Upload
daniel-owen
View
512
Download
66
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan Perseroan Terbatas merupakan suatu entitas ekonomi
yang legal sebab diatur oleh hukum yang berlaku. Perseroan Terbatas
menjalankan kegiatan operasionalnya dengan menggunakan ekuitas
berupa saham yang dijual kepada pemegang saham. Para pemegang
saham dalam suatu Perseroan Terbatas bukan hanya satu atau dua orang,
tetapi bisa lebih dari itu. Terlebih jika perusahaan tersebut sudah go public.
Dengan memiliki saham suatu perusahaan, para pemegang saham
berharap memperoleh dividen dari perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut. Dari pihak perusahaan, dividen tersebut bersumber dari laba
ditahan (retained earnings). Besar kecilnya dividen dipengaruhi oleh
berbagai faktor, mulai dari jenis saham yang dimiliki, jumlah saham, kondisi
laba ditahan yang dimiliki perusahaan, hingga kebijakan dividen yang
diberlakukan perusahaan. Oleh sebab itu, perlu adanya perhitungan,
analisis dan penyajian yang tepat untuk dividen dan laba ditahan tersebut.
Dengan pembuatan makalah ini, dapat menjadi bahan referensi dalam
memecahkan masalah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana menghitung dan mencatat transaksi yang berkaitan dengan
dividen
b. Bagaimana meghitung dan mencatat transaksi yang berkaitan dengan
retained earnings (laba ditahan)
c. Bagaimana analisis dan penyajian dividen dan retained earning dalam
laporan keuangan perusahaan perseroan
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 1
1.3 Tujuan Penyusunan
a. Untuk mengetahui cara perhitungan dan pencatatan transaksi yang
berkaitan dengan dividen
b. Untuk mengetahui cara perhitungan dan pencatatan transaksi yang
berkaitan dengan retained earnings (laba ditahan)
c. Untuk mengetahui cara menganalisis dan menyajikan dividen dan
retained earnings dalam laporan keuangan perusahaan perseroan
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembagian Dividen
Dalam Perseroan Terbatas pembagian keuntungan kepada pemilik
dilakukan melalui deviden. Pembagian deviden ditentukan dalam rapat umum
pemegang saham. Deviden hanya dapat dibagikan jika saldo laba ditahan
positif. Jadi, walaupun dalam tahun berjalan diperoleh laba, suatu perusahaan
terbatas tetap tidak boleh membagikan deviden kalau saldo laba ditahan pada
akhir tahun maish negatif.
Disamping saldo laba ditahan, dapat tidaknya deviden dibagikan juga
tergantung pada tersedianya uang kas. Saldo laba ditahan yang besar tidak
otomatis bersedia uang kas dalam jumlah yang sama. Apabila laba ditahan
dianggap sebagai bagian laba yang ditanamkan kembali ke perusahaan, maka
ada kemungkinan penanaman dilakukan dalam bentuk persediaan barang
dagang, aktiva tetap atau aktiva – aktiva bukan kas yang lain. dengan demikian,
ada kemungkinan perusahaan mempunyai saldo kas yang kecil, walaupun saldo
laba ditahannya besar. Terkait masalah ini, terdapat Kebijakan dividen yang
mengatur. Selain batasan yang dipaparkan dari segi saldo laba, terkait
pembagian dividen terdapat Kebijakan Dividen yang turut mempengaruhinya.
Adapun kebijakan dividen menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti
menyatakan bahwa : “Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menyangkut
tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham,
pada dasarnya laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk
diinvestasikan kembali”. Banyak faktor lain yang ikut berperan dalam penetapan
besarnya pembayaran dividen, namun yang menjadi persoalan selanjutnya
adalah mengenai bentuk-bentuk kebijakan dividen yang bisa ditempuh oleh suatu
perusahaan.
