61
DIFERENSIASI PENDIDIKAN KARAKTER JAMAAH MASJID AL-IKHLAS PADA USIA ANAK-ANAK, REMAJA DAN DEWASA DI LINGKUNGAN WISATA KAFE KARAOKE DUSUN SARIREJO KELURAHAN SIDOREJO LOR KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA TAHUN 2018 . Oleh MUHAMMAD CAHYO RISWANTO NIM. 12010150024 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2018

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4255/1/Tesis .pdfiv ABSTRAK Tesis Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Pascasarjana,

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • DIFERENSIASI PENDIDIKAN KARAKTER JAMAAH

    MASJID AL-IKHLAS PADA USIA ANAK-ANAK,

    REMAJA DAN DEWASA DI LINGKUNGAN

    WISATA KAFE KARAOKE DUSUN SARIREJO

    KELURAHAN SIDOREJO LOR

    KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA

    TAHUN 2018

    .

    Oleh

    MUHAMMAD CAHYO RISWANTO

    NIM. 12010150024

    Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

    untuk gelar Magister Pendidikan

    MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    PROGRAM PASCASARJANA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    TAHUN 2018

  • iv

    ABSTRAK

    Tesis Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam (PAI), Program

    Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2018, Pembimbing Dr. H.

    Sa’adi, M.Ag.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diferensiasi pendidikan karakter

    jamaah masjid al-ikhlas pada usia anak-anak, remaja dan dewasa. Metode yang

    digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan field research

    (penelitian lapangan). Analisis data kualitatif bersifat induktif analitik. Kajian ini

    menemukan diferensiasi pendidikan karakter di masjid al-ikhlas. Diferensiasi

    pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya; religius, jujur, disiplin, rasa

    ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggungjawab, gemar membaca, kerja

    keras dan menghargai prestasi. Diferensiasi pendidikan karakter remaja yakni

    diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan,

    tanggung jawab dan peduli sosial. Diferensiasi pendidikan karakter dewasa yakni

    diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan,

    tanggung jawab, peduli sosial, toleransi. Faktor pendukung diferensiasi

    pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa yakni diantaranya adanya

    buku-buku bacaan terkait agama Islam, adanya fasilitas berupa bangku, mushaf

    al-Qur’an, buku sholawat, papan tulis, kebersihan tempat belajar, dukungan peran

    orang tua, pengurus takmir dan masyarakat muslim khususnya selaku tokoh

    pemerintahan. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter anak-anak,

    diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa yakni diantaranya latar belakang

    berbagai macam karakter kepribadian peserta didik, lingkungan sosial yang

    kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang belum memadai.

    Katakunci:Diferensiasi Pendidikan Karakter

  • v

    ABSTRACT

    Thesis Master of Islamic Education Study Program (PAI), Postgraduate Program,

    Salatiga State Islamic Institute, 2018, Advisor Dr. H. Sa'adi, M.Ag.

    This study aims to determine the differentiation of character education

    for mosque worshipers al-ikhlas at the age of children, adolescents and adults. The

    method used is descriptive qualitative research with a field research approach

    (field research). Qualitative data analysis is analytical inductive. This study found

    differentiation of character education in mosques al-ikhlas. Differentiation of

    children's character education including; religious, honest, disciplined, curious,

    independent, caring for the environment, responsibility, love to read, work hard

    and appreciate achievement. Differentiation of adolescent character education

    including; religious, disciplined, curious, independent, caring for the environment,

    responsibility and social care. Differentiation of adult character education

    including; religious, disciplined, curious, independent, caring for the environment,

    responsibility, social care, tolerance. Supporting factors for the differentiation of

    children's character education, adolescent and adult differentiation include the

    existence of reading books related to Islam, facilities such as benches, Quran

    recitations, prayer books, whiteboards, cleanliness of learning places, support for

    the role of parents , the management of takmir and the Muslim community

    especially as government figures. Inhibiting factors of children's character

    education differentiation, adolescent differentiation and adult differentiation are

    among the backgrounds of various personality traits of students, less conducive

    social environment and inadequate learning facilities.

    Keywords: Character Education Differentiation

  • vi

    MOTTO

    Setiap Manusia Memiliki Kewajiban untuk Berdakwah dan Berdakwah yang

    Paling Baik Adalah Membentuk Karakter Islami di Lingkungan yang Heterogen.

  • vii

    PRAKATA

    Tiada kata yang terindah kecuali ucapan syukur kepada Allah Swt. yang

    senantiasa menyediakan fasilitas oksigen gratis di bumi Allah Swt. dan juga atas

    ridhoNya tesis ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Salawat serta salam

    tak lupa penulis sampaikan untuk baginda Nabi Muhammad SAW yang telah

    memberikan tauladan yang baik kepada umatnya sehingga memberikan motivasi

    tersendiri bagi penulis dalam menuntut ilmu pengetahuan dan menyelesaikan tesis

    ini.

    Alhamdulillaahirabbil’aalamiin atas terselesaikan dan tersusunnya tesis

    ini. Karya besar ini diselesaikan tanpa bisa terlepas dari bantuan semua pihak.

    Oleh karena itu, ucapan terima kasih setulus hati disampaikan kepada:

    1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi selaku Rektor IAIN Salatiga

    2. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana

    IAIN Salatiga dengan segala kebiksanaannya memudahkan dalam

    terselesaikannya tesis ini.

    3. Bapak Hammam, S.Pd. M.Pd. Ph.D. selaku kaprodi Pendidikan Agama Islam

    Pascasarjana.

    4. Bapak Dr. H. Sa’adi, M.Ag. selaku dosen pembimbing tesis yang senantiasa

    memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk-petunjuk penyusunan tesis.

    5. Guru Besar dan Dosen beserta Staff Pascasarjana IAIN Salatiga.

    6. Bapak Ustadz Misbahudin Ar-Rifai dan Bu Ustadzah Tobaroh selaku pendidik

    di Masjid Al-Ikhlas Sarirejo.

    7. Bapak-bapak pengurus takmir dan Remaja Masjid Al-Ikhlas yang telah

    membantu peneliti untuk melancarkan penggalian informasi.

    Salatiga, 9 Juli 2018

    Muhammad Cahyo Riswanto

  • viii

    DAFTAR ISI

    JUDUL .......................................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

    HALAMAN PERNYATAAN...................................................................... iii

    ABSTRAK .................................................................................................... iii

    PRAKATA .................................................................................................... vi

    DAFTAR ISI................................................................................................. vii

    DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................ 7

    C. Signifikansi Penelitian ......................................................... 7

    D. Kajian Pustaka ..................................................................... 8

    E. Kerangka Teori...................................................................... 11

    F. Metode Penelitian ................................................................ 15

    G. Sistematika Penulisan .......................................................... 16

    BAB II A. PROFIL MASJID AL-IKHLAS...........................................

    B. KODISI MASYARAKAT SARIREJO.................................

    20

    21

    BAB III DIFERENSIASI PENDIDIKAN KARAKTER JAMA’AH

    DI MASJID AL-IKHLAS

    A. Anak-anak ............................................................................ 20

    B. Remaja................................................................................... 23

    C. Dewasa................................................................................... 26

    BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT

    DIFERENSIASI PENDIDIKAN KARAKTER JAMA’AH

    MASJID AL-IKHLAS.

    1. Faktor pendukung diferensiasi pendidikan karakter jama’ah masjid al-ikhlas.......................................................................

    2. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter jama’ah masjid al-ikhlas..........................................................

    33

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .......................................................................... 35

    B. Saran .................................................................................... 36

    DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 38

    LAMPIRAN................................................................................................... 39

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    No Keterangan Hal

    1 Instrumen pertanyaan dan penggalian informasi 39

    2 Transkip percakapan/wawancara 40

    3 Foto-foto kegiatan 45

    4 Surat Keterangan Penelitian -

    5 Lembar Bimbingan Tesis -

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan formal sangat berperan pada individu dimana ia bisa belajar

    dari mulai usai 4 tahun hingga 23 tahun atau dari mulai TK sampai Perguruan

    Tinggi. Dari guru atau sekolah individu dapat menerima berbagai pelajaran

    yang nantinya dapat digunakan untuk bergaul dalam lingkungan masyarakat.

    Pelajaran di sekolah baik yang pelajaran teori maupun praktek akan sangat

    bermanfaat bagi perkembangan individu di lingkungan formal dan non formal.

    Dalam lingkungan pendidikan formal ini seorang individu akan diajarkan

    banyak sekali pengetahuan yang belum pernah ia miliki, dari pengetahuan

    pribadi, sosial, keagamaan sampai ke pengetahuan yang berasal dari luar

    kebudayaannya.1Pendidikan nonformal adalah pendidikan kegiatan belajar

    mengajar yang diadakan diluar sekolah untuk memenuhi kebutuhan

    pendidikan peserta didik tertentu untuk mendapatkan informasi, pengetahuan,

    latihan dan bimbingan sehingga mampu bermanfaat bagi keluarga, masyarakat

    dan negara. 2

    Pendidikan non-formal sebagai bagian dari sistem pendidikan memiliki

    tugas sama dengan pendidikan lainnya (pendidikan formal) yakni memberikan

    pelayanan terbaik terhadap masyarakat. Layanan alternatif yang diprogramkan

    1Andriezens, Pengaruh Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal Terhadap Prestasi

    Pendidikan, Jakarta:Yudistira, 2008,8. 2Sudjana, Pendidikan Nonformal:Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah dan Teori

    Pendukung serta Asas,Bandung: Falah Production, 2001, 6.

  • 2

    di luar sistem persekolahan tersebut bisa berfungsi sebagai pengganti,

    penambah dan atau pelengkap pendidikan formal sistem persekolahan.

    Adapun ayat yang berkaitan dengan pendidikan karakter.

    َكاةَ َوأََمُروا ََلةَ َوآتَُوا الزَّ كَّنَّاُهْم فِي اْْلَْرِض أَقَاُموا الصَّ الَِّذيَن إِن مَّ

    ِ َعاقِبَةُ اْْلُُموِر بِاْلَمْعُروِف َونََهْوَعنِ -١٤-اْلُمنَكِر َوّلِِلَّ

    Artinya orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka

    bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,

    menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar;

    dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Q.S. Al-Hajj:41). 3

    Lingkungan keluarga merupakan aspek yang pertama mempengaruhi

    perkembangan anak. Dari keluarga inilah tumbuh kembangnya anak, baik

    jasmani maupun rohani. Keluarga sangat berpengaruh dalam membentuk

    aqidah, mental, spiritual, kepribadian dan pola pikir anak. Peran penting

    keluarga menanamkan pendidikan pada masa-masa tersebut supaya

    membekas pada jiwa anak dan tidak mudah hilang atau berubah sesudahnya.4

    Dasar-dasar tanggung jawab keluarga atau orang tua dalam mendidik anak

    yakni diantaranya; adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai

    hubungan orang tua dan anak, pemberian motivasi kewajiban moral sebagai

    konsekwensi kehidupan orang tua terhadap keturunannya dan memelihara

    dan membesarkan anaknya.5 Keluarga sebagai pusat pendidikan utama dan

    pertama yaitu keluarga merupakan pendidik pertama bagi anak-anak karena

    dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan, dengan demikian

    3Ishak Abdulhak dkk, Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Non Formal, Jakarta: PT.

