40
Frasa EDISI 2 TAHUN PERTAMA | MAJALAH DIGITAL | RABU, 20 JUNI 2012 SOCIAL NETWORK NERAKA ATAU NYAWA BARU SASTRA Cerpen Ummul Khaier El-Syaf: Luka Dukaku Puisi Dimas Indianto S dan Selendang Sulaiman Cerpen Teenlit Yoan Fa: Genta Puisi Teenlit: Nadia Almira Sagitta dan M Taufik Hidayatullah Fiksimini Ayu Ira Kurnia marpaung: Jembatan Kenangan Puisimini Muhammad Asqalani eNeSTe Cover: Nick Giorgiou

Majalah Frasa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Edisi 2 Tahun Pertama

Citation preview

Page 1: Majalah Frasa

FrasaE d i s i 2 T a h u n p E r T a m a | m a j a l a h d i g i T a l | r a b u , 2 0 j u n i 2 0 1 2

Social NetworkNeraka atau Nyawa baru SaStra

Cerpen ummul Khaier El-syaf: luka dukaku

puisi dimas indianto s dan selendang sulaiman

Cerpen Teenlit Yoan Fa: genta

puisi Teenlit: nadia almira sagitta dan

m Taufik hidayatullah

Fiksimini ayu ira Kurnia marpaung:

jembatan Kenangan

puisiminimuhammad

asqalani enesTe

Cover: nick giorgiou

Page 2: Majalah Frasa

FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Penanggungjawab : 4 BratvasPemimpin Umum : Makmur HMPemimpin Redaksi : M Asqalani eNeSTeWakil Pemipin Redaksi : Delvi AdriTim Redaksi : Jhody M Adrowi Makmur HM M Asqalani eNeSTe Delvi Adri Yohana May Moon Nst Nia Nurul Syahara Design Tata Letak : Makmur HM Sekretaris Redaksi : Jhody M Adrowi

m a j a l a h d i g i T a lFrasa

hari ke hari menjadi minggu ke minggu dan tak terasa sudah 4 min-ggu sejak penerbitan Frasa edisi per-dana. Maka di penghujung Juni kali ini Frasa kembali hadir dengan tema “Social Media, Neraka atau Nyawa Baru Sastra”.

Perkembangan internet memang sangat pesat. Siapa saja mulai dari anak kecil hingga orang dewasa bah-kan manula di Indonesia sudah melek internet. Data dalam angka menun-jukkan Indonesia berada di urutan kedua sebagai pemakai facebook terbanyak setelah Amerika Serikat. Berdasarkan top10.web.id penggu-na FB di Indonesia tahun 2011 men-capai 41 juta orang lebih dari 250 juta total penduduk. Sebanyak 41% berasal dari usia 18-24 tahun, seban-yak 21% berusia 25-34 tahun.

Wah, wah kalau begitu pengguna FB memang banyak dari kalangan muda. Makanya baik di sekolahan, kampus, resto, atau tempat umum ser-ing kita lihat anak muda yang berbbm-

an ria, internetan ria. Apalagi sekarang wi-fi sudah ada dimana-mana.

Bahkan ada yang 24 jam nggak bisa hidup tanpa gadget. Nah kalau sudah begini, mau diapain sich buku-buku yang ada. Apakah itu buku pelajaran, majalah, atau nov-el yang biasanya menjadi bacaan sebelum tidur. Kini menjadi pema-jang ruangan saja?

Apa benar nggak ya kalau gad-get, internet, dan jejaring sosial sudah menggusur keberadaan sastra? Jangan langsung setuju dulu yach. Toh, ban-yak juga kok pengguna internet yang memanfaatkan ‘alam maya’ ini buat mempublikasikan karya sastranya baik itu puisi maupun cerpen. Seperti hal-nya yang dilakukan oleh Frasa. Bahwa sastra nggak sekedar tulisan ataupun orat-oret di kertas. Dengan berkem-bangnya kemajuan internet nggak ada salahnya memanfaatkan dunia digital untuk bersastra ria? Are u agree? .

redaksiYoan Fa

Salam hangat,

Para pembaca yang budiman.. ehem.... akhirnya edisi kedua bisa nampang juga. Dari awal bulan Juni ini kami sudah berusaha mmemper-siapkan berbagai bacaan di dapur kami yang terus terang masih pindah-pindah ini. Hmmm, mengingat cuaca yang panas, nas, nas , nas .. di Kota Pekanbaru ini yaitu bisa 30 derajat celcius perharinya, kami lebih milih kumpal-kumpul di ruangan tertutup aja alias indoor. Sambil ngopi-ngopi buka laptop lalu diskusi tentang sastra. Azippp dech.

Redaksi menerima tulisan yang bersifat orisinil dan belum pernah diterbitkan

di media manapun. Tulisan berupa karya sastra yang terbit akan dibuku-

kan setiap edisi akhir tahun.email: [email protected]

TariF iKlan Full Colour pEr Edisi1/4 halaman: Rp150,000 1/2 Halaman: Rp300,000 1 Halaman: Rp500,000 Iklan Sosial: Mulai Rp30,000 - Rp100,000

alamaT rEdaKsi / KonTaK Email: [email protected] Phone: 0852 6536 9405 Blog: http://majalahfrasa.blogspot.com/

hal

2 salam

Page 3: Majalah Frasa

Frasa Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

hal

3daFTar isi

halaman 6utama: social media, neraka atau nyawa baru sastra

halaman 10sastra dunia: dari Festival penyair Korea-asEan ii: suara asia

yang Tersembunyi

halaman 12sastra indonesia: mengenang polemik gaya Tuan sTa

halaman 14sastra religi: sastra Yang berhulu pada al-Quran

halaman 18Komunitas rabu langit lombok Timur: jawaban atas Kehausan

dunia Tulis menulis

halaman 20Cerpen ummul Khaier El-syaf: luka dukaku

halaman 24puisi dimas indianto s dan selendang sulaiman

halaman 28lentera budaya: budaya indonesia yang Terlupakan

halaman 30Cerpen Teenlit Yoan Fa: genta

halaman 32puisi Teenlit: nadia almira sagitta dan m Taufik hidayatullah

halaman 34Fiksimini ayu ira Kurnia marpaung: jembatan Kenangan

halaman 35puisimini muhammad asqalani enesTe

halaman 36inspiring allamah sir muhammad iqbal: penyair yang pemikir

Page 4: Majalah Frasa

hal

4 nEXT issuE

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Kalau ditanya apa genre novel yang tengah populer pada masa kini, mung-kin jawabnya adalah “teenlit”, alias “teen literature”. Karya fiksi ini menda-pat sambutan yang luar biasa dari penggemarnya. Buktinya, karya-karya fiksi berlabel “teenlit” ini sampai dicetak berkali-kali. Sebut saja “Dealova” karya Dyan Nuranindya yang langsung ludes 10 ribu eksemplar hanya dalam tempo sebulan. Malahan, “Dealova” juga telah diangkat ke layar lebar.

Genre yang mulai merebak sekitar tahun 2000-an ini memang boleh dikata-kan fenomenal. Pangsa pasarnya berkisar di lingkungan remaja putri, dapat dikata-kan bersaing dengan genre yang “sedikit” lebih dewasa, “chicklit”, atau “chick lit-erature”. Perkembangannya pun boleh dikata hampir beriringan. Bila “chick-lit” lebih mengarah pada sosok wanita muda protagonis yang mandiri, lajang, bergaya hidup kosmopolit, dengan pel-bagai problematika percintaan (Ang-goro 2003), “teenlit” cenderung menga-rah pada kaum remaja putri, kehidupan sekolahan, pesta “sweet seventeen”, dan juga percintaan (Sulistyorini 2005).

Teenlit sebagai Cermin budaya remaja perkotaan masa Kini

disusun oleh: r.s. Kurnia

Page 5: Majalah Frasa

hal

5CornEr

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Munculnya beragam social media merupakan dampak dari era yang

bertajuk modernisasi, yang merubah format manual menjadi format digital,

yang merubah istilah goresan pena menjadi tarian lentik jemari di atas keyboard. Begitu pula dalam dunia

sastra yang turut serta menjadi neraka bagi para pegiat sastra dan surga bagi para plagiat. namun, terlepas dari itu semua.. hal yang lebih penting dalam mencipta sebuah karya adalah kepua-san batin,,,dimana hal ini tidak mung-kin ditemukan dalam jiwa plagiater-

plagiater media

Beri komentar terbaikmu pada setiap issu yang akan kami angkat pada edisi berikutnya di

http://www.facebook.com/majalahfrasakomentar terpilih akan dimuat di rubrik CORNER

Alfan Arifuddin

Page 6: Majalah Frasa

hal

6 uTama

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Social Media, neraka atau nyawa baru sastra

oleh: nanang suryadi

KomuniTas sasTraMeneropong sastra Indonesia mutakhir, tidak

cukup hanya berbicara perkembangan satu dua tahun terakhir. Walaupun mungkin selama seta-hun dua tahun terakhir ada suatu perkembangan hebat yang terjadi. Fenomena komunitas sastra, misalnya, sebenarnya bukan merupakan hal yang baru di jagad sastra Indonesia. Lebih dari sepu-luh tahun lalu Komunitas Sastra Indonesia sudah mengidentifikasi berbagai komunitas sastra (seni dan budaya) yang ada di tanah air. Komunitas Sastra Indonesia memberikan definisi komunitas sastra sebagai:

“kelompok-kelompok yang secara sukarela didi-rikan oleh penggiat dan pengayom sastra atas inisi-atif sendiri, yang ditujukan bukan terutama untuk mencari untung (nirlaba), melainkan untuk tujuan-tujuan lain yang sesuai dengan minat dan perhatian kelompok atau untuk kepentingan umum.” (Iwan Gunadi, 2006)

Dengan melihat definisi tersebut, jika kita ten-gok dari perjalanan sastra Indonesia baik yang tercatat maupun yang tidak sebenarnya komuni-tas-komunitas sastra ini sudah berkembang sejak dahulu, walupun mungkin tidak secara resmi menggunakan kata-kata “komunitas.” Menurut saya Pujangga Baru merupakan sebuah komuni-tas, walaupun nama Pujangga Baru adalah nama sebuah majalah sastra. Namun di situ antara redaksi, penulis dan pembacanya ada suatu ket-erikatan emosional, sehingga muncullah sebut-

FEnomEna sasTra indonEsia muTaKhir: KomuniTas dan mEdia

“kelompok-kelompok yang secara sukarela didirikan oleh penggiat

dan pengayom sastra atas inisiatif sendiri, yang ditujukan bukan

terutama untuk mencari untung (nirlaba), melainkan untuk tujuan-

tujuan lain yang sesuai dengan minat dan perhatian kelompok

atau untuk kepentingan umum.” (iwan gunadi, 2006)

Page 7: Majalah Frasa

hal

7uTama

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

tan angkatan “Pujang-ga Baru”. Pada tahun 1940-an Chairil Anwar dkk berinteraksi dalam Gelanggang Seniman Merdeka, yang melahir-kan Surat Kepercayaan Gelanggang. Pada 1950-1960-an, kita juga bisa menemui Lekra, Les-bumi, yang walaupun berpatron pada partai atau ormas, bisa kita sebut sebagai komu-nitas juga. Kelompok diskusi Wiratmo Soekito yang diikuti oleh Goe-nawan Mohamad dkk merupakan sebuah komu-nitas, yang pada akhirnya melahirkan Manifesto Kebudayaan. Dari beberapa contoh yang kebet-ulan tercatat dalam sejarah sastra Indonesia itu, dapat dikatakan bahwa komunitas sastra apapun namanya sudah berkembang sejak dahulu.

Sebuah komunitas sastra, menurut saya, tidak harus memiliki struktur organisasi yang jelas. Saya memandang bahwa jika ada lebih dari satu orang melakukan aktivitas rutin bersama dengan minat yang sama yaitu “sastra” maka dapat dika-takan itulah komunitas sastra. Walaupun Afrizal Malna pernah juga mendirikan komunitas yang anggotanya dia sendiri, yaitu “Komunitas Sepatu Biru.”

Aktivitas menulis karya sastra merupakan hal yang sangat individual. Pengakuan atas karya sastra pada umumnya merupakan pengakuan terhadap karya individu penulis. Sebuah cerpen, puisi atau novel jarang sekali dibuat oleh lebih dari satu orang (jarang, bukan berarti tidak ada). Maka dimana peran atau pengaruh komunitas dalam penulisan karya sastra, jika menulis adalah aktivitas individu?

Pergesekan pemikiran dalam komunitas mem-berikan wawasan bagi para penulis yang terlibat di dalamnya. Kecakapan-kecakapan menulis dapat ditularkan dengan saling belajar pada rekan satu komunitas. Inilah peran dari adanya sebuah komu-nitas, saling belajar dan saling berbagi.

Komunitas-komunitas sastra yang ada memiliki ciri yang hampir sama, yaitu: komunitas itu akan terus hidup jika ada individu yang sukarela meng-gerakkan komunitasnya. Paling tidak ada satu sam-pai tiga orang yang memiliki semangat untuk men-

jalankan aktivitas komu-nitas, maka komunitas itu akan berjalan.

Sekarang kita lihat fenomena apa yang membedakan komuni-tas sastra pada beberapa tahun terakhir dengan komunitas-komunitas sastra di tahun 90-an dan sebelumnya. Teknologi informasi membawa dampak perubahan ter-hadap pola interaksi di masyarakat. Pada akhir

90-an teknologi informasi berupa internet mem-berikan peluang kepada masayarakat luas untuk dapat berkumpul dalam suatu komunitas tanpa harus hadir secara fisik. Melalui jaringan internet, para peminat sastra membentuk komunitas yang melintasi batas geografis. Komunitas komuni-tas sastra di dunia maya mulai muncul sejak akhir tahun 90an melalui mailing list. Contoh komunitas sastra melalui mailing list yang berdiri di akhir 90an adalah: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected] [email protected], dan banyak mailing list lain yang menyusul di tahun 2000an, seperti [email protected] dan [email protected].

mEdia sasTra muTaKhirGerakan Sastra Internet yang diusung pada akhir

90-an oleh cybersastra.net (Yayasan Multimedia Sas-tra) merupakan tonggak sejarah yang turut mewarnai perkembangan sastra di Indonesia. Banyak penulis sastra Indonesia saat ini merupakan penggiat sastra di internet, khususnya penulis-penulis yang pernah ber-interaksi dengan cybersastra.net dan beberapa mail-ing list komuntas maya di atas.

Perkembangan sastra di internet saaat sangat luar biasa. Setelah cybersastra.net tidak aktif pada tahun 2005, banyak situs-situs sastra baru ber-munculan seperti: fordisastra.com, kemudian.com, duniasastra.com, sastra-indonesia.com, mediasas-tra.com, jendelasastra.com,dan masih banyak lagi yang lain. Selain itu fasilitas gratis yang disediakan provider Twitter.com, Facebook.com, Multiply.com, Blogspot.com, WordPress.com menjadi media yang

Contoh komunitas sastra melalui mailing list yang berdiri di akhir 90an adalah:

[email protected], [email protected], gedongpuisi@yahoo-

groups.com, [email protected], [email protected]

[email protected], dan banyak mailing list lain yang menyusul

di tahun 2000an, seperti [email protected] dan apresiasi_

[email protected].

Page 8: Majalah Frasa

hal

8

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

diminati beberapa tahun terakhir. Penulis sastra, baik yang terkenal maupun tidak, banyak menggu-nakan media-media tersebut.

