24
Makalah Akuntansi Keuangan Lanjutan Semester V Hubungan kantor pusat dan cabang Di susun Oleh : NURUS SA’ADAH M ZAINAL

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

Makalah

Akuntansi Keuangan LanjutanSemester V

Hubungan kantor pusat dan cabang

Di susun Oleh :

NURUS SA’ADAH

M ZAINAL

RUANG 204 DAKMAFAKULTAS AKUNTANSI EKONOMI D III

UNIVERSITAS PAMULANG2016

Page 2: MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

BAB I

1.1 Latar BelakangDidalam perkembangan usaha, perusahaan dapat beroperasi bukan hanya didalam lingkungan suatu kota,

akan tetapi dapat juga beroperasi ke luar kota, ke luar daerah ataupun ke luar negeri.Pada umumnya sebagai titik tolak perkembangan suatu usaha tersebut adalah perluasan daerah pemasaran.

Pada saat meluasnya daerah pemasaran, maka akan menimbulkan masalah bagi pimpinan perusahaan. Akan tetapi masalah tersebut bisa diatasi dengan berbagai cara yang paling efektif dan ekonomis antara lain mengangkat pedagang keliling atau petugas bagian penjualan yang langsung mendatangani para langganan, penggunaan katalogus dengan pengiriman pesanan perpos dengan sistem konsinyasi dan lain-lain.

Terkadang, cara tersebut tidak sesuai harapan pimpinan berhubung sangat besarnya perkembangan daerah pemasaran.Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dibentuk pusat-pusat penjualan di dalam daerah tertentu yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan pemasaran. Pusat-pusat yang dibentuk dapat berupa agen atau cabang yang mempunyai fungsi pembelian ataupun penjualan.

Dengan tema “Hubungan Kantor pusat dan cabang II” akan membahas tentang persoalan-persoalan khusus didalam akuntansi yang akan timbul pada saat perusahaan menggunakan sistem desentralisasi. Dan hubungan tersebut menyangkut dalam hal pengiriman (transfer) uang antar cabang, pengiriman barang-barang antar cabang, barang-barang untuk cabng dinota diatas harga pokok.

1.2 Rumusan Masalah1.      Apa persoalan-persoalan yang menyangkut hubungan antara kantor pusat dan cabang?2.      Bagaimana persoalan-persoalan tersebut bisa terjadi?3.      Bagaimana pencatatan dalam buku kantor pusat dan kantor cabang?

1.3 Tujuan1.      Untuk mengetahui persoal-persoalan yang menyangkut hubungan antara kantor pusat dan cabang.2.      Untuk mengetahui sebab terjadinya persoalan-persoalan tersebut.3.      Untuk mengetahui posisi keuangan kantor pusat dan kantor cabang.

1.4 Manfaat1.      Mahasiswa dapat mengetahui persoalan yang menyangkut hubungan kantor pusat dan cabang.2.      Mahasiswa dapat mengetahui pada saat terjadinya persoalan-persoalan tersebut.3.      Mahasiswa dapat mengetahui pencatatan pembukuan kantor pusat dan cabang.

Page 3: MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

BAB II TINJUAN PUSTAKA

2.1 Hubungan Kantor Pusat dan Cabang

Operasi Suatu Cabang

1.      Beroperasi sebagai unit usaha terpisah, dan di bawah pengendalian kantor pusat.2.      Modal kerja (berupa uang tunai, barang-barang dagangan, aktiva lainnya ) diberi oleh kantor pusat.3.      Barang dagangan dapat dibeli dari pihak ketiga, untuk jenis barang yang tersedia dari kantor pusat.4.      Aktivitas penjualan yang dilaksanakan, dimulai untuk mendapatkan pembeli: mengirimkan barang / jasa ;

membuat faktur penjualan ; menagih piutang ; menyimpan dalam rekening banknya sendiri.5.      Pembatasan keleluasaan cabang operasi dapat dilakukan kantor pusat, seperti :

a.  Penerimaan kas dari hasil penjualan, pengumpulan piutang, setiap harinya harus disetorkan atas nama rekening kantor pusat dalam jumlah yang utuh.b. Pembentukan dana kas kecil untuk pengeluaran kas di cabang.

Akuntansi Suatu Cabang

1.        Pencatatan kegiatan kantor cabang dilakukan kantor pusatSifat kantor cabang memiliki sifat seperti agen, desentralisasi akuntansi (pelaksanaan jurnal, buku besar

atau seperangkat buku yang terpisah) pada kantor pusat. Pencatatan data akuntansi kantor cabang diperoleh kantor pusat melalui dokumen asli dan ringkasan memo transaksi yang dilengkapi voucher, duplikat sebagai arsip cabang.

