10
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT KEPATUHAN MENJALANI PENGOBATAN TUBERKULOSIS KAMBUH DI PUSKESMAS SE-KOTA MALANG Ahsan, Mukhamad Fathoni, Nurul Bariyyah ABSTRAK Tuberkulosis membutuhkan pengobatan jangka panjang untuk mencapai kesembuhan. Tipe pengobatan jangka panjang menyebabkan besarnya angka ketidakpatuhan pasien dalam berobat yang dapat memungkinkan terjadinya bahaya resistensi obat. Dibutuhkan suatu lingkungan yang mendukung pasien tuberkulosis paru kambuh agar patuh dalam menjalani pengobatan jangka panjang. Kepatuhan pasien dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan pasien tuberkulosis kambuh dalam menjalani pengobatan serta menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pasien tuberkulosis kambuh dalam menjalani pengobatan di Puskesmas Se-Kota Malang. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik total sampling dengan kriteria inklusi didapatkan sampel sejumlah 30 orang. Berdasarkan hasil penelitian, dukungan keluarga pada Pasien Tuberkulosis Kambuh dalam menjalani pengobatan di Puskesmas Se-Kota Malang tergolong dukungan keluarga baik (83,3%) sedangkan tingkat kepatuhan dalam menjalani pengobatan tergolong kepatuhan sedang (40%), tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pada pasien tuberkulosis kambuh dalam menjalani pengobatan (p=0,349). Penelitian selanjutnya disarankan menggali faktor penyebab tingkat kepatuhan sedang dan rendah pada pasien tuberkulosis kambuh. Kata kunci: Dukungan Keluarga, Tingkat Kepatuhan Pengobatan, Tuberkulosis kambuh ABSTRACT Tuberculosis requires long term treatment to achieve a cure. Type of long-term treatment causes the amount numbers of non-compliance patients in the treatment which may allow the danger of drug resistance. It needs a supportive environment for relapse pulmonary tuberculosis patients to be adherence in long-term treatment. Patient adherent is influenced by family support. This study aims to identify the family support and level of patient adherence in the treatment of tuberculosis relapse and to analyze the relationship of family support with level of compliance of tuberculosis relapse patients undergoing the treatment in all primary health care of Malang. This study uses cross-sectional design. The sample was selected using a sampling technique with total inclusion criteria obtaining a sample of 30 people. Based on this research, family support on relapsed Tuberculosis Patients undergoing treatment in the primary health care of Malang was considered good family support (83.3%), while the level of compliance in treatment adherence was classified as moderate (40%), there was no significant relationship between family support with level of compliance to tuberculosis patients in relapse treatment (p = 0.349). It is suggested for further research to explore the factors causing medium and low adherers to tuberculosis relapse patients. Keywords: family support, the level of compliance in undergoing treatment, relapse pulmonary tuberculosis patients

MAJALAH NURUL BARIYYAH 0910720064

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jfmv

Citation preview

Page 1: MAJALAH NURUL BARIYYAH 0910720064

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT KEPATUHAN MENJALANI

PENGOBATAN TUBERKULOSIS KAMBUH DI PUSKESMAS SE-KOTA MALANG

Ahsan, Mukhamad Fathoni, Nurul Bariyyah

ABSTRAK

Tuberkulosis membutuhkan pengobatan jangka panjang untuk mencapai kesembuhan. Tipe pengobatan jangka panjang menyebabkan besarnya angka ketidakpatuhan pasien dalam berobat yang dapat memungkinkan terjadinya bahaya resistensi obat. Dibutuhkan suatu lingkungan yang mendukung pasien tuberkulosis paru kambuh agar patuh dalam menjalani pengobatan jangka panjang. Kepatuhan pasien dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan pasien tuberkulosis kambuh dalam menjalani pengobatan serta menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pasien tuberkulosis kambuh dalam menjalani pengobatan di Puskesmas Se-Kota Malang. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik total sampling dengan kriteria inklusi didapatkan sampel sejumlah 30 orang. Berdasarkan hasil penelitian, dukungan keluarga pada Pasien Tuberkulosis Kambuh dalam menjalani pengobatan di Puskesmas Se-Kota Malang tergolong dukungan keluarga baik (83,3%) sedangkan tingkat kepatuhan dalam menjalani pengobatan tergolong kepatuhan sedang (40%), tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pada pasien tuberkulosis kambuh dalam menjalani pengobatan (p=0,349). Penelitian selanjutnya disarankan menggali faktor penyebab tingkat kepatuhan sedang dan rendah pada pasien tuberkulosis kambuh.

