22
MAJALAH ONLINE EDISI KE-V DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI STRATEGIS BEM FH UNPAD KABINET HARMONI o PENDIDIKAN GRATIS SETIAP WARGA NEGARA INDONESIA DALAM KONSTITUSI MEMPERTANYAKAN SIKAP KPI TERHADAP TAYANGAN-TAYANGAN DI TELEVISI MASA KINI Sudah Adilkah Sistem PPDB Kota Bandung? GONJANG-GANJING PENGISIAN JABATAN GUBERNUR DKI JAKARTA Sistem Lelang Jabatan Trobosan Baru dalam Birokrasi Indonesia (?) HIDUP MAHASISWA! HIDUP RAKYAT INDONESIA Twitter : @BEMFHUNPAD @KASRATFHUNPAD

Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

MAJALAH ONLINE EDISI KE-V

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI STRATEGIS

BEM FH UNPAD KABINET HARMONI

o PENDIDIKAN GRATIS SETIAP WARGA NEGARA INDONESIA DALAM KONSTITUSI

MEMPERTANYAKAN SIKAP KPI TERHADAP TAYANGAN-TAYANGAN DI TELEVISI MASA KINI

Sudah Adilkah Sistem PPDB Kota Bandung?

GONJANG-GANJING PENGISIAN JABATAN GUBERNUR DKI JAKARTA

Sistem Lelang Jabatan

Trobosan Baru dalam Birokrasi Indonesia (?)

HIDUP MAHASISWA!

HIDUP RAKYAT INDONESIA

Twitter :

@BEMFHUNPAD

@KASRATFHUNPAD

Page 2: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

PENDIDIKAN GRATIS SETIAP WARGA NEGARA INDONESIA

DALAM KONSTITUSI

Cogito Ergo Sum

LATAR BELAKANG

Secara jelas telah dinyatakan bahwa Hak atas pendidikan merupakan salah satu

Hak Asasi Manusia, dan hal tersebut telah tercantum di Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia 1945 sebagai jaminan yang diberikan oleh Negara kepada warga Negara. Tentu

dalam pelaksanaan hal tersebut yakni dalam memenuhi Hak Asasi manusia harus dijauhi

dari praktek perbedaan atau kekhususan yang cenderung diskriminasi. Khusus terkait

pendidikan, Hal ini juga perlu dibedakan dengan tindakan Negara yang memberikan

penanganan khusus terhadap orang berkebutuhan tertentu antara lain disabilitas, tuna

rungu, tuna netra atau lainnya yang terkait. Tindakan Negara untuk membedakan bukanlah

atas dasar diskriminasi akan tetapi pemenuhan hak yang sama dengan cara berbeda.

Perbedaan yang terlihat ialah seringkali dinyatakan bahwa pendidikan murah atau

gratis ini hanyalah hak sebagian orang saja, dalam arti orang yang kekurangan, miskin atau

tidak mampu saja . Apakah dapat dikatakan hal tersebut merupakan diskriminasi terhadap

orang yang tidak mendapat pendidikan murah atau pendidikan gratis. Selain itu

dipungutnya uang pembangunan atau DSP ( Dana Sumbangan Pembangunan ) yang

menjadi tren lembaga pendidikan di Indonesia, tentu sedikit kontraproduktif dengan jiwa

pasal 31 ayat 2 yakni Pemerintah wajib membiayainya. Penjelasan diatas menjadi

landasan penulisan tulisan ini yakni terkait pendidikan gratis bagi setiap warga Negara

bukan saja untuk orang yang tidak mampu akan tetapi untuk semua kalangan di Indonesia

termasuk orang kaya dan perihal praktek pemungutan Uang pembangunan

PEMBAHASAN

I. Instrumen pendidikan dalam Konstitusi

Secara singkat dapat dikatakan bahwa Negara yang ideal ialah Negara yang

mencantumkan instrumen Hak asasi Manusia dalam Konstitusinya walaupun lebih

Page 3: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

lanjut dilihat juga dari jumlah instrumen Hak asasi manusia itu sendiri dalam konstitusi.

Hak atas pendidikan merupakan salah satu dari sekian banyak hak asasi manusia

tersebut. Isi pasal 31 UUD 1945 merupakan Hak asasi terkait pendidikan.

Ayat (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

Ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan

pemerintah wajib membiayainya.

Indonesia merupakan Negara hukum sehingga dalam praktek bernegara dan berbangsa

yang didalamnya termasuk pemenuhan hak asasi manusia haruslah merujuk kepada

hukum. Supremasi hukum merupakan landasan bagi Negara untuk bertindak sehingga

terdapat batasan-batasan dalam hukum itu sendiri. Jelas pasal 31 ayat 1 mengatakan

bahwa

Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan ( ayat 1 )

Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar ( ayat 2 )

Dalam rangka pemenuhan kedua ayat diatas, diperkuat kembali di lanjutan ayat 2 pasal

31 tersebut yakni Pemerintah wajib membiayainya. Sehingga dalam pemenuhan

pendidikan untuk setiap warga Negara yakni wajib mengikuti pendidikan dasar

merupakan kewajiban pemerintahan untuk membiayainya. Perihal pendidikan gratis,

perlulah diketahui bahwa arti dari gratis ialah tidak membayar sedikitpun biaya/uang

untuk suatu hal..

II. Praktek Pemenuhan Hak atas Pendidikan

Tentu dalam menempuh pendidikan dikenal beberapa hal terkait biaya, 1) SPP

sekolah yang dibayar per bulan 2) Dana pembangunan. Terkait dana pembangunan ini

jika dilihat dari tujuan diadakannya ialah dana yang dimintakan kepada peserta didik

untuk pembangunan infrastruktur sekolah baik bangunan dan peralatan penunjang.

