19
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN (DIABETES MELITUS) OLEH : RENI ARDITA J210100084 JURUSAN S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

LP DM Q.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LP DM Q.docx

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN (DIABETES MELITUS)

OLEH :

RENI ARDITA

J210100084

JURUSAN S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

Page 2: LP DM Q.docx

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN (DIABETES MELITUS)

A. PENGERTIAN

Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan

metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat

suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari

insulin atau keduanya (Francis dan John, 2000).

Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh

ketiadaan absolut insulin atau insensitivitas sel terhadap insulin.

(Elizabeth, 2000)

Sedangkan menurut Arjatmo, (2002) adalah suatu kumpulan gejala

yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya

peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik

absolut maupun relative.

Pengertian lain tentang diabetes melitus menurut Brunner and

Suddart, (2002), mengemukakan bahwa diabetes melitus merupakan

sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa

dalam darah atau hiperglikemia.

Pengertian lain menurut WHO, bahwa diabetes mellitus adalah

keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan

keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia

kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.

B. ETIOLOGI

Insulin Dependent Diabetes Melitus ( IDDM ) atau Diabetes

Melitus Tergantung Insulin ( DMTI ) disebabkan oleh destruksi sel B

pulau langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin

Dependent Diabetes Mellitus ( NIDDM ) atau Diabetes Melitus Tidak

Tergantung Insulin ( DMTTI ) disebabkan kegagalan relatif sel β dan

resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin

untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk

Page 3: LP DM Q.docx

menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi

resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defesiensi relatif insulin.

Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada

rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan

perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami

desensitisasi terhadap glukosa.

C. PATOFISIOLOGI

Dalam proses pencernaan yang normal, karbohidrat dari makanan

diubah menjadi glukosa, yang berguna sebagai bahan bakar atau energi

bagi tubuh manusia. Hormon insulin mengubah glukosa dalam darah

menjadi energi yang digunakan sel. Jika kebutuhan energi telah

mencukupi, kebutuhan glukosa disimpan dalam bentuk glukogen dalam

hati dan otot yang nantinya bisa digunakan lagi sebagai energi setelah

direkonvensi menjadi glukosa lagi. Proses penyimpanan dan rekonvensi

ini membutuhkan insulin. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh

kelenjar pankreas yang mengurangi dan mengontrol kadar gula darah

sampai pada batas tertentu.

DM terjadi akibat produksi insulin tubuh kurang jumlahnya atau

kurang daya kerjanya, walaupun jumlah insulin sendiri normal bahkan

mungkin berlebihan akibat kurangnya jumlah atau daya kerja insulin.

Glukosa yang tidak dapat dimanfaatkan oleh sel hanya terakumulasi di

dalam darah dan beredar ke seluruh tubuh. Gula yang tidak dikonvensi

berhamburan di dalam darah, kadar glukosa yang tinggi di dalam darah

akan dikeluarkan lewat urin, tingginya glukosa dalam urin membuat

penderita banyak kencing ( polyuria ), akibatnya muncul gejala kehausan

dan keinginan minum yang terus – menerus ( polydipsi ) dan gejala

banyak makan (polypasia), walaupun kadar glukosa dalam darah cukup

tinggi. Glukosa dalam darah jadi mubazir karena tidak bisa dimasukkan ke

dalam sel – sel tubuh.

Page 4: LP DM Q.docx

D. KLASIFIKASI

Diabetes mellitus dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1.      Diabetes mellitus type insulin/ type 1

Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM), klien tergantung pada

pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan

mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda

dapat disebabkan karena keturunan.

2.      Diabetes mellitus type II

Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM) yang disebabkan

karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi

biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi

pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.

3.      Diabetes mellitus type lain

a) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan

hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor

insulin, kelainan genetik dan lain-lain.

b) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :

Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam

hidotinik

c) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa

selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada

pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan

dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini

meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

E. MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang sering timbul pada penderita DM adalah sebagai berikut:

1. Poliuria (sering BAK) terutama pada malam hari.

2. Polidipsi (banyak minum)

3. Polipagia (banyak makan)

4. Penurunan berat badan.

5. Kelemahan, keletihan dan mengantuk

Page 5: LP DM Q.docx

6. Malaise

7. Kesemutan pada ekstremitas

8. Infeksi kulit dan pruritus

9. BB menurun, nafsu makan bertambah.

10. Penglihatan kabur.

F. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan Diabetes Melitus adalah:

1.      Komplikasi akut

Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan

jangka pendek dari glukosa darah.

a.       Hipoglikemia.

b.      Ketoasidosis diabetic.

c.       Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.

