Upload
neratananingsih
View
95
Download
29
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah ini merupakan makalah yang menjelaskan mengenai tanam benih langsung
Citation preview
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................1
BAB II DIRECT SEEDING..............................................................................................3
2.1 Pengertian Perbanyakan Tanaman secara Generatif........................................3
2.2 Pengertian Direct Seeding...............................................................................3
2.3 Keuntungan dan Kerugian dari Penerapan Direct Seeding.............................5
2.4 Tanaman yang Menggunakan Sistem Direct Seeding.....................................6
2.5 Perlakuan pada Benih......................................................................................9
BAB III PENUTUP.........................................................................................................14
3.1 Simpulan........................................................................................................14
3.2 Saran..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.4. 1 Benih Bayam.............................................................................................7Gambar 2.4. 2 Benih Padi..................................................................................................8Gambar 2.4. 3 Benih Merbau............................................................................................8
ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar BelakangPerbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara dari cara
yang rumit maupun cara yang lebih sederhana. Tingkat keberhasilan dari
perbanyakan tanaman ini dapat dilihat dari berbagai faktor, di antaranya: jenis
tanaman, cara perlakuan perbanyakan tanaman, keterampilan pekerja, serta
waktu memperbanyak tanaman. Perbanyakan tanaman dapat digolongkan
menjadi dua cara yaitu perbanyakan secara generatif dan perbanyakan secara
vegetatif. (Suwandi, 2014)
Perbanyakan secara generatif dapat dilakukan dengan cara penanaman
secara langsung tanpa melalui proses persemaian terlebih dahulu (direct
seeding). Direct seeding dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu: (1) Hand direct
seeding, (2) Hydro seeding dan (3) Aerial seeding.
Perlakuan pada benih dengan sistem direct seeding sangat beragam,
seperti penggunaan fungisida, ZPT, serta pemecahan dormansi.
I.2 Perumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan perbanyakan tanaman secara generatif?
Apa yang dimaksud dengan direct seeding?
Apa sajakah keuntungan dan kerugian dari penerapan direct seeding?
Apa saja tanaman yang menggunakan sistem direct seeding?
Perlakuan apa saja yang diberikan pada benih untuk sistem direct seeding?
I.3 Tujuan Agar mahasiswa dapat mengetahui lebih jelas mengenai pengertian
perbanyakan tanaman secara generatif.
Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian direct seeding.
Agar mahasiswa dapat mengetahui keuntungan dan kerugian dari direct
seeding.
1
Agar mahasiswa dapat mengetahui tanaman yang menggunakan sistem
direct seeding.
Agar mahasiswa dapat mengetahui perlakuan pada benih untuk sistem direct
seeding.
2
BAB II DIRECT SEEDING
II.1 Pengertian Perbanyakan Tanaman secara GeneratifPerbanyakan tanaman secara generatif menghasilkan biji yang dihasilkan
dari proses penyerbukan antara bunga jantan (serbuk sari) dengan bunga betina
(kepala putik). Perbanyakan generatif secara alami dilakukan dengan adanya
bantuan angin maupun serangga. Perbanyakan secara buatan dilakukan dengan
adanya campur tangan manusia.
Proses yang terjadi ialah pada saat setelah terjadinya penyerbukan, inti
generatif serbuk sari akan membelah menjadi dua sel sperma (gamet jantan).
Satu sperma membuahi sel telur untuk membentuk zigot. Sperma yang lain
menyatu dengan kedua sel yang terdapat di tengah kantung embrio untuk
membentuk endosperma. Penyatuan dua sel sperma dengan sel-sel yang berbeda
dalam kantung embrio disebut pembuahan ganda. Setelah fertilisasi ganda, bakal
biji akan berkembang menjadi biji dan bakal buah yang akan berkembang
menjadi buah.
Kelebihan dari perbanyakan tanaman secara generatif adalah: (1)
tanaman mudah diperoleh dengan mudah dan cepat; (2) memiliki perakaran
yang kuat; (3) memiliki keanekaragaman genetika; (4) tahan penyakit yang
disebabkan oleh tanah; (5) varietas baru mudah disilangkan.
