Upload
arinda-mustikasari
View
61
Download
16
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN (DIABETES MELITUS)
OLEH :
RENI ARDITA
J210100084
JURUSAN S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN (DIABETES MELITUS)
A. PENGERTIAN
Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan
metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat
suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari
insulin atau keduanya (Francis dan John, 2000).
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh
ketiadaan absolut insulin atau insensitivitas sel terhadap insulin.
(Elizabeth, 2000)
Sedangkan menurut Arjatmo, (2002) adalah suatu kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relative.
Pengertian lain tentang diabetes melitus menurut Brunner and
Suddart, (2002), mengemukakan bahwa diabetes melitus merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia.
Pengertian lain menurut WHO, bahwa diabetes mellitus adalah
keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan
keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia
kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.
B. ETIOLOGI
Insulin Dependent Diabetes Melitus ( IDDM ) atau Diabetes
Melitus Tergantung Insulin ( DMTI ) disebabkan oleh destruksi sel B
pulau langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus ( NIDDM ) atau Diabetes Melitus Tidak
Tergantung Insulin ( DMTTI ) disebabkan kegagalan relatif sel β dan
resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defesiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan
perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami
desensitisasi terhadap glukosa.
C. PATOFISIOLOGI
Dalam proses pencernaan yang normal, karbohidrat dari makanan
diubah menjadi glukosa, yang berguna sebagai bahan bakar atau energi
bagi tubuh manusia. Hormon insulin mengubah glukosa dalam darah
menjadi energi yang digunakan sel. Jika kebutuhan energi telah
mencukupi, kebutuhan glukosa disimpan dalam bentuk glukogen dalam
hati dan otot yang nantinya bisa digunakan lagi sebagai energi setelah
direkonvensi menjadi glukosa lagi. Proses penyimpanan dan rekonvensi
ini membutuhkan insulin. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar pankreas yang mengurangi dan mengontrol kadar gula darah
sampai pada batas tertentu.
DM terjadi akibat produksi insulin tubuh kurang jumlahnya atau
kurang daya kerjanya, walaupun jumlah insulin sendiri normal bahkan
mungkin berlebihan akibat kurangnya jumlah atau daya kerja insulin.
Glukosa yang tidak dapat dimanfaatkan oleh sel hanya terakumulasi di
dalam darah dan beredar ke seluruh tubuh. Gula yang tidak dikonvensi
berhamburan di dalam darah, kadar glukosa yang tinggi di dalam darah
akan dikeluarkan lewat urin, tingginya glukosa dalam urin membuat
penderita banyak kencing ( polyuria ), akibatnya muncul gejala kehausan
dan keinginan minum yang terus – menerus ( polydipsi ) dan gejala
banyak makan (polypasia), walaupun kadar glukosa dalam darah cukup
tinggi. Glukosa dalam darah jadi mubazir karena tidak bisa dimasukkan ke
dalam sel – sel tubuh.
D. KLASIFIKASI
Diabetes mellitus dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Diabetes mellitus type insulin/ type 1
Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM), klien tergantung pada
pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan
mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda
dapat disebabkan karena keturunan.
2. Diabetes mellitus type II
Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM) yang disebabkan
karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi
biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi
pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
3. Diabetes mellitus type lain
a) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan
hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor
insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
b) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam
hidotinik
c) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa
selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada
pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan
dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini
meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang sering timbul pada penderita DM adalah sebagai berikut:
1. Poliuria (sering BAK) terutama pada malam hari.
2. Polidipsi (banyak minum)
3. Polipagia (banyak makan)
4. Penurunan berat badan.
5. Kelemahan, keletihan dan mengantuk
6. Malaise
7. Kesemutan pada ekstremitas
8. Infeksi kulit dan pruritus
9. BB menurun, nafsu makan bertambah.
10. Penglihatan kabur.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan Diabetes Melitus adalah:
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan
jangka pendek dari glukosa darah.
a. Hipoglikemia.
b. Ketoasidosis diabetic.
c. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai
sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah
untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi
mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan
autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus
pada kaki.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa >
200 mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal
atau peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering
menurun.
6. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9. Insulin darh: mungkin menurun/tidak ada (Tipe I) atau normal sampai
tinggi (Tipe II)
10. rine: gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan
dan infeksi luka.
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
b. Indikasi penggunaan insulin
c. Jenis-jenis insulin:
1) Short acting ½-1 jam, puncak 2-3 jam, durasi kerja 4-6 jam,
biasanya diberi 20-30 menit sebelum makan.
2) Intermediate acting 3-4 jam, puncak 4-12 jam, durasi kerja
16-20 jam, diberi sesudah makan.
3) Long acting 6-8 jam, puncak 12-16 jam, durasi kerja 20-30
jam, untuk mengendalikan kadar gula darah puasa.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)
merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media
misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, dan diskusi kelompok.
b. Pemantauan glukosa darah sendiri.
c. Perawatan kulit dengan cara memberikan lotion pada kulit agar
tetap lembut.