Terkait infrastruktur sekolah tentu jelas merupakan beban bagi pemerintah, sama halnya

dengan infrastruktur umum baik jalan atau jembatan. Maka melihat diadakannya Dana

Pembangunan sebagai salah satu persyaratan yang dibayar peserta didik, tentu hal ini

sangat rancu dengan pendidikan gratis sebagaimana disebut dalam pasal 31 ayat 2

Page 4: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

bahwa pemerintah wajib membiayainya. Ditambah kembali setelah uang pembangunan

itu dibayarkan, tidak ada laporan tanggung jawab pemakaian uang tersebut yang

tersebut secara terbuka dan jelas. Padahal sekolah punya kewajiban moral untuk

memberitahukan hal tersebut, karena uang itu diberikan bukan untuk sekolah, namun

diberikan untuk diatur oleh sekolah buat keperluan pembangunan. Tentu jika terdapat

regulasi yang memperbolehkan pengadaan uang pembangunan, hal tersebut sangat

bertentangan dengan prinsip pendidikan yang terdapat dalam konstitsi. Maka perlu

diketahui juga bahwa seharusnya biaya yang dibayar oleh pemerintah itu termasuk juga

dana pembangunan tiap sekolah ( infrastruktur sekolah ) dan SPP per bulan pula, itulah

baru dapat dikatakan pendidikan gratis yang dimaksudkan.

Terdapat juga praktek yang dikenal dengan istilah Cross subsidi atau subsidi silang,

termasuk dalam dunia pendidikan.

Subsidi silang atau cross subsidi adalah subsidi yang diberikan oleh yang mampu

secara finansial kepada yang tidak mampu secara finansial, dalam menanggung suatu

biaya.

Khusus terkait dalam pendidikan saja, praktek subsidi silang ini dirasa adil oleh sebagian

masyarakat, namun tentu bicara keadilan sangatlah relatif dan subjektif. Terdapat seorang

filsuf yunani yang terkenal akan teori keadilan yakni Aristoteles, antara lain :

1. Keadilan Legal

Keadilan legal yaitu perlakuan yang sama terhadap semua orang sesuai dengan

hukum yang berlaku. Itu berarti semua orang harus dilindungi dan tunduk pada

hukum yang ada secara tanpa pandang bulu. Keadilan legal menyangkut hubungan

antara individu atau kelompok masyarakat dengan negara. Intinya adalah semua

orang atau kelompok masyarakat diperlakukan secara sama oleh negara dihadapan

dan berdasarkan hukum yang berlaku. Semua pihak dijamin untuk mendapatkan

perlakuan yang sama sesuai dengan hukum yang berlaku.

2. Keadilan komutatif

Keadilan secara komutatif adalah perlakuan terhadap seseorang dengan tidak

melihat jasa-jasa yang dilakukannya.

3. Keadilan distributif

Page 5: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

Keadilan distributif adalah perlakuan terhadap seseorang sesuai dengan jasa-jasa

yang telah dilakukannya.

Jika melihat konstitusi Indonesia pasal 31 ayat 2 yang menyatakan bahwa Pemerintah

wajib membiayainya terkait pendidikan dasar. Maka hal tersebut secara jelas merupakan

keadilan legal, bahwa Negara memperlakuan sama terhadap semua orang sesuai dengan

hukum yang berlaku. Itu berarti semua orang harus dilindungi dan tunduk pada hukum

yang ada secara tanpa pandang bulu. Tentu dapat dikatakan bahwa praktek subsidi silang

yang diberlakukan hanyalah suatu cara agar tanggung jawab yang Negara punyai

disebarkan kepada orang yang kaya atau mampu untuk melakukan tanggung jawab

tersebut. Namun Negara secara hukum menjamin pendidikan dalam konstitusi untuk

membiayainya, maka dapat dikatakan bahwa praktek subsidi silang di berbagai dunia

pendidikan di Indonesia ini bertentangan dengan Undang-Undang dasar 1945. Hal tersebut

menjadi pemicu atau sangat berpotensi untuk hanya membuat perbedaan yang terlihat

secara finansial dalam pendidikan bahwa orang miskin bisa sekolah karena subsidi silang

yang bukan diberikan Negara namun orang mampu atau orang kaya.

Maka untuk menjawab persoalan tersebut dapat dilihat dari awal, yakni prinsip

dasar Hak asasi manusia. Teringat bahwa hak asasi manusia tidak boleh dilepas dengan

kewajiban asasi itu sendiri. Dapat dikatakan segala instrumen hak asasi yang terdapat di

Konstitusi merupakan hak, yakni hak jika menjadi warga Negara. Namun hal tersebut

tidak boleh terlepas dari kewajiban menjadi warga Negara khususnya di Indonesia.

Salah satu kewajibannya ialah membayar pajak, sudah sepatutnya bahwa pajak menjadi

devisa / pendapatan Negara yang digunakan untuk penyelenggaraan Negara. Tentu

terdapat hubungan yang kuat terkait kewajiban membayar pajak terkait hak asasi

manusia khususnya pendidikan. 1) orang kaya tentu mampu membayar kewajibannya

yakni pajak ( diluar segala kewajiban asasi lainnya ), dan atas dasar tersebut seseorang

berhak mendapatkan haknya untuk dibiayai oleh pemerintah termasuk pendidikan. 2)

orang yang kurang mampu atau miskin sangat sulit bahkan tidak membayar pajak ( tidak

melakukan salah satu kewajiban asasi ), namun apakah hal tersebut membuat mereka

tidak mendapatkan hak asasinya khususnya pendidikan. Tentu bukan itu yang

diharapkan, dalam hal ini Negara memberikan ketentuan khusus kepada mereka yang

tidak mampu. Apakah perbuatan Negara yang khusus tersebut untuk tetap membiayai

Page 6: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

pendidikan bagi orang yang tidak mampu, yang tidak membayar pajak merupakan

tindakan diskriminasi kepada orang kaya ? bahwa bagi orang yang bayar dan tidak bayar

pajak pun tetap mendapat hak atas pendidikan dalam pasal 31 ayat 2. Secara teori dapat

dikatakan bahwa Negara bertindak atas prinsip non-diskriminatif. Prinsip tersebut

terbagi menjadi dua hal.

