Upload
others
View
37
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH KEKINIAN TENTANG KOTA BANDUNG
JUDUL KARYA TULIS:
PEMANFAATAN KONSEP CROWDFUNDING SEBAGAI INOVASI
TEKNOLOGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN
SOSIAL EKONOMI WILAYAH KOTA BANDUNG
Disusun Oleh:
Mochammad Ihsanuddin Karimullah 15414019 2014
Nadia Kartikasari 15414036 2014
Halimah Hannah 15414056 2014
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
KOTA BANDUNG
DAFTAR ISI
PENGESAHAN .................................................................................... II
SURAT PERNYATAAN ....................................................................... III
KATA PENGANTAR ........................................................................... IV
DAFTAR ISI ........................................................................................ V
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. V
a. Abstrak ........................................................................................ 1
b. Pendahuluan ............................................................................... 3
c. Kajian Pustaka .............................................................................. 4
d. Metode Penulisan ......................................................................... 6
e. Pembahasan ................................................................................. 7
f. Penutup ......................................................................................... 17
DAFTAR TABEL
TABEL 1 Identifikasi indikator kesiapan 1 ............................................ 13
TABEL 2 Identifikasi indikator kesiapan 2 ............................................ 14
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 Skema Layanan Aspirasi dan Pengaduan Kota Bandung 7
GAMBAR 2 Tahapan Penyusunan APBD ............................................ 9
Gambar 3 Skema Pembiayaan Crowdfunding Kota Bandung ……….. 12
1
PEMANFAATAN KONSEP CROWDFUNDING SEBAGAI INOVASI
TEKNOLOGI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN
SOSIAL EKONOMI WILAYAH KOTA BANDUNG
ABSTRAK
Pembangunan dan pengembangan sosial ekonomi saat ini menjadi salah
satu agenda prioritas RPJMN 2015-2019. Di Kota Bandung, agenda
tersebut dituangkan dalam 10 program prioritas pembangunan yang
dibiayai oleh APBD. Namun APBD-P Kota Bandung Tahun 2016 masih
mengalami defisit sebesar Rp 698 M sehingga Pemerintah Kota Bandung
harus mencari alternatif metode pemenuhan kebutuhan pendanaan. Salah
satu inovasi untuk memenuhi kebutuhan pendanaan adalah dengan konsep
crowdfunding yaitu teknik penggalangan dana dari sejumlah besar orang
untuk memodali proyek atau unit usaha yang umumnya dilakukan melalui
internet. Konsep crowdfunding dipilih sebagai alternatif pendanaan di Kota
Bandung karena keberhasilan pengaplikasian model pendanaan sejenis,
yaitu corporate social responsibility, dalam mendanai program pemerintah.
Maka dari itu, penerapan konsep crowdfunding di Kota Bandung memiliki
potensi yang sangat besar untuk menjadi instrumen pengumpulan dana
investasi yang terintegrasi melalui pengelolaan oleh Pemerintah Kota
Bandung. Maka dalam penelitian ini akan dirumuskan bentuk dan
mekanisme crowdfunding yang sesuai dengan Kota Bandung. Dari empat
model dasar crowdfunding dan analisis mekanisme yang diteliti
menggunakan metode mixed method dengan didasarkan pada variabel
kesiapan pemerintah, variabel kesiapan masyarakat, variabel kesiapan
wilayah, dan variabel kesiapan sistem IT, ditemukan bahwa model yang
paling sesuai dengan wilayah studi Kota Bandung adalah model donasi
sebagai model dasar crowdfunding dengan menggunakan mekanisme
kelembagaan khusus crowdfunding dalam struktur pemerintahan Kota
Bandung. Konsep ini dapat mengakomodasi pihak pemerintah,
masyarakat, dan swasta dalam pemenuhan pendanaan menggunakan
aplikasi sistem informasi berbasis web dan smartphone sehingga
2
mempermudah aksesibilitas penggunaan seluruh pihak dalam pengajuan,
pemilihan, pendanaan, serta pengawasan keberjalanan program. Dengan
begitu, masyarakat dan swasta dapat membiayai secara langsung program
pembangunan dan pengembangan sosial ekonomi yang diharapkan secara
transparan dan aman.
Keywords : Crowdfunding, Kota Bandung, pembangunan, pendanaan,
teknologi
3
A. Pendahuluan
Pembangunan dan pengembangan sosial ekonomi saat ini menjadi salah
satu agenda prioritas RPJMN 2015-2019. Arahan tersebut tentunya
diturunkan kepada seluruh daerah di Indonesia, termasuk Kota Bandung.
Di Kota Bandung, agenda tersebut dituangkan dalam “10 program prioritas
pembangunan” yang mencakup aspek fisik maupun nonfisik. Terdapat
sekitar 500 proyek yang akan dilaksanakan pada tahun 2016. Proyek-
proyek tersebut sangat beragam, belum lagi pemerintah Kota Bandung
telah mengintegrasikan sistem pengaduan masyarakatnya bernama Lapor!