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 3
2.1.1 Kebijakan Dividen
Menurut Awat (1998: 171) terdapat empat macam bentuk-bentuk
kebijakan dividen, yaitu:
1. Kebijakan dividen yang stabil (stable dividend-per-share policy), yakni
jumlah pembayaran dividen itu sama besarnya dari tahun ke tahun. Salah
satu alasan mengapa suatu perusahaan itu menjalankan kebijakan dividen
yang stabil adalah untuk memelihara kesan para investor terhadap
perusahaan tersebut, sebab apabila suatu perusahaan menerapkan
kebijakan dividen yang stabil berarti perusahaan tersebut yakin bahwa
pendapatan bersihnya juga stabil dari tahun ke tahun. Meskipun
perusahaan mengalami kerugian, jumlah dividen yang dibayar misalnya Rp.
1.500 per saham, maka jumlah ini tetap dibayar kepada pemegang saham.
Investor akan aman dengan jumlah yang tetap diterimanya sesuai dengan
motivasi mereka.
2. Kebijakan dividend payout ratio yang tetap (constant dividend payout ratio
policy). Dalam hal ini, jumlah dividen akan berubah-ubah sesuai dengan
jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan adalah
tetap. Deviden yang dibayar berfluktuasi tergantung besarnya keuntungan
bagi pemegang saham. Misalnya DPO 60% dari keuntungan. Jika
keuntungan Rp 1 miliar, maka deviden yang dibayarkan sebesar 60% x Rp
1 Milyar = Rp 600 juta.
3. Kebijakan kompromi (compromise policy), yakni suatu kebijakan dividen
yang terletak antara kebijakan per saham yang stabil dan kebijakan
dividend payout ratio yang konstan ditambah dengan persentasi tertentu
pada tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi.
4. Kebijakan dividen residual (residual-dividend policy). Apabila suatu
perusahaan menghadapi suatu kesempatan investasi yang tidak stabil
maka manajemen menghendaki agar dividen hanya dibayar ketika laba
bersih itu bersih.
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 4
2.1.2 Pembagian Dividen
Ada tiga kejadian penting yang perlu diperhatian dalam pembagian
deviden, yaitu : (a) tanggal pengumuman (date of declaration), (2) tanggal
pencatatan (date of record), (c) tanggal pembayaran (date of payment). Tanggal
pengumuman adalah tanggal dimana direksi secara formal mengumumkan
dibagikannya deviden. Tanggal pencatatan adalah tanggal dimana pemilikan
saham ditentukan, sehingga dapat diketahui kepada siapa deviden dibagikan.
Tanggal pembayaran adalah tanggal deviden mulai dibayarkan.
Deviden dapat dibayarkan dalam bentuk tunai dengan aktiva bukan kas
lain atau dengan saham. Disamping itu, pembayaran deviden akan dikenakan
pemotongan pajak penghasilan.
1. Dividen Tunai (Cash Devidend)
Deviden tunai (cash devidend) adalah pembagian uang tunai secara
pro rata (proporsional) kepada pemegang saham.
Oleh sebab itu untuk dapat membayar deviden tunai sebuah
perusahaan harus memiliki : (1) Saldo Laba, (2) Kas yang cukup, dan (3)
Pengumuman Deviden, berdasarkan atas keputusan dewan direksi pada
saat direksi mengumumkannya. Adapun jurnal yang diperlukan sejak tanggal
pengumuman, tanggal pencatatan, hingga tanggal pembayaran masing-
masing dijelaskan sebagai berikut :
A. Tanggal Pengumuman (Declaration Date),
Tanggal pengumuman (declaration date), dewan direksi secara resmi
mengumumkan (mengotorisasi) deviden tunai dan mengumumkannya kepada
pemegang saham. Pengumuman deviden tunai membuat perusahaan terikat
pada suatu kewajiban legal. Jurnal diperlukan untuk mencatat penurunan
pada saldo laba dan kenaikan pada kewajiban utang deviden. Sebagai
contoh, asumsikan pada tanggal 1 Desember 2015, direksi General Motors
mengumumkan deviden tunai sebesar $0,5 per lembar saham atas 500.000
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 5
lembar saham biasa bernilai nominal $10. Jumlah deviden adalah $250.000
(500.000 x $0,5).
