32
A. Definisi Laparatomi merupakan suatu proses insisi bedah ke dalam rongga abdomen yang dilakukan dengan berbagai indikasi seperti trauma abdomen, penanganan obstetric (Sectio Saesaria) infeksi pada rongga abdomen, perdarahan saluran cerna, sumbatan pada usus halus dan usus besar serta masa pada abdomen tindakan laparatomi dapat menimbulkan berbagai komplikasi pasca bedah antara lain gangguan perfusi jaringan, infeksi pada luka yang menyebabkan buruknya integritas kulit serta terjadinya burst abdomen (Afzal, 2009). Burst abdomen juga dikenal sebagai abdominal wound dehiscence atau luka operasi terbuka, didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai terbukanya sebagian atau seluruh luka operasi yang disertai protusi atau keluarnya isi rongga abdomen. Keadaan ini sebagai akibat kegagalan proses penyembuhan luka operasi. Wound dehiscence merupakan komplikasi pertama dari pembedahan abdominal. Insidensinya sekitar 0,2% sampai dengan 0,6% dengan angka mortalitas cukup tinggi, mencapai 10% sampai dengan 40%, disebabkan penyembuhan luka operasi yang inadekuat (Baxter, 2003). Terjadinya wound dehiscence dengan berbagai kondisi seperti anemia, hipoalbumin, malnutrisi, keganasan, obesitas dan diabetes, usia lanjut,

LP Burst Abdomen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LP Burst Abdomen

Citation preview

A. DefinisiLaparatomi merupakan suatu proses insisi bedah ke dalam rongga abdomen yang dilakukan dengan berbagai indikasi seperti trauma abdomen, penanganan obstetric (Sectio Saesaria) infeksi pada rongga abdomen, perdarahan saluran cerna, sumbatan pada usus halus dan usus besar serta masa pada abdomen tindakan laparatomi dapat menimbulkan berbagai komplikasi pasca bedah antara lain gangguan perfusi jaringan, infeksi pada luka yang menyebabkan buruknya integritas kulit serta terjadinya burst abdomen (Afzal, 2009).Burst abdomen juga dikenal sebagai abdominal wound dehiscence atau luka operasi terbuka, didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai terbukanya sebagian atau seluruh luka operasi yang disertai protusi atau keluarnya isi rongga abdomen. Keadaan ini sebagai akibat kegagalan proses penyembuhan luka operasi. Wound dehiscence merupakan komplikasi pertama dari pembedahan abdominal. Insidensinya sekitar 0,2% sampai dengan 0,6% dengan angka mortalitas cukup tinggi, mencapai 10% sampai dengan 40%, disebabkan penyembuhan luka operasi yang inadekuat (Baxter, 2003).Terjadinya wound dehiscence dengan berbagai kondisi seperti anemia, hipoalbumin, malnutrisi, keganasan, obesitas dan diabetes, usia lanjut, prosedur pembedahan spesifik seperti pembedahan spesifik seperti pembedahan pada kolon atau laparatomi emergency. Wound dehiscence dapat juga terjadi karena perawatan luka yang tidak adekuat serta faktor mekanik seperti batuk batuk yang berlebihan, ileus obstruktif dan hematom serta tekhnik operasi yang kurang baik (Afzal, 2008). Burst abdomen atau abdominal wound dehiscence adalah terbukanya tepi-tepi luka sehingga menyebabkan evirasi atau pengeluaran isi organ-organ dalam seperti usus, hal ini merupakan salah satu komplikasi post operasi dari penutupan luka di dalam perut. (Saktya, 2011).Burst abdomen atau abdominal wound dehiscence adalah terbukanya tepi-tepi luka sehingga menyebabkan evirasi atau pengeluaran isi organ-organ dalam seperti usus, hal ini merupakan salah satu komplikasi post operasi dari penutupan luka di dalam perut.

B. Klasifikasi Berdasarkan waktu terjadinya dehisensi luka operasi dapat dibagi menjadi dua : a. Dehisensi luka operasi dini : terjadi kurang dari 3 hari paska operasi yang biasanya disebabkan oleh teknik atau cara penutupan dinding perut yang tidak baik.b. Dehisensi luka operasi lambat : terjadi kurang lebih antara 7 hari sampai 12 hari paska operasi. Pada keadaan ini biasanya dihubungkan dengan usia, adanya infeksi, status gizi dan faktor lainnya (Sjamsudidajat R, 2005).

