33
PENGERTIAN AEROSOL I. Pengertian secara umum Aerosol merupakan istilah yang digunakan untuk sediaan semprotan kabut tipis dari sistem bertekanan tinggi. Sering disalah artikan pada semua jenis sediaan bertekanan, sebagian diantaranya melepaskan busa atau cairan setengah padat. II. Menurut FI III Aerosol adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang diberi tekanan, berisi propelan atau campuran propelan yang cukup untuk memancarkan isinya hingga habis, dapat digunakan untuk obat luar atau obat dalam dengan menggunakan propelan yang cukup. III. Menurut FI IV Aerosol farmasetik adalah sediaan yang dikemas dibawah tekanan, mengandung zat aktif terapeutik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaiaan topical pada kulit dan juga pemakaiaan local pada hidung ( aerosol nasal ), mulut ( aerosol lingual ) atau paru-paru ( aerosol inhalasi ) ukuran partikel untuk aerosol inhalasi harus lebih kecil dari 10 mm, sering disebut juga “

Makalah Aerosol

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farmasi

Citation preview

PENGERTIAN AEROSOL

I. Pengertian secara umum

Aerosol merupakan istilah yang digunakan untuk sediaan semprotan kabut tipis dari

sistem bertekanan tinggi. Sering disalah artikan pada semua jenis sediaan bertekanan,

sebagian diantaranya melepaskan busa atau cairan setengah padat.

II. Menurut FI III

Aerosol adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah

yang diberi tekanan, berisi propelan atau campuran propelan yang cukup untuk memancarkan

isinya hingga habis, dapat digunakan untuk obat luar atau obat dalam dengan menggunakan

propelan yang cukup.

III. Menurut FI IV

Aerosol farmasetik adalah sediaan yang dikemas dibawah tekanan, mengandung

zat aktif terapeutik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini

digunakan untuk pemakaiaan topical pada kulit dan juga pemakaiaan local pada hidung

( aerosol nasal ), mulut ( aerosol lingual ) atau paru-paru ( aerosol inhalasi ) ukuran partikel

untuk aerosol inhalasi harus lebih kecil dari 10 mm, sering disebut juga “ inhaler dosis

turukur “. Aerosol Busa adalah emulsi yang  mengandung satu atau lebih zat aktif, surfaktan,

cairan mengandung air atau tidak, dan propelan.

Dalam literatur lain, aerosol adalah suatu sistem koloid lipofob (hidrofil), dimana fase

eksternalnya berupa gas atau campuran gas dan fase internalnya berupa partikel zat cair yang

terbagi sangat halus atau partikel-partikelnya tidak padat, ukuran partikel tersebut  lebih  kecil

dari 50 mm. jika partikel internal terdiri dari partikel zat cair, system koloid itu berupa awan

atau embun. Jika partikel internal terdiri ndari partikel zat padat, system koloid itu berupa

asap atau debu.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PEMAKAIAN AEROSOL

1. Keuntungan pemakaian aerosol

            Beberapa keistimewaan aerosol farmasi yang dianggap menguntungkan lebih dari

bentuk sediaan lain adalah sebagai berikut :

a.  Sebagian obat dapat dengan mudah diambil dari wadah tanpa sisanya menjadi tercemar

atau terpapar.

b.  Berdasarkan pada wadah aerosol yang kedap udara, maka zat obat terlindung dari

pengaruh yang tidak diinginkan akibat O2 dan kelembapan udara.

c.  Pengobatan topikal dapat diberikan secara merata, melapisi kulit tanpa menyentuh daerah

yang diobati.

d.  Dengan formula yang tepat dan pengontrolan katup, bentuk fisik dan ukuran partikel

produk yang dipancarkan dapat diatur yang mungkin mempunyai andil dalam efektivitas

obat; contohnya, kabut halus yang terkendali dari aerosol inhalasi.

e.  Penggunaan aerosol merupakan proses yang “bersih,” sedikit tidak memerlukan

“pencucian” oleh pemakainya.

f. Mudah digunakan dan sedikit kontak dengan tangan

g. Bahaya kontaminasi tidak ada karena wadah kedap udara

h. Iritasi yang disebabkan oleh pemakaian topikal dapat dikurangi

I .Takaran yang dikehendaki dapat diatur

j. Bentuk semprotan dapat diatur

2. Kerugian pemakaian aerosol

            Kerugian bentuk sediaan aerosol dalam bentuk MDI (Metered Dose Inhalers) :

a. MDI biasanya mengandung bahan obat terdispersi dan masalah yang sering timbul

berkaitan dengan stabilitas fisiknya;

b. Seringnya obat menjadi kurang efektif;

c. Efikasi klinik biasanya tergantung pada kemampuan pasien menggunakan MDI dengan

baik dan benar.

