22

lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../2015/02/Dr-WASIS-DJOKO-DWIYOGO-M.Pd_artikel … · Web viewlp2m.um.ac.id

  • Upload
    vonhi

  • View
    229

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Pertanggungjawaban Isi ArtikelNaskah/artikel disumbangkan kepada

JPPISSN 2302-996X

Jurnal Pendidikan dan PembelajaranVolume 21, Nomor 1, April 2014, him. 1 - 117

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran (JPP) terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan April dan Oktober, berisi tulisan/artikel hasil pemikiran dan hasil penelitian yang ditulis oleh para pakar, ilmuwan, praktisi, dan pengkaji dalam disiplin ilmu kependidikan dan pembelajaran.

Ketua PenyuntingJpung Yuwono

Wakil Ketua PenyuntingWasis Djoko Dwiyogo

Penyunting PelaksanaI Wayan Dasna

Imam Agus Basuki iamika El Khoiri Andi Mappiare

Pelaksana Tata Usaha Mimin urbintari

SupartoTomy Dwi Susanto

Umi Mazidah

Alamat Penyunting dan Tata Usaha Lembaga Pengembangan Pendidikan dan

Pembelajaran (LP3)Universitas Negeri Malang (UM)Gedung H- 7 Jalan Semarang 5

Malang 65145Telp. 0341-551312 psw. 404-587944

Telp. Langsung/Fax. 0341-587944

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran (JPP) diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) Universitas egeri Malang (UM). Ketua: Syamsul Hadi. Terbit pertama kali pada tahun 1994 dengan nama Sumber Belajar. Berganti nama menjadi Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran (JPP) sejak.April 2002.

harus memenuhi aturan dalam Petunjuk bagi (Calon) Penulis Jumal Pendidikan dan Pembelajaran (JPP) di sampul belakang-dalam atau dapat diunduh di website JPP. lsi Artikel beserta semua akibat yang ditimbulkan oleh artikel itu menjadi tanggung jawab penuh penulisnya. JPP juga melayani permintaan tukar-rnenukar jurnal secara gratis sepanjang tiras masih memungkinkan.

Abstrak artikel-artikel yang relah dimuat di JPP sejak 2002 dapat dibaca dalam situs Universitas Negeri Malang (www.um.ac.id) di menu E-Journal(h tlp:l/jouma I. um. ac. id/index.php pen di di ka 11-

dan-pembelajarani

Jumal ini diterbitkan dengan tiras (oplaag) 450 (empat ratus lima puluh) eksemplar.

Email: [email protected]

Website: http://joumal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan-pembelajaran

JPPISSN 2302-996X

Jurnal Pendidikan & PembelajaranVolume 21, Nomor 1, April 2014, him. 1-117

Daftar IsiEvaluasi Soft Skills dalam Pembclajaran Mahasiswa Baru di Fakultas Teknologi Pertanian 01-09Universitas UdayanaI Wayan Arnata (Universitas Udayana) dan Sutarjo Surjosepntro (Untversitas Katolik Widya MandalaSurabaya)

Development Of Didactical Design Of Mathematics Pedagogy Through Professional Program Of 10-23Mathematics Teacher EducationTurmudi, YayaS. Kusumah, Dadang Juandi, and EndangMulyana(IndonesiaUniversityof Education)

Efektivitas Model Pembelajaran Matematika berbasis :vtetakognitif 24-32Akhsanul In'am (UniversitasMuhammadiyahMalang)

Pengaruh Model Pembelajaran Science, Environment, Technology, Society (Sets) Terhadap 33-40Kemampuan Berkomunikasi Secara Tcrtulis Berupa Penulisan Karya Ilmiah Bidang GeografiSiswaSMAA chmad Fatchan; Hadi Soekamto; Yuniarti (Univeristas NegeriMalang)

Program Lesson Study Untuk Menlngkatkan Kompetensi Pedagogi dan Profesional Guru Paud di 41-47Sekolah XYZJakartaNancySusianna (STKIPSurya) & Fransiska Suhandi (PAVD SpringfieldInternational School)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Handep Pada Materi Pangkat Raslonal di SMAN 3 48-60Palangka RayaDemitra,Sarjoko(UniversitasPalangka Raya)

Peningkatan Kualitas Perkuliahan Mclalui Pcnerapan Model Blended Learning Dengan Aplikasi 61-70Learning Management System Pada Mahasiswa Program Sarjana Kependidikan Bagi GuruDalam JabatanSukarno (UniversitasSebe!asMaret)

Analisis Kebutuhan Pengembangan Model Rancangan Pembelajaran Berbasis Blended Learning 71-78 (PBBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pemecahan MassiahWasisD. Dwiyogo(UniversitasNegeriMalang)

Model Pembelajaran Kewirausahaan Berbasis Kearifan Lokal Untuk Peoguatan Ekonomi 79-91Sapir;Heri Pratikto,Wasiti,Ag11sHermawan (UniversitasNegeri Malang)

