40
PENDAHULUAN Pterygium berasal dari bahasa Yunani yaitu “Pteron” yang artinya sayap (wing) Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak mata bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium dapat mengenai kedua mata. Pterigium bisa sangat bervariasi mulai dari yang kecil, jejas atrofik yang tidak begitu jelas sampai yang sangat besar sekali, dan juga jejas fibrovaskular yang tumbuh sangat cepat dan dapat merusak topografi kornea dan dalam kasus yang sudah lanjut, jejas ini kadangkala bisa menutupi pusat optik dari kornea. 1,2 Pterigium adalah suatu timbunan atau benjolan pada selaput lendir atau konjungtiva yang bentuknya seperti segitiga dengan puncak berada di di arah kornea. Pada American Academy of Ophthamology mendefenisikan pterigium sebagai lipatan konjungtiva yang berbentuk sayap dan merupakan jaringan fibrovaskular yang menyerang bagian superficial. 3 Di Amerika Serikat, kasus Pterigium sangat bervariasi tergantung pada lokasi geografisnya. Di daratan Amerika Serikat, prevalensinya berkisar kurang dari 2% untuk daerah diatas 400 lintang utara sampai 5-15 % untuk daerah garis lintang 280-360. Hubungan ini terjadi untuk tempat-tempat yang prevalensinya meningkat dan daerah-daerah elevansi yang terkena penyinaran ultraviolet untuk daerah dibawah garis lintang utara ini. Di dunia, hubungan antara menurunnya

DocumentLP

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ulkus kornea

Citation preview

Page 1: DocumentLP

PENDAHULUAN

     Pterygium berasal dari bahasa Yunani yaitu “Pteron” yang artinya sayap (wing) Pterigium

merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan

invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak mata bagian nasal ataupun

temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila

terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium dapat mengenai kedua

mata. Pterigium bisa sangat bervariasi mulai dari yang kecil, jejas atrofik yang tidak begitu

jelas sampai yang sangat besar sekali, dan juga jejas fibrovaskular yang tumbuh sangat cepat

dan dapat merusak topografi kornea dan dalam kasus yang sudah lanjut, jejas ini kadangkala

bisa menutupi pusat optik dari kornea.1,2

     Pterigium adalah suatu timbunan atau benjolan pada selaput lendir atau konjungtiva yang

bentuknya seperti segitiga dengan puncak berada di di arah kornea. Pada American Academy

of Ophthamology mendefenisikan pterigium sebagai lipatan konjungtiva yang berbentuk

sayap dan merupakan jaringan fibrovaskular yang menyerang bagian superficial.3

Di Amerika Serikat, kasus Pterigium sangat bervariasi tergantung pada lokasi geografisnya.

Di daratan Amerika Serikat, prevalensinya berkisar kurang dari 2% untuk daerah diatas 400

lintang utara sampai 5-15 % untuk daerah garis lintang 280-360. Hubungan ini terjadi untuk

tempat-tempat yang prevalensinya meningkat dan daerah-daerah elevansi yang terkena

penyinaran ultraviolet untuk daerah dibawah garis lintang utara ini. Di dunia, hubungan

antara menurunnya insidensi pada daerah atas lintang utara dan relatif terjadi peningkatan

untuk daerah dibawah garis balik lintang utara. 2

Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi paling tinggi terdapat di daerah khatulistiwa.

Pterigium juga sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita dan umumnya mengenai

orang-orang yang memiliki aktivitas diluar ruangan.  Prevalensi pterigium juga meningkat

dengan bertambahnya usia. Insiden pterigium paling banyak ditemukan pada usia 20-40

tahun. 2

    II.            ANATOMI DAN FISIOLOGI

Struktur dan fungsi mata sangat rumit dan mengagumkan. Secara konstan mata

menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan

jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.4

Mata  adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke

dalam, lapisan-lapisan tersebut adalah : 4

Sklera/kornea

Koroid/badan siliar/iris, dan

Page 2: DocumentLP

Retina

Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sclera

yang membentuk bagian putih.

Di anterior (kearah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan tempat lewatnya

berkas-berkas cahaya ke anterior mata.

Lapisan tengah dibawah sclera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung

pembuluh-pembuluh darah untuk member makan retina.

Lapisan paling dalam dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat

berpigmen disebelah luar dan sebuah lapisan saraf didalam.

Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energy cahaya

menjadi impuls syaraf.

Struktur mata manusia berfungsi utama mengfokuskan cahaya ke retina. Semua komponen-

komponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke retina mayoritas berwarna gelap untuk

meminimalisir pembentukan cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan

menyebabkan perubahan kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang

impuls-impuls saraf ini dan menjalarkannya ke otak.5

Konjungtiva merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus

permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera

(konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi palpebra (suatu

sambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea dilimbus.6,7

Sesuai dengan namanya, konjungtiva menghubungkan antara bola mata dan kelopak mata.

Dari kelopak mata bagian dalam, konjungtiva terlipat ke bola mata baik dibagian atas

maupun bawah. Refleksi atau lipatan ini disebut dengan forniks superior dan inferior. Forniks

superior terletak 8-10 mm dari limbus sedangkan forniks inferior terletak 8 mm dari limbus.

Lipatan tersebut membentuk ruang potensial yang disebut dengan sakkus konjungtiva, yang

bermuara melalui fissura palpebra antara kelopak mata superior dan inferior. Pada bagian

medial konjungtiva, tidak ditemukan forniks, tetapi dapat ditemukan karunkula dan plika

semilunaris yang penting dalam sistem lakrimal. Pada bagian lateral, forniks bersifat lebih

dalam hingga 14 mm dari limbus.7

Secara anatomi, konjungtiva terdiri atas 3 bagian: 7

1. Konjungtiva Palpebra

Mulai pada mucocutaneus junction yang terletak pada bagian posterior kelopak mata yaitu

daerah dimana epidermis bertransformasi menjadi konjungtiva. Dari titik ini, konjungtiva

melapisi erat permukaan dalam kelopak mata. Konjungtiva palpebra dapat dibagi lagi

Page 3: DocumentLP

menjadi zona marginal, tarsal, dan orbital. Konjungtiva marginal dimulai pada mucocutaneus

junction hingga konjungtiva proper. Punktum bermuara pada sisi medial dari zona marginal

konjungtiva palpebra sehingga terbentuk komunikasi antara konjungtiva dengan sistem

lakrimal. Kemudian zona tarsal konjungtiva merupakan bagian dari konjungtiva palpebralis

yang melekat erat pada tarsus. Zona ini bersifat sangat vaskuler dan translusen. Zona terakhir 

adalah zona orbital, yang mulai dari ujung perifer tarsus hingga forniks. Pergerakan bola

mata menyebabkan perlipatan horisontal konjungtiva orbital, terutama jika mata terbuka.