C. Etiologi Faktor penyebab dehisensi luka operasi berdasarkan mekanisme terjadinya dibedakan atas tiga yaitu:a. Faktor mekanik : adanya makanan dapat menyebabkan akibat jahitan jaringan semakin meregang dan mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Faktor mekanik tersebut antara lain batuk batuk yang berlebihan, ileus obstruktif dan hematom serta tekhnik operasi yang kurang. b. Faktor metabolic : hipoalbuminemia, diabetes mellitus, anemia, gangguan keseimbangan elektrolit serta defesiensi vitamin dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka.c. Faktor infeksi : semua faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi luka operasi akan meningkatkan terjadinya dehisensi luka operasi. Secara klinis biasanya terjadi pada hari ke 6 sampai dengan 9 pasca operasi dengan gejala suhu badan yang meningkat disertai tanda peradangan disertai luka.Menurut National Nosocomial Infection Survelance System, luka operasi dibedakan menjadi luka bersih, bersih terkontaminasi, terkontaminasi dan kotor. Infeksi luka jahitan yang terjadi dini ditandai dengan peningkatan temperature dan terjadinya selulitis dalam waktu 48 jam setelah penjahitan. Dehisensi luka operasi akan segera terjadi jika infeksi tidak diatasi. Infeksi dini seringkali disebabkan oleh streptococcus B haemolyticus. Sedangkan pada infeksi lanjut seringkali tidak disertai peningkatan temperatur dan pembentukan pus, dan terutama disebabkan oleh Stafilococcus aureus (Afzal, 2008). Terjadinya burst abdomen dipengaruhi oleh banyak faktor. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan faktor resiko akan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu faktor pre-operative, operative, dan post-operative (British Medical Journal: 1966).a. Pre operasiFaktor pre-operative ini biasanya berhubungan dengan keadaan pasien sebelum operasi dan karakteristik pasien.Faktor pre-operative ini biasanya berhubungan dengan keadaan pasien sebelum operasi dan karakteristik pasien.1. Jenis kelaminKejadian pada pria dan wanita didapatkan perbedaan yang sedikit meningkat pada pria yang mana berbanding 3:1. Hal ini dapat dipicu karena faktor merokok, pada pria sering mengalami batuk persisten sehingga dapat meningkatkan tekanan intraabdomen dan lebih beresiko terjadi burst abdomen.2. Umur Kejadian burst abdomen meningkat dengan bertambahnya umur. Burst abdomen pada pasien yang berumur 45 tahun sebesar 5,4%. (Schwartz et al, Principles Of Surgery)Burst abdomen sering terjadi pada usia >60 tahun. Hal ini dikarenakan sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi dan otot dinding rongga perut melemah. (Lotfy, 2009)Hal ini mungkin dikarenakan hal-hal sebagai berikut: a) Faktor penentu sebelum terjadinya burst abdomen yang sering ditemukan yaitu batuk kronis, konstipasi kronis dan dysuria.b) Adanya anemia, hypoproteinaemia, dan beberapa kekurangan vitamin dalam kelompok usia ini. c) Komplikasi pasca operasi seperti mengejan, batuk, dan muntah berulang. 3. Anemia Hemoglobin menyumbang oksigen untuk regenerasi jaringan granulasi dan penurunan tingkat hemoglobin mempengaruhi penyembuhan luka. (Lotfy, 2009). Pada beberapa studi dikemukakan bahwa rendahnya kadar hemoglobin ( 140 mg/dl atau GDA> 200 mg/dl)Pada orang dengan diabetes, proses penyembuhan luka berlangsung lama. (Lotfy, 2009). DM berkaitan dengan gangguan metabolisme pada jaringan ikat hal tersebut tentu saja amat sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh sehingga akan mengganggu proses penyembuhan luka operasi. Sehingga pengendalian DM yang baik dibutuhkan untuk menghindari DM sebagai faktor resiko.b. Operasi1. Tipe insisiMidline incision memiliki insiden terjadinya burst abdomen lebih besar dari pada transverse incision. Midline incision tidak anatomis karena incisi ini memotong serabut aponeurotik, sedangkan pada transverse incision memotong diantara serabut. Kontraksi pada dinding abdomen akan memberikan tekanan untuk membantu penutupan luka. Pada midline incision, kontraksi ini dapat menyebabkan adanya luka baru pada lateral jahitan, sedangkan pada transverse incision, jahitan akan merapat. Midline incision banyak digunakan karena dengan teknik ini lapangan pandang saat operasi menjadi lebih luas untuk melakukan explorasi.

