32
1 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SEBAGAI PEDOMAN PELAKSANAAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN DAN KINERJA ORGANISASI PEMERINTAH 1 Oleh: Istyadi Insani 2 ABSTRAK Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen yang berisi serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi perkantoran yang berisi cara melakukan pekerjaan, waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan dan aktor yang berperan dalam kegiatan. Sebagai suatu aturan, regulasi, dan kebijakan yang secara terus menerus menjamin perilaku yang benar bagi seluruh pegawai instansi pemerintah maka SOP sangat tepat diterapkan pada aktivitas administrasi perkantoran yang relatif bersifat rutin, berulang serta menghendaki adanya keputusan yang terprogram guna melayani pelanggannya. Dengan penerapan SOP secara konsisten maka administrasi perkantoran memiliki pedoman dalam menyelenggarakan Kebijakan Reformasi Birokrasi yang merupakan suatu kebijakan yang komprehensif dalam peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi instansi pemerintah di Indonesia saat ini karena SOP selalu dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan tugas bagi pegawai sesuai dengan peraturan yang berlaku dan target kinerja yang telah ditentukan yang selalu dimonitor dan ditinjau ulang setiap periode tertentu untuk mengakomodasi dan mengantisipasi dinamika tugas. Di sisi lain SOP juga sekaligus menjadi feedback guna penyesuaian antara kondisi yang dipersyaratkan dalam SOP dengan kondisi riil yang ada guna mencapai kinerja individu dan kinerja organisasi yang optimal. Bahkan dalam jangka panjang ,SOP dapat dijadikan sebagai langkah perbaikan kinerja pelayanan dan kinerja organisasi berdasarkan konsep manajemen kinerja. 1 Tulisan ini merupakan penyempurnaan dari makalah berjudul Standard Operating Procedures (SOP) Sebagai Pedoman Pelaksanaan Administrasi Perkantoran Dalam Rangka Peningkatan Pelayanan dan Kinerja Organisasi yang pernah disajikan dalam Workshop Manajemen Perkantoran di Lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika di Galeri Ciubuleut Hotel, Bandung, 19-21 Februari 2010; 2 Lektor pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara Jakarta;

Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SEBAGAI

PEDOMAN PELAKSANAAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN DAN

KINERJA ORGANISASI PEMERINTAH1

Oleh: Istyadi Insani2

ABSTRAK

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen yang berisi serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi perkantoran yang berisi cara melakukan pekerjaan, waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan dan aktor yang berperan dalam kegiatan. Sebagai suatu aturan, regulasi, dan kebijakan yang secara terus menerus menjamin perilaku yang benar bagi seluruh pegawai instansi pemerintah maka SOP sangat tepat diterapkan pada aktivitas administrasi perkantoran yang relatif bersifat rutin, berulang serta menghendaki adanya keputusan yang terprogram guna melayani pelanggannya. Dengan penerapan SOP secara konsisten maka administrasi perkantoran memiliki pedoman dalam menyelenggarakan Kebijakan Reformasi Birokrasi yang merupakan suatu kebijakan yang komprehensif dalam peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi instansi pemerintah di Indonesia saat ini karena SOP selalu dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan tugas bagi pegawai sesuai dengan peraturan yang berlaku dan target kinerja yang telah ditentukan yang selalu dimonitor dan ditinjau ulang setiap periode tertentu untuk mengakomodasi dan mengantisipasi dinamika tugas. Di sisi lain SOP juga sekaligus menjadi feedback guna penyesuaian antara kondisi yang dipersyaratkan dalam SOP dengan kondisi riil yang ada guna mencapai kinerja individu dan kinerja organisasi yang optimal. Bahkan dalam jangka panjang ,SOP dapat dijadikan sebagai langkah perbaikan kinerja pelayanan dan kinerja organisasi berdasarkan konsep manajemen kinerja.

1Tulisan ini merupakan penyempurnaan dari makalah berjudul Standard Operating Procedures (SOP) Sebagai Pedoman Pelaksanaan Administrasi Perkantoran Dalam Rangka Peningkatan Pelayanan dan Kinerja Organisasi yang pernah disajikan dalam Workshop Manajemen Perkantoran di Lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika di Galeri Ciubuleut Hotel, Bandung, 19-21 Februari 2010;

2 Lektor pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara Jakarta;

Page 2: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

2

Kata Kunci: Standar Operasional Prosedur, Administrasi Perkantoran, Manajemen Kinerja, Peningkatan Pelayanan dan Kinerja Organisasi.

PENDAHULUAN

Istilah SOP merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi sebagian

kalangan masyarakat kita saat ini. Istilah SOP sangat sering digunakan di

kalangan birokrasi pemerintahan, kalangan profesional, maupun kalangan

industriawan dan pengusaha meskipun dengan penyebutan yang berbeda-

beda, seperti: Protap (prosedur tetap) biasa dipakai di kalangan kemiliteran,

kepolisian dan birokrasi, SPO (standar prosedur operasi) biasa dipakai di

kalangan perkebunan, SBO (standar operasional baku) biasa dipakai di

kalangan industri, SOP (standar operasional prosedur) biasa dipakai di

kalangan pendidikan.

Bila dirunut dari asal katanya, istilah SOP berasal dari bahasa Inggris

yaitu SOPs yang merupakan kepanjangan dari Standard Operating

Procedures atau Standing Operating Procedures3 tetapi umumnya di

Indonesia istilah SOP merujuk pada istilah SOPs sebagai Standard Operating

Procedures.

Istilah SOP merujuk pada pengertian mengenai sebuah prosedur

operasi standar yang merupakan serangkaian instruksi yang bersifat

membatasi prosedur operasi tanpa kehilangan keefektivitasannya4. Di sisi

lain SOP juga berfungsi sebagai katalisator yang efektif bagi pengendalian

3 Dalam Wikiepedia.com dinyatakan bahwa: The terms standard operating procedure and standing operating procedure, both abbreviated by the initialism, SOP, occur in a variety of different contexts, such as healthcare, education, industry, the military, etc.

4 A standard operating procedure consists of a set of instructions having the force of a directive, and covering those features of operations that lend themselves to a definite or standardized procedure without loss of effectiveness (Wikiepedia.com).

Page 3: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

3

tingkat kinerja dan hasil organisasi5 atau dengan kata lain SOP merupakan

suatu sistem prosedur operasi yang bertitik tolak pada kualitas (operating

procedures based on quality).

