Upload
putridwierlinda
View
28
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fk
Citation preview
Lupus Eritematosus Sistemik DEFINISI
Lupus Eritematosus Sistemik (Lupus Eritematosus Disseminata, Lupus) adalah suatu penyakit autoimun menahun yang menimbulkan peradangan dan bisa menyerang berbagai organ tubuh, termasuk kulit, persendian dan organ dalam.
Pada setiap penderita, peradangan akan mengenai jaringan dan organ yang berbeda. Beratnya penyakit bervariasi mulai dari penyakit yang ringan sampai penyakit yang menimbulkan kecacatan, tergantung dari jumlah dan jenis antibodi yang muncul dan organ yang terkena.
PENYEBAB
Dalam keadaan normal, sistem kekebalan berfungsi mengendalikan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi. Pada lupus dan penyakit autoimun lainnya, sistem pertahanan tubuh ini berbalik melawan tubuh, dimana antibodi yang dihasilkan menyerang sel tubuhnya sendiri. Antibodi ini menyerang sel darah, organ dan jaringan tubuh, sehingga terjadi penyakit menahun. Mekanisme maupun penyebab dari penyakit autoimun ini belum sepenuhnya dimengerti.
Penyebab dari lupus tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor lingkungan dan keturunan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus:
Infeksi Antibiotik (terutama golongan sulfa dan penisilin) Sinar ultraviolet Stres yang berlebihan Obat-obatan tertentu Hormon.
Meskipun lupus diketahui merupakan penyakit keturunan, tetapi gen penyebabnya tidak diketahui. Penemuan terakhir menyebutkan tentang gen dari kromosom 1. Hanya 10% dari penderita yang memiliki kerabat (orang tua maupun saudara kandung) yang telah maupun akan menderita lupus. Statistik menunjukkan bahwa hanya sekitar 5% anak dari penderita lupus yang akan menderita penyakit ini.
Lupus seringkali disebut sebagai penyakit wanita walaupun juga bisa diderita oleh pria. Lupus bisa menyerang usia berapapun, baik pada pria maupun wanita, meskipun 10-15 kali lebih sering ditemukan pada wanita.
Faktor hormonal mungkin bisa menjelaskan mengapa lupus lebih sering menyerang wanita. Meningkatnya gejala penyakit ini pada masa sebelum menstruasi dan/atau selama kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon (terutama estrogen) mungkin berperan dalam timbulnya penyakit ini. Meskipun demikian, penyebab yang pasti dari lebih tingginya angka kejadian pada wanita dan pada masa pra-menstruasi, masih belum diketahui.
Kadang-kadang obat jantung tertentu (hidralazin, prokainamid dan beta-bloker) dapat menyebabkan sindroma mirip lupus, yang akan menghilang bila pemakaian obat dihentikan.
GEJALA
Jumlah dan jenis antibodi pada lupus, lebih besar dibandingkan dengan pada penyakit lain, dan antibodi ini (bersama dengan faktor lainnya yang tidak diketahui) menentukan gejala mana yang akan berkembang. Karena itu, gejala dan beratnya penyakit, bervariasi pada setiap penderita.
Perjalanan penyakit ini bervariasi, mulai dari penyakit yang ringan sampai penyakit yang berat. Gejala pada setiap penderita berlainan, serta ditandai oleh masa bebas gejala (remisi) dan masa kekambuhan (eksaserbasi). Pada awal penyakit, lupus hanya menyerang satu organ, tetapi di kemudian hari akan melibatkan organ lainnya.
Otot dan kerangka tubuh Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri persendian dan kebanyakan menderita artritis. Persendian yang sering terkena adalah persendian pada jari tangan, tangan, pergelangan tangan dan lutut. Kematian jaringan pada tulang panggul dan bahu sering merupakan penyebab dari nyeri di daerah tersebut. Kulit Pada 50% penderita ditemukan ruam kupu-kupu pada tulang pipi dan pangkal hidung. Ruam ini biasanya akan semakin memburuk jika terkena sinar matahari. Ruam yang lebih tersebar bisa timbul di bagian tubuh lain yang terpapar oleh sinar matahari. Ginjal Sebagian besar penderita menunjukkan adanya penimbunan protein di dalam sel-sel ginjal, tetapi hanya 50% yang menderita nefritis lupus (peradangan ginjal yang menetap). Pada akhirnya bisa terjadi gagal ginjal sehingga penderita perlu menjalani dialisa atau pencangkokkan ginjal. Sistem saraf Kelainan saraf ditemukan pada 25% penderita lupus. Yang paling sering ditemukan adalah disfungsi mental yang sifatnya ringan, tetapi kelainan bisa terjadi pada bagian manapun dari otak, korda spinalis maupun sistem saraf. Kejang, psikosa, sindroma otak organik dan sakit kepala merupakan beberapa kelainan sistem saraf yang bisa terjadi. Darah Kelainan darah bisa ditemukan pada 85% penderita lupus. Bisa terbentuk bekuan darah di dalam vena maupun arteri, yang bisa menyebabkan stroke dan emboli paru. Jumlah trombosit berkurang dan tubuh membentuk antibodi yang melawan faktor pembekuan darah, yang bisa menyebabkan perdarahan yang berarti. Seringkali terjadi anemia akibat penyakit menahun. Jantung Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi, seperti perikarditis, endokarditis maupun miokarditis. Nyeri dada dan aritmia bisa terjadi sebagai akibat dari keadaan tersebut. Paru-paru Pada lupus bisa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi pleura (penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya).
Akibat dari keadaan tersebut sering timbul nyeri dada dan sesak nafas.
