Upload
ica-ompusunggu
View
59
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Insomnia Non-Organik
Rozma Connica Bertha Ompusunggu*
102009251
*Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
Alamat korespondensi:
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510
*Email : [email protected]
Pendahuluan
Insomnia ini bukanlah sebuah penyakit, melainkan gejala yang disebabkan oleh beberapa
hal, misalnya stress, cemas, gangguan emosional, efek samping obat, efek makanan atau
minuman, gejala penyakit tertentu, hingga pengaruh lingkungan. Karena tidur merupakan
aktivitas alamiah yang harus dijalani manusia, maka gangguan terhadapnya merupakan tanda
adanya ketidakseimbangan dalam tubuh dan pola hidup. Otak yang seharusnya beristirahatpun
menjadi overaktif, terus mencari solusi atas masalah yang dipikirkan atau mengulang-ulang
kejadian tidak mengenakkan yang menjadi sumber persoalan.
Insomnia dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang mana seseorang mengalami
kesulitan untuk tidur atau tidak dapat tidur dengan nyenyak. Rata rata setiap orang pernah
mengalami insomnia sekali dalam hidupnya. Bahkan ada yang lebih ekstrim menyebutkan 30 –
50% populasi mengalami insomnia.
1
Pembahasan
A. Anamnesis
Anamnesis adalah komunikasi dua arah yang dilakukan dokter dengan pasien atau dengan
keluarga pasien. Ada dua macam komunikasi yang dilakukan, yaitu;
a. Auto = antara dokter dengan pasien (pasien dalam keadaan sadar)
b. Allo = antara dokter dengan keluarga pasien (pasien dalam keadaan tidak sadar)
Dalam scenario dokter harus melakukan anamnesis auto anamnesis karena pasien dalam
keadaan sadar. Tujuan dari anamnesis adalah untuk memperoleh informasi, menjalin
hubungan baik, dan menjalin kepercayaan dokter dengan pasien.1 Dari scenario ada hal yang
dapat kita ketahui dan ada hal yang harus kita tanyakan, yaitu;
Identitas = wanita berusia 28 tahun.
Keluhan utama
Perempuan 28 tahun, mengeluh sulit memulai tidur karenacemas dan setelah tidur sering
terbangun sejak 2 bulan yang lalu setelah bertengkar dengan pacarnya.
Riwayat medis = untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan mempertimbangkan
banyak faktor:
- Masalah kesehatan yang baru atau sedang berlangsung (termasuk penyakit seperti
arthritis)
- Nyeri luka
- Penggunaan suplemen, dan obat-obatan, termasuk kafein, tembakau, dan alkohol
- Perubahan kebiasaan kerja atau rekreasi (misalnya, perjalanan, rutinitas latihan,
perubahan shift di tempat kerja)
- Stres atau tekanan emosional lainnya
Riwayat tidur = untuk menilai kebiasaan tidur. Sebuah diary tidur atau sleep log sering
digunakan untuk merekam kebiasaan tidur. Riwayat tidur juga biasanya mencakup
pertanyaan tentang gejala-gejala yang mungkin terkait dengan insomnia. Dokter mungkin
bertanya tentang berfungsi siang hari, kelelahan, gangguan konsentrasi dan perhatian, tidur
siang, dan gejala umum lain insomnia.2 Kebiasaan dievaluasi dalam sejarah tidur adalah
sebagai berikut:
- Frekuensi dan durasi insomnia.
2
- Tidur dan waktu terbangun selama seminggu dan akhir pekan.
- Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tertidur, seberapa sering terbangun di malam
hari terjadi, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tidur kembali.
- Apakah mendengkur dan sebagaimana keras dan apakah sering.
- Setiap gejala bangun terengah-engah atau merasa kehabisan napas.
- Kelelahan sepanjang hari
- Seberapa sering "tertidur" atau mengalami kesulitan untuk tetap terjaga selama tugas-
tugas rutin, terutama mengemudi.
Sleep Log
Sebuah Sleep Log dapat membantu untuk diagnosa gangguan tidur. Cara tersbut adalah cara
yang paling efisien bagi pasien dan dokter untuk mengevaluasi pasien yang sulit tidur. Setiap
pasien yang mengalami gangguan medis gangguan tidur, diharapkan mempunya sleep log.
Kemungkinan besar, dokter akan meminta pasien untuk mengisi sleep log untuk jangka
waktu beberapa minggu; sudah menyelesaikannya log ini dapat mempercepat diagnosis dan
pengobatan. Kebanyakan ahli merekomendasikan untuk mempertahankan sleep log selama 2-
4 minggu berturut-turut. Sleep log tersebut diharapkan untuk dibawa ke dokter atau spesialis
tidur pada saat konsultasi.
3
Gambar 1 : sleep log. Sumber www.google.com
Selama riwayat, kondisi dapat diidentifikasi yang dapat menyebabkan atau memperburuk
insomnia:
- Khawatir tentang jatuh tertidur, tinggal tidur, atau mendapatkan cukup tidur
- Diet (cair dan padat)
- Obat-obatan yang dikonsumsi sebelum tidur
- Rutinitas menjelang saat tidur
- Tingkat kebisingan, pencahayaan, dan suhu
- Gangguan (misalnya, televisi).
B. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah;
Table 1. pemeriksaaan fisik yang dilakukan (tanda-tanda vital)
Pemeriksaan Normal
Suhu tubuh 36̊;C-37̊;C
Frekuensi nadi 7̊0-80 X/menit
Tekanan darah 120/80 mmHg
Frukensi pernapasan 12-20 /menit
Status mental
Dapat diketahui dengan melakukan autoanamnesis. Lakukan deskripsi umum:
- Penampilan (sikap, cara berpakaian, dandanan, postur tubuh, make p, rambut, jenggot,
kumis, kebersihan diri, tampak lebih tua/muda/sesuai usia)
- Kesadaran neurologis = compos mentis, apatis, somnolen, delirium, spoor, koma
- Kesadaran psikiatrik = tampak terganggu atau tidak (gerak-gerik)
- Prilaku dan aktifitas psikomotor (sebelum, selama dan setelah wawancara)
- Sikap terhadap pemeriksa
4
- Kualitas berbicara (cara bicara spontan/tidak, gangguan berbicara seperti afasia)
Lakukan pemeriksaan alam perasaan (emosi): eutim, hipertim, distim, dll
Gangguan persepsi = halusinasi, ilusi, derealisasi
Periksa sensorium dan kognisi = fungsi intelektual, konsentrasi
Periksa proses piker = waham
Periksa daya nilai (norma sosial). 3,4
b. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Elektroensefalografi adalah prosedur pencatatan aktivitas listrik otak
dengan alat pencatatan yang peka. EEG ini menangkap gelombang listrik yang dihasilkan
oleh permukaan (sel-sel korteks). Dari ketiga jenis sel kortikal, sel pyramidallah yang
dianggap merupakan sumber potensial listrik dari gelombang-gelombang permukaan.
Adapun gelombang permukaan itu merupakan penjumlahan dari potensial listrik pasca
sinaps, baik yang bersifat inhibibisi atau eksitasi, yang berasal dari soma dan dendrit-
dendrit besar sel pyramidal yang kemudian melalui cairan dan jaringan tubuh sampai
pada electrode-elektrode EEG. Macam-macam irama EEG adalah:
- Irama alfa adalah irama dengan frekuensi 8-13spd, yang paling jelas terlihat di daerah
parieto-oksipital, dengan voltase 10-150 mikrovolt, bentuk sinusoid, relative sinkron dan
simetris antara kedua hemisfer. Irama alfa terlihat pada rekaman individu dalam keadaan
sadar, istirahat serta mata tertutup dan paling banyak ditemukan pada orang dewasa
normal.
- Irama lamda adalah irama paling jelas terlihat pada saat individu secara aktif memusatkan
pandangannya pada suatu yang menarik perhatiannya.
- Irama beta adalah irama yang lebih cepat dari irama alfa, frekuensi 14spd, dapat
ditemukan pada orang dewasa normal, dan terutama terlihat di daerah frontal atau
presentral.
- Irama teta adalah irama yang lebih lambat dari irama alfa, 4-7̊spd.
5
- Irama delta adalah irama yang lebih pelan dari irama teta, selalu abnormal bila ditemukan
pada rekaman bangun karena merupakan komponen yang normal pada rekaman tidur.
Frekuensinya ½-3spd.
Berbagai penelitian mengungkapkan tidak semua individu normal memperlihatkan EEG
yang normal, dan tidak semua abnormalitas dalam EEG berarti ada abnormalitas pada
individu yang bersangkutan. Aktivitas abnormal disebut spesifik bila gelombang yang
timbul mempunyai gambaran yang khas dan berkorelasi tinggi dengan kelainan klinik
tertentu.
Pemeriksaan EEG penting untuk: mendiagnosa dan mengklasifikasikan epilepsy, untuk
diagnosa dan lokalisasi tumor, untuk diagnosa lesi desak ruang lain, pada rudapaksa
kepala, pada infeksi otak, pada kelainan metabolic elektrolit.
Bila terdapat tumor intracranial (contohnya: neuroma akustik), akan ditemukan irama
lambat berfrekuensi kurang dari 4spd, yang dinamakan irama delta. Irama delta ini
umumnya terlihat fokal, karenanya dapat dipakai untuk menentukan lokasi kira-kira
daripada tumor. Gelombang lambat EEG adalah berasal dari neuron-neuron sekitar tumor
atau di tempat lain yang fungsinya terganggu secara langsung atau tidak langsung oleh
adanya tumor tersebut. Gambaran tumor infratentorial adalah berupa pelambatan
sinusoidal yang ritmik berfrekuensi 2-3spd atau 4-7̊spd, dapat bersifat terus-menerus
ataupun paroksismal. Sedangkan tumor supretentorial pada umumnya memberikan
gambaran yang bersifat fokal teta meupun delta, kadang juga ditemukan gambaran spike
atau gelombang tajam yang fokal. EEG yang normal akan menyingkirkan sebesar 97̊%
tumor kortikal dan 90% tumor otak pada umumnya.5
Tes darah digunakan untuk mendeteksi masalah tiroid atau kondisi lain yang dapat
menyebabkan masalah tidur.
