Upload
citra-hazanah-simatupang
View
12
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Atomic Absorption Spectroscopy
Citation preview
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak
pada makin meningkatnya pengetahuan serta kemampuan manusia. Betapa
tidak setiap manusia lebih dituntut dam diarahkan kearah ilmu pengetahuan di
segala bidang. Tidak ketinggalan pula ilmu kimia yang identik dengan ilmu
mikropun tidak luput dari sorotan perkembangan iptek. Belakangan ini telah
lahir ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempermudah dalam analisis
kimia. Salah satu dari bentuk kemajuan ini adalah alat yang disebut dengan
Spektrometri Serapan Atom (SSA).
Para ahli kimia sudah lama menggunakan warna sebagai suatu
pembantu dalam mengidentifikasi zat kimia. Dimana, serapan atom telah
dikenal bertahun-tahun yang lalu. Dewasa ini penggunaan istilah
spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya
oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang tertentu.
Perpanjangan spektrofotometri serapan atom ke unsur-unsur lain semula
merupakan akibatperkembangan spektroskopi pancaran nyala. Bila disinari
dengan benar, kadang-kadang dapat terlihat tetes-tetes sampel yang belum
menguap dari puncak nyala, dan gas-gas itu terencerkan oleh udara yang
menyerobot masuk sebagai akibat tekanan rendah yang diciptakan oleh
kecepatan tinggi, lagi pula sistem optis itu tidak memeriksa seluruh nyala,
melainkan hanya mengurusi suatu daerah dengan jarak tertentu di atas titik
puncak pembakar.
Selain dengan metode serapan atom unsur-unsur dengan energi eksitasi
rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, tetapi untuk unsur-unsur
dengan energi eksitasi tinggi hanya dapat dilakukan dengan spektrometri
serapan atom. Untuk analisis dengan garis spectrum resonansi antara 400-800
nm, fotometri nyala sangat berguna, sedangkan antara 200-300 nm, metode
SSA lebih baik dari fotometri nyala. Untuk analisis kualitatif, metode
fotometri nyala lebih disukai dari SSA, karena SSA memerlukan lampu 1
katoda spesifik (hallow cathode). Kemonokromatisan dalam SSA merupakan
syarat utama. Suatu perubahan temperatur nyala akan mengganggu proses
eksitasi sehingga analisis dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan
bahwa metode fotometri nyala dan SSA merupakan komplementer satu sama
lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini antara lain :
1. Bagaimanakah teori dasar serta prinsip kerja Spektrometri Serapan Atom
(SSA)?
2. Bagaimanakah penggunaan / penerapan Spektrometri Serapan Atom
(SSA) dalam proses analisis kimia?
3. Apa sajakah gangguan-gangguan yang biasa terjadi pada Spektrometri
Serapan Atom (SSA)?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui teori dasar serta prinsip kerja Spektrometri Serapan Atom
(SSA)
2. Mengetahui penggunaan / penerapan Spektrometri Serapan Atom (SSA)
dalam proses analisis kimia.
3. Mengetahui gangguan-gangguan yang biasa terjadi pada Spektrometri
Serapan Atom (SSA).
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah SSA (Spektroskopi Serapan Atom)
Sejarah singkat tentang serapan atom pertama kali diamati oleh
Frounhofer, yang pada saat itu menelaah garis-garis hitam pada spectrum
matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom pada bidang
analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun 1995.
Sebelumnya ahli kimia banyak tergantung pada cara-cara spektrofotometrik
atau metode spektrografik. Beberapa cara ini dianggap sulit dan memakan
banyak waktu, kemudian kedua metode tersebut segera diagantikan dengan
Spektrometri Serapan Atom (SSA).
2.2 SSA (Spektroskopi Serapan Atom)
2.2.1 Pengertian
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang
digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan
metaloid yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom
bebas. Sekitar 67 unsur telah dapat ditentukan dengan cara SSA. Banyak
penentuan unsur-unsur logam yang sebelumnya dilakukan dengan metoda
polarografi, kemudian dengan metoda spektrofotometri UV-VIS, sekarang
banyak diganti dengan metoda SSA.
2.2.2 Prinsip SSA
Metode SSA berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-
atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu,
tergantung pada sifat unsurnya Spektrometri Serapan Atom (SSA) meliputi
absorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang masih berada dalam
keadaan dasarnya (Ground state). Sinar yang diserap biasanya ialah sinar
ultra violet dan sinar tampak. Prinsip Spektrometri Serapan Atom (SSA)
pada dasarnya sama seperti absorpsi sinar oleh molekul atau ion senyawa
dalam larutan.