Sebagai sistem yang bertitik tolak pada kualitas maka SOP berlaku

pada seluruh aspek kehidupan manusia yang salah satunya adalah

administrasi perkantoran (office administration/office management)6.

Administrasi perkantoran merupakan urusan yang tidak dapat dilepaskan dari

penyelenggaraan urusan publik maupun privat baik yang diselenggarakan

oleh pemerintah, swasta maupun perseorangan.

5 The SOP development process, while demanding, can provide significant performance improvements. When properly and fully carried out, the development process brings workers, managers, and advisers together in a collaborative way. As a result, everyone focuses their abilities on doing the best job possible with … resources. (Richard, 2001:8)

6 “Dalam sumber-sumber bacaan bahasa Inggris yang terbit di Amerika Serikat maupun di Inggris Raya istilah Office administration (administrasi perkantoran) dan office management (manajemen perkantoran) dipakai silih berganti dengan arti yang sama. Perkataan administrasi dan manajemen umumnya dianggap sebagai kata-kata sepadan” (The Liang Gie, 2000:1)

Page 4: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

4

Gambar 1

Eksistensi SOP dalam Seluruh Aspek Kehidupan Manusia

Dalam hal ini pengertian administrasi perkantoran yang dimaksud

adalah administrasi perkantoran sesuai dengan pendapat The Liang Gie

(2000:4), yaitu: rangkaian aktivitas merencanakan, mengorganisasi

(mengatur dan menyusun), mengarahkan (memberikan arah dan petunjuk),

mengawasi, dan mengendalikan (melakukan kontrol) sampai

menyelenggarakan secara tertib sesuatu hal menyangkut pekerjaan

perkantoran (office work) --dalam arti sempit maupun dalam arti luas.

Selanjutnya dalam rangka peningkatan pelayanan dan kinerja

organisasi pada umumnya dan peningkatan pelayanan dan kinerja

Page 5: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

5

penyelenggaraan urusan administrasi perkantoran pada khususnya maka

administrasi perkantoran memerlukan adanya suatu pedoman pelaksanaan

yang memberikan arah dan rambu-rambu yang dipergunakan dalam

pencapaian tujuan yang telah ditentukan secara efektif dengan didukung oleh

peraturan yang berlaku.

Khusus pada organisasi pemerintah pedoman pelaksanaan

administrasi perkantoran yang dapat meningkatkan pelayanan dan kinerja

organisasi merujuk pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor PER/21/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Penyusunan Standar

Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan yang merupakan

tindak lanjut dari Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi.

Peraturan ini mengamanatkan perlunya penyusunan Standar Operasi

Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan sebagai pelaksanaan Reformasi

Birokrasi di seluruh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang

bertujuan secara umum untuk membangun/membentuk perilaku aparatur

negara dengan integritas tinggi, produktivitas tinggi dan bertanggung jawab

serta kemampuan memberikan pelayanan yang prima melalui pembaharuan

dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan

terutama menyangkut aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan

(business process) dan aspek sumber daya aparatur. Atau dapat dikatakan

bahwa Penyusunan SOP merupakan salah satu unsur penting dalam

pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dalam peningkatan pelayanan

dan kinerja organisasi.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, memunculkan suatu

pertanyaan:

Page 6: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

6

1. Apakah SOP dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam

pelaksanaan administrasi perkantoran dalam peningkatan pelayanan

dan kinerja organisasi?

2. Bagaimanakah SOP dapat meningkatkan pelayanan dan kinerja

organisasi?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas maka perlu kiranya untuk

memahami konsep-konsep yang terkait. Adapun konsep yang terkait menurut

hemat penulis adalah sebagai berikut:

1. Standar Operasional Prosedur sebagai Pedoman Pelaksanaan

Administrasi Perkantoran;

2. Konsep dan Kebijakan Peningkatan Pelayanan dan Kinerja

Organisasi, dan;

3. Kaitan antara Standar Operasional Prosedur sebagai Pedoman

Pelaksanaan Administrasi Perkantoran dengan Peningkatan

Pelayanan dan Kinerja Organisasi.

STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) SEBAGAI

PEDOMAN PELAKSANAAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

Konsep standar operasional prosedur merupakan istilah organisasi

dan manajemen yang merujuk pada sistem pengawasan manajemen

(management control system)7. Dalam pengertian ini maka SOPs diartikan

sebagai peraturan dan regulasi yang merupakan kebijakan untuk menjamin

7 “Management Control Systems Used as Part of Beureaucratic Control: Budget (Financial, resource

expenditures, monthly); Statistical reports ( Nonfinacial outputs, weekly or monthly, often computer

based); Performance appraisal (Evaluation of department managers based on department goals and

performace, annually), and; Standard operating procedures (Rules and regulations, policies that

prescribe correct behavior, continuous)” dalam Richard L. Daft, 1992. Organization and Design,

Singapore: Info Access Distribution PTE Ltd.

Page 7: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

7

kebenaran (validitas) perilaku anggota organisasi secara terus menerus.

Dalam penjelasan lebih lanjut Daft (1992:301) menyatakan bahwa SOPs

merupakan bagian dari 4 (empat) subsistem pengawasan manajemen dan

fokus dari pengawasan (Four Management Control Subsystems and Focus of

Control)8 yang diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 2

Four Management Control Subsystems and Focus of Control

Dalam penjelasannya Daft (1992:301) menyatakan: ―The performance

appraisal system and policies and procedures are directed at the production

process. Performance appraisals evaluated and correct employee work

activities. Standard operating procedures (SOPs) give explicit guidelines

about appropriate activities. Managers also use direct supervision in

conjunction with performance appraisal and procedures to keep departmental

8 Daft, Richard L. and Norman B. Macintosh. 1984.“The Nature and Used of Format Control Systems for Management Control and Strategy Implementation, “Journal of Management 10. Pp.43-66)

External Environment

Corporate Mission and Goals

Organization

Budget

Performance

Appraisal

SOPs Statistical

Report

Resource

Inputs

Transformation Process

Task/Activities

Department

Outputs

Page 8: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

8

work activities within desired limits.‖ Berdasarkan konsep ini maka SOPs

memberikan secara eksplisit pedoman mengenai aktivitas yang diperlukan

meskipun pengawasan secara langsung dari supervisi yang menghubungkan

penilaian kinerja dengan prosedur yang menjamin aktivitas pekerjaan

(bagian) yang sangat terbatas.