Jurnal untuk mencatat pengumuman tersebut adalah :
D K
1 Des. Saldo Laba 250.000
Utang Deviden 250.000
(Untuk mencatat pengumuman deviden
tunai)
Utang deviden merupakan kewajiban jangka pendek yang biasanya
dibayar beberapa bulan kemudian. Apabila pada tanggal penyusunan laporan
keuangan masih terdapat utang deviden yang belum dibayar, maka utang ini
diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar.
B. Tanggal Pencatatan (Record Date)
Pada tanggal pencatatan (record date), kepemilikan atas saham-
saham beredar ditentukan untuk pembagian deviden. Informasi tersebut
diperoleh dari catatan perusahaan. Pada selang waktu antara tanggal
pengumuman dan tanggal pencatatan, perusahaan memutakhirkan catatan
kepemilikan saham-sahamnya. Sebagai contoh, pada tanggal 22 Desember
2013 General Motors tidak perlu membuat jurnal, sebab kewajiban
perusahaan yang dicatatat pada tanggal pengumuman tidaklah berubah.
Harus diingat bahwa antara tanggal pengumuman dan pencatatan, jumlah
saham beredar harus tetap sama. Tujuan tanggal pencatatan adalah untuk
mengidentifikasi orang atau entitas Harus diingat bahwa antara tanggal
pengumuman dan pencatatan, jumlah saham beredar harus tetap sama.
Tujuan tanggal pencatatan adalah untuk mengidentifikasi orang atau entitas
yang akan menerima deviden, bukan untuk menghitung jumlah deviden yang
terutang.
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 6
C.Tanggal Pembayaran (payment date)
Pada saat tanggal pembayaran, cek-cek pembayaran deviden
dikirimkan kepada pemegang saham dan dicatatat di pembukuan.
Asumsikan bahwa tanggal pembayaran deviden General Motors
adalah 20 Januari 2014, jurnal yang dibuat pada tanggal tersebut, yaitu :
D K
20 Jan. Utang Deviden 250.000
Kas 250.000
(Untuk mencatat pembayaran deviden
tunai)
Perlu diingat bahwa pembayaran deviden mengurangi aset lancar dan
kewajiban jangka pendek. Sedangkan ekuitas pemegang saham tidak
terpengaruh. Pengaruh kumulatif pengumuman dan pembayaran dividen
tunai adalah penurunan ekuitas pemegang saham dan aset total.
Alokasi Dividen Tunai antara Saham Preferen dan Saham Biasa
Saham preferen menjadi prioritas dibandingkan dengan saham biasa
dalam hal dividen. Pemegang saham preferen harus menerima pembagian
dividen lebih awal dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Sebagai
contoh, asumsikan pada tanggal 31 Desember 2013, General Motors
memiliki 1.000 lembar saham preferen kumulatif, 10% bernilai nominal $100.
General Motors juga memiliki 50.000 lembar saham biasa yang saat ini
beredar dengan nilai nominal $10. Dividen per saham preferen adalah $10
(nilai nominal $100 x 10%) atau dividen tahunan untuk saham preferen
adalah $10.000 (1.000 lembar saham x $10). Pada tanggal 31 Desember
2013, dewan direksi mengumumkan dividen tunai sebesar $8.000. ini berarti
seluruh dividen akan dibayarkan kepada pemegang saham preferen.
