28
LAPORAN PRAKTIKUM APLIKASI BIOTEKNOLOGI PANGAN ISOLASI MIKROBA OLEH NAMA : ULFHI DWI SIMTADEGI NIM : G311 11 270 KELOMPOK : 4 ( EMPAT ) ASISTEN : ANDI ANGGARENI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN BIOTEKNOLOGI PANGAN PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

LP1 ISOLASI MIKROBA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan isolasi mkikroba

Citation preview

Page 1: LP1 ISOLASI MIKROBA

LAPORAN PRAKTIKUM

APLIKASI BIOTEKNOLOGI PANGAN

ISOLASI MIKROBA

OLEH

NAMA : ULFHI DWI SIMTADEGI

NIM : G311 11 270

KELOMPOK : 4 ( EMPAT )

ASISTEN : ANDI ANGGARENI

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN BIOTEKNOLOGI PANGANPROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2013

Page 2: LP1 ISOLASI MIKROBA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bioteknologi adalah proses pemanfaatan sel atau organisme hidup

dengan berbagi teknik untuk menghasilkan satu produk yang memiliki nilai

ekonomi tinggi dan berguna bagi kesejahteraan manusia. Bioteknologi

merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk

hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup

(enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.

Bioteknologi terbagi atas bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern.

Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi yang memanfaatkan

mikroorganisme untuk memproduksi alkohol, asam asetat, gula, atau bahan

makanan. Bioteknologi modern merupakan praktik bioteknologi dengan teknik

rekayasa genetika.

Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, bioteknologi juga

mengalami perkembangan semakin pesat dan prosesnya semakin canggih,

misalnya dalam bidang teknologi pangan yaitu bioteknologi fermentasi yang

dapat mengahasilkan biakan tersendiri untuk menciptakan suatu produk hasil

fermentasi. Produk yang dapat dihasilkan dari bioteknologi fermentasi yaitu

antara lain tape, oncom atau tempe, yakult, nata de coco, gamxantan, kecap,

keju dan lain-lain salah satunya adalah yougurt.

Yoghurt merupakan salah satu produk pangan yang memanfaatkan

mikroorganisme untuk menghasilkan komponen tertentu sehingga diperoleh

kekhasan tekstur, rasa, warna maupun aromanya. Yoghurt tak hanya memiliki

kekhasan fisik saja, kandungan probiotiknya pun menguntungkan,

diantaranyamencegah kanker usus serta berfungsi sebagai pengganti susu

Page 3: LP1 ISOLASI MIKROBA

bagi penderita lactose intolerance. Berdasarkan latar belakang diatas maka di

adakanlah praktikum ini untuk menginokulasi dan isolasi mikroorganisme yang

dapat mendegrasi protein menjadi asam laktat.

B. Tujuan dan Kegunaan Praktikum

Tujuan dari prkatikum ini adalah untuk mengetahui cara isolasi mikroba

yang baik dan benar. Kegunaan dari praktikum ini yaitu dapat memudahkan

para praktikan untuk mengetahui cara menghasilkan mikroorganisme baik itu

jamur, khamir, maupun bacteri yang digunakan dalam mengahasilkan suatu

produk hasil fermentasi melalui teknik inokulum dan isolasi mikroba.

Page 4: LP1 ISOLASI MIKROBA

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Aplikasi Bioteknologi Pangan mengenai Inokulasi dan

Isolasi Mikroba dilakukan pada hari Kamis, 05 – 12 September 2013 pada

pukul 09.50 -12.50 WITA, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan

Bioteknologi Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan

Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut:

- cawan petri - tabung reaksi

- timbangan analitik - batang pengaduk

- erlenmeyer - bulp

- pipet volum - bunsen gas

- gelas kimia - autoklaf

- vorteks - desikator

- pipet tetes - batang ose

- hockey stik

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sebagai

berikut:

- yougurt - alkohol 95%

- media Na ( Nutrien Agar) - aquadest

- garam fisologis ( NaCl ) - label

- tissue roll - aluminium foil

Page 5: LP1 ISOLASI MIKROBA

C. Prosedur Praktikum

Prosedur yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

A. Metode Gores

1. Pembuatan larutan garam fisiologis

Ditimbang garam NaCl sebanyatk 8.50 gram di atas timbangan

analitik.

Ditambahkan 1 liter atau 1000 ml aquadest kemudian masukkan

ke dalam gelas kimia, aduk hingga homogen.