3
Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada
spektrofotometer absorpsi sinar ultra violet, sinar tampak maupun infra
merah, juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom (SSA). Perbedaan
analisis Spektrometri Serapan Atom (SSA) dengan spektrofotometri
molekul adalah peralatan dan bentuk spektrum absorpsinya. Setiap alat AAS
terdiri atas tiga komponen yaitu:
- Unit atomisasi (atomisasi dengan nyala dan tanpa nyala)
- Sumber radiasi
- Sistem pengukur fotometri
2.2.3 Bagian-Bagian SSA
Bentuk rangkaian alat SSA
a. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda
memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda
pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan
diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran
unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam
sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol
digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu
dimasukkan ke dalam soket pada SSA. Bagian yang hitam ini merupakan
4
bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi lainnya.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi
sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip
ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari
luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari
dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan, maka
lampu dilepas dari soket pada main unit SSA, dan lampu diletakkan pada
tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup
kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu pemakaian
dicatat.
b.Tabung Gas
Tabung gas pada SSA yang digunakan merupakan tabung gas yang
berisi gas asetilen. Gas asetilen pada SSA memiliki kisaran suhu ± 20000K,
dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas
asetilen, dengan kisaran suhu ± 30000K. regulator pada tabung gas asetilen
berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas
yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator.
Merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut,
yaitu dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit
air, untuk pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara, maka menendakan
bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar. Hal lainnya yang bisa
dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun pada bagian atas
regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang terbentuk. Bila ada,
maka tabung gas tersebut positif bocor. Sebaiknya pengecekkan kebocoran,
jangan menggunakan minyak, karena minyak akan dapat menyebabkan
saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat keluar karena disebabkan
di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang dapat membuat
gas akan mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.
5
c.Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau
sisa pembakaran pada SSA, yang langsung dihubungkan pada cerobong
asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh SSA,
tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari
pembakaran pada SSA, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar
polusi yang dihasilkan tidak berbahaya. Cara pemeliharaan ducting, yaitu
dengan menutup bagian ducting secara horizontal, agar bagian atas dapat
tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga atau binatang lainnya yang
dapat masuk ke dalam ducting. Karena bila ada serangga atau binatang
lainnya yang masuk ke dalam ducting, maka dapat menyebabkan ducting
tersumbat.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah
miring, karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup.
Ducting berfungsi untuk menghisap hasil pembakara yang terjadi pada SSA,
dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung dengan
ducting
d. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena
alat ini berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan
oleh SSA, pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol
pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan tombol
ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang
akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan
tombol yang kanan merupakan tombol pengaturan untuk mengatur
banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner.
Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat
penyimpanan udara setelah usai penggunaan SSA. Alat ini berfungsi untuk
menyaring udara dari luar, agar bersih. Posisi ke kanan, merupakan posisi
terbuka, dan posisi ke kiri meerupakan posisi tertutup. Uap air yang
dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan lantai
6
sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke
kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi
basah, dan uap air akan terserap ke lap.
e. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit,
karena burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan
aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api
secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang
pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian
nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan,
selang aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama
±15 menit, hal ini merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner
setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap atau
menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang aspirator
berada pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian kanan burner.
Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk mengalirkan gas
asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa larutan dan
harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat
pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari
energi rendah ke energi tinggi.
Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda.
Warna api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat
konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan
bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna
api yang paling baik, dan paling panas.
f. Buangan pada SSA
Buangan pada SSA disimpan di dalam drigen dan diletakkan
terpisah pada SSA. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang
dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik
lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses
7
pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva
yang dihasilkan akan terlihat buruk.
Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga
dilengkapi dengan lampu indikator. Bila lampu indikator menyala,
menandakan bahwa alat SSA atau api pada proses pengatomisasian
menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala api.
Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan
tidak tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan
dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering.
g. Atomizer
Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber
dan burner (sistem pembakar)
•Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-butir
kabut dengan ukuran partikel 15 – 20 µm) dengan cara menarik larutan
melalui kapiler (akibat efek dari aliran udara) dengan pengisapan gas bahan
bakar dan oksidan, disemprotkan ke ruang pengabut. Partikel-partikel kabut
yang halus kemudian bersama-sama aliran campuran gas bahan bakar,
masuk ke dalam nyala, sedangkan titik kabut yang besar dialirkan melalui
saluran pembuangan.
•Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang homogen antara
gas oksidan, bahan bakar dan aerosol yang mengandung contoh sebelum
memasuki burner.
•Burner merupakan sistem tepat terjadi atomisasi yaitu pengubahan
kabut/uap garam unsur yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal
dalam nyala.
h .Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi
atom di dalam nyala, energi radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi
diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya.
Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut dilakukan oleh monokromator.
Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang telah
mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya. Radiasi lainnya
8
berasal dari lampu katoda berongga, gas pengisi lampu katoda berongga
atau logam pengotor dalam lampu katoda berongga.
Monokromator terdiri atas sistem optik yaitu celah, cermin dan kisi.
i. Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel
dan mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik.
Ada dua macam deterktor sebagai berikut:
- Detector Cahaya atau Detector Foton
Detector foton bekerja berdasarkan efek fotolistrik, dalam halini
setiap foton akan membebaskan elektron (satu foton satu electron) dari
bahan yang sensitif terhadap cahaya. Bahan foton dapat berupa Si/Ga,
Ga/As, Cs/Na.
- Detector Infra Merah dan Detector Panas
Detector infra merah yang lazim adalah termokopel. Efek
termolistrik akan timbul jika dua logam yang memiliki temperatur berbeda
disambung jadi satu.
Bentuk spectra AAS
j. Rekorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang
dapat menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.
2.2.4 Cara Kerja
Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan
pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid
yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas . Metode ini
9
sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode spektroskopi
emisi konvensional. Memang selain dengan metode serapan atom, unsur-
unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri
nyala, akan tetapi fotometri nyala tidak cocok untuk unsur-unsur dengan
energy eksitasi tinggi. Fotometri nyala memiliki range ukur optimum pada
panjang gelombang 400-800 nm, sedangkan SSA memiliki range ukur
optimum pada panjang gelombang 200-300 nm. Untuk analisis kualitatif,
metode fotometri nyala lebih disukai dari SSA, karena SSA memerlukan
lampu katoda spesifik (hallow cathode). Kemonokromatisan dalam SSA
merupakan syarat utama. Suatu perubahan temperatur nyala akan
mengganggu proses eksitasi sehingga analisis dari fotometri nyala berfilter.
Dapat dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan SSA merupakan
komplementer satu sama lainnya.
Metode SSA berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom, atom-atom
menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung
pada sifat unsurnya. Misalkan Natrium menyerap pada 589 nm, uranium
pada 358,5 nm sedangkan kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada gelombang
ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat energi elektronik
suatu atom. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak
energy, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke
tingkat eksitasi. Tingkat-tingkat eksitasinya pun bermacam-macam.
Misalnya unsur Na dengan noor atom 11 mempunyai konfigurasi electron
1s1 2s2 2p6 3s1, tingkat dasar untuk electron valensi 3s, artinya tidak
memiliki kelebihan energy. Elektron ini dapat tereksitasi ketingkat 3p
dengan energy 2,2 eV ataupun ketingkat 4p dengan energy 3,6 eV, masing-
masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar 589 nm dan 330 nm. Kita
dapat memilih diantara panjang gelombang ini yang menghasilkan garis
spectrum yang tajam dan dengan intensitas maksimum, yang dikenal dengan
garis resonansi. Garis-garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa
pita-pita lebar ataupun garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang
disebabkan proses atomisasinya.
10
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada
suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka
sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan
berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada pada
sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari:
Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium
transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan
bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorbsi.
Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara
eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar
tersebut.
Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:
A= ℮ b c dan A= abc serta persamaan A = – log T = log
Dimana:
PO = intensitas sumber sinar
P = intensitas sinar yang diteruskan
℮ = absortivitas molar ( satuan c dalam Molar)
b = panjang medium / panjangnya jalan sinar
c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A = absorbansi
T = Transmitan
a = absorbsivity ( satuan c dalam g/L atau ppm)
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya
berbanding lurus dengan konsentrasi atom.