2.        Pencatatan kegiatan kantor cabang dilakukan kantor pusat dan kantor cabangPencatatan data akuntansi kantor cabang diperoleh kantor pusat melalui duplikat jurnal, pencatatan

dokumen asli ke dalam jurnal dilakukan oleh kantor cabang. Pencatatan yang dilakukan kantor pusat ke dalam rekening kantor cabang yang terpisah atau dimasukkan ke dalam buku besar umum kantor pusat. Pada akhir periode akuntansi, kantor pusat melakukan penyesuaian  (adjusment) dan menutup pembukuan (closing) rekening kantor cabang untuk menetapkan besarnya laba-rugi cabang.

3.        Pencatatan kegiatan kantor cabang dilakukan kantor cabangPencatatan data transaksi ke dalam jurnal dan pemindah pembukuan ke dalam buku besar umum. Laporan

keuangan disusun secara periodik untuk di kirim ke kantor pusat, dan laporan keuangan ini diperiksa oleh internal auditor kantor pusat. Penyelesaian penutupan saldo buku-buku dilakukan oleh kantor cabang, maka hubungan kantor cabang dan kantor pusat terlihat sebagai berikut :

a.       Kantor CabangDigunakan rekening Kantor Pusat (Home Office) untuk penghubung dengan Kantor Pusat. Rekening kantor

pusat (Home Office) ini :1)      Untuk kerugian operasi kantor cabang.

di Debet : Untuk pengiriman uang yang dilakukan oleh kantor cabang ke kantor pusat.2)      Untuk laba yang dihasilkan operasi kantor cabang.

di Kredit : Untuk mencatat uang tunai, barang-barang dan aktiva lainnya yang diterima dari kantor pusat.Rekening kantor pusat menunjukkan jumlah kewajiban kantor cabang.

a.       Kantor PusatDigunakan Rekening Timbal Balik (Reciprocal Account) disebut dengan rekening :

b.      Kantor Cabang (Branch Office), atau Investasi pada kantor cabang (Invesment in Branch)Rekening kantor cabang ini :

1)      Untuk laba yang dihasilkan operasi kantor cabang.di Debet : Untuk pengiriman uang, barang-barang dan aktiva lainnya yang diserahkan ke kantor cabang.

Page 4: MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

2)      Untuk kerugian kantor cabang.Kredit : Untuk pengiriman uang tunai dari kantor cabang.2.2 Laporan Keuangan kantor Pusat dan kantor Cabang

Laporan Keuangan Kantor Pusat

1.       Penyusunan dilakukan setiap akhir periode fiskal untuk memperlihatkan hasil operasi (perhitungan rugi laba) dan kondisi keuangan (neraca).

2. Rekening investasi pada kantor cabang (Invesment in Branch) terlihat sebagai aktiva (Assets) pada neraca kantor pusat.

3. Penghasilan masing-masing kantor cabang dapat diperlihatkan pada laporan pendapatan (perhitungan rugi laba) kantor pusat.

Laporan Keuangan Kantor Cabang.

1.       Penyusunan dilakukan setiap akhir periode fiskal2.       Neraca saldo cabang dapat dilampirkan sebagai daftar pendukung saldo investasi pada kantor cabang.

3.       Perhitungan rugi laba kantor cabang dapat dilampirkan pada laporan pendapatan (perhitungan rugi laba) kantor pusat.

2.3  Penyusunan Laporan Keuangan Gabungan Kantor Pusat dan Cabang.1.    Tujuan Penyusunan Penggabungan Laporan Keuangan

Penggabungan laporan keuangan (Neraca dan Perhitungan Rugi Laba) kantor pusat dan kantor cabang dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh dari suatu unit usaha, yang diperlukan para pemegang saham, kreditur dan kantor-kantor pajak.

2.    Persiapan Penggabungan Laporan KeuanganPersiapan penggabungan laporan keuangan harus memperhatikan rekening-rekening (account) yang bersifat

timbal balik (reciprocal). Rekening-rekening reciprocal harus dihapuskan (Elimination) pada neraca dan perhitungan rugi laba, yaitu :

a. Eliminasi untuk rekening-rekening reciprocal pada neraca:1. Rekening kantor pusat di dalam neraca kantor cabang & rekening kantor cabang didalam neraca kantor pusat.2. Rekening hutang dan piutang kantor pusat dan kantor cabang:b. Eliminasi untuk rekening-rekening reciprocal pada perhitungan rugi laba:

1. Rekening pengiriman barang dagangan ke kantor cabang di dalam perhitungan rugi laba kantor pusat dan rekening pengiriman barang dagangan dari kantor pusat di dalam perhitungan rugi laba kantor cabang.2. Rekening pendapatan dan biaya lainnya yang terjadi akibat transaksi di antara kantor pusat dan kantor cabang.

Page 5: MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Persoalan-persoalan hubungan kantor pusat dan cabangPersoalan-persoalan khusus di dalam akuntansi biasanya timbul (perusahaan menggunakan sistem

Desantralisasi), apabila hubungan antara kantor pusat dan cabang menyangkut hal-hal berikut:a. Pengiriman uang tunai antar cabang (Interbranch Transfer of Cash)

b.      Pengiriman barang-barang antar cabang (Interbranch Transfer of Merchandise)c.       Barang-barang yang dikirim untuk cabang dinota diatas harga pokok1. Pengiriman Uang Tunai Antar Cabang

a. Hubungan Umum: Kantor cabang mempunyai hubungan dengan kantor pusat  dan pihak luar untuk transaksi kas.

b. Hubungan khusus: Kantor pusat dapat meminta dan menyetujui kepada satu kantor.

