30
Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal Referat Fakultas Kedokteran Januari 2013 Universitas Hasanuddin LUKA TEMBAK MASUK DAN LUKA TEMBAK KELUAR Oleh: Go Frenky P C11108317 Thomas Darmawan C11108362 Aswinie Ganesan C11108756 Nimmelen Kasava C11108789 Pembimbing Residen: dr. Muh. Husni Cangara, Ph.D, DFM Pembimbing Utama: drg. Peter Sahelangi, DFM Library Manager Date Signature

Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

luka tembak

Citation preview

Page 1: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal ReferatFakultas Kedokteran Januari 2013Universitas Hasanuddin

LUKA TEMBAK MASUK

DAN LUKA TEMBAK KELUAR

Oleh:

Go Frenky P C11108317Thomas Darmawan C11108362Aswinie Ganesan C11108756Nimmelen Kasava C11108789

Pembimbing Residen:

dr. Muh. Husni Cangara, Ph.D, DFM

Pembimbing Utama:

drg. Peter Sahelangi, DFM

Dibuat Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan KlinikPada Bagian Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran

Universitas HasanuddinMakassar 2013

Library ManagerDate Signature

Page 2: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

ii

Page 3: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

Lembar Pengesahan

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

1. Nama : Go Frenky PNIM : C11108317

2. Nama : Thomas DarmawanNIM : C11108362

3. Nama : Aswinie GanesanNIM : C11108756

4. Nama : Nemmelen KasavaNIM : C11108789

Judul Referat : Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Januari 2013

Pembimbing Utama Pembimbing Residen

(drg. Peter Sahelangi, DFM) (dr. Muh. Husni Cangara, Ph.D, DFM)

iii

Page 4: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

Daftar IsiLembar Pengesahan...........................................................................................................ii

A. Pendahuluan...............................................................................................................1

B. Mekanisme Luka Tembak..........................................................................................1

C. Luka Tembak Masuk..................................................................................................3

1. Luka Tembak Jarak Jauh/Indeterminate................................................................5

2. Luka Tembak Kontak.............................................................................................5

3. Luka Tembak Masuk Jarak Dekat..........................................................................9

4. Luka Tembak Masuk Jarak Menengah.................................................................10

5. Sapuan Peluru.......................................................................................................12

6. Luka Gores Senjata Api........................................................................................12

7. Luka Masuk Atipikal, Efek Target Intermediate, Luka Re-Entrant.....................13

D. Luka Tembak Keluar................................................................................................14

1. Beberapa Variasi Luka Tembak Keluar...............................................................16

Daftar Pustaka.................................................................................................................18

iv

Page 5: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

A. PendahuluanLuka tembak merupakan penyebab paling umum pada kasus pembunuhan pada

beberapa daerah metropolitan besar di Amerika Serikat. Maka dari itu diperlukan

pengetahuan tentang luka tembak serta dokumentasi yang dibutuhkan dalam otopsi

forensik luka tembak. Terlepas dari bervariasinya jenis senjata api yang beredar, luka

tembak memiliki karakteristik dasar yang membedakan antara luka tembak masuk dari

luka tembak keluar, dan menentukan kategori jarak penembakan. [1]

Luka tembak merupakan luka yang diakibatkan oleh penetrasi atau persentuhan

peluru dengan tubuh. Pada prakteknya, luka tembak memberikan gambaran yang

bervariasi pada tubuh manusia. [2]

Morfologi, jalur dalam tubuh, serta jalan keluar sebuah proyektil pada luka

tembak ditentukan oleh berbagai faktor. Sebelum sebuah proyektil membuat kontak

dengan tubuh, proyektil itu sendiri dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, berat (spesifikasi

produksi) dan senjata yang menembakkannya, adanya target perantara, dan lain-lain.