    Raja Grafindo Pustaka, 2012, 45. 4Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta:Rajawali, 2009, 28. 5Binti Maunah, Ilmu Pendidikan,Yogyakarta: Teras, 2009, 92.

  • 3

    bentuk pertama dari pendidikan itu terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang

    tua yaitu ayah dan ibu yang mempunyai peranan penting dan sangat

    berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya, sejak seorang anak lahir seorang

    ibunyalah yang selalu disampingnya. 6 Masjid adalah tempat sujud kepada

    Allah SWT. tempat shalat dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali

    sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi masjid guna

    melaksanakan shalat berjamaah. Masjid juga merupakan tempat yang paling

    banyak dikumandangkan nama Allah melalui azan, qamat, tahlil, istigfar dan

    ucapan lain yang dianjurkan dibaca di masjid sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan

    dengan pengagungan asma Allah SWT. Masjid sebagai tempat melakukan

    ibadah oleh umat muslim. 7

    Pada dasarnya masjid atau langgar mempunyai fungsi yang tidak terlepas

    dari kehidupan keluarga sebagai lembaga pendidikan. Masjid juga berfungsi

    sebagai penyempurna pendidikan dalam keluarga, agar selanjutnya anak

    mampu melaksanakan tugas-tugas hidup dalam masyarakat dan lingkungan.

    Masjid juga mampu menjadi pusat pembelajaran kaidah-kaidah Islam,

    sehingga mampu menjadikan sekelompok umat muslim menjadi pribadi yang

    baik dan sholeh. Masjid juga digunakan tempat untuk melakukan shalat lima

    waktu, shalat jum’at, shalat tarawih dan ibadah-ibadah lainnya, Masjid juga

    digunakan untuk kegaitan syiar Islam, pendidikan agama, pendidikan karakter,

    pengajian dan kegiatan lainnya yang bersifat sosial.

    6Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara, 2008, 35. 7Hadaeri dkk, Pendidikan Agama dalam Perspektif, Jakarta: Gaung Persada, 2007, 40.

  • 4

    Fungsi masjid bukan hanya tempat sholat, tetapi juga lembaga untuk

    mempererat hubungan dan ikatan jama’ah Islam yang baru tumbuh. Nabi

    Muhammad SAW mempergunakan masjid sebagai tempat menjelaskan wahyu

    yang diterimanya, memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan para

    sahabat tentang berbagai masalah, memberi fatwa, mengajarkan agama Islam,

    membudayakan musyawarah, menyelesaikan perkara-perkara dan

    perselisihan-perselisihan.8 Masjid al-Ikhlas, secara geografi terletak di Dusun

    Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pulau

    Jawa Tengah Provinsi Indonesia. Secara astronomi terletak antara 007.17’ dan

    007.17’. 23” lintang selatan. Dusun Sarirejo mayoritas masyarakatnya

    pengusaha kafe karaoke. Dusun Sarirejo yakni sebuah Dusun yang kondusif,

    akan tetapi semenjak kedatangan pekerja sek komersil (PSK) dari pinggiran

    hotel Beringin Kabupaten Purwodadi maka lambat laun berubah menjadi

    tempat lokalisasi. Kemudian sejak tahun 1970 tempat tersebut menjadi

    lingkungan wisata hiburan kafe karaoke yang mulai pukul 21.00 WIB-02.00

    WIB. Suasana wisata kafe karaoke menjadi rutinitas kegiatan keseharian bagi

    pemilik kafe, karyawan, tamu pendatang dan bahkan masyarakat muslim.

    Budaya itu berdampak bagi warga mulim setempat untuk mencari peluang

    keuntungan ekonomi dengan cara mendirikan kafe karaoke. Pembangunan

    kafe karaoke tiap tahun semakin bertambah. Masyarakat muslim di Dusun

    Sarirejo Kota Salatiga kurang responsif dalam hal pendidikan karakter.

    Meskipun budaya lingkungan sosial sangat memprihatinkan citra masyarakat

    8Hadaeri dkk, Pendidikan Agama dalam Perspektif..., 45.

  • 5

    muslim akan tetapi masih ada sistem diferensiasi pendidikan karakter di

    masjid al-ikhlas. Masjid al-ikhlas sebagai titik sentra pendidikan karakter bagi

    jamaah dusun sarirejo. Maka dari itu, hal ini menarik untuk diteliti.

    B. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini mencakup:

    a. Sejauh mana diferensiasi pendidikan karakter jamaah Masjid Al-Ikhlas

    di lingkungan Kafe Karaoke Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor

    Kota Salatiga Tahun 2018?

    b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat diferensiasi pendidikan

    karakter jamaah Masjid Al-Ikhlas di lingkungan wisata kafe karaoke

    Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor Kota Salatiga Tahun 2018?

    C. Signifikansi Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    a. Untuk mengetahui sejauh mana diferensiasi pendidikan karakter jamaah

    masjid al-Ikhlas di lingkungan kafe karaoke Dusun Sarirejo Kelurahan

    Sidorejo Lor Kota Salatiga Tahun 2018.

    b. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat

    diferensiasi pendidikan karakter jamaah masjid al-Ikhlas di lingkungan

    wisata kafe karaoke Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor Kota

    Salatiga Tahun 2018.

  • 6

    2. Manfaat Penelitian

    a. Manfaat teoretik

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam

    pengembangan keilmuan khususnya dalam diferensiasi pendidikan

    karakter.

    b. Manfaat praksis

    Pertama, bagi peneliti untuk menambah pengetahuan terkait

    diferensiasi pendidikan karakter jamaah masjid al-Ikhlas yang terdiri

    dari anak-anak, remaja dan dewasa. Kedua, bagi pendidik yakni

    supaya mampu menerapkan strategi pendidikan karakter yang kreatif

    dan inovatif. Ketiga, bagi lembaga pendidikan sebagai bahan

    pertimbangan dalam mengembangkan pendidikan karakter.

    D. Kajian Pustaka

    1. Penelitian Terdahulu

    Pertama, penelitian Akhmad Nasir terkait strategi penanaman nilai-

    nilai keislaman bagi karyawan tempat hiburan malam. Penelitian tersebut

    memfokuskan strategi penanaman nilai keislaman di tempat hiburan

    malam. Adapun hasil penelitian menyimpulkan strategi membangun

    hubungan baik dengan pemilik cafe atau club, memahami karakteristik

    jamaah pengajian, memilih materi pengajian yang tepat sesuai dengan

  • 7

    kondisi mereka, strategi narasi atau kisah dan strategi memberikan

    keteladanan.9

    Kedua, Deny Setiawan terkait peran pendidikan karakter dalam

    mengembangkan kecerdasan moral. Penelitian tersebut memfokuskan

    pentingnya peran pendidikan karakter secara intensif sebagai esensi

    pengembangan kecerdasan moral (building moral intelligence). Adapun

    hasil penelitian tersebut yakni diantaranya moral sebagai aspek lingkungan

    utama yang menentukan karakterisasi peserta didik. Oleh karena itu,

    kecerdasan moral harus secara sadar dipelajari dan ditumbuhkan melalui

    pendidikan karakter secara aplikatif. Pada tahap awal implementasi

    pendidikan karakter di tingkat persekolahan perlu dilakukan melalui

    pengkondisian moral (moral conditioning) yang kemudian berlanjut

    dengan latihan moral (moral training). 10

    Ketiga, Sabar Budi Raharjo terkait pendidikan karakter sebagai

    upaya menciptakan akhlak mulia. Penelitian tersebut memfokuskan

    pendidikan karakter dapat mewujudkan akhlak mulia. Adapun hasil

    penelitiannya yakni pendidikan karakter dapat berjalan efektif dan berhasil

    apabila dilakukan secara integral dimulai dari lingkungan rumah tangga,

    sekolah dan masyarakat. Karakter yang harus ditanamkan kepada peserta

    didik di antaranya adalah; cinta kepada Allah dan alam semesta beserta

    isinya, tanggungjawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat, santun, kasih

    9Akhmad Nasir, “Strategi Penanaman Nilai-nilai Keislaman Bagi Karyawan Tempat

    Hiburan Malam”, Tesis, UIN Sunan Kalijaga, 2015, 8. 10Deny Setiawan, “Peran Pendidikan Karakter dalam Mengembangkan Kecerdasan

    Moral”, Jurnal Pendidikan, Volume 4, No 1, (Maret 2013), 5.

  • 8

    sayang, peduli, kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras, pantang

    menyerah, keadilan, kepemimpinan, baik, rendah hati, toleransi, cinta

    damai dan persatuan. Sedangkan akhlak mulia adalah keseluruhan

    kebiasaan manusia yang berasal dalam diri yang di dorong keinginan

    secara sadar dan dicerminkan dalam perbuatan yang baik. Dengan

    demikian apabila karakter-karakter yang luhur tertanam dalam diri peserta

    didik maka akhlak mulia secara otomatis akan tercermin dalam perilaku

    peserta didik dalam kehidupan keseharian. 11

    Spesifikasi penelitian terdahulu dan penelitian yang sedang dilakukan

    terletak pada pembahasan variabelnya. Penelitian terdahulu variabelnya

    memfokuskan strategi penanaman keislaman bagi karyawan kafe karoke

    pada tahun 2015. Penelitian yang sedang dilakukan di masjid al-ikhlas

    Sarirejo variabelnya memfokuskan diferensiasi pendidikan karakter bagi

    jamaah masjid al-Ikhlas terdiri anak-anak, remaja dan dewasa pada tahun

    2018.

    2. Kerangka Teori

    a. Komponen-komponen pendidikan karakter dengan tinjauan analisis

    SWOT

    Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran

    dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk

    mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian dari

    sistem proses pendidikan ya n g me ne n t uka n be r ha s i l a t a u

    11Sabar Rudi Raharjo, “Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia”,

    Jurnal Pendidikan, Volume 16, No 3, (Februari 2010), 47.