2. Preparasi alat

Disiapkan alat yang akan di sterilisasikan berupa 2 cawan petri, 2

pipet volum, dan 4 tabung reaksi yang masing – masing berisi 9,9 ml

garam fisiologis dan tutup dengan kapas serta bungkus dengan

aluminium foil.

Dimasukkan alat ke dalam autoklaf untuk di sterilisasi kurang lebih 2

jam dengan suhu 1210 C.

3. Preparasi media Na

Ditimbang media Na sebanyak 4,6 gram NA kemudian masukkan ke

dalam tabung erlenmeyer 250 ml.

Ditambahkan dengan 200 ml aquadest, kemudian masukkan

magnetic stirer ke dalam erlemeyer kemudian panaskan diatas

hotplate hingga mendidih.

Dimulai dari mensterilkan meja kerja dan tangan sebelum memulai

isolasi mikroba dengan menyemprotkan alkohol 95%.

Page 6: LP1 ISOLASI MIKROBA

Dituangkan media NA yang telah mendidih dan homogen

kedalam 2 cawan petri yang sudah disterilkan kemudian diamkan

hingga media tersebut keras memadat.

4. Pengenceran

Dibuat larutan pengenceran awal dengan konsentrasi pengenceran

10-1 yaitu dipipet 5 ml yougurt dan masukkan ke dalam erlenmeyer,

kemudian tambahkan dengan 45 ml garam fisiologis, homgenkan.

Dipipet larutan tersebut sebanyak 0,1 ml kedalam tabung reaksi mulai

dengan konsentrasi terendah yaitu 10-3 dan divorteks, kemudian

larutan dengan konsentrasi 10-3 dipipet lagi sebanyak 0,1 ml kedalam

tabung reaksi dengan konsentrasi 10-5 perlakuan tersebut dilakukan

sampai konsentasi 10-9

Setelah pengenceran selesai, pengenceran dengan konsentrasi 10-7

dan 10-9 dipipet masing-masing 0,1 ml lalu dimasukkan kedalam

cawan petri yang sudah diisi media agar dan diratakan menggunakan

hockey stick kemudian dibungkus dengan kertas dan diberi label.

B. Metode Agar Miring

Dimasukkan media NA (Nutrien Agar) ke dalam tabung rekasi

sebanyak ½ volume tabung reaksi, lalu ditutup dengan kapas dan

dibungkus dengan aluminium foil.

Disterilkan media tersebut selama 2 jam dengan suhu 121 0 C.

Disimpan dalam keadaan miring 1/2 bagian dan ditunggu hingga keras

memadat.

Page 7: LP1 ISOLASI MIKROBA

Diambil satu sampel bagian mikroorganisme dari media cawan petri

dengan konsentrasi pengenceran 10-7 dan 10-9 .

Dimasukkan mikroorganisme tersebut ke dalam tabung reaksi yang

berisi agar miring yang sudah memadat dan keras dengan

menggunakan ose dan di buat seperti zigzag dalam tabung reaksi

Page 8: LP1 ISOLASI MIKROBA

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Yoghurt

Yoghurt adalah susu asam yang merupakan hasil fermentasi susu oleh

bakteri asam laktat (BAL). Yoghurt biasanya dibuat dengan menggunakan dua

jenis BAL yaitu Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus

sebagai starter. Yoghurt merupakan susu hasil fermentasi yang dibuat

dengan bantuan dua jenis bakteri menguntungkan, satu dari keluarga

lactobacillus yang berbentuk batang (Lactobacillus bulgaricus) dan lainnya

dari keluarga streptococcus yang berbentuk bulat (Streptococcus

thermophilus). Kedua bakteri yogurt ini merupakan bakteri penghasil asam

laktat, sehingga terbentuk Yoghurt dengan aroma yang khas. Asam yang

terbentuk menyebabkan penggumpalan protein susu dan membantu

mengawetkan yoghurt. Bakteri asam laktat juga dapat menekan pertumbuhan

bakteri pembusuk susu, sehingga yoghurt lebih tahan lama selama masa

penyimpanan dibandingkan susu lainya (Wahyu Widodo, 2002).