Karakteristik luka tembak pada jaringan dipengaruhi oleh jarak penembakan, jenis

jaringan (tulang atau lemak), seberapa dalam penetrasi protektil, serta adanya kavitas

permanen atau sementara. [1]

Berbagai tipe senjata api dapat memberikan luka dengan karakteristik berbeda

yang merefleksikan tipe senjata penyebab luka. Tetapi berbagai karekteristik luka

senjata api seringkali mirip satu sama lain pada berbagai jarak penembakan. [1,3]

B. Mekanisme Luka TembakPada luka tembak terjadi efek perlambatan yang disebabkan pada trauma

mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, hal ini terjadi akibat adanya transfer

energi dari luar menuju jaringan. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tergantung pada

absorpsi energi kinetiknya, yang juga akan menghamburkan panas, suara serta

gangguan mekanik yang lainya. Energi kinetik ini akan mengakibatkan daya dorong

peluru ke suatu jaringan sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi bila

1

Page 6: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

terdapat ruptur pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih

besar dari diameter peluru. [2,4]

Gambar 1. Diagram jalur proyektil menembus jaringan menunjukkan gelombang sonic yang mendahului peluru. Jalur proyektil itu sendiri merupakan rongga permanen, sedangkan rongga sementara dibentuk oleh peregangan daerah sekitarnya. [5]

Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang menembus

jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi jika terjadi pada jaringan

seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona-zona

disekitar luka. [6] Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan

membentuk rongga disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari

jaringan dan diameter rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan

mengecil sesaat setelah peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan

konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada organ berongga. Efek

luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan

adanya kerusakan sekunder seperti infark atau infeksi. [2,4]

Gambar 2. Mekanisme timbulnya luka tembak masuk di kulit [2]

2

Page 7: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

Tabel 1. Membedakan luka tembak masuk dan luka tembak keluar tipikal (tidak ada salah satu ciri yang patognomonis atau selalau ada) [7,8]

Luka tembak masuk Luka tembak keluarAbrasion ring Tidak ada abrasion ringTepi reguler, bulat sampai oval, efek “punched-out”

Defek laserasi dengan tepi irreguler

Tepi kulit masuk ke dalam Tepi kulit menonjol keluarLebih kecil dari diameter peluru dan luka tembak keluar

Lebih besar daripada luka tembak masuk

Ciri luka tembak jarak dekat Tidak ada ciri luka tembak jarak dekatBekas minyak pada tepi dalam Tidak ada bekas minyakPeningkatan CO pada jaringan Tidak ada peningkatan CO pada jaringan

Tabel 2. Jarak Luka Tembak [7,8]

Jarak Tembak Pistol Rifle Shotgun Ciri

Kontak 0 cm 0 cm 0 cm Defek sentral dengan abrasion ringBercak moncongKehitamanLuka stellata diatas tulang

Dekat < 1 cm <1 cm < 15 cm Defek sentral dengan abrasion ringBercak moncongTatoo terkonsentrasi

Sedang 1–65 cm 1 cm–1 m 15 cm–2 m Defek sentral dengan abrasion ringTattooKehitaman (±)

Jauh > 65 cm > 1 m > 2 m Defek sentral dengan abrasion ring

C. Luka Tembak MasukLuka tembak senjata api masuk secara tipikal berbentuk bulat sampai oval,

dengan permukaan yang halus dan daerah kelim lecet (abrassion ring) yang

mengelilingi pinggiran luka. Abrasion ring ini disebabkan oleh gesekan dari permukaan

kulit disekeliling luka dengan peluru disaat peluru membentuk cekungan masuk

(indentasi) sebelum menembus kulit. Jika peluru mengenai secara tegak lurus, abrasion

ring yang mucul akan bersifat seragam disekitar luka. [3,9]

3

Page 8: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

Gambar 3. Sebuah peluru mengindentasi kulit, membuat lubang, dan mengabrasi tepi luka tembak masuk pada kulit [3]

Gambar 4. A. Luka tembak masuk dari pistol berkaliber besar .45. B. Luka tembak masuk dari pistol berkaliber sedang 9 mm. Keduanya menunjukkan luka tembak masuk tipikal dengan defek bulat pada kulit dan tepi kelim lecet (abrasion ring) [9]

Jika peluru yang masuk mengenai kulit dengan sudut selain tegak lurus,

abrasion ring yang muncul akan melebar sepanjang tepi dimana peluru berasal

(terhadap arah moncong senjata api) [3]