2.2.5 Cara pengoperasian SSA
P engoprasian SSA (atomic absorbance spectroscopy) :
1. Drain kompresor
2. Hidupkan komputer
3. Pilih GBC AVANTA, di bawah layar : Instrument not ready
4. Hidupkan AAS, tunggu hingga 2 – 3 menit. Isi selang dengan aquades
sambil diangkat ke atas sampai aquades tersebut keluar lagi
11
5. Buka sumber gas
- Acetylene (tekanan 15 psi)
- Compress air (kompresor)
- Nitrous oxide (tekanan 60 psi, bila diperlukan))
- Argon (tekanan 30 – 60 psi, bila diperlukan)
6. Tunggu sampai instrument ready
7. Pilih icon instrument, klik kanan pada panel lampu, klik propertis
8. Klik insert lamp, pilih pada posisi berapa kita akan pasang lampu
9. Pasang lampu yang akan digunakan, OK! Beri nama lampu, OK!
10. Pilih ikon methode, Description, pilih element (unsur) yang akan kita
gunakan, tunggu sampai ready (jangan lupa gas apa yang akan kita
gunakan)
11. Isi matrix dan note bila dikehendaki (catatan agar report yang kita
hasilkan tidak tertukar)
12. Pada instrument, measurment dan calibration, bila kita tidak memiliki
methode yang spesifik biarkan pada nilai defaultnya
13. Pada calibration, pilih Auto Save methode after cal, agar data tidak
hilang
14. Buat deret standard pada Standard, isi nilai konsentrasi dan biarkan nilai
absorbans, Save
15. Simpan methode lewat file, save as, nama file (nama file sebaiknya
diikuti dengan nama lampu
16. Klik icon sample
17. Isi measurment dan label, pada posisi pertama harus calibration
18. Simpan lewat file, save as, nama file
19. Klik icon Result, pilih New, isi nama file, Create, Start!
20. Pastikan posisi burner pada penyerapan terbaik melalui Methode, Flame,
Optimize atau gunakan Burner Cleaning dengan menggesekkan pada tempat
keluarnya api. Atur titik api dengan memutar tombol Vertical dan
Horizontal pada GBC sampai sinar datang tepat ditengah titik api (gunakan
Burner Cleaning)
12
21. Bila penyerapan dinilai sudah optimal, nyalakan burner dengan menekan
tombol Ignite pada AAS (sebelah tombol ON/OFF)
22. Pastikan posisi software pada icon Result, klik Start (tombol hijau pada
software)
23. Ikuti perintah software untuk memasukkan standard dan sampel, klik
OK / enter pada key board. Segera ukur aquadest setelah pengukuran
sampel untuk membersihkan saluran selang dari sisa sampel, lap dengan
tissue
24. Burner akan mati secara otomatis, bila analisa selesai.
25. Klik icon Report, pilih Report yang akan di print
26. Klik kembali icon Result, print lewat icon Printer, OK!
27. Bila ingin melihat kurva kalibrasi, klik icon Methode, pilih Standard
28. Nilai absorbance akan berubah, dan klik gambar kurva pada bagian
bawah, kurva yang baik akan terlihat linier
29. Setelah selesai analisa, matikan AAS dengan menekan tombol Switch
OFF
30. Shut Down dan matikan komputer, cabut saklar listrik.
31. Tutup kran masing-masing gas, rapikan kembali tempat kerja!
2.2.6 Keuntungan
Spesifik
• Batas deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa mengukur unsur-
unsur yang berlainan.
• Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi
contoh sebelum pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada zat
pengganggu).
• Output dapat langsung dibaca, cukup ekonomis.
Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.
•Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga
persen).
13
2.2.7 Kelemahan
AAS tidak mampu menguraikan zat menjadi atom misalnya pengaruh
fosfat terhadap Ca, pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya
disosiasi) sehingga menimbulkan emisi pada panjang gelombang yang
sama, serta pengaruh matriks misalnya pelarut.
2.2.8 Gangguan- gangguan
a. Serapan Latar (Background Absorption)
Kadang-kadang sinar yang diberikan dari lampu katoda rongga
diserap oleh senyawa-senyawa lain yang terkandung di dalam sampel atau
di dalam nyala yang diukur. Adanya serapan ini akan mengganggu pada
pengukuran serapan atom dari unsur-unsur yang dianalisis, gangguan dari
serapan ini disebut serapan latar (background absorbsion). Serapan latar
antara lain disebabkan oleh:
1) Serapan molekuler dan atau disebabkan oleh senyawa-senyawa
yang tidak beratomisasi dalam atomizer.
2) Hamburan sinar yang disebabkan oleh partikel-partikel padat
yang halus melintang berkas sinar.
3) Serapan nyala bahan bakar yang digunakan
Serapan latar pada umumnya mengganggu pada unsur yang
mempunyai panjang gelombang di bawah 2500 A (daerah ultra
lembayung). Pada atomisasi tanpa nyala (CRA) gangguan serapan latar
dapat terlihat karena adanya asap bila atomisasi cuplikan pada suhu relatif
rendah, gangguan ini dapat dihilangkan sempurna selama tahap
pengabuan, sehingga tidah ada asap yang ditimbulkan pada tahap ionisasi.