Gejala dari penyakit lupus: - demam - lelah - merasa tidak enak badan - penurunan berat badan - ruam kulit - ruam kupu-kupu - ruam kulit yang diperburuk oleh sinar matahari - sensitif terhadap sinar matahari - pembengkakan dan nyeri persendian - pembengkakan kelenjar - nyeri otot - mual dan muntah - nyeri dada pleuritik - kejang - psikosa.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: - hematuria (air kemih mengandung darah) - batuk darah - mimisan - gangguan menelan - bercak kulit - bintik merah di kulit - perubahan warna jari tangan bila ditekan - mati rasa dan kesemutan - luka di mulut - kerontokan rambut - nyeri perut
DIAGNOSA
Diagnosis lupus ditegakkan berdasarkan ditemukannya 4 dari 11 gejala lupus yang khas, yaitu:
1. Ruam kupu-kupu pada wajah (pipi dan pangkal hidung) 2. Ruam pada kulit 3. Luka pada mulut (biasanya tidak menimbulkan nyeri) 4. Cairan di sekitar paru-paru, jantung, dan organ lainnya 5. Artritis (artritis non-erosif yang melibatkan 2 atau beberapa sendi perifer, dimana
tulang di sekitar persendian tidak mengalami kerusakan) 6. Kelainan fungsi ginjal
- kadar protein dalam air kemih >0,5 mg/hari atau +++
- adanya elemen abnormal dalam air kemih yang berasal dari sel darah merah/putih maupuan sel tubulus ginjal
7. Fotosensitivitas (peka terhadap sinar matahari, menyebabkan pembentukan atau semakin memburuknya ruam kulit)
8. Kelainan fungsi saraf atau otak (kejang atau psikosa) 9. Hasil pemeriksaan darah positif untuk antibodi antinuklear 10. Kelainan imunologis (hasil positif pada tes anti-DNA rantai ganda, tes anti-Sm, tes
antibodi antifosfolipid; hasil positif palsu untuk tes sifilis) 11. Kelainan darah
- Anemia hemolitik atau - Leukopenia (jumlah leukosit <4000 sel/mm?) atau - Limfopenia (jumlah limfosit < 1500 sel/mm?) atau - Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ mm?).
Pemeriksaan untuk menentukan adanya penyakit ini bervariasi, diantaranya:
1. Pemeriksaan darah Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi antinuklear, yang terdapat pada hampir semua penderita lupus. Tetapi antibodi ini juga juga bisa ditemukan pada penyakit lain. Karena itu jika menemukan antibodi antinuklear, harus dilakukan juga pemeriksaan untuk antibodi terhadap DNA rantai ganda. Kadar yang tinggi dari kedua antibodi ini hampir spesifik untuk lupus, tapi tidak semua penderita lupus memiliki antibodi ini. Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar komplemen (protein yang berperan dalam sistem kekebalan) dan untuk menemukan antibodi lainnya, mungkin perlu dilakukan untuk memperkirakan aktivitas dan lamanya penyakit.
2. Ruam kulit atau lesi yang khas 3. Rontgen dada menunjukkan pleuritis atau perikarditis 4. Pemeriksaan dada dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya gesekan pleura
atau jantung 5. Analisa air kemih menunjukkan adanya darah atau protein 6. Hitung jenis darah menunjukkan adanya penurunan beberapa jenis sel darah 7. Biopsi ginjal 8. Pemeriksaan saraf.
PENGOBATAN
Jika gejala lupus disebabkan karena obat, maka menghentikan penggunaan obat bisa menyembuhkannya, walaupun diperlukan waktu berbulan-bulan.
Penyakit yang ringan (ruam, sakit kepala, demam, artritis, pleuritis, perikarditis) hanya memerlukan sedikit pengobatan. Untuk mengatasi artritis dan pleurisi diberikan obat anti peradangan non-steroid. Untuk mengatasi ruam kulit digunakan krim kortikosteroid. Untuk gejala kulit dan artritis kadang digunakan obat anti malaria (hydroxycloroquine). Jika penderita sangat sensitif terhadap sinar matahari, sebaiknya pada saat bepergian menggunakan tabir surya, pakaian panjang ataupun kacamata.
Penyakit yang berat atau membahayakan jiwa penderitanya (anemia hemolitik, penyakit jantung atau paru yang meluas, penyakit ginjal, penyakit sistem saraf pusat) seringkali perlu
ditangani oleh ahlinya. Untuk mengendalikan berbagai manifestasi dari penyakit yang berat mungkin bisa diberikan kortikosteroid atau obat penekan sistem kekebalan. Beberapa ahli memberikan obat sitotoksik (obat yang menghambat pertumbuhan sel) pada penderita yang tidak memberikan respon yang baik terhadap kortikosteroid atau yang tergantung kepada kortikosteroid dosis tinggi.
PROGNOSIS
Beberapa tahun terakhir ini prognosis penderita lupus semakin membaik, banyak penderita yang menunjukkan penyakit yang ringan. Wanita penderita lupus yang hamil dapat bertahan dengan aman sampai melahirkan bayi yang normal, tidak ditemukan penyakit ginjal ataupun jantung yang berat dan penyakitnya dapat dikendalikan.
Angka harapan hidup 10 tahun meningkat sampai 85%. Prognosis yang paling buruk ditemukan pada penderita yang mengalami kelainan otak, paru-paru, jantung dan ginjal yang berat.
PENGOBATANPengobatan pada nefritis lupus kelas 1,2,5, dan 6 lebih banyak di tujukan kepada gejala-gejala luar ginjal seperti sistem hematologi, gejala pada sendi, susunan saraf pusat dan lain sebagainya dengan memakai steroid, klorokuin, anti inflamasi non-steroid.untuk gangguan sendi dapat di beri salisilat, anti inflamasi non steroid. Untuk gejala kulit dapat di pakai klorokuin 250-500 mg hari atau hidrosiklorokuin 200-400 mg perhari. Bila dengan obat-obat ini tidak berhasil, dapat di berikan steroid dosis rendah 0,2-0,5 mg/kgBB.prednison dosis tinggi pada faktor luar ginjal hanya di berikan pada keadaan , karditis, pleuritis, anemia hemolitik, leukopenia, dan trombositopenia. Pasien dengan antifosfolipid dapat di berikan aspirin 75 mg/hari untuk mencegah trombosit atau warfarin/coumarin bila kadar antibodi antifosfolipid tinggi.Nefritis lupus kelas III dan IV, pengobatan di berikan secara khusus pada ginjal. Rejimen yang paling banyak di pakai saat ini adalah kombinasi steroid dosis rendah yaitu prednison 0,5 mg/kgBB selama 4 minggu lalu tappering off secara perlahan sampai dosis minimal untuk mengedalikan gejala luar ginjal dan siklosfosfamid 0,75-1 gram/m² luas permukaan badan perinfus setiap bulan selama 6 bulan kemudian di berikan setiap 2 bulan dengan dosis yang sama sampai 6 kali lagi lalu di lanjutkan stiap 3 bulan sampai 6 kali lagi (total pengobatan selama 3 tahun). Sebagian kecil nefritis lupus kelas V akan mengalami sindrom neffrotik yang berat disertai penurunan fungsi ginjal. Kelompok ini membutuhkan pengobatan sama dengan nefritis lupus kelas III atau IV.Pengobatan lain adalah dengan memakai plasmaferesis, yang secara umum tidak bermanfaat pada nefritis lupus kecuali bil terdapat antikardiolipin dan pada kasus TTP (thrombotic thrombocytopenic purpura).Siklosforin 5 mg/kgBB perhari dapat di berikan pada nefritis lupus kelas II atau IV.ternyata relaps akan terjadi bila siklosforin di stop.Mycophenolate mefotil (MMF) dengan dosis 0,5-2 gram/hari dapat di berikan sebagai pengobatan pilihan lain, khususnya bila pengobatan dengan siklosfosfamid gagal.Fludarabin, cytoreductive kemoterapi, costimulatory molecule inhibition(anti-CD 154 monoclonal antibody, CTLA4-Ig) merupakan pengobatan-pengobatan baru dalam pengembangan.PROGNOSIS
Nefritis lupus kelas I dan II hampir tidak trjadi penurunan fungsi ginjal yang bermakna sehingga secara nefrologis kelompok ini memiliki prognosis yang baik. Nefritis lupus pad akelas III dan IV, pada hampir seluruh pasien akan menimbulkan penurunana fungsi ginjal. Pada nefritis lupus kelas III dengan keterlibatan glomerulus kurang dari 50% akan memberi prognosis yang lebih baik di bandingkan dengan keterlibatan glomerulus lebih dari 50%, yang prognosisnya menyerupai nefritis lupus kelas IV yaitu buruk. Nefritis lupus kelas V memilaki prognosis yang cukup baik sama dengan nefropati membranosa primer, sebagian kecil akan menimbulkan sindrom nefrotik yang berat.