Kekurangan dari perbanyakan tanaman secara generatif adalah: (1)
tanaman yang baru belum tentu unggul/sama dengan induknya (2) waktu
berbuah lebih lama (3) benihnya sulit berkecambah. (Sudaryanto, 2007)
II.2 Pengertian Direct SeedingDirect Seeding adalah suatu proses penanaman secara langsung di
lapangan atau lahan tanpa melewati proses penyemaian terlebih dahulu. Direct
Seeding dipilih karena melimpahnya benih, ukuran benih mudah ditangani,
pendahuluan perlakuan cukup direndam dan diberi fungisida, memiliki hasil
tumbuh yang tinggi.
3
Direct Seeding dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu: (1) Hand direct
seeding, (2) Hydro seeding dan (3) Aerial seeding. Metode yang digunakan
tergantung pada: luas lahan, ketersediaan peralatan, jarak tempuh pada lokasi,
kerapatan jarak tanam, jenis tanah, kerentanannya terhadap erosi, banjir atau
paparan angin. Berikut akan dijelaskan mengenai kategori dari Direct Seeding:
(1) Hand direct seeding
Hand direct seeding dilakukan dengan menggunakan tangan baik
langsung menabur benih pada lahan atau menggunakan sistem tugal
tergantung pada benih. Penanaman hand direct seeding dilakukan apabila
lahan tanaman tidak terlalu luas dan jarak ke lokasi mudah terjangkau.
Sistem tugal dilakukan dengan cara membuat lubang dengan ukuran 2-3
dari ukuran benih kemudian benih dimasukkan pada lubang lalu ditutupkan
menggunakan top soil. Penggunaan dengan sistem ini telah banyak
dilakukan pada tanaman hutan jati, mahoni dan meranti. (Kosasih 1981
dalam Nuroniah, 2010)
(2) Hydro Seeding
Hydro seeding merupakan suatu proses percampuran antara benih,
air, mulsa serat, pupuk dalam sebuah tangki kemudian dilakukan
penyemprotan pada lahan. Keuntungan dari Hydro seeding adalah
efektivitas waktu, relatif mudah digunakan untuk lahan yang luas, dengan
menggunakan sistem ini lokasi perbukitan mudah dijangkau dan dapat
mencegah erosi.
Kerugian dari penggunaan sistem ini adalah rusaknya benih lunak
karena adanya pergesekan antara tenaga kinetik air yang disemprotkan
dengan benih lunak sehingga keping biji akan terlepas atau patah akibatnya
bakal tanaman/embrio rusak. (Nuroniah, 2010)
(3) Aerial Seeding
Aerial Seeding dilakukan dengan cara penaburan benih melalui
udara dengan menggunakan pesawat atau helikopter. Penanaman dengan
cara ini dapat memberi keuntungan karena dapat menjangkau lokasi yang
sulit ditempuh. Aerial seeding juga bermanfaat untuk melakukan reboisasi
4
pada lahan yang terbakar. Tanaman yang sering digunakan dalam sistem ini
biasanya tanaman yang cepat tumbuh seperti rumput-rumputan atau legum.
(Noraniah, 2010).
II.3 Keuntungan dan Kerugian dari Penerapan Direct SeedingKeuntungan dan kerugian dari penerapan Direct seeding pada tanaman
sebagai berikut:
a. Keuntungan penerapan direct seeding:
Biaya menjadi lebih murah karena benih lebih murah daripada bibit,
biaya untuk tenaga kerja berkurang, dan persiapan lahan lebih mudah dan
murah tanaman akan tumbuh lebih kuat karena sistem perakaran yang
dalam, di mana pertumbuhan akar tidak mengalami gangguan akibat
tidak adanya transplantasi.
Lebih mudah untuk digunakan di daerah terpencil atau yang tidak dapat
diakses, yaitu lokasi di mana sulit untuk memindahkan peralatan,
perlengkapan bahkan tenaga kerja. Penanaman langsung dengan cara
penaburan biji dapat mencakup daerah yang luas dengan cepat.
b. Kerugian penerapan direct seeding:
Penanaman langsung hanya terbatas pada spesies yang dapat tumbuh
dengan mudah dari biji dan dalam waktu yang relatif cepat.
Benih diperlukan dalam jumlah besar. Jika benih yang tersedia hanya ada
dalam jumlah sedikit, maka lebih baik untuk melakukan pembibitan di
persemaian.
Salah satu masalah utama adalah predator. Semakin besar biji, semakin
besar kemungkinan dimakan predator.