Kata kunci: Dukungan Keluarga, Tingkat Kepatuhan Pengobatan, Tuberkulosis kambuh

ABSTRACT

Tuberculosis requires long term treatment to achieve a cure. Type of long-term treatment causes the amount numbers of non-compliance patients in the treatment which may allow the danger of drug resistance. It needs a supportive environment for relapse pulmonary tuberculosis patients to be adherence in long-term treatment. Patient adherent is influenced by family support. This study aims to identify the family support and level of patient adherence in the treatment of tuberculosis relapse and to analyze the relationship of family support with level of compliance of tuberculosis relapse patients undergoing the treatment in all primary health care of Malang. This study uses cross-sectional design. The sample was selected using a sampling technique with total inclusion criteria obtaining a sample of 30 people. Based on this research, family support on relapsed Tuberculosis Patients undergoing treatment in the primary health care of Malang was considered good family support (83.3%), while the level of compliance in treatment adherence was classified as moderate (40%), there was no significant relationship between family support with level of compliance to tuberculosis patients in relapse treatment (p = 0.349). It is suggested for further research to explore the factors causing medium and low adherers to tuberculosis relapse patients.

Keywords: family support, the level of compliance in undergoing treatment, relapse pulmonary tuberculosis patients

Page 2: MAJALAH NURUL BARIYYAH 0910720064

PENDAHULUAN

Latar Belakang. Tuberkulosis Paru

merupakan penyakit infeksi yang masih

menjadi masalah utama di Indonesia maupun

di dunia oleh karena tingginya tingkat

prevalensi penderita Tuberkulosis Paru. Data

World Health Organization menyebutkan

bahwa pada tahun 2010, sebanyak 8,8 juta

orang menderita Tuberkulosis dan 1,4 juta

meninggal karena Tuberkulosis (TB atau

TBC). Sedangkan di Indonesia yang

merupakan salah satu dari lima negara

dengan beban Tuberkulosis tertinggi secara

global, estimasi prevalensi TB sebanyak 285

per 100.000 penduduk dan angka kematian

27 per 100.000 penduduk, dan sepertiga dari

populasi dunia sudah tertular dengan TB

dimana usia produktif (15-55 tahun) adalah

sebagian besar penderitanya. 1,2,3

Provinsi dengan kasus Tuberkulosis

terbanyak kedua di Indonesia adalah di Jawa

Timur dengan jumlah 41.467 kasus setelah

Jawa Barat dengan 62.563 kasus, dan di Kota

Malang sendiri jumlah penderita TB yang

terekam dalam laporan Dinas Kesehatan Kota

Malang sebesar 1.372 orang dan tahun 2012

total penderita tuberkulosis seluruh kasus

adalah sebesar 1556 orang.4,5,6

Menurut data Global Report WHO

untuk kasus TB Relapse (kambuh), dilaporkan

kasus tersebut di Indonesia sebanyak 4.387

(67%), sedangkan data Dinas Kesehatan Kota

Malang menyebutkan pada tahun 2012 total

pasien TB Paru kambuh di Kota Malang

sebanyak 38 orang dan 22 diantaranya

menjalani pengobatan di Puskesmas yang

merupakan fasilitas kesehatan yang penting

dan terjangkau bagi seluruh kalangan

masyarakat. Sementara itu, dari hasil

penelitian Setiono & Musrichan (2011)

menemukan kasus kambuh sebanyak 11 dari

98 orang (11,2%)1,6,7,8.

Penderita TB Paru BTA Positif akan

menjadi sumber penularan bagi lingkungan

sekitarnya. Penularan TB disebabkan oleh

masih rendahnya kesadaran penderita dalam

menjalani proses pengobatan dan

penyembuhan sehingga tidak jarang

menimbulkan kasus putus berobat. Besarnya

angka ketidakpatuhan berobat akan

mengakibatkan tingginya angka kegagalan

pengobatan penderita TB paru dan

menyebabkan makin banyak ditemukan

penderita TB paru dengan BTA yang resisten

dengan pengobatan standar sehingga banyak

menimbulkan kekambuhan. Salah satu

penyebab terjadinya kekambuhan adalah

riwayat minum obat yang tidak teratur karena

ketidakpatuhan pengobatan yang dapat

memungkinkan terjadinya bahaya resistensi

obat. Oleh karena itu sangat dibutuhkan

kepatuhan pasien dalam pengobatan9,10,11.

