22
 LAPORAN KASUS KELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST CRANIOTOMY REMOVAL TUMOR DI RUANG CENDANA 3 RSUP. DR. SARDJITO YOGYAKARTA Tugas Mandiri Stase Keperawatan Medikal Bedah Tahap Profesi Program Studi Ilmu Keperawatan Disusun Oleh: Ristia Anggarini 13/ 359170/KU/164 93 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UGM YOGYAKARTA 2014

LP POST CRANIOTOMY REMOVAL TUMOR.pdf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LP POST CRANIOTOMY REMOVAL TUMOR.pdf

Citation preview

  • LAPORAN KASUS KELOLAAN

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST CRANIOTOMY

    REMOVAL TUMOR

    DI RUANG CENDANA 3 RSUP. DR. SARDJITO YOGYAKARTA

    Tugas Mandiri

    Stase Keperawatan Medikal Bedah Tahap Profesi

    Program Studi Ilmu Keperawatan

    Disusun Oleh:

    Ristia Anggarini

    13/ 359170/KU/16493

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UGM

    YOGYAKARTA

    2014

  • 2

    LAPORAN PENDAHULUAN

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST CRANIOTOMY

    REMOVAL TUMOR

    DI RUANG CENDANA 3 RSUP. DR. SARDJITO YOGYAKARTA

    Tugas Mandiri

    Stase Keperawatan Medikal Bedah Tahap Profesi

    Program Studi Ilmu Keperawatan

    Disusun Oleh:

    Ristia Anggarini

    13/ 359170/KU/16493

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UGM

    YOGYAKARTA

    2014

  • 3

    TUMOR OTAK

    MENINGIOMA A. DEFINISI

    Otak dapat dipengaruhi berbagai macam tumor. Pasien yang mengalami

    tumor tersebut akan mengalami gejala-gejala dan defisit neurologi yang

    tergantung histologi, tipe, lokasi dan cara pertumbuhan dari pada tumor. Diagnosa

    awal dari tumor sangat penting sekali untuk mencegah kerusakan neurologis

    secara permanent. Peranan perawat sangat penting sekali dalam merawat pasien

    dan keluarganya hal ini disebabkan karena banyak sekali kemungkinan masalah-

    masalah fisik, psikologis dan sosial yang akan dihadapi

    Tumor otak adalah massa atau neoplasma dalam otak. Tumor otak dapat

    diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar, yaitu :

    1. Tumor otak yang muncul dipermukaan otak, seperti meningioma dura.

    2. Tumor yang berkembang didalam atau diatas saraf kranial, seperti meningioma

    akustik.

    3. Tumor yang berasal dari jaringan otak, seperti jenis glioma

    4. Lesi metastasik yang berasal dari bagian tubuh lainnya, seperti tumor hipofisis

    dankelenjar pineal dari pembuluh darah serebral.

    Meningioma adalah tumor pada meninx, yang merupakan selaput

    pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul

    pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya

    terjadi di hemisphere otak di semua lobusnya. Kebanyakan meningioma bersifat

    jinak (benign). Meningioma malignant jarang terjadi.

    Meningioma adala tumor otak jinak yang berasal dari sel-sel yang terdapat

    pada lapisan meningen serta derivat-derivatnya. Di antara sel-sel meningen itu

    belum dapat dipastikan sel mana yang membentuk tumor tetapi terdapat hubungan

    erat antara tumor ini dengan villi arachnoid. Timbulnva meningioma kebanvakan di

    tempat ditemukan banyak villi arachnoid. Dari observasi yang dilakukan

    Mallary (1920) dan didukung Penfield (1923) didapatkan suatu konsep bahwa sel

    yang membentuk tumor ini ialah fibroblast sehingga mereka menyebutnya

    arachnoid fibroblast atau meningeal Fibroblastoma.3 Meningioma berasal dari

  • 4

    leptomening yang biasanya berkembang jinak. Gushing, 1922 menamakannya

    meningioma karena tumor ini yang berdekatan dengan meningen.