Pengembangan Bahan Ajar PKN Berbasis Karakter dengan Menggunakan :vtodel Pendidikan 92-99Moral Pada Siswa SMP di Kota SamarindaAloysiusHardoko, Demsy Salindeho, Agus Wedi(Universitas Mulawarman)

Kebutuhan Materi Ajar Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Menu rut Pernelajar I 00-106Sri Hapsari Wijayanti,Maria Magdalena Triwarmiyati,Hern Prasadja (Universitas KarolikAtma Jaya)

Pcngaruh Strategi Pembelajaran Blended Learning Terhadap Perolehan Belajar Konsep dan I 07-117Prosedur Pada Mahasiswa Yang Memiliki Self-Regulated Learning BerbedaSudarman(UniversitasMulawarman)

JURNAL PENDIDIKAN & PEMBELAJARAN (JPP) memperoleh status terakreditasi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, dengan SK Nomor 80/DIKTI/Kep/2012 - Tanggal 13 Desember 2012

Analisis Kebutuhan Pengembangan Model RancanganPembelajaran Berbasis Blended Learning (PBBL)

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pemecahan Masalah

Wasis D. DwiyogoUniversitas Negeri Malang, JI. Surabaya No. 5 Malang

e-mail: [email protected]

Abstract: Specific objectives to be achieved in the first year of this study are: (I) instructional design model used to describe the faculty; (2) analyze the needs of the PBBL Model need to improve learning outcomes of problem solving; (3) found PBBL characteristics model. The research method in the first year of use descrip• tive research conducted by survey method. Research subjects in survey research consisted of 466 with details of 23% of dozen and 77% of teachers were scattered from 20 cities. Instruments to measure the variables of research compiled by the variables are translated into indicators of research. Data were analyzed using descriptive statistics. Based on the results of quantitative data analyst obtained the following conclusions (I) the majority of respondents have implemented learning through planning, implementation, and evaluation of learning. even most teachers already have a lesson plan format that has been provided by the agency; (2) instructional design model has the following components: the name of the course/courses, course descrip• tions/instruction, learning objectives, activities lecturer/instructor, student activities/student, content/learning materials, and teaming outcomes; (3) learning troubleshooting to improve problem solving capabilities, most of the respondents have given the questions in the form of solving real problems in their daily lives and future problem-solving; (4) in the learning activities most of the respondents already have basic computer skills: word, spreadsheets, and processing multi-media (text, images, video, animation); and (5) most of the respondents do not understand the learning blended learning, most have never heard therefore necessary to develop problem-solving-based learning model of blended learning. Based on the conclusions of the above studies, further advice of this research is to develop a learning model based blended learning solutions that need to be done in the second year. Blended learning solutions that need to be developed are as follows:(!) design-based problem solving learning blended learning; (2) print instructional materials (textbook) problem solving capabilities; (3) print instructional materials (textbook) based learning blended learning; (4) instruc• tional materials in the form of mp3 audio that can be loaded on a computer, MP3 player, mobile phone, and the web; (5) teaching material video; (6) computers (multi-media interactive); and (7) WEB with the key• word learning and blended learning.

Key words: model, design instructional, problem solving, blended learning.

Abstrak: Tujuan khusus yang ingin dicapai pada tahun pertama penelitian ini yaitu: ( l) mendeskripsikan model rancangan pembelajaran digunakan dosen; (2) menganalisis kebutuhan perlunya model rancangan pbbl unruk meningkatkan hasil belajar pemecahan masalah; (3) menemukan karakteristik Model PBBL. Metode penelitian pada tahun pertama menggunakan jenis penelitian deskriptif yang dilakukan dengan meiode survey. Subjek penelitian pada penelitian survey terdiri atas 466 dengan rincian 23% dosen dan77% gum yang tersebar dari 20 kota. lntrumen untuk mengukur variabel-variabel penelitian disusun sendi• ri berdasarkan variabel-variabel dijabarkan ke dalam indikator-indikator penelitian. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Berdasarkan hasil analis data kuntitatif yang diperoleh kesi• mpulan sebagai berikut (I) Sebagian besar responden Lelah melaksanakan pembelajaran melalui kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembelajaran. Bahkan sebagian besar tenaga pengajar su• dah memiliki format rancangan pembelajaran yang sudah disediakan oleh lembaga; (2) Model rancangan pembelajaran memiliki kornponen-komponen sebagai berikut: nama mata kuliah/mata pelajaran, deskripsi mata kuliah/pelajaran, tujuan pembelajaran, kegiatan dosen/pengajar, kegiatan mahasiswa/siswa, isi/materi pembelajaran, hasil pembelajaran, dan bahan pembelajaran yang digunakan. Sebagian belum memasukkan

71

72 JURNAL PENDIOIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 21, NOMOR I, APRIL 2014

komponen prasyarat pembelajaran dan karakteristik mahasiswa/siswa di dalam merancang pembelajaran; (3) Pembelajaran pernecahan masalah untuk meningkatkan kapabilitas pemecahan masalah, sebagian besar responden telah rnemberikan soal-soal dalarn bcntuk pemecahan rnasalah riil dalam kehidupan sehari hari maupun pemecahan rnasalah rnasa depan; ( 4) Dalam kegiatan pembelajaran sebagian besar responden telah merniliki keterarnpilan dasar komputer yaitu: yairu pengalah kata, pengolah angka, dan pengolah multi media (teks, garnbar, video, animasi); dan (5) Scbagian besar respondcn belum mernahami pembelajaran blended learning, sebagian besar bclum pernah mendengar oleh karena itu perlu dikembangkan model pembelajaranpemecahan masalah berbasis blended learning.