Faktor yang berhubungan dengan

kepatuhan pasien dalam pengobatan adalah

dukungan keluarga, seperti pada penelitian

Hutapea yang menyimpulkan bahwa

dukungan keluarga dapat meningkatkan

kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis

penderita TB Paru. Hal ini didukung pada

penelitian Syahputra tentang hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien

minum obat, menyimpulkan adanya hubungan

yang signifikan antara dukungan keluarga

dengan kepatuhan pasien minum obat.

Namun, berbeda dengan penelitian Dewi,

Nursiswati & Ridwan, pada penelitian

Page 3: MAJALAH NURUL BARIYYAH 0910720064

tersebut tidak didapatkan adanya hubungan

antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

pasien dalam menjalani pengobatan

TB12,13,14,15.

Tujuan Umum. Menganalisis hubungan

dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan

dalam menjalani pengobatan pada pasien TB

Paru kambuh di Puskesmas Se-Kota Malang.

Manfaat. Akademik. Mendukung

penelitian lain untuk mencari solusi

pemecahan masalah terkait kurang patuhnya

pasien kambuh dalam menjalani pengobatan

tuberkulosis. Praktis. Memberikan informasi

pentingnya dukungan keluarga terhadap

kepatuhan pengobatan. Meningkatkan peran

perawat khususnya dalam meningkatkan

kepatuhan pasien yang dapat digunakan

untuk panduan dalam upaya pencegahan

pasien kambuh dengan memberikan

konseling kepada keluarga sehingga

mengetahui cara merawat keluarga mereka

yang mengalami Tuberkulosis. Masukan

dalam penyusunan program khususnya

pasien kambuh terkait dengan pengoptimalan

peran keluarga dalam merawat keluarga yang

sakit dalam upaya penanggulangan TB.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian. Jenis penelitian

adalah deskriptif korelasional dengan desain

Cross Sectional Study, untuk mengetahui

hubungan antara dukungan keluarga dan

tingkat kepatuhan dalam menjalani

pengobatan pada pasien TB Paru kambuh di

Puskesmas Se-Kota Malang.

Populasi. Populasi dalam penelitian ini

adalah semua penderita TB paru pengobatan

lini II kategori kambuh di 15 Puskesmas se-

Kota Malang pada tahun 2012 (periode

Januari hingga Desember) dan tahun 2013

(periode Januari hingga Mei) sebanyak 37

orang.

Sampel. Teknik Sampling yang

digunakan adalah total sampling. Kriteria

inklusi: Pasien yang tercatat sebagai pasien

TB paru dengan pengobatan lini II kategori

kambuh, pasien pindahan/rujukan dari unit

pelayanan kesehatan lain seperti Rumah

Sakit Umum, Dokter Praktek Swasta dan lain-

lain dan bersedia menjadi responden dan

menandatangani informed consent. Kriteria

eksklusi. Pasien yang dinyatakan meninggal

pada saat akan dilakukan pengambilan data.

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 37

orang tetapi pada saat dilakukan penelitian

jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30

orang karena 3 orang pasien meninggal

dunia, 2 orang tidak bersedia menjadi subjek

penelitian dan 2 orang berdomisili di luar kota.

Penelitian ini menggunakan dua angket

pertanyaan tertutup dengan skala berbeda.

Variabel dukungan keluarga menggunakan

skala likert dalam bentuk checklist sejumlah

16 item pernyataan dengan 4 pilihan jawaban

(selalu/sering/ kadang-kadang/tidak pernah.

Variabel kepatuhan menggunakan alat

ukur kuesioner MMAS-8 sebanyak 8 item

pertanyaan dengan skala Guttman dan Likert.

Pilihan jawaban ya/tidak, sedangkan item

nomor 8 yang merupakan skala likert, pilihan

jawaban “tidak pernah/sekali-sekali/kadang-

kadang/biasanya /selalu16.

Uji validitas menggunakan teknik

korelasi product moment dan uji reliabilitas

dengan koefisien alpha cronbach>0.06.