Secara fungsional, konjungtiva palpebra merupakan daerah dimana reaksi patologis bisa

ditemui.7

 

2. Konjungtiva Bulbi

Menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera dibawahnya. Konjungtiva bulbi dimulai

dari forniks ke limbus, dan bersifat sangat translusen sehingga sklera dibawahnya dapat

divisualisasikan. Konjungtiva bulbi melekat longgar dengan sklera melalui jaringan alveolar,

yang memungkinkan mata bergerak ke segala arah. Konjungtiva bulbi juga melekat pada

tendon muskuler rektus yang tertutup oleh kapsula tenon. Sekitar 3 mm dari limbus,

konjungtiva bulbi menyatu dengan kapsula tenon dan sklera. 7

 

3. Konjungtiva Forniks

Merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Lain halnya

dengan konjungtiva palpebra yang melekat erat pada struktur sekitarnya konjungtiva forniks

ini melekat secara longgar dengan struktur di bawahnya yaitu fasia muskulus levator palpebra

superior serta muskulus rektus. Karena perlekatannya bersifat longgar, maka konjungtiva

forniks dapat bergerak bebas bersama bola mata ketika otot-otot tersebut berkontraksi. 7

Konjungtiva di vaskularisasi oleh arteri ciliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini

beranastomosis dengan bebas dan bersama banyak vena konjungtiva yang umumnya

mengikuti pola arterinya membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang sangat banyak.

Pembuluh limfe konjungtiva tersusun didalam lapisan superfisial dan profundus dan

bergabung dengan pembuluh limfe palpebra membentuk pleksus limfatikus. Konjungtiva

menerima persarafan dari percabangan nervus trigeminus yaitu nervus oftalmikus. Saraf ini

memiliki serabut nyeri yang relatif sedikit.7

Secara histologis konjungtiva terdiri atas epitel dan stroma. Lapisan epitel konjungtiva terdir

atas 2-5 lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel

konjungtiva di dekat limbus, diatas caruncula, dan di dekat persambungan mukokutan pada

Page 4: DocumentLP

tepi kelopak mata terdiri atas sel-sel epitel skuamous bertingkat. Sel-sel superfisial

mengandung sel-sel goblet bulat dan oval yang mensekresi mukus. Mukus yang terbentuk

mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata  prakornea

secara merata. 7

Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan di dekat limbus

dapat mengandung pigmen. Lapisan stroma di bagi menjadi 2 lapisan yaitu lapisan adenoid

dan lapisan fibrosa. Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di beberapa tempat

dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid

tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2-3 bulan. Hal ini menjelaskan konjungtivitis

inklusi pada nenonatus  bersifat papilar bukan folikular dan mengapa kemudian menjadi

folikular. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng

tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papilar pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa

tersusun longgar pada bola mata. Kelenjar lakrimal aksesorius (kelenjar krause dan wolfring),

yang struktur fungsinya mirip kelenjar lakrimal terletak di dalam stroma. Sebagian besar

kelenjar krause berada di forniks atas, sisanya di forniks bawah. Kelenjar wolfring terletak di

tepi tarsus atas.7

 

 III.            ETIOLOGI

Hingga saat ini etiologi pasti pterygium masih belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor

resiko pterygium antara lain adalah paparan ultraviolet, mikro trauma kronis pada mata,

infeksi mikroba atau virus. Selain itu beberapa kondisi kekurangan fungsi lakrimal film baik

secara kuantitas maupun kualitas, konjungtivitis kronis dan defisiensi vitamin A juga

berpotensi menimbulkan pterygium. Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa etiologi

pterygium merupakan suatu fenomena iritatif akibat pengeringan dan lingkungan dengan

banyak angin karena sering terdapat pada orang yang sebagian besar hidupnya berada di

lingkungan yang berangin, penuh sinar matahari, berdebu dan berpasir. Beberapa kasus

dilaporkan sekelompok anggota keluarga dengan pterygium dan berdasarkan penelitian

menunjukkan riwayat keluarga dengan pterygium, kemungkinan diturunkan autosom

dominan.6,8

Terdapat banyak perdebatan mengenai etiologi atau penyebab pterygium. Disebutkan bahwa 

radiasi sinar Ultra violet B sebagai salah satu penyebabnya. Sinar UV-B merupakan sinar

yang dapat menyebabkan mutasi pada gen suppressor tumor p53 pada sel-sel benih embrional

di basal limbus kornea. Tanpa adanya apoptosis (program kematian sel), perubahan

pertumbuhan faktor Beta akan menjadi berlebihan dan menyebabkan pengaturan berlebihan

Page 5: DocumentLP

pula pada sistem kolagenase, migrasi seluler dan angiogenesis. Perubahan patologis tersebut

termasuk juga degenerasi elastoid kolagen dan timbulnya jaringan fibrovesikular, seringkali

disertai dengan inflamasi. Lapisan epitel dapat saja normal, menebal atau menipis dan

biasanya menunjukkan dysplasia. 3

Terdapat teori bahwa mikrotrauma oleh pasir, debu, angin, inflamasi, bahan iritan lainnya

atau kekeringan juga berfungsi sebagai faktor resiko pterygium. Orang yang banyak

menghabiskan waktunya dengan melakukan aktivitas di luar ruangan lebih sering mengalami

pterygium dan pinguekula dibandingkan dengan orang yang melakukan aktivitas di dalam

ruangan. Kelompok masyarakat yang sering terkena pterygium adalah petani, nelayan atau

olahragawan (golf) dan tukang kebun. Kebanyakan timbulnya pterygium memang

multifaktorial dan termasuk kemungkinan adanya keturunan (faktor herediter). 3

Pterygium banyak terdapat di nasal daripada temporal. Penyebab dominannya pterygium

terdapat di bagian nasal juga belum jelas diketahui namun kemungkinan disebabkan

meningkatnya kerusakan akibat sinar ultra violet di area tersebut. Sebuah penelitian

menyebutkan bahwa kornea sendiri dapat bekerja seperti lensa menyamping (side-on) yang

dapat memfokuskan sinar ultra violet ke area nasal tersebut. 3

Teori lainnya menyebutkan bahwa pterygium memiliki bentuk yang menyerupai tumor.

