31
DAFTAR ISI Halaman Judul ……………………………………………………………………………………. Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………. Dftar Isi …………………………………………………………………………………………... Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………… 1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………… 1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………. Bab II Pembahasan 2.1 Pengertian Aset Tetap ………………………………………………………………. 2.2 Klasifikasi Aset Tetap ……………………………………………………………… 2.3 Pengakuan dan Pengukuran Aset Tetap ……………………………………………. 2.4 Pengeluaran Setelah Perolehan ……………………………………………………… 2.5 Penyusutan dan Penilaian Kembali Aset Tetap …………………………………….. 2.6 Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap ……………………………………………… 2.7 Pengungkapan Aset Tetap …………………………………………………………… 2.8 Pengertian Kontruksi dalam Pengerjaan dan Kontrak Konstruksi ………………….. 2.9 Pengakuan Kontsruksi dalam Pengerjaan …………………………………………… 2.10 Pengukuran Konstruksi dalam Pengerjaan …………………………………………. 2.11 Penyajian dan Pengungkapan Konstruksi dalam Pengerjaan ………………………. Bab III Penutup

makalah akper

Embed Size (px)

Citation preview

DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………………………………….

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………….

Dftar Isi …………………………………………………………………………………………...

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………

1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………….

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian Aset Tetap ……………………………………………………………….

2.2 Klasifikasi Aset Tetap ………………………………………………………………

2.3 Pengakuan dan Pengukuran Aset Tetap …………………………………………….

2.4 Pengeluaran Setelah Perolehan ………………………………………………………

2.5 Penyusutan dan Penilaian Kembali Aset Tetap ……………………………………..

2.6 Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap ………………………………………………

2.7 Pengungkapan Aset Tetap ……………………………………………………………

2.8 Pengertian Kontruksi dalam Pengerjaan dan Kontrak Konstruksi …………………..

2.9 Pengakuan Kontsruksi dalam Pengerjaan ……………………………………………

2.10 Pengukuran Konstruksi dalam Pengerjaan ………………………………………….

2.11 Penyajian dan Pengungkapan Konstruksi dalam Pengerjaan ……………………….

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………..

3.2 Saran …………………………………………………………………………………

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………….

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aset Tetap

Aset tetap merupakan salah satu pos di neraca di samping aset lancar, investasi

jangka panjang, dana cadangan, dan aset lainnya. Aset tetap mempunyai peranan yang

sangat penting karena mempunyai nilai yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan

komponen neraca lainnya.

Pengertian Aset Tetap dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)

adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk

digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Disebut

sebagai asset tetap apabila memenuhi karakteristik berikut:

a. Aset tetap diperoleh untuk digunakan dalam proses operasional dan tidak dimaksudkan

untuk dijual.

b. Secara umum aset tetap memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun dan oleh karenanya

didepresiasikan selama masa manfaat tersebut.

c. Aset tetap secara fisik dapat dilihat wujudnya.

2.2 Klasifikasi Aset Tetap

Dalam PSAP 07, aset tetap di neraca diklasifikasikan menjadi enam akun

berdasarkan kesamaan fungsi dan sifatnya dalam aktivitas operasi perusahaan yaitu sebagai

berikut:

a. Tanah

Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau

dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau

dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Tanah yang

digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan tetap dicatat sebagai tanah yang

terpisah dari aset tetap yang dibangun di atas tanah tersebut.

b. Peralatan dan Mesin

Peralatan dan mesin yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah peralatan dan

mesin yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan

pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap

digunakan. Aset tetap yang dapat diklasifikasikan dalam Peralatan dan Mesin ini

mencakup antara lain: alat berat, alat angkutan, alat bengkel dan alat ukur, alat

pertanian, alat kantor dan rumah tangga, alat studio, komunikasi, dan pemancar, alat

kedokteran dan kesehatan, alat laboratorium, alat persenjataan dan lain sebagainya.

c. Gedung dan Bangunan

Gedung dan bangunan yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah gedung dan

bangunan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan

pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap

digunakan. Termasuk dalam jenis gedung dan bangunan ini antara lain: bangunan

gedung, monumen, bangunan menara, dan rambu-rambu.

d. Jalan, Irigasi dan Jaringan

Jalan, irigasi, dan jaringan yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah jalan, irigasi,

dan jaringan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam

kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap

digunakan. Contoh aset tetap yang termasuk dalam klasifikasi ini mencakup antara lain:

jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi, dan jaringan.

e. Aset Tetap Lainnya

Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam

kelompok aset tetap di atas, tetapi memenuhi definisi aset tetap. Aset tetap lainnya ini

dapat meliputi koleksi perpustakaan/buku dan barang bercorak seni/budaya/olah raga.

f. Konstruksi dalam Pengerjaan

Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses

pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya.