  • 9

    t i d a k n ya p r o ses pendidikan. Pembelajaran agama Islam adalah

    suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar,

    terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus-menerus

    mempelajari agama Islam, baik untuk mengetahui bagaimana cara

    beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai

    pengetahuan.12

    Ada beberapa komponen-komponen Pendidikan yakni diantaranya;

    1) Tujuan pendidikan,

    2) Isi (kurikulum) pendidikan

    3) Lingkungan pendidikan

    4) Pendidik

    5) Peserta didik

    6) Metode

    7) Media

    Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang

    digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan

    (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dalam

    suatu lembaga. Adapun faktor-faktor analisis SWOT yakni di antaranya:

    1. Strengths (kekuatan) adalah kompetensi khusus atau keunggulan-

    keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan

    komparatif lembaga pendidikan tersebut.

    12Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, 57.

  • 10

    2. Weakness (kelemahan) adalah terdapatnya kekurangan pada kondisi

    yang sifatnya internal dan eksternal.

    3. Opportunities (peluang) adalah suatu kondisi lingkungan internal

    dan eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi formulasi dalam

    lembaga pendidikan.

    4. Threats (ancaman) yakni faktor-faktor lingkungan yang tidak

    menguntungkan bagi sebuah lembaga pendidikan baik dari segi

    internal maupun eksternal.13

    b. Lingkungan sosial

    Lingkungan sosial meliputi lingkungan keluarga, lingkungan

    masyarakat desa, lingkungan kota dan lembaga-lembaga atau badan-

    badan sosial lainnya.14 Lingkungan merupakan salah satu faktor yang

    mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku

    individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis,

    termasuk didalamnya adalah belajar. Yang dimaksud dengan

    lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-

    manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi,

    sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai

    makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.

    Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal,

    mencari, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana

    13Fred R. David, Strategic Management: Concepts dan Cases, New Jersey: Prentice Halk,

    2013, 16-17. 14Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Jakarta: PT.

    Remaja Rosdakarya, 2007, 9.

  • 11

    terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang

    menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih

    kompleks dan riil. 15

    c. Diferensiasi pendidikan karakter

    Diferensiasi sosial berasal dari bahasa Inggris yaitu difference,

    yang berarti perbedaan. Sedangkan menurut istilah diferensiasi adalah

    perbedaan yang dapat kita lihat dan kita rasakan dalam masyarakat.16

    Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona mengandung tiga

    unsur pokok yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai

    kebaikan (desiring the good) dan melakukan kebaikan (doing the good).

    Menurut Thomas Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral

    (moral knonwing), sikap moral (moral felling) dan perilaku moral

    (moral behavior).17 Karakter adalah konstelasi kebajikan yang dimiliki

    oleh seseorang. Karakter pendidikan dapat didefinisikan sebagai upaya

    yang disengaja untuk menumbuhkan kebajikan. 18

    Pendidikan karakter pada hakikatnya adalah pendidikan nilai.19

    Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas

    tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup

    15Elly M. Setiady dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media,

    2006, 73. 16Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2009, 56. 17Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter, Jakarta: Prenada Media, 2011, 2. 18Tomas Lickona, “A Comprehensive Approach To Character Building In Catholic

    Schools”, A Juournal Of Inquiry And Practice, Volume 1, No 5 (Januari, 2017), 161. 19Kirschenbaum, Howard, ”From Values Clarification to Character Education:A Personal

    Journey”, The Journal of Humanistic Counseling Educationand Development, Volume 39, No 1,

    (Januari 2000), 4.

  • 12

    keluarga, masyarakat dan negara.20Membangun karakter dapat

    meningkatkan kualitas implementasi dan hasil pendidikan sekolah yang

    mengarah pada pencapaian formasi karakter dan karakter mulia peserta

    didik secara utuh, terintegrasi, dan seimbang, standar kompetensi yang

    sesuai. Melalui pengembangan karakter, itu diharapkan peserta didik

    dapat meningkatkan dan menggunakan pengetahuan mandiri, belajar,

    personalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia begitu nyata dalam

    perilaku sehari-hari.21 Pendidikan karakter muncul untuk memberikan

    para siswa dan guru dengan banyak manfaat dalam pengaturan kelas

    dan lainnya, namun, satu tantangan dari dunia pendidik adalah

    pengadaan terkait bahan kurikulum dan latar belakang untuk

    mengajarkannya. 22 Pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan

    untuk mewujudkan visi misi pembangunan nasional yaitu mewujudkan

    masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab

    berdasarkan falsafah pancasil.23

    20Suyatno,Urgensi Pendidikan Karakter, Jakarta: Depdiknas, 2009, 45. 21Nurhasanah Dan Qathrin Nida, “Character Building Of Students By Guidance And

    Counseling Teachers Through Guidance And Counseling Services”, International

    Multidisciplinary Journal, Volume 4, No. 1, (January, 2016), 67. 22Gina M. Almerico, “Building character through literacy with children’s literature”,

    Research in Higher Education Journal, Vol. 26, No 1. (October, 2014), 3. 23Supiah dkk, Pengembangan Pendidikan Budidaya dan Karakter Bangsa Melalui

    Pembelajaran Matematika, Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Badan Pengembangan

    Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Pusat Pengembangan dan

    Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Pendidikan, 2011, 50.

  • 13

    E. Metode Penelitian

    Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Sesuai dengan obyeknya

    penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Adapun yang

    perlu dijelaskan dalam penelitian ini adalah: Setting penelitian kualitatif ini

    sangat berkaitan dengan fieldwork artinya peneliti secara fisik terlibat

    langsung dengan orang, latar (setting) tempat, atau institusi untuk mengamati

    atau mencatat perilaku dalam latar alamiahnya. Metode penelitian kualitatif

    tidak mengendalikan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka atau

    metode statistik. 24 Penelitian ini mengambil lokasi di Masjid Al-ikhlas daerah

    Wisata kafe karaoke Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejolor Kota Salatiga

    tahun 2018. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

    metode observasi partisipatif, metode wawancara dan metode dokumentasi.

    Jenis dan sumber data:

    1. Jenis data, pada pendekatan penelitian kualitatif deskriptif berjenis

    diferensiasi pendidikan karakter jamaah Masjid al-Ikhlas pada usia anak-

    anak, remaja dan dewasa.

    2. Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi sumber data

    primer dan sumber data sekunder yang akan diuraikan sebagai berikut:

    a. Sumber data primer, yaitu diferensiasi pendidikan karakter jamaah

    masjid al-ikhlas pada usia anak-anak, remaja dan dewasa. Data tersebut

    bersumber dari ustad/ustadzah, santri-santri, tujuan pendidikan, materi,

    lingkungan, metode dan media terdiri gambar, artikel dan papan tulis.

    24Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&I, Bandung: Ganesa, 2006, 44.

  • 14

    b. Sumber data sekunder yaitu beberapa dokumen pelengkap dan

    pendukung dari data primer yakni berupa dokumen-dokumen yang

    terkait hal itu.

    3. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono teknik analisis data terdiri

    pdari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan aktivitasnya

    dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

    tuntas, yaitu : reduksi data, penyajian data, verifikasi dan penarikan

    kesimpulan.25 Dalam tahap ini peneliti melakukan analisis data kualitatif

    bersifat induktif analitik yang menekankan pada pemaknaan kekhususan

    suatu kasus, bukan keumumannya (nomotetik).

    F. Sistematika Penulisan

    Bab 1 Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

    masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan

    sistematika penulisan. Bab II profile Masjid Al-Ikhlas dan kondisi Masyarakat

    Sarirejo. Bab III diferensiasi pendidikan karakter jamaah Masjid Al-Ikhlas.

    Bab IV Faktor pendukung dan penghambat diferensiasi pendidikan karakter

    jamaah Masjid Al-Ikhlas. Bab V Penutup yang memuat kesimpulan dan saran.

    25Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&I..., 46

  • 15

    BAB II

    PROFIL MASJID AL-IKHLAS

    A. Profil Masjid Al-ikhlas

    Masjid Al-ikhlas secara geografi terletak di Dusun Sarirejo

    Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Propinsi Jawa

    Tengah. Secara astronomi terletak antara 007.17’ dan 007.17’. 23” lintang

    selatan. Masjid Al-ikhlas tersebut sederhana layaknya Masjid Al-ikhlas

    pada umumnya. Masjid Al-ikhlas sebagai pusat kegiatan pendidikan

    karakter masyarakat sarirejo. Masjid Al-ikhlas tersebut diharapkan mampu

    menjadi tonggak kebangkitan umat muslim di Dusun Sarirejo khususnya

    dalam pendidikan karakter jamaah Masjid Al-ikhlas. Masjid Al-ikhlas

    sering ada jamaah sholat dari luar daerah ketika sholat jum’at. Masjid Al-

    ikhlas memiliki karakteristik yang di antaranya; lantai berkeramik, cat

    berwarna hijau, tempat sholat ada sekat (satir) antara laki-laki dan

    perempuan, ada mimbar khutbah dan ada fasilitas karpet.

    Struktur organisasi Masjid Al-ikhlas26

    Penanggungjawab : Bapak Suratno

    Ketua takmir : Bapak Legiman

    Sekretaris : Bapak Slamet Bandriyo

    Bendahara : Bapak Widiharton

    26Dokumen Masjid Al-ikhlas, 1 Januari 2018.

  • 16

    Program Masjid Al-ikhlas

    1. P.H.B.I (Peringatan Hari Besar Islam).

    2. Kajian fikih terkait sholat fardhu, tauhid, pendidikan karakter dan

    belajar membaca al-Qur’an untuk usia dewasa setiap hari pukul

    18.00 WIB-19.00 WIB

    3. Penyuluhan pendidikan karakter dan keagamaan dari Kementrian

    Agama Islam salatiga setiap hari kamis pukul 19.00-20.00 WIB.

    4. Pendidikan Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) terdiri dari remaja

    dan anak-anak setiap hari pukul 15.00-17.00 WIB.

    5. Tersedianya buku-buku bacaan dari Perpustakan Daerah

    (Perpusda) Salatiga untuk literasi terkait pendidikan agama Islam

    dan pendidikan karakter setiap hari.

    B. Kondisi Masyarakat Sarirejo

    Kondisi Masyarakat Sarirejo sangat memprihatinkan dikarenakan

    budaya pekerjaan kafe karaoke yang mayoritas masyarakat

    mendominasinya. Pekerjaan ini membuat masyarakat muslim Sarirejo

    terkontaminasi pendidikan karakter buruk yang kurang islami. Dampak

    negatif budaya kafe karaoke membuat dekadensi moral. Semisal; mabuk-

    mabukan, merokok, main perempuan dan membuka usaha kafe karaoke.