Karakteristik ini disebabkan karena adanya kekambuhan setelah dilakukannya reseksi dan

jenis terapi yang diikuti selanjutnya (radiasi, antimetabolit). Gen p53 yang merupakan

penanda neoplasia dan apoptosis  ditemukan pada pterygium. Peningkatan ini merupakan

kelainan pertumbuhan yang mengacu pada proliferasi sel yang tidak terkontrol daripada

kelainan degeneratif. 4

 

Paparan sinar matahari (UV)

Paparan sinar matahari merupakan faktor yang penting dalam perkembangan terjadinya

pterigium. Hal ini menjelaskan mengapa insidennya sangat tinggi pada populasi yang berada

pada daerah dekat equator dan pada orang –orang yang menghabiskan banyak waktu di

lapangan. 3

Iritasi kronik dari lingkungan (udara, angin, debu)

Faktor lainnya yang berperan dalam terbentuknya pterigium adalah alergen, bahan kimia

berbahaya, dan bahan iritan (angin, debu, polutan). UV-B merupakan mutagenik untuk p53

tumor supressor gen pada stem sel limbal. Tanpa apoptosis, transforming growth factor-beta

over produksi dan memicu terjadinya peningkatan kolagenasi, migrasi seluler, dan

angiogenesis. Selanjutnya perubahan patologis yang terjadi adalah degenerasi elastoid

Page 6: DocumentLP

kolagen dan timbulnya jaringan fibrovaskuler subepitelial. Kornea menunjukkan destruksi

membran Bowman akibat pertumbuhan jaringan fibrovaskuler. 3

 

Faktor risiko yang mempengaruhi antara lain :

1. Usia

Prevalensi pterygium meningkat dengan pertambahan usia banyak ditemui pada usia dewasa

tetapi dapat juga ditemui pada usia anak-anak. Tan berpendapat pterygium terbanyak pada

usia dekade dua dan tiga. 3,10

2. Pekerjaan

Pertumbuhan pterygium berhubungan dengan paparan yang sering dengan sinar UV. 3,10

3. Tempat tinggal

Gambaran yang paling mencolok dari pterygium adalah distribusi geografisnya. Distribusi ini

meliputi seluruh dunia tapi banyak survei yang dilakukan setengah abad terakhir

menunjukkan bahwa negara di khatulistiwa memiliki angka kejadian pterygium yang lebih

tinggi. Survei lain juga menyatakan orang yang menghabiskan 5 tahun pertama kehidupannya

pada garis lintang kurang dari 300 memiliki risiko penderita pterygium 36 kali lebih besar

dibandingkan daerah yang lebih selatan. 3,10

4. Jenis kelamin

Tidak terdapat perbedaan risiko antara laki-laki dan perempuan. 3,10

5. Herediter

Pterygium diperengaruhi faktor herediter yang diturunkan secara autosomal dominan. 3,10

6. Infeksi

Human Papiloma Virus (HPV) dinyatakan sebagai faktor penyebab pterygium. 3,10

7. Faktor risiko lainnya

Kelembaban yang rendah dan mikrotrauma karena partikel-partikel tertentu seperti asap

rokok , pasir merupakan salah satu faktor risiko terjadinya pterygium. 3,10

 

 IV.            PATOFISIOLOGI

Terjadinya pterygium sangat berhubungan erat dengan paparan sinar matahari, walaupun

dapat pula disebabkan oleh udara yang kering, inflamasi, dan paparan terhadap angin dan

debu atau iritan yang lain. UV-B merupakan faktor mutagenik bagi tumor supressor gene p53

yang terdapat pada stem sel basal di limbus. Ekspresi berlebihan sitokin seperti TGF-β dan

VEGF (vascular endothelial growth factor) menyebabkan regulasi kolagenase, migrasi sel,

dan angiogenesis. 3

Page 7: DocumentLP

Akibatnya terjadi perubahan degenerasi kolagen dan terlihat jaringan subepitelial

fibrovaskular. Jaringan subkonjungtiva mengalami degenerasi elastoid (degenerasi basofilik)

dan proliferasi jaringan granulasi fibrovaskular di bawah epitel yaitu substansia propia yang

akhirnya menembus kornea. Kerusakan kornea terdapat pada lapisan membran Bowman yang

disebabkan oleh pertumbuhan jaringan fibrovaskular dan sering disertai dengan inflamasi

ringan. Kerusakan membran Bowman ini akan mengeluarkan substrat yang diperlukan untuk

pertumbuhan pterygium.  Epitel dapat normal, tebal atau tipis dan kadang terjadi displasia. 3

Limbal stem cell adalah sumber regenerasi epitel kornea. Pada keadaan defisiensi limbal stem

cell, terjadi konjungtivalisasi pada permukaan kornea. Gejala dari defisiensi limbal adalah

pertumbuhan konjungtiva ke kornea, vaskularisasi, inflamasi kronis, kerusakan

membran basement dan pertumbuhan jaringan fibrotik. Tanda ini juga ditemukan pada

pterygium dan oleh karena itu banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pterygium

merupakan manifestasi dari defisiensi atau disfungsi localized interpalpebral limbal stem

cell. Pterygium ditandai dengan degenerasi elastotik dari kolagen serta proliferasi

fibrovaskuler yang ditutupi oleh epitel. Pada pemeriksaan histopatologi daerah kolagen

abnormal yang mengalami degenerasi elastolik tersebut ditemukan basofilia dengan

menggunakan pewarnaan hematoxylin dan eosin, Pemusnahan lapisan Bowman oleh jaringan

fibrovascular sangat khas. Epitel diatasnya biasanya normal, tetapi mungkin acanthotic,

hiperkeratotik, atau bahkan displastik dan sering menunjukkan area hiperplasia dari sel

goblet 2,3,8

                V. MANIFESTASI KLINIS

Pasien yang mengalami pterygium dapat tidak menunjukkan gejala apapun (asimptomatik).

Kebanyakan gejala ditemukan saat pemeriksaan  berupa iritasi, perubahan tajam penglihatan,

sensasi adanya benda asing atau fotofobia. Penurunan tajam penglihatan dapat timbul bila

pterygium menyeberang axis visual atau menyebabkan meningkatnya astigmatisme9

Pterigium memiliki tiga bagian : 9

Bagian kepala atau cap, biasanya datar, terdiri dari zona abu-abu pada kornea yang

kebanyakan terdiri atas fibroblast. Area ini menginvasi dan menghancurkan lapisan bowman

pada kornea. Gari zat besi (iron line/stocker’s line) dapat dilihat pada bagian anterior kepala.

Area ini juga merupakan area kornea yang kering.