JENIS ATAU SYSTEM AEROSOL

1. System 2 fase (gas dan cair)

Terdiri atas larutan zat aktif dalam propelan cair dan propelan bentuk uap ,

sebagai Pelarut digunakan  etanol, propilenglikol, PEG untuk menambah kelarutan zat

aktif.

Fase gas dan fase cair atau fase gas dan fase padat untuk aerosol yang berbentuk

serbuk

fase cair dapat terdiri dari komponen zat aktif / campuran zat aktif dan propelan cair /

komponen propelan yang dilarutkan di dalamnya. Yang termasuk system ini antara

lain yaitu :

            a. aerosol ruang ( space sprays) : insektisida, deodorant

            b. aerosol pelapis permukaan ( surface coating sprays ) : cat, hair sprays

aerosol system dua fase ini beroperasi pada tekanan 30 – 40 p.s.i.g ( pounds per square in

gauge ) pada suhu 21ºC.

2. System 3 fase (gas, cair, padat atau cair)

            Terdiri dari suspense atau emulsi zat aktif, propelan cair dan uap propelan. Suspense

terdiri dari zat aktif yang dapat di dispersikan dalam system propelan dengan zat tambahan

yang sesuai seperti zat pembasah atau bahan pembawa padat seperti talk dan silica koloida.

            Aerosol system 3 fase ini beroperasi pada tekanan 15 p.s.i.g ( pounds per square in

gauge) pada suhu 21ºC.

KOMPONEN AEROSOL

1.   Wadah

Berbagai bahan yang telah digunakan dalam pembuatan wadah aerosol, termasuk (1)

gelas, dilapisi atau tidak dilapisi plastik; (2) logam, termasuk kaleng yang disepuh dengan

baja, aluminium dan baja tidak berkarat (stainless steel); dan (3) plastik. Pemilihan wadah

untuk produk aerosol berdasarkan pada kemampuan penyesuaiannya terhadap cara

pembuatan, ketercampurannya dengan komponen formula, kemampuannya untuk menahan

tekanan yang diharapkan produk, kepentingannya dalam model dan daya tarik estetik pada

bagian pembuatan pembiayaan.

Ini bukan untuk kerapukan dan bahaya pecahnya, wadah gelas lebih dipilih untuk

sebagian besar aerosol. Gelas mencegah lebih banyak persoalan yang disebabkan oleh

ketidak campuran secara kimia dengan formulasi dari pada yang terjadi dengan wadah logam

dan bukan menjadi sasaran karat. Gelas juga lebih dapat disesuaikan dengan kreativitas

model. Segi negatifnya, wadah gelas harus direncanakan tepat untuk menghasilkan tekanan

maksimum yang aman dari daya tahan tekan yang kuat. Lapisan plastik umum dipakai di

permukaan luar wadah gelas untuk membuatnya lebih tahan terhadap kepecahan yang tidak

disengaja, dan bila pecah, lapisan plastik mencegah penyebaran pecahan-pecahan gelas. Bila

tekanan total sistem aerosol di bawah 25 p.s.i.g dan tidak lebih dari 50% propelan digunakan,

wadah gelas diperhitungkan cukup aman. Bila diperlukan, lapisan dalam wadah gelas dapat

dilapisi, untuk membuatnya lebih tahan terhadap zat-zat kimia dari bahan-bahan formulasi.

Pada saat sekarang, wadah kaleng yang disepuh dengan baja yang paling banyak

digunakan dari wadah logam untuk aerosol. Karena bahan awal yang digunakan dalam

bentuk lapisan-lapisan, tabung aerosol yang lengkap dilipat dan dipatri untuk mendapatkan

unit yang tertutup. Bila dikehendai, lapisan penjaga khusus digunakan dalam wadah untuk

mencegah berkarat dan interaksi antara wadah dan formula. Wadah harus dicoba hati-hati

sebelum diisi. Untuk menjamin bahwa tidak ada kebocoran pada lipatan atau pada lapisan

penjaga, yang akan membuat wadah lemah atau menjadi sasaran karat.

Wadah aluminium terbanyak dibuat dengan penjuluran atau dengan cara lain yang

membuatnya tanpa lipatan. Wadah ini mempunyai keuntungan melebihi jenis wadah yang

dilipat dalam hal keamanannya terhadap kebocoran, ketidakcampuran, dan karat. Baja tidak

berkarat, digunakan untuk mendapatkan wadah aerosol volume kecil tertentu dimana

dibutuhkan daya tahan yang besar terhadap zat-zat kimia. Keterbatasan pemakaian baja tidak

berkarat ini adalah biayanya yang tinggi.

Wadah plastik tidak selalu berhasil baik sebagai pengemas aerosol karena sifatnya

yang tidak ditembus oleh uap dalam wadah. Juga, interaksi tertentu obat plastik telah terjadi

yang mempengaruhi penglepasan obat dari wadah dan menurunkan efektivitas produk.