PENYAKIT AUTOIMUN
I. Definisi
Gangguan autoimun adalah kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh yang membuat badan
menyerang jaringannya sendiri. Sistem imunitas menjaga tubuh melawan pada apa yang
terlihatnya sebagai bahan asing atau berbahaya. Bahan seperti itu termasuk mikro-jasad, parasit
(seperti cacing), sel kanker, dan malah pencangkokan organ dan jaringan.
Bahan yang bisa merangsang respon imunitas disebut antigen. Antigen adalah molekul yang
mungkin terdapat dalam sel atau di atas permukaan sel (seperti bakteri, virus, atau sel kanker).
Beberapa antigen ada pada jaringan sendiri tetapi biasanya, sistem imunitas bereaksi hanya
terhadap antigen dari bahan asing atau berbahaya, tidak terhadap antigen sendiri. Sistem
munitas kadang-kadang rusak, menterjemahkan jaringan tubuh sendiri sebagai antigen asing dan
menghasilkan antibodi (disebut autoantibodi) atau sel imunitas menargetkan dan menyerang
jaringan tubuh sendiri. Respon ini disebut reaksi autoimun. Hal tersebut menghasilkan radang dan
kerusakan jaringan. Efek seperti itu mungkin merupakan gangguan autoimun, tetapi beberapa
orang menghasilkan jumlah yang begitu kecil autoantibodi sehingga gangguan autoimun tidak
terjadi.
Sistem kekebalan pada keadaan tertentu tidak mampu bereaksi terhadap antigen yang
lazimnya berpotensi menimbulkan respon imun. Keadaan tersebut disebut toleransi kekebalan
(immunological tolerance) dan terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu :
1. Deleksi klonal, yaitu eliminasi klon (kelompok sel yang berasal dari satu sel) limfosit, terutama
limfosit T dan sebagian kecil lmfosit B, selama proses pematangan;
2. Anergi klon, yaitu ketidakmampuan klon limfosit menampilkan fungsinya;
3. Supresi klon, yaitu pengendalian fungsi “pembantu” limfosit T.
Pada umumnya, sistem kekebalan dapat membedakan antar antigen diri (self antigen) dan
antigen asing atau bukan diri (non-self antigen). Dalam hal ini terjadi toleransi imunologik
terhadap antigen diri (self tolerance). Apabila sistem kekebalan gagal membedakan antara antigen
self dan non-self, maka terjadi pembentukan limfosit T dan B yang auto reaktif dan
mengembangkan reaksi terhadap antigen diri (reaksi auto imun).
Penyakit autoimun terdiri dari dua golongan, yaitu :
1. Khas organ (organ specific) dengan pembentukan antibodi yang khas organ; contoh : Thiroiditis,
dengan auto-antibodi terhadap tiroid; Diabetes Mellitus, dengan auto-antibodi terhadap
pankreas; sclerosis multiple, dengan auto-antibodi terhadap susunan saraf; penyakit radang usus,
dengan auto-antibodi terhadap usus.
2. Bukan khas organ (non-organ specific), dengan pembentukan auto antibodi yang tidak terbatas
pada satu organ.
Contoh : Systemic lupus erythemathosus (SLE), arthritis rheumatika, vaskulitis sistemik dan
scleroderma, dengan auto-antibodi terhadap berbagai organ.
II. Faktor-faktor yang berpengaruh pada perkembangan penyakit autoimun
Penyakit autoimun timbul akibat patahnya toleransi kekebalan diri dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor (multi faktor). Faktor-faktor yang bersifat predisposisi dan/atau bersifat
kontributif adalah:
1. Genetik, yaitu haplotipe HLA tertentu meningkatkan risiko penyakit autoimun. Reaksi autoimun
dijumpai .
2. Kelamin (gender), yaitu wanita lebih sering daripada pria.
3. Infeksi, yaitu virus Epstein-Barr, mikoplasma, streptokok, Klebsiella, malaria, dll, berhubungan
dengan beberapa penyakit autoimun;
4. Sifat autoantigen, yaitu enzim dan protein (heat shock protein) sering sebagai antigen sasaran dan
mungkin bereaksi silang dengan antigen mikroba;
5. Obat-obatan, yaitu obat tertentu dapat menginduksi penyakit autoimun;
6. Umur, yaitu sebagian besar penyakit autoimun terjadi pada usia dewasa.
III. Penyebab
Reaksi autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal :
Senyawa yang ada di badan yang normalnya dibatasi di area tertentu (disembunyikan dari sistem
kekebalan tubuh) dilepaskan ke dalam aliran darah. Misalnya, pukulan ke mata bisa membuat
cairan di bola mata dilepaskan ke dalam aliran darah. Cairan merangsang sistem kekebalan tubuh
untuk mengenali mata sebagai benda asing dan menyerangnya.
