Upload
heri-setiawan
View
784
Download
116
Embed Size (px)
DESCRIPTION
soal
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama dan kesehatan merupakan suatu hubungan yang cenderung telah banyak
ditelusuri dari zaman kuno yang masih menganggap suatu penyakit sebagai intervensi
makhluk gaib, hingga zaman modern yang menggunakan alat medis dalam mendiagnosa
adanya suatu penyakit. Masyarakat modern pada saat ini memandang bahwa penyakit
hanya akan terdiagnosis apabila muncul gejala-gejala biologis. Teknologi yang telah
mengalami kemajuan pada saat ini membawa manusia kepada keyakinan bahwasannnya
suatu penyakit muncul hanya karena faktor fisik saja. Asumsi pada zaman kuno yang
menyatakan bahwa makhluk halus ada hubungannya dengan suatu penyakit dapat
dipatahkan dengan penggunaan alat medis yang canggih yang membuktikan bahwa itu
adalah kuman atau virus.
Sejak awal-awal abad kesembilan belas oleh dikatakan para ahli kedokteran mulai
menyadari akan adanya hubungan antara penyakit dengan kondisi psikis manusia.
Hubungan timbal balik ini menyebabkan manusia dapat menderita gangguan fisik yang
disebabkan oleh gangguan mental dan sebaliknya gangguann mental dapat menyebabkan
penyakit fisik. Terkait dengan kesehatan mental tentunya tidak lepas dengan peran serta
agama. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana konsep mengenai agama
yang kaitannya dengan kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan dari latar belakang di atas, yaitu :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan konsep agama dan kesehatan?
1.2.2 Bagaimana pola hubungan antara agaman dan kesehatan?
1.2.3 Apa saja aspek kesehatan dalam agama?
1.2.4 Apa saja fungsi agama bagi kesehatan?
1.2.5 Bagaimana wacana antara agama dan kesehatan?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penyusunan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas, yaitu :
1.3.1 Dapat mengetahui dan memahami konsep agama dan kesehatan
1.3.2 Dapat memahami pola hubungan antara agaman dan kesehatan
1.3.3 Dapat mengetahui aspek kesehatan dalam agama
1.3.4 Dapat mengetahui dan memahami fungsi agama bagi kesehatan
1.3.5 Dapat memahami wacana antara agama dan kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Agama dan Kesehatan
2.1.1 Definisi Agama
Agama merupakan salah satu struktur institusional penting yang
melengkapi keseluruhan sistem sosial, bahkan ke masalah tentang kesehatan.
Agama adalah seperangkat aturan dan peraturan yang menata hubungan manusia
dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain dan manusia dengan
lingkungannya. Aturan – aturan tersebut penuh dengan muatan sistem nilai, karena
pada dasarnya aturan – aturan bersumber pada etos dan pandangan hidup (Dwi,
2013).
Dengan demikian, sistem religi yang mendapat pengakuan resmi dari
suatu Negara disebut Agama. Koentjaraningrat (1974: 137 – 138) mengemukakan
pendapatnya dan membagi sistem religi dalam komponen – komponen sebagai
berikut:
a. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia menjadi religious
b. Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayangan – bayangan
manusia tentang sifat – sifat Tuhan serta tentang wujud dari alam ghaib
(supranatural)
c. Sistem upacara yang bertujuan mencari hubungan – hubungan dengan Tuhan.
Dewa – dewi atau makhluk – makhluk yang mendiami alam ghaib.
d. Kelompok – kelompok religius atau kesatuan – kesatuan sosial yang menganut
sistem kepercayaan tersebut dan yang melakukan sistem upacara religius
tersebut.
Keempat komponen tersebut terjalin erat satu sama lain menjadi satu
sistem yang terintegrasi secara bulat. Adapun komponen utama yakni emosi
keagamaan dikatakan bahwa hal itu terjadi karena adanya getaran dari Tuhan. Dan
religi merupakan suatu sistem bagian dari kebudayaan.
2.1.2 Definisi Kesehatan
Menurut wikipedia, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Namun, secara umum pengertian kesehatan yaitu suatu kondisi atau
keadaan secara umum seseorang dari segi semua aspek. Dalam pengertian
kesehatan ini dimaksudkan yaitu tingkat keefisienan dari fungsional dengan atau
tanpa metabolisme dari suatu organisme dan juga termasuk manusia.
