36
KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN A. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran – ukuran tubuh yang meliputi BB, TB, LK, LD, dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel – sel pada semua sistem organ tubuh. (Vivian nanny, 2010). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitas, yang mengacu pada jumlah, besar, dan luas, serta bersifat konkret yang menyangkut ukuran dan struktur biologis (Mansur, 2000). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan (Soetjiingsih, 2005). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua system organ tubuh sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi-fungsi system organ tubuh (Vivian nanny, 2010) Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Pemkot Malang Dinkes, 2007) B. Ciri – ciri dan Prinsip- prinsip Tumbuh kembang 1. Ciri – ciri tumbuh kembang anak. a. Perkembangan menimbulkan perubahan 1

LP ASMA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LP asma bronkhial

Citation preview

KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

A. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran – ukuran tubuh yang meliputi BB, TB, LK,

LD, dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel – sel pada semua sistem

organ tubuh. (Vivian nanny, 2010).

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitas, yang mengacu pada

jumlah, besar, dan luas, serta bersifat konkret yang menyangkut ukuran dan struktur

biologis (Mansur, 2000).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh

yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil

proses pematangan (Soetjiingsih, 2005).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua system organ

tubuh sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi-fungsi system organ tubuh

(Vivian nanny, 2010)

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks

dalam kemampuan gerak, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan

kemandirian (Pemkot Malang Dinkes, 2007)

B. Ciri – ciri dan Prinsip- prinsip Tumbuh kembang

1. Ciri – ciri tumbuh kembang anak.

a. Perkembangan menimbulkan perubahan

Perkembangan terjadi bersama dengan pertumbuhan.Setiap pertumbuhan

disertai perubahan fungsi.

b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan

selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan

sebelum ia belum melewati tahapan sebelumnya.

c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang

berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi

organ dan perkembangan pada masing-masing anak.

d. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan

Anak sehat, bertambah umur, bertambah besar dan tinggi badannya serta

bertambah kepandaiannya.

1

e. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

Tahap-tahap perkembangan tidak bisa menjadi terbalik.

f. Perkembanagn mempunyai pola yang tetap

Perkembangan fungsi organ tubuh mempunyai dua pola, yaitu pola

sefalokaudal dan pola proksimodistal.

1. Prinsip – prinsip tumbuh kembang.

a. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar kematangan

merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya sesuai dengan

potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang

berasal dari latihan dan usaha melalui belajar.Anak memperoleh kemampuan

menggunakan sumber yang diwariskan dan pola potensi yang dimiliki anak.

b. Pola perkembangan dapat diramalkan.

Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian

perkembangan seorang anak dapat diramalkan.Perkembangan berlangsung

dari tahapan spesifik dan terjadi berkesinambungan.

C. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar – dasar kepribadian

manusia. Kemampuan pengindraan, berfikir, ketrampilan, berbahasa dan berbicara,

bertingkah laku sosial dll. Ada 2 faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang

optimal seorang anak yaitu :

1. Faktor dalam

a. Ras / etnik dan bangsa

Anak yang dilahirkan dari ras / bangsa Amerika maka ia tidak memiliki faktor

hereditas ras / bangsa Indonesia atau sebaliknya.

b. Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,

gemuk atau kurus.

c. Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama

kehidupannya.

d. Jenis kelamin

2

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki

– laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan

lebih cepat.

e. Genetik

Genetic (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak akan

menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang bepengaruh pada

tumbuh kembang anak seperti kerdil.

f. Kelainan kromosom

Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti

ada sindrom downs dan sindrom turner.

2. Faktor luar

a. Faktor prenatal

b. Faktor persalinan

c. Faktor pasca salin

D. Aspek – aspek perkembangan yang dipantau

1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot

besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya.

2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan begian – bagian tubuh

tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang

cermat seperti mengambil sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.

