23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal.Banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus.Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak- anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap hakikat anak berkebutuhan khusus. Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya menemu kenali jenis dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai hakikat anak berkebutuhan khusus, maka mereka akan dapat memenuhi kebutuhan anak yang sesuai. Anak berkebutuhan khusus sejatinya terjadi dari berbagai macam dan karakter. Anak berkebutuhan khusus bisa digolongkan menjadi anak yang memiliki kelainan secara fisik, mental, berkelainan emosional maupun akademik. Dan sebagai tenaga pendidik, memahami berbagai karakter anak terutama anak yang

Makalah ABK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Just want to share

Citation preview

Page 1: Makalah ABK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal.Banyak di antara mereka yang

dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-

faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau

intervensi khusus.Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus.

Anak-anak    berkebutuhan    khusus,  adalah   anak-anak   yang   memiliki   keunikan

tersendiri   dalam   jenis   dan   karakteristiknya,   yang   membedakan   mereka   dari anak-

anak     normal   pada   umumnya.     Keadaan    inilah  yang  menuntut    pemahaman terhadap

hakikat anak berkebutuhan khusus. Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang   

menyulitkan    guru   dalam   upaya   menemu    kenali   jenis  dan  pemberian layanan  

pendidikan   yang   sesuai.   Namun   apabila   guru   telah   memiliki   pengetahuan dan  

pemahaman   mengenai   hakikat   anak   berkebutuhan   khusus,   maka   mereka   akan dapat

memenuhi kebutuhan anak yang sesuai.

Anak berkebutuhan khusus sejatinya terjadi dari berbagai macam dan karakter. Anak

berkebutuhan khusus bisa digolongkan menjadi anak yang memiliki kelainan secara fisik,

mental, berkelainan emosional maupun akademik. Dan sebagai tenaga pendidik, memahami

berbagai karakter anak terutama anak yang memiliki karakter yang istimewa seperti anak

berkebutuhan khusus tentu saja harus menjadi sebuah keahlian karena bukan tidak mungkin ,

siswa yang pada nantinya menjadi anak didik bisa saja memiliki keistimewaan seperti anak

berkebutuhan khusus.

Untuk itu melalui makalah ini kami mencoba mengkaji lebih dalam mengenai klasifikasi

dan karakteristik  Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) berkelainan Fisik dan ABK

berkelainan emosi Oleh karna itu , penulis membuat makalah ini yang fungsinya bertujuan untuk

memaparkan karakteristik – karakteristik yang terdapat pada anak yang mengalami gangguan

fisik, dan emosi agar nantinya bagi para calon pendidik Anak Berkebutuhan Khusus dapat

mengenali dan memahami mereka serta mampu memberikan layanan pendidikan yang sesuai

dengan kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus.

Page 2: Makalah ABK

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana sejarah ABK ?

2. Apa saja karakteristik dan ciri-ciri ABK ?

3. Pengertian dari tunanetra dan apa saja ciri-ciri dari tuna netra?

4. Pengertian dari tunarungu dan apa saja cirri-ciri dari tunarungu ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui sejarah perkembangan ABK

2. Mengetahui karakteristik dan ciri-ciri dari ABK

3. Memahami pengertian dari tunnetra dan mengetahui ciri-ciri dari tunanetra

4. Memahami pengertian dari tunarungu dan mengetahu cirri-ciri dari tunarungu

Page 3: Makalah ABK

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Sejarah perkembangan anak luar biasa

Para ahli sejarah pendidikan biasanya menggambarkan mulainya pendidikan luar biasa

pada akhir abad kedelapan belas atau awal abad kesembilan belas. Di Indonesia sejarah

perkembangan anak luar biasa dimulai ketika belanda masuk ke Indonesia (1596-1942) mereka

memperkenalkan system persekolahan dengan orientasi barat. Untuk pendidikan bagi anak-anak

penyandang cacat dibuka lembaga-lembaga khusus. Lembaga pertama untuk pendidikan anak

tuna netra, tuna grahita tahun 1927 dan untuk tuna runggu tahun 1930 ketiganya terletak di kota