2.   Propelan

Propelan berfungsi memberikan tekanan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan bahan

dari wadah dan dalam kombinasi dengan komponen lain mengubah bahan ke bentuk fisik

yang diinginkan. Sebagai propelan digunakan gas yang dicairkan atau gas yang dimampatkan

misalnya hidrokarbon, khususnya turunan fluoroklorometana, etana, butana dan pentana (gas

yang dicairkan), CO2, N2, dan Nitrosa (gas yang dimampatkan).Sistem propelan yang baik

harus mempunyai tekanan uap yang tepat sesuai dengan komponen aerosol lainnya.

3.   Konsentrat mengandung zat aktif

Konsentrat zat aktif menggunakan pelarut pembantu untuk memperbaiki kelarutan zat

aktif/zat berkhasiat atau formulasi dalam propelan, misalnya etanol, propilenglikol, PEG.

4. Katup

Fungsi katup terpasang adalah untuk memungkinkan penglepasan isi wadah dari

tabung dalam bentuk yang diinginkan dengan kecepatan yang diinginkan dan dengan adanya

katup yang berukuran, dalam jumlah/dosis yang tepat. Bahan yang digunakan dalam

pembuatan katup harus disetujui oleh FDA. Di antara bahan-bahan yang digunakan dalam

pembuatan berbagai katup ialah plastik, karet, aluminium, dan baja tidak berkarat.

Katup aerosol terpasang biasanya terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :

a. Aktuator; Aktuator adalah konsep yang ditekankan oleh pemakai untuk mengaktifkan katup

terpasang untuk pemancaran produk. Aktuator memungkinkan pembukaan dan penutupan

katup dengan mudah. Ini terjadi lewat lubang pada aktuator dimana produk dilepaskan.

Modal ruang dalam dan ukuran lubang pemancar di aktuator berperan pada bentuk fisik

produk yang dilepas (kabut, semprotan halus, aliran zat padat, atau busa). Campuran jenis

dan jumlah propelan yang digunakan, model aktuator dan ukuran mengontrol besarnya

partikel produk yang dipancarkan. Lebih besar lubang (dan lebih sedikit propelan) yang

digunakan untuk memancarkan produk dalam bentuk busa atau aliran padat dibandingkan

untuk memancarkan produk dalam bentuk semprotan atau kabut.

b. Tangkai; Tangkai membantu aktuator dan pengeluaran produk dalam bentuk yang tepat ke

ruangan aktuator.

c. Pengikat; Pengikat ditempatkan dengan tepat (pas) terhadap tangkai, untuk mencegah

kebocoran formula bila katup pada posisi tertutup.

d. Pegas; Pegas memegang pengikat pada tempatnya dan juga merupakan mekanisme yang

menarik kembali aktuator ketika tekanan dilepaskan, kemudian mengembalikan katup ke

posisi semula.

e. Lengkungan bantalan; Lengkungan bantalan terikat pada tabung aerosol atau wadah, berperan

dalam pemegangan katup ditempatkannya. Karena bagian bawah lengkung bantalan ini

terkena formula, maka ia harus mendapat perhitungan atau pertimbangan yang sama dengan

bagian dalam wadah, agar kriteria ketercampuran dipenuhi. Bila diperlukan, harus dilapisi

dengan bahan yagn inert (seperti resin epoksi atau vinil) untuk mencegah interaksi yang tidak

dikehendaki.

f. Badan; Badan terletak langsung di bawah lengkung bantalan berperan dalam menghubungkan

pipa tercelup dengan tangkai dan aktuator. Bersama dengan tangkai, lubangnya membantu

menentukan kecepatan penglepasan bentuk produk yang dikeluarkan.

g. Pipa tercelup; Pipa tercelup, memanjang dari badan menurun masuk ke dalam produk,

berperan untuk membawa formula dari wadah ke katup. Kekentalan produk dan kecepatan

penglepasan yang dituju ditentukan oleh besarnya pelebaran dimensi (ukuran) dalam pipa

tercelup dan badan untuk produk tertentu.

Aktuator, tangkai, badan, dan pipa tercelup umumnya dibuat dari plastik, lengkung

bantalan dan pegas dari logam, pengikat dari karet atau plastik yang sebelumnya telah diteliti

ketahannya terhadap formula.