2.    Pengiriman Barang Dagang Antar Cabanga.       Hubungan Umum: Kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk masing-masing kantor cabang.b.      Hubungan Khusus: Kantor pusat dapat meminta dan menyetujui pengiriman barang dagangan dari satu kantor

cabang ke kantor cabang lainnya.c.       Masalah Khusus: “Biaya Angkut ( Freight Charges )”

Yang dibebankan kepada dan dibayar oleh kantor cabang yang Mengirim kepada kantor cabang yang menerima, serta perhitungan pembebanan biaya angkut di kantor pusat, diantaranya:

a.       Kantor cabang yang mengirim barang dagangan membayar biaya angkut dan memperhitungkan sebagai beban kantor pusat.

b.      Kantor cabang yang menerima barang dagangan dibebankan biaya angkut yang normal, seperti halnya menerima barang dagangan dari kantor pusat.

c.       Kantor pusat memperhitungkan biaya angkut untuk pengiriman barang antar cabang ke dalam rekening Yaitu: Kelebihan biaya angkut dari biaya angkut yang normal.Dalam penyusunan perhitungan rugi-laba kantor pusat, rekening “kelebihan biaya angkut untuk pengiriman barang dagangan antar kantor cabang” dilaporkan sebagai subtraksi dari ikhtisar pendapatan kantor cabang (Summary of Branch Earnings) dibagian bawah dari perhitungan rugi-laba.

3.    Barang-barang untuk cabang dinota diatas harga pokok.Barang-barang yang dikirim oleh kantor pusat ke cabang-cabang dinota diatas harga pokoknya, biasanya dilakukan salah satu dari dua macam harga yang berikut:

1. Dinota dengan tambahan % tertentu diatas harga pokok (Billing at an arbitrary rate above cost).

a.       Hubungan umum : Kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk masing-masing kantor cabang.b.      Hubungan khusus :Kantor pusat menetapkan harga dinota dengan tambahan % tertentu diatas harga pokok untuk

setiap pengiriman barang dagangan ke kantor cabang.Prosedur akuntansi hubungan kantor pusat dengan kantor cabang:

a.       Pada saat pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang. Peristiwa ini terjadi selama periode akuntansi.

b.       Pada saat pelaporan nilai persediaan barang dagangan oleh kantor cabang ke kantor pusat. Peristiwa ini terjadi pada akhir periode akuntansi, dan kantor cabang mengirimkan pelaporan laba / rugi bersih.

2. Dinota dengan harga jual eceran (Billing at retail sales price).

a.     Hubungan Umum : Kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk masing-masing kantor cabang.

Page 6: MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

b.    Hubungan Khusus : Kantor pusat menetapkan dinota dengan harga jual eceran untuk setiap pengiriman barang dagangan ke kantor cabang berdasarkan harga jual eceran.Prosedur akuntansi hubungan kantor pusat dengan kantor cabang:

a.     Pada saat pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang, terjadi selama periode akuntansi. Akuntansi di HO dan BO sama dengan harga dinota dengan tambahan % tertentu diatas harga pokok.

b.    Pada saat pelaporan nilai sisa persediaan barang dagangan sekaligus pelaporan laba bersih oleh kantor cabang ke kantor pusat, terjadi pada akhir periode akuntansi. Akuntansi di HO dan BO sama dengan harga dinota dengan tambahan % tertentu diatas harga pokok.3.2 Persoalan-persoalan khusus terjadi

a. Pengiriman Uang antar cabangPengiriman uang antar cabang (Interbranch transfer of cash) ini terjadi apabila apabila perusahaan

mempunyai cabang lebih dari satu. Untuk mengendalikan aktifitas tiap-tiap cabangnya, biasanya kantor pusat mengadakan pembatasan-pembatasan yang menyangkut hubugan antara cabang tertentu dengan cabang lainnya. Pembatasan yang diadakan itu berhubungan dengan otorisasi terhadap transaksi yang terjadi antara cabang tertentu dengan cabang lainnya tersebut. Otorisasi terhadap transaksi demikian biasanya berada pada kantor pusat. Dari segi akuntansinya, meskipun tiap-tiap cabang dianggap sebagai unit usaha yang berdiri sendiri (sistem desantrilisasi), namun demikian pengecualian terhadap transaksi antar cabang seperti itu diadakan agar hasil usaha tiap-tiap cabang dapat lebih dikontrol oleh pusat.b. Pengiriman barang antar cabang

Seperti halnya pengiriman uang antar cabang, dalam hal pengiriman barang antar cabang (Interbranch transfer of merchandise), maka otorisasi terjadinya transaksi tersebut, biasanya ada pada kantor pusatnya. Terdapat persoalan tersendiri apabila terjadi pengiriman barang dari cabang tertentu kepada cabng lainnya.