Senyawa normal di tubuh berubah, misalnya, oleh virus, obat, sinar matahari, atau radiasi. Bahan
senyawa yang berubah mungkin kelihatannya asing bagi sistem kekebalan tubuh. Misalnya, virus
bisa menulari dan demikian mengubah sel di badan. Sel yang ditulari oleh virus merangsang
sistem kekebalan tubuh untuk menyerangnya.
Senyawa asing yang menyerupai senyawa badan alami mungkin memasuki badan. Sistem
kekebalan tubuh dengan kurang hati-hati dapat menjadikan senyawa badan mirip seperti bahan
asing sebagai sasaran. Misalnya, bakteri penyebab sakit kerongkongan mempunyai beberapa
antigen yang mirip dengan sel jantung manusia. Jarang terjadi, sistem kekebalan tubuh dapat
menyerang jantung orang sesudah sakit kerongkongan (reaksi ini bagian dari demam rheumatik).
Sel yang mengontrol produksi antibodi misalnya, limfosit B (salah satu sel darah putih) mungkin
rusak dan menghasilkan antibodi abnormal yang menyerang beberapa sel badan.
Keturunan mungkin terlibat pada beberapa kekacauan autoimun. Kerentanan kekacauan,
daripada kekacauan itu sendiri, mungkin diwarisi. Pada orang yang rentan, satu pemicu, seperti
infeks virus atau kerusakan jaringan, dapat membuat kekacauan berkembang. Faktor hormonal
juga mungkin dilibatkan, karena banyak kekacauan autoimun lebih sering terjadi pada wanita.
IV. Gejala
Gangguan autoimun dapat menyebabkan demam. Gejala bervariasi bergantung pada gangguan
dan bagian badan yang terkena. Beberapa gangguan autoimun mempengaruhi jenis tertentu
jaringan di seluruh badan misalnya, pembuluh darah, tulang rawan atau kulit. Gangguan autoimun
lainnya mempengaruhi organ khusus. Sebenarnya organ yang mana pun, termasuk ginjal, paru-
paru, jantung dan otak bisa dipengaruhi. Hasil dari peradangan dan kerusakan jaringan bisa
menyebabkan rasa sakit, merusak bentuk sendi, kelemahan, penyakit kuning, gatal, kesukaran
pernafasan, penumpukan cairan (edema), demam, bahkan kematian.
V. Diagnosa
Pemeriksaan darah yang menunjukkan adanya radang dapat diduga sebagai gangguan autoimun.
Misalnya, pengendapan laju eritrosit (ESR) seringkali meningkat, karena protein yang dihasilkan
dalam merespon radang mengganggu kemampuan sel darah merah (eritrosit) untuk tetap ada di
darah. Sering, jumlah sel darah merah berkurang (anemia) karena radang mengurangi produksi
mereka. Tetapi radang mempunyai banyak sebab, banyak di antaranya yang bukan autoimun.
Dengan begitu, dokter sering mendapatkan pemeriksaan darah untuk mengetahui antibodi yang
berbeda yang bisa terjadi pada orang yang mempunyai gangguan autoimun khusus. Contoh
antibodi ini ialah antibodi antinuclear, yang biasanya ada di lupus erythematosus sistemik, dan
faktor rheumatoid atau anti-cyclic citrullinated peptide (anti-CCP) antibodi, yang biasanya ada di
radang sendi rheumatoid. Antibodi ini pun kadang-kadang mungkin terjadi pada orang yang tidak
mempunyai gangguan autoimun, oleh sebab itu dokter biasanya menggunakan kombinasi hasil tes
dan tanda dan gejala orang untuk mengambil keputusan apakah ada gangguan autoimun.
VI. Pengobatan
Pengobatan memerlukan kontrol reaksi autoimun dengan menekan sistem kekebalan tubuh.
Tetapi, beberapa obat digunakan reaksi autoimun juga mengganggu kemampuan badan untuk
berjuang melawan penyakit, terutama infeksi.
Obat yang menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan), seperti azathioprine, chlorambucil,
cyclophosphamide, cyclosporine, mycophenolate, dan methotrexate, sering digunakan, biasanya
secara oral dan seringkali dalam jangka panjang. Obat ini menekan bukan hanya reaksi autoimun
tetapi juga kemampuan badan untuk membela diri terhadap senyawa asing, termasuk mikro-jasad
penyebab infeksi dan sel kanker. Konsekwensinya, risiko infeksi tertentu dan kanker meningkat.
Sering kortikosteroid seperti prednison diberikan secara oral. Obat ini mengurangi radang sebaik
menekan sistem kekebalan tubuh. Kortikosteroid yang digunakan dalam jangka panjang memiliki
banyak efek samping. Kalau mungkin kortikosteroid dipakai untuk waktu yang pendek sewaktu
gangguan mulai atau sewaktu gejala memburuk. Tetapi kadang-kadang harus dipakai untuk jangka
waktu tidak terbatas.
Gangguan autoimun tertentu (seperti multipel sklerosis dan gangguan tiroid) juga diobati dengan
obat lain daripada imunosupresan dan kortikosteroid. Pengobatan untuk mengurangi gejala juga
mungkin diperlukan.
Etanercept, infliximab, dan adalimumab menghalangi aksi faktor tumor necrosis (TNF), bahan yang
bisa menyebabkan radang di badan. Obat ini sangat efektif dalam mengobati radang sendi
rheumatoid, tetapi mereka mungkin berbahaya jika digunakan untuk mengobati gangguan
autoimun tertentu lainnya, seperti multipel sklerosis. Obat ini juga bisa menambah risiko infeksi
dan kanker tertentu.
Obat baru tertentu secara khusus membidik sel darah putih. Sel darah putih menolong pertahanan
tubuh melawan infeksi tetapi juga berpartisipasi pada reaksi autoimun. Abatacept menghalangi
pengaktifan salah satu sel darah putih (sel T) dan dipakai pada radang sendi rheumatoid.
Rituximab, terlebih dulu dipakai melawan kanker sel darah putih tertentu, bekerja dengan
menghabiskan sel darah putih tertentu (B lymphocytes) dari tubuh. Efektif pada radang sendi
rheumatoid dan dalam penelitain untuk berbagai gangguan autoimun lainnya. Obat lain yang
ditujukan melawan sel darah putih sedang dikembangkan.
Plasmapheresis digunakan untuk mengobati sedikit gangguan autoimun. Darah dialirkan dan
disaring untuk menyingkirkan antibodi abnormal. Lalu darah yang disaring dikembalikan kepada
pasien. Beberapa gangguan autoimun terjadi tak dapat dipahami sewaktu mereka mulai. Tetapi
kebanyakan gangguan autoimun kronis. Obat sering diperlukan sepanjang hidup untuk
mengontrol gejala. Prognosis bervariasi bergantung pada gangguan.