Katup pengukur digunakan bila formula adalah obat yang kuat, seperti pada terapi

inhalasi. Di sini dipakai sistem katup pengukur, jumlah bahan yang dilepaskan diatur oleh

ruang katup pembantu berdasarkan pada kapasitasnya atau ukurannya. Tekanan tunggal pada

aktuator menyebabkan pengosongan ruangan ini dan penglepasan ini. Keutuhan ruang

dikontrol oleh mekanisme dua katup. Bila katup aktuator pada posisi tertutup, penutup antara

ruang dan udara luar diaktifkan. Akan tetapi, pada posisi ini ruangan dimungkinkan untuk

diisi dengan isi dari wadah karena penutup antara ruang dengan wadah terbuka. Penekanan

aktuator menyebabkan pembalikan secara serentak kedudukan penutup, ruang menjadi

terbuka ke arah udara luar, melepaskan isinya dan pada waktu yang sama ruang tertutup

terhadap isi wadah. Pada penglepasan aktuator, sistem dikembalikan untuk mendapatkan

dosis berikutnya. USP memuat pemeriksaan penentuan jumlah yang dilepas katup pengukur

secara kuantitatif.

Produk aerosol hampir seluruhnya mempunyai tutup pengaman atau penutup yang pas

tepat di atas katup dan lengkung bantalan. Pemberian tutup ini untuk menjaga katup dari

pengotoran debu dan kotoran. Tutup umumnya dibuat dari plastik atau logam dan juga

memberi fungsi dekoratif.

PEMBUATAN AEROSOL

V.1 Proses pengisian dengan pendinginan

Konsentrat ( umumnya di dinginkan smpai suhu dibawah 0 ºC ) dan propelan dingin

yang telah di ukur, dimasukan dalam wadah terbuka ( biasanya wadah telah didinginkan ).

Katup penyemprot kemudian di pasang pada wadah hingga membentuk tutup kedap tekanan.

Selama interval antara penambahan propelan dan pemasangan katup terjadi

penguapan propelan yang cukup untuk mengeluarkan udara dari wadah.

V.2 Proses pengisian dengan tekanan ( Panas )

Hilangkan udara dalam wadah dengan cara penghampaan atau dengan menambah

sedikit propelan, isikan konsentrat ke dalam wadah, tutup kedap wadah. Isikan propelan

melalui lubang katup dengan cara penekanan, atau propelan di biarkan mengalir dibawah

tutup katup, kemudian katup di tutup ( pengisian dilakukan di bawah tutup ).

Pengendalian proses pembuatan biasanya meliputi pemantauan formulasi yang sesuai

dan bobot pengisi propelan serta uji tekanan dan uji kebocoran pada produk akhir aerosol.

BAG VI

FORMULASI AEROSOL

Formulasi aerosol terdiri dari dua komponen yang esensial :

A.    Bahan obat yang terdiri dari zat aktif dan zat tambahan (pelarut, antioksidan, dansurfaktan)

B. Propelan dapat (tunggal atau campuran)

Zat tambahan dan propelan tersebut sebelum di formulasikan harus diketahui betul- betul

sifat fisika dan kimianya dan efek yang ditimbulkan terhadap sediaan jadi. Tergantung dari

type aerosol yang di pakai, aerosol farmasi dapat dibuat sebagai embun halus, pancaran

basah, busa stabil.

BAG VII

CARA KERJA AEROSOL

Aerosol bekerja dengan dasar sebagai berikut :

A.    Jika suatu gas yang dicairkan berada daalam wadah yang tertutup, maka sebagai dari gas

tersebut akan menjadi uap dan sebagian lagi tetap cair. Dalam keaadaan keseimbangan, fase

uap naik, fase cair turun.

B.     Komponen zat aktif dari obat dilarutkan / di dispersikan dalam fase cair dri gas tersebut.

C.     Fase uap gas memberi tekanan pada dinding dan pernukaan fase cair.

D.    Jika pada fase cair dimasukan tabung yang pangkalnya melekap pada katup dan hanya

ujungnya yang masuk ke fase cair, maka karena tekanan uap tersebut, fase cair akan naik

melalui tabung ke lubang katup.

E.     Jika tombol pembuka ( actuator ) ditekan, katup terbuka, fase cair didorong keluar selama

actuator ditekan.

F.      Fase gas yang berkurang akan terisi kembali oleh fase cair yang menguap.

G.    Fase cair yang keluar bersama zat aktif, karena titik didihnya terlampaui, akan menguap di

udara menyebabkan terjadinya bentuk semprotan atau spray.

BAG VIII

PEMERIKSAAN

VIII.1 Derajat semprotan

Derajat semprot adalah angka yang menunjukkan jumlah bobot isi aerosol yang

disemprotkan dalam satu satuan waktu tertentu dinyatakan dalam gram tiap detik.

Caranya:

·         Pilih tidak kurang dari 4 wadah

·         Tekan actuator masing-masing wadah selama 2 sampai 3 detik

·         Timbang sesama masing-masing wadah, celupkan ke dalam penangas air pada suhu 250 C

sampai tekanan tetap

·         Keluarkan wadah dari penangas air dan keringkan

·         Tekan actuator masing-masing wadah selama 5,0 detik, lalu timbang masing-masing wadah

·         Masukkan kembali ke dalam penangas air bersuhu tetap dan ulangi percobaan tiga kali untuk

masing-masing wadah

·         Hitung derajat semprotan rata-rata masing-masing wadah dalam gram per detik.