Perlu diingat bahwa membedakan luka masuk dan luka keluar bukanlah hal yang

mudah. Dengan pengecualian luka jarak kontak dan jarak menengah, tidak ada ciri luka

tembak masuk senjata api (misal: bentuk, abrasion ring, ukuran) yang penting untuk

diagnostik luka tembak masuk. Tetapi keseluruhan ciri luka perlu dipertimbangkan

untuk membedakan antara luka tembak masuk dan luka tembak keluar. Perlu juga

4

Page 9: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

dicatat bahwa kaliber dari proyektil tidak bisa ditentukan hanya dengan mengandalkan

bentuk ukuran luka tembak masuk pada kulit. [3]

1. Luka Tembak Jarak Jauh/Indeterminate

Jika moncong senjata api lebih dari beberapa kaki dari kulit, tidak akan nampak

residu dari deposit apapun pada tubuh disekitar luka tembak. Luka jenis ini

diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak jauh. Beberapa praktisi menyebutnya sebagai

luka tembak jarak menengah, berdasarkan konsep bahwa seseorang tidak dapat

sepenuhnya menyingkirkan kemungkinan bahwa luka tembak yang dihasilkan

ditembakkan dari jarak dekat melalui target perantara yang menyaring residu senjata api

dari kulit. Hal ini juga perlu dipertimbangkan sebagai sebuah kemungkinan selama

pemeriksaan tempat kejadian perkara dan pemeriksaan badan senjata api yang

menyebabkan luka pada korban. [3]

Luka tembak jarak jauh adalah luka tembak dimana jarak antara moncong

senjata dengan korban diatas 70 cm, atau diluar jarak tempuh atau jangkauan butir-butir

mesiu. Luka ini terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di luar

jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau terbakar

sebagian. Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet. Bila

senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet dapat dilihat pengotoran

bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim kesat atau kelim lemak. [2]

Gambar 5. Luka Tembak Jarak Jauh [2]

2. Luka Tembak Kontak

Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan ditembakkan. Bila

tekanan pada tubuh erat disebut “hard contact”, sedangkan yang tidak erat disebut “soft

contact”. [3,6,10]

5

Page 10: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

Keluarnya berbagai gas panas, abu, partikel bubuk yang tidak terbakar atau

setengah terbakar, pecahan metalik, atau debris lain dari moncong senjata api,

bersamaan dengan anak peluru menghasilkan ciri khas pada kulit atau pakaian korban

penebakan. Ketika moncong senjata api diletakkan dekat dengan kulit korban ketika

ditembakkan, dihasilkan luka tembak kontak keras. Pada jenis luka ini, terdapat daerah

gelap deposisi abu (karbon) di sekitar tepi luka tembak masuk. Abu ini mengering pada

kulit akibat gas panas yang keluar dari moncong senjata api dan tidak dapat sepenuhnya

hilang dari luka. Ada kemungkinan untuk munculnya warna merah ceri (cherry red)

pada jaringan lunak dibawahnya akibat terbentuknya carboxyhemoglobin ketika karbon

monoksida terbetuk dari hentakan bubuk yang terbakar ke dalam jaringan bersamaan

dengan ledakan pada moncong senjata api. [3,6,10]

Bentuk luka tembak kontak sangat dipengaruhi oleh densitas jaringan yang

berada di bawahnya. Jika moncong senjata api diletakkan dekat dengan kulit yang

terletak diatas permukaan tulang yang rata, misal: tengkorak, terbentuklah luka tembak

stellata. Luka ireguler ini dapat berukuran cukup besar dan dihasilkan dari gas yang

keluar dari senjata api yang memisahkan bagian dasar dai luka, dengan hasil ruptur

eksplosif pada kulit ketika gas meluas. Walaupun seringkali luka yang berukuran besar

dan ireguler seringkali disalahartikan oleh orang yang tidak terlatih sebagai luka tembak

keluar, banyaknya jumlah abi seringkali tampak pada luka dan tulang dibawahnya

memberikan petunjuk atas keadaan sebenarnya. [3,6,10]

Proses yang sama dari ekspansi gas dibawah kulit dapat menghasilkan cetakan

moncong senjata api. Pada luka tembak kontak, gas dapat memisahkan dasar kulit dan

menyebabkan dasar kulit mengalami ekspansi atau “Baloon” keluar, yang secara paksa

memberikan tekanan moncong senjata api. Hal ini memberikan hasil abrasi imak yang

dapat mereplikasi secara parsial atau sepenuhnya konfigurasi moncong senjata api.