Yang ikut seta menyumbang berbagai proyek-proyek pembangunan
maupun pengembangan sosial ekonomi yang menambah beban proyek
yang harus dilaksanakan Kota Bandung
Jumlah proyek yang cukup banyak tetapi tidak diimbangi dengan jumlah
APBD yang mencukupi, dapat menjadi hambatan pada keberlangsungan
proyek. Pada APBD-P Kota Bandung Tahun 2016, terdapat defisit sebesar
Rp 698 M, sehingga Pemerintah Kota Bandung harus mencari alternatif
metode pemenuhan kebutuhan pendanaan. Salah satunya adalah dengan
bekerja sama mengenai dukungan infrastruktur dengan pihak-pihak lain
seperti swasta baik dari sisi dana maupun pengadaan melalui lelang
proyek. Namun, apabila hanya mengandalkan metode tersebut, realisasi
proyek pembangunan masih belum optimal, seperti pada tahun 2015,
terdapat 14 proyek gagal lelang akibat keterbatasan waktu dan sektor
pemasukan hibah dari swasta tersebut juga belum optimal. Maka dari itu
dibutuhkan solusi lain untuk mendukung realisasi proyek pembangunan di
Kota Bandung.
Terdapat metode pendanaan lain yang dikenal sebagai konsep
crowdfunding. Konsep crowdfunding adalah teknik penggalangan dana dari
sejumlah besar orang untuk memodali proyek atau unit usaha yang
umumnya dilakukan melalui internet. Maka dari itu, penerapan konsep
crowdfunding di Kota Bandung memiliki potensi yang sangat besar untuk
menjadi instrumen pengumpulan dana pembangunan yang terintegrasi
4
melalui pengelolaan Lapor! oleh Pemerintah Kota Bandung . Namun,
konsep tersebut memerlukan penelitian yang lebih mendalam karena
pengaplikasiannya untuk pembangunan fisik seperti infrastruktur belum
pernah diadaptasi di Indonesia walaupun untuk pengembangan sosial
ekonomi sudah ada beberapa contoh aplikasinya. Diperlukan juga
penyesuaian dalam pengaplikasian metode ini, karena tidak dapat sekedar
mengadopsi dari pengaplikasiannya di negara lain akibat perbedaan
karakteristik wilayah.
Maka dari itu, timbulah pemikiran untuk menentukan model crowdfunding
seperti apa yang sesuai dengan karakteristik wilayah Kota Bandung.
Dengan menemukan model crowdfunding yang sesuai dengan wilayah
Kota Bandung, maka akan didapatkan mekanisme pendanaan yang tepat
untuk digunakan oleh masyarakat Kota Bandung. Model dan mekanisme
pendanaan yang tepat diharapkan dapat membuat konsep ini tepat sasaran
dan dapat mengkomodasi masyarakat dalam pemenuhan pendanaan
pembangunan fisik dan non-fisik untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Kota Bandung. Konsep crowdfunding juga bersifat transparan
sehingga merasa aman saat memberikan dana sekaligus juga masyarakat
dapat melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap
keberlangsungan pembangunan di Kota Bandung.
B. Kajian Pustaka
Crowdfunding adalah teknik penggalangan dana dari sejumlah besar orang
untuk memodali proyek atau unit usaha yang umumnya dilakukan melalui
internet. Dalam crowdfunding biasanya tidak ada batasan jumlah minimum
untuk melakukan penyetoran modal sehingga setiap kalangan dapat
berpartisipasi.
Terdapat empat jenis crowdfunding menurut jenis penyetoran modal serta
imbal balik proyek. Pertama, donation based, yaitu pendonor tidak
mendapat imbalan apapun dari proyek yang didanai. Jenis ini biasa
digunakan untuk proyek-proyek yang bersifat non-profit seperti
pembangunan panti asuhan. Kedua, reward based, yaitu pihak yang
5
mengajukan proposal proyek memberikan penawaran berupa hadiah atau
imbalan lainnya bukan memberikan bagi hasil dari keuntungan proyek
melainkan berupa barang, jasa dan hak. Jenis ini biasa digunakan untuk
proyek dari industri kreatif seperti games. Selanjutnya adalah debt based,
para calon debitur akan mengajukan proposal dan para donatur atau
kreditur akan menyetorkan modal yang dianggap sebagai pinjaman dengan
imbal balik berupa bunga. Dan yang terakhir adalah equity based,
konsepnya sama seperti saham. Uang yang disetorkan akan menjadi
ekuitas atau bagian kepemilikan atas perusahaan dengan imbalan dividen.
Seiring berkembangnya penggunaan crowdfunding di berbagai negara,
banyak yang memanfatkan crowdfunding sebagai teknik pendanaan dalam
pemenuhan kebutuhan pembangunan. Hal ini bukan sebuah ide baru
melainkan mirip seperti konsep pajak. Namun, crowdfunding memiliki
potensi kepercayaan masyarakat karena tidak adanya ketentuan besaran
yang harus dibayar, penyaluran dana yang lebih fleksibel, dan masyarakat
dapat menentukan proyek mana yang akan mereka biayai. Sehingga di
Indonesia, Crowdfunding memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi
instrumen pengumpulan dana.
