27
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN KASUS LUKA BAKAR (COMBUSTIO) Oleh : Izatun Fauziah Tamrin A. Tinjauan Teori 1. Definisi Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001). Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) (Moenajat, 2001). 2. Etiologi a. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn) Gas Cairan Bahan padat (Solid) b. Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn) c. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn) d. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury) 3. Klasifikasi a. Kedalaman Luka Bakar

Lp Combust Ed

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lp combust

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUANPADA KLIEN DENGAN KASUS LUKA BAKAR (COMBUSTIO)Oleh : Izatun Fauziah Tamrin

A. Tinjauan Teori1. DefinisiLuka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001).Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).

2. Etiologia. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn) Gas Cairan Bahan padat (Solid)b. Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn) c. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn) d. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

3. Klasifikasia. Kedalaman Luka Bakar1. Luka bakar derajat IKerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung ujung syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5 -10 hari (Brunicardi et al., 2005).2. Luka bakar derajat IIKerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan scar, dan nyeri karena ujungujung syaraf sensorik teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal (Moenadjat, 2001).a) Derajat II Dangkal (Superficial) Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat II superficial setelah 12-24 jam. Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan basah. Jarang menyebabkan hypertrophic scar. Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang dari 3 minggu (Brunicardi et al., 2005).

b) Derajat II dalam (Deep) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa. Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tampak berwarna merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis (daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama sekali, daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah ) (Moenadjat, 2001) Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu (Brunicardi et al., 2005)

c) Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih dalam, tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna putih dan pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi,oleh karena ujung ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan ataukematian. Penyembuhanterjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenadjat, 2001).d) Luka bakar derajat IVLuka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan ltulang dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis,organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulit sekitar, terjadi koagulasi protein pada epidemis dan dermis yang dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan dan kematian. penyembuhannya terjadi lebih lama karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa luka (Moenadjat, 2001).

b. Luas Luka BakarWallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:1) Kepala dan leher: 9%2) Lengan masing-masing 9%: 18%3) Badan depan 18%, badan belakang 18%: 36%4) Tungkai maisng-masing 18%: 36%5) genetalia/perineum: 1% Total: 100%

c. Berat Ringan Luka BakarAmerican college of surgeon membagi dalam:1) Parah critical:a) a) Tingkat II: 30% atau lebih.b) b) Tingkat III: 10% atau lebih.c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.2) Sedang moderate:a) a) Tingkat II: 15 30%b) b) Tingkat III: 1 10%3) Ringan minor:a) a) Tingkat II: kurang 15%b) b) Tingkat III: kurang 1%

Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :1. Fase akutPada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.2. Fase sub akutFase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energi.3. Fase lanjutFase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.

4. Manifestasi KlinisManifestasi klinis yang dapat dilihat berdasarkan derajat luka bakar (Mansjoer : 2000)1. Grade I Jaringan rusak hanya epidermis saja Klinis ada rasa nyeri, warna kemerahan Adanya hiperalgisia Akan sembuh kurang lebih 7 hari2. Grade IIa. Grade II a Jaringan luka bakar sebagian dermis. Klinis nyeri, warna lesi merah / kuning. Klinis lanjutan terjadi bila basah Tes jarum hiper aligesia, kadang normal. Sumber memerlukan waktu 7 14 harib. Grade II b Jaringan rusak sampai dermis dimana hanya kelenjar keringat saja yang masih utuh. Klinis nyeri, warna lesi merah / kuning. Tes jarum hiperglasia Waktu sembuh kurang lebih 12 14 hari Hasil kulit pucat, mengkilap, kadang ada sikatrik3. Grade III Jaringan yang seluruh dermis dan epidermis. Klinis mirip dengan grade II hanya kulit bewarna hitam / kecoklatan. Tes jarumtidak sakit. Waktu sembuh lebih dari 21 hari. Hasil kulit menjadi sikratrik hipertrofi