Tipe insisi midline

Tipe insisi transversal2. Jahitan lukaBerdasarkan hasil penelitian teknik continuous Z memiliki faktor resiko terjadinya burst abdomen lebih besar yaitu sebesar 14,8% sedangkan pada teknik interrupted X hanya sebesar 2,17%.

c. Post operasi1. Peningkatan tekanan intra-abdominalPeningkatan tekanan ini dapat disebabkan oleh batuk, muntah, ileus, dan retensi urine. Setelah beberapa operasi intra abdomen, kejadian ileus tidak dapat dielakkan. Tekanan intra abdomen yang tinggi mungkin disebabkan pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik yang biasanya mereka menggunakan otot-otot abdomen sebagai otot tambahan untuk respirasi. Sebagai tambahan, batuk yang terjadi mendadak dapat meningkatkan tekanan intra abdomen. Beberapa factor yang berperan dalam peningkatan tekanan abdomen seperti obstruksi usus post opersi, obesitas, dan cirrhosis dengan adanya ascites. Tekanan intraabdominal yang tinggi akan menekan otot-otot dinding abdomen sehingga akan teregang. Regangan otot dinding abdomen inilah yang akan menyebabkan berkurangnya kekuatan jahitan bahkanpada kasus yang berat akan menyebabkan putusnya benang pada jahitan luka operasi dan keluarnya jaringan dalam rongga abdomen. Hal yang menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen diantaranya:a) Mengangkat beban beratb) Batuk dan bersin yang kuatc) Mengejan akibat konstipasi2. Infeksi pada lukaProduk infeksi yang dihasilkan dapat menghambat proses penyembuhan luka. Gagalnya penyatuan fasia karena adanya nekrosis dipercaya dapat menyebabkan burst abdomen. Selain itu terjadinya burst abdomen atau wound dehiscence dapat disebabkan oleh beberapa factor sistemik dan local yang berpengaruh terhadap timbulnya luka komplikasi ini.a. Faktor Sistemik. Burst abdomen jarang diderita pada pasien dibawah usia 30 tahun tetapi pada pasien diatas usia 60 tahun dengan operasi laparotomi hanya didapatkan sebanyak 5 %. Burst abdomen banyak dijumpai pada pasien dengan Diabetes mellitus, uremia, immunosuppresion, jaundice, sepsis, hipoalbuminemia, pasien dengan obesitas, riwayat keganasan, maupun pasien dengan penggunaan obat-obatan kortikosteroid.b. Faktor Lokal. Ketiga factor local yang penting untuk terjadinya burst abdomen diantaranya adalah: penutupan luka yang tidak adekuat, peningkatan tekanan intraabdomen, dan gangguan pada proses penyembuhan luka. Burst abdomen lebih sering terjadi karena kombinasi ketiga factor tersebut dibandingkan bila hanya muncul salah satu saja. Jenis incise pada saat operasi seperti incise transversal maupun longitudinal sampai saat ini tidak berpengaruh terhadap insiden dari burst abdomen.3. Penutupan jahitan dari Luka OperasiPenutupan yang adekuat dari luka operasi merupakan salah factor yang penting dalam hal penyembuhan luka operasi. Lapisan fasial memberikan kekuatan pada saat penutupandan ketika fascia terbuka atau rusak (disrupts) luka akan terbuka dan menjadi rusak. Keakuratan penutupan pada lapisan anatomi sangat penting untuk penutupan luka yang adekuat. Banyak luka-luka menjadi rusak (burst/dehiscence) disebabkan karena terputusnya jahitan sampai kedalam fascia.Untuk pencegahan masalah ini meliputi bentuk irisan operasi yang bagus dan bersih, devitalisasi dari fascia yang sangat diperhatikan selama operasi, penempatan dan penautan jahitan yang tepat, dan pemilihan material jahitan yang sesuai. Jahitan ditempatkan 2-3 cm dari tepi luka dan kira-kira sepanjang 1 cm.Luka dehiscence sering disebabkan karena jahitan bekas operasi yang terlalu melekat dan rapat pada tepi fascia. Pada pasien dengan factor resiko terjadinya luka dehiscence, para ahli bedah harus melakukan penutupan yang kedua pada operasi pertama, dan melakukan perawatan ekstra untuk mencegah terjadinya luka dehiscence.Bahan untuk jahitan sintetik yang modern seperti asam polyglycolic, polypropylene, dan yang lain, digunakan untuk penjahitan pada penutupan fascia yang superior. Pada luka yang mengalami infeksi, benang dari bahan polypropylene lebih resisten terhadap degradasi dari pada benang asam polyglycolic serta rata-rata yang rendah terhadap terjadinya luka yang rusak. Komplikasi luka menurun dengan adanya obliterasi pada daerah dead space. Ostomies dan drain setelah operasi ditempatkan diluar dari incise operasi untuk menurunkan kejadian luka infeksi dan terbuka.4. Gangguan pada Penyembuhan LukaInfeksi merupakan factor yang berhubungan pada separuh lebih terjadinya luka karena rusak. Adanya drain, seroma, dan luka hematom juga sebagai tanda adanya penyembuhan luka yang terlambat. Normalnya, healing ridge ( penebalan kira-kira 0,5 cm dari masing-masing sisi jahitan) tampak pada akhir dari minggu pertama setelah operasi. Jika muncul jenis luka seperti ini maka secara klinis penyembuhan luka berjalan dengan baik dan adekuat, dan ini biasanya tidak muncul pada luka yang rusak.Tabel Faktor Penyebab Luka dehiscence Post operativeJahitan dipasang kurang tepatTerlalu berdekatanDitarik dan diikat terlalu kencang