Teknik statistik yang digunakan untuk menguji

Page 4: MAJALAH NURUL BARIYYAH 0910720064

hubungan antara dua variabel adalah uji

Spearman Rank dengan SPSS 16 for

windows. Uji korelasi menggunakan tingkat

kepercayaan 95% dan signifikansi 5%.

HASIL PENELITIAN

Dukungan Keluarga

Gambar 1 Distribusi Frekuensi Dukungan keluarga Pasien TB Kambuh yang Menjalani Pengobatan di Puskesmas Se-Kota Malang

Berdasarkan data hasil penelitian

tentang dukungan keluarga secara

keseluruhan pada gambar 1 di atas

menggambarkan bahwa sebagian besar

dukungan keluarga yang didapatkan

responden adalah baik yaitu sebesar 83.3%

(25 responden), kategori cukup sebanyak 4

responden (13.3%), dan 1 (3.3%) responden

kategori kurang.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Sub-variabel Dukungan

Keluarga Pasien TB Paru Kambuh di Puskesmas Se-Kota Malang

No Variabel

Dukungan keluarga

Baik Cukup Kurang

N % N % N %

1 Dukungan Informasi

20 66.7 8 26.7 2 6.7

2 Dukungan Penghargaan

19 63.3 10 33.3 1 3.3

3 Dukungan Emosional

25 83.3 5 16.7 0 0.0

4 Dukungan Instrumental

24 80 5 16.7 1 3.3

Berdasarkan data hasil penelitian

tentang dukungan informasi pada tabel di

atas menggambarkan bahwa sebagian besar

responden mendapat dukungan informasi baik

yaitu sebesar 66.7% (20 responden), dan

hampir setengahnya mendapat informasi yang

cukup dan kurang dari keluarga. Untuk

dukungan penghargaan digambarkan bahwa

sebagian besar dukungan penghargaan yang

didapatkan responden adalah baik yaitu

sebesar 63.3% (19 responden) dan hampir

setengahnya tergolong cukup dan kurang

dalam mendapatkan dukungan penghargaan.

Berdasarkan data hasil penelitian

tentang dukungan emosional bahwa hampir

seluruh responden mendapat dukungan

emosional yang baik yaitu sebesar 83.3% (25

responden) dan sebagian kecilnya mendapat

dukungan emosional cukup. Begitu pula

dengan subvariabel dukungan instrumental

digambarkan bahwa sebagian besar

dukungan instrumental yang didapatkan

responden adalah baik yaitu sebesar 80% (24

responden) dan sisanya mendapat dukungan

instrumental yang cukup dan kurang.

Kepatuhan

Gambar 2 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Menjalani Pengobatan di Puskesmas Se-Kota Malang

Berdasarkan gambar 2 di atas dapat

disimpulkan bahwa hampir setengah dari

jumlah responden (40%) termasuk dalam

kategori kepatuhan sedang, sedangkan

kategori kepatuhan tinggi sebesar 36.7% (11

responden) dan 23.3% (7) responden dalam

kategori kepatuhan rendah.

0

20

40

Baik Cukup Kurang

254 1

n = 30

0

5

10

15

Tinggi Sedang Rendah

11 127

n = 30

Page 5: MAJALAH NURUL BARIYYAH 0910720064

Hubungan Dukungan Keluarga dan

Kepatuhan dalam Menjalani Pengobatan

Tabel 2 Hubungan Dukungan Keluarga dan Kepatuhan Pasien Kambuh TB Paru dalam Menjalani Pengobatan

Variabel

Kepatuhan

Total N

(%) Tinggi N (%)

Sedang

N (%)

Renda

h N (%)

Dukungan

informasi

Baik 6 (20.0) 8 (26.7) 6 (20.0) 20 (66.7)

Cukup 4 (13.3) 3 (10.0) 1 (3.3) 8 (26.7)

Kurang 1 (3.3) 1 (3.3) 0 (0.0) 2 (6.7)

Dukungan Penghargaan

Baik 5 (16.7) 10 (33.3) 4 (13.3) 19 (63.3)

Cukup 5 (16.7) 2 (10.0) 3 (10.0) 10 (33.3)

Kurang 1 (3.3) 0 (0.0) 0 (0.0) 1 (3.3)

Dukungan emosional

Baik 9 (30.0) 11 (36.7) 5 (16.7) 25 (83.3)

Cukup 2 (6.7) 1 (3.3) 2 (6.7) 5 (16.7)

Kurang 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0) 0 (0.0)