Defek luka sebenarnya juga dapat berbentuk stellata jika terjadi pada tengkorak. [3]

6

Page 11: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

Gambar 6. Luka tembak kontak [2]

Fenomena luka tembak tempel lainnya mengasilkan abu berbentuk radial dan

tercetak pada kulit yang meluas dari tepi luka tembak. Terdapat berbagai penjelasan atas

terjadinya fenomena ini, tetapi luka ini dihasilkan ketika setelah peluru menembus

tubuh, moncong peluru tergelincir atau berpindah posisi secara sesaat dimana gas panas

dan abu tetap keluar dari moncong senjata api. Hal tersebut mengasilkan gambaran abu

yang meluas secara radial dari luka tembak. [3]

Penjelasan lain dari fenomena ini adalah fenomena ini mewakili luka kontak

inkomplit, mengasilkan jeda kontak parsial antara moncong senjata api dan kulit,

menyebabkan adanya aliran gas panas yang meluar keluar dari luka. Walaupun pada

sebagian besar luka, daerah deposisi abu dan terbakar dapat diharapkan berbentuk

baling-baling atau sebaliknya berbentuk pita. Proses ini tampak lebih umum dijumpai

pada rifle rimfire kaliber .22, tetapi juga nampak muncul pada pistol dengan kaliber

besar. [3]

7

Page 12: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

Gambar 7. Luka tembak masuk – tempel. Luka tembak tempel dapat “hard” atau “loose”, tetapi pada keduanya, moncong senjata api menyentuh kulit ketika senjata api ditembakkan. Dimana luka tembak tempe “hard” moncong senjata api didorong ke arah kulit, mendesak ke dalam, dan seluruh material yang keluar dari moncong senjata api memasuki tubuh. A. Luka tembak masuk tempel “hard” pada dada. Gas memasuko kavitas thorax menyebabkan dinding dada menyembul keluar, menghasilkan tanda moncong senjata api. B. Luka tembak masuk tempel keras pada kepala. Luka tembak tempel pada kepala dapat bulat dengan tepi kehitaman. Seperti tampak pada gamber diatas, dapat juga berbentuk stellata dimana gas dari senjata api memasuki ruang antara kulit kepala dan tulang dibawahnya, merobek kulit dan menyebabkan laserasi radiasi. Tampak sedikit gambaran cherry red dari kulit disekeliling luka akibat efek lokal karbon monoksida. Cetakan moncong senjata api juga terjadi pada luka tembak tempel di kepala. C. Luka tembak masuk tempel “loose” di kepala. Pada luka tembak “loose” ada sedikit celah yang terbentuk antara moncong senjata api dan kulit sehingga muncul deposit abu disekeliling luka. D. Abu dari luka tembak tempel “loose” mudah tercuci.[11]

Kompensator moncong senjata api atau rem moncong senjata api juga dapat

memberikan penemuan khas pada kulit disekitar luka. Bagian ini merupakan alat pada

moncong senjata api yang memungkinkan gas langsung menuju ke atas dan secara tegak

lurus dari barrel senjata api yang membentu membatasi peninggian moncong senjata api

dan menurunkan recoil. Kompensator biasanya terdiri dari 2 slot yang dihaluskan pada

barrel dan/atau slide pada pistol atau senjata api lain. Hal ini menghasilkan tanda

(dengan cetakan dan/atau deposisi abu) pada kulit disekitar luka dalam bentuk “V”.

