70
LAPORAN PENDAHULUAN KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL A. Tinjauan Teoritis 1. Konsep Dasar Menarik Diri a. Pengertian Gangguan hubungan sosial adalah suatu gannguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian tidak fleksibel yang menimbulkan prilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalain berhubungan sosial (Achir Yani dkk 2000; 1141). Menurut Carpenito (2000;385) Kerusakan interaksi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami respon negative, ketidakdekuatan, ketidakpuasan dari interaksi. Sedangkan definisi menarik diri adalah keadaan klien mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan disekitarnya dengan wajar (Mahmui 1

LP kerusakan integritas sosial

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LP kerusakan integritas sosial

LAPORAN PENDAHULUAN

KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Dasar Menarik Diri

a. Pengertian

Gangguan hubungan sosial adalah suatu gannguan hubungan

interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian tidak fleksibel

yang menimbulkan prilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

seseorang dalain berhubungan sosial (Achir Yani dkk 2000; 1141).

Menurut Carpenito (2000;385) Kerusakan interaksi sosial adalah

keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami respon

negative, ketidakdekuatan, ketidakpuasan dari interaksi. Sedangkan

definisi menarik diri adalah keadaan klien mengalami ketidakmampuan

untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan

lingkungan disekitarnya dengan wajar (Mahmui LN).

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa individu

yang mengalami kerusakan interaksi sosial : menarik diri mengalamii

gangguan dan kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain baik

secara kualitas maupun kuantitas yang berdampak pada individu lebih

senang menyendiri dan mencoba menghindari berinteraksi dergan orang

lain.

1

Page 2: LP kerusakan integritas sosial

b. Rentang Respon Sosial

Menurut Stuart & Sundeen (1998 ; 346) rentang respon sosial dari

adaptif sampai maladaptif yakni :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

• Solitude • Kesepian • Manipulasi

•Otonomi • Menarik diri • Impulsif

•Kebersamaan • Ketergantungan • Narkisisme

•Saling ketergantungan

Gambar 1: Rentang Respon Sosial

Respon hubuugan sosial berada dalam rentang yang adaptif dan

maladaptif

1) Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh

norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku

dimasyarakat dan individu dalam menyelesaikan masalahnya, masih

dalam batas internal. Respon adaptif meliputi :

a) Solitude/menyepi

Respon yang dibutuhkan seseorang untuk menuangkan apa yang

telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan mengevaluasi diri

untuk menentukan langkah selanjutcrya.

b) Autonomy (otonomi)

Adalah kemampuan individu untuk menentukan atau menyampaikan

ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

2

Page 3: LP kerusakan integritas sosial

c) Mutuality (kerjasama)

Individu mampu saling memberi dan menerima atau kerjasama.

d) Interdependency

Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain.

2) Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu dalam

menyelesaikan masalahnya menyimpang dari norma-norma sosial

dan kebudayaan suatu tempat. Respon maladaptif meliputi :

a) Manipulasi

Individu menganggap orang lain sebagai objek untuk mencapai

kebutuhannya tidak bias membina hubungan social secara mendalam.

b) Impulsif

Individu sangar reaktif, mudah dihasut, terangsang atau

terpengaruh, kasar dan menantang

c) Narkisisme

Menggunakan cara-cara yang negatif dalam menjalin hubungan

dengan orang lain.

c. Psikopatologi

Proses terjadinya gangguan jiwa dapat digambarkan dalam

fenomena model stress adaptasi sebagai berikut :(Stuart dan Sundeen,

1998 ; 40).

3

Page 4: LP kerusakan integritas sosial

Gambar 2 : Psikopatologi Pada Gangguan Jiwa

Dikatakan bahwa gangguar, hubungan sosial dipengarulii oleh faktor

predisnosisi dan presipitasi

1) Faktor Predisposisi (faktor pendukung)Menurut Stuart & Sundeen

(1998 ; 34'7) faktor predisposisi dari gangguan hubungan sosial adalah :

a) Faktor tumbuh kembang

Pada masa tumbuh kembang individu, ada tugas perkembangan yang

harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.

Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi akan

menghambat fase perkembangan dalam membentuk rasa

4

Faktor predisposisi

Stressor presipitasi

Bio Psiko Sosio kultural

Sifat Asal Waktu Jumlah

Penilaian terhadap stressor

kognitif Afektif

Fisiologis Prilaku Sosial

Sumber-sumber koping

Kemampuan personal Dukungan sosial Keyakinan (+)Aset materi

Mekanisme koping

Konstruktif Destruktif

Respon adaptif (sehat) Respon maladaptif (sakit)

Page 5: LP kerusakan integritas sosial

percaya diri tidak terpenuhi dapat mengakibatkan individu

tersebut tidak percaya pada dirinya dan orang lain.

b) Biologik

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial

maladaptif. Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransi

niter dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap masih

diperlukan penelitian lebih lanjut.

c) Faktor Sosial Badaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial

merupakan suatu faktor pendukung untuk terjadinya gangguan

dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma

yang dianut oleh keluarga yang salah, dimana setiap anggota

keluarga yang produktif diasingkan dari lingkungan.

d) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor

pendukung untuk terjadinya gangguan dalam hubungan sosial

termasuk komunikasi yang tidak jelas, ekspresi emosi yang tinggi

dalam keluarga, pola asuh keluarga yang tidak menganjurkan

anggota keluarga untuk berhubungan di luar lingkungannya.

2) Faktor Presipitasi (Faktor Pencetus)

Adapun faktor pencetus perilaku menarik diri yaitu :

5

Page 6: LP kerusakan integritas sosial

a) Faktor eksternal

Contohnya stressor sosial budaya yaitu stress yang ditimbulkan

oleh faktor sosial budaya antara lain menurunnya stabilitas

keluarga dan berpisah dengan orang yang berarti.

b) Faktor internal

Contohnya adalah stresor psikologis yakni adanya kecemasan

yang berkepanjangan dan cukup berat dengan terbatasnya

kemampuan individu dalam menyelesaikan masalahnya. Stress

ini dapat disebabkan karena berpisah dengan orang terdekat atau

kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya akan

menyebabkan gangguan hubungan sosial.

d. Tanda dan Gejala

menurut Hamid dkk. (2002 ; 143) tanda dan gejala yang muncul

pada klien dengan gangguan hubungan sosial : menarik diri, terlihat dari

tingkah laku klien yaitu : kurang spontan, apatis, ekpresi wajah kurang

berseri, afek tumpul, tidak merawat dan memperhatikan kebersihan

diri, komunikasi verbal Menurun atau tidak ada, mengisolasi diri,

tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya, pemasukan

makanan dan minuman terganggu, kurang energi, aktivitas menurun,

harga diri rendah membentuk posisi janin saat tidur, menolak

berhubungan dengan orang lain, gairah seksual menurun, dan ragu

terhadap keyakinan yang dianut.