Tehnik operasi kurang baikTidak mencapai lapisan fasciaJaringan nonvital ditinggalkan

Tekanan intra abdomen meninggiDilatasi usus/ileus paralitikAsitesBatukMuntahBanyak mengejan

Hematoma di luka dengan atau tanpa infeksi

Infeksi luka

PenyakitMetabolicHipoalbuminemia dan atau gizi burukSirosis hepatisKarsinomatosisUremiaDiabetes mellitus

5. Terapi radiasi Riwayat pemakaian terapi radiasi mengganggu sintesis protein normal, mitosis, migrasi dari faktor peradangan, dan pematangan kolagen.

D. Manifestasi KlinisDehisensi luka seringkali terjadi tanpa gejala khas, biasanya penderita sering merasa ada jaringan dari dalam rongga abdomen yang bergerak keluar disertai keluarnya cairan serous berwarna merah muda dari luka operasi (85% kasus). Pada pemeriksaan didapatkan luka operasi yang terbuka. Terdapat pula tanda tanda infeksi umum seperti adanya rasa nyeri, edema dan hiperemesis pada daerah sekitar luka operasi, dapat pula terjadi pus atau nanah yang keluar dari luka operasi (Sjamsudidajat, 2005).Biasanya dehisensi luka operasi didahului oleh infeksi yang secara klinis terjadi pada hari keempat hingga Sembilan pascaoperasi. Penderita datang dengan klinis febris, hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan jumlah leukosit yang sangat tinggi dan pemeriksaan jaringan disekitar luka operasi didapatkan reaksi radang berupa kemerahan, hangat, pembengkakan, nyeri, fluktasi dan pus (Afzal, 2008). Keadaan umum pasien juga menurun ditandai dengan wajah tampak anemis dan pasien tampak sangat kesakitan. Luka yang terjadi pada dinding abdomen menjadi jelek dan kelihatan rusak. Dalam satu hari keadaan ini akan diikuti oleh penonjolan usus dari luka kulit yang menganga pada operasi kulit (incisional hernia). Gejala intraperitoneal sepsis merupakan salah satu tanda adanya burst abdomen.a. Nyeri setelah beberapa hari operasib. Keluar cairan merah pada bekas jahitan atau bahkan keluar nanahc. Luka jahitan menjadi lembek dan merah (hiperemi)d. Perut distended (membesar dan tegang) yang menandai adanya infeksi di daerah tersebute. Keadaan umum pasien juga menurun ditandai dengan wajah tampak anemis dan pasien tampak sangat kesakitan

