6
MAHASISWA; IDENTITAS POLITIC KAUM INTELEKTUAL 1 Oleh : Alam Permana 2 Tulisan ini merupakan sedikit refleksi setelah membaca Q.S Al-Jumu’ah: 10, orang yang sholat adalah orang yang benar-benar mempungsikan potensi dirinya bukan hanya sebagai manusia tapi sebagai seorang yang menghamba pada yang Maha Suci Sang pemilik Ilmu. Artinya orang yang sholat adalah seorang intelektual seorang yang cerdas dan seorang yang benar-benar yang tahu tentang yang Maha Benar yang sebenarnya, seperti yang dijelaskan dalam Q.S Ali Imron : 190-191, bahwa Ulul albab atau dalam hal ini kaum intelektual adalah orang yang senan tiasa merenungi ayat-ayat Alloh atau dalam katalain dalam kondisi menjaga sholatnya. Dalam ayat ini ada tuntutan untuk orang yang sholat untuk menyebar atau melakukan perubahan baik nasib pribadi terlebih masyarakat secara komunal. Apa itu Mahasiswa? Dan kenapa disebut Mahasiswa? Setidaknya dua pertanyaan tadi mula-mula harus terjawab di tengah stigma bahwa hari ini mahasiswa tengah kehilangan identitasnya sebagai embrio kaum intelektual kedepannya, sebelum kita di hadapkan kembali pada satu pertanyaan besar dan fundamental, yakni kenapa mahasiswa diidentikan sebagai embrio atau cikal-bakal kaum intelektual yang akhrinya tidak melihat basic dari keilmuan yang di gelutinya. Inilah setidaknya tiga kerangka berfikir awal kita untuk masuk dan mengidentifikasi kenapa posisi mahasiswa begitu seksi untuk kaum intelektual dalam menegaskan eksistensi dirinya diruang public. APA ITU MAHASISWA DAN KENAPA DISEBUT MAHASISWA? Jika kita coba tilik secara terminologis ada dua suku kata yang memiliki arti yang berbeda pertama Maha dan selanjutnya Siswa, Maha selalu di fahami dan diidentikan dengan kemampuan, tingkatan atau derajat yang melebihi kelaziman yang ada disekelilingnya, sementara siswa adalah orang yang melakukan kegiatan belajar atau dalam bahasa lain lebih dikenal sebagai pelajar, artinya Mahasiswa adalah orang yang melakukan aktifitas belajar yang melebihi kelaziman pelajar lainnya, diantaranya, 1 . Disampaikan Untuk Buletin PD HIMA PERSIS GARUT 2 Al-Jumu’ah : 10

MAHASISWA; Identitas politik kaum intelektual.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • MAHASISWA; IDENTITAS POLITIC KAUM INTELEKTUAL 1

    Oleh : Alam Permana

    2

    Tulisan ini merupakan sedikit refleksi setelah membaca Q.S Al-Jumuah: 10, orang yang sholat adalahorang yang benar-benar mempungsikan potensi dirinya bukan hanya sebagai manusia tapi sebagaiseorang yang menghamba pada yang Maha Suci Sang pemilik Ilmu. Artinya orang yang sholat adalahseorang intelektual seorang yang cerdas dan seorang yang benar-benar yang tahu tentang yang MahaBenar yang sebenarnya, seperti yang dijelaskan dalam Q.S Ali Imron : 190-191, bahwa Ulul albab ataudalam hal ini kaum intelektual adalah orang yang senan tiasa merenungi ayat-ayat Alloh atau dalamkatalain dalam kondisi menjaga sholatnya.

    Dalam ayat ini ada tuntutan untuk orang yang sholat untuk menyebar atau melakukan perubahan baiknasib pribadi terlebih masyarakat secara komunal.

    Apa itu Mahasiswa? Dan kenapa disebut Mahasiswa? Setidaknya dua pertanyaan tadi mula-mula harusterjawab di tengah stigma bahwa hari ini mahasiswa tengah kehilangan identitasnya sebagai embriokaum intelektual kedepannya, sebelum kita di hadapkan kembali pada satu pertanyaan besar danfundamental, yakni kenapa mahasiswa diidentikan sebagai embrio atau cikal-bakal kaum intelektualyang akhrinya tidak melihat basic dari keilmuan yang di gelutinya.