Selanjutnya menurut Jones (2001:49) dalam bukunya ―Organizational

Theory‖9 dinyatakan bahwa istilah SOPs muncul dalam pembahasan

mengenai ―Balancing Standardization and Mutual Adjustment‖, yaitu: ―Written

rules and standard operating procedures (SOPs) and unwritten values and

norms help to control behavior in organization. The specify how an employee

is to perform his or her organization role, and they set forth the tasks and

responsibilities associated with that role”. Berdasarkan pendapat ini maka

SOP merupakan bagian dari peraturan tertulis yang membantu untuk

mengontrol perilaku anggota organisasi. SOP mengatur cara pekerja untuk

melakukan peran keorganisasiannya secara terus menerus dalam

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab organisasi.

Sedangkan menurut pengertian umum, SOP pada hakekatnya berarti

suatu cara untuk menghindari miskomunikasi10, konflik, dan permasalahan

pada pelaksanaan tugas/pekerjaan pada suatu organisasi. Hal ini dapat

dimungkinkan karena SOP merupakan petunjuk tertulis yang

menggambarkan dengan tepat cara melaksanakan tugas/pekerjaan. Tidak

hanya itu, SOP juga berisi mekanisme untuk mengkomunikasikan peraturan

9 Jones, Gareth R. 2001. Organizational Theory. Text and Cases. Third Edition. New Jerse,.

America: Prentice Hall International, Inc.

10 It (SOPs) minimizes opportunities for miscommunication and can address safety concerns (United States Environmental Protection Agency, 2007:2)

Page 9: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

9

dan persyaratan administratif, kebijakan organisatoris dan perencanaan

strategis bagi pegawai/pekerja. Atau dengan suatu istilah dengan adanya

SOP maka ―semua orang membaca irama musik yang sama‖.

Dalam praktek pelaksanaan pekerjaan sehari-hari pada suatu

organisasi pada umumnya dikenal dua istilah terkait dengan prosedur

pelaksanaan pekerjaan, yaitu: SOP (SOPs)—standar operating prosedurs

dan SOG (SOGs)—standard operating guidelines11. Persamaannya SOP dan

SOG adalah sama-sama menetapkan hasil akhir pekerjaan/tugas.

Sedangkan perbedaannya adalah SOP secara relatif tidak langsung

menyatakan tingkatan tugas yang tidak fleksibel (inflexible) atau dengan kata

lain dapat disamaartikan dengan instruksi (perintah). SOP mengharuskan

pelaksana tugas melaksanakan tugas secara ketat (disiplin) per masing-

masing tahapan pelaksanaan tugas. SOP diterapkan pada urusan yang

bersifat tidak darurat dan dapat diprediksi. Sedangkan SOG secara tidak

langsung menyatakan adanya kebebasan (discretion) dalam pelaksanaan

tugas yang berarti bahwa pelaksana tugas diberi kebebasan untuk

menentukan cara pelaksanaan tugasnya dan yang terpenting adalah

pencapaian hasil seperti yang telah targetkan. SOG diterapkan pada urusan

yang bersifat darurat dan sulit diprediksi. Secara singkat perbedaan SOP dan

SOG seperti terlihat pada table berikut ini.

11 FEMA, 1999, Developing Effective Standard Operating Procedures For Fire and EMS Departments FA-197/December 1999

Page 10: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

10

Tabel Perbedaan SOP dan SOG

SOP(s) Standard Operating Procedures

SOG(s) Standard Operating Guidelines

Relatif secara tidak langsung

menyatakan tingkatan tugas

tidak fleksibel (inflexible);

Berarti instruksi (perintah) yang

ketat dari proses sampai

hasilnya;

Diterapkan pada urusan yang

tidak bersifat darurat dan dapat

diprediksi

Secara tidak langsung

menyatakan adanya kebebasan

(discretion) dalam pelaksanaan

tugas;

Berarti instruksi yang tidak ketat

di dalam proses atau cara

pelaksanaan tugas;

Diterapkan pada urusan yang

bersifat darurat dan tidak dapat

diprediksi

Sumber: FEMA (1999)

Selanjutnya terkait dengan pelaksanaan administrasi perkantoran,

SOP memiliki karakter yang dapat mendukung peningkatan kinerja

administrasi perkantoran12, antara lain:

Pertama, SOP dapat diartikan sebagai "suatu petunjuk organisatoris

yang menetapkan suatu tindakan baku". Hal ini mengandung maksud bahwa

dengan adanya SOP maka segala tingkah-laku petugas/pekerja yang

melakukan tindakan terkait dengan administrasi perkantoran memiliki

langkah-langkah yang sama dengan demikian maka setiap tahapan

pekerjaan yang dilakukan menghasilkan output sementara maupun output

12 SOP bermanfaat untuk memberikan kontribusi pada perbaikan manajemen instansi

pemerintah/organisasi yang akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan publik (Lembaga Administrasi Negara, 2005:5)

Page 11: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

11

akhir yang sama meskipun terdapat perbedaan pelaksana dengan

pelanggan/konsumen yang berbeda pula;

Kedua, SOP berisi petunjuk yang menjelaskan cara yang diharapkan

dan diperlukan oleh pekerja/petugas dalam melakukan/menyelenggarakan

pekerjaan administrasi perkantoran mereka. Dengan demikian maka dengan

adanya SOP setiap pekerja/petugas dilengkapi dengan petunjuk yang berisi

tahapan pelaksanaan pekerjaan (petunjuk kerja) yang memberikan ―control‖

terhadap proses dan hasil pekerjaan;

Ketiga, Secara menyeluruh satuan SOP akan menggambarkan secara

detail cara departemen beroperasi (bekerja). Hal ini berarti bahwa dengan

mengetahui ataupun menelaah keseluruhan SOP yang ada di dalam suatu

organisasi secara umum atau keseluruhan SOP administrasi perkantoran

suatu organisasi maka akan dapat tergambarkan mekanisme kerja dan hal-

hal yang dilakukan oleh suatu organisasi atau tergambarkan proses

administrasi perkantoran pada suatu organisasi;

Keempat, SOP tidak menggambarkan cara melakukan pekerjaan

(technical skills), tetapi menggambarkan peraturan organisasi untuk

melakukan pekerjaan (procedural guidance). Berdasarkan karakteristik ini

maka SOP tidak begitu rumit dan kompleks karena SOP hanya

menggambarkan tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan bukan cara

melakukan pekerjaan yang berimplikasi pada tingkat kerumitan dan

kompleksitas pengetahuan dan persyaratan yang diperlukan. Meskipun

demikian SOP mempersyaratkan setiap tahapan pelaksanaan

pekerjaan/tugas yang dilakukan harus didukung dengan peraturan organisasi

yang berlaku. Hal ini dimaksudkan bahwa SOP tidak hanya merupakan

perintah untuk melakukan suatu pekerjaan (administrasi perkantoran) dengan

hasil tertentu tetapi juga menjadi ―pelindung‖ bagi pekerja/petugas dari

Page 12: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

12

tuntutan hukum apabila terjadi suatu permasalahan terhadap proses maupun

hasil pekerjaan (administrasi perkantoran) mereka.