E. Teori Tumbuh Kembang

1. Teori Tumbuh Kembang Sidmund Freud

Sidmund Freud terkenal sebagai pengganti teori alam bawah sadar dan pakar

psikoanalisis. Tapi kita sering lupa bahwa Freud lah yang menekankan pentingnya

arti perkembangan psikososial pada anak. Freud menerangkan bahwa berbagai

problem yang dihadapi penderita dewasa ternyata disebabkan oleh gangguan atau

hambatan yang dialami perkembangan psikososialnya. Dasar psikaonalisis yang

dilakukannya adalah untuk menelusuri akar gangguan jiwa yang dialami penderita

jauh kemasa anak, bahkan kemasa bayi. Freud membagi perkembangan menjadi 5

3

tahap, yang secara berurut dapat dilalui oleh setiap individu dalam perkembangan

menuju kedewasaan.

a. Fase Oral

Disebut fase oral karena dalam fase ini anak mendapat kenikmatan dan

kepuasan berbagai pengalaman sekitar mulutnya. Fase oral mencakup tahun

pertama kehidupan ketika anak sangat tergantung dan tidak berdaya. Ia perlu

dilindungi agar mendapat rasa aman. Dasar perkembangan mental sangat

tergangtung dari hubungan ibu – anak pada fase ini. Bila terdapat gangguan

atau hambatan dalam hal ini maka akan terjadi fiksasi oral, artinya pengalaman

buruk, tentang masalah makan dan menyapih akan menyebabkan anak

terfiksasi pada fase ini, sehingga perilakunya diperoleh pada fase oral.

Pada fase pertama belum terselesaikan dengan baik maka persoalan ini akan

terbawa ke fase kedua. Ketidak siapan ini meskipun belum berhasil dituupi

biasanya kelak akan muncul kembali berupa berbagai gangguan tingkah laku.

b. Fase Anal

Fase kedua ini berlangsung pada umur 1-3 tahun. Pada fase ini anak

menunjukkan sifat ke-AKU-annya. Sikapnya sangat narsistik dan egoistic. Ia

pun mulai belajar kenal tubuhnya sendiri dan mendapatkan kepuasan dari

pengalaman. Suatu tugas penting dalam yang lain dalam fase ini adalah

perkembangan pembicaraan dan bahasa. Anak mula-mula hanya mengeluarkan

bahasa suara yang tidak ada artinya, hanya untuk merasakan kenikmatan dari

sekitar bibir dan mulutnya. Pada fase ini hubungan interpersonal anak masih

sangat terbatas. Ia melihat benda-benda hanya untuk kebutuhan dan kesenangan

dirinya. Pada umur ini seorang anak masi bermain sendiri, ia belum bias

berbagi atau main bersama dengan anak lain. Sifatnya sangat egosentrik dan

sadistik.

c. Fase Falik

Fase falik antara umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu fase oediopal antara

3-6 tahun dan fase laten antara 6-12 tahun. Fase oediopal dengan pengenalan

akan bagian tubuhnya umur 3 tahun. Disini anak mulai belajar menyesuaiakan

diri dengan hukum masyarakat. Perasaan seksual yang negative ini kemudia

menyebabkania menjauhi orang tua dengan jenisn kelamin yang sama.

Disinilah proses identifikasi seksual. Anak pada fase praoediopal biasanya

4

senang bermain denagn anak yang jenis kelaminnya berbeda, sedangkan anak

pasca oediopal lebih suka berkelompok dengan anak sejenis.

d. Fase Laten

Resolusi konflik oediopal ini menandai permulaan fase laten yang terentang 7-

12 tahun, untuk kemudian anak masuk ke permulaan masa pubertas. Periode ini

merupakan integrasi, yang bercirikan anak harus berhadapan dengan berbagai

tuntutan dan hubungan denagn dunia dewasa. Anak belajar untuk menerapkan

dan mengintegrasikan pengalaman baru ini. Dalam fase berikutnya berbagai

tekanan sosial akan dirasakan lebih berat oleh karena terbaur dengan keadaan

transisi yang sedang dialami si anak.

e. Fase Genital

Dengan selesainya fase laten, maka sampailah anak pada fase terakhir dalam

perkembangannya. Dalam fase ini si anak menghadapi persoalan yang

kompleks. Kesulitan sering timbul pada fase ini disebabkan karena si anak

belum dapat menyelesaikan fase sebelumnya dengan tuntas.

2. Teori tumbuh Kembang Erik Erikson

Erikson melihat anak sebagai makhluk psisososial penuh energy. Ia

mengungkapakan bahwa perkembangan emosional berjalan sejajar dengan

pertumbuhan fisis, dan ada interaksi antara perkembangan fisis dan psikologis. Ia

melihat adanya suatu keteraturan yang sama antara perkembangan psikologis dan

pertumbuhan fisis. Erikson membagi perkembangan manusi dari awal hingga akhir

hayatnya menjadi 8 fase dengan brbagai tugas yang harus diselesaikan pada setiap

fase. Lima fase pertama adalah saat anak tumbuh dan berkembang.

a. Masa Bayi

Kepercayaan dasar vs ketidak percayaan. Dalam masa ini terjadi interaksi sosial

yang erat antara ibu dan anak yang menimbulkan rasa aman dalam diri si anak.