Tanda yang sama juga ditemukan pada flash supressor pada barrel pistol dan rifle, Pada

8

Page 13: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

kasus flash suppressor, luka bakar radial dapat meluas dari segala daerah luka,

tergantung dari tipe supressor yang terpasang. [3]

Gambar 8. Pola telinga kelinci (V) pada pakaian korban oleh abu yang dihasilkan oleh pistol kaliber .22 dengan rem moncong di akhir. [3]

3. Luka Tembak Masuk Jarak Dekat

Luka tembak masuk jarak sangat dekat (close wound) sering disebabkan

pembunuhan. Dengan jarak sangat dekat (±15 cm), maka akan didapati cincin memar,

tanda-tanda luka bakar, jelaga dan tattoo disekitar lubang luka masuk. [2] Pada daerah

sasaran tembak didapati luka bakar karena semburan api dan gas panas, kelim jelaga

(arang), kelim tattoo akibat mesiu yang tidak terbakar dan luka tembus dengan cincin

memar di pinggir luka masuk. [2,6,10]

Gambar 9. Luka Tembak jarak dekat [2]

Ketika barrel senjata api diletakkan dekat dengan kulit sampai jarak beberapa

sentimeter, abu dapat saja tidak menempel sepenuhnya pada kulit. Abu dari jenis luka

ini tidak tertempel seperti pada luka tembak kontak, dan dapat dihilangkan hampir

selutuhnya selama membersihkan darah dari luka. Sehingga dokumentasi pemerikaan

dan fotografik sebaiknya dilakukan sebelum pembersihkan. Ketika hal tersebut

dilakukan, pembersihan luka secara lembut degan air hangat dan sedikit penggosokan

9

Page 14: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

ringan dapat menghilangkan darah yang membeku dan tetap meninggalkan sebagian

besar abu pada kulit. Dalam kasus lain, keseluruhan pola distribusi abu dan daerahnya

sebaiknya didokumentasikan. Perlu diingat bahwa beberapa amunisi modern cukup

“bersih” dengan lebih sedikit deposisi abu dan bubuk dari yang diharapkan. [3]

4. Luka Tembak Masuk Jarak Menengah

Bersamaan dengan moncong senjata api menjauh dari kulit korban, dibelakang

jarak kontak atau jarak kontak longgar, dapat terjadi fenomena gunpowder stippling

atau tattoo [3,8]. Hal ini disebabkan oleh impaksi dari partikel mesiu yang tidak

terbakar sempurna atau tidak terbakar seluruhnya pada kulit korban, menyebabkan

abrasi-abrasi kecil. Adanya stippling/tattoo mengndikasikan dan menjelaskan luka

tembak jarak menegah. Pada beberapa kasus, partikel mesiu dapat tertinggal pada

abrasi. Beberapa area dapat diperiksa menggunakan kaca pembesar untuk menentukan

bentuk dan ukuran dari tanda abrasi serta keberadaan bubuk mesiu. [3]

Karena berbagai jenis mesiu memiiliki bentuk yang bebeda (contoh: bola, bola

datar, berlapis, silinder), tanda mesiu juga memiliki bentuk yang berbeda. Dalam kasus

pistol, stippling/tattoo biasanya terlihat pada jarak moncong dengan target antara 1 cm

atau kurang. Dengan mengukur dimensi area stippling pada kulit korban dan

membandingkan dengan yang terdapat pada uji tembak senjata api yang diduga pada

berbagai jarak, perkiraan jarak antara moncong dengan jorban dapat ditentukan. [3]

Ketika mengukur luas stippling, seseorang sebaiknya mengukur diameter daerah

tanda stippling primer, tanpa mengikutsertakan daerah luar. Distribusi stippling

disekitar luka juga perlu diperhatikan (misal, terbagi sama pada semua kuadran yang

mengelilingi luka atau lebih prominen pada beberapa kuadran) [3]

Jika moncong senjata api cukup dekat dengan korban, deposisi abu dan stippling

dapat muncul. Hal ini secara umum mengindikasikan jarak penembakan yang dekat

dengan jarak antara moncong senjata api dengan target hanya beberapa sentimeter. [3,8]

10

Page 15: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

Gambar 8. Luka Tembak jarak menegah. Stippling [8]