Polysomnography adalah pengujian yang dilakukan di pusat-pusat tidur jika kondisi
seperti sleep apnea yang diduga. Pada tes ini, orang akan diminta untuk menghabiskan
malam penuh di pusat tidur sambil di monitor denyut jantung, gelombang otak,
respirations, gerakan, kadar oksigen, dan parameter lain saat mereka sedang tidur. Data
6
tersebut kemudian dianalisa oleh dokter khusus terlatih untuk mendiagnosa atau
mengesampingkan apnea tidur.
Actigraphy adalah tes lain yang lebih objektif yang mungkin dilakukan dalam situasi
tertentu tetapi tidak secara rutin bagian dari evaluasi untuk insomnia. Actigraph adalah
sebuah detektor gerakan gerakan yang indera seseorang saat tidur dan terjaga. Hal ini
dipakai mirip dengan jam tangan selama berhari-hari ke minggu, dan data pergerakan
dicatat dan dianalisa untuk menentukan pola tidur dan gerakan. Tes ini mungkin berguna
dalam kasus gangguan insomnia primer, gangguan irama sirkadian, atau kesalahpahaman
tidur negara.6̊
C. Diagnosis utama
Insomnia adalah suatu kondisi tidur yang tidak memuaskan secara kuantitas dan/atau
kualitas, yang berlangsung untuk satu kurun waktu tertentu. Taraf penyimpanagan yang
sesungguhnya dari apa yang lazim dianggap sebagai tidur normal secara umum sebaiknya tidak
secara primer dianggap sebagai diagnosis insomnia, oleh karena beberapa individu (yang disebut
juga sebagai penidur singkat (short sleeper)) membutuhkan tidur hanya sedikit dan tidak
mengaggap dirinya menderita insomnia. Sebaliknya terdapat sejumlah orang yang sering
menderita insomnia karena kualitas tidur yang buruk, sedangkan kuantitas tidurnya secara
subjektif dan/atau objektif berada dalam batas-batas normal.
Diantara penderita insomnia, kesulitan masuk tidur adalah keluhan yang paling umum,
kemudian diikuti oleh sulit mempertahankan tidur dan bangun terlalu dini. Namun demikian,
biasanya pasien melaporkan kombinasi dari ketiga keluhan ini. Yang khas, insomnia
berkembang pada waktu terjadi peningkatan stres kehidupan dan cenderung lebih umum terdapat
pada wanita, orang yang lebih tua dan pada orang yang secara psikologis terganggu dan orang
yang sosioekonominya kurang beruntung. Jika insomnia dialami berulang-ulang, dapat
menigkatkan kekhawatiran tidak bisa tidur dan suatu preokupasi dengan segala konsekuensinya,
hal ini menimbulkan lingkaran kemelut yang tidak terselesaikan.
7
Individu dengan insomnia, mengatakan dirinya merasa tegang, cemas, khawatir, atau
depresif pad asaat tidur, dan merasa seolah-olah pikirannya melayang-layang. Mereka biasanya
mengeluh tak cukup tidur, banyak masalah pribadi, gangguan kesehatan dan bahkan khawatir
menyebabkan kematian. Sering mereka mengatasinya dengan minum obat atau alkohol. Pada
waktu pagi mereka mengeluh lelah fisik dan mental, pada siang hari mereka secara khas merasa
depresif, cemas, tegang mudah tersinggung dan ada peokupasi dengan diri sendiri.
Criteria penegakan diagnosis pasti (ppdgj):
a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur atau kualitas tidur
yang buruk
b . G a n g g u a n t e r j a d i m i n i m a l 3 k a l i dalam seminggu selama minimal satu bulan
c. Adanya preokupasi dengan tidak b i s a t i d u r d a n p e d u l i b e r l e b i h a n
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang
cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam social pekerjaan.
Gangguan mengawali dan mempertahankan tidur (DIMS) :3,4,7̊
Tabel 2 : macam-macam insomnia dan hubungannya.
Diagnosis Tanda dan gejala Komentar TerapiInsomnia psikofisiologik menetap
DIMS menetap tanpa obat atau psikopatologi yang menonjol. Sering terbangun, mimpi mencemaskan, otot tegang, nadi cepat. Pasien akan tidur baik bila tidak bekerja, cuti, atau di lingkungan tidur baru.
Sebagai akibat ketegangan kronik, cemas, pembiasaan negatif terhadap lingkungan tidur, atau kombinasi semua di atas. Biasanya diagnosis ditegakkan setelah menyingkirkan segala kemungkinan lain.
Latihan relaksasi, terapi perilaku, tanamkan kebiasaan tidur yang baik (masuk tidur teratur, tidak makan obat perangsang sebelum tidur lingkungan tidurbaik).