VII. Penyakit Autoimun
Tabel 1. Gangguan Autoimun
Beberapa Gangguan Autoimun
GangguanJaringan yang
terkenaKonsekwensi
Anemia
hemolitik
autoimun
Sel darah merah
Anemia (berkurangnya jumlah sel darah merah) terjadi,
menyebabkan kepenatan, kelemahan, dan sakit kepala
ringan. Limpa mungkin membesar. Anemia bisa hebat dan
bahkan fatal.
Bullous
pemphigoidKulit
Lepuh besar, yang kelilingi oleh area bengkak yang merah,
terbentuk di kulit. Gatal biasa. Dengan pengobatan, prognosis
baik.
Sindrom
Goodpasture
Paru-paru dan
ginjal
Gejala, seperti pendeknya nafas, batuk darah, kepenatan,
bengkak, dan gatal, mungkin berkembang. Prognosis baik jika
pengobatan dilaukan sebelum kerusakan paru-paru atau
ginjal hebat terjadi.
Penyakit
GravesKelenjar thyroid
Kelenjar gondok dirangsang dan membesar, menghasilkan
kadar tinggi hormon thyroid (hyperthyroidism). Gejala
mungkin termasuk detak jantung cepat, tidak tahan panas,
tremor, berat kehilangan, dan kecemasan. Dengan
pengobatan, prognosis baik.
Thyroiditis
HashimotoKelenjar thyroid
Kelenjar gondok meradang dan rusak,menghasilkan kadar
hormon thyroid rendah (hypothyroidism). Gejala seperti berat
badan bertambah, kulit kasar, tidak tahan ke dingin, dan
mengantuk. Pengobatan seumur hidup dengan hormon
thyroid perlu dan biasanya mengurangi gejala secara
sempurna.
Multiple
sclerosis
Otak dan spinal
cord
Seluruh sel syaraf yang terkena rusak. Akibatnya, sel tidak
bisa meneruskan sinyal syaraf seperti biasanya. Gejala
mungkin termasuk kelemahan, sensasi abnormal,
kegamangan, masalah dengan pandangan, kekejangan otot,
dan sukar menahan hajat. Gejala berubah-ubah tentang
waktu dan mungkin datang dan pergi. Prognosis berubah-
ubah.
Myasthenia
gravis
Koneksi antara
saraf dan otot
(neuromuscular
junction)
Otot, teristimewa yang dipunyai mata, melemah dan lelah
dengan mudah, tetapi kelemahan berbeda dalam hal
intensitas. Pola progresivitas bervariasi secara luas. Obat
biasanya bisa mengontrol gejala.
Pemphigus KulitLepuh besar terbentuk di kulit. Gangguan bisa mengancam
hidup.
Pernicious
anemia
Sel tertentu di
sepanjang perut
Kerusakan pada sel sepanjang perut membuat kesulitan
menyerap vitamin B12. (Vitamin B12 perlu untuk produksi sel
darah tua dan pemeliharaan sel syaraf). Anemia adalah,
sering akibatnya menyebabkan kepenatan, kelemahan, dan
sakit kepala ringan. Syaraf bisa rusak, menghasilkan
kelemahan dan kehilangan sensasi. Tanpa pengobatan, tali
tulang belakang mungkin rusak, akhirnya menyebabkan
kehilangan sensasi, kelemahan, dan sukar menahan hajat.
Risiko kanker perut bertambah. Juga, dengan pengobatan,
prognosis baik.
Rheumatoid
arthritis
Sendi atau
jaringan lain
seperti jaringan
paru-paru,
saraf, kulit dan
jantung
Banyak gejala mungkin terjadi. termasuk demam, kepenatan,
rasa sakit sendi, kekakuan sendi, merusak bentuk sendi,
pendeknya nafas, kehilangan sensasi, kelemahan, bercak, rasa
sakit dada, dan bengkak di bawah kulit. Progonosis bervariasi
Systemic lupus
erythematosus
(lupus)
sendi, ginjal,
kulit, paru-paru,
jantung, otak
dan sel darah
Sendi walau tidak menjadi cacat. Gejala anemia, seperti
kepenatan, kelemahan, sakit kepala, pendek nafas, gangguan
ginjal, paru-paru atau jantung, gatal dan rasa sakit dada
mungkin terjadi. Bercak mungkin timbul. Kebanyakan orang
bisa menempuh hidup aktif meskipun ada keluhan ataupun
serangan.
Diabetes
mellitus tipe
Sel beta dari
pankreas (yang
memproduksi
insulin)
Gejala mungkin termasuk kehausan berlebihan, buang air
kecil dan selera makan seperti komplikasi bervariasi dengan
jangka panjang.
Pengobatan seumur hidup dengan insulin diperlukan,
sekalipun perusakan sel pankreas berhenti, karena tidak
cukup sel pankreas yang ada untuk memproduks insulin yang
cukup. Prognosis bervariasi sekali dan cenderung menjadi
lebih jelek kalau penyakitnya parah dan bertahan hingga
waktu yang lama.
Vasculitis Pembuluh darah
Vasculitis bisa mempengaruhi pembuluh darah di satu bagian
badan (seperti syaraf, kepala, kulit, ginjal, paru-paru atau
usus) atau beberapa bagian. Ada beberapa macam. Gejala
(seperti bercak, rasa sakit abdominal, kehilangan berat badan,
kesukaran pernafasan, batuk, rasa sakit dada, sakit kepala,
kehilangan pandangan, dan gejala kerusakan syaraf atau
kegagalan ginjal) bergantung pada bagian badan mana yang
dipengaruhi. Prognosis bergantung pada sebab dan berapa
banyak jaringan rusak. Biasanya, prognosis lebih baik dengan
pengobatan.
1. Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)
Penyakit ini tergolong penyakit autoimun non organ specific. Penderita umumnya adalah
wanita dengan perbandingan wanita terhadap pria 9:1; kebanyakan menjangkiti usia reproduktif,
namun dapat juga terjadi pada masa kanak-kanak. Gejala kliniknya dapat sangat bervariasi dari
yang tidak khas sampai kepada yang khas, begitu juga dengan intensitasnya dari yang ringan
sampai yang berat
Gejala klinik :
Ruam kulit pada pipi dan hidung yang menyerupai gambar kupu-kupu (butterfly rash), arthritis, demam, pleuritis dan fotosensitif.
