Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
KELAS VII SMP NEGERI 13 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN
2015/2016
Yul Fitriana1, Ahmad Amin2, Ovilia Putri Utami Gumay3
Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri 13
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”. Tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation (GI) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 13
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah eksperimen,
dengan desain yang digunakan adalah pretest-postest control group design.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIISMP Negeri 13
Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 88 orang. Dua kelas
dari tiga kelas yang ada diambil secara acak sebagai sampel, maka kelas VII.1
yang berjumlah 30 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII.3 yang
berjumlah 29 siswa sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diajarkan
dengan model pembelajaran group investigation (GI), dan pada kelas kontrol
diajarkan dengan pembelajaranceramah dan tanya jawab. Tekhnik pengumpulan
data yang digunakan adalah tes.Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji-t.
Berdasarkan hasil analisis uji-t untuk tes akhir pada taraf signifikan α = 0,05
diperoleh thitung> ttabel = (4,43 > 1,67) yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima
kebenarannya.Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) terhadap hasil
belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau.
Kata kunci: Group Investigation (GI), HasilBelajar.
1 MahasiswaSTKIP-PGRI Lubuklinggau
2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempunyai peranan penting
dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental anak yang
nantinya akan menjadi manusia dewasa yang akan berinteraksi dan
melakukan banyak hal terhadap lingkungannya baik secara individu maupun
sosial. Melalui pendidikan, bangsa Indonesia bisa membebaskan diri dari
kebodohan dan dapat mengembangkan sumber daya manusia sehingga dapat
memiliki rasa percaya diri untuk bersanding dan bersaing dengan bangsa-
bangsa lain di dunia.Menurut Trianto (2010:1) pendidikan adalah salah satu
bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat
perkembangan.Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan
adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya
kehidupan.
Dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan peran guru
sangatlah penting. Guru mempunyai tanggung jawab atas terlaksananya
proses belajar mengajar dan menciptakan suasana belajar yang nyaman,
menurut Sumiati (2009:35) “di dalam melaksanakaan proses pembelajaran,
guru dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan yang bertalian dengan
jawaban terhadap suatu pertanyaan, yaitu bagaimana menyelenggarakan
pembelajaran yang dapat menghantarkan siswa mencapai tujuan yang
direncanakan”. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini
adalah lemahnya proses pembelajaran.
Seperti yang dikemukakan oleh Harahap (2014:157) “Selama
pembelajaran dilakukan, keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran masih kurang. Ketika guru mengajukan pertanyaan, siswa yang
menjawab cenderung didominasi oleh beberapa orang saja tidak adanya
kerjasama yang baik antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang
pandai”.
Dengan kemajuan pendidikan yang sangat pesat maka praktek-praktek
pembelajaran perlu diperbarui.Upaya pembelajaran tersebut terletak pada
tanggung jawab guru, bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat
dipahami oleh anak didik secara benar. Salah satunya sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan siswa lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berstruktur yang disebut sebagai
sistem “pembelajaran kooperatif”, dimana guru bertindak sebagai fasilitator.
Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang dipilih adalah group
investigation.Menurut Slavin (2005:227) menyatakan bahwa group
investigation membuka kesempatan evaluasi secara konstan dan lebih besar
terhadap siswa, baik oleh teman-teman atau guru mereka, dari pada dalam
kelas tradisional dengan pengajaran kepada seluruh kelas.Dalam model
pembelajaran ini siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dan informasi dari guru mata pelajaran
fisika kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau. Beliau mengatakan bahwa
hasil belajar siswa di kelas VII masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat
dari nilai ulangan harian pada semester I tahun pelajaran 2014/2015 hanya
mencapai 58,2 % siswa yang dapat mencapai nilai KKM 70. Hal tersebut
menunjukan bahwa 41,8 % dari 31 siswa dikelas VII belum mencapai KKM,
sehingga mereka harus melakukan remedial.
Selain itu ditunjukan bahwa siswa masih terlihat pasif dalam belajar
dan model pembelajaran yang diterapkan masih kurang bervariasi, guru
cenderung menggunakan model pembelajaran konvensional berupa ceramah.
Oleh karena itu untuk membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
juga mampu meningkatkan prestasi belajarnya maka salah satu cara untuk
mengatasinya adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation (GI).