Konstruksi dalam pengerjaan ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan

berikutnya.

Aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional pemerintah dan

tidak memenuhi definisi aset tetap harus disajikan dalam pos aset lainnya sesuai dengan

nilai tercatatnya.

2.3 Pengakuan dan Pengukuran Aset Tetap

a. Pengakuan Aset Tetap

Sesuai dengan klasifikasi Aset Tetap, suatu aset dapat diakui sebagai aset tetap

apabila berwujud dan memenuhi kriteria:

- Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan

- Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal

- Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas

- Diperoleh/dibangun dengan maksud untuk digunakan

Pemerintah mengakui suatu aset tetap apabila aset tetap tersebut telah diterima

atau diserahkan hak kepemilikannya atau pada saat penguasaannya berpindah. Oleh

karena itu, apabila belum ada bukti bahwa suatu aset dimiliki atau dikuasai oleh suatu

entitas maka aset tetap tersebut belum dapat dicantumkan di neraca. Prinsip pengakuan

aset tetap pada saat aset tetap ini dimiliki atau dikuasai berlaku untuk seluruh jenis aset

tetap, baik yang diperoleh secara individual atau gabungan maupun yang diperoleh

melalui pembelian, pembangunan swakelola, pertukaran, rampasan, atau dari hibah.

Perolehan aset tetap melalui pembelian atau pembangunan pada umumnya

didahului dengan pengakuan belanja modal yang akan mengurangi Kas Umum

Negara/Daerah. Dokumen sumber untuk merekam pembayaran ini adalah Surat Perintah

Membayar dan Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D LS).

Ayat jurnal untuk mencatat pengakuan belanja modal tersebut adalah:

Belanja modal xx

Piutang dari BUD xx

(mencatat realisasi belanja modal)

Dari belanja modal tersebut, pemerintah akan memperolehaset tetap yang harus disajikan

dalam neraca.

b. Pengukuran Aset Tetap

Aset tetap yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah harus dinilai atau diukur

untuk dapat dilaporkan dalam neraca. Menurut SAP, aset tetap yang diperoleh atau

dibangun secara swakelola dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan adalah

jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap sampai dengan aset tetap

tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan. Hal ini dapat

diimplementasikan pada aset tetap yang dibeli atau dibangun secara swakelola.

Aset tetap yang tidak diketahui harga perolehannya disajikan dengan nilai wajar.

Nilai wajar adalah nilai tukar aset tetap dengan kondisi yang sejenis di pasaran pada saat

penilaian.

Ada beberapa cara perolehan suatu aset tetap yaitu sebagai berikut:

- Diperoleh melalui pembelian. Misalnya aset tetap berupa tanah ayat jurnal untuk

mencatat pembelian tanaha yaitu:

tanah xx

diinvestasikan dalam aset tetap xx

(mencatat perolehan tanah)

- Perolehan secara gabungan

Perolehan aset secara gabungan yaitu perolehan beberapa aset tetap namun

harga yang tercantum dalam faktur adalah harga total seluruh aset tetap tersebut. Cara

penilaian masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan ini adalah dengan

menghitung berapa alokasi nilai total tersebut untuk masing-masing aset tetap dengan

membandingkannya sesuai dengan nilai wajar masing-masing aset tetap tersebut di

pasaran. Nilai yang dicatat ke dalam jurnal adalah harga keseluruhan yang tercantum

dalam faktur. Missal pembelian mesin dan peralatan ayat jurnalnya yaitu:

Mesin dan peralatan xx

Diinvestasikan dalam aset tetap xx

(mencatat perolehan mesin dan peralatan)

- Pertukaran aset tetap

Pemerintah dimungkinkan untuk saling bertukar aset tetap baik yang serupa

maupun yang tidak. Permasalahan utama apabila suatu aset dipertukarkan adalah

bagaimana cara penilaiannya.