Pengertian kesehatan juga diungkapkan ketika WHO atau yang kita
kenal sebagai Organisasi Kesehatan Dunia di dirikan yaitu pada tahun 1948. Yang
mana pengertian kesehatan merupakan sesuatu yang tidak hanya dimaksudkan
sebagai suatu kelemahan atau ketiadaan suatu penyakit melainkan juga merupakan
keadaan mental dan fisik serta juga kesejahteraan sosial.
2.1.3 Hubungan antara Agama dan Kesehatan
Pergeseran zaman dan kemajuan tekhnologi tidak dapat terelakkan
lagi, saat ini penyakit sudah dapat dilihat dan diobati dengan obat-obatan yang
bagus dengan menggunakan metode pengolahan canggih, perkembangan ilmu
pengetahuan dapat lebih menspesifikkan penyakit-penyakit tersebut. Ada penyakit
yang bersumber dari virus, bakteri atau baksil-baksil sehingga untuk mengobatinya
membutuhkan obat-obatan medis, tetapi ada juga penyakit yang bersumber dari
jiwa atau hati suatu individu, jadi secara fisik individu tersebut tidak terkena virus,
bakteri atau baksil-baksil, namun pada kenyataannya individu sakit (Dwi, 2013).
Dengan demikian, berkembanglah ilmu kesehatan yang dapat
mengurangi atau malah dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Salah satunya
dengan operasi, menurut sebagian orang operasi itu bisa mengurangi atau
menyembuhkan penyakit. Pada zaman dahulu, pengobatan modern seperti yang
kita saksikan saat ini belum sempurna, peralatannya pun masih sederhana,
misalnya dengan tanaman – tanaman yang di sekitar kita (herbal), kita juga
menggunakan alat yang sederhana pula, seperti untuk menutup luka hanya
menggunakan kain seadanya (Dwi, 2013).
Namun, kita juga belum bisa menghubungkan mana yang berdasarkan
ajaran agama atau tidak. Semisal, pengobatan dengan cara bekam, bekam
merupakan pengobatan yang dibawa Rasulullah SAW, berarti ini dapat kita
amalkan kepada orang lain. Disamping itu, bekam juga dapat meringankan
penyakit-penyakit tertentu, seperti halnya pada orang yang mengalami pegal-pegal
pada bunggung, tengkung dan bagian tubuh yang lain dengan cara mengeluarkan
darah kotor yang dapat menyumbat sirkulasi darah pada jaringan tertentu (Dwi,
2013).
Ada pula pengobatan yang haram bagi ajaran agama, terutama agama
Islam, seperti terapi urine yang sudah terbukti mengurangi resiko diabetes mellitus
dengan cara meminum air kencing yang pertama kali keluar saat pagi hari. Dari
pandangan agama, itu sangat diharamkan, karena seperti halnya minum alkohol
ataupun makan bangkai, air kencing merupakan zat sisa dari metabolism tubuh
yang mengandung racun (toksik) , dan apabila terlalu sering dikonsumsi maka akan
terjadi kerusakan pada hati dan organ lainnya (Dwi, 2013).
2.2 Pola Hubungan antara Agama dan Kesehatan
Secara teoritis ada empat kemungkinan pola hubungan antara agama dan kesehatan
(Momon, 2008) yaitu:
1) Saling berlawanan
Pola hubungan ini adalah tidak mendukungnya antara segi ilmu kesehatan
dengan pandangan ajaran agama. Agama dan kesehatan potensial muncul sebagai dua
bidang kehidupan yang saling berlawanan atau setidaknya tema kesehatan tersebut
masih menjadi wacana prokontra (Momon, 2008).
Dalam batasan tertentu, hal ini menunjukkan bahwa apa yang dianjurkan
dalam bidang kesehatan tidak selaras dengan apa yang dianjurkan dalam agama.
Misalnya mengenai terapi dengan urine, pengobatan dengan hal yang memabukkan
atau transplantasi organ (Momon, 2008).
Dalam konteks ini, ajaran agama Islam melarang penggunaan najis untuk obat.