Menurut Ekawati (2012:4) model pembelajaran kooperatif
diasumsikan sebagai model pembelajaran yang dapat menciptakan
lingkungan belajar yang ditandai dengan prosedur-prosedur yang demokratis
untuk membahas berbagai masalah sosial dan mengasah kemampuan
interpersonal siswa agar menjadi lebih baik. Menurut Simanjuntak
(2014:173) Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah
sebuah model yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta, rumus-rumus
tetapi sebuah model yang membimbing para siswa mengidentifikasi topik,
merencanakan investigasi di dalam kelompok, melaksanakan penyelidikan,
melaporkan, dan mempresentasikan hasil penyelidikan.
Berdasarkan uraian di atas, agar pengajaran dapat mencapai hasil
sesuai dengan tujuan yang direncanakan, maka guru perlu
mempertimbangkan model pembelajaran yang tepat. Hal inilah yang
kemudian memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2015/2016”.
B. Landasan Teori
1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
a. Pengertian Pembelajaran Group Investigation (GI)
Menurut Harahap (2014:157) model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation (GI) merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif dimana dalam model pembelajaran ini
siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan bermakna yang
dikembangkan atas dasar teori bahwa siswa akan lebih menemukan
dan memahami konsep yang sulit apabila siswa dapat
mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya. Model
pembelajaran ini menuntut siswa berinteraksi dengan siswa lain
dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.
Menurut Slavin (2005:218) menyimpulkan ada enam tahapan
kemajuan siswa dalam pembelajaran yang menggunkan Model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation yang dapat dilihat pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1
Sintaks pengajaran Group Investigation
Tahap Kegiatan Pembelajaran
Tahap-1
Mengidentifikasi topik dan membagi
siswa kedalam beberapa kelompok.
Mengidentifikasikan topik
kemudian siswa diorganisasikan
menjadi beberapa kelompok.
Tahap-2
Merencanakan tugas yang akan
dipelajari.
Kelompok membuat perencanaan
dari topik yang akan diteliti,
bagaimana proses dan sumber apa
yang akan dipakai.
Tahap-3
Melaksanakan investigasi
Siswa mengumpulkan informasi,
menganalisis data dan membuat
kesimpulan.
Tahap-4
Menyiapkan laporan akhir
Setiap kelompok mempersiapkan
tugas akhir yang akan
dipresentasikan didepan kelas.
Tahap-5
Mempresentasikan laporan akhir
Siswa mempresentasikan hasil
kerjaannya. Kelompok lain tetap
mengikuti.
Tahap 6
Evaluasi
Para siswa memberikan umpan
balik mengenai topik tersebut.
Sumber: Slavin (2005:218)
Slavin (2005:215-216) mengemukakan ada beberapa kelemahan
dalam model pembelajaran tipe group investigation yaitu:
1) Memiliki sumber atau media yang relatif lengkap atau anggota
kelompok memiliki intelektual relatif baik terhadap masalah yang
akan dipecahkan.
2) Tidak dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang
tidak mendukung dialog interpersonal yang tidak memperhatikan
dimensi rasa sosial dari pembelajaran didalam kelas.
3) Aspek rasa sosial dari kelompok, pertukaran intelektual bertindak
sebagai sumber-sumber yang penting untuk siswa belajar.
Sedangkan langkah-langkah group investigation menurut Sharan,
dkk. (dalam Trianto, 2010:80) adalah:
1) Memilih Topik
Siswa mengidentifikasikan topik kemudian siswa diorganisasikan
menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-
kelompok yang berorientasi tugas.
2) Perencanaan kooperatif
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, dan tujuan
yang konsisten dengan topik yang telah dipilih pada tahap pertama.
3) Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan didalam
tahap kedua.Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam
aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan
siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik didalam
maupun diluar sekolah.
4) Menyiapkan laporan akhir
Siswa merencanakan bagaimana informasi disajikan dengan cara yang
menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan.
5) Presentasi hasil final
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikan
dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas.
6) Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individu atau
kelompok.
Dari pendapat para ahli tersebut jadi dapat disimpulkan bahwa
sintaks atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif group
investigation mempunyai beberapa tahapan, yaitu:
1) Mengidentifikasi topik dan membagi siswa kedalam beberapa
kelompok, tahap ini secara khusus ditunjukan untuk masalah
pengaturan dimana guru mempresentasikan serangkaian masalah dan
memberikan topik yang akan dipelajari.
2) Perencanaan kooperatif, pada tahap ini anggota kelompok harus
memformulasikan sebuah masalah yang dapat diteliti, memutuskan
bagaimana melaksanakannya, dan menentukan apa yang akan
dibutuhkan untuk melakukan investigasi.