Bagian whitish. Terletak langsung setelah cap. Merupakan sebuah lapisan vesicular yang tipis

yang menginvasi kornea seperti halnya kepala.

Page 8: DocumentLP

Bagian badan atau ekor, merupakan bagian mobile (dapat bergerak ), lembut, merupakan area

vesicular pada konjungtiva bulbi dan merupakan area paling ujung. Badan ini menjadi tanda

yang khas untuk dilakukan koreksi

  VI. JENIS DAN STADIUM

Jenis Pterigium : 10

Tipe vaskuler : pterigium tebal, merah, progresif biasanya ditemukan pada anak muda

(tumbuh cepat karena banyak pembuluh darah).

Tipe membranaceus : pterigium tipis seperti plastik, tidak terlalu merah biasanya terdapat

pada orang tua.

Stadium Pterigium : 10

–   Stadium I        : belum mencapai limbus

–   Stadium II       : sudah melewati limbus dan belum mencapai pupil

–   Stadium III     : sudah menutupi pupil

–   Stadium IV     : sudah melewati pupil

                          

Gambar 4 : pterigium  stadium 1                                          Gambar 5 : pterigium stadium 2

 

            Gambar 6 : pterigium  stadium 3                                                 Gambar 7 : pterigium

stadium 4

VII.            DIAGNOSIS

            Anamnesis

Pada anamnnesis didapatkan adanya keluhan pasien seperti mata merah, gatal, mata sering

berair, ganguan penglihatan. Selain itu perlu juga ditanyakan adanya riwayat mata merah

berulang, riwayat banyak bekerja di luar ruangan pada daerah dengan pajanan sinar mathari

yang tinggi, serta dapat pula ditanyakan riwayat trauma sebelumnya.2,8

 

            Pemeriksaaan fisik

Pada inspeksi pterygium terlihat sebagai jaringan fibrovaskular pada permukaan konjuntiva.

Pterygium dapat memberikan gambaran yang vaskular dan tebal tetapi ada juga pterygium

yang avaskuler danflat. Perigium paling sering ditemukan pada konjungtiva nasal dan

berekstensi ke kornea nasal, tetapi dapat pula ditemukan pterygium pada daerah temporal. 2

 

Pemeriksaan penunjang

Page 9: DocumentLP

Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan pada pterygium adalah topografi kornea untuk

menilai seberapa besar komplikasi berupa astigmtisme  ireguler yang disebabkan oleh

pterygium.2

 

       VIII. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding pterigium adalah pinguekula dan pseudopterigium. Pinguekula merupakan

benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orangtua, terutama yang matanya

sering mendapatkan rangsangan sinar matahari, debu, dan angin panas. Yang membedakan

pterigium dengan pinguekula adalah bentuk nodul, terdiri atas jaringan hyaline dan jaringan

elastik kuning, jarang bertumbuh besar, tetapi sering meradang. 1,5

Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Sering

pseudopterigium ini terjadi pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva

menutupi kornea. Pseudopterigium juga sering dilaporkan sebagai dampak sekunder penyakit

peradangan pada kornea. Pseudopterigium dapat ditemukan dibagian apapun pada kornea dan

biasanya berbentuk oblieq. Sedangkan pterigium ditemukan secara horizontal pada posisi jam

3 atau jam 9. 11

Table 1. Perbedaan pterigium dan pseudopterigium 11

Perbedaan Pterigium dan Pseudopterigium

  Pterigium Pseudopterigium

Etiologi Proses degenerasi Proses inflamasi

Umur Sering terjadi pada orang tuaTerjadi pada semua umur

Lokasi Pada konjungtiva nasal atau

temporal

Dapat terjadi pada semua

sisi dari konjungtiva

Stadium Progresif, regresif atau

stationer

Biasanya stasioner

Tes sondase Negative Positif

 

             IX. PENATALAKSANAAN

Mediakamentosa

Pterigium sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda. Bila pterigium

meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan. Pengobatan pterigium

adalah dengan sikap konservatif atau dilakukan pembedahan bila terjadi gangguan

penglihatan akibat terjadinya astigmisme ireguler atau pterigium yang telah menutupi media

penglihatan.1,2,12

Page 10: DocumentLP

Lindungi mata dengan pterigium dari sinar matahari, debu dan udara kering dengan kacamata

pelindung. Bila terdapat tanda radang berikan air mata buatan dan bila perlu dapat diberi

steroid.1,2,13

 

Tindakan operatif

Tindakan pembedahan adalah suatu tindak bedah plastik yang dilakukan dengan indikasi :

Pterigium telah memasuki kornea lebih dari 4 mm.

Pertumbuhan yang progresif, terutama pterigium jenis vaskular.

 Mata terasa mengganjal.

 Visus menurun, terus berair.

Mata merah sekali.

Telah masuk daerah pupil atau melewati limbus.

Alasan kosmetik.

Pascaoperasi biasanya akan diberikan terapi lanjut seperti pengggunaan sinar radiasi β atau

terapi lainnya untuk mencegah kekambuhan seperti mitomycin C. 11

Jenis Operasi pada Pterigium antara lain3,14:

Bare sklera : bertujaun untuk menyatukan kembali konjungtiva dengan permukaan sklera.

Kerugian dari teknik ini adalah tingginya tingkat rekurensi pasca pembedahan yang dapat

mencapai 40-75%.

Simple Closure : menyatukan langsung sisi konjungtiva yang terbuka, diman teknik ini

dilakukan bila luka pada konjuntiva relative kecil.

Sliding flap : dibuat insisi berbentuk huruf L disekitar luka bekas eksisi untuk memungkinkan

dilakukannya penempatan flap.

Rotational flap : dibuat insisi berbentuk huruf U di sekitar luka bekas eksisi untuk 

membentuk seperti lidah pada konjungtiva yang kemudian diletakkan pada bekas eksisi.

Conjungtival graft : menggunakan free graft yang biasanya diambil dari konjungtiva bulbi

bagian superior.

Bare sclera

Simple closure

 Sliding flap

Rotational flap

Conjungtival graft

Tindakan pembedahan untuk eksisi pterigium biasanya bisa dilakukan pada pasien rawat

jalan dengan menggunakan anestesi lokal, bila perlu diperlukan dengan memakai sedasi.