6

Page 7: LP kerusakan integritas sosial

e. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

l ) Penatalaksanaan Medis

a) Terapi Somatik

Pengobatan penderita dengan perilaku menank diri

ditujukan pada gejala-gejala yang menonjol. Apabila gejala

yang menonjol berupa gaduh, gelisah, agresif, delusi,

halusinasi, sulit tidur, dapal diberikan antipsikotik dosis efektif

besar seperti : Chlorphromazine 100 mg dalam bentuk

oral/injeksi sesuai dengan keadaan klien. Dosis dapat dinaikkan

sesuai dengan kebutuhan. Penderita dengan delusi menonjol, tidak

ada gangguan tidur, tidak begitu gaduh, dapat diberikan

trifluoferasine 5 mg 1-2 kali sehari atau stelazine 5 mg 1-3 kali

sehari, merupakan obat penenang dengan daya kerja anti psikotik.

Pada penderita dengan menarik diri obat anti psikotik

dengan dosis efektif, seperti chlorphromazine injeksi, stelazine

juga diberikan, dimana efek sampingnya dapat menimbulkan

sidroma parkinson untuk mengatasi efek samping tersebut dapat

diberikan obat anti kolinergik yaitu trihexypinidile atau arthane

1-2 kah sehari.

b) Terapi Kejang listrik

Suatu pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal

secara artificial dan melewatkan aliran listrik melalui elektrode

yang dipasang pada satu/dua temples. Terapi kejang listrik dapat

Page 8: LP kerusakan integritas sosial

diberikan kepada skizofrenia yang tidak mempan terhadap

terapi neuroleptika, oral atau injeksi. Dosis terapi kejang listrik

4-5 joule.

2) Penatalaksanaan Keperawatan

Tindakan keperawatan yang sering dilakukan pada klien menarik diri

adalah :

a) Psikotherapi

Yaitu membantu klien mengidentifikasi mekanisme koping

yang adaptif dalam mengatasi masalah yang dihadapi, dan

lain-lain.

b) Pendidikan kesehatan

Yaitu rnembantu klien mengenal prilaku dan aspek positif,

kekuatan dan kelemahan serta meningkatkan kemampuan klien dalam

melakukan aktivitas yang positif.

c) Terapi lingkungan yaitu termasuk menyiapkan keluarga agar

memberikan lingkungan yang kondusif bagi perawatan klien.

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kerusakan Interaksi Sosial :

Menarik Diri

Proses keperawatan merupakan salah satu alat bagi perawat untuk

memecahkan masalah yang terjadi pada klien. Proses keperawatan adalah

suatu modalitas pemecahan masalah yang didasari oleh metode ilmiah,

yang memerlukan pemeriksaan secara sistematis serta identifikasi masalah

dengan mengembangan strategi untuk memberikan hasil yang diinginkan

Page 9: LP kerusakan integritas sosial

(Hidayat, 2001; 12).

Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu

pelayanan keperawatan optimal. Dengan menggunakan proses keperawatan

dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisi dan

tidak unik bagi individu klien (Keliat, 1998 ; 2).

Asuhan keperawatan jiwa berpedoman pada perilaku manusia sebagai

ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya.

Dengan demikian diharapkan klien dapat meningkatkan dan mempertahankan

perilaku yang mengkontribusi pada fungsi yang teruitegrasi (Stuart and

Sundeen, 1998 ; 14).

Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama

dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa. Hal

ini penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah

membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampumn

yang dimiliki.

Proses keperawatan terdiri atas empat langkah yang sistematis Yang

dijabarkan sebagai belikut :

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi

data biologis, psikologis, sosial dan spiritual (Keliat, 1998 , 3).

Page 10: LP kerusakan integritas sosial

1) Pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan pada klien dengan kerusakan

interaksi social : menarik diri antara lain :

a) Identitas klien dan penanggung

Pada identitas mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama,

pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, dan hubungan klien

dengan penanggung.

b) Alasan dirawat

Alasan dirawat meliputi : keluhan utama dan riwayat penyakit.

Keluhan utama berisi tentang sebab klien atau keluarga datang ke

rumah sakit dan keluhan klien saat pengkajian. Pada riwayat

penyakit terdapat faktor predisposisi dan presipitasi. Pada faktor

predisposisi dikaji tentang faktor-faktor pendukung klien untuk

mengalami kerusakan interaksi sosial : menarik diri. Faktor

presipitasi dikaji tentang faktor pencetus yang membuat klien

mengalami kerusakan interaksi sosial : menarik diri.

c) Pemeriksaan fisik

Pada nemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan yang menyangkut

tanda vital, ukuran-ukruan Seperti : berat badan, tinggi badan, dan

pemeriksaan fisik sesuai keluhan klien.

Page 11: LP kerusakan integritas sosial

d) Psikososial

Da1am psikososial dicantumkan genogram yang menggambarkan

tentang pola interaksi, faktor genetik dalam keluarga berhubungan

dengan gangguan jiwa. Selain itu juga dikaji tentang konsep diri,

hubungan sosial serta spiritual. Dalam konsep diri data yang

umumnya didapat pada klien dengan kerusakan interaksi sosial:

menanik diri yaitu gangguan pada harga diri.

e) Status mental

Pada status mental didapat data yang sering muncul yaitu :

motorik menurun, pembicaraan pasif, alam perasaan sedih, adanya

perubahan sensori / persepsi : halusinasi.

f) Kebutuhan persiapan pulang

Mencakup hal-hal tentang kesiapan klien untuk pulang atau untuk

menjalani perawatan di rumah yaitu makan, BAB / BAK, mandi,

berpakaian, istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan

kesehatan, aktivitas di dalam rumah, dan aktivitas di luar rumah

g) Mekanisme Koping

Merupakan mekanisme yang diarahkan pada penatalaksanaan

stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan

mekanisme yang digunakan untuk melindungi diri. Menurut Achir

Yani dkk (2000 ; 119) mekanisme yang sering digunakan oleh

individu untuk mengatasi kecemasan yang berkaitan dengan

menarik diri meliputi : regresi, represi dan isolasi.