\Berdasarkan kesimpulan penel itian terse but di atas, saran lebih Ian jut kegiatan penelitian ini adalah mengern-bangkan model pembelajaran pernecahan masalah berbasis blended learning yang perlu dilakukan pada ta-' hun kedua. Model pernecahan masalah berbasis blended learning yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut: (I) Rancangan pembelajaran pemecahan masalah bcrbasis blended learning; (2) Bahan Ajar Cetak (buku teks) kapabilitas pemecahan masalah; (3) Bahan Ajar cctak (buku teks) pernbelajaran berbasis blended learning; (4) Bahan Ajar Audio dalam bcntuk MP3 yang dapat dimuat di komputer, MP3 Player, telepon genggam, dan WEB; (5) Bahan Ajar Video; (6) 13ahan Ajar komputer (multi media interaktil); dan (7) WEB pernbelajaran dengan kata kunci pemecahan masalah clan Blended Learning.

Kata kunci: model, rancangan pcrnbelajaran, pemecahan masalah, blended learning

Tujuan merancang pembclajaran adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pernbela• jaran. Peningkatan kualitas pernbelajaran dilakukan dengan cara memilih, menetapkan, dan mengem• bangkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan (Degeng, 1991 ). Untuk merancang pembelajaran, ada dua faktor penting yang harus dipertimbangkan yaitu isi pern• belajaran dan strategi penyarnpaiannya.

Berkaitan dengan isi, hasil belajar yang san•

gat penting untuk masa depan adalah keterampilan memecahkan masalah. Gagne ( 1985) menyatakan bahwa salah satu keterarnpilan yang paling tinggi yang disebut higher order thinking adalah kapabil• itas pemecahan masalah, karena di dalarn kapabi• latas pemecahan terkandung keterampilan berpikir, keterampilan kolaborasi, keterampilan komunikasi, dan lain-lain. Topik pembelajaran berpikir dan pe• rnecahan masalah mendapat perhatian besar dari para peneliti bidang psikologi pada tahun 1980-an, bahkan disebutnya sebagai keterampilan yang harus dikuasai pada abad 21. Perhatian tersebut didasar• kan pada adanya perubahan dan tantangan yang cepat dalam rnasyarakat yang memerlukan manusia berkemampuan memecahkan masalah (Bransford, dkk., 1986; Marzano, Pickering, dan McTighe,1993). Jika kemampuan memecahkan masalah tel•ah diperoleh, seseorang tidak hanya dapat menyele• saikan rnasalah serupa, akan tetapi juga diharapkan dapat rnenyelesaikan masalah yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari (Gagne, 1985; Gagne, Briggs,

& Wager, 1992; Bransford, Sherwood, dan Reiser,

1986). Melalui pernecahan masalah, mahasiswa dapat menstransfer pengetahuan yang dimilikinya,

.baik masalah yang sejenis rnaupun masalah yangbarn. Transfer terjadi, jika pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dapat digunakan untuk me• mecahkan berbagai rnasalah (Travers, 1982). Oen• gan demikian melalui proses pemecahan rnasalah, Mahasiswa akan memiliki pengalaman rnernecah• kan berbagai masalah, baik masalah yang sejenis, maupun masalah baru. Pemecahan masalah terdapat pada semua bidang studi (Gagne, 1985), misalnya rnaternatika, ilmu pengetahuan alam, ilmu penge• tahuan sosial, dan bahasa (Frederiksen, 1984). Da• lam ilmu pengetahuan alam, pemecahan masalah dilakukan melalui pendekatan inkuiri dan dalarn ilmu sosial melalui bennain peran (Walter, 1980).

Berkaitan dengan strategi penyampaian pern• belajaran, perlu dikaji pula kecenderungan pembe• lajaran masa depan. Kecenderungan pembelajaran masa depan telah rnengubah pendekatan pembela• jaran tradisional ke arah pembelajaran masa depan-yang disebut sebagai abad pengetahuan- bahwa pebelajar dapat belajar: di mana saja, artinya pebe• lajar dapat belajar di kelas, di perpustakaan atau di rumah; kapan saja, tidak sesuai yang dijadwalkan sekolah bisa pagi, siang sore atau malam; dengan siapa saja, pebelajar memperoleh sumber bela• jar melalui dosen, dosen lain, pakar, praktisi atau masyaarakat; melalui apa saja, pebelajar dapat be• lajar melalui orang, teknologi cetak, tek.nologi au• dio, teknologi video, teknologi komputer, teknologi internet, dan teknologi mobile (telpon pintar dan