Memang pada segi medis terbuktinya perusahaan farmasi dan kosmetik yang terdapat
di Amerika selalu memburu penelitian ilmiah tentang khasiat urine untuk dijadikan
bahan baku produk urine. Layaknya, Dr. Dr. Iwan T Budiarso menjelaskan 95%
kandungan urine terdiri air. Sementara 2/5% lainnya mengandung mineral vitamin,
asam amino, antibodi, antigen, garam, hormon dan enzim. Zat-zat ini sangat
dibutuhkan tubuh manusia. Urine hanya mengandung zat-zat makanan dan hasil
metabolisme tubuh. Sementara bahan-bahan yang meracuni tubuh, disaring dan
dikeluarkan melalui hati dan pernafasan. Karena itu, kandungannnya steril (Dwi,
2013).
Tawaran pengobatan urine begitu menggiurkan, terutama bagi masyarakat
kelas menengah ke bawah, yang tidak bisa mengeluarkan terlalu banyak biaya ke
dokter, karena persoalan ekonomi yang menghimpit. Ternyata air seni yang dianggap
menjijikkan, berbau pesing, dan kotor ini, malah membuat tubuh sehat, segar bugar
dan sembuh dari sakit. Terapi urine digunakan untuk menyembuhkan hampir setiap
yang didera si pasien seperti ginjal, kanker, diabetes, jantung, psoasiasis, eksim,
sampai penyakit terganas saat ini, AIDS. Jika parah, terutama bagi penderita penyakit
kanker, jantung dan AIDS, minimal 5 gelas (1000 cc) sehari. Atau, kalau si pasien
menginginkan kesegaran tubuh dan kecantikan kulit cukup dengan 1-2 gelas perhari.
Caranya cukup yang diminum harus urinenya sendiri (Dwi, 2013).
Akan tetapi, berbeda pula jika dipandang pada sudut hukum islam. Di dalam
ajaran Islam masih kita kenal dengan membedakan, mana yang najis, mana yang tidak
najis. Mana yang berhak di makan atau di minum. Mana yang haram dan mana yang
halal. Oleh karena itu, makna dari kemashlahatan dan kemafsadatan kerap saling tarik
menarik (legitimasi) demi menemukan titik kejelasan (benang merah) yang tertuang
(terlampir) di dalam ajaran Islam (syāri’); al-Quran, al-Hadits, dan Fiqh. Pada kaidah
rukhsah (dispensasi) yang memberikan kelonggaran dan keringanan bagi orang yang
sakit gawat dengan ketentuan (Dwi, 2013).
Contohnya, seperti transplantasi organ tubuh manusia. Transplantasi adalah
pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat
lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi
tertentu. Pada segi medis, transplantasi organ diperbolehkan, Menurut Zamzam Saleh
(dalam artikel Syariah Project, 2009) juga menjelaskan bahwa tujuan dari
transplantasi adalah “sebagai pengobatan dari penyakit karenan islam sendiri
memerintahkan manusia agar setiap penyakit diobati, karena membiarkan penyakit
bersarang dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian, sedangkan membiarkan diri
terjerumus dalam kematian (tanpa ikhtiyar) adalah perbuatan terlarang” (Dwi, 2013).
Namun disisi lain, transplantasi organ pada orang yang masih hidup itu tidak
boleh (haram). Meskipun pendonoran tersebut untuk keperluan medis (pengobatan)
bahkan sekalipun telah sampai kondisi darurat. Firman Allah SWT “dan janganlah
kamu jatuhkan dirimu dalam kebinasaan dan berbuat baiklah sesungguhnya Allah
mencintai orang – orang yang berbuat baik”(Q.S.Al- Baqarah:2:195).
Dimaksudkan adalah bahwa Allah SWT melarang manusia untuk membunuh
dirinya atau melakukan perbuatan yang membawa kepada kehancuran dan
kebinasaan. Sedangkan orang yang mendonorkan salah satu organ tubuhnya secara
tidak langsung telah melakukan perbuatan yang membawa pada kehancuran. Padahal
manusia disuruh berbuat demikian, manusia hanya disuruh menjaganya (Dwi, 2013).
2) Saling Mendukung
Agama dan ilmu pengetahuan kesehatan memiliki potensi saling mendukung.