VIII.2 Pengujian kebocoran

            Caranya:

·         Pillih 12 wadah, catat tanggal dan waktu (pembulatan sampai ½ jam)

·         Timbang wadah satu persatu (pembulatan sampai mg), catat bobot sebagai W1

·         Biarkan wadah dalam posisi tegak selama tidak kurang dari 3 hari pada suhu kamar

·         Timbang kembali wadah satu persatu, catat bobot sebagai W2

·         Hitung waktu perobaan dan catatwaktu sebagai T (dalam jam)

·         Hitung derajat kebocoran (Dkb) masing-masing wadah dalam tiap tahun dengan rumus:

Dkb =(W1-W2) x (365/T) x 24

            Bobot tertera dalam etiket

·         Sediaan memenuhi syarat jika DKb rata-rata tiap tahun dari 12 wadah tidak lebih dari 3,5%

dan jika tidak satupun bocor lebih dari 5% pertahun

·         Jika satu wadah bocor lebih dari 5% pertahun, tetapkan DKb dengan menggunakan 24 wadah

lainnya

·         Sediaan memenuhi syarat jika dari 36 wadah, tidak lebih dari 2 wadah yang bocor lebih dari

5% pertahun dan tidak satupun wadah lebih dari 7% pertahun, dari bobot yang  tertera pada

etiket.

VIII.3 Pengujian tekanan

            Caranya:

·         Pilih tidak kurang dari 4 wadah

·         Lepaskan tutup, celupkan dalam penangas air pada suhu tetap 250 C sampai tekanan tetap

·         Keluarkan wadah dari penangas, kocok baik-baik

·         Lepaskan akuator an keringkan

·         Ukur tekanan dengan memasang alat ukur tekanan pada tangkai katup

·         Baca tekanan dalam wadah pada alat pengukur tekanan.

BAG IX

SIGNATURA

Signatura pada sediaan aerosol itu misalnya pada obat alupent aerosol:

A.    S.Nebulizer, 1-2 kali ( semprotkan kedalam mulut sehari 1-2 kali ).

B.     S. Semprotkan jika pernafasan terganggu.

C.     S. semprotkan jika perlu.

BAG X

INHALASI

X.1 Pengertian inhalasi

Inhalasi adalah sediaan obat atau larutan atau suspense terdiri atas satu atau lebih

bahan obat yang diberikan melalui saluran nafas hidung atau mulut untuk memperoleh efek

local dan sistemik.

Cara memberikan obat melalui hirupan tersebut dikenal sebagai terapi inhalasi. Secara

garis besar ada 3 macam alat/jenis terapi inhalasi, yaitu nebulizer, MDI (metered dose inhaler),

dan DPI (dry powder inhaler). Jenis DPI yang paling sering digunakan adalahturbuhaler. Terapi

inhalasi memiliki keuntungan dibandingkan dengan cara oral (diminum) atau disuntik, yaitu

langsung ke organ sasaran, awitan kerja lebih singkat, dosis obat lebih kecil, dan efek samping

juga lebih kecil.

Untuk mendapatkan manfaat obat yang optimal , obat yang diberikan per inhalasi harus

dapat mencapai tempat kerjanya di dalam saluran napas. Obat yang digunakan biasanya dalam

bentuk aerosol, yaitu suspensi partikel dalam gas. Pemakaian alat perenggang (spacer)

mengurangi deposisi (penumpukan) obat dalam mulut (orofaring), sehingga mengurangi jumlah

obat yang tertelan, dan mengurangi efek sistemik. Deposisi (penyimpanan) dalam paru pun lebih

baik, sehingga didapatkan efek terapetik (pengobatan) yang baik. Obat hirupan dalam bentuk

bubuk kering (DPI = Dry Powder Inhaler) seperti Spinhaler, Diskhaler, Rotahaler, Turbuhaler,

Easyhaler, Twisthaler memerlukan inspirasi (upaya menarik/menghirup napas) yang kuat.

Umumnya bentuk ini dianjurkan untuk anak usia sekolah.

Jenis Terapi Inhalasi

Pemberian aerosol yang idel adalah dengan alat yang sederhana, mudah dibawa, tidak

mahal, secara selektif mencapai saluran napas bawah, hanya sedikit yang tertinggal di saluran

napas atas, serta dapat digunakan oleh anak, orang cacat, dan orang tua. Namun keadaan ideal

tersebut tidak dapat sepenuhnya tercapai.

