2
Mahasiswa Fapet UB Teliti Strategi Pengembangan Ternak Kuda di Kabupaten Sumba Barat Daya Dikirim oleh dietodita pada 30 Januari 2017 | Komentar : 0 | Dilihat : 3179 Ujian Terbuka Melkianus Dedimus Same Randu, S.Pt.,M.Si Mahasiswa Program Pascasarjana Fakultas Peternakan Univeristas Brawijaya (PPS Fapet UB), Melkianus Dedimus Same Randu, S.Pt., M.Si meneliti strategi pengembangan ternak kuda di Kabupaten Sumba Barat Daya. Penelitian berjudul "Strategi Pengembangan Ternak Kuda (Equus Caballus) sebagai Sumberdaya Lokal yang Bernilai Budaya di Kabupaten Sumba Barat Daya (Studi Kasus Kecamatan Kodi, Kodi Bangedo, dan Kodi Balaghar)" ditempuh untuk meraih gelar doktor. Bertempat di ruang sidang Gedung V, ia telah melaksanakan ujian terbuka disertasi, Rabu (25/1/2017). Menurut dosen jurusan Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Kupang ini, kuda merupakan komoditas ternak yang berpotensi dikembangkan di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD). Sebab di wilayah tersebut ternak kuda dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat dan kegiatan sosial budaya. Seperti sebagai belis (mahar) dalam upacara perkawinan, hewan kurban dalam acara kematian, kuda tunggang dalam ritual pasola yakni rasa syukur terhadap hasil panen tahunan, serta destinasi pariwisata Dalam penelitiannya, Melki menggunakan wilayah Kodi, Kodi Bangedo, dan Kodi Balaghar sebagai lokasi penelitian. Ketiga wilayah kecamatan di Kabupaten SBD tersebut merupakan wilayah yang memiliki ketergantungan terhadap ternak kuda. Masyarakat umumnya bermata pencaharian sebagai petani dan beternak kuda. Mereka memanfaatkan ternak kuda untuk mempertahankan tradisi sosial budaya, mengatasi hambatan transportasi, mendukung kegiatan ekonomi, mengangkut hasil pertanian, dan sebagai tabungan alternatif. Komoditas ternak kuda tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial budaya masyarakat karena secara turun- temurun budaya pasola hanya dilaksanakan di wilayah tersebut. Namun saat ini peranan dan pemanfaatan ternak kuda dalam kehidupan masyarakat di wilayah ini tidak sebanding dengan ketersediaan jumlah populasi. Berdasarkan data tahun 2014 menyebutkan ketiga wilayah tersebut memberikan kontribusi populasi sebesar 4,34 % - 8,66 %. Apabila dibandingkan kecamatan lainnya di Kabupaten SBD wilayah Kodi tergolong memiliki populasi rendah, sehingga memberikan implikasi terhadap keberlanjutan nilai budaya. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya simbolisasi kuda dalam hal perkawinan dan kematian serta terbatasnya jumlah kuda yang dilibatkan dalam ritual budaya pasola.

Mahasiswa Fapet UB Teliti Strategi … Fapet UB Teliti Strategi Pengembangan Ternak Kuda di Kabupaten Sumba Barat Daya Dikirim oleh dietodita pada 30 Januari 2017 | Komentar : 0 |

  • Upload
    vonhi

  • View
    232

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mahasiswa Fapet UB Teliti Strategi … Fapet UB Teliti Strategi Pengembangan Ternak Kuda di Kabupaten Sumba Barat Daya Dikirim oleh dietodita pada 30 Januari 2017 | Komentar : 0 |

Mahasiswa Fapet UB Teliti Strategi Pengembangan Ternak Kuda di Kabupaten Sumba Barat Daya

Dikirim oleh dietodita pada 30 Januari 2017 | Komentar : 0 | Dilihat : 3179

Ujian Terbuka Melkianus Dedimus Same Randu,

S.Pt.,M.Si

Mahasiswa Program Pascasarjana Fakultas Peternakan Univeristas Brawijaya (PPS Fapet UB), Melkianus Dedimus Same Randu, S.Pt., M.Si meneliti strategi pengembangan ternak kuda di Kabupaten Sumba Barat Daya. Penelitian berjudul "Strategi Pengembangan Ternak Kuda (Equus Caballus) sebagai Sumberdaya Lokal yang Bernilai Budaya di Kabupaten Sumba Barat Daya (Studi Kasus Kecamatan Kodi, Kodi Bangedo, dan Kodi Balaghar)" ditempuh untuk meraih gelar doktor. Bertempat di ruang sidang Gedung V, ia telah melaksanakan ujian terbuka disertasi, Rabu (25/1/2017).