Dari sekian banyak situs jaringan sosial, yang saya amati dan sekaligus menjalani adalah situs Facebook.com dan Twitter.com. Sepan-jang pengamatan dan pengalaman saya dengan adanya kedua situs tersebut mendorong sese-orang untuk kembali menulis, sebebas-bebasnya semau penulis. Saya akan berikan gambaran ked-uanya. Facebook memberikan ruang untuk mem-buat catatan yang lebih besar, selain sekedar membuat status yang 240 karakter. Twitter hanya memberikan ruang 140 karakter. Terlalu sering mengupdate status di facebook bisa dimarahi para friends. Sedang-kan di twitter semakin sering update semakin disuka. Menulis karya di Facebook bisa pan-jang lebar. Jika di twit-ter harus dipotong-po-tong kalau karya puisi atau cerpennya pan-jang. Friends di face-book terbatas, sedan-gkan di Twitter bisa sebanyak-banyaknya. Di twitter ada mentions, di facebook ada tag. Sama-sama menarik perhatian rekan untuk membacanya. Mana yang lebih disukai? Bagi yang suka online terus menerus Twitter mungkin lebih disuka. Berkicau sepuasnya. Membaca Time line terus menerus. Bagi yang suka memajang foto, membuat cata-tan panjang, facebook mungkin lebih disukain-ya. Mengomentari catatan rekan dan tentu saja chat.Bagi seorang penulis yang akan memasar-kan bukunya, mana yang lebih cocok? Twitter atau Facebook? Selama ini saya belum pernah menemukan iklan di twitter seperti di facebook. Kecuali dari teman yang kita follow, sesekali. Di facebook, seseorang bisa memasang foto produk yang akan dia jual. Kadang-kadang memaksa friends untuk melihatnya dengan men-tag. Di twitter tidak bisa memasang foto dan tulisan panjang. Maka follower diarahkan ke url di situs lain Karya-karya yang muncul di Twitter, Face-

book, blog, milist sangat mungkin muncul kem-bali di Koran, majalah dan buku. Kecenderungan itu sudah banyak. Misalnya:12 tahun lalu, milist bumimanusia yang diasuh Eka Kurniawan dan Linda Christanti telah menerbitkan beberapa buku. Pada masa yang sama, rekan-rekan di milist penyair, puisikita, gedongpuisi yang tergabung dalam cybersastra -YMS membuat antologi puisi. Buku serial antologi puisi “Dian Sastro for Presi-den” (3 jilid) juga merupakan hasil interaksi dari berbagai mailing list. Buku untuk munir, perin-gatan gempa di Yogyakarta dan Padang, tsunami Aceh merupakan hasil interaksi dari para penulis di internet. Buku-buku yang lain, sangat mungkin

merupakan hasil dari karya-karya yang mun-cul di fesbuk, twitter, milist dan blog.

Draft awal tulisan ini dibuat langsung di face-book.com dan twitter.com. Mungkin hal yang sama pernah dilakukan oleh banyak penggiat facebook dan twitter. Mereka langsung menu-lis dan pada beberapa menit berikutnya dipub-lish. Kecenderungan yang sama dapat dili-hat pada sekitar sepu-luh tahun lalu pada saat mailing-mailing list marak dan ramai digu-

nakan, para anggota mailing list langsung menulis di emailnya masing-masing untuk saling menang-gapi tulisan rekan-rekannya, bisa berupa opini atau karya puisi. Berbalas puisi di mailing list sudah ter-jadi sepuluh tahun lalu. Berbalas puisi dan menu-angkan opini di kolom komentar facebook dan blog merupakan kecenderungan terbaru. Contoh komentar dari seorang penggiat sastra di facebook (yang saya amati sangat produktif menulis di face-book.com), yaitu Dimas Arika Miharadja:

“Komunitas semacam facebook, jika tak ber-hati-hati bisa bikin mabuk. Kenapa? Setiap mem-publish puisi, esai, atau apapun juga terkesan dih-adapi (diresepsi, diapresiasi) secara meriah dengan aneka puja-puji, minimal mengacungkan jempol tanpa kata-kata. Komunitas facebook harus dicer-mati antara ada dan tiada. Adanya komunitas itu

“Komunitas semacam facebook, jika tak berhati-hati bisa bikin mabuk. Kenapa?

setiap mempublish puisi, esai, atau apapun juga terkesan dihadapi (diresepsi, diapresiasi) secara meriah dengan aneka

puja-puji, minimal mengacungkan jempol tanpa kata-kata. Komunitas facebook harus dicermati antara ada dan tiada.

adanya komunitas itu baru berguna bila ada keseriusan dalam melakoni hidup dan

kehidupan berkarya. Tiadanya komunitas di ruang maya ini bisa jadi disebabkan lantaran orang-orang yang berkerumun di situ tidak

ada tali pengikatnya yang jelas (suka datang dan pergi tak kembali, suka-suka hati).”

Page 9: Majalah Frasa

hal

9

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

baru berguna bila ada keseriusan dalam melakoni hidup dan kehidupan berkarya. Tiadanya komuni-tas di ruang maya ini bisa jadi disebabkan lantaran orang-orang yang berkerumun di situ tidak ada tali pengikatnya yang jelas (suka datang dan pergi tak kembali, suka-suka hati).”

Apakah ruang maya ini menambah produk-tivitas, intensitas, dan kualitas karya? Sabar, nanti dulu mas, masak terburu-buru. Soal produktivitas, intensitas, dan kualitas karya tentu saja bergan-tung siapa personilnya. Ada lumayan banyak yang serius berkarya, menjaga produktivitas, memupuk intensitasnya, serta meningkatkan karyanya. Tetapi jika dikaitkan dengan ketersediaan data, mungkin sebatas 10% saja. Selebihnya, lebih banyak ber-main-main keriangan penuh keisengan di ruang maya ini.

Melalui media maya ini juga mulai dapat dii-dentifikasi beberapa person yang bisaa meman-faatkan media ini sebagai sosialisasi-komunikasi-interaksi karya yang digubahnya. Lantaran karya sastra itu peronal atau individual sifatnya, aneka respon terhadap karya yang dipublish haruslah diiringi sikap berhati-hati. Puja-puji bisa meman-degkan kreativitas, mabuk pujian, dn lepas kon-trol. Sebaliknya, penyampaian kecaman atau asal kritik tanpa argumentasi yang jelas bisa jadi akan menghentikan produktivitas bagi yang tidk siap dan tidak tahan banting.

Intinya, Komunitas dan Media maya, keduanya sama-sama semu. Semua bergantung pada indi-vidu pelakunya”

Inilah salah satu contoh, bagaimana interaksi di dunia maya dapat berlangsung cepat. Opini bisa dibalas opini dalam waktu singkat. Sedangkan media konvensional seperti koran cetak, majalah cetak, jurnal cetak (segala yanmg harus dicetak) membutuhkan waktu yang cukup lama, paling tidak sehari. Komentar dari Dimas Arika Mihardja ini hanya sekitar 5-10 menit sejak artikel saya pub-likasikan di facebook.

usulan pEngEmbangan KomuniTas dan mEdia

Sebagai penutup tulisan ini, saya mengusulkan beberapa hal untuk pengembangan komunitas dan media saat ini dan di masa mendatang. Tanpa menafikan keberadaan koran, majalah dan buku sebagai media sastra, saya mencoba mengusulkan pengembangan sastra melalui komunitas sastra di internet. Teknologi internet yang semakin terjang-

kau oleh semua kalangan memberikan peluang yang besar untuk semakin menggairahkan para penulis sastra untuk menulis. Penulis sastra dari generasi yang lahir tahun 70-an dan 90-an merupa-kan generasi-generasi yang sangat melek internet. Mereka bisa online internet sepanjang hari meng-gunakan handphonenya.

Berdasar pengalaman berinteraksi di berbagai jaringan komunitas sastra di internet selama ini saya menemukan banyak penulis pemula yang ingin belajar menulis di internet. Para pemula ini mencari guru yang mau mengajari mereka menulis. Tapi para penulis “mapan” di dunia nya-ta susah untuk diminta ilmunya (pengalaman 10 tahun lalu, dan mungkin sekarang). Mungkin kesibukan para penulis “mapan” yang menyebab-kan mereka susah untuk ditanya ini itu hal hal teknis tentang penulisan. Pengalaman waktu di cybersastra, ada suatu forum akhirnya para pem-ula ini saling membantai karya teman-temannya (tanpa guru!). Saya melihat pembantaian karya antar teman itu bisa menjadi gesekan kreatif yang mendorong menjadi lebih baik. Beberapa alumni forum cybersastra karya-karyanya sudah banyak tampil di pentas sastra Indonesia. Mung-kin kalau saling membantai karya menjadi suatu yang mengerikan, bisa dicari format lain.

Tuntutan para sastrawan “mapan” 12 tahun lalu terhadap sastra di internet menurut saya terlalu cerewet. Mereka meminta karya sastra yang ber-beda dengan karya sastra media koran, majalah dan buku. Mereka meminta untuk karya-karya yang selektif yang hadir di internet. Seperti karya yang muncul di koran dan majalah. Tapi tantan-gan itu harus diterima! Ada upaya rekan-rekan penggiat sastra di internet untuk memaksimal-kan media yang ada, misalnya dengan mengotak atik HTML, script dll. tapi masih belum menemu-kan sesuatu yang benar-benar baru. Perkawinan berbagai media seperti video, audio, teks bisa menjadi arah pengembangan ke depan. Selain itu satu hal yang penting, yang mungkin jarang kita perhatikan, ketersediaan bahan bacaan dalam teks digital dari beberapa terbitan cetak sastra Indonesia masih sedikit ditemui. Saya mengimpi-kan suatu ketika kita memiliki perpustakaan maya (semacam PDS HB Jassin di dunia nyata) , juga database biografi dan karya-karya para penulis sastra di Indonesia, yang dapat diakses hanya menggunakan jaringan internet melalui handphone. Saya percaya, itu akan terjadi!***

Page 10: Majalah Frasa

sasTra dunia

hujan puisi di Riau, mungkin tidak ber-lebihan dikatakan untuk menunjukkan begitu banyaknya karya sastra tersebut ditampilkan di provinsi ini dalam hanya

beberapa hari di tengah musim hujan yang awal. Tak hanya dalam bahasa Indonesia/ Melayu, ham-pir 400 puisi ditulis dalam bahasa Korea, Myanmar, Vietnam, Thailand, Tagalog, tentu juga bahasa Ing-gris. Dibaca sendiri oleh sekitar 70 penyair dari berbagai negara ASEAN dan Korea Selatan (Korsel) pada waktu pagi sampai tengah malam —selalu pula diiringi hujan—aksara yang ditampilkan juga beragam sesuai bahasa ibu penyair. Ini masih ditam-bah dengan hadirnya tiga buku sajak yang dikemas mewah masing-masing lebih dari 450 halaman.

Kesemuanya itu dibungkus dengan nama KAPLF II (Korea-ASEAN Poets Literature Festival) yang selain dilaksanakan di Pekanbaru, juga diadakan pada dua kabupaten di Riau lainnya yakni Siak dan Kam-par, 25-29 Oktober lalu —semuanya atas naungan Yayasan Sagang. Acara serupa pertama kali dilaku-kan di Seoul tahun 2010, dari Indonesia diwakili Nirwan Dewanto dan Rida K Liamsi. Direncanakan, Brunei Darussalam akan menjadi tuan rumah KAPLF III tahun 2012. Pada tahun ini, KAPLF yang bernu-ansa Melayu juga diwarnai dengan perjanjian kes-epakatan kerja sama antara majalah sastra Sipyung (Korsel) dengan Majalah Seni Budaya Sagang (Riau, Indonesia).

Bayangkan saja, belum lagi acara dibuka secara resmi oleh Gubernur Riau Dr (HC) HM Rusli Zainal MP, Rabu (25/10), beberapa penyair sudah memba-

cakan sajak mereka di Universitas Lancang Kuning. Malam pembukaan itu pula, seperti menjadi pawai penyair Korea-ASEAN karena pembacaan sajak baru berakhir pukul 23.30 dengan kemunculan Sutardji Calzoum Bachri sebagai pemuncak.

Besoknya, pagi-pagi lagi mereka sudah berang-kat ke Siak Sri Indrapura —membaca sajak di Ista-na Kerajaan Siak yang seolah-olah mewakili suatu masa kejayaan Melayu-Islam abad ke-19. Menje-lang malam, mereka sudah tampil pula di sebuah restoran Melayu sambil santap malam. Lalu seperti sebelumnya, giliran peserta KAPLF berangkat ke Kampar, tepatnya membaca sajak di Candi Muarat-akus yang diperkirakan dibangun abad ke-7 seba-gai jejak awal kehadiran agama Budha di tanah Melayu. Di lain waktu, mereka juga menyaksikan orkestra Melayu, pembacaan sastra (baca: tradisi) lisan masyarakat Riau pedalaman di kediaman budayawan Dr (HC) Tennas Effendi.

***TidaK seperti acara sastra sebelumnya yang kadang-kadang lebih sebagai arena pengamat sastra sebagaimana yang sempat diamati selama ini, kegiatan-kegiatan di dalam KAPLF II, memang terasa berbeda. Para penyairlah yang menjadi bin-tang; membacakan karya-karya mereka pada setiap kesempatan dan memperkatakan apa yang sedang mereka geluti. Mereka jugalah yang menjadi peser-ta kolokium dan penonton pembacaan sajak seka-ligus. Kalaupun ada penonton lain, hal itu seperti terjadi dengan sendirinya karena tanpa undangan, apalagi “pengerahan massa”.

dari Festival penyair Korea-asEan ii: suara asia yang Tersembunyi

oleh: Taufik ikram jamil Sastrawan. Tinggal di Pekanbaru

hal

10

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Page 11: Majalah Frasa

sasTra duniaPeserta memang tergolong cukup tekun dengan

kepanyairan. Dari Indonesia, antara lain terlihat Zaim Rofiqi, Marhalim Zaini, Hasan Aspahani, Raudal Tan-jung Banua, Aan Mansyur, Gunawan Maryanto, Dimas Arika Mihardja, dan Nurhayat Arif Permana. Peserta dari negara lain pun tak kepalang tanggung. Sebutlah semacam Isa Kamari (Singapura), Marsli NO (Malay-sia), Abdul Rakib (Thailand), Do Thi Khanh Phuong (Vietnam), Michael M.Coroza (Filipina), Hashim Hamid (Brunei Darussalam), Maung Pyiyt Min (Myanmar), Ko Hyeong Ryeol (Korsel). Diinapkan di hotel berbintang lima, peserta terbanyak memang dari Indonesia yakni 19 orang, disusul Korsel 10 orang, sedangkan negara lain berjumlah 1-3 orang.

Tak ada kesimpulan karena memang tidak ada kesepakatan kreatif yang dapat dibuat kecuali bagaimana agar tetap berkarya. Tapi seperti yang dapat diduga, wilayah hati masih menjadi “taru-han” dalam helat ini. Perbedaan memang masih amat kentara terutama pada daya ucap masing-masing penyair. Seperti yang disebut Michael M Coroza (Filipina), penyair Indonesia misalnya, lebih ekspresif dan lugas mengungkapkan sesuatu, tidak sebagaimana penyair dari negara lain.

Bau darah, rintihan ketidakadilan, terasing, dan tragedi manusia, amat kentara pada sajak-sajak yang ditampilkan dalam KAPLF II. Fikar W Eda misalnya, melaungkan Aceh yang berdarah dengan rencongnya, tetapi Dimas Arika Mihardja menyulamnya dalam peristiwa tsunami di serambi Mekah yang pilu itu sebagaimana juga dilakukan Hasyuda Abadi (Malaysia). Tapi tak sedikit pula per-cikan perenungan yang kadang-kadang tidak ter-duga. Dalam sajak Kim Tae Hyung (Korsel) dengan latar belakang Siberia berjudul Diaspora misalnya disebutkan : Sebab aku sepi/ Karena aku tak bisa sendirian/ Sebab aku menderita/ Karena aku tak sempat rindu padamu.