Demam yang tak diketahui sebabnya, Arthritis yang menyerupai arthritis rheumatoid atau demam reuma, Rambut rontok, anemia/ kelainan hematologik lainnya, Peradangan mukosa, kelainan ginjal,
Gejala neurologik berupa kejang bahkan psikosis, dan serositis.
Kriteria mendiagnosis SLE menurut American Rheumatism Association (ARA) :
a. Ruam malar, kemerahan pada kulit di eminens malar;
b. Ruam discoid, kemerahan kulit disertai pembentukan sisik;
c. Fotosensitifitas, yaitu kemerahan kulit yang berlebihan setelah terpajan sinar matahari;
d. Artritis, non-erosif, pada 1 atau lebih sendi kecil ditandai dengan pembengkakan/ efusi dan nyeri;
e. Serositis, bisa berupa pleuritis, perikarditis;
f. Kelainan ginjal, ditandai dengan proteinuria, sedimen torak eritrosit atau Hb;
g. Gejala neurologik, berupa kejang dan psikis yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya;
h. Kelainan hematologik, seperti anema, lekopenia, limfopenia atau trombositopenia;
i. Kelainan imunologik, seperti ANA, antibodi anti Sm, sel LE;
j. Titer ANA yang tinggi pada serum sewaktu.
Jika penderita menunjukkan sekurang-kurangnya 4 dari 10 gejala secara berurutan atau
bersamaan dalam suatu interval waktu tertentu, maka diagnosis Lupus eritematosus sistemik
dapat ditegakkan.
Perjalanan penyakit ini bersifat kronik dan hilang timbul. Penderita dapat menunjukkan
gejala klinik yang berat dan dapat meninggal beberapa bulan sesudah diagnosis; atau dapat hidup
bertahun-tahun bahkan puluhan tahun dengan gejala penyakit yang hilang timbul. Penyebab
kematian utama adalah gagal ginjal, infeksi interkuren serta keterlibatan susunan saraf pusat
secara difus.
Beberapa faktor etiologi yang dianggap berperan dalam timbulnya penyakit ini adalah :
# Genetik
Faktor ini dibuktikan perannya melalui adanya fakta di mana kejadian penyakit serupa pada
kembar monozigotik sebanyak kira-kira 20% dibandingkan dengan pada kembar dizogotik yang
hanya 3%. Kemudian juga ditemukan fakta bahwa anggota keluarga yang tidak manifes secara
klinik, ternyata menunjukkan adanya autoantibodi di serum. Fenomena terakhir ini juga
merupakan indikasi bahwa manifestasi klinik penyakit autoimun ditentukan juga oleh faktor
pencetus lainnya, misalnya faktor lingkungan / non-genetik. Selanjutnya, jenis HLA tertentu yang
dulu dianggap merupakan predisposisi terhadap penyakit autoimun, ternyata berkaitan dengan
pembentukan autoantibodi tertentu seperti anti ds-DNA, anti Sm dan antifosfolipid.
# Non-genetik
Obat-obatan seperti hidralazin, procainamid dan D-penicillamin dapat mencetuskan lupus
eritematosus pada manusia. Sinar matahari, khususnya ultraviolet juga berefek serupa karena
akan memacu keratinosit membentuk IL-1. Hal lainnya adalah virus serta hormon seksual.
Eksaserbasi yang terjadi seiring dengan daur haid merupakan petunjuk peran hormon seks ini.
Imunologik
Kelainan fungsi sistem imun diduga mendasari proses terjadinya lupus. Letak kelainan masih
kontroversial, semula diduga sebagai akibat sel B yang hperaktif pada perangsangan poliklonal,
namun belakangan ini ditemukan indikasi bahwa letak kelainan adalah pada sel T penolong.
Mekanisme imunologik yang mendasari kerusakan jaringan pada umumnya adalah
hipersensitifitas tipe III.
2. Lupus Eritematosus Diskoid
Penyakit ini ditandai dengan kelainan kulit berupa ruam diskoid tanpa disertai manifestasi
pada multiorgan seperti lupus eritematosus sistemik. Kelainan terutama hanya pada muka dan
kulit kepala. Hanya sebagian kecil penderita disertai manifestasi multi organ; namun pada
sebagian kecil kasus di kemudian hari dapat berkembang menjadi bentuk yang sistemik. ANA
ditemukan pada kira-kira 35% kasus namun ds- DNA jarang dijumpai.
3. Sindroma Syögren
Penyakit ini ditandai dengan keluhan kekeringan pada mata (xerophtalmia) dan mulut
(xerostomia). Kelenjar eksokrin lain dapat juga terlibat antara lain di saluran pernapasan, saluran
cerna serta reproduksi.
Pada kelenjar liur dan kelenjar air mata dijumpai disebukan limfosit padat disertai atrofi
asinus atau duktus. Sebagian besar sel limfosit adalah sel T penolong dan sebagian kecil adalah sel
B serta sel plasma. Diduga sel T sitotoksik dan Ig (autoantibodi) yang melakukan destruksi
terhadap asinus dan duktus. Hal yang menarik adalah dtemukannya monoklonalitas pada populasi
sel B di jaringan kelenjar; dan memang pada sebagian kasus, di kemudian hari ternyata
berkembang menjadi limfoma malignum.
Kelainan ini dapat terjadi secara tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit autoimun yang
lain seperti atritis reumatoid, LES, skleroderma dll.
Auto antibody yang ditemukan antara lain ANA, anti ribonukleoprotein (RNP) : SS-A (Ro)
dan SS-B (La); sel LE dan faktor rheumatoid. SS-A dan SS-B adalah antibodi yang diagnostik untuk
sindroma Syögren.
Gejala klinik dapat berupa penglihatan yang kabur, mata gatal bahkan ulserasi kornea;
sariawan-fisura mulut, kesulitan menelan, penurunan daya pengecap, pembengkakan parotis.
Dapat juga terjadi gangguan pada hidung berupa epistaksis, kering dan ulserasi septum; bronkitis,
pneumonitis dan lain-lain.
4. Skleroderma (sklerosis sistemik)
Kelainan ini ditandai dengan fibrosis terutama pada kulit, yang dapat disertai atau kemudian
melibatkan berbagai organ seperti saluran pernapasan, saluran cerna, jantung, ginjal, vaskuler.