Lactobacillus bulgaricus lebih berperan dalam pembentukan aroma,

sedangkan streptococcus thermophillus lebih berperan dalam pembentukan

cita rasa. Komponensusu yang  paling berperan dalam pembuatan yoghurt 

adalah laktosa dan kasein. Laktosa yang merupakan carbohydre

susu digunakan sebagai sumber energi selama pertumbuhan biakan bakteri

dan akan menghasilkan asam laktat (Darma, 2010).

Yoghurt mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi daripada susu segar

sebagai bahan dasar dalam pembuatan yoghurt, terutama karena

meningkatnya total padatan sehingga kandungan zat-zat gizi lainnya juga

meningkat. Selain itu, yoghurt sesuai bagi penderita lactose intolerance atau

Page 9: LP1 ISOLASI MIKROBA

yangntidak toleran terhadap laktose. Fermentasi susu menjadi yoghurt

dilakukan dengan bantuan bakteri asam laktat yaitu Lactobacilus bulgaricus

dan Streptococcus thermophilus. Lactobacillus bulgaricus adalah bakteri

gram positif berbentuk batang dan tidak membentuk endospora. Dalam

susu, Lactobacilus bulgaricus akan mengubah laktosa menjadi asam laktat.

Bakteri ini bersifat termodurik dan homofermentatif, dengan suhu optimum

untuk pertumbuhannya sekitar 45oC. Kondisi optimum untuk pertumbuhannya

adalah sedikit asam atau sekitar pH 5,5. Streotococcus thermophilus

adalah bakteri gram positif berbentuk bulat, sering pertumbuhannya

berbentukrantai. Bakteri ini dapat diklasifikasikan sebagai bakteri

homofermentatif dan termodurik dengan pH optimum untuk pertumbuhannya

sekitar 6,5 (Helferich dan Westhoff 1980).

B. Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus

Bakteri yogurt membutuhkan kondisi pertumbuhan yang cocok terutama

suhu yang tepat. Umumnya bakteri tumbuh baik pada keadaan hangat.

Bakteri yogurt Steptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus

paling cepat tumbuh di sekitar suhu 40– 44°C (bergantung pada galurnya).

Jika suhu terlalu rendah bakteri "kedinginan" dan berkembang biak lambat

atau tidak sama sekali. Sementara jika suhu terlampau panas bakteri tidak

hanya kepanasan tetapi juga bisa rusak dan mati. Bahaya lain, yaitu

merajalelanya mikroba berbeda yang kondisi optimumnya di suhu lebih

tinggi atau rendah. Karena lebih cepat berkembang biak di suhu tersebut,

jumlah mikroba penyusup tadi dapat menyusul bahkan menyisihkan bakteri

yogurt semula (Wahyu widodo, 2002).

Page 10: LP1 ISOLASI MIKROBA

Pembuatan yoghurt menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus

dan Steptococcus thermophilus. Kedua bakteri itu mengurai laktosa (gula

susu) menjadi asam laktat dan berbagai komponen aroma dan citarasa.

Lactobacillus bulgaricus lebih berperan pada pembentukan aroma,

sedangkan Steptococcus thermophilus lebih berperan pada pembentukan

citarasa. Yoghurt dibuat dengan memasukkan bakteri spesifik ke dalam

susu di bawah temperatur dan kondisi lingkungan yang dikontrol. Bakteri

Lactobacillus bulgaricus dan Steptococcus thermophlillus merombak

gula susu alami dan melepaskan asam laktat sebagai produk sisa. Keasaman

yang meningkat menyebabkan protein untuk membuat susu menjadi

menggumpal (Munawar, 2009).

Menurut Micheal 1988, karakteristik mikroba pada susu fermentasi

yougurt yaitu:

1. Bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus

Lactobacillus bulgaricus berbentuk batang. Pembentukan rantai umum

dijumpai, terutama pada fase pertumbuhan logaritma lanjut. Motilitas tidak

umum. Tidak membentuk spora. Gram positif berubah menjadi gram

negatif dengan bertambahnya umur dan derajat keasaman. Metabolisme

fermentatif. Kisaran suhu optimum biasanya 30 – 40 oC. Dijumpai dalam

produk persusuan.

2. Streptococcus thermophilus berbentuk bola. Berdiameter kurang

dari 2 mm, terdapat berpasangan atau dalam rantai bila ditumbuhkan

dalam medium cair. Gram positif. Kemoorganotrof. Metabolisme fermentatif

anaerobik fakultatif. Suhu optimum sekitar 37 oC.