Terkait dengan peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi dalam

administrasi perkantoran maka SOP memiliki arti penting sebagai berikut:

Pertama, pengembangan misi organisasi secara umum dan misi

administrasi perkantoran secara khusus. Hal ini berarti dengan adanya SOP

maka pengembangan misi organisasi ataupun misi administrasi perkantoran

menjadi lebih mudah karena dengan adanya SOP maka akan tergambarkan

kaitan aktivitas satu dengan aktivitas yang lain sehingga pengembanan

aktivitas yang satu akan berimplikasi pada pengembangan aktivitas yang

kesemuanya tersiratkan dalam SOP yang telah ada maupun SOP yang

potensial harus ada;

Kedua, pemantapan peraturan dan persyaratan yang mengatur

pekerjaan administrasi perkantoran. SOP berisi aktivitas, aktor, kelengkapan,

waktu, output, dasar hukum, persyaratan pelaksana, perlengkapan,

pencatatan dan peringatan serta keterkaitan dengan pekerjaan lain dari suatu

pekerjaan administrasi perkantoran. Hal ini berarti bahwa dengan adanya

SOP maka peraturan dan persyaratan yang mengatur pekerjaan administrasi

kantor teridentifikasi dengan jelas sehingga apabila terjadi penyimpangan

dan kesalahan dapat terdeteksi dengan baik atau dengan kata lain bahwa

peraturan dan persyaratan yang mengatur pekerjaan administrasi

perkantoran menjadi semakin mantap;

Ketiga, Pengaturan kompleksitas peralatan dan teknik pelaksanaan

pekerjaan administrasi perkantoran. Dalam dokumen SOP tergambar secara

eksplisit dan jelas peralatan yang diperlukan dan tahapan-tahapan

pelaksanaan pekerjaan administrasi perkantoran dengan demikian maka

penyiapan dan pengaturan peralatan dapat dilakukan secara lebih dini dan

Page 13: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

13

memungkinkan untuk melakukan pengecekan sebelum peralatan tersebut

dipergunakan. Disamping itu juga dapat dilakukan pengaturan terhadap

teknik pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan sekuennya (urut-urutannya)

dari sejak mulai sampai dengan akhir kegiatan administrasi perkantoran;

Keempat, Memantapkan koordinasi dan sistem pelaporan dengan

pihak yang terkait dengan urusan administrasi perkantoran. Di dalam

dokumen SOP terdapat informasi mengenai keterkaitan antara aktivitas yang

di-SOP-kan dengan aktivitas lainnya yang terkait. Disamping itu di dalam

dokumen SOP juga tergambar hubungan antara satu aktor pelaksana

dengan satu aktor pelaksana lainnya dan antara satu dokumen sebagai

output kegiatan dan sekaligus juga menjadi input bagi kegiatan lainnya.

Dengan demikian maka dengan adanya dokumen SOP maka dapat diketahui

alur kegiatan, hubungan antar aktor dan keterkaitan dokumen yang

memudahkan dalam koordinasi dan sistem pelaporan yang pada akhirnya

memantapkan koordinasi dan system pelaporan kegiatan administrasi

perkantoran.

SOP sebagai sebuah dokumen mengenai prosedur pelaksanaan

pekerjaan administrasi perkantoran memberikan manfaat antara lain:

Pertama, SOP menyediakan metode terbaik bagian/unit pelaksana

administrasi perkantoran dalam mengoperasionalisasikan (melaksanakan)

dokumen organisasi dengan peraturan, rencana, kebijakan, strategi

operasional, kerjasama, dsb;

Kedua, SOP mempercepat dokumentasi konsep-konsep penting,

teknik, dan persyaratan ke dalam format yang dapat segera digunakan oleh

pegawai/pekerja di bagian/unit administrasi perkantoran dalam pekerjaan

sehari-hari mereka;

Page 14: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

14

Ketiga, SOP membantu untuk menyatukan operasi bagian/unit

adminisrasi perkantoran dengan pekerjaan para manajer dan perencana

dengan aktivitas pekerja lainnya.

Gambar 3

SOP dalam Peningkatan Pelayanan dan Kinerja Organisasi Administrasi Perkantoran

Keuntungan Penerapan SOP dalam pelaksanaan pekerjaan

administrasi perkantoran bagi pekerja/petugas, antara lain:

Pertama, SOP dapat menjelaskan kinerja yang diharapkan oleh

pimpinan organisasi pada umumnya dan pimpinan bagian administrasi

perkantoran pada khususnya. SOP menggambarkan dan

mendokumentasikan kinerja pekerja dalam melaksanakan tugasnya sehingga

kinerja pegawai dapat dimonitor oleh Pimpinannya. Dengan demikian maka

pimpinan dapat memberikan reward dan punishment yang sesuai kepada

Page 15: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

15

pegawai untuk selalu mempertahankan kinerjanya berdasarkan hasil

implementasi SOP-nya;

Kedua, SOP menyediakan standardisasi aktivitas yang ada di urusan

administrasi perkantoran. Dokumen SOP mengidentifikasikan tindakan dan

peran yang disepakati baik dalam standarisasi aktivitas, tindakan koordinasi

dan komunikasi dalam urusan administrasi perkantoran;

Ketiga, Dokumen SOP menyediakan informasi yang dapat dijadikan

sebagai acuan dokumen pelatihan. Dokumen SOP dapat berisi kerangka

kerja program pelatihan, briefing, dan latihan. Hal ini dapat dimungkinkan

karena di dalam dokumen SOP terdapat informasi mengenai persyaratan

yang diperlukan bagi pelaksana yang menjalankan SOP tersebut disamping

juga berisi kelengkapan dan perlengkapan untuk menjalankan aktivitas

tersebut. Apabila pelaksana yang diharapkan melaksanakan SOP secara

benar dan baik maka yang bersangkutan harus memiliki kompetensi yang

diperlukan tersebut. Apabila terjadi kesenjangan antara kompetensi yang

dipersyarakatkan dalam SOP dengan yang dimiliki oleh pelaksana SOP

tersebut maka dapat diatasi dengan program-program pelatihan peningkatan

kompetensi;

