Upload
goez-yogixx-spb
View
642
Download
76
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ff
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS
OLEH :
NI MADE UTARI DWI WULANDARI
P07120014015
TINGKAT 1.1
D III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN DENPASAR
2014
LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS
A. MASALAH KEPERAWATAN
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi.
B. PENGERTIAN
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan
teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya.(Aziz,2014).
Mobilisasi merupakan suatu pergerakan yang merupakan aspek kehidupan
manusia yang digunakan untuk menunjukkan pertahanan diri dalam melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari (Potter dan Perry, 2010, hlm.468).
Sedangkan imobilitas atau imobilisasi merupakan ketidakmampuan untuk
bergerak bebas yang disebabkan oleh kondisi dimana gerakan terganggu atau dibatasi
secara terapeutik (Potter dan perry, 2006 dalam Asmadi, 2009, hlm.125). Menurut
Aziz, 2014 menyatakan imobilitas merupakan keadaan ketika eseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas),
misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada
ekstrmitas dan sebagainya.
1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILISASI
Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang
karena gaya hidup berdampak pada perlaku atau kebiasaan sehari-hari.
Proses penyakit atau cedera
Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat
mempengaruhi fungsi sistem tubuh.Sebagai contoh orang yang menderita
fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstrimitas
bagian bawah.
Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan.Sebagai contoh orang yang memiliki budaya sering berjalan
jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang
mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya tertentu
dilarang untuk beraktivitas.
Tingkat energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Oleh karena itu, agar
seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, maka diibutuhkan energi
yang cukup.
Usia dan status perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda.
Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan
dengan perkembangan usia.
2. KLASIFIKASI
Jenis-Jenis Mobilitas (Aziz,2014)
1. Mobilitas penuh
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-
hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan
sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2. Mobilitas sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasasn jelas dan
tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus
cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat
mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan
kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Mobilitas sebagian temporer
Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan
yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnua adalah
adanya dislokasi pada sendi dan tulang.
b. Mobilitas sebagian permanen
Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan
yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya
sistem saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia
karena stroke, paraplegi karena cedera tulang
belakang,poliomielitis karena terganggunya sistem saraf motorik
dan sensorik.
Jenis-Jenis Imobilitas (Aziz,2014)
1. Imobilitas fisik
Merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien
dengan hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah
paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi
tekanan.
2. Imobilitas intelektual
Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir,
seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
3. Imobilitas emosional
Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara
emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan
diri. Contohnya, keadaan seseorang yang mengalami stress berat yang dapat
disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan
bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
4. Imobilitas sosial
Merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan
interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi
perannya dalam kehidupan sosial.
C. GEJALA DAN TANDA
1. Mayor
Hambatan kemampuan untuk bergerak dengan maksud tertentu di dalam
lingkungan misalnya mobilitas di tembat tidur, berpindah dan ambulasi)
2. Minor
Pembatasan gerak yang dipaksakan
Enggan untuk bergerak
D. POHON MASALAH
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKa. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.b. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang
yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
Memepengaruhi efisiensi sistem muskuloskeletal
Trauma Sistem Muskuloskeletal
Kelainan Postur
Degenerasi serat otot skelet
Gangguan perkembangan
Kerusakan sistem saraf pusat
Rusaknya jalur motorik
Trauma medula spinalis
Memar ,konstusio, salah urat, dan fraktur
Gangguan kesejajaran tubuh dan mobilisasi
Gangguan Mobilitas
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang. Dll.
d. Pemeriksaan Laboratorium:Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan SGOT ↑ pada kerusakan otot.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
a) Pengaturan posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam postur tubuh yang
benar. Cara ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah jadwal tentang
perubahan posisi selamkurang lebih setengah jam. Pelaksanaannya dilakukan
secara bertahapagar kemampuan kekuatan otot dan ketahanan dapat meningkat
secara berangsur-angsur.
b) Ambulasi dini merupakan saah satu tindakan yang dapat meningkatkan
kekuatan dan ketahanan otot. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melatih
posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berdiri di samping tempat
tidur, bergerak ke kursi roda, dan seterusnya. Kegiatan ini dapat dilakukan
secara berangsur-angsur.
c) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri untuk melatih kekuatan dan
ketahanan serta kemampuan sendi agar mudah bergerak.
d) Latihan isotonik dan isometrik. Latihan ini juga dapat digunakan untuk melatih
kekuatan dan ketahanan otot dengan cara mengangkat beban yang ringan,
kemudian beban yang berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat
dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan
isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan curah jantung
ringan dan nadi.
e) Latihan ROM, baik secara aktif maupun pasif. ROM merupakan tindakan untuk
mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot.