Page 11: DocumentLP

Perawatan pasca operasi, mata pasien biasanya merekat pada malam hari, dan dirawat

memakai obat tetes mata atau salep mata antibiotic atau antinflamasi 2

    X.            KOMPLIKASI. Komplikasi pterygium meliputi sebagai berikut:2

Pra-operatif:

Astigmat

Salah satu komplikasi yang disebabkan oleh pterygium adalah astigmat karena pterygium

dapat menyebabkan perubahan bentuk kornea akibat adanya mekanisme penarikan oleh

pterygium serta terdapat pendataran daripada meridian horizontal pada kornea yang

berhubungan dengan adanya astigmat. Mekanisme pendataran itu sendiri belum jelas. Hal ini

diduga akibat “tear meniscus” antara puncak kornea dan peninggian pterygium. Astigmat

yang ditimbulkan oleh pterygium adalah astigmat “with the rule” dan iireguler astigmat.

Kemerahan

Iritasi

Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea

Keterlibatan yang luas otot ekstraokular dapat membatasi penglihatan dan  menyebabkan

diplopia.

 

Intra-operatif:

Nyeri, iritasi, kemerahan, graft oedema, corneoscleral dellen (thinning), dan perdarahan

subkonjungtival dapat terjadi akibat tindakan eksisi dengan conjunctival autografting, namun

komplikasi ini secara umum bersifat sementara dan tidak mengancam penglihatan. 2

Pasca-operatif:

Komplikasi pasca eksisi adalah sebagai berikut:

Infeksi, reaksi bahan jahitan, diplopia, jaringan parut, parut kornea, graft konjungtiva

longgar, perforasi mata, perdarahan vitreus dan ablasi retina.

Penggunaan mitomycin C post operasi dapat menyebabkan ektasia atau nekrosis sklera dan

kornea

Pterygium rekuren.

 XI.            PROGNOSIS

Prognosis visual dan kosmetik dari eksisi pterigium adalah baik. Prosedur dapat ditoleransi

dengan baik oleh pasien, dan disamping rasa tak nyaman pada hari- hari pertama post-

operatif, pasien bisa melanjutkan aktivitas secara penuh dalam 48 jam. 2

Page 12: DocumentLP

http://www.artikelkedokteran.com/1439/pterigium-selaput-segitiga-pada-mata.html

Entropion

Definisi

Entropion adalah inverse atau membaliknya margo papebral (tepi kelopak mata) ke dalam

yang menyebabkan trikiasis dengan segala akibat pada kornea. Entropion terbagi dalam 3

jenis yaitu Entropion Involosi (Spastik)

Entropion Sikatrik

Entropion Kongenital

Tanda dan gejala entropion

Biasanya Klien mengeluh “merasa ada sesuatu dimata”

Keluhan lain bisa merupakan akibat ransangan mekanis dan kerusakan kornea yaitu nyeri,

lakrimasi dan fotofobi.

Pada inspeksi terlihat kelopak mata deviasi kedalam, konjungtiva tampak meradang

(konjungtiva bulbi merah), blefarspasme, abrasi kornea karena gesekan dari bulumata

sehingga kornea keruh atau mungkin terjadi ulkus kornea.

Manajemen Kolaboratif yang biasa dilakukan yakni:

1. Intervensi medis terhadap entropion adalah operasi (tarsotomi) untuk mengoreksi posisi

kelopak mata. Klien dipulangkan beberapa jam kemudian dan dianjurkan kembali pada hari

ke-4 untuk membuka jahitan.

2. Intervensi keperawatan terhadap pasien enropion adalah mengkaji gejala kekeringan atau

infeksi mata dan memberitahu klien cara meneteskan obat mata dan pentingnya melaporkan

drainase atau nyeri parah pada mata

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN INFEKSI PADA MATA

(KELOPAK MATA)

A. PENGKAJIAN

1. Keluhan utama

Tanyakan kepada klien adanay keluhan seperti nyeri, mata berair, mata merah, silau dan

sekret pada mata

2. Riwayat penyakit sekarang

Informasi yang dapat diperoleh meliputi informasi mengenai penurunan tajam penglihatan,

trauma pada mata, riwayat gejala penyakit mata seperti nyeri meliputi lokasi,awitan, durasi,

upaya mengurangi dan beratnya, pusing, silau.

Page 13: DocumentLP

3. Riwayat penyakit dahulu

Tanyakan pada klien riwayat penyakit yang dialami klien seperti diabetes mellitus, hrpes

zooster, herpes simpleks

4. Pengkajian fisik penglihatan

Ketajaman penglihatan

Uji formal ketajaman penglihatan harus merupakan bagian dari setiap data dasar pasien.

Tajam penglihatan diuji dengan kartu mata ( snellen ) yang diletakkan 6 meter.

Palpebra superior

Merah,sakit jikaditekan

Palpebra inferior

Bengkak, merah, ditekan keluar secret

Konjungtiva tarsal superior dan inferior

Inspeksi adanya :

- Papil, timbunan sel radang sub konjungtiva yang berwarna merah dengan pembuluh darah

ditengahnya

- Membran,sel radang di depan mukosa konjungtiva yang bila iangkat akan berdarah,

membran merupakan jaringan nekrotik yang terkoagulasi dan bercampur dengan fibrin,

menembus jaringan yang lebih dalam dan berwarna abu – abu.

- Pseudomembran, membran yang bila diangkat tidak akan berdarah

- Litiasis, pembentukan batu senyawa kalsium berupa perkapuran yang terjadipada

konjungtiviti kronis

- Sikatrik, terjadi pada trakoma.

Konjungtiva bulbi

- Sekresi

- Injeksi konjungtival

- Injeksi siliar

- Kemosis konjungtiva bulbi, edema konjungtiva berat

Page 14: DocumentLP

- Flikten peradangan disertai neovaskulrisasi

Kornea

- Erosi kornea, uji fluoresin positif

- Infiltrat, tertibunnya sel radang

- Pannus, terdapat sel radang dengan adanya pembuluh darah yang membentuk tabir kornea

- Flikten

- Ulkus

- Sikatrik

Bilik depan mata

- Hipopion, penimbunan sel radang dibagian bawah bilik mata depan

- Hifema, perdarahan pada bilik mata depan

Iris

- Rubeosis, radang pada iris

- Gambaran kripti pada iris

Pupil

- Reaksi sinar, isokor

- Pemeriksaan fundus okuli dengan optalmoskop untuk melihat

- Adanya kekeruhan pada media penglihatan yang keruh seperti pada kornea, lensa dan badan

kaca.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan iritasi atau infeksi pada mata

Kriteria hasil :

Nyeri berkurang, pasien merasa nyaman

Intervensi :

a. Anjurkan klien untuk mengompres mata dengan air hangat

b. Anjurkan pasien untuk tidak menggosok – gosok mata yang sakit terutama dengan tangan

c. Anjurkan pasien menggunbkan kacamata pelindung jika bepergian

d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik

Page 15: DocumentLP

2. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis, perubahan status kesehatan: adanya

nyeri;kemungkinan /kenyataan kehilangan penglihatan.

