23
[email protected] [email protected] 0817556929 Disampaikan pada "Penyegaran Petugas Inseminator ATR Kegiatan UPSUS SIWAB Tahun 2017. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Bali. Sobangan 21 Juni 2017”

[email protected] [email protected] 0817556929erepo.unud.ac.id/id/eprint/12737/1/fb5ffc981637fc60b... · 2020. 7. 21. · [email protected] [email protected]

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • [email protected] [email protected]

    0817556929

    Disampaikan pada "Penyegaran Petugas Inseminator ATR Kegiatan UPSUS SIWAB Tahun 2017. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Bali. Sobangan 21 Juni 2017”

    mailto:[email protected]

  • SISTEM REPRODUKSI HEWAN BETINA

  • Pemeriksaan Status Reproduksi

    Tujuan : mengetahui status reproduksi ternak

    Bunting

    Tidak bunting :

    Normal

    Gangguan reproduksi

    Cara pemeriksaan :

    Pemeriksaan per rektal manual

    Pemeriksaan per rektal dengan alat USG

  • Bunting :

    Pembesaran uterus ( umur sampai 2 bulan)

    Perabaan adanya fremitus arteri uterina mediana (umur 3 bulan)

    Perabaan adanya kotiledon (umur diatas 3 bulan)

    Perabaan fetus (umur diatas 6 bulan)

    Tidak bunting :

    Normal :

    Ukuran ovarium normal

    Teraba ada struktur pada ovarium baik folikel maupun korpus luteum

    Tidak normal :

    Ukuran ovarium normal atau lebih kecil

    Permukaan ovarium halus

    Ada korpus luteum pada sapi post partum lebih dari 2 bulan (CLP)

  • Temporer (infertilitas) Permanen (sterilitas)

    Penyebab : Non infeksius : Managemen pengelolaan Kelainan congenital Gangguan keseimbangan hormonal

    Infeksius : Patologi organ reproduksi Penyakit infeksi

  • Kawin berulang (Repeat Breeding) Anestrus Kiste ovarium (Cystic ovary), CLP Abortus Retensi plasenta Infeksi saluran reproduksi Pyometra Kesulitan melahirkan (dystocia) Gangguan reproduksi pada sapi dara

  • Penyebab : Kegagalan fertilisasi :

    Deteksi estrus

    IB

    Kematian embrional

    Nutrisi (protein, vitamin dan mineral)

    Infeksi (Trichomoniasis, Campylobacteriosis)

    Hormonal (E2 dan P4, PGF2α)

  • Penyebab : Gagal deteksi estrus, silent heat

    Truly anestrus : Nutrisi (protein, vitamin, mineral)

    Hormonal

    Hypofungsi ovarium

    Infeksi uterus, pyometra

    Kiste ovarium (kiste luteal, CLP)

    Kebuntingan

  • Penyebab : keseimbangan hormonal Kiste folikel :

    FSH normal, LH rendah

    Kiste luteal : FSH normal, LH rendah, LTH tinggi

    Kiste korpus luteum : Pembentukan CL tidak sempurna, dalam CL terdapat rongga berisi cairan (tidak terdeteksi pada hewan hidup)

    CLP :

    Endometrium tidak mensekresi PGF2α

  • Penyebab : Nutrisi

    Infeksi

    Hormonal

    Traumatika

  • Penyebab : Kelahiran abnormal

    Inertia uteri, hypocalcemia, dystocia

    Infeksi

    Defisiensi vitamin dan mineral

  • Penyebab : Kontaminasi saat IB

    Penyakit Venereal (Trichomoniasis, IBR-IPV)

    Kontaminasi saat penanganan Partus dan Dystocia

    Retensi plasenta

  • Penyebab : Penyakit Veneral

    Kontaminasi saat IB

    Kontaminasi saat penanganan kelahiran dan dystocia

  • Penyebab : Sebab maternal

    Ukuran pelvis kecil

    Nutrisi

    Sebab fetal

    Ukuran fetus besar

    Presentasi, posisi dan posture fetus

  • Kelambatan Pubertas Nutrisi

    Silent heat Nutrisi

    Abnormalitas saluran reproduksi Congenital (free martin, aplasia atau hipoplasia ovarium, aplasia segmentalis ductus mulleri, hymen imperforata)

  • Perbaikan nutrisi

    Sanitasi kandang

    Deteksi estrus

    Ketepatan pelaksanaan IB

    Pemeriksaan kebuntingan

    Pemberian antibiotika dan hormon yang sesuai

    Catatan kesehatan dan status reproduksi (Medical and Reproduction Record)

  • Penggunaan Hormon dalam Penanganan Gangguan Reproduksi

    Hormon yang biasa digunakan dalam penanganan gangguan reproduksi :

    1. GnRH serta analognya : buserelin, gonadorelin

    2. Pemacu pertumbuhan folikel : FSH, PMSG yang

    diikuti dengan pemberian pemacu ovulasi dan

    pembentukan korpus luteum : LH, HCG

    4. Penyebab lisis korpus luteum : PGF2α

    5. Memperkuat munculnya tanda estrus : estrogen

  • GnRH serta analognya

    Indikasi :

    Pada kasus hipofungsi ovarium

    Fungsi :

    Memicu pelepasan gonadotropin (FSH, LH, LTH) dari hipofisa sehingga terjadi perkembangan folikel dan ovulasi serta terbentuknya korpus luteum

  • Pemacu perkembangan folikel dan ovulasi (FSH, PMSG ; LH, HCG)

    Indikasi :

    Pada kasus hipofungsi ovarium

    Fungsi :

    FSH atau PMSG memacu perkembangan folikel sehingga dihasilkan estrogen untuk memunculkan tanda estrus. Pemberian LH atau HCG diberikan pada saat munculnya tanda estrus sehingga terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum

  • Penyebab lisis korpus luteum (PGF2α)

    Indikasi :

    Pada kasus korpus luteum persisten (CLP)

    Fungsi :

    Kasus CLP terjadi akibat endometrium tidak menghasilkan PGF2α sehingga korpus luteum tetap bertahan dan menghasilkan progesteron, akibatnya tidak terjadi umpan balik terhadap pelepasan GnRH dan FSH sehingga tidak ada pelepasan gonadotropin dan tidak terjadi perkembangan folikel

  • Penguat munculnya tanda estrus (Estrogen)

    Indikasi :

    Pada kasus silent heat atau berahi tenang

    Fungsi :

    Estrogen berfungsi untuk proliferasi sel epitel saluran reproduksi dan aktivasi sel kelenjar di sepanjang saluran reproduksi. Kekurangan estrogen menyebabkan kurangnya sekresi sel kelenjar pada serviks dan vagina sehingga lendir yang dihasilkan tidak sampai meleleh keluar vagina. Hal ini dikenal dengan silent heat