wasts u. uw1yogo,Anaust rceoutunan r engemoangantnoaes ... t:,tablet). CD ROM, radio, televisi, laboratorium, dan pengalaman langsung. Dalam berbagai kajian dan penelitian dinyatakan bahwa pendidikan merupakan indikator kejayaan bangsa, demikian pula guru me• megang peran penting dalam membelajarkan para peserta didik (learner). Keterampilan yang diper• lukan pekerja pada abad 21 berbeda dengan pada abad industri, keterampilan-keterampilan tersebut menurut Galbreth ( 1999) meliputi: keterampilan komunikasi, kreativitas dan inovasi, kerja sama dan pemberdayaan, literasi teknologi infonnasi, kemampuan visual, pemecahan masalah, pengarn• bilan keputusan, pengembangan dan pengelolaan pengetahuan, serta kecerdasan. Demikian pula ket• erampilan dasar yang dahulu dan sampai sekarang masih didengung-dengungkan adalah 3 M yaitu membaca, menulis, dan menghitung sudah harus berubah sesuai dengan kebutuhan pada abad infor• masi adalah 3 T, yaitu: teknologi, tim, dan transfer. Sejak awal generasi muda kita harus diperkenalkan dengan media yang diperlukan pada abad inforrna• si yaitu teknologi, mulai dari teknologi komputer, internet, dan telpon pintar (smartphonei, kemudian keterampilan berikutnya adalah bekerja sebagai tim karena pada abad ini tidak mungkin orang bekerja sendiri untuk menghasilkan suatu produk teknolo• gi, yang kemudian keterampilan berikutnya adalah mentransfer produk yang dimiliki misalnya melalui internet.

Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukanguru menjadi indikator kunci keberhasilan pendi• dikan. Memasuki abad dua puluh satu ini, guru se• bagai sumber belajar utarna dirasa tidak memadai lagi, sumber belajar guru harus terintegrasi dengan sumber belajar lain, yaitu sumber belajar cetak, audia, audio visual, komputer, dan handphone. Apabila sumber belajar orang dan teknologi ini di• manfaatkan secara keseluruhan, konsep ini dikenal dengan nama pembelajaran berdasarkan blended learning.Blended learning terdiri dari kata blended (kombi•nasi/campuran) dan learning (belajar). Istilah lain yang sering digunakan adalah hybrid course (hy• brid= campuran/kombinasi, course= mata kuliah). Makna asli sekaligus yang paling umum blended learning mengacu pada belajar yang rnengkom• binasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face= f2t) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offiiney. Thome (2003) meng• gambarkan blended learning sebagai "It represents an opportunity to integrate the innovative and tech• nological advances offered by online learning with

the interaction and participation offered in the best of traditional learning. Sedangkan Bersin (2004) mendefinisikan blended learning sebagai:

"the combination of different training "media" (technologies, activities, and types of events) to create an optimum training program for a spe• cific audience. The term "blended" means that traditional instructor-led training is being sup• plemented with other electronic formats. In the context of this book, blended learning programs use many different forms of e-learning, perhaps complemented with instructor-led training and other live formats".

lstilah blended learning pada awalnya digu• nakan untuk menggambarkan mata kuliah yang mencoba menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online.

Saat ini istilah blended menjadi populer, makasemakin banyak kombinasi yang dirujuk sebagai blended learning. Dalam metodologi penelitian, digunakan istilah mixing untuk menunjukkan korn• binasi antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Adapula yang menyebut di dalam pembelajaran adalah pendekatan eklektif, yaitu mengkombinasi berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Namun, pengertian pembelajaran berbasis blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasi strategi penyampaikan pembelajaran menggunakan kegia• tan tatap muka, pembelajaran berbasis komputer (ojfline), dan komputer secara online (internet dan mobile learning).

Pembelajaran berbasis Blended learningberkembang sekitar tahun 2000 dan sekarang ban• yak digunakan di Amerika Utara, Inggris, Austra• lia, kalangan perguruan tinggi dan dunia pelatihan. Melalui blended learning semua sumber belajar yang dapat memfasilitasi terjadinya belajar bagi orang yang belajar dikembangkan. Pembelajaran blended dapat menggabungkan pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan pembelajaran berbasis komputer. Artinya, pembelajaran dengan pendeka• tan teknologi pembelajaran dengan kombinasi sumber-sumber belajar tatap muka dengan penga• jar maupun yang dimuat dalam media komputer, telpon seluler atau iPhone, saluran televisi satelit, konferensi video, dan media elektronik lainnya. Pe• belajar dan pengajar/fasilitator bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran blended adalah memberikan kesem• patan bagi berbagai karakteristik pebelajar agar

I'+ JUKl'IAL t'tl'IUIUJ l'..Al'I UAl'I t'tlVl! VULUIVlt. L. I, NUIVlUK I, At'J<I LL.VI

terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkern• bang sepanjang hayat, sehingga belajar akan men• jadi lebih efektif, lebih efisien, dan lebih menarik.