Page 11: LP1 ISOLASI MIKROBA

3. Campuran atau kombinasi dari Lactobasillus bulgaricus dan Streptococcus

thermophilus sering digunakan pada beberapa macam produksi yoghurt.

Selain menyebabkan tingkat produksi asam yang lebih tinggi,

Streptococcus thermophilus tumbuh lebih cepat dan menghasilkan asam

dan karbondioksida. Seperti diketahui pula, dalam proses pembuatan

yoghurt, susu menggumpal disebabkan oleh derajat keasaman yang turun.

Streptococcus thermophilus berperandahulu untuk menurunkan pH

sampai sekitar 5,0 dan baru kemudian disusul Lactobasillus bulgaricus

menurunkan lagi sampai mencapai 4,0. Selain itu beberapa zat hasil

fermentasi mikroorganisme yang berperan dalam menentukan rasa produk

adalah asam laktat, asetaldehida, asam asetat dan diasetil. Intinya adalah

jenis dan jumlah mikroorganisme dalam starter yang digunakan sangat

berperan dalam pembentukan dan formasi rasa serta tekstur yoghurt.

C. Medium NA (Nutrien Agar)

Media adalah suatu substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh

yang disesuaikan dengan lingkungan hidupnya. Media kultur berasarkan

konsistensinya dibedakan atas tiga macam, yaitu media cair, media semi

padat, dan media padat. Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan

produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari

mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof.

Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton,

dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam

prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk

membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk

mengisolasi organisme dalam kultur murni (Harry, 2010).

Page 12: LP1 ISOLASI MIKROBA

D. Larutan Garam Fisiologis

Larutan fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk mengencerkan.

Contoh pada analisis mikrobiologi adalah garam fisiologis (0,85 % NaCl).

Larutan pengencer/ larutan fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk

mengencerkan contoh pada analisis mikrobiologi. Pengenceran dilakukan

untuk memperoleh contoh dengan jumlah mikroba terbaik untuk dapat

dihitung yaitu antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml. Pengenceran

biasanya dilakukan 1:10, 1:100, 1:1000, dan seterusnya (Zakiah, 2012).

E. Sterilisasi

Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan

semua organisme yang terdapat di dalam atau ada pada suatu benda. Ketika

bakteri melakukan perpindahan untuk pertama kalinya secaara aseptik,

sesungguhnya hal demikian telah menggunakan salah satu cara sterilisasi,

yaitu pembakaran. Sterilisasi sendiri merupakan metode praktis yang

dirancang untuk membersihkan dari mikroorganisme , atau sengaja untuk

menghambat pertumbuhannya, yang nyata dari kepentingan dasar di banyak

keadaan. Cara kerja sterilisasi adalah cara kerja agar terhindar dari

kontaminasi, cara kerja steril ini di gunakan pada pembuatan media,

pemeriksaan kultur dan pembuatan preparat. Steril sendiri merupakan

keadaan bebas dari pertimbuhan mikroba beserta sporanya dan pada

prakteknya kita berbicara sterilisasi sebagai proses pembunuhan seluruh

oirganisme yang ada pada preparat ( Jawetz,etc. 2001 ).

Page 13: LP1 ISOLASI MIKROBA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Pengenceran 10-9 Gambar 2. Pengenceran 10 -7

B. Pembahasan

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu yoghurt. Yoghurt

merupakan salah satu produk olahan susu terfermentasi yang mengubah

protein menjadi asam laktat dengan menggunakan bantuan mikroorganisme

Lactobaciilus bulgariccus dan Sterptoccus thermopillus. Yoghurt dibuat

dengan memasukkan bacteri spesifik Lactobacillus bulgaricus yang diman

bacteri ini lebih berperan pada pembentukan aroma yoghurt, sedangkan

Steptococcus thermophilus lebih berperan pada pembentukan citarasa

yoghurt. Hal ini sesuai dengan Widodo (2002), bahwa yoghurt adalah susu

asam yang merupakan hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat (BAL),

yaitu bacteri Lactobaciilus bulgariccus dan Sterptoccus thermopillus. sehingga

terbentuk yoghurt dengan aroma yang khas. Asam yang terbentuk

menyebabkan penggumpalan protein susu dan membantu mengawetkan

Page 14: LP1 ISOLASI MIKROBA

yoghurt. Bakteri asam laktat juga dapat menekan pertumbuhan bakteri

pembusuk susu, sehingga yoghurt lebih tahan lama selama masa

penyimpanan dibandingkan susu lainya

Mikroorganime terdiri dari berbagai jenis salah satunya yaitu bacteri.