5. PatofisiologiLuka disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut mungkin di pindah melalui kondisi atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar diklasifikasikan sebagai luka bakar thermal, radiasi atau luka bakar kimiawi kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan SC tergantung factor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas / penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusakan gangguan intergritas kulit dan kematian sel sel.Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air, natrium, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyababkan terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan hypovolemia dan hemokonsentrasi.Kehilangan cairan tubuh pasien luka bakar dapat disebabkan beberapa factor: Peningkatan mineralokortikoid(Retensi air, Na dan Cl, serta ekskresi kalium), peningkatan permeabilitas pembuluh darah, keluarnya elektrolit dan protein dari pembuluh darah, serta perbedaan tekanan osmotic intra sel dan ekstra selKehilangan volume cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit tubuh yang selanjutnya akan terlihat pada hasil pemeriksaan laboratorium. Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusaka kulit, tetapi juga mempengarihi seluruh system tubuh sehingga menunjukan perubahan reaksi fisiologis sebagai respon kompensasi terhadap luka bakar. Pada pasien luka bakar yang luas (mayor), tubuh tak mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi..6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosa adalah :1) Hitung darah lengkap : Peningkatan MHT awal menunjukan hemokonsentrasi sehubung dengan perpindahan atau kehilngan cairan. Selanjutnya menurunnya Hb dan Ht dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap endothelium pembuluh darah.2) Sel darah putih : Leukosit dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan respon inflamasi terhadap cidera.3) GDA : Dasar penting untuk kecurigaan cidera inhalasi.4) CO Hbg : Peningkatan lebih dari 15 % mengindikasikan keracunan CO cidera inhalasi.5) Elektrolit serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cidera jaringan/kerusakan SDm dan penurunan fungsi ginjal.6) Natrium urine random : Lebih besar dari 20 MEqL mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, kurang dari 10 MEq / L menduga ketidak adekuatan resusitasi cairan.7) Glukosa serum : Rasio albumin / globulin mungkin terbalik sehubungan dengan kehilangan protein pada edema cairan.8) Albumin serum : Peningkatan glukosa serum menunjukan respon stress.9) BUN kreatinin : Peningkatan BUN menujukan penuruna fungsi- fungai ginjal.10) Urine : Adanya albumin, Hb dan mioglobulin menunjukan kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein.11) Foto roentgen dada : Dapat tampak normal pada pansca luka bakar dini meskipun dengan cidera inhalasi, namun cidera inhalasi yang sesungguhnya akan ada pada saat progresif tanpa foto dada.12) Bronkopi serat optik : Berguna dalam diagnosa luas cidera inhalasi, hasil dapat meliputi edema, perdarahan dan / tukak pada saluran pernafasan atas.13) Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non invasive terhadap efek /luasnya cidera inhalasi.14) Scan paru : Mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya cidera inhalasi15) EKG : Tanda iskemia miokardiak disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik.16) Foto grafi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

7. Penatalaksanaan PENANGANAN/SPECIAL MANAGEMENT0. PRIMARY SURVEY0. Airway cervical spine.0. Breathing0. Circulation0. Disability-Pemeriksaan kesadaran GCS dan periksa pupil0. Exposure-cegah penderita dari hipotermi.

0. SECOUNDARY SURVEY0. Pemeriksaan dari kepala sampai kaki.0. Pakaian dan perhiasan dibuka0. Periksa titik kontak0. Estimasi luas luka bakar / derajat luka bakarnya.0. Pemeriksaan neurologist0. Pemeriksaan trauma lain, patah tulang/dilokasi.0. Kalau perlu dipasang endotrakeal intubasi.0. RESUSITASI1. Bila didapatkan luka bakar, dapat diberikan cairan 2-4 cc/kg/ luas luka bakar.1. Kalau didapatkan haemocromogen (myoglobin), urine output dipertahankan antara 75-100 cc/jam sampai tampak menjadi jernih.1. Sodium bicarbonate dapat ditambahkan pada ringer laktat sampai pH > 6,01. Monitor jarang dipergunakan.0. CARDIAC MONITORING1. Monitoring ECG kontinu untuk disritmia.1. ventricular fibrilasi, asystole dan aritmia diterapi sesuai Advanced Cardiac Live Support. MONITORING POST RESUSITASI (72 jam pascatrauma)Hal hal yang perlu diobservasi setiap harinya secara sistematik dan teliti meliputi observasi klinis dan data pemeriksaan laboratorium yaitu :1. Cairan elektrolit2. Keadaan luka bakarnya3. Kondisi potensial infeksi4. Status nutrisi / gizi.Penanganan di Ruang Emergency1. Diwajibkan memakai sarung tagan steril bila melakukan pemeriksaan penderita.2. Bebaskan pakaian yang terbakar.3. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan adanya trauma lain yang menyertai.4. Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine produksi. Dicatat jumlah urine/jam.5. Di lakukan pemasangan nosogastrik tube untuk gastric dekompresi dengan intermitten pengisapan.6. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan jangan secara intramuskuler.7. Timbang berat badan8. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid booster bila penderita tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.9. Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka dicuci debridement dan di disinfektsi dengan salvon 1 : 30. Setelah bersih tutup dengan tulle kemudian olesi dengan Silver Sulfa Diazine (SSD) sampai tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal. Pada hari ke 5 kasa di buka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Salvon 1 : 3010. Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati (eskar) dengan teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan nekrotik sampai di dapatkan permukaan yang berdarah. Fasiotomi dilakukan pada luka bakar yang mengenai kaki dan tangan melingkar, agar bagian distal tidak nekrose karena stewing.11. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka telah dilakukan dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih dan tidak infeksi. Luka dapat menutup tanpa prosedur operasi. Secara persekundam terjadi proses epitelisasi pada luka bakar yang relative superficial. Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu split tickness skin grafting. Split tickness skin grafting merupakan tindakan definitive penutup luka yang luas. Tandur alih kulit dilakukan bila luka tersebut tidak sembuhsembuh dalam waktu 2 minggu dengan diameter > 3 cm.

Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar dikenal beberapa formula berikut :1. FORMULA BAXTER

Hari Pertama: Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam. Anak : 2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali (Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3)Hari Kedua: Dewasa : hari I Anak : diberi sesuai kebutuhan faaliKebutuhan faali < 1 Tahun :berat badan x 100 cc 1 3 Tahun : berat badan x 75 cc 3 5 Tahun : berat badan x 50 cc jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. diberikan 16 jam berikutnya.Pemasangan intraveneous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan pemasangan scalp vein. Diberikan cairan ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30 cc/jam untuk anak anak di atas 2 tahun dan 1 cc/kg/jam untuk anak dibawah 2 tahun.1. EVANS FORMULA0. RL / NaCl = luas combustio % X BB/ Kg X 1 cc0. Plasma = luas combustio % X BB / Kg X 1 cc0. Pengganti yang hilang karena penguapan D5 2000 ccHari I --- 8 jam X --- 16 jam X Hari II -- hari IHari ke III --- kari ke II

8. Komplikasi0. Syok karena kehilangan cairan.0. Sepsis / toksis.0. Gagal Ginjal akut0. Pneumonia 0. Kontraktur0. Dekubitus

9. Prognosis Tergantung derajat luka bakar. Luas permukaan Daerah yang terkena, perineum, ketiak, leher dan tangan karena sulit perawatan dan mudah kontraktur. Usia dan kesehatan penderita.Beberapa penelitian membuktikan bahwa penatalaksanaan syok dengan metode resusutasi cairan konvensional (menggunakan regimen cairan yang ada) dengan penatalaksanaan syok dalam waktu singkat, menunjukkna perbaikkan prognosis, derajat kerusakan jaringan diperkecil (pemantauan kadar asam laktat), hipotermi dipersingkat dan koagulatif diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki nilai prognosis terhadap angka mortalitas.

Bahan KimiaTermisListrik/petirRadiasiLUKA BAKARMK: Gangguan Konsep diri Kurang pengetahuan AnxietasPada WajahKerusakan kulitDi ruang tertutupKerusakan mukosaOedema laringGagal nafasMK: Jalan nafas tidak efektifBiologisKeracunan gas COCO mengikat HbHb tidak mampu mengikat O2Obstruksi jalan nafasHipoxia otakPenguapan meningkatPeningkatan pembuluh darah kapilerEktravasasi cairan (H2O, Elektrolit, protein)Tekanan onkotik menurun. Tekanan hidrostatik meningkatCairan intravaskuler menurunHipovolemia dan hemokonsentrasiGangguan sirkulasi makroMasalah Keperawatan: Resiko tinggi terhadap infeksi Gangguan rasa nyaman Ganguan aktivitas Kerusakan integritas kulitMasalah Keperawatan: Kekurangan volume cairan Gangguan perfusi jaringanGangguan sirkulasi selulerGangguan perfusi organ pentingGangguan perfusiLaju metabolisme meningkatGlukoneogenesis glukogenolisisMK: Perubahan nutrisiOtakHipoxiaSel otakmatiGagal fungsi sentralKardiovaskulerGinjalKebocoran kapilerPenurunan curah jantungGagal jantungHipoxia sel ginjalFungsi ginjal menurunGagal ginjalHeparPelepasan katekolaminHipoxia hepatikGagal heparGI TraktusDilatasi lambungNeurologiGangguan NeurologiHambahan pertumbuhanMULTI SISTEM ORGAN FAILUREPsikologisImunDaya tahan tubuh menurun

10. Pathway

B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan1. Aktifitas/istirahat:Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.

1. Sirkulasi:Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).

1. Integritas ego:Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.

1. Eliminasi:Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

1. Makanan/cairan:Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.

1. Neurosensori:Gejala: area batas; kesemutan.Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).

1. Nyeri/kenyamanan:Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.

1. Pernafasan:Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).

1. Keamanan:Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.

Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.

Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.

Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).

2. Diagnosa Keperawatan1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial; edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.1. Defisit volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.1. Resiko infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.1. Nyeri akut berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.1. Perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.1. Kebutuhan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein.1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).1. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.1. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall. (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, JakartaInstalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya (2001), Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB V) Tema: Asuhan Keperawatan Luka Bakar Secara Paripurna, Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.Marylin E. Doenges. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.Sylvia A. Price. (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS LUKA BAKAR (COMBUSTIO)DI RUANG KERTABUMIRSU dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO

Oleh : Izatun Fauziah Tamrin S.KepNIM : 1401.14901.021

PROGRAM STUDI NERSSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADAMALANG2015

LEMBAR PENGESAHANLaporan Pendahuluan Pada Klien Dengan Kasus Luka Bakar (Combustio)Di Ruang Kertabumi RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto

Di Setujui :............................

Oleh :Izatun Fauziah Tamrin S.KepNip : 1401.14901.021

Pembimbing AkademikPembimbing Lahan

(...................................) (....................................)Nidd : Nip :

Kepala Ruangan

(.................................)Nip :