Berikut beberapa alat terapi inhalasi:

A.      Metered Dose Inhaler (MDI)

B. MDI tanpa Spacer

C. Spacer (alat penyambung)

 akan menambah jarak antara alat dengan mulut, sehingga kecepatan aerosol pada saat

dihisap menjadi berkurang. Hal ini mengurangi pengendapan di orofaring (saluran napas

atas). Spacer ini berupa tabung (dapat bervolume 80 ml) dengan panjang sekitar 10-20 cm,

atau bentuk lain berupa kerucut dengan volume 700-1000 ml. Penggunaan spacer ini sangat

menguntungkan pada anak.

D.      Dry Powder Inhaler (DPI)

Penggunaan obat dry powder (serbuk kering) pada DPI memerlukan hirupan yang cukup

kuat. Pada anak yang kecil, hal ini sulit dilakukan. Pada anak yang lebih besar, penggunaan obat

serbuk ini dapat lebih mudah, karena kurang memerlukan koordinasi dibandingkan MDI.

Deposisi (penyimpanan) obat pada paru lebih tinggi dibandingkan MDI dan lebih konstan.

Sehingga dianjurkan diberikan pada anak di atas 5 tahun.

E.       Nebulizer

Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus-

menerus, dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan, atau gelombang ultrasonik.

Aerosol yang terbentuk dihirup penderita melalui mouth piece atau sungkup.

Bronkodilator yang diberikan dengan nebulizer memberikan efek bronkodilatasi (pelebaran

bronkus) yang bermakna tanpa menimbulkan efek samping. Hasil pengobatan dengan nebulizer

lebih banyak bergantung pada jenis nebulizer yang digunakan. Ada nebulizer yang menghasilkan

partikel aerosol terus-menerus, ada juga yang dapat diatur sehingga aerosol hanya timbul pada

saat penderita melakukan inhalasi, sehingga obat tidak banyak terbuang

X.2 Pemakaian inhalasi salbutamol

Kata asma berasal dari bahasa Yunani “asthma” yang berarti sukar bernafas. Asma

termasuk salah satu penyakit yang memiliki angka kejadian yang relatif tinggi di Indonesia.

Oleh karena itu, kata ”asma” tentu sudah tidak terdengar asing lagi bagi sebagian besar

masyarakat. Penyakit asma bisa bisa muncul kapan saja dan bisa diderita oleh siapa saja

tanpa pandang bulu, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, baik wanita maupun laki-

laki. Saat kambuh, panderita akan mengalami sesak nafas sehingga aktivitas sehari-hari,

seperti sekolah maupun kerja, bisa terganggu. Selain mengganggu aktivitas, penyakit ini

bahkan bisa menyebabkan kematian bila tidak ditangani secara cepat dan tepat. Namun jika

penyakit ini dikendalikan, kematian dapat dicegah dan penderita asma tak perlu mengalami

serangan lagi atau gejalanya berkurang. Untuk dapat mengetahui bagaimana cara pencegahan

dan pengobatan yang tepat untuk asma, maka penderita perlu mengenal lebih jauh tentang

asma terlebih dahulu.

Asma adalah penyakit yang disebabkan karena adanya inflamasi (peradangan) kronis pada

saluran pernafasan, yang belum diketahui secara pasti penyebabnya. Beberapa faktor yang

dapat memicu terjadinya asma antara lain adalah: infeksi saluran pernafasan, alergen (debu,

bulu hewan, serbuk sari, dll), kondisi lingkungan (udara dingin, asap rokok), stress, olahraga

berat, obat (aspirin, NSAIDs, β-blocker). Adanya peradangan membuat saluran pernafasan

menjadi sangat sensitif terhadap rangsangan dan mudah mengalami penyempitan.

Penyempitan ini menyebabkan udara yang masuk dan keluar saluran pernafasan terhalang

sehingga penderita menjadi sesak. Selain itu, serangan asma juga sering disertai dengan

serangan batuk, nafas pendek, rasa sesak di dada. Pada asma yang sudah parah biasanya juga

ditandai dengan wheezing atau “mengi”, terutama pada malam hari. Penyempitan saluran

nafas pada asma bersifat reversible dan serangan biasanya berlangsung beberapa menit

sampai beberapa jam.

Kelainan utama penyakit asma adalah peradangan saluran nafas, sehingga

pengelolaan/pengobatannya bukan hanya ditujukan untuk menghilangkan gejala sesak nafas

semata, tetapi juga berbagai tujuan berikut yaitu, agar penderita mempunyai fungsi paru

mendekati normal dan gejala asmanya menghilang atau minimal. Tujuan lainnya adalah agar

serangan asma minimal, pemakaian obat untuk serangan sesak berkurang, dan tidak

ditemukan efek samping obat.

Secara umum, ada 2 cara untuk mengatasi asma yaitu dengan terapi non-farmakologis (tanpa

obat) dan terapi farmakologis (dengan obat). Terapi non farmakologis dapat dilakukan

dengan menghindari faktor-faktor resiko yang dapat menimbulkan asma serta dengan

melakukan olahraga ringan seperti renang.