(Momon, 2008). Seperti halnya tradisi puasa dan khitan (sirkumsisi).
Tradisi puasa atau diet merupakan salah satu terapi yang telah diakui oleh
kalangan medis dalam meningkatkan kesehatan. Itu ajaran agama sejatinya memiliki
potensi untuk memberikan dukungan terhadap kesehatan. Berikut manfaat dari
berpuasa:
a. Dengan berpuasa, tubuh dan sistem pencernaan mendapatkan waktu untuk
beristirahat. Dengan begitu, organ pencernaan seperti kerongkongan, lambung serta
usus bisa bekerja lebih baik dan maksimal ketika bekerja mengolah makanan
kembali pada saat sahur atau berbuka.
b. Puasa membantu meredakan rasa nyeri pada persendian. Sebuah penelitian
menunjukkan, adanya hubungan antara membaiknya radang sendi dan peningkatan
kemampuan sel netrofil dalam membasmi bakteri. Netrofil, atau sel penetral
merupakan unsur yang mampu menetralkan racun maupun bakteri penyebab
radang sendi.
c. Puasa membantu menghilangkan racun-racun yang berbahaya dalam tubuh. Oleh
karena itu, puasa sering dijadikan sebagai metode untuk detoksifikasi tubuh secara
alami. Hal ini karena, kondisi lambung yang kosong saat puasa akan bekerja lebih
optimal saat berbuka. Ketika lambung kosong, penyerapan nutrisi akan berjalan
lebih efektif sehingga mengurangi risiko penimbunan sisa makanan atau nutrisi
yang tidak berhasil terserap sempurna oleh tubuh. Sehingga tubuh pun tidak lagi
menyimpan tumpukan sisa makanan yang bisa membusuk.
d. Puasa bisa mengatasi tekanan darah tinggi tanpa pengobatan medis. Selain itu juga
menurunkan kadar gula dalam darah dan kolesterol. Saat berpuasa, otomatis kita
akan lebih sedikit mengonsumsi makanan terutama yang mengandung lemak, gula
dan kolesterol tinggi. Hal ini yang kemudian berdampak pada penurunan kolesterol
dan gula darah. Jika disertai dengan diet makanan sehat saat sahur dan buka puasa,
manfaatnya akan didapatkan dengan lebih optimal.
e. Pengurangan konsumsi air selama puasa, bisa membantu mengatasi akumulasi
cairan yang berlebihan pada tubuh. Proses ‘pengeringan’ ini akan mengatasi
pembengkakan pada perut, kaki dan lutut yang sering dialami saat seseorang
mengalami menstruasi.
f. Meskipun tidak terlalu signifikan, puasa juga bermanfaat bagi Anda yang ingin
menurunkan berat badan berlebih. Dengan berpuasa, otomatis kita akan menahan
keinginan untuk ngemil dan frekuensi makan juga berkurang. Tapi ingat, proses
penurunan berat badan saat berpuasa sulit terjadi jika saat berbuka, Anda lebih
banyak mengonsumsi makanan tinggi gula dan kalori dibandingkan sayuran dan
buah (Dwi, 2013).
Selain itu ada juga contoh dari khitan, hhitan sendiri merupakan proses
dipotongnya kulit kulup (foreskin) yang menutupi kepala penis (glands). Khitan
dilakukan biasanya karena alasan medis dan agama (Dwi, 2013).
3) Saling Melengkapi
Saling melengkapi maksudnya yaitu adanya peran dari agama untuk
mengoreksi praktik kesehatan/ ilmu kesehatan yg mengoreksi praktik (kesehatan)
keagamaan (Momon, 2008).
Islam memberikan ajaran bahwa buka puasa akan lebih baik dengan cara
memakan makanan yang manis – manis. Perintah ini dianggap oleh para penganutnya
sebagai sesuatu hal yang dianjurkan. Namun sesungguhnya secara kesehatan buka
puasa dengan yang manis-manis bukan dimaksudkan sebagai sesuatu hal yang
menyehatkan, namun lebih ditujukan untuk memulihkan kondisi tubuh sehingga tidak
kaget ketika akan menerima asupan yang lebih banyak lagi (Momon, 2008).