    Inilah setidaknya tiga kerangka berfikir awal kita untuk masuk dan mengidentifikasi kenapa posisimahasiswa begitu seksi untuk kaum intelektual dalam menegaskan eksistensi dirinya diruang public.

    APA ITU MAHASISWA DAN KENAPA DISEBUT MAHASISWA?

    Jika kita coba tilik secara terminologis ada dua suku kata yang memiliki arti yang berbeda pertama Mahadan selanjutnya Siswa, Maha selalu di fahami dan diidentikan dengan kemampuan, tingkatan atauderajat yang melebihi kelaziman yang ada disekelilingnya, sementara siswa adalah orang yangmelakukan kegiatan belajar atau dalam bahasa lain lebih dikenal sebagai pelajar, artinya Mahasiswaadalah orang yang melakukan aktifitas belajar yang melebihi kelaziman pelajar lainnya, diantaranya,

    1 . Disampaikan Untuk Buletin PD HIMA PERSIS GARUT2 Al-Jumuah : 10

  • memahami, menghayati, berkarya dan segala aktifitas yang bersangkutan dengan upayamemaksimalkan potensi otak dan akal, jika yang di sentuk bukan hanya proses memaksimalkan potensiotak saja tapi akal, maka bukan hanya persoalan akademik saja yang harus diselesaikan atau setidaknyamendapat perhatian lebih dari masyarakat akamdemik yang disebut mahasiwa, hatta ini menjadi salahsatu tanggungjawab besar mahasiswa yang secara sekaligus sebenarnya ini adalah tanggung jawabutama kaum intelektual.

    Dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi point ke-15 dan PP No.30 Tahun 1990 tentangPendidikan Tinggi point ke-6, disebutkan bahwa Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar danbelajar pada perguruan tinggi tertentu. Artinya secara legal formal status mahasiswa

    merupakan salah satu status akademik dalam rentetan jenjang pendidikan sekolah. Dengan katalain orang yang ingin menyandang status mahasiswa dia harus melanjutkan sekolah formalnya darisekolah menengan ke jenjang sekolah tinggi atau orang yang meneruskan jenjang akademiknyaketingkat yang lebih tinggi maka secara otomatis dia mendapatkan statusnya sebagai mahasiswa.

    Lalu apa yang menjadi nilai, tanggung jawab dan idealitas mahasiswa menurut aturan pemerintah ini?Hal ini dijelaskan masih dalam UU No.12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi point ke-9 yakniTridharma Perguruan Tinggi yang selanjutnya lebih dikenal dengan Tridharma mahasiswa, adalahkewajiban Perguruan Tinggi untuk menyelenggarakan Pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepadamasyarakat.

    Tridarma perguruan tinggi ini atau pada akhirnya lebih di kenal dengan tridarma mahasiswa menjadipenegas bahwa idealitas dan tanggung jawab mahasiswa bukan hanya pada wilayah akademik sajanamun pada tahap aplikasi dan advokasi keilmuan dalam bentuk pengabdian masyarakat, bahkanperubahan revolusioner struktur social kemasyarakatan.

    Pada UU No.12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi point ke-1, bahwa Pendidikan adalah usaha sadardan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secaraaktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsadan Negara.

  • Dengan definisi pendidikan yang diberikan oleh UU tersebut lebih mengkristalisasi pemahaman kitakaum terdidik atau mahasiswa tentang pola macam apa yang harus disuguhkan kepada masyarakat,dalam prosesnya melakukan perubahan atau dinamisasi kehidupan kemasyarakatan dalam struktursocial politik masyarakat.