Persoalan itu adalah tentang perlakuan akuntansi terhadap biaya pengangkutan barang-barang yang bersangkutan. Dalam hal pengiriman barang-barang dari kantor pusat ke suatu cabang biasanya ongkos-ongkos pengangkutan untuk barang-barang tersebut diperhitungkan dan menjadi beban kantor cabang, yaitu ditambahkan pada harga barang-barang yang bersangkutan.c. Barang-barang untuk cabang dinota diatas harga pokok

Barang-barang yang dikiri oleh kantor pusat ke cabang-cabang yang dinota diatas harga pokoknya, biasanya dilakukan salah satu dari dua macam harga yang berikut:

1. Barang-barang untuk cabang dinota dengan tambahan %tertentu diatas harga pokok dengan tujuan antara lain:a.       Untuk dapat mengontrol/mengendalikan para pejabat dicabang, sehingga dapat diperoleh gambaran yang konkrit

tentang hasil-hasil usahanya.b.      Untuk dapat menutup sebagian ongkos-ongkos pengurusan dan pengawasan serta administrasi yang menyangkut

hubungan antara kantor pusat dan cabang.Dengan menentukan harga barang-barang untk cabang diatas harga pokoknya, sebenarnya bahwa laba yang

dilaporkan adalah lebih rendah dari yang sesungguhnya terjadi. Demikian pula laporan persediaan akhir barang-barang yang yang ada di cabang-cabang tidak sesuai dengan harga pokonya. Informasi terhadap harga pokok dan persediaan barang dagangan yang berada dikantor cabangnya itu tetap harus dikumpulkan oleh kantor pusat, kaena merupakan data penyesuaian atas hasil usaha cabang yang bersangkutan.

Selisih yang terjadi antara “harga pokok” menurut kantor pusat dengan “harga dalam nota” untuk cabang (selisih antara cost dan billed price) ditampung dalam rekening: cadangan (selisih) kenaikan harga barang-barang cabang (Allowance for overvaluation of branch merchandise).

2. Brang-barang untuk cabang dinota dengan harga jual eceran dengan tujuan antara lain:a. Untuk lebih memperketat kontrol dan mendapatkan informasi yang lengkap tentang hasil-hasil operasi cabang.b. Oleh karena harga jual eceran telah ditetapkan, maka apabila ada laporan penjualan dari cabang, dapat segera diperkirakan saldo persediaan yang ada dicabang tanpa menunggu sampai dengan laporan tentang persediaan itu dibuat.

Page 7: MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

c. Mempermudah untuk pencocokan didalam mengadakan investarisasi phisik barang di cabang, dimana jumlah persediaan phisik hars sama dengan perbedaan antara harga yang dinota oleh kantor pusat dikurangi penjualan bersih yang dilaporkan.d. Melaksanakan kebijaksanaa harga jual yang sama terhadap beberapa daerah pemasaran tertentu.

Apabila barang-barang untuk cabang dinota dngan harga jual eceran,maka harga pokok penjualan dicabang otomatis, sama dengan penjualannya. Aktivitas cabang akan menunjukkan kerugian dan kerugian cabang tersebut sama dengan jumlah seluruh biaya usaha.

Laba atau rugi usaha yang sesungguhnya dari usaha yang sesungguhnya dari usaha cabang hanya akan dapat diketahui oleh kantor pusat. Pencatatan yang ada dikantor cabang yang tidak dapat menunjukkan rugi dan laba usahanya itu, hanya dipakai untuk tujuan-tujuan statistik dan perbandingan belaka.

3.3 Pencatatan dalam pembukuan kantor pusat dan kantor cabanga. Pengiriman Uang antar cabang

Suatu perusahaan yang berkantor pusat di Yogyakarta memerintahkan kepada cabang Bandung untuk mengirimkan uang sebesar Rp. 100.000,00 kepada cabang Semarang.Sesuai dengan uraian tersebut diatas, maka pencatatan yang diperlukan oleh masing-masing pihak yang terlihat dalam transaksi ini adalah sebagai berikut:

Buku-buku Kantor PusatR/K Kantor Cabang Semarang Rp 100.000

R/K Kantor Cabang Bandung Rp 100.000

Cabang BandungR/K Kantor Pusat Rp 100.000

Kas Rp 100.000

Cabang SemarangKas Rp 100.000

R/K Kantor Pusat Rp 100.000

b. Pengiriman barang antar cabangApabila terjadi pengiriman barang-barang untuk cabang atas perintah kantor pusat, maka perlakuan

terhadap ongkos angkut (pengiriman) diatur sebagai berikut:a.       Ongkos angkut barang-barang dari cabang tertentu ke cabang yang lain itu dibayar lebih dulu oleh cabang yang

mengirim dan nantinya akan diperhitungkan sebagai beban kantor pusat.b.      Pembebenan ongkos angkut untuk cabang yang menerima barang-barang kiriman itu diperhitungkan sesuai dengan

ongkos angkutapabila kantor pusat mengirimkan langsung kepada cabang penerima.c.       Dalam buku-buku kantor pusat, selisih yang terjadi dalam perhitungan pembebenan ongkos angkut antar cabang

itu diperlakuan sebagai “Selisih ongkos angkut barang-barang antar cabang” (Excess Freigh On Interbranch Transfer of Merchandise).Contoh:

Page 8: MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

PT. Aneka Batik di Yogyakarta, mengirimkan sejumlah barang kecabang di Semarang seharga Rp. 500.000 Ongkos angkut barang tersebut dari Yogyakarta ke Semarang adalah Rp. 25.000.

Beberapa hari kemudian oleh karena ada perubahan kebijaksanaan, kantor pusat memerintahkan kepada cabang Semarang, agar barang-barang yang baru diterima dikirimkan kecabang Bandung seluruhnya, cabang Semarang melaksankan perintah tersebut dan membayar ongkos angkut sebesar Rp. 60.000

60.000Apabila kantor pusat langsung mengirim barang-barang tersebut dari Yogyakarta ke Bandung hanya memerlukan ongkos angkut Rp.70.000

Pencatatan pada buku-buku kantor pusat, cabang Semarangdan Cabang Bandung akan nampak sebagai berikut:

Pencatatan pada Buku-buku Kantor PusatTransaksi-Transaksi Jurnal1. Pengiriman barang-barang kecabang Semarang, dengan harga pokok, sebesar Rp.500.000 dan ongkos angkut Rp. 25.000 telah dibayar

R/K Kantor cabang Semarang

Rp 525.000

Pengiriman barang kecabag Semarang

Rp 500.000

Kas Rp 25.000

2. Kantor pusat memerintahkan kepada cabang Semarang, agar barang yang baru diterimanya seharga Rp. 500.000 dikirimkan ke cabang Bandung

a. Pengiriman barang kecabang Semarang

Rp 500.000

Pengiriman barang kecabag Bandung

Rp 500.000

b. R/K kantor cabang bandung

Rp 570.000

Selisih ongkos angkut barang antar cabang

Rp 15.000

Kantor cabang Semarang

Rp 585.000

Pencatatan pada Buku-buku Cabang SemarangTransaksi-Transaksi Jurnal

Penerimaan Rp

Page 9: MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

1. Penerimaan barang-barang dari kantor pusat, seharga Rp.500.000 dengan ongkos angkut Rp. 25.000

barang-barang dari kantor pusat 500.000  Ongkos angkut barang masuk (Freight In)

 Rp 25.000

R/K Kantor pusat

Rp 525.000

2. Pengiriman barang-barang ke cabang Bandung atas perintah kantor pusat.Barang-barang yang dikirim seharga Rp. 500.000 dengan ongkos angkut ke Bandung sebesar Rp. 60.000

R/K Kantor pusat

Rp 585.000

Pengiriman barang-barang dari kantor pusat

Rp 500.000

 Ongkos angkut barang masuk

 Rp 25.000

 Kas  Rp 60.000

Pencatatan pada Buku-buku Cabang BandungTransaksi-Transaksi Jurnal1. Penerimaan barang-barang dari cabang Semarang tas perintah Kantor Pusat, seharga Rp.500.000 dan ongkos angkut normal dari Yogyakarta-Bandung Rp. 70.000

Pengiriman barang dari kantor pusat

Rp 500.000

 Ongkos angkut barang masuk (Freight In)

 Rp 70.000

R/K Kantor pusat

Rp 570.000

Keterangan:Didalam laporan keuangan kantor pusat secara individual saldo rekening “Selisih ongkos angkut antar

barang antar cabang” dapat dicantumkan sebagai pengurang daripada rugi-laba cabang penerima yang terakhir.Akan tetapi dalam laporan keuangan gabungan (Perhitungan rugi-laba gabungan), saldo “Selisih ongkos angkut barang-barang antar cabang” tersebut dapat dicantumkan/dicatat sebagai bagian dari: harga pokok yang dijual, biaya penjualan, ataupun biaya administrasi & umum.Masalah alokasi pembebanan ini tergantung kepada bagian yang bertanggung jawab atas transfer barang-barang tersebut. c. Brang-barang untuk cabang dinota diatas harga pokok

Page 10: MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

1. Barang-barang untuk cabang dinota dengan tambahan %tertentu diatas harga pokok.Contoh:

Barang-barang yang harga pokoknya (cost) Rp. 500.000 dikirimkan oleh kantor pusat kepada cabangnya, dengan harga setelah dinaikkan 25% dari harga pokok atau sejumlah Rp. 625.000.Pencatatan pada buku-buku kantor pusat dang cabang akan tampak sebagi berikut:Transaksi-Transaksi Buku-buku kantor pusat