E. PatofisiologiBurst Abdomen bisa disebabkan oleh faktor pre operasi, operasi dan post operasi. Pada faktor pre operasi, hal-hal yang berpengaruh dalam factor pre operasi ini adalah usia,kebiasaan merokok, penyakit diabetes mellitus, dan malnutrisi. Pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Kejadian tertinggi burst abdomen sering terjadi pada umur > 50-65 tahun. Selain itu adanya anemia, hypoproteinaemia, dan beberapa kekurangan vitamin bisa menyebabkan terjadinya burst abdomen. Hemoglobin menyumbang oksigen untuk regenerasi jaringan granulasi dan penurunan tingkat hemoglobin mempengaruhi penyembuhan luka. Kebiasaan merokok sejak muda menyebabkan batuk-batuk yang persisten, batuk yang kuat dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen Penyakit-penyakit tersebut tentu saja amat sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh sehingga akan mengganggu proses penyembuhan luka operasi. Hypoproteinemia adalah salah satu faktor yang penting dalam penundaan penyembuhan, seseorang yang memiliki tingkat protein serum di bawah 6 g / dl. Untuk perbaikan jaringan, sejumlah besar asam amino diperlukan. Vitamin C sangat penting untuk memperoleh kekuatan dalam penyembuhan luka. Kekurangan vitamin C dapat mengganggu penyembuhan dan merupakan predisposisi kegagalan luka. Kekurangan vitamin C terkait dengan delapan kali lipat peningkatan dalam insiden wound dehiscence. Seng adalah co-faktor untuk berbagai proses enzimatik dan mitosis (Saktya, 2011).Untuk factor operasi, tergantung pada tipe insisi, penutupan sayatan, penutupan peritoneum, dan jahitan bahan. Kontraksi dari dinding abdomen menyebabkan tekanan tinggi di daerah lateral pada saat penutupan. Pada insisi midline, ini memungkinkan menyebabkan bahan jahitan dipotong dengan pemisahan lemak transversal. Dan sebaliknya, pada insisi transversal, lemak dilawankan dengan kontraksi. Otot perut rektus segmental memiliki suplai darah dan saraf. Jika irisan sedikit lebih lateral, medial bagian dari otot perut rektus mendapat denervated dan akhirnya berhenti tumbuh. Ini menciptakan titik lemah di dinding dan pecah perut.Faktor post operasi terdiri dari peningkatan dari intra-abdominal pressure yang menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut, dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Dapat dipicu juga jika mengangkat beban berat, batuk dan bersin yang kuat, mengejan akibat konstipasi. Terapi radiasi dapat mengganggu sintesis protein normal, mitosis, migrasi dari faktor peradangan, dan pematangan kolagen. Antineoplastic agents menghambat penyembuhan luka dan luka penundaan perolehan dalam kekuatan tarik Pada pasien post operasi abdomen yang memiliki penurunan kemampuan penyembuhan luka, maka akan beresiko mengalami burst abdomen. Pasien burst abdomen biasanya akan ditemukan peningkatan tekanan intra abdomen sehingga dapat mengganggu ekspansi paru dan suplai oksigen menurun sehingga menyebabkan terjadinya sesak napas. Distensi abdomen juga sering ditemukan pada pasien burst abdomen sehingga dapat menyebabkan penurunan nafsu makan dan terjadi anoreksia. Luka insisi pada pasien burst abdomen dapat menyebabkan diskontinuitas jaringan sehingga menimbulkan nyeri pada daerah sekitar luka. dan memiliki resiko tinggi terjadi infeksi (Medical Journal, 2011).

F. Pemeriksaan Diagnostik1. LaboratoriumPemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui resiko yang dapat memperparah penyakit. Pemeriksaan laboratorium ini meliputi pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah.2. Sinar X abdomenSinar X abdomen menunjukkan abnormalnya tinggi kadar gas dalam usus atau obstruksi usus.3. CT scan atau MRIUntuk mendiagnosa kelainan-kelainan yang terdapat dalam tubuh manusia, juga sebagai evaluasi terhadap tindakan atau operasi maupun terapi yang akan dilakukan terhadap pasien.4. Tes Darah lengkapHemoglobin, serum protein, gula darah, serum kreatinin, dan urea. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih, dan ketidakseimbangan elektrolit.