    Himpitan ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidup menjadi alasan utama

    membuka usaha kafe karaoke di Dusun Sarirejo. Selain itu, budaya

    perempuan memakai pakaian ketat menjadi tren fashion karyawan kafe

    karaoke. 27

    27Wawancara dengan Ibu Tobaroh, pada Selasa 7 Maret 2018 pukul 13.00-14.00

    WIB.

  • 17

    Anak-anak yang seharusnya mulai belajar menutup aurat dengan

    baik justru sering melihat pemandangan yang kurang islami setiap harinya.

    Remaja yang seharusnya menjadi tonggak perjuangan islami di dusun

    sarirejo, lama kelamaan terkena dampak karakter negatif dalam

    kehidupannya. Kepala keluarga yang seharusnya bisa menjaga hubungan

    rumah tangga dengan baik, terkena dampak perselingkuhan dan

    menyebabkan broken home. Suasana malam hari, terkadang terdengar

    suara perkelahian dan bahkan tangisan wanita dari karyawan kafe karaoke

    yang disebabkan saling kecemburuan dari tamu pelanggan. Perkelaian

    tersebut mengganggu istirahat warga pada saat malam hari. 28

    Warga muslim yang seharusnya mendapatkan suasana yang

    nyaman pada waktu istirahat tidur malam hari menjadi tidak mendapatkan

    suasana sebagai mana semestinya. Jadi kondisi Masyarakat Sarirejo

    suasananya memang belum kondusif pada waktu malam hari yang mana

    disebabkan beraneka ragamnya kepribadian karakter warga dalam

    pekerjaan kafe karaoke. Budaya kafe karaoke tiap malam meresahkan

    masyarakat muslim dikarenakan berdampaknya karakter negatif bagi anak-

    anak. Semisal anak SD melakukan tindakan asusila sesama teman. 29

    28Wawancara dengan Bapak Ratna, pada Selasa 7 Maret 2015 pukul 11.00-12.00

    WIB. 29Wawancara dengan Ibu Tobaroh, pada Selasa, 7 Maret 2018 pukul 13.00-14.00

    WIB.

  • 18

    BAB III

    DIFERENSIASI PENDIDIKAN KARAKTER

    JAMA’AH MASJID AL-IKHLAS

    Diferensiasi pendidikan karakter jamaah Masjid Al-ikhlas diklasifikasikan

    berdasarkan kriteria umur yang terdiri dari anak-anak, remaja dan dewasa.

    Pendidik membagi kriteria usia agar peserta didik mudah menerima materi

    berdasarkan jenjang tingkatan. Pendidik menekankan materi pendidikan karakter

    kepada peserta didik bertujuan untuk membentengi diri dari lingkungan budaya

    sosial yang kurang Islami yang dikhawatirkan akan mempengaaruhi karakter

    peserta didik. Penanaman pendidikan karakter di Masjid Al-ikhlas diharapkan

    mampu merubah peserta didik menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa.30

    Konsep pendidikan dalam Islam adalah membimbing seseorang dengan

    memperhatikan segala potensi paedagogik yang dimilikinya, melalui tahapan-

    tahapan yang sesuai, untuk didik jiwanya, akhlaknya, akalnya, fisiknya,

    agamanya, rasa sosial politiknya, ekonominya, keindahannya, dan semangat

    jihadnya.31

    Karakter tersusun dari tiga bagian yang saling berhubungan, yakni: moral

    knowing (pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dan moral

    behavior (perilaku moral). Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan tentang

    kebaikan (knowing the good), keinginan terhadap kebaikan (desiring the good),

    dan berbuat kebaikan (doing the good). Dalam hal ini, pukdiperlukan pembiasaan

    dalam pemikiran (habits of the mind), dan pembiasaan dalam tindkan (habits of he

    30Wawancara dengan Bapak Ratna, Pada Rabu 7 Maret 2018 pukul 11.00-12.00 WIB. 31Ali Abdul Halim Mahmud, Tarbiyah Khuluqiyah Pembinaan Diri Menurut Konsep

    Nabawi, Terj. Afifudin, Solo: Media Insani, 2003, 25.

  • 19

    heart), dan pembiasaan dalam tindakan (habit of the action).32Indikator

    keberhasilan pendidikan karakter adalah jika seseorang telah mengetahui sesuatu

    yang baik (knowing the good) (bersifat kognitif), kemudian mencintai yang baik

    (loving the good) (bersifat afektif), dan selanjutnya melakukan yang baik (acting

    the good) (bersifat psikomotorik).33

    Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang

    berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,

    lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,

    perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma,

    budaya, adat itiadat dan estetika. 34 Pendidikan karakter merupakan

    pengembangan kemampuan pada pembelajar untuk berperilaku baik yang ditandai

    dengan perbaikan berbagai kemampuan yang akan menjadikan manusia sebagai

    makhluk yang berketuhanan (tunduk patuh pada konsep ketuhanan) dan

    mengemban amanah sebagai pemimpin di dunia. 35 Hakikat pendidikan karakter

    adalah proses bimbingan peserta didik agar terjadi perubahan perilaku, perubahan

    sikap, dan perubahan budaya, yang akhirnya kelak mewujudkan komunitas yang

    beradab. 36

    32Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga

    Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, 13. 33Ajat Sudrajat, “Mengapa Pendidikan Karakter?”, Jurnal Pendidikan Karakter, Volume

    1, No. 1, (April 2011), 48. 34M. Samani, & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja

    Rosdakarya, 2013, 41-42. 35Kesuma, D., Triatna, C., & Permana, J. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik

    di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, 7. 36Aushop, A. Z. Islamic Character Building: Membangun Insan Kamil, Cendekia

    Berakhlak Qurani. Bandung: Grafindo Media Pratama, 2014, 7.

  • 20

    Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa yakni

    diantaranya;

    A. Anak-anak

    Komponen-komponen diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni

    diantaranya;

    Pertama, pendidik terdiri dari Pak Ustadz Misbahudin maupun Bu

    Ustadzah Tobaroh. Kedua, peserta didik terdiri dari anak-anak Taman

    Pendidikan Qur’an (TPQ) berjumlah 54-an yang terdiri dari tiga kelas yakni

    kelas ula (pertama) dan dua kelas tsani yang mana laki-laki dan perempuan

    dipisah. Ketiga, materi bagi anak-anak yakni diantaranya tauhid dan akhlak

    yang bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu tajwid bersumber dari kitab

    hidayatus sibiyan, yanbua, doa sehari-hari dan pendidikan karakter. 37

    Keempat, metode pendidikan karakter anak-anak terdiri dari: metode

    ceramah, metode sorogan, dan metode reward. Metode reward berupa makan

    bakso kawi jikalau hafal juz ama. Kelima, media anak-anak terdiri dari: iqro’,

    yanbua, buku gambar, papan tulis dan spidol, media alat rebana, media al-

    qur’an, media fotokopi materi dan media buku-buku Islami. Keenam, tujuan

    pendidikan karakter anak-anak yaitu persiapan untuk menjadi warga negara

    yang baik, terbentuk jiwa sosial, terbentuk pribadi muslim yang sejati, beriman

    teguh, beramal sholeh, bermanfaat bagi sesama makhluk hidup, berakhlak

    mulia serta mampu mempersiapkan diri dalam kehidupan dunia maupun

    akhirat. Ketujuh, Lingkungan belajar bagi anak-anak berada di serambi Masjid

    37Wawancara dengan Adek Rio, Pada Jum’at 9 Maret 2018 pukul 15.00-16.00 WIB.

  • 21

    al-ikhlas tanpa beralaskan alas tikar. Kondisi suasana ruangan belajar bising

    karena berdekatan dengan akses jalan utama sehingga peserta didik terkadang

    merasa terganggu. Setiap peserta didik ada bangku yang berguna untuk

    menulis serta menaruh mushaf Al-Qur’an.38

    Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya;

    Pertama, religius yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam mengamalkan

    ajaran agama yang dianutnya. Indikator: peserta didik rmenumbuhkan

    kebiasaan perilaku mulia seperti sholat berjama’ah ashar, jadwal adzan ashar,

    sholat berjama’ah maghrib dan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ). Strategi pendidik

    menanamkan religius kepada peserta didik yakni dengan cara membuat jadwal

    sholat. Kedua, jujur yakni perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

    dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan

    dan pekerjaan. Indikatornya yakni diantaranya; jujur ketika ditanya ustadz

    meninggalkan sholat fardhu. Strategi pendidik menanamkan kejujuran yakni

    dengan cara metode ceramah. 39

    Ketiga, disiplin yakni selalu tepat waktu sholat. Indikatornya yakni

    diantaranya; displin sholat fardhu berjamaah ashar di masjid al-ikhlas dan

    disiplin berangkat ngaji. Strategi pendidik menanamkan kedisiplinan peserta

    didik dengan cara membiasakan jadwal sholat berjamaah. Keempat, rasa ingin

    tahu yakni suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui

    apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai

    aspek terkait apapun. Indikator yakni diantaranya; peserta didik memiliki rasa

    38Wawancara dengan Pak Ustadz Misbahudin, Pada Rabu 7 Maret 2018 pukul 08.00-

    09.00 WIB. 39Wawancara dengan Ibu Tobaroh, Pada Rabu 7 Maret 2018 pukul 13.00-14.00 WIB.

  • 22

    ingin tau terkait materi kajian fikih sholat fardhu. Strategi pendidik

    menanamkan rasa ingin tahu dengan cara kajian kitab fikih.40

    Kelima, mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

    orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Indikator yakni diantaranya yakni

    mandiri dalam berangkat ngaji, mandiri mengerjakan tugas apapun dari ustadz

    dan mandiri dalam berangkat sekolah. Strategi pendidik menanamkan mandiri

    kepada peserta didik dengan cara memberikan motivasi. Keenam, peduli

    lingkungan yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

    kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya. Indikatornya yakni diantaranya;

    peserta didik membersihkan masjid terkait mengambil sampah di depan masjid,

    menyapu di serambi masjid dan tidak membuang sampah sembarang tempat.41

    Strategi pendidik menanamkan peduli lingkungan kepada peserta didik dengan

    cara memberikan teladan.