Dari rasa aman tumbuh rasa kepercayaan dasar terhadap dunia luar.

b. Masa Balita

Kemandirian vs ragu dan malu. Masa balita dari Erikson ini kira-kira sejajar

dengan fase anal. Pada masa ini anak sedang belajar untuk menegakkan

kemandiriannya namun ia belum dapat berfikir, oleh karena itu masih perlu

mebdapat bimbingan yang tegas. Psikopatologi yang banyak ditemukan sebagai

akibat kekurangan fase ini adalah sifat obsesif-kompulsif dan yang lebih berat

lagi adalah sifat atau keadaan paranoid.

5

c. Masa Bermain

Inisiatif vs bersalah. Masa ini berkisar antara umur 4-6 tahun. Anak pada umur

ini sangat aktif dan banyak bergerak. Ai mulai belajar mengembangkan

kemampuannya untuk bermasyarakat. Inisiatifnya mulai berkembang pula dan

bersama temannya mulai belajar merencanakan suatu permainan dan

melakukannya dengan gembira.

d. Masa Sekolah

Berkarya vs rasa rendah diri. Masa usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai

memasuki sekolah yang lebih formal. Ia sekarang berusaha merebut perhatian

dan penghargaan atas karyanya. Ia belajar untuk menyelesaikan tugas yang

diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai timbul, dan ia mulai senang

untuk belajar bersama.

e. Masa Remaja

Identitas diri vs kebingungan akan peran diri. Pada sekitar umur 13 tahun masa

kanak-kanak berakhir dan masa remaja dimulai. Pertumbuhan fisis menjadi

sangat pesat dan mencapai taraf dewasa. Peran orang tua sebagai figure

identifikasi lain. Nilai-nilai dianutnya mulai diaragukan lagi satu per satu.

3. Teori Tumbuh Kembang Menurut Piaget

Piaget adalah pakar terkemuka dalam bidang teori perkembangan kognitif. Seperti

juga Freud, Piaget melihat bahwa perkembangan itu mulai dari suatu orientasi yang

egosentrik, kemudian makin meluas dan akhirnya memasuki dunia sosial. Piaget

membagi perkembangan menjadi empat fase:

a. Fase Sensori-motor (0-2 tahun)

Seorang anak mempunyai sifat yang sangat egosentrik dan sangat terpusat pada

diri sendiri. Oleh karena itu kebutuhan pada fase ini bersifat fisik, fungsi ini

menyebabkan si anak cepat menguasainya dan dibekali dengan keterampilan

tersebut melangkah ke fase berikutnya.

b. Fase Pra-operasional (2-7 tahun)

Fase ini dibagi menjadi dua, yaitu fase para konseptual dan fase intuitif. Fase

pra konseptual (2-4 tahun). Disini anak mulai mengembangkan kemampuan

bahasa yang memungkinkan untuk berkomunikasi dan bermasyarakat dengan

dunia kecilnya. Fase intuitif (4-7 tahun) anak makin mampu bermasyarakat

namun ia belum dapat berfikir secara timbal balik. Ia banyak memperhatikan

dan meniru perilaku orang dewasa.

6

c. Fase Operasional Konkrit (7-11 tahun)

Pengalaman dan kemampuan yang diperoleh pada fase sebelumnya menjadi

mantap. Ia mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan teman-temannyadan

belajar menerima pendapat yang berbeda dari pendapatnya sendiri.

d. Fase Operasional Formal (11-16 tahun)

Pada fase akhir ini kemampuan berfikir anak akan mencapai taraf kemampuan

berfikir orang dewasa. Tercapainya kemampuan ini memungkinkan remaja

untuk masuk ke dalam dunia pendidikan yang lebih kompleks, yaitu dunia

pendidikan tinggi.

7

ASMA

A. DEFINISI

Asma disebut juga sebagai reactive airway disease (RAD), adalah suatu penyakit

obstruksi pada jalan nafas secara reversible yang ditandai dengan broncospasme,

inflamasi dan peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulant.

Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible

dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma

bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus

terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas

yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari

pengobatan (The American Thoracic Society).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea

dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Smeltzer, 2002).

Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus

mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif (Reeves, 2001).