Pendidik masa depan dalam kegiatan pernbela• jaran dapat berfungsi sebagai seniman (artist) dan ilrnuwan (scientist) dalam merancang dan rnelak• sanakan pembelajaran dan mengelola sumber-sum• ber belajar yang sengaja dirancang dan dimanfaat• kan. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan guru dalarn merancang pernbela• jaran terutarna dalam upaya memecahkan masalah atau mengaplikasikan dalam rancangan pernbe• lajaran mata pelajaran agar kualitas pembelajaran meningkat yang sensitif terhadap pcrkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang di kenal den• gan PBBL (PPBL). Dengan PBPL maka pernbela• jaran bukan hanya berbasis pada tatap muka, tetapi dikombinasikan dengan sumber yang bersifat Of•fline maupun Online.

Penelitian ini sangat urgen dilakukan untuk menyediakan ternuan empirik bagi upaya pening• katan kualitas pembelajaran dengan menggunakan PBBL di perguruan tinggi. Secara umum, temuan penelitian ini akan bermanfaat sebagai temuan awal fungsi pengembangan pembelajaran yaitu teori-riset yang basilnya dapat dipakai sebagai pi• jakan pengembangan fungsi lainnya, seperti fung•si produksi sumber-surnber belajar (AECT, 1979;Januszewski dan Molenda, 2008). Dengan diternu• kannya model PBBL akan mernudahkan bagi dosen yang sekaligus bertindak sebagai perancang pem• belajaran dalam menyusun preskripsi pernbelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan berbagai modus belajar. Melalui pengembangan PBBL juga akan meningkatkan keterampilan soft skill (keterampilan memecahkan masalah) bagi dosen dan mahasiswa.

Tersusunnya pengernbangan PBBL akan mern•bangun jembatan antara konteks pembelajaran yang bersifat teaching-based, instructor-mediated ke arah konteks pembelajaran yang bersifat learning-based. Keuntungan yang akan diperoleh melalui peneli• tian ini terutama untuk menyediakan sumber-sum• ber belajar bagi mahasiswa yang berpeluang untuk mengembangkan setiap individu mencapai kernam• puan optimal dalam keterampilan hard skill dan soft skill.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam pene•litian ini adalah: (I) Menganalisis model rancangan pembelajaran yang dilakukan para tenaga pengajar (dosen dan guru); (2) Menganalisis kebutuhan per• lunya Model Rancangan PBBL untuk meriingkat-

kan hasil belajar pemecahan masalah; (3) Menernu• kan karakteristik Model Rancangan PBBL untuk meningkatkan hasil belajar pernecahan masalah.

Temuan penelitian yang akan dihasilkan ada• lah model pembelajaran berbasis learning, terutama akan diterapkan bagi mahasiswa program pascasa• rjana. Dengan diternukannya model Rancangan PBBL akan mernudahkan belajar bagi mahasiswa program pascasarjana yang sekaligus bertindak sebagai perancang pernbelajaran dalam menyusun preskripsi pembelajaran untuk meningkatkan kapa• bilitas pemecahan masalah masa depan melalui berbagai perkembangan teknologi sebagai sumber belajar.

METODERancangan Penelitian. Pada tahun pertama

menggunakan jenis penelitian deskriptif yang dilakukan dengan metode survey. Survey bertu• juan untuk memperoleh data: ( 1) model Rancangan Pembelajaran yang digunakan di perguruan tinggi, (2) analisis kebutuhan perlunya Rancangan PBBL, (3) rnenemukan spesifikasi dan kornponen-kom• ponen Rancangan PBBL. Berdasarkan data terse• but, akan diketahui spesifikasi Rancangan PBBL yang diinginkan dan cocok untuk digunakan da• lam sistern pembelajaran di' perburuan tinggi untuk pembelajaran di Indonesia.

Subjek Penelitian. Subjek penelitian pada pe•nelitian survey terdiri atas dosen, guru, dan maha• siswa program pascasarjana (dosen dan guru) ber• jumlah 466 orang dari 20 kota, yaitu: Mojokerto, Sidoarjo, Jember, Yogyakarta, Kediri, Madiun, Trenggalek, Surabaya, Tulungagung, Bangkalan, Gresik, Lamongan, Malang, Manggarai, Manado, Palu, Kupang, Probolinggo, Denpasar, dan Padang

Variabel Penelitian. Berdasarkan data yangakan diungkap berbentuk pemaharnan, persepsi, dan analisis kebutuhan tentang Rancangan PBBL (PBBL), berikut disajikan variabel-variabel yang akan diungkap: pengetahuan dosen tentang PBBL, persepsi tentang PBBL, perlunya pembelajaran PBBL, dan spesifikasi PBBL.

Instrumen Penelitian. lntrumen untuk men•gukur variabel-variabel pen el itian disusun sendiri berdasarkan variabel-variabel dijabarkan ke dalam indikator-indikator penelitian.

Analisis Data. Data yang diperoleh dianalisismenggunakan statisti k deskriptif.

I

I

I

I I

II

.. ~I

~ .