Page 12: LP kerusakan integritas sosial

(1) Regresi : kemunduran akibat stres terhadap prilaku dan

merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.

(2) Represi : pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran,

impuls atau ingatan yang menyakitkan.

(3) Isolasi : pemisahan unsur emosional dani suatu pikiran yang

mengganggu dapat bersifat sementara atau jangka panjang.

h) Pengetahuan

Pengetahuan meliputi kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa,

faktor presipitasi, sistem pendukung, koping dan lain-lain.

i) Aspek medik

Data yang dikumpulkan meliputi diagnosa medik dan terapi

medik yang dijalani klien.

2) Daftar masalah

Beberapa masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan

gangguan hubungan sosial menurut NANDA dikutip Stuart &

Sundeen (1998 ; 351) adalah :

a) Resiko tinggi prilaku kekerasan.

b) Perubahan persepsi sensori : halusinasi

c) Kerusakan interaksi sosial - menarik diri

d) Koping individu takefektif

e) Harga diri rendah

Page 13: LP kerusakan integritas sosial

3) Pohon Masalah

Gambar 3: Pohon Masalah Pada Gangguan Hubungan Sosial : Menarik Diri.

4) Diagnosa Keperawatan

Perumusan diagnosa keperawatan merupakan langkah kelima dari

pengkajian keperawatan setelah potion masalah. Diagnosa keperawatan

adalah penilaian klinis tentang respon aktual atau potensial individu,

keluarga atau masyarakat terhadap masalah kesehatan klien / proses

kehidunan (Carpenito dalam Keliat, 1998 ; 2).

Resiko tinggi prilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori : halusinasi

Kerusakan interaksi sosial

Harga diri rendah

Koping individu tak efektif

Akibat

Masalah utama

Penyebab

Page 14: LP kerusakan integritas sosial

Rumusan diagnosa dapat PE yaitu Permasalahan (P) yang

berhubungan dengan Etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab

akibat secara ilmiah. Rumusan PES sama dengan PE hanya ditambah

Simptom (S) atau gejala sebagai data penunjang. Dalam keperawatan

jiwa ditemukan diagnosa anak beranak, yaitu jika etiologi sudah

diberikan tindakan dan permasalahan belum selesai maka P dijadikan

etiologi pada diagnosa yang baru, demikian seterusnya. Hal ini

dapat dilakukan karena permasalahan tidak selalu disebabkan oleh

satu etiologi yang sama sehingga walaupun etiologi sudah diberi

tindakan maka permasalahan belum selesai (Keliat, 1998 ; 6).

Dan pohon masalah di atas maka diagnosa keperawatan yang

muncul pada klien dengan gangguan hubungan sosial yaitu :

a) Resiko tinggi perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi

b) Perubahan persensi sensori : halusinasi berhuhungan dengan menarik

diri.

c) Gangguan hubungan sosial : menarik diri berhubungan dengan harga

diri rendah.

d) Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu takefektif

b. Perencanaan

Perencanaan merupakan langkah kedua dari proses keperawatan

setelah pengkajian. Dari diagnosa keperawatan di atas diprioritaskan

berdasarkan keluhan yang paling dirasakan saat ini (core problem) dan bila

tidak diatasi akan mempengaruhi status fungsional klien (Carpenito,

Page 15: LP kerusakan integritas sosial

2000;xxxviii).

Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan

umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. fujuan umum

berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa tertentu. Tujuan

umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai.

Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnosa

tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu

dicapai atau dimiliki klien. Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai

dengan masalah dan kebutuhan klien. umumnya kemampuan pada tujaan

khasus dapat dibagi menjadi 3 aspek Stuart dan Sundeen dalam Keliat,

(1998 ; 13) yaitu kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Adapun

rencana keperawatan sesuai dengan masalah diatas adalah :

1) Resiko tinggi perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi.

Tujuan Umum : klien tidak melakukan kekerasan.

Tujuan khasus :

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya untuk mengendalikan

emosinya.

Kriteria Evaluasi : Klien mau membalas salam, berjabat tangan,

menyebutkan nama, tersenyum; kontak mata ada dan klien mau

mengetahui nama perawat.

Intervensi dan Rasional:

(1) Bina hubungan saling percaya dengan penggunaan prinsip

komunikasi terapeutik, sapa klien dengan ramah, perkenalkan

Page 16: LP kerusakan integritas sosial

diri dengan sopan, jelaskan tujuan pertemuan.

Rasional : hubungan saling percaya merupakan dasar interaksi

terapeutik perawat – klien.

(2) Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan

perasaan.

Rasioaal : Ungkapan perasaan klien kepada perawat sebagai

bukti bahwa klien mulai mempercayai perawat.

(3) Ajak klien membicarakan hal-hal yang nyata dilingkungan.

Rasional : Membicarakan hal-hal yang nyata dapat membantu

klien kembali ke realita.

(4) Ciptakan lingkungan yang hangat dan bersahabat.

Rasioaal : Lingkungan yang hangat dan bersahabat dapat

membantu meningkatkan hubungan saling percaya dan

meningkatkan rasa nyaman klien.

b) Klien dapat mengenal halusinasinya

Kriteria Evaluasi : Klien dapat mengenal dan menyebutkan tanda dan

gejala halusinasi.

Intervensi dan Rasional:

(1) Adakan kontak sering dan Singkat secara bertahap misalnya:

ajak klien membicarakan hal-hal yang nyata yang ada di

lingkungannya, terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi

klien dan tidak nyata bagi perawat.

Rasional : Kontak yang singkat dapat menghindari rasa jemu

Page 17: LP kerusakan integritas sosial

klien dan klien dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.

(2) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya

misalnya : bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke

kiri atau ke kanan seolah-o!ah ada teman bicara.

Rasional : Dapat mengetahui apakah klien mengalami halusinasi

atau tidak.

(3) Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan tidak

nyata bagi perawat (tidak membenarkan dan menyangkal).

Rasional : Meningkatkan orientasi realita klien dan rasa percaya

diri klien.

(4) Identifikasi bersama klien tentang waktu, isi, frekuensi dan

respon klien terhadap halusinasinya.

Rasional : Peran serta aktif klien menentukan efektifitas

tindakan keperawatan.

(5) Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan

perasaanmya ketika halusinasinya muncul.

Rasional : dengan mengungkapkan perasaannya klien akan lebih

tenang.

c) Klien dapat mengendalikan halusinasinya.