Tanaman yang berkecambah langsung di lapangan sangat rentan
terhadap keadaan alam seperti kekeringan atau banjir. Selama bulan
pertama setelah perkecambahan, sistem akar pada kecambah masih dekat
permukaan tanah jika tanah mengering berlebihan, bibit kecil bisa mati.
Jarak tanam sulit dikontrol, sehingga mempengaruhi kualitas kayu. Jarak
tanam yang tidak sama menyebabkan kegiatan budidaya tidak mudah.
5
Hal ini dapat diatasi jika digunakan metode hand direct seeding dengan
cara tugal (membuat lubang tanam), sehingga penaburan biji dilakukan
pada lubang tanam yang sudah ditentukan.
Jumlah benih yang ditaburkan didasarkan pada asumsi. Banyaknya biji
yang ditabur bisa jadi terlalu banyak atau bahkan terlalu sedikit.
(Nuroniah, 2010)
II.4 Tanaman yang Menggunakan Sistem Direct SeedingBeberapa tanaman yang menerapkan direct Seeding diantaranya:
a. Penanaman Bayam
Bayam (Amaranthus spp. L) termasuk dalam family Amaranthaceae
dan merupakan salah satu jenis sayuran daun daerah tropis, seperti di
Indonesia. Bayam merupakan sayuran hijau yang banyak mengandung
vitamin serta mineral.
Umumnya perbanyakan tanaman bayam dilakukan secara generatif
yaitu melalui biji (Hadisoeganda, 1996 dalam Edi, 2009). Biji bayam
berukuran sangat kecil dan halus, berbentuk bulat, berwarna cokelat tua
sampai mengkilap dan hitam kelam. Namun ada beberapa jenis bayam yang
mempunyai warna biji putih sampai merah. Biji bayam yang dijadikan benih
harus cukup tua (kurang lebih 3 bulan). Benih yang muda, daya simpannya
tidak lama dan tingkat perkecambahannya rendah. Benih bayam yang tua
dapat disimpan selama satu tahun. Benih bayam tidak memiliki dormansi.
Lahan untuk penanaman bayam perlu diolah terlebih dahulu dengan
dicangkul sedalam 20/30 cm agar gembur, setelah itu dibuat bedengan dengan
arah membujur dari Barat ke Timur, untuk mendapat cahaya penuh.
Penanaman benih bayam dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan
menyebar benih langsung pada bedengan, menyebar langsung pada
larikan/barisan, dan melalui persemaian terlebih dahulu. Cara disebar
langsung biasa digunakan untuk penanaman bayam cabut. Biji disebar
langsung secara merata di atas permukaan bedengan kemudian ditutup tipis
dengan tanah (dengan tebal kurang lebih 1 – 2 cm). Biji dapat juga disebarkan
6
pada larikan/barisan dengan jarak antar barisan 10-15 cm, kemudian ditutup
kembali dengan lapisan tipis tanah.
Gambar 2.4. 1 Benih Bayam
b. Penanaman Padi
Padi (Oryza sativa) merupakan komoditas pangan yang hidup didaerah
subtropis. Padi termasuk kedalam family Poaceae. Padi memiliki kandungan
karbohidrat yang besar. Masalah yang sukar dikendalikan oleh petani padi
yang menggunakan cara sebar benih langsung adalah pertumbuhan gulma.
Dan kerapatan pertumbuhan padi juga dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan gulma.
Pengolahan tanah:
Pengolahan tanah dilakukan seperti penanaman padi dengan sistem
tanam pindah. Tanah dibajak satu kali, lalu digenangi air selama 15 hari,
menjelang tanam (7 hari sebelum benih ditabur), tanah sawah di garu empat
kali sehingga pelumpuran sempurna. Selanjutnya dibuat petak, lalu dicaplak
dengan jarak 20 cm x 20 cm
Penyemaian benih:
Penyediaan dan tabur benih dilakukan sebagai berikut:
Benih dibersihkan terlebih dahulu, lalu di rendam dalam air selama 48
jam. Selanjutnya, benih ditiriskan dan di inkubasi selama 48 jam. Setelah
benih berkecambah, benih di campur dengan karbofuran lalu di tebar dalam
larikan dengan jarak 20 cm. (Bahar, 1978)
7
Gambar 2.4. 2 Benih Padi
c. Penanaman MerbauMerbau (Instia Bijuga. OK) merupakan nama sejenis pohon keras yang
berkualitas tinggi. Merbau termasuk ke dalam family Fabaceae.