***mungKin banyak yang diharapkan dari sajak-sajak KAPLF II tersebut. Selintas adalah wajar, lewat sajak mau juga ditangkap gegap gempita bagaimana manusia Korsel menjulang teknologi sehingga dise-gani di dunia, bahkan menjadi idola baru bagi remaja Indonesia lewat film dan musiknya terkini. Mungkin juga mau didengar suara bagaimana Vietnam bangkit setelah sekian tahun luluh-lantak, tapi hanya dalam waktu terbilang pendek masih mampu mengimbangi negara jirannya dalam beberapa hal termasuk Indone-sia. Warga Singapura yang harus keluar negeri untuk melihat wujud sebuah kampung misalnya, mungkin bukan sebagai sesuatu yang biasa bagi kebanyakan orang di negara peserta KAPLF.

Barangkali pula, demikianlah cara Asia melam-

piaskan perasaannya yakni dengan sedikit meng-geserkan perhatian dari suatu obyek yang sedang dihadapi, sehingga suaranya terkesan tersembunyi. Tapi bagaimanapun, suara tersebut sudah dilaung-kan melalui KAPLF. Dan untuk sampai ke tahap ini pula, telah menelan waktu yang tidak pendek—tentu saja dengan sekian banyak suka dan dukan-ya. Setidak-tidaknya, KAPLF merupakan salah satu telor yang muncul dibenak Ko Hyeong Ryeol set-elah pulang ke Korsel dari pertemuan penyair di Jepang tahun 1960-an.

Baru eksis tahun 2000, ia mendirikan suatu komunitas yang dinamakan The Poet Society of Asia (TPSA), sekaligus menjadi presidennya. Den-gan lembaga itu, penyair dengan puluhan peng-hargaan dari Korsel tersebut, telah memperkenal-kan sekitar 300 orang penyair Asia kepada pem-baca Korsel lewat Majalah Sastra Sipyung. Tercatat tujuh kali pula kegiatan sastra dengan melibatkan penyair Asia dilakukannya.

“Asia adalah satu dan sekaligus tidak satu. Asia adalah kehidupan sekaligus pekuburan,” kata Ryeol. Ia kemudian mengatakan, “Benua Asia adalah tem-pat rahasia Timur, dari sanalah setiap pagi dimulai. Dunia bahasa leluhur yang bijaksana masih berada nun jauh di sana dan terlalu tinggi bagi kita. Kita semua mengalami sejarah penjajahan yang sama,” tuturnya, sambil menjelaskan penjajahan di Korsel, malahan tragedi bernegara sampai tahun 70-an.

Tentu saja, persoalannya tidak hanya sampai di situ karena Asia menghadapi masa depan yang menarik. Sebagaimana banyak disebut, abad ke-21 ini adalah abad Asia-Pasifik dengan titik porosnya di ASEAN dan Asia Timur termasuk Korsel. Dalam kancah ini, Korsel sudah jauh lebih maju diband-ingkan negara ASEAN, malahan mampu menem-patkan diri sebagai delapan besar negara pengek-spor di dunia. Bandingkan penduduk ASEAN yang mencapai 300 juta jiwa —tentu saja sasaran empuk pasar— dengan Korsel yang hanya sekitar 50 juta jiwa. Lalu mana Cina, India, dan Jepang dalam komunitas KAPLF ini —mereka tentu masih di Asia yang memiliki kearifan terbilang, kan?

Bagaimanapun, terlalu naïf kalau ucapan Rye-ol dengan latar belakang Asia pada tahun-tahun mendatang di atas, mengingatkan orang pada slo-gan Jepang yang ingin mengibarkankan bendera Asia Raya di kawasan Asean sekarang ini dan men-empatkan dirinya sebagai saudara tua tahun 1940-an. Lha, sekarang kan puisi, bukan senjata seperti tahun 40-an… Wallahualam bissawab.

Sumber: Riau Pos

hal

11

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Page 12: Majalah Frasa

mengenang polemik gaya Tuan sTa

oleh: Kurie suditomo, sjs

Sutan Takdir ternyata memiliki selera humor. Taman Ismail Marzuki, 18-20 Maret 1986, dan ratusan undangan menjadi saksi polemik seru yang diselenggarakan dalam Pertemuan Sas-trawan Jakarta yang merefleksikan 50 tahun Pole-mik Kebudayaan.

Diskusi seru itu dilanjutkan di majalah ini. Pada 17 Mei 1986, Takdir menulis kolom di majalah Tempo berjudul Polemik Kebudayaan, Sesudah 50 Tahun. Kolom itu ditanggapi oleh Arief Budiman, Umar Kayam, Abdurrahman Wahid, Daoed Joesoef, Goenawan Mohamad, Taufik Abdullah, dan Sutardji Calzoum Bachri. Seluruh pemikiran itu kemudian dijawab kembali oleh Takdir dalam tulisan: Menu-tup Polemik Kebudayaan, Membuka Lapangan Pemikiran Baru, yang dimuat di majalah Ilmu Buda-ya, Agustus 1986.

Ia menangkis satu per satu. Untuk mengkritik pemikiran Takdir yang ingin membangun kebu-dayaan baru dengan sama sekali meninggalkan tra-disi, Goenawan menulis kolom Beberapa Tusuk Sate

goenawan menulis kolom beberapa Tusuk sate dan segelas

rum. gunawan menggunakan metafora sate dan rum. menurut goenawan, sate yang dibakar di pemanggangan tua-yang penuh

bekas lemak-justru akan lebih lezat. sedangkan rum, seperti

pernah dicicipi Claude levi strauss

“saYa dapat menerima bahwa mungkin sate yang dibakar di pemanggangan tua dan berdaki itu sangat enak. Tapi saya menganjurkan goenawan makan sate yang dimasak memakai oven listrik yang paling modern, bersih, berkilat-kilat.” (sTa, 1986)

hal

12

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

sasTra indonEsia

Page 13: Majalah Frasa

dan Segelas Rum. Gunawan menggunakan meta-fora sate dan rum. Menurut Goenawan, sate yang dibakar di pemanggangan tua-yang penuh bekas lemak-justru akan lebih lezat. Sedangkan rum, sep-erti pernah dicicipi Claude Levi Strauss, lebih enak disuling dari peralatan abad ke-18 daripada dengan tanki-tanki enamel putih dan pipa kronium pabrik.

Tapi Takdir tetap keras kepala. Ia tetap ber-pendapat bahwa kelak tradisi harus ditinggalkan sepenuhnya. Kepada Goenawan ia menjawab, bila merasakan sate yang dipanggang di oven lis-trik: “Barangkali Goenawan akan merasakan ken-ikmatan yang belum pernah dirasakan seumur hidupnya.”

Gaya Takdir menangkis mengingatkan kita bagaimana ia berpolemik pada 1935 melawan Dr Sutomo, Sanusi Pane, Adinegoro, Ki Hajar, Poer-batjaraka, dan Dr Amir. Polemik dimulai dari tiga naskah Takdir yang dimuat di Pujangga Baru, antara lain Menuju Masyarakat dan Kebudayaan Baru Indone-sia, Semboyan Tegas, Peker-jaan pembangunan bangsa sebagai pekerjaan pendidi-kan.

Naskah pertama, Menuju Masyarakat Kebudayaan Baru Indonesia, ditanggapi oleh Sanusi Pane dan Poerbatjaraka. Inti tulisan itu, Takdir menganggap karya seperti Borobudur dan Prambanan sesungguhnya bukan mencermink-an Indonesia, tapi pre-Indonesia, zaman jahili-yah Indonesia. Sanusi Pane membalas dengan artikel: Persatuan Indonesia. “Tuan STA agaknya tak tahu kenyataan sejarah itu ialah sebuah rant-ai…. Dalam artikel itu muncul ungkapan terkenal Sanusi, agar kita seharusnya menggabungkan spirit Faust dan Arjuna.

Naskah kedua, Semboyan Tegas, karya Takdir sepulang ia mengikuti Kongres Permusyawaratan Perguruan Indonesia di Solo, Juni 1935. Ia mengkri-tik visi pendidikan dr Sutomo, Radjiman Wedyodin-ingrat, dan Ki Hajar.

Dalam kongres tersebut, Dr Sutomo menampil-kan pemikiran yang optimistis terhadap pendidi-kan pesantren. Takdir menganggap ini sebuah

sikap anti-intelektualisme, individualisme, anti-ma-terialis.

Dalam artikel Nationaal-Onderwijs-Congres, dr Sutomo menjawab dengan mengatakan bah-wa pesantren bisa menjadi pilihan, karena seko-lah Belanda seperti HIS hanya menghasilkan 30 persen lulusan yang meneruskan pendidikan. Takdir membalas argumen itu dalam artikel Pen-didikan Barat dan Pesantren, yang menekankan bahwa pendidikan Barat lebih unggul daripada pesantren. Sutomo menjawab lagi, dengan opini berjudul Perbedaan Levensivie. Menurut Suto-mo, banyak pemimpin lulusan sekolah Belanda yang tak anti-tradisi Timur. “Cipto Mangunkusu-mo, umpamanya, “tidur” dengan Baghawad Gita,” demikian tulis Sutomo. Takdir membalas dengan

artikel Kata Penutup: Kepada dr Sutomo.

Adinegoro turut campur dalam debat itu, dengan menu-lis Kritik atas Kritik. Intinya ia melihat kultur Timur tidak bisa dijadikan kultur Barat, tetapi civilisatie Barat bisa dipindah-kan ke dunia Timur. Tulisan itu dijawab Takdir dengan artikel: Synthese Antara “Barat” dan “Timur”-yang menyangsikan adanya sintesis demikian

Jawaban Takdir terhadap argumennya memang menu-

tup mata terhadap kemungkinan eksplorasi tra-disi. Seperti juga terlihat pada saat Takdir men-jawab kolom Sutardji Calzoum Bachri di majalah ini, 9 Juni 1986, berjudul Zeus, Eros, Siti Jenar, dan Parikesit, di mana Sutardji menganggap tra-disi justru bisa menjadi pangkal kemodernan.

Ia mencontohkan karya Rendra dan Putu Wijaya. Saat itu kita tahu teater modern Indone-sia banyak bereksperimen dengan tradisi. Arifin C. Noer, misalnya, menimba inspirasi dari orkes madun di Cirebon, Jawa Barat.

Tapi jawaban Takdir memang memperlihatkan Takdir tak menyaksikan pertunjukan teater kita-dan memahaminya dari dekat. Sebab, bila ia menyak-sikannya, Takdir pasti tak akan menulis demikian: Kalau Sutardji berkata karya-karya Danarto, Ari-fin, bersumber pada akar tradisi, maka hal itu saya sangsikan***

Takdir tetap keras kepala. ia tetap berpendapat bahwa

kelak tradisi harus ditinggalkan sepenuhnya. Kepada goenawan

ia menjawab, bila merasakan sate yang dipanggang di oven listrik: “barangkali goenawan

akan merasakan kenikmatan yang belum pernah dirasakan seumur

hidupnya.”

hal

13

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

sasTra indonEsia

Page 14: Majalah Frasa

hal

14 sasTra rEligi

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

sastra Yang berhulu pada al-Quranoleh: ilham Yusardi

sETiap malam ke-17 dalam bulan Rama-dhan, kita, umat muslim dengan semarak memperingati Nuzul Al-Quran. Pada malam itu, sebagaimana yang telah diterang-

kan dalam sejarah turunnya Al-Quran, merupakan malam pertama bagi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah SWT, dengan perantara Ruh Kudus, yaitu Malaikat Jibril.

Siapa diantara kita hari ini yang sanggup mem-bayangkan seorang manusia biasa seperti Muham-mad SAW bertemu dengan mahkluk gaib malaikat jibril? Muhammad yang waktu itu adalah manusia biasa sebagaimana kita, pun dibuat gemetar, hing-ga terbit peluh dingin beliau dan menderita demam tinggi.

Muhammad SAW mereima Wahyu pertama saat berusia empat puluh tahun. Pada masa itu, merupa-kan periode pertama bagi beliau untuk lebih banyak mengerjakan Tahannuts (bersunyi diri untuk ber-tafakkur). Pada bulan Ramadhan beliau membawa bekal lebih banyak dari biasanya. Pada malam ke-17 Ramadhan bertepatan dengan 6 Agustus tahun 610 Masehi, di gua Hira, datanglah Malaikat Jibril mem-bawa Wahyu untuk pertama kalinya dan menyuruh Muhammad SAW membacanya, Jibril berkata Iqra! (bacalah!) Muhammad yang ummi, (yang tidak bisa tulis baca) pun gemetaran. Dengan lugu dan jujurnya Muhammad menjawab, aku tidak dapat

Page 15: Majalah Frasa

hal

15sasTra rEligi

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

membaca. Beberapa kali Nabi direngkuh Malaikat Jibril, hingga Muhammad SAW gemetaran, hingga sesak nafas. Dan kembali Jibril mengatakan Iqra!, tapi nabi kembali menjawab dengan perkataan yang sama aku tidak dapat membaca hingga perbincangan demikan berulang hingga tiga kali. Dan akhirnya Muhammad SAW dengan rasional bertanya Apa yang kubaca?

Maka dalam peristiwa ini turunlah lima ayat yang terda-pat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 itu sebagai wahyu perta-ma Alquran. Yaitu: (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (tulis baca). (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Dengan demikian dapatlah kita tarik kesimpulan awal bahwa kehidupan yang sedang berlangsung hanya dapat kita perlajari jika kita membaca selu-ruh ayat-ayat Allah yang tersurat dalam kitab-kitab-nya (kauliah), maupun ayat-ayat alah yang tersirat dalam alam ini (kauniah).

Jangkauan Al-Quran sebagai tuntunan hidup Manusia di muka bumi sangat luas. Al-Quran adalah pedoman sekalian persoalan yang telah maupun yang belum dialami manusia. Al-Quran menjang-kau seluruh aspek kehidupan. Tidak ada persoalan kehidupan manusia yang luput Allah mengaturnya. Termasuk persoalan yang ada di ruang kita atau hadapan kita ini, yaitu sastra. Berangkat dari ini-lah kita coba tarik benang merah persoalan sastra dalam kitab Al-Quran.

Bagaimana tuntunan Al-Quran dalam bersastra? Dan bagaimana kedudukan sastrawan dalam Al-Quran? Pertanyaan inilah yang coba kita urai disini.

Dengan keyakinan yang mantap dan penuh dapat penulis katakan bahwa sastra(wan) mem-punyai tempat yang istimewa dalam Al-Quran. Hal ini dapat kita buktikan dengan adanya surat Asy Syu’araa yang terdiri dari 227 ayat. Dinamakan Asy Syu’araa karena (kata jamak dari Asy Syaa’ir yang berarti penyair) diambil dari kata Asy Syuaraa yang

terdapat pada ayat 224. Secara detail dan khusus Allah SWT menyebutkan kedudukan penyair-pe-nyair di tujuh ayat terakhir surat ini.

Sebelum ayat ini turun, dalam sejarah sastra Arab, kedudukan penyair sangatlah penting dan sangat terhormat dalam istana maupun dalam masyarakat. Penyair dihormati karena para penyair

diyakini memiliki kemampuan khusus yang tidak dimiliki orang banyak. Penyair diang-gap berkemampuan supra-natural (kegaiban), mereka mampu berkomunikasi den-gan mahkluk gaib seperti jin. Penyair berkomunikasi dengan jin dengan merapal-kan bermacam mantra sihir. Kemudian Penyair-penyair arab pra-Islam senang melaku-kan pengembaraan dari suatu tempat ke tempat lain untuk mencari nafkah kehidupan.