Kriteria Evaluasi : Klien dapat mencegah dan mengendalikan timbulnya

halusinasi, klien dapat memilih cara yang digunakan dalam menghadapi

halusinasinya , dan klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok.

Intervensi dan Rasional :

Page 18: LP kerusakan integritas sosial

(1) Identifikasi bersama klien, cara yang digunakan bila halusinasinya

muncul.

Rasional : mengetahui kemampuan klien dan memudahkan dalam

memberikan intervensi yang tepat.

(2) Beri pujian dan penguatan terhadap perilaku klien yang positif.

Rasional : Pujian dan penguatan akan meningkatkan harga, dan

klien dan mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan.

(3) Diskusikar, bersama klien cara mencegah timbulnya halusinasi

(bicara dengan orang lain, menghardik halusinasi, dan melakukan

kegiatan ).

Rasional : Halusinasi yang terkontrol dapat mencegah timbulnya

perilaku kekerasan.

(4) Bersama klien merencanakan kegiatan untuk mencegah

timbulnya halusinasi.

Rasionasi : Mencegah klien terfokus pada halusinasinya dengan

menyibukkan diri.

(5) Dorong klien untuk memilih cara yang digunakan dalam

menghadapi halusinasi.

Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk mengambil

keputusan dapat meningkatkan harga diri klien

6) Beri penguatan tentang cara yang digunakan dalam menghadapi

halusinasi.

Rasional : Dapat meningkatkan harga diri klien dan mendorong

Page 19: LP kerusakan integritas sosial

pengulangan perilaku yang diharapkan.

(7) Dorong klien untuk melakukan cara yang dipilih dalam

menghadapi halusinasi.

Rasional : Memotivasi klien dalam menghadapi halusinasinya.

(8) Diskusikan dengan klien hasil upaya yang telah dilakukan.

Rasienal : klien dapat mengetahui efektifitas tindakan yang

dilakukan.

(9) Beri pujian dan penguatan positif atas upaya yang berhasil

dilakukan.

Rasional : pujian dan penguatan dapat meningkatkan harga diri

dari mengulang perilaku yang diharapkan.

d) Mendapat dukungan dari keluarga untuk mengendalikan

halusinasinya.

Kriteria Evaluasi : Klien dan keluarga dapat menyebutkan tindakan

yang bisa dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya dan keluarga

dapat merawat klien dengan halusinasi di rumah.

Intervensi dan Rasional:

(1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga : sapa keluarga

dengan ramah, perkenalkan diri, dan jelaskan tujuan.

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar utama

dalam interaksi terapeutik perawat - keluarga klien.

(2) Kaji pengetahuan keluarga tentaing halusinasi dan tindakan yang

dilakukan dalam merawat klien.

Page 20: LP kerusakan integritas sosial

Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga dalam

merawat klien sehingga dapat memberi intervensi yang tepat.

(3) Diskusikan dengan keluarga tentang dan gejala, cara yang

dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi,

cara merawat anggota keluarg yang mengalami halusinasi di

rumah seperti beri kegiatan, jangan biarkan sendiri.

Rasional : Keluarga merupakan sistem pendukuug aktif untuk

menanggulangi masalah klien karena keluarga leibih banyak

berperan dalam lingkungan klien.

(4) Beri pujian pada keluarga atas kemampuan yang positif dalam

merawat klien di rumah.

Rasional : Meningkatkan motivasi keluarga dan mendorong

keluarga untuk mempertahankan perilaku yang positif.

e) Klien dapat memanfaatkan obat untuk mengontrol halusinasinya.

Kriteria Evaluasi : Klien dapat minum obat teratur sesuai program

dokter secara mandiri.

Intervensi dan Rasional:

(1) Jelaskan jenis jenis obat yang diminum, klien pada klien dan

keluarga.

Rasional : Dapat meningkatkan pengetahuan klien dan

keluarga tentang jenis-jenis obat yang diminum klien.

(2) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum

obat tanpa seijin dokter.

Page 21: LP kerusakan integritas sosial

Rasional : meningkatkan pengetahuan klien tentang manfaat obat

dan dapat memotivasi klien minum obat secara teratur.

(3) Anjurkan klien untuk minta sendiri obat dan meminumnya secara

teratur.

Rasional : dapat melatih kemandirian klien dalam minum obat

secara teratur.

2) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan menarik diri.

Tujuan Umum : klien dapat mencegah timbulnya halusinasi.

Tujuan khusus :

a) Klien dapat meningkatkan hubungan saling percaya dengan

perawat.

Kriteria Evaluasi : Klien mau membalas salam, berjabat tangan,

menyebutkan nama, tersenyum, kontak mata ada dan klien mau

mengetahui nama perawat.

Intervensi dan Rasional:

(1) Tingkathan hubungan saling percaya dengan menggunakan

prinsip komunikasi terapeutik (sapa klien dengan ramah baik

verbal maupun non verbal, bersikap empati dan penuh

perhatian, kontak mata, terima klien apa adanya).

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar

keterbukaan antara klien dan perawat.

b) Klien dapat mengenal perasuan yang menyebabkan perilaku menarik

diri dari lingkungan sosial.

Page 22: LP kerusakan integritas sosial

Kriteria Evaluasi : Klien dapat mengenal dan mengungkapkan

perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri.

Intervensi dan Rasional:

1) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab perilaku

menarik diri.

Rasional : Dengan memberikan kesempatan pada klien, dapat

mengetahui sejauh mana klien mampu mengenal perasaannya,

penyebab menarik diri.

(2) Dorong klien untuk berinteraksi dan mengungkapkan

perasaannya kepada teman kerabatnya.

Rasional : Dengan mendorong untuk berinteraksi dan

mengungkapkan perasaannya kepada teman akrabnya diharapkan

klien mau berinteraksi secara wajar.

c) Klien dapat mengenal keuntungan dari berhubungan dengan orang lain

dan kerugian menarik diri.

Kriteria Evaluasi : Klien dapat menyebutkan keuntungan

berhubungan dengan orang lain dan kerugian dari menarik diri.

Intervensi dan Rasional:

(1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian

menarik diri.

Rasional : Dengan memberi kesempatan dapat mengetahui

sejauh mana klien mampu mengenal perasaannya tentang

Page 23: LP kerusakan integritas sosial

keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian

menarik diri.

(2) Diskusikan bersama klien tentang keuntungan berhubungan

dengan orang lain dan kerugian menarik diri.