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Riwayat keperawatan sekarang
Pengkajian riwayat pasien saai ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan
terjadinya keluhan atau gangguan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya
nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah
terganggunya mobilitas dan imobilitas,dan lama terjadinya gangguan mobilitas.
b. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
moblitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis (kecelakaan
cerebrovaskuler, trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial, cedera medulla
spinalis, dan lain-lain). Riwayat penyakit sistem kardiovaskuler (infark miokard,
gagal jantung kongestif). Riwayat penyakit sistem muskuloskeletal (osteoporosis,
fraktur, artritis). Riwayat penyakitistek pernafasan (penyakit paru obstruksi
menahun, pneumonia). Riwayat pemakaian obat (seperti sedative, hipnotik,
depresan sistem saraf pusat).
c. Kemampuan fungsi motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan
kaki kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan atau spastis.
d. Kemampuan mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan berpindah tanpa
bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:
Tingkat aktivitas/mobilitas
Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,dan peralatan
Tingkat 4 Sangat bergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan
e.
Kemampuan rentang gerak
Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukanpada daerah bahu, siku,lengan,
panggul, dan kaki.
f. Perubahan intoleransi aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada sistem
pernafasan antara lain suara nafas, analisa gas darah, gerakan dinding thoeak,
adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi.
Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan sistm kardiovaskuler seperti
nasddi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya trombus, serta
perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi
g. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
Gerak sendi Derajat rentang normal
BahuAbduksi: Gerakan lengan kelateral dari posisi samping atasKepala: Telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh
180
SikuFleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menujubahu
150
Pergelangan tanganFleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawahEkstensi: Luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksiHiperekstensi: Tekukjari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin.Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap ke atas.Adduksi: Tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking, telapak tangan menghadap ke atas
80-90
80-9070-90
0-20
30-50
Tangan dan jariFleksi: Buat kepalan tanganEkstensi:Luruskan jariHiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkinAbduksi: Kembangkan jari tanganAdduksi: Rapatkan jari-jari tangan
909090
2020
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau
tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan:
Skala PresentasiKekuatan Normal
Karakteristik
0 0 Paralisis sempurna.
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi atau dilihat.
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan.
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal.
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan penuh.
h. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,
perubahan dalam mekanisme koping dan lain-lain.
H. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Defisit perawatan diri
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa
Keperawatan
(NANDA)
Tujuan Keperawatan
( NOC )
Rencana Tindakan
(NIC )
Intoleransi aktivitas
berhubungan
dengan Kelemahan
umum
Setelah dilakukan Asuhan
keperawatan selama …. x 24
jam :
- Klien mampu
mengidentifikasi aktifitas
Managemen Energi
- Tentukan penyebab
keletihan: :nyeri,
aktifitas, perawatan ,
dan situasi yang
menimbulkan kecemasan
yang berkonstribusi pada
intoleransi aktifitas.
- Klien mampu berpartisipasi
dalam aktifitas fisik tanpa
disertai peningkatan TD,
N, RR dan perubahan
ECG
- Klien mengungkapkan
secara verbal,
pemahaman tentang
kebutuhan oksigen,
pengobatan dan atau alat
yang dapat meningkatkan
toleransi terhadap
aktifitas.
- Klien mampu berpartisipasi
dalam perawatan diri
tanpa bantuan atau
dengan bantuan minimal
tanpa menunjukkan
kelelahan
pengobatan
- Kaji respon emosi, sosial
dan spiritual terhadap
aktifitas.
- Evaluasi motivasi dan
keinginan klien untuk
meningkatkan aktifitas.
- Monitor respon
kardiorespirasi terhadap
aktifitas : takikardi,
disritmia, dispnea,
diaforesis, pucat.
- Monitor asupan nutrisi
untuk memastikan ke
adekuatan sumber
energi.
- Monitor respon terhadap
pemberian oksigen :
nadi, irama jantung,
frekuensi Respirasi
terhadap aktifitas
perawatan diri.
- Letakkan benda-benda
yang sering digunakan
pada tempat yang
mudah dijangkau
- Kelola energi pada klien
dengan pemenuhan
kebutuhan makanan,
cairan, kenyamanan /
digendong untuk
mencegah tangisan yang
menurunkan energi.
- Kaji pola istirahat klien
dan adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan.
Terapi Aktivitas
- Bantu klien melakukan
ambulasi yang dapat
ditoleransi.
- Rencanakan jadwal antara
aktifitas dan istirahat.
- Bantu dengan aktifitas
fisik teratur : misal:
ambulasi, berubah
posisi, perawatan
personal, sesuai
kebutuhan.
- Minimalkan anxietas dan
stress, dan berikan
istirahat yang adekuat
- Kolaborasi dengan medis
untuk pemberian terapi,
sesuai indikasi
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan : Kerusakan sensori persepsi.
No Diagnosa
Keperawatan
(NANDA)
Tujuan Keperawatan
( NOC )
Rencana Tindakan
(NIC )
Gangguan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan : Kerusakan
sensori persepsi.