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 7
Adapun jurnal yang dibuat pada saat pengumuman dividen ini, yaitu :
D K
31 Des. Saldo Laba 8.000
Utang Deviden 8.000
(Untuk mencatat dividen tunai $8 per
lembar untuk pemegang saham preferen)
Oleh karena saham preferennya kumulatif, dividen sebesar $2 per
lembar merupakan dividen terutang atau tertunggak bagi saham preferen di
tahun 2013. Dividen tersebut harus dibayarkan kepada mereka sebelum
pembatersebut harus dibayarkan kepada mereka sebelum pembayaran
dividen kepada pemegang saham biasa. Dividen yang tertunggak ini harus
diungkapkan dalam laporan keuangan. Pada tanggal 31 Desember 2014
General Motors mengumumkan dividen tunai sebesar $100.000, alokasi
dividen bagi kedua jenis saham tersebut yaitu sebagai berikut :
Jurnal untuk mencatat pengumuman dividen adalah :
D K
31 Des. Saldo Laba 100.000
Utang Deviden 100.000
(Untuk mencatat dividen tunai $12.000
untuk saham preferen dan $88.000 untuk
saham biasa)
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 8
Total Dividen $ 100.000
Alokasi untuk saham preferen
Dividen tertunggak, 2013 (1.000 x $2) $ 2.000
Dividen 2014 (1.000 x $10) 10.000 12.000
Sisa yang dialokasikan untuk saham biasa $ 88.000
Jika saham preferen Generel Motors bukanlah saham kumulatif maka
pemegang saham preferen hanya akan menerima $10.000 di tahun 2014,
sedangkan pemegang saham biasa akan menerima $90.000.
2. Dividen Saham
Dividen Saham (stock dividend) adalah pembagian saham perusahaan
yang bersangkutan secara pro rata (proporsional) kepada pemegang
sahamnya yang dibayarkan dalam bentuk saham. Saham yang dikeluarkan
untuk dividen dinilai dengan harga pasar pada saat dividen diumumkan.
Dividen saham akan menurunkan saldo laba dan meningkatkan modal
disetor. Sebagai contoh, asumsikan Anda memiliki saham General Motors
sebanyak 2%; atau sebanyak 20 lembar dari total 1.000 lembar saham biasa
yang beredar di pasar. Jika General Motors mengumumkan dividen saham
10%, berarti terdapat 100 lembar saham baru (1.000 x 10%). Anda akan
menerima 2 lembar saham (2% x 100). Meskipun demikian kepemilikan Anda
di General Motors tidak berubah dan besarnya tetap 2% (22 : 1.100).
Sekarang Anda memiliki saham lebih banyak, tetapi persentase
kepemilikan Anda tidak berubah.
Perusahaan umumnya menerbitkan dividen saham untuk salah satu
tujuan berikut :
1) Memenuhi harapan pemegang saham untuk mendapatkan dividen tanpa
mengeluarkan uang tunai.
2) Meningkatkan daya jual saham perusahaan. Ketika jumlah saham di pasar
meningkat, harga pasar saham per lembarnya akan turun.
3) Menekankan bahwa sebagian dari ekuitas pemegang saham telah
diinvestasi ulang secara permanen ke dalam usaha (dan tidak tersedia
untuk dividen tunai).
Profesi akuntansi membedakan antara deviden saham kecil (kurang
dari 20 – 25%) modal saham perusahaan yang disetor penuh) dan dividen
saham besar (lebih dari 20 – 25%). Bagi dividen saham kecil, direksi
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 9
disarankan untuk menggunakan nilai pasar wajar per saham. Perlakuan ini
berdasar pada asumsi bahwa dividen saham kecil hanya memiliki pengaruh
kecil terhadap harga pasar saham yang beredar saat ini. Banyak pemegang
saham menganggap dividen saham kecil sebagai pembagian laba yang
setara dengan nilai pasar wajar saham yang dibagikan. Sebaliknya, jumlah
yang ditetapkan untuk dividen saham besar tidak ditentukan oleh profesi
akuntansi. Biasanya yang digunakan adalah nilai nominal atau nilai yang
tertera per saham. Dividen saham kecil yang paling sering dilakukan
perusahaan.