1. Prinsip non diskriminatif positif : yakni Negara tidak boleh bertindak

diskriminatif terhadapat suatu masyarakat, orang atau kelompok

2. Prinsip non diskriminatif negative : yakni Negara mengambil langkah khusus

yang diperlukan kelompok, individu atau masyarakat. Langkah khusus tersebut

diambil bukan atas dasar diskriminatif namun keperluan penanganan khusus

terhadap kelompok khusus

Melihat penjelasan diatas dapat dikatakan, bahwa tindakan Negara untuk tetap

membiayai masyarakat yang tidak mampu membayar pajak bukanlah diskriminatif

kepada yang telah membayar pajak, namun Negara bertindak secara non-diskriminatif

negative kepada kelompok khusus yakni masyarakat kurang mampu atau miskin.

III. KESIMPULAN DAN SARAN

Nyatalah sekarang terdapat beberapa hal yang dapat ditarik sebagai kesimpulan

di akhir penulisan ini.

1. Orang kaya atau orang yang mampu berpikir bahwa mereka pun berhak atas

pendidikan gratis.

2. Orang miskin atau orang yang tidak mampu berpikir bahwa bukan kelompok

mereka saja yang sepatutnya mendapat pendidikan gratis namun setiap lapisan

masyarakat termasuk orang kaya berhak atas hal tersebut.

3. Cerminan orang kaya atau orang tidak miskin tidak muncul untuk hak atas

pendidikan ini, bahwa setiap orang baik kaya dan miskin berhak atas hal

tersebut. Namun cerminan orang yang mampu dan orang tidak mampu hanya

tercermin dalam membayar pajak saja.

Page 7: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

4. Subsidi silang hanyalah cara Negara untuk mendistribusikan tanggung jawab

yang seharusnya dipegang olehnya namun dipencar kepada orang yang kaya atau

orang yang mampu

5. Terkait pembiayaan yang dilakukan pemerintah dalam pasal 31 ayat 2 bukanlah

hanya terkait uang sekolah perbulan akan tetapi dana pembangunan yang

seringkali ditanggungkan kepada peserta didik merupakan bagian dari tanggung

jawab pemerintah pula. Sehingga masyarakat tidak perlu takut akan dana

pembangunan yang seringkali menjadi alasan tidak bersekolah. Maka terkait

pemenuhan hal tersebut, perlu anggaran besar dalam APBN dalam hal

pendidikan yang bukan saja ditujukan untuk kesejahteraan guru saja akan tetapi

memasukan pula bagian infrastruktur sekolah.

6. Regulasi yang memperbolehkan pengadaan pemungutan dana pembangunan

tersebut merupakan regulasi yang bertentangan dengan konsep dasar yang

terdapat dalam konstitusi

SARAN

1. Jika ingin tetap diadakannya Dana pembangunan, hal tersebut dapat diberlakukan

atas dasar Sukarela saja dan tidak menjadi salah satu tolak ukur untuk diterimanya

calon peserta didik.

2. APBN dalam hal pendidikan perlu ditambah kembali yang bukan saja ditujukan

untuk kesejahteraan guru namun infrastruktur sekolah.

Kornelius BillHiemer Sianturi

Staff Biro Pengembangan Ilmu dan Penalaran

BEM FH UNPAD

Kabinet Harmoni

Page 8: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

Sudah Adilkah Sistem PPDB Kota Bandung?

Proses Penerimaan Peserta Didik Baru atau biasa disebut dengan PPDB merupakan

proses yang setiap tahunnya terjadi di setiap kota-kota di Indonesia. Hampir setiap kota di

Indonesia memiliki sistem PPDB yang berbeda-beda, begitu pula halnya Kota Bandung.

Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kota Bandung tahun 2014 dilaksanakan

hampir seluruhnya dengan sistem online, mulai dari proses pendaftaran, seleksi, hingga

bagi hasil. Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPBD) tahun ajaran 2014-2015 di Kota

Bandung untuk tingkat SD, SMP dan SMA telah berakhir. Namun ada sedikit perubahan

yang terjadi dengan PPDB tahun 2014 yang dikeluarkan oleh Walikota Bandung ini.

Dalam PPDB tahun ini, pemerintah Kota Bandung tidak lagi menggunakan sistem cluster

namun telah mengacu pada Peraturan Wali Kota (Perwal) No 666 Tahun 2014 tentang

perubahan ketiga atas peraturan Walikota Bandung nomor 177 tahun 2010 tentang tata

cara penerimaan peserta didik baru pada taman kanak-kanak/raudhatul athfal dan

sekolah/madrasah. Perbedaan mendasar pada sistem PPDB tahun 2014 ini ialah dimana

tahun lalu menggunakan sistem cluster murni tetapi sekarang menggunakan sistem

rayonisasi. Sistem cluster merupakan sistem yang mengklasifikasikan sekolah-sekolah

yang ada berdasarkan passing grade nilai para siswa yang mendaftar, sementara sistem

rayonisasi berbasiskan pada daerah atau wilayah dimana siswa itu berada.

Mungkin memang tak banyak para peserta didik maupun para orang tua yang

mengetahui konsep rayonisasi itu sendiri. Konsep rayonisasi memang terlihat cukup

membingungkan untuk bisa dijalankan mengingat banyaknya hal yang harus dimengerti.

Namun menurut pemerintah Kota Bandung kebijakan ini dinilai sudah tepat untuk

mengatasi berbagai persoalan yang ada misalnya mengenai kasus jual beli kursi,

memberikan ruang gerak lebih pada para peserta didik untuk lebih leluasa mendaftar ke

sekolah manapun tanpa berdasarkan cluster juga mendukung gerakan pemerintah kota

Bandung untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dengan adanya program bike to school

dimana siswa siswi pergi ke sekolah dengan menggunakan sepeda.

Apabila kita tilik lebih lanjut bahwa sebenarnya terlalu banyak ketentuan yang

dinilai tidak merata pada setiap calon peserta didik baru, misalnya pada tingkat SMA/MA,

SMK/MAK untuk jalur akademik. Dalam Peraturan Walikota tersebut tertulis beberapa

hal, diantaranya:

Page 9: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

1) seleksi calon peserta didik SMA/MA, SMK/MAK dilakukan secara otomatis

dengan sistem PPDB Online.