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,

yaitu :

1. Ekstrinsik (alergik)

8

GAMBAR 1. ASMA BRONKIAL

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang

spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan

aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu

predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus

spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

2. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang

tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan

oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih

berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi

bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma abungan.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk

alergik dan non-alergik.

B. ETIOLOGI

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi

timbulnya serangan asma bronkhial.

1. Faktor predisposisi

Genetik. Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum

diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit

alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena

adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial

jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran

pernafasannya juga bisa diturunkan.

2. Faktor presipitasi

a. Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan, ex: debu, bulu binatang,

serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

2) Ingestan, yang masuk melalui mulut, ex: makanan dan obat-obatan

3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit, ex: perhiasan, logam

dan jam tangan.

b. Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.

Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan

9

asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim

hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin

serbuk bunga dan debu.

c. Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga

bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang

timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami

stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah

pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum

bisa diobati.

d. Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal

ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di

laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini

membaik pada waktu libur atau cuti.

e. Olah raga/aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan

aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah

menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi

segera setelah selesai aktifitas tersebut.

C. PATOFISIOLOGI

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang

menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas

bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma

tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut: seorang yang alergi

mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal

dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan

antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast

yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan

bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang

tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel

mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya

histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor

kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini

10

akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi

mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus

sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada

asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama

inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan

bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka

sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan

obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat

melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan

ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume

residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran

mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

D. PATHWAY

11

E. MANIFESTASI KLINIS

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala

klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah,

duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja

dengan keras.

Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi (whezing),

batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala

tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat ,

gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain: silent chest, sianosis,

gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal .

Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.

1. Stadium dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol

a.Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek

b.Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul

c.Whezing belum ada

d.Belum ada kelainan bentuk thorak

e.Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E

f. BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan

a.Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

b.Whezing

c.Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

d.Penurunan tekanan parsial O2

2.Stadium lanjut/kronik

a. Batuk, ronchi

b. Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan

c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)

e. Thorak seperti barel chest

f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus

g. Sianosis

h. BGA Pa O2 kurang dari 80%

i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri

12

j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

F. KOMPLIKASI

1. Gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas

2. Bronchitis kronis

3. Bronchitis

4. Pneumonia

5. Emphysema

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis asma berdasarkan:

1. Anamnesis: riwayat perjalanan penyakit, factor-faktor yang berpengaruh

terhadap asma, riwayat keluarga dan adanya riwayat alergi serta gejala klinis.

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan laboratorium: darah (terutama eosinofil, IgE total, IgE spesifik),

sputum (eosinofil, spiral Curshman, kristal Charcot-Leyden).

4. Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter untuk menentukan

adanya obstruksi jalan nafas.

H. PENATALAKSANAAN

1. Medikamentosa

Obat-obatan bisa membuat penderita asma menjalani kehidupan normal.

pengobatan segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan

pengobatan rutin untuk mencegah serangan.

agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi

serangan asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang

mungkin dipicu oleh olahraga. bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran

udara oleh reseptor beta-adrenergik.

bronkodilator yang yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik

(misalnya adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang

cepat, gelisah, sakit kepala dan tremor (gemetar) otot. bronkodilator yang

hanya bekerja pada reseptor beta2-adrenergik (yang terutama ditemukan di

13

dalam sel-sel di paru-paru), hanya memiliki sedikit efek samping terhadap

organ lainnya. bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan lebih

sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada

semua reseptor beta-adrenergik.

Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit tetapi efeknya

hanya berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki

efek yang lebih panjang, tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat

ini lebih banyak digunakan untuk mencegah serangan.

Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat

yang dihirup) dan sangat efektif. Penghirupan bronkodilator akan

mengendapkan obat langsung di dalam saluran udara, sehingga mula kerjanya

cepat, tetapi tidak dapat menjangkau saluran udara yang mengalami

penyumbatan berat. Bronkodilator per-oral (ditelan) dan suntikan dapat

menjangkau daerah tersebut, tetapi memiliki efek samping dan mula kerjanya

cenderung lebih lambat.

Jenis bronkodilator lainnya adalah teofilin. Teofilin biasanya diberikan per-

oral (ditelan); tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet dan sirup short-

acting sampai kapsul dan tablet long-acting. Pada serangan asma yang berat,

bisa diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah). Jumlah teofilin di

dalam darah bisa diukur di laboratorium dan harus dipantau secara ketat, karena

jumlah yang terlalu sedikit tidak akan memberikan efek, sedangkan jumlah

yang terlalu banyak bisa menyebabkan irama jantung abnormal atau kejang.