Dukungan instrumental

Baik 9 (30.0) 9 (30.0) 6 (20.0) 24 (80)

Cukup 2 (6.7) 3 (10.0) 0 (0.0) 5 (16.7)

Kurang 0 (0.0) 0 (0.0) 1 (3.3) 1 (3.3)

Dukungan keluarga

Baik 8 (26.7) 11 (36.7) 6 (20.0) 25 (83.3) Cukup 2 (6.7) 1 (3.3) 1 (3.3) 4 (13.3)

Kurang 1 (3.3) 0 (0.0) 0 (0.0) 1 (3.3)

Pada hasil tabel silang terlihat bahwa

terdapat 8 responden yang mendapatkan

dukungan keluarga baik dengan tingkat

kepatuhan tinggi dalam menjalani

pengobatan, 2 responden yang mendapatkan

dukungan keluarga cukup dengan tingkat

kepatuhan tinggi, serta 1 responden yang

mendapatkan dukungan keluarga kurang

dengan tingkat kepatuhan tinggi.

Responden yang mendapatkan

dukungan keluarga baik dengan tingkat

kepatuhan sedang dalam menjalani

pengobatan sebanyak 11 responden, terdapat

satu responden mendapat dukungan keluarga

cukup dengan kepatuhan sedang dalam

menjalani pengobatan serta tak satupun

responden mendapatkan dukungan keluarga

kurang dengan tingkat kepatuhan sedang

dalam menjalani pengobatan.

Responden yang mendapatkan

dukungan keluarga baik dengan tingkat

kepatuhan rendah dalam menjalani

pengobatan sebanyak 6 responden, terdapat

1 responden mendapat dukungan keluarga

cukup serta tidak ada responden yang

mendapatkan dukungan keluarga kurang

dengan tingkat kepatuhan rendah.

Hasil uji korelasi spearman diperoleh

nilai koefisien korelasi antara variabel 1 dan 2

sebesar -0,177 yang berarti dukungan

keluarga memiliki hubungan yang tidak

signifikan dengan kepatuhan pasien

tuberkulosis kambuh dalam menjalani

pengobatan, sedangkan besar signifikansi

adalah 0,349, karena angka tersebut di atas

0.05 (p>0.05) maka H0 gagal ditolak, dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara dukungan keluarga

dengan kepatuhan pasien tuberkulosis

kambuh dalam menjalani pengobatan.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil di atas, dapat

diketahui bahwa sebagian besar pasien

tuberkulosis paru kambuh di Puskesmas Se-

Kota Malang mendapatkan dukungan

keluarga baik. House membagi dukungan

keluarga menjadi 4 bentuk yaitu dukungan

informasional, dukungan penghargaan,

dukungan emosional dan dukungan

instrumental17.

Dari hasil penelitian diperoleh 66,7%

responden memperoleh dukungan

informasional baik, maka dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa sebagian besar responden

mendapatkan nasihat, usulan, saran, petunjuk

dan pemberian informasi dari keluarga

dengan baik. Sesuai dengan penelitian Dewi,

Nursiswati & Ridwan, yang juga

menyimpulkan sebagian besar keluarga

memberikan dukungan informasi kepada

pasien yang menjalani pengobatan TBC obat

Page 6: MAJALAH NURUL BARIYYAH 0910720064

atau suntik. Informasi ini bertujuan untuk

meningkatkan kepatuhan pasien dalam

minum obat secara teratur dan tepat baik

waktu maupun dosisnya. Secara konkret

pemberian dukungan informasional yaitu

berupa nasihat atau pemberian informasi

yang dibutuhkan terkait pengetahuan keluarga

tentang TBC misalnya tanda dan gejala serta

pengobatannya (diet, terapi obat atau suntik)

yang diperoleh dari penjelasan petugas

kesehatan, selebaran, televisi, koran, dan

lain-lain15.

Bentuk dukungan keluarga yang

kedua ialah dukungan penghargaan. Dari

penelitian diperoleh hasil sebagian besar

responden (63,3%) mendapatkan dukungan

penghargaan baik. Hal ini berarti sebagian

besar responden tergolong baik dalam bentuk

dukungan penghargaan positif, dorongan

maju untuk sembuh, pujian ketika berhasil

minum obat atau suntik, dan perbandingan

positif orang itu dengan orang lain. Dukungan

penghargaan dapat meningkatkan harga diri

seseorang dan effikasi diri sehingga perilaku

yang diinginkan dapat tercapai18.