I

.

Iz

rr asrs LJ. uw,yuJSU, rtllUll,)I l'\t:UUIUllUTl I engemoangurt JVIUUt:I •.. I.;,

HASILDaerah Asal Responden. Hasil survei tentang

data tenaga pengajar yang menjadi reponden pene• litian ini adalah dosen, guru, serta mahasiswa pas• casarjana (dosen, guru, widyaiswara) pada berbagai daerah. Jumlah seluruh responden 466 orang den• gan rincian disajikan dalam Gambar I.

Gambar 1. Jumlah dan Asal Kota Responden

Gambar 2. Komponen-komponen yang ada da•lam rancangan pembelajaran

Komponen·Kompon,n Rancangan Pembelajaran

I&.tl._, Ptmbtl•j•, lrt

H.tdf PtmbtbrjM'iMt

l\l/m•tfil1 Pttluli~iMt

KtC,•lattMll\•~\w•

kq:IH.tn Oonn

Ku11•11g

M•n•do

M•lang

Kot a

H'l7 I

l13

2721

16

PriW,'if'4t Ptmbtbj,nn

Tujo•nPfnJ,f't,aJ&r•n

~uipdM•t•Kuli~t

N.anwM1t1J:ullah

20 40 80 100

IGre!lk

Tulu11g•gu11g

r,.nggalek

~edirl

2S - -- _J-u Bahan Pembelajaran. Bahan pembelajaranze merupakan sumber belajar yang penting bagi pebe•lS

H lajar,, mayoritas (76.2%) responden rnenyertakanl1

30 diktat/buku/jurnal dalam rancangan pembelajaranI

2819 sedangkan bahan ajar dalam format audio maupun

Mojokerto H I-r-+ - 20

10 20 30 lS

,Kota

audio visual belum menjadi bagian penting dalam pembelajaran. Namun demikian sebagian pengajar sudah memanfaatkan komputer (40,6% dan internet(31,8%).

Tingkat Pendidikan. Tingkat pendidikan re•sponden sebagian besar Sarjana (SI) sebesar 336 orang (78%), kemudian berturut-turut Magister (S2) 104 orang, Doktor 18 orang (4%), Diploma 3 sebanyak 5 (2%) orang dan D2 sebanyak 3 orang sebesar I%.

Masa Kerja Responden. Berdasarkan rentangmasa kerja responden sebagian besar dengan jum• lah 51.7% responden menyatakan memiliki masa kerja 0-10 tahun, sedangkan hanya 3.4% responden memiliki masa kerja 31-40 Tahun.

Usia Responden. Usia responden mayoritas(30.7%) berusia diantara 41 - 50 tahun dan sebesar18% responden berusia antara 51 - 60 tahun.

Penyusunan Rancangan Pembelajaran. Seba• gian besar atau hampir seluruhnya para guru mern• persiapkan rancangan pembelajaran dalam melak• sanakan kegiatan pembelajaran. Terdapat 96.8% responden yang menyatakan menyusun rancangan pembelajaran sedangkan sebesar 3.0% responden tidak menyusun rancangan pembelajaran dikare• nakan tidak adanya format baku sebagai panduan dalam menyusun format pembelajaran. Berkaitan dengan komponen-komponen yang terdapat dalam rencana pembelajaran menunjukkan bahwa ada ke•cenderungan rancangan pembelajaran yang disusun

Gambar 3. Sumber belajar yang ada dalam ran•caogan pembelajaran

0 20 40 60 80

Pembelajaran pemecahan masalah. Berkaitan dengan pembelajaran untuk meningkatkan kapabil• itas pemecahan masalah, sebagian besar responden (85%) telah mernberikan soal-soal dalam bentuk pemecahan masalah riil dalarn kehidupan sehari hari.

Pembelajar.an pemecahan masalah

• Y~ • Tld;tk

oleh responden terdiri dari komponen-komponen disajikan pada garnbar 2 berikut.

I

Gambar 4. Pembelajaran pemecahan masalah

VULUMt LI, NUMUK. r, At'KfL /0 JUK.f"AL UAl'I

l~ptop

Pembel1Juan pemecahan masalah

• Ya • lidak

Gambar 5. Pembelajaran "pemecahan masalah masa depan

Dikembangkan lebih lanjut, berkaitan dengan pembelajaran untuk memecahkan rnasalah masa depan (misalnya persoalan riil 15 tahun yang akan datang) apakah juga sudah dilakukan, hanya sebe• sar 62% responden yang melakukan, selebihnya38% belum melakukan.