3) Implementasi atau melaksanaka investigasi, dalam tahap ini tiap
kelompok melaksanakan rencana yang telah diformulasikan
sebelumnya.
4) mempersiapkan laporan akhir, tahap ini merupakan transisi dari
tahap pengumpulan data dan klarifikasi ketahap dimana kelompok-
kelompok yang ada melaporkan hasil investigasi mereka.
5) mempresentasikan laporan akhir, masing-masing kelompok
mempersiapkan diri untuk mempresentasikan laporan akhir mereka
kepada kelas.
6) evalusi, guru harus mengevaluasi pemikiran siswa mengenai subjek
yang dipelajari.
C. Metode Penelitian
Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapat data dengan tujuan
atau kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:1). Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Pada
penelitian ini menggunakan desain berbentuk pretest-posttest control group
design atau desain kelompok kontrol eksperimen. Dalam penelitian ini,
membandingkan antara model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation (GI) sebagai kelompok eksperimen dengan pembelajaran
ceramah dan tanya jawab sebagai kelompok kontrol.
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010:173).
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016, sebanyak
88 siswa yg terdiri dari 3 kelas. Dalam penelitian ini sampel yang diambil
yaitu dua kelas yang diambil secara acak (simple random sampling), dan
sampel pada penelitian ini adalah kelas VII.3 dan satu kelas sebagai kelas
eksperimen yaitu kelas VII.1.Teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini
adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
adalah dengan cara tes. Dimana menurut Arikunto (2010:193), tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi dan bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok.
Tes disini dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil
belajar siswa. Tes berupa butir soal essay yang dilakukan sebanyak dua kali
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu tes kemampuan awal (pre-test)
dan tes kemampuan akhir (post-test) yang berjumlah 7 soal essay.
Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan penelitian di SMP Negeri 13
Lubuklinggau.
D. Hasil Penelitian
1. Deskripsi dan Analisis Data Tes
a. Kemampuan Awal Siswa (pre-test)
Kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pembelajaran materi
Pengukuran merupakan data penelitian yang diperoleh dari hasil pre-test
atau soal yang diberikan sebelum siswa mendapat pembelajaran dari
gurudengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI)
Kemampuan ini diukur dengan memberikan pre-test (tes awal) tentang
penguasaan materi pengukuran yang berjumlah 7 butir soal berbentuk
essay kepada seluruh sampel baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Dari hasil perhitungan data yang diperoleh dari pre-test (tes awal)
dapat dikemukakan rekapitulasi skor rata-rata (�̅�), dan simpangan baku (s)
yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Rekapitulasi hasil Pre-Test
No Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 Rentang nilai 40 35
2 Nilai rata-rata 35,4 32,7
3 Simpangan baku 11,24 9,81
4 Nilai terkecil 18 18
5 Nilai terbesar 58 53
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa skor rata-rata kelas eksperimen
35,4 dengan simpangan baku 11,24 sedangkan kelas kontrol skor rata-rata
32,7 dengan simpangan baku 9,81. Dari data menunjukkan selisih skor
rata-rata tes awal kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebesar 2,7.
Sedangkan selisih simpangan baku kedua kelas tersebut adalah sebesar
1,43. Data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan awal kelas
eksperimen relatif sama (homogen) dengan kemampuan awal kelas
kontrol, sehingga dapat dilanjutkan dengan melaksanakan pembelajaran
pada kedua kelas tersebut yaitu kelas eksperimen dengan menerapkan
model pembelajaran Group Investigation (GI)dan kelas kontrol dengan
menerapkan pembelajaran ceramah dan tanya jawab pada materi
pengukuran.
b. Kemampuan Akhir Siswa (post-test)
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi Pengukuran
merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Pelaksanaan post-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa
setelah diberikan perlakuan baik pada kelas eksperimen maupun kelas
kontrol. Dari hasil perhitungan data yang diperoleh dari tes akhir dapat
dikemukakan rekapitulasi skor rata-rata (�̅�), dan simpangan baku (s) yang
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2.
Rekapitulasi Hasil Post-Test
No Uraian Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
1 Rentang nilai 29 29
2 Nilai rata-rata 74,16 65,7
3 Simpangan baku 7,88 7,74
4 Nilai terkecil 58 51
5 Nilai terbesar 87 80
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa skor rata-rata kelas eksperimen
74,16 dengan simpangan baku 7,88 sedangkan kelas kontrol skor rata-rata
65,7 dengan simpangan baku 7,74.