G. Penatalaksanaan Penatalaksanaan burst abdomen dipengaruhi oleh keadaan umum pasien dimana dapat dibagi menjadi dua, yaitu terapi non-operatif dan operatif.1. Terapi non-operatif Terapi ini dilakukan bila keadaan umum pasien stabil dan tidak disertai adanya eviserasi. Perawatan luka yang dilanjutkan dengan penutupan secara steril perlu dilakukan. Pasien dianjurkan tidak turun dari tempat tidur dan menutup luka dengan handuk yang dibasahi dengan cairan steril. Abdominal binder dapat digunakan untuk membantu proses penutupan luka. Diharapkan luka dapat menutup kembali, atau jika keadaan pasien sudah membaik, maka dapat direncanakan operasi. Jika pasien datang dengan burst abdomen dan eviserasi :a. Inform Consent b. Puasa dilakukan 4 jam sebelum pembedahan, pemasangan NGT dekompresi.c. Pasang infus, bericairan standard N4 dengan tetesan sesuai kebutuhan. d. Antibiotik pra bedah diberikan secara rutin.e. Dilakukan rawat luka pada abdomen dengan teknik steril selama dua hari sekali. f. Perlu diperhatikan juga tentang nutrisi pasien. Pemberian nutrisi tinggi protein dan serat pada pasien dengan burst abdomen membantu penyembuhan dan fungsi saluran cerna pasien.2. Terapi operatif Tindakan yang harus segera dilakukan oleh ahli bedah bila menjumpai adanya burst abdomen adalah dengan memperbaiki kembali luka operasi yang ditimbulkan segera dengan terlebih dahulu mengevaluasi struktur di dalamnya. dibilas dengan cairan isotonis ringer lactate yang mengandung antibiotic dan kemudian dilakukan penutupan kembali dinding abdomen.Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi. Tindakan repair ini harus dilakukan dalam keadaan steril (diatas meja operasi) dan dengan anastesi general.Lepas dahulu jahitan yang telah dilakukan operasi pada bagian yang mengalami burst, kemudian explore bagian terdalam dari luka yang rusak dengan jari yang menggunakan sarung tangan steril sampai bagian jahitan yang terbuka kemudian evaluasi apa yang terjadi apakah terdapat sumber infeksi.Kemudian dilakukan pencucian luka secara mekanik dengan cairan isotonis yang mengandung antibiotic yang berlimpah, setelah itu dilakukanperbaikan jahitan dengan memberikan jahitan ekstra untuk mencegah timbulnya luka dehiscence berulang.Operasi PembedahanPenjahitan dilakukan dengan tehnik yang sesuai dan teliti dengan menggunakan jarum dan benang yang sesuai (monofilamen nilon atau poligycolic acid), setelah repair jahitan selesai luka ditutup dengan kassa basah steril dan diberi antibiotik, kemudian ditutup kembali sehingga tidak terkontaminasi dengan dunia luar. 1. Operasi pembedahan, dilakukan untuk menutup lubang dan memperkuat bagian yang lemah, otot perut dirapatkan menutupi lubang yang ada.2. Kebanyakan untuk pasien akut atau baru saja terjadi luka disarankan untuk operasi kembali.3. Kebanyakan teknik yang utama adalah segera menjahit kembali pada tempat jahitan semula yang mengalami perobekan.4. Pemberian antibiotic preoperative spektum meluas.5. Bebaskan lipatan peritonim dan usus untuk jarak yang pendek pada permukaan yang dalam dari luka pada kedua sisi.6. Masukkan jahitan luka yang dalam.7. Kemudian proses akir dari dinding abdomen, yakinlah untuk mengambil potongan yang dalam dari jari, memakai materi jahitan yang banyak dan hindari tegangan yang berlebihan pada luka.8. Tutup kulit dengan agak longgar dan mempertimbangkan pemakaian pengering luka dangkal. Jika terjadi infesi luka yang buruk , jangan biarkan luka terbuka dan bungkuslah.