    Kelima, tanggung jawab yakni menyadari bahwa segala hal yang diperbuat

    oleh dirinya bukan merupakan tugas dan kewajiban bagi dirinya sendiri, namun

    juga keluarga, lingkungan, masyarakat, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

    Indikator yakni diantaranya: tanggung jawab piket kelas, tanggung jawab

    mengerjakan PR dan tanggung jawab menghafal doa-doa sehari-hari. Strategi

    pndidik menanamkan tanggung jawab kepada peserta didik dengan cara

    memberikan tugas mandiri. Keenam, gemar membaca yakni kebiasaan

    menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan

    kebajikan bagi dirinya. Indikatornya yakni diantaranya membaca buku-buku

    40Wawancara dengan Ibu Tobaroh, pada Selasa, 7 Maret 2018 pukul 13.00-14.00 WIB 41Wawancara dengan Ibu Tobaroh, pada Selasa, 7 Maret 2018 pukul 13.00-14.00 WIB

  • 23

    islami, cerita anak-anak dan pendidikan karakter. Strategi pendidik

    menanamkan gemar membaca kepada peserta didik dengan cara menyediakan

    buku bacaan dari perpustaakaan daerah salatiga. 42

    Ketujuh, kerja keras yakni tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan

    patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Indikatornya yakni diantaranya;

    kerja keras mengerjakan PR. Strategi pendidik menanamkan kerja keras

    dengan cara memberikan tugas. Kedelapan, menghargai prestasi yakni sikap

    dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang

    berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang

    lain. Indikatornya yakni diantaranya; menghafalkan juz ama. Strategi pendidik

    menanamkan menghargai prestasi kepada peserta didik dengan cara

    memberikan reward makan bakso kawi ketika hafal juz ama.43

    B. Remaja

    Komponen-komponen diferensiasi pendidikan karakter remaja yakni

    diantaranya; pertama, pendidik terdiri dari Pak Ustadz Misbahudin maupun Bu

    Ustadzah Tobaroh. Kedua, peserta didik berjumlah 20-an. Ketiga, materi bagi

    remaja yakni diantaranya tauhid dan akhlak yang bersumber dari kitab aqidatul

    awwam, ilmu tajwid bersumber dari kitab hidayatus sibiyan, yanbua dan

    pendidikan karakter. Keempat, metode pendidikan remaja terdiri dari: metode

    ceramah dan metode sorogan. Kelima, media bagi remaja terdiri dari: papan

    42Wawancara dengan Ibu Tobaroh, pada Selasa 7 Maret 2018 pukul 13.00-14.00 WIB. 43Wawancara dengan Pak Ustadz Misbahudin, pada Rabu, 7 Maret 2018 pukul 08.00-

    09.00 WIB.

  • 24

    tulis dan spidol, media alat rebana, media al-qur’an, media fotokopi materi,

    drumblek dan media buku-buku Islami. 44

    Keenam, tujuan pendidikan karakter remaja yakni menjadi remaja yang

    religius dan berkarakter baik kepada sesama makhluk hidup. Ketujuh,

    Lingkungan belajar bagi remaja berada di serambi Masjid al-ikhlas tanpa

    beralaskan alas tikar. Kondisi suasana ruangan belajar bising karena berdekatan

    dengan akses jalan utama sehingga peserta didik terkadang merasa terganggu.45

    Diferensiasi pendidikan karakter remaja yakni diantaranya;

    Pertama, religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

    ajaran agama yang dianutnya. Indikatornya yakni diantaranya; remaja rajin

    sholat fardhu khususnya sholat mahrib berjamaah dan sholat jum’at. Strategi

    pendidik menanamkan religius kepada peserta didik dengan cara sholat

    berjamaah bersama. Kedua, disiplin yakni suatu sikap mematuhi peraturan

    dalam pendidikan karakter. Indikatornya yakni diantaranya; displin sholat

    maghrib berjamaah di masjid al-ikhlas, disiplin berangkat ngaji dan disiplin

    mengajar tugas dari ustadz. Strategi pendidik menanamkan peserta didik

    dengan cara metode teladan. 46

    Ketiga, rasa ingin tahu yakni diantaranya suatu keinginan untuk

    mendalami materi. Indikatornya yakni diantaranya; selalu bertanya kepada

    pendidik jikalau tidak memahami materi. Strategi pendidik menanamkan rasa

    ingin tahu kepada peserta didik dengan cara metode cerita. Keempat, mandiri

    44Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis 8 Maret 2018 pukul 07.00-08.00 WIB. 45Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis 8 Maret 2018 pukul 07.00-08.00 WIB. 46Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis, 8 Maret 2018 pukul 07.00-08.00 WIB.

  • 25

    yakni tidak menggantungkan orang lain. Indikatornya yakni diantaranya;

    berusaha sendiri. Strategi pendidik menanamkan kepada peserta didik dengan

    cara memberikan tugas secara individu dan mandiri. Kelima, peduli lingkungan

    yakni selalu responsif terhadap lingkungan sekitar. Indikatornya yakni

    diantaranya; peserta didik membersihkan masjid terkait mengambil sampah di

    depan masjid dan menyapu di serambi masjid. Strategi pendidik menanamkan

    peduli lingkungan kepada peserta didik dengan cara jadwal kerjabakti. 47

    Keenam, tanggung jawab yakni menyadari bahwa segala hal yang

    diperbuat oleh dirinya bukan merupakan tugas dan kewajiban bagi dirinya

    sendiri, namun juga keluarga, lingkungan, masyarakat, negara, dan Tuhan

    Yang Maha Esa. Indikatornya yakni diantaranya; tanggung jawab piket kelas,

    tanggung jawab mengerjakan PR dan tanggung jawab menghafal doa-doa

    sehari.-hari. Strategi pendidik menanamkan tanggungjawab kepada peserta

    didik dengan cara memberikan tugas. Ketujuh, peduli sosial yakni respon

    terhadap musibah sesama manusia. Indikatornya yakni diantaranya; takziah

    dan menjenguk ketika temannya sakit. Strategi pendidik menanamkan peduli

    sosial dengan cara metode fenomena musibah. 48

    C. Dewasa

    Komponen-komponen diferensiasi pendidikan karakter dewasa yakni

    diantaranya; pertama, pendidik terdiri dari Pak Ustadz Misbahudin maupun Bu

    Ustadzah Tobaroh. Kedua, peserta didik berjumlah 10-an. Ketiga, materi bagi

    dewasa yakni diantaranya tauhid dan akhlak yang bersumber dari kitab

    47Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis 8 Maret 2018 pukul 07.00-08.00 WIB. 48Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis, 8 Maret 2018 pukul 07.00-08.00 WIB.

  • 26

    aqidatul awwam, ilmu tajwid bersumber dari kitab hidayatus sibiyan dan

    pendidikan karakter. Keempat, metode pendidikan dewasa terdiri dari: metode

    ceramah dan metode sorogan. Kelima, media bagi dewasa terdiri dari: iqro’,

    yanbua, buku gambar, papan tulis dan spidol, media alat rebana, media al-

    qur’an, media fotokopi materi dan media buku-buku Islami. 49

    Keenam, tujuan pendidikan karakter dewasa yakni menghindari

    perselingkuhan. Ketujuh, lingkungan belajar bagi dewasa berada di dalam

    Masjid al-ikhlas tanpa beralaskan alas tikar. Kondisi suasana ruangan belajar

    cukup dingin, karena peserta duduk sekitar satu jam dalam proses belajar. 50

    Diferensiasi pendidikan karakter dewasa yakni diantaranya;

    Pertama, religius yakni meningkatnya pengamalan agama dalam

    kehidupan sehari-hari. Indikatornya yakni diantaranya; adanya kesadaran dan

    perubahan menjalankan sholat fardhu, membazar zakat fitrah, berkurban,

    sholat berjamaah di masjid setiap mahrib dan menguikuti kegiatan keagamaan

    di masjid al-ikhlas. Strategi pendidik menanamkan religius dengan cara metode

    ceramah. Kedua, disiplin yakni konsisten dan berkomitmen dalam hal

    mematuhi pendidikan karakter. Indikatornya yakni diantaranya; disiplin

    berangkat ngaji. Strategi pendidik menanamkan disiplin kepada peserta didik

    dengan cara berangkat tepat waktu (on time) pada saat pendidikan karakter.

    Ketiga, rasa ingin tahu yakni suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya

    untuk mengetahui apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas

    dalam berbagai aspek terkait. Indikatornya yakni diantaranya; rasa ingin tau

    49Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis 8 Maret 2018 pukul 07.00-08.00 WIB. 50Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis, 8 Maret 2018 pukul 07.00-08.00 WIB.

  • 27

    terkait kajian fikih sholat fardhu dan membaca al-Qur’an. Strategi pendidik

    menanamkan rasa ingin tahu kepada peserta didik dengan cara metode

    diskusi.51

    Keempat, mandiri yakni meyakini potensi diri dan melakukan tanggung

    jawab yang diembannya dengan penuh percaya diri dan berkomitmen.

    Indikatornya yakni diantaranya; setiap individu secara mandiri mengeluarkan

    sedekah untuk kegiatan kegamaan apapun di masjid al-ikhlas tanpa adanya

    bantuan dana dari luar masyarakat. Strategi peserta didik menanamkan mandiri

    kepada peserta didik dengan cara iuran sedekah perindividu. Keempat, peduli

    lingkungan yakni sikap mencintai lingkungan sosial. Indikatornya yakni

    diantaranya; peserta didik membersihkan masjid terkait mengambil sampah di

    depan masjid, menyapu di serambi masjid tempat belajar agama Islam dan

    tidak membuang sampah sembarang tempat. Strategi pendidik menanamkan

    kepada peserta didik dengan cara metode ceramah. 52

    Kelima, tanggung jawab yakni sikap menyadari bahwa segala hal yang

    diperbuat oleh dirinya bukan hanya merupakan tugas dan kewajiban bagi

    dirinya sendiri, namun juga keluarga, lingkungan dan masyarakat. Indikatornya

    yakni menghafal surat-surat pendek, tanggung jawab di keluarga dan tanggung

    jawab di masyarakat berupa kerjabakti. Strategi pendidik menanamkan

    tanggungjawab kepada peserta didik dengan cara memberikan tugas individu

    berupa hafalan. 53

    51Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis 8 Maret 2018 pukul 07.00-08.00 WIB. 52Wawancara dengan Mas Dimas, pada Kamis 8 Maret 2018 pukul 07.00-08.00 WIB. 53Wawancara dengan Pak Ustadz Misbahudin, pada Rabu 7 Maret 2018 08.00-09.00

    WIB.

  • 28

    Keenam, peduli sosial yakni sikap peduli lingkungan sekitar. Indikatornya

    yakni diantaranya; kerjabakti sosial. Strategi pendidik menanamkan kepada

    peserta didik dengan cara metode teladan. Strategi pendidik menanamkan

    kepada peserta didik dengan cara mtode teladan. 54Ketujuh, toleransi yakni

    perilaku yang cenderung menghargai perbedaan pendapat dan perbedaan latar

    belakang. Indikatornya yakni peserta didik saling menghargai dan bertoleransi

    pada saat kumpulan RT maupun RW dalam hal perbedaan pendapat. Strategi

    pendidik menanamkan toleransi kepada peserta didik dengan cara diskusi.