Pada saat pertama kali mengkonsumsi teofilin, penderita bisa merasakan sedikit

mual atau gelisah. kedua efek samping tersebut, biasanya hilang saat tubuh

dapat menyesuaikan diri dengan obat. pada dosis yang lebih besar, penderita

bisa merasakan denyut jantung yang cepat atau palpitasi (jantung berdebar).

juga bisa terjadi insomnia (sulit tidur), agitasi (kecemasan, ketakuatan),

muntah, dan kejang.

Kortikosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam

mengurangi gejala asma. jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap

kortikosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya

serangan asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah

rangsangan tetapi penggunaan tablet atau suntikan kortikosteroid jangka

panjang bisa menyebabkan:

14

- gangguan proses penyembuhan luka

- hilangnya kalsium dari tulang

- perdarahan lambung

- katarak premature

- peningkatan kadar gula darah

- penambahan berat badan

- kelaparan

- kelainan mental.

Tablet atau suntikan kortikosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu

untuk mengurangi serangan asma yang berat. Untuk penggunaan jangka

panjang biasanya diberikan inhaler kortikosteroid karena dengan inhaler, obat

yang sampai di paru-paru 50 kali lebih banyak dibandingkan obat yang sampai

ke bagian tubuh lainnya. Kortikosteroid per-oral (ditelan) diberikan untuk

jangka panjang hanya jika pengobatan lainnya tidak dapat mengendalikan

gejala asma

Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja

dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang

berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin. lebih jauh lagi, obat ini akan

menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah

mengkonsumsi agonis reseptor beta2-adrenergik.

Pengubah leukotrien (contohnya montelukas, zafirlukas dan zileuton)

merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan asma. obat ini

mencegah aksi atau pembentukan leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh

tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala asma). pengobatan untuk

serangan asma suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera

mungkin untuk membuka saluran pernafasan. obat yang digunakan untuk

mencegah juga digunakan untuk mengobati asma, tetapi dalam dosis yang lebih

tinggi atau dalam bentuk yang berbeda. Agonis reseptor beta-adrenergik

digunakan dalam bentuk inhaler (obat hirup) atau sebagai nebulizer (untuk

sesak nafas yang sangat berat). Nebulizer mengarahkan udara atau oksigen

dibawah tekanan melalui suatu larutan obat, sehingga menghasilkan kabut

untuk dihirup oleh penderita. Pengobatan asma juga bisa dilakukan dengan

memberikan suntikan epinefrin atau terbutalin di bawah kulit dan aminofilin

(sejenis teofilin) melalui infus intravena.

15

Pengobatan asma jangka panjang salah satu pengobatan asma yang paling

efektif adalah inhaler yang mengandung agonis reseptor beta-adrenergik.

penggunaan inhaler yang berlebihan bisa menyebabkan terjadinya gangguan

irama jantung. jika pemakaian inhaler bronkodilator sebanyak 2-4 kali/hari

selama 1 bulan tidak mampu mengurangi gejala, bisa ditambahkan inhaler

kortikosteroid, kromolin atau pengubah leukotrien. Jika gejalanya menetap,

terutama pada malam hari, juga bisa ditambahkan teofilin per-oral.

2. Keperawatan

Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan

berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala asma

sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat

berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang

disertai gangguan kesadaran.

Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada serangan

asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada

yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang

timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan

pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.

1. Pemeriksaan Fisik.

Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis

asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk

mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma

a. Sistim Pernapasan

Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan

seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi

kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau

kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.

Frekuensi pernapasan meningkat

Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.

Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang

disertai ronchi kering dan wheezing.

Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi

bahkan mungkin lebih.

Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:

- Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior

rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.

16

- Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot

bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi

suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.

Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan

dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent

chest), sianosis

b. Sistem Kardiovaskuler:

Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat

Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan: takhikardi makin

hebat disertai dehidrasi.

Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama

jantung.

c. Sistem persarafan :

Composmentis

Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan: cemas/gelisah/panic,

sukar tidur, banyak berkeringat dan susah berbicara

Pada keadaan yang lebih berat kesadaran menurun, dari disorientasi dan

apati sampai koma. Pada pemeriksaan mata mungkin ditemukan miosis dan

edema papil.

I. PENCEGAHAN

serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa

dihindari. serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum

obat sebelum melakukan olah raga

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkokonstriksi,

peningkatan produksi lender, batuk tidak efektif dan infeksi bronkopulmonal.