bandung.Tujuh tahun setelah proklamasi kemerdekaan, pemerintah RI mengundang-undangkan

yang pertama menganai pendidikan. Mengenai anak –anak yang mempunyai kelainan mental

atau mental, undang-undang itu menyebutkan pendidikan dan pengajaran luar biasa diberikan

dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan (pasal 6 ayat 2) dan untuk itu anak – anak

tersebut pasal 8 yang mengatakan: Semua anak anak yang sudah berumur 6 tahun berhak dan

sudah berumur 8 tahun di wajibkan belajar di sekolah sedikitnya 6 tahun dengan

diberlakukannya unang- lundang tersebet maka sekolah-sekolah baru yamg khusus bagi anak-

anak penyandang cacat, termasuk untuk anak tuna daksa dan tuna laras sekolah ini disebut

sekolah luar biasa (SLB).

Selain berdasarkan urutan sejarh berdirinya SLB pertama untuk masing-masing kategori

kecacatan SLB itu di kelompokan menjadi:

1. SLB bagian A untuk tuna netra

2. SLB bagian B untuk tuna runggu

3. SLB bagian C untuk tuna grahita

4. SLB bagian D untuk tuna daksa

5. SLB bagian E untuk tuna laras

6. SLB bagian F untuk anak cacat ganda

Konsep pendidikan terpadu diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1978 yang

bertujuankhusus untuk tuna netra.

Page 4: Makalah ABK

2.2 Siapa Anak Berkebutuhan Khusus?

Istilah anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah sebagai pengganti istilah lama anak

cacat atau penyandang cacat. Sebenarnya istilah anak berkebutuhan khusus adalah untuk

menunjukan mereka yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan social.

Pemerintahan memahami pada kondisi yang memiliki kekurangan dan kelebihan kemampuan

khususnya dalam bidang pendidikan. Itulah Anak Berkebutuhan Khusus.

Ada anak berkebutuhan khusus pada awalnya dikenal dengan sebagai anak luar biasa

(ALB) sehingga pendidikanny juga dikenal sebagai pendidikan luar biasa(PLB), dimana UU

no.2 tahun 1989 pasal 8 ayat1 menegskan bahwa”Warga Negara Yang Memiliki Kelainan Fisik

Dan/Atau Mental Berhak Memperoleh Pendidikan Luar Biasa”. Pada masa itu lembaga

pendidikannya juga dikenal sebagai SEKOLAH LUAR BIASA(SLB).

Anak Berkebutuhan khusus (HEWARD) adlah anak dengan karakteristik khusus yang

berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidak mampuan ental,

emosi atau fisik. Yang termsuk kedalam ABK antara lain: tuna netra,tuna runggu, tuna grahita,

tuna daksa, tuna laras,kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan

kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat.

Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki, ABK emerlukan bentuk pelayanan pendidikan

khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tuna netra

mereke memerlukan mosifikasi teks baacaan menjadi tulisan Braille dan tuna runggu

berkomunikasi dengan isyarat. Anak berkebutuhan khusus biasanya bersekolah di SLB sesuai

dengan kekhususannya masing.

2.3 Klasifikasi Dan Ciri-Ciri ABK

Anak berkebutuhan khusus adalah sebutan lain untuk anak cacat dan anak luar biasa.

Anak berkebutuhan khusus yang banyak diperhatikan:

1. Anak yang mengalami kesulitan dalam pengeliahatan (tuna netra)

2. Anak yang mengalami kesulitan pendengaran atau tuli dan anak yang mengalami

kesulitan dalam berbicara atau bisu (tuna runggu dan tuna wicara)

Page 5: Makalah ABK

3. Anak yang mengalami kesulitan kondisi fisik atau cacat tubuh (tuna daksa)

4. Anak yang kesulitan perkembangan fungsional atau dengan hendaya perkembangan

intelegensi (tuna grahita)