Insomnia terkait dengan gangguan ansietas atau kepribadian
DIMS menetap dengan diagnosis gangguan neurotik atau kepribadian. EEG terdapat fragmentasi
Sering insomnia sejajar dengan beratnya gangguan pikiatrik. Pola tidur
Terapi latihan relaksasi, terapi perilaku, tanamkan kebiasaan tidur yang
8
tidur, berkurangnya tidur gelombang lambat (SWS) & sedikit tidur REM.
membaik dengan terapi gejala psikiatriknya.
baik (masuk tidur teratur, tidak makan obat perangsang sebelum tidur lingkungan tidurbaik). Terapi tersebut dapat membantu.
Insomnia terkait dengan depresi
depresi berakibat gelisah, tidur tak puas, sering terbangun, dan latensi REM yang pendek. Insomnia sering pada pagi buta (terminal insomnia). Pasien depresif tipe bipolar atau atipik menjadi hipersomnia. Insomnia pada depresi raktif biasanya latensi REM pendek.
Insomnia sering pada depresi, terutama lansia tanpa tidur gelombang lambat.
Terapi pada depresi memperbaiki pola tidur.
Insomnia terkait dengan mania
tidur amat sedikit (2-4 jam), dengan atau tanpa tidur iang yang baik. Tidak tidur sampai lelah.
Sering keluarga mengeluh pasien tidur amat sedikit.
Terapi untuk mania memperbaiki pola tidur.
Insomnia terkait dengan kambuhnya skizofrenia atau psikosis fungsional
latensi tidur amat panjang sering terbangun. Pasien tidak tidur sampai lelah.
Tidur tak ikut dengan ritme harian yang biasa (siklus tidur terbaik).
Terapi terhadap psikosis dengan antipsikotika memperbaiki pola tidur.
Insomnia terkait dengan depresan SSP
obat kurangi ¾, REM naik ½. Batas stadium kabur. Setelah pakai beberapa minggu, latensi tidur panjang, sering terbangun.
Akibat toleransi atau putus obat, lebih sering pada lansia/yang muda. Pada pemutusan mendadak, otot lebih tegang, nausea.
Pemutusan obat atas bimbingan dokter. Pada pemutusan mendadak, pola tidur kacau. Tidur mungkin terganggu, walau obat sudah dihentikan lama. Rebound REM sering timbul pada masa pemutusan.
Insomnia terkait latensi tidur memanjang Makan kafein siang Pemutusan obat
9
dengan stimulansia
kurangi ¾, REM kurang. Bisa timbul gangguan somnolensi berlebih, hipersomnia sewaktu dapat terjadi dan merupakan gejala klasik.
hari sebagai sebab umum. Pasien perlu diperiksa setelah putus untuk patologi lain.
diawasi dokter. Pemutusan mendadak terjadi hipersomnia.
Insomnia terkait dengan apnea atau hiperventilasi alveolar
10 detik > terhentinya napas, setelah bangun sulit tidur.
Sering terkait dengan gangguan. Dibagi 3 :
-apnea sentral-napas henti,
-sumbatan aliran udara atas-ngorok keras (pasien sering gemuk),
-campuran-fase pertama sentral, kemudian diikuti napas berat akibat sumbatan sementara.
Tipe atas dan campur dapat diobati dengan turunnya BB atau trakeostomi. Obat telah dicoba tapi gagal. Hipnotika buruk untuk apnea sentral, napas lebih ditekan.
Insomnia terkait dengan mioklonus nokturna
kontraksi periodik saat tidur pada pinggul, tungkai, mata kaki, dan kaki, diikuti siaga parsial atau lengkap. Lama 10 detik >. EEG tak ada tanda kejang.
Harus dibedakan dari kejang dan kejutan hipnik-gerakan otot kasar saat jatuh tidur yang tak patologik. Sindrom tungkai goyang sering ada dengan rasa merayap pada tungkai dan kaki.
Tak ada obat yang efektif. Benzodiazepin dapat meringankan gejala pada saat tidur. Karbamazepin baik untuk sindrom kaki goyang tapi menekan fungsi. Oksikadon saat tidur tapi adiktif.
Insomnia terkait dengan alcohol
tidur yang tak puas dan segar. Tak ada stadium 3 atau 4 pada alkoholisma kronik. REM kacau dan pendek. REM tertekan. Ada hipersomnia atau insomnia terminal, sering terbangun larut malam.
Alkohol sering digunakan untuk mempercepat tidur, tetapi mengacaukan REM, SWS dan pola tidur
Pemutusan alkohol diawasi dokter.
Insomnia terkait dengan putus alcohol
latensi tidur amat panjang, memendek ¾, rebound REM, sering terbangun, gelisah.
Delirium dan halusinasi yang khas untuk putus alkohol.
Pola tidur menjadi normal dalam 10-14 hari. Tapi tidur terganggu (sering terbangun, mengurang
10
¾) berbulan/tahun setelah berhenti minum alkohol
Insomnia terkait dengan penyakit tubuh, neurologic, toksik atau lingkungan
Bervariasi dalam tipe dan beratnya. Umumnya latensi tidur panajng, terbangun, gelisah, berkurang ¾.
Sering berkaitan dengan rasa nyeri, gatal, demam, dispnea, dan letak tidur yang dipaksakan (masalah ortopedik)
Obati gangguan dasarnya. Hipnotika dapat membantu untuk kondisi akut bila panas tidak tertekan. Penggunaan lama hipnotika menimbulkan habituasi dan toleransi dan akhirnya memperburuk insomnia.