Bacteri yang  diinginkan pada praktikum kali ini yaitu Lactobaciilus bulgariccus

dan Sterptoccus thermopillus yang digunakan dalam pembuatan susu

fermentasi yoghurt Kedua jenis bacteri ini mampu mendegradsi protein

menjadi asam laktat sehingga menyebabkan rasa asam pada susu. Selain itu

Lactobaciilus bulgaricus berperan dalam memberikan aroma pada yoghurt

dan Sterptoccus thermophilus berperan dalam cita rasa. Hal ini sesuai dengan

Munawar (2009), bahwa dalam pembuatan susu fermentasi atau yoghurt

menggunakan bakteri Lactobaciilus bulgaricus dan Sterptoccus thermophilus.

Kedua bakteri itu mengurai laktosa (gula susu) menjadi asam laktat dan

berbagai komponen aroma dan citarasa. Lactobaciilus bulgaricus lebih

berperan pada pembentukan aroma, sedangkan Sterptoccus thermophilus.

lebih berperan pada pembentukan citarasa. Selain itu, pertumbuhan mikroba

yang diingikan juga kurang maksimal. Hal ini dikarenakan suhu ruang tempat

penumbuhan mikrobanya yang kurang tepat dengan kondisi mikroba, yang

dapat menyebabkan kondisi stres sehingga mikroba yang diinginkan tidak

tumbuh dan berkembang. Hal ini sesuai dengan Widodo (2002), yang

menyatakan bahwa bakteri yogurt membutuhkan kondisi pertumbuhan yang

cocok terutama suhu yang tepat pada umumnya bakteri tumbuh baik pada

keadaan hangat. Bakteri yogurt Steptococcus thermophilus dan Lactobacillus

bulgaricus paling cepat tumbuh di sekitar suhu 40– 44°C (bergantung pada

Page 15: LP1 ISOLASI MIKROBA

galurnya). Jika suhu terlalu rendah bakteri "kedinginan" dan berkembang biak

lambat atau tidak sama sekali. Sementara jika suhu terlampau panas bakteri

tidak hanya kepanasan tetapi juga bisa rusak dan mati.

Pada praktikum kali ini prosedur yang digunakan dalam isolasi

mikroba yaitu terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan pertama yang

dilakukan adalah membuat larutan garam fisiologis. Pembuatan larutan

garam fisoiologis yaitu dengan adanya pencamburan garam NaCl

sebanyak 8,50 gram dengan pemabahan aquadest murni 1000 ml,

hingga membentuk garam fisologis yang diiingkan yaitu 0,85 %.

Penggunaan larutan garam fisologis disini memiliki fungsi yang sama

dengan larutan buffer, dimana dari larutan baffer itu sendiri dapat

mempertahankan pH suatu larutan. Selain itu fungsi larutan fisiologis

yaitu dapat mengurangi jumlah mikroorganisme yang berkembang biak.

Hal ini sesuai dengaan Zakiah (2012), bahwa larutan pengencer/ larutan

fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk mengencerkan contoh pada

analisis mikrobiologi. Pengenceran dilakukan untuk memperoleh contoh

dengan jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung yaitu antara 30 sampai

300 sel mikroba per ml. Tahapan kedua yaitu proses sterilisasi alat.

Proses sterilisasi di awali dengan penyiapan 2 cawan petri dan 2 pipet

volum yang dibungkus dengan kertas, 4 tabung reaksi yang telah berisi

9,9 ml larutan garam fisiologis kemudian ditutup dengan kapas dan

dibungkus dengan aluminium foil, setelah itu alat dimasukkan ke dalam

autoklaf untuk dilakukan proses sterilisasi dengan suhu 1210C selama 2

jam. Sterilisasi merupakan proses penghilangan semua jenis

Page 16: LP1 ISOLASI MIKROBA

organisme dalam hal ini yang dimaksud adalah mikroorganisme

(protozoa, jamur, bacteri maupun virus) yang terdapat dalam suatu

benda. Tujuan dari sterilisasi itu sendiri yaitu membunuh atau

menghilangkan mikroorganisme yang bersifat pategenik. Hal ini sesuai

dengan Jawetz,etc. (2001), bahwa sterilisasi dalam mikrobiologi adalah

suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat di dalam atau

ada pada suatu benda. Ketika bakteri melakukan perpindahan untuk pertama

kalinya secaara aseptik, sesungguhnya hal demikian telah menggunakan

salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran.