    B. ETIOLOGI Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang

    menunjukan bahwa beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-

    tumor tertentu. Agent tersebut meliptI faktor herediter, kongenital, virus, toksin,

    dan defisiensi immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat

    terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan. (Fagan

    Dubin, 1979; Larson, 1980; Adams dan Maurice, 1977; Merrit, 1979). Metastase

    ke otak dari tumor bagian tubuh lain juga dapat terjadi. Karsinoma metastase lebih

    sering menuju ke otak dari pada sarkoma. Lokasi utama dari tumor otak metastase

    berasal dari paru-paru dan payudara.

    Tumor pada sistem saraf pusat terdiri dari tumor intrakranial dan tumor

    intraspinal. Seperti pada umumnya penyebab belum pasti diketahui secara jelas.

    Namun beberapa faktor diidentifikasi sebagai faktor predisposisi antara lain

    paparan terhadap zat toksin, trauma dan perdarahan.

    Tumor otak primer menunjukkan rata-rata 20% dari semua penyebab

    kematian karena kanker, dimana 20-40 % dari semua kanker mengalami metastase

    ke otak. Tumor-tumor otak jarang mengalami metastase keluar sistem saraf pusat

    tetapi jelas metastase ke otak, biasanya dari paru-paru, payudara, sistem

    gastrointestinal bagian bawah, pankreas, ginjal, kulit. Jejas neoplasmatik didalam

    otak akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital seperti

    pernapasan dan menyebabkan PTIK.

    Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun

    beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang

    jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Faktor-faktor terpenting sebagai

    penyebab meningioma adalah trauma, kehamilan, dan virus. Pada penyelidikan

    dilaporkan 1/3 dari meningioma mengalami trauma, Pada beberapa kasus ada

    hubungan langsung antara tempat terjadinya trauma dengan tempat timbulnya

    tumor. Sehingga disimpulkan bahwa penyebab timbulnya meningioma adalah

  • 5

    trauma. Beberapa penyelidikan berpendapat hanya sedikit bukti yang

    menunjukkan adanya hubungan antara meningioma dengan trauma.

    Dilaporkan juga bahwa meningioma ini sering timbul pada akhir

    kehamilan, mungkin hal ini dapat dijelaskan atas dasar adanya hidrasi otak yang

    meningkat pada saat itu. Teori lain menyatakan bahwa virus dapat juga sebagai

    penyebabnya. Pada penyelidikan dengan light microscope ditemukan virus like

    inclusion bodies dalam nuclei dari meningioma. Tetapi penyelidikan ini kemudian

    dibantah bahwa pemeriksaan electron misroscope inclusion bodies ini adalah

    proyeksi cytoplasma yang berada dalam membran inti.

    C. TANDA DAN GEJALA Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari

    CSF) yaitu:

    1. Sakit kepala

    2. Nausea atau muntah proyektil

    3. Pusing

    4. Perubahan mental

    5. Kejang

    Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik

    dari otak)

    1. Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia, nystagmus, diplopia,

    kebutaan, tanda-tanda papil edema.

    2. Perubahan bicara, msalnya: aphasia

    3. Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri, halusinasi sensorik.

    4. Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis.

    5. Perubahan bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin, dan

    konstipasi.

    6. Perubahan dalam pendengaran, misalnya : tinnitus, deafness.

    7. Perubahan dalam seksual

    8. Tanda-tanda dan gejala-gejala spesifik lesi dari masing-masing lobus dapat

    dilihat pada tabel di bawah ini

  • 6

    Gejala yang paling umum adalah sakit kepala dan kejang karena tumor

    tersebut membesar pada ruang kranium yang terbatas. Beberapa gejala berkaitan

    dengan PTIK mungkin indikasi adanya tumor. Gejala yang dialami pasien sangat

    tergantung dari lokasi tumor dalam otak. Satu tumor dalam lobus daerah frontal

    mungkin dimanifestasikan awalnya dengan perubahan kepribadian, memori

    pengambilan keputusan atau alam perasaan.

    Klinis peningkatan tekanan intrkranial juga akan disertai bangkitan

    epilepsi seperti terjadi pada tumor supra tentorial. Defisit neurologi lokal yang

    progresif sangat bervariasi tergantung pada lokasi tumor, yaitu :

    1. Tumor pada lobus frontal akan dijumpai gangguan kepribadian dari mulai yang

    umum sampai psikosa, gangguan intelektual, hilangnya daya ingat, afek long

    tidak tepat.