2) Sistem seleksi Calon Peserta Didik SMA/MA,SMK/MAK dalam PPDB Online

akan memperhitungkan kriteria utama yaitu nilai UN.

3) Seleksi pada intinya didasarkan pada besarnya nilai UN.

4) Nilai UN Calon Peserta Didik yang dientry pada Sekolah pilihan ke-1 yang

tidak sesuai wilayah tempat tinggal dikalikan 1 (satu), pilihan ke-1 yang

memilih sekolahnya berada pada radius paling jauh 2 KM dengan

kelurahannya, mendapat tambahan skor sebesar 1,15 sedangkan yang dientry

pada pilihan ke-2 dikalikan 1 (satu).

5) Ketentuan pada angka 4 tidak berlaku bagi SMK/MAK.

6) Nilai UN Calon Peserta Didik selanjutnya diperingkat. Urutan teratas Calon

Peserta Didik sampai dengan jumlah sesuai kuota penerimaan Peserta Didik

masing-masing sekolah ditetapkan melalui sidang pleno Dinas Pendidikan

bersama Dewan Pembina dan diumumkan pada tanggal 10 Juli 2014 sebagai

Calon Peserta Didik SMA/MA,SMK/MAK yang diterima pada tahun pelajaran

2014/2015. Selanjutnya Kepala Sekolah menerbitkan surat keterangan diterima

dan melaporkan Peserta Didik yang diterima ke Dinas Pendidikan.

7) Bagi Calon Peserta Didik yang tidak dapat diterima di sekolah pilihan ke-1,

akan dilimpahkan secara otomatis oleh sistem online ke sekolah pilihan ke-2

untuk selanjutnya diperingkat di sekolah pilihan ke-2 sampai dengan jumlah

daya tampung di sekolah pilihan ke-2 tersebut.

Berbagai respon mulai bermunculan pasca diberlakukannya peraturan walikota ini.

Peserta didik dan para orang tua banyak yang mengapresiasi penerapan aturan ini. Namun

tak sedikit juga yang mengaku kecewa atas penerapan aturan yang mengedepankan konsep

rayonisasi ini. Konstitusi juga menyatakan bahwa hak pendidikan yang bermutu dan

memberi kesempatan untuk maju itu merupakan hak untuk semua anak sesuai dengan

amanat UUD 1945 dalam Pasal 28C ayat 1 dan 2 juga dalam pasal 31. Pasal-pasal tersebut

mengandung pengertian bahwa negara menjamin hak-hak tiap warga negara untuk

mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya juga untuk mendapat

pendidikan. Selain itu, UU No. 20 Tahun 2003 dalam pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa

“Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif

Page 10: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan

kemajemukan bangsa.” Selanjutnya dalam pasal 5 ayat 1 disebutkan pula bahwa “Setiap

warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.”

Dalam pasal 5 ayat 1 ini menjelaskan bahwa setiap warga negara, setiap siswa siswi yang

ingin melanjutkan pendidikan berhak untuk mendapatkan pendidikan yang menurut

mereka memiliki kualitas yang baik.

Namun apabila peraturan Walikota Bandung ini dilihat lebih jauh, tentu tidak

semua dari mereka bisa memperoleh pendidikan yang bermutu mengingat ada batasan-

batasan dalam memilih sekolah. Yaitu setiap calon peserta didik hanya boleh memilih dua

sekolah, dimana pilihan pertama bebas ditujukan ke sekolah mana yang ia inginkan,

namun di pilihan kedua siswa tersebut harus memilih satu sekolah yang masuk ke dalam

wilayah tempat tinggalnya atau dengan kata lain pilihan kedua siswa tersebut didasari dari

jarak rumah mereka ke sekolah. Bila ada salah satu calon peserta didik yang rumahnya

dekat dengan sekolah-sekolah yang terdaftar dalam kelompok yang telah ditentukan

berdasarkan kecamatan dan memiliki akreditasi bagus tentunya tidak perlu berpikir untuk

menyusun strategi mendapatkan sekolah yang diinginkan, selain telah mendapat nilai

intensif juga sudah masuk ke dalam piihan sekolah-sekolah yang sesuai dalam daftar yang

terlampir. Lain halnya jika ada calon peserta didik yang ingin masuk sekolah namun lokasi

rumahnya tidak terdaftar dalam lokasi sekolah yang mendapat tambahan intensif tentu

menjadi suatu kerugian bagi mereka. Selain itu semua sistem yang dipakai ialah sistem

online sehingga jika para calon peserta didik tidak lolos pada pilihan pertamanya akan

serta merta dilimpahkan berkasnya ke pilihan kedua. Hal selanjutnya yang perlu ditinjau

kembali ialah jika para calon peserta didik tidak lolos di pilihan pertama maupun pilihan

kedua maka bagaimana kelanjutan dari nasib mereka?? Mungkin ini yang perlu

dipertimbangkan lagi dalam Peraturan Walikota tersebut.

Jika memang kebijakan baru ini bertujuan untuk menjalankan amanah UUD dan

UU Pendidikan agar anak-anak mendapatkan pelayanan sosial yang adil tanpa membeda-

bedakan kelas sosial dan ekonomi namun faktanya masih ditemui beberapa siswa yang

kecewa karena tidak bisa masuk ke sekolah yang mereka inginkan dengan adanya sistem

rayonisasi sekolah di Kota Bandung ini. Salah satu yang menjadi alasan kiranya perlu

dikaji kembali sistem PPDB di Kota Bandung ini ialah salah satu tujuan rayonisasi sekolah

di Kota Bandung yaitu memberikan ruang gerak lebih pada para peserta didik untuk lebih

Page 11: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

leluasa mendaftar ke sekolah manapun tanpa berdasarkan cluster. Menurut Ridwan Kamil

selaku walikota Bandung, mengatakan bahwa penghapusan sistem cluster dilakukan untuk

menghilangkan kesan diskriminasi berbasis akademis yang kerap muncul di masyarakat.

