Upload
shinta-rosi
View
346
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/14/2018 LP Asma - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-asma-55a9310cc64e9 1/13
1. Definisi
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trachea dan bronchus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (the
American thoracic society 1962 dalam Arief, 2008).
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana
trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Tanjung, 2003).
2. Etiologi
Faktor predisposisi
Genetic
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.
Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
Faktor presipitasi
Allergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
i. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA
5/14/2018 LP Asma - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-asma-55a9310cc64e9 2/13
kadang serangan berhubungan dengan musim,seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi
nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
Olahraga/kegiatan jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan
asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik/kendaraan, asap rokok,
asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
5/14/2018 LP Asma - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-asma-55a9310cc64e9 3/13
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik
dan non-alergik.
4. Manifestasi Klinik
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi
pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan
menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah:
Sesak nafas
Mengi ( whezing )
Batuk
Pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak
selalu dijumpai bersamaan. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan
dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk.
Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara
lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan
cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari. Kadang beberapa alveoli
5/14/2018 LP Asma - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-asma-55a9310cc64e9 4/13
2. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu
serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan
gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan
rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi,
maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium,
5/14/2018 LP Asma - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-asma-55a9310cc64e9 5/13
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan
sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
6. Patofisiologi
Faktor pencetus: allergen, infeksi saluran napas, stress,
olahraga/kegiatan jasmani yang berat, polusi udara, lingkungan kerja
Peningkatan Histamin
Bronkospasme Hipersekresi mukus
RonchiWheezingO2 masuk dan
CO2 keluar
5/14/2018 LP Asma - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-asma-55a9310cc64e9 6/13
7. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
Penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga
penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawatnnya
a. Penatalaksanaan non farmakologi
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu.
b. Penatalaksanaan farmakologi
a. Agonis beta
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
5/14/2018 LP Asma - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-asma-55a9310cc64e9 7/13
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya
berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Dosis
dewasa diberikan 125-200 mg 4xsehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metilxantin tidak merespon yang baik harus diberikan
kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol dengan dosis 4xsemprot tiap hari.
Pemberian steroid dalam jangka yang lama mempunyai efek samping, maka
klien yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anakanak. Kromalin
biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru
terlihat setelah pemakaian satu bulan.
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan
dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberikan
secara oral.
8. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1 Status asmatikusasma yang berat dan persisten yang tidak merespon terapi konvensional
5/14/2018 LP Asma - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-asma-55a9310cc64e9 8/13
9. Masalah Keperawatan
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS:-
DO: wheezing (+), ronchi (+),
RR meningkat, mukosa bibir
biru, CRT>2 detik, akral dingin,
nafas cepat dan dalam, sinus
takikardi, terdapat retraksi
dinding dada
Faktor pencetus: allergen, infeksi saluran
napas, stress, olahraga/kegiatan jasmani
yang berat, polusi udara, lingkungan kerja
Peningkatan histamine
Bronkospasme Hipersekresimukus
Wheezing Ronchi
Peningkatan usaha dan frekuensi
pernapasan, penggunaan otot bantu
pernapasan
Ketidakefektifan jalan nafas
Ketidakefektifan
jalan nafas
DS:-
DO: wheezing (+), ronchi (+),
RR meningkat, mukosa bibir
biru, CRT>2 detik, akral dingin,
nafas cepat dan dalam, sinus
takikardi, terdapat retraksi
dinding dada
Faktor pencetus: allergen, infeksi salurannapas, stress, olahraga/kegiatan jasmani
yang berat, polusi udara, lingkungan kerja
Peningkatan histamine