Beberapa fenomena dapat menyerupai stippling atau tattoo mesiu yang

sebanrnya (pseudostippling), antara lain abrasi tekan dengan tanah atau kerikil, tanpa

digigit serangga, hamburan peluru (disebabkan oleh senjata yang mengenai permukaan

yang keras dekat tubuh dan secara ekstensif terpecah-pecah), tanda jahitan, dan abrasi

kecil yang disebabkan oleh pencukuran postmortem. Tetapi tanda stippling mesiu yang

sebenarnya biasanya memiliki bentuk yang terdistribusi seimbang. Pseudostippling

seringkali memiliki bentuk dan konfigurasi yang bervariasi. [3]

Jika moncong senjata api berada dekat dengan kulit dengan sudut tertentu

dengan tubuh, dapat terlihat luka tembak masuk bersudut. Pada kasus ini, deposisi abu

atau mesiu pada titik yang berbeda di sekitar kulit akan memberikan bentuk asimetris

tergantung dari sudut lintasan dan jarak moncong senjata api dengan target. Tetapi

daerah dari deposisi abu atau stippling mesiu secara umum akan lebih pada pada sisi

yang dekat dengan moncong senjata api, tetapi akan lebih meluas dan kurang padat pada

sisi berlawanan dengan moncong senjata api.

Pakaian atau penutup lain dapat menahan abu atau stippling mesiu dari tubuh

sebagian atau seluruhnya. Sehingga, pakaian diatas luka tembak sebaiknya selalu

dievaluasi secara langsung oleh pathologis forensik dan diserahkan untuk pengujian

kriminalistik lebih lanjut untuk residu senjata api jika jarak penembakan merupakan

pokok persoalan yang penting. [3]

11

Page 16: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

5. Sapuan Peluru

Perlu diketahui untuk tidak bingung dalam membedakan abu yang berada

disekitar luka tembak kontak atau jarak menengah dengan sapuan peluru. Jika peluru

melewati barrel senjata api, peluru akan menyelimuti dirinya dengan bubuk, abu,

timbal, tanah, minyak dan material lain yang menyelimuti bagian bore pistol. Hal

tersebut dapat di transfer dengan atau tersapu pada defek tepi peluru pada kulit atau

pakian korban, memberikan diskolorasi berwarna abu-abu dengan tepi tipis pada tepi

luka. Hal ini dapat terlihat pada jarak kontak atau jauh, dan tidak berhubungan dengan

jarak penembakan. [3]

6. Luka Gores Senjata Api

Lintasan proyektil dapat tangensial terhadap perukaan kulit. Pada kasus ini,

peluru menepis kulit, merusak lapisan superfisial dari kulit dan subkutis, menghasilkan

jenis luka gores. Luka jenis ini seringkali sulit ditentukan arah luka goresnya, tetapi

biasanya abrasi dengan bentuk yang jelas tampak pada ujung luka gores,

mengindikasikan lokasi kontak pertama oleh peluru. Kadang, robekan kulit oleh

lewatnya peluru menghasilkan penonjolan kulit ke arah luka. Secara umum, penonjolan

kulit ini menunjukkan arah dimana peluru datang. Jika penemuan tersebut tampak dan

konsisten, pendapat tentang arah peluru dapat ditentukan. [3]

Gambar 9. Luka gores [1]

12

Page 17: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

7. Luka Masuk Atipikal, Efek Target Intermediate, Luka Re-Entrant

Luka masuk senjata api yang berbentuk bulat/oval tipikal dihasilkan dari peluru

yang stabil dan terus menerus berputar menekan dan menembus kulit. Jika peluru telah

mengalami demofrmasi dan tidak tabil, dihasilkan luka masuk yang atipikal. Luka

atipikal memiliki bentuk irreguler dengan abrasi irreguler pada tepi nya. [3]