Perlakuan Awal Benih:
Perlakuan awal dilakukan untuk menjamin bahwa benih akan
berkecambah dan perkecambahan berlangsung cepat dan seragam. Perlakuan
awal dilakukan sebelum penaburan dengan cara pengikiran kemudian benih
direndam dalam air dingin selama 30 menit (Yuniarti, 2001 dalam Tuheteru,
2011). Untuk mengetahui daya kecambah awal dari benih yang diujikan,
maka dilakukan uji fisiologis di rumah kaca.
Metode Penanaman Langsung:
Penaburan dilakukan berdasarkan perlakuan yang diberikan dengan
sistem baris pada plot yang berukuran 1 x 1 m dengan jumlah benih yang
ditabur sebanyak 50 benih yang sudah diberi perlakuan awal dengan jarak
tabur atau tanam antar benih 10 x 20 cm. (Tuheteru, 2011)
Gambar 2.4. 3 Benih Merbau
II.5 Perlakuan pada BenihBerbagai macam perlakuan pada benih di antaranya adalah:
a. Penggunaan Fungisida pada benih
8
Selain akibat hama, organisme pengganggu tanaman yang sering kali
menggagalkan pertanian adalah jamur dan bakteri penyebab penyakit pada
tanaman. Beberapa jenis patogen jamur dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman. Misalnya jamur Rhizoctonia solani dan
Sclerotium rolfsii yang dapat menyebabkan rebah kecambah dan busuk
pangkal pada tanaman kedelai.
Cara untuk melindungi benih dari serangan cendawan patogen
penyebab penyakit adalah dengan penggunaan fungisida, sehingga benih
dapat disimpan lama serta memberantas cendawan penyebab penyakit pada
tanaman. Salah satu contoh penggunaan fungisida adalah untuk pencegahan
penyakit bias pada tanaman padi gogo. Penyakit bias disebabkan cendawan
Pyriculariagrisea yang merupakan kendala utama dalam penanaman padi
gogo.
Pengendalian penyakit akan efektif apabila dilakukan sedini mungkin
karena penyakit bias dapat ditularkan melalui benih. Terdapat 2 cara
pengaplikasian fungisida pada benih, yaitu:
Cara perendaman benih (soaking)
Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam dan selama
periode ini larutan diaduk selama merata setiap 6 jam. Perbandingan berat
benih dan volume air adalah 1 : 2 (1 kg benih : 2 liter air). Benih yang
telah direndam dianginkan dalam suhu kamar di atas kertas koran dan
dibiarkan sampai benih tersebut disebarkan di lahan gogo. Pada padi
sawah perendaman dalam larutan fungisida dilakukan sebelum
pemeraman.
Cara pelapisan (coating)
Cara ini lebih efektif daripada cara pertama dan lebih cocok untuk
lahan kering (gogo). Benih dibasahi dengan cara merendamnya selama
beberapa jam kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida
yang digunakan dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah
dan dikocok sampai merata, benih dikering anginkan dengan cara yang
sama seperti metode sebelumnya dan selanjutnya siap tanam.
9
Akan tetapi, efikasi fungisida untuk perlakuan benih hanya bertahan
6 minggu sehingga selanjutnya perlu diadakan penyemprotan tanaman.
Aplikasi penyemprotan untuk menekan serangan penyakit blas leher
adalah dua kali yaitu pada saat anakan maksimum dan awal berbunga.
(Djunaedi,2008)
b. Pematahan Dormansi pada Benih
Dormansi adalah suatu keadaan di mana benih tidak dapat berkecambah
meskipun lingkungan mendukung. Hal ini disebabkan karena benih
menghasilkan zat yang dapat mencegah perkecambahan contohnya:
ammonia, abscisis acid, benzoic acid, ethylene, alkaloid, alkaloids lactone.
Dormansi merupakan upaya benih untuk mempertahankan/melindungi diri
dari kondisi yang kurang menguntungkan, seperti : perubahan iklim, serangan
serangga maupun penyakit, dan kebakaran.
Beberapa cara untuk melakukan pematahan dormansi antara lain:
(1) Direndam dalam air dingin
Merendam benih dalam air dingin dilakukan guna memecah
dormansi untuk tipe benih berkulit tipis. Perendaman biasanya dilakukan
selama 1 hari, walau ada juga yang membutuhkan waktu sampai 2 hari.