Saat berbuka puasa, diperlukan makanan yang menghasilkan energi dan zat
besi agar tubuh kita tidak drop, seperti meminum dan makan yang mengandung
manis, sebagai netralisir air mineral sebagai pengembali ion tubuh yang hilang setelah
seharian berpuasa (Dwi, 2013).
Misalnya adalah buah kurma selain rasanya yang manis serta teksturnya yang
lembut ternyata juga sangat kaya dengan unsur kalsium dan zat besi. Kadar zat besi
dan kalsium yang dikandung buah kurma menggantikan tenaga yang berkurang
banyak saat berpuasa. juga Buah kurma kaya dengan zat garam mineral seperti
kalsium dan potasium yang dapat menetralisasi zat asam yang ada pada perut. Dan
buah kurma mengandung Vitamin A yang dapat memlihara kelembaban mata dan
menguatkan penglihatan. Selain itu buah kurma juga dapat menguatkan sel – sel usus
dan dapat membantu melancarkan saluran pencernaan karena mengandung serabut –
serabut yang bertugas mengontrol laju gerak usus. Makanan yang cocok untuk
memulai berbuka puasa, Seperti nabi Muhammad S.A.W yang mengawali berbuka
puasa dengan memakan 3 Kurma dan meminum air mineral (Dwi, 2013).
4) Saling terpisah dan bergerak dalam kewenangannya masing – masing
Dalam konteks ini, ilmu kesehatan dan agama berjalan dalam jalannya sendiri-
sendiri. tanpa berhubungan satu dengan yang lain (Dwi, 2013).
2.3 Aspek Kesehatan dalam Agama
Didalam kesehatan, agama memiliki pengaruh yang sangat penting terutama bagi
kesembuhan seorang pasien. Bukan hanya untuk pasien, tetapi untuk semua tenaga
kesehatan, Agama sangat berpengaruh untuk kelancaran kerjanya. Ada 2 hal yg perlu
diperhatikan untuk tenaga kesehatan (Momon, 2008), sebagai berikut:
a. Ajaran agama secara normatif
Agama memberikan ajaran atau panduan tentang pentingnya menjaga
kesehatan. Dalam pandangan agama, kesehatan merupakan kemaslahatan duniawi
yang harus dijaga selagi tidak bertentangan dengan kemaslahatan ukhrawi atau
kemaslahatan yang lebih besar. Kesehatan, kedokteran dan semacamnya sudah
menyangkut kepentingan umum yang dalam pandangan Islam merupakan kewajiban
kolektif (fardu kifayah) bagi kaum Muslimin (Dwi, 2013).
Sebagai gejala jasmani murni, sehat dan sakit, boleh dibilang tidak secara
langsung berkaitan dengan agama. Dalam pandangan agama, sehat belum tentu lebih
baik daripada sakit, begitu pula sebaliknya. Sehat dan sakit merupakan dua kondisi
yang sama-sama memiliki potensi untuk mendapat label baik atau buruk. Jika
manusia bisa mendapat pahala atau dosa dari kondisi sehatnya, maka ia juga bisa
mendapatkan pahala atau dosa dari kondisi sakitnya. Di situlah sebetulnya fokus
pandangan agama mengenai sehat dan sakit. Selebihnya dari itu, merupakan
pengembangan dari prinsip-prinsip moral seperti telah disebutkan di atas (Dwi, 2013).
Pada dasarnya, agama sangat menganjurkan kesehatan, sebab apa yang bisa
dilakukan oleh seseorang dalam keadaan sehat lebih banyak daripada yang apa yang
bisa dilakukannya dalam keadaan sakit. Manusia bisa beribadah, berjihad, berdakwah
dan membangun peradaban dengan baik, jika faktor fisik berada dalam kondisi yang
kondusif. Jadi, kesehatan fisik, secara tidak langsung, merupakan faktor yang cukup
menentukan bagi tegaknya kebenaran dan terwujudnya kebaikan (Dwi, 2013).