Sebuah peluru dapat menjadi tidak stabil ketika mengenai target intermediate

atau disebut juga sebagai target interposed. Target tersebut bisa saja merupakan struktur

apapun yang ditembus peluru sebelum mengenai korban. Target intermediate yang

umum antara lain pintu atau kaca mobil, pintu atau jendela rumah, dan bantal. Ketika

hal ini terjadi, peluru dapat oleng dibandingkan menghasilkan lintasan yang stabil dan

lurus. Hal ini dapat menyebabkan peluru mengenai korban pada sisi atau dasarnya

terlebih dahulu. Paluru juga dapat mengalami deformasi dan kecacatan, bahkan rusak,

dengan bagian dari peluru atau target intermediate mengenai tubuh. Hal ini

menghasilkan luka yang besar dan irreguler, luka satelit yang lebih kecil juga dihasilkan

dari pecahan peluru yang seringkali terlihat mengelilingi kulit. Ketika peluru richochets

mengenai permukaan yang keras sebelum mengenai tubuh, biasanya akan mengalami

deformasi, sehingga luka atipikal yang mirip juga dapat muncul. [3,9]

Sebuah peluru juga dapat melewatu satu bagian tubuh, biasanya lengan atau

tungkai, sebelum memasuki bagian tubuh lain, misalnya dada. Luka pada dada disebut

juga sebagai luka re-entrant atau luka re-entrance, dan dapat irreguler, dengan

karakteistik luka senjata api atipikal. Jika dua bagian tubuh berdekatan secara

berlawanan ketika luka diterima, baik luka keluar dan luka re-entrant akan menunjukkan

kontusio dan/atau abrasi. [3]

Gambar 10. Luka tembak keluar dan re-entrant (ditunjuk panah) pada axilla [3]

13

Page 18: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

D. Luka Tembak KeluarJika peluru yang ditembakan dari senjata api mengenai tubuh korban dan

kekuatannya masih cukup untuk menembus dan keluar pada bagian tubuh lainnya, maka

luka tembak dimana peluru meninggalkan tubuh itu disebut luka tembak keluar.

Bilamana peluru yang masuk ke dalam tubuh korban tidak terbentur pada tulang, maka

saluran luka yang terbentuk yang menghubungkan luka tembak masuk dan luka tembak

keluar dapat menunjukkan arah datangnya peluru yang dapat disesuaikan dengan arah

tembakan. [2]

Luka tembak keluar biasanya irreguler, tidak memiliki cincin abrasi, dan tidak

menampakkan deposisi abu atau stippling. Luka tembak keluar biasanya memiliki

konfigurasi stellata, atau pada kejadian luka tembak keluar kecepatan rendah memiliki

konfigurasi seperti sayatan (slitlike). Hal tersebut dapat menipu penampakan tajam dan

meniru luka tusuk. [2,3,8]

Gambar 10. Luka tembak keluar [7]

Kesalahpahaman umum diantara orang yang belum terlatih adalah luka keluar

selalu lebih besar daripada luka masuk. Tetapi hal ini seringkali salah, terutama pada

kasus luka kontak pada kepala. Seperti telah diberitahukan sebelumnya, luka tembak

masuk biasanya besar dan stellata, dibandingkan dengan luka tembak keluar yang cukup

kecil. Keluarnya lemak atau viscera melalui luka juga seringkali disalahartikan bahwa

luka tersebut merupakan luka keluar. Faktanya, lemak atau viscera dapat mengalami

herniasi dari luka akibat efek gravitasi atau tekanan, dan penemuan ini tidak dapat

14

Page 19: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

digunakan untuk menentukan apakah luka tersebut merupakan luka keluar atau luka

masuk. [3,9]

Adapun faktor –faktor yang menyebabkan luka tembak keluar lebih besar dari

luka tembak masuk adalah: [2]

1. Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada

dalam tubuh dan membentur tulang.

2. Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya

karena terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung

ke ujung (end to end), keadaan ini disebut “tumbling”.

3. Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan, disebut “yawing”.

4. Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan

luka tembak keluar menjadi lebih besar.

5. Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa

keluar, maka fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan

sehingga akan memperbesar luka tembak keluarnya.

Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak masuk,

hal ini disebabkan: [2]

1. Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang,

sehingga kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu

diketahui bahwa kemampuan peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan

berhubungan langsung dengan ukuran peluru dan velocity.

2. Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan

keluar yang berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembak keluar akan

lebih kecil bila dibandingkan dengan luka tembak masuk.