5. Anak yang mengalami kesulitan karena salah asuh (tuna laras)

6. Anak yang mengalami kesulitan campuran (tuna ganda)

7. Anak yang mengalami kesulitan belajar

8. Anak hiperaktif

9. Anak autistic

10. Anak berbakat

A. Tunanetra

Anak tunanetra pada umumnya hidup normal dengan tingkat intelegensi dan perasaan

tidak mengalami hambatan. Namun jarak dan beragamnya pengalaman menjadikan mereka

memiliki kemampuan terbatas karena tidak sama dengan orang yang bias melihat. Kondisi

tersebut berpengaruhi pada pengalamannya terhadap linkungan serta mereka tidak memiliki

kendali yang sama pada lingkungan dan diri sendiri mereka mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengucapkan kata pertama

walaupun susunan kata-katanya sama dengan anak normal. Bahasa merupakan sesuatu yang

sangat berguna untuk mengetahui apa yng sedang terjadi dilingkungannya sehingga pada

akhirnya orang lain dapat berkomunikasi dengan mereka. Dalam perkembangan social anak

tunanetra melakukan interaksi dengan cara menyentuh dan mendengar objeknya. Hal ini disebut

dengan kemampuan taktil yaitu kemampuan merasakan objek melalui sentuhan jari jemarinya.

Kemampuan ini terdiri atas kemampuan mengekplorasi dan kemampuan menyetuh dengan indra

peraba.

Menurut Daniel p. Hallalhan dalam Mardiati Busono, 1988 yang dikutip dari buku

Geniofam bahwa tuna netra dapat dibagi menjada atas 2 kelompok besar yaitu:

A. Buta Total

Orang dikatakan buta total jika tidak dapat melihat 2 jari dimukanya atau hanya melihat sinar

atau cahaya yang lumayan dapat dipergunakan untuk orientasi mobilitas. Mereka hanya mampu

menggunakan huru BRAILLE.

Page 6: Makalah ABK

Intelektual atau kecerdasaan anak tuna netra pada umumnya tidak berbeda jauh dengan anak

normal. Kecendrungan 10 anak tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah. Biasanya anak

tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan timbulnya beberapa

masalah anatara lain:

a. Curiga terhadap orang lain, akibat dari keterbatasan rangsangan visual dan kurang

mampu berorientasi dengan lingkungan sehingga kemampuan mobilitas pun terganggu.

Dengan banyak latihan berorientasi dan mobilitas serta upaya mempertajam fungsi indera

lainnya akan membantu anak tunnetra dalam menumbuhkan sikap disiplin dan rasa

percaya diri.

b. Perasaan mudah tersinggung, Dapat disebabkan oleh terbatasny rangsangan visual yang

diterima pengalam sehari-hari yang selalu menumbuhkan kecewa menjadikan seorang

tuna netra yang emosional.

c. Ketergantungan berlebihan, anak tuna netra berkesulitan dalam mengatasi kesulitan diri

sendiri, cendrung mengharapkan pertolongan lain. Anak tunnetra harus dilatih untuk

mampu menolong dirinya sendiri dan bertanggung jawab, seperti makan, minum,mandi,

berpakian dibiasakan melakukansendiri sejak kecil.

B. Low Vision

Ciri yang tampak pada anak low vision adalah:

1. Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat

2. Hanya mampu membaca huruf yang berukuran besar

3. Mata tampak lain terlihat lain putih ditengah mata (katarak) atau kornea ( bagian

pening didepan mata) terlihat berkabut

4. Terlihat tidak menatap lurus kedepan

5. Memicingkan mata atau mengkerutkan kening terutama dicahaya terang atau saat

mencoba melihat sesuatu

6. Lebih sulit melihat pada malam hari daripada siang hari

7. Pernah menjalani operasi mata dan memakai kaca mata yang sangat tebal tetapi masih

tidak dapat melihat dengan jelas.