Namun demikian, posisi kesehatan tetap sebagai sarana, bukan tujuan. Tujuan
agama adalah tegaknya kebenaran dan terwujudnya kebaikan itu sendiri. Maka, oleh
karena itu, dalam sabda-sabda Rasulullah dapat dengan mudah kita temukan janji-
janji manis untuk orang-orang yang sakit: bahwa penyakit merupakan penghapus dosa
dan mesin pahala yang besar (Dwi, 2013).
b. Ada perilaku keagamaan yg riil atau tampak dan dilakukan oleh masyarakat
Dari sisi perilaku nyata ada penganut agama yg tidak memerhatikan aspek
kesehatan. Contoh yang paling dekat dengan kita pengaturan pola makan, larangan
makanan yang haram, seperti halnya darah, urine (air kencing), bangkai binatang
darat. Pelarangan makanan yang berlebihan, karena dapat menyebabkan obesietas dan
penyakit yang lain seperti diabetes melitus dan gagal jantung, serta anjuran minum
madu , karena madu manfaat madu untuk kesehatan begitu banyak sekali. Salah
satunya yakni bisa menambah stamina tubuh kita. Untuk mengobati luka, memperkuat
sel darah putih, menstabilkan tekanan darah, mencegah osteoporosis, menjaga
kesehatan mata, mengobati anemia dan masih banyak lagi (Dwi, 2013).
Contoh lain aspek kesehatan dalam tata aturan makan menurut ajaran agama.
Lagu spiritual monophonic misalnya tahlil atau zikir mengandung hikmah sebagai
terapi musik. Ini terbukti, Ayat Al-Quran yang merupakan wahyu kepada kita umat
manusia, jelas diterangkan Allah SWT sebagai obat bagi kita juga dan bila digunakan
untuk therapi penyakit stroke, maka penderita akan mengalami penurunan depresi,
ketenangan jiwa dan semangat ibadah serta hidup yang lebih baik dan besar dari pada
penderita yang tidak di therapi ayat SuciAl-Qur-an (Dwi, 2013).
Setelah beberpa bulan setelah serangan stroke, memori verbal meningkat
sebanyak 60 persen bagi pendengar lantunanayat suci Al - Qur'an. Hal ini senanda
dengan yang telah dilakukan oleh Teppo Sarkamo, penyusun utama kajian itu dan
seorang pakar syaraf dari Universitas Helsinki (Dwi, 2013).
2.4 Fungsi Agama Bagi Kesehatan
Agama mempunyai beberapa fungsi bagi kesehatan, yaitu sebagai berikut:
1) Sebagai sumber moral
Agama memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan moral
baik bagi pasien dalam proses penyembuhan maupun tenaga kesehatan. Misalnya
bagi seorang yg beragama, sehat/ sakit adalah bagian dari perilaku Tuhan terhadap
hambanya dan sakit adalah karena takdir Tuhan serta hanya Tuhan jugalah yang
memiliki kemampuan menyembuhkan. Dengan keyakinan seperti ini, seorang pasien
dapat memiliki semangat hidup yang lebih baik dan optimis (Momon, 2008).
Selain menjadi motivasi, ajaran agama pun menjadi bagian dari sumber etika
bagi penyelenggaraan layanan kesehatan. Suatu kewajiban moral bagi perawat, dalam
menemukan kepastian tentang dua sistem pendekatan etika yang dilakukan yaitu
pendekatan berdasarkan prinsip dan asuhan. Perawat atau yang memiliki komitmen
tinggi dalam mempraktekkan keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu
mengingat hal-hal sebagai berikut:
a. Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega agar tetap memegang teguh komitmen
utamanya terhadap pasien.
b. Berikan prioritas utama terhadap pasen dan masyarakat pada umumnya.
c. Kepedulian mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi dalam
kesembuhan pasien (Dwi, 2013).
Posisi perawat yang mempunyai jam kerja 8 sampai 10 atau 12 jam
memungkinkannya mempunyai banyak waktu untuk mengadakan hubungan baik dan
mengetahui keunikan klien sebagai manusia holistik sehingga berposisi sebagai
advokat klien (Dwi, 2013).
2) Sebagai sumber keilmuan
Dalam konteks Islam, Al-Qur·an dan Hadist merupakan sumberi inspirasi
pengembangan ilmu kesehatan mental. Agama menjadi sumber informasi untuk
pengembangan ilmu kesehatan gizi (nutrisi) atau farmakoterapi herbal (Momon,
2008).Praktik - praktik keagamaan menjadi bagian dari sumber ilmu dalam
mengembangkan terapi kesehatan, misalnya meditasi,yoga, bekam, dan tenaga prana
adalah beberapa ilmu agama yg dikonversikan menjadi bagian dari terapi kesehatan.
kita ambil contoh bekam (Dwi, 2013).