Namun mengajak para peserta didik untuk menerima sistem baru ini tidaklah mudah. Hal

tersebut harus dibarengi dengan pemerataan kualitas pendidikan dan fasilitasnya sehingga

semua sekolah di kota Bandung memiliki standar kualitas dan fasilitas yang sama,

sehingga tidak ada lagi kecenderungan para peserta didik untuk masuk hanya di sekolah-

sekolah tertentu. Namun pada kenyataannya belum semua sekolah di Kota Bandung

memiliki fasilitas yang sama sehingga jika dikatakan bahwa tujuannya pemerataan maka

yang harus dilakukan lebih dulu yaitu pemerataan fasilitas di semua sekolah di Kota

Bandung sehingga semua siswa akan bisa menentukan sekolah dimana saja dan tidak

terpaku pada beberapa sekolah yang dinilai memang memiliki standar-standar tertentu.

Tak hanya fasilitas suatu sekolah yang termasuk sarana dan prasarana pendukung

pembelajaran namun sumber daya manusia dalam hal ini tenaga pengajar yang berkualitas

pun menjadi faktor dalam pemerataan kualitas suatu sekolah. Melihat masih banyaknya

permasalahan yang terjadi dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2014,

maka perlu kiranya peraturan ini untuk dikaji ulang bersama agar tidak ada lagi pihak-

pihak yang merasa dirugikan dan dapat sama-sama mencari solusi untuk sebuah sistem

Penerimaan Peserta Didik Baru yang lebih baik lagi ke depannya.

Page 12: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

MEMPERTANYAKAN SIKAP KPI TERHADAP TAYANGAN-

TAYANGAN DI TELEVISI MASA KINI

Cogito Ergo Sum

ISU

Dalam 10 tahun terakhir, sudah terjadi globalisasi. Dalam proses tersebut, banyak sekali

budaya-budaya luar yang masuk ke Indonesia, yang mana sebagian besar dipengaruhi oleh

budaya barat. Hingga saat ini, terjadi pergeseran budaya yang meengakibatkan terkikisnya

budaya asli Indonesia oleh budaya-budaya asing. Inilah yang merupakan titik awal dari

banyaknya siaran-siaran yang lebih mementingkan keuntungan dari suatu program siaran,

bukan kualitas program siaran tersebut. Pengaruh kapitalisme sangat besar, dan kita harus

tetap menjaga budaya asli Indonesia yang luhur, berbudi pekerti, menjunjung tinggi

toleransi dan kesopanan.

Dalam dunia penyiaran di Indonesia, masih sering ditemukan konten-konten siaran yang

tidak sesuai dengan nilai-nilai moral masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya

tayangan-tayangan yang ditegur oleh KPI namun masih marak ditayangkan di layar

televisi.

Ruang lingkup kewenangan KPI saat ini harus dipertanyakan, karena pada kenyataannya

saat ini masih banyak pihak televisi swasta yang melanggar ketentuan-ketentuan KPI

dalam menyiarkan suatu tayangan. Kewenangan KPI harus diperjelas dan diperkuat

sehingga tidak ada lagi pihak-pihak penyiar yang melakukan pelanggaran.

Dengan diperjelas artinya tidak hanya memberikan teguran dalam bentuk tertulis saja,

karena dalam beberapa kasus, hanya disampaikan teguran tertulis saja tanpa ada tindak

lanjut yang lebih spesifik seperti penggunaan. Maksud diperkuat disini adalah dengan

penegasan wewenang KPI dalam bentuk mengikat dengan tegas pada pihak yang terkait.

KPI harus dapat membuat jera pelanggar yang menyalahi aturan, dengan lebih berani

untuk memberikan sanksi selain hanya teguran. Hal tersebut diatur dalam Pasal 74

Peraturan KPI No. 3 tahun 2007 tentang Standar Program Siaran, yang merupakan

peraturan pelaksana dari dari UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Dalam beberapa

kasus pula, ada siaran yang dihentikan karena telah ditegur oleh KPI, namun selanjutnya

muncul lagi tayangan dengan platform yang hampir sama, tapi berubah nama. Akibatnya

tidak adanya efektifitas dari teguran dan sanksi dari KPI hanya karena perubahan nama,

siaran tersebut secara hukum diperbolehkan. KPI seharusnya berani untuk membekukan

sementara ataupun permanen hak siar dari pihak penyiar yang melakukan hal tersebut.

Dengan begitu, kewenangan KPI akan terjalankan dengan jelas dan kuat, dan diharapkan

tidak ada lagi pelanggaran sejenis terjadi kembali.

Para pihak yang melanggar perlu diberikan sanksi yang tegas secara materil, yaitu dengan

cara membayar denda yang ditentukan oleh pihak KPI atau dengan dan immateril, agar

Page 13: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

efek jera yang diharapkan dari sanksi bagi para pelanggar dapat terjadi dengan efektif.

Secara materiil, seharusnya dibuat mengenai aturan baru yang dikhususkan untuk

memberikan sanksi materiil berupa denda administratif yang besar, agar mendapatkan

selain bertujuan untuk untuk memberikan efek jera, juga fungsi preventif guna mengurangi

pelanggaran tentang penyiaran. Secara immateril, apabila terjadi pelanggaran, maka pihak

pelanggar haruslah meminta maaf yang sebesar-besarnya melalui permohonan maaf

tertulis dan digital kepada masyarakat, sebagai bentuk kesadaran moral dari pelanggar.

REGULASI

a. Tentang konten penyiaran

Dalam pasal 36 ayat 1 UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, “Isi siaran wajib

mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan

intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan,

serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.”

i. “Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat

untuk pembentukan intelektual, watak moral….”