Apabila aset tetap ditukar dengan aset tetap yang yang tidak serupa atau aset

lainnya, maka aset tetap yang baru diperoleh tersebut dinilai berdasarkan nilai

wajarnya, yang terdiri atas nilai aset tetap yang lama ditambah jumlah uang yang

harus diserahkan untuk mendapatkan aset tetap baru tersebut.

Apabila suatu aset tetap ditukar dengan aset yang serupa, yang memiliki

manfaat yang serupa dan memiliki nilai wajar yang serupa, atau kepemilikan aset

yang serupa, maka tidak ada keuntungan dan kerugian yang diakui dalam transaksi

ini. Biaya aset yang baru diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount)

atas aset yang dilepas.

- Aset donasi

Donasi merupakan sumbangan kepada pemerintah tanpa persyaratan. Aset Tetap

yang diperoleh dari donasi (sumbangan) harus dicatat sebesar nilai wajar pada saat

perolehan. Donasi/hibah baik dalam bentuk uang maupun barang dicatat sebagai

pendapatan hibah dan harus dilaporkan dalam laporan realisasi anggaran. Jika

donasi/hibah ini dalam bentuk uang tidak akan terjadi permasalahan. Lain halnya

dengan hibah dalam bentuk barang. Perlakuan untuk hibah dalam bentuk barang ini

adalah dengan menganggap seolah-olah ada uang kas masuk sebagai pendapatan

hibah, kemudian uang tersebut dibelanjakan aset tetap yang bersangkutan. Untuk

keperluan administrasi anggaran akan diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana

(SP2D) pengesahan sebesar nilai barang yang diterima. Dengan demikian, jurnal yang

harus dibuat meliputi 3 jurnal yaitu pengakuan pendapatan, belanja modal, dan jurnal

pengakuan aset tetap. Jurnal pengakuan pendapatan dan belanja modal akan

mempengaruhi laporan realisasi anggaran, sedangkan jurnal pengakuan aset

mempengaruhi neraca.

ayat jurnal untuk mencatat hibah berupa barang yaitu:

utang kepada BUD xx

pendapatan hibah - mesin xx

(mencatat pendapatan hibah)

Belanja modal - mesin xx

Piutang dari BUD xx

(mencatat relisasi belanja modal)

Mesin xx

Diinvestsikan pada aset tetap xx

(mencatat perolehan mesin)

- Aset bersejarah

Aset bersejarah merupakan aset tetap yang dimiliki atau dikuasai oleh

pemerintah yang karena umur dan kondisinya aset tetap tersebut harus dilindungi oleh

peraturan yang berlaku dari segala macam tindakan yang dapat merusak aset tetap

tersebut. Lazimnya, suatu aset tetap dikategorikan sebagai aset bersejarah jika

mempunyai bukti tertulis sebagai barang/bangunan bersejarah.

Barang/bangunan peninggalan sejarah tersebut sulit ditaksir nilai wajarnya.

Oleh karena itu dalam SAP diatur bahwa aset bersejarah tidak disajikan di neraca

tetapi cukup diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Pengungkapan ini pun hanya mencantumkan kuantitas fisiknya saja tanpa nilai

perolehannya.

Apabila aset bersejarah tersebut masih dimanfaatkan untuk operasional

pemerintah, misalnya untuk ruang perkantoran, maka perlakuannya sama seperti aset

tetap lainnya, yaitu dicantumkan di neraca dengan nilai wajarnya.