Bekam adalah satu teknik pengobatan menggunakan sarana gelas, tabung, atau
bambu yang prosesnya di awali dengan melakukan pengekopan (membuat tekanan
negatif dalam gelas, tabung, atau bambu) sehingga menimbulkan bendungan lokal di
permukaan kulit dengan tujuan agar sirkulasi energi Qi dan Xue meningkat,
menimbulkan efek analgetik, anti bengkak, mengusir patogen angin dingin maupun
angin lembap, mengeluarkan racun, serta oxidant dalam tubuh. Pada teknik bekam
basah, setelah terjadi bendungan lokal, terapis lanjutkan prosesnya dengan penyayatan
permukaan kulit memakai pisau bedah atau penusukan jarum bekam agar darah kotor
bisa dikeluarkan (Dwi, 2013).
Berbekam merupakan metode pengobatan klasik yang telah digunakan dalam
mengobati berbagai kelainan penyakit seperti hemophilia, hipertensi, gout, reumatik
arthritis, sciatica, back pain (sakit punggung), migraine, vertigo, anxietas (kecemasan)
serta penyakit umum lainnya baik bersifat fisik maupun mental (Dwi, 2013).
Bekam merupakan pengobatan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW, sebagaimana dijelaskan dalam hadist Bukhari : Dari Ibnu Abbas r.a. Rasulullah
bersabda : "Kesembuhan (obat) itu ada pada tiga hal: dengan minum madu, pisau
hijamah (bekam), dan dengan besi panas. Dan aku melarang ummatku dengan besi
panas." (Hadist Bukhari) (Dwi, 2013).
3) Sebagi amalan kesehatan
Puasa dan sholat dalam ajaran Islam merupakan salah satu contoh amal agama
yang relevan dengan aktivitas kesehatan jasmaniah.Sedangkan penekanan pada
hukum makanan yangharus memuat syarat halal dan bersih merupakan amal agama
yang terkait dengan nutrisi.Sementara pembiasaan berpikir positif merupakan bagian
dari upaya membangun jiwa yang sehat (Momon, 2008).
Untuk contoh, kami ambil dari gerakan sholat dan manfaatnya bagi kesehatan
untuk kita.
a. Takbiratul ikhram
Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di
depan perut atau dada bagian bawah.
Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan kekuatan
otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke
seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran
darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan
perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan
persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
b. Rukuk
Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila
diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala
lurus dengan tulang belakang. Manfaatnya Postur ini menjaga kesempurnaan posisi
dan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat
syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh
bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot-otot
bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah
gangguan prostat.
c. I’tidal
Postur tubuh kita bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat
kedua tangan setinggi telinga. Manfaatnya I’tidal adalah variasi postur setelah
rukuk dan sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan
pencernaan yang baik. Organ organ pencernaan di dalam perut mengalami
pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih
lancar.
d. Sujud
Postur tubuh kita yaitu menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung
kaki, dan dahi pada lantai. Manfaatnya Aliran getah bening dipompa ke bagian
leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa
mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang.
Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan tergesa gesa agar darah
mencukupi kapasitasnya di otak (Dwi, 2013).
2.5 Wacana antara Agama dan Kesehatan
Berdasarkan kasus yang biasa terjadi dan ada dilingkungan masyarakat mengenai
agama dan kesehatan, dapat diambil contoh dari kasus khitan. Khitan merupakan proses
dipotongnya kulit kulup (foreskin) yang menutupi kepala penis (glands). Khitan
dilakukan biasanya karena alasan medis dan agama. Pada artikel ini akan dibahas manfaat
dari berkhitan dilihat dari aspek medis dan agama (Dwi, 2013).
Manfaat khitan secara medis antara lain adalah sebagai berikut:
1. Mudah dalam menjaga kebersihan penis, terutama bagian kepala penis (glands)
dimana jika tidak dikhitan maka kotoran dan bau yang tidak sedap bersarang di
tempat itu.
2. Mengurangi resiko infeksi saluran kencing, karena dengan terbukanya kepala penis
maka air kencing (urine) tidak terhalang untuk keluar.