Tahapan ketiga adalah pengnceran larutan. Dpipet larutan sebanyak 0,1

ml kedalam tabung reaksi mulai dengan konsentrasi terendah yaitu 10-3 dan

divorteks, kemudian dengan konsentrasi 10-5 10-7 10-9 dengan perlakuan yang

sama. Setelah pengenceran selesai, pengenceran dengan konsentrasi 10-7

dan 10-9 dipipet masing-masing 0,1 ml lalu dimasukkan kedalam cawan petri

yang sudah diisi media agar dan diratakan menggunakan hockey stick

kemudian dibungkus dengan kertas dan diberi label.

Tahapan selanjutnya adalah inokulasi media padat ke cawan petri. Ada

beberapa metode yang dapat dilakukan saat melakukan inokulasi

mikroorganisme pada media, diantaranya metode tuang dan metode gores.

Mula-mula ose dibakar sampai steril, dinginkan. Diambil sampel atau bakteri

kultur pada media agar, dipulaskan pada salah satu tepi dari media,jangan

sampai menyentuh dinding cawan petri. Pengenceran dengan konsentrasi

10-7 dan 10-9 dari hasil inokulasi tersebut didapatkan hasil media

cawan konsentrasi 10-7 gagal sedangkan media konsentrasi 10-9

berhasil ditumbuhi mikroba. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1 dan

Page 17: LP1 ISOLASI MIKROBA

gambar 2. Kegagalan pertumbuhan mikroba pada media 10-7

disebabkan oleh kesalahan kami yang melakukan penanaman mikroba

pada media agar yang belum padat total. Meskipun mengalami

kesalahan saat penanaman, sesuai dengan teori pengenceran bahwa

semakin tinggi tingkat pengenceran maka jumlah mikroba yang tumbuh

pada media semakin sedikit.

V. PENUTUP

Page 18: LP1 ISOLASI MIKROBA

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah cara isolasi miroba

yang baik dan benar dilakukan dengan mengetahui semua teknik dalam

mulai dari tahap pengenceran sampai melakukan inokulasi dan isolasi

mikroba, selain itu menjaga kondisi mikroba supaya tidak berada dalam

kondisi stres sehingga mikrooranisme yang diinginkan berhasil di peroleh.

B. Saran

Diharapkan agar praktikan selanjutnya dapat lebih baik lagi dalam

melakukan pembuatan yoghurt, sehingga dapat meminimalisirkan

kesalahan-kesalahan kecil yang mungkin terjadi pada saat praktikum

berlangsung. Selain itu, praktikan membutuhkan arahan yang jelas sebelum

melakukan isolasi media cawan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: LP1 ISOLASI MIKROBA

Darma, 2010. Bioteknologi Fermentasi. [online]. Tersedia http://wartawarga.

gunadarma.ac.id/2010/01/bioteknologi-fermentasi/-diakses-12-11-2011

Helferich, W. and D. Westhoff. 1980. All About Yoghurt. Prentice Hall, Inc.,

Englewood Cliffs, New Jersey.

Haryy, 2010. Media Nutrien Agar. http://asalkamutahuaja.blogspot.

com/2012/10/komposisi-nutrient-agar-dan-nutrient.html.

Jawetz E., Melnick J.L., Alderberg E.A., 2001. Mikrobiologi kedokteran.

Surabaya, Airlangga University Press.

Michael J.P., Pelczar C., Merna Foss. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press.

Jakarta

Munawar, Taufik 2009. Bacteri Yoghurt. http://muhtaufiqmunawar.blogspot.

com/2009/01/bakteri-pada-yoghurt.html. Diakses pada hari Minggu

tanggal 16 September 2013, Makassar.

Wahnyu Widodo, 2002. Fermentasi Susu. http://wahyuwidodo.staff.

umm.ac.id/files/2010/01/FERMENTASI-SUSU.pdf

Zakiah, 2012. Larutan Fisoiolgis. http://khiashawol.blogspot.com/2012/04/

midas-pembuatan-medium-dan-larutan.html Diakses pada hari Minggu

tanggal 16 September 2013, Makassar.