Isi siaran harus memberikan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral dan

kemajuan bagi masyarakat. Siaran seperti berita yang bermanfaat, acara pendidikan, dan

acara hiburan yang dengan konten positif, bukan seperti yang saat ini terjadi yakni hiburan

dengan mengandung konten-konten negatif. Program-program siaran yang mendidik

seharusnya lebih dikedepankan dalam penyiaran di Indonesia. Indonesia merupakan

negara berbudaya luhur, menjunjung tinggi budi pekerti, toleransi, dan kesopanan. Atas

dasar itulah seharusnya pihak penyiar memperhatikan hal-hal tersebut dalam membuat

siaran

Tak hanya dari tayangan acara, terkadang permasalahan juga muncul dari pembawa acara

tersebut yang mengeluarkan kata-kata yang tidak sepantasnya dikatakan di depan khalayak

ramai, bahkan tak jarang menyinggung pihak tertentu.

ii. Menjaga persatuan dan kesatuan dengan informasi politik, hukum, dan

ekonomi, sosial, budaya dan keamanan.

Saat masa kampanye dan pemilu berlangsung, ada televisi swasta yang dimiliki oleh orang

partai politik, sehingga tayangan yang ditampilkan terutama pada bagian iklan,

menampilkan tayangan-tayangan iklan yang kontennya adalah bagian dari kampanye

politik. Dan kadang kala, tidak dapat dipungkiri ada tayangan yang kontennya

menjelekkan kandidat atau partai politik lain, yang akibatnya dapat memancing

perpecahan dalam masyarakat.

Hal ini adalah pelanggaran pada pasal 36 UU No. 32 tahun 2002, yang mana dicantumkan

bahwa isi siaran wajib mengandung informasi yang dapat menjaga persatuan dan kesatuan

bangsa.

Page 14: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

b. Tentang Penegakan Hukum

Ketika KPI hanya memberikan teguran kepada pihak televisi, tanpa memberikan tindakan

lebih lanjut, pihak televisi umumnya sering mengabaikan teguran dari KPI hingga teguran

terakhir. Kami mempertanyakan kewenangan KPI yang menurut kami dihalangi oleh

prosedur-prosedur yang menyulitkan KPI dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, kami

juga mempertanyakan mengenai kualifikasi tayangan berdasarkan Pedoman Perilaku.

Berdasarkan pengamatan kami, hanya sedikit stasiun televisi yang menampilkan kriteria

umur dalam penayangan siarannya.

Hal tersebut adalah sangat fatal, karena jika suatu tayangan yang ditujukan untuk orang

dewasa, tetapi ditonton oleh anak-anak, mereka akan mendapatkan pendidikan mengenai

orang dewasa yang seharusnya mengetahui hal tersebut. Akibat daripada hal ini adalah

banyaknya anak-anak yang saat ini sudah berlaku selayaknya orang dewasa, yang mana

mereka sebenarnya masih anak-anak. Banyak pula anak-anak yang berbahasa tidak sopan

karena mereka mempelajarinya melalui tayangan yang ada dalam televisi.

Pasal 36 ayat (3) UU No. 32/2002 menyebutkan bahwa:

“Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus,

yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan

lembaga penyiaran wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak

sesuai dengan isi siaran.”

Ketika KPI memberikan teguran bagi suatu tayangan, tidak dapat dipungkiri ada pula

tayangan yang sejenis tapi tidak dilarang. Kami mempertanyakan kembali dimana

ketegasan KPI terhadap tayangan yang serupa namun berbeda nama, dan isi kontennya pun

sama namun tetap disiarkan.

KPI sudah mempunyai aturan yang jelas mengenai pedoman penyiaran1. Tapi yang kami

pertanyakan adalah, penerapan dari aturan tersebut masih terkesan longgar. Jika KPI

menegakkan aturan yang mereka buat dengan sebenar-benarnya, kami meyakini bahwa

KPI akan dapat menjalankan tugasnya dengan baik, dan masyarakat akan mendapatkan

suguhan tayangan yang bermanfaat.

Selain kesalahan pihak televisi swasta yang acapkali membuat tayangan-tayangan baru

namun sama substansinya dengan tayangan lain yaitu tidak ada manfaatnya kecuali bagi

hiburan semata yang tidak mengandung unsur kemanfaatan seperti nilai pendidikan dan

nilai moral, kami melihat ada kesalahan juga daripada masyarakat itu sendiri.

Seharusnya masyarakat, dalam hal ini orangtua dapat menyaring tayangan bagi anak-

anaknya. Harus ada sinergitas antara kehendak KPI yang ingin memberikan tayangan

bermutu kepada masyarakat, dengan orang tua yang dapat menyaring lagi tayangan yang

1 Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran, Bab XXX, Pasal 75 ayat (2)

Page 15: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

ditonton oleh anak-anaknya. Hal ini juga sudah diakomodir dalam Pasal 522 Undang-

Undang no. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, disebutkan bahwa setiap orang mempunyai

hak, kewajiban, dan tanggung jawab serta berperan dalam mengembangkan

penyelenggaraan penyiaran nasional.

KESIMPULAN

KPI perlu menguatkan kembali perannya sebagai penyelenggara ijin dalam penyiaran di

Indonesia. Teguran-teguran yang sudah diberikan seyogyanya terus diikuti dengan

kepastian bahwa pelanggaran yang terjadi tidak akan terulang kembali. Hal ini harus

sangat diperhatikan dengan terang dan jelas demi kebaikan bagi masyarakat Indonesia.

Harus ada hubungan timbal balik yang erat dalam mengatasi masalah ini, baik dari sisi

penyiar dan dari mereka yang menikmati tayangan-tayangan tersebut. Ini adalah tugas kita

bersama untuk memastikan tujuan KPI yang sebenar-benarnya tercapai, dan memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya dalam dunia penyiaran Indonesia.

Biro Kajian dan Advokasi Mahasiswa

BEM FH Unpad Kabinet Harmoni

2 Pasal 52 ayat (1) “Setiap warga negara Indonesia memiliki hak, kewajiban, dan tanggung jawab dalam

berperan serta mengembangkan penyelenggaraan penyiaran nasional”

Page 16: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

GONJANG-GANJING PENGISIAN JABATAN GUBERNUR DKI

JAKARTA

Cogito Ergo Sum

Pengunduran diri Joko Widodo dari jabatan Gubernur DKI Jakarta menyusul

penetapan dirinya menjadi Presiden terpilih pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

2014 meninggalkan polemik mengenai siapa yang akan menduduki tampuk pemerintahan

di DKI Jakarta. Pergantian undang-undang yang mengatur tentang pemerintahan daerah

dan pemilihan kepala daerah ditambah dengan berbagai penafsiran yang dilakukan oleh

berbagai pihak turut memperumit situasi perpolitikan di DKI Jakarta.