    Kedelapan, kreatif yakni sikap selalu mencari alternatif penyelesaian suatu

    permasalahan dari berbagai sudut pandang. Indikatornya yakni diantaranya;

    pengumpulan dana swadaya masyarakat Srategi pendidik menanamkan kreatif

    kepada peserta didik dengan cara iuran sedekah.

    55

    54Wawancara dengan Pak Ustadz Misbahudin, Pada Rabu 7 Maret 2018 pukul 08.00-

    09.00 WIB. 55Wawancara dengan Pak Ustadz Misbahudin, Pada Rabu, 7 Maret 2018 pukul 08.00-

    09.00 WIB.

  • 29

    BAB IV

    ANALISIS DATA

    A. Faktor Pendukung dan Penghambat Diferensiasi Pendidikan Karakter

    di Masjid Al-Ikhlas

    Diferensiasi pendidikan karakter peserta didik semoga mampu

    meningkatkan iman dan takwa kepada Allah swt. dan membentengi mereka

    dari budaya sosial yang kurang Islami. Teori analisis SWOT (strengtht,

    weakness, opportunities, threats) terkait pendidikan karakter yang di antaranya;

    1. Strength (kekuatan) yakni;

    a. Tujuan pendidikan karakter yakni menjadikan manusia bermanfaat bagi

    sesama makhluk hidup yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.

    b. Isi (materi) pendidikan karakter lebih menekankan pembentukan karakter

    jamaah masjid al-ikhlas, sehingga membentengi budaya sosial yang

    kurang Islami.

    c. Lingkungan pendidikan yang bersih.

    d. Pendidik menjadi figur teladan bagi peserta didik.

    e. Peserta didik pada antusias dalam mengikuti pendidikan karakter.

    f. Metode pendidikan karakter lebih bervariatif dan kreatif sehingga materi

    pendidikan karakter mudah diterima peserta didik.

    g. media pendidikan terkait papan tulis, buku-buku Islami, mushaf al-

    Qur’an sangat mendukung pendidikan agama Islam.

  • 30

    2. Weakness (kelemahan) yakni;

    a. Tujuan pendidikan karakter di Masjid Al-Ikhlas belum mampu

    membentuk kedelepan belas pendidikan karakter di Indonesia.

    b. Isi (materi) tidak terlalu mendalam secara global terkait pendidikan

    karakter secara universal.

    c. Lingkungan pendidikan terkait pendidikan agama Islam kurang

    kondusif dikarenakan lokasi Masjid Al-ikhlas berseberangan dengan

    jalan akses utama ke Salatiga.

    d. Pendidik memiliki sumber daya yang minim terkait dunia pendidikan

    dikarenakan lulusan Sekolah Dasar (SD).

    e. Peserta didik yang berbagai karakter sulit dikondisikan.

    f. Metode pendidikan belum begitu komplek karena disesuaikan dengan

    situasi kondisi jamaah Masjid Al-ikhlas.

    g. Keterbatasan fasilitas media.

    3. Opportunities (peluang) yakni;

    a. Tujuan pendidikan yang memiliki peluang untuk membangun

    pendidikan karakter bagi jamaah Masjid Al-ikhlas periode dari tahun

    ketahun.

    b. Materi keagamaan memberi peluang terhadap pendidikan karakter dan

    budaya religius jamaah Masjid Al-ikhlas.

    c. Lingkungan pendidikan yang secara sosial berada di daerah rawan

    akidah, memberikan peluang untuk persatuan dan kesatuan umat Islam

    di Dusun Sarirejo.

  • 31

    d. Pendidik yakni memiliki figur otoritas membangun pendidikan karakter

    jamaah Masjid Al-ikhlas dalam sistem pendidikan agama Islam.

    e. Peserta didik yang berkarakter baik dan religius memberikan peluang

    terhadap perubahan masyarakat Sarirejo khususnya dalam bidang

    keagamaan.

    f. Metode lebih menekankan kepada pendekatan peserta didik.

    g. Media memudahkan materi bisa tersampaikan kepada peserta didik.

    4. Threats (ancaman) yakni;

    a. Tujuan pendidikan karakter belum mampu membangun karakter peserta

    didik secara keseluruhan.

    Contohnya; masih ada peserta didik tidak menghormati pendidik

    khususnya pada usia anak-anak dan masih sering mengganggu sesama

    peserta didik ketika belajar khususnya pada usia anak-anak.

    b. Isi (materi) jikalau mengarah pembahasan nahi munkar pekerjaan kafe

    karaoke hukum halal-haram akan mendapatkan ancaman dari

    masyarakat Sarirejo.

    c. Lingkungan belajar yang kurang kondusif dan juga di daerah rawan

    akidah pengusaha kafe karaoke menyebabkan ancaman bahaya fisik

    kepada peserta didik.

    d. Ketidaknyamanan pada diri pendidik dikarenakan ancaman secara

    langsung maupun tidak langsung.

    e. Peserta didik terdiri dari anak-anak, remaja dan dewasa sering melihat

    budaya kurang Islami sehingga rawan ancaman dekadensi moral.

  • 32

    Di Masjid Al-ikhlas dalam menjalankan sistem pendidikan agama Islam,

    terdapat dua faktor yakni di antaranya;

    B. Faktor-faktor pendukung dan penghambat diferensiasi pendidikan karakter

    yakni diantaranya;

    1. Faktor pendukung diferensiasi pendidikan karakter

    a. Adanya buku-buku bacaan terkait agama Islam. Judul buku yakni di

    antaranya; pendidikan budi pekerti, pendidikan karakter dan akhlak

    Rasulullah SAW.

    b. Adanya fasilitas berupa bangku, mushaf Al-Qur’an, buku sholawat dan

    papan tulis.

    c. Kebersihan tempat belajar.

    d. Dukungan peran orang tua, pengurus masjid dan masyarakat muslim

    khususnya selaku tokoh Pemerintahan.

    e. Pendidik sangat inovatif dan kreatif dalam menyampaikan materi.

    Contohnya; pendidik ketika menyampaikan materi terkait pendidikan

    karakter selalu mengaitkan pada kasus-kasus yang terjadi di Indonesia.

    f. Gaya pendidik yang ramah tamah, menarik dan unik.

    g. Latar belakang pendidik yang lulusan Pondok Pesantren di Demak.

    h. Peserta didik yang pada antusias belajar agama Islam.

    Contoh anak-anak sering berangkat lebih awal, dewasa dan remaja

    sering bertanya ketika ada materi yang belum memahaminya.

  • 33

    2. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter jama’ah Masjid Al-

    ikhlas

    a. Latar belakang berbagai kepribadian peserta didik yang bervariasi

    b. Lingkungan pendidikan agama Islam kurang memadai.

    c. Belum ada tempat Madrasah khusus akan tetapi masih di serambi

    masjid yang sederhana, sehingga terkadang peserta didik duduk

    berdesak-desakan.

    d. Kurangnya guru terkait peserta didik khususnya anak-anak.

    e. Fasilitas buku-buku Islami yang kurang lengkap.

    f. Keterbatasan dana untuk pengadaan fasilitas pendidikan agama Islam.

    g. Budaya lingkungan sosial kurang islami sehingga menimbulkan

    dekadensi moral peserta didik.

    h. Latar belakang sumber daya manusia terkait peserta didik yang

    beraneka ragam.

  • 34

    BAB V

    PENUTUP

    A. Simpulan

    1. Diferensiasi pendidikan karakter jamaah Masjid Al-ikhlas di Dusun

    Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun

    2018 diklasifikasikan kriteria usia anak-anak, remaja dan dewasa.

    Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya; religius,

    jujur, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggungjawab,

    gemar membaca, kerja keras dan menghargai prestasi. Diferensiasi

    pendidikan karakter remaja yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin

    tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggung jawab dan peduli sosial.

    Diferensiasi pendidikan karakter dewasa yakni diantaranya; religius,

    disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggung jawab,

    peduli sosial, toleransi.

    2. Faktor pendukung dan penghambat diferensiasi pendidikan karakter anak-

    anak, remaja dan dewasa yakni di antaranya;

    a. Faktor pendukung diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja

    dan dewasa yakni di antaranya; adanya buku-buku bacaan terkait agama

    Islam, adanya fasilitas berupa bangku, mushaf al-qur’an, buku sholawat

    dan papan tulis, kebersihan tempat belajar, dukungan peran orang tua,

    pengurus takmir dan masyarakat muslim khususnya selaku tokoh

    pemerintahan.

  • 35

    b. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja

    dan dewasa yakni di antaranya; latar belakang berbagai macam karakter

    kepribadian peserta didik, lingkungan sosial yang kurang kondusif dan

    fasilitas pembelajaran yang belum memadai.

    B. Saran

    1. Pengurus takmir Masjid Al-ikhlas Dusun Sarirejo Kelurahan Sidorejo Lor

    Kecamatan Sidorejo sebaiknya berkerjasama dengan Instansi Kampus

    IAIN Salatiga secara terprogram dalam mengajar pendidikan Agama Islam

    maupun program KKN (kuliah kerja nyata).

    2. Kurikulum pendidikan karakter bisa lebih komprehensif. Contoh:

    melengkapi referensi buku-buku karakter seperti Thomas Likcona dan

    lain-lain.

    3. Pengurus takmir dan pendidik sebaiknya melakukan pembenahan

    admistrasi secara bertahap.

    4. Melengkapi kebutuhan terkait fasilitas pendidikan karakter.

    5. Pendidik sebaiknya mengikuti seminar pendidikan di manapun guna

    meningkatkan keprofesionalan dalam mengajar.

    6. Pengurus takmir sebaiknya bekerjasama dengan lembaga-lembaga zakat,

    organisasi masyarakat dan komisi perlindungan anak Kota Salatiga terkait

    pembinaan pendidikan karakter.

  • 36

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdul Halim Mahmud, Ali. Tarbiyah Khuluqiyah Pembinaan Diri Menurut

    Konsep Nabawi, Terj. Afifudin, Solo: Media Insani, 2003.

    Abdulhak, Ishak dkk. Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Non Formal,

    Jakarta: PT. Raja Grafindo Pustaka, 2012.

    Almerico, Gina M, “Building character through literacy with children’s

    literature”, Research in Higher Education Journal, 26 (2014):1-13.

    Andriezens. Pengaruh Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal Terhadap

    Prestasi Pendidikan. Jakarta:Yudistira, 2008.

    A. Z., Aushop, Islamic Character Building: Membangun Insan Kamil, Cendekia

    Berakhlak Qurani. Bandung: Grafindo Media Pratama, 2014.

    David, Fred R. Strategic Management: Concepts dan Case. New Jersey:Prentice

    Hall, 2013.

    Deddy, Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya,

    2003.