Berdasarkan luasnya sistem yang terjangkit, akhir-akhir ini dibuat kategori atas :
1) skleroderma difus, jika dalam waktu singkat sudah melibatkan berbagai organ;
2) skleroderma lokal, jika baru melibatkan berbagai organ setelah waktu yang lama.
Kelainan ini terutama dijumpai pada wanita pada usia sekitar 50-60 tahun. Manisfestasi
pada kulit berupa atrofi kulit yang biasanya dimulai dari jari-jari kemudian menjalar ke arah
proksimal yaitu ke leher dan muka. Kelainan saluran cerna ditandai dengan kesulitan menelan,
malabsorbs, obstruksi, nyeri perut, anemi dan berat badan yang menurun. Hal ini disebabkan
terjadi fibrosis lapisan muskularis dan lapisan mukosa. Sesak napas dapat terjadi akibat fibrosis
paru, dan hal ini dapat pula berakibat pada terjadinya payah jantung kanan. Manifestasi ginjal
berupa proteinuria ringan serta hipertensi yang sering berat atau progresif.
Mekanisme yang mendasari kelainan ini adalah berbagai hal yang menyebabkan /
mengaktifkan proses fibrosis.
Proses ini dapat terjadi melalui aktifasi sel T oleh antigen tertentu (autoantigen) yang
kemudian menghasilkan sitokin yang mengaktifkan sel mast dan makrofag. Makrofag dan sel mast
kemudian menghasilkan tumor necrosis factor (TNF), pltelet derived growth factor (PDGF),
chemotactic factor (CF), transforming growth factor beta (TGF-β) dan IL-1. Semua sitokin ini akan
memacu proliferasi fibroblas dan fibrosis.
Jalur lain adalah melalui cedera vaskuler oleh sebab yang tidak diketahui, kemudian terjadi
agregasi trombosit, pembentukan mikrotrombi, oklusi, iskemi, nekrosis dan diakhiri dengan
fibrosis.
Pada penderita ini juga dijumpai ANA; dua jenis ANA yang dianggap diagnostik untuk
skleroderma adalah anti-Sc170, dan antisentromer.
5. Sindroma Myasthenia
Terdapat 2 jenis sindroma myasthenia, yaitu :
Myasthenia gravis.
Pada sindrom jenis inil dibentuk autoantibodi terhadap reseptor asetil kolin sehingga terjadi
hambatan ikatan asetilkolin dengan reseptornya dan menyebabkan gagalnya transmisi isyarat
syaraf ke otot. Autoantibodi tersebut ditemukan di dalam serum pada 85 otot. Kelemahan otot
mata yang menyebabkan penglihatan ganda dan menurunnya kelopak mata adalah tanda yang
khas. Kelemahan otot larings menyebabkan dysphonia. Otot-otot lain dapat terserang pada
perkembangan penyakit lebih lanjut. Kematian biasanya disebabkan kegagalan otot pernapasan.
Pada penderita muda dan wanita sering dijumpai kelainan timus, seperti hiperplasi timus dan
timoma. Gejala kelemahan otot dapat diperbaiki dengan timektomi atau pengobatan dengan
inhibitor kholinesterase atau plasmapheresis untuk membuang antibodi yang berbahaya dari
sirkulasi. Pengobatan tersebut bersifat menghilangkan gejala sementara sedangkan penyakitnya
belum dapat disembuhkan.
Sindroma myasthenia Lamber-Eaton
Terbentuk antibodi terhadap protein kanal kalsium (calcium channel protein) yang menghambat
pelepasan asetilkolin dari ujung saraf. Sindroma ini adalah contoh penyakit autoimun
paraneoplastik. Kebanyakan menderita karsinoma paru jenis oat cell, yang dianggap menjadi
dasar timbulnya reaksi autoimun terhadap protein kanal kalsium. Berbeda dengan myasthenia
gravis, kelemahan otot dapat membaik pada pergerakan. Pengobatan bersifat simtomatik karena
kankernya sulit disembuhkan.
6. Psoriasis
a) Pengertian
Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami proses pergantian
(kulit) yang terlalu cepat. Kemunculan penyakit ini kadang-kadang dalam jangka waktu lama atau
kambuhan dalam waktu yang tidak menentu. Penyakit ini secara klinis bersifat tidak mengancam
jiwa dan tidak menular. Akan tetapi, penyakit ini dapat muncul pada bagian tubuh mana saja
sehingga dapat menurunkan kualitas hidup dan mengganggu kekuatan mental penderita bila tidak
dirawat dengan baik. Bila tidak diobati dengan benar, penyakit bisa mengalami komplikasi
(penyakit menjadi lebih buruk) seperti psoriatic eritroderma (seluruh kilit tubuh menjadi merah)
atau psoriasis pustulosa generalisata (psoriasis dengan gelembung-gelembung kecil berisi nanah)
yang dapat membahayakan jiwa penderita.
b) Tipe psoriasis yang sering ditemukan:
- Bentuk vulgalis (bentuk plak)
- Bentuk bintik-bintik (guttate)
- Bentuk pada bagian lipatan (flexura)
- Bentuk menyebar luas atau eritroderma (seluruh kulit)
- Bentuk gelembung bernanah (pustula)
- Bentukmengelupas (exfoliative)
- Psoriasis sendi ( psoriasis yang disertai radang sendi)
c) Penyebab:
Penyebab penyakit ini masih belum diketahui, tetapi para peneliti sudah berhasil
menemukan gen abnormal yang mengarah ke pembentukan psoriasis pada penderita. Dengan
demikian penyakit ini mempunyai risiko menjadi penyakit keturunan. Umumnya psoriasis tidak
membahayakan jiwa walaupun sangat mengganggu kualitas hidup. Kehidupan pribadi, sosial, dan
pekerjaan penderita juga sangat dipengaruhi oleh penyakit jika kelainan kulitnya mengenai
tempat tertentu (misalnya muka, telapak tangan atau kaki, alat kelamin).
Bila tidak diobati dengan benar, penyakit bisa mengalami komplikasi (penyakit menjadi lebih
buruk) seperti psoriatic eritroderma (seluruh kilit tubuh menjadi merah) atau psoriasis pustulosa
generalisata (psoriasis dengan gelembung-gelembung kecil berisi nanah) yang dapat
membahayakan jiwa penderita.