Mereka terbiasa bersikap munafik dengan sen-gaja menyanjung penguasa tempat-tempat atau istana yang mereka singgahi agar diberi sangu dan dilayani dengan istimewa oleh istana. Ketika kaum kafir menguasi Ka’bah, syair-syair mereka yang berisi puji-pujian pada penguasa, syair-syair yang dirapalkan dalam penyembahan pada ber-hala dipajang didinding Ka’bah. Sebagian penyair-penyair itu suka mempermainkan kata-kata dan tidak mempunyai tujuan yang baik yang tertentu dan tidak punya pendirian.

Para penyair-penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan para rasul-rasul sebe-lumya; mereka diikuti oleh orang-orang yang sesat dan mereka suka memutar balikkan lidah. Perbua-tan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. Selain itu Penyair penyair pada kala itu ditakuti oleh masyarakat karena mereka bisa ber-buat jahat dengan perantara jin jahat (iblis).

Kondisi inilah dikisahkan dan dijelaskan Alquran surat Asy Syu’araa: (221) Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan- syaitan itu turun? (222) Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, (223) mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta. (224) Dan penyair-pe-

para penyair-penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan para rasul-rasul sebelumya; mereka diikuti oleh

orang-orang yang sesat dan mereka suka memutar balikkan lidah. perbuatan mereka tidak

sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. selain itu penyair

penyair pada kala itu ditakuti oleh masyarakat karena mereka bisa berbuat jahat dengan perantara

jin jahat (iblis).

Page 16: Majalah Frasa

hal

16 sasTra rEligi

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

nyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. (225) Tidakkah kamu melihat bahwasanya mer-eka mengembara di tiap- tiap lembah. (226) dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?

Ketika Ayat ini turun dan disampaikan Muham-mad SAW pada para Hafiz, seketika sebagian penyair pengikut Muhammad SAW, seperti Abdul-lah Ibnu Rawahah, menjadi dibuat patah arang dan ketakutan menyimak ayat tersebut. Abdullah Ibnu Rawahah saat itu berpikiran bahwa ayat tersebut telah menegaskan bahwa kegiatan bersyair dan menjadi penyair dilarang dalam agama Islam. Ber-segaralah Ia menemui Rasul, dan menanyakan peri-hal ayat tersebut.

Maka, dengan tersenyum Nabi Muhammad SAW menjelaskan dengan membaca ayat terakhir (ke-227) dalam surat tersebut, yang mengatakan: (227) kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah men-derita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. Maka, menjadi jelaslah persoalan itu dan lepaslah ketakutan Abdullah Ibnu Rawahah. Sejak itu tanpa ragu makin semangat Ia membuat syair yang bertendensi dakwah, ajakan berbuat baik, memompa semangat juang para Mujahidin dalam berperang, maupun syair-syair yang menga-gungan Allah SWT.

Tugas sasTrawan muslim sEbagai KaliFaTullah

Manusia diciptakan Allah SWT sebagai Kali-fatullah di muka Bumi. Menjadi kalifah yang dimaksud adalah sebagai wakil Tuhan, yang mencermin kualitas ke-illahi-an manusia di muka bumi. Seiring dengan tujuan Allah SWT men-ciptakan manusia tersebut dapatlah diatarik ketegasan perihal tugas para sastrawan dalam kehidupan ini, yaitu berdakwah.

Berdakwah tidak pula diartikan dalam penger-tian yang sempit, mungkin pengertian dakwah yang tersedia dalam keseharian kita adalah menyampai-kan pengajaran dalam mesjid, pemberi ceramah saat pengajian saja. Namun sesunguhnya, penger-tian dakwah dapat dijabarkan dalam pengertian yang luas dan luwes.

Dakwah sebagai tabligh. Tabligh artinya menyampaikan, Materi dakwah bisa berupa ket-

menggeluti bidang sastra merupakan bidang yang unik. menjadi penulis sastra adalah

sebuah jalan untuk berdakwah dengan cara yang menyenangkan.

Kita tahu tidak semua orang mempunyai kemampuan mencipta

karya sastra yang baik. Kemampuan pribadi seorang penulis sastra

meliputi kemampuan mencerna berbagai ilmu pengetahuan,

pendalaman dan pemahaman akan kompleksitas kehidupan manusia

dengan akal dan perasaannya. Kemudian sastrawan dengan kreati-fitasnya menciptakan sebuah dunia

lain yang sudah diproses dalam inajinasi. jadi kemampuan ini

adalah kemampuan yang luar biasa yang dimiliki seorang sastrawan. dengan Kepandaian berbahasa ia

tuangkan imajinasinya tersebut untuk dapat dibaca dan dihikmati

oleh khalayak.

Page 17: Majalah Frasa

hal

17sasTra rEligi

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

erangan, informasi, ajaran, seruan atau gagasan. Kemudian dakwah berarti mengajak, Ada dua bentuk visi ajakan, yaitu: makro dan mikro. visi makro cukup jelas yaitu mengajak manusia kepa-da kebahagiaan dunia akhirat, sedangkan visi mikro bisa dicontohkan dengan sifat dan sikap yang kongkrit dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya dakwah sebagai pekerjaan menan-am. Berdakwah juga mengandung arti mendidik manusia agar mereka bertingkahlaku sesuai den-gan nilai-nilai Islam.

Mendidik adalah pekerjaan menanamkan nilai-nilai ke dalam jiwa manusia. Nilai-nilai yang ditan-am dalam dakwah adalah keimanan, kejujuran, keadilan, kedisiplinan, kasih sayang, rendah hati dan nilai-akhlak mulia lainnya. Layaknya pekerjaan menanam, benihnya harus unggul, tanahnya harus subur, disiram dan dijauhkan dari hama serta butuh waktu lama hingga benih itu tumbuh berkembang menjadi rumput hijau yang indah atau menjadi pohon tinggi yang rindang dan berbuah. Begitu pula hendaknya dalam karya sastra yang kita tulis dan kita tanam, semestinya haruslah karya yang bermutu, yang membawa pencerahan bagi kehidu-pam masyarakat.

Kita mengetahui bahwa sesunguhnya tugas berdakwah merupakan tugas seluruh umat mus-lim, tanpa kecuali. Tentu saja dakwah yang dilaku-kan sesuai kemampuan dan bidang masing-mas-ing. Dalam pengertian ini, dapat pula kita telusuri bagaimana dakwah yang dapat dilakukan oleh sas-trawan?

Menggeluti bidang sastra merupakan bidang yang unik. Menjadi penulis sastra adalah sebuah jalan untuk berdakwah dengan cara yang meny-enangkan. Kita tahu tidak semua orang mem-punyai kemampuan mencipta karya sastra yang baik. Kemampuan pribadi seorang penulis sastra meliputi kemampuan mencerna berbagai ilmu pengetahuan, pendalaman dan pemahaman akan kompleksitas kehidupan manusia dengan akal dan perasaannya. Kemudian sastrawan den-gan kreatifitasnya menciptakan sebuah dunia lain yang sudah diproses dalam inajinasi. Jadi kemampuan ini adalah kemampuan yang luar biasa yang dimiliki seorang sastrawan. Dengan Kepandaian berbahasa ia tuangkan imajinasinya tersebut untuk dapat dibaca dan dihikmati oleh khalayak.

Lalu karya sastra yang bagaimanakah yang

bisa dikatakan karya sastra yang bertujuan dak-wah? Sekali lagi penulis tegaskan, kata dakwah itu bukanlah kata yang memiliki arti yang sem-pit. Karya sastra yang bisa menyentuh meng-gerakkan hati manusia tanpa pandang agama, suku, dan ras adalah karya yang berdakwah. Islam bukanlah agama hanya untuk sekelompok ras saja. Islam adalah agama Rahmat Semesta Alam. Jadi seorang sastrawan muslim semestinya mampu menghadirkan karya yang menampilkan wajah kebenaran yang illahiah, kebenaran yang universal. Dalam pengertian ini, tugas sastrawan dengan karya sastranya tak lain adalah bertang-gung jawab terhadap perbaikan kualitas kehidu-pan umat manusia.

Perjuangan sastrawan adalah perjuangan kata-kata dan perjuangan sikap. Menyusun kata-kata dalam tulisan saja tidaklah cukup. Misal, kita terka-dang begitu sibuknya kita menyusun kata-kata ter-baik dalam sebuah sajak, kita terkadang sengaja berumit-rumit dengan kata-kata, sehingga tanpa kita sadari kita terperangkap sendiri dalam labirin kata-kata itu sendiri.

Kita menganggap keraguan kita adalah mod-al untuk mencapai sebuah kebenaran. Namun sayang, keraguan kita sering menjadi keraguan yang permanen karena keraguan itu selalu kita abaikan. Tidak pernah kita tuntaskan sebagi sebuah keyakinan personal (ideologi). Keraguan kita sering tidak berakhir pada keyakinan, yaitu iman. Sebagai seorang muslim, para sastrawan muslim harus mampu mengaktualisasikan apa yang ditulisnya.

Sehingga ia tidak termasuk pada golongan penyair (baca: sastrawan) munafik, lagi pendu-sta; penyair yang tidak berpendirian; penyair yang sekedar mencari sensasi dengan mempertontonk-an permainan kata-kata.

Sebuah kisah di akhir pembahasan ini: Pada suatu hari, Rasulullah Muhammad SAW sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba datan-glah Abdullah Ibnu Rawahah hendak menuturkan syairnya. Maka sebelum syair dibacakan, Rasulullah bertanya pada Abdullah Ibnu Rawahah, Apa yang Anda lakukan jika anda hendak mengucapkan syair? Maka, menjawablah Sang penyair Abdullah ibnu Rawahah, Hamba renungkan dulu, kemudian baru Hamba ucapkan. Maka dengan senang hati Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabat men-dengarkan ia bersyair.***

Page 18: Majalah Frasa

KomuniTas

KomuniTas rabu langiT lomboK Timur

jawaban aTas KEhausan dunia Tulis mEnulis

rabu Langit berasal dari dua suku kata “rabu” dan “langit”. Rabu berarti hari sedan-gkan langit berarti pelindung/ atap, jadi rabu langit dari segi bahasa berarti “hari

yang berlindung dibawah langit”. Komunitas yang berdiri sejak tanggal 20 desember 2012 ini sebe-narnya disyahkan pada awal januari 2012 tepatnya tanggal 1 januari 2012. komunitas ini didirikan atas dasar pemikiran untuk menjawab kehausan dalam dunia tulis menulis, [kilas balik] hari itu adalah per-temuanku dengan seorang bernama Fatih kudus jaelani di rumahnya. Bukan pertemuan pertama akan tetapi pertemuan yang sedikit ganjil, bisa dib-ilang. Sebagian pemikiranku dengan saudara fatih [panggilan akrab fatih kudus j] adalah sama dalam konsep berorganisasi, hal inilah yang kemudian mempertemukan kami dalam sebuah kesepakatan untuk membentuk sebuah komunitas bernama rabu langit. Hari rabu menjadi sangat istimewa, sebab hari itu tiga buah peristiwa yang sangat luar biasa dan ada yang sangat mengganggu pemikiranku, tiga peristiwa itu adalah 1) terbentuknya komuni-tas rabu langit sendiri, 2) teman-teman penyair NTB

memanggilku sebagai penyair moge [motor gede] karena memang aku sedikit suka dengan motor gede dan yang ke tiga meresmikan sebuah bangu-nan sederhana untuk dijadikan markas besar.

Sebagai langkah awal pendirian organisasi ini adalah memberikan perhatian yang serius terh-adap perkembangan dunia kepenulisan sastra di lombok timur dengan mengadakan pendidikan MENULIS GRATIS dan menerbitkan buku sastra sebagai satu-satunya media sastra yang ada di lom-bok timur. Selanjutnya saya bersma fatih berencana mendirikan HALTE SASTRA (taman baca khusus sastra untuk masyarakat) dalam upaya untuk mem-berikan penyadaran tentang pentingnya bersastra khususnya kepada kalangan muda, pemikiran ini tidak muncul begitu saja, akan tetapi melalui per-juangan dan pertimbangan yang sangat panjang. Perkembangan dunia sastra di Lombok Timur bisa dibilang sangat payah dan menyedihkan, tidak sep-erti diwilayah-wilayah lain, selalu ada penulis-penu-lis handal dan media serta wadah untuk mengem-bangkan diri dalam dunia kepenulisan. Dalam bahasa lain, komunitas rabu langit memiliki keyaki-nan dan tekad untuk memfasilitasi generasi muda selanjutnya sebagai tongkat estapet untuk perkem-bangan kesastraan Lombok Timur. Komunitas yang

Penulis: Yogi S. Memeth

SAlAH seorang siswa mengapresiasi puisi komunitas rabu langit.

ProSeS diskusi promo pertama buletin kapass.

hal

18

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Page 19: Majalah Frasa

KomuniTas

awalnya hanya berdiri sebab dua pemikiran orang ini yaitu Yogi s. Memeth dan Fatih kudus jaelani kemu-dian berkembang sangat pesat dalam waktu singkat, hal inilah yang kemu-dian memotifasi kami untuk mencoba memperkenalkan diri kepada media-media luar yang memiliki kolom sastra agar menjadi motifasi bagi anggota-anggota lainnya.

Komunitas rabu langit memfokuskan diri dalam dunia tulis menulis terutama sastra dengan ang-gota awal dua orang sebagai pendiri yang selan-jutnya diikuti baru lima orang anggota saja. Seba-gai tindakan lanjut keseriusan dalam kegiatan berkesastraan komunitas rabu langit mengadakan kegiatan yang bertajuk “ngeder sastra” yang bisa ditermahkan dalam bahasa indonesia “mengurasi sampai akar-akar sas-tra” pada setiap hari rabu dan segala keg-iatan-kegiatan disku-si selalu difokuskan pada hari rabu, ini-lah alasan mendasar mengapa komunitas ini bernama “rabu” dan “langit” sebagai naungan.

Dalam penerima an anggota baru, komu-nitas ini tidak memer-lukan formulir, pas fotho atau apapun yang lumrah diguna-kan dalam persyaratan untuk masuk sebuah organ-isasi. Komunitas ini hanya menerima anggota yang menunjukkan karya mereka sebagai bukti keseriu-san untuk menjadi seorang penulis, adapun mereka yang ingin masuk tapi belum bisa menulis mereka tetap diterima sebagai anggota akan tetapi mereka harus mempunyai skill yang dekat dengan dunia kepenulisan, semisal ahli dalam layout ataupun seorang wartawan dengan maksud agar hasil kerja dalam komunitas menjadi profesional. Dan yang pal-ing mendasar adalah siapapun bisa bergabung.***

ArAHAn-arahan dari kepala sekolah SMAn 1 Sikur ten-tang prestasi siswa.

KePAlA sekolah dalam men-gapresiasi karya yang terbit di kapass.

BeDAH karya kepada peserta diskusi.

PeMBuKAAn blog buletin kapass untuk menunjukkan

karya-karya yang terbit.

hal

19

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Page 20: Majalah Frasa

hal

20

FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

LUKA, DUKAKU

CErpEn: ummul KhaiEr El-sYaF

Page 21: Majalah Frasa

hal

21

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Seperti pagi-pagi sebelumnya: sebelum adzan subuh berkumandang, saat adikku masih terlelap dalam mimipinya, dan majikanku masih terlelap juga. Aku bangun mengambil wudhu’, shalat, dan berdo’a padaMu, aku tak pernah dan tak akan per-nah lelah untuk meminta dan memohon agar ayah-ku sembuh dan aku kembali seperti dulu lagi walau tanpa bunda. Aku tak pernah lelah Tuhan… tak per-nah. Sebab aku yakin Engkau akan mengabulkan do’aku suatu saat nanti walau bukan sekarang dan besok. Aku yakin pada saat dimana Engkau merid-hai untuk itu. Aku yakin itu, sangat Allah….