(2) Direndam dalam air panas
Teknik ini digunakan untuk memecah dormansi pada benih
berkulit keras, tebal, dan berlilin. Caranya:
Panaskan air hingga mendidih dan pindahkan air ke dalam wadah.
Rendam benih dalam air panas dan aduk-aduk selama 2–5 menit.
Rendam benih dalam air dingin selama 1 hari.
(3) Direndam dalam larutan kimia
Merendam benih dalam larutan kimia dilakukan untuk memecah
dormansi untuk tipe benih berkulit tebal dan keras (contohnya benih
kemiri, kenari, dan jati). Larutan kimia yang dapat digunakan antara lain
asam sulfat (H2SO4), asam klorida (HCl), dan hidrogen peroksida (H2O2).
Caranya:
Rendam benih dalam larutan selama 10–20 menit.
10
Bilas dengan air selama 2–5 menit.
Selanjutnya rendam benih dalam air dingin selama 24 jam.
Perlakuan dengan rendaman larutan kimia tidak dianjurkan
karena berbahaya dan memerlukan biaya yang mahal.
(4) Mekanis dengan cara merusak kulit benih (skarifi kasi)
Perlakuan ini umumnya dilakukan untuk memecah dormansi pada
tipe benih yang berkulit keras. Skari kasi adalah perusakan benih yang
dapat dilakukan dengan cara:
Membuat lubang kecil pada kulit biji dengan menggunakan pisau atau
gunting
Mengikir atau menggosok dengan amplas guna menipiskan benih
Kedua cara tersebut dilakukan untuk mempercepat terjadinya
proses penyerapan air. Setelah diskari kasi, biasanya benih direndam
dalam air dingin selama 1 hari.
(5) Dibakar atau dipanaskan
Perlakuan ini dipakai untuk memecah dormansi pada tipe benih
yang berkulit tebal. Caranya, benih yang akan dipanaskan, dihamparkan
di lantai dan dilapisi dengan rumput kering atau jerami setebal 2 cm,
kemudian dibakar. Cara lainnya adalah benih dipanaskan pada kuali yang
diletakkan di atas api selama 2–5 menit.
(6) Tanpa perlakuan
Beberapa jenis tanaman buah, tanaman perkebunan maupun
tanaman kehutanan tidak mengalami dormansi sehingga benih tanaman
tersebut dapat langsung disemai. Contohnya adalah durian, rambutan,
cokelat (atau disebut juga kakao), karet, mahoni, dan suren.
(Purnomosidhi et.al, 2013)
c. Pemberian ZPT pada benih
Perbanyakan generatif memiliki masalah utama yaitu lamanya waktu
benih untuk berkecambah. Hal ini dikarenakan beberap faktor antara lain
keadaan benih pada awal perkecambahan, permeabilitas kulit benih, dan
tersedianya air di sekeliling benih. (Winarno, 2011)
11
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan zat untuk meningkatkan
kualitas serta kuantitas hasil produksi. Beberapa Zat Pengatur Tumbuh
diantara lain:
Auksin
Auksin banyak ditemukan pada akar, ujung batang, dan bunga.
Fungsi auksin antara lain: (1) pengatur pembesaran sel dan memicu
pemanjangan sel di daerah belakang ujung meristem; (2) pada benih
auksin berfungsi untuk memecah dormansi dan merangsang pertumbuhhan
perkecambaha; (3) memacu proses terbentuknya akar; (4) merangsang dan
mempertinggi persentase timbulnya bunga dan buah; (5) merangsang
terjadinya proses pembentukan buah tanpa melalui proses fertilisasi,
sehingga menghasilkan buah tanpa biji (6) mengurangi gugur buah
sebelum waktunya.
Sitokinin
Sitokinin berperan penting dalam proses pembelahan sel pada
tumbuhan. Fungsi dari sitokinin adalah: (1) memacu pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan; (2) merangsang perkecambahan dengan
memecah dormansi; (3) memacu pertumbuhan tunas-tunas baru; (4)
menunda penuaan pada hasil panen.
Giberelin
Giberelin banyak dijumpai pada tumbuhan paku, jamur, lumur,
gymnospermae, dan angiospermae (terdapat pada biji muda, pucuk batang,
ujung akar, dan daun muda). Fungsi giberelin antara lain: (1)
meningkatkan laju fotosintesis; (2) memacu pertumbuhan daun; (3)
peningkatan pembelahan sel; (4) perkembangan daun; (5) pemanjangan
batang tumbuhan.