Bronkospasme Hipersekresimukus
Wheezing Ronchi
Peningkatan usaha dan frekuensi
pernapasan, penggunaan otot bantu
Pola napas tidak
efektif
5/14/2018 LP Asma - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-asma-55a9310cc64e9 9/13
mmHg, PaO2 78 mmHG Perubahan membrane kapiler alveoli
Gangguan pertukaran gas10. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Gangguan pertukaran gas
5/14/2018 LP Asma - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-asma-55a9310cc64e9 10/13
11. Tujuan dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Tanggal/jam Tujuan Intervensi Keperawatan dan
Rasionalisasi
Ttd
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
27 maret
2012
Jam 09.00
Dalam waktu 1x24 jam setelah
diberikan intervensi
keperawatan, jalan napas
kembali efektif
Kriteria Hasil :
- Tidak ada wheezing
- RR normal 16-20x/menit
- Tidak ada penggunaan otot
bantu napas
- Tidak ada pernapasan cuping
hidung
- Edema saluran pernapasan tidak
ada
1. Monitor warna, kekentalan dan jumlah
sputum
R/ karakteristik sputum dapat
menunjukkan berat ringannya obstruksi
2. Ajarkan batuk efektif
R/ Batuk yang terkontrol dan efektif
dapat mempermudah pengeluaran secret
yang melekat di jalan napas
3. Monitor TTV
R/ Memonitor keadaan umum
4. Posisikan klien semifowler
R/ Peninggian kepala ke tempat tidur
mempermudah fungsi pernapasan dan
meningkatkan ekspansi dada
5. Pemberian O2 melalui masker non-
rebreathing 12L/menit
R/ Pemberian O2 mengurangi beban
otot-otot pernapasan
6. Kolaborasi pemberian obat Bronkodilator
: - Nebulizer dengan perbandingan
Ventilon: Bisolvon: NaCL 0,9= 1:1:2,
R/ pemberian bronkodilator via Inhalasi
akan langsung menuju area bronkus
yang mengalami spasme sehingga lebih
cepat berdilatasi
- Aminofilin 200mg IV, Metilprepnisolon
5/14/2018 LP Asma - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-asma-55a9310cc64e9 11/13
260 mg IV
R/ Pemberian secara IV merupakan
usaha pemeliharaan agar dilatasi jalan
napas dapat normal
-Agen mukolitik ekspetoranR/ agen mukolitik menurunkan
kekentalan dan perlengketan secret paru
untuk memudahkan pembersihan. Agen
ekspetoran akan memudahkan secret
lepas dari perlengketan jalan napas
- Kortikosteroid
R/ berguna untuk menurunkan reaksi
inflamasi akibat edema mukosa dan
dinding bronkus2. Pola nafas tidak efektif 27 maret
2012
Jam 09.00
Dalam waktu 1x24 jam setelah
diberikan intervensi
keperawatan, pola napas
kembali efektif
Kriteria Hasil :
- Ekspirasi dan inspirasi normal
- Tidak ada penggunaan otot
bantu napas
-Tidak ada pernapasan cupinghidung
- Hasil Ro Thorax normal
- RR normal 16-20x/menit
- Irama, frekuensi dan kedalaman
napas berada dalam batas
normal
1. Observasi TTV terutama Nadi dan
Pernapasan
R/ Peningkatan frekuensi napas dan
takikardi merupakan indikasi adanya
penurunan fungsi paru
2. Monitor fungsi pernapasan, catat
kecepatan pernapasan, sesak napas dan
perubahan TTV, kualitas frekuensi
R/ distress pernapasan dan perubahantanda vital dapata terjadi akibat stress
fisiologi dan menunjukkan terjadinya
syok akibat hipoksia
3. Auskultasi suara napas
R/ Menunjukkan kelainan suara napas
pada bagian paru
4. Posisikan semifowler
5/14/2018 LP Asma - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-asma-55a9310cc64e9 12/13
R/ Peninggian kepala ke tempat tidur
mempermudah fungsi pernapasan dan
meningkatkan ekspansi dada
5. Bantu dan ajarkan klien untuk napas
dalam yang efektif R/ Untuk merelaksasikan otot
pernapasan
6. Kolaborasi pemberian O2
R/ pemberian O2 dapat memberikan
beban pernapasan dan mencegah
terjadinya sianosis akibat hipoksia.
3. Gangguan Pertukaran
Gas
27 maret
2012
Jam 09.00
Dalam waktu 1x24 jam setelah
diberikan intervensi
keperawatan, pertukaran gasmembaik
Kriteria Hasil :
- RR normal 16-20x/ menit
- Nadi 60-100x/menit
- Tidak ada sesak napas
- BGA dalam batas normal
1. Monitor secara rutin kulit dan warna
membrane mukosa
R/ Sianosis perifer (terlihat pada kuku)atau sentral (terlihat di sekitar bibir).
Keabu-abuan dan sianosis sentral
mengindikasi beratnya hipoksemia.
2. Pantau status pernapasan, hasil BGA
R/ Untuk mengidentifikasi indikasi kea
rah kemajuan atau menyimpangan hasil
dari klien
3. Posisikan semifowler
R/ Peninggian kepala ke tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dan
meningkatkan ekspansi dada
4. Pantau status mental klien
R/ Jika terjadi penurunan kesadaran
mengindikasikan perfusi jaringan otak
menurun. Gelisah dan ansietas adalah
manifestasi umum pada hipoksia. BGA
5/14/2018 LP Asma - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-asma-55a9310cc64e9 13/13
memburuk disertai somnolen
menunjukkan disfungsi serebal yang
berhubungan dengan hipoksemia.
5. Kolaborasi pemberian O2
R/ pemberian O2 dapat memberikanbeban pernapasan dan mencegah
terjadinya sianosis akibat hipoksia.
12. Evaluasi
a. bersihan jalan nafas efektif
b. pola nafas efektif
c. gangguan pertukaran gas teratasi
13. Referensi
1. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
2. Corwin, E.J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
3. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
4. NANDA Internasional. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC.
5. Tanjung, Dudut. 2003. Asuhan Keperawatan Asma Bronkhial, (Online) (http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf,
diakses pada 25 Maret 2012).