Pengiriman barang-barang dari cabang harga pokok Rp.500.000 dinota seharga Rp. 625.000

R/K Kantor cabang

Rp 625.000

Pengiriman barang-barang ke kantor cabang

Rp 500.000

Cadangan kenaikan harga barang-barang cabang

Rp 125.000

Transaksi-Transaksi Buku-buku Kantor Cabang

Pengiriman barang-barang dari cabang harga pokok Rp.500.000 dinota seharga Rp. 625.000

Pengiriman barang-barang ke kantor cabang

Rp 625.000

R/K Kantor cabang

 Rp 625.000

Keterangan:Apabila barang telah laku dijual oleh cabang, maka laba yang diakui oleh kantor pusat disamping selisih

antara harga jual cabang dengan harga dinota, juga diperhitungkan cadangan kenaikan harga yang ada. Sesuai dengan jumlah yang terjual menurut laporan dari cabang yang bersangkutan. Biasanya perhitungan untuk mengurangi “Cadangan kenaikan harga barang-barang cabang” dilakukan pada akhir periode.Rekening cadangan kenaikan harga barng-barang cabang ini dikurangi proporsional degan jumlah yang terjual, sehingga saldonya menjadi sejajar dengan tambahan/kenaikan harga atas persediaan yang masih ada di cabang.

Page 11: MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

Contoh:Misalnya pengiriman barang seperti contoh dimuka dari harga pokok sebesar Rp. 500.000 dengan harga

nota untuk cabang Rp. 625.000, pada akhir periode kantor cabang melaporkan bahwa persediaan barang yang ada seharga Rp. 400.000, sedang laporan perhitungan laba rugi cabang menunjukkan laba bersih Rp. 50.000.Pencatatan pada buku-buku kantor pusat dan cabang akan tampak sebagai berikut:Transaksi-Transaksi Buku-buku Kantor Pusat1. Laporan perhitungan Rugi-Laba menunjukkan laba bersih Rp. 50.000

R/K Kantor cabang

Rp 50.000

Rugi-Laba Kantor Cabang

Rp 50.000

2. Penyusuaian saldo cadangan dengan kenaikan barang-barang cabang dengan saldo persediaan barang-barang dikantor cabang dan koreksi terhadap laba cabang

Cadangan kenaikan harga barang-barang cabang

Rp 45.000

Rugi-Laba Kantor Cabang

Rp 45.000

3. Menutup Rugi-Laba cabang ke Rugi-Laba Umum

Rugi-Laba Kantor cabang

Rp 95.000

Rugi LabaRp 95.000

Transaksi-Transaksi Buku-buku Kantor Cabang1. Laporan perhitungan Rugi-Laba menunjukkan laba bersih Rp. 50.000

Rugi-Laba Rp 50.000

Rugi-Laba Kantor Pusat

Rp 50.000

2. Penyusuaian saldo cadangan dengan kenaikan barang-barang cabang dengan saldo persediaan barang-barang dikantor cabang dan koreksi terhadap laba cabang

- - - -

- - - -3. Menutup Rugi-Laba - - - -

Page 12: MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

cabang ke Rugi-Laba Umum - - - -

Dari jurnal-jurnal tersebut diatas, dan berdasarkan laporan dari cabang, barang-barang yang terjual adalah sebesar Rp. 225.000 (Rp. 625.000,00-Rp. 400.000)Barang seharga Rp. 225.000 kini adalah berdasarkan harga nota dari kantor pusat setelah ditambah kenaikan harga sebesar 25%.Jadi harga pokok sebenarnya dari jumlah tersebut adalah:100/125 x RP 225.000 = Rp 180.000.

Dengan demikian maka kenaikan harga untuk barang-barang yang telah terjual oleh cabang adalah sebesar Rp. 45.000 (Rp. 225.000-Rp. 180.000).Oleh karena itu rekening “Rugi-Laba Cabang” dikoreksi dengan ditambah (dikredit) sejumlah Rp 45.000. Saldo rekening Cadangan kenaikan harga barang-barang cabang” pada akhir periode tinggal: Rp. 80.000 (Rp. 125.000- Rp. 45.000)Jumlah ini akan proposional dengan saldo persediaan di cabang yang berjumlah sebesar Rp 400.000,00 di mana di dalamnya terkandung kenaikan harga sebesar 25% dari harga pokoknya.

Laporan keuangan gabungan apabila barang-barang cabang dinota diatas harga pokok.Penyusunan laporan keuangan gabungan untuk barang yang dikirimkan antar cabang dicatat dengan harga

pokoknya (at cost), relatif lebih mudah seperti dijelaskan pada bab sebelumnya.Apabila barang-barang untuk cabang dinota dengan harga yang berbeda dari harga pokoknya, maka akan

timbul persoalan-persoaln khsus didalam penyusunan laporan keuangan gabungan.Persoalan-persoalan khusus yang perlu diperhatikan antara lain:

1.      Persediaan akhir barang-barang pada neraca kantor cabang yang nilainya berbeda dari harga pokok sebenarnya, harus dinyatakan kembali dalam nilai harga pokok semula, agar memungkinkan penyusunan neraca gabungan.