2.4 Pengeluaran Setelah Perolehan

Aset tetap diperoleh pemerintah dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan

operasional pemerintahan. Aset tetap bagi pemerintah, di satu sisi merupakan sumber daya

ekonomi, di sisi lain merupakan suatu komitmen, artinya di kemudian hari pemerintah

wajib memelihara atau merehabilitasi aset tetap yang bersangkutan. Pengeluaran belanja

untuk aset tetap setelah perolehan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu belanja untuk

pemeliharaan dan belanja untuk peningkatan.

a. Belanja pemeliharaan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi aset tetap

tersebut sesuai dengan kondisi awal.

b. belanja untuk peningkatan adalah belanja yang memberi manfaat ekonomik di masa

yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, masa manfaat, mutu produksi,

atau peningkatan standar kinerja

2.5 Penyusutan dan Penilaian Kembali Aset Tetap

Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan

manfaat dari suatu aset. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap

dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Penyusutan ini bukan

untuk alokasi biaya sebagaimana penyusutan di sektor komersial, tetapi untuk

menyesuaikan nilai sehingga dapat disajikan secara wajar.

Pengertian ini berdampak pada jurnal yang harus dibuat pada saat mengakui

penyusutan, dimana tidak ada pengakuan beban penyusutan melainkan hanya penurunan

nilai aset. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode dicatat dengan cara mengurangi

nilai tercatat aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap.

Jurnal standar untuk penyusutan adalah sebagai berikut:

Diinvestasikan dalam aset tetap xx

Akumulasi penyusutan xx

Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode yang sistematis sesuai

dengan masa manfaat. Metode penyusutan yang digunakan harus dapat menggambarkan

manfaat ekonomik atau kemungkinan jasa (service potential) yang akan mengalir ke

pemerintah. Metode Penyusutan yang dapat diterapkan sesuai dengan PSAP 07 adalah:

a. Metode garis lurus

b. Metode saldo menurun ganda

c. Metode unit produksi

Dalam hal terjadi perubahan harga secara signifikan, pemerintah dapat melakukan

penilaian kembali atas aset tetap yang dimiliki. Hal ini diperlukan agar nilai aset tetap

pemerintah yang ada saat ini mencerminkan nilai wajar sekarang. SAP mengatur bahwa

pemerintah dapat melakukan penilaian kembali (revaluasi) sepanjang revaluasi tersebut

dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional misalkan undang-

undang, peraturan pemerintah, atau peraturan presiden.

Apabila revaluasi telah dilakukan maka nilai aset tetap yang ada di neraca harus

disesuaikan dengan cara menambah/mengurangi nilai tercatat dari setiap aset tetap yang

bersangkutan dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap sesuai dengan selisih antara nilai

hasil revaluasi dengan nilai tercatat.

2.6 Penghentian dan Pelepasan

Bila aset tetap sudah rusak berat dan tidak dapat digunakan lagi maka aset tetap

tersebut akan dihapuskan dari pembukuan. Proses penghapusan seringkali memerlukan

waktu yang lama, maka sementara menunggu surat keputusan penghapusan terbit aset yang

rusak atau tidak dapat digunakan lagi dipindahkan dari kelompok aset tetap menjadi akun

Aset Lain-lain dalam kelompok aset lainnya di neraca dan diungkapkan dalam CaLK. Hal

yang sama diterapkan untuk aset tetap yang karena alasan lain juga tidak digunakan secara

aktif lagi dalam operasional pemerintah meskipun tidak dalam kondisi rusak berat.

Jurnal standar untuk mencatat penghentian aset tetap adalah sebagai berikut:

Diinvestasikan dalam aset tetap xx

Mesin dan peralatan xx

Aset lainnya xx

Diinvestasikan dalam aset lainnya xx

(mecatat penghentian aset tetap)

Apabila suatu aset tetap telah dilepaskan atau secara permanen dihentikan

penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomik masa yang akan datang, berarti aset tetap

tersebut tidak lagi memenuhi definisi aset tertap sehingga harus dihapuskan. Jika aset tetap

tersebut telah dihapuskan melalui surat keputusan penghapusan, maka aset tetap tersebut

harus dieliminasi dari neraca dan diungkapkan dalam CaLK.

Jurnal standar untuk mencatat penghapusan aset tetap adalah sebagai berikut:

diinvestasikan dalam aset tetap xx

mesin dan peralatan xx

(mencatat penghapusan aset tetap)

2.7 Pengungkapan Aset Tetap

Selain disajikan pada lembar muka neraca, aset tetap juga harus diungkapkan dalam

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Pengungkapan ini sangat penting sebagai

penjelasan tentang hal-hal penting yang tercantum dalam neraca. Tujuan pengungkapan ini

adalah untuk meminimalisasi kesalahan persepsi bagi pembaca laporan keuangan.