    2. Tumor pada lobus oksipital akan dijumpai gangguan penglihatan, kejang-

    kejang.

    3. Tumor pada girus for a sentral akan dijumpai kejang jacksor.

    4. Tumor pada lobus temporal akan dijumpai halusinasi penciuman, penglihatan,

    pengecapan, kejang psikomotor.

    5. Tumor pada lobus parietal akan dijumpai ketidakmampuan membuat gambar,

    ketidakmampuan membedakan obyek.

    Gejala-gejala yang paling sering didapatkan pada penderita

    meningioma adalah sakit kepala. Gejala Minis lain yang paling sering adalah

    berturut-turut sebagai berikut:

    1. kejang-kejang (48%)

    2. gangguan visus ( 29%)

    3. gangguan mental ( 13%)

    4. gangguan fokal ( 10%)

    Tetapi timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala ini tergantung pada letak

    tumor dan tingginya tekanan intrakranial, Tanda-tanda fokal sangat tergantung

    dari letak tumor, gejala-gejala bermacam-macam sesuai dengan fungsi jaringan

    otak yang ditekan atau dirusak, dapat perlahan-lahan atau cepat. Menurut Leaven

    gangguan fungsi otak ini penting untuk diagnosa dini. Gejala-gejala ini tirnbul

  • 7

    akibat hemodynamic steal dalam satu hemisfer otak, antara hemisfer atau dari otak

    kedalam tumor.

    1. Sakit Kepala

    Merupakan gejala yang paling sering, sakit kepala ini tidak khas, dapat umum

    atau terlokalisir ada daerah yang berlainan. Hal ini sudah lazim walaupun

    tidak dikaitkan dengan meningkatnya tekanan intracranial. Meningioma Intra

    Ventrikuler seringkali mengalami sakit kepala dan peningkatan tekanan

    intrakranial, karena meningioma di tempat tersebut dapat bergerak dan dapat

    mengadakan penyumbatan pada aliran cairan serebrospinalis. Sakit kepala

    tersebut bersifat unilateral dan gejala-gejala ini mungkin hilang timbul. Selain

    sakit kepala juga disertai mual dan muntah-muntah.

    2. Kejang

    Didapati 48% dari kasus meningioma mengalami kejang-kejang terutama

    pada meningioma parasagittal dan lobus temporalis, Adanya kejang-kejang

    ini akan memperkuat diagnosa.

    3. Gangguan Mata

    Gangguan mata yang terjadi pada meningioma dapat berupa :

    a) penurunan visus

    b) papil oedema

    c) nystagmus

    d) gangguan yojana penglihatan

    e) gangguan gerakan bola mata

    f) exophthalmus.

    4. Hemiparese

    Lebih sering didapatkan pada meningioma dibandingkan dengan

    tumor-tumor intrakranial yang lain. 10% dari kasus meningioma didapati

    kelumpuhan fokal, Crose dkk mendapatkan tiga dari 13 kasusnya dengan

    hemi parese disertai gangguan sensoris dari N V.

    5. Gangguan mental

    Sering juga didapatkan gangguan mental, tentunya berhubungan pula

    dengan lokalisasi dari tumor. Dilaporkan 13% dari kasus-kasus RAAF (29)

  • 8

    dengan gangguan mental. Gejala mental seperti: dullness, confusion stupor

    merupakan gejala-gejala yang paling sering.