Aplikasi Lapor merupakan sebuah sarana aspirasi dan pengaduan berbasis
media sosial yang mudah diakses dan terpadu dengan 81
Kementerian/Lembaga, 5 Pemerintah Daerah, serta 44 BUMN di Indonesia.
Dalam keberjalanannya di Kota Bandung, LAPOR! Telah berhasil
menyelesaikan 90% dari masalah yang ada, program ini bersifat dua arah,
yaitu menciptakan mekanisme aspirasi dan pengaduan. LAPOR! ini
memanfaatkan basis teknologi informasi yang menjembatani partisipasi
publik dengan pemerintah. Setiap laporan dari masyarakat nantinya
didisposisikan ke berbagai instansi terkait untuk direspons. Sehingga
memudahkan Pemerintah Kota Bandung dalam mengidentifikasi persoalan
primer perkotaan langsung dari warganya.
6
C. Metode Penulisan
Pendekatan penulisan paper ini adalah pendekatan induktif dan studi
kepustakaan. Pendekatan ini membantu untuk mempelajari,
menginterpretasi, dan menganalisis hal-hal khusus terkait crowdfunding
dan mekanisme pendanaan eksisting yang disertai studi kepustakaan
sehingga dapat mencapai tujuan penulisan. Pendekatan ini kemudian
dilakukan menggunakan data sekunder berupa mekanisme website
crowdfunding dari Kickstarter, Indiegogo, dan Kitabisa.com, petunjuk teknis
website Lapor! Kota Bandung, dan data statistik penunjang dari BPS dan
Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Bandung.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis konten. Pertama, analisis
konten terhadap alur pelayanan aspirasi masyarakat di Kota Bandung untuk
menganalisis bentuk dan jenis kebutuhan masyarakat serta bentuk
tanggapan yang diberikan oleh pemerintah. Kemudian, dilakukan analisis
konten terhadap hasil analisis aspirasi masyarakat dengan dokumen RKPD
Kota Bandung untuk menganalisis bentuk dan jenis kebutuhan masyarakat
yang belum terakomodasi dalam program Pemerintah Kota Bandung untuk
menentukan bentuk dan jenis program yang strategis untuk dibiayai dengan
teknik crowdfunding di Kota Bandung. Analisis konten juga dilakukan
terhadap alur pembiayaan program-program pemerintah dalam APBD,
khususnya infrastruktur, di Kota Bandung. Hasil analisis tersebut adalah
temuan komponen APBD Kota Bandung yang masih dapat dioptimalkan
dengan teknik. Hal ini juga yang akan menentukan posisi crowdfunding
dalam mekanisme pembiayaan infrastruktur di Kota Bandung. Setelah itu
dilakukan analisis konten terhadap alur crowdfunding perusahaan-
perusahaan ternama di dunia. Analisis tersebut akan menghasilkan skema
pembiayaan crowdfunding secara umum. Terakhir, dilakukan analisis
kesiapan terhadap alur dan skema pembiayaan crowdfunding tersebut
dengan hasil-hasil analisis sebelumnya dilihat dari kesiapan pemerintah,
masyarakat, sistem IT, dan daya tarik Kota Bandung sehingga didapatkan
model dan mekanisme pembiayaan crowdfunding yang paling cocok untuk
Kota Bandung.
7
C. Analisis Data
Sistem Pemantauan Program Pemerintah dan Layanan Aspirasi serta
Pengaduan Masyarakat Kota Bandung
Dalam memantau keberjalanan program di Kota Bandung, terdapat
berbegai sistem pengawasan, salah satu diantaranya dimanfaatkan dalam
melihat kondisi real time kota bandung dan progres pembangunan
infrastruktur melalui bandung command center yang dipantau langsung
oleh walikota. Bandung command center merupakan ruangan pemantauan
seluruh kegiatan kota bandung melalui cctv yang terpasang di seluruh kota
bandung. Disisi lain masyarakat dapat ikut berpertisipasi dalam melaporkan
kondisi kota bandung atau permasalahan di daerahnya sehingga dapat
diberikan respon penanggulangan. Hal ini dapat dilakukan secara ofline
dengan mendatangi unit pelaksana teknis dinas (UPTD) atau melalui online
dengan menggunakan media sosial seperti twitter, facebook, dll.
Untuk resminya pemerintah kota bandung menjalankan aplikasi LAPOR!
yang merupakan program layanan aspirasi dan pengaduan online rakyat
dan dijalankan oleh kantor staf kepresidenan. Dalam keberjalanannya di
Kota Bandung, LAPOR! Telah berhasil menyelesaikan 90% dari masalah
sosial yang ada, program ini bersifat dua arah, yaitu menciptakan
mekanisme aspirasi dan pengaduan. LAPOR! ini memanfaatkan basis
teknologi informasi yang menjembatani partisipasi publik dengan
pemerintah. Setiap laporan dari masyarakat nantinya didisposisikan ke
berbagai instansi terkait untuk direspons. Sehingga memudahkan
Pemerintah Kota Bandung dalam mengidentifikasi persoalan primer
perkotaan langsung dari warganya.