Adapun untuk terapi farmakologis, ada dua jenis obat yang biasa digunakan yaitu quick-relief

dan long-term control. Kedua jenis obat tersebut memiliki cara kerja yang berbeda. Obat-obat

quick-relief, misal bronkodilator, bekerja dengan merelaksasi otot-otot di saluran nafas

sehingga saluran nafas yang semula menyempit akan melebar kembali dan penderita mampu

bernafas dengan lega. Dengan demikian, obat-obat ini lebih efektif digunakan saat serangan

asma terjadi. Adapun obat-obat long-term relievers digunakan untuk mencegah timbulnya

serangan asma dengan mengatasi peradangan di saluran pernafasan agar tidak semakin

memburuk, antara lain dengan mengurangi udem. Contoh obat yang termasuk long-term

relievers ini adalah kortikosteroid.

Salbutamol merupakan salah satu bronkodilator yang paling aman dan paling efektif. Tidak

salah jika obat ini banyak digunakan untuk pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran

pernafasan yang menyempit, obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise-

induced broncospasm (penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga). Saat ini, salbutamol

telah banyak beredar di pasaran dengan berbagai merk dagang, antara lain: Asmacare,

Bronchosal, Buventol Easyhaler, Glisend, Ventolin, Venasma, Volmax, dll. Selain itu,

salbutamol juga telah tersedia dalam berbagai bentuk sediaan mulai dari sediaan oral (tablet,

sirup, kapsul), inhalasi aerosol, inhalasi cair sampai injeksi. Adapun dosis yang dianjurkan

adalah sebagai berikut:

A. Sediaan oral

Anak  : 200 mcg/kg BB diminum 4 kali sehari

· Anak 2-6 tahun : 1-2 mg 3-4 kali sehari

· Anak 6-12 tahun : 2 mg diminum 3-4 kali sehari

· Dewasa : 4 mg diminum 3-4 kali sehari, dosis maksimal 1 kali minum sebesar 8 mg

Catatan : dosis awal untuk usia lanjut dan penderita yang sensitif sebesar 2 mg

Ø Inhalasi aerosol

* Anak : 100 mcg (1 hisapan) dan dapat dinaikkan menjadi 200 mcg (2 hisapan) bila perlu.

* Dewasa : 100-200 mcg (1-2 hisapan), 3-4 kali sehari 

Ø Inhalasi cair

* Dewasa dan anak >18 bulan : 2,5 mg diberikan sampai 4 kali sehari atau 5 kali bila perlu.

* Catatan : manfaat terapi ini pada anak 

Ø Injeksi subkutan atau intramuscular

* Dosis : 500 mcg diulang tiap 4 jam bila perlu 

Ø Injeksi intravena lambat

* Dosis : 250 mcg, diulang bila perlu 

Sediaan inhalasi cair banyak digunakan di rumah sakit untuk mengatasi asma akut yang berat,

sedangkan injeksi digunakan untuk mengatasi penyempitan saluran nafas yang berat. Bentuk

sediaan lain, seperti tablet, sirup dan kapsul digunakan untuk penderita asma yang tidak dapat

menggunakan cara inhalasi. Dari berbagai bentuk sediaan yang ada, pemberian salbutamol

dalam bentuk inhalasi aerosol cenderung lebih disukai karena selain efeknya yang cepat, efek

samping yang ditimbulkan lebih kecil jika dibandingkan sediaan oral seperti tablet. Bentuk

sediaan ini cukup efektif untuk mengatasi serangan asma ringan sampai sedang, dan pada

dosis yang dianjurkan, efeknya mampu bertahan selama 3-5 jam. Beberapa keuntungan

penggunaan salbutamol dalam bentuk inhalasi aerosol, antara lain:

v Efek obat akan lebih cepat terasa karena obat yang disemprotkan/dihisap langsung masuk

ke saluran nafas.

v Karena langsung masuk ke saluran nafas, dosis obat yang dibutuhkan lebih kecil jika

dibandingkan dengan sediaan oral.

v Efek samping yang ditimbulkan lebih kecil dibandingkan sediaan oral karena dosis yang

digunakan juga lebih kecil.

Namun demikian, penggunaan inhalasi aerosol ini juga memiliki kelemahan yaitu ada

kemungkinan obat tertinggal di mulut dan gigi sehingga dosis obat yang masuk ke saluran

nafas menjadi lebih sedikit dari dosis yang seharusnya. Untuk memperbaiki penyampaian

obat ke saluran nafas, maka bisa digunakan alat yang disebut spacer (penghubung ujung alat

dengan mulut).

Sangat penting untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan inhalasi aerosol yang benar.