    Disamping gejala-gejala tersebut di atas juga sering didapatkan

    gangguan saraf otak (nervus cranialis) terutama yang paling sering dari kasus-

    kasus Grouse yaitu N II, V, VI, IXdan X. Gejala yang menarik adalah adanya

    Intermittent cerebral symptoms. Pada 219 penderita dengan meiiingioma

    supra tentorial didapatkan gangguan fungsi serebral yang mendadak

    intermitten dan sementara dapat beberapa menit atau lebih dari sehari. Gejala-

    gejala dapat berapa afasia, kelumpuhan dari muka dan lidah, hemi plegia,

    vertigo, buta, ataxia, hallusinasi (olfaktoris) dan kejang-kejang. Setengah dari

    kasus-kasus ini gangguan fungsi serebral berulang-ulang, karena terjadi pada

    usia lanjut maka seringkali diagnosa membingungkan dengan suatu infark

    otak atau insuffuiensia serebrovaskuler, migrain, dan multiple sclerosis. Pada

    umumnya C.V.A. dapat dibedakan dengan tumor intrakranial dengan adanya

    gejala-gejala yang mendadak dan perlahan-lahan diikuti dengan kemajuan dari

    gejala-gejala neurologis. Bermacam-macam gejala neurologis yang paling

    sering menimbulkan kesalahan diagnosa.

    6. Tanda-tanda yang menyesatkan (False Localizing Signs = FLS)

    FLS dari tumor-tumor intrakranial adalah tanda-tanda yang tidak

    semuanya berhubungan dengan gangguan fungsi pada tempat tumor tersebut.

    Biasanya terlihat sebagai gejala fokal dari tempat-tempat yang jauh dari tumor

    di mana hal ini dapat membingungkan untuk menentukan lokalisasi tumor

    tersehut. Seperti biasanya diagnosa klinik ditegakkan dari kumpulan/tanda-

    tanda, tetapi kurangnya pengetahuan akan FLS menyebabkan kesalahan-

    kesalahan pada diagnosa, apabila pada kasus-kasus yang tanda-tandanya tidak

    jelas.

    Dari 250 kasus meningioma intrakranial didapatkan 101 kasus dengan

    FLS. Diagnosa yang salah karena gejala-gejala yang tidak jelas disertai

    adanya FLS. Gejala-gejala yang tidak jelas dapat disebabkan oleh karena

    adanya Silent area di mana tumor-tumor itu pada permulaannya tidak

  • 9

    menunjukkan gejala-gejala. Yang termasuk silent area: parasagital anterior,

    konveksitas frontal dan intraventrikuler.

    Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor:

    a. Meningioma falx dan parasagittal; nyeri tungkai

    b. Meningioma Convexitas; kejang, sakit kepala, deficit neurologis fokal,

    perubahan status mental

    c. Meningioma Sphenoid; kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan

    pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda.

    d. Meningioma Olfactorius; kurangnya kepekaan penciuman, masalah

    visus.

    e. Meningioma fossa posterior; nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan

    spasme otot-otot wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan,

    gangguan gaya berjalan,

    f. Meningioma suprasellar; pembengkakan diskus optikus, masalah visus

    g. Spinal meningioma ; nyeri punggung, nyeri dada dan lengan

    h. Meningioma Intraorbital ; penurunan visus, penonjolan bola mata

    i. Meningioma Intraventrikular ; perubahan mental, sakit kepala, pusing

    D. PATOFISIOLOGI Adanya massa atau neoplasma dalam otak akan berdampak pada jaringan

    otak sendiri secara lokal dan dampak tumor secara umum. Secara lokal efeknya

    berupa infiltrasi, invasi dan perusakan jaringan otak, dan secara langsung akan

    menekan struktur syaraf sehingga terjadi degenerasi dan gangguan sirkulasi darah.

    Edema akan meningkat, selain itu ICP juga akan meningkat apabila terjadi

    hambatan pada sirkulasi cairan serebrospinalis. Efek tumor tergantung dari lokasi,

    jenis dan pertumbuhan tumor. Kebanyakan tumor otak berkembang lambat atau

    progresif lambat dengan onset yang perlahan-lahan. Namun kadang ada tumor

    dengan gejala akut. Manifestasi klinis pada prinsipnya berupa manifestasi dari

    peningkatan tekanan intrakranial baik karena massa tumor atau space occupaying

    lassion (SOL) atau lesi desak ruang, edema serebri, hidrosepalus obstruksi.

  • 10

    E. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Computerised Tomographi ( CT ) dan Magnetic Resonan Imaging (MRI)

    adalah dua jenis pemeriksaan radiodiagnostik yang ummnya digunakan untuk

    mendeteksi dan mendefinisikan adanya tumor otak.