D. Diagnosis banding
Insomnia organic
Insomnia dapat juga merupakan gejala berbagai penyakit fisik maupun mental, dapat pula
merupakan penyakit tersendiri. Dalam penggolongan diagnosis penyakit, insomnia dapat
merupakan suatu gangguan pada fungsi atau organ tubuh yang lain, misalnya jantung,
paru-paru, pencernaan , saraf, tulang dan otot, endokrin, serta kanker, neurologik, toksik
atau lingkungan : bervariasi dalam tipe dan beratnya. Umumnya latensi tidur panjang,
terbangun, gelisah, berkurang ¾. Sering terkait dengan rasa nyeri, gatal, demam, dispnea,
dan letak tidur yang dipaksakan (masalah ortopedik). Obati gangguan dasarnya.
Hipnotika dapat membantu untuk kondisi akut bila napas tidak tertekan. Penggunaan
lama hipnotika menimbulkan habituasi dan toleransi dan akhirnya memperburuk
insomnia.
Depresi
Pasien melaporkan keadaan mood dysphoric, yang dapat dinyatakan sebagai kesedihan,
berat, mati rasa, atau kadang-kadang lekas marah dan suasana hati. Mereka sering
melaporkan kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasa mereka
11
lakukan, kesulitan berkonsentrasi, atau kehilangan energi dan motivasi. mereka sering
berpikir negatif, seringkali dengan perasaan tidak berharga, putus asa, atau
ketidakberdayaan. Meskipun tidak jarang untuk pasien dengan gangguan depresi utama
untuk menunjukkan berpikir ruminative, penting untuk mengevaluasi setiap pasien untuk
bukti gejala psikotik karena ini mempengaruhi manajemen awal. Psikosis, ketika itu
terjadi dalam konteks depresi unipolar, biasanya adalah sama dan sebangun dalam konten
dengan negara suasana hati pasien, misalnya, pasien mungkin mengalami khayalan tidak
berharga atau penurunan fisik progresif. Gejala psikosis harus meminta sejarah evaluasi
yang hati-hati untuk menyingkirkan sejarah gangguan bipolar, skizofrenia atau gangguan
schizoaffective, penyalahgunaan zat, atau sindrom otak organik.8
Ansietas
Ansietas (kecemasan) adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan,
sumber yang kurang mudah diidentifikasi. Hal ini sering menyertai dengan gejala
fisiologis yang dapat menyebabkan kelelahan atau bahkan keletihan. Intensitas
kecemasan memiliki banyak gradasi mulai dari keraguan kecil untuk terlihat gemetar dan
bahkan panik lengkap, bentuk paling ekstrim dari kecemasan. Perjalanan timbulnya
kecemasan juga bervariasi, dengan tingkat keparahan puncak tercapai dalam beberapa
detik atau lebih secara bertahap menit, jam atau hari. Jangka waktu juga bervariasi dari
beberapa detik untuk jam atau bahkan berhari-hari atau bulan, meskipun episode panik
biasanya mereda dalam waktu 10 menit dan jarang berlangsung lebih dari 30 menit.6̊
Kecemasan biasanya terjadi sebagai wujud kepedulian yang tepat tentang kelainan medis
dan kejiwaan. Masalah medis yang melibatkan sistem tubuh dapat menghasilkan
kecemasan sebagai gejala. Obat dan faktor diet-khususnya kafein dan alkohol juga dapat
menimbulkan kecemasan.9
E. Etiologi
Insomnia paling sering disebabkan oleh beberapa faktor lain, seperti kondisi medis yang
menyebabkan nyeri atau penggunaan zat yang mempengaruhi tidur. Penyebab umum
insomnia antara lain:
• Stress
12
• Gelisah
• Depresi
• Obat tertentu yang menyebabkan masalah tidur
• Kafein, nikotin dan alkohol
• Kondisi medis tertentu
• Perubahan dalam lingkungan sekitar atau jadwal kerja
• Kebiasaan tidur yang kurang
• “Belajar” insomnia, seperti menonton atau membaca sampai larut malam
• Makan terlalu banyak makanan di malam hari
Faktor risiko
Risiko terkena insomnia membesar jika:
• Wanita dua kali lebih besar kemungkinannya mengalami insomnia. Perubahan hormon saat
siklus dan menopause memainkan peran
• Berusia lebih dari 6̊0 tahun
• Mengalami gangguan kesehatan mental
• Mengalami stress
• Bekerja pada malam hari
• Mengalami perjalanan jauh
13
gambar 2 : penyebab insomnia. Sumber www.google.com
F. Epidemiologi
Insomnia dapat menyerang semua golongan usia. Meskipun demikian, angka kejadian
insomnia akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini mungkin disebabkan oleh
stress yang sering menghinggapi orang yang berusia lebih tua. Perempuan dikatakan lebih sering
menderita insomnia bila dibanding dengan laki-laki. Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang
paling sering dijumpai baik pada pasien dengan maupun tanpa gangguan psikiatrik.10
G. Manifestasi Klinik
Manifestasi insomnia bisa berupa :
1. Kesulitan untuk jatuh tertidur pada waktu yang normal (initial insomnia)
Didefinisikan sebagai kesulitan tertidur yang lebih dari 30 menit. Biasanya disebabkan
karena tingkat kesadaran yang tinggi yang berhubungan dengan anxietas atau faktor lain.