Dalam CaLK harus diungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap sbb:

a. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat

b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan dan perubahan nilai jika ada, dan

mutasi aset tetap lainnya

c. Informasi penyusutan meliputi: nilai penyusutan, metode penyusutan yang digunakan,

masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, serta nilai tercatat bruto dan

akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode

d. Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap

Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap

e. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap

f. Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap

2.8 Pengertian Konstruksi dalam Pengerjaan dan Kontrak Konstruksi

Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses

pembangunan. Pembangunan aset tersebut dapat dikerjakan sendiri (swakelola) maupun

dengan menggunakan jasa pihak ketiga melalui kontrak konstruksi. Kontrak konstruksi

adalah perikatan yang dilakukan secara khusus untuk konstruksi suatu aset atau suatu

kombinasi yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal

rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan atau penggunaan utama.

Pihak ketiga yang melaksanakan pembangunan aset biasa disebut dengan

kontraktor. Kontraktor adalah suatu entitas yang mengadakan kontrak untuk membangun

aset atau memberikan jasa konstruksi untuk kepentingan entitas lain sesuai dengan

spesifikasi yang ditetapkan dalam kontrak konstruksi.

Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan

bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya

dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai.

Perolehan melalui kontrak konstruksi pada umumnya memerlukan suatu periode waktu

tertentu. Periode waktu perolehan tersebut bisa kurang atau lebih dari satu periode

akuntansi. Perolehan aset dapat dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola) atau

melalui pihak ketiga dengan kontrak konstruksi.

Kontrak konstruksi adalah perikatan yang dilakukan secara khusus untuk konstruksi

suatu aset atau suatu kombinasi aset yang berhubungan erat atau saling tergantung satu

sama lain dalam hal rancangan, teknologi, fungsi atau tujuan, dan penggunaan utama.

Kontrak konstruksi dapat meliputi:

a. kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan perencanaan

konstruksi aset, seperti jasa arsitektur

b. kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset

c. kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan pengawasan

konstruksi aset yang meliputi manajemen konstruksi dan value engineering

d. kontrak untuk membongkar atau merestorasi aset dan restorasi lingkungan.

2.9 Pengakuan Konstruksi dalam Pengerjaan

Suatu benda berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan jika:

a. Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang berkaitan dengan

aset tersebut akan diperoleh

b. Biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal

c. Aset tersebut masih dalam proses pengerjaan

Konstruksi Dalam Pengerjaan diklasifikasikan sebagai aset tetap karena biasanya

merupakan aset yang dimaksudkan untuk digunakan dalam operasional pemerintahan atau

dimanfaatkan oleh masyarakat dalam jangka panjang.

Penyelesaian suatu konstruksi pada umumnya membutuhkan waktu yang relatif

panjang dan menyerap dana yang relatif besar. Oleh karena itu pembayaran untuk kontrak

konstruksi biasanya dilakukan melalui termin.Tagihan suatu termin dapat dilakukan jika

suatu tahapan pekerjaan sebagaimana diatur dalam kontrak konstruksi sudah selesai

dikerjakan. Porsi pekerjaan yang telah diselesaikan ini akan diserahkan kepada pemberi

kerja ( pemerintah ) dan disiapkan dokumen berita acara serah terima pekerjaan.

Berdasarkan berita acara tersebut akan dilakukan pembayaran. Demikian mekanisme yang

akan terjadi pada termin-termin berikutnya sampai kontruksi ini selesai dikerjakan. Setiap

terjadi pembayaran akan diakui adanya penambahan aset tetap berupa Konstruksi Dalam

Pekerjaan. Pengakuan aset ini dapat dilakukan melalui jurnal korolari.

Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke pos aset tetap yang bersangkutan jika

kriteria berikut ini terpenuhi:

a. Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan

b. Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan

c. Setelah pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai dan siap digunakan

2.10 Pengukuran Konstruksi dalam Pengerjaan

Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan yang meliputi biaya

konstruksi dan biaya-biaya lain yang dapat diatribusikan langsung ke dalam konstruksi

sehubungan dengan pengerjaan pembangunan aset dimaksud.

Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kegiatan konstruksi antara

lain meliputi:

a. Biaya pekerja lapangan termasuk penyelia

b. Biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi

c. Biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan ke lokasi pelaksanaan

konstruksi

d. Biaya penyewaan sarana dan peralatan

e. Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan dengan

konstruksi

Biaya-biaya yang dapat diatribusikan ke kegiatan konstruksi pada umumnya dan

dapat dialokasikan ke konstruksi tertentu meliputi:

a. Asuransi

b. Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan

konstruksi tertentu

c. Biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi yang

bersangkutan seperti biaya inspeksi

Biaya semacam itu dialokasikan dengan menggunakan metode yang sistematis

dan rasional dan diterapkan secara konsisten pada semua biaya yang mempunyai

karakteristik yang sama. Metode alokasi biaya yang dianjurkan adalah metode rata-rata

tertimbang atas dasar proporsi biaya langsung.

Klaim dapat timbul, umpamanya, dari keterlambatan yang disebabkan oleh

pemberi kerja, kesalahan dalam spesifikasi atau rancangan dan perselisihan penyimpangan

dalam pengerjaan kontrak. Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman maka biaya pinjaman

yang timbul selama masa konstruksi dikapitalisasi dan menambah biaya konstruksi,

sepanjang biaya tersebut dapat diidentifikasikan dan ditetapkan secara andal. Biaya

pinjaman mencakup biaya bunga dan biaya lainnya yang timbul sehubungan dengan

pinjaman yang digunakan untuk membiayai konstruksi. Jumlah biaya pinjaman yang

dikapitalisasi tidak boleh melebihi jumlah biaya bunga yang dibayarkan pada periode yang

bersangkutan.

Apabila pinjaman digunakan untuk membiayai beberapa jenis aset yang diperoleh

dalam suatu periode tertentu, biaya pinjaman periode yang bersangkutan dialokasikan ke

masing-masing konstruksi dengan metode rata-rata tertimbang atas total pengeluaran

biaya konstruksi. Apabila kegiatan pembangunan konstruksi dihentikan sementara tidak

disebabkan oleh hal-hal yang bersifat force majeur maka biaya pinjaman yang dibayarkan

selama masa pemberhentian sementara pembangunan konstruksi dikapitalisasi.

Pemberhentian sementara`pekerjaan kontrak konstruksi dapat terjadi karena

beberapa hal, seperti kondisi force majeur atau adanya campur tangan dari pemberi kerja

atau pihak yang berwenang karena berbagai hal. Jika pemberhentian tarsebut dikarenakan

adanya campur tangan dari pemberi kerja atau pihak yang berwenang, biaya pinjaman

selama pemberhentian sementara dikapitalisasi. Sebaliknya jika pemberhentian sementara

karena kondisi force majeur, biaya pinjaman tidak dikapitalisasi tetapi dicatat sebagai

biaya bunga pada periode yang bersangkutan.

Kontrak konstruksi yang mencakup beberapa jenis pekerjaan yang

penyelesaiannya jatuh pada waktu yang berbeda-beda, maka jenis pekerjaan yang sudah

selesai tidak diperhitungkan biaya pinjaman. Biaya pinjaman hanya dikapitalisasi untuk

jenis pekerjaan yang masih dalam proses pengerjaan. Suatu kontrak konstruksi dapat

mencakup beberapa jenis aset yang masing-masing dapat diidentifikasi. Jika jenis-jenis

pekerjaan tersebut diselesaikan pada titik waktu yang berlainan maka biaya pinjaman yang

dikapitalisasi hanya biaya pinjaman untuk bagian kontrak konstruksi atau jenis pekerjaan

yang belum selesai. Bagian pekerjaan yang telah diselesaikan tidak diperhitungkan lagi

biaya pinjaman.

2.11 Penyajian dan Pengungkapan Konstruksi dalam Pengerjaan

Konstruksi dalam pengerjaan disajikan di neraca pada kelompok Aset Tetap.

Penyajian konstruksi dalam pengerjaan dilakukan secara gabungan, dengan cara

menjumlahkan seluruh kontruksi dalam pengerjaan, dari seluruh aset tetap. Selanjutnya

kontruksi dalam pengerjaan ini diungkapkan dalam Catatan atas laporan Keuangan.