Page 7: Makalah ABK

2.5 Tuna Rungu

Tuna runggu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen

maupun tidak permanen. Klasifikasi tuna runggu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran

adalah :

1. Gangguan pendengaran sangat ringan

2. Gangguan pendengaran ringan

3. Gangguan pendengaran sedang

4. Gangguan pendengaran berat

5. Gangguan pendengaran ekstrem / tuli

Karena memiliki hambatan dalam pendengaran indivu tunarungu memiliki hambatan dalam

berbicara sehingga mereka biasa disebut tuna wicara. Cara berkomunikasi dengan individu

menggunakan bahasa isyarat bahasa berbeda-beda disetiap Negara. Saat ini beberapa sekolah

sedang dikembangkan komunukasi totatal yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan

bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan

dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

Page 8: Makalah ABK

BAB III

PEMBAHASAN

3.1   Sejarah Pendidikan ABK

Pendidikan khusus tumbuh dari satu kesadaran awal bahwa beberapa anak membutuhkan

sejenis pendidikan yang berbeda dari pendidikan tipikal atau biasa agar dapat mencapai potensi

mereka. Akar dari kesadaran ini dapat ditelusuri di Eropa pada tahun 1700-an ketika para pionir

tertentu mulai membuat upaya-upaya terpisah untuk pendidikan anak berkebutuhan khusus.

Salah satu upaya tersebut dengan mendirikan lembaga-lembaga residensial yang didirikan di

Amerika Serikat untuk mengajar penyandang cacat terbanyak di awal 1800-an. Hal ini membuat

Amerika Serikat menjadi negara yang memimpin negara-negara lain dalam pengembangan

pendidikan khusus di seluruh dunia. Pengenalan yang perlahan-lahan terhadap pendidikan

khusus sebagai sebuah profesi yang membutuhkan keahlian telah merangsang perkembangan

bidang ini. Sehingga organisasi-organisasi profesi dan kelompok-kelompok pendukung mulai

didirikan dan menjadi kekuatan yang dahsyat di belakang banyaknya perubahan yang mengakar

dan memberikan kekuatan munculnya layanan-layanan pendidikan khusus.

Setiap negarapun mulai menyediakan jenis layanan yang berbeda dengan Negara lainnya

yang didasarkan pada sumber daya keuangan Negara bersangkutan. Pengadaan pendidikan

khusus ini akan terus menarik perhatian dari para pembuat kebijakan, orang tua, pendidik,

kelompok-kelompok pendukung akan terus berupaya mandapatkan mandate guna menjamin

terlaksananya pengadaan tersebut.

Dewasa ini, peran lembaga pendidikan sangat menunjang tumbuh kembang dalam mengolah

system maupun cara bergaul dengan orang lain. Selain itu lembaga pendidikan tidak hanya

sebatas wahana untuk system bekal ilmu pengetahuan, namun juga sebagai lembaga yang dapat

member skill atau bekal untuk hidup yang nanti diharapkan dapat bermanfaat dalam masyarakat.

Sementara itu, lembaga pendidikan tidak hanya ditunjukkan kepada ank yang memiliki

kelengkapan fisik saja, tapi juga anak-anak keterbelakangan mental. Pada dasarnya pendidikan

untuk anak berkebutuhan khusus sama dengan pendidikan anak-anak pada umumnya.

Page 9: Makalah ABK

Para ahli sejarah pendidikan biasanya menggambarkan mulainya pendidikan luar biasa pada

akhir abad ke 18 atau awal abad ke 19. Di Indonesia di mulai ketika Belanda masuk ke Indonesia

(1596-1942), dimana dengan memperkenalkan system persekolahan dengan orientasi barat,

untuk pendidikan bagi anak penyandang cacat dibuka lembaga-lembaga khusus. Lembaga

pertama untuk anak tunanetra, tunagrahita tahun 1927 dan untuk tunarungu tahun 1930 yang

ketiganya terletak di Kota Bandung.

Tujuh tahun setelah proklamasi kemerdekaan, pemerintah RI mengundang-undangkan

tentang pendidikan. Undang-undang tersebut menyebutkan pendidikan dan pengajaran luar biasa

diberikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan (pasal 6 ayat 2) dan untuk itu anak-

anak tersebut berhak dan diwajibkan belajar di sekolah sedikitnya 6 tahun (pasal 8). Dengan ini

dapat dinyatakan berlakunya undang-undang tersebut maka sekolah-sekolah baru yang khusus

bagi anak-anak penyandang cacat, termasuk untuk anak tunadaksa dan tunalaras yang disebut

dengan Sekolah Luar Biasa (SLB).