Seiring dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah jo. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

Daerah dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota memunculkan perdebatan dikalangan

masyarakat mengenai mekanisme pengisian jabatan Gubernur DKI Jakarta. Ditambah lagi

dengan keberadaan DKI Jakarta yang dipayungi oleh Undang-undang Nomor 29 Tahun

2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Situasi ini semakin “panas” setelah Wakil Ketua

DPRD DKI Jakarta, M Taufik, menyatakan bahwa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok,

Wakil Gubernur DKI Jakarta yang sekarang menjabat sebagai Plt. Gubernur DKI Jakarta,

tidak secara otomatis menjadi gubernur menggantikan Joko Widodo.3 M. Taufik

mengatakan bahwa berdasarkan Pasal 174 ayat (2) Perppu Nomor 1 Tahun 2014, apabila

masa jabatan Kepala Daerah yang mengundurkan diri masih lebih dari 18 bulan, maka

penggantinya dipilih oleh DPRD.

Apabila dicermati, Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009 yang merupakan

payung hukum kekhususan Provinsi DKI Jakarta pada dasarnya hanya mengatur mengenai

pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur tanpa mengatur tentang mekanisme pemilihan

Gubernur atau Wakil Gubernur yang berhenti atau diberhentikan. Pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur diatur dalam Pasal 10 dan Pasal 11 ayat (1), (2) dan (3). Sehingga, dalam

3 ) KOMPAS, “Berebut” Kursi Panas Di DKI Jakarta,

http://megapolitan.kompas.com/read/2014/10/28/14000011/.Berebut.Kursi.Panas.di.DKI.Jakarta

Page 17: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

kondisi seperti ini berlaku Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

Daerah jo. Perppu Nomor 2 Tahun 2014 sebagai lex generalis (undang-undang yang

umum). Namun, berdasarkan Pasal 62 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 jo. Perppu

Nomor 2 Tahun 2014, ketentuan mengenai pemilihan kepala daerah diatur dengan undang-

undang, dalam hal ini Perppu Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati

dan Walikota yang dikeluarkan oleh Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono,

menyusul penolakan masyarakat terhadap Undang-undang Nomor 22 Tahun 2014 Tentang

Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota.

Berdasarkan Pasal 174 ayat (2) Perppu Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan

Gubernur, Bupati dan Walikota, apabila sisa masa jabatan Gubernur berhenti atau

diberhentikan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap dan sisa masa jabatan lebih dari 18 bulan, maka dilakukan Pemilihan Gubernur

melalui DPRD Provinsi. Namun, ketentuan ini tidak berlaku apabila terjadi kekosongan

jabatan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang diangkat berdasarkan Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004. Berdasarkan Pasal 203 ayat (1), dalam hal terjadi kekosongan

Gubernur, Bupati dan Walikota yang diangkat berdasarkan Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Wakil Gubernur, Wakil Bupati dan Wakil

Walikota menggantikan Gubernur, Bupati dan Walikota sampai dengan berakhir masa

jabatannya. Oleh karena Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama diangkat sebagai

Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta berdasarkan UU No. 29 Tahun 2007 sebagai

lex specialis (undang-undang yang khusus) dari UU No. 32 Tahun 2004 yang pada saat itu

berlaku dan masa jabatannya masih tersisa kurang lebih 3 tahun lagi, maka seiring dengan

pengunduran diri Joko Widodo dari jabatan Gubernur DKI Jakarta, sesuai dengan Pasal

203 ayat (1) Perppu Nomor 1 Tahun 2014 maka Wakil Gubernur DKI yang dijabat oleh

Basuki Tjahaja Purnama secara otomatis akan menggantikan Joko Widodo sebagai

Gubernur DKI Jakarta sampai dengan berkhirnya masa jabatannya.

Jadi, pengisian jabatan Gubernur DKI Jakarta yang ditinggalkan Joko Widodo

sebenarnya tidak perlu untuk diperdebatkan karena pada dasarnya peraturan perundang-

undangan telah mengatur secara jelas mengenai mekanisme pengisisan jabatan Gubernur

yang berhenti atau diberhentikan yang diangkat berdasarkan Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 maupun berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 jo. Perppu

Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Sehingga, pengangkatan Wakil

Page 18: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama untuk menggantikan Joko Widodo

sebagai Gubernur DKI Jakarta juga tidak perlu untuk dipemasalahkan karena hal tersebut

telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengamanatkan bahwa Gubernur

yang berhenti atau diberhentikan yang diangkat berdasarkan Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 secara otomatis digantikan oleh Wakil Gubernur sampai dengan berakhirnya

masa jabatannya.

Radius Emerson Sitanggang

Kepala Departemen Kajian dan Aksi Strategis

BEM FH Unpad Kabinet Harmoni

Page 19: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

Sistem Lelang Jabatan

Trobosan Baru dalam Birokrasi Indonesia (?)

Cogito Ergo Sum

Pendahuluan

Lelang Jabatan, istilah yang sering didengungkan dalam dinamika birokrasi di

Indonesia. Istilah ini mulai terdengar pada tahun 2013, di Jakarta dibawah pemerintahan

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakilnya Basuki Tjahtja Purnama, dimana posisi

Camat, Kepala Dinas, Kepala Sekolah, Kepala Puskesmas dan beberapa jabatan lain diisi

dengan metode lelang jabatan. Metode lelang jabatan tersebut dilakukan dengan

serangkaian tes tulis dan wawancara sehingga dapat diketahui kinerja dari calon pejabat

tersebut.