Informasi mengenai Konstruksi Dalam Pengerjaan yang harus diungkapkan dalam Catatan

atas Laporan Keuangan pada akhir periode akuntansi adalah :

a. Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan jangka

waktu penyelesaiannya

b. Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya

c. Jumlah biaya yang telah dikeluarkan

d. Uang muka kerja yang diberikan

e. Retensi

Kontrak konstruksi pada umumnya memuat ketentuan tentang retensi. Misalnya,

termin yang masih ditahan oleh pemberi kerja selama masa pemeliharaan. Jumlah retensi

diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua

belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh

masyarakat umum

2. Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan.

Pembangunan aset tersebut dapat dikerjakan sendiri (swakelola) maupun dengan menggunakan

jasa pihak ketiga melalui kontrak konstruksi

3. Aset tetap diklasifikasikan menjadi enam akun yaitu: tanah, bangunan, peralatan dan

mesin, jalan dan irigasi , aset tetap lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan.

4. Aset diakui sebagai aset tetap apabila memenuhi beberapa kriteria dalam PSAP No 07

dan diukur berdasarkan harga perolehan dan nilai wajarnya.

5. Suatu benda berwujud diakui sebagai konstruksi dalam pengerjaan apabila telah

memenuhi beberapa kriteria yang tercantum dalam PSAP No 08 dan diukur berdasarkan

harga perolehannya.

6. Aset tetap dan konstruksi dalam pengerjaan disajikan dalam neraca kelompok aset tetap

dan diungkapkan dalam CaLK.

7. Aset tetap yang sudah tua harus dipindahkan menjadi aset tetap lainnya dan apabila

sudah rusak dan tidak bisa terpakai lagi maka harus dihilangkan dari kelompok aset

tetap.

3.2 Saran

Baca psap lampiran 1 dan 2. tlis pertanyaan min 5 jawab sendiri.

Penggelapan dana baksos tahun 2010 dan 2011 di sulteng.

Metode ekuitas mencatat keuntungan pemerintah saat masih diumumkan

sedangkan metode biaya tidak mencatat.

Jurnal belanja

Inves

Edi

Inves

Pendapatan bagian laba – lo

Setelah keuntungan diterima berupa dividen jurnal

Kas

Pendapatan denda

Pada metode ekuitas pembagian dividen mengurangi inves jangka panjang.

Sedangkan metode biaya tidak mempengaruhi inves jangka panjang.

Menggunakan metode ekuitas nilai inves jangka panjang terus berfluktusi

sedangkan metode biaya cenderung statis.

085241045635 085340809710

1. Mengapa saat terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar, maka ketentuan standar diunggulkan relatif terhadap kerangka konseptual ?

2. Salah satu Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian adalah anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan sebagai alat pengendalian;maksudnya?

Kasus

Mengupas Temuan BPK RI di Pemda Tabalong (Bag 6)