    Setiawan, Deny. “Peran Pendidikan Karakter dalam Mengembangkan Kecerdasan

    Moral”, Jurnal Pendidikan 4, (2013), 1-15.

    Sabar Rudi Raharjo, “Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak

    Mulia”, Jurnal Pendidikan 16, (2010), 45-60.

    Djumransyah dkk. Pendidikan Islam Menggali “Tradisi”Meneguhkan Eksistensi.

    Malang:UIN Pres, 2007.

    Elly M. Setiady dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Prenada

    Media, 2006, 73.

    Hadaeri dkk. Pendidikan Agama dalam Perspektif, Jakarta:Gaung Persada, 2007.

    Hamalik, Oemar. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara, 2011.

    Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta:Rajawali, 2009.

    Howard, Kirschenbaum, ”From Values Clarification to Character Education:A

    Personal Journey”, The Journal of Humanistic Counseling Educationand

    Development, 39 (2000), 4-20.

  • 37

    Ihsan, Fuad. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta:Rineka Cipta, 2002.

    Kahmad, Dadang . Sosiologi Agama, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2009.

    Kesuma, D., Triatna, C., & Permana, J. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan

    Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, 7.

    Lickona, Thomas. Character Matters:Persoalan Karakter, terj. Jumawadu

    Wamaungu & Jean Antunes Rudolf Zien dan Editor Uyu Wahyuddin dan

    Suryani, Jakarta:Bumi Aksara, 2012.

    Lickona, Tomas . “A Comprehensive Approach To Character Building In

    Catholic Schools”, A Juournal Of Inquiry And Practice 1 (2017):158-175.

    Maunah, Binti. Ilmu Pendidikan,Yogyakarta:Teras, 2009.

    Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya,

    2003.

    Nasir, Akhmad. “Strategi Penanaman Nilai-nilai Keislaman Bagi Karyawan

    Tempat Hiburan Malam”, Tesis, UIN Sunan Kalijaga, 2015.

    Nurhasanah Dan Qathrin Nida, “Character Building Of Students By Guidance

    And Counseling Teachers Through Guidance And Counseling Services”,

    International Multidisciplinary Journal 4 (Januari, 2016):56-76.

    Raharjo, Sabar Rudi. Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak

    Mulia”, Jurnal Pendidikan 16 (2010): 5-8.

    Samani, M. & Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung:

    Remaja Rosdakarya, 2013.

    Setiawan, Deny. Peran Pendidikan Karakter dalam Mengembangkan Kecerdasan

    Moral, Jurnal Pendidikan 1 (2013), 5-7.

    Sudjana, D. Pendidikan Nonformal:Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah

    dan Teori Pendukung serta Asas, Bandung:Falah Production, 2001.

    Sudrajat, Ajat. “Mengapa Pendidikan Karakter?”, Jurnal Pendidikan Karakter 1

    (2011):30-50.

    Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&I, Ganesa, Bandung:

    2006.

    Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Jakarta:PT.

    Remaja Rosdakarya, 2007.

  • 38

    Supiah dkk, Pengembangan Pendidikan Budidaya dan Karakter Bangsa Melalui

    Pembelajaran Matematika, Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional

    Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan

    Mutu Pendidikan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan

    Tenaga Pendidikan, 2011.

    Suwito. Filsafat Pendidikan Akhlak Ibn Miskawaih, Yogyakarta: Belukar, 2004.

    Suyatno. Urgensi Pendidikan Karakter, Jakarta:Depdiknas, 2009.

    Syukur, Fatah. “Reorientasi Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

    (PAI) Dan Deradikalisasi Agama”, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan.

    Vol. 23. No.3 (2015):1-130.

    Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara, 2008.

    Zubaidi. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Prenada Media, 2011.

  • 39

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    Instrumen Pertanyaan 1. Siapa saja yang mengajar diferensiasi pendidikan karakter anak-anak,

    remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?

    2. Sejauh mana penerapan metode diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?

    3. Sejauah mana penerapan media diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al ikhlas?

    4. Berapa jumlah perkelas pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?

    5. Apa saja materi diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?

    6. Apa tujuan diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?

    7. Bagaimana kondisi lingkungan diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?

    8. Apa faktor pendukung dan penghambat diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, remaja dan dewasa di Masjid Al-ikhlas?

  • 40

    Transkip Wawancara Nama : Ustadz Misbahudin (Pendidik)

    Hari/Tanggal : Rabu, 7 maret 2018

    Tempat : Rumah Ustadz Misbahudin

    Waktu : 08.00-09.00 WIB. Pendidik pada usia anak-anak, remaja dan dewasa yaitu Ustadz

    Misbahudin dan Ustadzah Bu Tobaroh. Pertama, metode pendidikan karakter

    anak-anak terdiri dari metode ceramah, metode sorogan dan metode reward.

    Metode reward berupa makan bakso kawi jikalau hafal juz ama. Kedua,

    pendidikan karakter remaja terdiri dari metode ceramah dan metode sorogan.

    Ketiga, pendidikan karakter dewasa terdiri dari metode ceramah dan metode

    sorogan. Pertama, media pendidikan karakter anak-anak terdiri dari: iqro’,

    yanbua, buku gambar, papan tulis dan spidol, media alat rebana, media al-qur’an,

    media fotokopi materi dan media buku-buku Islami. Kedua, media pendidikan

    karakter remaja terdiri dari papan tulis dan spidol, media alat rebana, media al-

    qur’an, media fotokopi materi, drumblek dan media buku-buku Islami. Ketiga,

    media pendidikan karakter dewasa terdiri dari iqro’, yanbua, buku gambar, papan

    tulis dan spidol, media alat rebana, media al-qur’an, media fotokopi materi dan

    media buku-buku Islami. Pertama, kelas anak-anak berjumlah 54-an terdiri dari

    tiga kelas yakni kelas ula dan dua kelas tsani yang mana laki-laki dan perempuan

    dipisah. Kedua, jumlah kelas remaja berjumlah 20-an. Ketiga, jumlah kelas

    dewasa berjumlah 54-an. Pertama, materi pendidikan karakter anak-anak yakni

    diantaranya; tauhid dan akhlak yang bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu

    tajwid bersumber dari kitab hidayatus sibiyan, yanbua, doa sehari-hari dan

    pendidikan karakter.

    Kedua, materi pendidikan karakter remaja yakni diantaranya; tauhid dan

    akhlak yang bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu tajwid bersumber dari

    kitab hidayatus sibiyan, yanbua dan pendidikan karakter. Ketiga, materi

    pendidikan karakter dewasa yakni diantaranya; tauhid dan akhlak yang bersumber

    dari kitab aqidatul awwam, ilmu tajwid bersumber dari kitab hidayatus sibiyan

    dan pendidikan karakter. Materi pendidikan karakter dewasa yakni diantaranya;

    tauhid dan akhlak yang bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu tajwid

    bersumber dari kitab hidayatus sibiyan dan pendidikan karakter. Pertama, tujuan

    diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni persiapan untuk menjadi warga

    negara yang baik, terbentuk jiwa sosial, terbentuk pribadi muslim yang sejati,

    beriman teguh, beramal sholeh, bermanfaat bagi sesama makhluk hidup,

    berakhlak mulia serta mampu mempersiapkan diri dalam kehidupan dunia

    maupun akhirat. Kedua, tujuan diferensiasi pendidikan karakter remaja yakni

    menjadi remaja yang religius dan berkarakter baik kepada sesama makhluk hidup.

    Ketiga, tujuan diferensiasi pendidikan karakter dewasa yakni menghindari

    perselingkuhan. Pertama, lingkungan pendidikan karakter anak-anak berada di

    serambi Masjid al-ikhlas tanpa beralaskan alas tikar. Kondisi suasana ruangan

    belajar bising karena berdekatan dengan akses jalan utama sehingga peserta didik

    terkadang merasa terganggu. Setiap peserta didik ada bangku yang berguna untuk

    menulis serta menaruh mushaf al-qur’an.

  • 41

    Kedua, lingkungan pendidikan karakter remaja berada di serambi Masjid

    al-ikhlas tanpa beralaskan alas tikar. Kondisi suasana ruangan belajar bising

    karena berdekatan dengan akses jalan utama sehingga peserta didik terkadang

    merasa terganggu. Ketiga, lingkungan pendidikan karakter dewasa di dalam

    Masjid al-ikhlas tanpa beralaskan alas tikar. Kondisi suasana ruangan belajar

    cukup dingin, karena peserta duduk sekitar satu jam dalam proses belajar. Faktor

    pendukung dan penghambat diferensiasi pendidikan karakter anak-anak,

    diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa yakni diantaranya latar belakang

    berbagai macam karakter kepribadian peserta didik, lingkungan sosial yang

    kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang belum memadai. Diferensiasi

    pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya; Pertama, religius yakni sikap

    dan perilaku yang patuh dalam mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

    Indikator: peserta didik rmenumbuhkan kebiasaan perilaku mulia seperti sholat

    berjama’ah ashar, jadwal adzan ashar, sholat berjama’ah maghrib dan Baca Tulis

    Al-Qur’an (BTQ). Strategi pendidik menanamkan religius kepada peserta didik

    yakni dengan cara membuat jadwal sholat. Kedua, jujur yakni perilaku yang

    didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat

    dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. Indikatornya yakni

    diantaranya; jujur ketika ditanya ustadz meninggalkan sholat fardhu. Strategi

    pendidik menanamkan kejujuran yakni dengan cara metode ceramah. Ketiga,

    disiplin yakni selalu tepat waktu sholat. Indikatornya yakni diantaranya; displin

    sholat fardhu berjamaah ashar di masjid al-ikhlas dan disiplin berangkat ngaji.