    Ada proses dan fase yang fundamen yang harus di penuhi oleh kaum terdidik atau dalam hal inimahasiswa untuk melaksanakan dan memenuhi tanggung jawabnya melakukan advokasi, pencerdasandan perubahan struktur social kemasyarakatan menuju arah yang lebih baik. Diantaranya dalam definisipendidikan yang di sampaikan UU No.12 tahun 2012 tersebut bahwa point penting dari pendidikanusaha sadar dan terencana, artinya ada semacam proses rekayasa yang didasari pada kesadaran murniseorang terdidik atau cendikiawan atau seorang intelektual. Sepeti apa bentuk kesadaran murni seorangterdidik itu? Hatta dalam tulisannya pernah menulis bahwa tanggungjawab seorang akademikusadalah intelektual dan moral! Ini terbawa oleh tabiat ilmu itu sendiri yang wujudnya mencari kebenarandan membela kebenaran3. Inilah gambaran Hatta tentang kesadaran murni seorang terdidik,cendikiawan ataupun intelektual.

    Proses rekayasa yang di buat adalah proses rekayasa yang senantiasa menuju pada hakikat kebenaran,karena watak dan moralitas Ilmu itu bermuara pada hakijat kebenaran. Pun, proses aktualisasi darirekayasa yang di buat senantiasa dengan proses penyadaran terlebih dahulu baik kita sebagai subjekdari perubahan struktur social tersebut atau pun masyarakat baik kelas elit maupun kelas bawah-sebagai objek dari project perubahan yang kita galangkan.

    Kenapa solah melulu project perubahan yang menjadi garapan mahasiswa dan kaum intelektual Islamkhususnya?

    MAHASISWA DAN KAUM INTELEKTUAL

    Tradisi intelektual dalam hal ini Islam membidik empat tema pokok: Tuhan, Alam, Jiwa Manusia, danhubungan antar pribadi (social). Tidak diragukan, banyak, jika tidak sebagian besar, orang tidak reflektifdan bahkan tidak pernah bertanya kepada dirinya sendiri kenapa mereka harus repot-repot memikirkan3 . M. Hatta Tanggung Jawab Kaum Intelegensia dalam Aswab Mahasin Ismed Narsir (Peny.), Cendikiawan danPolitik, (Jakarta:LP3ES, 1984), hal.3

  • segala sesuatu. Mereka hanya menjalani rutinitas sehari-hari mereka dan membayangkan bahwamereka memahami rutinitas mereka. Muslim taat semacam ini tampaknya berasumsi bahwa Alloh tidakmenginginkan mereka lebih dari sekedar mengikuti syariat. Akan tetapi ini bukan argument bagi merekayang memiliki kemampuan berfikir. Siapa pun yang memiliki kemampuan berfikir dan bakat untukmerenung kan Tuhan, Alam semesta dan jiwa manusia mempunyai tugas untuk melakukannya. Tidakmelakukannya yakni perenungan dan penghayatan terhadap empat hal tersebut , adalah menghianatiwataknya sendiri dan tidak mentaati perintah-perintah Alloh untuk merenungkan Ayat-ayat-Nya.4

    Artinya proses berinteraksi dengan fikiran dan mengaktualisasikannya dalam sebuah gerakan adalahtanggung jawab mereka yang telah mendaulatkan dirinya sebagai kaum terdidik atau dengan katalainkaum intelektual atau dalam hal ini Mahasiswa.

    Frans magnish suseno, dalam pengantar buku Edwar W. Said mengartikan intelektual sebagai orangpintar yang mengatakan hal-hal yang oposisional atau bersebrangan dengan sesuatu yang dianggapbenar sebelum melakukan penelaahan dan pengujian terhadap hal yang dianggap benar tersebut.5

    Ada karakteristik yang sangat fundamen dan menonjol antara mahasiswa dan kaum intelektual tersebut,diantaranya tanggung jawab memfungsikan akal dan nalar dan untuk tidak bersikap tidak perduliterhadap segala gejala-gejala yang ada yang ada dilingkungan sosialnya, bahkan penghianatan terbesarbaik untuk kaum mahasiswa ataupun intelektual adalah ketika dia tidak memfungsikan ataumengikhtiyarkan akalnya saat ada gejala ketidak beresan dalam struktur sosialnya. Bahkan Edward Shils,memasukan secara saklek mahasiswa dan mereka yang bergerak dalam bidang hukum sebagai kaumintelektual.