2.      Persediaan awal dan akhir barang-barang pada laporan perhitungan rugi/laba cabang harus dinyatakan kembali dalam harga pokok yang sebenarnya.

3.      Untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan gabungan biasanya daftar lajur (working papers) dibuat atas dasar data neraca sisa dari usat dan cabangnya Agar dapat diperoleh gambaran yang lebih lengkap di bawah ini diberikan contoh sebagai berikut :

Page 13: MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

Contoh 5 :PT Artha, di Jakarta mempunyai sebuah cabang di Medan.Terhadap barang-barang yang dikirim ke

cabangnya, PT Artha membebankna harga barang-barang tersebut 125% dari harga pokoknya.Di samping menerima barang-barang dari kantor pusat, cabang Medan diberi kebebsan pula untuk membeli barang lokal yang diperlukannya.Berikut ini adalah neraca sisa PT di Jakarta beserta cabangnya di Medan untuk periode akhir tahun buku 2012:

PT. ARTHANeraca Sisa, per 31 Desember 2012

Kantor Pusat Jakarta

Kantor Cabang Medan

Debit:Kas Rp 352.000 Rp 189.000 Piutang Dagang Rp 280.000 Rp 150.000 Persediaan Barang 1 Januari 2012 Rp 400.000 Rp 180.000 Aktiva Tetap Rp 120.000 Rp 90.000 R/K Kantor Cabang Medan Rp 434.000 Rp - Pembelian Rp 880.000 Rp 100.000 Pengiriman Barang dari Kantor Pusat Jakarta Rp - Rp 240.000 Macam-Macam Biaya Usaha Rp 200.000 Rp 80.000 Deviden yang dibagi Rp 80.000 Rp -

Jumlah Rp 2.746.000 Rp 1.029.000

Kredit:

 Cadangan Kenaikan Harga Barang-barang cabang  Rp 68.000  Rp -  Aktiva Depresiasi Aktiva Tetap  Rp 60.000  Rp 45.000 Hutang Dagang  Rp 280.000  Rp 50.000 Pengiriman Barang-barang ke Cabang Medan  Rp 192.000  Rp - Penjualan  Rp 1.200.000  Rp 500.000 Modal Saham  Rp 800.000  Rp - Laba yang ditahan, 1 januari 2012  Rp 146.000  Rp - R/K Kantor Pusat Jakarta  Rp -  Rp 434.000

Jumlah Rp 2.746.000  Rp 1.029.000

Diketahui bahwa pada tanggal 31 Desember 2012, persediaan barang yang ada pada masing-masing pihak adalah:

Kantor Pusat Jakarta Kantor Pusat JakartaKantor Cabang

MedanHarga Pokok (dibeli dari luar) Rp 320.000 Rp

Page 14: MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

40.000

Harga Nota (dibeli dari pusat) Rp -

Rp 80.000

Jumlah Rp 320.000 Rp 120.000

Atas dasar data tersebut di atas, maka daftar lajur dan laporan keuangan yang disusun dari daftar lajur tersebut dapat dilihat pada halaman – halaman yang berikut ini :

PT. ARTHADaftar lajur Penyusunan Laporan Keuangan Gabungan Kantor Pusat dan Cabang

Per 31 Desember 2012Kant

or Pusa

t

Kantor

Cabang

Penyerahan&Eliminasi

Rugi-Laba Gabungan

Laba yang ditahan

Neraca Gabungan

D K D K D K D K

Debit:

Kas 352 189 - - - - - - 541 -

Piutang Dagang 280 150 - - - - - - 430 -Persediaan Barang 1 Jan 400 180 - 20 560 - - - - -

Aktiva Tetap 120 90 - - - - - - 210 -R/K Kantor Cabang Medan 434 - - 434 - - - - - -

Pembelian 880 100 - - 980 - - - -Pengiriman Barang dari Kantor Pusat Jakarta - 240 - 240 - - - - - -Macam-Macam Biaya Usaha 200 8 - - 280 - - - - -Deviden yang dibagi 80 - - - - - 80 - - -

Jumlah2.74

6 1.029Persediaan Barang-barang, 31 Des 2012 320 120 - 16 - - - - 424 -

Kredit:Cadangan

Kenaikan Harga brg.Cabang

68 -48

- - - - - - -20

Akumulasi Depresiasi Aktiva Tetap 60 45 - - - - - - - 105

Hutang 280 50 - - - - - - - 330

R/K Kantor Pusat - 434 434 - - - - - - -

Modal Saham 800 - - - - - - - - 800Laba yang ditahan, 1 Jan 2012 146 - - - - - - 146 - -Penjualan 1.20 500 - - - 1.7 - - - -

Page 15: MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

0 00Pengiriman Barang-barang ke Cabang Medan 192 - 192 - - - - - - -Persediaan Barang-barang, 31 Des 2012