Mengapa? Karena cara pakai yang salah bisa berakibat kegagalan terapi. Cara yang benar

adalah dengan menghisapnya secara perlahan dan menahan nafas selama 10 detik

sesudahnya.

Kontraindikasi dari obat ini adalah untuk penderita yang hipersensitif terhadap salbutamol

maupun salah satu bahan yang terkandung di dalamnya. Adapun efek samping yang mungkin

timbul karena pamakaian salbutamol, antara lain: gangguan sistem saraf (gelisah, gemetar,

pusing, sakit kepala, kejang, insomnia); nyeri dada; mual, muntah; diare; anorexia; mulut

kering; iritasi tenggorokan; batuk; gatal; dan ruam pada kulit (skin rush). Untuk penderita

asma yang disertai dengan penyakit lainnya seperti: hipertiroidisme, diabetes mellitus,

gangguan jantung termasuk insufisiensi miokard maupun hipertensi, perlu adanya

pengawasan yang lebih ketat karena penggunaan salbutamol bisa memperparah keadaan dan

meningkatkan resiko efek samping. Pengawasan juga perlu dilakukan pada penderita asma

yang sedang hamil dan menyusui karena salbutamol dapat menembus sawar plasenta. Untuk

meminimalkan efek samping maka untuk wanita hamil, sediaan inhalasi aeorosol bisa

dijadikan pilihan pertama. Penggunaan salbutamol dalam bentuk sediaan oral pada usia lanjut

sebaiknya dihindari mengingat efek samping yang mungkin muncul.

Beberapa hal penting yang perlu diketahui oleh para pengguna salbutamol untuk mengatasi

asma, adalah sebagai berikut:

v Sebaiknya tidak menggunakan obat ini jika memiliki riwayat alergi terhadap salbutamol

atau bahan-bahan lain yang terkandung di dalamnya.

v Untuk sediaan oral, sebaiknya diminum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.

v Telan tablet salbutamol dan jangan memecah maupun mengunyahnya.

v Untuk sediaan inhalasi, kocok dulu sebelum digunakan dan buang 4 semprotan pertama jika

menggunakan inhaler baru atau inhaler yang sudah tidak terpakai selama lebih dari 2 minggu.

v Sebaiknya berkumur setiap kali sehabis mengkonsumsi salbutamol supaya tenggorokan dan

mulut tidak kering.

v Jika dibutuhkan lebih dari 1 hisapan dalam sekali pemakaian, maka beri jarak waktu

minimal 1 menit untuk setiap hisapan.

v Simpan obat pada suhu kamar agar stabil (aerosol: 15-25o C; inhalasi cair: 2-25o C dan

sirup: 2-30o C)

v Jika ada dosis yang terlewat, segera minum salbutamol yang terlewat. Namun jika waktu

yang ada hampir mendekati waktu pengonsumsian selanjutnya, lewati pengonsumsian yang

tertinggal kemudian lanjutkan mengkonsumsi salbutamol seperti biasa. Jangan pernah

mengkonsumsi 2 dosis dalam sekali pemakaian.

v Obat-obat golongan beta blocker, seperti: propanolol, metoprolol, atenolol, dll bisa

menurunkan efek salbutamol.

v Penggunaan salbutamol dosis tinggi bersamaan dengan kortikosteroid dosis tinggi akan

meningkatkan resiko hipokalemia.

v Asetazolamid, diuretik kuat dan thiazida dosis tinggi akan meningkatkan resiko

hipokalemia jika diberikan bersamaan dengan salbutamol dosis tinggi pula.

v Penggunaan salbutamol bersama dengan obat golongan MAO-inhibitor (misal:

isocarboxazid, phenelzine) bisa menimbulkan reaksi yang serius. Hindari pemakaian obat-

obat golongan ini 2 minggu sebelum, selama maupun sesudah konsumsi salbutamol.

Asma merupakan penyakit yang membutuhkan terapi jangka panjang sehingga perlu

dilakukan monitoring terhadap perkembangannya secara terus-menerus untuk melihat apakah

obat yang diberikan cocok atau tidak. Ada kalanya asma tidak cukup diatasi hanya dengan

satu macam obat saja, sehingga perlu penambahan obat (kombinasi obat). Maka dari itu,

pengetahuan akan salah satu jenis obat saja tidak cukup karena masih banyak obat selain

salbutamol yang tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Agar tujuan terapi tercapai, maka penderita asma dianjurkan tetap proaktif dan semangat

dalam mengatasi penyakitnya. Pengendalian asma yang tepat akan mampu meningkatkan

kualitas hidup penderita asma sehingga bisa menjalani hidupnya secara menyenangkan. Dan

satu hal yang perlu diingat: jangan biarkan asma mengendalikan hidup Anda, tetapi Andalah

yang harus mengendalikan asma.