    2. Agiografi cerebral digunakan untuk menentukan keterlibatan sistem vaskuler

    atau adanya invasi tumor ke daerah vaskuler tersebut.

    3. Biopsi stereotatik kadang-kadang dilakukan sebelum craniotomy atau jika

    pasien tidak mungkin dilakukan pembedahan.

    F. MANAGEMEN TERAPI a. Terapi pembedahan

    Pembedahan seringkali merupakan pilihan utama bagi penderita tumor otak.

    Tujuan dari pendekatan ini adalah diagnosis defenitif dan memperkecil tumor

    tersebut. Beberapa kasus malignansi tumor otak mungkin dapat

    menyembuhkan tumor otak secara total tetapi ini sangat jarang terjadi.

    Pengangkatan dari semua tumor dapat menghilangka gejala neurologis, akan

    tetapi ukuran dan lokasi tumor mungkin memberikan hambatan pelaksanaan

    pembedahan ini.

    Pembedahan intracranial biasanya dilakukan untuk seluruh tipe kondisi

    patologi dari otak untuk mengurangi ICP dan mengangkat tumor.

    Pembedahan ini dilakukan melalui pembukaan tengkorak, yang disebut dengan

    Craniotomy.

    1. Perawatan pre operasi pada pasien yang dilakukan pembedahan intra cranial

    adalah :

    a. Mengkaji keadaan neurologi dan psikologi pasien

    b. Memberi dukungan pasien dan keluarga untuk mengurangi perasaan-

    perasaan takut yang dialami.

    c. Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan untuk

    meyakinkan pasien dan mengurangi perasaan takut.

    d. Menyiapkan lokasi pembedahan, yaitu: kepala dengan menggunakan

    shampo antiseptik dan mencukur daerah kepala.

  • 11

    e. Menyiapkan keluarga untuk penampilan pasien yang dilakukan

    pembedahan, meliputi :

    Baluatan kepala Edema dan ecchymosis yang biasanya terjadi dimuka Menurunnya status mental sementara

    2. Perawatan post operasi, meliputi :

    a. Mengkaji status neurologi dan tanda-tanda vital setiap 30 menit untuk 4

    - 6 jam pertama setelah pembedahan dan kemudian setiap jam. Jika

    kondisi stabil pada 24 jam frekuensi pemeriksaan dapat diturunkan

    setiap 2 samapai 4 jam sekali.

    b. Monitor adanya cardiac arrhytmia pada pembedahan fossa posterior

    akibat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

    c. Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar

    1.500 cc / hari.

    d. Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.

    e. Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2

    jam.

    f. Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan

    aliran balik dari kepala. Hindari fleksi posisi panggul dan leher.

    g. Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.

    h. Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin, seperti : pemeriksaan

    darah lengkap, serum elektroit dan osmolaritas, PT, PTT, analisa gas

    darah.

    i. Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya :

    antikonvulsi,antasida, atau antihistamin reseptor, kortikosteroid.

    j. Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi

    b. Terapi radiasi

    Terapi radiasi diberikan jika tumor tersebut telah ditemukan pada jenis sel-sel

    yang tidak raisensitif.pasien mendapatkan terapi lima hari setiap minggu

    sekitar 4-6 minggu berturut-turut.

  • 12

    G. KOMPLIKASI POST OPERASI 1. Edema cerebral

    2. Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral

    3. Hypovolemik syok

    4. Hydrocephalus

    5. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus)