8
Skema Layanan Aspirasi dan Pengaduan Kota Bandung
Masyarakat Kota Bandung yang memiliki aspirasi dan/atau pengaduan
dapat dilakukan melalui ofline maupun online, Pengaduan ofline dilakukan
dengan cara datang langsung kepada unit pelaksana teknis dinas (uptd)
dan menyampaikan langsung aspirasi dan pengaduan yang kemudian akan
didata untuk selanjutnya masuk ke proses pengolahan dan verifikasi. Untuk
pengaduan online dapat ditempuh melalui beberapa cara, pertama tanpa
melalui jaringan internet yaitu melalui sms dan telfon ke uptd dan operator
LAPOR, sedangkan untuk jaringan internet dapat melalui media sosial yaitu
via twitter, facebook dan blackberry, serta dapat mengunjungi dan
mendaftar di web www.lapor.ukp.go.id . Selanjutnya semua data diolah dan
diverifikasi oleh tim Bandung Command Center dan tim LAPOR Kota
Bandung melalui data statistik jumlah laporan serta real time lapangan,
aspirasi dan pengaduan yang sudah diverifikasi kebenarannya di tindak
lanjuti kepada satuan kerja perangkat daerah atau pejabat setempat yang
terkait. Kemudian aspirasi dan pengaduan yang sudah ditindak lanjuti dapat
dikonfirmasi langsung kepada masyarakat pengaju.
Penyampaian Aspirasi dan
Pengaduan Pengaduan Online
Penampungan apirasi dan
pengaduan oleh web
www.lapor.ukp.go.id.
Pengaduan offline Penampungan aspirasi
dan pengaduan oleh BCC
Pengolahan dan verifikasi
pengaduan
Penyampaianan hasil
verifikasi kepada skpd
atau pejabat terkait
Konfirmasi Tindak lanjutan
aspirasi & pengaduan
9
Metode Pembiayaan APBD
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD. Terdapat
tiga komponen utama APBD, yaitu pendapatan, belanja, dan pembiayaan
daerah. Pendapatan dan sisa lebih penganggaran tahun sebelumnya
kemudian dialokasikan untuk belanja daerah. Pendapatan daerah terdiri
dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain
pendapatan yang sah. Pada bagian “lain-lain pendapatan yang sah”,
terdapat pendapatan hibah, dana bagi hasil pajak dari pemerintah daerah
lain, dana penyesuaian dan otonomi khusus, serta bantuan keuangan dari
pemerintah daerah lainnya. Pendapatan hibah biasanya dipenuhi dengan
kompensasi bersama swasta. Namun, pendapatan hibah belum
berkontribusi optimal sebagai sumber pendanaan APBD. Maka dari itu,
teknik crowdfunding sebagai donasi yang bersifat hibah memiliki potensi
untuk mengoptimalkannya. Dengan teknik crowdfunding, masyarakat dapat
menyumbang baik secara individu maupun kelompok dengan mekanisme
yang selaras dengan mekanisme APBD.
Dalam menyusun APBD, terdapat beberapa pihak yang terlibat,
diantaranya adalah masyarakat, SKPD, DPRD, dan Kepala Daerah.
Penyusunan APBD didasarkan pada program SKPD yang telah
direncanakan, yaitu RKPD. RKPD juga memuat aspirasi masyarakat.
Dengan menggunakan RKPD, disusun KUA dan PPAS untuk
menganggarkan kebutuhan program berdasakan skala prioritas dan urutan
program dengan memperhitungkan resources yang ada. KUA dan PPAS
yang telah disepakati selanjutnya menjadi pedoman penyusunan RKA-
SKPD yang merupakan tahap penganggaran yang berbasis kinerja dan
sinkronisasi program antar SKPD yang disesuaikan dengan SPM (Standar
Pelayanan Minimum) agar lebih terukur. RKA-SKPD menjadi dasar
penyusunan Rancangan Perda APBD untuk kemudian dievaluasi menjadi
Perda APBD dan disahkan.
10
Gambar 1 Tahapan Penyusunan APBD
Program dan kegiatan SKPD dapat
dilangsungkan dengan dana yang
dianggarkan oleh APBD. Untuk
menjalankan proyek, SKPD terkait
akan melakukan pelelangan proyek
yang terdiri dari lima tahap, yaitu
prakwalifikasi, pengumuman
pelelangan, penjelasan pekerjaan,
pembukaan tender, dan proses
evaluasi tender. Setelah proses pelelangan berakhir, akan di tetapkan
pemenang dari lelang proyek tersebut yang nantinya akan melaksanakan
proyek tersebut dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh
SKPD sebelumnya.