2. Gangguan pertukaran gas b/d spasme bronkus

3. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan nafas pendek, lendIr,

bronkokonstriksi dan iritan jalan nafas.

4. Fatigue b/d hipoxia dan meningkatnya usaha nafas

5. Kecemasan b/d hospitalisasi, distress pernafasan

6. Risiko defisit volume cairan b/d meningkatnya pernafasan, menurunnya intake

cairan

17

K. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan Dan Krietria Hasil Intervensi

1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d bronkospasme

NOC : Respiratory status : Ventilation Respiratory status : Airway patency Aspiration Control

Kriteria Hasil : suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan

dyspneu Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien

tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas

NIC :Airway Management Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila

perlu Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Pasang mayo bila perlu Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Berikan bronkodilator bila perlu Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2

2 Gangguan pertukaran gas b/d spasme bronkus

NOC : Respiratory Status : Gas exchange Respiratory Status : ventilation Vital Sign Status

Kriteria Hasil : Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan

oksigenasi yang adekuat Memelihara kebersihan paru paru dan bebas

dari tanda tanda distress pernafasan Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara

nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

NIC :Airway Management Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila

perlu Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika perlu Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Berika bronkodilator bial perlu Barikan pelembab udara Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2

18

Tanda tanda vital dalam rentang normal Respiratory Monitoring Monitor rata–rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot

tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal Monitor pola nafas Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis) Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/tidak adanya ventilasi

dan suara tambahan Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan

ronkhi pada jalan napas utama

3 Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan nafas pendek, lendIr, bronkokonstriksi dan iritan jalan nafas.

NOC : Respiratory status : Ventilation Respiratory status : Airway patency Vital sign Status

Kriteria Hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara

nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

NIC : Airway Management Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila

perlu Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Lakukan suction pada mayo Berikan bronkodilator bila perlu Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2

Terapi Oksigen Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea Pertahankan jalan nafas yang paten Atur peralatan oksigenasi Monitor aliran oksigen Pertahankan posisi pasien Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi

19

Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring Monitor TD, nadi, suhu, dan RR Catat adanya fluktuasi tekanan darah Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas Monitor kualitas dari nadi Monitor frekuensi dan irama pernapasan Monitor suara paru Monitor pola pernapasan abnormal Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,

bradikardi, peningkatan sistolik) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

4 Fatigue b/d hipoxia dan meningkatnya usaha nafas

NOC : Energy conservation Self Care : ADLs

Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa

disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

NIC :Energy Management Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara

berlebihan Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

Activity Therapy Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik

dalammerencanakan progran terapi yang tepat. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu

20

dilakukan Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan

kemampuan fisik, psikologi dan social Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang

diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda,

krek Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual

5 Kecemasan b/d hospitalisasi, distress pernafasan

NOC : Anxiety control Coping

Kriteria Hasil : Klien mampu mengidentifikasi dan

mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan

menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas

Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa

tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC :Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) Gunakan pendekatan yang menenangkan Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis Dorong keluarga untuk menemani anak Lakukan back / neck rub Dengarkan dengan penuh perhatian Identifikasi tingkat kecemasan Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,

persepsi Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

21

6 Risiko defisit volume cairan b/d meningkatnya pernafasan, menurunnya intake cairan

NOC: Fluid balance Hydration Nutritional Status : Food and Fluid Intake

Kriteria Hasil : Mempertahankan urine output sesuai dengan

usia dan BB, BJ urine normal, HT normal Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas

normal Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas

turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

NIC :Fluid management Timbang popok/pembalut jika diperlukan Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi

adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan Monitor vital sign Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian Kolaborasikan pemberian cairan IV Monitor status nutrisi Berikan cairan IV pada suhu ruangan Dorong masukan oral Berikan penggantian nesogatrik sesuai output Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Tawarkan snack ( jus buah, buah segar ) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi

22

DAFTAR PUSTAKA

Doenges M, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan pasien. Edisi III. EGC:Jakarta

Johnson, Marion . (2000) . Nursing Outcomes Classification / NOC . Missouri : Mosby Inc.

NANDA International. (2010) . Diagnosis Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2009-2011.

Jakarta : EGC .

Notoatmojoyo, S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta

Mansjoer, A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. Media Aesculapius:Jakarta

Mc. Closkey, Joane C . (1996) . Nursing Interventions Classification / NIC . Missouri :

Mosby Inc.

Setyono, Joko; 2001, Keperawatan Medikal Medah, Salemba Medika, Jakarta

23

24