2. Kesulitan untuk mempertahankan tidur / sering terbangun dari tidur lalu sulit tertidur
kembali.
Keadaan ini bisa muncul secara ireguler dalam 1 malam atau muncul pada waktu-waktu
tertentu, seperti selama fase tidur REM terbangun lebih cepat di pagi hari. (terminal
14
insomnia). Kondisi ini cukup sering ditemukan pada orang tua. Merasa tetap lelah dan
mengantuk meskipun durasi tidur sudah cukup. Merasa cemas jika sudah mendekati
waktu tidur.
Berdasarkan waktu terjadinya, insomnia dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Transient insomnia : insomnia yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan biasanya
berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang berlangsung sementara dan
biasanya menimbulkan stress dan dapat dikenali dengan mudah oleh pasien sendiri.
Diagnosis transient insomnia biasanya dibuat secara retrospektif setelah keluhan pasien
sudah hilang. Keluhan ini kurang lebih ditemukan sama pada pria dan wanita dan episode
berulang juga cukup sering ditemukan, faktor yang memicu antara lain akibat lingkungan
tidur yang berbeda, gangguan irama sirkadian sementara akibat jet lag atau rotasi waktu
kerja, stress situasional akibat lingkungan kerja baru, dan lain-lainnya. Transient
insomnia biasanya tidak memerlukan terapi khusus dan jarang membawa pasien ke
dokter.
2. Short-term insomnia: Berlangsung 1-6̊ bulan dan biasanya disebabkan oleh kejadian-
kejadian stress yang lebih persisten, seperti kematian salah satu anggota keluarga.
3. Cyclical insomnia ( recurrent insomnia ): Kondisi ini lebih jarang daripada transient
insomnia. Kondisi ini terjadi akibat ketidakseimbangan antara tidur dan bangun.
Ketidakseimbangan ini dapat terjadi sementara ataupun seumur hidup. Kejadian berulang
ini bisa terjadi akibat perubahan fisiologis seperti siklus premenstrual ataupun perubahan
psikologik seperti manik depresif, anorexia nervosa, atau kambuhnya perubahan perilaku
tertentu seperti kecanduan obat, dan lain sebagainya.
4. Chronic insomnia ( persistent insomnia ) : Berlangsung lebih dari 6̊ bulan. Dibagi
menjadi 2, yaitu insomnia primer dan sekunder.11
H. Therapy
Pengobatan insomnia terganting penyebab yang mendasarinya. Pada gangguan
psikosomatik baik yang didasari adanya ansietas ataupun depresi memerlukan pengenalan pasien
secara tepat. Pasien insomnia oleh karena depresi tidak dapat diobati dengan obat anti ansietas,
karena ia akan menderita depresi yang semakin mendalam dan dapat menyebabkan bunuh diri.
15
Sebaliknya pasien insomnia oleh karena ansietas tidak dapat diobati dengan obat anti depresan,
karena ia akan mengalami banyak efek samping obat yang akan menyebabkan gejala ansietas
bertambah berat dengan konsentrasi yang semakin berkurang dan efektivitas serta produktivitas
yang semakin menurun. Pemberian hipnotika pada pasien insomnia tanpa mengetahui
penyebabnya akan menyebabkan pasien jatuh ke penyalahgunaan atau penggunaan yang salah
terhadap obat hipnotika tersebut.
Prinsip penanganan gangguan tidur selain menjelaskan, memastikan dan memberikan
saran juga mengoptimalkan.pola tidur yang sehat Terapi insomnia dapat dilakukan dengan
menggunakan obat ataupun tanpa obat. Terapi tersebut dapat berupa :
1. Farmakoterapi
Obat-obatan hipnotik sedatif
Tujuan pengobatan dengan obat-obatan hipnotik bukan hanya untuk meningkatkan
kualitas dan durasi tidur, tapi juga untuk meningkatkan derajat kewaspadaan pada
siang harinya dan untuk menghilangkan hyperarousal state. Sayangnya, banyak dosis
obat hipnotik yang dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas tidur pada malam hari
juga menyebabkan sedasi pada siang harinya. Untuk menghindari komplikasi ini,
short acting benzodiazepine dapat digunakan. Obat hipnotik long acting bisa
mengganggu kualitas psikomotorik yang bisa menyebabkan kecelakaan yang
berhubungan dengan kendaraan bermotor Terapi dengan obat-obatan hipnotik sedatif
harus dimulai dengan dosis kecil dan untuk maintenancenya menggunakan dosis
efektif yang terkecil. Efek toleransi terjadi pada penggunaan kebanyakan obat
hipnotik, karena itu penggunaan obat ini tidak boleh lebih dari 1 bulan. . Rebound
insomnia bisa terjadi jika penghentian obat dilakukan secara mendadak. Untuk
menghindari efek ini, digunakan obat dengan dosis kecil dan tappering off.