Rasional : Meningkatkan pengetahuan dan memotivasi klien

untuk berhubungan dengan orang lain.

(3) Beri pujian dan penguatan positif atas kemampuan klien

mengungkapkan perasaannya.

Rasional : pujian dan penguatan dapat meningkatkan

harga diri klien dan memotifasi klien.

d) Klien dapat berhubungan sosial dengan orang lain secara bertahap.

Kriteria Evaluasi : klien dapat berhubungan dengan orang lain

secara bertahap antara : klien-perawat, klien-perawat-perawat

lain, klien-perawat-perawat lain-klien lain, klien-kelompok kecil,

klien-keluarga / kelompok / masyarakat.

Intervensi dan Rasional:

(1) Kaji kemampuan klien dalam membina hubungan dengan

orang lain.

Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana keinginan klien untuk

berinteraksi dengan orang lain.

(2) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang

lain melalui tahap sebagai berikut : klien-perawat, klien-

perawat-perawat lain, klien-perawat-perawat lain-klien lain,

Page 24: LP kerusakan integritas sosial

klien - kelompok kecil,klien-keluarga / kelompok / masyarakat.

Rasional : Dapat memotivasi klien untuk berinteraksi sosial.

(3) Dorong klien mengungkapkan perasaan setelah berhubungan

dengan orang lain.

Rasional : Mengetahui sejauhmana keberhasilan klien

berhubungan dengan orang lain

(4) Beri pujian dan penguatan positif terhadap keberhasilan yang

telah dicapai.

Rasional : pujian dan penguatan positif pada klien dapat

meningkatkan motivasi untuk memulai berhubungan dengan

orang terdekat.

e) Klien mampu memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

Kriteria Evaluasi : keluarga dapat memberikan dukungan kepada klien

untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Intervensi dan Rasional :

(1) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang perilaku menarik

diri, akibat dan cara mengatasinya.

Rasional : keluarga merupakan sistem pendukung aktif dalam

menaggulangi masalah klien karena klien lebih banyak berada

dalam lingkungan keluarga.

(2) Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada

klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Rasional : untuk mengetahui keadaan klien dan meningkatkan rasa

Page 25: LP kerusakan integritas sosial

aman klien dalam berinteraksi sosial.

(3) Anjurkan keluarga secara bergantian dan rutin menjenguk klien

selama perawatan minimal 1 minggu sekali.

Rasional : mengetahui perkembangan klien dan memotivasi klien

untuk cepat sembuh.

3) Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri

rendah kronis.

Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dengan orang

lain.

Tujuan Khusus :

a) Klien dapat mengungkapkan perasaannya.

Kriteria Evaluasi : klien dapat bercerita tentang perasaannya secara

terbuka dengan perawat.

Intervensi dan Rasional :

(1) Sediakan waktu bersama klien

Rasional : kehadiaran perawat sebagai orang yang dipercaya akan

memberikan rasa aman dan meningkatkan rasa percaya klien.

(2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya.

Rasional : klien bisa menceritakan masalahnya denga terbuka

(3) Perhatikan kebutuhan klien

Rasional : klien dengan perilaku menarik diri cenderung kurang

memperhatikan perawatan dirinya.

Page 26: LP kerusakan integritas sosial

b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki.

Kriteria Evaluasi : klien dapat menyebutkan kemampuan dan aspek

positif yang dimilikinya.

(1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif dan negatif yang dimiliki

oleh klien.

Rasional : klien dapat menyadari kemampuan yang dimiliki

sehingga dapat meningkatkan percaya diri dan harga diri klien.

(2) Beri reinforcement positif bila klien telah mampu melaksanakan

dan mengepresikan perasaannya.

Rasional : dengan memberi reinforcement dapat meningkatkan

harga diri klien.

(3) Rencana bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari

sesuai kemampuannya.

Rasional : dengan merencanakan aktivitas klien dapat

dilakukan setiap hari sesuai kemampuannya.

c) Klien dapat menerapkan kemampuan yang dimilikinya dalam terapi

aktifitas .

Kriteria evaluasi : klien dapat mengikuti terapi aktivitas sesuai dengan

kemampuannya.

Intervensi dan Rasional :

(1) Kaji dan diskusikan aktivitas yang tepat untuk klien

Rasional : memberikan kesempatan klien untuk merumuskan

Page 27: LP kerusakan integritas sosial

sesuatu sehingga dapat meningkatkan harga diri klien.

(2) Ajarkan klien untuk menerapkan aspek positif yang dimiliki.

Rasional : dengan mengajarkannya pada klien maka dapat

meningkatakan rasa percaya diri klien.

(3) Beri pujian/dukungan, kenalkan kelebihan klien, bila klien sudah

bisa berinteraksi dengan orang lain.

Rasional : Pujian dan dukungan merupakan kunci utama untuk

meningkatkan harga diri klien.

4) Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu takefektif.

Tujuan Umum : klien mempunyai persepsi positif tentang harga dirinya

Tujuan Khusus :

a) klien dapat mengungkapkan perasaan tentang dirinya.

Kriteria Evaluasi : klien dapat bercerita tentang perasaannya secara

terbuka dengan perawat.

Intervensi dan Rasional :

(1) Sediakan waktu bersama klien

Rasional : kehadiran perawat sebagai orang yang dipercaya akan

memberikan rasa aman dan meningkatkan rasa percaya klien.

(2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

Rasional : klien bisa menceritakan masalahnya dengan terbuka.

b) Klien dapat mengidentifikasi mekanisme koping yang sering

digunakannya.

Page 28: LP kerusakan integritas sosial

Kriteria Evaluasi : klien dapat menyebutkan mekanisme koping yang

digunakannya.

Intervensi dan Rasional :

(1) Diskusikan mekanisme koping klien

Rasional : klien dapat mengidentifikasi mekanisme koping yang

digunakannya.

(2) Beri reinforcement positif bila klien mampu mengepresikan

perasaannya.

Rasional : dengan memberi reinforcement dapat meningkat harga

diri klien.

c) Klien dapat memilih mekanisme koping yang kontruktif

Kriteria Evaluasi : klien dapat memilih koping mekanisme yang

konstruktif.

Intervensi dan Rasional :

(1) Diskusikan bersama klien tentang mekanisme koping yang

konstruktif .

Rasional : memberi kesempatan klien merumuskan sesuatu

sehingga dapat memudahkan untuk memilih.

(2) Memfasilitaskan klien untuk memilih mekanisme kopng yang

sesuai dengan kemampuannya.