    Strategi pendidik menanamkan kedisiplinan peserta didik dengan cara

    membiasakan jadwal sholat berjamaah. Keempat, rasa ingin tahu yakni suatu

    sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa yang dipelajarinya

    secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai aspek terkait apapun. Indikator

    yakni diantaranya; peserta didik memiliki rasa ingin tau terkait materi kajian fikih

    sholat fardhu. Strategi pendidik menanamkan rasa ingin tahu dengan cara kajian

    kitab fikih. Kelima, mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung

    pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Indikator yakni diantaranya

    yakni mandiri dalam berangkat ngaji, mandiri mengerjakan tugas apapun dari

    ustadz dan mandiri dalam berangkat sekolah. Strategi pendidik menanamkan

    mandiri kepada peserta didik dengan cara memberikan motivasi. Keenam, peduli

    lingkungan yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan

    pada lingkungan alam sekitarnya. Indikatornya yakni diantaranya; peserta didik

    membersihkan masjid terkait mengambil sampah di depan masjid, menyapu di

    serambi masjid dan tidak membuang sampah sembarang tempat. Strategi pendidik

    menanamkan peduli lingkungan kepada peserta didik dengan cara memberikan

    teladan. Kelima, tanggung jawab yakni menyadari bahwa segala hal yang

    diperbuat oleh dirinya bukan merupakan tugas dan kewajiban bagi dirinya sendiri,

    namun juga keluarga, lingkungan, masyarakat, negara, dan Tuhan Yang Maha

    Esa. Indikator yakni diantaranya: tanggung jawab piket kelas, tanggung jawab

    mengerjakan PR dan tanggung jawab menghafal doa-doa sehari-hari. Strategi

    pndidik menanamkan tanggung jawab kepada peserta didik dengan cara

    memberikan tugas mandiri. Keenam, gemar membaca yakni kebiasaan

    menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan

  • 42

    bagi dirinya. Indikatornya yakni diantaranya membaca buku-buku islami, cerita

    anak-anak dan pendidikan karakter. Strategi pendidik menanamkan gemar

    membaca kepada peserta didik dengan cara menyediakan buku bacaan dari

    perpustaakaan daerah salatiga. Ketujuh, kerja keras yakni tindakan yang

    menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

    Indikatornya yakni diantaranya; kerja keras mengerjakan PR. Strategi pendidik

    menanamkan kerja keras dengan cara memberikan tugas. Kedelapan,

    menghargai prestasi yakni sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

    menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta

    menghormati keberhasilan orang lain. Indikatornya yakni diantaranya;

    menghafalkan juz ama. Strategi pendidik menanamkan menghargai prestasi

    kepada peserta didik dengan cara memberikan reward makan bakso kawi ketika

    hafal juz ama. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter anak-anak,

    diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa yakni diantaranya latar belakang

    berbagai macam karakter kepribadian peserta didik, lingkungan sosial yang

    kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang belum memadai.

    Transkip Wawancara Nama : Bapak Ratna selaku Pengurus Takmir

    Hari/Tanggal : Rabu, 7 maret 2018

    Tempat : Masjid al-ikhlas

    Waktu : 11.00-12.00 WIB Pendidik terdiri dari dua yaitu Ustadz Misbahudin dan Ustadzah Bu

    Tobaroh. Metode diskusi, metode ceramah, metode sorogan Media pembelajaran secara umum terdiri dari mushaf al-qur’an, BTQ dan buku-buku Islami. Dewasa

    satu kelas, bagi remaja satu kelas dan bagi anak-anak terdiri dari tiga kelas yaitu

    kelas ula, kelas tsani (dua kelas) yaitu laki-laki dan perempaun dipisah. Ada satu

    kelas bagi dewasa berjumlah 10-an, remaja 20-an dan anak-anak berjumlah 54-an

    yang terdiri dari tiga kelas. Materi (Isi) bagi dewasa terdiri dari: BTQ, akhlak dan

    fikih tentang sholat fardhu. Materi remaja terdiri dari tauhid dan akhlak yang

    bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu Tajwid yang bersumber dari kitab

    hidayatus sibiyan, fikih, BTQ dan pendidikan karakter. Materi bagi anak-anak

    terdiri dari: tauhid dan akhlak yang bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu

    tajwid bersumber dari kitab hidayatus sibiyan, Yanbua, fasholatan doa-doa sehari.

    Lingkungan pembelajaran dewasa di serambi masjid, kalau remaja dan anak di

    serambi masjid al-ikhlas.

    Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya; religius,

    jujur, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggungjawab, gemar

    membaca, kerja keras dan menghargai prestasi. Diferensiasi pendidikan karakter

    remaja yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli

    lingkungan, tanggung jawab dan peduli sosial. Diferensiasi pendidikan karakter

    dewasa yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli

    lingkungan, tanggung jawab, peduli sosial, toleransi. Faktor pendukung

    diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, diferensiasi remaja dan dewasa yakni

    diantaranya adanya buku-buku bacaan terkait agama Islam, adanya fasilitas

    berupa bangku, mushaf al-Qur’an, buku sholawat, papan tulis, kebersihan tempat

  • 43

    belajar, dukungan peran orang tua, pengurus takmir dan masyarakat muslim

    khususnya selaku tokoh pemerintahan. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan

    karakter anak-anak, diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa yakni diantaranya

    latar belakang berbagai macam karakter kepribadian peserta didik, lingkungan

    sosial yang kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang belum memadai

    Transkip Wawancara Nama : Mas Dimas Remaja Masjid Al-Ikhlas.

    Hari/Tanggal : Kamis, 8 maret 2018

    Tempat : Masjid al-ikhlas

    Waktu : 07.00-08.00 WIB Pendidik terdiri dari dua yaitu Ustadz Misbahudin dan Ustadzah Bu

    Tobaroh. Metode diskusi, metode ceramah, metode sorogan. Media pembelajaran secara umum terdiri dari mushaf al-qur’an, BTQ dan buku-buku Islami. Dewasa

    satu kelas, bagi remaja satu kelas dan bagi anak-anak terdiri dari tiga kelas yaitu

    kelas ula, kelas tsani (dua kelas) yaitu laki-laki dan perempuan dipisah. Ada satu

    kelas bagi dewasa berjumlah 10-an, remaja 20-an dan anak-anak berjumlah 54-an

    yang terdiri dari tiga kelas. Materi (Isi) bagi dewasa terdiri dari: BTQ, akhlak dan

    fikih tentang sholat fardhu. Materi remaja terdiri dari tauhid dan akhlak yang

    bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu tajwid yang bersumber dari kitab

    hidayatus sibiyan, fikih dan BTQ. Materi bagi anak-anak terdiri dari: tauhid dan

    akhlak yang bersumber dari kitab aqidatul awwam, ilmu al-qur’an bersumber dari

    kitab hidayatus sibiyan, fasholatan, Yanbua, doa-doa sehari. Lingkungan

    pembelajaran dewasa di serambi masjid, kalau remaja dan anak di serambi masjid

    al-ikhlas dan lingkungan kurang kondusif. Diferensiasi pendidikan karakter anak-

    anak yakni diantaranya; religius, jujur, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli

    lingkungan, tanggungjawab, gemar membaca, kerja keras dan menghargai

    prestasi. Diferensiasi pendidikan karakter remaja yakni diantaranya; religius,

    disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggung jawab dan peduli

    sosial. Diferensiasi pendidikan karakter dewasa yakni diantaranya; religius,

    disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggung jawab, peduli

    sosial, toleransi. Faktor pendukung diferensiasi pendidikan karakter anak-anak,

    diferensiasi remaja dan dewasa yakni diantaranya adanya buku-buku bacaan

    terkait agama Islam, adanya fasilitas berupa bangku, mushaf al-Qur’an, buku

    sholawat, papan tulis, kebersihan tempat belajar, dukungan peran orang tua,

    pengurus takmir dan masyarakat muslim khususnya selaku tokoh pemerintahan.

    Faktor penghambat diferensiasi pendidikan karakter anak-anak,

    diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa yakni diantaranya latar belakang

    berbagai macam karakter kepribadian peserta didik, lingkungan sosial yang

    kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang belum memadai.

  • 44

    Transkip Wawancara Nama : Ustadzah Bu Tobaroh (pendidik)

    Hari/Tanggal : Rabu, 7 Maret 2018

    Tempat : Rumah Ustadz Udin

    Waktu : 13.00-14.00 WIB Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya; religius,

    jujur, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggungjawab, gemar

    membaca, kerja keras dan menghargai prestasi. Diferensiasi pendidikan karakter

    remaja yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli

    lingkungan, tanggung jawab dan peduli sosial. Diferensiasi pendidikan karakter

    dewasa yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli

    lingkungan, tanggung jawab, peduli sosial, toleransi. Faktor pendukung

    diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, diferensiasi remaja dan dewasa yakni

    diantaranya adanya buku-buku bacaan terkait agama Islam, adanya fasilitas

    berupa bangku, mushaf al-Qur’an, buku sholawat, papan tulis, kebersihan tempat

    belajar, dukungan peran orang tua, pengurus takmir dan masyarakat muslim

    khususnya selaku tokoh pemerintahan. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan

    karakter anak-anak, diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa yakni diantaranya

    latar belakang berbagai macam karakter kepribadian peserta didik, lingkungan

    sosial yang kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang belum memadai.

    Transkip Wawancara Nama : Adek Rio

    Hari/Tanggal : Jum’at, 9 Maret 2018

    Tempat : Masjid Al-ikhlas

    Waktu : 15.00-16.00

    Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak yakni diantaranya; religius,

    jujur, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli lingkungan, tanggungjawab, gemar

    membaca, kerja keras dan menghargai prestasi. Diferensiasi pendidikan karakter

    remaja yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli

    lingkungan, tanggung jawab dan peduli sosial. Diferensiasi pendidikan karakter

    dewasa yakni diantaranya; religius, disiplin, rasa ingin tahu, mandiri, peduli

    lingkungan, tanggung jawab, peduli sosial, toleransi. Faktor pendukung

    diferensiasi pendidikan karakter anak-anak, diferensiasi remaja dan dewasa yakni

    diantaranya adanya buku-buku bacaan terkait agama Islam, adanya fasilitas

    berupa bangku, mushaf al-Qur’an, buku sholawat, papan tulis, kebersihan tempat

    belajar, dukungan peran orang tua, pengurus takmir dan masyarakat muslim

    khususnya selaku tokoh pemerintahan. Faktor penghambat diferensiasi pendidikan

    karakter anak-anak, diferensiasi remaja dan diferensiasi dewasa yakni diantaranya

    latar belakang berbagai macam karakter kepribadian peserta didik, lingkungan

    sosial yang kurang kondusif dan fasilitas pembelajaran yang belum memadai.

  • 45

    Profile Masjid Al-ikhlas

  • 46

    Prestasi Anak-anak TPQ Tahun 2018

    1. Juara III Tingkat Badko Kota Salatiga Cabang Lomba Adzan dan Iqamah Tahun 2018

    2. Juara III Tingkat Badko Kota Salatiga Cabang Lomba Asrokol Tahun 2018

  • 47

    Diferensiasi pendidikan karakter anak-anak TPQ

    setiap Hari pukul 15.30 WIB-17.00 WIB

  • 48

    Diferensiasi Pendidikan Karakter Remaja

    setiap hari pukul 15.30 WIB-17.00 WIB

  • 49

    Diferensiasi pendidikan karakter dewasa terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu

    setiap hari Pukul 18.00-19.00 WIB

  • 50

    Pendidik Ust. Misbahudin Ar-Rifai dan Ustdzah Bu Tobaroh

  • 51

    BIOGRAFI

    Nama : Muhammad Cahyo Riswanto

    Tempat,