2. Herbal. Bahan-bahan seperti valerian (untuk relaksasi otot), melatonin untuk gangguan
irama sirkadian seperti jet lag. Melatonin menurunkan fase tidur laten, meningkatkan
efisiensi tidur, dan meningkatkan persentasi tidur REM , chamomile, dan kava kava
(untuk mengurangi kecemasan) banyak dipakai untuk terapi insomnia.
3. Psikoterapi. Kebersihan Tidur “sleep hygiene” adalah kegiatan sehari-hari dan kebiasaan
yang konsisten dengan dan / atau mempromosikan pemeliharaan kualitas tidur yang baik
16
dan kewaspadaan di siang hari penuh. Unsur-unsur kebersihan tidur yang baik adalah
sebagai berikut:9
- Mengembangkan kebiasaan tidur yang teratur. Ini berarti menjaga waktu tidur yang
teratur dan waktu bangun. Waktu tidur harus berlangsung selama yang diperlukan
untuk merasa segar pada hari berikutnya, dan waktu ekstra di tempat tidur di luar apa
yang dibutuhkan harus dihindari.
- Lambat bawah dan bersantai sebelum tidur (dimulai setidaknya 30 menit sebelum
tidur). Sebuah makanan ringan dapat membantu.
- Jauhkan gelap kamar tidur, tenang, dan pada suhu yang nyaman.
- Latihan harian. Hal ini sebaiknya dilakukan pada sore hari atau sore hari (tetapi tidak
lebih dari 7̊-8 pm).
- Jangan memaksa diri untuk tidur. Jika tidak dapat jatuh tertidur dalam waktu 15-30
menit, meninggalkan tempat tidur dan lakukan sesuatu yang rileks sampai
mengantuk, seperti mendengarkan musik atau membaca bacaan ringan.
- Jangan mengkonsumsi alkohol selama 4-6̊ jam sebelum tidur. Kafein dan penggunaan
tembakau juga harus dihindari sebelum tidur.
- Tidur pada siang hari biasanya harus dihindari.
- Jangan terlibat dalam kegiatan mental atau fisik yang berat sesaat sebelum tidur.
- Jangan mengambil masalah seseorang untuk tidur.
4. Terapi cahaya. Prinsip terapi ini adalah bahwa cahaya terang dapat mengurangi rasa
mengantuk dan kegelapan bisa menyebabkan mengantuk.12,13
17
Gambar 3. Tabel dosis terapi farmakologi insomnia
I. Komplikasi
Insomnia itu sendiri tidak mengancam kehidupan, tapi dapat meningkatkan resiko
kecelakaan, masalah kejiwaan, dan kondisi medis tertentu, mempengaruhi kinerjasekolah
dan bekerja, dan secara signifikan mengganggu kualitas hidup. Kurang tidur
dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas.
- Peningkatan Risiko Kecelakaan
Kantuk meningkatkan risiko kecelakaan kendaraan bermotor. Studi menunjukkan
bahwa mengemudi mengantuk adalah sebagai berisiko sebagai mengemudi dalam
keadaan mabuk.
- Kualitas Hidup
Survei menunjukkan bahwa orang dengan insomnia yang parah memiliki kualitas
hidup yang hampir sama miskinnya dengan mereka yang memiliki kondisi kronis,seperti
gagal jantung. Kantuk di siang hari dapat menyebabkan energi menurun,lekas
marah, kesalahan di tempat kerja dan sekolah, dan hubungan miskin.
- Berpikir dan Kinerja
Insomnia membuat lebih sulit untuk berkonsentrasi dan melakukan tugas-
18
tugas.Kurang tidur nyenyak mengganggu kemampuan otak untuk memproses
informasidan mengurangi konsentrasi.
- Gangguan suasana hatiMeskipun stres dan depresi adalah penyebab
utama insomnia, insomnia jugadapat meningkatkan aktivitas hormon dan jalur di
otak yang berkaitan dengan masalah kesehatan mental. Insomnia kronis dapat
meningkatkan risiko pengembangan depresi dan kecemasan.
Bahkan perubahan sederhana dalam pola terjaga dan tidur dapat memiliki efek yang
signifikan pada suasana hati seseorang. Dalam kedua anak-anak dan orang dewasa,
kombinasi dari insomnia dan kantuk di siang hari dapat menghasilkandepresi lebih parah
daripada kondisi baik saja.
Gambar 4 : komplikasi dari insomnia. Sumber www.google.com.14
J. Prognosis
Untuk insomnia jangka pendek, prognosis sangat baik. kursus singkat hipnotik akan
membantu mengatasi fase insomnia. Untuk insomnia kronis pertama faktor penyebab yang
mendasarinya perlu diidentifikasi. Pasien juga perlu didukung dengan
hipnotik dan terapi perilaku. Insomnia dapat secara bertahap diatasi dengan ketekunan dan
kesabaran. Terapi perilakumembentuk poros pengelolaan insomnia karena akan
membantu untuk mengubah atau memperkuat pola tidur.14
19
K. Pencegahan
1. Menjalani pola hidup sehat misalnya tidak merokok, tidak begadang, tidak memakai
narkoba, tidak minum alkohol, dll.