Keempat, Dokumen SOP menyediakan sistem analisis dan umpan

balik terhadap pekerjaan administrasi perkantoran. Proses penelitian dan

pengembangan SOP mencakup kesempatan para pimpinan administrasi

perkantoran untuk membandingkan secara langsung pelaksanaan pekerjaan

dengan kondisi yang diharapkan berdasarkan peraturan yang ada. Untuk itu

maka dengan adanya dokumen SOP yang berisi informasi mengenai kondisi,

pelaksana dan proses pelaksanaan pekerjaan yang diharapkan dapat

dijadikan sebagai dasar penilaian terhadap proses dan hasil kerja pelaksana

urusan administrasi perkantoran yang dapat dijadikan sebagai umpan balik

Page 16: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

16

guna perbaikan kinerja organisasi pada umumnya dan kinerja

pelaksana/pekerja pada khususnya;

Kelima, SOP dapat dijadikan sebagai media komunikasi eksternal bagi

bagian administrasi perkantoran. Keseluruhan dokumen SOP berisi

mengenai cara suatu organisasi pada umumnya dan bagian administrasi

perkantoran pada khususnya melaksanakan kegiatan yang terkait dengan

tugas dan fungsinya. Dengan mengetahui SOP maka profil organisasi yang

bersangkutan dapat diketahui oleh pihak eksternal (stakeholders organisasi).

Apabila image (citra) terhadap keseluruhan SOP baik maka image (citra)

organisasi (bagian administrasi perkantoran) juga baik. Dengan demikian

maka SOP dapat menjelaskan filosofi dan rekomendasi praktis organisasi

kepada pihak luar organisasi.

Page 17: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

17

Gambar 4

Contoh SOP Administrasi Pemerintahan Berdasarkan PermenPAN No. PER/21/M.PAN/11/2008

KONSEP DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PELAYANAN DAN

KINERJA ORGANISASI

Konsep peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi merujuk pada

konsep manajemen kinerja (Performance Management). Oleh sebab itu

sebelum memahami konsep peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi

sebaiknya dipahami terlebih dahulu konsep manajemen kinerja.

Page 18: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

18

Menurut Hatry, et. al. (1979)13, pengertian manajemen kinerja

(performance management) adalah penilaian yang sistematis terhadap

efektivitas dan efisiensi pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Berdasarkan pengertian tersebut maka manajemen kinerja dapat diterapkan

pada sektor publik maupun pada sektor privat (swasta)14. Menurut Emy dan

Hughes (1988)15 terdapat 5 (lima) perbedaan antara manajemen kinerja pada

sektor publik dan manajemen kinerja pada sektor privat. Adapun perbedaan

tersebut adalah:

1. Manajemen kinerja pada sektor publik tunduk kepada pemerintah,

parlemen dan masyarakat pemilih. Sedangkan pada manajemen

kinerja sektor swasta tidak tunduk pada pemerintah, parlemen dan

masyarakat pemilih tetapi mereka tunduk pada

shareholders/stockholders (pemegang saham);

2. Manajemen kinerja sektor publik mempunyai tingkatan kekuasaan

yang tidak dimiliki sektor privat. Artinya bahwa tingkatan yang terdapat

pada manajemen kinerja sektor publik memiliki tingkatan kekuasaan

yang banyak dan kompleks tidak seperti yang terdapat pada

manajemen kinerja sektor swasta yang lebih sederhana;

3. Dalam manajemen sektor publik dalam proses pembuatan keputusan

didasarkan pada kelayakan dan keadilan, membuat proses

pengambilan keputusan yang lebih rumit sehingga lebih lambat

dibanding dengan sektor privat. Berbeda halnya dengan manajemen

13 “The systematic assessment of how well services are being delivered to community - both

how efficiently, and how effectively” (Hodge, George, 1993, Minding Everybody Business Performance Management in Public Agencies, Ch 1-2.)

14 Penggunaan istilah “privat” dan “swasta” dalam tulisan ini dapat saling dipertukarkan karena memiliki arti yang sama;

15 Ibid;

Page 19: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

19

kinerja pada sektor swasta yang menentuan keputusan didasarkan

pada pertimbangan profit semata;

4. Tujuan/target manajemen kinerja sektor publik memiliki cakupan yang

sangat luas dan tidak ada ukuran yang sederhana seperti laba yang

dapat diberlakukan bagi para agen sektor privat untuk mengukur

kinerjanya;

5. Manajemen kinerja sektor publik memiliki ukuran dan kompleksitas

yang menyebabkan kendali dan koordinasi yang lebih sulit

dibandingkan dengan manajemen kinerja sektor privat yang cenderung

lebih sederhana dan relatif lebih mudah dalam pengkoordinasiannya.

Meskipun terdapat perbedaan antara manajemen kinerja sektor publik dan

sektor privat (swasta) tetapi pada dasarnya mereka memiliki tugas

menajemen yang sama, yaitu: 1) Menetapkan Sasaran, 2) Mengembangkan

Prioritas dan Strategi, 3) Penganggaran dan Program Pengelolaan Sumber

Daya, 4) Perencanaan Implementasi, 5) Memonitor Kemajuan, dan

6) Menghitung penggunaan sumber daya dan pencapaian sasaran.

Disamping tugas manajemen tersebut, manajemen kinerja juga memiliki

keterkaitan area yang luas, yaitu: 1) Gelanggang politis (ranah kebijakan), 2)

Sistem Perencanaan, 3) Sistem Keuangan, 4) Pelayanan/sistem operasi, 5)

Manajemen Sistem Informasi, 6) Sistem Kepegawaian, dan 7) Sistem Legal.