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ...x 24
jam klien menunjukkan:
- Mampu mandiri total
- Membutuhkan alat bantu
- Membutuhkan bantuan
orang lain
- Membutuhkan bantuan
orang lain dan alat
- Tergantung total
Dalam hal :
- Penampilan posisi tubuh
yang benar
- Pergerakan sendi dan otot
- Melakukan perpindahan/
ambulasi : miring kanan-
kiri, berjalan, kursi roda
Latihan Kekuatan
- Ajarkan dan berikan
dorongan pada klien
untuk melakukan
program latihan secara
rutin
Latihan untuk ambulasi
- Ajarkan teknik Ambulasi
& perpindahan yang
aman kepada klien dan
keluarga.
- Sediakan alat bantu untuk
klien seperti kruk, kursi
roda, dan walker
- Beri penguatan positif
untuk berlatih mandiri
dalam batasan yang
aman.
Latihan mobilisasi dengan
kursi roda
- Ajarkan pada klien &
keluargatentang cara
pemakaian kursi roda &
cara berpindah dari kursi
roda ke tempat tidur atau
sebaliknya.
- Dorong klien melakukan
latihan untuk
memperkuat anggota
tubuh
- Ajarkan pada klien/
keluarga tentang cara
penggunaan kursi roda
Latihan Keseimbangan
- Ajarkan pada klien &
keluargauntuk dapat
mengatur posisi secara
mandiri dan menjaga
keseimbangan selama
latihan ataupun dalam
aktivitas sehari hari.
Perbaikan Posisi Tubuh
yang Benar
- Ajarkan pada klien/
keluargauntuk mem
perhatikan postur tubuh
yg benar untuk
menghindari kelelahan,
keram & cedera.
- Kolaborasi ke ahli terapi
fisik untuk program
latihan.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan :Kerusakan neurovaskuler
No Diagnosa
Keperawatan
(NANDA)
Tujuan Keperawatan
( NOC )
Rencana Tindakan
(NIC )
Defisit perawatan
diri berhubungan
dengan :Kerusakan
neurovaskuler
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama... x24
jm
Klien mampu :
- Melakukan ADL mandiri :
mandi, hygiene
mulut ,kuku,
penis/vulva, rambut,
berpakaian, toileting,
makan-minum, ambulasi
- Mandi sendiri atau dengan
bantuan tanpa
kecemasan
- Terbebas dari bau badan
dan mempertahankan
kulit utuh
- Mempertahankan
kebersihan area perineal
dan anus
- Berpakaian dan
melepaskan pakaian
Bantuan Perawatan Diri:
Mandi, higiene mulut,
penil/vulva, rambut, kulit
- Kaji kebersihan kulit, kuku,
rambut, gigi, mulut, perineal,
anus
- Bantu klien untuk mandi,
tawarkan pemakaian lotion,
perawatan kuku, rambut, gigi
dan mulut, perineal dan anus,
sesuai kondisi
- Anjurkan klien dan
keluargauntuk melakukan
oral hygiene sesudah makan
dan bila perlu
- Kolaborasi dgn Tim Medis /
dokter gigi bila ada lesi,
iritasi, kekeringan mukosa
mulut, dan gangguan
integritas kulit.
Bantuan perawatan diri :
sendiri
- Melakukan keramas,
bersisir, bercukur,
membersihkan kuku,
berdandan
- Makan dan minum sendiri,
meminta bantuan bila
perlu
- Mengosongkan kandung
kemih dan bowel
berpakaian
- Kaji dan dukung kemampuan
klien untuk berpakaian
sendiri
- Ganti pakaian klien setelah
personal hygiene, dan
pakaikan pada ektremitas
yang sakit/ terbatas terlebih
dahulu, Gunakan pakaian
yang longgar
- Berikan terapi untuk
mengurangi nyeri sebelum
melakukan aktivitas
berpakaian sesuai indikasi
Bantuan perawatan diri :
Makan-minum
- Kaji kemampuan klien untuk
makan : mengunyah dan
menelan makanan
- Fasilitasi alat bantu yg mudah
digunakan klien
- Dampingi dan dorong keluarga
untuk membantu klien saat
makan
Bantuan Perawatan Diri:
Toileting
- Kaji kemampuan toileting:
defisit sensorik
(inkontinensia),kognitif(men
ahan untuk toileting), fisik
(kelemahan fungsi/ aktivitas)
- Ciptakan lingkungan yang
aman(tersedia pegangan
dinding/ bel), nyaman dan
jaga privasi selama toileting
- Sediakan alat bantu (pispot,
urinal) di tempat yang mudah
dijangkau
- Ajarkan pada klien dan
keluarga untuk melakukan
toileting secara teratur
J. REFRENSI
Carpenito,Linda Jual. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta : EGC
Hidayat,A.Aziz Alimul.2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta :
Salemba Medika
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses
dan praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan
intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.
Denpasar ……………………..2014
Mengetahui Mahasiswa
Pembimbing Praktik
(……………………………..) (………………………….)
NIP. NIP.
Mengetahui
Pembimbing Akademik
(…………………………………………)
NIP.