2. Memiliki jadwal tidur yang cukup dan normal
3. Memilih lingkungan yang tenang, sehat dan nyaman untuk tidur.
4. Berolah raga secara rutin dan teratur.
5. Makan secara teratur, sehat dan cukup agar selama tidur tidak lapar.
6̊. Hindari minum terlalu banyak minuman yang mengandung kafein seperti kopi, coklat, teh,
dsb.14
PENUTUP
Gangguan inisiasi dan mempertahankan tidur (DIMS = disorders of initiating and
maintaining sleep) juga disebut insomnia. Harus secara objektif terdapat gejala mengantuk atau
perasaan subjektif tidak tenang di siang hari untuk memenuhi kriteria insomnia sejati. Kalau
tidak, mungkin hanya pertanda keluhan tidur yang pendek. Lebih dari 90% individu melaporkan
tidur tak memuaskan. Umumnya individu yang mengeluh insomnia ternyata memiliki tidur
normal ketika dinilai di lab tidur. Mereka tak menderita gangguan psikiatrik atau faktor lain yang
menyebabkan insomnia. Mereka menderita insomnia primer. Ansietas merupakan kausa
psikiatrik inomnia yang tersering. Depresi juga merupakan kausa mayor psikiatrik insomnia.
Terapi insomnia terdiri atas pertama mengidentifikasi kausa mendasari gejala itu lalu
melakukan intervensi spesifik. Obat dan alkohol sering menimbulkan tidur terfragmentasi, juga
minuman berkafein. Higiene tidur yang buruk dapat juga menjadi sebab insomnia. Tindakan
nonfarmakologik untuk meningkatkan mutu untuk tidur termasuk: waktu tidur teratur, waktu
bangun teratur, olahraga pagi dan sore teratur, ranjang menyenangkan, suhu ruangan sejuk,
gunakan ranjang hanya untuk tidur (jangan menonton tv atau bekerja di ranjang), hindari obat
perangsang atau kafein, bangkit dari ranjang dan lakukan kegiatan jika sulit tertidur (jangan terus
berbaring dan memikirkan mengapa sulit tidur). Setiap obat sedatif dapat menolong menginduksi
tidur. Karena kemungkinan resiko ketergantungan, pemakaian obat harus untuk tempo singkat
atau secara intermiten.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Kurnia Nah Yasavati, Hidayat Dan, Hudyono Johannes, Santoso Mardi. Buku panduan
keterampilan medic (skill-lab) semester 1. FKUKRIDA, 2009:56̊-6̊1.
2. Anonim. Insomnia. January 2011. [26̊ Jan, 2011] Diunduh dari:
http://www.medicinenet.com/insomnia/page3.htm.
3. Dewanto George, Suwono Wita J, Riyanto Budi, Turana Yuda. Panduan praktis diagnosis
dan tatalaksana penyakit saraf. Jakarta: EGC; 2009. Hlm 188-92.
4. Kaplan HI, Sadock BJ. Buku saku psikiatri klinik. Jakarta: Binarupa Aksara; 2007̊. hlm
138, 318, 402-4.
5. Sugondo, D. Elektro-ensefalografi. Dalam: Sastrodiwirjo S, Harahap TP, Kusumoputro
S. Kumpulan kuliah neurologi. Jakarta: Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2005. hlm 89-96̊.
6̊. Sateia M, Carskadon MA. Insomnia. Dalam: Sleep Medicine. Philadelphia: Hanley &
Belfus Inc.;2002. Hal 153-9.
7̊. Kaplan HI, Sadock BJ. Insomnia. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta: Widya
Medika;2007̊. hlm 315-20.
8. Bhalla RN. Depression. Aug 11, 2010 [25 Jan, 2011] Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/286̊7̊59-overview.
9. Goldman HH. Anxiety. Dalam: General Psychiatry. Connecticut: Lange Medical
Publication; 1992. Hal 55, 233-4, 242-3.
10. Maslim Rusdi. Gangguan tidur non-organik. Buku saku diagnosis gangguan jiwa : rujukan ringkas
dari PPDGJ-III, 1993; Cetakan pertama, Jakarta : Departemen Kesehatan: 92-93.
11. Japaries Wilie. Gangguan tidur. Buku saku pikiatri klinik. Jakarta: Binarupa Aksara;
2007̊. hlm 189-192.
12. Toy EC. Approach to primary insomnia. Dalam: Psychiatry. Edisi 2. New York: Lange
Medical Books/McGraw Hill; 2007̊; hal. 150-3.
13. Dopp JM, Phillips BG. Sleep disorders. In: DiPiro JT, Talbert RL, Yee GC, et al, eds.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 7̊th ed. New York, NY: McGraw-Hill
Medical; 2008:1191
21
14. Rowley, James A. Insomnia. 7̊ September 2005. Diunduh dari eMedicine from WebMD,
http://emedicine.com/neuro/byname/insomnia.htm, 5 Januari 2012.
22