Berdasarkan urutan berdirinya SLB pertama untuk masing-masing kategori kecacatan SLB

dikelompokkan menjadi:

1.      SLB A untuk anak tunanetra

2.      SLB B untuk anak tunarungu

3.      SLB C untuk anak tunagrahita

4.      SLB D untuk anak tunadaksa

5.      SLB E untuk anak tunalaras

6.      SLB F untuk anak tunaganda

3.2   Pasal-pasal yang Melandasi Pendidikan Luar Biasa

Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 disampaikan bahwa tiap warga Negara tanpa terkecuali

apakah dia mengalami kelainan atau tidak mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

pendidikan. Kemudian pada tahun 2003, dikeluarkan UU No. 20 tentang system pendidikan

nasional. Dimana dalam UU tersebt erat kaitannya dengan pendidikan anak berkebutuhan khusus

sbb:

BAB I (pasal 1 ayat 18), wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti

oleh warga Negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah.

Page 10: Makalah ABK

BAB II (pasal 4 ayat 1), pendidikan diselenggarakan secara demokratis berdasarkan HAM,

agama, cultural, dan kemajemukan bangsa.

BAB IV (pasal 5 ayat 1), setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

pendidikan yang bermutu baik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual atau

social berhak memperoleh pendidikan khusus.

BAB V bagian 11 (pasal 32 ayat 1), pendidikan khusus bagi peserta yang memiliki tingkat

kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, social,

atau memiliki potensi kecerdasan.

3. 3 Pengertian Pendidikan Luar Biasa

Pendidikan luar biasa adalah merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki

tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental

social, tetapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Selain itu pendidikan luar biasa

juga berarti pembelajaran yang dirancang khususnya untuk memenuhi kebutuhan yang unik dari

anak kelainan fisik. Pendidikan luar biasa akan sesuai apabila kebutuhan siswa tidak dapat

diakomodasikan dalam program pendidikan umum. Secara singkat pendidikan individu siswa.

3.4    Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang

berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan padaketidakmampuan mental,

emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita,

tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan

kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat.

Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan

pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi

tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu

berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

Anak berkebutuhan khusus, sesungguhnya banyak sekali variasi dan derajat kelainan. Ini

mencakup anak-anak yang mengalami kelainan fisik, mental intelektual, sosial emosional,

maupun masalah akademik dan anak autis.

Adapun karakteristik secara umun ialah:

Page 11: Makalah ABK

1. Anak-anak berkelainan fisik:

a.       Klasifikasi Anak Tuna Netra

b.      Klasifikasi anak tuna Rungu

c.       Klasifikasi Anak Tuna Daksa

2. Anak Berkelainan Mental Emosional:

a.       Klasifikasi Anak Tuna Grahita

b.      Klasifikasi Anak Tuna Laras

3. Anak Berkelainan Akademik

a. Klasifikasi anak berbakat

b. Klasifikasi anak berkesulitan belajar.

4. Anak Autis

3.5     Klasifikasi Dan Ciri-Ciri Tunanetra, Tuna Runggu

1.      Klasifikasi Anak Tuna Netra

Anak tuna netra adalah anak yang mengalami kelainan atau gangguan fungsi penglihatan,

yang memiliki tingkat atau klasifikasi yang berbeda-beda. Secara pedagogis membutuhkan

layanan pendidikan khusus dalam belajarnya di sekolah, berdasarkan tingkatannya dapat

diklasifikasi sebagai berikut:

a.             Berdasarkan tingkat ketajaman penglihatan

1)             Low vision (kurang lihat) yaitu penyandang tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan

6/20m-6/60m.

2)        berat atau The Blind yaitu penyandang tunanetra yang memiliki tingkat ketajaman penglihatan

6/60m atau kurang. Untuk yang kategori berat ini, masih ada dua kemungkinan yaitu adakalanya

masih dapat melihat gerakan-gerakan tangan atau hanya dapat membedakan gelap dan terang.