2.746 1029

Laporan Rugi-Laba 320 120 16 - - 424 - - - -

710 7101.82

02.124 80 146 1.605

1.235

Laba Bersih dipindah ke Laba yang ditahan 304 - - 304 - -

2.124

2.124

Saldo Laba yang ditahan dipindah ke Neraca 370 - - 370

450 450 1.6051.605

Penjelasan (untuk Penyesuaian dan Eliminasi)1)      Rekening-rekening Neraca yang sifatnya timbal-balik (reciprocal) dieliminasi dengan jurnal:

R/K Kantor Pusat Rp. 434.000 R/K Kantor Cabang Medan Rp. 434.000

2)      Saldo rekening Rugi-Laba yang sifatnya timbal-balik antara Kantor Pusat dan Cabang dieliminasi dengan jurnal: Pengiriman Barang-barang ke Cabang Medan Rp. 192.000 Cadangan Kenaikan Harga Barang-barang Cabang (25% x Rp. 192.000) Rp. 48.000 Pengiriman barang-barang Dari Kantor Pusat Rp. 240.000

3)      Saldo awal rekening “Cadangan Kenaikan Harga Barang-barang Cabang” pada 1-1-2012 adalah sebesar Rp. 20.000. Kenaikan ini diperhitungkan atas saldo awal persediaan barang-barang yang masih ada di Cabang Medan.Oleh karena itu saldo kenaikan harga ini harus dieliminasi dengan jurnal : Cadangan Kenaikan Harga Barang- barang cabang Rp. 20.000 Persediaan Brang-barang 1-1-2012 Rp. 20.000

4)      Persediaan akhir barang-barang yang ada di Cabang, yang asalnya dari Kantor Pusat, baik untuk kepentingan perhitungan Rugi-Laba maupun Neraca Cabang, masih mengandung unsur kenaikan harga sebesar 25%.Barang-barang dari Kantor Pusat yang ada di Cabang adalah sebesar harga nota Rp. 80.000.Berhubung dengan itu unsur kenaikan itu harus dieliminasi degan jurnal:

Persediaan barang-barang31-12-2012 (Laporan Rugi-Laba) Rp. 16.000

Persediaan barang-barang31-12-2012 (Neraca)(25/125 x Rp. 80.000 = Rp. 16.000) Rp.16.000

Tentang Proses penutupan buku-buku baik di Cabang dan di Kantor Pusat untuk mengikhtisarkan rekening Rugi-Laba serta pemindahannya ke Rekening Kantor Pusat maupun Laba yang Ditahan dilakukan seperti biasa.

Page 16: MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

Adapun Laporan Perhitungan Rugi-Laba gabungan Laporan Laba yang ditahan dan Neraca Gabungan yang disusun dari daftar lajur tersebut adalah sebagai berikut:

PT. ARTHALaporan Rugi Laba Gabungan

Kantor Pusat dan CabangPer Tahun Buku 2012

Penjualan Rp. 1.700.000Harga Pokok Penjualan:

Persediaan barang-barang, 1-1-2012 Rp. 960.000Pembelian Rp. 980.000

Rp. 1.540.000Persediaan Barang-barang, 31-12-2012 Rp. 424.000

Rp. 1.116.000Laba Kotor Penjualan Rp. 584.000

Macam-macam Biaya Usaha Rp. 280.000Laba Bersih Rp. 304.000

PT. ARTHALaporan Laba yang DitahanKantor Pusat dan Cabang

Per 31 Desember 2012Saldo Laba yang Ditahan, 1-1-2012 Rp. 146.000Laba Bersih Tahun 2012 Rp. 304.000

Rp. 450.000Dikurangi: Dividen yang dibagi Rp. 80.000Saldo Laba yang Ditahan 31-12-2012 Rp. 370.000

PT. ARTHANeraca Gabungan Kantor Pusat dan Cabang

Per 31 Desember 2012Aktiva Passiva

Kas Rp 541.000 Hutang Dagang

Rp 330.000

Piutang Dagang Rp 430.000 Modal Saham

Rp 800.000

Persediaan Barang-barang

Rp 424.000

Laba yang Ditahan

Rp 370.000

Aktiva Tetap Rp.210.000Akum. Depr. (Rp.105.000)

Rp 105.000

Jumlah Aktiva Rp Jumlah Passiva Rp

Page 17: MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

1.500.000 1.500.000

BAB 4. PENUTUP

4.1 KesimpulanSetiap Hubungan Kantor Pusat dan Cabang, akan ada persoalan-persoalan khusus di dalam akuntansi yang

terjadi di perusahaan tersebut.Dan persoalan-persoalan yang terjadi didalam akuntansi akan dicatat dalam pembukuan dengan menggunakan Sistem Desentralisasi yang artinya setiap susunan dan klasifikasi rekening-rekening pembukuan pada tiap-tiap kantor cabang mengikuti dan sesuai dengan susunan & klasifikasi yang dipakai pada kantor pusatnya.