Dukungan instrumental yaitu bentuk

dukungan berupa bantuan dalam bentuk

nyata atau material. Pada penelitian ini

didapatkan hasil bahwa sebagian besar

responden (80%) mendapatkan dukungan

instrumental cukup. Data tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar

responden tergolong cukup mendapatkan

dukungan keluarga instrumental. Dukungan

instrumental tersebut merupakan bantuan

yang dapat terlihat nyata seperti menyediakan

dana yang dibutuhkan selama proses

pengobatan, kesediaan waktu dalam merawat

dan mendampingi pasien ketika kontrol

maupun pada saat minum obat atau suntik17.

Bentuk dukungan yang terakhir yaitu

dukungan emosional. Pada penelitian ini

didapatkan hasil bahwa 83.3% responden

mendapat dukungan emosional baik. Hal ini

berarti sebagian besar responden menerima

ungkapan empati, kepedulian dan perhatian

terhadap keadaan pasien misalnya dalam

bentuk mendengarkan keluhan psikologis

karena efek samping pengobatan, sehingga

dengan adanya dukungan tersebut meyakini

bahwa dirinya diurus, diperhatikan, dan

disayangi serta tidak menyalahkan atas

permasalahan yang dihadapi dan memberikan

rasa nyaman dalam meningkatkan

kepercayaan diri pasien untuk tetap patuh

menjalani pengobatan17,19.

Kepatuhan pasien sangat dituntut

dalam menjalani pengobatan jangka panjang

ini. Dengan upaya patuh dalam minum obat

diharapkan kemampuan bakteri dalam tubuh

dapat berkurang dan mati. Kepatuhan minum

obat ini diperlukan pada seluruh penyakit

terutama penyakit TBC yang membutuhkan

pengawasan ekstra dalam pengobatannya.

Kepatuhan meliputi sejauh mana pasien

mengikuti jadwal minum obat dan suntik

mereka seperti yang telah ditentukan

penyedia perawatan15.

Hasil penelitian kepatuhan

menunjukkan bahwa hampir sebagian

responden termasuk dalam kategori

kepatuhan sedang sebesar 40%, berikutnya

kepatuhan tinggi 36,7%, dan sebagian kecil 7

responden (23.3%) dalam kategori kepatuhan

rendah. Banyaknya jumlah responden yang

termasuk dalam kategori kepatuhan sedang

Page 7: MAJALAH NURUL BARIYYAH 0910720064

dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan yang mempunyai

efek positif maupun negatif antara lain faktor

struktural dan ekonomi, pasien, terapi,

dukungan dari petugas pelayanan kesehatan

dan faktor kondisi18.

Teori biomedis menyatakan bahwa

ketidakpatuhan dihubungkan dalam hal

karakteristik pasien termasuk usia. Selain itu,

tidak adanya dukungan sosial dan kehidupan

yang tidak mapan menciptakan lingkungan

yang tidak mendukung dalam program

tercapainya kepatuhan pasien dan

kompleksitas regimen pengobatan merupakan

faktor yang mempunyai efek negatif terhadap

kepatuhan22,23.

Hasil analisis didapatkan tidak terdapat

hubungan antara dukungan keluarga dengan

kepatuhan pasien dalam menjalani

pengobatan di Puskesmas Se-Kota Malang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Dewi, Nursiswati dan Ridwan, yang juga

menyimpulkan tidak ada hubungan antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien

dalam menjalani pengobatan TBC15.

Faktor yang mempengaruhi kepatuhan

pasien dalam berobat adalah dukungan sosial

di antaranya adalah dukungan dari keluarga.

Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

adalah melakukan perawatan kepada anggota

keluarga yang sakit. Keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu

siap memberikan dukungan agar pasien rutin

dalam pengobatan. Adanya perhatian dan

dukungan keluarga dalam mengawasi dan

mengingatkan penderita untuk minum obat

dapat memperbaiki derajat kepatuhan

penderita17,18,20.

Berdasarkan hal tersebut, dukungan

keluarga sangat memegang peranan yang

penting dalam kepatuhan anggota keluarga

lainnya. Namun dari hasil penelitian, ternyata

tidak didapatkan adanya hubungan antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien

tuberkulosis kambuh dalam menjalani

pengobatan TB. Dukungan keluarga tidak

hanya mengakibatkan efek memudahkan tapi

juga dapat menghambat perilaku kepatuhan

dalam menjalani pengobatan TB17.