2.      Komplikasi kronik

Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.

a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai

sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular selebral.

b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata

(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah

untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi

mikrovaskular maupun makrovaskular.

c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan

autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus

pada kaki.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.      Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa >

200 mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.

2.      Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.

3.      Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat

4.      Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I

Page 6: LP DM Q.docx

5.      Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal

atau peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering

menurun.

6.      Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3

7.     Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan

hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

8.      Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal

9.      Insulin darh: mungkin menurun/tidak ada (Tipe I) atau normal sampai

tinggi (Tipe II)

10.  rine: gula dan aseton positif

11.  Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan

dan infeksi luka.

H. PENATALAKSANAAN

1.      Penatalaksanaan Medis

a.      Tablet OAD (Oral Antidiabetes)

b.      Indikasi penggunaan insulin

c.       Jenis-jenis insulin:

1)      Short acting ½-1 jam, puncak 2-3 jam, durasi kerja 4-6 jam,

biasanya diberi 20-30 menit sebelum makan.

2)      Intermediate acting 3-4 jam, puncak 4-12 jam, durasi kerja

16-20 jam, diberi sesudah makan.

3)      Long acting 6-8 jam, puncak 12-16 jam, durasi kerja 20-30

jam, untuk mengendalikan kadar gula darah puasa.

2.      Penatalaksanaan Keperawatan

a.     Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)

merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada

penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media

misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, dan diskusi kelompok.

b. Pemantauan glukosa darah sendiri.

c.       Perawatan kulit dengan cara memberikan lotion pada kulit agar

tetap lembut.

Page 7: LP DM Q.docx

3.      Penatalaksanaan Diit

a.       Syarat diet DM hendaknya dapat:

1)      Memperbaiki kesehatan umum penderita

2)      Mengarahkan pada berat badan normal

3)      Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda

4)      Mempertahankan kadar KGD normal

5)      Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic

6)      Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.

7)      Menarik dan mudah diberikan

b.      Prinsip diet DM, adalah:

1)      Jumlah sesuai kebutuhan

2)      Jadwal diet ketat

3)      Jenis: boleh dimakan/tidak

c.       Latihan Jasmani

Latihan sangat penting untuk dalam penatalaksanaan diabetes

yang berguna untuk menurunkan kadar glukosa darah dan

mengurangi faktor risiko penyakit pada kardiovaskuler. Latihan

akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan

pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian

insulin. Macam-macam latihan jasmani adalah jalan, jogging,

bersepeda, dan berenang.

d.      Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan

kandungan kalorinya:

1)      Diit DM I : 1100 kalori

2)      Diit DM II : 1300 kalori

3)      Diit DM III : 1500 kalori

4)      Diit DM IV : 1700 kalori

5)      Diit DM V : 1900 kalori

6)      Diit DM VI : 2100 kalori

7)      Diit DM VII : 2300 kalori

8)      Diit DM VIII : 2500 kalori

Page 8: LP DM Q.docx

Ket: Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang

terlalu gemuk.

Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan

berat badan normal

Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus.

Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi.

I. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian KeperawatanPengkajian pada klien dengan Diabetes Melitus menurut

Doenges (2000) didapatkan data sebagai berikut:a) Aktivitas/  Istirahat

Kaji adanya lemah, letih, sulit bergerak, gangguan tidur.

b) Sirkulasi

Kaji adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki yang

penyembuhannya lama.

c) Integritas Ego

Kaji adanya stress, tergantung pada orang lain, ansietas.

d) Eliminasi

Kaji adanya poliuria, nocturia, rasa nyeri, nyeri tekan abdomen,

diare.

e) Makanan/ Cairan

Kaji adanya mual, muntah, penurunan nafsu makan, penurunan

berat badan.

f) Neurosensori

Kaji adanyapusing, sakit kepala, gangguan penglihatan,

mengantuk.

g) Nyeri/ Kenyamanan

Kaji adanya nyeri yang ditandai dengan wajah meringis, tampak

berhati-hati jika bergerak.

h) Pernafasan

Kaji adanya batuk dengan atau tanpa sputum, merasa kekurangan

oksigen.