Seusai shalat, berdzikir, dan berdo’a. aku meny-enandungkan kitab suciMu sembari menunggu adzan subuh menggema dari samping rumah yang ku tinggali saat ini. Tak sepantasnya aku terin-gat ayah dan bundaku saat membaca ayat suciMu hingga akhirnya hujan mengalir dari dua kutub mataku membasahi kitabMu Allah… aku telah lancang Allah… maafkan aku… namun aku sudah tak sanggup lagi untuk membendungnya. Tanpa idzin dan tanpa di inginkan ia mengalir begitu saja. Maafkan aku Allah… maafkan aku pula karena aku terpaksa menghentikan bacaanku sebab suaraku telah parau karena tangis mencumbuiku nakal. Hhh… aku mencoba menenangkan diriku sejenak. Selang beberapa saat adzanpun terdengar jua. Set-elah adzan usai, dengan segera aku menunaikan ibadah shalat subuh agar cepat beraktivitas den-gan tugas yang sudah biasa setiap harinya: meny-iapkan makanan untuk majikanku sebelum mereka berangkat ke kantor, menyapu halaman, meyirami kebun, dan masih banyak aktivitas lain.

Shalat berlalu, tak pernah lupa aku menangis, berdo’a, mengeluh, dan meminta padamu. Karena hanya Engkaulah yang aku miliki. Aku masih mam-

CErpEn

Sesungguhnya Allah selalu bersama orang-orang yang sabar…

itulah sepenggal kata yang selalu ku tanam dalam hatiku. saat Kau jemput ibunda tercintaku kerumahmu sebab kanker paudara yang menggerogotinya, bukan aku tak sedih allah… hatiku terasa pilu, sangat… bahkan aku tak lagi bisa

membendung hujan yang membanjir di pipiku. aku juga tak mampu untuk mengusir mendung yang memelukku erat teringat akan adik perempuanku yang masih terlalu dini dan lugu. ia masih sangat membutuhkan ibunda untuk berteduh, iapun juga masih kekurangan pelukannya Tuhan…. adik perempuanku yang sungguh lebih malang nasibnya dariku. saat

ini ia baru berumur 3 tahun, 3 tahun allah… mengapa Kau setega itu padanya?, maafkan aku yang selalu menuntutmu, namun mengapa harus dengan usia yang sedini itu sudah harus sepi tanpa kasih sayang bunda. bermain sendiri tanpa ditemani bunda, aku, dan ayah. bunda telah pergi jauh, sedang ayah saat ini sekarat di rumah sakit, dan aku! aku sibuk

dengan pekerjaan yang saat ini tak seberapa penghasilannya untuk memenuhi hidup, obat ayah, dan mainan adikku pula. sedang aku hanyalah anak yang masih tergolong dini, akupun tak tahu harus bekerja apa, hingga pada suatu ketika aku

melamar kerja menjadi seorang pembantu rumah tangga walau aku lelaki, suatu pekerjaan yang sangat hina di mata manusia yang lain. namun aku mencoba menikmatinya walau sebenarnya aku sangat terpaksa. Tapi tak mengapa, toh ini

adalah pekerjaan yang halal. aku butuh tempat untuk berteduh, dan juga butuh makan untuk tetap bertahan hidup.

Page 22: Majalah Frasa

hal

22 CErpEn

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

pu berdiri sebab Engkau Allah…. Akan ku katakana pada masalahku bahwa aku memilikiMu disini. Di hatiku.

Aku menghapus air mataku dengan segera saat tan-gan kecil nan mungil adikku menyentuh pundakku dari belakang, rupanya ia telah bangun sepagi ini. Aku mem-balikkan badan, wajahnya tampak lucu, polos, lugu, dan menggemaskan. Aku menyentuh pipinya. Hangat dan lembut.

“Adiek? Adiek dah bangun?” Tanyaku konyol, ia men-jawabnya hanya dengan anggukan kepala.

“Kakak kenapa?” Tanyanya kemudian,“Nggak… kakak nggak apa-apa kok, sana adiek

mandi dulu, setelah mandi langsung main sendiri dulu ya… soalnya kakak harus masak, menyapu, dan macam-macam” Ucapku melembutkan hatinya, lalu ia mengang-guk polos, aku mencium pipinya yang lembut sebelum akhirnya berlalu dari harapanku. Terkadang hatiku miris olehnya. Tapi… aku tak bisa berbuat apa-apa, dan aku-pun tak bisa untuk menolak takdirMu dan meminta kembali bunda yang telah pergi jauh dari hidup kami.

Tiga puluh menit sebelum jam kantor tiba semua masakan harus telah matang dan sudah siap pula di meja makan untuk tuan Frederick dan nyonya Alice. Hem… aku menarik nafas dan mengeluarkannya perla-han. Lega. Akhirnya telah siap juga makanannya. Kemu-dian aku melihat mereka menuruni anak tangga den-gan penampilan telah siap menuju kantor. Viecent anak sulung mereka yang masih berumur delapan tahun juga telah rapi dengan seragam sekolah musiknya, begitupun dengan Rose anak sulung mereka yang masih berumur lima tahun telah rapi juga dengan seragam sekolahya. Tanpa menyapaku yang berdiri di pojok meja makan kar-ena telah meyelesaikan tugas, mereka langsung duduk dan makan dengan lahapnya. Aku senang meski tak di ajak oleh mereka, karena aku sadar itu tidak mungkin. Aku senang mereka menyukai masakanku. Aku ber-lalu dari hadapan mereka, namun, saat ku langkahkan kakiku yang kanan tiba-tiba aku tersandung pada kaki Viecent yang saat itu duduk di kursi dekatku berdiri. Brukk…. Aku jatuh tersungkur kelantai, agh… pasti tuan dan nonya akan geram padaku, langsung aku berdiri dan menunduk. Tuan juga berdiri dari tempat duduknya, aku gemetar ketakutan, kepalaku menunduk seperti ada beban 10 kg di atas kepalaku. Takut, ya, aku takut beliau menyekapku di gudang berhari-hari hanya karena per-masalahan sesepeleh ini. Darr… tangan beliau memukul meja makan.

“Kamu ini gimana sich? Kerja nggak becus! Membuat-ku tidak selera makan saja. Sudah pergi sana” Bentak tuan dengan geram padaku.

“Iya, lo gimna sich? Uda sana pergi, ngapain masih disini?” Timpal Viecent. Aku berlalu tanpa kata dan tetap

Page 23: Majalah Frasa

hal

23CErpEn

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

dengan kepala yang terbebani. Sesampainya di dapur tiba-tiba hatiku perih…

sangat. Sakit dan menjerit. Sekilas terbayang masa yang indah silam bersama ayah, bunda, dan adik-ku. Lagi-lagi hujan datang, matakupun berkaca-kaca, dan aku tak mampu membendungnya. Boleh di bilang aku adalah lelaki tercengeng di dunia ini. Aku menuju kamar mandi dan berwudhu’ untuk menenangkan hati walau sejenak. Setelah aku benar-benar merasa lebih tenang, aku berjalan menuju dapur untuk mengambilkan adikku nasi dengan lauk-pauk seadanya.

“Diek Olief…” Teriakku dari dapur, tak lama adik-ku datang dengan membawa aliran gerimis dimata dan isak yang membuatku pilu, entah mengapa?.

“Adiek… adiek kenapa?” Tanyaku lembut dan menjongkok di depannya. kuusap air matanya pelan, namun ia tetap tak menjawab menikmati tangisnya.

“Adiek kenapa? Sudah… jangan nangis… nanti jelek lo… ayo cerita sama kakak” Hiburku.

“Olief… hiks.. hiks.. O..Olief ju..ju..ga.. pe..ngen makan bareng ayah dan bunda seperti mereka” jawabnya terbata-bata sebab tangis sambil menun-juk kearah tuan dan nyonya. Hatiku kembali pilu, dan air mata kembali mengalir dari dua kutub mat-aku, akhirnya aku memelukknya erat, menyatukan seluruh kekuatan yang kami miliki karena belum sanggup menerima kenyataan yang ada. Kenyataan saat harus kehilangan bunda dan ayah yang saat ini sekarat di rumah sakit. Aku menghapus air mataku dan melepaskan pelukannya pelan.

“Sudah… nanti kalau ayah sudah sembuh kita pasti bisa makan bareng seperti dulu lagi, dan sekarang… Olief harus makan sama kakak biar bisa ketemu ayah nanti, sebentar lagi kakak mau ke rumah sakit menjenguk ayah, adiek mau ikut?” aku menenangkannya, kemudian ia mengangguk dan tersenyum padaku. Allah… betapa sejuk hati-ku melihat senyumnya, tolong jangan Kau bunuh bunga itu di bibir merahnya.

@@@Bising, ya, bising oleh suara tangis yang mengge-

ma menghiasi setiap sudut gedung putih ini. Aku berjalan bersama Olief menyusuri trotoar rumah sakit menuju kamar ayah di rawat, sepanjang per-jalanan banyak wajah yang berjubah sedih, duka, cemas, dan luka. Begitupun dengan hatiku dan Olief. Kami begitu cemas dengan keadaan ayah yang mencium maut. Kami tak ingin kehilangan harta satu-satunya yang kami miliki saat ini. Tolong jangan Kau bawa ayahku pergi setelah Bunda

menghadapMu, aku masih tak sanggup dengan semua itu, apalagi Olief. Iya masih terlalu kecil dan lugu untuk kehilangan mereka. Tolong Tuhan… tolong.

Sesampainya di depan pintu ayahku di rawat, kami berhenti. Tak sabar rasanya ingin melihat perubahan sampai mana maju kesehatan ayahku. Langsung aku membuka pintu dengan senyum yang sudah kusediakan untuk ayah. Tapi… tiba-tiba darahku berhenti mengalir, tubuhku kaku, ras-anya aku seperti tak punya kekuatan hanya untuk berdiri saja. Aku ingin berteriak sekeras-kerasnya agar dunia mendengar rintihan dan kesedihan hati-ku. Hujan kembali lagi memelukku, entah ini sudah yang keberapa kali dalam hidupku. Aku mengusap air mata dan mencoba tersenyum pada Olief, aku tak ingin ia sedih. Tidak! Aku tak ingin itu. Aku ber-jalan lunglai mendekati ranjang ayah, seorang dok-ter hanya berdiri di samping ranjang ayah dengan wajah duka. Aku membuka pelan kain putih yang menutupi tubuh yang terbaring kaku di depanku. Tidak! Ini tidak mungkin. Tidak mungkin ayah juga pergi meninggalkan aku dan Olief, tidak Tuhan… aku tidak mau…, tolong kembalikan ayah dan bundaku kembali pada kami. Tuhan… seandainya aku tidak berdosa menuntutMu, maka aku akan menuntut untuk Kau kembalikan ayah dan bun-da kepadaku. Air mataku kembali pecah, dan aku memeluk Olief yang mulai terisak. Ia mulai menger-ti dengan apa yang terjadi, aku memeluknya erat, sangat… erat. Aku mencoba menenankan dan memberinya kekuatan walau sebenarnya aku send-iri juga rapuh dan nyaris tak sanggup menerima cobaan yang kau beri padaku. Isak tangis kami mewarnai ruangan putih perawatan ayah. Allah… , hamba yakin, apapun yang Kau gariskan untuk hidupku dan Olief adalah yang terbaik darimu. Aku yakin Allah… sangat… semua ini pasti ada hikmah yang dapat ku petik, dan semua juga pasti akan kembali padaMu hanya dengan saat yang berbeda. Dan hamba selalu menanam dalam hati bahwa Engkau akan selalu bersama orang-orang yang sabar termasuk diriku saat tak mengeluh. Tuhan… tempatkanlah ayah-bundaku dalam syurga fir-dausMu yang mulia. Semoga. Amien….

Sebelah ruang inspirasi, 07-Mei-2012

Ketua Sanggar Sareyang, sekaligus siswa kelas XI IPS 1 MA 1 Pi Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep

Madura (69463) e-mail [email protected].

Page 24: Majalah Frasa

hal

24

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

puisi: dimas indianTo s

mEdiTasi KaTaK

Dalam hujan yang tak berangin,Seekor katak berdiam dalam pesujudan panjangMenunggui pelangi yang belum juga Menampakkan batang hidungnyaDan saat air menetes di kelopak matanyaIa masih dalam diamBahkan, mengencangkan tasbihnya.

Pondok Pena, 2011

di KElam malam1Terdengar riuh gemuruh di kelam malamSeorang perempuan menggulung ombakDi hatinya,Lalu buih-buih putih dijelmanya doa abadiAgar kelak hidup menjadi lebih birahiSepanjang laut malam yang amatlah sunyi2Seorang perempuan mengepulkan asap doa

Dari bibir merah rekahnya Sambil sesekali menghisapSebatang rokok yangIa simpan di sela kembar payudaranya3Seorang mucikari resah Sebab Tuhan enggan menyuarakan aroma syurgaYang tertebar bersama dinginnya malamLalu ia datang kepada seorang pawangmeminta mantra-mantraPenangkal hujan.Darinya, lalu malam serupa padang rembulanSeorang perempuan menanggalkan Bajunya, lalu sekujur tubuhnyaTengadah pada langit, matanya nanarmenahan nganga luka di jiwa4Sepertiga malamDarah tercecer menggenang semestaHujan kini lebih rintih dari biasanyaSepotong mata sayu meneteskan embun abadiDalam sungkur sujud bumi.

Pondok Pena, 2012

mEngEja gErimis

Gerimis mencubit-cubit mukakuSore itu, di sebuah halteDimana engkau memastikan kehadiran terang.Yang nyatanya bayangannya saja enggan mengh-inggapDi kepalaku.Barangkali aku terlalu bodoh untuk ini,Daun kehilanganSayap. Senyap. Hanya angin yang melintas dihadapankuMembawa sabda.Dan aku tak mampu membaca kharakatnya.

Pondok Pena, 16 Maret 2011

Dimas Indianto S lahir di Brebes, 20 Desember 1990. Mahasiswa jurusan Tarbiyah STAIN Purwokerto. Puisinya dibukukan dalam antologi puisi : Pilar Penyair (OBSESI Press, 2011), Rendezvous (TBJT pendhapa 12, 2011), Suara-

suara Dari Pinggiran (Komunitas Danau Angsa, 2012), Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia (kosakat-akita, 2012) dan Kosong=Ada ( puisi religi 108 penyair Indonesia dan Malaysia, 2012). Karyanya yang lain dimuat di beberapa media seperti Minggu Pagi, Radar Banyumas, Merapi dan beberapa majalah lokal maupun Nasional seperti majalah Obsesi, Mayara, dan Misykat. Sekarang mempersiapkan buku

puisi tunggal pertamanya bertajuk “Nadhom Cinta”. Bergiat di Komunitas “Wedang Kendhi”, komunitas “Beranda Budaya” dan “Teater Didik” STAIN Purwokerto.

Page 25: Majalah Frasa

hal

25

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

puisi: sElEndang sulaiman

sElEndang hujan

Angin mendesir di kepala Bisikan daun lembab dilumat bebatuan

Dari senar gitar yang putus terdentingBunga-bunga liar bersiul semacam luka

Sementara hujan merintik sebentar-sebentarMenyaksikan opera langit berpesta kegelapan

Segelas puisi tumpah dari tangan gemetarKata-kata berserak musnah ke dalam hutan

Terasa sepoi angin datang membelai bebatuanDan rintik seperti jarum manusuk bunga-bunga

Yang luka meneteskan darah di kepalaMenderaskan air payau di bibir penyulam selendang

Kebun Laras, Januari 2012

hiKaYaT aYaT pEnYair

Ayat-ayat hikayat sang hayatMelingkar ular di lubuk mata tersayatHuruf-huruhnya menjalma apiMenjalari sampah-sampah janji

Tetapi sepadam apiArang tak gagal menjadi abu

Lalu yang hitam dan legamMenjadi suara gentayanganDari dada gusar seorang pemimpiDari mulut malam bergerigi

Yogyakarta, Januari 2012

Selendang SulaimanLahir di Pajhagungan, gapura, Sumenep 1989. Mahasiswa Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab

dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Puisinya dimuat diberbagai Media Masa: Seputar Indonesia, Suara karya, Metro Riau, Majalah Literasia, Advo-pos, Jurnal Maddana, Buletin Sampan. Dan beberapa antologi bersama; Sang Penyair (Perpust Press 2007), Mazhab Kutub (Pustaka Pujangga 2010), 50 Penyair Membaca Jogja; Suluk Mataram (MP 2011), Bima Membara (Halaman Moeka 2012), Presidin Untuk Presidenku (SANY Publishing 2012), Jembatan Sejadah (SP 2012). Saat ini selain mengelola Divisi

Satra di Sanggar Nuun Yogyakarta juga menjadi Lurah Sanggar Jepit Yogyakarta.