Rasional : untuk memudahkan klien menggunakan koping

mekanisme yang sesuai dengan kemampuannya.

Page 29: LP kerusakan integritas sosial

(3) Beri pujian/dukungan atas pemilihan koping yang

konstruktif/adaptif.

Rasional : pujian dan dukungan memberikan rasa percaya diri

pada klien.

d) Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang konstruktif/adaptif.

Kriteria Evaluasi : klien dapat menggunakan koping mekanisme yang

konstruktif dalam mengatasi stres.

Intervensi dan Rasional :

(1) Diskusikan bersama klien tentang mekanisme koping yang

konstruktif dalam mengatasi stres.

Rasional : untuk mengetahui pengetahuan klien tentang

mekanisme koping yang konstruktif.

(2) Memfasilitasi klien untuk menggunakan mekanisme koping yang

sesuai dengan kemampuannya.

Rasional : untuk memberikan dukungan bagi klien menggunakan

koping mekanisme yang sesuai dengan kemampuannya

(3) Beri pujian/dukungan atas penggunaan koping yang knstruktif

/adaptif.

Rasional : pujian dan dukungan memberikan rasa percaya diri

pada klien.

Page 30: LP kerusakan integritas sosial

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan /implementasi keperawatan merupakan bagian dari

proses keperawatan. Tujuan dari implementasi adalah mengatasi masalah

yang terjadi pada klien. Implementasi keperawatan dicatat untuk

mengkomunikasikan rencana perawatan mencapai tujuan dilakukan

intervensi yang tepat sesuai dengan masalah, serta tetap melakukan

pengkajian evaluasi efektif terhadap perawatan (Hidayat, 2001 ; 39)

Sebelum melaksanakan tindakan yang merencanakan perawat perlu

memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan

dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya saat ini (here and now).

Perawat juga harus menilai diri sendiri apakah mempunyai kemampuan

interpersonal intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang

dilaksanakan dan dinilai kembali apakah aman bagi klien. Setelah tidak ada

hambatan maka tidakan keperawatan dapat dilaksanakan dengan membuat

kontrak bersama klien, memberikan penjelasan apa yang akan dikerjakan,

dan peran serta klien yang diharapkan. Implementasi yang dilakukan

pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun.

d. Evaluasi Keperawatan

Menurut Keliat (1998 : 15), evaluasi adalah proses yang

berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.

Evalusi dilakukan secara terus menerus pada respons klien terhadap

tindakan keperwatan yang telah dilakukan. Evaluasi dapat dibagi dua,

Page 31: LP kerusakan integritas sosial

yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan

tindakan evaluasi hasil atau evaluasi sumatif dilakukan dengan

membandingkan respons klien pada tujuan khusus dan umum yang telah

ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,

sebagai pola pikir :

S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan.

O : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan.

A : analisa ulang atas data subjektif untuk menyimpulkan apakah

masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data

yang kontradiksi dengan masalah yang ada.

P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada

respon klien

Rencana tidak lanjut dapat berupa :

1) Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah.

2) Rencana dimodifikasi jika masalah tetap semua tindakan sudah

dijalankan tetapi belum memuaskan.

3) Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang

dengan masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkan.

4) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang

diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.

Page 32: LP kerusakan integritas sosial

Pada klien dengan kerusakan interaksi sosial : menarik diri,

evaluasi keperawatan yang diharapkan sebagai berikut :

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.

2) Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan menarik diri.

3) Klien dapat mengenal keuntungan dan kerugian dari menarik diri.

4) Klien dapat berhubungan sosial dengan orang lain secara bertahap.

5) Klien mampu memberdayakan sistem pendukung atau keluarga.

Page 33: LP kerusakan integritas sosial

B. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 23-Oktober 2006 pukul 10.00 wita di

ruang Drupadi BPK RSJ Propinsi Bali di Bangli. Pengumpilan data

dilakul:an dengan cara anamnesa, observasi dan catatan medik klicn dan

kunjungan rumaai sehingga didapat data :

a. Pengumpulan Data

1) Identitas : Klien Penanggung

Nama : AR D.P

Umur : 20 tahun 35 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki Laki-laki

Agama : Hindu Hindu

Pendidikan : SD SD

Pekerjaan : - Wiraswasta

Status perkawinan : Belum menikah Menikah

Suku/Bangsa : Bali/Indonesia Bali/Indonesia

Alamat : Br. Pasaban Kaler Br. Pasaban Kaler

Ds. Pesaban, kec Ds. Pesaban, kec

Rendang Rendang

Karangasem Karangasem

No CM : 108264

Hub. Dengan klien : Paman

33

Page 34: LP kerusakan integritas sosial

2) Alasan Masuk

a) Keluhan saat MRS (15 Mei 2008)

Klien datang ke IRD BPK RSJ Propinsi Bali diantar oleh keluarga klien

dikeluhkan suka mengurung diri di kamar, sering menangis, ketawa

dan bicara sendiri. Klien juga mengamuk dengan membanting barang

disekitarnya bila didekati oleh keluarganya. Karena tidak bisa diatasi

maka keluarga langsung mengajak klien ke IRD BPK RSJ Propinsi

Bali dan disarankan MRS. Dan mendapatkan terapi injeksi lodorner IM I

ampul dan diazepam injeksi IV 1 ampul.

b) Keluhan saat pengkajian (10 Juni 2008)

klien lebih banyak diam, klien hanya mau menjawab pertanyaan yang

diajukan dengan singkat. Klien selalu menundukkan kepala saat berbicara

dengan perawat kontak mata kurang serta jarang berinteraksi dengan

orang lain.

3) Fantor Prcdisposisi dan Presipitasi

Klien sebelumnya belum pernah mengalami sakit jiwa dan pertama kali

dirawat di RSJ Bangli. Klien mempunyai pengalaman yang tidak

menyenangkan yaitu semenjak umur 8 tahun ditinggal orang tuanya menjadi

TKW keluar negeri dan tidak pulang-pulang. Sehingga klien dan adikanya

diasuh oleh neneknya. Ekonomi nenek klien sangat kekurang, oleh karena itu

sejak kecil klien diajak jualan sayur keliling kampung, dan pasien merasa

sangat malu akan hal itu. Klien hanya disekolahkan sampai tamat SD karena

tidak punya biaya dari faktor keturunan tidak ada keluarga yang mengalami

34

Page 35: LP kerusakan integritas sosial

gangguan jiwa. Sedangkan faktor presipitasinya yakni klien ditinggal menikah

oleh orang yang dicintainya (± 3 minggu sebelum MRS). Sejak saat ini klien

mulai murung, senang menyendiri dan bengong-bengong. Klien juga pernah

mengamuk karena kecewa dengan orang tuanya yang tega menelantarkan

anak-anak mereka. .