Jurnal Dividen Saham
Untuk mengilustrasikan pencatatan saham kecil, asumsikan bahwa
General Motors memiliki saldo laba sebesar $300.000. Perusahaan
mengumumkan dividen saham sebanyak 10% atas 50.000 lembar saham
biasanya yang bernilai nominal $10 per lembar. Harga pasar wajar saat ini
adalah $15 per saham. Jumlah saham yang dikeluarkan sebanyak 5.000
(10% x 50.000). Jadi, jumlah total yang didebit ke saldo laba adalah $75.000
(5.000 x $15). Jurnal untuk mencatat pengumuman dividen saham tersebut
adalah :
D K
. Saldo Laba 75.000
Dividen saham biasa yang akan dibagikan 50.000
Tambahan modal disetor (Agio Saham Biasa) 25.000
Perlu diperhatikan bahwa dengan dikeluarkannya dividen saham,
jumlah modal dan utang tidak berubah. Pembagian dividen saham hanya
berakibat berpindahnya suatu jumlah tertentu dari akun laba ditahan ke akun
saham biasa. Disamping itu perlu diingat bahwa, akibat pembagian dividen
saham, nilai buku per saham menjadi turun. Ini disebabkan karena jumlah
lembar saham yang beredar makin bertambah sedang total modalnya tetap.
(Nilai buku per saham = total modal dibagi jumlah lembar saham yang
beredar).
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 10
Akun dividen saham biasa yang akan dibagikan merupakan akun
equitas pemegang saham. Ini bukanlah suatu kewajiban karena aset tidak
akan digunakan untuk membayar dividen.
Jika neraca disusun sebelum dividen saham dikeluarkan, maka akun tersebut
dilaporkan di bawah Modal Disetor, sebagai tambahan atas saham biasa :
Ketika deviden saham dikeluarkan, akun dividen saham biasa yang
akan dibagikan didebit, dan saham biasa di kredit.
Pengaruh Dividen Saham
Dividen saham mengubah komposisi ekuitas pemegang saham,
karena bagian saldo laba ditransfer ke modal disetor. Meskipun demikian,
total ekuitas pemegang saham tetap sama. Dividen saham juga tidak
memengaruhi nilai nominal maupun nilai yang tertera di saham. Tetapi jumlah
saham yang beredar akan naik, dan nilai buku per saham akan turun.
Pemecahan Saham
Pemecahan saham (stock split), seperti halnya dividen saham,
melibatkan penerbitan saham tambahan bagi pemegang saham sesuai
dengan persentase kepemilikan. Pemecahan saham menurunkan nilai
nominal atau nilai yang tertera di saham. Tujuan pemecahan saham
adalah meningkatkan daya jual saham dengan cara menurunkan nilai pasar
per lembarnya. Nilai pasar yang lebih rendah juga akan memudahkan
perusahaan untuk menerbitkan saham tambahan. Pemecahan saham tidak
memengarui total modal disetor, laba ditahan, maupun total ekuitas
pemegang saham. Namun, jumlah saham yang beredar meningkat dan nilai
buku per saham turun. Pemecahan saham tidak memengaruhi saldo ekuitas
pemegang saham manapun, oleh sebab itu, kita tidak perlu menjurnal
pemecahan saham.
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 11
Modal Disetor
Saham Biasa $ 500.000
Dividen saham biasa yang akan dibagikan 50.000 $ 550.000
Perbedaan antara pemecahan saham dan dividen saham dapat
diamati pada tabel berikut :
Pos Pemecahan Saham Dividen Saham
Total Modal Disetor Tidak
berubah
Naik
Total Saldo Laba Tidak
berubah
Turun
Total Nilai Nominal
(Saham Biasa)
Tidak
berubah
Naik
Nilai Nominal per
Saham
Turun Tidak
Berubah
2.2 Saldo Laba
Saldo laba atau laba ditahan (retained earnings) adalah laba yang tidak
dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya. Besarnya saldo laba
merupakan bagian dari klaim pemegang saham atas total aset perusahaan.