Page 20: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

20

Gambar 5

Peningkatan Pelayanan dan Kinerja Organisasi Administrasi Perkantoran sebagai manifestasi dari Manajemen Kinerja

Sedangkan informasi yang dihasilkan dalam manajemen kinerja ditujukan

untuk stakeholders (kelompok kepentingan) yang terkait antara lain:

1. Parlemen (Dewan Perwakilan) sebagai bahan pertanggungjawaban;

2. Service Consumers: Pelayanan, dan negosiasi standar pelayanan;

3. Masyarakat sebagai pertanggungjawaban umum;

4. Kementerian sebagai alokasi sumber daya dan untuk

pertanggungjawaban;

5. Manajer Perusahaan sebagai bahan perencanaan, membantu

menentukan skala prioritas dan alokasi sumber daya, untuk evaluasi

dan pertanggungjawaban;

Page 21: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

21

6. Manajer Program, Lini dan Regional sebagai bahan untuk

perencanaan, alokasi sumber daya, menetapkan prioritas, dan

monitoring;

7. Auditor Umum sebagai bahan untuk pertanggungjawaban;

8. Departemen Keuangan dan Para Agen Pusat sebagai bahan untuk

estimasi dan untuk monitoring;

9. Competitors dan industry representatives sebagai bahan untuk analisa

persaingan dan untuk pertimbangan hak kekayaan.

Berdasarkan uraian mengenai manajemen kinerja tersebut di atas,

maka konsep peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi dapat

dinyatakan sebagai salah satu varian dari aplikasi manajemen kinerja baik

untuk sektor publik maupun sektor swasta. Terkait dengan sektor publik di

Indonesia saat ini telah diberlakukan berbagai peraturan yang terkait dengan

peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi, yang antara lain adalah:

1. Instuksi Presiden No. 5 Tahun 1984 tentang Pedoman

Penyederhanaan dan Pengendalian Perijinan di Bidang Usaha;

2. Keputusan Menpan Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tata

Laksana Pelayanan Umum;

3. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perbaikan dan

Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur Pemerintah Kepada

Masyarakat;

4. Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, dimana

pada Pasal 12 menyebutkan bahwa agar diupayakan mewujudkan

sistem pelayanan satu atap secara bertahap;

5. Instruksi Mendagri No. 20/199616;

16 Lembaga Administrasi Negara, (2003), Penyusunan Standar Pelayanan Publik, Jakarta:

LAN RI, halaman2.

Page 22: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

22

6. Surat Edaran Menkowasbangpan Nomor 56/MK.WASPAN/6/1998,

antara lain menyebutkan bahwa langkah-langkah perbaikan mutu

pelayanan masyarakat diupayakan dengan menerapkan pola

pelayanan terpadu (satu atap dan satu pintu) bagi unit-unit kerja kantor

pelayanan yang terkait dalam proses atau menghasilkan suatu produk

pelayanan;

7. Surat Edaran Mendagri No. 503/125/PUOD/199917;

8. Garis – Garis Besar Haluan Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Bab III.

9. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

81/1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum;

10. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;

12. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 100/757/OTDA/2002,

tertanggal 8 Juli 2002 yang ditujukan kepada Gubernur dan

Bupati/Walikota se-Indonesia mengenai Pelaksanaan Kewenangan

Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (SPM);

13. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

25/Kep/M.Pan/4/2002 Tentang Pedoman Pengembangan Budaya

Kerja Aparatur Negara;

14. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

63/Kep/M.Pan/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelengaraan

Pelayanan Publik;

15. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

16. Instruksi Presiden Nomor 5/200418; (9) Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: Kep/118/M.Pan/8/2004

17 Ibid.

Page 23: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

23

Tentang Pedoman Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat Bagi

Instansi Pemerintah;

17. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

Kep/25/M.Pan/2/2004 Tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah;

18. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :

Kep/26/M.Pan/2/2004 Tentang Petunjuk Teknis Transparansi Dan

Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik;

19. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman

Penyusunan Standar Pelayanan Minimal;

20. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

20/MPAN/04/2006 tentang pedoman Penyusunan Standar Pelayanan

Publik;

21. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 Tentang

Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi;

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang

Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan

Minimal;

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 Tentang

Pedoman Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu

di Daerah,

25. Permenpan No. PER/15/M.PAN/7/2008 Tentang Pedoman Umum

Reformasi Birokrasi,

18

Lembaga Administrasi Negara, (2005), Penyusunan Standard Operating Procedures (Prosedur Tetap), Jakarta: LAN RI halaman 3.

Page 24: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

24

26. Permenpan No. PER/21/M.PAN/11/2008 Tentang Pedoman

Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi

Pemerintahan,

27. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik,

28. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal.

Berdasarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang telah

dikeluarkan oleh Pemerintah mengenai peningkatan pelayanan dan kinerja

organisasi pemerintah tersebut di atas maka telah jelas kiranya komitmen

Pemerintah terhadap penerapan manajemen kinerja khususnya yang terkait

dengan peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi. Salah satu kebijakan

yang sekarang sedang gencar-gencarnya diterapkan adalah Reformasi

Birokrasi yang mendorong pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap

sistem penyelenggaraan pemerintahan, terutama menyangkut aspek-aspek:

kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business process), dan sumber

daya manusia aparatur dari birokrasi yang tidak efektif menuju birokrasi yang

modern. Birokrasi yang modern dimaksud dalam hal ini adalah Birokrasi yang

mempunyai ciri-ciri:

1. Efisiensi, efektivitas dan kualitas pelayanan;

2. Desentralisasi yang mengisyaratkan adanya sistem pengambilan

keputusan terhadap alokasi sumber daya yang didekatkan pada 'point

of delivery';

3. Fleksibilitas untuk melakukan pengaturan yang secara langsung akan

menghasilkan cost effective policy outcomes;

Page 25: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

25

4. Penciptaan iklim kompetisi dan produktivitas untuk menghasilkan

pelayanan yang efisien;

5. Penguatan kapasitas stratejik pemerintah sebagai 'steer' (pengatur)

yang akan mengarahkan organisasi pemerintah melakukan evaluasi

dan merenspons berbagai perubahan eksternal pada biaya yang

rendah;

6. Fokus pada penyelarasan kewenangan dan tanggungjawab sebagai

kunci peningkatan kinerja;

7. Penerapan akuntabilitas dan transparansi.

KAITAN ANTARA STANDARD OPERATING PROCEDURES SEBAGAI PEDOMAN PELAKSANAAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DENGAN PENINGKATAN PELAYANAN DAN KINERJA ORGANISASI

Kaitan antara standard operating procedures sebagai pedoman

pelaksanaan administrasi perkantoran dengan peningkatan pelayanan dan

kinerja organisasi (pada instansi pemerintah) dapat diketahui dari kaitan

antara isi Kebijakan SOP yang dalam hal ini adalah Permenpan No.