Page 9: LP DM Q.docx

i) Keamanan

Kaji adanya kulit kering, gatal, ulkus kulit yang ditandai dengan

demam, lesi.

j) Seksualitas

Kaji adanya masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada

wanita.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut

Doenges (2000), dan Brunner & Suddarth (2002) ditemukan diagnosa

keperawatan sebagai berikut:

a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.

b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penurunan masukan oral/ mual.

c) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa

tinggi.

d) Risiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan

dengan ketidakseimbangan glukosa/ insulin.

e) Kelelahan berhubungan dengan insufisiensi insulin.

f) Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketergantungan pada

orang lain/ penyakit jangka panjang yang tidak dapat diobati.

g) Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal

sumber informasi.

h) Potensial ketidakmampuan melakukan perawatan mandiri

berhubungan dengan gangguan fisik.

i) Ansietas berhubungan dengan ketakutan terhadap komplikasi

diabetes.

3. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka perencanaan

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.

Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi.

Page 10: LP DM Q.docx

Kriteria hasil  :

Tanda-tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan

pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan

kadar elektrolit dalam batas normal.

Perencanaan   :

a.   Pantau tanda-tanda vital.

b.   Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran

mukosa.

c.    Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.

d.    Timbang berat badan setiap hari.

e.     Berikan terapi cairan sesuai indikasi.

b) Diagnosa keperawatan: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan penurunan masukan oral/ mual.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil  :

Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat, menunjukkan tingkat

energi biasanya, berat badan stabil atau bertambah.

Perencanaan   :

a.    Tentukan program diet dan pola makan pasien dan

bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh

pasien.

b.    Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

c.     Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk

kebutuhan etnik/kultural.

d.   Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai

indikasi.

e. Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.

c) Diagnosa keperawatan: Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan

dengan kadar glukosa tinggi.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil  :

Page 11: LP DM Q.docx

Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk

mencegah terjadinya infeksi.

Perencanaan   :

a.    Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.

b.    Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci

tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan

dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.

c.    Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.

d.   Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.

e.    Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas

dalam.

d) Diagnosa keperawatan: Risiko tinggi terhadap perubahan sensori

perseptual berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/

insulin.

Tujuan : Perubahan sensori perseptual tidak terjadi.

Kriteria hasil  :

Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi, mengenali dan

mengkompensasi adanya kerusakan sensori.

Perencanaan   :

a.    Pantau tanda-tanda vital dan status mental.

b.    Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai

dengan kebutuhannya.

c.    Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong

untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.

d.    Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan

sensori pada paha/kaki.

e) Diagnosa keperawatan: Kelelahan berhubungan dengan

insufisiensi insulin

Tujuan : Kelelahan berkurang.

Kriteria hasil  :

Page 12: LP DM Q.docx

Mengungkapkan peningkatan tingkat energi, menunjukkan

perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang

diinginkan.

Perencanaan   :

a.      Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.

b.     Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang

cukup.

c.      Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah

sebelum/sesudah melakukan aktivitas.

d.      Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas

sehari-hari sesuai toleransi.

f) Diagnosa keperawatan: Ketidakberdayaan berhubungan dengan

ketergantungan pada orang lain/ penyakit jangka panjang yang

tidak dapat diobati.

Tujuan : Perasan ketidakberdayaan berkurang.

Kriteria hasil  :

Mengakui perasaan putus asa, mengidentifikasi cara-cara sehat

untuk menghadapi perasaan, membantu dalam merencanakan

perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung

jawab untuk aktivitas perawatan diri.

Perencanaan   :

a.      Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan

perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan

penyakitnya secara keseluruhan.

b.      Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.

c.      Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta

dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik

positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.

d.      Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta

dalam perawatan diri sendiri.

Page 13: LP DM Q.docx

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3.

EGC. Jakarta

Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta : EGC.

Marion Johnon,dkk. 2000. Nursing outcome classification (NOC). Mosby year

book. St. Louis

Marjory godon,dkk. 2000. Nursing diagnoses: Definition & classification 2001-

2002. NANDA

www.medicastore.com, 2004, Informasi tentang penyakit : Diabetes Melitus.