Namun, saldo laba bukanlah klaim terhadap suatu aset tertentu. Saldo laba juga
tidak dapat dikaitkan dengan saldo suatu aset tertentu. Perlu diperhatikan
bahwa, ketika perusahaan membukukan laba bersih (net profit), laba bersih (net
income) yang ditahan di perusahaan dicatat sebagai saldo laba melalui jurnal
penutup. Jurnal ini mendebit akun Ikhtisar Laba Rugi (Income Summary) dan
mengkredit Saldo Laba.
Meskipun demikian, ketika pengeluaran lebih besar daripada pendapatan,
perusahaan akan menderita rugi bersih (net loos). Rugi bersih akan didebit ke
Saldo Laba melalui jurnal penutup. Hal ini juga dilakukan sekalipun
mengakibatkan saldo debit (saldo abnormal) pada Saldo Laba akhir. Rugi
bersih tidak boleh didebit kea kun modal disetor. Jika kita melakukan hal
tersebut, kita menjadi tidak mampu membedakan antara modal disetor dan
modal yang dihasilkan dari usaha. Saldo debit pada akun Saldo Laba disebut
sebagai defisit (deficit). Defisit dilaporkan sebagai pengurang pada bagian
ekuitas pemegang saham.
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 12
2.2.1 Batasan Penggunaan Saldo Laba
Saldo laba biasanya dapat dibagikan sebegai deviden. Kenyataan ini
diakui secara eksplisit oleh beberapa perusahaan. Namun, di beberapa
perusahaan lain, penggunaan saldo laba mungkin dibatasi. Pembatasan ini
menyebabkan sejumlah saldo laba yang ada saat ini tidak tepat dibagikan
sebagai deviden. Pembatasan dapat disebabkan oleh alasan-alasan berikut;
legal, kontraktual, atau sukarela.
1. Batasan legal. Terdapat undang-undang yang mengharuskan perusahaan
membatasi penggunaan saldo labanya untuk pembelian saham treasuri.
2. Batasan kontratual. Kontrak utang jangka panjang mungkin mensyaratkan
batasan penggunaan saldo laba.
3. Batasan sukarela. Dewan direksi mungkin secara sukarela membatasi
penggunaan saldo laba untuk tujuan-tujuan tertentu.
Batasan penggunaan saldo laba (retained earnings restrictions)
biasanya diungkapkan di catatan atas laporan keuangan. Contohnya, General
Electric, produsen alat-alat ukur elektronik, memiliki saldo laba sebesar $774
juta, namun yang dibatasi penggunaannya hanya $223,8 juta.
2.2.2 Penyesuaian Periode Sebelumnya
Koreksi kesalahan atas laporan keuangan yang telah diterbitkan
sebelumnya disebut sebagai penyesuaian periode sebelumnya (prior period
adjustment). Koreksi tersebut dicatat langsung ke akun Saldo Laba karena
pengaruh kesalahan tersebut sekarang ada pada akun ini: Laba bersih periode
tersebut telah dipindahkan ke saldo laba melalui jurnal dan posting jurnal
penutup.
Sebagai contoh, asumsikan bahwa pada tahun 2005 General Microwave
menemukan beban depresiasi dicatat terlalu rendah (kurang saji) $300.000
akibat kesalahan perhitungan. Kesalahan ini membuat laba bersih maupun saldo
laba saat ini terlalu tinggi (lebih saji).
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 13
Jurnal penyesuaian periode sebelumnya, tanpa memperhitungkan
pengaruh pajak, adalah sebagai berikut.
D K
Saldo Laba 300.000
Akumuasi Depresiasi 300.000
(Menyesuaikan atas kurang saji depresiasi
periode sebelumnya)
Debit ke akun laporan laba rugi di tahun 2005 (tahun berjalan) tidaklah
tepat karena kesalahan tersebut terjadi ditahun 2004. Penyesuaian periode
sebelumnya dilaporkan dalam laporan saldo laba awal. Sekali lagi, melaporkan
koreksi di laporan Laba Rugi tahun berjalan bukannlah hal yang tepat karena
kesalahan terjadi di laporan laba rugi tahun sebelumnya,
2.2.3 Laporan Saldo Laba
Laporan saldo laba atau laporan laba ditahan (retained earnings
statement) menunjukkan perubahan saldo laba selama periode berjalan. Laporan
dibuat berdasarkan akun Saldo Laba.