Keberhasilan yang diyakini pemerintah mengenai lelang jabatan di DKI Jakarta,

maka isu mengenai pengisian pejabat mulai berhembus kepada pemerintah pusat, yaitu

kementrian-kementrian. Diawali dengan lelang jabatan eselon 1 di tubuh Kementrian

Keuangan Republik Indonesia dengan metode lelang jabatan mulai terhembus kencang,

yaitu pengisian jabatan untuk 4 jabatan, yaitu :Dirjen Pajak, Kepala Badan Kebijakan

Fiskal, Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi dan Teknologi Informasi serta Staf Ahli

Bidang Penerimaan Negara. Kabar yang sedang menghangat juga lelang jabatan ini akan

melibatkan KPK dan PPATK dalam hal pemeriksaan harta kekayaan calon pejabat yang

mengikuti lelang jabatan tersebut.

Dasar Hukum

Untuk dasar hukum prosedur lelang jabatan, hal ini diatur dalam Undang Undang

Nomor 22 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana terdapat ketentuan perihal

wewenang kepala daerah untuk menentukan struktur Organisasi Pemerintahan Daerah

(OPD) dan pengisian jabatannya. Adapun dalam Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999

Tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok Pokok

Kepegawaian juga mengatur tentang persyaratan pengisian jabatan bagi Pegawai Negeri

Page 20: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

Sipil (PNS), yaitu pada pasal 17 ayat (2) disebutkan bahwa “Pengangkatan Pegawai

Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan. berdasarkan prinsip profesionalisme

sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk

jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama,

ras atau golongan.”

Prosedur Lelang Jabatan

Proses promosi jabatan dilakukan dengan tahapan:

Pertama; pengumuman secara terbuka kepada instansi lain dalam bentuk surat

edaran melalui papan pengumuman,dan/atau media cetak, media elektronik

(termasuk media on-line/internet) sesuai dengan anggaran yang tersedia. Setiap

pegawai yang telah memenuhi syarat administratif berupa tingkat kepangkatan dan

golongan, diperbolehkan mendaftarkan diri untuk mengisi lowongan yang tersedia

Kedua, mekanisme seleksi/ penilaian kompetensi manejerial dan kompetensi

bidang (substansi tugas) Penilaian kompetensi manejerial dilakukan dengan

menggunakan metodologi psikometri, wawancara kompetensi dan analisa kasus

danpresentasi. Sedangkan penilaian kompetensi bidang dilakukan dengan metode

tertulis dan wawancara (Standar kompetensi Bidang disusun dan ditetapkan oleh

masing-masing instansi sesuai kebutuhan jabatan dan dapat dibantu oleh assessor.

Ketiga, Panitia Seleksi mengumumkan hasil dari setiap tahap seleksi secara terbuka

melalui papan pengumuman, dan/atau media cetak, media elektronik (termasuk

media online/internet).

Hal positif sistem lelang jabatan

Pengaruh positif dengan adanya sistem lelang jabatan adalah :

1. Dengan sistem lelang jabatan, yaitu adanya fit and proper test, maka diharapkan

akan menciptakan persaingan positif dalam kinerja, sehingga nantinya akan tercipta

pejabat yang berkompeten pada saat mengemban amanah jabatan.

Page 21: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

2. Pada saat dilakukan lelang jabatan, maka akan dilihat bagaimana track record

kinerja pejabat tersebut. Oleh karena itu pula, pengaruh positif dengan adanya

lelang jabatan tersebut adalah penempatan pejabat yang bersih dan berkompeten

pada saat menduduki suatu jabatan.

3. Menghindari dari pengisian jabatan yang merupakan “pesenan” dari pihak lain

yang memiliki kepentingan dalam hal tugas dan wewenang dari jabatan tersebut.

4. Memberikan peluang yang sama bagi PNS yang ingin berkarier berdasarkan

kinerja dan prestasi kerjanya.

5. Merupakan bentuk keterbukaan birokrasi kepada masyarakat, sehingga masyarakat

akan lebih percaya kepada pemerintahan, sehingga gol “good governance” akan

tercipta.

Dampak adanya lelang jabatan

Pada awal diberlakukannya sistem lelang jabatan, dengan contoh tempat di DKI

Jakarta, terjadi polemik yang menjadi “rahasia umum” di kalangan PNS, terutama PNS

yang sudah golongan tinggi, karena tesnya yang begitu susah, banyak dari mereka yang

sudah tidak hafal materi ujian, walau sudah diisi dengan pengalaman. Kemudian dalam

jangka waktu tertentu, ditemukan bahwa terjadi kecurangan pada pelaksanaan lelang

jabatan, terutama untuk posisi Kepala Sekolah (dalam berita kompas.com, tanggal 21

Desember 2013), dimana Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, menindak tegas pelaku

tersebut.

Kemudian terlihatlah dampak positif atas pemberlakuan sistem lelang jabatan. Para

PNS berusia relatif muda menduduki posisi penting dalam pemerintahan dengan

kompetensi yang mumpuni. Tercatat di DKI Jakarta, 3 camat mendapatkan penghargaan

sebagai camat berprestasi secara nasional. Politik kasta yang selama ini menggerogoti

birokrasi mulai terkikis karena penilaian pemilihan pejabat dilakukan berdasarkan prestasi

dan kompetensi yang dimiliki.

Kesimpulan

Page 22: Majalah Online Kastrat BEM FH Unpad edisi ke-V

Dengan metode baru lelang jabatan tersebut, akan menjadi trobosan baru dalam

birokrasi Indonesia yang oleh berbagai kalangan dinilai bermasalah, apalagi jika

menggunakan sistem promosi “politik kasta”, yaitu penunjukan pejabat untuk menduduki

suatu jabatan oleh pejabat yang lebih tinggi –yang rawan KKN-, sehingga nantinya akan

tercipta pejabat yang betul-betul kompeten dalam menjalankan jabatannya, bersih dari

KKN, berprestasi dalam proses pelayanan masyarakat.

Ghifari Auliya Sani

Staff Biro Kajian dan Advokasi Mahasiswa

BEM FH Unpad Kabinet Harmoni