Menurut dosen jurusan Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Kupang ini, kuda merupakan komoditas ternak yang berpotensi dikembangkan di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD). Sebab di wilayah tersebut ternak kuda dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat dan kegiatan sosial budaya. Seperti sebagai belis (mahar) dalam upacara perkawinan, hewan kurban dalam acara kematian, kuda tunggang dalam ritual pasola yakni rasa syukur terhadap hasil panen tahunan, serta destinasi pariwisata

Dalam penelitiannya, Melki menggunakan wilayah Kodi, Kodi Bangedo, dan Kodi Balaghar sebagai lokasi penelitian. Ketiga wilayah kecamatan di Kabupaten SBD tersebut merupakan wilayah yang memiliki ketergantungan terhadap ternak kuda. Masyarakat umumnya bermata pencaharian sebagai petani dan beternak kuda. Mereka memanfaatkan ternak kuda untuk mempertahankan tradisi sosial budaya, mengatasi hambatan transportasi, mendukung kegiatan ekonomi, mengangkut hasil pertanian, dan sebagai tabungan alternatif. Komoditas ternak kuda tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial budaya masyarakat karena secara turun-temurun budaya pasola hanya dilaksanakan di wilayah tersebut.

Namun saat ini peranan dan pemanfaatan ternak kuda dalam kehidupan masyarakat di wilayah ini tidak sebanding dengan ketersediaan jumlah populasi. Berdasarkan data tahun 2014 menyebutkan ketiga wilayah tersebut memberikan kontribusi populasi sebesar 4,34 % - 8,66 %. Apabila dibandingkan kecamatan lainnya di Kabupaten SBD wilayah Kodi tergolong memiliki populasi rendah, sehingga memberikan implikasi terhadap keberlanjutan nilai budaya.

Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya simbolisasi kuda dalam hal perkawinan dan kematian serta terbatasnya jumlah kuda yang dilibatkan dalam ritual budaya pasola.

Page 2: Mahasiswa Fapet UB Teliti Strategi … Fapet UB Teliti Strategi Pengembangan Ternak Kuda di Kabupaten Sumba Barat Daya Dikirim oleh dietodita pada 30 Januari 2017 | Komentar : 0 |

Penelitian yang dilakukan pada bulan November 2015 hingga Juli 2016 ini melibatkan 106 responden yang terdiri dari 79 peternak kuda dan 27 ahli. Ia menggunakan teknik analisis data penelitian secara deskriptif untuk mengetahui gambaran wilayah penelitian, karakteristik responden, dan kondisi eksisting pengembangan ternak kuda. Hasil tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bersama para ahli.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi geografis, kondisi topografi, luas wilayah, dan tata guna lahan mendukung untuk pengembangan ternak kuda sebagai sumberdaya lokal yang bernilai budaya di Kabupaten SBD. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya meningkatkan jumlah populasi dan skala kepemilikan ternak kuda pada tingkat peternak yang secara implementatif dilakukan melalui penataan unsur kelembagaan usaha tani. Intervensi hal tersebut dengan mengupayakan peningkatan frekuensi penyuluhan atau demonstration plot (demplot). [dta/Humas UB]

  Artikel terkait

Program Doktor Fakultas Peternakan UB Raih Akreditasi A oleh BAN PTFapet Lakukan Penjaringan Dekan Periode 2019-2023Kelompok Peneliti Ternak Pedaging Fapet Sambangi Desa Binaan di TubanDosen Fapet Bina Kelompok Ternak KediriFPPTPI Adakan FGD Bahas Kewenangan Profesi Insinyur Peternakan