Macam-Macam Kesalahan Penulisan Pada Kalimat Bahasa Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Macam-macam Kesalahan Penulisan pada Kalimat Bahasa IndonesiaAmri Wahyu Andhika Ventausa Fariz Rohmansyah Putri Norma Bagas Albilaga L. P 0810680020 0810680021 08106800 0810680051 0910680094 115060800111106

PENDAHULUAN

Dalam bahasa Indonesia ditemukan sejumlah ragam bahasa. Ragam bahasa merupakan salah satu dari sejumlah variasi yang terdapat dalam pemakaian bahasa. Variasi itu muncul karena pemakai bahasa memerlukan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisinya

Kebakuan KalimatMasalah yang disajikan ialah kebakuan dan ketidakbakuan frase dan kalimat.

Yang dimaksud dengan bahasa Indonesia baku ialah ragam bahasa yang mengikuti kaidah bahasa Indonesia, baik yang menyangkut, ejaan, lafal, bentuk kata, struktur kalimat, maupun penggunaan bahasa (Junaiyah, 1991:18)

Contoh (1)

Menurut ahli hukum adat menyatakan bahwa setiap warga telah mengenal hukum yang berlaku di daerahnya Kalimat diatas tidak baku karena tidak ada subjek pada kalimat itu. Ketidakadaan subjek pada kalimat itu karena hadirnya kata menurut.

Pembenaran (1)Ahli hukum adat menyatakan bahwa setiap warga telah mengenal hukum yang berlaku di daerahnya. Induk kalimat diatas adalah ahli hukum adat menyatakan dan anak kalimatnya adalah bahwa setiap warga telah mengenal hukum yang berlaku di daerahnya. Anak kalimat itu berfungsi sebagai objek. Karena ejaan, struktur, dan pilihan katanya sudah benar, bentuk diatas merupakan kalimat baku.

Contoh (2)Pembuatan undang-undang itu harus dilibatkan, antara lain Kejaksaan, DPR, dan Departemen Perhubungan

Pada kalimat diatas ditemukan dua buah subjek. Dengan tidak hadirnya kata dalam pada kalimat diatas, bentuk pembuatan undang-undang itu seperti dapat berfungsi sebagai subjek. Akan tetapi, karena kata kerjanya berawalan di, yaitu dilibatkan, tampak bahwa subjeknya bukan bentuk itu, tetapi bentuk Kejaksaan, DPR, dan Departemen Perhubungan.

Pembenaran (2)Kejaksaan, DPR, dan Departemen Perhubungan harus dilibatkan dalam pembuatan undang-undang itu.

Bentuk diatas merupakan kalimat tunggal. Bentuk dalam pembuatan undang-undang berfungsi sebagai keterangan, harus dilibatkan berfungsi sebagai predikat, dan antara lain Kejaksaan, DPR, dan Departemen Perhubungan berfungsi sebagai subjek. Struktur dan ejaan kalimat ini sudah benar.

Contoh (3)Jika dapat ditemukan beberapa data lagi, maka gejala perilaku itu dapat disimpulkan

Karena mengandung konjungsi kata penghubung dua, yaitu jika dan maka, kalimat di atas menjadi tidak baku.

Pembenaran (3)Jika dapat ditemukan beberapa data lagi, gejala perilaku itu dapat disimpulkan Bentuk diatas merupakan kalimat majemuk bertingkat. Anak kalimatnya adalah jika dapat ditemukan beberapa data lagi dan induk kalimatnya ialah gejala penyimpangan perilaku itu dapat disimpulkan. Anak kalimat berfungsi sebagai keterangan. Karena ejaannya sudah benar, maka kalimat diatas telah menjadi kalimat baku.

Contoh (4)Ketika hakim itu menjawab pertanyaan wartawan, menyatakan bahwa sidang akan dilanjutkan bulan depan.

Kalimat diatas tidak baku karena subjek induk kalimat dilesapkan. Induk kalimatnya ialah mengatakan bahwa sidang akan dilanjutkan bulan depan. Subjek induk kalimat tidak dapat dilesapkan karena induk kalimat adalah inti kalimat.

Pembenaran (4)Ketika menjawab pertanyaan wartawan, hakim itu mengatakan bahwa sidang akan dilanjutkan bulan depan.Anak kalimatnya adalah Ketika menjawab pertanyaan wartawan dan induk kalimatnya ialah hakim itu mengatakan bahwa sidang akan dilanjutkan bulan depan. Subjek anak kalimat dilesapkan karena sama dengan subjek induk kalimat, yaitu hakim itu, predikatnya ialah menjawab, dan objeknya ialah pertanyaan wartawan. Dalam hal ini, yang boleh dilesapkan subjeknya ialah subjek anak kalimat karena sama dengan subjek induk kalimat.