Gangguan ini dapat diatasi dengan bekerja pada panjang gelombang yang
lebih besar dan dengan nyala yang suhunya lebih tinggi, dapat pula diatasi
dengan mengukur besarnya penyerapan latar tersebut dengan
menggunakan sumber sinar yang memberikan pancaran continue, misal
pada lampu katoda Ni yang diisi gas hidrogen.
14
b. Gangguan Matrix
Yaitu gangguan yang disebabkan adanya unsur-unsur atau
senyawa-senyawa lain yang terkandung di dalam sampel. Adanya matrix
ini menyebabkan sifat-sifat fisik dari setiap sampel (baik berupa larutan
maupun padatan) akan tidak sama, lebih-lebih jika dibandingkan dengan
standar murni. Adanya perbedaan kandungan matrik ini akan
mengakibatkan perbedaan dalam proses atomisasinya dan proses
penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang dianalisa.
Gangguan ini dapat diatasi dengan menyesuaikan kandungan komponen-
komponen matrix yang mayor dengan jumlah yang berlebihan pada
preparasi standar dan cuplikan. Metode laim yang sangat baik untuk
mengatasi gangguan matrix ini adalah dengan metode penambahan
standar (standar addition method).
c.Gangguan Kimia
Yaitu gangguan yang disebabkan oleh adanya komponen yang
membentuk senyawa stabil secara termal dengan unsur yang dianalisa,
yang tidak dapat terdiasosiasi sempurna komponen atomisasinya. Misal
adanya ion phospat pada penentuan Ca dengan atomisasi dengan nyala
udara asetilen. Ion phospat akan membentuk senyawa stabil dengan Ca
yang sulit untuk diatomisasikan secara sempurna.
Gangguan ini dapat diatasi dengan menambah unsur lain yang
berlebihan pada cuplikan dan standar, yang unsur ini juga akan
membentuk senyawa yang stabil dengan ion phospat secara termal, misal
dengan penambahan Ca. Cara lain yaitu dengan menaikkan suhu nyala
untuk memecahkan senyawa stabil yang terbentuk, tetapi cara ini kurang
memberikan hasil yang memuaskan.
d. Gangguan Ionisasi
Gangguan ini terjadi pada penggunaan suhu yang tinggi, sehingga
atom-atom yang akan dianalisa tidak hanya teratomisasi pada tingkat
tenaga dasar tetapi atom-atom dapat tereksitasi secara termal karena panas
dan bahkan terionisasi. Gangguan ini dapat diatasi dengan menambah
15
unsur logam yang berlebihan yang dapat dengan mudah terionisasi
sehingga menghasilkan elektron dengan jumlah besar dan menekan
proses ionisasi unsur yang akan dianalisa. Umumnya dengan menambah
logam Na atau K untuk gangguan ionisasi ini.
e.Gangguan Spektra
Pada metode analisis AAS, gangguan spektra jarang sekali terjadi
karena panjang gelombang setiap serapan atom adalah karakteristik.
Gangguan spektra dapat terjadi jika serapan atom yang dianalisis tumpang
tindih dengan garis spektra lain, sehingga untuk mengatasinya dipilih
panjang gelombang serapan karakteristik yang lain.
16
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Spektroskopi Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada
metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang
berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom bebas. Aplikasi ini
biasanya digunakan dalam bidang industri dan farmasi untuk mengetahui kadar
logam yang ada dalam obat. Spektrofotometri Serapan Atom didasarkan pada
besarnya energi yang diserap oleh atom-atom netral dalam keadaan gas. SSA
memiliki keakuratan yang tinggi pada analisis kualitatif.
3.2 Saran
Sebaiknya sebagai seorang mahasiswa kimia dapat memahami lebih dalam
mengenai spektrofotometri serapan atom (SSA) , agar dapat mengoperasikan AAS
untuk menganalisa berbagai jenis unsur dalam sampel.
17
DAFTAR PUSTAKA
Sumar Hendayana, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen (edisi kesatu). Semarang:
IKIP Semarang Press
Underwood, A.L. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
http://tinangkung.blogspot.com/201 0 /04/spektroskopi-serapan-atom-ssa.html /
Diakses : 16 Mei 2015
http:// adityabeyubay359.blogspot.com/.../spektrofotometer- serapan - atom -
aas .html / Diakses : 16 Mei 2015
18