Gambar 2 Tahapan Realisasi APBD
Metode Pembiayaan
Crowdfunding
Terdapat 3 website crowdfunding
yang diteliti untuk menemukan
mekanisme kerja dari website-
website tersebut dalam
mengumpulkan dana. Penelitian ini bersifat eksploratif karena menggali
bentuk mekanisme apa yang digunakan sehingga dapat menjadi rujukan
untuk menentukan mekanisme crowdfunding yang sesuai. Website-website
yang diteliti adalah Kickstarter yang menjadi pionir dalam website
crowdfunding di dunia, Indiegogo yang menjadi website crowdfunding
kedua terbesar di dunia dan menginisiasi proyek amal untuk didanai, dan
Kitabisa.com salah satu website crowdfunding yang berpengaruh dalam
hal mendanai proyek amal di Indonesia. Berikut adalah skema dan
mekanisme kerja dari ketiga website tersebut.
11
Skema Pendanaan melalui Kickstarter
Skema pendanaan melalui Indiegogo dan Kitabisa.com
Mekanisme awal adalah dengan masuknya pengajuan-pengajuan proyek
kreatif dengan rancangan anggaran, estimasi profit, proposal bagi hasil dan
disertakan rencana juga dummy proyek tersebut agar menarik. Proyek-
proyek yang masuk oleh pihak kickstarter dilakukan filterisasi menurut
kekreatifan dan urgensi. Setelah ditentukan proyek-proyek yang terpilih,
selanjutnya dipublikasikan dan dipasarkan sampai tenggat waktu yang
telah ditentukan. Para calon pemberi dana akan melakukan registrasi dan
memindahtangakan dana sejumlah yang diinginkan dan akan mendapatkan
update perkembangan proyek jika dan hanya jika proyeknya berjalan. Jika
dana berhasil terkumpul, maka proyek dapat dijalankan dan jika dana tidak
terkumpul, maka proyek dibatalkan dan dana yang sudah terkumpul akan
dikembalikan kepada pemberi dana. Sedangkan melalui indiegogo dan
kitabisa.com walaupun dana tidak berhasil terkumpul tetapi proyek akan
tetap berjalan dengan beberapa penyesuaian baik dari pihak indiegogo
ataupun kitabisa.com.
Pengajuan proyek kreatif atau
amal
Proyek difilterisasi
Proyek dipublikasikan dan dipasarkan Peregistrasian dan
pemindahtangankan dana oleh
calon pemberi dana
Keberhasilan pengumpulan
dana
Tidak
Ya Proyek di lanjutkan
Proyek dilanjutkan dengan penyesuaian
Pengajuan proyek kreatif Proyek difilterisasi
Proyek di publikasikan dan dipasarkan
Peregistrasian dan
pemindahtangankan dana oleh
calon pemberi dana
Keberhasilan pengumpulan
dana
Tidak
Ya Proyek di
lanjutkan
Proyek
dibatalkan
12
Analsis Skema Pembiayaan Pembangunan dan Pengembangan Sosial
Ekonomi dengan Metode Crowdfunding di Kota Bandung
Metode pembiayaan pembangunan infrastruktur dan pengembangan sosial
ekonomi melalui metode crowdfunding merupakan kombinasi dari berbagai
sistem yang sudah berjalan pada suatu daerah. Metode berikut merupakan
skema gabungan penyampaian aspirasi dan pengaduan disertai bentuk
tindak lanjutan yang mengacu pada rkpd yang dibiayai apbd, dengan
menyesuaikan sistem lokal yang sudah ada disertai inovasi skema
pembiayaan metode crowdfunding.
Gambar 3 Skema Pembiayaan Crowdfunding Kota Bandung
Skema pembiayaan
pembangan dan
pengembangan sosial ekonomi
dengan metode crowdfunding di
Kota Bandung dilakukan
melalui 9 tahap utama seperti
tertara di bagan atas,
pelaksanaan dari skema diatas di kota bandung dapat menggunakan
stakeholder yang sudah ada ataupun dibentuk stakeholder khusus yang
menangani keberjalanan proses berikut.
Pertama-pertama masyarakat dapat mengajukan proyek yang ingin
ditangani dan dibiayai oleh metode crowdfunding, proyek merupakan
masalah yang merupakan kondisi faktual di suatu lokasi yang merupakan
asal masyarakat tersebut atapun bukan. Dengan begitu masyarakat dapat
mengajukan berbagai masalah yang dihadapi di sekitar lingkungannya
dengan menyertakan bukti fisik dan keterangan sehingga berbentuk
layaknya pengajuan proyek. Pengajuan dapat dilakukan secara langsung
melalui offline dengan mendatangi lembaga khusus yang dibentuk atau
menggunakan lembaga yang sudah ada berupa Unit Pelaksanaan Teknis
Dinas (UPTD), Untuk pengajuan online dapat menggunakan program
13
LAPOR dan media sosial yang ada, ataupun melalui website maupun
aplikasi crowdfunding baru layaknya website crowdfunding.