    Infeksi luka operasi

    H. PENGKAJIAN Data Subyektif

    1. Pemahaman pasien tentang penyakitnya

    2. Perubahan dalam individu atau pertimbangan

    3. Adanya ketidakmampuan sensasi ( parathesia atau anasthesia)

    4. Masalah penglihatan (hilangnya ketajaman atau diplopia)

    5. Mengeluh bau yang tidak biasanya (sering tumor otak pada lobus temporale)

    6. Adanya sakit kepala

    7. Ketidakmampaun dalam aktifitas sehari-hari.

    Data Obyektif

    1. Kekuatan pergerakan

    2. Berjalan

    3. Tingkat kewaspadaan dan kesadaran

    4. Orientasi

    5. Pupil : ukuran, kesamaan, dan reaksi

    6. Tanda-tanda vital

    7. Pemeriksaan funduscopy untuk mengetahui papilaedema

    8. Adanya kejang

    9. Ketidaknormalan berbicara

    10. Ketidaknormalan saraf-saraf kranial

    11. Gejala-gejala peningkatan tekanan intracranial

  • 13

    I. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial

    2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

    3. Resiko infeksi

    4. Defisit Perawatan Diri: Mandi

    5. Defisit perawatan diri: makan

    6. Defisit perawatan diri: berpakaian

    7. Defisit Perawatan Diri: Eliminasi

  • 14

    CRANIOTOMY

    A. PENGERTIAN Craniotomi adalah prosedur membuka tulang kranium untuk mengambil

    tumor, mengontrol perdarahan dan untuk membantu menurunkan tekanan

    intra kranial.

    B. TUJUAN Tujuan dari kraniotomi adalah untuk

    a. Mengambil tumor otak, biopsi, dan mengontrol perdarahan

    b. Membuat drain pada abses

    c. Mengambil jendalan darah atau hematoma

    d. Memperbaiki kebocoran pembuluh darah seperti aneurisme

    e. Memperbaiki pembuluh darah abnormal seperti pada malformasi

    arteriovena

    f. Memperbaiki fraktur tengkorak akibat injuri

    g. Memperbaiki tekanan otak

    C. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang yang dilakukan sebelum craniotomi adalah CT

    (Computerized Tomografi) Scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)

    Scan untuk melihat struktur otak. Angiografi serebral untuk melihat

    aneurisme, dan lesi otak.

    D. PROSEDUR Ahli bedah akan membuat insisi pada kulit sejauh lapisan membran tipis yang

    menutupi tulang tengkorak. Karena kulit kepala juga berisi pembuluh darah

    maka arteri arteri kecil yang ada ditutup, kulit kepala dibentangkan untuk

    mengekspose tulang. Dengan menggunakan craniotome otomatic atau hand

    drill kecepatan tinggi maka dibuat lubang pada tengkorak sehingga otak dapat

    dilihat, setelah selesai membran, otot dan kulit kepala ditutup.

    E. KOMPLIKASI Komplikasi dari craniotomi adalah:

    1. Peningkatan tekanan intracranial

    2. Infeksi

  • 15

    3. Kelemahan

    4. Swelling of the brain.

    Peningkatan tekanan intrakranial

    Patofisiologi

    Tekanan intrakranial (TIK) adalah hasil dari sejumlah jaringan otak,

    volume darah intrakranial, dan cairan serebrospinal di dalam tengkorak pada

    pasien waktu. Keadaan normal dari tekanan intrakranial bergantung pada

    posisi pasien dan berkisar 15 mmHg. Ruang intrakranial yang kaku berisi

    jaringan otak (1400 g), darah (75 ml). Volume dan tekanan pada ketiga

    komponen ini selalu berhubungan dengan keadaan keseimbangan. Hipotesa

    Monro Kellie menyatakan bahwa karena keterbatasan ruang ini untuk

    ekspansi di dalam tengkorak, adanya peningkatan salah satu dari komponen

    ini menyebabkan perubahan pada volume yang lain, dengan mengubah posisi

    CSS, meningkatkan absorbsi CSS atau menurunkan volume darah serebral.

    Tanpa adanya perubahan tekanan intrakranial akan naik. Peningkatan TIK

    secara signifikan menurunkan aliran darah, dan menyebabkan iskemia. Bila

    terjadi iskemi komplet dan lebih dari 3 sampai 5 menit, maka otak akan

    menderita kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.

    Tanda dan gejala peningkatan TIK adalah letargi, lambatnya bicara,

    dan lambatnya respon verbal. Penatalaksanaan segera untuk mengurangi

    peningkatan TIK adalah didasarkan pada penurunan ukuran otak dengan cara

    mengurangi edem serebral, atau mengurangi volume cairan serebro spinal

    atau mengurangi volume darah, sambil mempertahankan perfusi serebral.