Kebijakan Akuntansi Tak Ada Peraturannya

*Aset Tetap Neraca Per 31 Desember 2007 Tak Dapat Diyakini Kewajaranya

Tanjung – Dari hasil pemeriksaan BPK RI terhadap aset tetap milik Kabupaten Tabalong terdapat hal-hal yang janggal sehingga pada laporan aset tetap neraca per 31 Desember 2007 tidak dapat diyakini kewajarannya,hal itu disebabkan karena pemerintah Kabupaten Tabalong tidak memiliki peraturan Kepala Daerah tentang kebijakan akutansi, khususnya mengenai aktiva tetap.Hasil pemeriksaan BPK tersebut yaitu, nilai aset tetap yang tercantum pada neraca per 31 Desember 2007 sebesar Rp 177.825.974.641,- bukan merupakan nilai aset tetap per 31 Desember 2007 melainkan keseluruhannya merupakan realisasi belanja modal asset tetap untuk tahun anggaran 2007. dengan demikian maka seharusnya nilai aset tetap per 31 Desember 2007 adalah sebesar 225.313.844.072,- dari penjumlahan Rp 77.487.869.431,- + Rp 177.825.974.641,-.Sesuai dengan perda nomor 10 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah Kabupaten Tabalong yang menyatakan bahwa kekayaan daerah ditangani oleh Kepala Bidang Kekayaan Dan Investasi pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah. Namun sampai dengan penyusunan neraca berlangsung peraturan daerah mengenai tugas pokok dan fungsi atas struktur perangkat Daerah yang baru tersebut belum dibuat sehingga fungsi pengelolaan kekayaan daerah oleh Kepala Bidang Kekayaan dan Investasi di PKKD belum efektif.Penyususunan neraca pada tahun 2007 dilakukan oleh bidang akutansi sedangkan tata usaha inventaris aset tetap masih dipegang Bagian Umum setda Tabalong. selain itu baian umum tidak membuat daftar inventaris barang /laporan barang milik daerah (LBMD) Pemerintah Kabupaten Tabalong untuk tahun 2007. Dengan demikian bukti pendukung kelengkapan dan keberadaan aset tetap pada neraca pemerintah Kabupaten Tabalong per 31 Desember 2007 tak dapat ditelusuri.Hal tersebut mengakibatkan nilai aktiva tetap senilai Rp 177.825.974.641,- pada neraca tidak dapat diyakini kewajarannya dan terbuka peluang penyalahgunaan aset tetap milik Pemerintah Kabupaten Tabalong.BPK RI menyarankan kepada Bupati Tabalong agar memberikan teguran tertulis kepada Kepala Bagian Umum yang tidak melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik karena tidak membuat daftar inventaris tahun 2007. selain itu BPK juga menyarankan kepada Bupati supaya memanfaatkan hasil penilaian aset tetap sebagai dasar pencantuman aset tetap pada neraca. Metro/tim

Terkait Penyalahgunaan APBD Minsel 2006 – 2007, Boy Pandeirot dan Budi Tujuwale Resmi TersangkaTribun Manado - Senin, 8 April 2013 23:57 WITA

More Sharing ServicesShare | Share on facebook Share on myspace Share on google Share on twitter

Laporan Wartawan Tribun Manado Kevrent Sumurung

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO- Kasus dugaan penyalahgunaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Minahasa Selatan tahun 2006-2007 yang ditangani oleh Kejati Sulut, telah memasuki babak baru. Penyidik dari Kejati Sulut, te;ah menetapkan dua orang mantan pejabat Pemkab Minsel sebagai tersangka.

Kedua mantan pejabat tersebut masing-masing adalah mantan Sekertaris Daerah (Sekda), Budi Tujuwale atau BT dan mantan Kabag keuangan atau BPKAD Minsel, Boy Pandeiroth BP. Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulawesi Utara (Sulut), Dr Onggal Siahaan S.sos MH melalui KasiPenkum, Steven Kamea SH saat dikonfirmasi membenarkan soal penetapan kedua mantan pejabat di Minsel itu sebagai tersangka.

Dikatakannya, dari hasil penyelidikan dana APBD yang diduga diselewengkan itu ternyata dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Sekda dan Kabag keuangan serta untuk kepentingan legislator Minsel dalam rangka pembahasan Ranperda LKPJ Bupati tahun 2006. Ramperda tersebut membahas perubahan APBD tahun 2007, pembahasan Kebijakan Umum Anggaran Penetapan Plafon Sementara (KUA PPAS), upacara pengucapan syukur terkait ladies program atau kegiatan istri anggota DPRD, pembahasan RAPBD 2008 serta pembahasan KUA PPAS Minsel tahun 2008.

Dari kasus ini, negara telah dirugikan sebesar Rp 19.411.425.300. Jumlah tersebut terdiri dari pos belanja Sekda Rp 12, 7 miliar, pos belanja bansos Rp 500 juta, pos belanja kepala dan wakil kepala daerah Rp 1, 75 miliar dan pos bagian keuangan Setda Rp 4, 3 miliar.

Dengan ditetapkannya kedua mantan pejabat tersebut, menurut Kamea belum menutup kemungkinan akan ada tersangka lain. “Sementara ini kami sedang menunggu penuntasan alat pemeriksa bukti lain. Dan saat ini baru BT dan BP yang menjadi tersangka utama,”terangnya. (kev)

Penulis : Kevrent_SumurungEditor : Andrew_Pattymahu