4) Pemeriksaan Fisik

a) Tanda Vital

Tekanan darah : 120/80 mm Hg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 37o C

Pernafasan : 24 x/menit

b) Pengukuran

BB : 42 TB : 157 cm

c) Keluhan fisik :Tidak ada

35

Page 36: LP kerusakan integritas sosial

5) Status Psikososial

1) Genogram

Keterangan

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Umur klien

: Klien

: Tinggal serumah

Gambar 4 : Genogram klien AR dengan gangguan hubungan sosial : menarik

diri.

Penjelasan :

Klien adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Klien berumur 20

tahun, klien tinggal serumah dengan ayah, ibu dan dua orang adiknya

serta neneknya. Hubungan klien dengan keluarga kurang terjalin

semenjak ditinggal ortunya TKW dan klien lebih dekat dengan

neneknya.

36

20

20

Page 37: LP kerusakan integritas sosial

b) Konsep Diri

(1) Citra Tubuh

Klien menganggap dirinya biasa saja dan menerima tubuhnya apa adanya

tapi klien tidak suka dengan rambutnya yang kriting dan sudah pernah

diluruskan tapi setelah itu kriting lagi.

(2) Identitas Diri

Klien menyadari dirinya sebagai seorang pria yang hanya berpendidikan

SD dan merasa kurang puas dengan keadaannya tersebut.

(3) Perand Diri

Sebelum dirawat, klien berperan sebagai seorang anak tertua dan

mencoba membantu ekonomi keluarga dengan cara bekerja sebagai

pembatu, namun akhirnya klien berhenti dengan alasan gajinya kecil

setelah dirawat klien berperan sebagai pasien dan cukup kooperatif dalam

proses pengobatan.

(4) Ideal Diri

Harapan klien sebelum sakit adalah ingin seperti anak lain yakni diasuh

oleh orang tua dan sekolah tinggi, karena klien ingin menjadi polisi saat

ini yang masih belum bisa diterima oleh klien yaitu ditinggal menikah

oleh orang yang dicintainya, karena klien bagitu mencintai wanita

tersebut.

(5) Harapan Diri

Klien merasa rendah diri karena rambutnya kriting klien merasa malu

dengan pendidikannya yang hanya tamat SD. Klien juga mengatakan

37

Page 38: LP kerusakan integritas sosial

tidak berhasil dalam pekerjaan, sehingga gagal memnuhi peran yang

diharapkan dalam membantu ekonomi keluarganya. Setelah klien

ditinggal menikah oleh orang lain yang dicintainya klien merasa benar-

benar ditolak, tidak berguna dan rendah diri.

c) Hubungan Sosial

(1) Klien mengatakan di rumah hanya dekat dengan neneknya tapi di rumah

sakit klien tidak mempunyai teman dekat.

(2) Peran serta dalam kelompok masyarakat

Klien kurang aktif dalam mengikuti kegiatan dalam masyarakat.

(3) Hubungan klien dengan perawat dan temannya kurang, klien hanya berbicara

seperlunya apabila ditanya oleh perawat.

(4) Spiritual

Klien menganut agama hindu dan yakin dengan adanya Ida Sang Hyang

Widhi. Klien jarang melakukan kegiatan ibadah, klien tidak menggunakan

simbul-simbul keagamaan.

6) Status Mental

a) Penampilan

Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan cukup bersih, rambut

klien tersisir rapi.

b) Pembicaraan

Klien berbicara lambat, klien tidak mampu memulai pembicaraan selama

proses wawancara klien berbicara hanya ditanya oleh perawat dan

seperlunya.

38

Page 39: LP kerusakan integritas sosial

c) Aktivitas Motorik

Klien tampak lesu dan tidak bergairah pada saat diwawancarai dan banyak

menunduk.

d) Alam Perasaan

Saat wawancara klien tampak sedih, murung.

e) Efek

Dari hasil observasi efek yang ditunjukan adalah efek tumpul yaitu hanya

mererspon saat ada stimulus yang kuat.

f) Interaksi Selama Wawancara

Selama wawancara klien mau menjawab sebatas pertanyan yang diberikan,

kontak mata antara klien dengan perawat kurang dan klien tampak lebih

banyak menunduk.

g) Persepsi

Klien mengatakan kadang mendengar suara-suara kurang jelas isinya dan

siapa yang berbicara. Saat pengkaji klien mengatakan mendengar suara dan

memiringkan telinga.

h) Proses Pikir

Pada saat wawancara pembicara klien lambat dan berbata-bata tapi bisa

menjawab sesuai dengan pertanyaan perawat.

i) Isi Pikir

Saat pengkajian klien tidak mennjukan gangguan isi pikir seperti waham dan

phobia.

39

Page 40: LP kerusakan integritas sosial

j) Tingkat Kesadaran

Dari hasil observasi dan wawancara klien tidak mengalami disorientasi

waktu, tempat dan orang.

k) Memori

Klien tidak mengalami kesulitan untuk mengingat baik memori jangka

pendek atau jangka panjang tentang peristiwa yang terjadi pada dirinya.

l) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Selama wawancara klien agak sulit berkonsentrasi, saat ditanya 1 + 5 klien

bisa menjawab dengan benar yaitu tetapi dalam waktu yang sangat lama.

m) Kemampuan penelitian

Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mengambil pasta gigi dahulu atau

menggosok gigi, klien menjawab mengambil pasta gigi dahulu baru

menggosok gigi.

n) Daya tilik diri

Klien menyadari dirinya sakit dan perlu perawatan dan pengobatan.

7) Kebutuhan persiapan pulang

a) Makan dan Minum

Klien mengatakan biasa makan 3 kali sehari habis satu porsi tiap kali makan.

Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makannya, meskipun

masih perlu bantuan keluarganya.

b) BAB dan BAK

Klien mampu menggunakan dan membersihkan WC, sehabis BAB dan BAK

serta mampu membersihkan diri dan merapikan rambut.