Fasilitas pribadi. Sebagian besar responden98% telah memiliki telepon genggam sebagai sara• na komunikasi, walaupun telepon genggam tersebut belum difungsikan sebagai sarana pembelajaran, narnun demikian ini merupakan awal yang baik un• tuk menuju ke arah pembelajaran berbasis rn-learn• ing (mobile learning). Demikian pula, pemilikan laptop bagi para tenaga pengajar sudah memadai, yaitu sebesar 90%, ini merupakan modal bagi pem• belajaran berbasis komputer dan dapat mengakses sumber belajar yang lebih beragam. Fasilitas lainn• ya disajikan pada Gambar berikut.

lCJl Oriyektor I O'-

~ut•ier ••• rn,

Penonal Komputtr ~•••••• , 47'X,

(96%), pengolah angka, dan pengolah multi media (teks, gambar, video, animasi) dengan powerpoint (83%), mindmanager (14%), multi media interaktif (13%). Berkaitan dengan kepemilikan akun email sebagai sarana kornunkasi digital, masih ada sekitar28% yang belurn memiliki email, walaupun seba•gian besar tenaga pengajar yaitu sebesar 72% telah memiliki email.

Pernahaman tentang blended learning. Kecend•erungan pembelajaran masa kini adalah kombina•si pembelajaran tatap muka, pembelajaran offline (komputer interaktif) dan pembelajaran on line (in• ternet). Pembelajaran yang secara tradisional den• gan basis tatap muka, saat ini juga bergerak ke arah pembelajaran offline dan online, demikian juga pembelajaran yang awalnya online seperti pem• belajaran jarah jauh juga mulai bergerak ke arah kombinasi tatap muka. Oleh karena itu kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran juga sudah mulai diarahkan ke arah blended. Berdasarkan data responden, yang sudah mengetahui adanya wacana blended learning sebesar 11 %, 41 % belum pemah mendengar, dan 48% persen tahu setelah ada kegia• tan penelitian ini. Gambaran tentang pengetahuan responden berkitan dengan blended learning disa• jikan pada garnbar berikut.

Men11tahui kata bfended learn inc

Gambar 7. Pengetahuan tentang terminologi blended learning

H•ndphone ~

800. 100% 11~

Kebutuhan pengembangan pembelajaran ber• basis blended learning. Blended learning merupa• kan pembelajaran rnasa kini dan masa depan yang perlu dikuasai oleh para tenaga pengajar, oleh kare•

Gambar o.Fasilitas pribadi yang imihk]

Keterampilan Komputer. Untuk dapat rneren• canakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pernbe• lajaran menjadi lebih efektif, efisien, dan menarik diperlukan keterampilan mengoperasikan komput• er. Keterampilan mengolah data melalui program komputer yang dikuasai, yaitu: pengalah kata

na itu diperlukan kegiatan pengembangan pembela• jaran berkaitan dengan isi pembelajaran (pemeca• han masalah) dan model pembelajaran (blended learning). Sebagian besar responden 97% setuju model pembelajaran pemecahan masalah berba• sis blended learning dikembangkan. Responden yang tidak setuju sebesar 3%, ada beberapa alasan ketidaksetujuannya yaitu malas belajar lagi karena

Audio 98'\,

\H8

Wasis D. Dwiyogo, Analisi Kebutuhan Pengembangan Model ... 77mendekati pensiun disemping itu sarna prasarana yang dimiliki sekolah sekrang ini masih banyak kendala. Alasan lain kalau teknologi menjadi ba• gian penting dengan pembelajaran, maka tugas pen• gajar harus selalui memperbaharui pengetahuannya karena teknologi berkembang terus.

Persetujuan pen1emb,i1ngan Model

• \eh+ju • lid•._ Hh,U

Gambar 8. Pengetahuan tentang terminologiblended learning

Untuk menyebarluaskan konsep, prinsip, prosedur, dan praktek dalam pembelajaran pemeca• han masalah berbasis blended learning tersebut dib• utuhkan pengembangan sumber belajar cetak, au• dio, audio visual, komputer, dan WEB. Sebagian besar responden menyatakan tingkat kebutuhan pengembangan sumber belajar tersebut sangat be• sar, berturut-turut pengembangan buku teks (98%), Audio (98%), video (98%), komputer (98%), dan WEB (90%). Secara diagram tingkat kebutuhan akan pengembangan bahan ajar pemecahan mas• alah berbasis blended learning tersebut disajikan sebagai berikut.

TingkatKebutuhan Pengembangan BahanAjar Blended Learning

~omputer ············-~!1911<\··········•••m•Gambar 9. Presentase kebutuhan pengemban•gan bahan ajar blended learning

KESIMPULANBerdasarkan hasil analis data kuntitatif yang di•peroleh kesimpulan sebagai berikut: (I) sebagian