15

Page 20: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

Gambar 11. Menunjukka sebuah proyektil kecepatan rendah. Proyektil tidak memiliki energi untuk membuat laserasi pada kulit. [1]

Luka tembak keluar yang ditopang dihasilkan ketika kulit pada titik keluarnya

peluru ditopang oleh beberapa objek yang menyebabkan abrasi disekitar luka keluar.

Objek tersebut dapat merupakan pakaian yang ketat atau berat, lantai dibawah korban,

sandaran kursi, atau benda lain yang menekan daerah luka keluar. Pada kasus ini, kulit

pada titik luka keluar membentuk tenda keluar oleh peluru yang keluar dan didoring

melalui material penopang, menyebabkan abrasi, kontusio, dan/atau laserasi pada kulit

disekitar luka keluar. Abrasi dapat saja berpola, menyerupai bentuk dan karakteris dari

merial yang menopang. Pada beberapa kasus, peluru gagal untuk keluar dari kulit dan

daat ditemukan pada subkutis atau demis, ketika menyebabkan abrasi atau kontusio dari

kulit dibawahnya. [3]

1. Beberapa Variasi Luka Tembak Keluar

Luka tembak keluar sebagian (partial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh

karena tenaga peluru tersebut hampir habis atau ada penghalang yang menekan pada

tempat dimana peluru akan keluar, dengan demikian luka dapat hanya berbentuk celah

dan tidak jarang peluru tampak menonjol sedikit pada celah tersebut. [3,6]

Jumlah luka tembak keluar lebih banyak dari jumlah peluru yang ditembakkan, ini

dimungkinkan karena : [3,6]

1. Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak

keluar.

16

Page 21: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

2. Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong

keluar pada tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru.

3. Dua peluru masuk ke dalam tubuh melalui satu luka tembak masuk (“tandem

bullet injury”), dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah dan keluar

melalui tempat yang berbeda.

17

Page 22: Luka Tembak Masuk Dan Luka Tembak Keluar (Referat Forensik)

Daftar Pustakax

1.Lew E, Dolinak D, Matshes E. Firearm Injuries. In Dolinak D, Matshes EW, Lew EO. Forensic Pathology: Principles and Practice. California: Elsevier Academic Press; 2005. p. 164-200.

2.Algozi AM. Luka Tembak. In Apuranto H, Hoediyanto , editors. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. 7th ed. Surabaya: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; 2011. p. 99-144.

3.DiMaio VJM. An Introduction to Classification of Gunshot Wound. In DiMaio VJM. Gunshot Wounds: Practical Aspect of Firearms, Ballistics and Forensic Techniques. 2nd ed. Boca Raton: CRC Press; 1999. p. 83-140.

4.Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. In Luka Akibat Senjata Api. Jakarta: FKUI; 1997. p. 44-8.

5.Fackler ML. Ballistic Injury. Ann Emerg Med. 1986 December; 15(12): p. 1451-5.

6.Knight B. Firearm and Explosive Injuries. In Simpson's Forensic Medicine. 11th ed. New York: Oxford University Press Inc.; 1997. p. 65-71.

7.Payne-James J, Byard R, Corey T, Henderson C. Injury, Fatal and Nonfatal/Firearm Injuries. In Encyclopedia of Forensic and Legal Medicine.: Academic Press; 2005. p. 111-8.

8.Shkrum MJ, Ramsay DA. Penetrating Trauma: Close-Range Firearm Wounds. In Forensic Pathology of Trauma: Common Problems for Pathologist. 1st ed. New Jersey: Humana Press; 2006. p. 295-356.

9.Denton JS, Segovia A, Filkins JA. Practical Pathology of Gunshot Wounds. Arch Pathol Lab Med. 2006 September; 130: p. 1283-9.

10.Dodd MJ. Pathological Range of Fire. In Terminal Ballistics: A Text and Atlas of Gunshot Wounds. Boca Raton: CRC Press; 2006. p. 3577.

11.Finkbeiner WE, Ursell PC, Davis RL. In Autopsy Pathology: A Manual and Atlas. 2nd ed. Philadelphia: Elseveir; 2009. p. 272.

x