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam panelitian ini adalah “Ada pengaruh yang
signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)
terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2015/2016”. Namun sebelum melakukan uji hipotesis
tersebut, perlu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians dari hasil
tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
a. Uji Normalitas
1) Uji Normalitas Data Pre-Test
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan data
masing-masing kelompok. Berdasarkan ketentuan perhitungan
statistik tentang uji normalitas data dengan tingkat kepercayaan 𝛼 =
0,05, jika 𝑥2hitung <𝑥2tabel maka data berdistribusi normal. Dari hasil uji
normalitas data tes awal untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3.
Hasil Uji Normalitas Hasil Pre-Test
Kelas 𝑥2hitung Dk 𝑥2tabel Kesimpulan
Eksperimen 3,36 5 11,1 Normal
Kontrol 4,80 5 11,1 Normal
Kelas eksperimen didapat nilai 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 = 3,36 dan pada kelas
kontrol di dapat nilai 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 = 4,80. Berdasarkan ketentuan
perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf
kepercayaan α = 0,05, jika 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 <𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 , maka data nilai pre-test
(tes awal) kedua kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi
normal.Gambar 4.1 dan gambar 4.2 adalah kurva uji normalitas pre-
test kelas eksperimen dan kontrol.
Gambar 4.1.Kurva uji normalitas pre-test kelas eksperimen
Gambar 4.2.Kurva uji normalitas pre-test kelas kontrol
2) Uji Normalitas Data Post-test
Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik tentang uji normalitas
data dengan tingkat kepercayaan 𝛼 = 0,05, jika 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 maka
data berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas data tes akhir untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4.
Hasil Uji Normalitas Nilai Post-Test
Kelas 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 dk 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 Kesimpulan
Eksperimen 3,67 5 11,1 Normal
Kontrol 2,24 5 11,1 Normal
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 data post-
test (tes akhir) untuk kelas eksperimen sebesar 3,67 dan kelas kontrol
sebesar 2,24. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai
uji normalitas data dengan taraf kepercayaan α = 0,05, jika
-1.68, 3.012-1.05, 5.601
-0.43, 7.1340.18, 6.501
0.8, 4.0651.43, 1.686
0
5
10
-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2
Z-Skor
f
-1.54, 3.3176-0.93, 5.7507
-0.32, 6.83820.28, 5.887
0.89, 3.4771
1.5, 1.44420
5
10
-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2
Z-Skor
f
𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 <𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 , maka data nilai post-test (tes akhir) kedua kelas
eksperimen dan kontrol berdistribusi normal.Gambar 4.3 dan gambar
4.4 adalah kurva uji normalitas post-test kelas eksperimen dan kontrol.
Gambar 4.3.Kurva uji normalitas post-testkelas eksperimen
Gambar 4.4.Kurva uji normalitas post-testkelas kontrol
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data pada
kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak.
Berdasarkan hasil penghitungan statistik tentang uji homogenitas, jika
Fhitung<Ftabel , maka varians dari kelas eksperimen dan kelas kontrol
adalah homogen. Uji homogenitas varians tes awal dan tes akhir pada
taraf kepercayaan α = 0,05 dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5.
Hasil Uji Homogenitas Skor Pre-Test dan Post-Test
Fhitung Dk Ftabel Kesimpulan
Tes Awal 1,31 30:28 1,87 Homogen
Tes Akhir 1,03 30:28 1,87 Homogen
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa varians kedua
kelompok yang dibandingkan pada tes awal adalah homogen karena
Fhitung< Ftabel, sama dengan varians kedua kelompok yang
dibandingkan pada tes akhir adalah homogen karena Fhitung< Ftabel pada
taraf kepercayaan α = 0,05.
-2.11, 1.602-1.47, 3.891
-0.84, 6.489-0.21, 7.380.42, 5.709
1.05, 2.922
0
5
10
-3 -2 -1 0 1 2
Z-Skor
f
-1.96, 2.0329
-1.31, 4.5327
-0.67, 6.9744
-0.02, 6.9716 0.62,
4.75021.26,
2.19530
5
10
-3 -2 -1 0 1 2
Z-Skor
f
c. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas,
maka kedua kelompok data pre-test dan post-test adalah normal
dan homogen. Dengan demikian, uji kesamaan dua rata-rata antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes awal dan akhir
menggunakan rumus uji-t.Hipotesis statistik yang diuji dalam
perhitungan uji-t untuk pre-test dan post-test adalah :
H0 = Rata-rata nilai kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan
rata-rata nilai kelas kontrol (μ1≤ 𝜇2).