Kemungkinan dibuktikan oleh: ketakutan, ragu-ragu.menyatakan masalah perubahan hidup.

Hasil yang diharapkan

Tampak rileks dan melaporkan ansetas menurun sampai tingkat dapat diatasi.

Tindakan / Intervensi

1. Kaji tingkat ansetas, derajat pengalaman nyeri / timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan

kondisi saat ini.

2. Berikan informasi yang akurat dan jujur.

3. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan

penglihatan tambahan.

4. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.

5. Identifikasi sumber / orang yang dekat dengan klien.

3. Gangguan Sensori Perseptual : Penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori / status organ

indera. Lingkungan secara terapetik dibatasi.

Kemungkinan dibuktikan oleh: menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan

respon biasanya terhadap rangsang.

Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi

pasien akan :

Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.

Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

Tindakan / Intevensi

Mandiri

1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.

2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya.

3) Lkukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan seperti

kurangi kekacauan, ingatkan memutr kepala ke subjek yang terlihat dan perbaiki sinar suram

4) Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata dimana dapat terjadi bila

menggunakan tetes mata.

Page 16: DocumentLP

4. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan kontak sekret dengan mata sehat

atau mata orang lain

Hasil Yang Diharapkan/ Kriteria Evaluasi Pasien Akan :

Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema, dan demam.

Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi

Tindakan/intervensi:

1. Kaji tanda-tanda infeksi

2. Berikan therapi sesuai program dokter

3. Anjurkan penderita istirahat untuk mengurangi gerakan mata

4. Berikan makanan yang seimbang untuk mempercepat penyembuhan

Mandiri

a. Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.

b. Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar dengan

bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan.

c. Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang sakit kemudian yang sehat

d. Anjurkan untuk memisahkan handuk, lap atau sapu tangAn

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner and suddarth. ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa : dr.

H.Y. Kuncara dkk.Jakarta : EGC

2. Sidharta Ilyas. ( 2001 ).Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Penerbit FKUI

3. Ignativicus, Donna D. ( 1991 ). Medical Surgical Nursing. First edition. Philadelphia

4. Vera, H.D dan Margaret R.T.( 2000 ). Perawatan Mata. Yogyakarta : penerbit ANDI

Yogyakarta

http://mualimrezki.blogspot.com/2010/09/askep-klien-dengan-entropion.html

Z-plasty

From Wikipedia, the free encyclopedia

Page 17: DocumentLP

Z-plasty

Intervention

ICD-9-CM 86.84

Z-plasty is a versatile plastic surgery technique that is used to improve the functional and

cosmetic appearance of scars. It can elongate a contracted scar or rotate the scar tension line.

The middle line of the Z-shaped incision (the central element) is made along the line of

greatest tension or contraction, and triangular flaps are raised on opposite sides of the two

ends and then transposed. The length and angle of each flap are usually the same to avoid

mismatched flaps that may be difficult to close. Some possible complications of Z-plasty

include flap necrosis, haematoma (blood clot) formation under the flaps, wound infection,

trapdoor effect and sloughing (necrosis) of the flap caused by wound tension and inadequate

blood supply.

Contents

  [hide] 

1   Classification

2   Technique

3   Functional Z-plasty

4   Cosmetic Z-plasty

5   History

6   See also

7   References

8   External links

Classification[edit]

Z-plasties can be functional (elongate and relax scars) or cosmetic (realign scars to make

them less noticeable). They can be single or multiple. Variations include skew and

planimetric Z-plasties.

Technique[edit]

The transposition of two triangular flaps. The incisions are designed to create a Z shape with

the central limb aligned with the part of the scar that needs lengthening or re-aligning. The

traditional 60° angle Z-plasty will give a theoretical lengthening of the central limb of 75%.[1] Single or multiple z-plasties can be used. Specific modifications include the double-

opposing z-plasty (sometimes called a "jumping man" flap) which can be useful for release of

Page 18: DocumentLP

webbing of the medial canthus or release of 1st web space contractures. It is one of the

techniques used in scar revision, especially in burn scar contracture.

Functional Z-plasty[edit]

The lengthening of a scar. Used to help relax or release linear burn scar contractures. The

technique is dependent on the availability of mobile adjacent skin.

Cosmetic Z-plasty[edit]

The irregularisation of a scar to make it less noticeable. Re-alignment of the central element

can place the scar in natural skin tension lines and thereby disguise it. One of a family of

similar techniques (such a W plasty).

History[edit]

The first Z-plasty was performed by Horner in 1837, followed by Denonvilliers in 1854, both

for correction of ectropion.[2] The first standard double transposition Z-plasty was reported by

Berger in 1904, and McCurdy introduced the term in 1913.

http://en.wikipedia.org/wiki/Z-plasty#Technique

1. Pengertian

Entropion adalah suatu keadaan dimana kelopak dan bulu mata bagian bawah membalik

kedalam kearah bola mata.

2. Etiologi

kebanyakan kasus entropion terjadi karena pengenduran jaringan kelopak mata sebagai akibat

proses penuaan. Beberapa kasus terjadi karena pembentukan jaringan parut pada permukaan

dalam kelopak mata akibat luka baker kimia dan panas, peradangan atau reaksi

alergi.  Kadang entropion merupakan bawaan lahir karena kelopak mata tidak terbentuk

secara sempurna.

3.   Tanda dan Gejala

Pada kelopak mata entropion (biasanya kelopak bawah) melengkung kedalam. Kelopak mata

yang menekuk kedalam dan bulu matanya akan mengiritasi kornea yang rapuh dan sensitive

dan mata eksternal.

Efek yang biasa tampak pada entropion adalah pengeluaran air mata, infeksi kornea.

Entropion juga menghambat penutupan yang kedap udara, sehingga meningkatkan risiko

pemajanan mata.

Page 19: DocumentLP

4.   Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan pemeriksaan kelopak mata.

5.   Pengobatan

u Entropion harus diperbaiki melalui pembedahan sebelum gesekan kelopak dan bulu mata

menyebabkan kerusakan kornea.

u Pembedahan biasanya dilakukan dengan bius local dan penderita tidak perlu dirawat.

u Dilakukan pengencangan kelopak mata.

u Setelah pembedahan, mata ditutup selama 24 jam dan diberikan salep antibiotic selama

sekitar satu minggu.