Page 26: Majalah Frasa

hal

26

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

sasTraduKasi

KaTa Sastra itu sendiri berasal dari kata Sansk-erta: ???????, dibaca shastra. Kata ini merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta sastra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar sas- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Idealnya sastra berupa teks yang terdapat di dalamnya pedoman-pe-doman atau nilai-nilai yang diinstruksikan oleh pengarang atau penulisnya.

Dalam bahasa Indonesia kata sastra ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusas-traan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Bukan teks yang mengandung instruksi atau pedoman yang diambil dari definisi awalnya. Bahasa Indonesia menggunakannya sebagai seni dalam segala kepenulisan.

Pemakaian istilah sastra dan sastrawi dinilai cukup bias. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra. Jadi ada pendalaman arti kata yang sedikit ber-beda antara sastra itu tunggal dengan sastrawi yang kini sudah semakin populer.

Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak ber-hubungan dengan tulisan, tetapi dengan baha-sa yang dijadikan wahana untuk mengekspresi-kan pengalaman atau pemikiran tertentu. Jadi istilah awal sastra yang aslinya teks, menjalari bidang lain yakni secara oral(lisan).

Kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Dapat ditemui beber-apa kategori Sastra yaitu: novel, cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.***

sEbEnarnYa sasTra iTu...

Page 27: Majalah Frasa

hal

27

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Kilas sasTra

CerPen TerTuACErpEn tertua di dunia ditemukan dalam lembar daun lontar yang diperkirakan ditulis sekitar tahun

3000 SM. Selain itu ditemukan pula flash-flash di nisan-nisan kuburan tua di Mesir. Di Yunani, cerpen klasik berupa fabel yaitu cerita yang pelakunya para

binatang yang dimanusiakan. Fabel ini mulai beredar di masyarakat sekitar 500 SM tetapi baru ditulis den-gan rapi pada abad II. Pada abad ke-8, lahirlah serial

cerpen lisan klasik 1001 Malam. Cerpen klasik bertema romabtik ini pertama kali dipublikasikan dalam ben-

tuk buku pada tahun 1704 di Prancis. Sejak itulah cer-pen memasyarakat dan lahirlah cerpen modern. Karya

tersebut dipublikasikan di berbagai media cetak, khususnya majalah sastra. Cerpen berkembang pesat sejak pertengahan Abad XIX, tidak hanya di Eropa tapi

juga di Amerika Serikat.***

Page 28: Majalah Frasa

hal

28

FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

lEnTEra budaYa

Tapi anehnya, sebagai anak bangsa kadang kita tidak mengetahui dan kadang melu-pakan kebudayaan sendiri, sementara orang luar negeri malah tertarik dengan

kebudayaan Indonesia yang unik, menarik dan khas. Bahkan sebagian budaya Negara tercin-ta kita diklaim oleh negara lain mulai dari reog ponorogo, dari batik, rendang, hingga lagu rasa sayange. Sebenarnya jika kita lebih bisa men-cintai dan mengenal Indonesia lebih dekat lagi maka tidak akan terjadi hal seperti ini dan Indo-nesia adalah negara yang kaya akan budaya dan keanekaragaman flora dan fauna serta hasil tam-bang dan hasil alam yang berlimpah dan ada yang menyebut negara Indonesia sebagai pulau Atlantis.

Harusnya generasi muda yang meneruskan budaya yang sudah mulai terlupakan Namun para pemuda cenderung mencintai budaya neg-eri lain yang tak selalu membawa dampak positif bagi kita. Free sex, dugem, merupakan kegia-tan yang paling disenangi pemuda kita saat ini. Film tentang cinta menjadi tontonan wajib bagi pemuda bangsa kita.

Sayangnya ketika ada segelintir pemuda yang mencoba mempelajari budaya kita sendiri, teman temannya malah menjerumuskan mereka pada hal yang buruk. Banyak alasan untuk membuat mereka berhenti mencintai negara kita sendiri. Mulai dari gak gaul sampai ndeso en katrok banget jadi alasan yang dipakai mereka.

Sekarang kita cari tahu yuk daftar kebudayaan Indonesia yang unik. Berikut ini sebagian seni dan budaya di Indonesia yang termasuk unik, dan bisa

menambah wawasan dan pengetahuan kita untuk lebih mengenal kebudayaan sendiri.

upaCara TabuiK sumaTEra baraTUpacara tabuik Sumatra barat termasuk satu

dari sekian banyak keunikan kebudayaan yang ada di Indonesia. Kata ‘tabut’ sendiri asalnya dari baha-sa Arab artinya adalah mengarak, upacara Tabuik ini merupakan salah satu tradisi bagi masyarakat yang ada di pantai barat, provinsi Sumatera Barat. Upacara Tabuik sudah diselenggarakan secara turun menurun. Upacara Tabuik ini sering diadakan pada hari Asura yang jatuh pada setiap tanggal 10 Muharram, bulan penanggalan Islam.

Upacara Tabuik ini merupakan simbol dan seba-gai bentuk ekspresi warga sebagai rasa duka yang sangat dalam dan juga rasa hormat dari umat Islam yang ada di Pariaman kepada cucu Nabi Muham-mad SAW. Setiap penyelenggaraan upacara Tabuik sangat meriah sehingga Pemda setempat pun memasukkan upacara menarik Tabuik ini ke dalam agenda wisata di Sumatera Barat dan diselenggara-kan setiap tahun.

maKEpung, balap KErbau masYaraKaT bali

Umumnya masyarakat Indonesia lebih mengenal karapan sapi yang berasal dari Madura. Sedangkan di Bali ada juga upacara Makepung. Kalau di Madura menggunakan hewan sapi, sedangkan Makepung menggunakan kerbau. Tradisi Makepung ini awal-nya merupakan permainan bagi para petani yang dikerjakan di sela-sela kegiatan membajak sawah di musim panen. Waktu itu para petani ini saling

budaYa indonEsia Yang TErlupaKan

oleh: muhamad nu’man afandy

BANYAK sekali kebudayaan yang sangat unik dan menarik dari Indonesia. Sebagai negara kepulauan dengan banyak provinsi dari Sabang hingga Merauke, Negara tercinta Indonesia patut bangga dengan keanekaragaman

seni dan budaya yang tersebar di setiap daerah dan provinsi.

Page 29: Majalah Frasa

hal

29

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

lEnTEra budaYa

beradu cepat dengan memacu kerbau yang sudah dikaitkan pada sebuah gerobak dan dikendalikan oleh seorang joki.

Karena kegiatan ini sangat menarik dan di sukai banyak warga, kini upacara Makepung sudah men-jadi satu bagian budaya Bali yang sangat unik dan banyak menarik minat wisatawan asing. Dan seka-rang ini lomba pacu kerbau inipun telah menjadi agenda tahunan wisata di daerah Bali dan sudah dikelola secara profesional.

aTraKsi dEbus banTEn

Kalu atraksi debus yang berasal dari Banten ini, pastinya juga sudah di kenal luas, karena memang debus manjadi salah satu seni dan budaya dari Banten yang sangat khas dan menarik dan tentu saja unik sekali. Atraksi debus merupakan atraksi yang sangat berbahaya sekali, dan konon kesenian debus ini berasal dari daerah al Madad. Perkem-bangan selanjutnya seni bela diri debus ini makin tumbuh besar disemua kalangan masyarakat yang ada di Banten dan menjadi seni hiburan untuk masyarakat setempat.

Karapan sapi masYaraKaT madura jawa Timur

Karapan sapi Madura merupakan perlombaan pacuan sapi dari Madura, Jawa Timur. Karapan sapi menjadi salah satu kebudayaan indonesia yang unik dan berasa dari madura. Setiap kali karapan sapi di adakan para penonton tidak cuma disuguhi atraksi adu cepat sapi serta kelihaian para joki yang mengendalikannya, tetapi sebelum di lansungkan karapan sapi, para pemilik biasanya akan melaku-kan ritual berupa arak-arakan sapi disekelilingi pac-uan dan disertai dengan alat musik seronen yaitu perpaduan alat musik khas Madura.

Untuk jarak rute yang di pakai untuk lintasan karapan sapi panjangnya antara 180 meter hingga 200 meter, dan untuk jarak tersebut dapat ditem-puh dalam waktu 14 detik sd 18 detik. Agar sapi bisa melaju kencang pada pangkal ekor sapi dipasangi sabuk penuh dengan paku yang sangat tajam. Joki akan melecutkan cambuknya yang sudah diberi dengan duri tajam kearah bokong sapi. Cara ini memang tergolong kejam, tapi akan membuat sapi

berlari dengan lebih kencang. Akibatnya tentu akan menimbulkan luka disekitar pantat sapi.

upaCara Kasada bromoBromo menyimpan banyak keindahan, di sini

juga ada kebudayaan unik berupa upacara Kas-ada Bromo. Upacara ini dilakukan oleh warga masyarakat Tengger yang tinggal di Gunung Bro-mo Jawa Timur. Masyarakt setempat melakukan rit-ual Kasada Bromo ini untuk mengangkat seorang Tabib atau dalam bahasa setempat di sebut dukun.

Sebelum pelaksanaan upacara Kasada Bromo ini dimulai, mereka mempersiapkan aneka sesaji dan nantinya akan dilempar ke dalam Kawah Gunung Bromo. Pada waktu malam yang ke 14 di bulan Kas-ada, warga masyarakat yang ada di Tengger akan berbondong bondong dan membawa ongkek yang isinya adalah sesaji hasil dari pertanian dan ternak. Kemudian mereka akan membawanya sesaji terse-but ke Pura. Sementara menunggu kedatangan Dukun sepuh yang dihormati, mereka menghafal dan melafalkan mantera-mantra, dan pada waktu tepat tengah malam diadakanlah upacara pelanti-kan dukun dan pemberkatan umat dipoten lautan pasir gunung bromo.

Sebenarnya masih banyak budaya di Indone-sia dan sebagai warga negara Indonesia kita harus menjaga Kebudayaan indonesia, budaya indonesia yang unik, kebudayaan unik khas indonesia, kebu-dayaan yang menarik di indonesia, budaya indone-sia yang menarik dan khas.

Sayangnya ketika ada segelintir pemuda yang mencoba mempelajari budaya kita sendiri, teman temannya malah menjerumuskan mer-eka pada hal yang buruk. Banyak alasan untuk membuat mereka berhenti mencintai negara kita sendiri. Mulai dari gak gaul sampai ndeso dan katrok banget jadi alasan yang dipakai mereka. Namun saat ini mereka tidak sadar apa yag mer-eka perebutkan, kita ini sebenarnya masih punya itu semua, hanya saja tak dimanfaatkan dengan baik, dan ketika dimanfaatkan dengan baik oleh orang lain kita tidak terima.

Cintailah negeri kita, kelak Indonesia akan berubah menuju Negara yang lebih baik jika kita semua warga Negara Indonesia mencintai Negara Indonesia tercinta kita.***

Page 30: Majalah Frasa

hal

30

FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

TEEnliT CErpEn

“Piringnya sudah diangkat Genta?” ujar ibu dari dapur.“Sudah Bu. Kalau begitu Genta masuk kelas dulu ya , sudah mau jam

tujuh nech,” ujar Genta seraya berjalan ke kelasnya.SMA Gita Buana adalah salah satu yayasan pendidikan ternama di

kotanya. Meskipun sekolah swasta prestasi sekolah ini tidak kalah den-gan sekolah negeri lainnya. Kalau bukan karena nilai yang bagus tak

mungkin Genta bisa lolos di sekolah ini. Anak-anak peja-bat pun mesti punya nilai yang oke agar bisa masuk di

sekolah ini. Meski punya banyak uang, jangan harap bisa masuk ke sekolah ini kalau tidak punya

kepintaran.Di kelas.

“Wahhh,, bagus banget Nik, lo dapet dimana? “

“Hmmmm,, ini asli dari Singapura. Bokap gue yang bawain kemarin. Barang kayak gini mana ada di Jakarta,” ujar Niken sambil memamerkan jam tangan Gucci-nya.

“Bagus banget,” ujar Diaz agak ngiri.

“Ya iyalah,, gue kan Cuma mau pake barang yang ori. Yang KW nggak bangetlah. Malu-maluin,”

kembali Niken dengan kesom-bongannya.

“Iya sih,” Sintia mengamin-inya padahal sedikit merasa tersindir. Ia merasa Niken nyindir banget. Tas Chan-nel seharga sejuta lebih miliknya itu belum apa-apa. Kata Niken itu KW alias barang aspal.

Percakapan seperti itu sudah tidak asing memang bagi Genta maupun siswa lainnya di

Genta

masih setengah tujuh. Tapi kantin sudah rapi. meja dan kursi terlihat sudah mengkilap. gelas-gelas cling

terpampang di atas meja bertaplak biru itu. ibu terlihat tengah asyik mengaduk-aduk soto di belakang. gorengan

sudah siap tersaji. Kalau ada anak-anak yang lapar atau tidak sempat sarapan bisa mengganjal perut dulu dengan

goreng pisang atau greng tempe gurih buatan bu Yus. meski kantin di sekolah, kantin bu Yus rasanya enak

banget. Tak heran bila kantin bu Yus selalu ramai dikun-jungi anak-anak pada saat istirahat.

Page 31: Majalah Frasa

hal

31

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]Frasa

TEEnliT CErpEn

Gita Buana. Niken adalah anak donatur yang paling besar menyumbangkan dana di sekolah ini. Tak heran kalau penampilan Niken sangat wah dibandingkan yang lainnya. Dan tak heran pula sampai saat ini dia belum punya pacar. Siapa sih cowok yang sanggup menandingi kekayaan orang tua Niken? Kalau seper-tinya belum mendingan nggak usah ngedeketin Putri tunggal Pak Sumitro itu.

Bagi Genta, aksi pamer-pameran itu sudah biasa. Nggak Cuma cewek tapi cowok-cowok di sekolah ini juga pada suka pamer. Pamer motor Ninja paling bar-ulah. Beli mobil sport. Pasty dan bla bla bla. Ia Cuma mendengar hal itu sebagai hiburan saja. Sebagai anak ibu yang jagain kantin Genta cukup bersikap tau diri. Penampilannya sangat standar di bawahnya. Namun bisa sekolah di Gita Buana saja sudah bagus, jadi tak perlu bermimpi yang macam-macam lagi. Apalagi ibunya bisa berjualan di sekolah ini sangat menopang perekonomian keluarga. Sejak kelas 4 SD, Genta sudah kehilangan ayahnya. Kala itu ayahnya menderita sakit stroke dan akhirnya meninggal. Sehingga dari kecil ia sudah terbiasa hidup mandiri.