a. Penumpukan JahitanAda beberapa teknik penumpukan jahitan, tetapi pada prinsipnya adalah :1) Memakai jahitan luka yang padat dan tidak menyerap.2) Luas potongan paling tidak 3cm dari tepi luka dan interval stikjahitan 3cm atau kurang.3) Salah satu dari eksternal (menggabungkan semua lapisan peritonium melewati kulit) atau (semua lapisan kecuali kulit) mungkin digunakan.4) Penumpukan jahitan luka internal dapat menghindari pembentukan bekas luka yang tidak sedap dipandang akan tetapi luka itu tidak dapat dipindahkan pada waktu berikutnya(meningkatkan resiko infeksi)5) Jangan mengikat terlalu kuat6) Penumpukan jahitan luka eksternal biasanya dibiarkan selama paling tidak tiga minggu.Pada sebagian kecil pasien bisa mendapat penatalaksanaannyayang tepat.Teknik yang tidak aman atau terkadang tidak mungkin untuk menutup dinding perut dengan benar.Beberapa kondisi yang mungkin bisa menjadi faktor pencetus pada dinding perut yang tidak dapat menutup, meliputi:1) Trauma abdomen mayor2) Sepsis abdomen yang kasar3) Retro peritoneal hematom.4) Kehilangan jaringan pada dinding perut.Penderita setelah operasi biasanya masih mengeluh soal lain. Setelah operasi ia merasakan bagian yang dioperasi seperti tertarik dan nyeri. Untuk mengatasi keluhan tadi, kini tersedia jala sintetis yang dikenal dengan mesh. Penggunaannya menguntungkan bagi penderita pascaoperasi, karena otot perutnya tidak lagi ditarik, sehingga penderita tidak akan merasa nyeri.Usaha untuk menutup dinding perut mungkin dapat menyebabkan elevasi dari tekanan intra abdominal dan syndrome ruang abdomen berikutnya. Pada kasus kasus tertetu (exs.jika penyebabnya memungkinkan untuk diselesaikan dengan cepat) mungkin bisa menutup abdomen untuk sementara waktu dengan membungkus luka dan mengambil tindakan lebih lanjut dalam waktu 24-48 jam. Penutupan mesh pada insisi abdomen biasanya menunjukan:1) Kerusakannya adalah penutupan dari satu atau dua lapisan pada lubang.2) Lubang adalah jahitan luka pada tempat dari jahitan luka yang menembus lapisan tebal dinding abdomen.Perubahan balutan dan granulasi benuk jaringan berikutnya, akhirnya berpengaruh pada permukaan yang bisa dibungkus dengan pemindahan robekan kulit (transparansi kulit).

3. Upaya PencegahanFaktor resiko burst abdomen masih bisa dikurangi melalui penanganan pasien secara terpadu sejak sebelum operasi sampai setelah operasi. Untuk mencegah terjadinya burst abdomen diantaranya adalah:a. Tehnik penjahitan yang tepat dan benarPenjahitan yang dilakukan pada luka operasi sebaiknya menggunakan jarum, benang, dan tehnik jahitan yang benar. Jahitan yang dibuat jangan terlalu berdekatan dan jangan terlalu kencang sehingga mengakibatkan luka yang ditimbulkan tidak sembuh dengan sempurna.b. Teknik operasi yang baikSalah satu sebab terjadinya burst abdomen karena tehnik operasi yang kurang baik diantaranya tehnik operasi yang tidak mencapai lapisan fascia atau salah satunya dengan meninggalkan jaringan yang sudah tidak vital dalam rongga abdomen, hal ini cenderung untuk terjadinya infeksi. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya burst abdomen sebaiknya operator benar-benar memahami operasi yang akan dilakukan dan bertindak sebaik mungkin.c. Mencegah peningkatan intraabdomenPeningkatan dari tekanan abdomen menghambat dari penyembuhan luka bahkan mengakibatkan luka yang terjadi mengalami kerusakan sehingga dapat terbuka kembali. Adapun hal-hal yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdomen adalah: batuk, muntah, banyak mengejan, asites, dan dilatasi usus atau adanya ileus paralitik. Oleh karena itu untuk mengontrol adanya peningkatan intraabdomen selain menganjurkan kepada pasien untuk tidak melakukan hal diatas, maka dengan melakukan follow up setiap hari kepada pasien post operativ dari bising ususnya dan dengan pemasangan nasogastric tube untuk dekompresi.d. Mencegah terjadinya infeksiInfeksi sangat banyak penyebabnya oleh karena itu pada luka post laparotomy harus dilakukan rawat luka se aseptis mungkin dengan menggunakan peralatan yang steril. Selain itu juga diikuti dengan pemberian antibiotika profilaksis.e. Mengobati penyakit penyerta dari pasienSelain hal-hal seperti diatas terjadinya burst abdomen dapat dipicu karena penyakit penyerta dari pasien diantaranya: hipoalbuminemia, malnutrisi, anemia, joundice, penyakit keganasan, diabetes mellitus, sehingga dapat menghambat proses penyembuhan luka. Oleh karena itu penyakit penyerta tersebut juga harus diperhatikan dan diregulasi dengan baik.a

