5 2 3 78.000 234.000

76 Jadi Kaya Selagi Mahasiswa 5 2 3 66.000 198.000

77 UU 21 tahun 2007 ttg Pemberantasan Tindak PidananPerdagangan Orang 7 0 7 57.000 399.000

78 Undang-Undang HAM 7 5 2 60.000 120.000

79 UU RI No. 14 tahun 1992 ttg Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 7 5 2 75.000 150.000

80 UU No 23 ttg Perlindungan Anak 7 6 1 45.000 45.000

81 KUHP, Kitab UU Hukum Pidana, dan KUHAP 7 4 3 109.500 328.500

82 UU RI No. 4 Thn 1992 ttg Perumahan dan Pemukiman 7 5 2 73.500 147.000

83 Praktisi Hukum berbagi 7 0 7 52.500 367.500

84 UU No. 20 thn 2003 ttg Sisdiknas 7 0 7 67.500 472.500

85 UU No. 32 thn 2004 ttg Pemerintah Daerah 7 0 7 66.000 462.000

86 UU RI No. 13 Thn 2006 ttg Perlindungan Saksi dan Korban beserta penjelasannya 7 3 4 33.000 132.000

87 UU No. 23 Thn 1992 ttg Kesehatan 7 6 1 73.500 73.500

88 UU RI No. 8 ttg Perlindungan Konsumen dan Penjelasannya 7 0 7 45.000 315.000

89 Hak-hak Pekerja Bila di PHK 7 6 1 52.500 52.500

90 UUD 1945 7 0 7 46.500 325.500

91 Hukum Lingkungan Masalah dan Penanggulangannya 7 6 1 112.500 112.500

93 Azas-Azas Hukum Pidana 7 3 4 153.000 612.000

94 Tindak Pidana Tertentu di Indonesia 7 4 3 141.000 423.000

95 Hukum Acara Perdata di Indonesia 7 6 1 163.500 163.500

96 Pengantar Hukum Indonesia 6 5 1 126.000 126.000

97 Ilmu Negara 6 0 6 130.500 783.000

98 Mengenai Hukum Suatu Pengantar 6 5 1 88.500 88.500

99 KUHP, Kitab UU Hukum Pidana 6 5 1 163.500 163.500

100 Ilmu Negara Dalam Perspektif 6 5 1 126.000 126.000

101 Pedoman Barang dan Jasa 5 4 1 171.000 171.000

102 Azas Hukum Adat Indonesia 5 0 5 148.500 742.500

Jumlah 35.464.100