    Namun, perbedaan yang ada antara mahasiswa dan kaum intelektual terutama pada dimensi ruangpublic dan politik. Kaum intelektual terkadang sulit untuk tidak mengindahkan keikut campurannyadalam dimensi politik terutama praktis. Hal ini disebabkan tidak memiliki lembaga formal yangmemberikan batasan-batasan keterlibatan kaum cendikiawan pada ranah politik dan kebijakan praktis.Contoh jelas adalah apa yang terjadi pada politisasi ICMI pada masa orde baru, sehingga kebijkan-

    4 . Williyam C. Chittick, Kosmologi islam dan Dunia Moderen, Mizan, Bandung 20105 . Edward W. Said, Peran Intelektual, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2014

  • kebijakan terkait keagamaan dan pendidikan keagamaan tidak bisa di refresentasikan dan diadvokasioleh kalangan intelektual yang ada di ICMI.

    Julian Benda menulis suatu buku yang memaparkan tentang Pengkhianatan kaum intelektual. Alih-alihkaum intelektual memegang tinggi kemanusiaan yang menjadi dasar segala Ilmu, malah berkata bahwamereka telah menyesuaikan diri pada berbagai macam aliran egoism dan kepentingan disebelahmasyarakat atau di luar kepentingan masyarakat. Orang terpelajar tidak saja dikalahkan, tapi juga dipungut, orang terpelajar yang disewa oleh yang berkuasa di dunia adalah pengkhianat kepada fungsinyakaum intelektual. Inti tuduhan julien benda kepada kaum terpelajar ialah bahwa mereka tidakmemberikan petunjuk dan memberipimpinan kepada perkembangan hidup kemasyarakatan, malahmenyerahkan diri pada penguasa yang memperjuangkan kepentingan mereka masing-masing.6

    Dalam sejarahnya, besar sekali peran mahasiswa selaku pencetus perubahan social dan politik. Orang-orang dapat melihat kekuatan mereka itu dalam peristiwa penggulingan Juan Peron di Argentina tahun1955, Perez Jimenez di Venezuela tahun 1958, penggulingan Soekarno di Indonesia tahun 1966,jatuhnya Ayub Khan di Pakistan tahun 1969 dan banyak lagi yang lainnya. Tetapi penting dicatat bahwabukan kelompok mahasiswalah yang beraksi sampai akhirnya terlaksana gerakan revolusioner; merekaadalah katalisator yang penting dalam aksi yang bersifat politis.7 Sifat khas mahasiswa yang pentingdalam hubungan social adalah bahwa situasi mereka selalu bercorak sementara. Mahasiswamendapatkan perhatian lebih

    Mahasiawa sering mendapatkan perhatian lebih dari public karena karakter mereka seperti intelek tualyang di jelaskan sebelumnya yakni selalu menyampaikan pendapat yang bersifat oposisi, sehinggamendapat sorotan lebih dari public, ditambah lembaga pendidikan formal mereka yakni perguruantinggi melindungi mereka dari ekses-ekses negative penyelewengan hokum yang dilancarkanpemerintah yang merasa terusik.

    Inilah akhirnya kenapa mahasiswa menempati posisi yang cukup ideal dan aman untuk kaum intelektualmelakukan prubahan-perubahan dalam struktur masyarakat.6 . M. Hatta Tanggung Jawab Kaum Intelegensia dalam Aswab Mahasin Ismed Narsir (Peny.), Cendikiawan danPolitik, (Jakarta:LP3ES, 1984), hal.37 Arif Budiman Peran Mahasiswa sebagai Intelegensia dalam Aswab Mahasin Ismed Narsir (Peny.),Cendikiawan dan Politik, (Jakarta:LP3ES, 1984), hal.144-145

  • Mahasiswa, pada akhirnya tidak bisa menempati pos-pos politik praktik karena keterkitannya denganlembaga, kaum intelektual inilah yang bisa secara revolusioner menyuarakan perubahan kearah lebihbaik, dan sifat sementara mahasiswa member kesempatan kaum intelektual untuk tidak terlampau jauhmenggeluti ruang public dan politik, hanya fungsi tridarma mahasiswa menjadi standar menjagaidealitasnya sebagai kaum intelektual terutama khususnya dalam Islam.

    Wallohu alam