Jam pelajaran Bu Marlina berjalan seperti biasa. Jelang pukul 10.00 anak-anak udah pada 10 watt. Bahkan ada yang 5 watt. Bagi kelas X(Sepuluh) Tiga, pelajaran sejarah adalah waktunya dongeng. Suara Bu Marlina yang sayup-sayup makin melambaikan mata anak-anak yang didukung cuaca pagi yang sedikit lembab kali ini.

Saatnya istirahat. Suara bel seperti semangat ketika menang lotre berlipat ganda. Menyenangkan. Akhirnya lepas juga dari pelajaran Ibu Marlina yang membosankan.

Di kantin. Niken cs sudah mengambil tempat. Meja yang menghadap ke lapangan basket. Tempat yang strategis. Melihat Aryo sang kapten basket sedang menyusun strategi atau sekedar memantulkan bola ke ring. Akankah Niken akan berbagi kisah hidupnya dengan Aryo. Akh,, terlalu lebay dech.

Memang sich Aryo cowok keren. Kapten tim bas-ket SMA Gita Buana, bersama rekan satu tim ia berha-sil mengantarkan SMA Gita Buana sebagai juara bas-ket se-kota. Apalagi orangtuanya salah satu kepala dinas di kota ini. Keluarganya cukup disegani di kota ini. Sebenarnya Niken sedikit menaruh hati. Tapi Nik-en sepertinya terlibat gengsi yang masih mengalah-kan perasaannya.

Dengan gaya borjunya Niken pun mengambil kos-metik yang ada di dalam tasnya. Bedak bermerk yang sebetulnya belum waktunya ia pakai tampak asyik dipolesnya ke muka. Ia ingin sekedar menegur sang kapten basket.

Ia pun beranjak dari tempat duduknya menuju

lapangan basket. Saking senangnya dalam hatinya tanpa sadar ia menyenggol Genta yang membawa nampan soto. Soto itu pun jatuh di lantai kantin.

“Kalau jalan lihat-lihat donk… Untung saya nggak kena,” Niken sedikit membentak Genta yang tengah membereskan piring-piring yang berjatuhan. Bahkan ada yang pecah.

Genta terdiam. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Sementara Bu Yus hanya memandangi dari kejauhan. Menyaksikan soto yang tumpah itu.

Padahal Genta tak berniat menabrak Niken. Itu tidak sengaja. Genta sudah cukup keberatan membawa 3 mang-kok soto itu sekaligus di atas nampan. Niken yang berjalan melenggak-lenggok tanpa memperhatikan sekitarnya membuat Genta tak mampu lagi untuk menghindarinya. Alhasil terjadilah insiden ini.

Niken yang hampir kehilangan kesabaran cepat-cepat diajak Diaz untuk segera cabut. Ia benar-benar sebal . Bu Yus tak mampu berbuat apa-apa. Kepada Genta ia meminta untuk mengganti sotonya. Semen-tara anak-anak yang lainnya pada setengah bisik-bisik. Mau ngomong takut. Siapa sih Niken? Semua tau itu. Dia nggak akan pernah menjadi yang kalah. Jadi jangan coba-coba untuk membakar api bila tak mau terbakar sendiri.

Sehari, tiga hari, seminggu , sepuluh hari , bahkan sudah lebih dari dua minggu. Niken masih sebal den-gan Genta. Ia tak menganggap genta sedikitpun. Dia melihat Genta serasa jijik padahal mereka sekelas. Padahal yang terkena tumpahan kuah soto adalah Genta bukan Niken. Tapi ternyata amarahnya lebih kuat ketimbang rasa bersalahnya telah memaki-maki anak ibu kantin itu.

Genta pun menerima tak dianggap oleh Niken. Bukannya merasa rendah diri atau kenapa. Genta tidak ingin mencari keributan. Ia tahu dengan kekuasaan dan wewenang orang tua Niken pasti kantin ibunya akan tergusur. Apalagi belakangan ini santer desas desus bahwa di sekolah ini akan dibangun kantin yang lebih modern. Menghadirkan makanan Italia seperti spaghet-ti. Tahu tempe nggak bakal dianggap lagi.

Mendung dan lembab masih menggelayuti awan. Hingga sore di musim penghujan ini tak tampak jua matahari sekedar singgah menatap sekejap. Ibu-ibu di sekitar rumah petak itu tampak resah karena paka-ian bayinya belum juga kering. Persediaan celana sudah menipis.

Di langitpun Guntur sudah mulai terdengar . Gluduk-gluduk yang makin lama makin ramai. Peda-gang kaki lima pun sudah banyak mulai menggeser dagangannya ke dalam kardus. Takut kena hujan. Bisa-bisa baju jualannya rusak terkena air hujan dan akhirnya berujung kerugian.

Page 32: Majalah Frasa

hal

32

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

TEEnliT puisi

nElaYan

Gurat garis wajah kelelahanBerbasah peluh seluruhtubuhBeranjak pulang ke singgasana

Bulan sabit mundur perlahan, tinggalkan alam semestaDiiringi kokokan si jantan, memecah kehingan di tengah subuhBerjalan sendiri menyusur pesisirTarik bongkahan kayu berbentuk perahu

Termangu sejenak, merasakan sesuatuSakit, perih, tertusukKemudian mengaduh, mengerang, merintih

Memegang dada, mengusap jantungDetak-detik hidup ada di ujung kukuJatuh merunduk jatuh terduduk!Berselimutkan butiran pasir juga deburan ombak

NADIA AlMIrA SAgIttA. adalah seorang (calon) alumni SMA yang mencintai dunia tulis menulis. Bercita-cita menjadi seorang penulis dan dosen sastra Indonesia. Lahir pada tanggal 10 Desember 1994. Menyukai

warna biru dan buku.

Persimpangan jalan pun mulai sepi.Mendadak mobil x-over berwarna merah itu mati padahal tidak kehabisan bensin. Betul-betul naas ditambah hand-phone blackberry yang sudah mati karena lupa mengecasnya. Tidak ada bengkel terdekat. Guruh , Guntur dan petir yang berak pinak mulai sahut menyahut. Niken mulai dilanda kepanikan.

Sepulang berbelanja di mal mendadak mobil itu mati di persimpangan. Entah minta tolo ng siapa. Mau pulang naik taksi? Mobil ditinggal begitu saja? Gila. Tidak mungkin , karena konon di jalan ini rawan perampokan. Sambil berdiri mondar-mandir gelisah ia berharap seseorang menemukannya.

“Maaf mobilnya rusak ya,boleh aku bantu” “Kamu,” Niken terlihat kaget. “Hari sepertinya akan hujan, sekitar dua ratus

meter ada bengkel.Kalau kamu mengizinkan aku akan periksa kerusakannya,”

Tatapan itu lembut, sangat tulus. Apalah pilihan. Tak ada pilihan kali ini. Memang sebaiknya lebih cepat ke bengkel sebelum hujan benar-benar deras. Benar-kan Genta akan membantunya setelah apa yang dilakukan Niken terhdap genta.

Tanpa menunggu lagi persetujuan Niken , Genta men-coba mengambil kunci mobil itu. Niken mengikutinya.

“Sepertinya kalau didiorong sedikit bisa jalan nih..

minimal kamu sampai ke bengkel mobil,” Genta menco-ba menjelaskan sambil mempersilakan Niken memasuki mobil karena hujan mulai menurunkan rinainya.

Rintik yang semakin besar. Tak menyurutkan lang-kah Genta untuk menolong Niken. Seperti mereka tak pernah ada masalah. Setelah didorong sekitar 50 meter mobil itu berjalan. Sambil menoleh lewat spion Genta tampak mengacungkan jempolnya. Selekas ia pergi. Tampak oleh Niken ia memunguti sayuran yang basah terkena hujan. Mungkin ia pulang dari pasar.

Besoknya di kelas. Ayu dewi. Hadir. Beni ahmad. Hadir. Didi Sulistiyo . Hadir. Genta Setiawan. Sakit.

Sakit! Mendadak Niken terdiam. Tersirat pekat di

benaknya. Genta yang kehujanan . Ia biarkan berlalu . Padahal susah payah ia mendorong mobil Niken. Bah-kan berterima kasih pun tidak. Ia sangat malu. Orang yang ia maki-maki, dianggapnya hina, nggak level. Telah menjadi malaikat penolongnya di saat susah . Sangat memalukan. Dalam hati ia berjanji akan mem-inta maaf kepada Genta.

“Akhh,, Genta kamu emang cowok yang gentle-man,” isak Niken di dalam hatinya.

Yoan FaAwal Juni 2012, Semangat terus ya …

Page 33: Majalah Frasa

hal

33

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

TEEnliT puisi

sEnYuman CinTa di palEsTina

Titik-titik kesengsaraan berlumuran Menjamahi sekujur wajahnyaTetes-tetes keperihan terselimut erat Membaluti kalbunya yang rapuh.Peluh keringat pengorbananBercucuran tetes demi tetesMenjalari kedua pipinya yang tipis

Langkahku yang bimbangMencoba mengayun mendekati dirinyaDalam badannya yang lemahDi balik selembar gamis putihnyaYang telah bersimbah darah perjuangan Jemariku merayap di atas punggung tangannyaSenyuman kecil terbit dari bibirnyaBerseri indah dengan penuh kekuatanBerusaha melawan keganasan takdir Ilahi

Sepasang bola matanya yang cokelatMerangkak pelan menemui sepasang mataku yang basahGadis Palestina itu menitikkan setetes air mata cintaYang mengalir suci dari hati yang putih

Rintihan duka dalam jiwaSeolah berteriak mengoyak dinding jantungkuAku menatap gadis ituDengan segenap cinta yang tulusKelopak matanya yang disambar seutas peluhPerlahan terpejam dengan lembutBadanku seolah lumpuhTulang-tulangku ibarat retakBibir gadis itu bergetar pelanSepenggal syahadah meluncur indah dari bibirnyaMengagungkan asma Ilahi

Darah yang segar iniMenjadi saksi hembusan nafas terakhirGadis Palestina itu.Jilbab hitamnya yang berlumur darahMenjadi saksi kebiadaban IsrailDengan penuh cintaKusyairkan selembar doa Untuk menyelubungi raga gadis malang ituYang telah pergi Menemui wajah kekasihnya.Dalam serajut senyuman cinta di bibirnya

m u a l l a F

Aku melangkahkan kakikuDi atas pasir kegersanganDi bawah sengatan kekejaman sang surya

Tak mudah bagikuUntuk menemukan mata air yang beningUntuk menggapai cinta yang suciDalam genggaman anugerah iman sejati

Langit dan bumi menjadi saksiTumpahan air mata ini menjadi buktiDan syahadah ini menjadi janjiBersatunya hidupku dalam satu hatiAku telah menemukan pelabuhan terakhirkuSepasang bola mataku telah berhasil merengkuhmuLangkahku diselimuti cahayaMengembara mencari cinta yang hakiki

Daun-daun pohon bertasbih memuji keagungan-MuRiak gelombang di lautan bertakbir menjunjung asma-MuBumi berputar seraya bersujud kepada-MuSeluruh alam bertahmid kepada-MuAku bersaksi tiada Tuhan selain AllahDan aku bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah

Mataku berkaca-kacaMenatap kilauan kubah masjid besar iniYang disepuh sinar mentari di kala DhuhaKini aku adalah seorang MuslimKini aku adalah bagian dari kaum MusliminAkan kupegang Allah selalu di hatikuAkan ku lantunkan sholawat untuk junjungankuAkan ku tegakkan pilar keyakinan barukuDalam hembusan setiap nafaskuYang terbentang lebarDalam kesaksian lafaz syahadahJanji suciku pada agama baruku

M tAuFIk HIDAYAtullAH. Kelahiran Pekanbaru, 26 Juli 1998. Kini duduk dibangku Kelas IX RSBI SMPN

1 Pekanbaru. Meraih Penghargaan atas keikutser-taannya dalam The International Standart Of Abacus

Mental Arithmethic, Juara I Lomba Penulisan Cerpen Remaja Tingkat Pelajar se-Riau 2010 yang diseleng-

garakan oleh Xpresi Riau Pos. Buku Antologi perdan-anya adala SALAD BOWL ’ajaib’

Page 34: Majalah Frasa

hal

34

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

FiKsimini

“Wow, amazing. Sungguh indah banget suasan-anya Ros.”

“Yups! Kamu benar inilah daerah kelahiranku. Aku sudah sangat merindukannya.”

“Aku punya ide brilian, Ros. Tapi…”“Apa? Kenapa ragu mengatakannya. Come on.”“Hmmm. Aku ingin ini jadi tempat preweeding

kita nanti. Aku ingin kita mengulas secuil keinda-han ini untuk melengkapi kebahagian kita nanti.”

Airmata mengucur di ujung kelopak mata indah Rosa. Hatiku berdecak kagum dengan pria yang ada dihadapannya. Sungguh ini di luar logikanya. Pria itu menyukai keindahan daerahnya.

“Kenapa menangis? Kau tak setujukah dengan usulku. Maaf…” ujarnya lirih.

Aku menubruk kepelukannya. Menumpakan semua kebahagiannya yang baru saja dia dengar.

“Aku setuju, Mas. Sangat setuju,” ujarku dalam isak tangis.

***Aku menjerit histeris dan mengacak-acak ram-

butku. Perasaanku hancur lebur. Mas Doni telah berpulang ke rumah-Nya terlebih dahulu. Janji yang sempat terlontar kala itu membuat aku despresi.

Bagaimana tidak? Mas Doni mengalami kecelakaan maut, hingga nyawanya tak tertolong lagi. Saat-saat yang seharusnya akan menjadi kebahagian kami. Jembatan itupun seakan menangisi kepe-dihanku. Ia telah menjadi saksi bisu saat Mas Doni akan melamarku.

Kini aku benar-benar gila. Setiap melintas jem-batan itu. Aku selalu tertawa, menangis dan kemu-dian menjerit histeris. Seakan bumi telah menelan tubuhku dalam-dalam.

Tanjung Balai, 4 Mei 2012

aYu ira Kurnia marpaung adalah nama lengkapnya. Biasa dipanggil Ay. Putri bungsu dari

pasangan Ayah Batak dan Ibu Jawa lahir pada tanggal 20 Juni 1991, di Kota Tanjung Balai Asahan.

Memiliki hobi menulis dan olahraga. Beberapa puisinya telah dimuat di Koran Lokal dan memiliki

beberapa antologi. Aktif di dunia Kepenulisan Online Cendol dan

Cermat untuk Wilayahnya. Jika ingin menyapanya lebih dekat dapat Add akun facebooknya di Ayus-

[email protected] atau twitter @AyuIraKurnia1.

Jembatan Kenangan

Page 35: Majalah Frasa

hal

35

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

puisimini

KElimpungan

capung bermain dalam rumah tanpa ruanganmencari badan yang tak pernah ada baying

hilang 1/3

hatihati yang terkunci di malam hari 3 jam sebelum dini

ainal maFar?

yang keguguran janinnyayang melerai susuannyabenarlah tuhan tuan tujuan

ibu

ibu…jangan biarkan abu menyentuh tubuhkuberikan aku hujan airmata paling doa itu

anaK ganjil

malam hilang Ramadhan, takbir lebaran bersatu sahutanEak juga ia dari rahim yang dibesarkan bulan ke sepuluh

99

itulah namanama tuhan di masingmasing dada pemilik taman

Muhammad Asqalani eNeSte atau Ibnu Thamrin Al-Asqalani A.G. Cita-citanya menjadi Penyair Sufi Cinta. Meski di antara titik nadir sekali pun ia tetap Menulis Puisi, baginya Puisi adalah Istri dari rusuk paling kiri. Kini mulai memungut Puisi-puisinya untuk Kumpulan Puisi tunggal ke-3 yang ia beri judul “Menikahi Puisi”

Page 36: Majalah Frasa

hal

36 inspiring

FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

muhammad iqbal adalah sosok besar dalam

khazanah kebudayaan islam. pemikirannya

dikemasnya dalam bentuk puisi, dan itu membuatnya abadi. muhammad iqbal, lahir 9 november 1877.

dia adalah seorang filsuf, pemikir, cendekiawan, ahli

perundangan, reformis, politikus, dan yang

terutama: penyair. dia berjuang untuk kemahuan

umat islam dan menjadi “bapa spiritual” pakistan.

allamah sir muhammad iqbal

Penyair yang Pemikir

Page 37: Majalah Frasa

hal

37inspiring

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]Frasa

iQbal adalah saksi dari zamannya yang saat itu sedang dalam titik terendah kesuraman. Negerinya, sebagaimana negeri Islam lainnya saat itu, sedang dalam keadaan terjajah, miskin, bodoh, dan terbelakang. Dan Iqbal, dengan kecerdasan intelek-

tual, emosional,dan spiritual yang dianugerahi Tuhan, bergerak dan melesat, khususnya dalam hal penulisan dan pemikiran, bahkan ten-aga dan waktu. Dia menulis dan terus menulis, dalam bahasa Urdu, Parsi, dan Inggeris. Dia berkelana ke Eropah, bergaul dengan banyak pemikir dan intelektual, untuk bekal perjuangannya.