3. Penatalaksanaan Diit
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan
b. Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
c. Latihan Jasmani
Latihan sangat penting untuk dalam penatalaksanaan diabetes
yang berguna untuk menurunkan kadar glukosa darah dan
mengurangi faktor risiko penyakit pada kardiovaskuler. Latihan
akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Macam-macam latihan jasmani adalah jalan, jogging,
bersepeda, dan berenang.
d. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan
kandungan kalorinya:
1) Diit DM I : 1100 kalori
2) Diit DM II : 1300 kalori
3) Diit DM III : 1500 kalori
4) Diit DM IV : 1700 kalori
5) Diit DM V : 1900 kalori
6) Diit DM VI : 2100 kalori
7) Diit DM VII : 2300 kalori
8) Diit DM VIII : 2500 kalori
Ket: Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang
terlalu gemuk.
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan
berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus.
Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian KeperawatanPengkajian pada klien dengan Diabetes Melitus menurut
Doenges (2000) didapatkan data sebagai berikut:a) Aktivitas/ Istirahat
Kaji adanya lemah, letih, sulit bergerak, gangguan tidur.
b) Sirkulasi
Kaji adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki yang
penyembuhannya lama.
c) Integritas Ego
Kaji adanya stress, tergantung pada orang lain, ansietas.
d) Eliminasi
Kaji adanya poliuria, nocturia, rasa nyeri, nyeri tekan abdomen,
diare.
e) Makanan/ Cairan
Kaji adanya mual, muntah, penurunan nafsu makan, penurunan
berat badan.
f) Neurosensori
Kaji adanyapusing, sakit kepala, gangguan penglihatan,
mengantuk.
g) Nyeri/ Kenyamanan
Kaji adanya nyeri yang ditandai dengan wajah meringis, tampak
berhati-hati jika bergerak.
h) Pernafasan
Kaji adanya batuk dengan atau tanpa sputum, merasa kekurangan
oksigen.
i) Keamanan
Kaji adanya kulit kering, gatal, ulkus kulit yang ditandai dengan
demam, lesi.
j) Seksualitas
Kaji adanya masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut
Doenges (2000), dan Brunner & Suddarth (2002) ditemukan diagnosa
keperawatan sebagai berikut:
a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan masukan oral/ mual.
c) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi.
d) Risiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan
dengan ketidakseimbangan glukosa/ insulin.
e) Kelelahan berhubungan dengan insufisiensi insulin.
f) Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketergantungan pada
orang lain/ penyakit jangka panjang yang tidak dapat diobati.
g) Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal
sumber informasi.
h) Potensial ketidakmampuan melakukan perawatan mandiri
berhubungan dengan gangguan fisik.
i) Ansietas berhubungan dengan ketakutan terhadap komplikasi
diabetes.
3. Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka perencanaan
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi.
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan
pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan
kadar elektrolit dalam batas normal.
Perencanaan :
a. Pantau tanda-tanda vital.
b. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran
mukosa.
c. Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
d. Timbang berat badan setiap hari.
e. Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
b) Diagnosa keperawatan: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan penurunan masukan oral/ mual.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat, menunjukkan tingkat
energi biasanya, berat badan stabil atau bertambah.
Perencanaan :
a. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan
bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh
pasien.
b. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
c. Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk
kebutuhan etnik/kultural.
d. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai
indikasi.
e. Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
c) Diagnosa keperawatan: Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan kadar glukosa tinggi.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk
mencegah terjadinya infeksi.
Perencanaan :
a. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
b. Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci
tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan
dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
c. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
d. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
e. Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas
dalam.
d) Diagnosa keperawatan: Risiko tinggi terhadap perubahan sensori
perseptual berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/
insulin.
Tujuan : Perubahan sensori perseptual tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi, mengenali dan
mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Perencanaan :
a. Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
b. Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai
dengan kebutuhannya.
c. Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong
untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
d. Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan
sensori pada paha/kaki.
e) Diagnosa keperawatan: Kelelahan berhubungan dengan
insufisiensi insulin
Tujuan : Kelelahan berkurang.
Kriteria hasil :
Mengungkapkan peningkatan tingkat energi, menunjukkan
perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan.
Perencanaan :
a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
b. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang
cukup.
c. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah
sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
d. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai toleransi.
f) Diagnosa keperawatan: Ketidakberdayaan berhubungan dengan
ketergantungan pada orang lain/ penyakit jangka panjang yang
tidak dapat diobati.
Tujuan : Perasan ketidakberdayaan berkurang.
Kriteria hasil :
Mengakui perasaan putus asa, mengidentifikasi cara-cara sehat
untuk menghadapi perasaan, membantu dalam merencanakan
perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung
jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Perencanaan :
a. Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan
perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan
penyakitnya secara keseluruhan.
b. Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
c. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta
dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik
positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
d. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta
dalam perawatan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3.
EGC. Jakarta
Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta : EGC.
Marion Johnon,dkk. 2000. Nursing outcome classification (NOC). Mosby year
book. St. Louis
Marjory godon,dkk. 2000. Nursing diagnoses: Definition & classification 2001-
2002. NANDA
www.medicastore.com, 2004, Informasi tentang penyakit : Diabetes Melitus.