"Beberapa keadaan lingkungan atau faktor tertentu dapat memperburuk atau mencetuskan
psoriasis. Seperti stres, cuaca dingin dan kelembaban rendah, obat-obat tertentu, infeksi (kuman
streptokokus, HIV), trauma (garukan, gesekan), alkohol dan merokok. Kesemuanya itu
memungkinkan seseorang mengidap psoriasis yang menurunkan kualitas hidup," jelasnya.
d) Data statistik
Mekanisme terjadinya psoriasis
Biasanya didahului dengan semacam luka memar atau benturan di salah satu bagian kulit
tubuh, setelah kejadian itu, bagian yang kena trauma itu tidak kunjung sembuh. Bahkan
sebaliknya makin memburuk dan mulai menyebar. Kemudian ada lagi luka memar di bagian kulit
lain. Luka luka itu bisa tetap kecil dan menghilang atau sebaliknya melebar dan meluas. Setelah
berjalan beberapa lama biasanya penyakit ini meluas, sehingga orang itu mencari pengobatan.
Padahal ibu sedang hamil, nampaknya penyakit ini seperti tumbuh dan menghilang. Namun
setelah melahirkan psoriasisnya kembali kambuh lagi.
Apakah seorang penderita psoriasis itu sehat?
Kebanyakan dokter menganggap psoriasis itu adalah hanya masalah pada bagian lapis kulit saja.
Padahal itu tidak benar sama sekali. Perubahan pada bagian kulit hanya sebagai tanda awal
permulaan dari suatu penyakit, Jadi penderita psoriasis itu sebetulnya bukanlah seorang yang
sehat badani. Karena dibagian dalam tubuh ada yang tidak beres kerja dan fungsinya. tetapi yang
tersedia sekarang Cara pengobatan psoriasis sejak dulu sampai sekarang sangat banyak variasinya
Mengenali tanda psoriasis:
umpamanya seperti dengan obat luar, obat sistemik atau keduanya sekaligus. Fotokemoterapi
seperti kombinasi antara obat dan disinar ultraviolet. Hasilnya sangat bervariasi, ada yang
merasakan secara dramatis, akan tetapi ada pula yang merasakan seperti mendapat malapetaka.
Seperti juga pada pengobatan penyakit lain ada yang sembuh ada pula yang tidak cocok.
Pada tahap permulaan, mirip dengan penyakit-penyakit kulit eritro papulo skuamus dermatosa
(penyakit kulit yang memberikan gambaran bercak merah bersisik). Namun gambaran klinis akan
makin jelas seiring dengan waktu lantaran penyakit ini bersifat menahun (kronis).
- Awalnya, psoriasis ditandai dengan bercak merah dan kadang gatal, berbatas jelas yang tiba-tiba
muncul dikulit, terutama di siku, lutut, daerah tulang ekor (sacrum), kepala dan daerah genital.
Dippermukaan bercak terdapat sisik (skuama) berwarna putih mirip mika atau putih keperakan,
kering, berlapis, kasar dan transparan.
- Selanjutnya, bercak merah membesar, dan beberapa bergabung membentuk bercak yang lebih
lebar.
- Bercak pada umumnya berbentuk bulat atau oval, berukuran satu hingga beberapa senti meter
dan menetap pada waktu yang lama.
- Selain di kulit, psoriasis dapat mengenai kuku dan sendi (jarang).
Pengobatan
Saat ini terdapat berbagai pengobatan psoriasis yang aman dan efektif. Pengobatan tersebut
memperbaiki keadaan kulit serta mengurangi keluhan gatal. Dari banyaknya jenis pengobatan,
hanya sebagian kecil saja pengobatan psoriasis dapat membersihkan kelainan kulit. Proses
tersebut dinamakan clearance atau remisi. Setelah remisi masih diperlukan pengobatan lanjutan
(pengobatan pemeliharaan) yang diberikan dalam jangka waktu lama untuk mempertahankan
remisi atau mengontrol timbulnya kelainan kulit baru. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat
menyembuhkan psoriasis secara total. Semua pengobatan yang ada hanya dapat menekan gejala
psoriasis. Sebagian besar penderita tidak pernah mencapai suatu keadaan remisi yang bebas
pengobatan.
Tujuan pengobatan pada psoriasis ialah mengurangi keparahan (derajat kemerahan, tebal dan
sisik) dan luas kelainan kulit sedemikian rupa sehingga penyakit tidak lagi menunggu pekerjaan,
kehidupan pribadi dan sosial, dan kesejahteraan penderita. Agar perawatan ini berhasil,
diperlukan kerjasama antara dokter dan penderita.
Hal lain yang harus diperhatikan sebelum memilih pengobatan psoriasis adalah derajat keparahan
yang diderita. Juga lokasi penyakit, tipe, usia dan jenis kelamin juga riwayat kesehatan penderita.
Langkah pertama yang dilakukan adalah pengobatan luar (topical). Langkah ini dapat dilakukan
untuk penderita psoriasis ringan dengan luas kelainan kulit kurang dari 5 persen. Obat yang bisa
digunakan antara lain ter batubara, kortikosteroid, calcipotriol, antralim, retinoid topical
(tazaroten), asam salisilat, pimekrolimus, emolien dan keratolitik.
Langkah kedua atau fototerapi biasanya dipakai untuk mengobati psoriasis yang berhasil dengan
pengobatan topical. Langkah ketiga adalah pengobatan sistemik, yaitu obat yang dimakan atau
dimasukkan melalui suntik. Obat tersebut akan diserap dan masuk ke dalam aliran darah
kemudian tersebar ke seluruh tubuh.
Obat sistemik biasanya disediakan khusus untuk psoriasis sedang sampai berat, atau psoriasis
arthritis berat (disertai dengan cacat tubuh). Juga dipakai untuk psoriasis eritroderma atau
psoriasis pustulosa. (AS/E-5)
Cara pengobatan ortodoks, biasanya menggunakan pengolesan obat luar, seperti salf, krim, dan
lotion, tetapi teknik pelaksanaan bisa berbeda beda dari mulai dengan mandi ter (tar). Sampai
fotokemoterapi. Dengan menggunaka senar lesser. Sekali lagi hasilnya tidak selalu konsisten dari
berhasil sampi gagal dan tidak ada gunanya. Zalf campuran steroid dan flourin, injeksi steroid, dan
glukokortikosteroid sering juga digunakan, namun harus diawasi dan dipantau oleh dokter dengan
ketat, sebab sering mengakibatkan efek samping yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
http://sehat-enak.blogspot.com/2010/02/gangguan-autoimun.html
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1080023516,32434,
http://cakmoki86.wordpress.com/2008/12/18/sekilas-psoriasis/http://id.wikipedia.org/wiki/
Psoriasis