Iqbal berjuang di All-India Muslim Leage di awal 1930an. Bersama Muhammad Ali Jinnah, dia merumuskan konsep Negara bagi Mus-lim India, dan tak pernah melihat berdirinya Pakistan tahun 1947 kerana sudah wafat pada 1938. Iqbal juga dijuluki Muffakir-e-Paki-stan (Pemikir dari Pakistan) dan Shair-i-Mashriq (Penyair dari Timur), dan hari lahirnya dirayakan sebagai hari cuti umum dan dinamai Iqbal Dayï di Pakistan.

Iqbal lahir di Sialkot. Ayahnya, Shaikh Nur Muhammad adalah seorang penjahit yang taat beragama, dan mendalami tasawuf. Ibu-nya, Imam Bibi, pun seorang muslimah yang taat.

Iqbal menyelesaikan sekolah rendahnya di Sialkot. Bakatnya sebagai seorang penyair dimulai di sini, dan mulai dirasakan gurunya, Syed Mir Hasan. Iqbal pun lulus Scotch Mission School pada 1892 dan melanjut-kan ke jurusan Liberal Arts di Scotch Mission College (Murray College) dan lulus ujian pada 1895. Setelah itu, ia melanjutkan ke Governtment College, Lahore dan mendapatkan gelaran Bachelor of Arts tahun 1897 untuk jurusan Filsafat, Bahasa Arab, dan Sastera Inggeris, dan gelaran Master of Arts pada 1899. Iqbal turut menerima pingat emas kerana menjadi satu-satunya calon yang sukses di bidang filsafat. Setelah itu, Iqbal mendalami bahasa Arab di Oriental College, Lahore, sebelum menjadi penolong profesor mata pelajaran Filsafat dan Sastera Inggris di Government College, Lahore, pada 1903.

Saat mendapatkan gelaran Master inilah, Iqbal bertemu dengan Sir Thomas Arnold, seorang cendekiawan yang pakar filsafat moden, yang kemudian menjadi jambatan Iqbal ke peradaban Barat, dan mempengaruhinya untuk melanjutkan pendidikan di Eropah.

Pada 1905, Iqbal pergi ke Inggeris untuk belajar di Trinity College, Cambridge University, dan juga belajar ilmu hukum di Lincoln Inn. Dia meraih gelar Bachelor of Arts dari Cambridge University tahun 1907, dan meraih gelaran Ph.D. di bidang filsafat dari Fakulti Filsafat di Lud-wig-Maximilians University di Munich di tahun yang sama. Gelaran dok-toralnya ini diraihnya dengan disertasi The Development of Metaphys-ics in Persian dengan bimbingan Prof Dr Friedrich Hommel.

Saat di Eropah inilah, Iqbal mulai menulis puisi dalam bahasa Parsi, kerana boleh dimengerti lebih banyak orang, seperti di Iran dan Afghanistan. Dan, saat di Inggeris, untuk pertama kalinya, Iqbal terjun ke politik. Tahun 1908, ia terpilih menjadi ahli jawatankuasa eksekutif The Muslim League cawangan Inggeris. Bersama Syed Has-san Bilgrami dan Syed Amir Ali, dia ikut membuat konsep perlem-bagaan Muslim League.

Iqbal memang sedang ingin berjuang untuk martabat bangsa dan umatnya. Saat itu, bangsa Muslim berada dalam kemunduran dan penjajahan Barat. Iqbal merasa terpanggil untuk memperbaiki nasib bangsa dan umatnya itu, salah satunya dengan pembaharuan pemikiran Islam agar kontekstual dengan jiwa zaman saat itu. “Ses-

Iqbal lahir di Sialkot. Ayahnya, Shaikh Nur Muhammad adalah

seorang penjahit yang taat beragama, dan mendalami

tasawuf. Ibunya, Imam Bibi, pun seorang muslimah yang taat.

Saat di Eropah inilah, Iqbal mulai menulis puisi dalam bahasa Parsi, kerana boleh dimengerti lebih banyak orang, seperti di Iran dan

Afghanistan.

Page 38: Majalah Frasa

hal

38 inspiring

FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

ungguhnya sudah masanya bagi kita saat ini untuk memelihara asas-asas Islam,” serunya. Dengarlah semangatnya:

Bangunlah, hai Muslim, hembuskan hidup yang baru Pada segenap jiwa yang hidup Bangkitlah dan nyalakan semangat Orang yang bernyawa Bangkit-lah dan letakkan kakimu di jalan lain

Pada 1908, Iqbal pulang, dan sejak itu dia meni-ti karier di bidang akademik, perundangan, dan, yang paling didalaminya: puisi. Dia bekerja seba-gai penolong profesor di Government College, Lahore, yang kemudian dilepaskannya pada 1909 kerana niatnya untuk memberi tumpuan penuh sebagai peguam. Tapi, dalam perjalanannya, Iqbal tidak dapat mem-berikan fokus sebagai seorang peguam, tetapi membahagi waktunya untuk perundangan dan perkembangan intelektual serta spirit-ualnya.

Tahun 1911, Iqbal membacakan pusinya Shikvah (Keluhan) pada pertemuan tahunan dari organisasi Anju-man Himayat-e-Islam, Lahore. Dan, pada 1913 puisinya Javab-e-Shikyah (Jawaban dari Keluhan) dibacakan di Mochi Gate, Lahore.

Asrar-i-Khudi (Rahsia Diri) terbit pada 1915. Ini-lah antologi puisi pertama Iqbal, dan ditulis dalam bahasa Parsi. Bukan sekadar puisi, tapi terkandung filsafat agama. Isinya berisi tentang pentingnya Ego. Bagi Iqbal, jawapan atas pertanyaan-pertanyaan esensial berkenaan dengan Ego sangatlah penting untuk persoalan moral, baik untuk individual atau-pun masyarakat.

Rumuz-i-Bekhudi (Rahsia Kedirian), dibuat dalam bahasa Parsi tahun 1918. Tema utamanya berisi tentang masyarakat ideal, etika dan prinsip sosial dalam Islam, dan hubungan antara individu dan masyarakat. Di sini, Iqbal juga menjelaskan aspek-aspek penting dari agama lain. Iqbal melihat baha-wa individu dan masyarakatnya sebenarnya saling mencerminkan satu dengan lainnya. Individu harus menjadi jiwa yang kuat sebelum bersatu dengan masyarakatnya. Dan, dengan berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya, Ego belajar menerima batas-batasan kebebasannya dan makna cinta.

Pada 1919, dia terpilih sebagai Setiausaha Agung Anjuman Himayat-e-Islam. Dan tahun 1923, sebagai

penyair terkenal, Iqbal menerima gelar bangsawan dari Kerajaan Hindia-Belanda kerana antologi puisi Asrar-i-Khudi.

Pada 1931, Mohammad Ali (Jauhar) wafat, dan Muhammad Ali Jinnah hijrah ke London untuk memimpin organisasi di sana, maka secara automa-tik Iqbal memimpin umatnya, setidaknya sampai kepulangan Ali Jinnah pada 1935. Tak berlama-la-ma, pada 1931 dan 1932, Iqbal mengadakan disku-si dalam bentuk Persidangan Meja Bulat di Inggeris untuk membincangkan nasib India.

Bahkan, pada 1930, Iqbal sebenarnya sudah memperkenalkan konsep sebuah negara Mus-

lim yang terpisah dari India, yang menjadi asas kepada pemben-tukan Pakistan. Tepat-nya, pada 29 Disem-ber 1930, pada sebuah acara All-India Muslim League, di Allahabad. Hal serupa, khususnya soal nasionalisme Mus-lim di India, dipertegas lagi saat pertemuan tahunan pada 21 Mac 1932.

Selama di Inggeris itu, Iqbal merenung dan menulis. Javid Nama

adalah salah satu karyanya yang terkenal yang dibuat tahun 1932, dan dianggap sebagai Divine Comedia dari Timur. Iqbal terpengaruh Ibnu Arabi, Marri, dan Dante. Iqbal, dipandu oleh Rumi sang guru, berjalan menembus langit menuju Sang Maha Tinggi. Ada berbagai permasalahan hidup yang dibahas, dan dijawab. Pada karya ini, si “aku” melakukan perjalanan ke langit, melewati langit demi langit sampai ke tang-ga tertinggi. Pada masing-masing langit, Iqbal men-empatkan sejumlah tokoh (Barat dan Timur) yang menpengaruhi pemikirannya, mereka “ditempatkan” sesuai pencapaian pemikirannya dalam ehwal manu-sia bereksistensi penuh.

Tokoh-tokoh itu tak sekadar dihadirkan dan ditempatkan, melainkan juga dikritik dan dipela-jari tingkat “kesalahannya” dalam menempuh jalan kemanusiaan. Nietzsche, misalnya, sebagai manu-sia Barat yang hanya sampai pada “penolakan”, namun disayangkan tak sempat mengenyam “pen-emuan”. Nietzsche hanya menyatakan kematian Tuhan, tanpa merumuskan gagasan baru menge-nai Tuhan. Terakhir, dia berbicara untuk kaum muda dan semacam membimbing generasi baru.

Simaklah puisinya:

pada 1908, iqbal pulang, dan sejak itu dia meniti karier di bidang akademik, perun-

dangan, dan, yang paling didalaminya: puisi. dia bekerja sebagai penolong profesor di

government College, lahore, yang kemudian dilepaskannya pada 1909 kerana niatnya untuk memberi tumpuan penuh sebagai

peguam. Tapi, dalam perjalanannya, iqbal tidak dapat memberikan fokus sebagai

seorang peguam, tetapi membahagi waktunya untuk perundangan dan perkembangan

intelektual serta spiritualnya.

Page 39: Majalah Frasa

hal

39inspiring

Frasa Edisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

Apakah kau sekadar debu?Kencangkan simpul pribadimuPegang selalu wujudmu yang alitBetapa keagungan memulas pribadi seseorang Dan menguji cahayanya di kehadiran suriaLalu pahatkan kembali rangka lama kepunyaanmuDan bangunlah wujud yang baru Wujud yang bukan semuAtau pribadimu cuma lingkaran asap

Dia juga bertemu dengan filsuf Perancis, Henri Louis Bergson dan diktator Itali, Benito Mussolini. Dan, kedatangannya ke Sepanyol membuatnya menulis tiga puisi indah, yang terkumpul dalam Bal-i-Jibril (Sayap Jibril) terbitan 1935.

The Reconstruction of Religious Thought in Islam adalah karya bukan-fiksinya yang ketiga setelah Ilm Al-Iqtisad (Ilmu Ekonomi, 1903) dan disertasinya. Buku kumpulan ceramahnya dari Madras, Hydera-bad, dan Aligargh ini adalah Magnum Opus-nya di bidang filsafat dan menjadi pegangan bagi pemikir Islam hingga saat ini. Isinya adalah “Pengetahuan dan Pengalaman Keagamaan”, “Konsep Tuhan dan Makna Doa”, “Manusia-Ego”, “Pradestinasi dan Kehendak Bebas”, “Semangat Kebudayaan Muslim”, dan “Prinsip Gerakan dalam Islam (Ijtihad)”. Iqbal meracik pengetahuan Islam tradisional dengan fil-safat Barat dengan gaya dan fikirannya sendiri, tan-pa terpengaruh oleh bangsa Barat.

Sekembalinya dari perjalanan ke Afghanistan tahun 1933, kesihatan Iqbal menurun, namun pemikiran keagamaan dan politiknya makin cemer-lang, dan popularitinya berada dalam puncaknya. Salah satunya adalah idea mendirikan Idara Dar-ul-Islam, sebuah institusi tempat pendidikan khusus Ilmu Sosial Mutakhir dan Islam Klasik. Tampaknya, Iqbal ingin sekali menjadi jambatan bagi filsafat dan pengetahuan popular dengan ajaran Islam.

Iqbal berhenti dari pengamal perundangan pada tahun 1934, kerana kesihatannya menurun. Dan, akhirnya Iqbal wafat pada 21 April 1938 di Lahore�yang kemudian menjadi bahagian dari Pakistan. Sesaat sebelum wafatnya, sang penyair besar itu menggoreskan sajak:

Bila beta telah pergi meninggalkan dunia ini, Tiap orang kan berkata ia telah mengenal beta Tapi sebenarnya tak seorang pun kenal kelana ini, Apa yang ia katakan Siapa yang ia ajak bicara Dan dari-mana ia datang.

Namanya diabadikan menjadi nama Lapangan Terbang Pakistan, Allama Iqbal International Airport. Dan generasi setelahnya, tidak hanya Muslim, men-genangnya sebagai seorang pemikir besar yang mengabadikan fikirannya dengan puisi. Kerana, Iqbal begitu menghargai seni, khususnya puisi.

Puisi, menurut Iqbal, adalah cahaya filsafat sejati dan pengetahuan yang lengkap. Tujuannya membantu manusia dalam perjuangannya melawan semua keburukan dengan mengimbau kepada unsur-unsur kemuliaan. Peranan seni adalah bersifat sosial. Ia ada-lah penuntun kemanusiaan. Dan, yang patut dicatat, Iqbal anti dengan konsep “Seni untuk seni”.

Rabindranath Tagore, setelah mendengar kema-tiannya, berkata bahawa kematian Iqbal menim-bulkan keekosongan dalam kesusasteraan, yang seperti luka parah dan memerlukan waktu untuk menyembuhkannya. “India yang tempatnya di dun-ia begitu sempit, boleh menanggung derita akibat hilangnya seorang penyair yang sajak-sajaknya mengandung imbauan universal”, ujarnya.

Seorang kritikus sastera ternama, A.K. Brohi mengulas: “Jika mahkota burung merak menjadi sebab bagi kebanggaan Iran, Kooh-I-noor bermak-na kejayaan dan martabat bagi mahkota Inggeris, maka Iqbal, kalau perlu, menjadi penghias dari hal-aman puitis setiap negeri.”

Sementara ideolog Ali Shari’ati menyatakan bahawa: “Nasihat terbesar Iqbal kepada kemanu-siaan adalah: Mempunyai hati seperti Isa, fikiran seperti Sokrates, dan tangan seperti tangan Cae-sar, tapi semuanya berada dalam satu diri manu-sia, dalam satu makhluk kemanusiaan, berdasar-kan satu semangat, untuk mencapai tujuan. Itulah, menjadi seperti Iqbal.”***

Page 40: Majalah Frasa

hal

40 X-CoVEr

FrasaEdisi 2 Tahun I [Rabu, 20 Juni 2012]

baCa dan download majalah Frasa dihttp://www.majalahfrasa.blogspot.com/

Kirim KarYa anda [email protected]