PER/21/M.PAN/11/200819 Tentang Pedoman Penyusunan Standar

Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan (yang merupakan

kebijakan pemeritah yang secara ekplisit menyebutkan eksistensi SOP)

dengan isi kebijakan peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi yang

19 Kebijakan ini dijadikan sebagai titik tolak analisis karena kebijakan inilah yang merupakan kebijakan satu-satunya yang secara eksplisit menyebutkan dan mewajibkan pemberlakuan SOP dalam instansi pemerintah (Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah).

Page 26: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

26

dalam hal ini adalah Permenpan No. PER/15/M.PAN/7/200820 Tentang

Pedoman Umum Reformasi Birokrasi (yang merupakan kebijakan

komprehensif mengenai peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi).

pada instansi pemerintah). Adapun kaitan isi Kebijakan SOP dengan

kebijakan peningkatan pelayanan dan kinerja adalah:

Pertama, kaitan antara dasar ontologis (latar belakang keberadaan)

Kebijakan SOP dengan Kebijakan Reformasi Birokrasi adalah bahwa

Kebijakan Reformasi Birokrasi dijadikan sebagai dasar ontologis bagi

Kebijakan SOP. Hal ini jelas dinyatakan dalam konsideran Kebijakan SOP

yaitu: bahwa dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi di seluruh

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah maka dipandang perlu menyusun

Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan. Sedangkan

konsideran Kebijakan Reformasi Birokrasi adalah bahwa dalam rangka

mempercepat tercapainya tatakelola pemerintahan yang baik maka

dipandang perlu melakukan reformasi birokrasi di seluruh Kementerian,

Lembaga, dan Pemerintah Daerah;

Kedua, kaitan antara tujuan dan sasaran Kebijakan SOP dengan

Kebijakan Reformasi Birokrasi adalah bahwa tujuan dan sasaran Kebijakan

SOP menjadi prasyarat dan syarat dalam Kebijakan Reformasi Birokrasi.

Adapun secara lengkap tujuan Kebijakan SOP adalah: untuk memberikan

pedoman bagi seluruh instansi pemerintah dalam mengidentifikasi,

merumuskan, menyusun, mengembangkan, memonitor serta mengevaluasi

standard operating procedures (SOP) administrasi pemerintahan sesuai

dengan tugas pokok dan fungsi yang dilaksanakannya. Sedangkan sasaran

20 Kebijakan Reformasi Birokrasi ini dijadikan titik tolak analisis untuk peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi karena kebijakan ini yang merupakan kebijakan komprehensif satu-satu yang ada saat ini dan menyangkut ketiga aspek organisasi instansi pemerintah (aspek kelembagaan, ketatalaksanaan dan sumber daya manusia) yang memiliki road map yang jelas dan memiliki dimensi waktu jangka pendek (2014) dan dimensi jangka panjang (2024);

Page 27: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

27

Kebijakan SOP adalah: 1) Setiap instansi pemerintah sampai dengan unit

yang terkecil memiliki SOP-nya masing-masing; 2) Penyempurnaan proses

penyelenggaraan pemerintahan; 3) Ketertiban dalam penyelenggaraan

pemerintahan, dan; 4) Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Di sisi lain tujuan dan sasaran Kebijakan Reformasi Birokrasi adalah

membangun/membentuk profil dan perilaku aparatur negara yang memiliki:

1) Integritas Tinggi, yaitu: perilaku aparatur negara yang dalam bekerja

senantiasa menjaga sikap profesional dan menjunjung tinggi nilai-nilai

moralitas (kejujuran, kesetiaan, komitmen) serta menjaga keutuhan pribadi;

2) Produktivitas Tinggi dan Bertanggungjawab, yaitu: hasil optimal yang

dicapai oleh aparatur negara dari serangkaian program kegiatan yang

inovatif, efektif dan efisien dalam mengelola sumber daya yang ada serta

ditunjang oleh dedikasi dan etos kerja yang tinggi, dan 3) Kemampuan

Memberikan Pelayanan yang Prima, yaitu: Kepuasan yang dirasakan oleh

publik sebagai dampak dari hasil kerja birokrasi yang profesional, berdedikasi

dan memiliki standar nilai moral yang tinggi dalam menjalankan tugasnya

sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, utamanya dalam memberikan

pelayanan prima kepada publik dengan sepenuh hati dan rasa

tanggungjawab. Sedangkan sasaran Kebijakan Reformasi Birokrasi adalah

mengubah pola pikir (mind set), budaya kerja (culture set) serta sistem

manajemen pemerintahan;

Ketiga, kaitan isi Kebijakan SOP dengan isi Kebijakan Reformasi

Birokrasi adalah bahwa isi Kebijakan SOP merupakan operasionalisasi

Kebijakan Reformasi Birokrasi atau dengan kata lain isi Kebijakan SOP

merupakan pendukung isi Kebijakan Reformasi Birokrasi. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa Kebijakan Reformasi Birokrasi merupakan sumber

dan muara dari Kebijakan SOP. Kedua kebijakan ini difasilitasi oleh satu tim

yang sama yaitu: Tim Kerja Reformasi Birokrasi. Adapun isi Kebijakan SOP

Page 28: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

28

adalah: 1) Pedoman Penyusunan Standar Operasisonal (SOP) Administrasi

Pemerintah digunakan sebagai acuan bagi Kementerian/

Lembaga/Pemerintah Daerah untuk menyusun Standar Operasional

Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan di Lingkungan masing-masing

dan 2) Hal-hal yang belum jelas dalam Pedoman ini dapat dikonsultasikan

lebih lanjut dengan Tim Kerja Reformasi Birokrasi. Sedangkan isi Kebijakan

Reformasi Birokrasi adalah: 1) Pedoman Umum Reformasi Birokrasi,

digunakan sebagai acuan bagi kementerian/lembaga/pemerintah daerah

untuk menyusun dan melaksanakan program reformasi birokrasi di

lingkungan instansinya masing-masing dan 2) Hal-hal yang belum jelas

dalam Pedoman Umum ini dapat dikonsultasikan lebih lanjut dengan Tim

Kerja Reformasi Birokrasi.