Berdasarkan hasil penelitian,

dukungan keluarga tidak berhubungan

dengan perilaku kepatuhan berobat pasien.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya

perilaku menurut Snehandhu adalah niat

seseorang bahwa perilaku bertindak

sehubungan dengan kesehatan atau

perawatan kesehatannya dan teori model

tindakan beralasan mengatakan niat

seseorang dipengaruhi oleh sikap yang terdiri

dari keyakinan dan evaluasi terhadap hasil

perilaku serta motivasi untuk patuh, dan

otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal

ini mengambil tindakan atau keputusan.

Sedangkan menurut teori sosial kognitif,

perilaku dapat dipengaruhi oleh efikasi diri

dalam menjalani pengobatan15,21,22.

Kemungkinan hal ini dapat menjadi

penyebab tidak terdapatnya hubungan antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien

minum obat TB.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Dukungan keluarga pada pasien

Tuberkulosis Paru kambuh di Puskesmas

Se-Kota Malang, dukungan keluarga baik

Page 8: MAJALAH NURUL BARIYYAH 0910720064

sebanyak 83,3%, dukungan keluarga

cukup sebanyak 13,3% dan 3,3%

merupakan dukungan keluarga kurang.

2. Kepatuhan pasien Tuberkulosis Paru

kambuh dalam menjalani pengobatan di

15 Puskesmas Se-Kota Malang, hampir

sebagian responden termasuk dalam

kategori kepatuhan sedang yaitu sebesar

40%, serta 36,7% dalam kategori

kepatuhan tinggi dan 23,3% kategori

kepatuhan rendah.

3. Tidak ada hubungan yang signifikan

antara dukungan keluarga dengan

kepatuhan pasien Tuberkulosis Paru

kambuh dalam menjalani pengobatan di

Puskesmas Se-Kota Malang.

Saran

Bagi Institusi diharapkan hasil penelitian

ini dapat digunakan sebagai dasar pemikiran

dan pengembangan konsep keperawatan

yang berhubungan dengan penanggulangan

tuberkulosis kambuh selain dari faktor

dukungan dari keluarga dan saran bagi

puskesmas agar sistem pencatatan rekam

pasien yang lebih baik.

Bagi Praktek Keperawatan. Tenaga

kesehatan diharapkan meningkatkan kegiatan

kunjungan rumah pada pasien tuberkulosis

kambuh untuk pengawasan minum obat dan

memonitor efek samping yang terjadi

(terutama yang mengganggu aktivitas

pekerjaan pasien) sehingga diupayakan

berkolaborasi dalam menyesuaikan dosis,

mengganti obat dengan yang lain, yang pada

akhirnya dapat meningkatkan motivasi dalam

kepatuhan berobat.

Bagi Masyarakat terutama keluarga dan

pasien agar meningkatkan peran serta dalam

pengobatan TB dan perlunya pendekatan

lintas sektoral khususnya upaya peningkatan

ekonomi masyarakat sehingga tidak menjadi

alasan lagi untuk tidak minum obat oleh

karena efek samping yang mengganggu

aktivitas pekerjaan pasien.

Bagi Penelitian Selanjutnya, hendaknya

menggali faktor penyebab kepatuhan sedang

dan rendah menggunakan desain cohort

untuk mendapat sampel lebih banyak,

hendaknya dilakukan penelitian tentang faktor

terapi misalnya motivasi untuk tetap patuh

berobat dalam menyeimbangkan efek

samping ringan maupun berat yang

didapatkan selama menjalani pengobatan.

Pada penelitian selanjutnya sebaiknya

metode pengumpulan data yaitu dengan

menggunakan instrumen yang dapat

mengukur variabel secara objektif, terutama

variabel kepatuhan, misalnya dengan

mengombinasikan kuesioner Morisky dan

pengkajian medis.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. 2011. Country Profile, (online), http://www.who.int/tb/publications/ global_report/2011/ gtbr11_a2.pdf, diakses pada tanggal 14 Oktober 2012.

2. WHO. 2011. Tuberculosis Control in The South-East Asian Region.

http://www.searo.who.int/LinkFiles/TB_Day_Kit_TB_Annual_Report_2011.pdf, diakses pada tanggal 14 Oktober 2012.