Ha= Rata-rata nilai kelas eksperimen lebih daripada nilai rata-rata
kelas kontrol (μ1>𝜇2).
Hasil uji-t untuk tes awal dan tes akhir dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6.
Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Skor Pre-Test dan Post-Test
thitung ttabel Kesimpulan
Tes Awal 1,05 2,00 Ho diterima
Tes Akhir 4,43 1,67 Ho ditolak
Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan uji-t pada
kemampuan awal siswa menunjukkan kemampuan awal yang sama
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol karena thitung< ttabel yaitu
1,05< 2,00 pada taraf kepercayaan 0,05 artinya Ho diterima. Hasil
analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.
Setelah diberikan pembelajaran yang berbeda pada kedua kelas
sampel terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa. Kelas eksperimen
diberikan dengan menerapkan model pembelajaran Group
Investigation (GI), sedangkan pada kelas kontrol diberikan
pembelajaran ceramah dan tanya jawab.
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t tentang kemampuan akhir
menunjukkan bahwa thitung>ttabel yaitu 4,43 > 1,67 yang menunjukkan
bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari niai rata-rata
kelas kontrol, sehingga hipotesis Ho ditolak dan Haditerima. Hal ini
menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menerapkan model
pembelajaran Group Investigation (GI) meningkat lebih besar
daripada hasil belajar siswa yang menerapkan pembelajaran ceramah
dan tanya jawab. Dengan kata lain, ada pengaruh yang signifikan
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) terhadap
hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2015/2016.
E. Pembahasan
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu Apakah ada
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)
terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2015/2016? Penelitian ini dilakukan pada dua kelas sebagai
sampel yaitu kelas VII1 (eksperimen) dan VII3 (kontrol). Peneliti juga
menggunakan kelas VIII3, untuk pengujian instrumen tes pada tanggal 30 Juli
2015. Kemudian kedua kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda, yaitu
kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran
Group Investigation (GI). Dimana model pembelajaran Group Investigation
(GI) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
partisipasi dan aktifitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi)
pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia. Sedangkan
kelas kontrol diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional berupa
ceramah dan tanya jawab.
Pada kelas eksperimen, diterapkan model pembelajaran Group
Investigation (GI), dalam penelitian tersebut siswa dibagi menjadi 5
kelompok yang terdiri dari 5 sampai 6 orang, kemudian setiap siswa dalam
kelompok membuat perencanaan dari topik yang akan diteliti, sehingga
mereka berusaha untuk belajar dan menggali sendiri materi yang menjadi
bagian dari kelompok mereka, kemudian hasil tersebut dipresentasikan. Pada
saat presentasi inilah siswa yang tidak bisa akan bertanya sehingga yang
kurang pandai mendapat bantuan dari teman yang lainnya. Melalui teman
sendiri, siswa akan merasa nyaman tidak ada rasa malu sehingga diharapkan
siswa yang kurang pandai tidak segan-segan untuk menanyakan kesulitan
yang dihadapinya.
Pada pertemuan kedua pelaksanaan pembelajaran, tidak jauh berbeda
dengan kondisi pada pertemuan pertama pada kelas eksperimen tetap
menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI) dan pada kelas
kontrol diterapkan pembelajaran konvensional berupa ceramah dan tanya
jawab, disini mereka pun sudah lebih memahami proses pelaksanaan
pembelajaran tersebut, sehingga peneliti menjadi lebih mudah untuk
mengarahkannya.
Dari hasil analisa data pre-test (tes awal) skor rata-rata kelas
eksperimen dan kelas kontrol tidak terdapat perbedaan yang jauh. Hal ini
berarti kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama sebelum
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan memberikan perlakuan yang
berbeda. Selanjutnya, dilanjutkan dengan menerapkan model pembelajaran
Group Investigation (GI) pada kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional berupa ceramah dan tanya jawab pada kelas kontrol, kemudian
diberikan post-test (tes akhir) untuk mengetahui hasil belajar siswa pada
kedua kelas tersebut.