Gambar 4

Keterkaitan SOP dengan Administrasi Perkantoran dan Peningkatan Pelayanan dan Kinerja Organisasi

Keempat, kaitan dokumen hasil Kebijakan SOP dengan dokumen hasil

Kebijakan Reformasi Birokrasi adalah bahwa dokumen hasil Kebijakan SOP

merupakan salah satu syarat utama bagi pengajuan Reformasi Birokrasi

yang merupakan ketentuan dari Kebijakan Reformasi Birokrasi. Adapun

dokumen hasil Kebijakan SOP adalah dokumen yang berisi: 1) Halaman

Judul, 2) Surat Keputusan Pimpinan K/L/Pemda, 2) Daftar Isi Dokumen Sop,

SOP AdministrasiPerkantoran

PeningkatanPelayanan

dan KinerjaOrganisasi

Page 29: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

29

3) Penjelasan Singkat Penggunaan, 4) Dokumen (dasar) Standar

Operasional Prosedur. Dokumen (dasar) SOP yang merupakan dokumen inti

terdiri dari: a) Identitas SOP yang memuat data yang menjadi label identitas

(Nama, Satuan Kerja/Unit Kerja, Nomor Dokumen, Tanggal Pembuatan,

Tanggal Revisi, Tanggal Efektif, Pengesahan oleh Pejabat yang berwenang)

dan ketentuan pokok mengenai SOP (Dasar Hukum, Keterkaitan, Peringatan,

Kualifikasi Personil, Peralatan dan Perlengkapan, Pendataan dan

Pencatatan) dan Prosedur SOP, memuat flowcharts, mutu baku

(kelengkapan, waktu, output) dan keterangan sebagai penjelasan singkat

terhadap SOP. Sedangkan dokumen yang dipersyaratkan dalam Kebijakan

Reformasi Birokrasi adalah sebanyak lebih kurang 23 dokumen yang salah

satunya adalah Dokumen SOP.

PENUTUP

Setelah memahami konsep-konsep mengenai: 1) Standar Operasional

Prosedur sebagai Pedoman Pelaksanaan Administrasi Perkantoran;

2) Konsep dan Kebijakan Peningkatan Pelayanan dan Kinerja Organisasi,

dan; 3) Kaitan antara Standar Operasional Prosedur sebagai Pedoman

Pelaksanaan Administrasi Perkantoran dengan Peningkatan Pelayanan dan

Kinerja Organisasi; maka dapatlah dirumuskan jawaban terhadap pertanyaan

sebelumnya:

1) Apakah SOP dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam

pelaksanaan administrasi perkantoran dalam peningkatan pelayanan

dan kinerja organisasi? Rumusan jawaban pertanyaan ini adalah

memang benar bahwa SOP dapat dijadikan sebagai salah satu

pedoman dalam pelaksanaan administrasi perkantoran dalam

peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi karena SOP merupakan

Page 30: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

30

prasarat dan syarat dalam mendukung Kebijakan Reformasi Birokrasi

yang merupakan suatu kebijakan yang komprehensif dalam

peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi instansi pemerintah di

Indonesia saat ini;

2) Bagaimanakah SOP dapat meningkatkan pelayanan dan kinerja

organisasi pemerintah? SOP sebagai sebuah dokumen yang berisi

serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai

proses penyelenggaraan administrasi pemerintahan (administrasi

perkantoran), bagaimana (cara) dan kapan (waktu) harus dilakukan,

dimana (institusi) dan oleh siapa dilakukan (aktor) dapat memberikan

arah guna perbaikan (peningkatan) pelayanan yang dilakukan oleh

instansi pemerintah dan kinerja instansi pemerintah. Hal ini mengingat

bahwa dokumen SOP yang merupakan pedoman baku bagi

petugas/pekerja selalu dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan

tugas/pekerjaanya sesuai dengan peraturan yang berlaku dan target

kinerja yang telah ditentukan. Disamping itu Dokumen SOP selalu

dimonitor dan ditinjau ulang setiap periode tertentu untuk

mengakomodasi dan mengantisipasi dinamika tugas/pekerjaan. Di sisi

lain SOP juga sekaligus menjadi feedback guna penyesuaian antara

kondisi yang dipersyaratkan dalam SOP dengan kondisi riil yang ada

guna mencapai kinerja individu dan kinerja organisasi yang optimal.

Bahkan dalam jangka panjang ,SOP dapat dijadikan sebagai langkah

perbaikan kinerja pelayanan dan kinerja organisasi berdasarkan

konsep manajemen kinerja. Dengan kata lain dengan meningkatnya

penyusunan, perbaikan dan implementasi SOP manajemen

perkantoran pada suatu organisasi maka meningkat pula kinerja

pelayanan dan kinerja instansi pemerintah secara keseluruhan.

Page 31: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

31

Akhirnya semoga tulisan singkat ini dapat memberikan pencerahan

mengenai Standar Operasional Prosedur sebagai Pedoman Pelaksanaan

Administrasi Perkantoran dalam rangka Peningkatan Pelayanan dan Kinerja

Instansi Pemerintah bagi pemerhati SOP pada khususnya dan para pembaca

pada umumnya.

DAFTAR REFERENSI

Daft, Richard L., 1992. Organization and Design, Singapore: Info Access Distribution PTE Ltd;

Daft, Richard L. and Norman B. Macintosh. 1984.―The Nature and Used of Format Control Systems for Management Control and Strategy Implementation, ―Journal of Management 10. Pp.43-66);

FEMA, 1999, Developing Effective Standard Operating Procedures For Fire and EMS Departments FA-197/December 1999;

Hodge, George, 1993, Minding Everybody Business Performance Management in Public Agencies, Ch 1-2.

Jones, Gareth R. 2001. Organizational Theory. Text and Cases. Third Edition. New Jerse,. America: Prentice Hall International, Inc.

Insani, Istyadi, 2009, Konsep SOP—Pengantar Memahami Standar Operasional Prosedur, hand-out, Bimbingan Teknis Penyusunan SOP, Lembaga Administrasi Negara;

Lembaga Administrasi Negara, 2005, Penyusunan Standard Operating Procedures (Prosedur Tetap), Jakarta: LAN RI;

PermenPAN No. PER/15/M.PAN/7/2008 Tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi;

PermenPAN No. PER/21/M.PAN/11/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan;

Page 32: Mak Revisi+SOP+090210+Docstoc

32

Stup, Richard, 2001, Standard Operating Procedures: Writing Guide, Pennsylvania: PenState College of Agricultural Sciences Agricultural Research And Cooperative Extension;

The Liang Gie, 2000, Administrasi Perkantoran Modern, Yogyakarta: Penerbit Liberty;

United States Environmental Protection Agency, 2007, Guidance for Preparing Standard Operating Procedures (SOPs)--EPA QA/G-6, Office of Environmental Information-- EPA/600/B-07/001, Washington, DC 20460 April 2007;

http://en.wikipedia.org/wiki/Standard_operating_procedure/123009

--I2 090210—