3. WHO. 2012. Tuberculosis, (online)

http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs104/en/, diakses pada tanggal 6 Oktober 2012.

4. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Departemen Kesehatan. 2012. Profil Data Kesehatan indonesia tahun 2011.

http://www.depkes.go.id/downloads/PROF

Page 9: MAJALAH NURUL BARIYYAH 0910720064

IL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdf, diakses pada tanggal 14 Oktober 2012.

5. Hermayanti, D. 2010. Studi Kasus Drop Out Pengobatan Tuberkulosa (TB) di Puskesmas Kodya Malang. Universitas Muhammadiyah Malang.

6. Dinas Kesehatan Kota Malang. 2013. Laporan Triwulan Penemuan Pasien TB Per UPK.

7. Setiono, A. & Musrichan. 2011. Uji Diagnostik Pemeriksaan Immuno-chromatographic Tuberculosis (ICT TB) dibandingkan dengan Pemeriksaan BTA Sputum Pada Tersangka Penderita TB Paru Di RSUP Dr Kariadi Semarang.

Artikel Karya Tulis Ilmiah. Universitas Diponegoro.

8. Maharani, L., Affandi, B., Aditama, T. Y., Prihartono, J. 2009. Profil perempuan hamil penderita tuberkulosis di poliklinik tuberkulosis Persatuan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia Baladewa Jakarta Pusat.

http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/IJOG/article/viewFile/955/952, diakses pada tanggal 6 Oktober 2012.

9. Rochana, R.N. 2009. Evaluasi Kepatuhan Pasien Pengobatan Obat Hipoglikemik Oral Bagi Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUD dr. Moewardi Surakarta. Skripsi, Fakultas

Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

10. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Departemen Kesehatan. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis Anak.

11. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Penanggulangan TB di Tempat Kerja (Workplace).

12. Syakira. 2012. Gambaran Pelaksanaan Tugas Pengawas Minum Obat Dan Kepatuhan Pasien Penderita TBC Dalam Mengkonsumsi Obat di RSUD Toto.

Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Jurusan Farmasi.

13. Hutapea, T. P. 2010. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis, (online), http://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/Dukungan%20Keluarga.pdf, diakses pada tanggal 11 Oktober 2012.

14. Syahputra Y, M. I. 2011. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Pasien Minum Obat di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Skripsi. Universitas

Sumatera Utara. 15. Dewi, M., Nursiswati & Ridwan. 2009.

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Pasien TBC dalam Menjalani Pengobatan di Tiga Puskesmas, Kabupaten Sumedang. Vol. 10 (No. XIX),

hal 60. 16. Purwaningtyas, E., Ikawati, Z.,

Pramantara, D.P. 2011. Hubungan kepatuhan penggunaan Obat dengan persistensi Pengisian Obat pada Pasien Hipertensi di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. FK UGM dan RSUP Sardjito

Yogyakarta. 17. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan, PT

Grasindo, Jakarta. 18. WHO. 2003. Adherence to Long-Term

Therapies : Evidence for action, (online), (http://apps.who.int/medicinedocs/pdf/s4883e/s4883e.pdf, diakses 22 Oktober 2012)

19. Peraturan Pemerintah RI No 40 Tahun 2011 Tentang Pembinaan, Pendampingan, dan Pemulihan Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Atau Pembinaan, Pendampingan, dan Pemulihan Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Atau Pelaku Pornografi, (online), (http://www.bkkbn.go.id/jdih/Peraturan%20PerundangUndangan %20Pusat/PP%20NOMOR%2040%20TAHUN%202011%20PEMBINAAN,%20PENDAMPINGAN,%20DAN%20PEMULIHAN%20TERHADAP%20ANAK%20KORBAN%20PORNOGRAFI.txt, diakses 30 Oktober 2012).

20. Ali. 2009. Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta.

21. Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

22. Munro, S.; Lewin, S.;, Swart, T; & Volmink, J. 2007. A review of health behaviour theories: how useful are these for developing interventions to promote long-term medication adherence for TB and HIV/AIDS? BMC Public Health, 7:104.

23. Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Kepatuhan Pasien: Faktor penting dalam Keberhasilan Terapi, volume 7 no 5 edisi September.

Page 10: MAJALAH NURUL BARIYYAH 0910720064

Telah disetujui oleh Pembimbing I

DR. Ahsan, S.Kp, M.Kes. .

NIP. 19640814 198401 1 001