H. PrognosisMenurut Sander (2012), angka mortalitas pasien dengan burst abdomen rata-rata 18,1%, dengan range 9,4% 43,8%. Apabila terpisahnya jahitan luka pada abdomen secara partial atau komplit salah satu atau seluruh lapisan dinding abdomen pada luka post operatif tidak segera ditangani maka pasien tersebut memiliki kemungkinan mortalitas 30%.

I. Komplikasia. Perdarahan b. Infeksi luka OperasiInfeksi Luka Operasi ( ILO )/Infeksi Tempat Pembedahan (ITP)/Surgical Site Infection (SSI) adalah infeksi pada luka operasi atau organ/ruang yang terjadi dalam 30 hari paska operasi atau dalam kurun 1 tahun apabila terdapat implant. Sumber bakteri pada ILO dapat berasal dari pasien, dokter dan tim, lingkungan, dan termasuk juga instrumentasi. Menurut The National Nosocomial Surveillence Infection (NNSI), kriteria jenis-jenis SSI ada tiga sebagai berikut :1) Superficial Incision SSI ( ITP Superfisial )Merupakan infeksi yang terjadi pada kurun waktu 30 hari paska operasi dan infeksi tersebut hanya melibatkan kulit dan jaringan subkutan pada tempat insisi dengan setidaknya ditemukan salah satu tanda sebagai berikut :a) Terdapat cairan purulen.b) Ditemukan kuman dari cairan atau tanda dari jaringan superfisial.c) Terdapat minimal satu dari tanda-tanda inflammasid) Dinyatakan oleh ahli bedah atau dokter yang merawat.2) Deep Insicional SSI ( ITP Dalam )Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska operasi jika tidak menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut memang tampak berhubungan dengan operasi dan melibatkan jaringan yang lebih dalam ( contoh, jaringan otot atau fasia ) pada tempat insisi dengan setidaknya terdapat salah satu tanda :a) Keluar cairan purulen dari tempat insisi.b) Dehidensi dari fasia atau dibebaskan oleh ahli bedah karena ada tanda inflammasi.c) Ditemukannya adanya abses pada reoperasi, PA atau radiologis.d) Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter yang merawat3) Organ/ Space SSI ( ITP organ dalam )Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska operasi jika tidak menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut memang tampak berhubungan dengan operasi dan melibatkan suatu bagian anotomi tertentu (contoh, organ atau ruang) pada tempat insisi yang dibuka atau dimanipulasi pada saat operasi dengan setidaknya terdapat salah satu tanda :a) Keluar cairan purulen dari drain organ dalamb) Didapat isolasi bakteri dari organ dalamc) Ditemukan absesd) Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter.c. Peritonitis (infeksi ke seluruh dinding usus)Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Cedera pada kandung empedu, ureter, kandung kemih atau usus selama pembedahan dapat memindahkan bakteri ke dalam perut. Kebocoran juga dapat terjadi selama pembedahan untuk menyambungkan bagian usus. d. Kelemahan fasia/dinding perut yang progresife. Kebocoran ususf. Trauma abdomen mayor g. Sepsis abdomen yang kasar h. Retro peritoneal hematom. i. Kehilangan jaringan pada dinding perut.