MANAJEMENT KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Ø  Riwayat kesehatan pendahuluan diambil untuk menentukan masalah primer pasien, seperti

: kesulitan membaca, pandangan kabur, rasa terbakar pada mata, mata basah, pandangan

ganda, bercak dibelakang mata, atau hilangnya daerah penglihatan soliter (skotoma, myopia,

hiperopia). Perawat harus   menetukan apakah masalahnya hanya mengenai satu atau dua

mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini.

Ø  Mengeksplorasikan keadaan atau status okuler umum pasien : mengenakan kaca mata atau

lensa kontak, dimana terakhir dikaji, apakah pasien mendapat asuhan teratur seorang ahli

oftalmologi, pemeriksaan mata terakhir, pengukuran tekanan mata, kesulitan melihat (fokus)

pada jarak dekat atau jauh, keluhan dalam membaca atau menonton televisi, membedakan

warna, atau masalah penglihatan lateral atau perifer.

Ø  Apakah pasien mengalami cedera mata atau infeksi mata? Kapan?, masalah mata dalam

keluarga.

Ø  Riwayat penyakit yang terakhir diderita pasien :

·         Masa kanank-kanak : strabismus, ambliopia, cedera.

·         Dewasa : glaucoma, katarak, cedera atau trauma mata, kesalahan refraksi yang

dikoreksi atau tidak dikoreksi, dan bagaimana bentuk koreksinya. Pembedahan mata

Page 20: DocumentLP

sebelumnya, adakah penyakit diabetes, hipertensi, gangguan thyroid, gangguan menular

seksual, alergi, penyakit kardiovaskular dan kolagen, kondisi neurologik.

·         Penyakit keluarga : riwayat kelinan mata, pada family derajat pertama.

Ø  Pemahaman pasein mengenai perawatan dan penatalaksanaan mata harus digali untuk

mengindetifikasi kesalahan konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak

awal.

2.  Diagnosa Keperawatan

1)   Nyeri yang berhubungan dengan cedera, inflamasi, peningkatan TIO, atau intervensi

bedah.

2)   Ketakutan dan ansietas yang berhubungan dengan gangguan penglihatan dan kehilangan

otonomi.

3)   Perubahan persepsi sensori/persepsi (visual), yang berhubungan dengan trauma okuler,

inflamasi, infeksi, tumor, penyakit structural, atau degenerasi sel fotosensitif.

4)   Kurang pengetahuan mengenai perawatan praoperasi dan pascaoperasi.

5)   Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.

6)   Isolasi social yang berhungan dengan keterbatasan kemampuan untuk berpartisipasi

dalam aktivitas pengalih dan aktivitas social sekunder akibat kerusakan penglihatan.

3. Intervensi  dan Implementasi

1)   Meredakan nyeri :

� Balutan mata dapat membantu membatasi gerakan mata dan dan mengurangi nyeri yang

diakibatkan  trauma, goresan kornea dan peningkatan tekanan dalam mata.

� Setelah pembedahan, istirahatkan mata dengan mengurangi pencahayaan, gunakan lampu

pendar remang-remang untuk aktivitas.

� Instruksikan pasien menghindari membaca  untuk beberapa waktu setelah pembedahan atau

penyakit mata.

� Mengurangi nyeri dengan teknik relaksasi.

� Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotic untuk mengontrol ketidaknyamanan.

2)   Mengurangi ketakutan dan ansietas :

� Memberitahukan tentang hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostic dan tentang

diagnosis  kepada pasien.

� Libatkan pasien dalam rencana perawatan pasien.

3)   Mengurangi devrivasi sensori :

Page 21: DocumentLP

� Berikan reorientasi kepada pasien secara berkala terhadap realitas dan lingkungan dan

berikan jaminan, penjelasan, dan pemahaman.

4)   Meningkatkan pengetahuan :

� Beritahukan kepada pasien tentang  rencana pembedahan dan persiapan yang dilakukan

seningga pasien mengetahui dengan jelas tindakan perawtan yang dibutuhkan.

� Sebelum pembedahan oftalmik lakukan persiapan dengan perawatan yang cermat dan teliti

sehingga komplikasi dapat diminimalkan, kenyamanan tercapai.

� Jelaskan mengenai penggunaan anastesi yang akan diberikan, misalnya, anastesi umum

maka saluran pencernaan harus dievakuasi pagi sebelum pembedahan dan hanya makan

makanan cair.

� Memberikan tetes mata sebelum pembedahan, dan mempersiapkan pasien sebaik mungkin.

� Berikan antibiotic preoperatif sesuai anjuran yang diresepkan.

� Setelah pembedahan balut mata, biarkan pasien tetap ditempat tidur dalam posisi telentang

dengan bantal kesil dibawah kepala.

� Kolaborasi ahli oftalmologi bila ada laporan nyeri yang berlebihan setelah pembedahan

5)   Meningkatkan aktivitas perawatan diri :

� Motivasi pasien untuk melaksanakan perawatan diri optimal.

� Bantu aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai keperluan pasien.

� Bila pasien tidak dapat melihat, bantu pasien makan dan dorong pasien untuk makan sendiri

sesuai kemampuan pasien melakukannya.

� Instruksikan pasien untuk menghindari membaca sementara waktu.

� Tingkatkan defekasi optimal, kolaborasi pemberian pelunak feses.

� Botol obat dan instruksinya ditulis dengan huruf besar dan digunkan pencahayaan yang

memadai.

� Tingkatkan kenyamanan lingkungan pasein.

6)   Mendorong sosialisasi dan ketrampilan koping :

� Lakukan pendekatan kepada pasien, berikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan

perasaannya.

� Bantu pasien dalam belajar melakukan  koping, dan menyesuaikan diri terhadap situasi.

� Dorong pasien untuk menerima pengunjung dan bersosialisasi.

� Bila pasien tertarik lakukan aktivitas pengalihan, jika diperbolehkan pasien mendengarkan

radio, tape player, dan terapi okupasi untuk menjaga pikiran pasien tetap sibuk.

Page 22: DocumentLP

� Bila jelas terjadi kebutaan permanent lakukan penyuluhan ulang dalam pemenuhan aktivitas

kehidupan sehari-hari (AKS) oleh orang yang sudah dilatih secara khusus atau orang dengan

kondisi dan keprihatinan yang sama.

4. Evaluasi

1)   Nyeri hilang atau terkontrol.

2)   Ansietas terkontrol.

3)   pencegahan deteriorisasi visual yang lebih berat.

4)   pemahaman dan penerimaan penanganan.