Etilena/Etena/Gas Etilen
Fungsi dari etilen adalah membantu pemasakan buah, memacu
pembungaan, merangsang pemekaran bunga, merangsang pertumbuhan
akar dan batang tumbuhan, merangsang pengguguran buah dan daun,
12
memacu perkecambahan biji, menghambat pemanjang batang kecambah,
memperkokoh pertumbuhan batang tumbuhan, serta mengakhiri dormansi.
(Kurnianti,2012)
BAB III PENUTUP
13
III.1 SimpulanPerbanyakan tanaman secara generatif dihasilkan dari proses
penyerbukan antara serbuk sari dengan kepala putik yang menghasilkan biji.
Direct Seeding adalah suatu proses penanaman secara langsung di lapangan atau
lahan tanpa melewati proses penyemaian terlebih dahulu. Keuntungan penerapan
sistem direct seeding di antaranya adalah biaya menjadi lebih murah karena
benih lebih murah daripada bibit, dan biaya untuk tenaga kerja berkurang.
Kerugian penerapan sistem direct seeding di antaranya adalah benih diperlukan
dalam jumlah besar, dan tanaman yang berkecambah langsung di lapangan
sangat rentan terhadap keadaan alam seperti kekeringan atau banjir. Beberapa
tanaman yang menerapkan sistem direct seeding yaitu bayam, padi dan merbau.
Berbagai macam perlakuan pada benih untuk sistem tanam generatif di
antaranya adalah: pemberian fungisida, pematahan dormansi, serta pemberian
ZPT.
III.2 SaranPenyiapan bahan tanaman dengan sistem direct seeding sangat baik
untuk diterapkan pada daerah terpencil atau yang tidak dapat diakses, yaitu
lokasi di mana sulit untuk memindahkan peralatan, perlengkapan bahkan tenaga
kerja karena persiapan lahan akan lebih mudah dan murah, serta tanaman akan
tumbuh lebih kuat karena sistem perakaran yang dalam.
DAFTAR PUSTAKA
14
Bahar, E., A.B. Janari, dan Z.A. Abbas. 1978. Observasi Gulma Pada Tanaman Padi Sawah di beberapa Kabupaten di Sulawesi Buletin Teknik Pertanian Vol. 9, Nomor 1, 2004
Djunaedy, A. 2008. Aplikasi Fungisida Sistemik dan Pemanfaatan Mikoriza dalam Rangka Pengendalian Patogen Tular Tanah pada Tanaman Kedelai ( Glycine max L.). http://pertanian.trunojoyo.ac.id, (diakses pada 28 Februari 2015)
Edi, S.,& Yusri, A. 2009. Budidaya Bayam Semi Organik. jambi.litbang.pertanian.go.id (diakses pada 28 Februari 2015)
Kurnianti, N. 2012. Hormon Tumbuhan atau Zat Pengatur Tumbuhan. http://www.tanijogonegoro.com/2012/11/hormon-tumbuhan-atau-zpt-zat-pengatur.html (Diakses pada 01 Maret 2015)
Nuroniah, H.S., & Kosasih, A,S. 2010. Teknik Penanaman Langsung dan Penggunaannya dalam Rangka Rehabilitasi Hutan dan Lahan. 5 (2), pp. 81-86.
Purnomosidhi P, Roshetko JM, Prahmono A, Suryadi A, Ismawan IN, Surgana M. 2013. Perlakuan benih sebelum disemai untuk beberapa jenis tanaman prioritas kehutanan, multiguna, buah-buahan, dan perkebunan. Pre-sowing treatments for some priority timber and multipurpose tree species, fruit species, and estate crops. Lembar Informasi AgFor no. 4 Februari. Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program.
Sudaryanto, B. 2007. Budidaya Tanaman Hias Daun Anthurium & Aglaonerma. yogya.litbang.pertanian.go.id. (diakses pada 28 Februari 2015)
Tuheteru, F.D., Mansur, I., Wibowo, C. 2011. Pengaruh Teknik Pembenihan Langsung dan Penyiangan terhadap pertumbuhan awal Merbau. Vol. 8 No. 3 : 227-236, 2011
15