3. Dapat mencegah inflamasi/bengkak di kepala penis dan kulit kulup
4. Dapat mencegah timbulnya bekas luka pada kulit kepala penis, yang mungkin
disebabkan oleh phimosis (ketidakmampuan untuk menarik masuk kulup) dan
paraphimosis
(kemampuan untuk menarik kulit kulup hingga kepala penis terlihat, tetapi tidak
dapat kembali lagi ke bentuk semula).
5. Dapat mengurangi resiko terkenanya infeksi yang ditularkan dari kegiatan
seksual,seperti syphilis
6. Khitan dapat mengurangi resiko terkena human immunodeficiency virus (HIV)
7. Dapat mengurangi resiko terkena kanker penile
8. Khitan dapat mengurangi resiko terkena kanker cervix (leher rahim) pada pasangan
anda (Dwi, 2013).
Manfaat khitan dari aspek agama:
Khitan itu sendiri berasal dari bahasa Arab dari kata kerja “khatana al-ghulama wa
al-jariyata, yakhtinuhuma, khitnan”. bentuk kata benda adalah khitan dan khitanah, yang
artinya memotong dari kulit kemaluan, baik laki-laki atau perempuan. Manfaat khitan
ditinjau dari aspek agama sudah jelas, yaitu bahwa dengan melaksanakan khitan berarti
menjalankan perintah dalam agama khususnya agama islam yang mewajibkan khitan bagi
laki-laki yang telah dewasa (akhil baliqh) dan suatu anjuran, keutamaan dan kemuliaan
bagi perempuan (Dwi, 2013).
Pada laki-laki jika kulupnya tidak dikhitan, maka air kencing yang bersifat najis
tersebut akan menempel di kulit penis, sehingga orang tersebut sama dengan membawa
najis pada badannya jika melaksanakan sholat, sebagai ibdah yang wajib dan utama, maka
sholatnya menjadi tidak sah karena salah satu syarat sahnya sholat adalah suci dari najis
(Dwi, 2013).
Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa kaitan antara agama dan kesehatan
berkaitan sangat erat karena selain khitan merupakan kewajiban seseorang dalam
melakukan ibadah sesuai dengan ajaran agama, juga sangat bermanfaat bagi kesehatan
seseorang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Agama merupakan salah satu struktur institusional penting yang
melengkapi keseluruhan sistem sosial, bahkan kemasalah tentang
kesehatan.
2. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
3. Secara teoritis ada empat kemungkinan pola hubungan antara
agama dan kesehatan yaitu: saling mendukung, saling berlawanan,
saling melengkapi, dan saling terpisah dan bergerak dalam
kewenangannya masing – masing.
4. Agama memberikan ajaran atau panduan tentang pentingnya
menjaga kesehatan. Dalam pandangan agama, kesehatan
merupakan kemaslahatan duniawi yang harus dijaga selagi tidak
bertentangan dengan kemaslahatan ukhrawi atau kemaslahatan
yang lebih besar.
5. Aspek agama termasuk dalam kesehatan dan sebaliknya kesehatan
juga ada pada agama. Seperti halnya, di dalam proses pelaksanaan
pelayanan kesehatan, tenaga medis tidak boleh melakukan
diskriminasi terhadap pasien terutama dalam hal keagamaan. Ada
dua hal yang perlu diperhatikan yaitu ajaran agama secara
normatif dan ada perilaku keagamaan yang riil atau tampak dan
dilakukan oleh masyarakat.
6. Agama mempunyai beberapa fungsi bagi kesehatan, yaitu sebagai
berikut: sebagai sumber moral, sebagai sumber keilmuan, dan
sebagai sumber amalan kesehatan.
3.2 Saran
Saran dari para pembaca sangat diharapkan oleh penyusun makalah sehingga
dalampembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi dan dapat lebih bermanfaatn
bagi penyusunan dan pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Wulan, Dwi. 2013. Hubungan antara Religi dengan Kesehatan. Akademi Keperawatan
Dharna Husada Kediri. (Online)
(http://dwicheeprutezz.blogspot.com/2013/07/makalah-sosiologi-hubungan-
antara.html), diakses pada tanggal 17 November 2014