5)   pemenuhan aktivitas perawatan diri termasuk pemberian obat.

6)   pencegahan isolasi social.

 DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta ; EGC.

Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter

Umum dan Mahasiswa Kedolteran. Jakarta : Sagung Seto.

Smeltzer C. Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner &

Suddarth Ed.8. Jakarta : EGC.

http://kumpulanlpdidith.blogspot.com/2011/10/entropion.html

LAPORAN OPERASI WAJIB ENTROPION

Oleh :

Nanang S Hidayat, S.KH / B04104044

Kelompok H PPDH I 2009/2010

Page 23: DocumentLP

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Entropion adalah suatu keadaan dimana kelopak dan bulu mata bagian bawah membalik ke

dalam ke arah bola mata. 

Kebanyakan kasus entropion terjadi karena pengenduran jaringan kelopak mata sebagai

akibat proses penuaan. Beberapa kasus terjadi karena pembentukan jaringan parut pada

permukaan dalam kelopak mata akibat luka bakar kimia dan panas, peradangan atau reaksi

alergi. Kadang entropion merupakan bawaan lahir karena kelopak mata tidak terbentuk secara

sempurna. 

TINJAUAN PUSTAKA

Entropion merupakan suatu kondisi dimana kelopak mata (palpebra) bagian bawah berbalik

ke dalam. Selain palpebra bagian bawah, entropion juga dapat terjadi pada palpebra bagian

atas atau dapat mengalami seluruh bagian tepi kelopak mata yang masuk kedalam. Sakit pada

bagian dalam kelopak mata dan adanya infeksi merupakan salah satu penyebab entropion.

Entropion mengakibatkan terjadinya iritasi pada kornea. Iritasi pada kornea dapat

menimbulkan pengeluaran leleran mucus, lakrimasi (epifora), keratitis superfisialis, dan

kekejangan palpebra. Serta ulcerasi kornea.

ETIOLOGI

Entropion dapat disebabkan oleh:

1. Trauma

Page 24: DocumentLP

Trauma yang dapat menimbulkan entropion adalah trauma atau tekanan yang mengenaik

conjunctiva, tarsus mata atau pinggiran kelopak mata

2. Spasmus muskulus orbicularis

3. Congenital

Yakni pada hewan yang mempunyai muskulus orbicularis pendek. Biasanya menyerang pada

anjing ras Chow, Boxer, Iris setter, Great Dane, Kucing Persia, Himalayan, atau pada ras

Brachicepalic (contohnya anjingPekingees).

4. Berkurangnya jumlah lemak dibelakang bola mata (kekurusan)

GEJALAKLINIS

Gejala klinis yang nampak dari entropion adalah :

1. Palpebramelekuk

2. Iritasi pada kornea

3. Pengeluaran air mata yang berlebih

4. Blepharospasm

5. Epifora

6. Daya penglihatan mata menurun

7. Keluar leleran mucus dari mata

8. Kejadian yang parah mengakibatkan ulcer pada cornea.

KLASIFIKASI

Etiologinya entropion dapat diklasifikasikan menjadi empat, yakni;

1. Congenital Entropion

Biasanya terjadi pada hewan yang memiliki muskulus orbicularis yang pendek misalnya;

Chow chow, Boxer, Great Dane, Kucing Persian, Himalayan atau pada ras Brachicephalic

contohnya Pekingese.

2. Acut Spastic Entropion

Entropion jenis ini terjadi karena adanya iritasi pada mata yang diakibatkan oleh infeksi,

keradangan, atau trauma.

3. Involutional entropion

4. Cicatrical entropon

Page 25: DocumentLP

Cicatrical entropion terjadi karena luka pada Conjunctiva dan Palpebra.

TERAPI

1. Menghilangkan penyebab penyakit

2. Operasi:

a. Metode Hotz

Prinsip operasi dengan metode Hotz adalah mengambil kulit dan muskulus orbicularis di

bawah kelopak mata yang inversi.

Pengambilan kulit dan muskulus orbicularis tidak boleh berlebihan karena menimbulkan

gangguan sebaliknya yaitu ectropion.

b. Metode Wheeler

Prinsip operasi metode Wheeler adalah membuat pendek M-Orbicularis dengan cara

memotong dan menyambungnya kembali dengan posisi tumpang tindih dan memindahkan

letak muskulus sedikit ke ventral dari aslinya.

Hasil dan Pembahasan

Status Present

Hewan : Kucing

Nama Hewan : No name

Jenis Kelamin : Betina

Umur : ± 2 Tahun

Ras : Lokal

Berat Badan : 2.72 kg

Temperatur : 38.5 ºC

Nafas : 40 kali/menit

Nadi : 138 kali/menit

Page 26: DocumentLP

Dari hasil anamnese, keadaan umum dan status present, diketahui bahwa hewan dalam

keadaan sehat . Temperatur dan denyut jantung menunjukkan angka yang normal pada saat

pemeriksaan disebabkan kucing sangat jinak dan tidak takut kepada manusia sehingga kucing

tidak atau sedikit mengalami stress. Frekuensi napas yang menunjukkan angka sedikit lebih

tinggi dari normal disebabkan kucing banyak bergerak sebelum pemeriksaan.

Pemeriksaan pasca anestesi menunjukkan temperatur di bawah angka yang diperoleh pada

status present, hal ini terjadi karena pengaruh obat bius yang dapat mendepres pusat-pusat

tersebut. Hal ini juga terlihat selama operasi terutama pada menit ke-15 sampai ke-75. Pada

hari ke-1 post operasi mulai terlihat peningkatan kembali temperatur, frekuensi napas dan

denyut jantung karena efek dari obat bius sudah mulai berkurang.

Pemeriksaan dan pengamatan pasca operasi menunjukkan keadaan kucing normal. Nafsu

makan sangat baik, urinasi dan defekasi teratur setiap hari dan keadaan jahitan baik. Pada

penggantian perban hari pertama, luka jahitan sudah agak kering dan pada hari ke-6 sudah

kering sehingga pada hari ke-7 sudah dapat dibuka jahitan. Antibiotik ampicillin diberikan

per oral setiap hari untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.

Gambaran status present yang ditunjukkan akibat penyuntikkan obat bius sesuai dengan

harapan, dimana terjadi peningkatan nadi, penurunan nafas dan suhu serta bertambahnya

diameter pupil yang menunjukkan obat anestesi bekerja dengan baik.

http://kandadvm.blogspot.com/2009/12/laporan-operasi-wajib-entropion.html

http://medicastore.com/penyakit/861/Entropion_&_Ektropion.html