Kemudian proyek-proyek yang sudah diajukan oleh masyarakat dilakukan
filterisasi berdasarkan lokasi pengaju, permasalahan yang diajukan, serta
verifikasi kebenaran masalah di lapangan. Untuk mengetahui proyek
tersebut sudah termasuk atau belum dalam anggaran apbd tahunan, dapat
dilihat melalui rkpd, bisa saja dalam keberjalanan proyek terdapat deficit
sehingga dapat termasuk dalam kriteria pembiayaan. Proyek-proyek yang
lolos tahap filterisasi dilakukan sorting prioritas berdasarkan tingkat urgensi.
Analisis Mekanisme Pendanaan untuk Mengidentifikasi Indikator-
indikator dari Kesiapan Konsep Crowdfunding
Mekanisme Keberjalanan Konsep Crowdfunding
Indikator Kesiapan Faktor Kesiapan
1. Mencocokkan pengaduan yang masuk dengan RKPD
1. Realisasi proyek-proyek yang dilaporkan
2. Koordinasi dengan Lapor!,
ikatan-ikatan, dan swasta 3. Transparansi 4. Payung hukum
Kesiapan Pemerintah
2. Lelang proyek
3. Pemenuhan kebutuhan proyek
4. Konfirmasi rencana kerja dan rancangan anggaran
5. Update Report Project untuk pengaju dan pemberi dana
1. Keinginan Pengajuan kebutuhan masyarakat (pengaduan) dan inovasi, Pengajuan konsep&desain, rencana kerja, rancangan anggaran
1. Partisipasi Aktif 2. Melek Teknologi
Kesiapan Masyarakat
3. Penggunaan alat teknologi
4. Keinginan berpatisipasi aktif dalam pembangunan
5. Penginputan data pengaduan di website atau aplikasi lapor!
1. Keberadaan dan kualitas jaringan internet
2. Cyber security 3. Kesiapan sistem teknologi
website dan aplikasi crowdfunding
Kesiapan Sistem IT
4. Pengiriman dana oleh pemberi dana
5. Sistem verifikasi pengajuan dan update system perkembangan proyek
6. Pemasaran proyek di website dan aplikasi crowdfunding
Pemberian dana kepada proyek-proyek di website dan aplikasi crowdfunding
1. Latar belakang dan kemauan menyumbang masyarakat dalam maupun luar wilay
2. Karakteristik masyarakat pada wilayah proyek
3. Keadaan lingkungan fisik dan sosial wilayah
Daya Tarik
Wilayah 4. Pengawasan terhadap keberjalanan
proyek oleh warga setempat
5. Pelaksanaan proyek
14
Setelah mendapatkan mekanisme pendanaan yang tepat maka selanjutnya
dapat di identifikasi indikator-indikator yang dapat dijadikan tolak ukur
dalam menoptimalkan keberjalan konsep ini.
Analisis Indikator-indikator Kesiapan untuk Mendapatkan Dasar
Pendanaan
Kesiapan Pemerintah
Kesiapan Masyarakat
Kesiapan Sistem IT
Daya Tarik Wilayah
Debt Based X X V X
Equity Based X X V X
Reward Based X X V X
Donation Based V V V V
Dari alur mekanisme kelembagaan yang akan dibuat untuk konsep
crowdfunding ini sudah dijelaskan kesiapan dan indikator untuk
menentukan dasar pendanaan seperti apa yang akan digunakan. Dari
kecocokan indikator-indikator kesiapan pemerintah dengan Debt Based,
Equity Based, Reward Based dapat dilihat bahwa adanya indikator yang
tidak dapat terpenuhi yaitu indikator payung hukum sistem pendanaan. Hal
ini dikarenakan tidak adanya payung hukum untuk sistem pembagian hasil
dari keberhasilan proyek. Hal tersebut juga tidak sesuai dengan jenis
proyek-proyek yang berupa pelayanan publik. Sedangkan donation based,
dapat memenuhi indikator-indikator tersebut. Setelah ini ke 4 dasar
pendanaan akan dicocokan dengan indikator-indikator dari kesiapan
masyarakat. Dari analisis diatas, didapatkan bahwa terdapat
ketidakkecocokan indikator-indikator kesiapan pemerintah dengan Debt
Based, Equity Based dan Reward Based dilihat dari tidak terpenuhinya
indikator partisipasi aktif. Dalam indikator ini disebutkan bahwa akan
melibatkan peran serta dari ikatan profesi, pendonasi, dan pelapor.
Pemberian donasi oleh ketiga stakeholder ini tidak akan dikembalikan
dalam bentuk bunga modal maupun imbalan deviden tetapi berupa
pemasaran untuk hasil kerja ikatan profesi dan kepuasan akan fasilitas
yang dapat digunakan oleh umum. Sedangkan jika dicocokan dengan dasar
pendanaan akan terpenuhinya indikator ini jika dicocokan dengan indikator
Donation Based based. Untuk kecocokan dari ke 4 dasar pendanaan
15
crowdfunding dengan indikator-indikator Kesiapan Sistem IT, sudah sesuai.