    Tujuan ini diselesaikan dengan pemberian diuretik osmotik dan

    kortikosteroid, membatasi cairan, pengeluaran CSS, hiperventilasi dari

    pasien, mengontrol demam dan menurunkan kebutuhan metabolisme sel.

    F. PERAWATAN POST OPERASI 1. Monitor

    a) Status neurologi termasuk kemampuan bergerak, orientasi, tingkat

    kesadaran dan pupil

    b) Pengkajian tingkat dan karakteristik drain yang meliputi

  • 16

    - jumlah drainase dan perdarahan harus minimal

    - penggantian balutan kepala

    - biasanya luka dibiarkan terbuka untuk mendapatkan udara setelah

    beberapa hari

    2. Meningkatkan mobilitas

    Miring kanan kiri diperbolehkan kecuali setelah pengangkatan tumor

    yang besar. Bila miring ke arah yang dioperasi dapat menggeser struktur

    otak.

    3. Mengupayakan penurunan tekanan intra kranial

    a) Mengatur tenggang waktu aktifitas keperawatan sehingga pasien dapat

    beristirahat

    b) Batuk dan muntah sedapat mungkin dicegah

    c) Suction dilakukan bila perlu saja disertai kecermatan dan ketepatan

    4. Melindungi keselamatan pasien

    a) Pergunakan alat pengikat yang halus

    b) Penghalang tempat tidur harus dipasang.

    5. Mengusahakan keseimbangan cairan dan elektrolit

    a) Mencatat intake dan output

    b) Diit sesuai indikasi

    c) Monitor elektrolit

    G. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

    2. Ketidakefektifan perfusi jaingan serebral

    3. Gangguan integritas kulit

    4. Defisit Perawatan Diri: Mandi

    5. Defisit perawatan diri: makan

    6. Defisit perawatan diri: berpakaian

    7. Defisit Perawatan Diri: Eliminasi

  • 17

    DAFTAR PUSTAKA

    Brunner and Suddarth (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

    Hudak dan Gallo, 1996, Perawatan kritis, Edisi VI, Volume II, Penerbit buku kedokteran, EGC, Jakarta.

    Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008. Nursing Outcomes Classification Fourth Edition. Mosby, Inc : Missouri.

    Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. : Fakultas Kedokteran Universtas Indonesia; 2003. Hal 393-4.

    McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention Classification FourthEdition. Mosby, Inc : Missouri.

    North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses : Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia.

  • RENCANA KEPERAWATAN

    No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi 1 Risiko Ketidakefektifan

    Perfusi Jaringan Otak Definisi: berisiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu kesehatan.

    NOC: Perfusi Jaringan Serebral

    setelah perawatan selama niminal 3x24 jam, pasien menunjukkan :

    No Kriteria Hasil awal target 1 Tekanan Intrakranial 2 4 2 Tekanan darah sistolik 3 5 3 tekanan darah diastolik 3 5

    skala: 1= severe deviation from normal range 2= substantial deviation from normal range 3= moderate deviation from normal range 4= mild deviation from normal range 5= no deviation from normal range No Kriteria Hasil awal target 1 Nyeri kepala 3 4 2 demam 3 5 3 restlessness 3 5 4 muntah 3 5 5 penurunan tingkat

    kesadaran 3 4

    NIC: Monitoring TIK

    aktivitas: - Catat perubahan pasien terhadap stimulus - Monitor intake dan output - Posisikan pasien 30-45 derajat dengan

    posisi leher netral - Berikan jeda antar perawatan untuk

    meminimalkan kenaikan TIK Cerebral perfusion promotion

    aktivitas: - Kolaborasi pemberian rheologic agent

    (seperti low-dose mannitol), sesuai order - Hindari neck flexion

    Neurologic Monitoring aktivitas: - Monitor ukuran, bentuk, kesimetrsan, dan

    reaktivitas pupil - Monitor tingkat kesadaran - Monitor tingkat orientasi - Monitor GCS - Monitor tanda-tanda vital - Monitor TIK

  • 19

    skala: 1= severe 2= substantial 3= moderate 4= mild 5= none

    - Monitor dressing craniotomi - Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan

    TIK - Berikan jeda pada aktivitas keperawatan

    yang dapat meningkatkan TIK

    2 Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial definisi: mekanisme dinamika cairan intrakranial yang normalnya melakukan kompensasi untuk meningkatkan volume intrakranial mengalami gangguan, yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) secara tidak merata dalam berespon terhadap berbagai stimuli yang berbahaya dan tidak berbahaya.