Contoh (5)Prioritas tidak ditentukan oleh sikap apriori yang sempit, namun ditentukan oleh pertimbangan yang amat cermat dan matang. Karena penggunaan kata namun tidak tepat, kalimat diatas tidak baku. Kata namun digunakan sebagai penghubung antarkalimat. Contoh penggunaannya seperti berikut ini.

Ia sudah berada di tempat yang strategis. Namun, karena lengah, ia menjadi kalah.

Pembenaran (5)Prioritas tidak ditentukan oleh sikap apriori yang sempit, tetapi ditentukan oleh pertimbangan yang amat cermat dan matang.

Kalimat diatas merupakan kalimat majemuk setara. Karena penggunaan kata tetapi sudah tepat, bentuk diatas merupakan kalimat baku.

Contoh (6)Peristiwa itu saya saksikan dengan mata kepalaku sendiri.

Karena mengandung gejala pleonasme, kalimat diatas menjadi tidak baku. Akibat adanya gejala itu ialah dipakainya kata-kata yang berlebihan. Bentuk saya saksikan berarti orang pertama itulah yang telah menyaksikan. Namun, masih digunakan bentuk mata kepalaku sendiri, yaitu mata yang ada di kepala orang.

Pembenaran (6)Peristiwa itu saya saksikan sendiri.

Bentuk diatas merupakan kalimat tunggal. Dalam kalimat itu tidak terkandung gejala pleonasme. Oleh karena itu, kalimat diatas adalah kalimat yang baku.

Contoh (7)Kota Jakarta di mana penduduknya bertambah terus menjadi kota yang terpadat

Ketidakbakuan kalimat diatas disebabkan oleh penggunaan kata di mana yang tidak tepat.

Pembenaran (7)Kota Jakarta yang penduduknya bertambah terus merupakan kota yang terpadat.

Karena tidak mengandung kata di mana, bentuk diatas merupakan kalimat baku, disamping struktur dan ejaannya sudah benar.

Contoh (8)Jalan raya Purworejo Kutoarjo belum penuhi syarat jalan negara.

Kalimat di atas tidak baku karena bentukan kata kerjanya masih salah. Kesalahan itu terjadi karena kata kerja itu tidak berawalan meN-. Jadi awalan itu dilesapkan.

Pembenaran (8)Jalan raya Purworejo Kutoarjo belum memenuhi syarat sebagai jalan negara

Bentuk kata kerja memenuhi sudah benar. Oleh karena itu, bentuk di atas merupakan kalimat baku.

Contoh (9)Di muara sungai itulah terdapat sebuah keraton lelembut.

Karena digunakannya sebuah kata bahasa Jawa, yaitu lelembut, kalimat diatas menjadi tidak baku.

Pembenaran (9)Di muara sungai itulah terdapat sebuah keraton roh halus. Bentuk diatas merupakan kalimat tunggal. Bentuk di muara sungai itulah berfungsi sebagai keterangan tempat, terdapat berfungsi sebagai predikat, dan sebuah keraton roh halus berfungsi sebagai subjek. Struktur dan penggunaan kata diatas sudah tepat.

Contoh (10)Tindakan itu tidak dapat ditolerir.

Kalimat diatas tidak baku karena pembentukan kata ditolerir salah. Kata ditolerir terbentuk dari awalan didan kata dasar tolerir. Kata tolerir merupakan serapan dari kata toleriren (Belanda). Kata itu sudah berkategori verba. Jadi, kata ditolerir merupakan verba ganda.

Pembenaran (10)

Tindakan itu tidak dapat ditoleransi.

Pembentukan kata ditoleransi dalam kalimat diatas sudah benar. Kata ditoleransi dibentuk dari awalan di- dan kata dasar toleransi. Kata toleransi berkategori nomina dan merupakan serapan dari tolerantie (Belanda) atau dari tolerance (Inggris). Oleh karena itu, kalimat diatas merupakan kalimat baku.

KESIMPULANBerkaitan dengan hal-hal diatas, ditemukan sejumlah ciri kalimat baku, yaitu seperti berikut. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Ejaannya benar Fungsi-fungsinya (subjek, predikat, dan objek) dinyatakan secara nyata (eksplisit) Struktur dan urutan kata-katanya benar Struktur kalimat bebas dari kerancuan kelompok kata Kalimatnya bebas gejala kontaminasi struktur Kalimatnya bebas gejala pleonasme Kalimatnya bebas kerancuan struktur karena konjungsi ganda Kalimatnya bebas dari penggunaan bentuk nya yang tidak tepat Kalimatnya bebas dari penggunaan kata di mana yang tidak tepat

10. Kalimatnya bebas dari penggunaan kata-kata tidak baku 11. Kalimatnya bebas dari penggunaan kata-kata bahasa Jawa 12. Kalimatnya bebas dari penggunan kata yang tidak tepat. 13. Awalan kata kerja dinyatakan secara nyata 14. Akhiran kata kerjadinyatakan secara nyata

TERIMA KASIH