Hal ini berarti dari indikator-indikator Kesiapan Sistem IT dapat dipenuhi
oleh ke 4 dasar pendanaan tersebut. Dari penelitian, didapatkan bahwa
terdapat ketidakkecocokan indikator-indikator Daya tarik wilayah dengan
Debt Based, Equity Based dan Reward Based dilihat dari tidak terpenuhinya
indikator latar belakang dan kemauan menyumbang masyarakat dalam dan
luar wilayah. Hal ini dikarenakan latar belakang pemberian dana jika
berbasis ke 3 pendanaan diatas memiliki mengharapkan timbal balik
sedangkan jika disambungkan dengan kesiapan pemerintah yang tidak
menyanggupi untuk memberikan hasl timbal balik terhadap pemberi dana
maka ketiga dasar pendanaan ini tidak dapat memenuhi kesiapan daya tarik
wilayah. Sedangkan Donation Based dapa memenuhi hal tersebut karena
pemberi dana tidak mengharapkan timbal balik dari dana yang diberikan
dan ketika dicocokkan dengan indikator karakteristik masyrakat Indonesia
yang telah memberikan dana lewat analisis terhadap website crowdfunding
Kitabisa.com dapat dilihat bahwa terdapat terdapat setiapharinya 10 pesan
yang menyatakan ingin menyumbang tanpa melakukan registrasi. Jadi
dapat disimpulkan dari analisis terhadap kesiapan-kesiapan yang ada
bahwa Donation Based lah yang cocok untuk menjadi dasar pendanaan
untuk pembiayaan pembangunan dan pengembangan sosial ekonomi
wilayah kota bandung.
Analisis Tingkat Keberhasilan Konsep Crowdfunding untuk Kota
Bandung
Dari analisi diatas didapatkan bahwa dasar pendanaan untuk konsep
crowdfunding yang sesuai untuk Kota Bandung adalah Donation Based.
Lalu, untuk mengetahui tingkat keberhasilannya maka perlu dilakukan
penghitungan berdasarkan ke 4 kesiapan tersebut. Asumsi yang dipakai
dalam penghitungan tingkat keberhasilan ini adalah setiap kesiapan
memiliki bobot 25% karena terdiri dari 4 kesiapan. Selanjutnya asumsi
bobot setiap indikator disesuaikan dengan jumlah indikator pada setiap
kesiapan, dan setiap jumlah bobot keseluruhan indikator adalah 100%
untuk setiap kesiapan. Asumsi lainnya adalah website dan aplikasi
16
crowdfunding untuk konsep ini telah dibuat.Dan didapatkan total tingkat
keberhasilan konsep Crowdfunding di Kota Bandung sebesar 53,29%.
Kesiapan Pemerintah Kesiapan Masyarakat Kesiapan Sistem IT Daya Tarik Wilayah
Berikut adalah tabel tingkat keberhasilan dari Indikator-indikator kesiapan:
Faktor
Kesiapan Indikator Kesiapan
Bobot
(%) Tingkat keberhasilan
Kesiapan
Pemerintah
Realisasi proyek-proyek yang dilaporkan
25 % Respon yang berhasil diselesaikan mencapai 90% oleh Lapor! Kota Bandung(22,5%)
Koordinasi dengan Lapor!, ikatan-ikatan, dan swasta
25 % Asumsi website crowdfunding dan aplikasi crowdfunding sudah ada sehingga koordinasi pasti sudah terjalin (25% )
Transparansi 25 % Keberjalanan program dan transparansi melalui website PPID Kota Bandung ( 25%)
Payung hukum 25 % Crowdfunding belum memiliki landasan hukum ( 0%)
Kesiapan
Masyarakat
Partisipasi Aktif 50% Tingkat partisipasi masyarakat menurut PPID Kota Bandung 75% (26,25%)
Melek Teknologi 50% 549.000 jiwa pengguna internet sama dengan 33% masyarakat Kota Bandung menggunakan internet ( 16,5%)
Kesiapan
Sistem IT
Keberadaan dan kualitas jaringan internet
33,3% Kondisi Broadband 4,06% nasional (13,6%)
Cyber security 33,3% Kondisi perangkat frekuensi spectrum all brand receiver cyber security nasional 2,05% ( 6,9%)
Kesiapan sistem teknologi website dan aplikasi crowdfunding
33,3% Asumsi website crowdfunding dan aplikasi crowdfunding sudah ada (33,3%)
Daya Tarik
Wilayah
Latar belakang dan kemauan menyumbang masyarakat dalam maupun luar wilayah
33,3% Belum ada bentuk program sumbangan dari masyarakat (0%
Karakteristik masyarakat pada wilayah proyek
33,3% 1.663,853 jiwa berada pada usia produktif sehingga dapat menjadi masyarakat yang berkontribusi pada proyek (24,31%)
Keadaan lingkungan fisik dan sosial ekonomi wilayah
33,3% Kondisi Kota Bandung yang sedang berkembang (laju pertumbuhan ekonomi 9%) (20,34%)
18,1% 10,7% 13,4% 11,1%
17
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mekanisme pembiayaan pembangunan dan
pengembangan sosial ekonomi di Kota Bandung melalui metode analisis
konten didapat mekanisme berupa tahap-tahap sebagai berikut : 1)
Pengajuan Proyek, 2) Filterisasi proyek oleh tim penyelenggara, 3)
Pematangan konsep proyek, 4) Konfirmasi proyek, 5) Pemasaran proyek,
6) Pemasaran Proyek, 7) Pendanaan Proyek, 8) Pelaksanaan Proyek, 9)
Pengawasan Proyek. Melalui mekanisme tersebut didapat bentuk
crowdfunding yang sesuai di Kota Bandung dengan cara analisis Indikator-