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 14
Transaksi dan peristiwa yang memengaruhi saldo laba ditabulasikan
dalam bentuk akun sebagaimana di perlihatkan pada uraian berikut:
Saldo Laba
1. Rugi Bersih 1. Laba Bersih
2. Penyesuaian periode sebelumnya 2. Penyesuaian periode sebelumnya
atas lebih saji laba bersih atas kurang saji laba bersih
3. Dividen tunai dan dividen saham
4. Sebagian penjualan saham treasuri
Adapun contoh laporan saldo laba yang lengkap dipaparkan sebagai
berikut : (nominal asumsi)
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 15
GENERAL MOTORS
Laporan Saldo Laba
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2014
Saldo 1 Januari yang dilaporkan $ 1.800.000
Koreksi atas kurang saji laba bersih periode sebelumnya
(kesalahan depresiasi) 80.000
Saldo 1 Januari yang telah disesuaikan $ 1.720.000
Ditambah : Laba bersih 180.000
1.900.000
Dikurang : Dividen Tunai $ 100.000
Dividen Saham 200.000 300.000
Saldo 31 Desember $ 1.600.000
2.2.4 Penyajian dan Analisis Laporan
Penyajian
(1) “Dividen saham biasa yang akan dibagikan” (common stock dividend
distributable) disajikan di bawah “Modal saham” pada “Modal disetor”.
(2) Batasan penggunaan saldo laba diungkapkan di catatan atas laporan
keuangan.
Dibandingkan menyajikan bagian ekuitasnya secara detail di neraca,
banyak perusahaan menyiapkan laporan ekuitas pemegang saham
(stockholder’s equity statement). Laporan tersebut menunjukkan perubahan pada
masing-masing maupun total akun kuitas pemegang saham selama suatu
periode.
Analisis
Profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham biasa dapat diukur
dengan rasio imbal hasil atas ekuitas pemegang saham biasa (return on
common stockholder’s equity). Rasio ini menunjukkan berapa jumlah dolar (atau
rupiah) dari laba bersih yang dihasilkan dari setiap dolar (atau rupiah) yang
diinvestasikan oleh pemegang saham. Rasio ini dihitung dengan membagi laba
bersih yang tersedia bagi pemegang saham biasa (yaitu laba bersih dikurang
dividen saham preferen) dengan rata-rata ekuitas pemegang saham biasa.
Ilustrasinya dapat dinyatakan sebagai berikut (nominal diasumsikan):
Jika perusahaan memiliki saham preferen., jumlah dividen saham
preferen harus dikurangkan dari laba bersih untuk menghitung laba yang dapat
dibagikan kepada pemegang saham biasa. Selain itu, nilai nominal saham
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 16
Laba Bersih dikurang Rata-rata Ekuitas Imbalan Hasil atas Ekuitas
Dividen Saham
Preferen
÷ Pemegang
Saham
= Pemegang Saham Biasa
Biasa
($720,9 - $0) ÷ ($871,5 + $895,1) = 81,6%
2
preferensi juga harus dikurangkan dari rata-rata ekuitas pemegang saham untuk
mendapatkan angka ekuitas pemegang saham biasa.
2.3 Laporan Laba Rugi Perseroan Terbatas
Laporan laba rugi untuk perseroan terbatas (PT) serupa dengan
laporan untuk perusahaan perseorangan atau persekutuan kecuali untuk
satu hal: peloporan pajak penghasilan (di Indonesia disebut sebagai pajak
badan). Bagi kepentingan pajak penghasilan, PT merupakan entitas legal
tersendiri. Oleh karena itu, beban pajak penghasilan dilaporkan dibagian
terpisah pada laporan laba rugi PT sebelum laba bersih. Laporan laba/rugi
sebelum pajak penghasilan disajikan dalam baris tersendiri yang kemudian
diikuti oleh beban pajaknya.