Sedangkan tuna netra yang memiliki ketajaman penglihatan dengan visus 0, sudah sama sekali

tidak dapat melihat.

b.        Berdasarkan adaptasi Pedagogis

1)      Kemampuan melihat sedang (moderate visual disability), masih dapat melaksanakan tugas-tugas

visual yang dilakukan orang awas dengan menggunakan alat bantu khusus serta dengan bantuan

cahaya yang cukup.

Page 12: Makalah ABK

2)      Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability), memiliki penglihatan yang

kurang baik, atau kurang akurat meskipun dengan menggunakan alat bantu visual dan

modifikasi.

3)      Ketidakmampuan melihat taraf berat (profound visual disability), mengalami kesulitan dalam

melakukan tugas-tugas visual, dan tidak dapat melakukan tugas-tugas yang lebih detail seperti

membaca dan menulis.

c . Ciri-ciri tuna netra

           Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari satu meter.

           Ketajaman penglihatan 20/200 kaki yaitu ketajaman yang mampu melihat suatu benda pada

jarak 20 kaki.

         Bidang penglihatannya tidak lebih luas dari 20º.

          Kesulitan dalam mempersepsi objek.

           Ciri-ciri dari segi fisik antara lain: mata juling, sering berkedip, menyipitkan mata, kelopak

mata merah, gerakan mata tak beraturan dan cepat, mata selalu berair dan sebagainya.

           Low Vision, Ciri-ciri antara lain :

1) Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat

2) Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar

3) Memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama di cahaya terang atau saat

mencoba melihat sesuatu.

4) Gangguan masalah orientasi dan mobilitas.

5) Perlu tongkat putih untuk berjalan.

6) Umumnya memerlukan irriabaca dengan huruf Braille, radio dan pustaka kaset.

           Hampir buta, memiliki ciri-ciri:

1) Penglihatan menghitung jari kurang empat kaki

2) Penglihatan tidak bermanfaat bagi orientasi mobilitas

3) Harus memakai alat non visual

           Buta total, memiliki ciri-ciri:

1) Tidak mengenal adanya rangsangan sinar

2) Seluruhnya tergantung pada alat indera selain mata

Page 13: Makalah ABK

2.    Klasifikasi Anak Tuna Rungu

Tuna rungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ

pendengaran atau telinga seorang anak.Kondisi ini menyebabkan mereka mengalami hambatan

dan keterbatasan dalam merespon bunyi-bunyi yang ada disekitarnya.Tuna rungu terdiri atas

beberapa tingkatan kemampuan mendengar, yang umum dan khusus.

a.         Klasifikasi umum

1)      The deaf atau tuli yaitu penyandang tuna rungu berat dan sangat berat dengan tingkat ketulian

diatas 91dB.

2)      Hard of hearing atau kurang dengar yaitu penyandang tuna rungu ringan atau sedang dengan

derajat ketulian 41-55dB.

b.        Klasifikasi khusus

1)      Tuna rungu ringan, yaitu penyandang tuna rungu yang mengalami tingkat ketulian 41-55dB.

Mengalami kesulitan untuk merespon suara-suara yang datangnya agak jauh.

2)      Tuna rungu sedang, yaitu penyandang tuna rungu yang mengalami tingkat ketulian 56-70dB.

Hanya mengerti percakapan pada jarak 3-5 feet (kaki) secara berhadapan.

3)      Tuna rungu berat, yaitu penyandang tuna rungu yang mengalami tingkat ketulian 71-90dB.

Hanya dapat merespon bunyi-bunyi dalam jarak yang sangat dekat dan diperkeras.

4)      Tuna rungu sangat berat, yaitu penyandang tuna rungu yang mengalami tingkat ketulian 91 dB

keatas. Tidak dapat merespon bunyi sama sekali.

c. Ciri-Ciri Tuna Runggu

           Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20-30 Db (slight losses), memiliki irri-ciri:

1)      Kemampuan mendengan masih baik karena berada digaris batas antara pendengaran normal

dan kekurangan pendengaran taraf ringan.