    NOC: Perfusi Jaringan Serebral

    setelah perawatan selama niminal 3x24 jam, pasien menunjukkan :

    No Kriteria Hasil awal target 1 Tekanan Intrakranial 3 4 2 Tekanan darah sistolik 3 5 3 tekanan darah diastolik 3 5

    skala: 1= severe deviation from normal range 2= substantial deviation from normal range 3= moderate deviation from normal range 4= mild deviation from normal range 5= no deviation from normal range No Kriteria Hasil awal target 1 Nyeri kepala 3 4 2 demam 3 5

    NIC: Cerebral perfusion promotion aktivitas:

    - Kolaborasi pemberian rheologic agent (seperti low-dose mannitol), sesuai order

    - Hindari neck flexion Neurologic Monitoring aktivitas:

    - Monitor ukuran, bentuk, kesimetrsan, dan reaktivitas pupil

    - Monitor tingkat kesadaran - Monitor tingkat orientasi - Monitor GCS - Monitor tanda-tanda vital - Monitor TIK - Monitor dressing craniotomi - Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan

    TIK

  • 20

    3 restlessness 3 5 4 muntah 3 5 5 penurunan tingkat

    kesadaran 3 4

    skala: 1= severe 2= substantial 3= moderate 4= mild 5= none

    - Berikan jeda pada aktivitas keperawatan yang dapat meningkatkan TIK

    3 Bersihan jalan nafas tidak efektif Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas. -

    NOC : Respiratory status : Airway patency

    setelah perawatan selama niminal 3x24 jam, pasien menunjukkan :

    No Kriteria Hasil awal target 1 Respiratory rate 5 5 2 kedalaman inspirasi 5 5 3 kemampuan

    membersihkan sekret 2 4

    skala: 1= severe deviation from normal range 2= substantial deviation from normal range 3= moderate deviation from normal range 4= mild deviation from normal range

    NIC : Airway suction

    - Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning

    - Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.

    - Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

    - Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.

    - Berikan O2 sebelum melakukan suction - Gunakan alat yang steril setiap melakukan

    tindakan - Monitor status oksigen pasien

  • 21

    5= no deviation from normal range No Kriteria Hasil awal target 1 suara nafas tambahan 5 5 2 batuk 3 5 3 akumukasi sputum 2 4

    skala: 1= severe 2= substantial 3= moderate 4= mild 5= none

    - Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion

    - Berikan hiperoksigenasi saat jeda suction dan setelah suction terakhir

    - Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

    Airway Management - Posisikan pasien untuk memaksimalkan

    ventilasi - Keluarkan sekret dengan batuk atau

    suction - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

    tambahan - Lakukan suction - Berikan bronkodilator bila perlu - Berikan pelembab udara Kassa basah

    NaCl Lembab - Monitor respirasi dan status O2

    4 Risiko Infeksi NOC: Kontrol Risiko

    setelah perawatan selama niminal 3x24 jam, pasien menunjukkan :

    NIC: Proteksi Infeksi Aktivitas: - Kaji tanda-tanda vital dan kondisi umum

    pasien

  • 22

    skala: 1= tidak pernah 2= jarang 3= kadang-kadang 4= sering 5= selalu

    no kriteria hasil awal target 1 pasien bebas dari tanda

    gejala infeksi 5 5

    2 mengikuti strategi kontrol risiko yang telah ditentukan

    1 4

    - Monitor tanda dan gejala infeksi - Gunakan teknik aseptik ketika perawatan - Dorong pasien memperbanyak istirahat - Monitor hasil laboratorium (leukosit). - Dukung untuk konsumsi diet

    seimbangajarkan pasien dan keluarga cara mencegah infeksi

    - Dorong intake cairan jika diperlukan.