Sebagai contoh General Motors jurnal penyesuaian untuk beban pajak
badan pada tanggal 31 Desember 2005 adalah: (nominal diasumsikan)
D K
Beban Pajak Penghasilan 46.800
Utang pajak Badan 46.800
(mencatat pajak penghasilan tahun 2005)
2.4 LABA PER SAHAM
Data laba sering kali dilaporkan di media-media keuangan. Data tersebut
digunakan secara luas oleh pemegang saham dan calon investor untuk
mengevaluasi profitabilitas perusahaan. Ukuran yang sering digunakan adalah
laba per saham – LPS (earnings per share – EPS), yang menunjukkan laba
bersih yang dihailkan oleh setiap lembar saham biasa yang beredar di pasar.
LPS dan Dividen Saham Preferen
Ketika sebuah PT memiiki saham biasa dan saham preferen, dividen
saham preferen tahun berjalan harus dikurangkan dulu dari laba bersih
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 17
sehingga diperoleh laba bersih yang dapat dibagikan kepada pemegang
saham biasa.
Rumus untuk menghitung LPS adalah:
Jika saham preferennya kumulatif, maka dividen saham preferen tetap
harus diperhitungkan sekalipun tidak diumumkan pembagiannya. Ingat bahwa
LPS hanya dilaporkan untuk saham biasa.
Investor seringkali berusaha untuk mengaitkan LPS dengan harga pasar
per saham (perusahaan terbuka). Oleh karena pentingnya LPS, sebagian besar
perusahaan terbuka diharuskan untuk melaporkannya di halaman depan
laporan laba rugi. Umumnya jumlah ini cukup disajikan di bawah angka laba
bersih. Untuk General Motors, penyajiannya adalah sebagai berikut: (nominal
diasumsikan):
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 18
Laba Bersih dikurang Rata-rata
Dividen Saham
Preferen
÷ Tertimbang
Saham Biasa
= Laba per Saham
yang Beredar
GENERAL MOTORS
Laporan Laba Rugi (sebagian)
Laba Bersih $10.900
Laba per Saham $2,00
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analisis dan penyajian dividen dan retained earnings memerlukan
sistematika pencatatan yang baik. Penjurnalan Dividen tunai dan dividen
saham perlu dibuat pada saat pengumuman dan pada saat pembayaran. Oleh
sebab itu, perlu ditekankan bahwa dalam hal pembagian dividen tidak
dilakukan secara serta merta dan hanya dicatat pada saat dividen sampai
kepada tangan pemegang saham, melainkan sistematika perencanaan hingga
pembayarannya diperlukan agar tidak terjadi kesalahan. Perolehan laba dari
kegiatan operasional perusahaan disajikan dalam laporan laba/rugi. Sebelum
laba tersebut ditambahkan ke rekening laba ditahan maka perlu dikurangkan
dengan biaya pajak penghasilan. Selanjutnya, Laba ditahan (retained earnings)
menjadi sumber pembiyaan pembagian dividen.
3.2 Saran
Analisis dan penyajian dividen dan retained earnings merupakan salah
topik bahasan yang sangat penting. Oleh sebab itu perlu adanya pendalaman
materi yang dilakukan oleh mahasiswa, baik melalui diskusi di kelas maupun
melalui belajar mandiri, sebab masalah pembagian dividen dan laba ditahan
akan berkaitan dengan topik-topik yang akan dibahas pada tingkat
selanjutnya, terutama yang membahas mengenai modal saham.
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Modul Manajemen Keuangan, Depok.
R., Soemarso S. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi 5. Jakarta: Salemba
Empat
Weygant, Jerry J., Donald E. Kieso dan Paul D. Kimmel. 2013. Accounting
Principles, Edisi 7 Jakarta: Salemba Empat
Akuntansi Perseroan (Lanjutan) | 20