2)      Tidak mengalami kesulitan memahami pembicaraan dan dapat mengikuti sekolah biasa

dengan syarat tempat duduknya perlu diperhatikan, terutama harus dekat guru.

3)      Dapat belajar bicara secara efektif dengan melalui kemampuan pendengarannya.

4)      Perlu diperhatikan kekayaan perbendaharaan bahasa supaya perkembangan bicara dan

bahasanya tidak terhambat.

5)      Yang bersangkutan menggunakan alat bantu dengan untuk meningkatkan ketajaman daya

Page 14: Makalah ABK

pendengarannya.

           Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30-40 Db (mild losses), memiliki ciri-ciri:

1)      Dapat mengerti percakapan biasa pada jarak sangat dekat.

2)      Tidak mengalami kesulitan untuk mengekspresikan isi hatinya.

3)      Tidak dapat menangkap suatu percakapan yang lemah.

4)      Kesulitan menangkap isi pembicaraan dari lawan bicaranya, jika posisi tidak searah dengan

pandangannya (berhadapan).

           Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 40-60 Db (moderate losses), memiliki

ciri-ciri:

1)      Dapat mengerti percakapan keras pada jarak dekat, kira-kira satu meter, sebab dia kesulitan

menangkap percakapan pada jarak normal.

2)      Sering terjadi mis-understanding terhadap lawan bicaranya jika diajak bicara.

3)      kesulitan menggunakan bahasa dengan benar dalam percakapan.

4)      Penyandang tunarungu kelompok ini mengalami kelainan bicara, terutama pada huruf konsonan.

5)      Pembendaharaan kosa katanya sangat terbatas.

           Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 60-75 Db (severe losses), memiliki ciri-

ciri:

1)      Kesulitan membedakan suara.

2)      Tidak memiliki kesadaran bahwa benda-benda yang ada disekitarnya memiliki getaran suara.

           Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 75 Db keatas (profoundly losses),

memiliki ciri-ciri:

1)      Pada kelompok ini hanya dapat mendengar suara keras sekali pada jarak kira-kira satu inci (±

2,54 cm) atau sama sekali tidak mendengar.

2)      Biasanya tidak menyadari bunyi keras, mungkin juga ada reaksi jika dekat telinga.

3)      Meskipun mengunakan alat pengeras suara, tetapi tetap tidak dapat memahami atau menangkap

suara.

BAB IV

PENUTUP

Page 15: Makalah ABK

4.1 Simpulan

Anak berkebutuhan khusus  (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan sebagai

anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi

kemanusiaan mereka secara sempurna. Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus,

dikarenakan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan

pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya

yang bersifat khusus.

Dalam penanganan anak berkebutuhan khusus, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan,

diantaranya yaitu penguatan kondisi mental orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus,

dukungan sosial yang kuat dari tetangga dan lingkungan sekitar anak berkebutuhan khusus

tersebut, dan yang terakhir adalah peran aktif pemerintah dalam menjadikan pelayanan kesehatan

dan konsultasi bagi anak berkebutuhan khusus.

4.2 Saran

Setelah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal yang berhubungan dengan anak

berkebutuhan khusus, sangat diharapkan bagi masyarakat indonesia terutama bagi para pendidik

dalam menyikapi dan mendidik anak yang menyandang berkebutuhan khusus dengan baik dan

sesuai dengan yang diharapkan. Karena pada dasarnya anak seperti itu bukan malah dijauhi akan

tetapi didekati dan diperlakukan sama dengan manusia normal lainnya akan tetapi caranya yang

berbeda.

Page 16: Makalah ABK

DAFTAR PUSTAKA

Sarlito, Wirawan Sarwono, 2010, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Rajawali Pers.

Dariyo, Agoes, 2007, Psikologi Perkembangan anak 3 tahun pertama, bandung: Revika

Aditama.

An, Mahfud, TT, Petunjuk Mengatasi Stres, Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Ahmadi, Abu, 2008, Psikologi Belajar, jakarta: Rineka Cipta.