Berdasarkan hasil analisa data post-test (tes akhir) yang telah
diberikan kepada siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol terlihat bahwa
kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran fisika dengan menggunakan
model pembelajaran Group Investigation (GI) lebih baik daripada hasil
belajar siswa kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional berupa
ceramah dan tanya jawab. Hal ini terlihat dari rata-rata post-test (tes akhir)
hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen memperoleh nilai sebesar 74,16
dan simpangan baku 7,88. Sementara kelas kontrol setelah diberi perlakuan
dengan pembelajaran konvensional berupa ceramah dan tanya jawab
diperoleh skor rata-rata post-test (tes akhir) sebesar 65,7 dan simpangan baku
7,74.
Dengan demikian skor rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari skor
rata-rata kelas kontrol. Ini berarti bahwa hasil belajar kelas eksperimen yang
menerapkan model pembelajaran Group Investigation (GI) dapat meningkat
lebih besar daripada hasil belajar kelas kontrol dengan menerapkan
pembelajaran konvensional berupa ceramah dan tanya jawab.
Peran guru dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Group Investigation (GI) ini adalah sebagai fasilitator bagi
siswa dalam menemukan pengetahuan yang harus dimiliki siswa. Guru
membimbing, mengarahkan dan memotivasi siswa dalam setiap kelompok
serta merangsang keaktifan siswa untuk belajar mandiri menemukan
pengetahuan yang baru. Hal ini membantu siswa memahami dan mengingat
pengetahuan yang didapatnya dan bertahan lebih lama dalam ingatannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kelas VII SMP
Negeri 13 Lubuklinggau, hasil belajar menggunakan pembelajaran
konvensional berupa ceramah dan tanya jawab lebih kecil dibandingkan
dengan hasil belajar menggunakan model pembelajaran Group Investigation
(GI). Pembelajaran ceramah ternyata memiliki kelemahan dimana kegiatan
belajar lebih berpusat pada guru, siswa hanya menerima apa yang guru
jelaskan. Saat diberi kesempatan mereka malas bertanya karena mereka
terbiasa hanya menerima materi yang dijelaskan guru, walaupun mereka
belum mengerti. Hal ini disebabkan mereka sama sekali tidak termotivasi dan
tidak tertantang untuk belajar, sehingga tidak tertarik dengan apa yang
dijelaskan oleh guru. Keadaan demikian membuat situasi belajar menjadi
tidak kondusif dan siswa menjadi pasif.
Selanjutnya hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti yang
berjudul “Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
(GI) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri 13
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016” dalam hal ini memberikan
informasi bahwa hasil analisis data tes awal melalui uji-t dengan taraf
kepercayaan α = 0,05 didapat hasil thitung = 1,05 dan ttabel = 2,00 sehingga
thitung < ttabel. Kemudian hasil analisis data tes akhir melalui uji-t dengan
taraf kepercayaan α = 0,05 didapat hasil thitung = 4,43 dan ttabel = 1,67
sehingga thitung > ttabel. Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan
model pembelajaran Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar fisika
siswa kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016.
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation (GI) terhadap hasil belajar fisika siswa
kelas VII SMP Negeri 13 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ekawati, Elvin Yusliana. 2012. Internalisasi pendidikan karakter dalam
pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group
Investigation) menggunakan pendekatan pembelajaran berbuat (Action
Learning Approach), 1 (1), 1-7.
Harahap, Rusmeidani dan betty M. Turip. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Berbantu Media Flash terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa SMA, 2 (3), 156-163.
Jihad, A. Haris, Abdul. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Purwoko. 2004. Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Yogyakarta: Yudhistira.
Rusman. 2012. Model-model pembelajaran edisi kedua. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
_______. 2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.
Simanjuntak, Salomo Leonardus, dan Nurdin Siregar. 2014. Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar
pada Materi Listrik Dinamis, 2 (2), 171-179.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Slavin. 2005. Cooperative learning. Bandung: Nusa Media.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis: Untuk Melaksanakan Evaluasi
Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah-157.
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz
Media.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Tim Pengembangan MKDP. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Rajawali Pers.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep
Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Kencana
Tim Penyusunan Pedoman Penulisan Makalah dan Skripsi. 2012. Pedoman
Penulisan Makalah Dan Skripsi Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Lubuklinggau: STKIP-PGRI.
Uno, Hamzah B dan Mohamad, Nurdin. 2011. Belajar dengan Pendekatan
PAILKEM. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Usman dan Setiady Akbar. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Wahyuningsi et.al. 2012. Penerapan model kooperatif group investigation
berbasis eksperimen inkuiri terbimbing untuk meningkatkan aktivitas
belajar, 1 (1), 1-6.
Young, Hugh D. & Roger A. Freedman. 2002. Fisika Universitas. Jakarta:
Erlangga