40

Page 41: LP kerusakan integritas sosial

c) Mandi

Klien memerlukan batuan dalam hal mandi klien mandi 1 x sehari

d) Berpakaian

Klien mampu mengambil dan memilih pakaian yang sesuai situasi dan

kondisi. Klien menggunakan alas kaki dan menyisir rambut. Nilai kemampuan

klien dalam berpakaian cukup.

e) Istirahat dan tidur

Klien biasa tidur siang malam mulai pukul 23.00 sampai 06.00 Wita.

f) Penggunaan obat

Klien mau minum obat yang diberikan oleh perawat sesuai dengan waktunya

dan tidak mengalami efek sampin.

g) Pemeliharaan kesehatan

Sistem pendukung yang dimiliki adalah keluarga. Jika klien sembuh keluarga

mengatakan akan tetap mengajak klien kontrol ke RSJ Prov. Bali di Bangli.

h) Aktivitas dalam rumah

Klien mampu melaksanakan aktivitas di dalam rumah seperti menyapu

halaman rumah.

i) Aktivitas di luar rumah

Klien mengatakan belum siap jika sudah pulang untuk melakukan kegiatan

diluar rumah seperti ke pasar atau kegiatan ada.

8) Mekanisme koping

Klien menggunakan koping maladaptif yaitu represi dan isolasi dimana bila

mempunyai masalah klien tidak pernah menceritakan masalah kepada siapapun

41

Page 42: LP kerusakan integritas sosial

dengan mencoba mengesampingan/melupakan permasalahannya. Namun dengan

cara-cara tersebut tidak akan menyelesaikan permasalahannya

9) Masalah psikososial dan lingkungan

Klien tinggal bersama ayah, ibu dan adik serta neneknya, setelah ditinggal orang

tuanya TKW lebih dekat dengan neneknya. Klien mengatakan bila di rumah akan

teringat dengan orang disukainya namun telah menikah dengan orang lain.

10) Pengetahuan

Klien tahu bahwa dirinya sakit dan sedang mendapatkan perawatan dan

pengobatan. Tapi klien tidak tahu sistem pendukung dan koping mekanisme yang

diperlukan untuk mengatasi masalahnya.

11) Aspek medis

Diagnosa : Skizofrenia Hebefrenik

Therapi Medis : Chlorpromazine 2 x 50 mg

Trihezyphenidryl 1 x 1 mg

Stelazine 2 x 2.5 mg

b. Analisa Data

Data yang sudah didapat dari pengkajian selanjutnya dianalisis dengan cara

mengelompokkannya menjadi data objektif dan data subjektif.

42

Page 43: LP kerusakan integritas sosial

TABEL IANALISA DATA KEPERAWATAN PASIEN AR

DENGAN KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL MENARIK DIRI DI RUANG DRUPADI BPK RSJ PROPINSI BALI

TANGGAL 10 JUNI 2008

No Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan1 2 3 41 - Klien mengatakan lebih

senang menyendiri dari pada berinteraksi dengan orang lain.

- Klien tidak mengatakan tidak mempunyai teman dekat di RS

- Klien jarang berinteraksi dengan pasien lain atau dengan petugas

- Kontak verbal pasif/tidak bisa memulai pembicaraan

- Kontak mata kurang/lebih sering mununduk efek tumpul, klien tampak putus asa

Kerusakan interaksi sosial menarik diri

2 - Klien mengatakan kadang-kadang mendengarkan suara-suara yang tidak jelas

- Kadang-kadang klien tampak memiringkan telinga ke arah tertentu seolah-olah sedang mendengarkan sesuatu

Perubahan persepsi sensori halusinasi dengar

3 - Klien mengatakan malu/minder dengan rambutnya yang kriting

- Klien mengatakan malu dengan pendidikannya hanya tamat SD

- Klien mengatakan sering mengalami kegagalan dalam pekerjaan

- Klien merasa sedih dan rendah diri karena ditinggal kawin oleh orang yang dicintainya.

- Kontak mata kurang/sering menunduk

- Klien sering membesarkan hal negatif pada dirinya

Harga diri rendah

4 - Klien mengatakan bila ada masalah/stres lebih senang memendamnya dengan mencoba melupakan seolah tidak masalah

- Klien sering menggunakan koping maladaptif tanpa mencoba untuk menyelesaikannya

Koping individu tak efektif

43

Page 44: LP kerusakan integritas sosial

c. Rumusan Masalah

1) Kerusakan interaksi sosial : menarik diri

2) Perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar

3) Harga diri rendah

4) Koping individu tak efektif.

d. Pohon Masalah

Dari rumusan masalah tersebut maka dibuatlah pohon masalah sebagai berikut:

Gambar 4 : Pohon masalah pada klien AR dengan kerusakan interaksi sosial :

menarik diri

e. Diagnosa Keperawatan

1) Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri

rendah ditandai dengan klien mengatakan tidak mempunyai teman dekat di

RS, klien mengatakan lebih senang menyendiri daripada berinteraksi dengan

orang lain, klien jarang berinteraksi dengan pasien lain atau petugas, kontak

verbal pasif/tidak bisa memulai pembicaraan, kontak mata kurang/lebih sering

44

Koping Individu Takefektif

Kerusakan interaksi sosial : menarik diri

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Dengar

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah kronis

Efek

CP

Cause

Page 45: LP kerusakan integritas sosial

menunduk atek tumpul, klien tampak putus asa.

2) Perubahan Persepsi Sensori : halusinasi dengan berhubungan dengan menarik

diri ditandai dengan klien mengatakan kadang mendengar suara-suara yang

tidak jelas, kadang memiringkan telinga ke arah tertentu.

3) Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu takefektif ditandai

dengan klien mengatakan malu/minder dengan rambutnya yang kriting, klien

mengatakan malu dengan pendidikannya hanya tamat SD, klien mengatakan

sering mengalami kegagalan dalam pekerjaan, klien merasa sedih dan rendah

diri karena ditinggal kawin oleh orang yang dicintainya, klien malu dengan

keadaannya sekarang, kontak mata kurang/sering menunduk, klien sering

membesarkan hal negatif pada dirinya kontak mata kurang saat wawancara.

2. Perencanaan

a. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Dari diagnosa keperawatan di atas diprioritaskan berdasarkan keluhan

yang paling dirasakan saat ini dan bila tidak diatasi akan mempengaruhi status

fungsional klien (Carpenito, 2000;xxxviii). Maka prioritas perencanaan asuhan

keperawatan pada klien AR dengan kerusakan interaksi sosial : menarik diri

adalah sebagai berikut:

1) Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri

rendah.

2) Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran berhubungan dengan

menarik diri.

3) Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu takefektif.

45