indikator kesiapan yaitu kesiapan pemerintah, variabel kesiapan
masyarakat, variabel kesiapan wilayah, dan variabel kesiapan sistem IT
sehingga dari empat model crowdfunding didapatkan bentuk donasi. Selain
bentuk crowdfunding dapat pula ditentukan stakeholder terkait dalam
mekanisme tersebut diantaranya masyarakat sebagai pengaju dan pihak
yang mendanai, pemerintah sebagai lembaga penyelenggara, swasta
sebagai lembaga pelaksana proyek serta terdapat ikatan ahli yang
memberikan bantuan opsional yang termasuk dalam swasta. Adapun
tingkat keberhasilan konsep crowdfunding di Kota Bandung mencapai
53,29%. Sehingga konsep crowdfunding dalam pembiayaan pembangunan
dan pengembangan sosial ekonomi di Kota Bandung feasible dilaksanakan.
Saran
Maka dalam penelitian ini akan dirumuskan bentuk dan mekanisme
crowdfunding yang sesuai dengan Kota Bandung. Dari empat model dasar
crowdfunding dan analisis mekanisme yang diteliti menggunakan metode
mixed method dengan didasarkan pada variabel kesiapan pemerintah,
variabel kesiapan masyarakat, variabel kesiapan wilayah, dan variabel
kesiapan sistem IT, ditemukan bahwa model yang paling sesuai dengan
wilayah studi Kota Bandung adalah model donasi sebagai model dasar
crowdfunding dengan menggunakan mekanisme kelembagaan khusus
crowdfunding dalam struktur pemerintahan Kota Bandung.
18
DAFTAR PUSTAKA
H.A. Kartiwa. Proses Peyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) dan Arah Kebijakan Umum.
Pemerintah Kota Bandung. 2015. Rencana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD) Kota Bandung Tahun 2015. Retreieved from
https://portal.bandung.go.id/storage/konten-
lama/download/transparansi2015/RKPD_Kota_Bandung_TA_2015.p
df
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104. 5 Oktober 2004. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Keuangan
Negara. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47.
5 April 2003. Jakarta.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 104. 15 Mei 2006. Jakarta.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2015
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Daerah Tahun
Anggaran 2016. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
903. 10 Juni 2015. Jakarta.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Kota Bandung.
2014. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Bandung
Tahun 2015. Retreieved from
https://portal.bandung.go.id/storage/konten-
lama/download/transparansi2015/RKPD_Kota_Bandung_TA_2015.p
df
19
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2015. Konsep Crowdfunding
Untuk Pendanaan Infrastruktur di Indonesia. 25 September 2015.
Retrieved from http://www.kemenkeu.go.id/Artikel/konsep-
crowdfunding-untuk-pendanaan-infrastruktur-di-indonesia
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. 2016. Data
& Statistik. Retrieved from http://statistik.kominfo.go.id/
Retrieved from http://kitabisa.com
Retrieved from https://www.kickstarter.com/
Retrieved from https://www.lapor.go.id/
Retrieved from https://www.indiegogo.com/
Retrieved from http://lpse.bandung.go.id/eproc/
Retrieved from http://ppid.bandung.go.id/
20
21
BIODATA TIM
KETUA Nama Lengkap : Mochammad Ihsanuddin Karimullah Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 29 Februari 1996 Jenis Kelamin : L/P Alamat Rumah : Jalan Tubagus Ismail dalam no.15 a, Coblong, Kota Bandung NIM : 15414019 Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas : Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Bandung Alamat E-mail : [email protected] No. Telepon/HP : 082214210404 ANGGOTA 1 Nama Lengkap : Halimah Hannah Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Maret 1996 Jenis Kelamin : L/P Alamat Rumah : Jalan Dago Asri V no. 3, Coblong, Kota Bandung NIM : 15414056 Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas : Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Bandung Alamat E-mail : [email protected] No. Telepon/HP : 081220522040 ANGGOTA 2 Nama Lengkap : Nadia Kartikasari Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Agustus 1997 Jenis Kelamin : L/P Alamat Rumah : Jalan Sangkuriang no.15 Apartemen Beverly Dago E 303 NIM : 15414036 Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas : Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Bandung Alamat E-mail : [email protected] No. Telepon/HP : 081283942781
22
KARTU TANDA MAHASISWA
*Ket : Status Mahasiswa pengganti KTM hilang
*Ket : Status Mahasiswa pengganti KTM hilang