besar responden telah rnelaksanakan pembelajaran melalui kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembelajaran, (2) model rancan• gan pembelajaran memiliki kornponen-kornponen sebagai berikut: nama mata kuliah/mata pelajaran, deskripsi mata kuliah/pelajaran, tujuan pembelaja• ran, kegiatan dosen/pengajar, kegiatan mahasiswa/ siswa, isi/materi pembelajaran, hasil pembelajaran, dan bahan pembelajaran yang digunakan. Sebagian belum memasukkan komponen prasyarat pernbela• jaran dan karakteristik mahasiswa/siswa di dalam merancang pembelajaran, (3) pembelajaran pe• mecahan masalah untuk meningkatkan kapabilitas pemecahan masalah, sebagian besar responden tel• ah mernberikan soal-soal dalam bentuk pemecahan masalah riil dalam kehidupan sehari hari rnaupun pemecahan masalah masa depan, (4) dalam kegia• tan pembelajaran sebagian besar responden telah memiliki keterampilan dasar komputer yaitu: yaitu pengalah kata, pengolah angka, dan pengolah multi media (teks, garnbar, video, animasi), (5) sebagian besar responden belum memahami pembelajaran blended learning, sebagian besar belum pemah mendengar oleh karena itu perlu dikembangkan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis blended learning, (6) blended learning merupakan pembelajaran masa kini dan masa depan yang per• lu dikuasai oleh para tenaga pengajar, oleh karena itu diperlukan kegiatan pengembangan pernbelaja• ran berkaitan dengan isi pembelajaran (pemecahan rnasalah) dan model pembelajaran (blended learn• ing). Sebagian besar responden 97% setuju model pembelajaran pemecahan masalah berbasis blend• ed learning dikembangkan. Responden yang tidak setuju sebesar 3%, ada beberapa alasan ketidaksetu• juannya yaitu malas belajar lagi karena mendekati pensiun disernping itu sarna prasarana yang dirniliki sekolah sekrang ini rnasih banyak kendala. Alasan lain kalau teknologi menjadi bagian penting dengan pembelajaran, maka tugas pengajar harus selalui memperbaharui pengetahuannya karena teknologi berkembang terus, (7) untuk menyebarluaskan kon• sep, prinsip, prosedur, dan praktek dalam pernbela•jaran pernecahan masalah berbasis blended learning tersebut dibutuhkan pengembangan sumber belajar cetak, audio, audio visual, komputer, dan WEB. Sebagian besar responden menyatakan tingkat ke• butuhan pengembangan sumber belajar tersebut sangat besar, berturut-turut pengembangan buku teks (98%), Audio (98%), video (98%), komputer (98%), dan WEB (90%). Secara diagram tingkat kebutuhan akan pengembangan bahan ajar perneca-

78 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 21, NOMOR I, APRIL 2014

han masalah berbasis blended learning tersebut disajikan sebagai berikut.

Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebutdi atas, saran lebih lanjut kegiatan penelitian ini adalah mengembangkan model pembelajaran pe• mecahan masalah berbasis blended learning yang perlu dilakukan pada tahun kedua. Model pemeca• han masalah berbasis blended learning yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut: (I) Ran• cangan pembelajaran pemecahan masalah berbasis blended learning; (2) Bahan Ajar Cetak (buku teks) kapabilitas pemecahan masalah; (3) Bahan Ajar cetak (buku teks) pembelajaran berbasis blended learning; (4) Bahan Ajar Audio dalarn bentuk MP3 yang dapat dimuat di komputer, MP3 Player, tele• pon genggam, dan WEB; (5) Bahan Ajar Video; (6) Bahan Ajar komputer (multi media interaktif); (7) Bahan ajar dalam telpon pintar dan tablet tm-Ieam• ing); dan (8) WEB pembelajaran dengan kata kunci pemecahan masalah dan Blended Learning.

DAFTAR RUJUKAN

Association for Educational Communications and Technology (AECT). I 979. Educational Technology: A Glossary of Terms. Washing• ton, D.C: AECT

Bersin, Josh. 2004. The Blended Beaming Book.Best Bractices, Proven Methodolo• gies, and lessons learned. San Francisco: Pfeiffer

Bransford, J., Sherwood, R., Vey, N., dan Reiser, J. I 986. Teaching Thinking and Problem Solving: Research Foundation. American Psychologist, 41 ( I 0), I 078-1089.

Degeng, LN.S. 1991. Landasan Teoritik Disain Pembelajaran. Malang: Fakultas Pascasar• jana fKIP Malang.

Frederiksen, N. 1984. Implication a/Cognitive The• ory for Instruction in Problem Solving. Re• view ofEducation Research, 54, 363-407.

Gagne, R.M., Briggs, L.J., Wager, W.W. 1992.Principles of instructional Design. NewYork: Holt, Rinehart and Winston.

Gagne, R.M. 1985. The Conditions of learning and Theory of Instruction. Fourth Edition. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Galbreth, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-Based Technology and Future Skill Ser. Educa• tional Technology, Vol XXXIX, Number 6, November-Desember 1999.

Januszewski, Al dan Molenda, Michael. 2008. Ed• ucational Technology. New York: Taylor & Francis Group, LLC

Marzano, R.J., Pickering, D., dan McTighe, J. 1993.Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Dimensions of Learn• ing Model. Alexandria: Assosiation for Su• pervision and Curriculum Development.

Thome, Kaye. 2003. Blended Learning: How to in• tegrate online & traditional learning. Lon• don: Kagan Page Limited.

Travers, R.M. W. 1982. Essen rials of learning, 5th Edition. New York: Macmillan Publishing Coy, Inc.

Walter, F.B. 1980. Becoming a Better Problem Solver. Ohio: Ohio Department of Educa• tion Columbus.